PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007) Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Ishaq Bahruni Sinukaban NIM : 105046101557
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 November 2009
Ishaq Bahruni Sinukaban
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : Ishaq Bahruni Sinukaban NIM : 105046101557
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. H. Yayan Sofyan, M.Ag NIP. 150277991
Indoyama Nasarudin, SE, MAB NIP. 19741127 200212 1 002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007) telah diujikan dalam siding Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Nopember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Desember 2009 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 19550505 198203 1 012
PANITIA UJIAN
Ketua
:Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 19710701 199803 2 002
(….…………...)
Sekretaris
:H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 19740725 200112 1 001
(………….…...)
Pembimbing I
:Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag NIP. 150277991
(………….…...)
Pembimbing II :Indoyama Nasarudin, SE, MAB NIP. 19741127 200212 1 002
(………….…...)
Penguji I
:Drs. Noryamin Aini, M.A NIP. 19630305 199103 1 002
(………....... …)
Penguji II
:Dr. Ir.M. Nadratuzzaman Hosen, Ms, M.Ec, Ph.D. (………………) NIP. 19610624 198512 1 001
ABSTRAKSI Ishaq Bahruni Sinukaban. Pengaruh Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan (Studi Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index), Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Modal kerja merupakan dana yang dipergunakan oleh perusahaan untuk melangsungkan kegiatan operasi sehari-hari. Untuk mengetahui berapa jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, manajer melakukan analisis terhadap modal kerjanya yang didasarkan kepada informasi atau laporan keuangan perusahaan, kemudian dikaitkan dengan kinerja keuangan yang diukur dengan penilaian analisis rasio keuangan. Debt to Equity Ratio (DER) termasuk bagian dari rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisis jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Selain mempertimbangkan aspek-aspek syariah, perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index juga merupakan perusahaan yang dipilih dengan mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan. Maka dari itu, pengelolaan modal kerja pada perusahaan sangat memerlukan perhatian khusus. Perusahaan juga berkepentingan untuk menjaga kinerja keuangannya dengan baik terutama Debt to Equity Ratio agar perusahaan mampu untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal kerja (current ratio, quick ratio, cash ratio, cash to total asset) terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) baik secara parsial maupun simultan, bagaimana nilai rata-rata modal kerja perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006-2007 serta mencari variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dengan pengambilan sampel bersifat purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik dengan program SPSS 12. Hasil yang didapat adalah ada pengaruh antara modal kerja (current ratio, quick ratio, cash ratio, cash to total asset) terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) secara parsial. Hubungan modal kerja terhadap kinerja keuangan cukup kuat. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja keuangan(Debt to Equity Ratio) adalah quick ratio. Rata-rata perkembangan current ratio,quick ratio, cash ratio, cash to total asset ratio dan debt to equity ratio tahun 2006-2007 mengalami kenaikan yaitu current ratio naik 1,06%, quick ratio naik1,36%, cash ratio naik 1,36%, cash to total asset ratio naik 1,38% dan Debt to Equity Ratio naik 1,15%.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada penutup segala nabi dan rasul Muhammad SAW, tauladan dan panutan bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi dari banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Atas bantuan, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Kepada Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag, dan Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, ilmu pengetahuan, koreksi serta saransarannya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. 5. Kepada Drs. Noryamin Aini, M.A dan Dr. Ir.M. Nadratuzzaman Hosen, Ms, M.Ec, Ph.D selaku penguji dalam siding Munaqosah skripsi penulis. 6. Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia yang telah menyediakan data laporan keuangan untuk kelangsungan penelitian ini. 7. Kepada ayah dan bunda tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. 8. Pimpinan serta staff Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan PDII-LIPI yang telah membantu penulis dalam melengkapi literatur guna mendukung penulisan skripsi ini. 9. Seluruh Dosen serta segenap Civitas Akademi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis.
10. My Siblings Nur Asiah S.Pd.I, Siti Fatimah SE, Ahmad Syukri dan segenap keluarga besar baik di Medan maupun Jakarta yang selalu memberikan motivasi. 11. Untuk semua sahabat, teman-teman KKS dan BAKSOS 2009, IKRH JABABODETABEK, teman-teman alumni angkatan 2005 RH Islamic Boarding School Medan, rekan-rekan Prodi Muamalat seangkatan khususnya teman-teman PS A, dan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, saran dan iringan do’anya. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kalian semua. Amin
Jakarta, 06 November 2009
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan/Manfaat Penelitian E. Review Studi Terdahulu F. Kerangka Pemikiran G. Hipotesis H. Metode Penelitian I. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja 2. Jenis-jenis Modal Kerja
3. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 4. Manfaat Modal Kerja 5. Pengendalian Modal Kerja 1. Pentingnya Pengendalian Modal Kerja 2. Komponen Modal Kerja 3. Rasio Modal Kerja B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja C. Kinerja Keuangan 1. Pengukuran Kinerja Keuangan 2. Rasio Keuangan D. Hubungan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan
BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Metode Penarikan Sampel C. Metode Pengumpulan Data D. Operasional dan Pengukuran Variabel E. Metode Analisis Data
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
B. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index C. Analisa Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Heteroskedastisitas b. Uji Autokorelasi c. Uji Multikolinearitas d. Uji Normalitas Data 3. Uji Statistik a. Persamaan Regresi Berganda b. Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t) c. Analisis Pengaruh secara Simultan (Uji F) d. Uji Koefisien Determinasi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1
Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
2. Tabel 3.2
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
3. Tabel 4.1
Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia
4. Tabel 4.2
Data Current Ratio
5. Tabel 4.3
Data Quick Ratio
6. Tabel 4.4
Data Cash Ratio
7. Tabel 4.5
Data Cash to Total Asset Ratio
8. Tabel 4.6
Data Debt to Equity Ratio
9. Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
10. Tabel 4.8
Durbin Watson Test Bound
11. Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
12. Tabel 4.10
Model Regresi Linier Berganda dan Nilai Thitung
13. Tabel 4.11
Nilai Koefisien Determinasi
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1
Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
2. Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
3. Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Current ratio
4. Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Quick ratio
5. Gambar 4.4
Grafik Perkembangan Cash ratio
6. Gambar 4.5
Grafik Perkembangan Cash to total assets ratio
7. Gambar 4.6
Grafik Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
8. Gambar 4.7
Grafik Scatterplot
9. Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas
DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran I
Data Keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007 2. Lampiran II
Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio
3. Lampiran III
Hasil Perhitungan Current Ratio
4. Lampiran IV
Hasil Perhitungan Quick Ratio
5. Lampiran V
Hasil Perhitungan Cash Ratio
6. Lampiran VI
Hasil Perhitungan Cash to Total Asset Ratio
7. Lampiran VII
Perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2006-2007
8. Lampiran VIII Statistik d Durbin –Watson 9. Lampiran IX
Tabel Uji t
10. Lampiran X
Hasil output SPSS versi 12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan arus globalisasi, perilaku bisnis pun secara cepat terus berubah. Berbagai parameter, nilai-nilai untuk memenuhi kepuasan dan selera konsumen harus terus ditingkatkan. Setiap perusahaan menginginkan bisnisnya tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Kondisi demikian mengharuskan pelaku bisnis bertindak dengan hati-hati dan cermat dalam menentukan strategi usahanya, dengan tujuan menghindari adanya langkah keliru, dan dapat mempengaruhi
kebijakan
yang
dapat
mengancam
kelangsungan
hidup
perusahaan. Sejalan dengan perkembangan manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan, setiap perusahaan seharusnya dapat memperlihatkan kebijakan dan keputusan yang akan diambil, terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah keuangan. Keuangan memegang peranan penting dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, keuangan diibaratkan “urat nadi” perusahaan. Modal adalah satu diantara faktor terpenting untuk mengoperasikan suatu perusahaan, dan selalu diperlukan setiap saat. Perusahaan memerlukan dana atau modal yang digunakan untuk membiayai/membelanjai kegiatan operasional dan investasi jangka panjang perusahaan. Adapun belanja operasional yang dimaksud adalah membeli bahan mentah, bahan pembantu, mambayar upah, gaji karyawan dengan harapan bahwa melalui penjualan, perusahaan dapat memperoleh kembali dana
yang telah dikeluarkan beserta labanya, mengingat tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan labanya, ini berarti bahwa setiap dana yang ditanam dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal serta dapat memenuhi seluruh kewajibannya. Efisiensi dalam manajemen modal kerja diperlukan untuk menjamin kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar kekayaan bagi para pemilik. Apabila manajer keuangan tidak dapat mengelola modal kerja perusahaan
secara
efisien,
maka
tidak
akan
ada
gunanya
untuk
mempertimbangkan keberhasilan dalam jangka panjang. Karena keberhasilan jangka pendek adalah merupakan prasyarat untuk tercapainya keberhasilan jangka panjang.1 Peningkatan nilai perusahaan antara lain tercermin dari peningkatan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit), maka perusahaan senantiasa menjaga kecukupan modal kerja secara seimbang dengan kebutuhan operasionalnya, sehingga perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan baik. Kesalahan pada pengelolaan modal kerja dapat mengakibatkan kelebihan atau kekurangan modal kerja, yang merupakan satu diantara penyebab kegagalan perusahaan.
1
Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan : konsep aplikasi dalam : perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan Edisi Baru-9-, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 200.
Modal kerja yang berlebihan akan mengakibatkan inefisiensi terjadi pada dana yang menganggur dan tidak produktif, yang seharusnya dapat digunakan pada satu diantara alternatif investasi yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sebaliknya dengan modal kerja yang kurang akan mengganggu kegiatan produksi dan penyediaan jasa, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo, dan mengganggu kelancaran aktivitas perusahaan, yang dapat mengakibatkan kerugian perusahaan. Efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan tingkat keuntungan dari investasi, dengan modal kerja yang cukup besar, belumlah tentu perusahaan memperoleh profit yang cukup tinggi, bila dengan pengelolaan modal kerjanya yang tidak efisien dan efektif. Sebaliknya dengan modal kerja yang relative kecil akan ada kemungkinan perusahaan mendapatkan profit yang tinggi, bila cara mengelola modal kerjanya dilakukan dengan baik. Mengingat seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index merupakan
perusahaan
yang
cukup
besar,
yang
dipilih
dengan
mempertimbangkan faktor-faktor tertentu diantaranya perusahaan-perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti : usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram dan usaha yang memproduksi, mendistribusi
dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 29 :
šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷/t Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ ∩⊄∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts? tã ¸οt≈pgÏB Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. Ayat diatas menunjukkan larangan memakan harta dengan jalan yang batil, termasuk dalam usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi serta memproduksi, mendistribusi dan memperdagangkan makanan,minuman, barangbarang ataupun jasa yang tergolong haram dan bersifat mudarat. Oleh karena itu prinsip-prinsip Islami sangat penting diaplikasikan pada setiap aspek kehidupan khususnya dalam kegiatan ekonomi, termasuk transaksi di bursa saham. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) juga merupakan perusahaan yang dipilih dengan mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan. Maka dari itu, pengelolaan modal kerja dalam perusahaan sangat memerlukan perhatian khusus. Perusahaan juga berkepentingan untuk menjaga kinerja keuangannya dengan baik terutama pada Debt to Equity Ratio agar perusahaan mampu untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis modal kerja serta kemampuan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index untuk membayar semua kewajibannya. Penulisan ini didasarkan pada penelitian atas laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia, dengan judul “PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007)’’ B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk dapat mengetahui pengaruh Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan
pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, penulis
memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Rasio Modal Kerja yang akan dijadikan variabel independen pada penelitian ini adalah Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), Rasio kas terhadap kewajiban lancar (Cash Ratio) dan rasio kas terhadap total aktiva (Cash to total assets ratio). 2. Untuk mengukur kinerja keuangan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan akan dijadikan sebagai variabel dependen. 3. Tempat penelitian akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia.
4. Perusahaan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index yang akan diteliti yaitu pada laporan keuangan untuk tahun 2006 dan 2007 yang tersedia lengkap. 5. Laporan keuangan yang tersedia dinyatakan dalam rupiah. 2. Perumusan Masalah 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio)? 2. Bagaimana pengaruh Modal Kerja (Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dan Cash to Total Assets Ratio) terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio) jika dianalisa secara parsial? 3. Dari keempat variabel modal kerja tersebut manakah yang mempunyai pangaruh paling dominan terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio)? C. Tujuan Penelitian a) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio). b) Untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja (Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dan Cash to total assets ratio ) terhadap Kinerja Keuangan (DER) jika dianalisa secara parsial. c) Untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Kinerja Keuangan (DER).
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian a) Bagi Penulis, sebagai pembelajaran dalam menganalisis suatu laporan keuangan dan diharapkan hasil penelitian dapat menambah kemampuan berfikir dan menambah ilmu pengetahuan yang berharga. b) Bagi Akademisi, sebagai bahan bacaan dan menambah referensi yang belum ada pada perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. c) Bagi Perusahaan, sebagai bahan masukan untuk merencanakan perbaikan kinerja keuangan perusahaan, khususnya dalam usaha memenuhi semua kewajibannya Debt to Equity Ratio (DER). d) Bagi Mahasiswa dan Masyarakat, sebagai bahan bacaan yang relevan dengan ilmu yang dipelajari maupun sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. E. Review Studi Terdahulu Untuk
mendukung
materi
dalam
penelitian
ini,
penulis
akan
mengemukakan beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini : 1. Oktaviani, mahasiwa program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Industri Properti (BEJ)”. Dalam penelitiannya digunakan 4 sub variabel bebas dari variabel modal kerja yaitu X1 (Current Ratio), X2 (Cash to Revenues Ratio), X3 (Quick Asset To Revenues Ratio), X4 (Current Asset To Total Asset Ratio) dan yang digunakan
pada variabel terikatnya adalah rasio Net Profit Margin dari variabel profitabilitas. Objek penelitian ini didasarkan pada Industri Properti Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2003. Dalam hasil analisisnya menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan antara keempat variabel modal kerja dengan profitabilitas (Net Profit Margin). Perbedaan : Penelitian penulis ini menganalisis pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia untuk laporan keuangan tahun 2006-2007. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel modal kerja (X) sebagai variabel bebas yang terdiri dari sub variabel X1 (Current Ratio), X2 (Quick Ratio), X3 (Cash Ratio) dan X4 (Cash to total assets ratio) dan variabel kinerja keuangan yang menggunakan Debt to Equity Ratio dari variabel solvabilitas sebagai variabel terikat. Persamaan : Persamaan penilitian ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang modal kerja. Metode penelitian yang digunakan juga memiliki kesamaan yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Selain itu, tingkat signifikansi yang digunakan juga memiliki kesamaan yaitu 5%. 2. Bintang Dwi Ramadhan, mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama Bandung dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja
terhadap Rentabilitas pada PT. Pos Indonesia (PERSERO)”. Penelitian ini menganalisis pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas pada PT. Pos Indonesia (PERSERO) tahun 1999-2002. Variabel yang menjadi bahan penelitian ini adalah variabel modal kerja (X) sebagai variabel bebas dan rentabilitas (Y) sebagai variabel terikat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik korelasi dan determinasi, pengujian dilakukan dengan uji t dengan tingkat signifikansi atau taraf nyata 5%. Adapun hasil pengujian secara statistik ternyata modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang ini menganalisis pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia untuk laporan keuangan tahun 2006-2007. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel modal kerja (X) sebagai variabel bebas yang terdiri dari sub variabel X1 (Current Ratio), X2 (Quick Ratio), X3 (Cash Ratio) dan X4 (Cash to total assets ratio) dan variabel kinerja keuangan yang menggunakan Debt to Equity Ratio sebagai variabel terikat. Metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis deskriptif serta perhitungan regresi
berganda. Pengujian dilakukan dengan uji asumsi klasik serta uji t dan uji F dengan tingkat signifikansi 5%. Persamaan : Penelitian ini dengan penelitian sekarang memiliki kesamaan diantaranya adalah meneliti tentang modal kerja, menggunakan tingkat signifikansi 5% dalam pengujian secara parsial. 3. Temi Apriani, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Widyatama Bandung dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Investasi dalam Aktiva Tetap dan Modal Kerja terhadap Profitabilitas PT. Telekomunikasi Indonesia periode 2001-2005”. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh investasi dalam aktiva tetap dan modal kerja terhadap profitabilitas. Adapun objek penelitian ini pada PT. Telekomunikasi Indonesia untuk tahun 2001-2005. Variabel yang menjadi bahan penelitian ini adalah variabel investasi dalam aktiva tetap (X1) dan investasi dalam modal kerja (X2) sebagai variabel bebas dan variabel terikatnya yaitu variabel profitabilitas dengan menggunakan rasio Return On Investmen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Perbedaan : Penelitian yang dilakukan penulis sekarang ini menganalisis pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia untuk laporan keuangan tahun 2006-2007. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel modal kerja (X) sebagai variabel bebas yang terdiri dari sub variabel X1 (Current Ratio), X2 (Quick Ratio), X3 (Cash Ratio) dan X4 (Cash to total assets ratio) dan variabel kinerja keuangan yang menggunakan Debt to Equity Ratio sebagai variabel terikat. Metode penelitiannya menggunakan metode kuantitatif dengan perhitungan regresi berganda. Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik. Persamaan : Penelitian yang dilakukan Temi Apriani dengan penelitian penulis memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti tentang modal kerja. F. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya tentu membutuhkan dana yang cukup agar kontinuitas perusahaan dapat berjalan dengan baik. Disamping itu pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien pun menjadi salah satu kunci di dalam keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keberhasilan suatu perusahaan akan lebih mudah dicapai dengan adanya perencanaan yang matang sebelum proses produksi dimulai, seperti pencarian
sumber-sumber daya yang berkualitas dan pengendalian dalam hal kualitas serta dengan adanya perluasan modal kerja. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari semakin berkembang dan tumbuhnya suatu perusahaan. Pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia, modal kerja merupakan unsur yang berperan dalam menghasilkan pendapatan. Tingginya investasi perusahaan yang tercermin dalam aktiva lancar menunjukkan hal tersebut. Seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index harus menyediakan modal kerja untuk menjalankan kegiatan sehari-hari yang digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya, seperti pembayaran gaji, upah, biaya perawatan, biaya perbaikan, pembelian bahan dan biaya-biaya lainnya. Selain itu dengan modal kerja yang cukup perusahaan juga dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya. Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia. Untuk meningkatkan kepercayaan investor tersebut, para investor yang ingin melakukan investasi pada saham Jakarta Islamic Index dapat menilai kinerja keuangan yang diukur dari rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan perusahaan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio
keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Modal Kerja merupakan dana yang dipergunakan oleh perusahaan untuk melangsungkan kegiatan operasi sehari-hari. Rasio-rasio keuangan dari modal kerja yang digunakan sebagai variabel-variabel independen adalah Current Ratio(X1), Quick Ratio(X2), Cash Ratio(X3), Cash to Total Asset(X4). Sedangkan untuk mengukur kinerja keuangan, penulis menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel dependen. Adapun alur pemikiran hubungan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut : 1. Current Ratio Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, aktiva lancar meliputi kas, efek persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang harus segera dibayarkan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kinerja keuangan tersebut semakin baik. Apabila dikaitkan Current ratio terhadap Debt to Equity Ratio yaitu jika Current ratio naik, belum menjadi ukuran bahwa Debt to Equity Ratio juga akan
mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika current ratio naik sedangkan Debt to Equity Ratio turun akan membawa dampak yang baik bagi perusahaan karena jika perusahaan memiliki tingkat Debt to Equity Ratio yang tinggi berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya berarti perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menutupi hutang-hutangnya. Apabila semakin rendah Debt to Equity Ratio berarti perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Current Ratio membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar, apabila rasio semakin naik berarti perusahaan semakin mampu untuk memenuhi kewajibannya dan akan mempengaruhi penurunan Debt to Equity Ratio yang berarti perusahaanpun akan mampu menutupi kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal ini kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index akan semakin baik sehingga investorpun semakin yakin untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. 2. Quick Ratio Quick Ratio adalah hasil pembagian antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan jangka yang sangat pendek. Quick ratio hanya memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan uang tunai. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik, karena perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka sangat pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan tetapi belum tentu kondisi kinerja keuangan yang diukur oleh Debt to Equity Ratio akan semakin baik. Quick
ratio yang membandingkan aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban akan dapat mempengaruhi kenaikan Debt to Equity Ratio perusahaan karena dengan adanya pengurangan persediaan walaupun persediaan bukan termasuk aktiva paling likuid dalam aktiva lancar namun hal ini dapat mempengaruhi terhadap kondisi solvabilitas perusahaan. Oleh karena itu, jika rasio ini naik berarti perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban jangka sangat pendek tepat waktu tapi akan mempengaruhi kenaikan Debt to Equity Ratio perusahaan yang berarti perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menutupi kewajiban jangka panjangnya. Apabila Debt to Equity Rationya naik berarti kinerja perusahaan dinilai kurang baik. 3. Cash Ratio Cash ratio yang tinggi akan semakin baik bagi suatu perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.2 Mengingat kembali komponen aktiva lancar, jika piutang usaha dinilai akan sulit tertagih (kredit macet), komponen aktiva lancar yang benarbenar siap dicairkan hanyalah kas dan surat berharga jangka pendek. Jadi, rasio kas mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bilamana persediaan diperkirakan lama terjual dan piutang lama tertagih, maka sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas.3
2
Agnes Sawir, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 147. 3 Handono Mardiyanto, “Intisari Manajemen Keuangan” (Jakarta :PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 56.
Rasio kas membandingkan kas dan surat berharga jangka pendek dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio ini akan semakin bagus karena perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu. Selain itu juga akan mempengaruhi penurunan Debt to Equity Ratio. Apabila Debt to Equity Ratio semakin kecil maka perusahaan akan mampu menutupi hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang dari naiknya rasio kas tersebut. Dalam hal ini kondisi kinerja keuangan perusahaan akan semakin baik. Akibatnya investor akan semakin yakin untuk berinvestasi pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. 4. Cash to Total Asset Cash to total asset ratio merupakan rasio modal kerja yang membandingkan jumlah kas dengan total aktiva. Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap.4 Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik dalam memenuhi kewajiban hutang-hutang perusahaan. Akan tetapi cash to total asset ratio yang tinggi belum menjadi ukuran bahwa kinerja keuangan yang diukur oleh debt to equity ratio akan semakin baik. Karena apabila cash to total asset ratio naik maka debt to equity ratio juga akan naik. Apabila debt to equity ratio naik berarti menunjukan kondisi solvabilitas perusahaan semakin buruk karena perusahaan
4
Agnes Sawir, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perusahaan”(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 147.
Perencanaan
Keuangan
akan mengalami kesulitan dalam menutupi hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Debt to Equity Ratio Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya menunjukkan “solvabilitas” suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang “solvabel” berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid.5 Debt to equity ratio adalah rasio pengukur leverage perusahaan. Debt to equity ratio menunjukan struktur permodalan suatu perusahaan, merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio, semakin besar persentase modal asing yang digunakan dalam operasional perusahaan, atau semakin besar debt to equity ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Debt to equity ratio yang semakin tinggi menunjukkan semakin besarnya proporsi hutang terhadap ekuitas, sehingga mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi dan risiko yang harus ditanggung investor juga akan semakin tinggi. Pada akhirnya investor akan menghindari saham perusahaan yang memiliki debt to equity ratio yang tinggi. Semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa
5
Bambang Riyanto, Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4(Yogyakarta : BPFEYOGYAKARTA, 2001),h. 32.
perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Solvable suatu perusahaan, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut semakin bagus. Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI)
Jakarta Islamic Index (JII)
Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2006-2007
Rasio Modal Kerja
Current Ratio (X1)
Quick Ratio (X2)
Cash Ratio (X3)
Cash to total assets (X4)
Kinerja Keuangan = Debt to Equity Ratio (Y)
Uji Asumsi Klasik
Uji Statistik : Regresi Linier Berganda Y = a + b1x1 + b2x2 +b3x3 + b4x4 + єi Analisis secara parsial dan uji koefisien determinasi
G. Hipotesis Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : b1 = 0 :Variabel modal kerja (Current ratio, Quick ratio, Cash ratio, Cash to total asset) tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio). Ha : b1 ≠ 0 : Variabel modal kerja (Current ratio, Quick ratio, Cash ratio, Cash to total asset) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio). H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan hasilnya.6 Kemudian membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. 2. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia, pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2006-2007.
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII (Jakarta: PT Rinela Cipta, 2006), h. 12.
3. Teknik Penulisan Teknik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. 4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif khususnya data diskrit, yaitu data yang diperoleh dari perhitungan.7 Adapun sumber data pada penelitian ini bersumber dari data sekunder, yaitu berupa data laporan keuangan perusahaan per 30 Desember untuk perhitungan rasiorasio modal kerja dan rasio keuangan yang diteliti. Data penelitian yang digunakan adalah data pertahun atau per 30 Desember dari laporan keuangan dengan rentang waktu yang dijadikan analisa adalah dari tanggal 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2007. 5. Teknik Analisa Data Analisa data dengan menggunakan program SPSS 12. Data diinput dan selanjutnya output dari program SPSS 12 tersebut dianalisa dengan uji asumsi
klasik
(Heterokedastisitas,
Autokorelasi,
Multikolinearitas,
Normalitas) dan juga diuji secara statistik (Persamaan regresi berganda, Analisa pengaruh secara parsial dan uji koefisien determinasi).
7
Boediono, Teori dan Aplikasi: Statistika dan Probabilitas, (Bandung: Rosda, 2002), h. 6-7.
I. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi, maka akan disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan, akan memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis, akan memuat tentang pengertian modal kerja, Jenisjenis modal kerja, sumber dan penggunaan modal kerja, pengendalian modal kerja, kinerja keuangan dan hubungan modal kerja terhadap kinerja keuangan.
BAB III Metode Penelitian, akan memuat tentang ruang lingkup penelitian, metode penarikan sampel, prosedur pengumpulan data, operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisa data. BAB IV Gambaran umum objek penelitian dan analisa hasil penelitian, akan memuat tentang gambaran umum Bursa Efek Indonesia, Jakarta Islamic Index dan analisa hasil uji signifikansi. BAB V
Penutup, akan memuat kesimpulan dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Gitman memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut :“working capital is current assets, which represent the portion of investment that circulates from one form to another in the ordinary conduct of business.”8 Dari pengertian diatas, modal kerja adalah aktiva lancar, yang menghadirkan bagian investasi yang beredar dari satu bentuk ke lain bentuk yang biasa melakukan bisnis. Menurut Dewi Astuti dalam bukunya “Manajemen Keuangan Perusahaan”, modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dijual, persediaan dan piutang. Jadi modal kerja adalah dana yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam
8
Lawrence.J Gitman, Principle of Managerial Finance (Addison-Wesley, 2003), h. 598.
aktiva lancar.9 Bambang Riyanto mengemukakan modal kerja dengan beberapa konsep sebagai berikut10 : 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansiil yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan
untuk
membiayai
operasinya
perusahaan
untuk
menjaga
likuiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah
9
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), h.
156. 10
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 ( Yogyakarta : BPFEYogyakarta, 1995), h.57-58.
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). Menurut Stephen A Ross, Randolf W Westerfield dan Bradford D Jordan, modal kerja bersih (net working capital) adalah selisih antara asset lancar sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Modal kerja bersih akan positif ketika aset lancar lebih besar dari kewajiban lancar. Berdasarkan definisi tentang aset lancar dan kewajiban lancar, hal ini artinya kas yang akan tersedia sepanjang masa 12 bulan kedepan akan melebihi jumlah kas yang harus dibayarkan sepanjang masa yang sama. Karena alasan ini, modal kerja bersih biasanya akan positif pada sebuah perusahaan yang sehat.11 3. Konsep Fungsionil Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current 11
Stephen A Ross, dkk, Pengantar Keuangan Perusahaan Corporate Finance Fundamentals Edisi 8 Terjemahan yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Rafika Yuniasih dan Christine (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 31.
income”. Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future income). Dalam hubungan ini, Bambang Riyanto juga memberikan definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income (sebagai lawan dari future income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut. Menurut Sofyan Syafri Harahap, modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja ini merupakan ukuran tentang keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek. Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar. Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal. Penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dan modal naik.12 2. Jenis-Jenis Modal Kerja Agnes Sawir menggolongkan modal kerja dalam 2 (dua) jenis : a) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha, dan dapat dibedakan dalam :
12
Sofyan Syafri Harahap, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”(Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 1997), h.288.
1) Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. 2) Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja diperlukan untuk menyelenggarakan produksi normal dalam artian yang dinamis. b) Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai perubahan keadaan, dan dapat dibedakan dalam : 1) Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. 2) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang berdasarkan perubahan karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.13 3. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Apabila sumber lebih besar dari pada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaan lebih besar dari pada sumber, berarti terjadi penurunan modal kerja. a. Sumber Modal Kerja Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah: 1) Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham.
13
Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001),h.132.
2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3) Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya. b. Penggunaan Modal Kerja Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut : 1) Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. 2) Pembayaran utang-utang jangka panjang. 3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.14 4. Manfaat Modal Kerja Modal kerja harus cukup besar, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Menurut S.Munawir, keberadaan modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa manfaat : 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena kurangnya aktiva lancar. 2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya. 14
Agnes Sawir, Ibid,h.140-142.
3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan-kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit yang lebih menarik bagi pelanggan. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.15 5. Pengendalian Modal Kerja 1. Pentingnya Pengendalian Modal Kerja Setiap perusahaan perlu mengendalikan modal kerjanya agar dapat mengetahui apakah modal kerja perusahaan sudah sesuai dengan yang direncanakan. Disamping pengendalian, pengelolaan modal kerja juga dibutuhkan karena aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari total aktiva, umumnya sekitar 40%. Perusahaan harus mampu menyediakan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan usahanya. Kelebihan modal kerja akan menyebabkan inefisiensi, karena terjadi dana yang menganggur, disisi lain bila kekurangan dana dapat menimbulkan kesulitan bagi perusahaan.
15
S.Munawir, Analisis Laporan Keuangan(Yogyakarta :Liberty,2002),h.116.
2. Komponen Modal Kerja Komponen modal kerja meliputi semua aspek pengelolaan dan pengendalian aktiva lancar dan kewajiban lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu pendek, terdiri dari kas dan surat berharga, piutang dagang dan persediaan. 1) Kas Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Tersedianya uang kas yang cukup akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika sewaktu-waktu harus mengadakan transaksi dengan pihak ketiga, yang nantinya menghasilkan keuntungan. Disamping itu dengan tersedianya uang kas yang cukup akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam keadaan darurat. Yang dimaksud uang kas adalah uang tunai yang tersedia di perusahaan maupun yang berada di bank. Uang kas dapat digunakan untuk operasi perusahaan sehari-hari, memiliki barang dan jasa yang diharapkan juga memenuhi kewajiban perusahaan. 2) Surat berharga Perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya untuk membeli surat berharga. Pembelian ini bertujuan untuk menjaga likuiditas juga merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu apabila perusahaan membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kewajiban yang mendesak, perusahaan dapat segera menjual kembali surat-surat berharga tersebut.
3) Piutang Dagang Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual secara kredit. Penjualan kredit dimaksudkan untuk memperbesar volume penjualan. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang yang kemudian pada hari jatuh tempo pembayaan piutang tersebut adalah penerimaan kas. Pengaturan piutang ditujukan agar kredit yang diberikan dapat tertagih tepat pada waktunya. Oleh karena itu manajemen piutang perlu diperhatikan sebaik-baiknya. 4) Persediaan Persediaan disini merupakan bagian-bagian yang ada pada perusahaan yang pada suatu saat akan dijual. Bagi suatu perusahaan, persediaan merupakan elemen modal kerja yang utama, yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Penentuan besarnya persediaan barang atau alokasi modal dalam persediaan merupakan masalah penting karena mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan berapa besarnya persediaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.16
16
Bintang Dwi Ramadhan, “ Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Perusahaan pada PT.Pos Indonesia (PERSERO) Bandung.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2005), h.18-19.
3. Rasio Modal Kerja Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam. Masalah
likuiditas
berhubungan
dengan
masalah
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Sebuah perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya digolongkan sebagai perusahaan “likuid”. Sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya maka perusahaan tersebut dikatakan “illikuid”. Adapun rasio yang biasa digunakan untuk menghitung modal kerja adalah sebagai berikut: a) Kecukupan Aktiva Lancar17 Aktiva lancar perusahaan merupakan tolak ukuran yang paling kasar yang menunjukkan adanya dana likuid yang segera menjadi kas dan tersedia untuk membayar tagihan-tagihan. Rasio yang dapat digunakan adalah: 1. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio) Rasio ini untuk mengukur kesanggupan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya dengan jumlah aktiva dan hutang lancar. Rasio yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat membayar tagihannya pada masa mendatang. Rasio yang tinggi mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan. 17
Agnes Sawir, Ibid,h.144-145.
Current Ratio =
Current Assets ------------------------------Current Liabilities
2. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mengindikasikan kebijakan piutang berlebihan atau persediaan yang besar. Current Assets Current Assets to Total Asset Ratio = -------------------------Total Assets 3. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan Dengan adanya penjualan, maka terdapat tagihan untuk dibayar, piutang untuk didanai dan persediaan untuk mendukung penjualan. Besarnya aktiva haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu, memungkinkan pengiriman barang yang cepat, dan pemberian kredit dengan syarat kredit yang kompetitif, sehingga aktiva lancar seharusnya tumbuh secara professional dengan penjualan atau menurun apabila penjualan berkurang. Quick Assets Quick Assets To Revenues Ratio = ---------------------Revenues
b) Kecukupan Quick Asset18 Quick Asset terdiri dari kas dan piutang dan merupakan aktiva paling likuid dalam neraca, dengan menggunakan kas dan piutang, likuiditas dapat diukur dengan lebih tepat dari pada aktiva lancar. 1) Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling likuid terhadap kewajiban lancar. Adapun rumus yang dipakai adalah :
Quick Ratio =
Quick Assets -------------------------Current Liabilities
2) Rasio quick assets terhadap total aktiva Sebuah perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran total aktivanya. Rasio ini menunjukkan besar kas dan piutang dalam bauran total aktivanya. Quick Assets Quick Assets To Total Asset Ratio = ---------------------Total Assets 3) Rasio quick assets terhadap penjualan Kas dan piutang yang cukup juga diperlukan untuk mendukung penjualan. Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila
18
Agnes Sawir, Ibid,h.145-146.
penjualan meningkat. Rasio ini juga menunjukkan kas dan piutang yang berlebihan bila penjualan menurun. Quick Assets Quick Assets to revenues ratio = ---------------------Revenues c) Kecukupan Kas19 Kebanyakan perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin tetapi menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan. Efek-efek tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan rasio untuk menghitung kecukupan kas. Rasio-rasio yang dapat berguna untuk keperluan analisis ini adalah: 1) Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio) Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap kewajiban lancar. Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.
Cash Cash Ratio = --------------------------------Current Liabilities
19
Agnes Sawir, Ibid, h.146-147.
2) Rasio kas terhadap total aktiva Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. Hal ini dapat diukur dengan rasio dibawah ini:
Cash to total assets =
Cash ----------------------Total Assets
3) Rasio kas terhadap penjualan Bila perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu ditingkatkan. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya.
Cash to revenues ratio =
Cash -----------------Revenues
d) Arus dana dari persediaan20 Penting bagi sebuah perusahaan memiliki arus kas yang cukup dari kegiatan operasinya. Apabila perusahaan tidak menjual persediaan, maka tidak akan ada piutang. Apabila piutang tidak dilunasi, perusahaan tidak memiliki kas. 1) Perputaran persediaan dalam kas (Inventory turnover in cash) Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaannya.
20
Agnes Sawir, Ibid,h.148.
Revenues Inventory turnover in cash = -----------------Inventory 2) Perputaran persediaan dalam unit (Inventory turnover in unit) Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini mengukur perputaran fisik persediaan. COGS Inventory turnover in units = ---------------Inventory e) Kecukupan Modal Kerja21 Modal kerja bersih, selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar, adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan menggunakan rasio: 1) Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (total assets to net working capital) Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi.
Total Assets Total assets to net working capital= ------------------------------Net Working Capital
21
Agnes Sawir,Ibid.h.150-151.
2) Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih (current liabilities to net working capital ratio) Rasio ini merupakan ekspresi alternative dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas rendah. Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi. Current Liabilities Current Liabilities to net working capital=-----------------------Net working capital
3) Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio) Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, rasio yang rendah menunjukkan likuiditas tinggi.
Revenues Working capital turnover = -----------------------------Net Working Capital
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja memang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu dalam menentukan besarnya besarnya modal kerja yang dibutuhkan, menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Besar kecilnya skala usaha perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal yang terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para pelanggan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan. 2. Aktivitas perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan
barang
dagangan,
sedangkan
perusahaan
yang
menjual
persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual. 3. Volume Penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja pun akan meningkat, demikian pula sebaliknya. 4. Perkembangan Teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang
mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat dicapai, selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar. 5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah
modal
kerja
yang relatif besar
mempunyai
kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.22
C. Kinerja Keuangan Suatu kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dan berbagai bidang, baik pemasaran, produksi, distribusi, human resources, keuangan dan lain-lain.23 Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi
22
Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan Dua (Jakarta : Literata Lintas Media,2002),h.157. 23 Sayekti Suindyah D, “Penggunaan Rasio Keuangan untuk pengelompokan perusahaan dari segi kinerja keuangan Pada Industri Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya.” (Fakultas Ekonomi Darul ‘Ulum Jombang, 1998), h. 49.
keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.24 Untuk melakukan analisis perusahaan, disamping dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.25 Salah satu analisis untuk membuat perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. 1. Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan merupakan 24 Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani. “Analisis Ratio Keuangan terhadap perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ.” (Laporan Penelitian Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, 2005), h. 105. 25 Umi Murtini dan Shinta Mareta.”Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham.” (Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis 2006), h. 114.
permulaan masa depan bila dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan bagi manajemen, bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi mendatang dan menjadi titik awal perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian mendatang. 2. Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan.26 Menurut Keown, rasio keuangan adalah penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk
memperlihatkan
hubungan
antara
perkiraan-perkiraan
laporan
keuangan.27 Ada beberapa rasio keuangan, yaitu : 1. Price Earning Ratio (PER) PER tergolong dalam rasio penilaian yang merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh dari rasio resiko dengan rasio hasil pengembalian. 2. Return on Assets (ROA) ROA tergolong dalam rasio profitabilitas yang merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio ini adalah
26 27
Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani, Ibid. h.107. Keown, Martin dkk, Manajemen Keuangan(Jakarta : Indeks,2002),h.70.
tingkat pengembalian atas total aktiva, yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. 3. Net Profit Margin (NPM) NPM tergolong dalam rasio profitabilitas yang merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio ini adalah marjin laba atas penjualan, yang dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. 4. Debt Equity Ratio (DER) Rasio ini menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan.28 D. Hubungan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio) Besarnya modal kerja yang digunakan oleh perusahaan belum bisa menjamin bahwa kinerja keuangannya akan baik, namun sebaliknya penggunaan modal kerja yang kecil mungkin justru kinerja keuangannya akan baik, karena hal ini tergantung dari efisien dan efektifnya perusahaan dalam menggunakan modal kerja. Berdasarkan uraian diatas mengenai faktor yang menyebabkan perubahan kinerja keuangan, semakin jelas bahwa perubahan modal kerja akan mempengaruhi kinerja keuangan. Hal tersebut dikarenakan aktiva likuid yang ada pada modal kerja seperti kas, piutang dan persediaan mempunyai peranan yang 28
Umi Murtini, Ibid,h.114-115.
sangat besar terutama dalam penentuan besarnya produksi, penjualan dan target akhir yaitu laba, serta perputaran aktiva. Jadi apabila modal kerja mengalami perubahan maka secara otomatis produksi, penjualan, laba serta perputaran aktiva akan mengalami perubahan dan pada akhirnya kinerja keuangan juga akan mengalami perubahan. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan akan digunakan analisis regresi berganda dan analisis korelasi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan. Obyek penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006-2007. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini terdiri atas variabel modal kerja, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Cash to Total Asset yang merupakan variabel bebas (independen) dan variabel kinerja keuangan yaitu Debt to Equity Ratio yang merupakan variabel terikat (dependen). Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, profil Bursa Efek Indonesia, buku-buku, dan jurnal ilmiah yang membahas manajemen keuangan. B. Metode Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Sedangkan metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Non Probability Sampling Purposive. Non Probability Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada
elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan tersebut.29 Adapun pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan sampel adalah 1. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel merupakan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama dua kali berturut-turut dalam periode tahun 2006 hingga tahun 2007. 2. Laporan keuangan perusahaan per 30 Desember dari tahun 2006 sampai tahun 2007 yang tersedia lengkap. 3. Laporan keuangan perusahaan dinyatakan dalam rupiah. Dalam penelitian ini, hanya 23 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama dua tahun berturut-turut dalam periode tahun 2006 hingga tahun 2007 dan laporan keuangannya dinyatakan dalam rupiah. Adapun 23 perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah : Tabel 3.1 Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 29
KODE AALI ADHI ASII ANTM BLTA BNBR BTEL CTRA CTRS GJTL INDF
NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Astra International Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Bakri & Brothers Tbk Bakrie Telecom Tbk Ciputra Development Tbk Ciputra Surya Tbk Gajah Tunggal Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk
Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS-Edisi pertama (Jakarta : Mitra Wacana Media,2007),h.66.
12 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 13 ISAT Indosat Tbk 14 KLBF Kalbe Farma Tbk 15 LPKR Lippo Karawaci Tbk 16 LSIP PP London Sumatera Tbk 17 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 18 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 19 SMCB Holcim Indonesia Tbk 20 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 21 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk 22 UNTR United Tractors Tbk 23 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : www.idx.co.id (Data diolah) C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa catatan atau laporan histeris yang telah dipublikasikan, yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007. Dimana data-data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Selain itu metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan mendownload di situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Data-data yang dikumpulkan merupakan data time series dan cross section yang disebut juga pooled data atau panel data. Data time series adalah data yang berurutan dari tahun ke tahun, sedangkan data cross section adalah data
berupa variabel-variabel baik itu variabel independen maupun variabel dependen.30 D. Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang merupakan satu konsep yang telah dioperasionalisasikan menjadi berbagai variasi nilai (kategori)31. Variabel tersebut berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang dikontribusikan dengan huruf (Y), rasio yang digunakan adalah Debt to Equity, yaitu tingkat perbandingan utang atas ekuitas dalam pendanaan perusahaan, yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Ratio ini mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan dan juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur
30 Umi Murtini dan Shinta Mareta, “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap perubahan Harga Saham.” Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, 2006. 31 Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi dan Praktis, Jakarta : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah (BPPT), 2007, hal. 46.
modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.32 2. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal kerja perusahaan yang dikontribusikan dengan huruf (X) yang terdiri dari: a. Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar, yang memberikan gambaran tentang cukup tidak tersedianya modal kerja. b. Quick Ratio yaitu perbandingan antara quick asset dengan current liabilities, yang mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling likuid terhadap kewajiban lancar. c. Cash Ratio yaitu perbandingan antara kas dengan kewajiban lancar, yang mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utangutang tepat pada waktunya. d. Cash to total assets ratio yaitu perbandingan antara kas dengan total aktiva, besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap.
32
Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2005), h.89.
E. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji heterokesdatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dengan menggunakan grafik Scatterplot. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Dasar pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.33 2) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
33
korelasi,
maka
dinamakan
ada
problem
autokorelasi.
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS(Semarang : BP. Undip, 2005),h.105.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Menurut Ghozali pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :34 Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan ada tidaknya autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Tidak ada autokorelasi Tolak positif Tidak ada autokorelasi No decision positif Tidak ada korelasi negatif Tolak Tidak ada korelasi negatif No decision Tidak ada autokorelasi, Tidak ditolak positif atau negatif
Adapun Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : Tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : Ada autokorelasi (r ≠ 0)
34
Imam Ghozali, Ibid, h.95-96.
Jika 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 – dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl du < d < 4 - du
3) Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai VIF<10 dan nilai tolerance>0,10, maka data tersebut tidak ada multikolinearitas.35 4) Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan Normal P.P Plot. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.36
35 36
Imam Ghozali, Ibid,h.92. Ibid,h.112.
2. Uji Statistik 1) Persamaan Regresi Berganda Untuk menguji pengaruh Modal Kerja (Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dan Cash to total assets ratio) terhadap Kinerja Keuangan (Debt to Equity Ratio), maka akan digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, persamaan regresi yang digunakan adalah Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e Dimana: Y = Debt to Equity X1 = Current Ratio X2 = Quick Ratio X3 = Cash Ratio X4 = Cash to total assets Ratio α = Konstanta e = Error 2) Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan taraf kepercayaan atau tingkat signifikansi 0,05. Taraf kepercayaan (α)
adalah peluang menolak H0 padahal H0 benar, yaitu peluang untuk membuat salah jenis I. Biasanya taraf kepercayaan ditetapkan, misalnya 5 dari 100 atau 5%.37 Jika probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan).38 3) Uji Koefisien Determinasi Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien determinasi (R-Square). Jika R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R-Square berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R-Square semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen.39 Karena adanya kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi R2, maka digunakan nilai 37
Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS-Edisi pertama (Jakarta : Mitra Wacana Media,2007),h.106. 38 Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2002).h.168. 39 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang:BP Undip,2005).h.45.
Adjusted R2 dalam penelitian ini dan nilai Adjusted R2 dapat naik dan turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke model.
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Bursa efek (stock exchange) adalah lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara pelaku pasar. Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Pemegang saham bursa efek adalah perusahaan efek yang telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek. Sebagai organisasi yang mengatur dirinya sendiri (self regulatory organization), bursa efek wajib menetapkan peraturan keanggotaan, pencatatan, perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bursa efek. Selain itu bursa efek juga menetapkan tata cara peralihan efek sehubungan dengan transaksi bursa yang ditetapkan oleh bursa efek, menetapkan biaya pencatatan, iuran keanggotaan, biaya transaksi, dan menetapkan satuan pemeriksa.40
40
Hendy M. Fakhruddin, Istilah Pasar Modal A-Z (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.28.
Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia TAHUN 14 Desember 1912 1914 – 1918 1925 – 1942 Awal tahun 1939 1942 – 1952 1952
1956 1956 – 1977 10 Agustus 1977
1977 – 1987
1987
1988 – 1990
2 Juni 1988
KETERANGAN Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. Perdagangan di Bursa Efek vakum. Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia
Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
B. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index Pasar Modal Syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsipprinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti : riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Indeks pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin mananamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah. Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks JII. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melaui indeks ini diharapkan dapat menigkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari sahamsaham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti : 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. 3. Usaha yang memperoduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu : 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. C. Analisa Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 23 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia selama 2 tahun terhitung dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007. Dari hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan program komputer SPSS.12 (Statistical Package for Service Softition). Hasil dan pembahasan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Data-data yang digunakan dalam analisa ini diperoleh dari laporan keuangan publikasi tahunan untuk perhitungan modal kerja dan rasio-rasio keuangan yang diteliti dari tahun 2006 hingga tahun 2007. Penulis hanya membatasi dari tahun 2006
hingga tahun 2007 karena memiliki sampel perusahaan yang cukup banyak yaitu 23 perusahaan dari 30 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Setelah diteliti dengan uji asumsi klasik data tahun 2006 sampai tahun 2007 tidak terjadi masalah, sehingga data tersebut layak digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. a. Current Ratio Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, aktiva lancar meliputi kas, efek persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang harus segera dibayarkan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kinerja keuangan perusahaan tersebut semakin baik. Rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor.41 Current ratio termasuk dalam kelompok rasio likuiditas dari rasio-rasio modal kerja. Semakin tinggi jumlah aktiva lancar (relatif terhadap utang lancar) semakin
41
Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, (Jakarta : PPM, 2008).h.21.
tinggi rasio lancar, yang berarti pula semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan.42 Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan labaan perusahaan.43 Tabel 4.2 Data Current Ratio Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007 NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.8733 1.6030 2 ADHI 1.1949 1.2093 3 ANTM 2.8127 4.4741 4 ASII 0.7838 0.9124 5 BLTA 1.5332 0.6972 6 BNBR 1.9396 1.2511 7 BTEL 1.7609 1.8022 8 CTRA 2.8716 4.1585 9 CTRS 2.0637 2.6944 10 GJTL 1.9429 2.2085 11 INDF 1.1818 0.9210 12 INTP 2.1445 2.9602 13 ISAT 0.8327 0.9258 14 KLBF 5.0417 4.9826 15 LPKR 1.5425 1.6994 16 LSIP 0.5681 1.0974 17 PGAS 1.4562 1.1723 18 PTBA 5.4405 4.4321 19 SMCB 1.2264 1.3301 20 TLKM 0.6780 0.7728 21 UNSP 3.5481 3.1730 22 UNTR 1.3340 1.3394 23 UNVR 1.2660 1.1098 Rata-rata 1.9146 2.0403 Sumber : Data diolah 42
Handono Mardiyanto, Intisari Manajemen Keuangan, (Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009).h.55. 43 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001),h.8.
Nilai rata-rata current ratio, untuk tahun 2006 adalah 1.9146 dan tahun 2007 adalah 2.0403. Hal ini menunjukkan bahwa current ratio perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 hingga 2007 mengalami kenaikan sebesar 1.06 %. Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 2.8127, PT. Bakri & Brothers Tbk sebesar 1.9396, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 2.8716, PT. Ciputra Surya Tbk sebesar 2.0637, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 1.9429, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk sebesar 2.1445, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 5.0417, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 5.4405, PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk sebesar 3.5481. Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 4.4741, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 4.1585, PT. Ciputra Surya Tbk sebesar 2.6944, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 2.2085, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk sebesar 2.9602, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 4.9826, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 4.4321, PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 3.1730. Nilai current ratio tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 5.4405 dan pada tahun 2007 oleh PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 4.9826. Perusahaan-perusahaan yang memiliki current ratio yang paling tinggi ini merupakan perusahaan yang dapat menutupi semua hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Angka-angka tersebut
sangat bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam dan Kalbe Farma sangat banyak dan cukup untuk menutupi hutang
lancarnya. Nilai current ratio terendah pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. PP London Sumatera Tbk yaitu sebesar 0.5681 dan pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk yaitu sebesar 0.6972. Kondisi perusahaanperusahaan ini sangat buruk, karena aset lancar lancar perusahaan yang dimiliki tidak mampu menutupi hutang lancarnya. Karena angka satu kali (1X) mencerminkan aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan sebagai batas bawah.44
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Rata-Rata Current ratio Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
Grafik Perkembangan Current ratio Tahun 2006-2007 Tahun 2006
Tahun 2007 2.04
1.91
44
Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, (Jakarta : PPM, 2008).h.21.
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan current ratio. Nilai ratarata current ratio pada tahun 2006 sebesar 1,91 dan naik pada tahun 2007 sebesar 2,04. Hal ini berarti likuiditas perusahaan semakin bagus artinya perusahaan mampu untuk memenuhi hutang-hutangnya. b. Quick Ratio Quick ratio yaitu hasil pembagian antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan jangka yang sangat pendek. Quick ratio hanya memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan uang tunai. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sebuah perusahaan yang mempunyai rasio kurang dari 1:1 dianggap kurang baik.45
45
Handono Mardianto, Ibid.h.145-146.
Tabel 4.3 Data Quick Ratio Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Perusahaan AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL CTRA CTRS GJTL INDF INTP ISAT KLBF LPKR LSIP PGAS PTBA SMCB TLKM UNSP UNTR UNVR Rata-rata Sumber : Data diolah
2006 0.5329 1.1117 2.0095 0.5845 1.4879 1.5755 1.7196 0.8594 0.3105 1.0933 0.7105 0.9708 0.8164 3.6988 0.6359 0.4306 1.4394 4.8351 0.8597 0.6675 3.2309 0.9380 0.8949 1.3658
2007 1.2005 1.1285 3.7408 0.6978 0.6743 1.1211 1.7663 2.4322 0.4925 1.6084 0.5946 1.6487 0.9120 3.0915 0.7507 0.8264 1.1657 4.0415 1.0904 0.7626 2.8458 0.9356 0.7566 1.4906
Nilai rata-rata quick ratio, untuk tahun 2006 adalah 1.3658 dan tahun 2007 adalah 1.4906. Hal ini menunjukkan bahwa quick ratio perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1.09 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 2.0095, PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 1.4879, PT. Bakri & Brothers Tbk sebesar 1.5755, PT. Bakrie Telecom Tbk yaitu sebesar 1.7196, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 3.6988, Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yaitu sebesar 1.4394, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 4.8351 dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 3.2309. Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 3.7408, PT. Bakrie Telecom Tbk sebesar 1.7663, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 2.4322, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 1.6084, PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk sebesar 1.6487, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 3.0915, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 4.0415 dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 2.8458. Nilai quick ratio tertinggi pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 4.8351 dan pada tahun 2007 oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 4.0415. Hal ini berarti perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam mampu melunasi hutang jangka sangat pendeknya tepat waktu, karena nilai quick ratio-nya sangat tinggi. Nilai quick ratio terendah pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT. Ciputra Surya Tbk yaitu masing-masing sebesar 0.3105 dan 0.4925. Hal ini berarti perusahaan
tersebut memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat rendah, dan kurang bagus.
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Rata-Rata Quick ratio Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
Grafik Perkembangan Quick ratio Tahun 2006-2007 Tahun 2006
Tahun 2007 1.49
1.36
Pada grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan quick ratio. Nilai
rata-rata quick ratio pada tahun 2006 sebesar 1,36 dan naik pada tahun 2007 sebesar 1,49. Hal ini menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index semakin baik.
c. Cash Ratio Cash ratio merupakan kelompok rasio likuiditas dari rasio-rasio modal kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas. Rasio kas mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bilamana persediaan diperkirakan lama terjual dan piut piutang ang lama tertagih, kita sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio
cepat. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, sehingga kinerja keuangan perusahaan pun semakin baik. Tabel 4.4 Data Cash Ratio Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006-2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Perusahaan AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL CTRA CTRS GJTL INDF INTP ISAT KLBF LPKR LSIP PGAS PTBA SMCB TLKM UNSP UNTR UNVR Rata-rata Sumber : Data diolah
2006 0.3468 0.0808 0.9649 0.2357 0.6888 0.4410 0.7994 0.6251 0.2253 0.1925 0.2841 0.0534 0.4126 1.9149 0.3330 0.2705 0.4942 3.0010 0.3357 0.4049 0.4608 0.2259 0.4930 0.5776
2007 0.9852 0.2399 2.6372 0.2935 0.3809 0.2636 0.5748 2.0899 0.2927 0.3673 0.3551 0.4051 0.6907 1.4793 0.4436 0.6700 0.3888 3.1982 0.6207 0.4905 0.8079 0.1973 0.1801 0.7849
Nilai rata-rata cash ratio, untuk tahun 2006 adalah 0.5776 dan tahun 2007 adalah 0.7849. Hal ini menunjukkan bahwa cash ratio perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1.36 %. Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.9649, PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 0.6888, PT. Bakrie Telecom Tbk yaitu sebesar 0.7994, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 0.6251, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 1.9149 dan PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 3.0010. Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0.9852, PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 2.6372, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 2.0899, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 1.4793, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 3.1982 dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 0.8079. Nilai Cash ratio tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 3.0010 dan 3.1982. Nilai cash RATIO terendah pada tahun 2006 dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk yaitu sebesar 0.0534 dan pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar 0.1801.
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Rata-Rata Cash ratio Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
Grafik Perkembangan Cash ratio Tahun 2006-2007 Tahun 2006
Tahun 2007
0.78 0.57
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa ada kenaikan cash ratio. Nilai
rata-rata cash ratio tahun 2006 sebesar 0,57 dan naik pada tahun 2007 sebesar 0,78. Hal ini berarti kondisi likuiditas perusahaan semakin bagus karena perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat waktu.
d. Cash to Total Asset Ratio Cash to total asset ratio merupakan kelompok rasio likuiditas dari rasiorasio modal kerja yang digunakan untuk menghitung kecukupan kas dari suatu perusahaan. Rasio ini menjelaskan bahwa besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap.
Tabel 4.5 Data Cash to Total Asset Ratio Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Perusahaan AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL CTRA CTRS GJTL INDF INTP ISAT KLBF LPKR LSIP PGAS PTBA SMCB TLKM UNSP UNTR UNVR Rata-rata Sumber : Data diolah
2006 0.0559 0.0606 0.1561 0.0816 0.1080 0.0620 0.1080 0.1475 0.0868 0.0330 0.1104 0.0045 0.0820 0.2728 0.1590 0.0861 0.0444 0.4167 0.0406 0.1107 0.0489 0.0813 0.2193 0.1120
2007 0.1892 0.1810 0.3941 0.0986 0.0958 0.0625 0.0634 0.3059 0.0755 0.0678 0.1536 0.0307 0.1859 0.2173 0.1926 0.1418 0.0605 0.5659 0.0946 0.1236 0.0843 0.0797 0.0820 0.1542
Nilai rata-rata cash to total asset ratio, untuk tahun 2006 adalah 0.1120 dan tahun 2007 adalah 0.1542. Hal ini menunjukkan bahwa cash to total asset ratio perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1.38 %.
Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.1561, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 0.1475, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 0.2728, PT. Lippo Karawaci Tbk yaitu sebesar 0.1590, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk sebesar 0.4167 dan PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 0.2193. Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0.1892, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.1810, PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu sebesar 0.3941, PT. Ciputra Development Tbk sebesar 0.3059, PT. Indosat Tbk sebesar 0.1859, PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 0.2173, PT. Lippo Karawaci Tbk sebesar 0.1926 dan PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 0.5659. Nilai Cash to Total Asset Ratio tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk yaitu masing-masing sebesar 0.4167 dan 0.5659. Nilai Cash to Total Asset Ratio terendah pada tahun 2006 dan tahun 2007 dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk yaitu masing-masing sebesar 0.0045 dan 0.0307.
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Rata-Rata Cash to total asset ratio Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
Grafik Perkembangan Cash to total asset ratio Tahun 2006-2007 Tahun 2006
Tahun 2007
0.15 0.11
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan cash to total asset ratio.
Nilai rata-rata cash to total asset ratio tahun 2006 sebesar 0,11 dan naik sebesar 0,15 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi
hutang-hutangnya dibuktikan dengan membaiknya kondisi likuiditas perusahaan. e. Debt to Equity Ratio Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hanya hanya dengan membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya. Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk
dijadikan sebagai pedoman.46 Rasio ini bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas dalam penelitian ini yaitu leverage ratio. Tabel 4.6 Data Debt to Equity Ratio Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2006 – 2007 NO Nama Perusahaan 2006 2007 1 AALI 0.2723 0.3183 2 ADHI 5.5130 7.1302 3 ANTM 0.7031 0.3736 4 ASII 1.4077 1.1687 5 BLTA 1.6207 5.2338 6 BNBR 0.9354 0.8808 7 BTEL 0.4826 1.4873 8 CTRA 0.4581 0.3371 9 CTRS 0.6415 0.4122 10 GJTL 2.4076 2.5437 11 INDF 2.2312 3.1433 12 INTP 0.5910 0.4461 13 ISAT 1.2384 1.7204 14 KLBF 0.3607 0.3310 15 LPKR 1.7581 1.4263 16 LSIP 1.2180 0.7011 17 PGAS 1.7105 2.2258 18 PTBA 0.3485 0.3990 19 SMCB 2.3668 2.1932 20 TLKM 1.6768 1.4315 21 UNSP 1.7752 0.8073 22 UNTR 1.4380 1.2587 23 UNVR 0.9531 0.9811 Rata-rata 1.3960 1.6065 Sumber : Data diolah 46
Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, (Jakarta : PPM, 2008).h. 93.
Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio, untuk tahun 2006 adalah 1.3960 dan tahun 2007 adalah 1.6065. Hal ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1,15 %. Perusahaan yang berada diatas rata-rata pada tahun 2006 adalah PT. Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 5.5130, PT. Astra International Tbk sebesar 1.4077, PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 1.6207, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 2.4076, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 2.2312, PT. Lippo Karawaci Tbk sebesar 1.7581, Perusahaan Gas Negara Tbk sebesar 1.7105, PT. Holcim Indonesia Tbk sebesar 2.3668, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 1.6768, PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk sebesar 1.7752 dan PT. United Tractors Tbk sebesar 1.4380. Pada tahun 2007 perusahaan yang berada diatas rata-rata adalah PT. Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu sebesar 7.1302, PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 5.2338, PT. Gajah Tunggal Tbk sebesar 2.5437, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 3.1433, PT. Indosat Tbk sebesar 1.7204, Perusahaan Gas Negara Tbk sebesar 2.2258 dan PT. Holcim Indonesia Tbk sebesar 2.1932. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memiliki debt to equity ratio-nya diatas rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kondisi solvabilitas yang buruk. Hal ini dibuktikan dengan angka debt to equity ratio-nya yang tinggi.
Nilai Debt to Equity Ratio tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk yaitu masing-masing sebesar 5.5130 dan 7.1320. Hal ini berarti perusahaan ini memiliki kondisi solvabilitas yang buruk
karena debt to equity-nya paling tinggi. Nilai Debt to Equity Ratio terendah pada tahun 2006 dan tahun 2007 dimiliki ol oleh eh PT. Astra Agro Lestari Tbk yaitu
masing-masing sebesar 0.2723 dan 0.3183. Hal ini berarti Astra Agro Lestari mampu untuk menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar, hal ini dibuktikan
nilai debt to equity-nya rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bagus karena semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutup hutanghutangnya kepada pihak luar.
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Rata-Rata Debt to Equity Ratio Jakarta Islamic Index Periode Januari 2006-Desember 2007
Grafik Perkembangan Debt to Equity Ratio Tahun 2006-2007 Tahun 2006
Tahun 2007
1.6
1.39
Pada grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan debt to equity ratio. Nilai rata-rata debt to equity ratio tahun 2006 sebesar 1,39 dan naik sebesar 1,6 pada tahun 2007. Ada peningkatan sebesar 1,15% menunjukkan kondisi solvabilitas perusahaan memburuk karena semakin tinggi debt to equity ratio semakin buruk kinerja keuangannya karena perusahaan kurang mampu untuk menutupi hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek tepat waktu. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.7. Grafik scatterplot hasil SPSS versi 12.0 for windows Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang teratur, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, hal ini berarti model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja keuangan (DER) berdasarkan masukan dari variabel independennya. b. Uji Autokorelasi Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model 1
R .754(a)
R Square .568
Adjusted R Square .526
Std. Error of the Estimate .24476
Durbin-Watson 2.218
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Sumber : Hasil SPSS versi 12.0 for windows Nilai DW sebesar 2.218, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5 %, jumlah sampel 46 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka di tabel Durbin Watson yang dimulai dari jumlah sampel 15 sampai 50 akan didapatkan nilai 1,34 dl dan 1,72 du.
n 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tabel 4.8 Durbin Watson Test Bound k=4 dl 0.69 0,74 0,78 0,82 0,86 0,90 0,93 0,96 0,99 1,01 1,04 1,06 1,08 1,10
du 1.97 1,93 1,90 1,87 1,85 1,83 1,81 1,80 1,79 1,78 1,77 1,76 1,76 1,75
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 45 50 Sumber : Tabel Durbin Watson
1,12 1,14 1,16 1,18 1,19 1,21 1,22 1,24 1,25 1,26 1,27 1,29 1.34 1,38
1,74 1,74 1,74 1,73 1,73 1,73 1,73 1,73 1,72 1,72 1,72 1,72 1,72 1.72
Oleh karena nilai DW 2.218 lebih besar dari batas atas (du) 1.72 dan kurang dari 4-1.72 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. c. Uji Multikolinearitas Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Model
1
CollinearityStatistics
CollinearityStatistics
Tolerance
VIF
(Constant) Current Ratio
.379
2.636
Quick Ratio
.273
3.657
Cash Ratio
.190
5.262
Cash to Total Asset
.330
3.032
a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Sumber : Hasil SPSS versi 12.0 for windows Untuk mendeteksi model regresi terjadi masalah Multikolinearitas atau tidak, dapat dilihat dari angka VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance
apabila nilai VIF>10 dan nilai tolerance<0,10, maka terjadi masalah Multikolinearitas. Berdasarkan tabel 4.8. diatas nilai VIF masing-masing variabel adalah sebesar 2,636, 3,657, 5,262 dan 3,032 jadi nilai VIF tidak ada yang memiliki nilai lebih besar dari 10 dan nilai tolerancenya adalah 0,379, 0,273, 0,190 dan 0,330 yang berarti tidak ada yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,10. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi masalah Multikolinearitas. d. Uji Normalitas Data
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.8. Hasil Uji Normalitas SPSS versi 12.0 for windows Untuk mengetahui normal tidaknya data sampel penelitian, dapat dideteksi dengan melihat Normal P-P Plot of Regression, yaitu : a. Jika data atau titik-titiknya mendekati garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data atau titik-titiknya menjauhi garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka diagonal regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titiknya mendekati garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji Statistik a. Persamaan Regresi Linier Berganda Tabel 4.10 Model Regresi Linier Berganda dan Nilai T Hitung Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model
1
(Constant)
B .335
Std. Error .137
Current Ratio
-.986
.229
Quick Ratio
.963
.251
Cash Ratio
-.951
.228 .182
.457
Cash to Total .465 Asset a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
t
Sig.
Beta 2.441
.019
-4.315
.000
.752
3.834
.000
-.981
-4.169
.000
2.558
.014
-.719
Dari hasil perhitungan diatas dapat dibuat model persamaannya, yakni : Y = 0,335 – 0,986x1 + 0,963x2 – 0,951x3 + 0,465x4 + e Cara membaca persamaan diatas adalah : Nilai 0,335 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukan bahwa jika tidak ada nilai untuk Current Ratio(X1), Quick Ratio(X2), Cash Ratio(X3) dan Cash to Total Asset(X4), maka tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) akan mencapai 0,335.
Nilai – 0,986 X1 merupakan koefisien regresi, yang menunjukan bahwa setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan untuk Current Ratio, maka akan ada penurunan kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) sebesar Rp 0,986. Hal ini berarti current ratio memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila current ratio naik maka debt to equity ratio akan turun. Semakin kecil debt to equity ratio perusahaan berarti kinerja keuangannya dinilai baik karena perusahaan tersebut mampu menutupi hutang-hutangnya. Nilai 0,963 X2 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa setiap adanya upaya penambahan sebesar satu satuan nilai untuk Quick Ratio, maka akan ada kenaikan tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) sebesar Rp 0,963. Hal ini berarti quick ratio memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila quick ratio naik maka debt to equity ratio akan naik. Semakin tinggi debt to equity ratio perusahaan berarti kondisi solvabilitas perusahaannya buruk karena modal atau kekayaan yang tersedia belum mampu menutupi hutang-hutang perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang disebabkan tingginya rasio hutang terhadap modal sendiri. Dengan demikian kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik. Nilai – 0,951 X3 merupakan koefisien regresi, yang menunjukan bahwa setiap ada upaya peningkatan sebesar satu satuan nilai untuk Cash
Ratio, maka akan ada penurunan pada tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) sebesar Rp 0,951. Hal ini berarti cash ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila cash ratio naik maka debt to equity ratio akan turun. Semakin kecil tingkat debt to equity ratio akan semakin bagus kondisi solvabilitas perusahaan karena perusahaan dapat menutupi seluruh hutang-hutangnya tepat waktu. Dengan demikian kinerja keuangan perusahaan akan semakin baik. Nilai 0,465 X4 merupakan koefisien regresi, yang menunjukkan bahwa setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan nilai untuk Cash to Total Asset, maka akan ada kenaikan pada tingkat kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) sebesar Rp 0,465. Hal ini berarti cash to total asset berpengaruh positif signifikan terhadap debt to equity ratio. Apabila cash to total asset naik maka debt to equity ratio akan naik. Semakin tinggi debt to equity ratio perusahaan maka kondisi solvabilitasnya buruk artinya perusahaan tidak mampu untuk menutupi hutang-hutangnya dikarenakan tingginya rasio hutang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Dengan demikian kinerja keuangan perusahaan tersebut dinilai kurang baik. Interpretasi : Dengan memperhatikan persamaan regresi berganda dan tabel Thitung diatas bahwa variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap
variabel dependen adalah Quick Ratio(X2) karena setiap ada upaya peningkatan sebesar satu satuan nilai untuk Quick Ratio maka akan ada kenaikan tingkat kinerja keuangan (DER) sebesar 0,963. Dan jika membandingkan nilai Thitung dan Ttabel, Quick Ratio memiliki nilai 3,834 (Thitung > Ttabel=3,834>1,684) yang berarti variabel Quick Ratio memiliki pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen dibandingkan variabel independen lain. b. Analisis Pengaruh secara Parsial (Uji t) Pengujian nilai t dilakukan untuk menguji adakah pengaruh yang signifikan masing-masing variabel current ratio(X1), quick ratio(X2), cash ratio(X3) dan cash to total asset ratio(X4) terhadap debt to equity ratio(Y). 1. Pengujian X1 terhadap Y : a) Hipotesis : H0 : b1 = 0
: Tidak terdapat pengaruh X1 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0
: Terdapat pengaruh X1 terhadap Y
b) Ketentuan : H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05 H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05 c) Hasil Analisis : Dari hasil perhitungan oleh SPSS, nilai t untuk variabel current ratio sebesar – 4,315 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,000. Ketentuan menyebutkan bahwa jika angka probabilitas < dari 0,05 maka terdapat
hubungan yang signifikan antar variabel X1 dengan variabel Y. Jadi probabilitas 0,000 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh X1 (Current Ratio) terhadap Y (Debt to Equity Ratio). 2. Pengujian X2 terhadap Y : a) Hipotesis : H0 : b1 = 0
: Tidak terdapat pengaruh X2 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0
: Terdapat pengaruh X2 terhadap Y
b) Ketentuan : H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05 H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05 c) Hasil Analisis : Jika melihat hasil perhitungan oleh SPSS, nilai t untuk variabel quick ratio sebesar 3,834 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,000. Jadi probabilitas 0,000 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh X2 (Quick Ratio) terhadap Y (Debt to Equity Ratio). 3. Pengujian X3 terhadap Y : a) Hipotesis : H0 : b1 = 0
: Tidak terdapat pengaruh X3 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0
: Terdapat pengaruh X3 terhadap Y
b) Ketentuan : H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05 H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05 c) Hasil Analisis : Dari hasil perhitungan oleh SPSS, nilai t untuk variabel cash ratio sebesar – 4,169 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,000. Jadi probabilitas 0,000 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh X3 (Cash Ratio) terhadap Y (Debt to Equity Ratio). 4. Pengujian X4 terhadap Y : a) Hipotesis : H0 : b1 = 0
: Tidak terdapat pengaruh X4 terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0
: Terdapat pengaruh X4 terhadap Y
b) Ketentuan : H0 : ditolak, jika probabilitas < α 0,05 H0 : diterima, jika probabilitas > α 0,05 c) Hasil Analisis : Jika memperhatikan hasil perhitungan oleh SPSS, maka nilai t untuk variabel cash to total asset ratio sebesar 2,558 dengan probabilitas (signifikansi) = 0,014. Jadi probabilitas 0,014 < 0,05 , dengan demikian H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh X4 (Cash to Total Asset Ratio) terhadap Y (Debt to Equity Ratio).
c. Uji Koefisien Determinasi Tabel 4.11 Nilai Koefisien Determinasi Model Summary(b)
Model 1
R .754(a)
R Square .568
Adjusted R Square .526
Std. Error of the Estimate .24476
Durbin-Watson 2.218
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Sumber : Hasil SPSS versi 12.0 for windows Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel diatas menampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Durbin Watson. Jika R semakin mendekati angka 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka dapat dianalisis bahwa nilai R sebesar 0,754 menunjukkan bahwa korelasi antara Debt to Equity Ratio dengan keempat variabel independennya mempunyai pengaruh yang kuat. Artinya jika rasio-rasio modal kerja (current ratio, quick ratio, cash ratio, cash to total asset ratio) ditingkatkan, maka kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio) akan meningkat dan semakin baik. Adapun nilai R2 (R Square) atau disebut dengan Koefisien Determinasi (KD) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel diatas, R square = 0,568 artinya variabel Debt to Equity Ratio dapat dijelaskan oleh
variabel current ratio, quick ratio, cash ratio dan cash to total asset ratio sebesar 56,8% sedangkan sisanya sebesar (100% - 56,8%) = 43,2 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model regresi tersebut. Adjusted R Square atau koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar sebesar 0,526 adalah sebuah statistik yang berusaha untuk mengoreksi koefisien determinasi untuk lebih mendekati ketepatan model dalam populasi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 52,6% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Interpretasi Perbandingan hasil penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya berdasarkan uji secara statistic adalah pada penelitian sekarang keempat variabel modal kerja (Current ratio(X1), Quick ratio(X2), Cash ratio(X3) dan Cash to total asset ratio(X4)) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio). Current ratio dan cash ratio memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap debt to equity ratio. Sedangkan quick ratio dan cash to total asset ratio memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap debt to equity ratio. Maka dari itu, perusahaan harus memperhatikan modal kerjanya agar kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya dapat dilaksanakan dengan baik terutama pada current ratio dan cash ratio perusahaan, karena dengan naiknya rasiorasio ini akan berpengaruh turunnya debt to equity ratio, semakin kecil debt to
equity ratio perusahaan maka semakin bagus kondisi solvabilitas perusahaan karena perusahaan mampu untuk menutupi seluruh hutang-hutangnya kepada pihak luar baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktaviani (2005) hanya variabel X3 (Quick Asset to Revenues Ratio) saja yang tidak berpengaruh terhadap variabel Y (Net Profit Marjin). Hal ini dikarenakan rasio quick assets terhadap penjualan memang tidak ada pengaruhnya terhadap net profit marjin. Sedangkan variabel X1 (current ratio), X2 (cash to revenues ratio) dan X4 (current assets to total assets ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (Net Profit Marjin). Hal ini dikarenakan rasio kecukupan aktiva lancar dan rasio kecukupan kas sangat berpengaruh terhadap perolehan laba. Semakin tinggi rasio kecukupan aktiva lancar dan rasio kecukupan kas maka kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba akan semakin tinggi. Pada penelitian Bintang Dwi Ramadhan menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi karena thitung < ttabel atau 0,806<4,3027, H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi. Alasan yang mendasari pernyataan tersebut bahwa modal kerja tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi adalah : 1. Rasio modal kerja per aktiva total selama kurun waktu empat tahun terus mengalami penurunan, yaitu 0,813; 0,789; 0,771; 0,739. Penurunan modal
kerja ini disebabkan karena peningkatan unsur-unsur yang terdapat pada modal kerja (aktiva lancar) yaitu kas dan bank, investasi jangka pendek, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya, dimana unsure-unsur tersebut mengalami penurunan. 2. Rentabilitas ekonomi selama kurun waktu empat tahun mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 5084,6% dari tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi pada tahun 2001 disebabkan adanya penurunan profit margin sebesar 5538,3%. Pada penelitian Temi Apriani, aktiva tetap (X1) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (Return on Investmen) karena nilai thitung (-0,649) < ttabel (-2,571) berada didaerah penerimaan H0 yang artinya aktiva tetap tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan modal kerja (X2) berpengaruh terhadap profitabilitas (Return on Investmen).
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab IV yang diselesaikan menurut metode penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan mengenai pengaruh modal kerja terhadap kinerja keuangan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio Dari
hasil
penelitian
ini,
yang
menjadi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi Debt to Equity Ratio adalah rasio aktiva lancar terhadap aktiva lancar (naiknya rasio ini akan menurunkan tingkat rasio utang terhadap modal sendiri perusahaan), rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (naiknya rasio ini akan menaikkan tingkat Debt to Equity Ratio, rasio kas terhadap kewajiban lancar (naiknya rasio ini akan menurunkan rasio utang terhadap modal sendiri perusahaan), dan rasio kas terhadap total aktiva (naiknya rasio ini akan menaikkan Debt to Equity Ratio. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio diluar dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ratno Dewo dalam tesisnya yang berjudul “Efek Pajak terhadap Besarnya Debt Equity Ratio pada perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Adapun faktor-faktor tersebut adalah variabel Tax shield, Firm size, Profitabilitas, Likuiditas dan Asymmetric information.
Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Debt to Equity Ratio baik dari penelitian ini maupun penelitian sebelumnya, maka investor yang ingin berinvestasi secara syariah di Jakarta Islamic Index dapat memperhatikan faktor-faktor tersebut dengan harapan tidak menghadapi risiko besar di kemudian hari. 2. Hasil uji secara parsial Hasil uji t, dilihat dari tingkat signifikansinya, penelitian ini mempunyai kesimpulan bahwa keempat variabel Current ratio(X1), Quick ratio(X2), Cash ratio(X3) dan Cash to total asset ratio(X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y dengan nilai signifikansinya X1 = 0,000 , X2 = 0,000 , X3 = 0,000 , dan X4 = 0,014 yang kesemuanya masih dibawah 0,05. Current ratio dan cash ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap debt to equity ratio sedangkan quick ratio dan cash to total asset ratio memiliki pengaruh positif signifikan terhadap debt to equity ratio. 3. Variabel X yang paling berpengaruh terhadap Y Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Debt to Equity Ratio (DER) adalah variabel Quick ratio (X2).
B. REKOMENDASI Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat pengaruh yang signifikan antara keempat variabel modal kerja terhadap kinerja keuangan (Debt to Equity Ratio). Oleh karena itu, rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan Bagi perusahaan agar selalu menjaga modal kerjanya secara efektif dan efisien supaya kelangsungan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan, sehingga perusahaan akan mampu untuk memenuhi seluruh kewajiban operasionalnya. 2. Bagi Investor Sebelum para investor menanamkan modalnya secara syariah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index atau ingin membeli saham mana yang memiliki prospek bagus, maka sebaiknya investor dapat memperhatikan kinerja keuangan perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan pada laporan keuangan. 3. Bagi Akademisi Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel lain dari rasio-rasio modal kerja guna keluasan penelitian dan agar lebih bervariasi, memperpanjang periode penelitian dan menambah sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang sesungguhnya di Bursa Efek Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Al-Karim Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik cet. XIII. Jakarta: PT Rinela Cipta, 2006. Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002. Boediono. Teori dan Aplikasi: Statistika dan Probabilitas. Bandung: Rosda Karya, 2002. Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat, 2008. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP Undip, 2005. Gitman, Lawrence. J. Principle of Managerial Finance. Addison-Wesley, 2003. Keown, Martin, Petty, ScottJr. Manajemen Keuangan. Jakarta : Indeks, 2002. Laporan Keuangan Perusahaan Jakarta Islamic Indeks Tahun 2006 dan 2007. Laporan Keuangan diakses pada 19 Agustus 2009 pada http//www.idx.co.id Mardiyanto, Handono. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009. Meriewaty, Dian dan Setyani, Astuti Yuli. “Analisis Ratio Keuangan terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ.” Laporan Penelitian Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, 2005. M. Fakhruddin, Hendy. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008. Munawir.S. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty, 2002. Murtini, Umi dan Mareta, Shinta.”Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham.” Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, 2006.
Nurismalatri. “Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham (Pada Data Panel Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Oktaviani. “ Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Industri Properti (BEJ) Periode tahun 2000-2003.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Prastowo, Dwi dan Juliaty, Rifka. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2005. Prihadi, Toto. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: PPM, 2008. Profil Bursa Efek Indonesia dan Jakarta Islamic Indeks. Diakses pada 06 Agustus 2009 pada http//www.idx.co.id Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta, 1995. Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS-Edisi Pertama. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007. Ross, Stephen A. dkk. Pengantar Keuangan Perusahaan Corporate Finance Fundamentals Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat, 2009. Santoso, Singgih. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : Elekmedia Komputindo, 2002. Sawir, Agnes. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001. Suharso, Puguh. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi dan Praktis. Jakarta : Pusat Pengkajian Teknologi Pengembangan Wilayah Jakarta (BPPT), 2007. Suindyah, Sayekti. “Penggunaan Rasio Keuangan untuk Pengelompokan Perusahaan dari segi Kinerja Keuangan Pada Industri Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya.” Fakultas Ekonomi Universitas Darul’ Ulum Jombang, 1998.
Sundjaja, Ridwan S. dan Barlian Inge. Manajemen Keuangan Dua Edisi Keempat. Jakarta : Literata Lintas Media, 2002. Syafri, Sofyan. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
LAMPIRAN I : DATA KEUANGAN PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX BEI TAHUN 2006-2007 (Dalam Jutaan Rupiah)
1. PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 492195 563599 3496955 2007 1647854 1027958 5352986
Total Kewajiban 748388 1292384
Ekuitas 2748567 4060602
Kas 195440 1012772
Inventories 191861 413813
2. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 3317603 1179516 7292142 2007 8048100 1798817 12037917
Total Kewajiban 3010540 3274338
Ekuitas 4281602 8763579
Kas 1138182 4743875
Inventories 947390 1319084
3. PT. Bakri & Brothers Tbk. (BNBR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 2364935 1219306 8666760 2007 4195126 3353229 14137256
Total Kewajiban 4188830 4322340
Ekuitas 4477930 4907458
Kas 537672 883975
Inventories 443910 435836
4. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 1741702 812180 9598280 2007 2248589 759613 10016028
Total Kewajiban 3565518 3090020
Ekuitas 6032762 6926008
Kas 43386 307759
Inventories 953204 996214
5. PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 3321278 658760 4624619 2007 3760008 754629 5138212
Total Kewajiban 1080171 1121188
Ekuitas 2994817 3386862
Kas 1261454 1116346
Inventories 884654 1427068
6. PT. PP London Sumatera Tbk. (LSIP) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 539735 950121 2985212 2007 914538 833347 3938140
Total Kewajiban 1639311 1623113
Ekuitas 1345900 2315027
Kas 257054 558359
Inventories 130636 225833
7. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 2347761 431533 3107734 2007 3080350 695010 3928071
Total Kewajiban 800093 1116799
Ekuitas 2295460 2799118
Kas 1295035 2222819
Inventories 261249 271482
8. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 13920792 20535685 75135745 2007 15978095 20674629 82058760
Total Kewajiban 47067056 48310181
Ekuitas 28068689 33748579
Kas 8315836 10140791
Inventories 213329 211441
9. PT. United Tractors Tbk. (UNTR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 5402542 4049798 11247846 2007 7036656 5253733 13002619
Total Kewajiban 6606651 7216432
Ekuitas 4594437 5733335
Kas 914887 1036406
Inventories 1603720 2121187
10. PT. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 2604552 2057451 4626000 2007 2694667 2428128 5333406
Total Kewajiban 2257473 2641265
Ekuitas 2368527 2692141
Kas 1014379 437224
Inventories 763398 857463
11. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 2571437 2152017 2869948 2007 3952657 3268544 4333167
Total Kewajiban 2429287 3787812
Ekuitas 440661 531235
Kas 174005 784298
Inventories 179041 264231
12. PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 6250399 4052070 8485854 2007 7773049 4574065 10533372
Total Kewajiban 5208254 5998958
Ekuitas 2962489 4206060
Kas 1349407 2028987
Inventories 3673732 4339285
13. PT. Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 1049572 855818 7065846 2007 1460971 1098383 7208250
Total Kewajiban 4967178 4950893
Ekuitas 2098668 2257357
Kas 287284 681794
Inventories 313841 263316
14. PT. Astra International Tbk. (ASII) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 15731494 20070497 57929290 2007 19474163 21343163 63519598
Total Kewajiban 31498444 31511736
Ekuitas 22375766 26962594
Kas 4729943 6264894
Inventories 4000697 4581729
15. PT. Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 1972477 1286463 8205956 2007 3624617 5198831 20668624
Total Kewajiban 5074796 17353043
Ekuitas 3131160 3315582
Kas 886091 1980423
Inventories 58880 118865
16. PT. Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 2423220 1247198 7276025 2007 3445377 1560032 8454693
Total Kewajiban 5140783 6068879
Ekuitas 2135242 2385814
Kas 240122 572947
Inventories 1059611 936260
17. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 7474205 6324301 16267483 2007 11766665 12776365 29527466
Total Kewajiban 11233020 22400870
Ekuitas 5034463 7126596
Kas 1796689 4536937
Inventories 2980805 4169150
18. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 1977086 1357679 15113902 2007 3715443 3169415 20348341
Total Kewajiban 9537869 14040363
Ekuitas 5576033 6307978
Kas 670943 1232204
Inventories 22789 20840
19. PT. Indosat Tbk. (ISAT) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 5665432 6803205 34228658 2007 10794127 11658581 43305086
Total Kewajiban 18826293 28462986
Ekuitas 15201745 16544730
Kas 2807260 8053006
Inventories 110935 161573
20. PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 671586 189279 1783001 2007 1427343 449844 4310904
Total Kewajiban 1140516 1925698
Ekuitas 642485 2385206
Kas 87231 363426
Inventories 60043 147162
21. PT. Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 527412 299516 2217139 2007 926983 514367 4664164
Total Kewajiban 721717 2788955
Ekuitas 1495422 1875209
Kas 239424 295663
Inventories 12373 18427
22. PT. Ciputra Development Tbk. (CTRA) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 3490878 1215664 5153112 2007 4555004 1095357 7484109
Total Kewajiban 1303270 1276670
Ekuitas 2844824 3787473
Kas 759944 2289226
Inventories 2446141 1890908
23. PT. Ciputra Surya Tbk. (CTRS) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Total Aktiva 2006 1430229 693035 1798801 2007 1335459 495635 1921280
Total Kewajiban 696349 518184
Ekuitas 1085516 1257022
Kas 156170 145054
Inventories 1215033 1091343
LAMPIRAN II: HASIL PERHITUNGAN DEBT TO EQUITY RATIO (Variabel Y) NO
Nama Perusahaan
2006
2007
1
AALI
0.272282975
0.31827399
2
ADHI
5.512825051
7.130200382
3
ANTM
0.703134014
0.373630226
4
ASII
1.407703495
1.168720487
5
BLTA
1.620739917
5.233784898
6
BNBR
0.935438919
0.880769637
7
BTEL
0.482617616
1.487276885
8
CTRA
0.458119729
0.33707699
9
CTRS
0.641491236
0.412231449
10
GJTL
2.407587992
2.543735178
11
INDF
2.231225058
3.14327766
12
INTP
0.591025802
0.446147333
13
ISAT
1.238429733
1.7203657
14
KLBF
0.360680135
0.331040355
15
LPKR
1.75806695
1.426265436
16
LSIP
1.218003566
0.701120548
17
PGAS
1.710511577
2.225810394
18
PTBA
0.348554538
0.398982465
19
SMCB
2.3668241
2.193225529
20
TLKM
1.676852667
1.431473041
21
UNSP
1.775163622
0.807350812
22
UNTR
1.437967481
1.258679634
23
UNVR
0.953112631
0.98110203
LAMPIRAN III: HASIL PERHITUNGAN CURRENT RATIO (Variabel X1) NO
Nama Perusahaan
2006
2007
1
AALI
0.873307085
1.603036311
2
ADHI
1.19489623
1.209302062
3
ANTM
2.812681642
4.474107149
4
ASII
0.783811881
0.912430974
5
BLTA
1.533255912
0.697198466
6
BNBR
1.939574643
1.251070535
7
BTEL
1.760880888
1.8021821
8
CTRA
2.871581292
4.158465231
9
CTRS
2.063718283
2.694440465
10
GJTL
1.942931275
2.208529697
11
INDF
1.181823098
0.920971262
12
INTP
2.144477825
2.96017709
13
ISAT
0.832759266
0.925852554
14
KLBF
5.041711701
4.982591446
15
LPKR
1.542519996
1.699374408
16
LSIP
0.568069751
1.097427602
17
PGAS
1.456224925
1.172280374
18
PTBA
5.44051324
4.432094502
19
SMCB
1.226396266
1.330110717
20
TLKM
0.677883012
0.772835875
21
UNSP
3.548127368
3.172973297
22
UNTR
1.334027524
1.339363078
23
UNVR
1.265912044
1.109771396
LAMPIRAN IV: HASIL PERHITUNGAN QUICK RATIO (Variabel X2) NO
Nama Perusahaan
2006
2007
1
AALI
0.53288597
1.200478035
2
ADHI
1.111699396
1.12846148
3
ANTM
2.009479312
3.74080076
4
ASII
0.584479647
0.697761339
5
BLTA
1.487487009
0.674334673
6
BNBR
1.575506887
1.121095517
7
BTEL
1.719570908
1.766357484
8
CTRA
0.859396182
2.432171429
9
CTRS
0.310512456
0.492531803
10
GJTL
1.093338027
1.608375341
11
INDF
0.710497492
0.594653878
12
INTP
0.970841439
1.648701378
13
ISAT
0.816452981
0.911993835
14
KLBF
3.698803813
3.091505892
15
LPKR
0.635889064
0.750702931
16
LSIP
0.430575685
0.826432447
17
PGAS
1.439439661
1.165705028
18
PTBA
4.835115739
4.04147854
19
SMCB
0.859681615
1.090380132
20
TLKM
0.667494802
0.762608799
21
UNSP
3.230907813
2.845833222
22
UNTR
0.938027526
0.935614543
23
UNVR
0.894871372
0.756633917
LAMPIRAN V: HASIL PERHITUNGAN CASH RATIO (Variabel X3) NO
Nama Perusahaan
2006
2007
1
AALI
0.346771375
0.985227023
2
ADHI
0.080856703
0.239953325
3
ANTM
0.964956813
2.63721935
4
ASII
0.235666461
0.293531657
5
BLTA
0.688780789
0.380936214
6
BNBR
0.440965598
0.263619037
7
BTEL
0.79936965
0.574809426
8
CTRA
0.62512668
2.089935975
9
CTRS
0.225342154
0.292662948
10
GJTL
0.192529173
0.367266184
11
INDF
0.284092898
0.355103897
12
INTP
0.053419193
0.40515236
13
ISAT
0.412637867
0.690736377
14
KLBF
1.914891615
1.479330903
15
LPKR
0.333016705
0.443585082
16
LSIP
0.270548699
0.670019812
17
PGAS
0.494183824
0.388779633
18
PTBA
3.001010351
3.198254701
19
SMCB
0.335683521
0.620725193
20
TLKM
0.404945635
0.490494461
21
UNSP
0.460859366
0.807893403
22
UNTR
0.225909292
0.197270398
23
UNVR
0.493027051
0.18006629
LAMPIRAN VI: HASIL PERHITUNGAN CASH TO TOTAL ASSET RATIO (Variabel X4) NO
Nama Perusahaan
2006
2007
1
AALI
0.055888623
0.189197581
2
ADHI
0.060630018
0.180998794
3
ANTM
0.156083357
0.39407773
4
ASII
0.081650284
0.098629308
5
BLTA
0.107981447
0.095817844
6
BNBR
0.062038409
0.062528046
7
BTEL
0.107987817
0.063390352
8
CTRA
0.147472828
0.305878228
9
CTRS
0.086818942
0.075498626
10
GJTL
0.033001811
0.067766742
11
INDF
0.11044665
0.153651417
12
INTP
0.004520185
0.030726651
13
ISAT
0.082014901
0.18595982
14
KLBF
0.272769281
0.217263515
15
LPKR
0.159018409
0.192624641
16
LSIP
0.086109127
0.141782415
17
PGAS
0.044392441
0.060555502
18
PTBA
0.416713593
0.565880556
19
SMCB
0.040658118
0.094585232
20
TLKM
0.110677494
0.123579628
21
UNSP
0.048923697
0.084303895
22
UNTR
0.081338863
0.07970748
23
UNVR
0.219277778
0.081978383
LAMPIRAN IX - Tabel Uji t α d.f
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,025
0,01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 40 60 120 ∞
1,000 ,816 ,190 ,741 ,727 ,718 ,711 ,706 ,703 ,700 ,697 ,695 ,694 ,692 ,691 ,690 ,689 ,688 ,688 ,687 ,686 ,686 ,685 ,685 ,684 ,684 ,684 ,683 ,683 ,683 ,681 ,679 ,677 ,674
1,376 1,061 ,978 ,941 ,920 ,906 ,896 ,889 ,883 ,879 ,876 ,873 ,870 ,868 ,866 ,865 ,863 ,862 ,861 ,860 ,859 ,858 ,858 ,857 ,856 ,856 ,855 ,855 ,854 ,854 ,851 ,843 ,843 ,842
1,963 1,386 1,250 1,190 1,156 1,134 1,119 1,108 1,100 1,093 1,088 1,083 1,079 1,076 1,074 1,071 1,069 1,067 1,066 1,064 1,063 1,061 1,060 1,059 1,058 1,058 1,057 1,056 1,055 1,055 1,050 1,046 1,041 1,036
3,078 1,886 1,638 1,533 1,476 1,440 1,415 1,397 1,383 1,372 1,363 1,353 1,350 1,345 1,341 1,337 1,333 1,330 1,328 1,325 1,323 1,321 1,319 1,318 1,316 1,315 1,314 1,313 1,311 1,310 1,303 1,296 1,289 1,282
6,314 2,920 2,352 2,132 2,015 1,943 1,895 1,860 1,833 1,812 1,796 1,782 1,771 1,761 1,753 1,746 1,740 1,734 1,729 1,725 1,721 1,717 1,714 1,711 1,708 1,706 1,703 1,701 1,699 1,697 1,684 1,671 1,658 1,645
12,706 4,303 3,128 2,776 2,751 2,447 2,365 2,306 2,262 2,228 2,201 2,179 2,160 2,145 2,131 2,120 2,110 2,101 2,093 2,086 2,080 2,074 2,069 2,064 2,060 2,056 2,052 2,018 2,045 2,042 2,021 2,000 1,980 1,960
31,821 6,965 4,451 3,747 3,365 3,143 2,998 2,896 2,821 2,764 2,718 2,681 2,650 2,624 2,602 2,583 2,567 2,552 2,539 2,538 2,518 2,508 2,500 2,492 2,485 2,479 2,473 2,467 2,462 2,457 2,423 2,390 2,338 2,326
0,005
0,0005
63,675 636,619 9,925 31,598 5,841 12,941 4,604 8,610 4,032 6,895 3,707 5,959 3,499 5,405 3,355 5,041 3,250 4,781 3,169 4,587 3,106 4,437 3,055 4,318 3,012 4,221 2,977 4,140 2,947 4,073 2,921 4,015 2,898 3,965 2,878 3,922 2,861 3,883 2,845 3,830 2,831 3,819 2,819 3,792 2,807 3,767 2,397 3,745 2,787 3,752 2,779 3,707 2,771 3,690 2,763 3,674 2,756 3,659 2,750 3,646 2,704 3,551 2,660 3,460 2,617 3,373 2,576 3,291
LAMPIRAN VII
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEKS PERIODE TAHUN 2006-2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jan06-Jun06 AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BUMI CMNP DOID ENRG GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LSIP MEDC PGAS PLAS PTBA SMCB SMRA TKIM TLKM UNSP UNTR UNVR
Jul06-Des06 ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL BUMI CTRA CTRS ENRG GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LPKR LSIP MEDC PGAS PLAS PTBA SMCB TKIM TLKM UNSP UNTR UNVR
Jan07-Jun07 AALI ADHI ANTM ASII BLTA BNBR BTEL BUMI CMNP CTRA CTRS GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LPKR LSIP MEDC PGAS PTBA SMCB SULI TLKM TOTL UNSP UNTR UNVR
Jul07-Des07 AALI ANTM APEX ASII BLTA BNBR BTEL BUMI CPRO CTRA FREN INCO INDF INKP INTP ISAT KLBF LPKR LSIP MEDC PGAS PTBA SMAR SMCB SMGR TINS TLKM TRUB UNTR UNVR
LAMPIRAN X : HASIL OUTPUT SPSS VERSI 12
Regression Descriptive Statistics Mean .0320
Std. Deviation .35552
Current Ratio
.2167
.25913
46
Quick Ratio
.0607
.27769
46
Cash Ratio
-.3321
.36692
46
Cash to Total Asset
-.9973
.34939
46
Debt to Equity Ratio
N
46
Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Debt to Equity Ratio 1.000
Current Ratio -.580
Quick Ratio -.342
Cash Ratio -.530
Cash to Total Asset -.244
Current Ratio
-.580
Quick Ratio
-.342
1.000
.784
.587
.274
.784
1.000
.695
Cash Ratio
.331
-.530
.587
.695
1.000
.767
Cash to Total Asset
-.244
.274
.331
.767
1.000
Debt to Equity Ratio
.
.000
.010
.000
.051
Current Ratio
.000
.
.000
.000
.033
Quick Ratio
.010
.000
.
.000
.012
Cash Ratio
.000
.000
.000
.
.000
Cash to Total Asset
.051
.033
.012
.000
.
Debt to Equity Ratio
46
46
46
46
46
Current Ratio
46
46
46
46
46
Quick Ratio
46
46
46
46
46
Cash Ratio
46
46
46
46
46
Cash to Total Asset
46
46
46
46
46
Debt to Equity Ratio
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Cash to TotaAsset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio(a)
Method
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Model Summary(b)
Model 1
R .754(a)
R Square .568
Adjusted R Square .526
Std. Error of the Estimate .24476
Durbin-Watson 2.218
a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio ANOVA(b)
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 3.232 2.456
df 4
Mean Square .808
41
.060
F 13.486
5.688 45 a Predictors: (Constant), Cash to Total Asset, Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio b Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Sig. .000(a)
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Std. B Error
Model
1
(Constant) Current Ratio Quick Ratio Cash Ratio
Standardized Coefficients
95% Confidence Interval for B
t
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
2.441
.019
.058
.613
Beta
Collinearity Statistics
Zero-order
Partial
-.525
-.580
-.559
-.443
.379
2.636
.456
1.471
-.342
.514
.394
.273
3.657
.000
-1.411
-.490
-.530
-.546
-.428
.190
5.262
.014
.098
.832
-.244
.371
.262
.330
3.032
.335
.137
-.986
.229
-.719
-4.315
.000
-1.448
.963
.251
.752
3.834
.000
-.981
-4.169
.457
2.558
-.951 .228 Cash to Total .465 .182 Asset a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Correlations Part
Collinearity Diagnostics(a)
Variance Proportions Model 1
Dimensio n 1
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
Current Ratio
Quick Ratio
Cash Ratio
Cash to Total Asset
2.988
1.000
.01
.01
.00
.01
.00
2
1.715
1.320
.00
.03
.07
.01
.00
3
.155
4.384
.02
.47
.78
.09
.01
4
.120
4.996
.24
.48
.00
.27
.01
5
.022
11.607
.74
.00
.14
.62
.98
a Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Tolerance
VIF
Charts
Histogram
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = -1.03E-15 Std. Dev. = 0.955 N = 46
0 -3
-2
-1
0
1
Regression Standardized Residual
2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
Scatterplot
Dependent Variable: Debt to Equity Ratio
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
3