PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)
ARIEF RAHMAN HAKIM NIM : 108081000129
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 / 1434 H
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DANLIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh ARIEF RAHMAN HAKIM NIM : 108081000129
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP. 19731221 2005 01 2 002
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 28 Januari 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atasmahasiswa, 1. Nama
: Arief Rahman Hakim
2. NIM
: 108081000129
3. Jurusan
: Manajemen
4. Judul Skripsi
:Pengaruh
Struktur
Aktiva,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 28 Januari 2013 1.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
( _____________________ ) Ketua
2.
Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP. 19740810 201101 1 001
( _____________________ ) Sekretaris
3.
Herni Ali HT, SE, MM NIDN. 0422125902
( _____________________ ) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Selasa, 17 September 2013 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Arief Rahman Hakim 2. NIM : 108081000129 3. Jurusan : Manajemen 4. Judul Skripsi : Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012). Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 September 2013
1. Herni Ali HT, SE, MM NIDN. 0422125902
( ____________________ ) Ketua
2. Dr. Ahmad Dumyathi Bashori NIP. 19700106200312 1 001
( _____________________ ) Sekretaris
3. Ella Patriana, MM NIP. 19690528 200801 2 010
( _____________________ ) Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
( _____________________ ) Pembimbing I
5. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP. 19731221 2005 01 2 002
( _____________________ ) Pembimbing II iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Arief Rahman Hakim
No. Induk Mahasiswa
: 108081000129
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya : 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 23 Juli 2013 Yang Menyatakan,
Arief Rahman Hakim
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi 1. Nama
: Arief Rahman Hakim
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 24 Maret 1990
3. Agama
: Islam
4. Kewarganegaraan
: Indonesia
5. Alamat
: Kp. Pedurenan Timur Rt, 02/01 No. 10, Kel. Pondok Pucung, Kec. Karang Tengah, Tangerang, Banten 15159
6. No. Handphone
: 08999083885
7. E-mail
:
[email protected]
B. Pendidikan 1. 2008-2013
: Program Sarjana (S1) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 2005-2008
: SMAN 3 Tangerang
3. 2002-2005
: SMPN 3 Tangerang
4. 1999-2002
: SDN 05 Pedurenan Timur
5. 1996-1999
: SDN 05 Cengkareng Timur
v
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the impact of tangibility, profitability, firm size and liquidity toward the capital structure. To obtain the data from these variables, takes from financial statement of the foods and beverages company listed in the Indonesia Stock Exchange in 2007-2012. By using multiple regression analyses .The result of this research indicates that tangibility, profitability and liquidity significant influence to capital structure with significant value of tangibility (0,002), profitability (0,001) and liquidity (0,000) under 0,05, and firm size has not significant influence to capital structure with significant value 0,428 below 0,05. The values that have been adjusted coefficient of determination (adjusted R-square) for 39,3% can be concluded that factors, while the remaining amount of 60,7% influenced by other variables that are not included in this study, for example earning stability, operating leverage, growth opportunity and tax. Keywords : tangibility, profitability, firm size, liquidity and capital structure.
vi
ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap struktur modal. Untuk memperoleh data variabel tersebut, diambil dari laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 20072012. Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal dengan nilai signifikansi struktur aktiva (0,002), profitabilitas (0,001) dan likuiditas (0,000) dibawah 0,05, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,428 diatas 0,05. Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan sebesar 39,9% dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh sebesar 39,3%. Sedangkan sisanya 60,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, seperti stabilitas penjualan, leverage operasi, tingkat pertumbuhan dan pajak. Kata kunci :
struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan struktur modal.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesikan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072012)”.Adapun skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar sarjana. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit halangan yang penulis hadapi. Namun berkat saran dan dorongan semangat dari banyak pihak, penulis akhirnya mampu menyelesaikannya. Tak lupa pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua orang tua penulis, Mamaku Rodiah dan Bapakku Subur, terimakasih atas kasih sayang, perhatian dan doanya yang tak henti-hentinya selalu diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan selalu kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka selalu. Aamiin. 2. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni selaku pembimbing I. terimakasih atas segala arahan dan bimbingannya selama ini yang selalu meluangkan waktu ditengahtengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., selaku pembimbing II dan Sekretaris Jurusan Manajemen. Terimakasih atas saran-saran dan bimbingan yang diberikan dan selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga mampu terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Dekan Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., dan Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Siselaku Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu meberi saran dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis. 5. Bapak Dr. Ahmad Dumiyati selaku Ketua Jurusan Manajemen yang selalu mengarahkan dan dukungan kepada penulis. 6. Bapak Suhendra, S.Ag., MM., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan motivasi di setiap semester yang dilalui oleh penulis. 7. Seluruh dosen pengajar yang telah sabar dalam memberikan ilmu kepada penulis, semoga menjadi amalan yang bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. 8. Seluruh staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska, Pak Ismet, Bu Umi dan Pak Heri yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
viii
9. Untuk adikku Nurlaila yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Semoga bisa menjadi orang yang lebih baik dari abangnya. 10. Untuk keluarga besar penulis terimakasih atas bantuan dan doanya,senantiasa selalu menemani dan membantu dalam suka maupun doa, maaf kalau selama ini penulis sering merepotkan dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Untuk Qonitia Lutfiah atas kesabaran, kesetiaan, kebersamaan, doa yang selalu diberikan dan selalu memotivasi penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. 12. Untuk semua sahabatku Hasan Arrafi, Nurdin Rohendi, Suratman, Hafidz Setia Kurniawan, Hendi Setiawan, Ali Fasihi, Arya Agung, Nurpadilah dan Rizki Astreanto terimakasih atas persahabatan kita semua, yang memotivasi penulis agar cepat menyelesaikan kuliahnya. 13. Teman-teman perjuangan Manajemen D 2008, Firly Basyuni, Rivai Ahsani, Ervan Fauzi, Paraditya Unggul, Septian, Ade Muhtadin, Maulana dan semuanya. Manajemen Keuangan A, Husnul Khotimah, Nurul Hairunisa, Dwi Nur, Vera Febrianti, Ajeng Nana, Inggrit Dwi, Dian Dewati, Hera Susanti, Watini Anggun, Hardian, Dedy Firdaus, Asep Sudrajat dan semuanya, semoga kita tetap solid walaupun sudah lulus nanti. Terimakasih atas cambuk motivasinya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 14. Kepada semua pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca memaklumi atas kekurangan yang ditemukan dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 23 Juli 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .........................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….. .......
v
ABSTRACT ...................................................................................................
vi
ABSTRAKSI ...............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI........................................................................................ ........
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN….……………………………………………....... ......
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang… .............................................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................................
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... ..............
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI....................................................... ..........
14
1. Pengertian Modal…………………………………….. .......
14
2. Pengertian Struktur Modal…………………………… .......
19
3. Teori Struktur Modal…………………………………........
22
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal….........
30
5. Struktur Aktiva………………………………………. ........
37
6. Profitabilitas…………………………………………. ........
39
7. Ukuran Perusahaan …………………………………..........
40
8. Likuiditas……………………………………………. ........
41
9. Keterkaitan antara Variabel Independen terhadap Variabel Dependen………………………….. ......
x
42
B. PENELITIAN TERDAHULU.......................................... .........
45
C. KERANGKA PEMIKIRAN............................................. .........
51
D. HIPOTESIS PENELITIAN .......................................................
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN...........................................
54
B. METODE PENENTUAN SAMPEL............................... ..........
54
C. METODE PENGUMPULAN DATA.............................. ..........
56
D. METODE ANALISIS DATA.......................................... ..........
56
1. Statistik Deskriptif………………………………….... .......
56
2. Pengujian Asumsi Klasik………………………......... ........
57
a. Uji Normalitas……………………………………. .......
57
b. Uji Multikoliniearitas…………………………….. .......
58
c. Uji Heteroskedastisitas…………………………… .......
59
d. Uji Autokorelasi…………………………………. ........
60
3. Pengujian Hipotesis…………………………………..........
61
4. Analisis Regresi Berganda…………………………… .......
63
5. Koefisien Determinasi (Adjusted RSquare)… .....................
64
E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL........................ .........
65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………. ..........
68
1. Sejarah Bursa Efek………………………………….. .........
68
2. Profil Perusahaan Makanan dan Minuman…………. .........
69
B. Hasil Analisis dan Pembahasan………………………… .........
77
1. Analisis Deskriptif………………………………….. .........
76
2. Hasil Uji Asumsi Klasik………………………….…. ........
83
a. Uji Normalitas…………………………............... .........
83
b. Uji Multikoliniearitas .....................................................
85
c. Uji Heteroskedastisitas………………………….. .........
87
d. Uji Autokorelasi………………………………… .........
88
3. Pengujian Hipotesis…………………………………..........
92
a. Uji t (Parsial)………………………………… ..............
92
xi
b. Uji F (Simultan)……………………………………. ....
98
4. Hasil Uji Regresi Liniear Berganda………………… .........
99
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted RSquare)… ......
101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan……………………………………………… ........
103
B. Saran……………………………………………..….................
104
xii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Pertumbuhan Penduduk Indonesia ...................................................
3
1.2
Daftar Penjualan Perusahaan Makanan dan Minuman……… ........
3
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu…………………………….. ........
48
3.1
Daftar Sampel Perusahaan…………………………………… .......
55
3.2
Tabel DW……………………………………………………. ........
60
4.1
Struktur Modal…………………………………………..….. .........
78
4.2
Struktur Aktiva……………………………………………… .........
79
4.3
Profitabilitas………………………………………………… .........
80
4.4
UkuranPerusahaan…………………………………………............
81
4.5
Likuiditas…………………………………………………… .........
82
4.6
Uji Kolmogorov-Smirnov…………………………………… .........
85
4.7
Hasil Uji Multikoliniearitas…………………………………..........
86
4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank-Spearman……... .........
88
4.9
Hasil Uji Durbin Watson.…………………………………….........
89
4.10
Pengobatan Uji Durbin Watson.1…………………………….. ......
90
4.11
Pengobatan Uji Durbin Watson.2…………………………… ........
90
4.12
Pengobatan Uji Durbin Watson.3…………………………… ........
91
4.13
Pengobatan Uji Durbin Watson.4…………………………… ........
91
4.14
Pengobatan Uji Durbin Watson.5…………………………… ........
92
4.15
Hasil Uji t…………………………………………………... ..........
93
4.16
Hasil Uji F……………………………………………..……... .......
99
4.17
Hasil Regresi Berganda…………………………………..…. .........
100
4.18
Hasil Uji Koefisien Determinasi……………………..……… ........
102
xiii
DAFTAR GRAFIK
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Rata-rata Struktur Modal Perusahaan Makanan dan Minuman....................................................................
4
4.1
Struktur Modal…………………………………………...….. ........
78
4.2
Struktur Aktiva…………………………………………….... .........
79
4.3
Profitabilitas…………………………………………………. ........
80
4.4
Ukuran Perusahaan……………………………………….…..........
81
4.5
Likuiditas………………………………………………..…… .......
82
4.6
Hasil Uji Normalitas……………………………………..…... .......
84
4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot………….… .......
87
xiv
DAFTAR BAGAN
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .........................................................................
xv
52
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman………………… .........
106
2.
Data Struktur Modal………………………………………….........
106
3.
Data Struktur Aktiva………………………………………… ........
107
4.
Data Profitabilitas…………………………………………….........
107
5.
Data Ukuran Perusahaan……………………………………. .........
108
6.
Data Likuiditas……………………………………………… .........
108
7.
Hasil Output SPSS………………………………………….. .........
109
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam perkembangan era globalisasi modern saat ini, keberadaan sebuah perusahaan dalam peta persaingan perekonomian tengah mengalami persaingan yang sangat tinggi. Baik menghadapi pesaing perusahaan yang berasal dari dalam negeri maupun perusahaan-perusahaan asing yang memiliki modal yang melimpah. Sehingga akan semakin tinggi kompetisi yang akan dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam melakukan pengembangan dan perluasan pasar mereka, dengan demikian diperlukan suatu kebijakan yang tepat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar tetap eksis dan berkembang di masa mendatang (Bambang Supeno, 2009 : 93) . Karena salah satu indikator suatu negara dapat dikategorikan apakah dalam masa berkembang, apakah sedang berada dalam kondisi maju, atau bahkan dalam masa-masa krisisnya itu dapat dilihat dari kondisi perekonomian mereka. Apabila perekonomiannya dalam keadaan baik maka hal tersebut dapat mencerminkan bahwa negara tersebut dalam keadaan baik, begitu pula sebaliknya apabila perekonomian suatu negara sedang dalam keadaan yang buruk maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut sedang mengalami suatu permasalahan (M. Toyib Daulay, 2009 : 190). Dengan dihadapkan pada situasi seperti saat ini , maka suatu perusahaan dituntut untuk dapat bertahan dan bersaing tidak hanya perusahaan di wilayah domestik yaitu dengan perusahaan yang ada di dalam negara tersebut tetapi juga
1
harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang masuk dari luar, ataupun produk-produk asing yang berasal dari luar negeri. Karena dengan adanya globalisasi seperti saat ini maka pihak asing dapat mendirikan perusahaan yang mereka inginkan di negara tertentu, terutama dengan adanya perjanjian zona perdagangan bebas maka perusahaan dari luar bebas menjual hasil produk mereka tanpa dikenakan pajak bea cukai sehingga harga barang menjadi sama atau bahkan lebih murah dibanding harga biasanya (Farah Margaretha dan Aditya Rizky Ramadhan, 2010 : 119). Dalam keadaan seperti ini membuat perusahaan berusaha dapat mengatur strategi untuk dapat bersaing dan mengembangkan perusahaan mereka tidak hanya pada tingkat regional tetapi juga internasional. Tidak terkecuali bagi perusahaan makan dan minuman, mereka akan menghadapi tingginya persaingan dari perusahaan lain dalam industri tersebut. Hal ini terkait dengan semakin banyak produk-produk makanan dan minuman impor yang berdatangan sehingga menyebabkan semakin banyak jenis produk makanan dan minuman yang ada. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas ekonomi, khususnya sektor makanan dan minuman di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang diminati oleh para investor, alasannya adalah sektor ini merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan di tengah kondisi perekonomian Indonesia, karena pendirian perusahaan makanan dan minuman yang semakin banyak diharapkan dapat memberikan prospek yang menguntungkan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (Devi dan Ni Putu, 2012 :2). Selain itu prospek yang dimiliki oleh
2
perusahaan sektor ini sangat baik karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan makanan dan minuman dalam hidup. Selain itu tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh jumlah penduduknya, sehingga konsumsi masyarakat akan bertambah sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia tiap tahunnya. Ini merupakan hal yang baik karena melihat fenomena jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah pada tiap tahunnya. Tabel 1.1 Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun Jumlah Penduduk
1990
1995
2000
2010
179.378.946
194.754.808
206.264.595
237.641.326
sumber : www.bps.go.id Berdasarkan data tersebut dapat dilihat pertumbuhan penduduk Indonesia yang
jumlahnya
yang
bertambah
signifikan
ditiap
tahunnya,
dengan
bertambahnya jumlah penduduk tersebut maka penjualan yang akan dihasilkan juga akan bertambah. Hal ini dapat dilihat pada tabel penjualan perusahaan makanan dan minuman pada periode 2007-2012. Tabel 1.2 Daftar Penjualan Perusahaan Makanan dan Minuman (dalam juta rupiah) Perusahaan
Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Akasha Wira Internasional Tbk
131.549
129.542
134.438
141.084
147.729
220.955
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
483.734
489.172
533.194
705.220
1752.802
2747.623
Cahaya Kalbar Tbk
812.635
1.963.638
1.194.544
718.205
1.238.169
1.123.519
27.858.304
38.799.279
37.140.830
38403.360
45.332.256
50.059.427
Indofood Sukses Makmur Tbk Mayora Indah Tbk
2.828.440
3.907.674
4.777.175
7.224.165
9.453.866
10.510.626
Prashida Aneka Niaga Tbk
600.060
713.114
592.358
928.527
1.246.291
1.305.117
Sekar Laut Tbk
237.050
313.125
276.312
314.146
344.435
401.724
Siantar Top Tbk
600.330
624.401
627.115
762.613
1.027.684
1.283.736
1.126.800
1.362.607
1.613.928
1.880.411
2.102.384
2.809.851
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
3
sumber : Indonesian Capital Market Directory Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penjualan perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2007-2012 secara keseluruhan mengalami peningkatan, ini artinya perusahaan pada sektor tersebut selalu mengalami pertumbuhan disetiap tahunnya, sehingga sektor makanan dan minuman memiliki prospek yang baik pada tahun-tahun berikutnya. Sedangkan struktur modal perusahaan makanan dan minuman adalah sebagai berikut: Grafik 1.1 Rata-rata Struktur Modal Perusahaan Makanan dan Minuman
rata-rata struktur modal 1,20 1,00 0,80 0,60
rata-rata struktur modal
0,40 0,20 0,00 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa struktur modal perusahaan makan dan minuman mengalami fluktuasi pada dari tahun 2007-2012. Yaitu pada tahun 2007 sebesar 98%, pada tahun 2008 turun menjadi 94%, pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan sehingga menjadi 50%%, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan manjadi 66%% diikuti pada tahun 2011 mengalami stagnasi pada posisi 66% dan pada 2012 mengalami peningkatan 4
sebesar 2% menjadi 68%. Padahal jika dilihat penjualan yang mengalami tren meningkat maka seharusnya akan dibarengi dengan penggunaan tingkat yang tinggi pula sebagai modal tambahan dalam rangka meningkatkan produktifitas dan penjualan produk. Namun kenyataannya justru penggunaan justru mengalami tren penurunan. Sehingga variabel struktur modal ini diambil sebagai variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor apa sajakah yang berperan dalam mempengaruhi struktur modal tersebut. Pada
dasarnya
tujuan
perusahaan
adalah
untuk
memaksimalkan
kesejahteraan pemilik melalui peningkatan nilai perusahaan. Kesejahteraan pemegang saham ditunjukkan melalui harga pasar perlembar saham perusahaan yang juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, pendanaan dan manajemen aktiva. Hal itu karena pada dasarnya keputusan suatu bisnis dinilai berdasarkan dampak yang ditimbulkan terhadap saham (Moeljadi, 2006 : 25). Jika dikaitkan dengan permasalahan persaingan global yang telah disebutkan, maka perusahaan akan menghadapi persoalan yang semakin kompleks. Yaitu bagaimana perusahaan agar dapat mencapai tujuan mereka di dalam persaingan yang sangat tinggi, maupun bagaimana meningkatkan nilai perusahaan guna memaksimalkan kesejahteraan pemilik. Sehingga strategi yang harus dilakukan perusahaan juga akan semakin kompleks pula, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan produksi maupun kegiatan pemasarannya. Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah aspek pendanaan atau permodalan. Aspek modal sangat erat kaitannya dengan kegiatan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
5
perusahaan akan dapat berjalan dan berkembang dengan baik apabila didukung dengan dana yang cukup sesuai kebutuhan yang diperlukan. Perusahaan yang baik dalam bidang permodalan apabila sebagian besar modal yang digunakan untuk investasi maupun operasional (modal kerja) berasal dari dana internal. Namun dengan keterbatasan sumber dana internal yang dimiliki maka perusahaan dalam melakukan ekspansi untuk dapat lebih berkembang harus mencari elternatif pendanaan yang berasal dari dana eksternal perusahaan (Bambang Supeno, 2009 :93). Ini artinya untuk dapat mengembangkan perusahaannya dan meningkatkan produktifitas diperlukan sebuah sumber dana yang banyak, akan tetapi karena terbatasnya sumber dana internal yang dimiliki perusahaan membuat perusahaan mencari dana lain dari luar perusahaan, kombinasi antara dana yang bersumber dari internal dan eksternal perusahaan inilah yang disebut struktur modal. Kebutuhan modal perusahaan dapat dipenuhi baik dari sumber internal perusahaan maupun sumber eksternal perusahaan. Sumber internal adalah sumber yang berasal dari dalam perusahaan, dimana pemenuhan kebutuhan modal tidak diambil dari luar perusahaan melainkan dari sumber dana yang dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri yaitu dalam bentuk laba yang tidak dibagikan atau laba ditahan. Sumber internal ini sering dianggap sebagai sumber utama perusahaan untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap atau pengeluaran modal, terutama bagi perusahaan yang mempunyai resiko usaha yang besar. Sedangkan sumber dana eksternal adalah sumber dana yang diambil dari dana eksternal meliputi hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Modal dari perusahaan didapatkan
6
dengan menjual surat berharga kepada masyarakat umum melalui pasar modal (Asih Suko Nugroho, 2006 :8). Dalam suatu perusahaan, manejemen keuangan yang dijalankan oleh seorang manajer keuangan memegang peranan penting untuk mengetahui bagaimana komposisi yang tepat sehingga dapat digunakan secara optimal oleh perusahaan dalam kegiatan operasional dan produksi. Salah satu peran manajer adalah upaya menjaga kelangsungan usaha untuk menyediakan dana dengan tetap memperhatikan faktor likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas (Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah, 2006 :17). Manajer keuangan dalam menjalankan perannya yang berhubungan dengan penyediaan modal perusahaan adalah dengan berpedoman pada salah satu fungsi keuangan, yaitu yang berkaitan dengan struktur modal dimana aspek yang diperhatikan dalam pendanaan yang diperlukan perusahaan tidak hanya pada seberapa besar dana itu didapat kemudian dialokasikan untuk investasi, tetapi juga dengan tetap memperhatikan faktor likuiditas perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dan jangka panjang, dan juga seberapa besar manfaat atau keuntungan yang akan dihasilkan dari dana yang telah didapat. Menurut Myers, yang mengemukakan teori struktur modal yang dikenal dengan balance theory dalam Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah (2006 : 19). Berkaitan dengan pengaruh hutang maka balancing menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan penambahan hutang, hutang memiliki manfaat dan biaya perimbangan antara manfaat dan biaya, inilah yang mengantarkan pada struktur modal optimal. Hutang menguntungkan perusahaan
7
karena pembayaran bunga diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang dibayar perusahaan berkurang. Hutang selain mempunyai segi positif, juga mempunyai segi negatif yaitu meningkatkan peluang untuk bangkrut dengan segala aspeknya. Myers dan Donaldson, dalam Murdika Alamsyah (2006 : 7) dalam teori tentang asimetri informasi (asymetric information theory), manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan ingin memaksimumkan nilai pemegang saham saat ini maka ada kecenderungan bahwa : jika perusahaan mempunyai prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan, dan jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana. Lebih lanjut Murdika Alamsyah mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemen keuangan dalam menentukan sumber pendanaan adanya faktor yang mempengaruhi sumber pendanaan tersebut, diantaranya adalah tingkat pertumbuhan penjualan, stabilitas penjualan, struktur aktiva, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, profitabilitas, struktur saingan dan karakteristik industri. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39), menyatakan bahwa bebarapa faktor penting dalam menentukan struktur modal (capital structure decisions) meliputi beberapa faktor, diantaranya stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi
8
pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Sedangkan struktur modal dapat diukur dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (Asih Suko Nugroho, 2006 : 6). Pemilihan struktur modal yang dilakukan oleh perusahaan, selain dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya hutang atau modal sendiri, ada faktor lain yang secara umum dapat mempengaruhi sumber pendanaan, diantaranya seperti size perusahaan, pembayaran deviden, penjualan, aset perusahaan, pertumbuhan perusahaan, keuntungan (profitabilitas), pajak, manajemen, leverage, likuiditas, non debt tax, resiko bisnis dan lain sebagainya. Dari beberapa faktor tersebut pengaruhnya terhadap struktur modal dan kinerja keuangan tidaklah sama, tentunya tergantung pada jenis perusahaan atau usahanya masing-masing dimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan atau beroperasi (Bambang Supeno, 2009 : 93). Banyak
penelitian
yang
dilakukan
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi strktur modal. Namun dari beberapa penelitian terdahulu ada ketidaksonsistenan hasil penelitian, dimana ada variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal sedangkan pada penelitian lainnya variabel tersebut tidak memiliki pengaruh. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai struktur modal antara lain dilakukan oleh Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) yang menggunakan lima variabel independen sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu company scale, profitabilitas, growth, non-debt tax shield, dan fluidity. Hasil
9
penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal dan fluidity berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan untuk variabel company scale, growth dan non-debt tax shiled tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina dan Johan Halim (2008). Christina dan Johan
menggunakan
empat
variabel
independen
sebagai
faktor
yang
mempengaruhi struktur modal yaitu profitabilitas, company’s size dan devidend payout. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal, variabel size berpengaruh positif terhadap, sedangkan pembagian deviden tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Penelitian
lain
yang
dilakukan
berkaitan
dengan
faktor
yang
mempengaruhi struktur modal adalah penelitian yang dilakukan oleh Faruk Hossain dan Ayub Ali (2012). Faruk dan Ayub menggunakan sepuluh variabel independen untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal, yaitu profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, ukuran perusahaan, stabilitas penjualan, non-debt tax shiled, devidends payout, likuiditas, kepemilikan manajerial dan klasifikasi industri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas, struktur aktiva, likuiditas dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif terhadap struktur aktiva. Variabel non-debt tax shield berpengaruh positif terhadap struktur aktiva. Dan variabel pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, stabilitas penjualan dan pembagian deviden tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan pada variabel klasifikasi perusahaan dibagi
10
menjadi enam industri, yaitu dimana dua industri tidak mempengaruhi sedangkan empat industri lainnya berpengaruh terhadap struktur modal. Dari beberapa faktor diatas dalam penelitian ini, penulis menggunakan empat faktor yang mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor tersebut antara lain struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas. Dari variabel tersebut diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, kesejahteraan pemilik modal dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas dan hasil penelitian terdahulu mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal menunjukkan hasil yang berbeda antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Hal ini yang membuat penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan
Likuiditas
Terhadap Struktur Modal Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2012”.
B. Perumusah Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu, 1.
Apakah struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal?
2.
Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal?
3.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal?
4.
Apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal?
11
5.
Apakah struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal?
6.
Berapa besar variabel independen (struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas) mampu mempengaruhi ataupun menjelaskan struktur modal?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Menganalisis pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. b. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal. c. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. d. Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap struktur modal. e. Menganalisis
pengaruh
struktur
aktiva,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal perusahaan secara simultan. f. Menganalisis profitabilitas,
besarnya ukuran
variabel
independen
perusahaan
dan
(struktur tingkat
aktiva,
tikuiditas)
mempengaruhi ataupun menjelaskan struktur modal perusahaan. 2. Manfaat Sedangkan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
12
a. Emiten, yaitu hasil penelitian dapat digunakan manajemen perusahaan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan modal sendiri atau modal pinjaman serta mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, setelah itu manajer keuangan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal. b. Investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran dan bahan pertimbangan unuk mengambil keputusan dalam berinvestasi pada sebuah perusahaan. c. Civitas akademik, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam membuat penelitian yang berkaitan dengan struktur modal perusahaan.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan. Komponen modal terdiri dari setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba dan lainnya (Kasmir, 2010 : 81). Menurut S. Munawir (2001 : 19), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang terdapat pada sisi kanan neraca perusahaan yaitu pada pos modal saham atau laba ditahan. Sedangkan modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Perimbangan antara seluruh modal asing dan modal sendiri disebut struktur keuangan, sedangkan perimbangan antara modal asing dan modal sendiri yang bersifat jangka panjang akan membentuk struktur permodalan. Bambang Riyanto (2001 : 17) mengemukakan modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya, kemudian pengertian modal modal dinilai pada nilai, daya beli, atau kekuasaaan memakai atau menggunakan hal-hal yang terkandung dalam barang-barang modal. Sedangkan menurut Brigham (2006 : 62) modal adalah jumlah dari hutang jangka panjang, saham preferen dan ekuitas saham biasa atau mungkin pos-pos tersebut plus hutang jangka pendek yang dikenakan bunga.
14
Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa modal digunakan sebagai hal penting dalam kegiatan produksi sebuah perusahaan. Modal dapat berasal dari modal sendiri, modal asing maupun perpaduan antara modal sendiri dengan modal asing yang kemudian disebut dengan struktur keuangan. a. Sumber modal Menurut Bambang Rianto (2001 : 156) dilihat dari asalnya sumber modal terdiri dari : 1) Sumber internal Modal yang berasal dari sumber internal adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana internal yaitu, dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar bunga, dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana perusahaan dan biaya pemakaian relatif murah. Sumber internal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan adalah laba ditahan dan penyusutan (depresiasi). 2) Sumber eksternal Modal
yang berasal
dari
luar
perusahaan.
Alasan
perusahaan menggunakan sumber dana eksternal adalah jumlah dana yang digunakan tidak terbatas, dapat dicari dari berbagai
15
sumber dan dapat bersifat fleksibel. Yang merupakan sumber dana eksternal adalah sebagai berikut: a) Supplier Supplier merupakan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik jangka pendek (kurang dari satu tahun), maupun jangka menengah (lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun). Penjualan kredit dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Pabrik sering menjual mesin atau peralatan lain kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun. b) Bank Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran. c) Pasar modal Pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal dan emitan yang membutuhkan dana. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang
16
menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang defisit tabungan. b. Jenis-jenis modal 1) Modal asing Dalam pasal 1 angka 8. UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal asing juga telah ditentukan pengertian modal asing, yaitu modal yang dimiliki oleh Negara asing perorangan warga Negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing dan atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Modal asing dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka menengah dan hutang jangka panjang. Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek antara lain kredit rekening koran, kredit dari penjualan, kredit dari pembeli dan kredit wesel, dengan jangka waktunya paling lama satu tahun. Hutang jangka menengah terdiri dari term loan dan leasing, dengan waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Sedangkan hutang jangka panjang jangka waktunya lebih dari 10 tahun, umumnya digunakan untuk membelanjakan perluasan perusahaan atau memodernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.
17
Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik (Bambang Riyanto, 2005 : 171). 2) Modal sendiri Modal sendiri atau ekuitas (laba ditahan dan dana yang diperoleh dari penjualan saham). Biaya laba ditahan perusahaan mencerminkan biaya kesempatan pengembalian yang diperoleh para pemegang sham jika meraka menerima laba dalam bentuk deviden dan menginvestasikan dana itu sendiri. Biaya ekuitas baru perusahaan juga mencerminkan biaya kesempatan, pengembalian diperoleh
para
pemegang
modal
baru
jika
mereka
menginvestasikan dananya dalam bentuk lain, bukan dalam perusahaan. Biaya ini lebih tinggi daripada biaya laba ditahan karena juga mencakup beban yang terkait penjualan saham baru atau biaya mengambang (Jeff Madura, 2006 : 239). Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman mempunyai jatuh tempo. Menurut Erich A. Helfert (1997 : 242), ada dua sumber utama dari modal sendiri, yaitu: a) Modal saham preferen, bentuk kepemilikan ekuitas ini secara konseptual berada pada titik tengah antara hutang dan saham biasa. Walaupun berada pada peringkat yang lebih rendah dibandingkan sebagai kreditor perusahaan, pemegang saham preferen mempunyai klaim terhadap laba perusahaan dengan
18
peringkat lebih tinggi daripada posisi pemegang saham biasa. Dalam hal likuiditas, klaim pemegang saham preferen dipenuhi sebelum klaim tersisa untuk pemegang saham biasa. b) Modal saham biasa, pemegang saham biasa sebagai pemilik dalam urutan terakhir dari perusahaan (klaim saham biasa berlaku untuk semua aktiva dan laba yang tidak dituntut oleh kalim sebelumnya) memberikan dana jangka panjang dengan harapan memperoleh imbalan dari peningkatan nilai ekonomi saham. Nilai tambahan ini terdiri dari dampak pertumbuhan laba dan pertumbuhan deviden yang diterima pada nilai pasar, yang selanjutnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan risiko tertentu dalam industri dan perusahaan. 2. Pengertian Struktur Modal Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010 : 1), struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara hutang dan modal sendiri (saham preferen
dan
saham
biasa)
yang
digunakan
perusahaan
untuk
merencanakan mendapatkan modal. Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan return : a. Penggunaan lebih banyak hutang akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham, misal risiko insolvabilitas, kenaikan suku bunga dan financial distress. b. Penggunaan hutang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi return atas ekuitas menjadi lebih tinggi. Misalnya
19
adanya penghematan pajak karena bunga yang akhirnya dapat meningkatkan earning per share dan return on equity. Menurut Rodoni dan Indoyama (2007 : 45), struktur modal adalah sesuatu
yang berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen
perusahaan yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perusahaan dengan cepat memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal perusahaan. Dan dapat memaksimalkan harga saham. Hal ini yang menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni membuat komposisi sumber pembiayaan yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010 : 138). Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001 :22), mengatakan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan tercermin keseluruhan pasiva dalam neraca, yaitu keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dan jumlah modal sendiri. Dan Syafaruddin Alwi (1994 :329), mengatakan bahwa stuktur modal merupakan
masalah yang penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan, karena secara langsung berakibat terhadap biaya modal, keputusan tentang capital budgeting dan harga pasar. Menurut Brealey dan Myers dalam David Sukardi dan Chrtistian Herdinata (2009 : 19), struktur modal perusahaan terpusat pada kombinasi antara hutang dan modal. Pilihan struktur modal secara fundamental
20
merupakan masalah marketting. Lebih lanjut dijelaskan, perusahaan dapat menerbitkan beberapa saham yang berbeda dengan berbagai kombinasi. Namun perusahaan berusaha pula untuk menemukan kombinasi yang mampu mengoptimalkan nilai pasar. Struktur modal yang optimal adalah salah satu hal yang dapat memaksimalkan nilai pasar saham perusahaan yang beredar. Jika kombinasi ideal ini dapat diciptakan, maka saham perusahaan akan mencapai harga maksimal dan struktur modal yang digunakan merupakan struktur modal yang optimal. Keputusan
pendanaan
(struktur
modal)
akan
menyangkut
penentuan kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, 1) yang berhubungan dengan pendanaan ekstern karena akan mengarah pada pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni akan menentukan proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini tampak pada debt to equity ratio perusahaan tersebut. 2) yang berhubungan dengan pendanaan intern, aplikasinya adalah penentuan kebijakan deviden yang digambarkan melalui devidend payout ratio (Moeljadi, 2006 :237). Dengan demikian struktur modal memiliki beberapa unsur penting yang dapat diambil berdasarkan pendapat di atas, yaitu (1) bahwa modal yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari perimbangan antara modal sendiri dengan modal asing, (2) sehingga dapat dikatakan merupakan cerminan keseluruhan pasiva dalam neraca dan (3) masalah penting dalam
21
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena secara langsung berakibat terhadap keuangan perusahaan. 3. Teori Struktur Modal Untuk mencapai struktur modal yang optimal, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang struktur modal. Kegunaan mempelajari teori tersebut adalah untuk mengasah perspektif dan memudahkan perumusan suatu kebijakan struktur modal yang baik. 1. Teori Struktur Modal Tradisional Menurut Darmawan Sjahrial (2008 :179), bahwa teori struktur modal dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: a. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach) Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Karena tingkat kapitalisasi dan biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal
rata-rata
tertimbang
semakin
kecil
sebagai
akibat
penggunaan hutang yang semakin besar. b. Pendekatan
Laba Operasi
Bersih (Net
Operating Income
Approach) Pendekatan laba operasi bersih berlawanan dengan pendekatan laba bersih, karena menurut laba operasi bersih, biaya
22
hutang bersifat tetap atau tidak berubah walaupun leverage bertambah. Dalam pendekatan laba operasi diasumsikan bahwa investor akan meminta premi karena adanya resiko keuangan akibat adanya penambahan leverage sehingga mengakibatkan tingkat kapitalisasi akan naik secara proporsional dengan kenaikan leverage. Artinya penambahan hutang karena biayanya murah dan pengurangan saham karena biayanya mahal tidak berpengaruh terhadap biaya modal rata-rata tertimbang, walaupun ada efek yang menguntungkan dalam penambahan hutang akan tetapi akan diimbangi oleh kenaikan tingat kapitalisasi. Nilai total perusahaan tidak berubah walaupun adanya tambahan leverage sehingga dalam pendekatan ini dapat dikatakan tidak ada struktur modal yang optimal, berapapun penggunaan leverage tidak akan mengubah nilai perusahaan. c. Pendekatan Tradisional Pendekatan ini mengasumsikan bahwa tingkat leverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik biaya modal sendiri maupun biaya hutang relatif konstan. Namun, demikian setelah leverage rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih
23
murah. Akibatnya, biaya modal rata-rata tertimbang yang pada awalnya menurun, setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan ini, terdapat struktur modal optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum. 2. Teori Struktur Modal Modern a. Modigliani dan Miller (MM) Menurut Modigliani dan Miller, dalam David Sukardi Kodrat dan Christian Herdinata (2009 : 109) melalui teori capital structure irrelevance menyimpulkan bahwa financial leverage tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Hal ini terjadi karena penggunaan hutang tidak merubah weighted average cost of capital. Biaya hutang lebih kecil dibandingkan biaya modal sendiri. Namun semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula risikonya sehingga biaya modal sendiri akan bertambah. Artinya kenaikan penggunaan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan karena keuntungan dari biaya hutang lebih kecil ditutup dengan naiknya biaya modal sendiri. Teori ini didasarkan pada asumsi yang mencakup pasar modal yang sempurna, investor
24
memiliki ekspektasi tentang aliran laba perusahaan yang sama, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan perusahaan hanya dapat menerbitkan dua jenis sekuritas yaitu risk equity dan riskfree debt. Modigliani dan Miller, melanjutkan hasil penelitiannya dengan mengubah asumsi tidak adanya pajak menjadi adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan sebagai penentu struktur modal perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Namun di sisi lain, penggunaan hutang akan menimbulkan biaya kesulitan keuangan (David Sukardi Kodrat, 2009 : 110). b. Trade-off Theory Murdika Alamsyah (2006 : 6) mengemukakan trade off theory memang tidak dapat digunakan unruk menentukan struktur modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Tetapi melalui model ini dapat memberikan tiga masukan penting: 1.
Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi variabilitas keuntungannya akan memiliki profitabilitas financial distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus menggunakan sedikit hutang.
2.
Aktiva tetap yang tidak umum, aktiva tetap yang tidak nampak dan kesempatan berkembang akan kehilangan banyak nilai
25
jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini seharusnya menggunakan sedikit hutang. 3.
Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai sedikit pajak yang besar) sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah (tingkat pajak rendah).
c. Balancing Theory
Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories Myers dan Bayles and Diltz dalam Suad Husnan (2000 : 300) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar, hutang
akan
ditambah.
Tetapi
bila
pengorbanan
karena
menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) dan biaya keagenan (agency cost). Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress price yaitu kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan dianggap
bangkrut.
Semakin
besar
kemungkinan
terjadi
kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin
26
tidak menarik menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri akan naik dengan tingkat
yang
makin
cepat.
Sebagai
akibatnya,
meskipun
memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan. d. Pecking Order Theory Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf dalam Suad Husnan dan Pudjiastuti (2004: 324). Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang berbeda dengan pemikiran teori struktur modal yang telah dibahas. Teori ini menyatakan bahwa: 1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan). 2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis. 3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, mesikpun pada kesempatan lain mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki. 27
4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas paling aman terlebih dulu. Yaitu dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarateristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaanperusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu (i) dana intenal tidak cukup dan (ii) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. e. Asymetric Information Theory Teori ini diajukan oleh Gordon Donaldson dari Harvard University dalam Darmawan Sjahrial (2008 : 207) tentang informasi yang tidak simetris. Asymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan ingin memaksimukan nilai untuk pemegang saham saat ini, bukan pemegang saham baru, ada kecenderungan bahwa:
28
1. Jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah tersebut dinikmati pemegang saham saat ini). 2. Jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana (ini akan menguntungkan pemegang saham saat ini karena tanggung jawab mereka berkurang). Masalahnya adalah para investor tahu kecenderungan ini sehingga mereka melihat penawaran saham baru sebagai pertanda berita buruk sehingga harga saham perusahaan cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal sendiri menjadi tinggi. Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung turun. Hal ini mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang daripada menerbitkan saham baru. Sehingga Gordon Donaldson menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan : 1. Laba ditahan dan dana depresiasi 2. Hutang 3. Penjualan saham baru f. Signalling Theory Isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang member petunjuk bagi investor tentang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001 : 36). Perusahaan
29
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2001 :39), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat dibedakan menjadi : a. Stabilitas penjualan Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang relatif stabil akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang tidak stabil pendapatannya, perusahaan yang mempunyai pendapatan yang relatif tidak stabil dan tidak dapat diprediksi akan menanggung resiko tidak dapat membayar angsuran-angsuran hutangnya pada tahun-tahun atau keadaan yang buruk. Untuk perusahaan public utilities,
dimana relatif
mempunyai penjualan yang stabil akan mempunyai kesempatan 30
lebih baik untuk mengadakan pinjaman atau penarikan modal asing dibandingkan dengan perusahan industri barang-barang mewah. b. Ukuran perusahaan Perusahaan yang besar maka setiap perluasan modal saham hanya
akan
mempunyai
pengaruh
yang
kecil
terhadap
kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan sehingga akan lebih berani untuk mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya
untuk
membiayai
pertumbuhan
penjualan
dibandingkan dengan perusahaan kecil. c. Struktur aset Struktur aset perusahaan yang fleksibel akan mudah diperjual-belikan cenderung akan menggunakan leverage yang lebih besar dari pada perusahaan dengan struktur aset yang tidak fleksibel. Dalam suatu perusahaan, struktur aset akan mempunyai pengaruh terhadap sumber pembelanjaan dengan beberapa cara, pertama, bagi perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. d. Operating leverage Operating bisnis merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat resiko bisnis. Artinya bahwa semakin besar operating
31
leverage perusahaan, maka semakin besar variasi keuntungan akibat perubahan dan akan berdampak semakin besar pula resiko perusahaan. e. Tingkat pertumbuhan perusahaan Ketika hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Hal ini cukup
menjadi
alasan
karena
perusahaan
berkemungkinan
dihadapkan oleh adanya biaya emisi saham biasanya lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya pengeluaran obligasi. f. Profitabilitas Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian lebih tinggi atas invetasinya lebih cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil, karena perusahaan dianggap telah mampu menyediakan dana yang cukup dari laba ditahan atau dana yang dihasilkan internal. g. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai tinggi bagi perusahaan yang terkena tarif pajakyang tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi tarif pajak perusahaan, semakin besar pula manfaat penggunaan hutang. h. Pengendalian
32
Pengaruh
hutang
versus
saham
terhadap
posisi
pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Akan tetapi pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki pengunaan hutang atau ekuitas karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik bagi manajemen bervariasi dari situasi ke situasi yang lain. i. Sikap manajemen Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi dari pada struktur modal lainnya, maka manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang tepat. j. Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penialai kredibilitas Analisis manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan diakui keberadaannya, namun seringkali sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas mempengaruhi keputusan struktur keuangan perusahaan. Ini artinya bahwa perusahaan membicarakan struktur keuangan dengan pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas serta saran yang diterima akan sangat diperhatikan dan digunakan oleh perusahaan. k.
Kondisi pasar Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Apabila
33
gelombang konjungtur meninggi, maka akan lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Oleh karena itu seharusnya bila perusahaan ingin mengeluarkan atau menjual sekuritasnya haruslah selalu meyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. l. Kondisi internal perusahaan Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. Artinya adalah bahwa perusahaan akan memilih kondisi yang tepat untuk pembiayaan perusahaan apakah melakukan pendanaan dari dalam atau luar perusahaan. m. Fleksibilitas keuangan Sebagai manajer pendanaan yang baik adalah selalu dapat menyediakan
modal
yang
diperlukan
untuk
mendukung
operasional perusahaan. Moeljadi (2006 : 274) mengemukakan bahwa penentuan struktur
modal juga perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Tujuan perusahaan Jika tujuan manajer adalah memaksimumkan kekayaan para pemegang saham, maka struktur modal yang optimal adalah yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan. Sedangkan apabila tujuan para manajer memaksimumkan keamanan pekerjaannya, maka struktur modal yang optimal terletak pada leverage rata-rata perusahaan lain dalam satu industri.
34
2. Tingkat leverage perusahaan yang sama dalam satu industri. 3. Kemampuan dana internal Penentu utama dana intern adalah tingkat pertumbuhan pendapatan.
Tingkat
pertumbuhan
pendapatan
yang
tinggi
memungkinkan manajemen memperoleh dana yang lebih besar daripada laba ditahan yang akan mengurangi dana pinjaman. Dengan demikian, kemampuan dana intern ini bukan hanya dipengaruhi oleh rate of growth, tetapi juga oleh kebijakan pembagian laba. 4. Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara Apabila saham yang ada dalam perusahaan hanya dimiliki oleh sejumlah kecil pemilik, maka manajer akan segan untuk mengeluarkan saham baru. 5. Batas kredit Usaha manajemen untuk menyesuaikan struktur modal dengan yang lain diinginkan dipengaruhi oleh sikap kreditor terhadap perusahaan tersebut. 6. Besarnya perusahaan Suatu perusahaan
yang berukuran besar lenih mudah
memperoleh pinjaman jika dibandingkan perusahaan kecil. 7. Pertumbuhan aktiva perusahaan Pertumbuhan aktiva dapat dijadikan indikator bagi kesempatan pengembangan perusahaan pada waktu yang akan datang, sebab dapat
35
memberikan gambaran bagi kebutuhan dana secara total dalam perusahaan tersebut. 8. Stabilitas earning Berhubung dengan variabilitas earnings dapat menjadi ukuran risiko bisnis suatu perusahaan, maka calon kreditor cenderung memberikan pinjaman kepada perusahaan yang mempunyai earnings yang relatif stabil. 9. Biaya modal sendiri Karena biaya modal sendiri dapat merefleksikan harga saham, maka turun naiknya harga saham akan menunjukkan harapan bagi equity financing yang murah atau mahal yang dapat mengakibatkan dept financing menjadi kurang atau lebih menarik. Perubahan harga saham akan mempunyai hubungan yang negatif dengan debt to equity ratio. 10. Biaya hutang Jika biaya hutang lebih besar dari rentabilitas aktiva, maka penambahan
hutang
akan membawa
efek
unfavourable bagi
rentabilitas modal sendiri. 11. Tarif pajak Karena pembayaran bunga merupakan tax-deducatible bagi perusahaan, maka dept financing akan lebih menarik daripada equity financing. Dengan demikian, tarif pajak dan debt to equity ratio dihipotesiskan memiliki hubungan yang positif.
36
12. Perkiraan tingkat inflasi Perkiraan tingkat inflasi akan mempengaruhi permintaan dan penawaran dana. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, perusahaan menyenangi dept-financing. 13. Kemampuan dana sumber hutang Penawaran dana secara aggregate terutama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Berkurangnya ketersediaan dana ekstern mengakibatkan dept financing menjadi lebih mahal. 14. Kebiasaan umum di pasar modal Kebiasaan yang kaku di pasar modal, misalnya investor yang hanya menyenangi surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh bank, perusahaan asuransi dan public utility, akan menyulitkan perusahaan untuk segera merubah struktur modalnya. 15. Struktur aktiva Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital insentive, maka yang diutamakan adalah equity financing. Artinya, modal pinjaman hanya merupakan pelengkap, terutama untuk memenuhi kebutuhan dana bagi modal kerja. 5. Struktur Aktiva Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan. Brigham dan Gapenski (1996 : 190) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak
37
memiliki jaminan. Teori ini juga konsisten dengan Lukas Setia Atmaja (1999 : 56) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagi agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif besar. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, maka perusahaan tersebut akan menggunakan pembiayaan hutang hitpotik jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup hutangnya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas (penjualan) masingmasing perusahaan, sebaiknya dibiayai dengan pembiayaan hutang jangka pendek (Weston dan Copeland, 1997 : 363). Menurut Bambang Riyanto (2001 : 298), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. Jadi dapat
38
dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. 6. Profitabilitas Profitabilitas memperoleh
laba.
menunjukkan
kemampuan
Profitabilitas
adalah
perusahaan
kemampuan
dalam
perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Agus Sartono, 2001 : 130). Profitabilitas adalah untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba rugi dengan nilai buku investasi. Rasio profitabilitas kemudian dapat dibandingkan dengan rasio yang sama dengan rasio korporasi lainnya pada tahun-tahun sebelumnya atau sering disebut sebagai rasio rata-rata industri (Tampubolon, 2005 :39). Menurut Kasmir (2010 : 115) profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, intinya adalah bahwa rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001 :40), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan internal.
39
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan. Secara umum rasio profiabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal. Maka dalam penelitian ini menggunakan cara pengukuran Return on Asset (ROA). 7. Ukuran Perusahaan Menurut Brigham dan Houston (2001 : 117), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Menurut Abdul Halim (2007 : 93), semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Dari referensi-referensi diatas, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh pada struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa pada perusahaan besar dapat membiayai investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena mempunyai tingkat
40
pertumbuhan penjualan yang tinggi dan kecilnya informasi asimetris terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi, dengan diperolehnya dana lewat pasar modal menjadikan proporsi hutang menjadi semakin kecil dalam struktur modalnya. Untuk itu perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek karena biayanya yang lebih murah dan perusahaan besar lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula. 8. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang segera dibayar. Alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aktiva yang bersifat likuid, yakni aktiva lancar dengan perputaran kurang dari satu tahun, karena lebih mudah dicairkan daripada aktiva tetap yang perputarannya lebih dari satu tahun (Harahap, 2010 : 301). Dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan, sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya lain yang masih harus dibayar terutama gaji dan upah (J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland, 1995 : 282).
41
Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar, perhitungan rasio ini didasarkan pada perbandingan sederhana total aktiva lancar dan kewajiban lancar. Aktiva lancar ini merupakan jumlah aktiva likuid, misalnya kas yang tersedia untuk bisnis. Sementara kewajiban lancar memberikan indikasi kebutuhan akan kas dimasa depan (Ciaran Walsh, 2003 : 106). 9. Keterkaitan
antara
Variabel
Independen
terhadap
Variabel
Dependen a. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar (Lukas Setia Atmaja, 2008 : 273). Menurut Bambang Riyanto (2001 : 65) kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan Faruk Hossain dan Ayub Ali (2012) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Ali Kesuma (2009) dan Bram Hadianto dan Christian Tayana (2010)
42
mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. b. Pengaruh struktur profitabilitas terhadap struktur modal Seringkali
pengamatan
menunjukkan
bahwa
perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil dan tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembaliannya yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2001 : 40). Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif variabel profitabilitas terhadap struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh L. V. L. N. Sarma, Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli (2010) diketahui bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009), Christina dan Johan Halim (2008) dan Murdika Alamsyah Hasan (2010) diketahui bahwa terdapat pengaruh negatif antara profitabilitas terhadap struktur modal. c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal Perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena kemudahaan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula (Darmawan Sjahrial, 2008
43
: 205), karena perusahaan dengan ukuran lebih besar, mempunyai kepercayaan lebih besar dalam mendapatkan sumber dana, sehingga akan memudahkan untuk mendapatkan kredit dari pihak luar. Oleh karena itu, ukuran perusahaan yang besar merupakan sinyal positif bagi kreditur untuk memberikan pinjaman. Sehingga ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan tidak mempengaruhi struktur modal, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Christina dan Johan Halim (2008) dan L. V. L. N. Sarma, Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli (2010), menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan merupakan perwakilan dari kemungkinan kebangkrutan, maka dengan demikian ukuran perusahaan mempunyai dampak positif terhadap penggunaan hutang. d. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal Posisi
likuiditas
perusahaan
yang
tinggi
menunjukkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Dewi Astuti, 2004 : 31). Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan
laba
ditahan
sebelum
menggunakan
hutang
atau
menerbitkan saham baru. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory 44
yang
menyarankan
bahwa
manajer
lebih
senang
menggunakan
pembiayaan dengan urutan pertama laba ditahan, kemudian hutang dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal biayanya paling murah adalah hutang. Pertimbangan lain karena biaya langsung untuk pembiayaan dari dalam yaitu yang ditahan lebih murah dibandingkan dengan biaya modal yang berasal dari penerbitan emisi saham baru (Dermawan Sjahrial, 2008 : 205). Perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi berarti mempunyai kemampuan membayar hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutang, yang akhirnya struktur modal akan menjadi lebih kecil. Maka dapat dikatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftiane dan Ratih Handayani (2011) menunjukkan bahwa likuiditas tidak mempengaruhi struktur modal, namun pada penelitian yang dilakukan Faruk Hossain
dan Ayub Ali (2012) bahwa likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal.
B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Christina dan Johan Halim (2008) yang berjudul Analysis of Relationship between Determinants of Capital Structure across Industries at Jakarta Stock Exchange dari tiga variabel independen yang digunakan yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan dan pembayaran deviden. Terdapat dua variabel yang berpengaruh yaitu ukuran perusahaan 45
dan profitabilitas, sedangkan pembayaran deviden tidak mempengaruhi struktur modal. Hasa Nurrohim KP (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia menyatakan bahwa profitabilitas dan kontrol kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Bambang Supeno (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta, menyatakan bahwa dari pengujian secara parsial dapat disimpulkan bahwa dari lima variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal, yaitu ukuran perusahaan, likuiditas dan non debt tax sedangkan variabel pembagian deviden dan perubahan aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Empirical Research of the Capital Structure Influencing Factors of Electric Power Listed Companies, menyatakan bahwa dari lima variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal, yaitu profitabilitas dan fluidity, sedangkan pertumbuhan perusahaan, non-debt tax shield dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
46
Penelitian yang dilakukan L. V. L. N. Sarma, Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Factors Influencing Capital Structures : an Analysis of Companies in Malaysia dari sembilan variabel independen yang digunakan terdapat empat variabel yang berpengaruh yaitu ukuran perusahaan, non debt tax shield, safety consideration dan deviation from target debt adalah variabel yang mempengaruhi struktur modal, sedangkan profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, arus kas bebas, financial slack dan agency conflict tidak mempengaruhi sruktur modal. Murdika Alamsyah Hasan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) menyatakan bahwa variabel operating
leverage,
struktur
aktiva,
tingkat
pertumbuhan,
tidak
mempengaruhi struktur modal sedangkan variabel devidend payments,tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan mempengaruhi sturktur modal. Faruk Hossain dan Ayub Ali (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Impact of Firm Specific Factors on Capital Structure Decision : an Empirical Study of Bangladesh Companies terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal yaitu profitabilitas, non debt tax shield, likuiditas, struktur aktiva dan kepemilikan manajerial. Sedangkan empat variabel lain yaitu pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, volatilitas penjualan dan pembayaran deviden tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
47
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Peneliti Christina dan Analysis of Johan Halim Relationship (2008) between Determinants of Capital Structure across Industries at Jakarta Stock Exchange. Hasa Pengaruh Nurrohim Profitabilitas, KP (2008) Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Bambang Analisis FaktorSupeno faktor yang (2009) Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta.
Yuanxin Liu Empirical dan Xiangbo Research of the Ning (2009) Capital Structure Influencing Factors of Electric Power Listed Companies.
Variabel Independen Profitabilitas Ukuran Perusahaan
Perbedaan Penelitian Tidak terdapat variabel pembayaran deviden.
Pembayaran Deviden Profitabilitas
Tidak terdapat Fixed Asset variabel Ratio kontrol kepemilikan Kontrol dan sampel Kepemilikan perusahaan.
Persamaan Penelitian Terdapat dua variabel yang sama, profitabilitas dan pembayaran deviden.
Hasil Penelitian Signifikan
Terdapat variabel yang sama, profitabilitas, dan struktur aktiva.
Signifikan
Struktur Aktiva Ukuran Perusahaan Likuiditas Non Debt Tax Pembagian Deviden
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan Signifikan
Tidak Signifikan Tidak terdapat variabel non debt tax, pembayaran deviden dan perubahan aset.
Terdapat dua variabel sama, ukuran perusahaan dan likuiditas dan sampel perusahaan sama.
Signifikan
Signifikan Signifikan Tidak Signifikan
Perubahan Aset Profitabilitas
Tidak Signifikan Tidak Terdapat dua Signifikan terdapat sampel sama Fluidity variabel profitabilitas Signifikan fluidity, non dan ukuran Pertumbuhan debt tax dan perusahaan. Tidak Perusahaan pertumbuhan Signifikan perusahaan. Non-debt Tax Tidak Shield Signifikan
48
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Independen Ukuran Perusahaan
Penelitian yang dilakukan L. V. L. N. Sarma, Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli (2010)
Factors Influencing Capital Structures : an Analysis of Companies in Malaysia
Ukuran Perusahaan
Hasil Penelitian Tidak Signifikan
Tidak terdapat variabel non Non Debt Tax debt tax Shield shield, safety consideration, Safety deviationfrom Consideration target debt, financial Deviation slack, agency from Target conflict, Debt pertumbuhan perusahaan Profitabilitas dan arus kas bebas. Pertumbuhan Perusahaan Arus Bebas
Kas
Devidend Payments Tingkat Profitabilitas Ukuran Perusahaan Operating Leverage
Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Agency Conflict Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)
Signifikan
Tidak Signifikan
Financial Slack
Murdika Alamsyah Hasan (2010)
Terdapat dua Signifikan variabel sama ukuran Signifikan perusahaan dan profitabilitas. Signifikan
Tidak terdapat variabel pembayaran deviden, leverage operasi dan tingkat pertumbuhan. Perbedaan sampel perusahaan.
Terdapat tiga Signifikan variabel sama profitabilitas, Signifikan ukuran perusahaan dan struktur Signifikan aktiva. Tidak Signifikan
49
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Independen Struktur Aktiva
Tingkat Pertumbuhan Faruk Impact of Firm Profitabilitas Hossain dan Specific Factors Ayub Ali on Capital Non Debt Tax (2012) Structure Shield Decision : an Empirical Study Likuiditas of Bangladesh Companies Struktur Aktiva Kepemilikan Manajerial Pertumbuhan Perusahaan
Hasil Penelitian Tidak Signifikan
Tidak terdapat variabel non debt tax shield, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, volatilitas penjualan dan pembayaran dividen, perbedaan sampel perusahaan.
Tidak Signifikan Signifikan
Terdapat empat variabel Signifikan sama, profitabilitas, likuiditas, Signifikan struktur aktiva dan Signifikan ukuran perusahaan. Signifikan
Tidak Signifikan
Ukuran Perusahaan,
Tidak Signifikan
Volatilitas Penjualan
Tidak Signifikan
Pembayaran Dividen
Tidak Signifikan
50
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. Dimana dalam kerangka pemikiran ini diberikan skema singkat mengenai alur penelitian yang menggambarkan proses penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam hal ini adalah struktur modal perusahaan yang diproksi dengan debt to equity ratio dan variabel independennya adalah profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan likuiditas yang dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda. Kerangka teori yang akan dituliskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
51
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Publikasi Bursa Efek Indonesia Perusahaan Makanan dan Minuman
Struktur Aktiva (X1)
Profitabilitas (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Likuiditas (X4)
Struktur Modal (Y)
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik: a. Normalitas b. Multikoliniearitas c. Heteroskedastisitas d. Autokorelasi
Interpretasi
Regresi Liniear Berganda: Uji Koefisien Determinan (Adujusted R2)
Uji Hipotesis: a. Uji t b. Uji F
Kesimpulan dan Saran
52
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat diuji. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H01 : Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Ha1 : Struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. H02 : Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Ha2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. H03 : Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. H04 : Likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Ha4 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. H05 : Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas secara simultan tidak mempengaruhi struktur modal. H1 : Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas secara simultan mempengaruhi struktur modal.
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2012. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data runtun waktu perusahaan makanan dan minuman selama enam tahun dari 2007-2012.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan adalah purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009 : 60). Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: 1. Merupakan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2012, jika perusahaan baru terdaftar pada tahun tersebut atau delisting pada tahun tersebut maka perusahaan tidak dapat dijadikan sampel. 2. Mengeluarkan laporan keuangan tahunan selama periode 2007-2012. 3. Tidak mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut selama periode tersebut.
54
4. Periode pelaporan keuangan didasarkan pada tanggal 31 Desember. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa sampel yang digunakan tidak meliputi perusahaan dengan laporan tahunan yang berbeda-beda. Sehingga didapat jumlah sampel sebagai berikut Jumlah perusahaan makanan dan minuman
= 14
Perusahaan yang delisting dan baru listing selama 2007-2012
=4
Perusahaan yang mengalami kerugian berturut-turut selama 3 tahun
=1
Jumlah sampel didapat
=9 Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan
No
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Mayora Indah Tbk (MYOR) Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN) Sekar Laut Tbk (SKLT) Siantar Top Tbk (STTP) Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ)
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun dengan periode yang diteliti dari tahun 2007-2012 yang diambil dari Indonesia Capital Market Directory.
55
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas dari Laporan Keuangan perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2007-2012. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library Research). Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
D. Metode Analisis Data Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan
program komputer (software) SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini: 1. Statistik Deskriptif Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi bak secara
56
grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum (Ghozali, 2011:19). 2. Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang sering timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih Santoso (2012:230), tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
57
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut : 1.
Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Menurut Ghazali (2011:161), metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 2.
Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011 : 75). b. Uji Multikolinieritas Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat dihindari. Menurut Singgih (2012:234), tujuan uji multikolinieritas adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (Multiko).
58
Imam Ghazali (2011:106) mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai TOL (Tolerance) dab VIF (Varian Inflation Faktor). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah: a) Ho: VIF > 10, terdapat multikolinieritas b) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011 : 139). Deteksi
heteroskedastisitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakn metode Scatterplot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul ditengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Salah satu kelemahan pengujian secara grafik adalah tidak jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan secara subkjektif tentunya dapat mengakibatkan perbedaan keputusan
59
antara satu orang dengan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan uji formal
untuk
memutuskannya.
Uji
formal
yang
digunakan
menggunakan korelasi Rank-Spearman. Korelasi
Rank-Spearman
digunakan
untuk
mengetahui
hubungan antar variabel jika data yang digunakan sekurang-kurangnya memiliki skala ordinal. Analisis korelasi Rank-Spearman ini merupakan jenis analisis korelasi yang didasarkan pada rangking yang paling banyak digunakan. Dalam hal ini jika nilai Sig. > α (Sig. > 0,05) maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011 : 112). d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011:110). Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dasar pengambilan keputusan ada tidaknya gejala autokorelasi adalah (Ghozali, 2011:111) Tabel 3.2 Tabel DW Hipotesis nol Keputusan Tidak ada autokorelasi positif Tolak Tidak ada autokorelasi positif No desicison Tidak ada korelasi negatif Tolak Tidak ada korelasi negative No decision Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak
Jika 0 < d
60
Pengobatan Autokorelasi Jika regresi kita memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesainnya antara lain (Ghozali, 2011:121). a) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar. b) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal menjadi model difference. 3. Pengujian Hipotesis Dari perhitungan dengan SPSS 19.0 akan diperoleh keterangan atau hasil mengenai Uji-t dan Uji F untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut : a) Uji-t (Parsial) Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 18) setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan uji-t. Adapun hipotesis dalam uji-t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
61
terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil dari uji-t dapat dilihat dari hasil output SPSS. Bila thitung lebih besar dari ttabel (one tailed) serta tingkat signifikannya (p-value) lebih kecil dari 5% (α = 0.05), maka hal ini menunjukkan H3 ditolak dan H4, H5, H6, H7 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh signifikan antara variabel independen secara parsial. Uji-t menggunakan uji ttabel pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisa (α) = 5%, dengan ketentuan degree of freedom (df1) = n-k-1, dimana n adalah besarnya sampel, k adalah jumlah variabel. t-tabel = { α ; df = ( n – k )} Adapun keputusan hipotesis adalah sebagai berikut: H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau –t hit > -t-tabel H0 diterima apabila : t-hit < t-tabel atau –t hit > -t-tabel b) Uji-F (Uji Simultan) Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 17) Uji-F digunakan untuk menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah
model
regresi
dapat
digunakan
untuk
mempengaruhi variabel dependen secara simultan atau tidak, dengan kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut: a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
62
b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak. Dimana nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1) = k-1, degree of freedom (df2) = n-k. F tabel = { α ; (df1) = k-1, (df2) = n-k} Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan program SPSS versi 19.0. Dari hasil output SPSS, uji-F dapat dilihat nilai F pada tabel ANOVA. Pengujian ini dilakukan dengan uji-F pada confident level 95% dan tingkat kesalahan analisis (α) 5% dengan ketentuan degree of freedom (df1) = k–1, degree of freedom (df2) = n-k. 4. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi berganda adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent variabel) menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas (independent variabel) yang sudah diketahui besarnya. Bila hanya ada satu variabel dependen dan satu independen, disebut analisis regresi sederhana. Sedangkan apabila terdapat beberapa variabel independen, analisisnya disebut dengan analisis regresi berganda. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena menggunakan
empat
variabel
bebas
yaitu
struktur aktiva (X1),
63
profitabilitas (X2), ukuran perusahaan (X3) dan tingkat likuiditas (X4) serta satu variabel terikat yaitu struktur modal yaitu DER (Y), maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut: YDER = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan: Y
= Struktur Modal
β0
= Intercept
β1X1 = Struktur Aktiva β2X2 = Profitabilitas β3X3 = Ukuran Perusahaan β4X4 = Likuiditas e
= Tingkat kesalahan atau gangguan
5. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R Square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R Square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R Square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y (Imam Ghazali, 2011: 97). Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam
64
model akan meningkatkan nilai R Square meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R-Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59). E. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur modal dalam hubungannya dengan nilai perusahaan adalah merupakan perimbangan hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan suatu perusahaan yang digunakan dalam mendanai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Struktur modal dapat diukur dengan rasio debt to equity ratio (DER), yaitu
65
Total Hutang Debt to Equity Ratio =
x 100% Total Ekuitas
2. Variabel Independen (X) Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a.
Struktur aktiva (X1) Struktur aktiva yaitu penentuan seberapa besar jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik aktiva tetap maupun aktiva lancer. Struktur aktiva akan diukur dengan menggunakan hasil bagi antara aktiva tetap dengan total aktiva. Aset Tetap Struktur Aktiva =
x 100% Total Aset
b. Profitabilitas (X2) Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasonal perusahaan. Secara umum rasio profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal. Maka dalam penelitian ini menggunakan cara pengukuran Return on Asset (ROA) yaitu Laba Setelah Pajak ROA
=
x 100% Total aset
c. Ukuran perusahaan (X3) Ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran 66
perusahaan mengacu pada penelitian yang dilakukan Devi Yovin dan Ni Putu Santi Suryantini (2012) dimana perusahaan diproksi dengan nilai logaritma total aset karena aset biasanya sangat besar nilainya dan untuk menghindari bias skala maka aset perlu dikompres (Rodoni dan Herni, 2010 : 180), secara umum proksi ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = Log (Total Aset) d. Likuiditas (X4) Likuiditas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan current ratio. Currrent ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek dengan akttiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus, Aktiva Lancar Likuiditas
=
x 100% Hutang Lancar
67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia Merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjala seperti yang diharapkan, bahkan beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kekosongan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Pada tanggal 13 Juli 1922, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini
68
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan transparan dibanding sistem perdagangan manual. Pada tahun 2002, BEJ mulai menerapkan perdagangan jarak jauh sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan meningkatkan frekuensi perdagangan. Dan pada tahun 2007, penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) ke Bursa Efek Surabaya (BES) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Profil Perusahaan Makanan dan Minuman 1) PT Akasha Wira International Tbk. PT Akasha Wira International Tbk (dahulu PT Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar.
69
Saat ini kegiatan utama ADES adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan serta perdagangan besar produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada tahun 1986 sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp. 3.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994. (http://www.britama.com/index.php/2012/05/sejarah-dan-profilsingkat-ades/) 2) PT Cahaya Kalbar Tbk. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (sebelumnya PT Cahaya Kalbar Tbk) (CEKA) didirikan 03 Februaru 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka II, Jl. Industri Selatan 3 Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat. Lokasi pabrik CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CEKA meliputi bidang industri makanan berupa industri
70
minyak nabati dan minyak nabati spesialitas, termasuk perdagangan umum, impor dan ekspor. Pada 10 Juni 1996, CEKA memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 34.000.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp. 1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Juli 1996. (http://www.britama.com/index.php/2012/10/sejarah-dan-profilsingkat-ceka/) 3) PT Indofood Sukses Makmur Tbk. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu.
71
Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp. 6.200,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994. (http://www.britama.com/index.php/2012/11/sejarah-dan-profilsingkat-indf/) 4) PT Mayora Indah Tbk. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat MYOR berlokasi di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik terletak di Tangerang dan Bekasi. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MYOR adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini, MYOR menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. Pada tanggal 25 Mei 1990, MYOR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) MYOR kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp.
72
9.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 1990. (http://www.britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profilsingkat-myor/) 5) PT Prashida Aneka Niaga Tbk. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) didirikan tanggal 16 April 1974 dengan nama PT Aneka Bumi Asih dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Kantor pusat PSDN terletak di Gedung Plaza Sentral, Lt. 20, Jln. Jend. Sudirman No. 47, Jakarta 12930 dan pabriknya berlokasi di Jl. Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PSDN adalah bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi. Pada tahun 1994, PSDN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) PSDN kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp. 3.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Oktober 1994. (http://www.britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profilsingkat-psdn/)
73
6) PT. Sekar Laut Tbk. PT Sekar Laut Tbk (SKLT) didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SKLT berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SKLT meliputi bidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal dan bumbu masak serta menjual produknya di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada tahun 1993, SKLT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) SKLT kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp. 4.300,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 September 1993. (http://www.britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profilsingkat-sklt/) 7) PT Siantar Top Tbk. PT Siantar Top Tbk (STTP) didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989. Perusahaan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik
74
berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara) dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, khususnya Asia. (http://www.britama.com/index.php/2012/06/sejarah-dan-profilsingkat-sttp/) 8) PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan
meliputi
usaha
bidang
perdagangan,
perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha entitas anak meliputi usaha industri mie dan perdagangan mie, khususnya mie kering, mie instan dan bihun, snack, industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga listrik, pengolahan dan distribusi beras. Kantor pusat Perusahaan berada di Jakarta. Lokasi pabrik mie kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Usaha
75
perkebunan kelapa sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan Kalimantan. Usaha pengolahan dan distribusi beras terletak di Cikarang, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah. Pada tanggal 14 Mei 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana 45 juta saham dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dan Harga Penawaran Rp. 950,- kepada masyarakat. Pada tanggal 11 Juni 1997, saham tersebut telah efektif dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI). (http://www.britama.com/index.php/2012/05/sejarah-dan-profilsingkat-aisa/) 9) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. (ULTJ) didirikan tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Di bidang minuman Perusahaan memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di
76
bidang makanan Perusahaan memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan konsentrat buah-buahan tropis. Perusahaan memasarkan hasil produksinya dengan cara penjualan langsung (direct selling), melalui pasar modern (modern trade). Penjualan langsung dilakukan ke toko-toko, P&D, kios-kios,dan pasar tradisional lain dengan menggunakan armada milik Perusahaan. Penjualan tidak langsung dilakukan melalui agen atau distributor yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Perusahaan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, tanggal
15
Mei
1990
Perusahaan
memperoleh
ijin
untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering) sebanyak 6.000.000 saham dengan harga perdana Rp. 7.500,- per saham. (http://www.britama.com/index.php/2012/06/sejarah-dan-profilsingkat-ultj/).
B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam model yang digunakan dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007 untuk
77
mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabelvariabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis regresi berganda, yaitu variabel struktur modal (Y) sebagai variabel dependen, variabel struktur aktiva (X1), profitabilitas (X2), Ukuran Perusahaan (X3) dan likuiditas (X4) sebagai variabel independen. Penjelasan dari masing-masing variabel adalah: a. Struktur modal Grafik 4.1 Struktur Modal
Tabel 4.1 Struktur Modal Tahun
1,20 1,00 0,80 0,60
rata-rata struktur modal
0,40 0,20 0,00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
rata-rata struktur modal 0,98 0,94 0,50 0,66 0,66 0,68
Sumber : data diolah Berdasarkan grafik diatas rata-rata struktur modal perusahaan makanan dan minuman mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar 98%, pada tahun 2008 turun menjadi 94%, pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan sehingga menjadi 50%%, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan manjadi 66%% diikuti pada tahun 2011 mengalami stagnasi pada posisi 66% dan pada 2012 mengalami peningkatan sebesar 2% menjadi 68%. Struktur modal tersebut dipengaruhi dengan variabel independen yaitu variabel struktur aktiva, 78
profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi dapat disebabkan oleh pengaruh tinggi rendahnya struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas. b. Struktur aktiva Grafik 4.2 Struktur Aktiva
Tahun
rata-rata struktur aktiva 1,00 0,50
rata-rata struktur aktiva
0,00
Tabel 4.2 Struktur Aktiva
2007 2008 2009 2010 2011 2012
rata-rata struktur aktiva 0,48 0,46 0,82 0,41 0,39 0,38
Sumber : data diolah Berdasarkan grafik diatas, rata-rata struktur aktiva perusahaan makanan dan minuman juga mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sampai 2012, yaitu pada tahun 2007 sebesar 48%, pada tahun 2008 turun sebesar 2% menjadi 46%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 82%, ini artinya pada tahun 2009 perusahaan makanan dan minuman memiliki peningkatan aset yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan pertumbuhan perusahaan yang menyebabkan perusahaan meningkatkan aset mereka, dengan semakin besar aktiva tetap yang digunakan maka perusahaan dapat
79
menjamin aktiva tetapnya untuk mendapatkan pinjaman. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 41% diikuti pada tahun 2011 turun 2% menjadi 39% dan pada 2012 turun kembali sehingga menjadi 38%. c. Profitabilitas Grafik 4.3 Profitabilitas
Tabel 4.3 Profitabilitas
rata-rata profitabilitas
Tahun
rata-rata profitabilitas
2007 2008 2009 2010 2011 2012
0,01 0,04 0,07 0,06 0,06 0,08
0,10 0,08 0,06
rata-rata profitabilit as
0,04 0,02 2012
2011
2010
2009
2008
2007
0,00
Sumber : data diolah Berdasarkan grafik di atas tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan mengalami peningkatan selama periode 2007 hingga 2012. Pada tahun 2007 perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar 1% dan mengalami peningkatan keuntungan sebesar 3% sehingga pada tahun 2008, rata-rata keuntungan perusahaan menjadi 4%. Kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 7%, sedangkan pada periode 2010 mengalami penurunan sebesar 1% menjadi 6%, pada 2006 mengalami stag di posisi 6% dan pada tahun 2012 rata-rata keuntungan perusahaan naik menjadi 8%. Hal ini menunjukkan perusahaan makanan tidak
80
terkena dampak yang cukup signifikan akibat krisis global yang terjadi pada tahun 2008, hal tersebut dapat kita lihat pada tingkat keuntungan yang semakin meningkat selama periode krisis global tersebut berlangsung. Pada tahun 2012
keuntungan
yang dihasilkan pengalami
peningkatan sebesar 2% yaitu menjadi 8%, yang merupakan tingkat keuntungan tertinggi dalam lima periode. Hal ini dikarenakan tingkat perekonomian yang mulai stabil yang menyebabkan para konsumen meningkatkan konsumsi mereka. d. Ukuran perusahaan Grafik 4.4 Ukuran Perusahaan (Dalam Juta)
rata-rata ukuran perusahaan 8,00 7,50 7,00 6,50 6,00 2012
2011
2010
2009
2008
2007
rata-rata ukuran perusahaan
Tabel 4.4 Ukuran Perusahaan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012
rata-rata ukuran perusahaan 6,72 6,92 6,94 7,15 7,36 7,57
Sumber : data diolah Dari grafik di atas rata-rata ukuran perusahaan pengalami peningkatan secara berturut-turut selama periode 2007 hingga 2012, yakni sebesar 6,72 juta pada tahun 2007, 6,92 juta pada tahun 2008 meningkat lagi sekitar 0,22 menjadi 6,94 pada tahun 2009 yang
81
kemudian menjadi 7,15 juta pada tahun 2010 terus hingga mencapai 7,36 pada tahun 2011 dan 7,57 juta. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan makanan dan minuman terlihat membaik, dimana jumlah aset yang dimiliki perusahaan terus meningkat selama lima tahun tersebut, yang artinya hal ini menunjukkan bahwa banyak investor yang beralih menanamkan modal mereka pada perusahaan sektor makanan dan minuman yang terbukti lebih mampu bertahan dari dampak krisis ekonomi, dengan begitu perusahaan dapat meningkatkan aset mereka agar
dapat
meningkatkan
angka
produktifitas
sehingga
dapat
meningkatkan angka keuntungan perusahaan. e. Likuiditas Grafik 4.5 Likuiditas
Tabel 4.5 Likuiditas Tahun
rata-rata likuiditas
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1,48 2,15 2,11 1,85 1,71 1,67
rata-rata likuiditas 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
rata-rata likuiditas
Sumber : data diolah Dari grafik diatas rata-rata tingkat likuiditas perusahaan tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,15 kali dalam membayar kewajiban jangka pendek ataupun hutang yang segera jatuh tempo dan yang terendah terjadi pada tahun sebelumnya sebesar 1,48 kali pada tahun
82
2007. Berdasarkan rasio likuiditas tersebut yang berada dikisaran angka 1,5 hingga 2,15 hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat menjaga tingkat likuiditasnya, hal tersebut berkaitan dengan kegiatan produksi yang
berlangsung
terus-menerus
sehingga
diharuskan
menjaga
kestabilan hutang jangka pendek yang biasanya berkaitan dengan pembelian bahan baku produk yang biasanya jangka waktunya kurang dari satu tahun. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis grafik dan uji Kolomogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak. 1) Analisa grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot). Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 19.0 menghasilkan grafik sebagai berikut:
83
Grafik 4.6 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil output dengan SPSS Berdasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal, hal ini menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas (struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas) terhadap variabel terikat (struktur modal).
84
2) Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.6 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
54
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .36129115
Absolute
.197
Positive
.197
Negative
-.128
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.448 .336
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. > derajat alpha atau 0,336 > 0,05.
b. Uji Multikoliniearitas Uji multikoliniearitas diperlukan untuk memperoleh korelasi yang sebenarnya, yang tidak tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang mungkin saja berpengaruh. Istilah dikontrol menunjukkan pada pengertian ditiadakannya pengaruhnya terhadap variabel-variabel yang dikorelasikan.
85
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikoliniearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Struktur_Aktiva
.656
1.524
Profitabiitas
.765
1.307
Ukuran_Perusahaan
.813
1.231
Likuiditas
.892
1.121
a. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dari hasil uji Variance Inflation Factor (VIF) pada hasil output SPSS tabel coefficients, masing-masing variabel independen memiliki nilai VIF struktur aktiva = 1,524; profitabilitas = 1,307; ukuran perusahaan = 1,231; dan likuiditas 1,121. Sedangkan nilai Tolerance variabel bebas struktur aktiva = 0,656; profitabilitas = 0,765; ukuran perusahaan = 0,813; dan likuiditas 0,892. Karena masingmasing variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,01 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda tidak terdapat multikoliniearitas antara variabel terikat dengan variabel bebas sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
86
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan uji Rank-Spearman Grafik 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa titik-titik sampel menyebar secara acak, namun adanya pengumpulan data yang terkesan membuat suatu pola tertentu. Hal tersebut akan diperkuat dengan metode Rank-Spearman.
87
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank-Spearman Correlations Res_1 Spearman's rho Res_1
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X1
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X2
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X3
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X4
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X1
X2
X3
X4
1.000
-.012
-.119
-.135
-.116
.
.467
.195
.166
.201
54
54
54
54
54
-.012
1.000
**
**
-.158
.467
.
.009
.010
.127
54
54
54
54
54
**
1.000
.192
.195
.009
.
.082
.000
54
54
54
54
54
-.135
**
.192
1.000
.065
.166
.010
.082
.
.321
54
54
54
54
54
-.116
-.158
**
.065
1.000
.201
.127
.000
.321
.
54
54
54
54
54
-.119
-.321
-.316
-.321
.458
-.316
.458
**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan hasil tabel diatas, nilai Sig. struktur aktiva (X1), profitabilitas (X2), ukuran perusahaan (X3) dan likuiditas (X4) > 0,05 dengan arah negatif, karena nilai Sig. > α (Sig. > 0,05) maka pada model ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:112). d. Uji Autokorelasi Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah autokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) 88
artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Uji Durbin Watson (DW) b
Model Summary
Model 1
R .662
R Square a
.439
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .393
.375748
Durbin-Watson 1.429
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva b. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Data diolah Berdasarkan pada tabel diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,429. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah observasi (n) = 54 dan jumlah variabel independen 4 (k = 4) diperoleh nilai tabel dl (lower) = 1,378 dan du (upper) = 1,721. Oleh karena itu nilai DW = 1,429 berada diantara dl = 1,494 dan du = 1,721, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini: 89
1. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
2. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d (
(
)
)(
)
(
)
3. The Cohrane-Orcutt two-step Procedures Tabel 4.10 Pengobatan Uji Durbin Watson.1 (DW) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.005
.048
Ut_1
.274
.134
Beta
T
.276
Sig. .114
.910
2.049
.046
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ pada iterasi pertama sebesar 0,274 (yaitu koefisien variabel Ut_1). Tabel 4.11 Pengobatan Uji Durbin Watson.2 (DW) Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error .445
.114
struktur_aktiva_1
-1.515
.472
profitabilitas_1
-1.479
ukuran_perusahaan_1 likuiditas_1
Beta
T
Sig.
3.908
.000
-.430
-3.207
.002
.448
-.409
-3.303
.002
.029
.036
.100
.828
.412
-.214
.053
-.460
-4.009
.000
a. Dependent Variable: struktur_modal_1
Sumber : Data Diolah 90
Berdasarkan hasil output SPSS memberikan nilai β*2 sebesar 1,515, nilai β*3 sebesar -1,479, nilai β*4 sebesar 0,029 dan nilai β*5 sebesar -0,214 , sedangkan nilai β*1 = β1(1-ρ) = (0,005) * (1 - 0,274) = 0,00363. Tabel 4.12 Pengobatan Uji Durbin Watson.3 (DW) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.470
.138
LagUt
.572
.115
Beta
t
.573
Sig.
3.400
.001
4.987
.000
a. Dependent Variable: Ut
Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ = 0,572 pada iterasi kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.13 Pengobatan Uji Durbin Watson.4 (DW) Metode Nilai ρ Durbin-Watson d 0,2855 Theil-Nagar d 0,2926 Cochrane-Orcutt Step 1 0,274 Cochrane-Orcutt Step 2 0,572 Sumber: Data diolah Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai ρ yang hampir sama. Untuk
itu
penulis
memilih
metode
Durbin-Watson
d
untuk
mentranformasikan persamaan regresi.
91
Tabel 4.14 Pengobatan Uji Durbin Watson.5 (DW) b
Model Summary
Model
R
1
.632
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.400
.350
Durbin-Watson
.34546
1.880
a. Predictors: (Constant), likuiditas@, struktur_aktiva@, ukuran_perusahaan@, profitabilitas@ b. Dependent Variable: struktur_modal@
Sumber : Data diolah Membandingkan hasil regresi persamaan asli sebelum ada transformasi dan hasil regresi setelah transformasi ternyata dapat dibandingkan . Pada persamaan asli nilai Durbin-Watson sebesar 1,429 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan pada tabel 4.14 menunjukkkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,880 dengan nilai n = 54 dan k = 4 maka diperoleh: Nilai dl = 1,414 dan 4 – dl = 2,586 Nilai du = 1,724 dan 4 – du = 2,276 Hasil perhitungan pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai DW tes berada pada daerah antara du dan 4 - du, 1,724 < 1,880 < 2,276 maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi baik secara positif maupun negatif. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji-t (Parsial) Uji parsial ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
92
varaibel dependen. Hasil uji parsial ini dapat dilihat pada tabel coefficientsa. nilai hitung dari uji-t dapat dilihat dari p-value lebih kecil dari level of significant (α) = 5% yang ditentukan atau nilai t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel dihitung dari one-tailed α = 5% df–k , pada kolom confident level 95% dan level of significant (α)=5%. t-tabel = { α ; df = ( n – k )} = 5% ; df = (54 – 5) = 0,05 ; df = 49 = 1,676 Tabel 4.15 Hasil Uji-t Coefficients
a
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error 1.638
.413
Struktur_Aktiva
-1.531
.469
Profitabiitas
-1.509
Ukuran_Perusahaan Likuiditas
Beta
T
Sig.
3.969
.000
-.431
-3.265
.002
.442
-.418
-3.413
.001
.028
.035
.095
.799
.428
-.214
.053
-.458
-4.041
.000
a. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS
1) Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Variabel struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan nilai significant level 0,002 < 0,05. Sedangkan dengan membandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai t-hitung = 3,265 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel 93
(3,265 > 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dengan demikian H01 ditolak dan Ha1 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Trade off Theory, tetapi mendukung Pecking Order Theory. Permasalahan utama teori Pecking Order
terletak pada informasi yang tidak sistematik dan struktur
aktiva merupakan variabel yang menentukan besar kecilnya masalah ini. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri
informasi
menjadi
lebih
rendah.
Dengan
demikian,
perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva
berwujud
meningkat.
Ini
artinya
bahwa
manajemen
menggunakan posisi aset tetap sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan hutang. Hal ini terkait dengan kecenderungan bahwa manajemen akan berhati-hati dalam menggunakan dan membuat kebijakan hutang baru, agar kewajiban perusahaan akan semakin kecil. Semakin tinggi struktur aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Kesuma (2009) dan Bram Hadianto dan Christian
94
Tayana (2010) mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 2) Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan nilai significant level 0,001 < 0,05. Sedangkan dengan membandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai t-hitung = 3,413 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel (3,413 > 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dengan demikian H02 ditolak dan Ha2 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima). Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yaitu Pecking Order Theory yang menyimpulkan bahwa apabila dana internal telah memenuhi kebutuhan sebagian besar dana maka perusahaan dapat menekan hutang ke tingkat yang lebih rendah. Ini berarti dana internal telah mampu merupakan pilihan utama dalam memenuhi sumber pembiayaan. Dalam kaitannya dengan variabel profitabilitas, profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal yang artinya bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi akan mengurangi ketergantungan modal dari pihak luar, karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk memperoleh sebagian besar pendanaannya yang dihasilkan secara internal yang
95
berupa laba ditahan sebelum perusahaan menggunakan sumber dana eksternal seperti hutang. Hal tersebut dapat disebabkan karena dengan semakin tingginya laba yang diperoleh perusahaan
akan semakin
banyak dana yang akan diperoleh sebagai sumber dana sehingga penggunaan hutang akan semakin sedikit, sehingga berpengaruh terhadap penentuan komposisi struktur modalnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina dan Johan Halim (2008), Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) dan Murdika Alamsyah
Hasan
(2010)
yang
menyatakan
bahwa
variabel
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 3) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan nilai significant level 0,428 > 0,05. Sedangkan
dengan
membandingkan
dengan
hasil
perhitungan
didapatkan nilai t-hitung = 0,799 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel (0,799 < 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, dengan demikian H03 diterima dan Ha3 ditolak (hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima). Hasil ini tidak sesuai dengan landasan teori yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar akan lebih menjamin memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sumber modalnya. Kemungkinan yang dapat terjadi dari hasil penelitian ini
96
adalah bahwa perusahaan lebih cenderung menyukai pendanaan yang berasal dari internal dibandingkan dari hutang, sehingga ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap penggunaan sumber dana eksternal. Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan besar yang mempunyai akses lebih mudah ke pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil belum tentu dapat memperoleh dana dengan mudah di pasar modal. Hal ini disebabkan karena para investor akan membeli
saham
mempertimbangkan
atau
menanamkan
besar-kecilnya
modalnya perusahaan,
tidak tetapi
hanya juga
memperhatikan faktor-faktor lain, seperti prospek perusahaan, sifat manajemen perusahaan saat ini dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yuanxin Liu dan Xiangbo Ning (2009) menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan tidak mempengaruhi struktur modal. 4) Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal Variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan nilai significant level 0,000 < 0,05. Sedangkan dengan membandingkan dengan hasil perhitungan didapatkan nilai t-hitung = 4,041 dan nilai t-tabel = 1,676 sehingga nilai t-hitung > nilai t-tabel (4,041 > 1,676). Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dengan demikian H04 ditolak dan Ha4 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima).
97
Sesuai dengan Pecking Order Theory. Bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya
rendah,
sehingga
perusahaan
tidak
menggunakan
pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki sumber dana internal yang melimpah, sehingga perusahaan lebih cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Faruk Hossain dan Ayub Ali (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. b. Uji F (Simultan) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap variabel struktur modal dengan menggunakan uji-F. Jika nilai F hitung > nilai F tabel maka terdapat pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1) = k-1, degree of freedom (df2) = n-k. F tabel = { α ; (df1) = k-1, (df2) = n – k } = 0,05% ; df1 = (5-1), df2 = 54-5 = 0,05 ; df1 = 4, df2 = 49 = 2,53
98
Tabel 4.16 Hasil Uji F b
ANOVA Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square
Regression
5.411
4
1.353
Residual
6.918
49
.141
12.330
53
Total
F 9.582
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva b. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS Hasil analisis F hitung pada tabel diatas menunjukkan p-value 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara varabel-variabel independen terhadap variabel dependennya sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Selain itu, dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan taraf kesalahan 5% dan degree of freedom (df1) 1 = 4 dan (df2) 2 = 40 maka diperoleh F tabel sebesar 2,84. Nilai F hitung 9,582 > nilai F tabel 2,84 yang artinya terdapat pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (debt to equity ratio) H05 ditolak dan Ha5 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima).
4. Hasil Uji Regresi Liniear Berganda Pengujian persyaratan analisis dan asumsi klasik dasar regresi yang telah dilaksanakan sebelumnya memberikan hasil bahwa variabel-variabel yang terlihat didalamnya memenuhi kualifikasi persyaratan dan asumsi 99
klasik tersebut, penelitian dilanjutkan dengan melakukan pengajuan signifikan model dan interpretasi model regresi. Tabel 4.17 Hasil Regresi Berganda Coefficients
a
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error 1.638
.413
Struktur_Aktiva
-1.531
.469
Profitabiitas
-1.509
Ukuran_Perusahaan Likuiditas
Beta
T
Sig.
3.969
.000
-.431
-3.265
.002
.442
-.418
-3.413
.001
.028
.035
.095
.799
.428
-.214
.053
-.458
-4.041
.000
a. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,638 – 1,531X1 – 1,509X2 + 0,28X3 – 0,214X4 + e Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut: 1) Jika diasumsikan nilai dari variabel X1 (struktur aktiva), X2 (profitabilitas), X3 (ukuran perusahaan) dan X4 (likuiditas) adalah konstan atau sama dengan nol, maka nilai variabel Y (struktur modal) adalah 1,638.
100
2) Variabel struktur aktiva (X1) mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 1,531 yang artinya jika terjadi peningkatan variabel struktur aktiva (X1) sebesar 1 satuan, maka struktur modal (Y) akan berkurang sebesar 1,531. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap atau konstan. 3) Variabel profitabilitas (X2) mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 1,509 yang artinya jika terjadi peningkatan variabel profitabilitas (X2) sebesar 1 satuan, maka struktur modal (Y) akan berkurang sebesar 1,509. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap atau konstan. 4) Variabel likuiditas (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 0,214 yang artinya jika terjadi peningkatan variabel likuiditas (X4) sebesar 1 satuan, maka struktur modal (Y) akan berkurang sebesar 0,214. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap atau konstan. Dan berdasarkan penjabaran interpretasi diatas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,638 - 1,531X1 - 1,5097X2 – 0,214X4 + e
5. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari varabel independen. Dalam
101
penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R Square karena variabel independen lebih dari dua dan nilai Adjusted R Square dapat naik turun apabila varabel independen ditambahkan ke dalam model penelitian, maka dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model
R
1
.662
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.439
.393
.375748
Durbin-Watson 1.429
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva b. Dependent Variable: Struktur_Modal
Sumber : Hasil output SPSS Adjusted R Square sebesar 0,393 atau 39,3%, hal ini berarti struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas, sedangkan sisanya sebesar 60,7% kemungkinan dapat dijelaskan oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini misalnya stabilitas penjualan, leverage operasi, sikap manajemen, tingkat pertumbuhan perusahaan dan pajak.
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil uraian tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa, a) struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. b) profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. c) likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. d) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 2. Hasil
penelitian
menunjukkan
secara
simultan
struktur
aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 3. Hasil dari adjusted R square .diperoleh hasil 0,393. Hal ini berarti bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas sebesar 39,3%, sedangkan sisanya 60,7% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model misalnya, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan penjualan, leverage operasi, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penialai kredibilitas, sikap manajemen, kondisi internal perusahaan dan pajak.
103
B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan, investor dan akademisi. 1. Bagi perusahaan Dari penelitian ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan sebagai acuan dari sumber pendanaan yang cocok bagi perusahaan makanan dan minuman dalam usaha mencapai dan mengembangkan bisnisnya, dimana perusahaan harus menentukan besarnya perbandingan jumlah pinjaman jumlah hutang dan modal sendiri agar struktur modal perusahaan bias mencapai optimal. Yaitu dengan memperhatikan faktorfaktor seperti struktur aktiva, profitabilitas dan ukuran perusahaan. Dalam menggunakan hutang pada tingkat tertentu (sejauh manfaat yang dapat diberikan, maka tambahan hutang akan diperkenankan) sebagai sumber pendanaannya dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan.
Sedangkan
profitabilitas
yang
positif
menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan peningkatan laba yang memiliki potensi baik untuk mengurangi ketergantungan akan sumber dana eksternal. 2.
Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para investor dalam menentukan dan memutuskan invstasi yang akan
104
dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek yang lebih baik bagi perusahaannya di masa depan. 3. Bagi akademisi Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai variabel keuangan lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap struktur modal selain variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan memperluas sampel perusahaan yang mencakup semua jenis perusahaan yang terdaftar di Busa Efek Indonesia.
105
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 1999. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Offset. Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta : Graha Ilmu. Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Lanjut. Graha Ilmu. Atmaja, Lukas Setia. 1999. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Andi Offset. Brigham, Eugene F and Louis C. Gapenski. 1999. Financial Management Theoru and Practice, Edisi Kesembilan. New York : The Dryden Press. Brigham, Eugene F and Houston, F. Joel. 2001. Manajemen Keuangan,Edisi 8, Edisi Indonesia. Jakarta : Erlangga. Brigham, Eugene F and Houston, F. Joel. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat. Christina and Johan Halim. 2008. Analysis of Relations between Determinants of Capitasl Strucutre across Industries at Jakarta Stock Exchange. Journal of Applied Finance and Accounting. Vol. 1 No. 1 November : 99-115. Daulay, M. Toyib. 2009. Pengaruh Size, Profitability dan Growth of Assets terhadap Struktur Modal Pada Industri Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu Vol. 2 No.2 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19. Semarang : Univ. Diponegoro. Hadianto, Bram & Tayana, Christian. 2010. Pengaruh Risiko Sistematik, Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Jenis Perusahaan terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Pertambangan : Pengujian Hipotesis Static-Trde Off. Jurnal Akuntansi Vol. 2 No. 1 Mei : 15-39. Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor : Galih Indonesia. Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 9. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hasan, Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mepengaruhi Struktur Modal (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek 106
Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen Unri. Vol. 6 No. 6 November. Helfert, A. Erich. 1997. Teknik Analisis Keuangan, Edisi 8. Jakarta : PT Glora Aksara. Hosain, Faruk and Ayub Ali. 2012. Impact of Firm Specific Factors on Capital Structure Decision : An Empirical Study of Bangladesh Companies. International Journal of Business Research and Management. Vol. 3. Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang), Buku 1, Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP AMP YPKN. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana. Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Kodrat, David Sukardi & Herdinata, Christian. 2009. Manajemen Keuangan based on Empirical Research. Surabaya : Graha Ilmu . Liu, Yuan xin and Xiangbo Ning.2009. Empirical Researh of the Capital Structure Influencing Factors of Electric Power Listed Companies. International Journal of Marketing Studies. Vol. 1. No. 1. Madura, Jeff. 2006. Keangan Perusahaan International, Buku 2. Jakarta : Salemba Empat. Margaretha, Farah & Ramadhan, Aditya Rizky. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12 No. 2 Agustus : 119130. Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan. Malang : Bayu Media Publishing. Munawir, S. 2001. Analisa Laporan Keuangan, Edisi 10. Yogyakarta : Liberti. Nachrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populerdan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomidan Keuangan. Jakarta : LP-FEUI.
107
Nugroho, Asih Suko. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta untuk Periode Tahun 1994-2004. Thesis, Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. Nurrohim KP, Hasa.. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manuaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol. 10 No. 1 Januari. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE. Riyanto, Bambang. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 2, Cetakan 4. Jakarta : Yayasan Badan Penerbitan CSES Press. Rodoni, Ahmad dan Maratush Sholihah. 2006. Pengujian Empiris Balance Theory, Pecking Order Theory dan Signalling Theory pada Struktur Modal Perusahaan di Indonesia.Etikonomi. Vol. 5 No. 1 April : 17-30. Rodoni, Ahmad dan Indoyama Nasaruddin. 2007. Modul Manajemen Keuangan. Jakarta. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta : Mitra Wacana Media. Santoso, Singgih. 2012. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Alex Media Komputindo. Sarma, L. V. L. N., Sarada Lellapalli dan Ramana V. Lellapalli. 2010. Factors Influencing Capital Structures : an Analysis of Companies in Malaysia. Unitar E-Journal. Vol. 6. No. 2. Juni. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pad Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13. No. 1. April : 39-56. Sjahrial, Darmawan. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi Kedua. Jakarta : Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
108
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta : Andi. Supeno, Bambang. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol. 1. No. 1 Januari. Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan Konseptual Problem dan Studi Kasus. Bogor : Galih Indonesia. Walsh, Ciaran. 2003. Key Management Ratio, Edisi Ketiga. Erlangga. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara. Yovin, Devi dan Ni Putu Santi Suryantini. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Foods and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia www.bps.go.id www.britama.com www.idx.co.id
109
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman yang Laporan Keuangannya Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012 Nama Perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Mayora Indah Tbk (MYOR) Prashida Aneka Niaga Tbk (PSDN) Sekar Laut Tbk (SKLT) Siantar Top Tbk (STTP) Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (MYOR)
Lampiran 2 : Data Struktur Modal Emiten ADES AISA CEKA INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
2007 1.435729 0.856446 1.532937 2.310047 0.538105 0.949564 0.555398 0.322364 0.281429 0.97578
2008 2.220066 0.654328 0.235690 2.432420 0.643120 0.685069 0.586420 0.609434 0.374821 0.93793
2009 0.434087 0.578990 0.253689 1.097783 0.483153 0.644093 0.409913 0.271937 0.322547 0.499577
2010 0.541371 0.878363 1.247207 0.587388 0.522441 1.007842 0.414992 0.381140 0.367931 0.660964
2011 0.599574 0.497505 0.906189 0.661517 0.781009 0.875020 0.503678 0.673588 0.444377 0.660273
2012 0.471610 0.598488 1.177092 0.616753 0.643251 0.577835 0.686034 1.012112 0.353604 0.681865
110
Lampiran 3 : Data Struktur Aktiva Emiten ADES AISA CEKA INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
2007 0.80211 0.51293 0.24217 0.27491 0.40904 0.41225 0.49542 0.58397 0.56192 0.47719
2008 0.67190 0.55019 0.30714 0.24214 0.56344 0.40890 0.45570 0.51883 0.44581 0.46267
2009 0.58346 0.40369 0.33072 0.26765 3.92888 0.33144 0.50735 0.59390 0.46742 0.82383
2010 0.45401 0.65616 0.23186 0.24827 0.33860 0.28384 0.49544 0.49143 0.46933 0.40766
2011 0.32455 0.51910 0.24642 0.24113 0.30886 0.28458 0.50139 0.62028 0.49059 0.39299
2012 0.28550 0.60054 0.19737 0.26592 0.36000 0.41466 0.40733 0.52112 0.40462 0.38412
Lampiran 4 : Data Profitabilitas Emiten ADES AISA CEKA INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
2007 -0.0866 0.0190 0.0402 0.0330 0.0748 -0.0296 0.0314 0.0301 0.0222 0.0150
2008 -0.0822 0.0210 0.0460 0.0261 0.0671 0.0329 0.0212 0.0077 0.1767 0.0352
2009 0.0915 0.0241 0.0871 0.0514 0.1146 0.0918 0.0653 0.0749 0.0353 0.0707
2010 0.0527 0.0390 0.0348 0.0625 0.1100 0.0619 0.0242 0.0657 0.0534 0.0560
2011 0.0307 0.0350 0.1170 0.0574 0.0714 0.0566 0.0446 0.0457 0.0589 0.0575
2012 0.2143 0.0350 0.0568 0.0550 0.0879 0.0375 0.0467 0.0597 0.1460 0.0821
111
Lampiran 5 : Data Ukuran Perusahaan Emiten ADES AISA CEKA INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
2007 5.1860 6.6754 6.4195 10.2991 7.5460 5.6758 5.2077 6.2489 7.2173 6.7195
2008 5.2204 7.2140 6.4061 10.5864 7.9804 5.6594 5.3033 6.4405 7.4495 6.9178
2009 5.1834 7.3581 6.3428 10.6062 8.0853 5.8682 5.2791 6.3076 7.4569 6.9431
2010 5.5101 7.5689 6.7458 10.7638 8.3892 6.0273 5.2952 6.4759 7.6042 7.1534
2011 5.7559 8.1860 6.7134 10.8890 8.7948 6.0435 5.2872 6.8403 7.6873 7.3553
2012 5.9638 8.2604 6.9351 10.9908 9.0243 6.5259 5.5204 7.1308 7.7919 7.5715
2009 2.48 1.17 4.89 1.16 2.29 1.56 1.89 1.69 1.82 2.11
2010 2.09 1.29 1.67 2.04 2.58 1.37 1.93 1.71 2.00 1.85
2011 1.71 1.89 1.69 1.91 2.22 1.55 1.91 1.03 1.50 1.71
2012 1.94 1.28 1.03 2.00 2.76 1.61 1.41 1.00 2.02 1.67
Lampiran 6 : Data Likuiditas Emiten ADES AISA CEKA INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
2007 0.34 0.91 1.36 0.92 1.88 2.22 1.53 1.77 2.37 1.48
2008 0.51 0.87 7.35 0.88 2.19 2.78 1.71 1.23 1.81 2.15
112
Lampiran 7 : Hasil Output SPSS
b
Model Summary
Model 1
R .662
R Square a
.439
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .393
.375748
Durbin-Watson 1.429
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva b. Dependent Variable: Struktur_Modal
113
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
5.411
4
1.353
Residual
6.918
49
.141
12.330
53
Total
F 9.582
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran_Perusahaan, Profitabiitas, Struktur_Aktiva b. Dependent Variable: Struktur_Modal
114
Correlations Res_1 Spearman's rho
Res_1
Correlation Coefficient
X1
X1
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X2
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X3
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X4
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
X3
X4
1.000
-.012
-.119
-.135
-.116
.
.467
.195
.166
.201
54
54
54
54
54
-.012
1.000
**
-.158
.467
.
.009
.010
.127
54
54
54
54
54
-.119
**
1.000
.192
.195
.009
.
.082
.000
54
54
54
54
54
**
.192
1.000
.065
.166
.010
.082
.
.321
54
54
54
54
54
-.116
-.158
**
.065
1.000
.201
.127
.000
.321
.
54
54
54
54
54
Sig. (1-tailed) N
X2
-.321
-.135
-.316
-.321
.458
**
-.316
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
54 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.0000000 .36129115
Absolute
.197
Positive
.197
Negative
-.128 1.448 .336
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
115
.458
**