PENGARUH SERVICE CLIMATE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI KOMPETENSI GURU (Studi Kasus Pada MTs Madrasah Pembangunan Jakarta)
Oleh WAHYUDI NIM: 107081003491
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGARUH SERVICE CLIMATE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI KOMPETENSI GURU (Studi Kasus Pada MTs Madrasah Pembangunan Jakarta)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh WAHYUDI NIM: 107081003491
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. A. Dumyathi Bashori, MA 19700106200312 1 001
Ade Suherlan, MM 19800525200912 1 001
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 06 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama
: Wahyudi
2. NIM
: 107081003491
3. Jurusan
: Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui Kompetensi Guru.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 06 Juni 2011 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617198503 1 002
( Ketua
2. Suhendra, S.Ag, MM NIP. 19711206 200312 1 001
(
3. Amir Syarifudin, SH, MM NIP. 19460818196603 1 001
(
4. Dr. A. Dumyathi Bashori, MA NIP. 19700106200312 1 001
5. Ade Suherlan, MM NIP. 19800525200912 1 001
)
) Sekretaris
) Penguji Ahli 1
(
) Penguji Ahli II
(
) Penguji Ahli III
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Wahyudi No. Induk Mahasiswa
: 107081003491
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya ; 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 06 Juni 2011 Yang menyatakan,
Wahyudi 107081003491
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI Nama Tempat/ Tgl. Lahir Jenis Kelamin Nama Ayah Nama Ibu Anak ke dari Status Agama Alamat No. Telp Email
: Wahyudi : Jasinga, 27 – 12 - 1987 : Laki - Laki : Suryadi : Rohana : 4 dari 8 bersaudara : Belum menikah : Islam : Jl. Indraloka 1 Rt. 009 Rw.010 No.43 Grogol Petamburan-Jakarta Barat 11460 : 0882 1024 4947/0815 8597 5268 :
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1994 – 2000 : SD Negeri Barengkok 1 2000 – 2003 : SMPS Nurul Madaany Banten 2003 – 2006 : SMPS Nurul Madaany Banten 2007 – Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI 2004 – 2005 : GUDEP (Pradana) 2004 – 2005 : OSIS (Divisi Kegiatan) IV. PENGALAMAN BEKERJA 2008 – 2009 : Marketing AXIS 2008 – 2010 : Marketing Citi Bank V. KEAHLIAN 1. Dapat mengoperasikan program komputer MS.Office 2. Dapat berbahasa Inggris dan Arab secara aktif dan pasif. VI. SEMINAR DAN TRAINING 2008
: Peserta Pelatihan Program Life Skill Pemda DKI Jakarta di Universitas Mercu Buana
The Influence of Service Climate to Students Achievement Study Through Teachers Competence (Empirical Studies in MTs. Madrasah Pembangunan)
By: Wahyudi
ABSTRACT
This research intends to know service climate influence to students achievement study through teachers competence in MTs. Madrasah Pembangunan Jakarta. The sample of this research is 298 people, involve of teaching staff and students whom both main user of service climate. The statistical tool used in this research was Structural Equation Modelling (SEM). Data were analyzed using statistical software LISREL 8.80 for student. The results of this research indicated that teachers competence was the greatest influencing to the achievement study of students and than followed by service climate. Showed empirical evidence this research did fit with theory and proved there interference service climate to students achievement study through teachers competence fine partially or simultaneously. Keywords: Service climate, Teachers competence, Students achievement study
PENGARUH SERVICE CLIMATE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI KOMPETENSI GURU (Studi Kasus Pada MTs Madrasah Pembangunan Jakarta)
Oleh: Wahyudi ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru di MTs Madrasah Pembangunan Jakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 298 orang, terdiri dari staf pengajar dan siswa yang merupakan pelaku utama iklim layanan . Alat statistik yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM). Data dianalisis dengan menggunakan software statistik LISREL 8.80 for student. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa kompetensi guru memiliki pengaruh yang dominan terhadap prestasi belajar siswa, selanjutnya diikuti oleh service climate. Menunjukan pembuktian empiris penelitian ini sesuai dengan teori dan terbukti adanya pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru baik secara parsial maupun simultan. Kata kunci: Service climate, Kompetensi guru, Prestasi belajar siswa
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB. I.
BAB. II.
BAB. III.
BAB. IV.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Service Climate 2. Prestasi Belajar 3. Kompetensi Guru B. Penelitian Sebelumnya C. Kerangka Berfikir D. Hipotesis METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Metode Penentuan Sampel C. Metode Pengumpulan Data D. Metode Analisis Penelitian E. Operasional Variabel ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian 2. Sejarah Singkat 3. Karakteristik Responden B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1 1 10 10 12 12 12 18 30 43 45 50 51 51 51 55 57 66 71 71 71 71 75 80
BAB. V.
1. Asumsi Normalitas 2. Analisis Faktor Konfirmatori KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
80 82 106 106 107 110 111
KATA PENGANTAR ”Bismillahirrahmanirrahim”
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan kepada kita semua. Shalawat dan salam terhaturkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita semua yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunah-Nya. Alhamdulillah, atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Skripsi dengan judul “Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Melalui
Kompetensi
Guru”.
Penyusunan
Skripsi
ini
dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, yang selalu memberikan berkah, rahmat, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 2. Orangtua, yang tiada hentinya mendoakan dan memotivasi. 3. Kakak dan adik ku, yang selalu mendoakan dan mendukung 4. Bapak Dr. Ahmad Dumyati selaku pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi. 5. Bapak Ade Suherlan, MM selaku pembimbing 2 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi.
6. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid, Ms selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 7. Bapak Suhendra, S.Ag. MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 8. Teman-teman tercinta dari Kelas Manajemen D 2007 yang selalu memberikan semangat dan dorongan. 9. Teman-teman angkatan 2007 Jurusan Manajemen, terimakasih atas dukungan dan dorongannya. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, Dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat menjadi bahan masukan dan tambahan wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyajian Skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan.
Jakarta, 06 Juni 2011
Wahyudi NIM : 107081003491
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Teori Pemikiran ....................................................... 48
2.2
Paradigma Konseptual ............................................................ 49
3.1
Diagram Alur Penelitian ......................................................... 62
4.1
Data Statistik Responden Siswa ............................................... 77
4.2
Data Statistik Responden Pengajar .......................................... 79
4.3
Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Kompetensi guru........................................................................................... 83
4.4
Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar....................................................................................... 88
4.5
Konfirmatori Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar....................................................................................... 94
4.6
Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar
Siswa
melalui
Kompetensi
Guru.......................................................................................... 100
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Daftar Jumlah Siswa ................................................................ 52
3.2
Daftar Sampel ......................................................................... 53
3.3
Uji Validitas ........................................................................... 58
3.4
Uji Reliabilitas ......................................................................... 59
3.5
Indeks Kelayakan Model ......................................................... 63
3.6
Variabel dan Indikator Penilaian .............................................. 69
4.1
Data Statistik Responden Siswa ............................................... 76
4.2
Data Statistik Responden Pengajar .......................................... 78
4.3
Muatan Faktor t-value dan t-tabel ............................................ 84
4.4
Goodness of fit ........................................................................ 85
4.5
Muatan Faktor t-value dan t-tabel ............................................ 89
4.6
Goodness of fit ........................................................................ 91
4.7
Muatan Faktor t-value dan t-tabel ............................................ 95
4.8
Goodness of fit ........................................................................ 97
4.9
Muatan Faktor t-value dan t-tabel ............................................ 101
4.10
Goodness of fit ........................................................................ 103
DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan
Halaman
1.
Uji Reliabilitas .................................................................................... 114
2.
Uji Validitas ........................................................................................ 117
3.
Kuesioner Penelitian ........................................................................... 122
4.
Rekapitulasi Jawaban Responden ........................................................ 126
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Ditengah pesatnya persaingan global, hampir semua negara ikut campur di dalamnya. Sehingga batas – batas negara sudah tidak ada lagi menjadi alasan penghalang yang berarti untuk membendung masuknya modernisasi dan globalisasi, mulai dari modernisasi teknologi, politik, sosial, budaya, gaya hidup, hingga modernisasi pendidikan. Tidak jarang berbagai kerjasama regional, bilateral, multilateral, dan bahkan kerjasama internasional banyak dilakukan oleh berbagai negara untuk pencapaian tujuan. Salah satunya adalah untuk mempermudah diplomasi dan transaksi antar negara yang kemudian dapat menciptakan kesejahteraan di dalam negerinya masing – masing. Wujud nyata dari kerjasama ini, bisa kita lihat dari beberapa perjanjian perdagangan bebas seperti Asia Free Trade Area China – Asia ( FTA- China – Asia ), Free Trade Area Batam ( FTA-Batam ), dan banyaknya perusahaan multinasioanal milik asing yang menginvestasikan modalnya di negara tujuan dengan mendirikan perusahaan – perusahaan. Misalnya saja di Indonesia , PT. Unilever, PT. Carrefour, PT. Coca-cola, PT. Nike, PT. KFC, PT. Pepsi, PT. Astra International, dan lain-lain. Imbas dari globalisasi bukan saja melanda pada dunia bisnis sebagaimana perusahaan – perusahaan yang telah disebutkan di atas. Namun tidak dapat di sangkal, diterima atau tidak kenyataannya bahwa globalisasi sekarang sudah
1
masuk pada sektor pendidikan. Sisi baiknya bahwa globalisasi membuka mata dunia pendidikan yang mulai mengarah pada pendidikan yang berkualitas/education quality (Kamal Muhammad). Sisi buruknya bahwa globalisasi membawa angin topan yang menghancurkan moral dan mental para pelajar dapat terlihat dari pergeseran nilai gaya hidup, sex bebas, judi, narkoba, dan etika. Cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan, akibat dari globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, menuntut kesadaran akan pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang merupakan salah satu respon dalam menyikapi perubahan tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat penting artinya bagi pembangunan suatu bangsa. Bahkan ketersediaan SDM berkualitas diyakini sebagai kunci utama keberhasilan pembangunan, untuk mewujudkan manusia yang berkualitas, dunia pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas SDM yang cerdas dan mandiri. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga dapat diperoleh manusia yang produktif dan kompetitif. Menjadi tugas yang cukup berat bagi dunia pendidikan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat menciptakan sumberdaya manusia yang cakap, aktif, kreatif, dan inovatif yang mengarah pada kemajuan.
2
Di Indonesia dapat kita lihat banyaknya sekolah atau perguruan tinggi asing dan lokal yang bertaraf internasional bermunculan. Mereka beranggapan bahwa sektor pendidikan merupakan lahan bisnis baru yang potensial yang tidak ada matinya. Sehingga mereka menganggap dan memposisikan para murid sebagai pelanggan yang idealnya diberikan pelayanan berstandar bahkan high quality yang dapat memberikan kepuasan. Seperti, Sekolah Bina Nusantara (Binus Internasional School), Universitas Pelita Harapan (UPH Internasional School), STIKOM London School, Singapore International School, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan masih banyak sekolah – sekolah lain. Pada saat ini banyak para pelajar yang merasa dirinya berada dalam peranan konsumen yang memiliki harapan tentang bobot pengajaran, gaya pendidikan, dan pelayanan pendidikan yang berkualitas serta memuaskan. Sebagai imbalan apa yang telah mereka keluarkan dari biaya pendidikan (Svensson dan Wood, 2007). Pada perkembangannya saat ini, bahwa sekolah atau perguruan tinggi asing dan internasional dimana mereka melihat peluang dan mengangap sekolah adalah bisnis, maka
mereka hadir dengan menawarkan service
climate yang jauh lebih baik. Mulai dari bangunan, fasilitas, metode pengajaran, staf pelayanan, hingga staf pengajar yang profesional mereka persiapkan sebaik mungkin demi memuaskan para pelajarnya. Sehingga sekolah dan perguruan tinggi lokal pun mulai berbenah diri untuk membangun
3
service climate yang baik agar dapat bersaing dengan sekolah dan perguruan tinggi luar. Tuntutan untuk menyediakan service climate yang baik bertujuan agar dapat meningkatkan prestasi belajar para murid. Tentunya ini sangat erat kaitan antara keduanya, dimana Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan hasil belajar yang maksimal.
Dalam proses
pencapaiannya,
prestasi
belajar
sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah guru kompeten yang dapat menciptakan service climate dengan baik. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan kualitas sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk
itu,
upaya
awal
yang
dilakukan
dalam
peningkatan
mutu
pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang kompeten dan profesional. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang
4
Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) sebagai berikut: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah”. Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut: “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa: “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah Peningkatan kompetensi guru. Hal ini dilakukan karena guru mempunyai kedudukan yang penting dalam proses pendidikan. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bertanggung-jawab terhadap tujuan pendidikan, ke mana peserta didik akan diarahkan, dengan apa peserta didik diarahkan, dan bagaimana strategi yang digunakan. Sehingga nantinya ada peningkatan hasil belajar pada pendidik. Guru yang kompeten melihat pendidikan sebagai wahana untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan dan melatih siswa untuk menjadi manusia yang produktif. Guru sebagai salah satu komponen dalam
5
kegiatan
belajar
mengajar
(KBM)
mempunyai
peran
dalam
usaha
pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dibidang pembangunan. Guru yang kompeten dan professional memiliki tanggungjawab untuk meningkatakan dan menciptakan siswa berprestasi baik di dalam lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat. Olah karena itu keberhasilan siswa tidak hanya dapat diperoleh pada saat siswa berada di sekolah, melainkan dapat diperoleh karena ada dukungan atau pengaruh dari kondisi eksternal dan kondisi internal di dalam proses pembelajaran. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial, sedangkan kondisi eksternal mencakup lingkungan yang ada pada proses belajar dan proses pembelajaran (Alisuf Sabri, 1996). Jika kondisi-kondisi tersebut tidak dijalankan secara seimbang, siswa tidak akan dapat memperoleh nilai yang sempurna dalam pendidikan di sekolahnya. Oleh karena fungsi seorang guru yang kompeten dituntut untuk mendidik dan mentransfer ilmu agar siswa sehingga dapat memberikan pengaruh untuk pertumbuhan dan perkembangan sumber daya yang siswa miliki. Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan, kehadiran guru sebagai sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan siswa. Oleh karena itu apapun alasannya guru harus
6
mengajar langsung di depan siswa agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Proses pembelajaran yang optimal diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal yang diberikan oleh guru kepada siswa yang akan berimplementasi pada prestasi belajar siswa. Guru yang kompeten pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran denan baik, tepat, dan terarah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Guru
kompeten yang
dimaksud
adalah
guru
yang
berkualitas,
profesional, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. kompetensi guru merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Arifin (199) kompetensi menunjukkan pada suatu keahlian pekerjaan atau jabatan yang menuntut kemampuan dan keahlian tinggi, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. kompetensi guru dibangun melalui penguasaan keilmuan, keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan peningkatan
pekerjaan.
Pengembangan
pengetahuan,
Peningkatan
kompetensi kinerja
guru
meliputi
(performance)
dan
kesejahteraannya. Guru sebagai orang yang kompeten dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya.
7
Kamal Muhammad „Isa mengemukakan: “bahwa guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat” . Selanjutnya Moh Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru kompeten mendefinisikan bahwa: “guru kompeten adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal” (M. Uzer Usman 2006). Kompetensi, keharusan adanya kualifikasi keilmuan dan kualifikasi keahlian secara akademik yang dibutuhkan, serta adanya penghargaan terhadap
profesi
yang
diemban.
Maka prinsip
idealisme
dan
keterpanggilan jiwa serta prinsip kompetensi Guru harus mendasari setiap perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat guru. Dengan demikian profesi guru merupakan profesi tertutup yang harus sejalan dengan prinsipprinsip idealisme dan profesionalitas secara berimbang.
Jangan
sampai
akibat pada perjuangan dan penonjolan aspek Kompetensi berakibat penciptaan gaya
hidup materialisme
dan pragmatisme yang menafikan
idealisme dan keterpanggilan jiwa (Asrorun Ni‟am Sholeh, 2006). Salah satu sekolah lokal yang mencoba meningkatkan kualitas service climate dan kompetensi Guru untuk menciptakan prestasi pelajar yang membanggakan demi dapat berkompetisi dengan sekolah lain adalah MTs Madrasah Pembangunan Jakarta.
8
Dalam upaya mempertahankan dan usaha untuk lebih meningkatkan prestasi dan reputasi, maka MTs Madrasah Pembangunan UIN Jakarta menitikberatkan pembinaan dan pengembangan pada BASIC SCIENCE, BAHASA, dan AKHLAKUL KARIMAH. Titik berat pembinaan dan pengembangan ini menjadi pilar keunggulan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta dan menjadi landasan penyusunan program tahunan sehingga hasilnya akan dirasakan oleh peserta didik. MTs Madrasah Pembangunan UIN Jakarta selalu berbenah diri dengan melakukan perubahan dan perombakan kurikulum guna memenuhi tuntutan perkembangan zaman sebagai konsekuensi dari pilar keunggulan di atas. Pembenahan juga dilakukan dari segi sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan. Faktor yang tidak luput dari sasaran pembenahan adalah bidang sarana dan prasarana sebagai pendukung proses belajar mengajar yang kondusif. Menjelang akhir tahun 2010, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta semakin mantap menerapkan standar manajemen mutu ISO 9001:2008. Audit Aufiy Mutu Eksternal (AME) yang dilakukan oleh Sucofindo sebagai lembaga penyelenggara
audit,
alhasil
Mts
Madrasah
Pembangunan
akhirnya
mendapatkan standar manajemen mutu pendidikan ISO 9001:2008. Ini tidak terlepas dari komitmen bersama Mts Madrasah Pembangunan, untuk menjadi lebih baik. Berbagai penyempurnaan dalam sistem pengadministrasian dilakukan dan beberapa hal baru pun diterapkan.
9
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud untuk menganalisa Pengaruh Dari Service Climate Terhadap Prestasi Belajar Murid Melalui Kompetensi Guru di Mts Madrasah Pembangunan Jakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang tertulis pada latar belakang di atas,
maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Adakah pengaruh service climate terhadap kompetensi guru ?
Adakah pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi siswa ?
Adakah pengaruh service climate terhadap prestasi siswa ?
Adakah pengaruh service climate terhadap prestasi siswa melalui kompetensi guru secara bersama-sama ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap kompetensi guru Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi siswa Untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap prestasi siswa Untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap prestasi siswa melalui kompetensi guru
10
2. Manfaat Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan keilmuan mengenai pengaruh Service Climate Terhadap Prestasi Belajar Siswa Melalui Kompetensi Guru. Dengan demikian dapat memberikan masukan sebagai pembekalan dimasa depan. Bagi
akademisi,
penelitian
diharapkan
dapat
memperkaya
kepustakaan dan menyajikan informasi mengenai service climate, prestasi siswa, dan kompetensi guru. Bagi Sekolah, untuk memberikan rancangan, mengembangkan service climate, dan kompetensi pengajar khususnya agar dapat meningkatkan prestasi siswa. Bagi Peneliti Lain, sebagai acuan dan dasar untuk melakukan penelitian berikutnya.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Service Climate Definisi Service Climate Service climate didefinisikan sebagai persepsi karyawan mengenai praktek, prosedur, aturan, serta berbagai perilaku yang pantas di hargai dan didukung berkenaan dengan kualitas jasa dan kualitas pelayanan terhadap pelanggan (Schneider et al, 1985). Service climate akan semakin kuat apabila semua elemen dalam perusahaan khususnya karyawan yang secara langsung berhubungan dengan pelanggan dapat menciptakan dan memberikan kepuasan yang melahirkan trust quality service pada pelanggan, kemudian perusahaan atau organisasi memberikan penghargaan atau semacamnya sebagai daya rangsang untuk tetap terpeliharanya kualitas layanan jasa yang berkualitas seperti: reward, bonus, insentif, paid time off, program proteksi, rencana dana pensiun, insurance, stoke option, dan lain-lain. Sebagai wujud bukti keseriusan perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan (Salanova et al, 2005). Service climate dapat tercipta dengan baik,
jika kondisi pelayanan
terfokuskan atau berorientasi pelanggan. Bagaimana para karyawan dapat merasakan atmosfir service climate yang mereka budayakan dalam sebuah
12
organisasi yang kemudian dikaitkan erat dengan kualitas jasa yang dirasakan pelanggan (Schneider et al, 1998). Parasuraman (1997) memandang service climate sebagai salah satu nilai dimensi dari physycological climate yang tergambarkan pada teori konstruksi sosial dan teori stake holder yang memandang bahwa pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan, lebih luasnya bahwa service climate merupakan pelayanan yang lahir secara natural yang sengaja diciptakan secara bersama oleh semua pihak yang berada dalam organisasi demi memuaskan semua pihak ( pemilik perusahaan, manajemen, karyawan, pelanggan, masyarakat dan stake holder lain). Schneider dan Reichers (1983) mempersepsikan service climate sebagai konsep psikologis yang dapat dibangun dari dua konstruk yakni konstruk sosial dan konstruk stake holder
organisasi. Service climate kemudian
menjadi sangat penting dalam sebuah organisasi dan selalu berkembang berkaitan dengan pemberian kepuasan pelanggan yang didapat dari pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan pengakuan yang sebetulnya menjadi harapan organisasi untuk keberhasilan dimasa yang akan datang dengan menanamkan nilai – nilai pelayanan yang berkualitas. Sejalan dengan pendapat Schneider dan Reichers (1983), Angela Martin menjelaskan service climate merupakan kesepakatan bersama para anggota organisasi dengan pelanggan atas persepsi pencapaian yang diinginkan dengan adanya interaksi yang saling menguntungkan (feedback). Dalam hal ini perusahaan mendorong para karyawannya dengan memberikan pelatihan
13
dan pengembangan untuk dapat meningkatkan kualitas serta perusahaan melihat sesuatu yang menjadi kebutuhan pelanggan untuk dilayani. Borucki dan Burke (1999) mendefinisikan service climate sebagai nilai kepedulian karyawan terhadap pelanggan yang dipelajari sebagai suatu yang penting yang dapat dijadikan alat bersaing yang sangat menguntungkan sekaligus menjadikan kesolidan dan kepuasan antara karyawan dan konsumen. Dalam artian karyawan menjadikan dirinya sebagai pelayan dan pelanggan sebagai raja, yang segala kebutuhan dan keinginannya dilayani dengan segenap kemampuan dan adanya saling pengertian. Service climate perlu diciptakan secara alami dengan segala kemampuan dan apa yang dimiliki agar iklim layanan menjadi ciri has dan melekat pada persepsi pelanggan. Maka service climate tidak hanya sebagai kepedulian dan perhatian yang memfokuskan pada pelanggan, lebih dari sekedar itu service climate harus menjadi sebuah komitmen perusahaan yang sanksi bila tidak dijalankan. Kemudian Schneider dan Bowen (1985) menambahkan pengertian service
climate
sebagai
refleksi
perusahaan
yang
mengedepankan
kebersamaan dengan perilaku kepemimpinan perusahaan untuk menjadi yang terbaik diantara para pesaingnya sehingga iklim layanan benar-benar terasa, baik oleh karyawan terlebih oleh pelanggan (include, focus service climate & leader service climate).
14
2. Indikator Service Climate Menurut Pugh et al (2002) ada 5 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur service climate : 1. Service Quality Orientation Karyawan diarahkan pada fokus kualitas palayanan yang baik, bagaimana dalam hal ini karyawan mampu menciptakan loyalitas pelanggan dengan nilai – nilai service qualilty yang memiliki dampak sense of belonging pelanggan terhadap perusahaan. 2. Management Support to Fasilitate Service Delivery Dalam menciptakan service climate yang baik bukan saja karyawan yang harus bekerja keras untuk menciptakan service climate yang baik, namun tanpa adanya dukungan dari stake holder perusahaan yang ada tidak akan maksimal. Tentunya pihak manajemen di sini adalah atasan atau manajer mampu memberikan contoh, mengerahkan, memotivasi, dan memfasilitasi jalannya service delivery dari karyawan kepada pelanggan. 3. Hiring Motivated & Qualified Staff Untuk terciptanya service climate yang natural dan berkualitas tentunya tidak saja dari satu pihak yang menjalankan, tapi perlu juga karyawan yang secara langsung memiliki motivasi yang tinggi, kreatif, dan inovatif dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan. Tentu perusahaan atau organisasi harus memiliki karyawan yang memang kompeten dalam memberikan pelayanan baik secara
15
individu maupun teamwork, berpengalaman, memiliki pengetahuan luas, dan komunikatif dalam berinteraksi dengan pelanggan. 4. Training Staff Salah satu bentuk kepedulian dan komitmen perusahaan agar dapat menciptakan, memelihara, dan meningkatkan service climate yang baik. Perusahaan perlu mengadakan pelatihan dan pengembangan pada karyawan, agar dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman karyawan khususnya dalam menciptakan iklim layanan yang baik pada pelanggan. 5. Rewarding & Recognizing staff Service climate tercipta, karena adanya andil besar karyawan yang secara langsung berinteraksi dengan pelanggan, tanpa adanya karyawan service climate
tidak akan terdistribusikan dengan baik.
Maka
perusahaan perlu melihat dan memandang karyawan sebagai fungsi paling penting dalam penciptaan iklim pelayanan yang berkualitas, agar karyawan merasa keberadaannya di dalam perusahaan sangat berguna dan merasa diberi kesempatan untuk dihargai. Salah satu bentuk pengakuan dan penghargaan perusahaan pada karyawan dapat dilakukan dengan cara pemberian kompensasi yang adil, hadiah, liburan, promosi jabatan, dan lain-lain.
16
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa service climate merupakan suatu kekuatan kompetitif yang dapat menciptakan kepuasan pelanggan dan karyawan secara bersamaan seiring dengan tercapainya tujuan perusahaan. Dengan kata lain service climate adalah alat kompetitif yang paling efektif dalam mencapai tujuan bersama melalui penciptaan iklim pelayanan yang baik dan unik.
17
2. Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa serta nilai-nilai yang didapat dari hasil tes atau ujian. Secara langsung prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan sikap dan cara berfikir siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Djamarah, 1994: 13). Hasil belajar merepresentasikan pemahaman dan penguasaan bahan yang telah dipelajari. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan belajar dengan jalan keuletan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu (Djamarah, 1994:18). Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”, di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. Adapun
belajar
menurut
pengertian
secara
psikologis,
merupakan suatu proses tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam
memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
18
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. M.
Ngalim
Purwanto
dalam
bukunya
Psikologi
Pendidikan,
mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan dari hasil belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis. Dalam perubahan ini seseorang mengrahkan dirinya pada perubahan peningkatan keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa belajar adalah pengalaman dan dalam mengalami itu para siswa mempergunakan seluruh pancainderanya dengan harapan terjadi sebuah perubahan yang signifikan ke arah yang positif baik perubahan sikap, cara pandang, cara menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Prestasi belajar dapat pula diartikan
sebagai hasil yang dicapai oleh
individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan.
19
Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah (Tu‟u, 2004:75). Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang
dikembangkan
oleh
mata
pelajaran,
lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” . Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa prestasi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pembelajaran, pengalaman, dan latihan atas interaksi dengan lingkungannya baik di dalam ruangan maupun diluar. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai
akibat
dari
pengalaman
dan
proses
belajar
siswa
yang
bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan 2 cara (Soriven dalam Natalia, 1998:27): a. Penilaian formatif Tes formatif adalah tes yang dilakukan selama proses mendapatkan informasi (balikan) mengenai kamajuan yang telah dicapai. Tes sumatif adalah tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu. Dari hasil tersebut, guru berusaha memperkirakan sampai sejauh mana siswa maju
20
kearah tujuan yang harus dicapai. Hasil tes. Pada umumnya di sekolahsekolah digunakan angka 0-10 atau dari 0-100. Dengan kata lain, penilaian formatif bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. 2. Jenis - Jenis Prestasi Belajar Hakekatnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh informasi dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis
besar
indikator
(penunjuk adanya prestasi belajar) yang dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur. Dalam
sebuah
situs
yang
membahas
Taksonomi
Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut penjelasannya:
21
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif) Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan,
pengertian,
dan keterampilan berpikir.
Bloom
membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari
dua
bagian;
Bagian
pertama
adalah
berupa
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6). 1). Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan mengingat akan halhal
yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan,
biasanya berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. 2). Pemahaman (Comprehension) Pemahaman
didefinisikan
sebagai
kemampuan
untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari
kemampuan
memahami gambaran, laporan, tabel,
membaca dan
diagram,
arahan,
peraturan, dan sebagainya. 3). Aplikasi (Application) Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang
22
memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, strategi, tatacara, dan sebagainya. 4). Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau
hubungannya, dan
mampu
mengenali
serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 5). Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Seseorang di tingkat sintesa akan
mampu
menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah
skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. 6). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu
atau
bersamaan dengan pertanggungjawaban
beberapa hal, pendapat yang
23
berdasarkan
kriteria tertentu. Evaluasi
dikenali
dari
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok
atau
standar
yang
ada
untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau perilaku. Ranah afektif terdiri dari lima aspek: 1). Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam merangsang apa yang telah dipelajari. Penerimaan
mencakup
kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. 2). Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap
fenomena
yang
ada
di
lingkungannya. Tanggapan meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
24
3). Penghargaan (Valuing) Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian yang dianggap pantas. Pada tahap ini mulai
dibentuk
suatu
sikap
menerima, menolak,
atau
mengabaikan sikap yang tervisualisasikan oleh tingkah laku. 4) Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian
juga
mencakup
kemampuan
untuk
membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. 5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai mencakup kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai
kehidupan dan mengamalkan, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
25
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) Alisuf
Sabri
dalam
buku Psikologi
Pendidikan menjelaskan
keterampilan ini disebut motorik, karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat, dan persendian. Sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah
adanya
kemampuan
“Automatisme”
yaitu
gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara sepontan, teratur, dan berjalan dengan baik, lancar, dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau berhasil tidaknya belajar itu tergantung kepada
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Purwanto
(2002:102)
mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diataranya; a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni: 1) Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
26
2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa, diantaranya: a) Tingkat kecerdasan siswa, intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik yang mereaksi
rangsangan
penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. b) Sikap siswa, diartikan sebagai kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar, dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti;kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran, dan sebagainya. c) Bakat Siswa, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang mempunyai bakat yang potensial untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
27
d) Minat siswa, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut: 1) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor
lingkungan
alam ini
ialah seperti:
keadaan
suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2) Faktor Instrumental Faktor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan pencapaian prestasi siswa.
28
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain, misalnya: Seorang siswa yang konservatif terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mendalam dan mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah, atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi.
29
3. Kompetensi Guru Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi berasal dari kata competence yang berarti mampu. Depdikbud (2002:51)
menjelaskan
kompetensi
merupakan
kemampuan
dalam
menyelesaikan suatu tugas yang diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan. Artinya kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan sekelompok perilaku yang spesifik, dapat dilihat, dapat diverifikasi secara logis, dapat dikelompokan bersama, dan dapat diidentifikasi sebagai hal-hal yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pekerjaan. Pada hakekatnya, kompetensi merupakan gambaran kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu pekerjaaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Perubahan kompetensi tidak akan tampak apabila selanjutnya tidak ada kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan demikian bisa
30
diartikan bahwa kompetensi adalah berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. Kompetensi diartikan oleh Cowell, sebagai suatu keterampilan/kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensinya. Kunandar (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian dan keilmuan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Kompetensi juga diartikan sebagai suatu jabatan yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, kompetensi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Sedangkan kompetensi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 dinyatakan bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
31
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya dalam diri seorang guru perlu memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar siswanya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik asesmen alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, potofolio, memajangkan karya siswanya. Maka seorang guru harus senantiasa berusaha memperbaiki kinerjanya dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran dan senantiasa mengikuti perubahan. Guru
yang
kompeten
merupakan
faktor
penentu
dalam proses
pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi guru yang kompeten, harus selalu menambah dan meningkatkan pengetahuan secara berkesinambungan. Guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya
dengan
melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap siswa baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik. Menyadari pentingnya peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang ini bukan hanya sekedar pengajar saja, melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa, agar
32
mencapai
keberhasilan
belajar (prestasi akademik) sebagaimana telah
ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar-mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggungjawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggungjawab
tersebut
membawa
konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral dalam kompetensi
profesionalisme keguruan
yang
disandang
para
guru.
Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai: a. Designer of intruction (perancang pengajaran) b. Manager of intruction (pengelola pengajaran) c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa) Suciptoardi memaparkan, bahwa guru diharapkan mampu melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya. Artinya, hanya mereka yang memang khusus telah bersekolah untuk menjadi guru. Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan menggambarkan profil seorang guru yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi dan sikap profesional yang baik. Suciptoardi menegaskan bahwa guru merupakan sebuah profesi, karenanya banyak hal yang harus dipelajari berkaitan dengan pengajaran dan kependidikan. Guru yang kompeten dalam suatu lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan perbaikan kualitas peserta didik yang akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Dengan adanya perbaikan kualitas pendidikan dan
33
peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik.
2. Aspek-aspek Kompetensi Guru menurut E. Mulyasa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek diantaranya: a. Kompetensi Pedagogik. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta
didik,
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b. Kompetensi Kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b
dikemukakan
bahwa
yang
dimaksud
dengan
kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. c. Kompetensi Profesioanal. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
34
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. d. Kompetensi Sosial. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif atau tidaknya seorang guru dapat dilakukan penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila dari segi: presage memiliki personality attributes dan teacher knowledge yang mumpuni dalam melaksanakan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan prestasi belajar kepada murid. Dari segi process, guru harus mampu menjalankan sistem pendidikan, mengelola, dan melaksanakan kegiatan belajarmengajar yang mudah dipahami murid. Dari segi product guru harus dapat
35
mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya. Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut: 1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur sebagai berikut: a. Latar belakang pre-service dan in-service guru. b. Pengalaman mengajar guru. c. Penguasaan pengetahuan keguruan. d. Pengabdian guru dalam mengajar. 2. Kriteria
process
(kemampuan
guru
dalam
mengelola
dan
melaksanakan proses belajar-mengajar) terdiri dari: a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran. b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas. c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas. 3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid), terdiri dari hasil belajar siswa pada bidang studi yang diajarkan oleh guru. Dalam prakteknya mutu seorang guru di sekolah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut, sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Guru dituntut kemampuannya
36
untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam merancang dan mengelola proses belajar-mengajar serta guru harus mampu melaksanakan pendidikan yang berorientasi kualitas. Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara konseptual,
unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengklasifikasikan kompetensi guru pada tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). ketiga aspek ini dijabarkan sebagai berikut: a) Kemampuan profesional mencakup: 1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang akan diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan. 2. Penguasaan, penghayatan, wawasan kependidikan, dan keguruan. 3. Penguasaan
proses-proses
kependidikan,
keguruan,
dan
pembelajaran siswa. b) Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru. c) Kemampuan personal (pribadi) mencakup: 1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
37
2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh seorang guru. 3. Bersikap arif dan bijaksana serta berperilaku baik, upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa mengemukakan untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan yang komprehensif. Yaitu terpenuhinya 10 kompetensi keguruan diantaranya: a) Menguasai bahan pelajaran meliputi: 1. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah. 2. Menguasai bahan pengayaan pembelajaran sebagai penunjang bidang studi. b) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi : 1. Merumuskan tujuan intsruksional. 2. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat. 3. Melaksanakan program belajar-mengajar 4. Mengenal kemampuan anak didik c) Mengelola kelas, meliputi: 1. Mengatur tata ruang kelas 2. Menciptakan iklim belajar-mengajar yang kondusif d) Menggunakan media pembelajaran, meliputi: 1. Mengenal, memilih, dan menggunakan media
38
2. Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana 3. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar 4. Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan e) Menguasai landasan-landasan pendidikan. f) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang aktif. g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran. h) Mengenal fungsi layanan, program bimbingan, dan penyuluhan meliputi: 1. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan 2. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan; i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. j) Memahami
prinsip-prinsip
dan
menafsirkan
hasil
penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut: a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
39
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: 1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi kepribadian 3. Kompetensi profesional 4. Kompetensi sosial d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
3. Kriteria Guru Kompeten Seorang guru yang kompeten dan profesional tidak hanya bermodalkan memiliki kemampuan menyampaikan dan penguasaan materi yang kemudian disampaikan kepada siswa sudah cukup. Hal ini belumlah dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki kompetensi baik dan profesional. Tapi guru yang kompeten, mereka harus bertindak profesional dengan memiliki kecerdasan yang baik, keterampilan yang mumpuni di bidang pendidikan, kemampuan khusus mengajar, memiliki kemampaun berkomunikasi baik, cerdas dalam bertindak, berfikir kritis dan analitik, kreatif dan inovatif, sabar, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
40
Menurut Oemar Hamalik seorang guru yang kompeten harus memiliki persyaratan, yang meliputi; a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. b. Memiliki mental yang sehat. c. Berbadan sehat. d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. e. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. f. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
4. Kriteria Guru Sebagai Profesi Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: 1. Upah 2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan 3. Memiliki rasa tanggungjawab dan tujuan 4. Mengutamakan layanan 5. Memiliki kesatuan 6. Mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya. Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa, Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi diantaranya:
41
1. Bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik, dan Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar aturan. 2. Bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar. 3. Bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan.
42
B. Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya menunjukan adanya pengaruh service climate terhadap kepuasan dan kinerja karyawan (Pritchard and Karasick, 1973 dalam Steinke, 2008: 190). Pada penelitian ini, yang memiliki peran aktif dalam penciptaan dan transfer iklim layanan adalah tenaga pengajar. Yang tentunya, sebelum mereka berinteraksi dengan siswa, merekalah yang lebih dulu harus merasakan iklim layanan yang diciptakan pihak manajemen sekolah. Sehingga pelayanan akan lahir secara natural dari diri para guru dan dalam menyampaikan ilmu pengetahuan tidak setengah-setengah, karena mereka sadar akan peran yang harus mereka lakukan pada siswa dalam menciptakan pembelajaran yang baik. Selanjutnya Rogg et al, 2002 hasil penelitiannya menunjukan betapa pentingnya service climate terhadap peningkatan kinerja dan produktivitas karyawan serta memandang service climate memiliki korelasi yang positif dengan job satisfaction dan kepuasan pelangga (customer loyality ). Denga kata lain, iklim layanan yang baik akan menjadikan para pendidik berdedikasi baik, memiliki kemampuan mengajar yang menarik, mumpuni dalam mata pelajaran yang diajarkannya, dan mampu menciptakan para siswa yang berprestasi dan kompetitif. Schneider et al, 1998. Berdasarkan penelitiannya bahwa service climate berkaitan erat dengan persepsi pelanggan terhadap bagusnya kualitas pelayanan (service quality). Berarti service climate melibatkan dua unsur guru dan siswa, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, guru merupakan pelaku
43
delivery service yang secara langsung berhadapan dengan siswa yang dalam hal ini berposisi sebagai customer of education yang harus dilayani dengan baik layaknya pelanggan sebagai pembeli komoditas. Sehingga
memiliki
alasan yang sangat kuat, jika service climate dibangun dengan serius dan berkomitmen agar melahirkan kepuasan pada peserta didik (ditunjukan dengan pelayanan dan prestasi siswa). Berdasarkan penelitian Martin (2008). Service climate merupakan hasil dari persepsi karyawan (dalam hal ini staf pendidikan dan tenaga pengajar) seberapa baik pelayanan pendidikan terhadap stake holder utama (dalam hal ini peserta didik). Tentunya dengan pentransferan service climate yang baik mulai dari performance yang bagus, style yang menarik, komunikasi aktif dan mudah dipahami serta kompetitif dalam menarik kepuasan siswa dan para orang tua, service climate dapat menjadikan sekolah sebagai market leader dalam industri pendidikan. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Martin, 1998 ) menyatakan service climate memiliki hubungan yang sangat erat dengan delivery service dan recieved service. Dimana karyawan sebagai delivery service dan pelanggan sebagai
recieved
service
yang di
dalamnya
terdapat
proses
jalur
pendistribusian. Berdasarkan tinjauan pustaka dan teori empiris di atas, menunjukan bahwa penelitian mengenai service climate cukup menarik, karena berkenaan dengan pencapaian tujuan dengan segenap kemampuan dan pembelajaran. Peneliti juga memandang cukup kuatnya teori yang mendukung dalam penelitian ini,
44
maka peneliti tertarik untuk meneliti service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru di sekolah MTs Madrasah Pembangunan Jakarta.
C. Kerangka Berfikir Dalam industri pendidikan service climate bukan sekedar persepsi mengenai perilaku dan tindakan yang lebih, untuk dapat menciptakan kepuasan para siswa dan orang tua. Lebih dari itu, service climate dipandang sebagai agregat keseluruhan kemampuan yang ada yang dimiliki sekolah baik mulai dari ketersedian gedung yang layak, kelengkapan sarana pembelajaran, keamanan dan kenyamanan belajar, ketersedian staf pengajar yang kompeten dan profesianal, hingga kiprahnya yang memiliki nilai di masyarakat. Disisi lain, sekolah harus mengenal betul service climate mengenai praktek, prosedur, aturan, serta berbagai perilaku yang pantas di hargai dan didukung berkenaan dengan kualitas layanan dan kualitas pelayanan terhadap suiswa dan orang tua (Schneider et al, 1998 : 151). Service climate dapat tercipta dengan baik, apabila semua elemen dalam sekolah khususnya para guru yang secara langsung berhubungan dengan siswa dapat menciptakan dan memberikan kepuasan yang melahirkan trust service quality. Kemudian sekolah memberikan penghargaan atau semacamnya sebagai daya rangsang untuk tetap terpeliharanya pelayanan yang berkualitas (seperti: reward, bonus, insentif, paid time off, dll) sebagai wujud bukti
45
keseriusan dan kepedulian sekolah untuk mencapai tujuan bersama(Salanova et al, 2005). Perlu ada perilaku serius dalam penciptaan service climate di dunia pendidikan. Disamping kelayakan, kelengkapan, dan ketersediaan sarana yang mendukung terhadap proses belajar-mengajar, sekolah perlu memperhatikan aspek tenaga pengajar atau guru. Karena, service climate memiliki kaitan yang sangat erat dengan guru yang secara langsung menghantarkan iklim layanan. Maka, pihak manajemen sekolah perlu secara berkesinambungan memberikan pengarahan, pelatihan, pengembangan, motivasi, dukungan, penghargaan, dan pengakuan agar para pendidik secara totalitas mencurahkan segenap kemampuannya. Hakekatnya, pelaksanaan service climate menuntut guru tidak hanya terbatas kepada proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang menjadi tanggungjawab guru, salah satunya adalah memiliki kemampaun yang idealnya sebagaimana guru profesional. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Guru yang kompeten perlu memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan, pendidikan, dan pengajaran, sehingga dia mampu melaksanakan tugasnya secara terarah dan maksimal. Guru yang kompeten memiliki nilai positif untuk dapat melahirkan service climate yang baik dalam hal menciptakan ketertarikan siswa untuk belajar. Sebagaimana yang diketahui bahwa service climate memiliki makna yang sangat luas dalam hal kaitan dengan kompetensi. Seorang guru yang kompeten
46
bukan saja seseorang yang hanya mengajar dikelas yang kemudian selesai lah semua tugas dan tanggungjawabnya ( Muhibbin Syah. Hal 135). Lebih dari itu seorang guru yang kompeten harus dapat menciptakan kepuasan kepada para siswa melalui daya tarik proses belajar dan mengajar yang baik dengan menciptakan service climate yang baik. Implikasinya dari hasil proses belajarmengajar, maka akan meningkatan prestasi belajar siswa (Parasaruman :1997). keberadaan guru yang kompeten, tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan. Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik. Disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan keberadaan seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar yang dapat memaksimalkan hasil prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.
47
Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka dikembangkan model sebagai kerangka pemiikiran teoritis dari penelitian ini seperti pada gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Kerangka Teori Pemikiran Siswa-siswi MTs Madrasah Pembangunan Jakarta
Service Climate Kompetensi Guru
Prestasi Belajar Siswa
Uji kualitas data Analisis SEM
Hipotesis
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa service climate meiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
48
Gambar 2.2 Paradigma Konseptual (Y1) Kompetensi Pedagogik
(Y2) Kompetensi Kepribadian
(Y3) Kompetensi Profesioanal
2.2
1.1
(Y4) Kompetensi Sosial
4.4
3.3
KOMPETENSI GURU
1
SERVICE CLIMATE
(X1) Service Quality Orientation
PRESTASI BELAJAR SISWA
2
1
5.2
(X2)Manajement Support to Fasilitate Service Delivery
2
(X3)Hiring Motivated Qualified Staff
3
6.2
&
(X4)Training Staff
(X5)Rewarding & Recognizing staff
(Z1) Cognitive
Domain.
(Z2) Affective
Domain
4 5
7.2
(Z3) Psychomotor
Domain.
49
Ha1 : Service climate memiliki pengaruh terhadap kompetensi guru Ha2
:
Kompetensi memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa
Ha3
:
Service climate memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa melakui kompetensi guru
Ha4 : Service climate memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa
D. Hipotesis Penelitian merupakan proposis sebuah pernyataan mengenai konsep yang dipertimbangkan akan sesuatu benar atau salah, jika mengacu pada fenomena yang berlandaskan teori yang ada dan dapat menjelaskan terhadap fenomena yang sedang diamati. Oleh karena itu, untuk menguji ada atau
tidaknya
pengaruh variabel X (service climate) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa), melalui variabel intervening (kompetensi guru) maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut: Ha: Terdapat pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru. Ho: Tidak terdapat pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru. Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru baik secara parsial maupun simultan.
50
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian manajemen sumber daya manusia, bertujuan untuk menganalisis pengaruh kausalitas yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh variabel dependen yang menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain ( variabel intervening ). Yaitu: pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru. Penelitian dilakukan di lingkungan sekolah MTs Madrasah Pembangunan Jakarta. Dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah staf pengajar dan siswa-siswi MTs Madrasah Pembangunan.
B.
Metode Penentuan Sampel 1.
Sampel Menurut Sugiyono (2007:116) sampel dapat didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi. Pertimbangan pengambilan jumlah sampel untuk penelitian sebanyak 298 responden. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dan sensus sampling. Yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria populasi yang mempunyai unsur atau anggota
51
tidak homogen, kurang proporsional, dan semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Untuk mengukur variabel kompetensi guru digunakan metode proportionate stratified random sampling yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria populasi yang mempunyai unsur atau anggota tidak homogen dan proporsional. Total populasi 683 orang dan banyak sampel yang diteliti berjumlah 252 diperoleh dengan rumus Husen Umar (2000). Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa No.
Kelas
Jumlah
1
VII
221
2
VIII
225
3
IX
237
Jumlah
683
Sumber: Data Sekunder MTs Madrasah Pembangunan
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Husen Umar (2000), yaitu sebagai berikut:
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan
52
Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang diperoleh untuk penelitian ini dengan nilai presisi sebesar 5% adalah sebagai berikut:
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukaan secara proporsional random sampling dengan memakai rumusan alokasi proposional sebagai berikut:
Keterangan: ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya Dengan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diperoleh menurut masing-masing strata adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Daftar Sampel No.
Kelas
Sampel
1
VII
82
2
VIII
83
3
IX
87
Sumber: Data Sekunder MTs Madrasah Pembangunan
53
Untuk mengukur variabel service climate digunakan sensus, yakni keseluruhan populasi memiliki hak yang sama untuki menjadi sempel. Dengan kata lain seluruh populasi menjadi sempel dalam penelitian ini dengan tingkat kepercayaan penarikan sempel 100% dan 0% presisi. Selanjutnya untuk mengukur variabel prestasi belajar siswa menggunakan data sekunder. Data atau informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Karena variabel prestasi belajar berkaitan dengan hasil belajar siswa baik formal maupun nonformal, maka data yang digunakan bersumber dari catatan sekolah mengenai prestasi belajar siswa.
54
C.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber, data primer dan data skunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh langsung di lapangan dari jawaban responden mengenai daftar pertanyaan (kuisioner). Data primer ini diperoleh melalui: a. Kuesioner (daftar pertanyaan) Kuesioner ini dibagikan dan diisi oleh 252 responden yang disusun berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan menyediakan jawaban alternatif. Responden dalam penelitian ini dibatasi pada staf pengajar dan siswa-siswi Madrasah Pembangunan. Alasan responden yang diambil ialah: 1.
Staf pengajar MTs Madrasah Pembangunan Jakarta
yang secara
langsung berinteraksi dengan siswa-siswi dalam melakukan service delivery kepada siswa-siswi MTs Madrasah Pembangunan. 2.
Siswa-siswi MTs Madrasah Pembangunan Jakarta yang secara langsung menerima dan merasakan service climate (recieved delivery).
55
b. Wawancara Suatu cara pengumpulan dan melalui tanyajawab dengan pihak-pihak tertentu yang berhubungan dengan penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data atau informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber data sekunder untuk mendukung penelitian ini diperoleh dari studi pustaka mengenai perihal yang terkait dengan penelitian. Data sekunder ini diperoleh melalui: a. Tehnik Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengutip langsung data yang telah diperoleh dari sekolah, yang terdiri dari: profil, sejarah sekolah, dan lain sebagainya. b. Studi Kepustakaan Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti mendalami, menelaah, mencermati, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitian.
56
D.
Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode ini merupakan penelitan terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh dalam penelitian ini. Tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek-aspek yang sesuai atau relevan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menjelaskan gambaran data yang telah terkumpul sebagaimana adanya atau aslinya tanpa bermaksud untuk membuta kesimpulan yang berlaku secara umum. a. Uji Validitas Uji validitas mengukur sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Dengan kata lain pengujian validitas dilakukan dengan mencari korelasi dari setiap indikator terhadap skor totalnya dengan menggunakan keputusan yang diambil dengan membandingkan koefisien korelasi lebih besar dari batas kritis > 0,3 maka indikator yang bersangkutan dianggap valid (Solimun, 2002:24). Uji validitas pada penelitian ini menggunakan Koefisien Korelasi Pearson, diolah dengan software SPSS versi 17.0.
57
Tabel 3.3 VALIDITAS Konstruk
Indikator
T-Value
Batas
Keputusan
Kritis Service
X1
0,635
0,3
Valid
Climate
X2
0,184
0,3
Valid
X3
0,730
0,3
Valid
X4
0,827
0,3
Valid
X5
0,788
0,3
Valid
Kompetensi
Y1
0,584
0,3
Valid
Guru
Y2
0,647
0,3
Valid
Y3
0,608
0,3
Valid
Y4
0,604
0,3
Valid
Y5
0,579
0,3
Valid
Y6
0,652
0,3
Valid
Y7
0,624
0,3
Valid
Prestasi
Z1
0,969
0,3
Valid
Belajar
Z2
0,979
0,3
Valid
Z3
0,956
0,3
Valid
Data: Diolah dengan SPSS
58
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang menunjukan stabilitas dan konsistensi dari suatu variabel yang mengukur suatu konsep untuk mengakses dari suatu pengukuran. Dengan kata lain, reliabilitas berkaitan dengan keandalan suatu indikator mengenai Informasi yang ada pada indikator dengan konsisten. Uji reabilitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari responden konsisten atau stabil. Suatu variabel penelitian dikatakan reliable apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Jika Cronbach Alpha > 0,6 dinyatakan reliable. 2. Jika Cronbach Alpha < 0,6 dinyatakan tidak reliable.
Tabel 3.4 RELIABILITAS Konstruk
Indikator
Squared Multiple
Keputusan
Correlations (R2) Service Climate
5
0.996
Reliabel
Kompetensi Guru
7
0.723
Reliabel
Prestasi Belajar
3
0.965
Reliabel
Siswa Data: Diolah dengan SPSS
59
2. Analisis SEM Analisis data dapat diartikan sebagai suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan kata lain, suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasinya yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dalam rangka mengungkap fenomena. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM) yang dioperasikan melalui program Lisrel 8.80. Alasan penggunaan SEM adalah, karena SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Permodelan penelitian melalui SEM memungkinkan seorang peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat regresif maupun dimensional (yaitu mengukur dimensi-dimensi dari sebuah konsep. SEM juga dapat mengidentifikasi dimensi-dimensi sebuah konsep atau konstruk pada saat yang sama dan juga dapat mengukur pengaruh atau derajat hubungan faktor yang akan diidentifikasikan dimensi-dimensinya.
60
Ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam analisis SEM diantaranya: 1. Confirmatory Factor Analysis James et al. (1982) menjelaskan Analisis faktor konfirmatori pada SEM digunakan untuk mengkonfirmasikan faktor-faktor yang paling dominan dalam satu kelompok variabel. 2.
Regression Weight Regression Weight pada SEM digunakan untuk meneliti seberapa besar pengaruhnya variabel service climate terhadap variabel prestasi belajar siswa melalui variabel kompetensi.
3.
Pengembangan model berbasis teori SEM mendasarkan diri dari sebab akibat atau kausal, dimana perubahan yang terjadi pada suatu variabel diasumsikan untuk menghasilkan perubahan pada variasi yang lain.
4.
Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas Diagram alur menggambarkan hubungan antar variabel pada sebuah diagram
alur
yang
secara
khusus
dapat
membantu
dalam
menggambarkan serangkaian hubungan kausal antar konstruk dari model teoritis yang telah dibangun pada tahap yang pertama. Adapun dalam menyusun bagan alur digambarkan dengan hubungan antar konstruk dan anak panah. Anak panah yang digambarkan lurus menunjukkan hubungan kausal langsung dari suatu konstruk ke konstruk lainnya.
61
menurut Ferdinand (2002) konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu: a. Konstruk eksogen dikenal juga sebagai
source variable atau
independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. b. Konstruk endogen merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen lainnya. Sedangkan konstruk eksogen hanya berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Gambar 3.1 Diagram alur penelitian
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian
62
Adapun model persamaan structural equation modeling yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1
Keterangan: = Kompetensi = Prestasi belajar
ξ = Service climate = Hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
ζ = Eror 5. Evaluasi kriteria goodness-of-fit Tujuan utama dari analisis SEM adalah menguji fit suatu model yaitu kesesuaian model teoritik dengan data empiris. Kriteria Goodness of Fit sebagai berikut:
Tabel 3.5 Indeks Pengujian Kelayakan Model Goodness of Fit Index X2 Chi-square Significance Probability GFI AGFI RMSEA
Cut-off Value X2 Hitung < X2Tabel ≥ 0,05 0,90 ≤ GFI <1 0,90 ≤ AGFI < 1 ≤ 0.08
ECVI
ECVI<Saturated
AIC
AIC< Saturated
63
CAIC
CAIC< Saturated 0,90 ≤ NFI < 1
NFI
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian a
Chi-square statistics Pengukuran yang paling mendasar adalah dengan Likelihood ratio chisquare statistics (X2). Nilai X2 yang semakin rendah menandakan bahwa model yang digunakan dalam penelitian tersebut semakin baik dan dapat diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p ≥ 0,05 atau p ≥ 0,10 (Hulland et al., 1996 dalam Ferdinand, 2005).
b. Probability Nilai probability yang dapat diterima adalah p ≥ 0,05. nilai probabilitas yang tidak signifikan menunjukan data empiris sesuai dengan model (Gozali:2010 hal.30) c. Goodness of Fit Index (GFI) Merupakan pengukuran non-statistikal yang nilainya berkisar antara 0 (poor profit) sampai dengan 1,0 (perfect profit). Sedangkan nilai-nilai yang lebih besar dari 0,1 menandakan kelayakan yang baik (Joreskog dan Sorbom, 1993; 1996)
64
d. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI memiliki nilai yang sama dengan atau lebih besar dari 0,90 (Hair et al., 1995; Hulland et al., 1996). e. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Nilai RSMEA menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model estimasi dalam populasi (Hair et al., 1995). Nilai RSMEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjuukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan derajat bebas (Browne dan Cudeck, 1993 dalam Ferdinand, 2005). f. Expected Cross Validation Index (ECVI) ECVI digunakan untuk menilai kecenderungan dan penyimpangan antara fitted (model) covariance matrix pada sampel yang dianalisis dan kovarian matrix yang akan diperoleh pada sampel lain (Byrne, 1998). Model ECVI terendah berarti model tersebut sangat potensial untuk direplikasi dan mengindikasi model adalah fit. g. Akaike’s Information Criterion (AIC) dan CAIC AIC dan CAIC digunakan untuk menilai masalah parsimony dalam penilaian model fit. Nilai AIC dan CAIC yang kecil dari pada AIC model saturated dan independence berarti memiliki model fit yang lebih baik (Bandalos, 1993).
65
h. Normed Fit Index (NFI) NFI digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat kompleksitas model. Nilai NFI berkisar antara 0 dan 1, kemudian diturunkan dari perbandingan antara model yang dihipotesiskan dan independensce model, suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai NFI lebih besar dari 0.9 (Bentler, 1992).
6.
Asumsi Dasar Analisis
SEM
mensyaratkan
data
berdistribusi
normal
untuk
menghindari bias dalam analisis data. Data outlier harus dibuang karena menimbulkan bias dalam interpretasi dan mempengaruhi data lainnya. Data dikatakan normal apabila multivariat critical ratio memiliki syarat –lebih besar dari batas kritis 0,05.
E.
Operasional Variabel Penelitian Sugiono (2005:2) variabel penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi,
kemudian
ditarik
kesimpulannya.
Operasional
variabel
penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian dan dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:
66
1. Variabel bebas (eksogen/independent variabel) Variabel eksogen/independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel endogen/dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen/independen adalah service climate. Service climate merupakan suatu nilai dimensi dari physycological climate yang tergambarkan pada teori konstruksi sosial dan teori stake holder yang memandang bahwa pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan, lebih luasnya bahwa service climate merupakan pelayanan yang lahir secara natural dan sengaja diciptakan secara bersama oleh semua pihak yang berada dalam organisasi demi memuaskan semua pihak ( pemilik perusahaan, manajemen, karyawan, pelanggan, masyarakat, dan stake holder lain). Menurut Pugh et al (2002) dimensi service climate ada lima indikator yang dapat mengukur service climate diantaranya: 1. Service Quality Orientation 2. Manajement Support to Fasilitate Service Delivery 3. Hiring Motivated & Qualified Staf 4. Training Staf 5. Rewarding & Recognizing staf 2. Variabel endogen/dependen Variabel ini sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel endogen/dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
67
akibat, karena adanya variabel eksogen/independen. Yang menjadi variabel terikat (endogen/dependen variabel) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar. Prestasi belajar sesuatu yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada atas pencapaian
yang dapat
memberikan manfaat (Darma 1985: 7). Dengan kata lain Prestasi adalah hasil kerja yang telah dicapai seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan segenap kemampuan. Menurut Rowakhidah (2004) terdapat 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar. 1. Cognitive Domain. 2. Affective Domain 3. Psychomotor Domain. 3.
Variabel Intervening Variabel intervening merupakan tipe variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi tidak langsung (Nur Indriantoro, 1999:66). Yang menjadi variabel intervening pada penelitian ini adalah kompetensi guru. Kompetensi mengandung makna kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. kompetensi pekerjaan
atau
keahlian
yang
adalah
suatu
mensyaratkan kompetensi
intelektualitas, pengalaman, sikap dan keterampilan tertentu yang
68
diperolah melalui
proses pendidikan secara formal
maupaun
nonformal. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, terdapat 4 indikator kompetensi yang dapat dijadikan penelitian diantaranya: 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Profesioanal 4. Kompetensi Sosial Tabel 3.6 Variabel dan Indikator Penilaian Variabel
Konsep
Indikator
Ukuran Data
Service Climate kekuatan kompetitif yang Angela Martin (2008)
1. Service Quality Orientation
Likert Ordinal
dapat menciptakan kepuasan pelanggan dan karyawan secara
2. Manajement Support to Fasilitate Service Delivery 3. Hiring Motivated &
bersamaan seiring dengan tercapainya tujuan perusahaan
Qualified Staf 4. Training Staf 5. Rewarding & Recognizing staf (Pugh et al , 2002)
Kompetensi Guru
keahlian yang
1. Kompetensi Pedagogik
mensyaratkan
2. Kompetensi Kepribadian
Likert Ordinal
69
Rosiana (2008)
kompetensi
3. Kompetensi Profesional
intelektualitas,
4. Kompetensi Sosial
pengalaman, sikap
(E. Mulyasa, 2008)
dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara formal maupaun nonformal.
Prestasi
meliputi segenap
1. Cognitive Domain.
Belajar
ranah kejiwaan
2. Affective Domain
yang berubah
3. Psychomotor Domain.
Luciawati (2006)
sebagai akibat
Scale
(Bloom, 2008)
dari pengalaman dan proses belajar siswa.
70
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkunngan pendidikan MTs Madrasah pembangunan Jakarta, tepatnya berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelumnya telah dikemukakan dalam metodologi penelitian, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden. Penyebaran kuesioner berlangsung 01 Februari 2011 sampai tanggal 19 Februari 2011, dalam penyebaran kuesioner ini dilakukan secara rutin, namun disesuaikan dengan kondisi objek penelitian. 2. Sejarah Singkat Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada
71
masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan. Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tahun 2008 Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional oleh Kanwil Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta dengan nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.
72
TOKOH-TOKOH PENDIRI MADRASAH PEMBANGUNAN Madrasah Pembangunan lahir tidak lepas dari jasa-jasa para pendiri yang pada masa itu sebagai pejabat di lingkungan Departemen Agama maupun IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, antara lain:
Drs. H. Kafrawi Ridwan, MA (Direktur Perguruan Tinggi Departemen Agama dan Wakil Rektor III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Prof. Dr. HAR Partosentono (Wakil Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Drs. H. Husen Segaf, MA (Wakil Rektor II IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Drs. H. Bakar Yakob (Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Drs. H. Agustiar, MA (Ketua Jurusan Pedagogik, Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Drs. H.A. Muzakir (Kasubid II Direktorat Pendidikan Depertemen Agama)
Drs. H.M. Ali Hasan (Kepala Seksi Pembina Tenaga Guru dan Pengawas Subdit V Direktorat Pendidikan Agama Depertemen Agama)
KURIKULUM Kurikulum Madrasah Pembangunan UIN Jakarta adalah Kurikulum Departemen Agama yang dipadukan dengan Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional dan dioleh sesuai dengan visi dan misi Madrasah
73
Pembangunan UIN Jakarta. Dengan demikian, siswa MP UIN Jakarta akan mendapatkan porsi pendidikan agama seperti siswa madrasah (Depag) dan mendapatkan pelajaran umum seperti siswa sekolah umum (Depdiknas). FASILITAS Pendidikan yang bermutu harus ditunjang dengan fasilitas yang mendukung. Untuk itulah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta senantiasa berupaya untuk menyediakan fasilitas baik untuk keperluan pendidikan secara langsung maupun fasilitas-fasilitas pendukung, antara lain:
Gedung yang permanen dengan halaman yang luas dan asri
Ruang belajar ber-AC
Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Laboratorium Komputer
Laboratorium Bahasa
Over Head Projector (OHP) di setiap kelas (tingkat Tsanawiyah)
Audio Visual
Perpustakaan dengan jumlah koleksi buku lebih dari 9.000 judul
Masjid
Sarana futsal
Sarana basket
Sarana tenis meja
Sarana musik (alat dan sound system)
Antar jemput
Lapangan parkir
74
Petugas keamanan (Satpam)
Lokasi nyaman, aman dan strategis (di dalam kompleks)
PILAR KEUNGGULAN: Sains - Bahasa - Akhlakul Karimah (Basic Science - Language - Islamic Values and Attitudes) MOTTO: Cerdas - Terampil - Unggul (Smart - Skillful - Excellent) SELOGAN MUTU: Bukan Sekedar Sekolah Islam (More Than Just an Islamic School)
3. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah tenaga pengajar yang berjumlah 46 orang, sedangkan siswa-siswi yang jadi responden berjumlah 252 orang. Kuesioner yang disebar kurang lebih 346 secara langsung pada responden. Berikut ini disajikan rangkuman informasi karakteristik responden.
75
Tabel 4.1 Data Statistik Responden Siswa –siswi MTs. Madrasah Pembangunan No Keterangan 1
Laki-laki Perempuan
124
49%
128
51%
252
100%
5
2%
74
29%
83
33%
79
31%
11
5%
252
100%
5
2%
149
59.1%
84
33.3%
6
2.4%
8
3.2%
252
100%
Usia 1) 2) 3) 4) 5)
3
Persentase
Jenis Kelamin 1) 2)
2
Jumlah
11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun
Uang Saku 1) 2) 3) 4) 5)
< Rp. 5.000 Rp. 6.000 – Rp. 15.000 Rp. 16.000 – Rp. 25.000 Rp. 26.000 – Rp. 35.000 > Rp. 36.000
Sumber: Data Primer Diolah
76
Gambar 4.1 Data Statistik Responden Siswa –siswi MTs. Madrasah Pembangunan
160 laki-laki Prempuan 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun <5000 6rb-15rb 16rb-25rb 26rb-35rb >36000
140 120 100 80 60 40 20 0 JK
Usia
Uang Saku
Sumber: Data Primer Diolah
77
Tabel 4.2 Data Statistik Responden Tenaga Pengajar No Keterangan 1
2
3
4
Jumlah
Persentase
Jenis Kelamin 1)
Laki-laki
24
52%
2)
Perempuan
22
48%
46
100%
Usia 1)
≥ 20 tahun
1
2.2%
2)
21 – 30 tahun
17
37%
3)
31 – 40 tahun
18
39.1%
4)
41 – 50 tahun
7
15.2%
5)
> 50 tahun
3
6.5%
46
100%
Lama Mengajar 1)
0 – 5 tahun
13
28.3%
2)
6 – 10 tahun
22
47.8%
3)
11 – 15 tahun
7
15.2%
4)
16 – 20 tahun
1
2.2%
5)
> 20 tahun
3
6.5%
46
100%
Kompensasi 1)
500.000
– 1.000.000
2
4.3%
2)
1.100.000 – 1.500.000
6
13%
3)
1.600.000 – 1.900.000
5
11%
4)
> 2.000.000
33
71.7
46
100%
Sumber: Data Primer Diolah
78
Gambar 4.2 Data Statistik Responden Tenaga Pengajar
35 30 25 20 15 10 5 0 JK
Usia
LM
Kom
laki-laki Prempuan < 20TH 21-30TH 31-40TH 41-50TH > 50TH 0 - 5TH 6 - 10TH 11-15TH 16-20TH >20TH 500-1000JT 1100-1500JT 1600-1900JT >2000JT
Sumber: Data Primer Diolah
79
B.
Analisis dan Pembahasan 1. Asumsi Normalitas SEM, bila diestimasikan dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation Technique, mempersyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Untuk menguji normalitas data yang digunakan dalam analisis, penelitian dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dan kurtosis value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari hampir semua program statistik. Berdasarkan hasil pengujian normalitas diperoleh hasil sebagai berikut: Test of Univariate Normality for Continuous Variables Skewness
Kurtosis
Variable Z-Score P-Value Z-Score P-Value X1 -1.332 0.082
-1.646 0.120
X2 -2.008 0.059
-1.745 0.116
X3 -1.820 0.069
-1.327 0.082
X4 -1.015 0.310
-2.011 0.053
X5 -1.583 0.113
-1.736 0.083
Y1 -0.619 0.536
-1.090 0.802
Y2 0.368 0.713
-0.559 0.576
Y3 0.010 0.992
-1.505 0.962
Y4 -0.726 0.468
-1.796 0.105
Y5 0.081 0.935
-1.129 0.259
80
Y6 -0.135 0.893
-2.050 0.051
Y7 -0.526 0.599
-1.564 0.118
Z1 0.089 0.929
-2.005 0.061
Z2 0.633 0.527
-0.578 0.410
Z3 0.089 0.929
-0.481 0.631
Test of Multivariate Normality for Continuous Variables Skewness Value Z-Score P-Value
Kurtosis
Skewness and Kurtosis
Value Z-Score P-Value
Chi-Square P-
Value ------ ------- ------- ------- ------- ------16.513
---------- -------
0.383 0.702 252.745 -0.042 0.967
0.149 0.928
Dari output diatas, diketahui bahwa data memenuhi asumsi univariate normality. Hal tersbut dapat dilihat dengan nilai yang positif meski tidak signifikan terlihat pada bagian Skewness dan Kurtosis nilai pada setiap indikator sama dengan dan melebihi nilai normalitas yang disaratkan. Suatu data dikatakan terbebas dari univariate normaitly apa bila memiliki p-value Skewness dan Kurtosis yang tidak signifikan (lebih besar dari 0.05) (Ghozali:68). Demikian juga dengan hasil output asumsi multivariate normality, yang jauh lebih penting dari pada univariate normality. Bahwa data di atas menunjukan hasil yang signifikan karena memiliki nilai yang
81
lebih besar dari p-value yang disaratkan (0.05).
Maka secara
keseluruhan bahwa data di atas terdistribusi dengan normal.
2. Analisis Faktor Konfirmatori Model pengukuran untuk analisis faktor konfirmatori pengukuran
terhadap
dimensi–dimensi
yang
membentuk
yaitu variabel
laten/konstruk laten dalam model penelitian, yaitu: service climate sebagai konstruk eksogen, Kompetensi guru sebagai konstruk intervening, dan prestasi belajar sebagai konstruk endogen. a. Analisis Faktor Konfirmatori Pengaruh Service Climate (SC) terhadap Kompetensi Guru Model pengukuran untuk analisis faktor konfirmatori dapat dilihat pada diagram path
di bawah ini yang menggambarkan hubungan
variabel laten SC dan komptensi guru dengan variabel – variabel indikatornya.
82
Gambar 4.3 Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Kompetensi Guru
Sumber: Data Diolah Lisrel
Keterangan : X1 : Service Quality Orientation X2 : Manajement Support to Fasilitate Service Delivery X3 : Hiring Motivated & Qualified Staff X4 : Training Staff X5 : Rewarding & Recognizing staff Y1 : Pedagogik Pemahaman Y2 : Pedagogik Pengelolaan Y3 : Pedagogik Evaluasi Y4 : Kepribadian Y5 : Profesional Y6 : Sosial Komunikasi Y7 : Sosial Interaksi
Outpu path diagram diatas menampilkan nilai t-hitung untuk estimasi antara parameternya, dengan taraf hubungan signifikan sebesar 5%. Untuk dapat mengetahui hubungan indikator yang positif dan signifikan yaitu dengan membandingkan antara t-value presis 5% (default lisrel) dan t-tabel presis 5%.
83
Tabel 4.3 Muatan faktor t-value dan t-tabel Variabel Indikator
t-value
t-tabel
X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7
9.23 9.26 8.93 9.27 7.79 10.89 9.48 8.22 9.44 10.30 8.89 10.04
2.021 2.021 2.021 2.021 2.021 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Sumber: Data Diolah Lisrel
Untuk variabel laten service climate memiliki t-tabel sebesar 2.021 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output diatas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten service climate. Sedangkan variabel laten Kompetensi guru memiliki t-tabel sebear 1.96 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output diatas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten kompetensi guru. Disisi lain dapat dilihat, untuk variabel laten service climate, indikator X4 paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dibandingkan dengan yang lain, yakni sebesar 9.27. sedangkan
84
variabel laten kompetensi guru, indikator Y1 yang paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar yakni sebesar 10.89. Berdasarkan pemeriksaan terhadap nilai t-value dan t-tabel, maka dapat diambil kesimpulan semua variabel – variabel indikator terbukti valid dan dapat mempresentasikan variabel laten sc dan kompetensi. Dari hasil olah analisis di atas juga menghasilkan analisis konfirmatori pengaruh service climate terhadap kompetensi guru. Dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,20. Hasil tersebut menunjukkan diterimanya hipotesis nol (H01) atau model ini dapat diterima. Selain pengujian berdasarkan nilai probability perlu juga diperkuat dengan nilai – nilai yang lain, seperti pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Goodness of fit Konfirmatori faktor pengaruh service climate terhadap kompetensi guru. Kriteria
Cut of value
Hasil
Evaluasi
X2 Chi-square
< 67.50
61.54
Baik
Significance Probability
> 0,05
0.20
Baik
0,90 ≤ GFI ≤ 1
0.96
Baik
0,90 ≤ AGFI ≤ 1
0.94
Baik
RMSEA
< 0,08
0.025
Baik
ECVI
< 0.62
0.44
Baik
AIC
< 156.00
111.54
Baik
CAIC
< 509.30
224.78
Baik
0,90 ≤ NFI ≤ 1
0.92
Baik
GFI AGFI
NFI
Keterangan : χ2 dengan df : 53; p : 5 % = 67.50 Sumber: Data Diolah Lisrel
85
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel analisis faktor konfirmatori pada konstruk kedua variabel dapat ditunjukkan bahwa model layak diuji.
Hasil
perhitungan
chi–square
pada
konstruk
eksogen
memperoleh nilai sebesar 61.54 masih dibawah chi–square tabel untuk derajat kebebasan 53 pada tingkat signifikan 5 % sebesar 67.50. Nilai probabilitas sebesar 0,20 yang mana nilai tersebut diatas 0,05. nilai GFI 0.96 lebih besar dari cut of value sebesar 0.90 dan AGFI sebesar 0.94 masih lebih besar dari cut of value sebesar 0.90. Nilai RMSEA masih lebih kecil dari nilai cut of value sebesar 0.025<0.08 menunjukan hasil yang fit dan nilai ECVI masih rendah dari nilai cut of value sebesar 0.44<0.62 menunjukan hasil yang baik/fit. Terlihat juga nilai AIC dan CAIC yang masing – masing nilainya masih dibawah nilai cut of value sebesar 111.54 < 156.00 (AIC) dan 224.78 < 509.30. dan nilai NFI yang juga masih di atas nilai cut of yakni sebesar 0.92>0.90. Dari hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis pengaruh service climate terhadap kompetensi guru memiliki model yang fit. Selanjutnya dapat kita lihat nilai pengaruh service climate terhadap kompetensi guru. Kompeten = 0.26*SC, Errorvar.= 0.93 , R² = 0.069 (0.094)
(0.44)
2.81
2.10
86
Pengujian hipotesis 1, dari hasil persamaan output di atas, terlihat bahwa nilai t variabel laten SC berada di atas batas kritis 1.96, yaitu sebesar 2.81. hal ini membuktikan adanya suatu pengaruh positif variabel service climate terhadap variabel kompetensi. Selain itu koefisien variabel laten SC memiliki nilai di bawah batas kritis 0.30 yaitu sebesar 0.26. Meski hanya memiliki pengaruh 26%, tetapi masih dapat dikatakan signifikan karena hanya memiliki selisih yang tidak terlalu jauh yakni sebesar 0.04 yang diperkuat dengan nilai t lebih besar dari batas kritis. Karena hasilnya berpengaruh positif dan signifkan secara statistik, maka hipotesis H1 terbukti dan diterima. Hal ini terjadi,
karena terdapat persepsi yang sama antara pihak
manajemen sekolah yang menginginkan tercapainya tujuan melalui peningkatan layanan dan guru yang merasa dirinya dihargai, didukung, dan diperhatikan. Pihak manajemen bertindak sebagai fasilitator yang mendukung jalannya transfering service yang dilakukan guru terhadap siswa baik melalui pembelajaran maupun perilaku mereka sendiri sebagai pelayan siswa (Schneider dan Reicher, 1983).
87
b. Analisis Faktor Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar Di bawah ini dapat dilihat pada diagram path, yang menggambarkan hubungan variabel laten SC dan prestasi belajar dengan variabel – variabel indikatornya. Gambar 4.4 Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar
Sumber: Data Diolah Lisrel
Keterangan : X1 : Service Quality Orientation X2 : Manajement Support to Fasilitate Service Delivery X3 : Hiring Motivated & Qualified Staff X4 : Training Staff X5 : Rewarding & Recognizing staff Z1 : Cognitive Domain Z2 : Affective Domain Z3 : Psychomotor Domain
88
Output path diagram diatas menampilkan nilai t-hitung untuk estimasi antara parameternya, dengan taraf hubungan yang signifikan sebesar 5%. Untuk dapat mengetahui hubungan indikator yang positif dan signifikan dengan membandingkan antara t-value presis 5% (default lisrel) dan t-tabel presis 5%. Tabel 4.5 Muatan faktor t-value dan t-tabel Variabel Indikator
t-value
t-tabel
X1 X2 X3 X4 X5 Z1 Z2 Z3
9.23 9.26 8.93 9.27 7.79 0.70 7.66 10.31
2.021 2.021 2.021 2.021 2.021 1.96 1.96 1.96
Sumber: Data Diolah Lisrel
Untuk variabel laten service climate memiliki t-tabel sebear 2.021 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output diatas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator service climate memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten service limate. Sedangkan variabel laten prestasi memiliki t-tabel sebear 1.96 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output di atas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel kecuali Z1 memiliki nilai yang kecil sebesar 0.70, namun secara keseluruhan
89
indikator prestasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten prestasi. Berdasarkan pemeriksaan terhadap nilai t-value dan t-tabel, maka semua variabel – variabel indikator terbukti valid dan dapat mempresentasikan variabel laten sc dan kompetensi. Bisa dilihat juga, pada variabel laten service climate, indikator X4 paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dibandingkan dengan yang lain, yakni sebesar 9.27. sedangkan variabel laten prestasi, indikator Z3 yang paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dari yang lain, yakni sebesar 10.31. Dari hasil olah analisis di atas juga menghasilkan analisis konfirmatori faktor pengaruh service climate terhadap prestasi belajar. Dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,33. Hasil tersebut menunjukkan diterimanya hipotesis nol (H0) atau model ini dapat diterimanya. Selain pengujian berdasarkan nilai probability perlu juga diperkuat dengan nilai – nilai yang lain, seperti pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Goodness of fit konfirmatori faktor pengaruh service climate terhadap prestasi belajar Kriteria
Cut of value
Hasil
Evaluasi
X2 Chi-square Significance Probability GFI AGFI RMSEA ECVI AIC CAIC
< 30.15 > 0,05 0,90 ≤ GFI ≤ 1 0,90 ≤ AGFI ≤ 1 < 0,08 < 0.29 < 72.00 < 235.06
21.05 0.33 0.98 0.96 0.021 0.22 55.05 132.05
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
90
NFI 0,90 ≤ NFI ≤ 1 Keterangan : χ2 dengan df : 19; p : 5 % = 30.15
0.98
Baik
Sumber: Data Diolah Lisrel
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel analisis faktor konfirmatori pada konstruk kedua variabel dapat ditunjukkan bahwa model layak diuji.
Hasil
perhitungan
chi–square
pada
konstruk
eksogen
memperoleh nilai sebesar 21.05 masih dibawah chi–square tabel untuk derajat kebebasan 19 pada tingkat signifikan 5 % sebesar 30.15. Nilai probabilitas sebesar 0,33 yang mana nilai tersebut diatas 0,05. nilai GFI 0.98 lebih besar dari cut of value sebesar 0.90 dan AGFI sebesar 0.96 masih lebih besar dari cut of value sebesar 0.90. Nilai RMSEA masih lebih kecil dari nilai cut of value sebesar 0.021<0.08 menunjukan hasil yang fit dan nilai ECVI masih rendah dari nilai cut of value sebesar 0.22<0.29 menunjukan hasil yang baik/fit. Terlihat juga nilai AIC dan CAIC yang masing – masing nilainya masih dibawah nilai cut of value sebesar 55.05< 72.00 (AIC) dan 132.05< 235.06 (CAIC) dan nilai NFI yang juga masih di atas nilai cut of yakni sebesar 0.98>0.90. Dari hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis pengaruh service climate terhadap prestasi belajar memiliki model yang fit.
91
Selanjutnya dapat kita lihat nilai pengaruh service climate terhadap prestasi belajar. Prestasi = 0.0064*SC, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.00 (0.063)
(0.089)
0.10
11.18
Pengujian hipotesis 2, dari hasil persamaan output di atas, terlihat bahwa nilai t variabel laten SC berada di bawah batas kritis 1.96, yaitu sebesar 0.10. namun demikian, variabel SC masih berpengaruh terlihat dari hasil yang tidak negatif. Menunjukan adanya pengaruh SC terhadap variabel prestasi belajar meski tidak signifikan. Selain itu koefisien variabel laten SC memiliki nilai jauh di bawah batas kritis 0.30 yaitu sebesar 0.0064. Dengan kata lain variabel SC hanya dapat menjelaskan variabel prestasi belajar sebesar 0.64% selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hasil dari pengujian hipotesis H2 terbukti berpengaruh dan dapat ditermia, namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan temuan hal ini terjadi, karena belum terciptanya service climate secara bersama, konsisten, natural, dan masih kurangnya kesadaran dan kepedulian dari para pengajar akan pentingnya melayani peserta didik.
Service climate yang baik harus diciptakan secara
natural dan bersama oleh semua stake holder yang ada dalam sekolah sebagai wujud peduli dan komitmennya dalam pencapaian tujuan 92
bersama (Parasuraman, 1997). Mulai dari penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang menunjang terhadap proses belajar mengajar hingga pengadaan staf pengajar yang mumpuni dalam keilmuan, profesional, berpengalaman, dan berakhlak mulia. Ini menjadi nilai penting dalam penciptaan prestasi belajar siswa dan yang lebih penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana service climate dijadikan sebagai alat pelayanan yang dilakukan oleh para guru sebagai pentransfer dengan selalu menganggap dirinya adalah orang tua murid yang selalu menyayangi, peduli, memperhatikan, menasihati, dan melakukan pendekatan emosional yang erat dengan para siswa agar dapat menciptakan siswa-siswi yang berprestasi (Borucki dan Burke, 1999).
93
c. Analisis Faktor Konfirmatori Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Di bawah ini dapat dilihat pada diagram path, yang menggambarkan hubungan variabel laten kompetensi dan prestasi belajar dengan variabel – variabel indikatornya. Gambar 4.5 Konfirmatori Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar
Sumber: Data Diolah Lisrel
Keterangan : Y1 : Pedagogik Pemahaman Y2 : Pedagogik Pengelolaan Y3 : Pedagogik Evaluasi Y4 : Kepribadian Y5 : Profesional Y6 : Sosial Komunikasi
Y7 : Sosial Interaksi Z1 : Cognitive Domain Z2 : Affective Domain Z3 : Psychomotor Domain
Output path diagram diatas menampilkan nilai t-hitung untuk estimasi antara parameternya, dengan taraf hubungan yang signifikan sebesar 5%. Untuk dapat mengetahui hubungan indikator yang positif dan
94
signifikan dengan membandingkan antara t-value presis 5% (default lisrel) dan t-tabel presis 5%. Tabel 4.7 Muatan faktor t-value dan t-tabel Variabel Indikator
t-value
t-tabel
Y1 : Y2 : Y3 : Y4 : Y5 : Y6 : Y7 : Z1 Z2 Z3
10.85 9.39 8.27 9.34 10.19 8.87 10.10 0.69 7.65 10.31
1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Sumber: Data Diolah Lisrel
Untuk variabel laten kompetensi memiliki t-tabel sebear 1.96 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output diatas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator kompetensi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten kompetensi. Sedangkan variabel laten prestasi memiliki t-tabel sebear 1.96 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output di atas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel kecuali Z1 memiliki nilai yang kecil sebesar 0.69, namun secara keseluruhan indikator prestasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten prestasi.
95
Berdasarkan pemeriksaan terhadap nilai t-value dan t-tabel, maka semua variabel – variabel indikator terbukti valid dan dapat mempresentasikan variabel laten kompetensi dan prestasi belajar. Disisi lain bisa dilihat, bahwa untuk variabel laten kompetensi, indikator Y1 paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dibandingkan dengan yang lain, yakni sebesar 10.85. sedangkan variabel laten prestasi, indikator Z3 yang paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dari yang lain, yakni sebesar 10.31. Dari hasil olah analisis di atas juga menghasilkan analisis konfirmatori faktor pengaruh kompetensi terhadap prestasi belajar. Dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,44. Hasil tersebut menunjukkan diterimanya hipotesis nol (H0) atau model ini dapat diterimanya. Selain pengujian berdasarkan nilai probability perlu juga diperkuat dengan nilai – nilai yang lain, seperti pada Tabel 4.8 berikut ini.
96
Tabel 4.8 Goodness of fit konfirmatori faktor pengaruh kompetensi terhadap prestasi belajar Kriteria
Cut of value
Hasil
Evaluasi
X2 Chi-square
< 43.78
34.60
Baik
Significance Probability
> 0,05
0.44
Baik
0,90 ≤ GFI ≤ 1
97
Baik
0,90 ≤ AGFI ≤ 1
96
Baik
RMSEA
< 0,08
0.0084
Baik
ECVI
< 0.44
0.31
Baik
AIC
< 110.00
76.60
Baik
CAIC
< 359.12
171.72
Baik
0,90 ≤ NFI ≤ 1
0.96
Baik
GFI AGFI
NFI
Keterangan : χ2 dengan df : 34; p : 5 % = 43.78 Sumber: Data Diolah Lisrel
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel analisis faktor konfirmatori pada konstruk kedua variabel dapat ditunjukkan bahwa model layak diuji.
Hasil
perhitungan
chi–square
pada
konstruk
eksogen
memperoleh nilai sebesar 34.60 masih dibawah chi–square tabel untuk derajat kebebasan 19 pada tingkat signifikan 5 % sebesar 43.78. Nilai probabilitas sebesar 0,44 yang mana nilai tersebut diatas 0,05. Nilai GFI 0.97 lebih besar dari cut of value sebesar 0.90 dan AGFI sebesar 0.96 masih lebih besar dari cut of value sebesar 0.90. Nilai RMSEA masih lebih kecil dari nilai cut of value sebesar 0.0084<0.08
97
menunjukan hasil yang fit dan nilai ECVI masih rendah dari nilai cut of value sebesar 0.31<0.44 menunjukan hasil yang baik/fit. Terlihat juga nilai AIC dan CAIC yang masing – masing nilainya masih dibawah nilai cut of value sebesar 76.60<110.00 (AIC) dan 171.72<359.12 (CAIC) dan nilai NFI yang juga masih di atas nilai cut of yakni sebesar 0.96>0.90. Dari hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi belajar memiliki model yang fit. Selanjutnya dapat kita lihat nilai pengaruh kompetensi terhadap prestasi belajar. Prestasi = 0.014*Kompeten, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.00019 (0.072)
(0.089)
0.19
11.17
Pengujian hipotesis 3, dari hasil persamaan output di atas, terlihat bahwa nilai t variabel laten kompetensi berada di bawah batas kritis 1.96, yaitu sebesar 0.19. namun demikian, variabel kompetensi masih memiliki pengaruh terhadap variabel prestasi belajar meski tidak signifikan. Selain itu koefisien variabel laten kompetensi memiliki nilai jauh di bawah batas kritis 0.30 yaitu sebesar 0.014. Dengan kata lain variabel Kompetensi hanya dapat menjelaskan variabel prestasi belajar sebesar 1,4% selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. 98
Hasil penelitian diatas, menunjukan adanya pengaruh namun tidak signifikan secara statistik, maka hipotesis H3 terbukti dan dapat diterima. Padahal dalam konsep dasar pendidikan, seharusnya guru memiliki mempengaruh yang cukup besar terhadap peprestasi peserta didik dan mampuh mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Sebagaimana Sardiman (2005: 125) mengungkapakan komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial untuk menggapai prestasi. Namun berdasarkan wawancara dengan waka kurikulum dan pengamatan di lapangan, peneliti masih melihat sebagian para pengajar masih belum dapat memposisikan dirinya sebagai guru yang kompeten dan profesional. Artinya para guru masih menganggap dirinya sebagai pengajar yang tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya hanya mengajar tanpa berorientasi pada pencapaian prestasi belajar siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
99
d. Analisis Faktor Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar melalui Kompetensi Guru. Gambar 4.6 Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar melalui Kompetensi Guru
Sumber: Data Diolah Lisrel
Keterangan : X1 : Service Quality Orientation X2 : Manajement Support to Fasilitate Service Delivery X3 : Hiring Motivated & Qualified Staff X4 : Training Staff X5 : Rewarding & Recognizing staff Y1 : Pedagogik Pemahaman Y2 : Pedagogik Pengelolaan Y3 : Pedagogik Evaluasi Y4 : Kepribadian Y5 : Profesional Y6 : Sosial Komunikasi Y7 : Sosial Interaksi Z1 : Cognitive Domain Z2 : Affective Domain Z3 : Psychomotor Domain
100
Output path diagram diatas menampilkan nilai t-hitung untuk estimasi antara parameternya, dengan taraf hubungan yang signifikan sebesar 5%. Untuk dapat mengetahui hubungan indikator yang positif dan signifikan dengan membandingkan antara t-value presis 5% (default lisrel) dengan t-tabel presis 5%. Tabel 4.9 Muatan faktor t-value dan t-tabel Variabel Indikator
t-value
t-tabel
X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Z1 Z2 Z3
9.23 9.26 8.93 9.27 7.79 10.85 9.48 8.22 9.44 10.30 8.88 10.04 0.69 7.65 10.31
2.021 2.021 2.021 2.021 2.021 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96 1.96
Sumber: Data Diolah Lisrel
Untuk variabel laten service climate memiliki t-tabel sebear 2.021 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output diatas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator service climate memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten service climate.
101
Selanjutnya variabel laten kompetensi memiliki t-tabel sebear 1.96 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output di atas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator kompetensi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten kompetensi. Sedangkan variabel laten prestasi memiliki t-tabel sebear 1.96 dengan tingkat presis 5%. Dari hasil output di atas bahwa semua nilai indikatornya (t-value) jauh lebih besar dari nila t-tabel kecuali Z1 memiliki nilai yang sangat rendah yakni sebesar 0.69, namun secara keseluruhan indikator prestasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel laten prestasi. Berdasarkan pemeriksaan terhadap nilai t-value dan t-tabel, maka dapat disimpulkan semua variabel – variabel indikator terbukti valid dan dapat mempresentasikan variabel laten kompetensi dan prestasi belajar. Disisi lain bisa dilihat, bahwa untuk variabel laten service climate, indikator X4 paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dibandingkan dengan yang lain, yakni sebesar 9.27. Variabel laten kompetensi, indikator Y1 paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dibandingkan dengan yang lain, yakni sebesar 10.85. Sedangkan variabel laten prestasi, indikator Z3 yang paling dominan, karena memiliki nilai t-value paling besar dari yang lain, yakni sebesar 10.31.
102
Dari hasil olah analisis di atas juga menghasilkan analisis konfirmatori faktor pengaruh service climate terhadap prestasi belajar melalui kompetensi. Dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,48. Hasil tersebut menunjukkan diterimanya hipotesis nol (H03) atau model ini dapat diterimanya. Selain pengujian berdasarkan nilai probability perlu juga diperkuat dengan nilai – nilai yang lain, seperti pada Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Goodness of fit konfirmatori faktor pengaruh service climate terhadap prestasi belajar melalui kompetensi Kriteria
Cut of value
Hasil
Evaluasi
< 112.40
86.95
Baik
> 0,05
0.48
Baik
0,90 ≤ GFI ≤ 1
96
Baik
0,90 ≤ AGFI ≤ 1
94
Baik
RMSEA
< 0,08
0.0
Baik
ECVI
< 0.96
0.61
Baik
< 240.00
152.95
Baik
783.53
302.42
Baik
0,90 ≤ NFI ≤ 1
0.94
Baik
X2 Chi-square Significance Probability GFI AGFI
AIC CAIC NFI
Keterangan : χ2 dengan df : 87; p : 5 % = 112.40 Sumber: Data Diolah Lisrel
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel analisis faktor konfirmatori pada konstruk kedua variabel dapat ditunjukkan bahwa model layak diuji.
Hasil
perhitungan
chi–square
pada
konstruk
eksogen
memperoleh nilai sebesar 86.95 masih dibawah chi–square tabel untuk derajat kebebasan 87 pada tingkat signifikan 5 % sebesar 112.40. Nilai 103
probabilitas sebesar 0,48 yang mana nilai tersebut diatas 0,05. Nilai GFI 0.96 lebih besar dari cut of value sebesar 0.90 dan AGFI sebesar 0.94 masih lebih besar dari cut of value sebesar 0.90. Nilai RMSEA masih lebih kecil dari nilai cut of value sebesar 0.0<0.08 menunjukan hasil yang fit dan nilai ECVI masih rendah dari nilai cut of value sebesar 0.61<0.96 menunjukan hasil yang baik/fit. Terlihat juga nilai AIC dan CAIC yang masing – masing nilainya masih dibawah nilai cut of value sebesar 152.95<240.00 (AIC) dan 302.42<783.53 (CAIC) dan nilai NFI yang juga masih di atas nilai cut of yakni sebesar 0.94>0.90. Dari hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis pengaruh service climate terhadap prestasi belajar melalui kompetensi guru memiliki model yang fit. Selanjutnya dapat kita lihat nilai pengaruh kompetensi terhadap prestasi belajar. Prestasi = 0.013*Kompeten + 0.0029*SC, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.0021
(0.075)
(0.066)
(0.089)
0.18
0.044
11.17
Dari hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa nilai t kompetensi (0.18) dan SC (0.044) jauh lebih rendah dari batas kritis 1.96, namun secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar meski tidak signifikan, yakni sebesar 1.3% (Kompetensi) dan 0.29% (SC). Dan dapat dilihat dari nilai R2 yang menunjukan pengaruh secara
104
keseluruhan service climate dan kompetensi dapat menjelaskan prestasi belajar sebesar 0.21% selebihnya dijelaskan oleh faktor lain. Analisis di atas menunjukan adanya pengaruh namun tidak signifikan secara statistik, maka hipotesis H4 terbukti dan dapat diterima. Pada hipotesis
ini
yang secara
bersama-sama
menunjukan tingkat
penyesuaian dan pengaruh yang tidak cukup signifikan. Hal ini terjadi, karena belum terciptanya iklim layanan yang efektif dan efisien. Karena kurang perhatiannya pihak manajemen sekolah terhadap peningkatan dan pengembangan staf pengajar yang semestinya perlu diberikan pelatihan dan pendidikan. Dan juga kurangnya pengetahuan dan kesadaran staf pendidikan mengenai service climate serta kurangnnya kesadaran sendiri para staf pendidikan untuk selalu meningkatkan kompetensi dan profesionalisme keguruan. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Angela Martin, 2008 bahwa service climate memiliki hubungan yang sangat erat dengan delivery service dan recieved service. Dimana guru sebagai delivery service dan siswa recieved service. dan manajemen sekolah penyedia jalur pendistribusain service climate sehingga service climate lahir dari kualitas layanan yang akhirnya melahirkan loyalitas pelanggan.
105
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A.
Kesimpulan Variabel service climate memiliki pengaruh terhadap kompetensi guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Schneider dan bowen (1995) menyatakan bahwa service climate melihat tentang hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi berkaitan dengan pemberian kepuasan pelanggan yang didapat dari pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan pengakuan yang sebetulnya menjadi harapan organisasi akan keberhasilan dimasa yang akan datang dengan menanamkan nilai – nilai kualitas yang baik. kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah dalam
bukunya
“Psikologi
Pendidikan” mengemukakan bahwa guru bukan hanya sekedar pengajar melainkan
harus
menjadi
direktur
belajar. Artinya,
setiap
guru
diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar mengajar. service climate memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang menunjukan adanya pengaruh service climate terhadap kepuasan dan kinerja karyawan (Pritchard and Karasick, 1973 dalam Steinke, 2008: 190). Selanjutnya Rogg et al, 2002 hasil penelitiannya menunjukan betapa pentingnya service climate terhadap
106
peningkatan kinerja dan produktivitas karyawan serta memandang service climate memiliki korelasi yang signifikan dengan job satisfaction dan kepuasan pelangga (customer loyality ). service climate memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa melalui kompetensi guru secara simultan. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Martin, 1998 bahwa service climate memiliki hubungan yang sangat erat dengan delivery service dan recieved service. Dimana karyawan sebagai delivery service dan pelanggan recieved service. Di dalamnya ada proses jalur pendistribusain service climate sehingga memiliki korelasi yang positif jika service climate lahir dari kualitas yang akhirnya melahirkan loyalitas pelanggan.
B.
Implikasi Service climate pada dasarnya merupakan sebuah tindakan pelayanan yang bertujuan untuk menciptakan pencapaian tujuan semua pihak baik dari sisi sekolah yakni meningkatnya citra/nama baik sekolah, dari sisi staf pengajar dapat meningkatkan keilmuan, keahlian, dan kesejahteraan hidup, dan juga dari sisi siswa yakni siswa menjadi berprestasi dalam belajar. Namun, service climate tidak akan dapat tercipta dengan baik dalam instansi pendidikan jika tidak ditopang oleh kompetensi guru. Guru yang kompeten merupakan figur
yang dapat menstransfer service climate dengan baik
kepada siswa-siswi, semakin baik kompetensi guru maka semakin baik pula pencapaian prestasi siswa. Guru yang kompeten dapat memposisikan
107
dirinya sebagai pelayan pendidikan yang mebutuhkan keilmuan, keahlian, sikap yang baik, pengalaman yang mapan, dan memiliki jiwa keterpanggilan untuk mencerdaskan peserta didik serta mengharumkan nama baik sekolah. Dengan kata lain, service climate yang baik dapat merangsang dan memotivasi para staf pengajar untuk melayani para siswa dengan sistem pengajaran yang berorientasi pada service quality dan service to achievement. Yang pada akhirnya tujuan dari pendidikan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sesuai dengan temuan penelitian ini, upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa ini dapat dilakukan dengan memelihara dan meningkatkan (a) service climate; (b) kompetensi guru; dengan konsisten. Secara empiris telah teruji bahwa dengan meningkatkan kedua faktor ini, baik secara sendiri-sendiri, maupun secara bersama-sama, akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Implikasi dari kesimpulan penelitian di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, siswa – siswi dilayani dan didik dengan metode pendidikan berorientasi prestasi, sehingga para peserta didik termotivasi untuk belajar dengan giat dan berprestasi. Kedua, ketersediaan staf pengajar yang kompeten dapat mentransfer service climate dengan baik dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang menarik, menjadikan para siswa senang belajar.
108
Ketiga,
sistem
pendidikan/pengajaran yang berorientasi
pendidikan
berkualitas, dalam hal ini sistem pendidikan mengacu pada sistem pendidikan nasional dan internasional. Keempat, sekolah menyediakan kelengkapan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari bangunan yang layak, ruang kelas yang nyaman, lab, peralatan elektronik, dll. Kelima, sekolah memperbanyak penyelenggaraan kegiatan ilmiah bagi para siswa dalam rangka menambah pengetahuan dan pengalamannya. Keenam, sekolah banyak menyelenggarakan seminar atau diskusi mengenai pendidikan baik formal maupun nonformal yang efisien dan efektif dan memberikan kebebasan penggunaan fasilitas sekolah untuk mendukung kegiatan tersebut. Ketujuh, sekolah mendorong dan memotivasi siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Kedelapan, sekolah menciptakan lingkungan pendidikan yang harmonis, kekeluargaan, musyawarah, demokratis, dan teratur Kesembilan, sekolah membangun institusi formal untuk mewadahi kegiatan pengembangan minat dan bakat siswa.
109
C.
Saran Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan
beberapa saran kepada sekolah. Hal
meningkatkan kualitas sekolah khususnya
ini bertujuan untuk
peningkatan
dalam
proses
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Adapun saran yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Sekolah harus terus menjaga dan meningkatkan pelayanan siswa dengan efektif dan efisien. 2. Sekolah terus meninkatkan fasilitas yang menunjang terhadap proses belajar mengajar. 3. Sekolah perlu memotivasi para guru untuk terus meningkatkan keilmuan, kemampuan, keahlian, pengalaman, dan perilaku yang menjadi figur melalui pelatihan, pengembangan, pemberian kompensasi yang menarik dan adil, penghargaan, dan pengakuan. 4. Sekolah perlu menjaga dan meningkatkan sistem pembelajaran yang menarik dan kompetitif. 5. sekolah melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar 6. Semua stake holder sekolah mulai dari pihak manajemen, staf pendidikan, dan staf pengajar terus memperhatikan kebutuhan dan keperluan para siswa secara berkesinambungan.
110
Daftar Pustaka „Isa, Kamal, Muhammad. “Manajemen Pendidikan Islam”, Jakarta: PT. Fikahati Anesta, 1994, Cet. Ke-1. A, Ferdinand. “Structural equation modeling dalam penelitian manajemen, Aplikasi model- model rumit dalam penelitian untuk tesis magister dan disertasi doctor”, Semarang: BP Universitas Diponegoro, 2002. Arifin, H.M. “Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum)”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke- 3. Bahri, Saiful, Djamarah. “Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru”, Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Borucki dan Burke. “Service climate and employee well being in higher education”, Journal of Journal & Organization. Volume 14, Issue 2, May 2008. Cowell, N. Richard. “Buku Pegangan Para Penulis Paket Belajar”, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Depdikbud, 1988. Cruickshank, R. Donald. “Deborah Bainer Jenkins, and Kim K. Metcalf”, The Act of Teaching, Boston: Mc. Graw Hill, 2006. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke- 2. Ghozali, Imam, dkk. “Structural Equation Modeling: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.80”, Semarang: BP UNDIP, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom. Diakses pada tanggal 12 Februari 2011. http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS _PENDDKN. Diakses pada tanggal 02 Januari 2011. http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS _PENDDKN. Diakses pada tanggal 02 Januari 2011. James, L.R., Mulaik, S.A. & Brett, J.M. “Causal analysis: Assumptions, models, and data”. 5th edition, NJ: Prentice-Hall International, Inc. Kunandar. “Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke-1.
111
Lefrancois, R.Guy. “Theories of Human Learning”, Kro: Kros Report, 1995. Martin, Angela. “Service climate and employee well being in higher education”, Journal of Journal & Organization. Volume 14, Issue 2, May 2008. Mulyasa, E. “Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru”, PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008, Cet. Ke-3. Namsa, M. Yunus . “Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam”, Jakarta: Pustaka Mapan, 2006, Cet. Ke-1. Natalia, Grace. “Pengaruh Bimbingan Pembelajaran Terhadap prestasi belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar”, Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Surabaya. Parasuraman. “Service climate and employee well being in higher education”. Journal of Journal & Organization, Volume 14, Issue 2, May 2008. Pugh. “ Service climate in New Zealand english language centres”, Journal of Educational Administration. Vol. 45 No.3. 2007. Purwanto, M. Ngalim. “Psikologi Pendidikan”, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2003), Cet. Ke- 19. Purwanto. http://setiyo.wordpress.com. Diakses pada tanggal 12 Februari 2011. Sabri, Alisuf. “Mimbar Agama dan Budaya”, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1. Sabri, Alisuf. “Psikologi Pendidikan”, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. Ke-2. Salanova. “ Examining the role of service climate in health care”, International Journal of Service Industry Management, Vol 19. No. 2. 2008. Schneider B. “Employee and Customer perceptions of service in banks: Replication and extension”, Journal of Applied Psychology, Vol 70. 2007. Schneider B. “Service climate and employee well being in higher education”, Journal of Journal & Organization. Volume 14, Issue 2, May 2008. Schneider dan Bowen. “Service climate and employee well being in higher education”, Journal of Journal & Organization. Volume 14, Issue 2, May 2008.
112
Schneider dan Reichers. “Service climate and employee well being in higher education”, Journal of Journal & Organization. Volume 14, Issue 2, May 2008. Sholeh, Ni‟am, Asrorun. “Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen”, Jakarta: eLSAS, 2006, Cet. Ke-1. Slameto. “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya”, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Cet. Ke-4. Solimun. “Structural Equation Modelling LISREL and AMOS”, Malang: Universitas Negeri Malang, 2002 . Standar Nasional Pendidikan (SNP), Jakarta: Asa Mandiri, 2006. Sugiyono. “Meode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Jakarta: Alfabeta, 2010. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Jakarta: Alfabeta, 2008. Suryabrata, Sumardi. “Psikologi Pendidikan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-2. Svensson dan Wood, “Service climate and employee well being in higher education”, Journal of Management & Organization. Volume 14, Issue 2, May 2008. Syah, Muhibbin. “ Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13. Tu‟u. http://one.indoskripsi.com. Diakses pada tanggal 12 Pebruari 2011. Umar, Husen. “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-3, 2000. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006. Usman, M. Uzer. “Menjadi Guru Profesional”, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-20. W.S. Winkel. “Psikologi Pengajaran”, Jakarta: Grasindo, 1996, Cet. Ke-4. Yamin, Martinis. “Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP”, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, Cet. Ke-2.
113
RELIABILITAS a. Service Climate Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
% 252
100.0
0
.0
252
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
.996
.996
5
Inter-Item Correlation Matrix x1
x2
x3
x4
x5
x1
1.000
.987
.980
.975
.977
x2
.987
1.000
.987
.987
.985
x3
.980
.987
1.000
.980
.983
x4
.975
.987
.980
1.000
.984
x5
.977
.985
.983
.984
1.000
114
b. Kompetensi Guru Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
% 252
100.0
0
.0
252
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
.723
.726
7
Inter-Item Correlation Matrix y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y1
1.000
.255
.279
.191
.290
.277
.343
y2
.255
1.000
.315
.252
.091
.452
.309
y3
.279
.315
1.000
.249
.376
.218
.221
y4
.191
.252
.249
1.000
.321
.270
.255
y5
.290
.091
.376
.321
1.000
.261
.229
y6
.277
.452
.218
.270
.261
1.000
.306
y7
.343
.309
.221
.255
.229
.306
1.000
115
c. Prestasi Belajar Siswa Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
% 252
100.0
0
.0
252
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
N of Items
.965
.967
3
Inter-Item Correlation Matrix z1
z2
z3
z1
1.000
.930
.876
z2
.930
1.000
.915
z3
.876
.915
1.000
116
VALIDITAS a. Service Climate Correlations x1 x1
Pearson Correlation
x2 1
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-
x3
.987
**
x4
.980
**
x5 **
.975
TX
.977
**
.635
**
.000
.000
.000
.000
.000
760.857
744.667
717.333
704.571
674.048
52.348
3.031
2.967
2.858
2.807
2.685
1.163
252
252
252
252
252
46
**
1
products Covariance N x2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-
.987
.000
.987
**
**
.987
.985
**
.814
**
.000
.000
.000
.000
744.667
747.472
716.111
706.333
673.778
56.630
2.967
2.978
2.853
2.814
2.684
1.258
252
252
252
252
252
46
**
1
products Covariance N x3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-
**
.980
.987
.000
.000
717.333
716.111
2.858 252
**
.980
.983
**
.730
**
.000
.000
.000
703.556
680.667
651.889
59.609
2.853
2.803
2.712
2.597
1.325
252
252
252
252
46
**
1
products Covariance N x4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-
**
.975
.987
**
.980
.000
.000
.000
704.571
706.333
680.667
2.807
2.814
252
252
.984
**
.827
**
.000
.000
685.714
644.810
81.739
2.712
2.732
2.569
1.816
252
252
252
46
**
1
products Covariance N x5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-
**
.977
.985
**
.983
**
.984
.000
.000
.000
.000
674.048
673.778
651.889
644.810
.788
**
.000 625.651
products
117
69.000
Covariance N TX
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-
2.685
2.684
2.597
2.569
2.493
1.533
252
252
252
252
252
46
**
1
**
.635
.814
**
.730
**
**
.827
.788
.000
.000
.000
.000
.000
52.348
56.630
59.609
81.739
69.000
319.326
1.163
1.258
1.325
1.816
1.533
7.096
46
46
46
46
46
46
products Covariance N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
118
b. Kompetensi Guru Correlations y1 y1
Pearson Correlation
y2 1
Sig. (2-tailed)
y3 **
.255
y4 **
.279
y5 **
.191
y6
.290
**
y7 **
.277
TY
.343
**
**
.584
.000
.000
.002
.000
.000
.000
.000
93.857
32.405
29.714
22.952
30.333
30.619
39.690
279.571
Covariance
.374
.129
.118
.091
.121
.122
.158
1.114
N
252
252
252
252
252
252
252
252
**
1
**
.091
.000
.000
.150
.000
.000
.000
Sum of Squares and Cross-products
y2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and
.255
.000
**
.315
.252
**
.452
.309
**
**
.647
32.405
171.853
45.310
40.968
12.889
67.579
48.377
419.381
Covariance
.129
.685
.181
.163
.051
.269
.193
1.671
N
252
252
252
252
252
252
252
252
**
1
Cross-products
y3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.279
**
.315
.000
.000
29.714
45.310
Covariance
.118
N
252
Sum of Squares and
**
.249
.376
**
**
.218
.221
**
**
.608
.000
.000
.001
.000
.000
120.429
33.905
44.667
27.238
28.881
330.143
.181
.480
.135
.178
.109
.115
1.315
252
252
252
252
252
252
252
**
1
Cross-products
y4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.191
**
**
.252
.249
.002
.000
.000
22.952
40.968
33.905
Covariance
.091
.163
N
252
252
**
.091
.000
.150
.000
.000
30.333
12.889
44.667
43.111
.121
.051
.178
.172
Sum of Squares and
.321
**
**
.270
.255
**
**
.604
.000
.000
.000
.000
154.317
43.111
38.206
37.730
371.190
.135
.615
.172
.152
.150
1.479
252
252
252
252
252
252
**
1
Cross-products
y5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and
.290
**
.376
.321
**
.261
.229
**
**
.579
.000
.000
.000
116.889
32.222
29.556
309.667
.466
.128
.118
1.234
Cross-products Covariance
119
N y6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
252 .277
**
252 **
.452
252 **
.218
252 **
.270
252
252
**
1
.261
.000
.000
.001
.000
.000
30.619
67.579
27.238
38.206
32.222
Covariance
.122
.269
.109
.152
N
252
252
252
252
Sum of Squares and
252 .306
**
252 **
.652
.000
.000
129.984
41.675
367.524
.128
.518
.166
1.464
252
252
252
252
**
1
Cross-products
y7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.343
**
**
.309
**
.221
**
.255
.229
**
.306
**
.624
.000
.000
.000
.000
.000
.000
39.690
48.377
28.881
37.730
29.556
41.675
142.329
368.238
Covariance
.158
.193
.115
.150
.118
.166
.567
1.467
N
252
252
252
252
252
252
252
252
**
1
Sum of Squares and
.000
Cross-products
TY
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and
.584
**
**
.647
**
.608
**
.604
.579
**
**
.652
.624
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
279.571
419.381
330.143
371.190
309.667
367.524
1.114
1.671
1.315
1.479
1.234
1.464
1.467
9.744
252
252
252
252
252
252
252
252
368.238 2445.714
Cross-products Covariance N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
120
c. Prestasi Belajar Siswa Correlations z1 z1
Pearson Correlation
z2 1
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N z2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
z3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
TZ
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
z3 **
.930
TZ **
.876
.969
**
.000
.000
.000
660.329
566.187
496.687
1731.099
2.631
2.256
1.979
6.897
252
252
252
252
1
**
.930
**
.000
.915
.979
**
.000
.000
566.187
560.901
478.401
1611.671
2.256
2.235
1.906
6.421
252
252
**
1
252 .876
**
.915
252 .956
**
.000
.000
496.687
478.401
486.901
1467.171
1.979
1.906
1.940
5.845
252
252
**
1
252 .969
**
252 **
.979
.000
.956
.000
.000
.000
1731.099
1611.671
1467.171
4833.187
6.897
6.421
5.845
19.256
252
252
252
252
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
121
Nomor Responden: ………………(diisi peneliti)
KUESIONER
A. IDENTITAS SISWA-SISWI Petunjuk: Isikan identitas asik - adik dengan jelas dan beri tanda (centang) pada kolom yang tersedia di bawah ini. Nama Umur Kelas Alamat / Telepon Rumah
: : : :
Jenis kelamin
Laki-laki
Tingkat Pendidikan
MI/SD
Jumlah uang saku
< Rp 5.000
Perempuan MTS/SMP
MA/SMA
Rp 6.000 – Rp 15.000 Rp 16.000 – Rp 25.000 Rp 26.000 – Rp 35.000 > Rp 36.000
122
B. PERTANYAAN INTI Petunjuk: Berikan jawaban adik-adik atas pertanyaan dalam kuesioner dengan memberikan tanda (centang) pada kotak yang telah tersedia. Keterangan Jawaban: SS
(5) =
Sangat Setuju
S
(4) =
Setuju
CS
(3) =
Cukup setuju
TS
(2) =
Tidak setuju
STS (1) =
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
STATEMENTS SS S CS TS STS
KOMPETENSI GURU 1. Guru memahami dan menguasai pelajaran yang diajarkan? 2. Guru dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menarik (kondusif)? 3. Guru secara rutin/berkala melaku evaluasi belajar? 4. Guru berpakaian, berbicara, dan bersikap teladan? 5. Guru membimbing siswa kearah peningkatan kecerdasan pikiran (IQ), kecerdasan emosi (EQ), dan kecerdasan rohani (ESQ) dengan teratur/konsisten? 6. Guru mampu berinteraksi dan berkomunikasi baik (efektif) dengan siswa dalam menyampaikan pelajaran? 7. Guru mampu bergaul dengan baik dalam kesehariannya? ***TERIMAKASIH***
123
Nomor Responden: ………………(diisi peneliti) KUESIONER
A. IDENTITAS TENAGA PENGAJAR Petunjuk: Berilah tanda (centang) pada pilihan jawaban yang disediakan sesuai dengan kondisi bapak/ibu. Nama : Jabatan : Alamat : Nomor Telp/Email : a. Jenis kelamin: 1. Laki - Laki 2. Perempuan b. Usia: 1. ≥ 20 tahun 2. 21- 30 tahun 3. 31- 40 tahun 4. 41- 50 tahun 5. > 50 tahun c. Lama Mengajar 1. 0 - 5 tahun 2. 6 - 10 tahun 3. 11-15 tahun 4. 16-20 tahun 5. >20 tahun d. Jenjang Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. S1 5. S2 6. S3 e. Kompensasi 1. 500.000 – 1.000.000 2. 1.100.000 – 1.500.000 3. 1.600.000 – 1.900.000 4. > 2.000.000.
124
B. PERTANYAAN INTI Petunjuk: Berilah tanda (centang) pada pilihan jawaban yang disediakan sesuai dengan pendapat bapak/ibu. Keterangan Jawaban: SS
(5) =
Sangat Setuju
S
(4) =
Setuju
CS
(3) =
Cukup setuju
TS
(2) =
Tidak setuju
STS (1) =
Sangat tidak setuju 5
4
3
2
1
STATEMENTS SS S CS TS STS IKLIM PELAYANAN (SERVICE CLIMATE) 1. Sekolah menjadikan kepentingan dan kebutuhan murid sebagai prioritas utama? 2. Sekolah menyediakan kelengkapan fasilitas sarana pembelajaran? 3. Sekolah memiliki standar proses belajar mengajar (SOP) yang baik? 4. Sekolah memberikan pelatihan dan pengembangan kepada staff dan tenaga pengajar secara berkala demi peningkatan kualitas pelayanan? 5. Sekolah memberikan apresiasi kepada staff dan tenaga pengajar yang memberikan pelayanan baik berdasarkan tingkat jabatan, pengetahuan, dan pengalaman?
***TERIMAKASIH***
125
x1
x2
x3
x4
x5
TX
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
TY
z1
z2
z3
TZ
5
5
4
5
4
23
3
5
3
5
3
5
5
29
28
28
28
84
5
4
3
3
4
19
5
4
5
4
5
5
5
33
26
25
25
76
4
5
4
5
5
23
5
5
5
4
4
5
4
32
26
26
26
78
5
4
3
4
3
19
5
5
5
5
5
5
5
35
27
27
26
80
4
4
4
3
4
19
4
3
5
3
4
3
4
26
25
25
25
75
5
4
3
3
3
18
4
3
3
3
3
4
4
24
28
27
27
82
4
5
4
4
4
21
4
3
3
3
3
3
4
23
26
25
25
76
4
4
4
3
3
18
4
4
5
4
5
4
4
30
29
28
28
85
3
4
4
3
3
17
5
4
5
4
5
4
4
31
28
27
27
82
5
4
5
5
4
23
5
3
5
3
4
4
5
29
27
25
25
77
5
4
5
4
5
23
4
4
5
3
4
4
4
28
26
25
25
76
4
4
3
3
2
16
4
3
4
3
4
3
5
26
29
28
28
85
5
4
4
4
5
22
4
4
5
3
5
3
4
28
29
28
28
85
3
4
3
3
3
16
4
4
5
4
5
4
3
29
28
27
26
81
3
5
5
5
5
23
4
4
3
2
4
3
5
25
29
28
28
85
4
4
3
4
4
19
3
5
5
5
4
4
5
31
26
25
25
76
4
4
4
4
4
20
4
3
5
3
4
4
5
28
25
25
25
75
5
5
4
5
5
24
5
4
4
4
4
5
5
31
27
27
26
80
5
5
5
5
4
24
4
4
4
3
3
4
4
26
28
27
26
81
5
5
4
4
4
22
5
4
5
3
4
3
4
28
30
28
28
86
3
4
4
5
4
20
5
4
4
3
3
4
4
27
29
28
26
83
5
5
5
4
5
24
5
4
3
3
3
3
3
24
29
27
26
82
126
5
5
5
5
4
24
4
4
5
3
4
3
3
26
27
25
25
77
5
5
5
5
5
25
4
4
3
3
4
3
3
24
27
25
25
77
5
5
5
5
4
24
4
4
5
4
5
4
5
31
27
26
26
79
4
5
5
4
5
23
4
3
4
3
5
4
4
27
26
25
25
76
5
5
5
5
5
25
4
5
3
4
4
5
4
29
26
26
26
78
5
5
5
5
4
24
5
5
5
5
5
5
4
34
27
26
26
79
5
5
5
5
4
24
4
4
4
3
5
3
2
25
28
28
28
84
4
4
5
5
4
22
5
5
4
5
5
4
5
33
29
27
26
82
5
5
5
4
4
23
4
4
5
3
4
3
4
27
26
25
25
76
4
4
4
4
4
20
5
5
4
5
5
4
5
33
25
24
24
73
4
3
4
3
3
17
3
5
4
3
4
5
4
28
25
25
25
75
5
5
5
4
4
23
5
5
4
3
4
4
5
30
25
24
24
73
4
4
4
4
4
20
4
3
3
3
3
4
5
25
25
25
24
74
4
4
4
4
4
20
3
4
3
3
2
4
4
23
27
25
25
77
4
4
4
5
4
21
5
5
5
4
4
3
5
31
25
25
25
75
5
5
4
5
4
23
5
5
5
5
5
5
5
35
26
25
25
76
5
4
4
4
4
21
5
4
4
3
4
4
4
28
25
24
23
72
5
5
5
4
4
23
5
5
5
5
5
5
5
35
25
24
24
73
5
4
5
3
4
21
5
3
4
3
5
4
4
28
25
24
23
72
5
5
5
5
4
24
4
5
4
5
4
4
4
30
26
25
25
76
4
4
4
4
4
20
4
3
4
3
4
4
4
26
25
25
25
75
3
3
4
2
2
14
5
5
5
5
5
5
3
33
26
25
25
76
4
4
4
5
5
22
5
5
4
3
5
5
5
32
27
25
25
77
5
5
4
5
4
23
5
5
4
3
5
5
5
32
30
28
28
86
127
204 203 196 192 184 979
4
5
5
5
5
5
5
34
27
25
25
77
4
4
3
5
4
4
5
29
25
24
23
72
4
5
4
4
4
4
4
29
25
24
24
73
4
5
5
5
5
5
5
34
25
25
25
75
4
3
4
4
5
5
3
28
25
25
25
75
4
3
3
3
3
3
3
22
26
26
26
78
5
4
5
4
4
3
4
29
26
25
25
76
4
2
4
5
5
3
3
26
25
25
24
74
5
3
4
3
4
4
3
26
25
25
25
75
4
5
4
4
4
5
5
31
27
26
26
79
4
4
5
5
5
5
4
32
26
26
26
78
4
4
4
4
4
5
3
28
27
25
25
77
5
3
4
3
5
5
4
29
27
27
26
80
3
4
5
4
4
3
3
26
27
25
25
77
4
3
5
5
4
5
3
29
28
27
26
81
5
5
4
4
5
5
3
31
25
25
25
75
5
5
5
5
5
5
3
33
28
28
28
84
4
3
3
4
4
3
4
25
25
25
24
74
4
3
3
3
3
3
2
21
25
25
24
74
4
3
4
3
4
3
4
25
26
26
26
78
4
4
4
4
4
4
4
28
27
26
26
79
5
5
4
3
3
5
5
30
25
25
25
75
4
4
4
4
5
5
5
31
28
28
28
84
5
3
4
5
4
4
5
30
30
28
28
86
128
5
5
4
4
5
4
3
30
26
25
25
76
4
3
5
5
3
3
4
27
27
26
26
79
4
3
5
2
4
3
4
25
25
24
24
73
5
5
5
5
5
5
5
35
25
25
24
74
4
4
4
4
4
4
4
28
25
25
24
74
4
4
4
4
4
4
4
28
27
26
26
79
4
4
4
4
4
4
4
28
25
25
24
74
4
3
4
4
4
3
4
26
25
24
23
72
3
3
3
3
4
4
3
23
29
28
28
85
5
4
4
4
4
4
4
29
28
27
26
81
3
4
4
4
4
4
2
25
29
27
26
82
4
3
4
3
3
3
3
23
27
26
26
79
4
2
4
3
4
4
3
24
27
26
26
79
4
3
4
3
4
4
4
26
27
26
26
79
5
4
4
4
4
4
3
28
25
25
24
74
4
3
3
3
4
4
4
25
25
24
23
72
4
3
4
4
4
3
3
25
27
26
26
79
5
5
4
5
3
4
4
30
25
24
24
73
3
3
3
3
3
3
3
21
30
28
28
86
4
3
5
2
5
5
3
27
29
28
27
84
4
5
5
4
4
4
5
31
29
28
26
83
5
4
4
4
4
3
3
27
29
28
26
83
5
4
4
3
5
5
5
31
29
28
26
83
3
2
3
4
4
4
3
23
29
28
26
83
129
5
3
5
4
5
3
5
30
29
27
26
82
3
2
4
3
3
4
3
22
28
27
26
81
5
4
4
4
4
4
4
29
28
27
26
81
3
5
5
2
4
3
3
25
28
27
26
81
5
4
4
4
5
4
4
30
28
27
26
81
4
4
4
4
4
4
4
28
27
27
26
80
4
4
4
3
4
4
4
27
27
27
26
80
4
3
4
4
4
4
3
26
27
27
26
80
4
5
3
3
4
4
4
27
27
26
26
79
5
5
5
5
5
4
5
34
27
26
26
79
5
5
4
5
3
5
4
31
27
26
26
79
5
5
5
5
5
5
4
34
27
26
26
79
3
4
3
3
4
3
3
23
27
25
25
77
5
4
5
5
4
5
4
32
27
25
25
77
5
5
4
2
4
5
4
29
26
25
25
76
4
5
4
4
4
4
4
29
26
25
25
76
4
4
4
2
5
5
3
27
26
25
25
76
5
5
4
4
5
5
4
32
25
25
25
75
5
5
5
5
5
5
5
35
25
24
24
73
5
3
5
4
5
4
4
30
25
24
23
72
5
5
5
4
5
4
5
33
25
24
23
72
5
5
5
3
5
5
4
32
25
24
23
72
4
5
4
3
3
5
4
28
27
26
26
79
5
5
5
4
3
5
5
32
27
26
26
79
130
4
5
4
3
3
5
4
28
27
27
26
80
4
4
5
3
4
4
3
27
27
26
25
78
5
3
4
2
3
4
3
24
27
26
25
78
4
3
3
3
3
4
3
23
29
28
26
83
4
4
5
3
4
4
3
27
23
23
23
67
4
3
5
3
3
3
3
24
28
27
26
81
4
3
5
4
4
4
4
28
29
28
27
84
4
3
3
4
4
5
4
27
29
28
27
84
4
4
3
4
4
4
4
27
25
25
25
75
4
3
4
3
4
4
5
27
27
26
25
78
4
3
3
4
4
3
4
25
29
28
28
85
5
5
5
3
4
4
4
30
27
26
25
78
5
4
4
4
4
4
4
29
27
26
26
79
4
3
3
3
4
4
4
25
25
24
23
72
5
3
5
4
5
3
4
29
27
26
25
78
5
3
4
3
5
4
3
27
26
25
25
76
4
3
3
3
4
4
3
24
29
28
26
83
4
3
4
3
3
3
3
23
27
27
26
80
4
3
4
4
4
4
4
27
24
23
23
70
4
3
4
3
4
4
4
26
25
24
24
73
4
3
4
4
4
4
4
27
27
27
26
80
5
3
4
4
5
5
4
30
27
26
26
79
4
4
5
5
5
5
5
33
27
26
25
78
5
3
5
4
5
3
4
29
27
25
25
77
131
4
3
4
2
4
4
3
24
28
27
26
81
5
3
5
4
5
5
5
32
25
24
23
72
4
3
5
4
5
5
3
29
29
28
26
83
4
4
4
4
5
5
3
29
25
25
25
75
4
3
4
4
4
3
3
25
25
25
24
74
4
4
4
4
4
4
4
28
29
28
28
85
5
3
3
3
4
3
4
25
29
28
27
84
5
3
4
3
4
3
4
26
23
23
22
68
5
3
4
4
5
5
5
31
27
25
25
77
4
5
5
4
4
4
4
30
27
26
25
78
4
3
3
4
4
5
4
27
28
27
26
81
5
4
5
4
5
5
5
33
29
28
27
84
5
5
5
4
5
5
5
34
27
27
26
80
4
3
4
3
4
3
4
25
27
25
25
77
5
3
5
4
5
4
4
30
27
26
25
78
4
5
4
3
3
4
4
27
25
25
25
75
5
4
4
3
4
5
4
29
27
26
26
79
4
3
4
4
4
4
4
27
27
26
26
79
5
4
5
5
5
5
3
32
26
25
25
76
3
5
5
4
4
5
4
30
27
26
25
78
4
4
3
2
3
4
4
24
26
25
25
76
4
4
4
4
4
5
5
30
26
25
25
76
5
5
3
4
3
5
4
29
29
28
26
83
5
5
4
3
3
5
3
28
25
25
25
75
132
4
4
4
3
4
3
3
25
27
26
25
78
5
4
4
4
4
4
3
28
29
28
28
85
4
3
3
3
4
4
4
25
27
25
25
77
5
4
4
4
4
4
5
30
30
29
29
88
4
3
4
3
3
3
4
24
26
25
25
76
4
4
4
4
4
4
4
28
25
25
25
75
4
4
4
4
4
4
4
28
29
28
28
85
4
4
3
4
4
3
4
26
27
27
26
80
4
4
4
4
4
4
4
28
27
26
26
79
4
3
3
3
3
4
3
23
29
28
26
83
5
5
5
4
5
4
4
32
25
24
24
73
5
3
3
3
5
3
4
26
27
26
25
78
4
4
4
4
4
4
4
28
30
29
28
87
5
3
4
4
5
4
5
30
27
25
25
77
5
4
5
4
4
4
4
30
30
30
29
89
4
5
4
4
4
4
3
28
27
25
25
77
4
4
3
5
5
4
4
29
29
28
27
84
4
4
4
3
4
4
3
26
27
25
25
77
5
4
4
3
3
4
5
28
27
27
26
80
5
4
5
4
5
4
4
31
29
28
26
83
5
4
4
2
4
4
4
27
26
25
25
76
4
3
4
4
5
3
4
27
30
30
29
89
4
3
3
3
4
4
4
25
30
29
28
87
4
4
5
2
4
4
3
26
29
28
26
83
133
5
5
5
3
5
5
4
32
29
28
28
85
5
4
5
4
5
4
5
32
29
28
27
84
5
4
3
4
3
5
4
28
27
26
25
78
5
5
4
3
5
5
4
31
26
25
25
76
5
4
5
3
4
5
4
30
30
30
29
89
4
3
4
3
5
3
4
26
28
27
26
81
5
3
5
4
5
3
4
29
27
26
25
78
4
4
4
3
4
4
3
26
27
26
26
79
4
3
4
3
4
3
3
24
25
24
23
72
4
3
4
3
4
4
2
24
27
25
25
77
5
5
5
3
4
4
5
31
25
24
24
73
5
4
5
5
4
4
4
31
27
27
26
80
5
5
4
3
3
4
4
28
27
26
26
79
4
4
4
4
4
3
3
26
25
25
25
75
4
3
5
3
3
3
3
24
28
27
26
81
3
3
4
2
5
4
4
25
30
28
28
86
3
2
3
4
5
3
2
22
27
26
25
78
5
3
4
5
5
4
4
30
27
26
26
79
5
3
3
4
4
3
3
25
27
27
26
80
4
5
5
3
5
5
2
29
30
29
28
87
4
4
4
3
3
4
4
26
26
25
25
76
5
5
5
4
5
5
5
34
25
25
24
74
4
4
3
4
4
4
3
26
25
24
24
73
5
5
4
3
3
4
3
27
26
25
25
76
134
4
3
3
2
4
3
3
22
28
27
26
81
4
3
4
3
3
3
3
23
30
28
28
86
4
3
4
3
5
3
3
25
28
27
26
81
4
3
3
4
4
3
3
24
28
27
27
82
4
3
4
4
4
3
4
26
28
27
27
82
4
5
4
4
3
4
3
27
27
27
26
80
5
3
4
4
3
4
3
26
29
28
27
84
4
4
4
4
4
3
4
27
28
27
26
81
4
3
5
5
4
4
3
28
28
27
26
81
5
4
5
3
3
4
3
27
25
25
24
74
3
5
5
3
3
3
3
25
29
28
26
83
4
3
3
3
3
4
3
23
25
24
23
72
4
4
4
3
4
4
4
27
25
25
25
75
4
3
4
3
4
4
4
26
29
28
26
83
4
3
4
3
3
3
3
23
27
26
25
78
5
3
4
3
4
4
4
27
27
26
26
79
4
4
4
4
4
4
3
27
25
25
24
74
4
3
4
4
4
4
4
27
27
26
26
79
4
3
4
2
4
3
4
24
29
28
28
85
3
4
4
3
3
3
3
23
25
24
24
73
5
3
5
4
4
4
4
29
26
25
25
76
5
3
4
3
4
4
4
27
27
26
25
78
4
3
4
3
4
3
3
24
28
27
27
82
3
3
4
3
4
3
4
24
25
25
24
74
135
3
3
4
3
4
5
3
25
28
27
26
81
4
4
4
3
4
4
4
27
28
27
27
82
4
3
4
3
4
4
4
26
30
29
29
88
4
3
4
4
4
5
3
27
26
25
25
76
4
3
3
4
4
3
4
25
22
22
22
66
4
3
3
3
4
3
3
23
25
24
24
73
5
3
4
3
4
4
4
27
25
25
24
74
5
4
4
3
5
5
5
31
31
31
30
92
4
3
4
4
4
4
4
27
27
27
26
80
5
3
3
3
4
4
3
25
26
25
25
76
4
3
3
4
4
3
3
24
25
25
25
75
4
3
3
3
4
3
3
23
25
24
23
72
3
3
4
4
4
4
3
25
30
28
28
86
5
4
5
5
5
4
4
32
28
27
26
81
1086 955 1038 908 1036 1006 967 6996 6791 6575 6449 19813
136