PENGARUH STORE ENVIRONMENT (LINGKUNGAN TOKO) TERHADAP IMPULSE BUYING (PEMBELIAN TIDAK DIRENCANA) (STUDI PADA PEMBELI DI SERBU MART SUKOREJO) FIRDAUSI NUZULA, ANY URWATUL WUSKO PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN E-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian pembelian tidak direncana pada toko Serbu Mart Sukorejo dilihat dari respons pembeli terhadap lingkungan toko sebagai stimulus, suatu studi pada 100 responden toko Serbu Mart Sukorejo. Variabel Store Environment (Lingkungan Toko), yang terdiri dari faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial. Penelitian ini tergolong dalam penelitian penjelasan (explanatory research) dan metode yang digunakan adalah metode survei. Alat anlisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sedangkan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen penelitian digunakan rumus korelasi product moment dari pearson dan standardized item alpha. Untuk menguji hipotesis digunakan uji F dan uji t, sedangkan pengujian instrument menggunakan program spss 17 for windows. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: Dari hasil uji validitas dan reliabilitas diketahui bahwa Store Environment yang terdiri atas variabel faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial, semuanya valid dan riliabel. Adapun dari analisis regresi linier berganda diketahui bahwa Store Environment yang terdiri atas variabel faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial, hanya variabel faktor desain saja yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Impulse Buying pada pembeli Serbu Mart Sukorejo. Dari pengujian hipotesis diketahui bahwa hipotesis kesatu diterima, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Store Environment terhadap Impulse Buying pada pembeli Serbu Mart Sukorejo. Hipotesa ke dua diterima, artinya faktor desain merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap Impulse Buying pada pembeli Serbu Mart Sukorejo. Kata kunci: lingkungan toko, pembelian tidak direncana
ABSTRACT Research unplanned purchases at stores Serbu Mart shoppers Sukorejo seen from the response to the store environment as a stimulus, a study on 100 respondents Serbu Mart stores Sukorejo. Store Environment Variables (Environment Shop), which consists of ambient factors, design factors, and social factors. This study considered in research explanations (explanatory research) and the method used is the survey method. Data anlisis tool used is multiple linear regression analysis. While to test the validity and reliability of the research instruments used formula of Pearson product moment correlation and the standardized item alpha. To test the hypothesis used the F test and t test, whereas the test instrument using the program SPSS 17 for windows. The results revealed that: From the results of validity and reliability is known that the Store Environment consisting of variable ambient factors, design factors, and social factors, all of them valid and riliabel. As for the multiple linear regression analysis known that Store Environment consisting of variable ambient factors, design factors, and social factors, the only variable factor only designs that have significant influence on Impulse Buying on Serbu Mart shoppers Sukorejo.
1
Of hypothesis testing known that unity hypothesis is accepted, it means simultaneously a significant difference between the variables of Store Environment on Impulse Buying on Serbu Mart shoppers Sukorejo. The second hypothesis is accepted, it means the design factor is the most influential variable on Impulse Buying on Serbu Mart shoppers Sukorejo.
Keywords: Store Environment, Impulse Buying Keadaan ini melibatkan faktor emosi dalam pengambilan keputusannya. Mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan segera. Emosi dapat menjadi dasar dari pembelian yang dominan. Hal ini mendorong pelanggan bertindak karena daya tarik atas sentimen atau gairah tertentu. Ini berarti terjadinya impulse buying yaitu suatu perilaku orang yang tidak merencanakan sesuatu dalam belanja. Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berfikir untuk membeli produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu (Arifianti, 2008:3). Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya faktor individu, (Kleinsteuber dalam Samuel, 2007:2). Selain itu faktor lingkungan yang berhubungan dengan keputusan pembelian, (Darden dan Grifin, 1994 dalam Samuel, 2007:2). Dua faktor yang disebutkan merupakan hal penting yang perlu diriset oleh perusahaan dalam usaha mendapat informasi pelanggan. Perusahaan membutuhkan informasi pelanggan yang efektif dari dalam ruang toko dan mengembangkan menjadi stimulus terhadap perilaku pembelian produk secara umum. Pengecer membutuhkan informasi tersebut untuk menentukan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dirancang dalam menambah penjualan dan juga dapat mendeferensiasi ruang toko sebagai salah satu strategi bersaing terhadap pesaing, (Abratt dan Goodey, 1990 dalam Samuel, 2007:2). Dalam proses pengambilan keputusan lingkungan belanja diyakini sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Keputusan pembelian dapat didasari oleh faktor individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif. Keputusan pembelian
PENDAHULUAN Latar Belakang Serbu Mart merupakan salah satu yang ramai dikunjungi masyarakat Sukorejo. Serbu Mart ini menyediakan kebutuhan konsumen dengan lengkap mulai dari barang kebutuhan sehari-hari sampai barang elektronika. Dengan tempat yang luas, bersih, dan nyaman membuat Serbu Mart menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat Sukorejo dan sekitarnya dalam berbelanja. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan ritel agar dapat sukses dalam persaingan adalah barusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka setiap perusahaan ritel harus berusaha menghasilkan dan menyampaikan produk dan layanan yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas serta menciptakan lingkungan toko yang nyaman. Dengan demikian, setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya. Jadi pemasaran ritel yang berorientasi pada konsumen akan selalu mempelajari dan mencermati perilaku konsumen. Menurut Utami (2010:45) Perilaku kosumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut. Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditujukan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan mengonsumsi produk, jasa atau ide yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
2
yang dilakukan tersebut belum tentu direncanakan, terdapat pembelian yang tidak direncanakan (impulse buying) akibat adanya rangsangan lingkungan toko. Lingkungan tersebut mengacu pada semua karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik (produk dan toko), hubungan ruang (lokasi toko dan produk dalam toko), dan perilaku sosial dari orang lain (siapa saja yang di sekitar dan apa saja yang mereka lakukan) (Yudatama, 2012:2). Lingkungan (environment) adalah semua karakteristik fisik dan sosial dari dunia eksternal konsumen, termasuk di dalamnya objek fisik (produk dan toko), hubungan keruangan (lokasi toko dan produk di toko), dan perilaku sosial orang lain (siapa yang berada di sekitar dan apa yang mereka lakukan) (Yudatama, 2012:3). Lingkungan toko (Store Environment) mempunyai tiga komponen dasar, yaitu faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial. Faktor ambien adalah suasana sebagai ciri dasar suatu kondisi tidak nyata yang cenderung mempengaruhi indera nonvisual, yang meliputi suhu, suara musik, bau dan pencahayaan. Sedangkan faktor desain adalah komponen-komponen lingkungan yang cenderung dapat dilihat dan lebih nyata yang menghiasi toko agar toko nampak lebih menarik. Faktor desain bisa meliputi warna, fasilitas, penataan merchandise, pengaturan layout. Dan faktor sosial (social factors) adalah orangorang (konsumen-konsumen dan karyawan-karyawan) yang ada dalam lingkungan toko dan saling berinteraksi. Pasuruan merupakan Kota kabupaten dengan mempunyai banyak fasilitas belanja modern seperti supermarket atau toko serba ada (toserba), yang menciptakan lingkungan belanja nyaman dan mengarah pada pendekatan pola perilaku positif konsumen. Serbu Mart merupakan salah satu yang ramai dikunjungi masyarakat Sukorejo. Letaknya yang strategis yaitu di depan jalan raya, memungkinkan masyarakat menjangkaunya dengan mudah. Serbu Mart ini menyediakan kebutuhan konsumen dengan lengkap mulai dari
barang kebutuhan sehari-hari sampai barang elektronika. Dengan tempat yang luas, bersih, dan nyaman membuat Serbu Mart menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat Sukorejo dan sekitarnya dalam berbelanja.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yeng telah diuraikan, maka dapat diketahui permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh antara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap impulse buying (Y)? 2. Sebarapa besar pengaruh antara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap impulse buying (Y)? 3. Manakah diantara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) yang signifikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap impulse buying (Y)? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store environment terhadap impulse buying, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh antara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap impulse buying (Y)? 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap impulse buying (Y). 3. Untuk mengetahui variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) yang signifikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap impulse buying (Y). Manfaat Penelitian Bagi Peneliti 1. Penelitian ini dapat menambah wawasan untuk berfikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.
3
2. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh store enviroment terhadap impulse buying pada konsumen. 3. Sebagai implementasi dari teori-teori yang diperoleh selama masa kuliah di program studi ilmu administrasi niaga Universitas Yudharta Pasuruan. 4. Meningkatkan ilmu pengetahuam yang telah diperoleh dan menerapkannya di dunia kerja yang nyata. Bagi Program Studi 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai bahan pustaka untuk menambah pengetahuan bagi yang memerlukan. Bagi Instansi atau Perusahaan yang bersangkutan 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang selanjutnya berguna untuk menyusun kebijakan perusahaan. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi strategi yang selama ini telah diimplementasikan.
Pada dasarnya, sebuah retailer mempunyai dua hal yang dapat ditawarkan kepada konsumen, yaitu produknya dan cara menampilkan produk tersebut hingga terlihat menarik. Cara penampilan produk yang ditawarkan oleh toko itulah yang kemudian disebut store environment. Store environment yang baik adalah lingkungan toko yang dapat menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu merangsang mereka untuk menghabiskan waktu untuk berbelanja di toko tersebut. Pentingnya store environment terbukti dari suatu penelitian yang menyatakan bahwa 70-80 persen dari keputusan membeli dilaksanakan didalam toko. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa store environment mampu mempengaruhi perilaku membeli konsumen (Simamora, 2003 dalam Yudatama, 2012:3). Lingkungan toko memiliki pengaruh besar pada pelanggan, karena lingkungan toko menawarkan pemandangan yang memberikan informasi kepada pelanggan yang nantinya memberikan penilaian atas produk dan jasa. Jika iklan dibuat dengan tujuan menginformasikan, menarik, memikat atau mendorong pelanggan untuk datang ke toko, maka store environment berperan penting untuk memikat pembeli, membuat nyaman pelanggan dalam berbelanja dan mengingatkan produkproduk yang perlu dimiliki baik untuk pribadi maupun keperluan rumah tangga (Ma’ruf, 2005:201 dalam Gunawan, 2009:3). Komponen Dasar Store Environment Menurut Baker (2002:121) terdapat tiga komponen dasar dari store environment: 1. Faktor Ambien Budisantoso & Mizerski (2005) yang dikutip oleh Haqqul (2012:18) menyatakan “ambience factor are background feature that may or may not consciously perceived but that affect human senses such as air cuality, noise, scent and cleanlines” atau merupakan ciri dasar yang mungkin atau tidak mungkin dengan perasaan sadar yang akan mempengaruhi pilihan sehat manusia
KERANGKA TEORITIS Pada bagian ini penulis membahas tentang store environment, impulse buying dan hubungan antara store environment. Store Environment Lingkungan (environment) adalah semua karakteristik fisik dan sosial dari dunia eksternal konsumen, termasuk di dalamnya objek fisik (produk dan toko), hubungan keruangan (lokasi toko dan produk di toko), dan perilaku sosial orang lain (siapa yang berada di sekitar dan apa yang mereka lakukan). Lingkungan dapat dianalisis dalam dua tingkat, makro dan mikro (Peter dan Olson, 2000 dalam Yudatama, 2012:2). Pemasar menentukan tingkat analisis lingkungan mana yang relevan bagi suatu permasalahan pemasaran dan kemudian mendesain strategi penelitian dan pemasaran yang tepat.
4
seperti kualitas udara, suara, bau dan kebersihan. Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan faktor ambien adalah suasana sebagai ciri dasar suatu kondisi tidak nyata yang cenderung mempengaruhi indera nonvisual, yang meliputi suhu, suara musik, bau, kebersihan dan pencahayaan. Suhu atau temperatur udara dalam toko akan mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Suhu yang dingin atau sejuk akan menyebabkan rasa nyaman, sehingga akan menyebabkan konsumen untuk betah berlama-lama, atau menghabiskan waktu lebih banyak di dalam toko untuk memilih-milih barang yang akan dibelinya. Begitu sebaliknya temperatur yang panas akan menyebabkan konsumen tidak nyaman berada di dalam toko sehingga mereka akan cepat keluar dan enggan lagi berkunjung ke toko (Haqqul, 2012:18). Suara atau musik juga mempengaruhi keinginan konsumen dan merupakan kontribusi untuk atmosfer toko yang lebih menarik. Suara atau musik di dalam toko sering kali tidak disadari oleh konsumen, karena tujuan dari pemberian musik ini sebenarnya untuk menahan kepergian konsumen dari toko (Haqqul, 2012:19). Mowen & Minor (2002:143) dalam Haqqul (2012:19) menjelaskan bahwa “musik dalam tempo lambat akan menyebabkan konsumen meluangkan waktunya lebih lama dan membelanjakan lebih banyak lagi uang mereka, sedangkan musik dalam tempo cepat menyebabkan lalu lalang dalam toko dipercepat”. Bau atau aroma yang ada dalam toko, akan menarik pula konsumen untuk melakukan kunjungan ke toko. Bau atau aroma yang sedap di dalam toko akan menyebabkan konsumen merasa betah dan nyaman, begitu sebaliknya bau atau aroma yang tidak sedap akan mengganggu konsumen, sehingga mereka tidak betah di dalam toko dan ingin lekas keluar akibatnya konsumen enggan lagi untuk melakukan kunjungan ulang (Haqqul, 2012:19).
Selain itu tata cahaya atau pencahayaan di dalam toko, akan dapat memberikan image kepada pelanggan, sehingga akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan kunjungan kesebuah toko, selain itu konsumen diharapkan untuk melakukan pembelian (Haqqul, 2012:19). Menurut Sistaningrum (2002:37) dalam Haqqul (2012:20) menjelaskan “ada tiga pengeruh tata cahaya terhadap pembelian yaitu kesan suasana, kesan ruang, dan kesan kebersihan”. Kesan suasana bisa diciptakan dengan lampu yang terang, berwarna, atau berkelap-kerlip sehingga menarik minat beli konsumen. Kesan ruang bisa disiasati dengan menggunakan penerangan yang cukup dan cermin yang dipasang disekeliling ruangan dengan pantulan sinar dari lampu oleh cermin, ini akan membuat ruangan terkesan luas. Berikutnya adalah kesan kebersihan, dimana dengan pencahayaan yang cukup maka akan memberikan kesan yang bersih dan akan menciptakan kenyamanan bagi konsumen. 2. Faktor Desain Budisantoso & Mizerski (2005) yang dikutip oleh Haqqul (2012:14) berkata “design factors represent features directly perceptible by consumers such as aesthetics and functionality”, maksudnya faktor desain menghadirkan persepsi langsung kepada konsumen seperti estetika dan kemampuan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa faktor desain adalah komponen-komponen lingkungan yang cenderung dapat dilihat dan lebih nyata yang menghiasi toko agar toko nampak lebih menarik. Faktor desain bisa meliputi warna, fasilitas, penataan merchandise, pengaturan layout. Warna merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan rangsangan dalam toko, karena warna dapat dilihat terlebih dahulu oleh penglihatan ketika konsumen lewat atau masuk sebuah toko. Engel, dkk (1994:241) dalam Haqqul (2012:14) menegaskan bahwa warna yang hangat, seperti merah dan kuning, tampak lebih efektif pada orang yang menarik secara
5
fisik dibandingkan dengan warna yang lebih sejuk seperti hijau dan biru. Meskipun begitu, para subjek interior tempat eceran yang menggunakan warna sejuk sebagai hasil yang lebih positif, menarik dan merilekskan dibanding dengan menggunakan warna hangat. Warna hangat dan kuat dalam situasi dimana pengematan mendalam dibutuhkan akan membuat kegiatan belanja konsumen menjadi tidak menyenangkan dan dapat berakibat pada penghentian kegiatan berbelanja secara prematur. Sebaliknya, warna hangat dapat menghasilkan keputusan pembelian yang cepat dalam kasus dimana pengematan mendalam tidak dibutuhkan dan pembelian impuls adalah hal yang biasa. Fasilitas dalam toko juga akan mempengaruhi kenyamanan seseorang berada di dalam toko, sehingga akan mempengaruhi image toko. Toko yang ada trolly atau keranjang belanja yang berfungsi untuk menampung barang yang dibeli, ini akan meringankan beban konsumen dalam berbelanja barang yang dibutuhkan. Selain itu toko yang menyediakan pebayaran dengan kartu kredit akan dapat menjadikan konsumen senang dan nyaman berbelanja, sehingga konsumen akan melakukan pembelian ke toko tersebut dan ia akan melakukan kunjungan kembali (Haqqul, 2012:15). Begitu pula penataan merchandise atau barang dagangan, akan mempeengaruhi citra toko. Merchandise yang ditata rapi dan dikelompokkan berdasar item-item jenis produk, akan menjadikan sedap untuk dipandang, selain itu akan memudahkan konsumen untuk mencari barang yang dibutuhkan (Haqqul, 2012:15). Pengaturan layout dan lalu lintas dalam toko juga akan mempengaruhi citra sebuah toko. Layout yang tertata rapi akan menimbulkan kemenarikan untuk dipandang dan akan memperlancar arus lalu lintas, sehingga di dalam toko tidak sampai terjadi situasi yang berdasarkan yang akan mengurangi kenyamanan bagi konsumen (Haqqul, 2012:16).
3.
Faktor Sosial Budisantoso & Mizerski (2005) yang dikutip oleh Haqqul (Haqqul, 2012:15) menjelaskan bahwa “social factors on the other hand, refers to people in the environment incluiding the sales people and the customers in the store”. Maksudnya bahwa faktor sosial pada sisi lain, mengacu pada orang-orang yang ada dalam lingkungan. Yang mencakup penjual dan pembeli di dalam toko. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan faktor sosial (social factors) adalah orang-orang (konsumenkonsumen dan karyawan-karyawan) yang ada dalam lingkungan toko dan saling berinteraksi. Impulse Buying Impulse buying adalah adalah sesuatu yang mendorong calon pelanggan untuk bertindak karena daya tarik atas sentimen atau gairah tertentu. Daya tarik disini berkaitan dengan pemajangan barang yang menarik sehingga seseorang berhasrat untuk melakukan suatu pembelian. Utami (2010:50) menyatakan pembelian tidak terencana adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya, atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. Dari definisi ini terlihat bahwa impulse buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi cepat. Impulse buying terjadi pada saat konsumen masuk ke toko ritel dan ternyata membeli produk ritel itu tanpa merencanakan sebelumnya. Menurut Mowen dan Minor (2001:65) dalam Arifianti (2012:11), definisi Pembelian impulsif (Impulse Buying) adalah tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki masalah sebelumnya atau maksud/niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Intinya pembelian impulsif dapat dijelaskan sebagai pilihan yang dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda. Rook and Fisher (1995) dalam Pratiwi (2010:27) berpendapat pembelian impulsif
6
adalah kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, secara buru-buru dan didorong oleh aspek psikologi emosional terhadap suatu produk dan tergoda oleh persuasi dari pemasar. Pembelian tidak terencana dapat dijelaskan sebagai sebuah campuran dari hipotesis-hipotesis. Beberapa pembelian tidak terencana mungkin ditimbulkan oleh stimulus atau rangsangan dalam toko, sedangkan yang lain mungkin tidak direncanakan sama sekali akan tetapi dikarenakan perilaku yang terungkap. Pengukuran Impulse Buying menurut Rook dan Fisher dalam Arifianti (2012:11) impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba dan otomatis. Menurut Manning (2001:159) dalam Arifianti (2012:12) impulse buying menitikberatkan pada daya tarik atas sentimen dan gairah membeli. Artinya berkaitan dengan emosi seseorang. Daya tarik di sini berkaitan dengan barang yang ditawarkan suatu toko tertentu, sehingga mereka tertarik dan mempunyai gairah untuk membelanjakannya. Dengan kata lain faktor emosi merupakan ”tanda masuk” ke dalam lingkungan dari orang-orang yang memiliki gairah yang sama atas segala sesuatu barang.
gairah. Motif ini berlaku sebagai kekuatan yang merangsang tingkah laku yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan yang timbul. Intinya store environment dapat mengakibatkan terjadinya pengambilan keputusan yang salah satunya adalah bersifat emosional. Dan store environment terhadap nilai yang menciptakan ketertarikan dan mengakibatkan pembelian tidak terencana (impulse buying). Kerangka Konseptual Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis Pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying. Adapun teoriteori yang dijadikan landasan dalam membuat kerangka konseptual antara lain: Teori store environment menurut Baker (2002) yang terdiri dari: faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial. Serta teori impulse buying menurut para pakar yang sudah disimpulkan yaitu adanya keputusan pebelian secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Secara skematis, model kerangka konseptual dalam penelitian ini terlihat pada gambar II.5, sebagai berikut:
Faktor ambien (X1)
Keterkaitan Store Environment dengan Impulse Buying Store environment yang baik adalah lingkungan toko yang dapat menghadirkan kenyamanan bagi para pengunjungnya serta mampu merangsang mereka untuk menghabiskan waktu untuk berbelanja di toko tersebut. Sedangkan lingkungan toko memiliki pengaruh besar pada pelanggan, karena lingkungan toko menawarkan pemandangan yang memberikan informasi kepada pelanggan yang nantinya memberikan penilaian atas produk dan jasa. Keadaan ini mengakibatkan suatu konsumen mempunyai satu motif pembelian, yang dipandang sebagai kebutuhan yang timbul, rangsangan, atau
Faktor desain (X2)
Impulse Buying (Y)
Faktor Sosial (X3)
Gambar II.5 Kerangka Konseptual Hipotesis Dari model kerangka konseptual di atas, dapat diambil hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga ada pengaruh antara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap impulse buying (Y).
7
2.
3.
Diduga ada pengaruh paling dominan diantara variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap impulse buying (Y). Diduga variabel faktor ambien (X1) yang signifikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap impulse buying (Y).
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130), sedangkan menurut menurut Sugiyono (2006:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan dari pengertian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah konsumen/pembeli di Serbu Mart Sukorejo. Sampel Menurut Arikunto (2006:109), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel termasuk dalam metode Non Probability Sampling, yakni tidak semua individu atau elemen dalam populasi memperoleh peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sedangkan untuk teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Insidental. Dikatakan Sampling Insidental karena teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009:122). Adapun yang dijadikan sampel adalah konsumen yang mengalami impulse buying di Serbu Mart Sukorejo, sedangakan jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel store environment yang terdiri dari faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial berpengaruh terhadap impulse buying pada konsumen. Metode penelitian ilmiah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan kuantitatif yang berupa angka-angka, semua data yang dihasilkan penampilannya akan disimpulkan dengan data penelitian yang lebih baik. Selain itu, jenis penelitian ini adalah penelitian survei, survei disini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu daftar pertanyaan (kuesioner) atau wawancara langsung antara peneliti dengan obyek penelitian (responden) (Hadi, 2006:22). Dan penelitian ini juga bisa disebut dengan penelitian eksplanatori, yaitu penelitian menurut tingkat eksplanasinya yang bermaksud menjelaskan kedudukan-kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Jenis penelitian ini menghubungkan sebab-akibat antara variabel terikat dan variabel bebas (Hadi, 2006:32).
Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:31). sedangkan macam-macam variabel antara lain: variabel independent (bebas), variabel dependent (terikat), variabel moderator, variabel intervening, dan variabel kontrol (Sugiyono, 2006:33). Namun yang digunakan peneliti hanya variabel bebas dan variabel terikat.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini diambil atas dasar kemudahan memperoleh responden, keterbatasan waktu, dan biaya. Penelitian ini dilakukan di Serbu Mart Sukorejo. Populasi dan Sampel Populasi
8
a.
Variabel bebas (independent variabel) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: Faktor Ambien (X1) Faktor Desain (X2) Faktor Sosial (X3) b. Variabel terikat (dependent variabel) Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah impulse buying. Impulse buying adalah sesuatu yang mendorong calon pelanggan untuk bertindak karena adanya daya tarik atas sentimen atau gairah tertentu. Berdasarkan paparan diatas tentang impulse buying, maka terdapat indikator dari impulse buying tersebut. Adapun indikator itu adalah: pembelian yang terjadi secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis.
biologis dan psikologis. Observasi dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, cukup dengan pengamatan langsung akan kejadian-kejadian obyek yang diteliti. Janis Sumber Data dan Skala Pengukuran Jenis Data Informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2004:91). b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 2004:91).
Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2006:135). Teknik ini dilakukan dengan cara menyebarkan sejumlah pertanyaan tertulis yang telah disusun untuk diisi responden. 2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden (Sugiyono: 2006:130). Teknik ini untuk memperoleh data, dilakukan dengan cara mengadakan dialog langsung kepada pihak terkait. 3. Pengamatan (observasi) Sugiyono (2006:139) dalam Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
Teknik Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Validitas Pengujian validitas ini diperoleh dengan cara membandingkan korelasi antara setiap skor indikator dengan total skor indikator variabel, dan kemudian dari hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0,05 (5%). Jadi apabila p value atau nilai signifikan kurang dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya jika nilai p value atau signifikan lebih dari 0,05 (5%) dinyatakan tidak valid. Sedangkan rumus yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah rumus product moment dari person sebagai berikut:
9
rxy=
menggunakan Microsoft Excel sebagai tabulasi data yang didapat dari kuesioner dan program SPSS V.17 untuk menganalisis data tersebut.
n XY X Y
n X
2
X n Y Y 2
2
2
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi apakah ada hubungan (pengaruh) yang kuat antara variabel terikat (Y) impulse buying dengan variabel bebas (X) store environment, adapun rumus regresinya sebagai berikut:
Dimana: r = koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat n = banyaknya sampel x = skor setiap item y = skor total variabel Reliabilitas Tingkat reliabilitas suatu konstruk atau variabel penelitian dapat dilihat dari hasil statistik Cronbach Alpha (α) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,60 (ghozali, 2005 dalam indriaty, 2010). Semakin nilai alphanya mendekati 1 maka nilai reliabilitas datanya semakin terpercaya. Adapun rumus Cronbach Alpha (α) menurut arikunto (2006) dalam pujiastuti (2010) adalah sebagai berikut:
k r11 = 1 k 1
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Keterangan: Y = Impulse Buying Α = Konstanta X1 = Faktor Ambien X2 = Faktor Desain X3 = Faktor Sosial β1-β3 = Besaran koefisien dari masingmasing variabel ε = Error Hasil Penelitian dan Pembahasan Karakteristik responden Berdasarkan jenis kelamin, dari 100 orang responden yang menjadi sempel dalam penelitian, persentase laki-laki sebesar 30% dan responden perempuan sebesar 70%, hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan kelompok usia, dari 100 orang responden yang menjadi sempel penelitian, 47% berusia 16-27 tahun, 27% berusia 26-35 tahun, 24% berusia 36-45 tahun, 2% berusia diatas 46 tahun. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 16-27 tahun. Berdasarkan data status perkawinan, dari 100 orang responden yang menjadi sempel penelitian, 59% memiliki status perkawinan belum menikah, 41% memiliki status perkawinan sudah menikah, dan 0% memiliki status perkawinan janda. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden status perkawinannya belum menikah.
b 2 2
Dimana: r11 = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau k banyaknya soal b 2 = Jumlah variabel butir
2
= Jumlah variabel total Setelah dilakukan perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel nilai kritisnya dengan ketentuan sebagai berikut: Jika r hitung positif dari r hitung > t tabel maka variabel tersebut reliabel Jika r hitung positif dan r hitung < t tabel maka variabel tersebut tidak reliabel Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Dan untuk pengujian hipotesis statistik dilakukan uji signifikan seluruh model (simultan) dan uji signifikan setiap parameter (parsial). Untuk mempermudah dalam menganalisis data nantinya, peneliti
10
Berdasarkan data pendidikan terakhir, dari 100 orang responden yang menjadi sempel penelitian, 12% memiliki tingkat pendidikan SD, 14% berpendidikan SLTP, 67% berpendidikan SLTA, 0% memiliki tingkat pendidikan D2/D3 dan 7% berpendidikan S1. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SLTA. Berdasarkan data pekerjaan, dari 100 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian, adalah pegawai swasta sebanyak 37%. Sedangkan responden yang pekerjaannya pelajar/mahasiswa sebanyak 32%, dan responden ibu rumah tangga sebanyak 30%. Untuk responden yang mempunyai pekerjaan sebagai tenaga pengajar ini sebanyak 1% dan pekerjaan pegawai negeri sebanyak 0%. Hal ini berarti mayoritas pembeli Serbu Mart Sukorejo ini mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan/uang saku perbulan dari hasil penelitia 100 orang yang diambil sebagai sampel maka dapat diambil kesimpulan untuk responden berpenghasilan <500.000,merupakan kelompok responden terbesar sebanyak 44 % dan responden berpenghasilan 500.000 sd 1.000.000,- sebanyak 5%, responden yang berpenghasilan 1.000.000 sd 1.500.000,sebanyak 39%, responden yang berpenghasilan 1.500.000 sd 2.000.000,sebanyak 0%, dan responden yang berpenghasilan >2.000.000,- ini hanya 12 orang atau 12%. Hal ini berarti mayoritas pembeli pada Serbu Mart Sukorejo berpenghasilan <500.000,-.
Pada tabel IV.13, Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear berganda diatas, diperoleh hasil sebagai berikut : Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + ε Y = 2,701 - 0,040X1 + 0,209X2 + 0,143X3 +ε Dari hasil analis regresi linear berganda tersebut akan di interpretasikan sebagai berikut : 1. α = 2,701 Nilai konstanta 2,701 satuan menunjukkan bahwa Variabel impulse buying (Y) akan konstan sebesar 2,701 satuan jika tidak dipengaruhi variabel faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial. Maka dapat diartikan bahwa variabel impulse buying menurun sebesar 2,701 satuan sebelumnya/tanpa adanya variabel faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial (X1, X2, X3,=0). 2. β1= -0,040 Variabel faktor ambien (X1) berpengaruh negatif terhadap variabel impulse buying (Y) sebesar -0,040 satuan, artinya jika variabel faktor ambien ada peningkatan secara linear maka variabel impulse buying akan menurun. Dengan asumsi variabel bebas X2, X3=0 atau ceteris paribus. 3. Β2= 0,209 Variabel faktor desain (X2) berpengaruh positif terhadap variabel impulse buying (Y) sebesar 0,209 satuan, artinya jika variabel faktor desain ada peningkatan maka impulse buying akan meningkat secara linear. Sebaliknya jika variabel faktor desain ada penurunan maka variabel impulse buying akan menurun pula. Dengan asumsi variabel bebas X1, X3=0 atau ceteris paribus. 4. Β3= 0,143 Variabel faktor sosial (X3) berpengaruh positif terhadap variabel impulse buying (Y) sebesar 0,143 satuan, artinya jika variabel faktor sosial ada peningkatan maka variabel impulse buying akan meningkat secara linear. Sebaliknya jika variabel faktor sosial ada penurunan maka
Hasil Pengujian Regresi
Regresi linear berganda dilakukan untuk menganalisis pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying di Serbu Mart Sukorejo. Model analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnuya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil dari analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
11
variabel variabel impulse buying akan menurun pula. Dengan asumsi variabel bebas X1, X2 =0 atau ceteris paribus. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 11.6%, dengan melihat Adjusted R Square sebesar 0,116, dengan artian variabel Impulse Buying dipengaruhi oleh Variabel Store Environment sebesar 11,6%, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dicantumkan didalam penelitian ini.
faktor ambien tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying. 2. Ha diterima dan Ho ditolak, dengan nilai nilai t hitung 3,249 < ttabel 1.980 dengan nilai p=0,001>5%. Sehingga faktor desain berpengaaruh secara signifikan terhadap impulse buying. 3. Ha diterima dan Ho ditolak, dengan nilai nilai t hitung 1,106 < ttabel 1.980 dengan nilai p=0,272>5%. Sehingga faktor sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying.
Pengujian Hipotesis Uji f (Simultan) Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat. Dari hasil perhitungan pada tabel IV.14 dapat dilihat bahwa f hitung menunjukkan nilai sebesar 5,343 dan signifikansi f = 0,002. Dimana f hitung > f tabel (5,343>2,70) dan sig F<5% (0,002<0,05), artinya bahwa secara simultan variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) berpengaruh signifikan terhadap impulse buying (Y). Dengan demikian hipotesis kedua yang menduga bahwa secara simultan variabel faktor ambien (X1),
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel IV.16 variabel store environment (X) yang signifikan berpengaruh terhadap variabel impulse buying (Y), adalah variabel faktor desain (X2). Hal ini dapat dibuktikan dari nlai sumbangan efektif (SE), dengan nilai sebesar 13,37%, nilai tersebut merupakan nilai tertinggi dari variabel lainnya. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Store Environment secara simultan terhadap Impulse Buying Berdasarkan dari hasil analisis terbukti bahwa secara simultan store environment yang terdiri dari variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel impulse buying (Y) pada Serbu Mart Sukorejo. Banyaknya kontribusi variabel faktor ambien (X1), faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) terhadap variabel impulse buying (Y) pada Serbu Mart Sukorejo ditunjukkan dengan koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,116 atau 11,6%. Sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebesar 11,6%. Pengaruh Store Environment secara parsial terhadap Impulse Buying a. Variabel Faktor Ambien (X1) Berdasarkan dari hasil analisis data terbukti secara parsial tidak ada pengaruh
faktor desain (X2), dan faktor sosial (X3) berpengaruh signifikan terhadap impulse buying (Y) diterima. Uji t (Parsial) Untuk mengetahui signifikansi dari variabel bebas secara parsial terhadap variable terikat. Pengujian ini dilakukan pada tabel IV.15, dapat dilihat bahwa dari setiap variabel dengan nilai p<5%, apakah akan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai variabel terikat (Y), dan membandingkan thitung dengan ttabel dengan jumlah sampel (N) 100 dan didapat ttabel sebesar 1,980, hasil uji t dijelaskan sebagai berikut : 1. Ha ditolak dan Ho diterima, dengan nilai nilai t hitung -0,929 < ttabel 1.980 dengan nilai p=0,355>5%. Sehingga
12
yang signifikan antara variabel faktor Ambien (X1) terhadap impulse buying (Y) dengan nilai t hitung -0,929 < ttabel 1,980 dan nilai p= 0,355>5%. Akan tetapi jawaban dari responden lebih menekan pada jawaban sangat setuju, karena kebanyakan pembeli Serbu Mart Sukorejo merasakan toko tersebut sudah bagus dan sudah memenuhi permintaan konsumen, jadi ketika pembeli Serbu Mart Sukorejo melakukan pembelian tidak mempengaruhi pembelian tidak direncana. b. Variabel Faktor Desain (X2) Berdasarkan dari hasil analisis data terbukti secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel Faktor Desain (X2) terhadap impulse buying (Y) dengan nilai thitung 3,294 < ttabel 1,980 dengan nilai p= 0,001<5%. Dimana Faktor Desain sangat penting dalam meningkatkan pembelian tidak direncana karena Faktor Desain juga termasuk faktor yang selalu diperhatikan pembeli. c. Variabel Faktor Sosial (X3) Faktor Sosial (X3) merupakan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying (Y). Dimana variabel faktor sosial tidak dianggap penting menurut pembeli karena pembeli yang kami teliti tidak semuanya di perlakukan seperti halnya raja, akan tetapi pembeli tersebut masih tetap banyak yang berbelanja di Serbu Mart Sukorejo. Pengaruh variabel yang paling signifikan terhadap impulse buying Variabel faktor desain (X2) memiliki pengaruh signifikan yang dominan dibanding dengan variabel yang lain diantaranya faktor ambien dan faktor sosial, terbukti bahwa skor (pada tabel regresi linier berganda) faktor desain lebih tinggi dibandingkan dengan nilai variabel yang lain. Mengingat adanya pengaruh store environment terhadap impulse buying (Y) pada Serbu Mart Sukorejo, maka keputusan yang diambil untuk menarik toko tersebut adalah: faktor desain
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari perhitungan bahwasanya variabel store environment yang terdiri dari faktor ambien (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap impulse buying (Y), faktor desain (X2) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap impulse buying, dan faktor sosial (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap impulse buying (Y). 2. Dari perhitungan r square atau r determinasi dapat dibuktikan bahwa masing-masing faktor yang terdiri dari faktor ambien, faktor desain, dan faktor sosial secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Impulse Buying (Y) pada pembeli Serbu Mart Sukorejo sedangkan sisanya sebesar di pengaruhi oleh faktor lain di luar variabel bebas yang diteliti. Atau bisa diartikan pengaruh variabel lain lebih besar dari pengaruh variabel Store Environment. 3. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara parsial variabel faktor desain (X2) yang mempunyai pengaruh signifikan. Sedangkan dua variabel yang lain yaitu variabel faktor ambien (X1) dan variabel faktor sosial (X3) ini tidak berpengaruh secara signifikan secara parsial terhadap Impulse Buying (Y) pada pembeli Serbu Mart Sukorejo. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa variabel faktor desain (X2) merupakan faktor yang mempengaruhi Impulse Buying (Y) pada pembeli Serbu Mart Sukorejo. Oleh karena itu hendaknya toko Serbu Mart tetap
13
Merchandise Value and Patronaga Intentions, Journal of Marketing, 66 (April 2002), PP 120-141
menjaga faktor-faktor rangsangan desain tesebut seperti warna, penataan merchandise , dan lay out . 2. Dari hasil penelitian didapatkan pula beberapa variabel yang perlu lebih diperhatikan oleh toko Serbu Mart Sukorejo yaitu faktor ambien (X1) dan faktor sosial (X3), yang mana kedua variabel tersebut toko tersebut perlu membuat langkah-langkah untuk dapat memuaskan pembelinya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sehubungan dengan faktor-faktor di atas antara lain: a. Faktor ambien salah satunya pada indikator aroma/bau agar memberi pengharum di sekitar lingkungan toko tersebut untuk dapat meningkatkan pembeli yang betah berbelanja di Serbu Mart Sukorejo. b. Faktor sosial salah satunya pramuniaga mendampingi pembeli berbelanja tujuannya agar pembeli tidak bingung memilih barang yang baik di konsumsi. Demikian kesimpulan dan saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada pihak perusahaan, dengan harapan dapat menjadikan masukan bagi pihak toko dalam mengambil kebijakan di masa mendatang. Amin
Engel, James F., Blackwell, Roger D., Miniard, Paul W., 1994, Perilaku Konsumen, Edisi keenam Terjemahan, Jakarta: Binarupa Aksara Gunawan, Sri., Rilantiana, Rosa dan Kusumasondjaja, Sony, 2009, Pengaruh Persepsi Desain Toko Terhadap Store Repatronage Intentions Dengan Shopping Experience Costs Sebagai Intervening Di Toko Elektronik “X” Surabaya, Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Universitas Airlangga Surabaya, (April 2009), 1-20 Hadi,
Haqqul, Nur, 2012, Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelin Toko Buku Togamas Cabang Malang, Thesis Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Email: uinmalang.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Arifianti, Ria, 2012, Pengaruh promosi penjualan terhadap impulse buying pada hypermarket di kota Bandung: Jurnal Manajemen
Kotler,
Arikunto, Suharsimi, 2006, Manajemen Penelitian, Cetakan kedelapan, Jakarta: PT RINEKA CIPTA Azwar,
Syamsul, 2006, Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Akuntansi & Keuangan, Cetakan Pertama, Yogyakarta: EKONOSIA
Philip, 2004, Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia, Edisi ketiga, PT. INDEKS kelompok GRAMEDIA.
[email protected]
........., Philip., Armstrong, Gary., 1997, Principles of Marketing, Jilid satu, Jakarta: Prenhallindo
Saifuddin, 2004, Metode Penelitian, Cetakan kelima, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
........., Philip dan Keller, Kevin Lane, 2007, Manajemen Pemasaran, Edisi kedua belas, jilid 1, PT INDEKS.
[email protected]
Baker, J., Parasuraman, Grawel, D. & Voss, Glenn B, 2002, The Influence of Multiple Store Environment Cues on Perceived
14
Putri, 2008, Pengaruh Atmospherics Toko dan Teman Berbelanja Terhadap Keputusan Pembelian Impulsif Konsumen, Universitas Unibraw: Malang, Skripsi tidak dikutip Samuel, Hatane, 2007, Respons lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian tidak terencana pada toko serba ada (toserba), Universitas Kristen Petra, Surabaya. Email:
[email protected]
Indonesia, Edisi Salemba Empat
Pratiwi,
2007, Metode Panalitian Kuantitatif, Kualitatatif, Dan R&D, Cetakan ke sepuluh, Bandung: Alfabeta
.........., 2009, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ketiga belas, Bandung: Alfabeta ...........,
2011, Metode Panalitian Kuantitatif, Kualitatatif, Dan R&D, Cetakan ke empat belas, Bandung: Alfabeta
..........,
2012, Metode Panalitian Kuantitatif, Kualitatatif, Dan R&D, Cetakan ke lima belas, Bandung: Alfabeta
Sujana,
Asep ST., 2005, Pengaruh Atmosfir Lingkungan Toko Terhadap Loyalitas Konsumen pada Matahari Department Store Grand Palladium Medan: jurnal manajemen
Thoyib,
Usman, 1998, Manajemen Perdagangan Eceran, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Ekonisia
Jakarta:
Yudatama, Aditya., Saryadi, dan Susanto, Hari, 2012, Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, Store Theatrics, dan Social Factors Terhadap Pembelian Tidak Terencana, Jurnal Ilmu Administrasi Bisis. Email:
[email protected]
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan kesembilan, Bandung: Alfabeta ..........,
dua,
Utami, Christina Widya, 2010, Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di
15