Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Muhammad Febri Rafli Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Corresponding author:
[email protected] Abstrak Penelitian bertujuan mengukur pengaruh tingkat kompetensi sosial guru di SD Negeri 057225 Lorong Siku terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah ex-post facto. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi terdiri dari semua guru dan siswa di SD Negeri 057225 Lorong Siku. Sampel penelitian yaitu 43 siswa kelas IV,V, dan IV di SD Negeri 057225 Lorong siku, ditarik dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen untuk pengumpulan data kompetensi sosial guru adalah kuesioner terstruktur yang terdiri dari item yang dikembangkan dengan empat (4) pilihan berdasarkan format Likert yang berjumlah 24 item. Prestasi belajar matematika siswa diperoleh melalui teknik dokumentasi hasil nilai Ujian Akhir Semester 2016/2017. Data penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik yang berarti bisa digunakan untuk menganalisi pengaruh variabel independen dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kompetensi sosial guru ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa dengan nilai R2 sebesar 0.094 dengan Sig. 0.045. Hal ini memperlihatkan bahwa organisasi pendidikan menengah perlu senantiasa melakukan pengembangan kompetensi tenaga pengajarnya. Dengan kompetensi yang selalu diperbaharui dan disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pendidikan terkini, para pengajar memiliki bekal lebih baik untuk membantu anak didiknya dalam mencapai prestasi yang membanggakan. Kata kunci : kompetensi sosial guru, prestasi belajar matematika PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, berilmu, berpengetahuan serta terdidik” (Uno, 2009 :11). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Djam`an Satori (2008: 21) menyatakan guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting bagi peserta didik dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Syaiful sagala (2009: 21) juga mengatakan Guru merupakan orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kualitas pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh guru. Guru merupakan figur manusia yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal mengajar, mendidik, melatih dan membimbing dalam upaya menciptakan manusia yang memiliki bobot pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menjadi bekal hidupnya kelak di kemudian hari. (Habibah, 2012). Sebagaimana yang dinyatakan dalam Dalam undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan menengah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru maka kompetensi merupakan salah satu kualifikasi terpenting yang harus dimiliki oleh setiap guru. Menurut Undang Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 10, disebutkan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan , ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Dengan kata lain kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata (Sagala, 2009: 23). Dalam penelitian ini terfokus pada kompetensi sosial guru. Kunandar (2007: 76) mengemukakan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran agar guru menjadi tokoh teladan bagi para siswa dalam mengembangkan pribadi siswa yang memiliki hati nurani, peduli dan empati kepada sesama (Hasbi, 2012). Namun masalah-masalah selalu muncul dalam kompetensi sosial guru seperti yang dikemukakan Maria Liakopoulou (2011) yaitu bahwa guru memiliki masalah berkomunikasi dengan siswa mereka dan, guru tampaknya tidak akrab dengan kegiatan administrasi dan tampaknya memiliki kesulitan bekerja sama dengan orang tua siswa. Dalam http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 131
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
penelitian lain dijelaskan bahwa Guru harus menghadapi kondisi stres dalam kehidupan kerja mereka sehari-hari dan beberapa dari mereka tidak dapat secara permanen mengatasi masalah mereka. Beberapa tekanan ini adalah masalah sosial dari hasil dari interaksi langsung antara siswa dan guru. kompetensi sosial guru cenderung menjadi sumber daya penting berkaitan dengan perilaku stres yang bertumpuk. (Uwe Peter Kanning, Wolfgang Böttcher & Christoph Herrmann, 2012). Kompetensi sosial terlihat adanya hubungan sosial dan lancarnya komunikasi yang erat antara sesama pendidik, Pendidik dengan pimpinan, pendidik dengan peserta didik, pendidik dengan orang tua peserta didik. (Feralys Novauli. M, 2015). Dalam penelitian Saparuddin dan Markas Iskandar Kompetensi sosial guru memiliki pengaruh dalam sikap bergaul secara efektif dengan peserta didik. Mereka juga mengatakan Motivasi dapat juga disebut sebagai usaha dan karena adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasarkan motivasi maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Irianto (2015) juga menegaskan Kompetensi sosial berpengaruh terhadap hasil belajar. Meskipun dari hasil penelitian Irianto (2015) penilaian mahasiwa belum memuaskan terutama yang berkaitan dengan kemampuan dosen mengenal mahasiswa dengan baik demikian pula pergaulan dosen dengan mahasiswa. Penelitian ini menganalisis apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru di SD Negeri 057225 Lorong Siku terhadap prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi siswa merupakan faktor penting sebagai tolak ukur keberhasilan lembaga pendidikan dalam menjalankan kegiatannya. Sehingga tindakan untuk mengidentifikasi faktor penting yang berpengaruh terhadap pencapainnya merupakan tindakan yang tepat untuk mengevaluasi pencapaian keberhasilan tersebut. Kompetensi Sosial Guru Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (Mulyasa, 2007: 25) mengemukakan bahwa kompetensi guru adalah a descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful ... (suatu gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti. Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Nurdin & Bakar (2011) menyatakan kompetensi sebagai suatu perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain kompetensi dapat dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibankewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Pengembangan kompetensi guru bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Bagi guru pengembangan kompetensi sangat dibutuhkan untuk menunjang karier. Bagi sekolah penilaian kompetensi dibutuhkan sebagai alat seleksi karyawan. Bagi siswa, guru yang berkompeten di bidangnya lebih membantu mereka dalam menjalani proses belajar mengajar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Syamsul Bachri Thalib (2010: 276-277) mendefinisikan kompetensi sosial guru sebagai kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kata lain kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan lingkungan sekitar. Kompetensi sosial guru memiliki sub kompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut: 1) mampu berkomukasi dan bergaul secara efektif dengan siswa. 2) mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. 3) mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali siswa dan masyarakat (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2015: 58). Menurut Cece Wijaya dalam Istarani & Intan Pulungan (2015;167) kompetensi sosial adalah sebagai berikut :a) terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik, b) bersikap simpatik, c) dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah, d) pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, e) memahami dunia sekitar (lingkungan). Sedangkan indikator kualifikasi kompetensi sosial guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Indikator Kompetensi Sosial Guru No. Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran 1 Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar pembelajaran. belakang keluarga, dan status sosial Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman ekonomi. sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. 2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah santun dengan sesama pendidik, tenaga lainnya secara santun, empatik dan efektif. kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 132
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
3
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
-
4
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
-
program pembelajaran dan kemajuan peserta didik. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Prestasi Belajar Matematika Prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Hamdani, 2011). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Sriyanti, 2011). Oleh karena itu, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar siswa perlu untuk dievaluasi karena merupakan tolok ukur keberhasilan siswa tersebut dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (Sary, 2015). Sedangkan menurut Suyanto dan Jihad (2013) kecuali bagi siswa, evaluasi prestasi tersebut bermanfaat juga bagi pengajar dan lembaga sekolah. Pada intinya, evaluasi ini merupakan tolok ukur pencapaian hasil serta sebagai alat identifikasi untuk melakukan perbaikan selanjutnya. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni,dkk 2007:5). Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut Djalal (1986:4) bahwa prestasi belajar siswa merupakan gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Prestasi belajar dalam hal ini meliputi hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Menurut Arikunto (2007: 276), nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan disetiap bidang studi. Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka, hendaknya hanya merupakan gambaran tentang prestasi saja. Prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dicapai oleh siswa, sedangkan untuk memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes tersebut yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya prestasi yang akan diperoleh siswa. Djamarah (2011) menjelaskan adanya faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi prestasi siswa. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan alami dan sosial budaya, kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru. Sedangkan faktor internal meliputi kondisi fisik, kemampuan panca indra, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. Pandangan serupa dikemukakan oleh Hadis dan Nurhayati (2012) yang menjelaskan pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap prestasi siswa. Menurut Dalyono (2007: 55) bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibagi menjadi dua, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar. Faktor ekstern merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat dan lingkungan sekitar. Faktor ekstern yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap keberhasilan prestasi belajar siswa salah satunya guru. Terdapat berbagai pendekatan untuk mengukur prestasi siswa. Beberapa peneliti menggunakan nilai rata-rata dan ada pula yang menggunakan nilai per semester atau per tingkat. Penelitian ini menggunakan mengambil nilai Ujian Akhir Semester I pada mata pelajaran matematika di SD Negeri 057225 Lorong Siku Tahun Ajaran 2016/2017. Hubungan Kompetensi Sosial Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Bagian ini membahas kajian dari penelitian terdahulu yang menganalisis hubungan antara kompetensi guru dan prestasi belajar. Baedowi (2015) menjelaskan bahwa guru bertanggung jawab untuk mendorong kemandirian siswa dalam belajar, menumbuhkan sikap dan persepsi positif terhadap belajar sehingga mampu meningkatkan prestasi dari hasil belajar siswa. Selanjutnya, Muzenda (2013) yang melakukan penelitian di Afrika Selatan menemukan bahwa pengetahuan subjek, keterampilan mengajar, kehadiran dosen, dan sikap dosen memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi akademik siswa. Penelitian Akiri (2013) di Nigeria, dengan 300 guru sebagai responden memperlihatkan bahwa guru yang efektif menghasilkan siswa yang berkinerja lebih baik. Hal serupa juga dikemukakan oleh Feralys Novauli. M (2015) http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 133
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik, dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar di mana guru tersebut tinggal. Dari penelitian lain oleh Kathleen Lynne Lane, Melinda R. Pierson Christine C. Givner (2004) menyebutkan bahwa guru-guru SMA memiliki keterampilan sosial yang lebih diperlukan untuk lebih baik sekolah daripada guru sekolah menengah pertama. Meskipun guru sekolah menengah keterampilan sosial lebih sedikit sebagai guru kelas yang baik. Terutama yang penting adalah bahwa baik sekolah menengah atau guru-guru SMA dilihat penegasan sebagai untuk keberhasilan sekolah. Adnan Hakim (2015), juga menjelaskan kompetensi sosial memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kinerja belajar. Kompetensi sosial yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi, kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan siswa, sesama guru dan staf pendidikan, orang tua / wali murid dan masyarakat, jika tidak cukup baik dan signifikan dalam membentuk kompetensi sosial. METODE Jenis penelitian ini adalah ex-post facto. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian yang dilakukan mulai bulan April 2017 ini menggunakan responden sebanyak 43 siswa dari kelas IV, kelas V dan kelas VI di SD Negeri 057252 Lorong Siku. Jumlah tersebut diperoleh dari populasi sebesar siswa dengan menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi guru adalah kuesioner berupa angket yang terdiri atas 24 item pernyataan. yang dikembangkan oleh para peneliti, berdasarkan pada empat titik skala Likert dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) yang berjumlah 37 item dengan tingkat reliabilitas instrumen adalah 0.364. Untuk instrumen prestasi belajar matematika siswa digunakan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu mengambil nilai Ujian Akhir Semester I pada T.A. 2016/2017 pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri 057225 Lorong Siku . PEMBAHASAN Pembahasan Kompetensi sosial guru berpengaruh terhadap Prestasi belajar matematika siswa SD Negeri 057225 Lorong Siku dapat didukung oleh penelitian empiris. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,045 yang kurang dari 5% (0,044<0,05) dan nilai t hitung sebesar 2,063 yang lebih besar dari t tabel 1,683 (2,063 > 1,683). Arah koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi sosial guru maka semakin tinggi prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana diperoleh juga koefisien determinasi (R2) sebesar 0.094 menunjukkan bahwa pengaruh variabel kompetensi sosial guru (X) terhadap prestasi belajar matematika siswa (Y) sebesar 9,4%. Sedangkan sisanya 90,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak jelaskan dalam penelitian ini. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, selain kompetensi guru, antara lain : fasilitas, ekstrakurikuler, metode pengajaran, motivasi, kondisi lingkungan, kondisi ekonomi, dukungan orang tua, salah jurusan, rasa terpaksa, kurikulum, psikologis, dan rasa malas. Kompetensi sosial guru dapat dilihat dari bagaimana cara seorang guru dalam hal berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain serta kemampuan menggunakan teknologi. Guru yang memiliki interaksi yang baik akan cenderung dekat dengan peserta didik. Kedekatan peserta didik dengan guru dapat menciptakan dorongan belajar pada peserta didik sehingga sehingga peserta didik mampu menghasilkan prestasi belajar yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 46,5% kompetensi sosial guru termasuk dalam kategori cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa guru sudah cukup baik dalam berkomunikasi secara lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun. Dalam hal penguasaan teknologi, guru dapat mengoperasikan secara fungsional. Kemampuan guru dalam bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua peserta didik sudah cukup efektif. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengaruh kompetensi sosial guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa SD Negeri 057225 Lorong Siku Kec.Gebang Kab.Langkat diperoleh kesimpulan bahwa kompetensi sosial guru memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh, Akiri (2013) di Nigeria, Wamala dan Seruwagi (2013) di Uganda, dan Astuty (2015) di Indonesia yang menunjukkan bahwa kompetensi guru berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa rekomendasi terkait kompetensi sosial guru dan prestasi belajar matematika siswa yang dapat dijadikan pertimbangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan yaitu guru hendaknya mengupayakan pengembangan kecerdasan sosialnya, karena kecerdasan sosial guru akan membantu memperlancar jalannya pembelajaran serta dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar. Guru hendaknya mengikuti pelatihan berkaitan dengan kompetensi sosial guru, hal ini untuk mengembangkan kompetensi sosial guru hendaknya mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan kompetensi sosial. Hal yang terpenting juga dikemukakan oleh Hasbi Ashsiddiqi (2012) yang mengatakan bagi seorang guru yaitu beradaptasi di tempat bertugas. Beradaptasi maksudnya menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dalam arti positif, bukan dalam arti mengikuti keadaan apa adanya, http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 134
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
sehingga larut integritas, beradaptasi dalam rangka untuk melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga terwujud kemajuan bersama. REFERENSI Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Akiri, A. A. 2013. Effects of Teachers' Effectiveness on Students' Academic Performance in Public Secondary Schools; Delta State - Nigeria. Journal of Educational and Social Research, 3(3), 105. Retrieved from MCSER Publishing Database. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Ashsiddiqi, M. Hasbi. 2012. Kompetensi Sosial Guru Dalam Pembelajaran Dan Pengembangannya. Ta’bid, Vol. XVII, No. 01, pp.61-67 Astuty, E. 2015. Implementation Analysis of Lecturer's Pedagogical Competence on Student's Academic Achievement. Journal of Management Research, 7(2), 152. Retrieved from Macrothink Institute Database. Baedowi, A. 2015. Manajemen Sekolah Efektif. Jakarta : PT. Pustaka Alvabet. Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, Jakarta Djalal, M.F. 1986. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang Djamarah, S. B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Habibah. 2012. Pengaruh Profesionalisme Guru PAI Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Ibnu Aqil Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Jurnal Teknologi Pendidikan, Program Studi Teknologi Pendidikan, Volume 2, No. 1. Hadis, A., dan Nurhayati, B. 2012. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hakim, Adnan. 2015. Contribution of Competence Teacher (Pedagogical, Personality, Professional Competence and Social) On the Performance of Learning. The International Journal Of Engineering And Science (IJES). Volume 4, Issue 2, pp .01-12 Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. Irianto. 2015. Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Profesional, Keperibadian Dan Sosial Yang Dimiliki Dosen Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa (Studi Empiris Pada STIIE AMM Mataram). Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, Vol 11. No. 1, pp. 46-58 Istarani, Intan Pulungan. 2015. Eksilopedi Pendidikan. Medan: Larispa Kanning, Uwe Peter, Böttcher, Wolfgang & Herrmann, Christoph. 2012. Measuring social competencies in the teaching profession – development of a self-assessment procedure. Journal for Educational Research Online, Volume 4 , No. 1, pp. 140–154 Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Press. Kurniasih, Imas dan Sani,Berlin. 2015. SuksesUji Kompetensi Guru (UKG). Surabaya: Kata Pena Lane, Kathleen Lynne, Pierson, Melinda R, & Givner, Christine C. 2015. Secondary Teachers’ Views on Social Competence: Skills Essential for Success. The Journal Of Special Education. Vol. 38, No. 3, pp. 174–186 Liakopoulou, Maria. 2011. The Professional Competence of Teachers: Which qualities, attitudes, skills and knowledge contribute to a teacher’s effectiveness?. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 21, pp. 66-78 Mulyasa, E. 2013. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. . 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya Muzenda, A. 2013. Lecturers' Competences and Students' Academic Performance. International Journal of Humanities and Social Science Invention, 3(1), 6. Retrieved from IJHSSI Database. Novauli. M, Feralys. 2015. Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Pada SMP Negeri Dalam Kota Banda Aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 3, No. 1, pp. 45- 67 Nurdin, D. dan Bakar, A. 2011. Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta Saparuddin dan Iskandar, Markas. Implementasi Kompetensi Sosial Guru Terhadap Motivasi Belajar. Jurnal Tarbawi, Volume 1, No 1, pp. 59-67 Sary, Y. N. 2015. Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Deepublish. Satori, Djam‟an,dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka Sriyanti, L. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga : STAIN Salatiga Press. Suyanto, dan Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Esensi. Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan, Jakarta : Bumi Aksara Wamala, R., dan Seruwagi, G. 2013. Teacher Competence and The Academic Achievement of Sixth Grade Students In Uganda. Journal of International Education Research, 9(1), 83. Retrieved from The Clute Institute Database. http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 135