Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Andini Permata Untara
[email protected]
Titik Mildawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of intellectual capital which is proxy with the Pulic Model (VAICTM) and the company performance that is proxy with the return on asset (ROA) on the company which has intensive intellectual capital asset which is banking companies.The population is banking companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The sample collection technique has bean determined by using purposive sampling and it is based on determined criteria therefore the samples are 27 banking companies which are consecutively never late to publish their financial statement during the period of 2008-2010. Multiple linier regressions with the SPSS application 2.0 versions are used in this research.The result of the research show that: 1)Value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), and structural capital value added (STVA) have been fix in predicting the return on asset (ROA). 2) Value added capital employed (VACA) variable has significant influence to the return on asset (ROA). Moreover, the coefficient sign is positive showing the relationship between VACA and ROA is unidirectional. 3) Value added human capital (VAHU) variable has significant influence to the return on asset (ROA). But the coefficient regression shows a negative sign in which the relationship between VAHU and ROA is not unidirectional. 4) Structural capital value added (STVA) variable has significant influence to the return on asset (ROA). And the coefficient sign is positive showing the relationship between STVA and ROA is unidirectional. Keywords:Intellectual Capital, Return on Asset, Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Added ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intelektual yang di proksikan dengan model Pulic (VAICTM) dan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan return on asset (ROA) pada perusahaan yang memiliki aset modal intelektual yang intensif yaitu perusahaan perbankan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian ini, ditetapkan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel sebanyak 27 sampel perusahaan perbankan yang secara berturut-turut tidak terlambat menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2008-2010. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan aplikasi SPSS versi 20.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) telah fit dalam memprediksi return on asset (ROA). 2) Variabel value added capital employed (VACA) berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA). Dan tanda koefisien positif menunjukkan hubungan searah antara VACA dan ROA. 3) Variabel value added human capital (VAHU) berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA). Namun koefisien regresi bertanda negative menunjukkan hubungan yang tidak searah antara VAHU dan ROA. 4) Variabel structural capital value added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA). Dan tanda koefisien positif menunjukkan hubungan searah antara STVA dan ROA. Kata kunci: modal intelektual, return on asset, value added capital employed, value added human capital, structural capital value added
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
2
PENDAHULUAN Di era ekonomi global saat ini pertumbuhan perekonomian berkembang dengan pesat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi. Persaingan bisnis yang sangat ketat dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mengakibatkan banyak perusahaan harus mengubah cara bisnisnya dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business). Perusahanperusahaan yang menerpakan knowledge-based business menciptakan suatu cara dengan mengelola pengetahuan sebagai sarana untuk mampu mencapai tujuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan perusahaan. Karakteristik ekonomi yang berbasis pengetahuan ini akan lebih menerapkan manajemen pengetahuan (knowledge management), dimana keberhasilan suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Perusahaan diharapkan dapat memformulasikan dan mengelola berbagai strategi dalam memanfaatkan potensi maksimal dari pengetahuan yang dimilikinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya lainnya.Kemampuan bersaing perusahaan tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva tidak berwujud tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan.Organisasi dan sumber daya yang dimiliknya.Berubahnya pandangan ekonomi menjadi ekonomi yang berbasis pengetahuan telah meningkatkan perhatian pada pengelolaan intangiable asset yang baik (Harrison dan Sullivan, 2000).Aset tidak berwujud dinilai sebagai aset yang berharga, langka, tidak bisa disubtitusikan dan sulit untuk ditiru, itulah sebabnya mereka diperlakukan sebagai aset strategis yang mampu menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan kinerja keuangan yang unggul (Barney, 1991). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset pengetahuan adalah intellectual capital (IC) yang telah menjadi focus perhatian diberbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000).Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008) tidak mengukur secara langsung modal intelektual perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (value added intellectual coefficient - VAICTM). Komponen utama dari VAICTM dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital) dan structural capital (STVA – structural capital value added). Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability yang kemudian disebut dengan VAICTM menunjukkan sejauh mana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah dimanfaatkan secara efisien oleh perusahaan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk dapat bertahan dan eksis di ajang persaingan.Kini perusahaan-perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersidat tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembanganbisnisnya.Negara-negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, berpeluang besar untuk menguasai pasar global. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003:36) implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa Negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negaranegara Skandinavia. Peningkatan IC sebagai akibat dari perkembangan new economy (ekonomi baru) yang dikendalikan oleh teknologi informasi dan pengetahuan sebagai alat ukur untuk menentukan nilai perusahaan.Peranan IC semakin strategis, bahkan sebagai peran kunci dalam upaya melakukan lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan.Kesadaran perusahaan dalam mengandalkan IC sehingga memunculkan wacana bisnis knowledge based
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
3
company. Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Pada umumnya IC dikelompokkan menjadi tiga komponen, yaitu human capital, structural capital dan relation capital (customer capital).Human capital meliputi pengetahuan, keahlian, kompetensi dan motivasi yang dimiliki karyawan.Structural capital mencakup budaya perusahaan, computer software dan teknologi informasi.Sedangkan relation capital meliputi loyalitas konsumen, pelayanan jasa terhadap konsumen dan hubungan baik dengan pemasok. Appuhami (2007) dalam sunarsih dan Mendra (2012) menyatakan bahwa semakin besar nilai modal intelektual semakin efisien penggunaan modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi perusahaan. Beberapa penelitian tentang intellectual capital telah membuktikan bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dibuktikan oleh beberapa peneliti di Indonesia, diantaranya Ulum et al. (2008) telah menguji pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan 130 perusahaan sektor perbankan dengan metode Partial Least Square (PLS), kinerja keuangan perusahaan di masa depan dan juga menguji pengaruh rata-rata pertumbuhan intellectual capital (ROGIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan. Kinerja keuangan perusahaan diproksikan oleh Return On Assets (ROA), Asset Turn Over (ATO) dan Growth Revenue (GR). Hasil penelitian oleh Ulum tersebut membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan. Intellectual capital juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan sektor perbankan. Tetapi Rate of Growth of Intellectual Capital (ROGIC) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan masa depan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Ulum et al. (2008), tentang kinerja keuangan yang bedanya peneliti hanya menggunakan ROA (return on asset) dan menggunakan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sebagai sampel. Industri perbankan adalah salah satu sektor yang paling intensif IC-nya.Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan komponen VAICTM untuk mengukur besarnya intellectual capital yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah Value Added Capital Emplyed (VACA) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)? (2) Apakah Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)? (3) Apakah Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Return on Asset (ROA). (2) Untuk mengetahui pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Return on Asset (ROA). (3) Untuk mengetahui pengaruh Structural Capital Value Added(STVA) terhadap Return on Asset (ROA). TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Resource-Based Resource-Based Theory adalah suatu pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul (Solikhah et al., 2010). Menurut Resource-Based Theory perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting (aset berwujud dan aset tidak berwujud). Menurut Jackson dan Schuler (1995) dalam Suhendah (2012) teori ini menjelaskan tiga sumber daya yaitu sumber daya fisik berupa pabrik, teknologi, peralatan, lokasi geografis,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
4
sumber daya manusia berupa pengalaman, pengetahuan pegawai dan sumber daya organisasional berupa struktur dan sistem perencanaan, pengawasan, pengendalian serta hubungan sosial antara organisasi dengan lingkungan eksternal. Intellectual Capital Menurut Williams (2001) dalam Kuryanto dan Syafrudin (2008) modal intelektual didefiniskan sebagai informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai.Modal intelektual adalah sekelompok aset pengetahuan yang merupakan atribut organisasi dan berkontribusi signifikan untuk meningkatkan posisi persaingan dengan menambahkan nilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Marr dan Schiuma, 2001 dan Solikhah et al., 2010).Perhatian perusahaan terhadap pengelolaan modal intlektual beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa modal intelektual merupakan landasan bagi perusahaan tersebut untuk berkembang dan mempunyai keunggulan dibandingkan perusahaan lain. Secara garis besar modal intelektual merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan apabila digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan dapat menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien sehingga dapat mempengaruhi keunggulan bersaing. Komponen Intellectual Capital Menurut The Danish Confederation of Trade Unions (1999) dalam Ulum et al. (2008) membagi intellectual capital menjadi manusi, sistem dan pasar. peneliti menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: (a) Human Capital merupakan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, kecerdasan, hubungan, sikap, bakat dan perilaku karyawan yang digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. (b) Structural Capital merupakan kemampuan organisasi suatu perusahaan dalam memenuhi suatu perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Seorang karyawan memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi tetapi apabila organisasi memiliki sistem dan prosdur yang salah maka intellectual capital tidak mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.Karena terkait dengan kemampuan organisasi suatu perusahaan dalam melaksanakan rutinitas perusahaan dan strukturnya yang dapat mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). (c) Relation Capital atau Customer Capitalmerupakan hubungan harmonis yang dimiliki antara perusahaan dengan para mitra kerjanya baik berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas juga dai pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan.Kualitas hubungan yang baik dan kemampuan untuk menciptakan pelanggan baru merupakan faktor kunci yang mendorong keberhasilan bagi suatu entitas (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008), untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan. VAICTMsebagai alat ukur untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Yang perhitungannya dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai nilai.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
5
Keunggulan metode Pulic adalah kemudahan memperoleh data yang digunakan dalam penelitian.Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio adalah angkaangka keuangan standart yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.VAICTMyang dikembangkan Pulic (1998) dalam Ulum et al. (2008) terdiri dari tiga komponen utama yang dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu: (1) Value Added Capital Employed (VACA) adalah hubungan antara VA dengan modal fisik yang bekerja (capital employed – CE). Dan VACA merupakan sebuah indikator untuk VA yang dibuat oleh satu unit modal fisik. (2) Value Added Human Capital (VAHU)adalah hubungan antara VA dengan HC. VAHU menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU merupakan indikator pembanding kemampuan intelektual dan juga sebagai indikator pembanding dalam hal pemanfaatan sumber daya manusia yang lebih baik dalam sebuah perusahaan. (3) Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi modal struktural (SC) dalam pembentukan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikator kemampuan SC dalam penciptaan nilai. Kinerja Menurut Mangkunegaraan (2000:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai engan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Penilaian kinerja suatu unit organisasi perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai untuk membuat program perbaikan apabila diperlukan. Demikian pula dengan perusahaan apabila aktifitas bisnisnya dijalankan dengan baik maka akan memperoleh kinerja perusahaan yang baik pula. Hansen dan Mowen (2005) menyatakan bahwa kinerja yang baik memiliki tiga dimensi utama, yaitu: (a) Efisiensi berfokus pada hubungan antara aktivitas input dan output. Efisiensi berarti tiap-tiap aktivitas mengkonsumsi sumber daya secara tepat atau lebih sedikit.Untuk menilai apakah perusahaan sudah efisien atau belum perusahaan dapat membandingkan dengan pesaing. (b) Kualitasberhubungan dengan pelaksanaan aktivitas yang benar ada pertama kali dilakukan. Kualitas merupakan perbedaan antara apa yang dijanjikan kepada konsumen dengan apa yang diterima oleh konsumen. (c) Waktu yang lebih lama mengidentifikasikan pemakaian sumber daya yang lebih banyak dan kekurangan maupun untuk bereaksi terhadap permintaan konsumen. Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksut yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuannya (Mahsun, 2006:25). Jenis penilaian kerja secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja keuangan non-finansial. Seperti yang dikemukakan oleh Horgen et al. (2006:748) bahwa penilaian kinerja meliputi: (a) Penilaian kinerja keuangan yaitu menjabarkan indikasi-indikasi kinerja dalam jumlahuang serta merupakan akhir dari kegiatan dan keputusan manajemen. (b) Penilaian kinerja non-keuangan yaitu lebih menunjukkan kinerja sebagai proses dariaktivitas fisik dan merupakan alat yang utama dalam pengendalian strategik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
6
Return on Asset Menurut Prastowo (2005:91) return on asset adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva nya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana yang dimiliki perusahaan. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang IC dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan dan hasilnya berbeda-beda. Peneliti yang sebelumnya pernah menguji hubungan IC terhadap kinerja perusahaan adalah Bontis et al. (2000) membuktikan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di Malaysia tanpa memperhatikan jenis industrinya. Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapore sebagai sampel penelitian.Penelitian ini membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Ulum et al. (2008) melakukan penelitian dengan menggunakan metode VAICTM untuk meneliti tiga aspek pengaruh, yaitu pengaruh intellectual capital dengan kinerja perusahaan, pengaruh intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang dan pengaruh tingkat pertumbuhan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan positif antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan dan intellectual capital berpengaruh juga terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Tetapi dalam penelitian ini tingkat pertumbuhan tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan di masa yang akan datang. Pengembangan Hipotesis Pengaruh value added capital employed terhadap return on asset Perusahaan yang dapat memanfaatkan sumber daya strategisnya dengan baik dan mampu untuk menciptakan suatu nilai tambah dan keunggulan kompetitif yang nantinya akan bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan. IC merupakan sumber daya yang berperan dalam peningkatan keunggulan bersaing akan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005). Menurut resource based theory IC merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingg dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Dalam proses penciptaan nilai perusahaan membutuhkan pemanfaatan optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan salah satunya adalah capital employed. Apabila dimanfaatkan dengan baik dan dapat digunakan secara efektif, maka nilai tambah akan dapat dihasilkan guna menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Value Added Capital Employed berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. H1: Value Added Capital Employed berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset Pengaruh value added human capital terhadap return on asset Perusahaan yang dapat memanfaatkan sumber daya strategisnya dengan baik dan mampu untuk menciptakan suatu nilai tambah dan keunggulan kompetitif yang nantinya akan bermuara pada penginkatan kinerja perusahaan. IC merupakan sumber daya yang berperan dalam penginkatan keunggulan bersaing akan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
7
Menurut resource based theory IC merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingg dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Dalam proses penciptaan nilai perusahaan membutuhkan pemanfaatan optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan adalah karyawan (human capital).Apabila karyawan-karyawan tersebut diberlakukan dengan baik dan kesejahteraan terjamin niscaya sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif, maka nilai tambah akan dapat dihasilkan guna menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Value Added Human Capital berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. H2: Value Added Human Capitalberpengaruh signifikan terhadap Return on Asset Pengaruh structural capital value added terhadap return on asset Menurut resource based theory IC merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingg dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Dalam proses penciptaan nilai perusahaan membutuhkan pemanfaatan optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Structural capital salah satunya sumber daya yang juga berpengaruh dalam suatu perusahaan. Apabila sumber daya tersebut dimanfaatkan dengan baik dan dilaksanakan secara baik, maka nilai tambah akan dapat dihasilkan guna menciptakan kelangsungan kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Structural Capital Value Added berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. H3: Structural Capital Value Added berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankanyang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2008, 2009 dan 2010. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 27 perusahaanyang memenuhi kriteria. Terdapat 10 data yang mengalami outlier sehingga diperoleh 71 data yang menjadi data pengamatan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Value Added Capital Employed Value added capital employed (VACA) merupakan perbandingan antara value added (VA) dengan total ekuitas perusahaan (CE) yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998 dalam Ulum et al., 2008). Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added. VACA dapat dihitung dengan rumus: VA VACA= CE
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
Keterangan: VACA VA CE
8
: Value Added Capital Employed : Value Added perusahaan : Capital Employed dana yang tersedia (ekuitas) perusahaan
Value Added (VA) dapat diketahui dengan menggunakan rumus: VA= Out – In Keterangan: Out : Output, total pendapatan In : Input, beban selain beban karyawan Pemanfaatan ekuitas perusahaan merupakan Value Added Human Capital VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat
Keterangan: VAHU VA HC
: Value Added Human Capital : Value Added perusahaan : Human Capital, Total Salary and wages cost (biaya gaji dan upah perusahaan)
Structural Capital Value Added STVA mengukur jumlah modal struktural (SC) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan modal struktural (SC) dalam menciptakan nilai. STVA dapat dihitung dengan rumus: STVA= Keterangan: STVA SC VA
SC VA
: Structural Capital Value Added : Structural Capital, VA - HC : Value Added
Variabel Dependen Return on Asset Return on asset adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana yang dimiliki perusahaan. Return on asset dapat dihitung dengan cara: ROA=
Laba bersih Total Aset
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu: ROA= 0+β1VACA + β2VAHU + β3STVA + e
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
Keterangan: ROA (Y) VACA (X1) VAHU (X2) STVA (X3) 0 Β1,β2, β3 e
9
: Return on Asset : Value Added Capital Employed : Value Added Human Capital : Structural Capital Value Added : Konstanta untuk persamaan Y : Koefisien regresi untuk variabel bebas : Komponen pengganggu (standard error)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai kontribusi normal atau tidak.Untuk melihat variabel dependen dan independen mengikuti sebaran normal atau tidak dapat digunakan Grafik Normal P-P Plot of regression Standardized Residual.Jika residual menyebar disekita garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berikut ini adalah Grafik Normal P-P Plot of regression Standardized Residual dari model regresi:
Sumber: Output SPSS 20 Gambar 1 Grafik Normal P-P Plot
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga asumsi normal dianggap terpenuhi.Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah regresi yang variabel independennya tidak memiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolonieritas antara variabel independennya. Tabel 1 Nilai Tolerance dan VIF Coefficientsa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
10
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
T
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Toleranc
VIF
e
1
(Constant)
.002
.003
.513
.609
VACA
.022
.005
.356
4.490
.000
.959
1.043
VAHU
-.008
.003
-.499
-2.711
.008
.178
5.608
STVA
.048
.009
1.023
5.513
.000
.175
5.707
a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa semua variabel bebas nilai tolerance di atas 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinieritas dengan aturan jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas (Ghozali, 2006). Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2006).Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Waston.Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi.Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi di dalamnya. Tabel 2 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .764a
R Square .484
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .465
Durbin-Watson
.00380243
1.980
a. Predictors: (Constant), Structural Capital, Capital Employee, Human Capital b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,980 terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Ghozali, 2006). Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan antara varian dari residual suatu pengamatan ke pengematan lain (Ghozali, 2006). Jika varians dari pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut heteskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Santoso (2002:210) jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas maka tidak terjadi heteroskedastisitas.Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot antara SREID dan ZPRED.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
11
Sumber: Output SPSS 20 Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas.Titik-titik menyebr di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Data yang akan diolah sudah tidak mengandung heteroskedastisitas, maka persamaan regresi linier berganda yang diperoleh dapat dipergunakan untuk penelitian. Uji Hipotesis Uji F Uji F untuk menentukan bila nilai rasio dimaksud telah cukup besar sehingga dapat secara yakin menolak H0dan menyimpulkan bahwa model tersebut memang bermanfaat untuk memprediksi Y (McClave et al., 2010). Berikut hasil Uji F yang telah diolah menggunakan SPSS:
Model
Tabel 3 Analysis of Varians ANOVA Df
Sum of Mean F Squares Square Regression .002 3 .001 32.225 1 Residual .002 69 .000 Total .004 72 a. Dependent Variable : Kinerja Keungan b. Predictors : (Constant), Structural Capital, Capital Employee, Human Capital Sumber: Output SPSS 20
Sig. .000b
Dari tabel uji F dapat dilihat nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai F hitung sebesar 32.225. Dimana dapat dilihat bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05, ini menunjukan bahwa model telah fit dalam memprediksi Y. dasar pengambilan keputusan yang lain adalah nilai F hitung harus lebih besar dari F tabel untuk membuktikan bahwa model telah fit dalam memprediksi Y. Dari perhitungan tersebut dapat dilihat nilai F hitung 32.225 lebih besar dari F tabel 2.74. Maka dapat disimpulkan bahwa model telah fit dalam memprediksi Y. Uji t
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
12
Persamaan regresi linier berganda diharapkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital dan Structural Capital Value Added terhadap Return on Asset.Yang menghasilkan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,484. Artinya variabel value added capital employed, value added human capital dan structural capital value added dapat menjelaskan return on asset sebesar 48,4% sedangkan sisanya yaitu 51,6% dijelaskan oleh variabel diluar variabel penelitian. Tabel 4 Koefisien Regresi ROA= +b1VACA + b2VAHU + b3STVA + e Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .002 .003 VACA .022 .005 .356 1 VAHU -.008 .003 -.499 STVA .048 .009 1.023 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Sumber: Output SPSS 20 Model
T
Sig.
.513 4.490 -2.711 5.513
.609 .000 .008 .000
Berdasarkan hasil tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pengaruh antara variabelindependen (VACA, VAHU dan STVA) terhadap variabel dependen, yaitu return on asset adalah sebagai berikut: Pengaruh Value Added Capital Employed terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa value added capital employed berpengaruh terhadap return on asset dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai koefisien regresi VACA sebesar 0,022 menunjukkan arah hubungan positif atau searah antara VACA dengan ROA.Tanda positif menunjukkan pengaruh VACA terhadap ROA artinya jika variabel VACA meningkat satu satuan maka ROA akan mengalami peningkatan sebesar 0,022 dengan asumsi variabel lain dalam penelitian ini konstan. Hal ini menunjukkan bahwa value added capital employed berpengaruh signifikan terhadap return on asset dengan arah positif. Dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa value added capital employed berpengaruh terhadap return on asset diterima. Dengan adanya pengaruh signifikan antara VACA terhadap ROA menunjukkan bahwa modal fisik dan finansial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.Modal fisik dan finansial merupakan komponen yang penting dalam produktivitas perusahaan untuk menghasilkan laba dan nilai tambah bagi perusahaan. Pengelolaan capital employed perusahaan secara efisien dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa resource-based theory menyatakan bahwa keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul. Pengaruh Value Added Human Capital terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa value added human capital berpengaruh terhadap return on asset dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai koefisien regresi VACA sebesar -0,008 menunjukan arah hubungan negative atau tidak searah antara VAHU dengan ROA. Yang artinya jika variabel VAHU meningkat satu satuan maka ROA akan mengalami penurunan sebesar -0,008 dengan asumsi variabel lain dalam penelitian ini konstan. Hal ini menunjukkan bahwa value added capital employed berpengaruh signifikan terhadap return on asset dengan arah negatif. Dengan demikian H2 yang menyatakan bahwa value added human capital berpengaruh terhadap return on asset diterima. Tanda koefisien negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah antara value added human capital dan return on asset. Hal ini mengindikasikan bahwa human capital yang ada pada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
13
perusahaan perbankan merupakan bukan aset yang paling utama yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Pengaruh Structural Capital Value Added terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa structural capital value added berpengaruh terhadap return on asset dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai koefisien regresi VACA sebesar 0,048 menunjukkan arah hubungan positif atau searah antara STVA dengan ROA. Tanda positif menunjukkan pengaruh STVA searah terhadap ROA yang artinya jika variabel STVA meningkat satu satuan maka ROA akan mengalami peningkatan sebesar 0,048 dengan asumsi variabel lain dalam penelitian ini konstan. Hal ini menunjukkan bahwa structural capital value added berpengaruh signifikan terhadap return on asset dengan arah positif. Dengan demikian H3 yang menyatakan bahwa structural capital value added berpengaruh terhadap return on asset diterima. Dengan adanya pengaruh signifikan antara STVA terhadap ROA menunjukkan bahwa structural capital merupakan nilai-nilai dari infrastruktur organisasi dan jenis pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk manual, pedoman, konsep produk maupun sistem informasi yang ada di dalam perusahaan. Structural capital yang baik adalah struktur organisasi yang dapat menghubungkan antara orang-orang dengan data dan mempermudah pelaksanaan kegiatan perusahaan.Bontis, (2000) menyatakan bahwa Structural Capital merupakan sarana dan prasana yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja secara optimal. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi merupakan alat ukur untuk melihat kadar keterkaitan antara variabel bebas dan terikat. Hasil koefisien determinasi dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
1 .764a .484 .465 .00380243 a. Predictors: (Constant), Structural Capital, Capital Employee, Human Capital b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,484 atau 48,4% menunjukkan bahwa variabel-variabel independen (VACA, VAHU dan STVA) dapat menjelaskan variabel dependen ROA dan sisanya 51,6% dipengaruhi oleh faktor yang lain di luar penelitian. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) model yang digunakan dalam penelitian (value added capital employed, value added human capital dan structural capital value added) telah fit dalam memprediksi return on asset (ROA) Y,(2) Value added capital employed berpengaruh signifikan terhadap Retunr on asset,(3) Value added human capital berpengaruh signifikan terhadap Return on asset,(4) Structural capital value added berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Penelitian ini hanya menggunakan metode pengukuran modal intelektual VAICTM. Penelitian selanjutnya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
14
hendaknya mempertimbangkan untuk menggunakan metode lain spertiScandia Navigator, Tobin’s “Q” dan Calculated Intangible Value karena VAICTM hanya mampu dinilai dengan data-data yang ada dalam laporan keuangan. (2) Penelitian ini hanya menggunakan objek penelitian yaitu perusahaan perbankan. Peneliti selanjutnya yang hendak mengkaji modal intelektual secara lebih mendalam dapat menambahkan objek penelitian pada jenis industry high-IC dan industry low-IC dan perusahaan jasa lainnya yang diyakini bahwa modal intelektual untuk masing-masing industry tersebut berbeda. (3) Penelitian ini hanya menggunakan proksi Return on Asset. Peneliti berikutnya dapat menggunakan proksi lain sebagai variabel dependennya selain return on asset. Missal Return on Equity (ROE) sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Barney, J. B .1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management .Vol. 17.pp.99-120. Bontis, N., W.C.C. Keow, dan S. Richardson. 2000. Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital Vol. 1 No. 1.pp. 85100. Chen, M-C., S-J Cheng, dan Y Hwang . 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Perfor-mance. Journal of Intellectual Capital Vol. 6 No. 2. pp .159-176. Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hansen, D.R. dan M.M. Mowen. 2005. Management Accounting.7thed.South-Western, a Division of Thomson Learning Inc.Singapore. Harrison, S. dan P.H. Sullivan. 2000. Profitting form Intellectual Capital: Learning from Leading Companies. Journal of Intellectual Capital.Vol.1 No.1.pp.33-46. Horngren, Charles. T., Srikant M. Datar, dan G. Foster. 2006. Cost Accounting A Managerial Emphasis. Twelfth Edition. USA: Person Education, Inc. Kuryanto, B. dan M. Syafrudin. 2008. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak: 23-24 Juli. Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Mangkunegaraan, A.A.A.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Remaja Rusdakarya. Bandung. McClave, James.T., Benson, P.G., Sincich, Terry. 2010. Statistik. Kesebelas.Erlangga. Jakarta. Petty, P. dan J. Guthrie. 2000. Intellectual Capital Literature Review: Measurement, Reporting and Management. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 2. pp. 155-75. Prastowo, D. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta: YKPN. Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. PT Alex Media Komputindo. Jakarta. Sawarjuwono, T. dan A.P. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 31-57. Solikhah, B., A.Rohman, dan W. Meiranto. 2010. Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value; StudiEmpirisdenganPendekatanSimplisiticSpecification. MakalahDisampaikandalamSimposiumNasionalAkuntansi XIII.Purwokerto: 13-15 Oktober. Suhendah, R. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia Pada Tahun 20052007. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV.Banjarmasin: 20-23 September.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
15
Sunarsih, N.M. dan N.P.Y. Mendra. 2012. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 20-23 September. Tan, H.P., D. Plowman, dan P.Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital Vol.8 No.1.pp.76-95. Ulum, I., I. Gozhali, dan A. Chariri. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.