Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 77-94
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
This study aims to compare cash flows Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange before and after the financial crisis global. The population of this study are all companies listed Indonesian Stock Exchange securities, amounting to as many as 398 companies engaged in the textile and garment sector. Variable used is the operating cash flow, investment cash flow, cash flow financing and cashflow at the end of the year. Technique of data analysis through comparative analysis. Hypothesis testing is performed using Paired-Sample T-Test with α = 5%. Data processing was performed using SPSS. The results showed that there was no significant difference between cash flow periods before and after the global crisis. Significance value (2-tailed) all variables in this study is greater than the limit specified probability is equal to 0.05.
Marzuki
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Performance, operation cash flow, cash flow financing
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
77
Marzuki
PENDAHULUAN Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan kinerja keuangan yang sehat menjadi tujuan penting, agar fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, telah mengakibatkan krisis perbankan yang parah di Indonesia. Kondisi ini mendorong dilakukannya restrukturisasi perbankan. Salah satu tumpuan program ini adalah adanya aturan tentang Rasio Kecukupan Modal, yakni Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan tujuan agar bank dapat mengembangkan aktivanya secara aman sehingga dapat mendorong pemberdayaan bank. Tingkat kesehatan suatu bank dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator. Bank Indonesia selaku Bank Regulator memberikan ketentuan mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor:6/10/PBI tanggal 12 April 2004 dan mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dimana salah satu pengawasan tersebut adalah menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan model CAMELS. Model CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitifity to Market Risk). Faktor-faktor pada rasio CAMELS merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang mendukung penilaian tingkat kesehatan bank. Disamping itu mengingat bank merupakan bidang usaha yang terkait dengan kepentingan masyarakat pada umumnya, maka bank juga mempunyai kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangannya sesuai dengan (SE BI Nomor:27/5/UPPB tanggal 25 Januari 1995 juncto Nomor:28/5/UUPB 7 September 1995). CAR merupakan salah satu indikator kesehatan permodalan bank. Penelitian aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau apakah modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhan. Dalam perhitungan kecukupan permodalan bank, bobot 78
kategori Aktiva Tetap Menurut Risiko (ATMR) berperan dalam menentukan jumlah minimum permodalan yang harus dimiliki oleh bank. Semakin kecil ATMR yang dikenakan pada satu debitur / kelompok debitur maka jumlah modal minimum yang harus disediakan bank akan semakin kecil. Singkatnya, dengan jumlah modal yang ada, penurunan ATMR akan memberikan keleluasaan bagi bank untuk melakukan ekspansi pembiayaan / financing kepada debitur. Jadi kalau ATMR bank semakin besar maka bank juga harus meningkatkan modalnya kalau tidak presentase CAR nya akan menurun. Perbandingan sederhana antara porsi modal terhadap kekayaan bank bisa dilihat dari rata-rata CAR pada bulan Maret 2006 sebesar 21,84%. Nilai tersebut jauh diatas CAR minimal 8%. Nilai CAR tersebut lebih disebabkan nilai ATMR yang masih rendah. Perhitungan bobot ATMR yang diturunkan, menyebabkan nilai CAR akan semakin kurang sensitif terhadap pertumbuhan pinjaman tersebut. Jadi ada kecenderungan nilai CAR tersebut disebabkan bank mencari penyaluran dana yang aman-aman saja. Hal ini dilakukan dengan mengalokasikasikan penyaluran dananya ke alternatif aktiva yang beresiko rendah, misalnya penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) / Obligasi pemerintah, atau dengan kata lain bank bisa saja mengurangi penyaluran kredit agar bisa menjaga nilai CAR-nya tetap tinggi. Penyaluran kredit tidak hanya berpotensi meningkatkan laba, tapi juga sering disertai peningkatan kredit macet (NPL). Peningkatan NPL juga akan mempengaruhi bank dalam penyaluran kredit pada periode berikutnya. Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada. Hal ini kemudian menyebabkan ROA (Return on Assets) perbankan juga menjadi menurun. Penurunan laba operasional sepanjang tahun 2008 tampaknya juga dipicu oleh tingkat efisiensi yang ikut berkurang. Penurunan efisiensi ini tercermin pada rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang meningkat. Dalam penelitian ini, rasio rentabilitas yang Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
diteliti hanya meliputi ROA (Return On Asset), ROE (Return On equity), NIM (Net Interest Margin) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Melihat fenomena yang terjadi pada industri perbankan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kemapanan Modal Perbankan Di Indonesia”. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah Apakah Rasio keuangan yang meliputi ROA, ROE, NIM dan BOPO berpengaruh terhadap Kemapanan Modal Perbankan di Indonesia? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Rasio keuangan yang meliputi ROA, ROE, NIM dan BOPO berpengaruh terhadap Kemapanan Modal Perbankan di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menganalisis dan menilai kinerja perusahaan dan kemajuan-kemajuan suatu perusahaan, maka rasio keuangan untuk menganalisis hal tersebut menurut Riyanto (2000:32) adalah: 1. Likuiditas, adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya tepat paa waktunya berarti “liquid” (2:1), dan sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada saat ditagih berarti Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
“illiquid”(1:2). 2. Solvabilitas, adalah menunjukkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya antara liquiditas solvabilitas ada beberapa kemungkinan keadaan yang dapat dialami perusahaan yaitu: perusahaan yang likuid dan solvabel, perusahaan yang likuid tetapi insolvabel, perusahaan yang likuid dan insolvabel dan perusahaan yang likuid tetapi solvabel. 3. Rentabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, rentabilitas diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan begitu rentabilitas dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh antara satu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi. Analisa rasio keuangan bank menurut Kasmir (2008:217) dibagi tiga jenis yaitu: 1. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang betujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya. Rasio ini terdiri dari: quick ratio, investing policy ratio, banking ratio, assets to loan ratio, investment portfolio ratio, cash ratio, loan to deposit ratio, investment risk ratio, deposit risk ratio. 2. Rasio Solvabilitas Bank yaitu ratio terdiri dari: primary ratio, risk assets ratio, secondary risk ratio, capital ratio, capital risk, capital adequacy ratio, gross yield on total assets, gross profit on total assets, net income on total assets. 3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas Bank yaitu 79
Marzuki
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu. Rasio ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, return on equity capital, return on total assets, rate return on loan, interest margin on earning assets, interest margin on loan, leverage multiplier, assets ulitilization, interest expense ratio, cost of fund, cost of money, cost of loanable fund, cost of operable fund, cost of efficiency. Rasio keuangan juga dibagi kedalam beberapa jenis dalam Muljono (2002:127) yaitu: 1. Rasio untuk mengukur likuiditas bank terdiri dari: quick ratio, investing policy ratio, banking ratio, loan to assets ratio, investment portfolio ratio, cash ratio. 2. Rasio-rasio untuk mengukur rentabilitas bank terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, return on equity capital, return on assets, net income on total assets, rate return on loan, interest marginon earning assets. 3. Rasio Risiko Usaha terdiri dari: credit risk ratio, liquidity risk, assets risk ratio/capital risk, deposit risk ratio, interest rate risk ratio. 4. Rasio Permodalan terdiri dari: primary ratio, capital ratio 1, capital ratio 2, capital adequacy ratio, capital adequacy ratio 2, capital adequacy ratio 3. 5. Rasio Efisiensi Usaha terdiri dari: leverage multiplier, assets utilization, provision for loan losses ratio 1, interest expense ratio, cost of fund, cost borrowing fund, cost of efficiency ratio. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisa rasio keuangan bank dibagi dalam beberapa jenis rasio yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktifitas, dan rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk menganalisa laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Rentabilitas adalah sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu. Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan bank dalam 80
menghasilkan keuntungan, maka dengan demikian tingkat rentabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Menurut Riyanto (2001:35) yang dimaksud dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Munawir (2001:33) rentabilitas adalah kemampuan perusahaan atau badan usaha dalam menggunakan dana yang dimiliki untuk memperoleh laba. Sedangkan menurut Nitisemito (1994:45) mengatakan bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatkan dengan prosentase. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat kita simpulkan bahwa rasio rentabilitas yang diteliti dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap kesehatan perbankan terdiri dari empat rasio yaitu: Return On Assets (ROA) Return on assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktifitas yang digunakan untuk aktifitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktifa yang dimilikinya (Widiyanto, 1993:53). Menurut Djahidin (1992:116) “return on assets” (ROA) adalah membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan dalam operasi untuk memperoleh keuntungan tersebut”. Menurut Hasibuan (2002:100) “menyatakan bahwa return on assets (ROA) adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama”. Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa return on assets adalah perbandingan keuntungan perusahaan yang diperoleh dari suatu kegiatan perusahaan dengan jumlah investasi yang digunakan dalam suatu kegiatan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
Return On Equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan salah satu tehnik untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Return on equity mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Riyanto (1994 :37) “rasio rentabilitas modal sendiri atau return on equity (ROE) merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di pihak lain”. Kemudian Gitosudarmo (2001:231) mengatakan “return on equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba”. Rentabilitas ini dapat juga dikatakan sebagai kemampuan untuk menghasilkan laba bagi suatu perusahaan dengan modal sendirinya. Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa return on equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh dari modal sendiri dalam membelanjaikegiatan usaha perusahaan. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Biaya operasional terhadap pendapatan opersional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan opersaionalnya. Dikutip dari www.scribd.com. Pendapat yang sama dapat kita lihat dalam Jaswan (2003:60) juga menyatakan BOPO adalah rasio yang membandigkan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional guna mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya operasional terhadap pendapatan opersional (BOPO) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional. Biaya operasional diperoleh dari COLF (Cost of Loanable Fund), sedangkan pendapatan operasional diperoleh dari jasa pemberian kredit bank (bunga pinjaman, appraisal fee, suoervision fee, commitment fee dll). CAR (Capital Adequacy Ratio) Rasio yang digunakan untuk menilai apakah sebuah bank mempunyai kecukupan modal maka digunakan metode CAR (Capital Adequacy Ratio). Penilaian permodalan berdasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 merupakan penilaian yang dilakukan terhadap kecukupan modal bank untuk mengantisipasi risiko masa kini dan risiko yang terjadi dimasa mendatang. Kecukupan permodalan yang dimiliki suatu bank berdasar sistem dan kebijakan perbankan tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya saja tetapi juga dilihat dari rasio kecukupan modal. Capital Adequancy Ratio (CAR) merupakan rasio yang digunakan untuk menguku seberapa besar kemampuan permodalan yang ada guna menutup kemungkinan adanya kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga Modal Bank Salah satu aspek terpenting dalam melihat kesehatan perbankan nasional adalah dengan melihat permodalan dari perbankan itu sendiri. Hal ini salah satunya dapat dilihat dengan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) atau kecukupan modal minimum. Modal adalah faktor utama pada sebuah perusahaan, karena melalui modal inilah perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan bisnisnya. Menurut Muljono (2002:236), secara populer modal dapat didefinisikan sebagai : sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan-keuntungan yang diperolehnya. 81
Marzuki
Sedangkan fungsi modal menurut Muljono (2002:236) adalah: a. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian yang tidak dapat dihindarkan b. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batasbatas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari utang penjualan asset yang tidak dipakai, dll. c. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan yang dimilki oleh para pemegang saham d. Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan bagi manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut Pokok-pokok pengaturan dalam PBI Nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bank meliputi antara lain: Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. 1. Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Kewajiban tersebut berlaku bagi bank secara individu maupun bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak. 2. Untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil resiko bank, Bank Indonesia dapat mewajibkan bank untuk menyediakan modal minimum lebih besar dari 8%. 3. Komponen modal bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal inti dan modal pelengkap, serta modal pelengkap tambahan (yang dialokasikan hanya untuk menghitung resiko pasar) setelah memperhitungkan factor-faktor tertentu yang menjadi pengurang modal. Modal inti (tier 1) 1. Bank wajib menyediakan tier 1 paling kurang 5 persen dari ATMR baik bagi bank secara individu maupun bagi bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak. 2. Tier 1 selain mencakup modal disetor dan cadanagan tambahan modal (antara lain cadanagan modal, laba tahun lalu dan tahun berjalan) juga termasuk modal inovatif. 82
3. Modal inovatif adalah instrument utang yang memilki karakteristik modal (instrument hybrid). Contoh modal inovatif: perpetual non cumulative subordinated debt dan instrument hybrid lainnya yang bersifat perpetual dan non cumulative. 4. Modal inovatif harus ≤ 10% dari tier 1.
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Modal pelengkap (tier 2) Tier 2 terdiri dari modal pelengkap level atas (upper tier 2) dan modal pelengkap level bawah (lower tier 2) Tier 2 ≤ 100% tier 1, dan lower tier 2 ≤ 50% dari tier 1. Upper tier 2 mencakup instrument modal dalam bentuk saham atau instrument modal lainnya yang memenuhi persyaratan tertentu, revaluasi asset tetap, cadangan umum asset produktif dan pendapatan komprehensif lainnya. Persyaratan tertentu upper tier 2 yang berbentuk saham atau instrument modal lainnya antara lain dapat bersifat cumulative dan dapat berupa instrument dengan call option yang hanya dapat dieksekusi paling kurang 10 tahun seteelah instrument diterbitkan dan setelah mendapat persetujuan BI. Untuk instrument yang mempunyai fitur step-up diatur persyaratan lain seperti besarnya fitur step-up yang dibatasi maksimal 100 basic point (bp) atau 50% dari marjin (credit spread) awal. Lower tier 2 mencakup saham preferen yang dapat ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu (redeemable preference shares) dan/ atau pinjaman atau obligasi subordinari yang memenuhi persyaratan tertentu,. Persyaratan tertentu lower tier 2 antara lain instrument berjangka waktu minimal 5 tahun termasuk untuk instrument diterbitkan dengan mendapat persetujuan BI. Untuk instrument yang mempunyai fitur step-up persyaratannya sama dengan fitur step-up untuk instrument upper tier 2.
Modal pelengkap tambahan (tier 3) 1. Tier 3 hanya dapat digunakan untuk menghitung risiko pasar 2. Limit tier 3 ≤ 250% dari bagian tier 1 yang Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
dialokasikan untuk menghitung risiko pasar dan tier 2 + tier 3 ≤tier 1. 3. Komponen tier 3 mencakup pinjaman subordinari jangka pendek, bagian dari pinjaman subordinari dalam tier 2 yang melebihi batas maksimum 50% dari tier 2, dan tier 2 yang tidak digunakan dengan memenuhi persyaratan tertentu. 4. Persyaratan tertentu pinjaman subordinari jangka pendek yang menjadi komponen tier 3 antara lain minimal berjangka waktu 2 tahun Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR), ATMR diperhitungkan sebagai berikut: 1. Bagi semua bank mencakup ATMR untuk resiko kredit dan ATMR untuk resiko operasional. 2. Bagi bank yang memenuhi criteria tertentu ditambah ATMR untuk resiko pasar. CAR merupakan salah satu indikator kesehatan permodalan bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko misalnya kredit yang diberikan. Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisispasi eksposur resiko di masa mendatang. CAR menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang system penilaian tingkat kesehatan bank umum, semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Hubungan Rasio Rentabilitas Terhadap kecukupan Permodalan Perbankan Penilaian rentabilitas berdasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No: 6/10/PBI/2004 merupakan penilaian yang dilakukan terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas suatu Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Penilaian ini juga mampu menggambarkan kemampuan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba melalui operasi bank secara relatif selama perode tertentu. Relatif disini mempunyai maksud bahwa besarnya laba tidak diukur secara mutlak dikarenakan perolehan laba yang besar belum tentu dapat menggambarkan kemampuan laba yang besar pula. Rasio-rasio yang diperlukan dalam faktor rentabilitas antara lain: 1. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari total asset yang dimilki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA maka menunjukan semakain besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aktiva. Sehingga kemungkinan bank untuk mengalami kondisi bermasalah semakin kecil. 2. Return On Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri yang berarti juga merupakan ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang bersangkutan. Return On Equity (ROE) merupakan tehnik lain untuk menganalisis profitabilitas perusahaan. Pengukuran Return On Equity atau rentabilitas modal sendiri dipergunakan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan dari suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Dalam perhitungannya secara umum retun on equity dihasilkan dari pembagian laba bersih dengan modal sendiri. Semakin besar ROE maka menunjukan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. Sehingga kemungkinan bank untuk mengalami kondisi bermasalah semakin kecil. 3. Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif83
Marzuki
nya yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional. Pendapatan opersional adalah penjumlahan dari pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Semakin tinggi rasio BOPO maka semakin efektif kinerja operasional perbankan. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah diuraikan diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Hi : Di duga Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap kecukupan modal perbankan di Indonesia. Ho : Di duga Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh terhadap kecukupan modal perbankan di Indonesia. METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mengambil lokasi penelitian pada industri perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Bursa Efek Indonesia dengan mengakses situs www.jsx.co.id. Untuk mendapatkan data yang akurat dalam mendukung penulisan ini penulis melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dipublikasi oleh Bank Indonesia melalui www.bi.go.id. 84
Populasi dan Sampel Pengertian populasi menurut Arikunto (2002:108) adalah keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian), sedangkan ulfa dalam www.nic.unud. ac.id mengatakan bahwa pengertian populasi adalah sekumpulan/keseluruhan anggota dari objek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar dan mempublikasikan laporan keuangan tahunannya melalui Bank Indonesia. Populasi yang diteliti terbatas pada industri perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia dari tahun 2003-2007. Sampel merupakan unit-unit yang dapat memiliki populasi secara keseluruhan. Menurut Arikunto (1998:117) menyatakan apabila subyeknya kecil atau kurang dari 100 diambil seluruhnya, sedangkan kalau besar atau lebih dari 100 maka untuk menentukan jumlah sampel dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini sampel yang akan diambil sebesar 22,5% dari 133 bank di Indonesia. Jadi jumlah sampel sebesar 30 bank. Teknik Pengumpulan Data Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan melakukan teknik studi kepustakaan (library reseach) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan pada perpustakaan. Data yang dikumpulkan termasuk pendapat para ahli, hasil penelitianpenelitian sebelumnya, teori-teori dari buku dan dokumentasi yang diambil melalui website Bank Indonesia yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berbentuk time series dari tahun 2003-2007. Metode Analisis Data Berdasarkan latar belakang penelitian dan tujuan penelitian maka metode yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data yang berbentuk angka dibahas melalui peralatan analisis dan dapat digunakan untuk melakukan penelitian ini. Dalam analisis data digunakan model regresi Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
linear berganda, dimana variabel bebasnya lebih dari satu. Adapun formulanya adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + + b2X2 + + b3X3 + + b4X4 + e Dimana: Y = Kecukupan Modal Perbankan X1 = Return On Assets (ROA) X2 = Return On Equity (ROE) X3 = Net Interest Margin (NIM) X4 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) a = Konstanta b = Koefisien Regresi e = Kesalahan Pengganggu
penerimaan hipotesis adalah: a. Jika thitung > ttabel,, maka Hi diterima dan H0 ditolak. Artimya Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara parsial terhadap Kecukupan Modal Perbankan di Indonesia. b. Jika thitung < ttabel,, maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artimya Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh secara parsial terhadap Kecukupan Modal Perbankan di Indonesia HASIL PENELITIAn
Pengujian Hipotesis Untuk melihat pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara keseluruhan (simultan) terhadap Kecukupan Modal Perbankan digunakan uji F (F test). Adapun kriteria penerimaan hipotesis adalah: a. Jika Fhitung > Ftabel,, maka Hi diterima dan H0 ditolak. Artimya Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara simultan terhadap Kecukupan Modal Perbankan di Indonesia. b. Jika Fhitung < Ftabel,, maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artimya Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh secara simultan terhadap Kecukupan Modal Perbankan di Indonesia. Untuk menguji hasil regresi terhadap hipotesis secara parsial, yaitu membuktikan apakah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara individu (parsial) mempunyai pengaruh terhadap Kecukupan Modal Perbankan akan digunakan t-test (statistik uji t). Adapun kriteria Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang investment banking, perbankan syariah serta bancassurance, Bank Mandiri menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik Negara, komersiil, usaha kecil dan mikro serta nasabah consumer. Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Berangkat dari semua perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad 85
Marzuki
untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri serta senantiasa menjadi kebanggaan Negara.
menuhi asumsi normalitas.
N o rm a l P -P P lo t o f R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d R e s id u a l
H is to g ra m
D e p e n d e n t V a ria b le : m o d a l 40
Frequency
30
20
10
0 -4
-2
0
2
R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d R e s id u a l
4
M e a n = -6 .3 9 E -1 5 S td . D e v . = 0 .9 8 6 N = 150
Gambar Grafik Histogram
Gambar di atas menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak me86
D e p e n d e n t V a ria b le : m o d a l 1 .0
0 .8
Expected Cum Prob
Uji Normalitas data Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan cara analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plooting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
0 .6
0 .4
0 .2
0 .0 0 .0
0 .2
0 .4
0 .6
O b s e rv e d C u m P ro b
0 .8
1 .0
Gambar Grafik Probablity Plot
Dari grafik normal probability plot terlihat titi-titik menyebar disekitar garis diagonal (tidak menjauhi garis diagonal) dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dari kedua grafik diatas menunjukkan bahwa secara grafik model regresi memenuhi asumsi normalitas. Disamping uji grafik pengujian normalitas data dapat juga dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov (KS Test). Apabila hasil pengujian dijumpai nilai Sig. > 0.05 bermakna data-data yang diuji dalam penelitian ini terdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai Sig. < 0.05 bermakna data tidak terdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengujian sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 1 diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,731 dengan Sig. 0,660 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa datadata yang digunakan dalam variabel penelitian terdistribusi secara normal. Uji Heterokedastisitas Asumsi yang ingin dipenuhi dari pengujian heterokedastisitas adalah homokedastisitas. Menurut Ghozali (2005) salah satu cara mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dari Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan Residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot. Bila ada pola tertentu (bergelombang, Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
Tabel 1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
150 ,0000000 ,15101633 ,060 ,060 -,043 ,731 ,660
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Tabel 2 Uji Multikolinearitas No 1 2 3 4
Variabel
Tolerance
VIF
0,457 0,519 0,841 0,853
2,188 1,927 1,190 1,172
Return On Asset Return On Equity Net Interest Margin Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
Sumber: Output SPSS versi 12,0 Tabel 3 Uji Autokorelasi Model
R
1
,715(a)
Adjusted R Square
R Square ,511
,498
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
,15309
1,943
a Predictors: (Constant), BOPO, ROE, NIM, ROA b Dependent Variable: modal Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Pada Industri Perbankan Nama Variabel Konstanta (a) Return On Assets (X1) Return On Equity (X2) Net Interest Margin (X3) Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Operasional Koefisien Korelasi (R) Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R2 F hitung F table F sig
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
B
Standar Error
T-Hitung
T-tabel
Sig.
2,428 0,478 -0,335 -0,102 -0,417
0,206 0,052 0,045 0,076 0,105
11,791 9,162 -7,387 -1,355 -3,959
1,976 1,976 1,976 1,976 1,976
0,000 0,000 0,000 0,178 0,000
= 0,715a = 0,511 = 0,498 = 37,908 = 2,43 = 0,000a
a. Predictor (Constant): Return On Asset, Return On Equity, Net Interest Margin dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional b. Dependen Variabel: Kecukupan Modal Perbankan
87
Marzuki
melebar, menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas, sebaliknya bila tidak ada yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil pengujian secara grafik sebagai berikut:
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesamaan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada Tabel 3 diatas menunjukkan nilai Durbin Watson = 1,943. Nilai ini berada pada selang 1,65 < DW < 2,35. Sehingga menurut metode pengujian Durbin Watson (DW), dapat disimpulkan bahwa autokorelasi tidak terjadi. Dengan demikian , asumsi non autokorelasi terpenuhi. PEMBAHASAN
Gambar Scatterplot Untuk Uji Heterokedastisitas
Gambar di atas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada modal regresi, dan data bersifat homokedastisitas tidak dapat ditolak. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu asumsi yang menganggap terjadinya hubungan yang erat antar variabel bebas yang diuji. Apabila masing-masing variabel bebas berkorelasi erat dengan variabel bebas lainnya, maka taksiran hasil regresi akan bias, sehingga yang diharapkan dalam penelitian adalah tidak terjadinya Multikolinearitas antar variabel bebas. Kriteria pengujian adalah apabila nilai Tolerance < 0,1 atau VIF >10 maka ada indikasi terjadi Multikolinearitas. Dari hasil pengujian diperoleh nilai tolerance masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih rendah dari 10,0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Interest Margin serta Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional tidak berkolerasi erat. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi 88
Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Setelah pengolahan data, diperoleh hasil analisis regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisa regresi pada Tabel 4 di atas maka disusun model persamaan regresi sebagai berikut: Y = 2,428 + 0,478x1 - 0,335x2 0,102x3 - 0,417x4 Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut: Konstanta sebesar 2,428 artinya jika variabel Return On assets, Return On Equity, Net Interest Margin dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dianggap konstan, Maka besarnya kecukupan modal adalah sebesar 242,8%. Nilai koefisien b1 = 0,478 menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan Return On Assets sebesar 100% maka kecukupan modal meningkat sebesar 47,8% dengan asumsi variabel independen lainnya constant. Nilai koefisien b2 = -0.335 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan Return On Equity Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
sebesar 100% maka menyebabkan kecukupan modal menurun sebesar 33,5% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Nilai koefisien b3 = -0,102 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan Net Interest Margin sebesar 100% maka menyebabkan kecukupan modal menurun sebesar 10,2% dengan asumsi variabel independen lainnya constant dan Nilai koefisien b4 = -0,417 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 100% maka menyebabkan kecukupan modal menurun sebesar 4,17% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Koefisien korelasi (R) = 0,715 atau 71,5% yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara independen variabel dengan dependen variabel yaitu sebesar 71,5% (derajat hubungan yang erat). Artinya Kecukupan Modal mempunyai hubungan yang erat dan signifikan terhadap variabel Return On assets(X1), Return On Equity(X2), Net Interest Margin(X3) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional(X4). Selanjutnya dari tabel juga diketahui koefisien determinasi (R2) sebesar 0,511 atau sebesar 51,1% artinya perubahan-perubahan dalam variabel terikat (Kecukupan Modal) mampu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam variabel bebas. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 48,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini (error term). Pengaruh Secara Parsial Pengaruh secara parsial dilakukan dengan menggunakan statistik uji t. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen secara individual. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel IV.3 yang telah ditunjukkan sebelumnya. Pengaruh ROA (X1) Terhadap Kecukupan Modal Berdasarkan hasil perhitungan terhadap signifikansi parameter b1, diperoleh nilai thitung sebesar 9,162 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,976 Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesi Hi diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Return On Assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal. Hasil penelitian ini sangat konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Netty I Siregar (2010) yang juga memperoleh hasil yang signifikan dalam menguji ROA. Nilai koefisien b1 = 0,478 menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan Return On Assets sebesar 100% maka kecukupan modal meningkat sebesar 47,8% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dari keterangan di atas dapat diketahui adanya hubungan yang positif antara variabel ROA dan CAR. Modal yang baik akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap bank, dan modal yang besar memungkinkan bank untuk menciptakan kredit yang lebih besar pula, sehingga akan meningkatkan laba. Selain itu modal yang besar akan menyebabkan semakin besar “alat pencetak laba”. Sehingga akan berpengaruh positif terhadap laba. Yang dimaksud “alat pencetak laba” disini adalah seluruh aktiva yang dapat menghasilkan laba atau sering disebut sebagai aktiva produktif. Aktiva produktif yang biasa dimiliki bank selain kredit adalah suratsurat berharga, obligasi dan penyertaan bank dalam perusahaan lain. Pengaruh ROE (X2) Terhadap Kecukupan Modal Berdasarkan hasil perhitungan terhadap signifikansi parameter b2, diperoleh nilai thitung sebesar -7,387 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,976 dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesi Hi diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Return On Equity mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kecukupan modal. Hasil penelitian ini sangat konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tanggi C Ipane (2007) dan Ranita Sitanggang (2006) yang juga memperoleh hasil bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap 89
Marzuki
CAR (Kecukupan Modal). Nilai koefisien b2 = 0.335 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar 100% maka menyebabkan kecukupan modal menurun sebesar 33,5% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Menurut Riyanto (1995:36), Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba. Jadi dalam hal ini yang di ukur hanya modal sendiri yang jumlahnya tentu lebih kecil dari jumlah modal secara keseluruhan sehingga laba yang dihasilkan dari Return On Equity tidak dibentuk ke dalam penambahan modal. Pengaruh NIM (X3) Terhadap Kecukupan Modal Berdasarkan hasil perhitungan terhadap signifikansi parameter b3, diperoleh nilai thitung sebesar -1,355 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,976 dengan tingkat signifikan 0,178 lebih besar dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung < ttabel yang berarti secara parsial hipotesi H0 diterima dan Hi ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Net Interest Margin tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal. Nilai koefisien b3 = -0.102 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan Net Interest Margin sebesar 100% maka menyebabkan kecukupan modal menurun sebesar 10,2% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini dikarenakan Penyaluran kredit tidak hanya berpotensi meningkatkan laba, tapi juga sering disertai peningkatan kredit macet (NPL). Peningkatan NPL juga akan mempengaruhi bank dalam penyaluran kredit pada periode berikutnya. Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada. Efek dari kredit macet adalah menghambat pendapatan bunga yang merupakan salah satu sumber pendapatan laba 90
perbankan. Pengaruh BOPO (X4) Terhadap Kecukupan Modal Berdasarkan hasil perhitungan terhadap signifikansi parameter b4 diperoleh nilai thitung sebesar -3,959 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,976 dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesi Hi diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kecukupan modal. Hasil penelitian ini sangat konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Netty I Siregar (2010) yang juga memperoleh hasil bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap Kecukupan Modal. Nilai koefisien b4 = -0,417 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 100% maka menyebabkan kecukupan modal menurun sebesar 41,7% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Faktor efisiensi operasional diukur dengan menggunakan rasio BOPO, yaitu kemampuan bank dalam mempertahankan tingkat keuntungannya agar dapat menutupi biaya-biaya operasionalnya. Semakin efisien operasional, maka semakin efisien pula dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Permasalahan efisiensi adalah seberapa efektif perbankan menggunakan sumber daya seperti yang telah dianggarkan dan tidak boros dalam melakukan kegiatan operasinya. Pengaruh Secara Simultan Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan statistik uji F. pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama. Berdasarkan statistic uji Fhitung sebesar 37,908 dengan tingkat signifikan 0,000 pada α = 0,05. Sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,43 dengan demikian, Fhitung > Ftabel (37,908>2,43) dan tingkat Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
signifikannya lebih rendah dari taraf signifikan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamasama (simultan) semua variabel independent (Return On assets, Return On Equity, Net Interest Margin dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecukupan modal. Dengan demikian semua variabel independen tersebut secara simultan dapat dipakai sebagai instrument penentu kecukupan modal pada perbankan di Indonesia. Kontribusi ROA, ROE, NIM dan BOPO terhadap kecukupan modal perbankan yang hanya sebesar 3790,8% dikarenakan kenaikan dan penurunan laba bank sangat dipengaruhi oleh jumlah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan bank dapat ditingkatkan dengan penanaman yang lebih terhadap aktiva yang memiliki laba besar, seperti penambahan pengucuran kredit dengan tetap berdasarkan prinsip kehati-hatian dan tetap berdasarkan pada prosedur yang ada (memperhatikan 5C, meliputi character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy). Hal ini dapat mengurangi risiko kredit. Cara lain yang dapat meningkatkan laba adalah dengan mengurangi biaya. Pengeluaran biaya yang kecil dapat dilakukan dengan cara efisiensi kerja. Diantaranya dengan meminimalkan risiko-risiko kredit, memperbaiki manajemen investasinya, efisiensi kerja karyawan dan pengurangan aktiva tetap. Dengan semakin meningkatnya laba maka kecukupan modal perbankan akan lebih terjamin dan kepercayaan nasabah akan lebih meningkat. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Kecukupan Modal Perbankan Di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian secara simultan variabel Return On Assets (ROA), Return On Equity Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
(ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Kecukupan Modal Perbankan Di Indonesia, dengan nilai Fhitung 37,908. > Ftabel 2,43. 2. Secara parsial variabel Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Kecukupan Modal Perbankan Di Indonesia dengan Nilai koefisien b1 = 0,478 menunjukkan hubungan positif (searah), Return On Equity (ROE) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif (terbalik) terhadap kecukupan modal. Variabel Net Interest Margin tidak berpengaruh terhadap Kecukupan Modal Perbankan di Indonesia. 3. Hasil pengujian ini juga menunjukkan koefisien korelasi (R) = 0,715 atau 71,5% yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara independen variabel dengan dependen variabel yaitu sebesar 71,5% (derajat hubungan yang erat). Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,511 atau sebesar 51,1% artinya perubahan-perubahan dalam variabel terikat (Kecukupan Modal) mampu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam variabel bebas. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 48,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini (error term). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang menghasilkan adanya pengaruh antara ROA, ROE, NIM dan BOPO terhadap Kecukupan Modal Perbankan, maka untuk menjalankan suatu bisnis perbankan agar tetap mendapatkan laba diantaranya dapat digunakan saran sebagai berikut: 1. Bagi semua bank hendaknya meningkatkan nilai CAR, ROA, NIUM dan BOPO. Misal dengan menambah setoran modal pemilik dan modal asing, melakukan revaluasi aktiva tetap sehingga jumlah modal akan mengalami peningkatan, atau melakukan penjualan aset yang tidak produktif yang akan mengurangi ATMR dan berdampak positif terhadap CAR. 91
Marzuki
Dengan cara-cara tersebut CAR akan meningkat, sehingga profitabilitas bank juga akan meningkat. 2. Perusahaan yang mempunyai ROA yang tinggi akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, para pemegang saham juga lebih menginginkan perusahaan dengan ROA yang tinggi karena akan meningkatkan laba yang diharapkan tanpa mengurangi pengendaliannya terhadap perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerja keuangannya agar tetap dapat mempertahankan kepercayaan krediturnya. 3. Berusaha menjaga nilai NIM pada level yang optimal dengan memperhatikan batas yang ditentukan. Sehingga akan menaikkan
92
profitabilitas dengan cara penanganan kredit yang bermasalah secara antisipatif, proaktif dan disiplin. Dengan demikian dapat secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit bermasalah, misalnya berupa penyelamatan kredit jika kondisi usaha masih baik. Selain itu kenaikan rasio LDR melalui peningkatan jumlah kredit yang dicairkan dengan tetap menggunakan prinsip kehati-hatian dapat dilakukan oleh manajemen dalam rangka meningkatkan laba bank manajemen investasinya, efisiensi kerja karyawan dan pengurangan aktiva tetap. 4. Penelitian berikutnya sebaiknya mempertimbangkan ukuran perusahaan yang mungkin mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
REFERENSI Abdulah, M.Faisal, 2005. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank, Edisi Revisi, UMM Press Malang. Agnes, Sawir, (2003), Analisis Kinerja Perusahaan dan Kinerja Keuangan, Penerbit: BPFE, Yogyakarta Arikunto, Suharsini, (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit: PT. Rineka Cipta, Jakarta Bank Indonesia, (1992), Undang-Undang No: 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. ________, (1998), Undang-Undang No: 23 Tahun 1998 Tentang Bank Sentral. ________, (2004), Surat Edaran Bank Indonesia No: 6/10/PBI Tentang Tata Cara Penilaian Bank Umum, Jakarta. ________, Direktori Perbankan indonesia 2004 edisi Juni 2005 ________, Direktori Perbankan indonesia 2005-Vol. 7, September 2006 ________, Direktori Perbankan indonesia 2007-Vol. 9, September 2008 _________, Laporan keuangan Publikasi Bank, (Online), http://www.bi.go.id/, Diakses tanggal 5 Januari 2010 Bawazier, Fuad, “Bank Century dan Berkah Krisis”, dalam Harian Umum Republika, 14 September 2009, No:247 Tahun ke 17 Djahidin, Farid EC, (1992), Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT. Ghalia Indonesia. Erich A, Helfert, (1997), Tehnik Analisis Keuangan, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Fraser, Ormiston, (2008), Analisis Rasio, (Online), http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 3 Januari 2010 Ghazali, Imam, (2005), Analisis Multivariat Dengan Menggunakan Program SPSS, Penerbit: BP UNDIP, Yogyakarta Gito, Sudarmo, (2001), Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasibuan, Malayu, S.P, (2002), Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, (2004), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Penerbit UUP AMP TKN, Yogyakarta. Kartadinata, (1993), Dasar-Dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Bumi Aksara, Jakarta. Kasmir, (2000), Manajemen Perbankan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Laporan Keuangan Perbankan, (Online), http://www.jsx.co.id/. Diakses tanggal 5 Januari 2010 Media Indonesia, 16 September 2009, Jakarta Muljono, Teguh Pudjo, 1992. Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan, Cetakan Keempat, Djambatan, Jakarta. Munawir, 2000. Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
93
Marzuki
Nitisemito, Alex. 2001. Pembelanjaan Perusahaan, Jakarta: Ghalia Indonesia. Riyanto, Bambang. (1995), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. _______, (2000), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke 4, Buku ke 1, Penerbit: Rineka Cipta, Yogyakarta _______. (2001), Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE. Santoso, Singgih, (2005), Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS, Versi 11-5, Edisi ke II, Penerbit: Elek Media Komputindo, Jakarta Sartono, Agus R, 2001, Analisis Rasio Keuangan, (Online). http://arixsthecoolest.blogspot.com. Sulaiman, Wahid (2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS contoh kasus & pemecahannya, ANDI Yogyakarta Suyatno, Thomas, et.al, (1999), Kelembagaan Perbankan, Penerbit Gramedia, Jakarta. Syamsuddin, (1992), Manajemen keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi Dalam Perusahaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Penerbit CV. Rajawali. Ulfa, Prosedur Penelitian, (Online), http://www.nic.unud.ac.id/, Diakses tanggal 3 Maret 2010 Usman, (2009), Kasus Bank Century dan Risiko Keuangan Negara, (Online), http://www. syariaheconomics.org, Diakses tanggal 26 Juni 2010 Widyanto, Gatot, (1993), Suatu Terobosan Baru Dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan, Manajemen Usahawan, Indonesia, Desember, No;12 Edisi XIII: 50-54.
94
Jurnal Visioner & Strategis