PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN ( Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Eko Sudarmakiyanto Manajemen,
[email protected]
Hery Prasetya
[email protected]
Pandji Anoraga
ABSTRACT The optimal financial performance is the firm’s aim can be obtained by implementing financial management functions, in which a financial decision affects the others, which eventually affects the corporate value. This study aims to examine and analyze the effect of investment decisions, financing decisions and dividend policy of each proxied by price earning ratio (PER), debt to equity ratio (DER), and dividend payout ratio (DPR) on financial performance measured by Economic Value Added (EVA). The samples in this study are 88 observations of 26 property, real estate, dan building construction sector firms listed at Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2008 – 2012 obtained by purposive sampling method. The analytical method used is multiple linear regression. Adjusted R2 of the model for this study is 10.9%. The results reveal that financing decisions significantly positive impact on financial performance. However, investment decisions and dividend policy have no significant results. Keywords : investment decisions, financing decisions, dividend policy, financial performance, price earning ratio, debt to equity ratio, dividend payout ratio, economic value added
1. Pendahuluan Perubahan dalam dunia bisnis yang semakin pesat serta persaingan yang begitu ketat menuntut perusahaan menerapkan strategi-strategi jitu dalam rangka mencapai tujuannya. Adanya tanggungjawab terhadap seluruh stakeholders, menyebabkan orientasi perusahaan bukan sekedar memaksimalkan laba (profit oriented) melainkan memaksimalkan nilai (value oriented) (Sartono, 2010). Sementara, untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus dapat menunjukkan kinerja yang baik sesuai dengan harapan dari pemegang saham. Salah satu indikator kinerja perusahaan adalah kesehatan keuangan. Apabila kondisi
keuangannya baik maka diprediksikan perusahaan tersebut akan mampu membiayai kebutuhan akan modal dan kewajibannya serta kesinambungan dalam memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya di masa yang akan datang (Ahmad dan Oetomo, 2007). Kinerja keuangan sebagai penilaian kondisi dan prestasi keuangan pada masa lalu dan prospek untuk masa depan biasanya diukur dengan rasio-rasio keuangan. Namun, rasio keuangan memiliki kelemahan tidak mencerminkan hasil yang akurat karena data yang digunakan merupakan data akuntansi yang dihasilkan dari nilai buku sehingga tidak mencerminkan nilai pasar perusahaan (Sakir, 2009)
Keterbatasan pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan mendorong penggunaan ukuran kinerja yang lebih menekankan pada value (Value Based Management/VBM). Sehingga, sekitar tahun 1990-an berkembang suatu pendekatan baru dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan yang diperkenalkan oleh Joel Stern dan G. Bernett Stewart III, analis keuangan di kantor konsultan Stern Stewart & Co. Management Services dengan istilah Economic Value Added (EVA). Menurut Young dan O’Byrne (2001) EVA memiliki keunggulan antara lain menyebabkan perhatian manajemen terfokus pada kepentingan pemegang saham dengan memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya, karena EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas. Semakin baik kinerja perusahaan akan tercermin dari besarnya nilai EVA. Nilai EVA yang positif berarti manajemen perusahaan telah berhasil memaksimumkan nilai perusahaan dan kinerja perusahaan mengalami peningkatan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan sejalan dengan peningkatan laba perusahaan. Semakin besar laba perusahaan, dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga cenderung meningkat. Hal ini akan menarik minat para investor untuk menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki nilai EVA positif sehingga harga saham perusahaan akan meningkat (Ervinta dan Zaroni, 2013). Kinerja perusahaan yang optimal merupakan tujuan perusahaan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Soejono, 2010). Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan yang
selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan pemegang saham (Jubaedah dan Argo, 2012). Keputusan investasi merupakan keputusan yang penting bagi perusahaan yaitu menyangkut pengalokasian sejumlah dana pada sejumlah aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh pengembalian di masa mendatang (expected return). Investasi mengestimasi tingkat pengembalian dengan resiko yang mungkin timbul, sehingga perlu mempertimbangkan sumber dana serta jenis investasi yang akan dilakukan. Untuk melakukan investasi, maka diperlukan sejumlah dana, sehingga keputusan pendanaan menjadi bagian tak terpisahkan dari perusahaan. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan (Husnan, 1996). Keputusan pendanaan mempertimbangkan penentuan sumber dana, apakah berasal dari internal atau eksternal perusahaan sehingga erat kaitannya dengan struktur modal. Setiap penggunaan dana akan memunculkan resiko berupa biaya modal (cost of capital). Struktur modal yang optimum memiliki proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri yang seimbang (Trade-off) dengan biaya modal rata-rata minimal. Keputusan yang juga perlu dipertimbangkan perusahaan adalah mengenai distribusi laba bersih yaitu kebijakan dividen. Kebijakan ini mempertimbangkan laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Perusahaan sektor property, real estate, and building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan sektor dengan tingkat pendanaan dan nilai investasi yang tinggi. Investasi pada sektor ini cenderung tinggi dan jangka panjang sehingga membutuhkan dana yang besar, sehingga disamping memiliki expected return yang tinggi juga melekat resiko yang tinggi pula. Hasil penelitian REI bersama Universitas Indonesia, sektor perumahan
SUBSEKTOR PROPERTY & REAL ESTATE
2008
2009
356.087
226.257
157.122
119.899
ANGKA DALAM JUTAAN RUPIAH
83.560
660.769
350.625
230.431
126.458
89.813
berkontribusi sekitar 26%-28% bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tiap tahunnya (Laoli, 2013). Perkembangan rata-rata laba bersih perusahaan sektor property, real estate, and building construction terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 -2012 yang dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
SUBSEKTOR BUILDING CONSTRUCTION
2010
2011
2012
Gambar 1: Grafik Perkembangan Laba Bersih
Keputusan investasi perusahaan sektor property, real estate, and building construction yang dikonfirmasi dengan price earning ratio (PER) menunjukkan angka yang tinggi, apresiasi pasa berupa harga saham rata-rata 14,30 kali dari laba bersih perlembar sahamnya. Sementara, komposisi struktur modalnya didominasi dana eksternal yang ditunjukkan nilai debt to equity ratio (DER) lebih dari 100%, dimana rata-rata jumlah proporsi kewajibannya 1,58 kali dari proporsi ekuitasnya. Distribusi laba bersih kepada pemegang saham yang ditunjukkan dividen payout ratio (DPR) juga tergolong tinggi rata-rata membagi dividen sebesar 27% dari laba bersinya. Adanya hubungan interdepedensi dalam keputusan keuangan, maka studi ini dimaksudkan memprediksi kinerja keuangan perusahaan sektor property, real estate, and building construction menggunakan variabel keputusan keuangan mempertimbangkan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen yang merupakan fungsi manajemen keuangan. Tujuan dilakukan studi ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dari permasalahan berikut 1) pengaruh keputusan investasi terhadap kinerja keuangan, 2) pengaruh keputusan pendanaan terhadap kinerja keuangan, 3) pengaruh kebijakan dividen terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka hipotesis yang perlu dibuktikan secara empiris yaitu :
H1 : Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan H2 : Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan H3 : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan 2. Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pada sektor property, real estate, dan building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara, sampel yang diperoleh sebanyak 88 data observasi, yaitu 26 perusahaan dari jumlah populasi yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kinerja keuangan, sementara variabel independen yaitu keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan yang dapat dinilai atau di kuantifikasi dengan nilai satuan uang (Darminto, 2007). Kinerja keuangan dalam penelitian ini diproksi melalui Economic Value Added (EVA). EVA merupakan tolak ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal (Young dan O’Byrne, 2001). Sementara untuk memperoleh nilai EVA, dalam penelitian Dwitayanti dikutip Rosy (2009) dapat dilakukan dengan beberapa tahap perhitungan, antara lain : 1) Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Menurut pendekatan keuangan, NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan beban bunga, sehingga rumus NOPAT : NOPAT = EAT+Beban Bunga
(1)
Keterangan: EAT : Earning After Tax, merupakan pendapatan bersih perusahaan setelah dikurangi beban pajak.
2) Menghitung Invested Capital (IC) Invested capital adalah jumlah seluruh pembiayaan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak mengandung bunga (non interestbearing liabilities), seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Invested capital dapat dihitung dengan rumus: Invested Capital = Total Kewajiban + Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek
(2)
3) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC adalah jumlah biaya dari masingmasing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan panjang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. Rumus WACC yaitu : WACC=[ (D × rd)(1-Tax)+(E × re)]
(3)
Dimana : 𝐷 (𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
× 100%
𝑟𝑑 (𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐷𝑒𝑏𝑡) = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 × 100%
(5)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
(4)
𝑇𝑎𝑥 (𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘) = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
× 100%
(6)
𝐸 (𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
× 100%
(7)
𝑟𝑒 (𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
× 100%
(8)
4) Menghitung Capital Charges Capital Charges / Capital Cost adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan. Dengan kata lain capital charges merupakan biaya modal yang dibebankan atas modal yang ditanamkan di perusahaan. Capital charges dapat diperoleh dengan rumus : 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒𝑠 = 𝑊𝐴𝐶𝐶 × 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑒𝑑 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 (9)
5) Menghitung (EVA)
Economic
Value
𝐸𝑉𝐴 = 𝑁𝑂𝑃𝐴𝑇 − 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒𝑠
Added (10)
Keputusan Investasi Keputusan investasi didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan net present value positif. Keputusan Investasi diproksi melalui Investment Opportunity Set (IOS). Investment Opportunity Set (IOS) tidak dapat diobservasi secara langsung (laten), sehingga dalam perhitungannya menggunakan proksi (Hasnawati, 2005). Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER). PER merupakan indikator untuk mengukur seberapa jauh investor bersedia membayar saham untuk setiap rupiah pendapatan yang dihasilkan perusahaan yang merupakan rasio antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham. PER merupakan perbandingan antara harga per lembar saham atau closing price dengan laba perlembar saham atau earning per share (EPS) sehingga rumusnya sebagai berikut (Ang, 1997) : 𝑃𝐸𝑅 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
(11)
Keputusan Pendanaan Menurut Husnan (1996) keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). DER menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2009) sehingga rumusnya : 𝑃𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
(12)
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini akan dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2009). Kebijakan deviden dalam penelitian ini dinkonfirmasikan melalui Dividend Payout Ratio (DPR). DPR merupakan perbandingan
antara besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dan laba per lembar saham atau earning per share (EPS) perusahaan pada periode tertentu. Dividen payout ratio (DPR) ini dapat dihitung dengan rumus (Ang, 1997) : 𝐷𝑃𝑅 =
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
3. Hasil dan Pembahasan Analisis Deskriptif Tabel 1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
(13)
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan (annual report) dan publikasi yang diterbitkan oleh IDX (Indonesia Stock Exchange) dari tahun 2008 – 2012. Kemudian, data dikumpulkan dengan metode studi pustaka dan dokumentasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan software aplikasi Microsoft Office Excel 2013 dan IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) 19 for Windows. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : Analisis Deskriptif Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis. Analisis Regresi Linier Berganda Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
γ = α +β1X1+β2X2+β3X3+ε
2. Uji Kesesuaian Model (Uji Statistik F) 3. Uji Parameter Model (Uji Statistik t)
(14)
Keterangan : γ = Economic Value Added (EVA) α = Konstanta β1-4 = Koefisien regresi X1 = Price Earning Ratio (PER) X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Dividend Payout Ratio (DPR) ε = Kesalahan pengganggu a) Uji Asumsi Klasik Serangkaian uji agar persamaan regresi yang terbentuk dapat memenuhi persyaratan BLUE ini, yaitu : 1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolonieritas 3. Uji Heteroskedastisitas b) Uji Goodness of Fit Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai berikut : 1. Koefisien Determinasi
N
Minimum
PER
88
,6076
Maximum 46,7367
14,300439
Mean
Std. Deviation 8,2463607
DER
88
,0655
7,7454
1,579094
1,4006406
DPR
88
,0367
1,2148
,272742
,1517766
EVA
88 3784864426 461217983825 136209937928,27
120945917698,594
Valid N (listwise)
88
sumber : data sekunder diolah, 2014
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa semua variabel baik PER, DER, DPR, maupun EVA memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari pada standar deviasinya, artinya data menyebar dan nilai variabel tersebut dalam sektor property, real estate, and building construction dapat dikatakan tinggi. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 2. Ringkasan Regresi Linier Berganda Variabel Independen
Koefisien Unstandar
1 Konstanta
Koefisien Standar
24.332
t hitung
T Sig.
69.556
.000
PER
.013
.089
.855
.395
DER
.314
.373
3.555
.001
.384
.049
.483
.630
DPR N Adjusted R Square F hitung F sig.
88 0,109 4,535 0,005a
t tabel F tabel
sumber : data sekunder diolah, 2014
Satuan ukuran dalam penelitian ini tidak sama (rasio kali dan rasio rupiah) sehingga berdasarkan Ghozali (2011) interpretasi persamaan regresi menggunakan standardized beta untuk mengeliminasi perbedaan unit ukuran. Berdasarkan tabel 2. tersebut dapat diketahui bahwa hasil estimasi model persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : LnEVA=0,089PER+0,373DER+0,049DPR+ε (15)
Berdasarkan nilai standardized coefficients beta yang ditunjukkan pada output SPSS, nilai beta terbesar dari 3 (tiga) variabel independen adalah DER, artinya DER memiliki pengaruh dominan terhadap LnEVA.
a) Uji Asumsi Klasik Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel Independen
Uji Multikolonieritas (Matrik Korelasi)
DPR
PER
DER
Uji Multikolonieritas (Tolerance dan VIF) Tolerance
VIF
Konstanta
Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
t
Sig.
5.822
.000
PER
1,000
-,104
-,137
.939
1.065
.119
.906
DER
-,104 1,000
,237
.931
1.074
-1.274
.206
DPR -,137 ,237 1,000 .976 Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Kolmogorov-Smirnov Z .807 Asymp. Sig. (2-tailed) .533
1.025
-1.973
.052
sumber : data sekunder diolah, 2014
Berdasarkan uji normalitas secara statistik pada tabel 3. besarnya nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,533 lebih besar dari 0,05. Selain itu, nilai KolmogorovSmirnov (K-S) sebesar 0,807 tidak signifikan pada 0,05 maka dapat dikatakan bahwa uji normalitas terpenuhi. 2. Uji Multikolonieritas Berdasarkan tabel 3. nilai tolerance >
0,1 dan VIF < 10 untuk masing-masing variabel independen, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan uji secara statistik pada tabel 3. hasil uji glejser menujukkan bahwa semua variabel bebas masing-masing mempunyai nilai probabilitas signifikansi di atas 0.05. Jadi tidak terdapat variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi nilai absolut residualnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas heteroskedastisitas b) Uji Goodness of Fit 1. Koefisien Determinasi Berdasarkan tabel 2. nilai Adjusted R Square sebesar 0,109 atau 10,9% artinya variabel dependen yang diukur dengan Economic Value Added (EVA) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen hanya sebesar 10,9% sedangkan sisanya 89.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 2. Uji Kesesuaian Model (Uji Statistik F) Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa nilai probabilitas (sig.) jauh lebih kecil dibawah taraf signifikansi (0,005<0,05), kemudian F hitung > F tabel (4,535>2,713),
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel kinerja keuangan. Hal ini berarti variabel tersebut layak atau sesuai dijadikan sebagai pengukur kinerja keuangan dan dapat dilakukan pengujian secara parsial. 3. Uji Parameter Model (Uji Statistik t) Berdasarkan tabel 2. hasil uji statistik t nilai probabilitas signifikansi keputusan investasi yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER) lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,396>0,05 dengan nilai β sebesar 0,013 menujukkan nilai yang positif dan t hitung < t tabel yaitu 0,855<1,989. Jadi, dapat disimpulkan keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan hipotesis 1 ditolak. Nilai probabilitas signifikansi keputusan pendanaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,001>0,05 dengan nilai β sebesar 0,314 menujukkan nilai yang positif dan t hitung > t tabel yaitu 3,555>1,989. Jadi, dapat disimpulkan keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan hipotesis 2 diterima. Nilai probabilitas signifikansi kebijakan dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,630>0,05 dengan nilai β sebesar 0,384 menujukkan nilai yang positif dan t hitung < t tabel yaitu 0,483<1,989. Jadi, dapat disimpulkan keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan hipotesis 3 ditolak. Pembahasan Hasil Penelitian Keputusan Investasi dan Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis pertama tidak terbukti (H1 ditolak). Perusahaan yang melakukan investasi berarti perusahaan tersebut memanfaatkan peluang untuk meningkatkan keunggulan bersaing. Semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan akan semakin besar. Peluang investasi yang dimanfaatkan dengan tepat berimplikasi pada tingkat pengembalian yang
tinggi. Namun, investasi yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan laba perusahaan dimasa yang akan datang, bukan pada saat investasi dilakukan. Pertumbuhan laba atas peningkatan investasi saat ini akan diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang. Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis 2 diterima. Penambahan hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, karena dana yang tersedia untuk operasionalnya lebih banyak. Penambahan hutang mengakibatkan adanya penambahan biaya modal yang lebih kecil daripada manfaat yang diperoleh perusahaan. Penambahan biaya modal dikompensasi dengan adanya pengaruh perpajakan dan teori pertukaran yang merupakan bagian dari pengembangan teori struktur modal MM. Peraturan perpajakan memperbolehkan perusahaan untuk mengurangkan pembayaran bunga sebagai suatu beban sehingga pembayaran bunga akan mengurangi beban pajak. Kebijakan Dividen dan Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis 3 ditolak. Sebagian investor menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan yang membagikan dividen karena pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan meningkat. Meningkatkan pembayaran dividen akan mempermudah perusahaan memperoleh dana eksternal karena kepercayaan investor terhadap perusahaan meningkat. Penambahan dana eksternal yang diperoleh perusahaan akan menambah modal yang digunakan untuk memperoleh laba, sehingga kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba juga meningkat. Namun, kondisi yang terjadi pada perusahaan sektor property, real estate, dan building construction, hanya sedikit perusahaan yang membagikan dividen secara konsisten. Berdasarkan signaling theory dan asymmetric information, maka pembagian dividen dimaksudkan memberikan sinyal kepada investor agar harga saham perusahaan meningkat dan perusahaan dapat memperoleh dana eksternal. Sehingga distribusi
keuntungan bagi pemegang saham berupa dividen yang tinggi belum tentu dapat meningkatkan kinerja keuangan. 4. Kesimpulan 1. Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA) tetapi secara statistik tidak signifikan. 2. Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA) dan signifikan secara statistik. 3. Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA) tetapi secara statistik tidak signifikan. Saran Hasil analisis goodness of fit hanya sebesar 10,9% artinya variabel independen yang dipilih sangat lemah dalam menjelaskan variabel dependen, dimana 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak estimasi dalam model penelitian. Keterbatasan ini membuka kesempatan bagai penelitian selanjutnya untuk memperbaiki model dengan mempertimbangkan variabelvariabel yang dapat meningkatkan harga saham, yang berdampak pada nilai laba bersih per lembar saham dalam estimasi keputusan investasi dan kebijakan dividen. Selanjutnya diharapkan akan mempengaruhi hasil prediksi terhadap kinerja keuangan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Mahbub dan Oetomo, Hening Widi (2007), Analisa Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value Added dan Market Value Added Perusahaan Rokok, Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), Vol. 4, No. 1, 17-35. Ang, Robert (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Mediasoft Indonesia. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. (2009), Fundamentals of Financial Management, 12th edition, United States of America: Cengage Learning. Darminto (2007), Pengaruh Investasi Aktiva, Pendanaan dan Pengelolaan terhadap
Kinerja Keuangan, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Vol. 19, No. 1, 33-43. Ervinta, Terra Vira dan Zaroni (2013), Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan EVA terhadap Harga Saham Indeks LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011, Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, Vol. 17, No. 1, 67-87. Ghozali, Imam (2011), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 19, Edisi Kelima, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasnawati, Sri (2005), Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, JAAI, Vol. 9, No. 2, 117-126. Husnan, Suad (1996), Manajemen Keuangan-Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang Buku 1 Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE. Jubaedah dan Argo, Jenji Gunaedi (2012), The Influence of Investment Decision, Capital Decision and Financial Performance on The Company Values in Manufacture Company Registered in Indonesian Stock Market, Seminar Nasional & Call For Papers (SCA-2), hlm. 1-12.
Rosy, Meita (2009), Analisis Pengaruh antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2008, Jurnal Sripsi Dipublikasikan Sakir, A. (2009), Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, 150-165. Sartono, Agus (2010), Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi Edisi 4, Yogyakarta: BPFE. Soejono, Fransiska (2010), Pengaruh Kepemilikan, Keputusan Investasi, Pengalaman dan Kinerja Finansial, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No. 1, 29-38. Young, S. David dan O’Byrne, Stephen F. (2001), EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai, Panduan Praktis untuk Implementasi, (Terjemahan), Jakarta: Salemba Empat.