JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN Vol. 6 No.2, Agustus 2010 Hal. 153-165
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Anita Dwilestari PT Magna Business Support Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta
ABSTRACT Capital structure is one of the important information for companies to archieve their goals. The aim of this research is to analyze the effect of asset structure, growth, and liquidity toward capital structure. The sample of this research are 96 observations from listed public manufacturing companies of indonesian stock exchange year 2007-2009. Sample collected using Cluster Proporsional Random Sampling. Hypothesis tested using multiple regression and the result shows only liquidity has significance effect toward capital structure. Whereas asset structure and growth do not have significance effect toward capital structure Keywords: Capital Structure, Asset Structure, Growth, Liquidity
PENDAHULUAN Dalam menghadapi persaingan era globalisasi saat ini setiap perusahaan dituntut untuk dapat melakukan fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan seperti fungsi pemasaran, fungsi penjualan, fungsi keuangan, fungsi personalia, fungsi produksi dan fungsi akuntansi secara efektif dan efisien sehingga perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan yang dihadapai. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan bagi pemiliknya atau pemegang saham. Selain itu juga bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan melakukan pengembangan usahanya. Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan bisnisnya. Pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber internal dan eksternal. Sumber dana internal yaitu dana yang berasal dari laba ditahan dan depresiasi sedangkan sumber dana eksternal berasal dari para kreditur yang merupakan hutang (pinjaman) bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
154
JRAK, Agustus 2010
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Setiap perkembangan usaha juga diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan modal yang semakin besar. Namun kenaikan modal tidak selalu diikuti kenaikan rentabilitas karena kenaikan modal belum dapat menentukan keuntungan atau kerugian penggunaan modal tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam rasio yang dihasilkan dari periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui perkembangan modal, maka apabila terjadi penurunan, pihak manajemen perusahaan dapat bertindak mengambil kebijaksanaan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada perusahaan. Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal secara keseluruhan atau biaya modal rata-rata (Martono dan Harjito, 2007). Perusahaan yang mempunyai struktur modal yang optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula, sehingga bukan hanya perusahaan yang memperoleh keuntungan, tetapi para pemegang saham pun ikut memperoleh keuntungan tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam upaya memenuhi kebutuhan dana antara lain: berapa besar kebutuhan dana tersebut, dalam bentuk apa sumber dana tersebut, dan berapa lama dana itu akan digunakan. Dengan mengetahui hal tersebut, pihak manajemen dapat menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai struktur modal yang optimal harus dilakukan dan juga para investor di pasar modal pada umumnya. Dengan demikian, tujuan pihak manajemen perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (pemilik) dapat tecapai. Menurut Brigham dan Houston (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage keuangan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, kondisi pasar, fleksibilitas keuangan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal berdasarkan kelompok variabel yang sering digunakan oleh peneliti terdahulu dan mempunyai pengaruh yang tidak konsisten.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Struktur Modal Weston dan Copeland (1997) dalam Prima (2007) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham. Menurut Husnan (2000) dalam Prima (2007), struktur modal
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari
155
adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan seluruh hutang (baik jangka panjang maupun jangka pendek) dengan modal sendiri (Weston dan Brigham, 1994) dalam (Wibowo, 2007). Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Modal Asing Atau Hutang Jangka Panjang Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Riyanto, 2002 dalam Wibowo, 2007) yaitu, modal asing atau hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen-komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari, hutang hipotik (mortgage) Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). Obligasi (bond), Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang tersebut yang akan mempermudah dan memperluas perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual aset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunga akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan dalam perusahaan, begitu pula sebaliknya para kreditur dapat kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian. Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap
156
JRAK, Agustus 2010
dan besarnya penggunaan modal asing ini menurunkan leverage keuangan yang digunakan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan dalam perusahaan tersebut untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar. Modal Sendiri Modal Sendiri (Shareholder Equity ). Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen modal sendiri terdiri dari modal saham dan laba ditahan. Modal Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari Saham Biasa (Common Stock) dan Saham preferen (Preferred Stock). Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor. Dengan memiliki saham ini berarti suatu perusahaan membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko-risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memperlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan investasi-investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relatif kecil, karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas kelangsungan hidup perusahaan. Struktur Aktiva dan Struktur Modal Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Brigham and Gapenski (1996) dalam Nugroho (2006) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan. Teori tersebut juga konsisten dengan Atmaja (1994) dalam Nugroho (2006)
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari
157
yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif besar. Menurut Riyanto (1995) dalam Susetyo (2006), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika nilai aktiva berwujud yang dimiliki perusahaan semakin besar, maka aktiva ini dapat digunakan sebagai jaminan yang semakin mengurangi risiko dari kesulitan seperti biaya tetap dari hutang. Bagian yang besar dari aktiva berwujud diharapkan berhubungan dengan leverage yang tinggi. Aktiva tetap seringkali digunakan sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang, sehingga perusahaan yang banyak memiliki aktiva tetap akan mendapatkan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tetap lebih sedikit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prima (2007) menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H1: Struktur Aktiva (FTA) berpengaruh positif terhadap struktur modal (DTA). Pertumbuhan dan Struktur Modal Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang bertumbuh secara lambat (Weston and Brigham, 1994 dalam Nugroho, 2006). Ozkan (2001) dalam Nugroho (2006) menemukan bahwa jumlah hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan berbanding terbalik dengan pertumbuhan. Hasil penelitian tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian oleh Bhaduri (2002) serta Brailsford (2002) dalam Nugroho (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Aditya (2006) menunjukkan bahwa pertumbuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Selain itu, Bhaduri (2002) dalam Nugroho (2006), Rizal (2002), dan Sartono (1999) dalam Aditya (2006) juga menunjukkan hasil yang sama, dimana pertumbuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H2: Pertumbuhan (Growth) berpengaruh positif terhadap struktur modal (DTA). Likuiditas dan Struktur Modal
158
JRAK, Agustus 2010
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Pada umumnya aktiva lancar terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari hutang usaha, wesel bayar jangka pendek, kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo, pajak akrual, dan beban akrual lainnya (terutama upah). Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan tersebut mulai membayar tagihannya (hutang usaha) dengan lebih lambat, meminjam dari bank, dan lain sebagainya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancar, maka rasio lancar akan turun dan hal ini dapat menimbulkan permasalahan. Karena rasio lancar memberikan indikator terbaik atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang dapat ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas relatif lebih cepat, maka hal ini paling banyak digunakan dalam mengukur solvensi jangka pendek. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan hutang-hutangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan hutang dalam jumlah yang besar. Riyanto (1995) dalam Nugroho (2006) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaan hutangnya. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang akan segera harus dipenuhi. Meskipun perusahaan tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tetapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka perusahaan tersebut dikatakan tidak likuid. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dapat dikatakan “likuid” artinya perusahaan tersebut mempunyai aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran pada saat ditagih atau kewajibannya pada saat jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sakti (2002) dalam Aditya (2006) dan Ozkan (2001) dalam Nugroho (2006) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Atas dasar hal tersebut, maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H3: Likuiditas (CR) berpengaruh negatif terhadap struktur modal (DTA). Model Kerangka Penelitian Model penelitian menunjukkan hubungan struktur modal dengan struktur aktiva, pertumbuhan dan likuiditas disajikan pada gambar berikut:
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari
159
Gambar 1. Model Kerangka Penelitian
struktur aktiva (FTA) pertumbuhan (Growth)
(+) (+)
struktur modal (DTA)
likuiditas (CR) METODA PENELITIAN Data dan Sampel Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa laporan keuangan laba rugi dan neraca perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Sumber data diperoleh dengan mengakses www.idx.co.id dan daftar perusahaan manufaktur diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data-data yang dikumpulkan merupakan pooled data atau panel data. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) atau Listed Tahun 2007-2009. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan metode Cluster Propotional Random Sampling atau sampel kelompok. Metode ini digunakan karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari beberapa sektor usaha. Pengambilan sampel dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan sektor usaha. Menurut Arikunto (1997) dalam Wibowo (2007) untuk populasi lebih dari 100 jumlah sampel minimum adalah 10-15%. Pengambilan sampel dari masing-masing sektor disesuaikan dengan perbandingan atau rasio jumlah emiten masing-masing sektor. Jumlah sampel setiap sektor diperoleh dengan cara populasi sektor dibagi dengan populasi seluruhnya dikalikan dengan sampel seluruhnya yaitu tiga puluh, berdasarkan perhitungan tersebut akan mendapatkan hasil sampel yang cukup mewakili jenis usaha di Bursa Efek Indonesia. Jumlah sampel yang dipilih setiap sektor diperoleh dengan cara:
Definisi dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah struktur modal. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur aktiva, pertumbuhan, dan likuiditas.
160 1.
JRAK, Agustus 2010
Struktur Modal Struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan (Riyanto, 2001). Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Susetyo (2006), struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan rasio Debt to Total Assets. Secara matematis diformulasikan sebagai berikut: Debt to Total Assets =
2.
Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Struktur aktiva pada penelitian ini diukur dengan rasio Fixed Assets to Total Assets (FTA). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Fixed Assets to Total Assets =
3.
Pertumbuhan Pertumbuhan Perusahaan adalah peningkatan (dalam bentuk perubahan yang positif) dalam ukuran perusahaan melalui waktu yang panjang. Pertumbuhan (Growth) dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan presentase kenaikan atau penurunan penjualan dari suatu periode ke periode berikutnya. Formulasinya: Pertumbuhan =
4.
Likuiditas Likuiditas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan Current Ratio (CR). Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Formulasinya: Current Ratio =
Model Empiris Penelitian ini akan menggunakan model regresi berganda untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2001). Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model penelitian ini adalah sebagai berikut: DTA = α + b1 FTA + b2 Growth + b3 CR + e
161
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari
Keterangan: DTA = struktur modal, rasio Debt to Total Assets α = konstanta b1-3 = koefisien regresi variabel FTA, Growth, CR FTA = struktur aktiva, rasio Tangible Assets Growth = pertumbuhan, penjualan t – penjualan t-1 / penjualan t-1 CR = likuiditas, Current Ratio e = error
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif difokuskan pada nilai maximum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
Variabel
N
DTA 96 FTA 96 Growth 96 CR 96 Sumber: Data diolah
Tabel 1. Statistik Deskriptif Max Min Mean 2,85 2,26 0,79 13,65
0,12 0,11 -0,91 0,09
Standar Deviasi
0,57 0,50 0,10 2,24
0,46 0,27 0,24 2,04
Pengujian Hipotesa Analisa terhadap hipotesa dilakukan dengan uji t dan uji F. Setelah melakukan pengujian asumsi klasik, maka semua veriabel independen, yaitu FTA, Growth, dan CR dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen bebas dari uji asumsi klasik sehingga tidak perlu dikeluarkan dari model regresi berganda. Tabel 2. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel (Constant) FTA Growth CR
B .703 .228 ‐.091 ‐.127
Uji t 5.261 1.457 ‐0.335 ‐4.34
Sig .000 .149 .739 .000
162 1.
JRAK, Agustus 2010
Variabel FTA / Fixed to Total Assets
Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan nilai sinifikansi 0,149 > 0,05 maka hipotesis 1 tidak terbukti (Ho diterima dan Ha ditolak). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara struktur aktiva dengan struktur modal. Tidak signifikannya struktur aktiva disebabkan karena aktiva tetap dalam industri manufaktur dapat ditutup menggunakan modal sendiri, yang membuat sebagian dana untuk aktiva tetap tersebut tidak harus dipenuhi melalui hutang. Kebutuhan dana untuk aktiva tetap memerlukan dana yang besar karena aktiva tersebut digunakan untuk keperluan ekspansi, penambahan variasi produk dan modernisasi perusahaan. Terlebih dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat pada saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dan menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Hal ini berarti perusahaan mampu menggunakan modal sendiri dalam melakukan kegiatan investasi untuk mengembangkan usahanya tanpa menggunakan hutang. Selain itu, aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga laba yang diperoleh perusahaan dapat digunakan untuk menambah investasinya kembali. Penggunaan modal sendiri dalam melakukan kegiatan investasi akan mengurangi risiko terhadap kebangkrutan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Bhaduri (2002) dalam Nugroho (2006) bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Riyanto (1995) dalam Susetyo (2006) yang menyatakan bahwa kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. 2.
Variabel Growth
Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,739 > 0,05 maka hipotesis 2 tidak terbukti (Ho diterima dan Ha ditolak). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara pertumbuhan (growth) dengan struktur modal. Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang potensial tinggi akan cenderung menghasilkan arus kas yang lebih besar sehingga perusahaan tersebut pada akhirnya akan lebih mengandalkan pendanaan internal. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena pembayaran hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari
163
Hasil yang tidak signifikan disebabkan karena penjualan dalam industri manufaktur dari tahun ke tahun (yang menjadi sampel) tinggi, sedangkan hutang menurun. Perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan internal, dimana dana tersebut diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan. Hal ini berarti arus kas yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dapat digunakan untuk mendanai aktifitas perusahaan tersebut karena perusahaan juga mempertimbangkan biaya bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur apabila perusahaan menggunakan hutang. Oleh karena itu, perusahaan cenderung menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk mendanai proyek investasinya. Sebaiknya dalam menentukan jenis modal yang akan digunakan, perusahaan harus memperhatikan kemampuannya dalam meningkatkan penjualan. Jika perusahaan mampu mendanai dengan modal sendiri, maka dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan, perusahaan tidak perlu mengunakan hutang, sehingga hutang perusahaan tidak meningkat. Namun, jika modal yang dimiliki perusahaan benar-benar sudah tidak mencukupi, maka dengan terpaksa perusahaan menggunakan hutang untuk kegiatan investasinya. Penentuan jenis modal dengan modal sendiri dilakukan agar perusahaan dapat memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan. Selain itu, dengan menggunakan modal sendiri seperti menerbitkan saham baru akan meningkatkan harga saham perusahaan, sehingga nilai perusahaan pun akan naik di mata investor. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) bahwa pertumbuhan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Tetapi mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ozkan (2001) dalam Nugroho (2006) bahwa pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Weston and Brigham, 1994 dalam Nugroho 2006) yang menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang bertumbuh secara lambat. 3.
Variabel CR (Current Ratio)
Dari hasil perhitungan uji parsial yang tercantum dalam tabel 4.7 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai koefisien variabel CR sebesar -0,127. Hal ini membuktikan bahwa variabel likuiditas secara negatif mempengaruhi struktur modal (DTA). Dan hasil tersebut membuktikan bahwa ada bukti likuiditas (CR) berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal (DTA) (Ho ditolak dan Ha diterima). Dengan berdasarkan pada pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesis 3 yang telah ditetapkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif terhadap struktur modal (DTA). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin besar likuiditas perusahaan, maka hutang perusahaan akan menurun. Nilai koefisien regresi variabel CR menunjukkan nilai negatif karena aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (yang menjadi sampel) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sedangkan hutang menurun. Bagi perusahaan yang memiliki komposisi aktiva lancar lebih besar dapat menggunakan kelebihan tersebut untuk keperluan investasi. Sehingga meningkatnya likuiditas perusahaan akan menurunkan
164
JRAK, Agustus 2010
jumlah struktur modal. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2006) dan Ozkan (2001) dalam Nugroho (2006) bahwa likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel struktur aktiva (FTA) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal (DTA). Hal ini berarti perusahaan dapat mendanai kegiatan investasi perusahaan tanpa mengandalkan hutang dan dengan aktiva tetap yang dimiliki perusahan mampu mengembangkan usahanya. 2. Variabel pertumbuhan (Growth) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal (DTA). Hal ini berarti perusahaan masih mampu menggunakan arus kas operasionalnya untuk mendanai kegiatan investasi, sehingga risiko kebangkrutan juga semakin kecil. 3. Variabel likuiditas (CR) mempunyai pengaruh secara negatif terhadap struktur modal (DTA) dan arahnya pun sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan. Hal ini berarti apabila likuiditas meningkat, maka struktur modal perusahaan menurun.
DAFTAR PUSTAKA Aditya, J. 2006. Studi Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2003. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Brigham, F, E. dan Joel, F Houston, J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 1. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indonesian Capital Market Directory 2008 Martono dan Harjito, A. 2007. Manajement Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Ekanista. Nugroho, A. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta Untuk Periode Tahun 1994-2004. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PERTUMBUHAN, DAN ..…., Anita Dwilestari
165
Prima, B. 2007. Pengaruh Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Sturktur Modal (Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Susetyo, A. 2006. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEJ Periode 2000-2003. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Wibowo, D. S.A. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 20032005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.