1
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)
(SKRIPSI)
NAMA
: STEVEN YANS
NPM
: 0641031090
EMAIL
:
[email protected]
NO. HP
: 085841418288
PEMBIMBING I
: Harsono Edwin Puspita, S.E.,M.Si
PEMBIMBING II
: Sudrajat, S.E.,M.Acc.,Akt.
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG 2012
2
ABSTRAK PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI) OLEH : STEVEN YANS
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. Modal intelektual diukur dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Ante Pulic yaitu VAICTM yang terdiri dari tiga sumber daya yaitu (VACA,VAHU,STVA), sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan Price Book Value dan Price Earnings Ratio. Data yang digunakan adalah 10 Bank dengan asset terbesar dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan untuk analisis data digunakan Partial Least Square. Hasil penelitian ini sendiri menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang diukur menggunakan PBV dan PER. Dari hasil uji Outer dan uji Inner dapat dilihat bahwa masing-masing variabel indikator berpengaruh positif terhadap variabel laten dan variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Kata Kunci : Intellectual Capital, Partial Least Square, Kinerja Perusahaan.
3
ABSTRACT INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL ON CORPORATE PERFORMANCE (On Banking Company Registered in Indonesia Stock Exchange)
By : STEVEN YANS This study aims to measure how big the influence of intellectual capital on corporate performance. Intellectual capital is measured using a method developed by Ante Pulic is VAICTM consisting of three resources, namely (VACA, VAHU, STVA), while the company's performance is measured by using the Price Book Value and Price Earnings Ratio. The data used are the 10 largest bank by assets and is listed on the Indonesia Stock Exchange. And for data analysis used the Partial Least Square. The results of this study itself shows that intellectual capital has a positive effect on company performance as measured using the PBV and PER. From the test results of Outer and Inner test can be seen that each variable has a positive effect on indicators of latent variables and independent variables have a positive influence on the dependent variable. Keywords : Intellectual Capital, Partial Least Square, Corporate Performance.
4
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Para ekonom telah lama berbicara mengenai modal (capital), khususnya modal ekonomi atau finansial (financial capital). Modal finansial adalah sejumlah uang yang dapat dipergunakan untuk membeli fasilitas dan alat-alat produksi saat ini (misalnya pabrik, mesin, peralatan kantor, kendaraan) atau sejumlah uang yang dihimpun atau ditabung untuk investasi dimasa depan. Konsep modal seperti ini mudah dipahami baik oleh seorang awam sekalipun, karena membelanjakan atau menginvestasikan uang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia dan melibatkan pemikiran serta indikator-indikator yang jelas. Modal finansial juga mudah diukur. Rupiah atau dollar dapat dihitung secara kuantitatif dan absolut, karena jumlah uang yang dibelanjakan dapat diidentifikasi sesuai jumlah barang yang dibelinya. Di Indonesia sendiri Intellectual Capital belum cukup dikenal, namun sejak munculnya PSAK No. 19 (revisi 2011) yang menyatakan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aset tidak berwujud yang memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang dan dapat diukur dengan andal (IAI,2011). maka dapat disimpulkan bahwa hal tersebut telah menjadi dasar bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia Pada dasarnya Intellectual Capital sangat berbeda dengan aktiva tidak berwujud (intangible asset), hal ini dikarenakan Intellectual Capital sering dihubungkan dengan goodwill sehingga banyak yang merujuk kedua hal tersebut memiliki kesamaan makna. Keterbatasan dari laporan keuangan di dalam menjelaskan nilai perusahaan menunjukkan fakta bahwa sumber nilai ekonomi tidak lagi berupa
5
produksi bahan baku, tetapi penciptaan IC. IC sendiri meliputi modal SDM dan struktur yang terkemas dalam pelanggan, proses, database, merek dan sistem (Edvinsson and Malone 1997; Ulum, 2008), dan telah memainkan peran yang semakin penting di dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi perusahaan (Kaplan and Norton, 2004; Ulum, 2008). Beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud telah disebutkan dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Selain itu juga disebutkan piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar pelanggan, hak penguasaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar. Saat ini, nilai diciptakan melalui hubungan yang kompleks antara penawaran dan permintaan (supply and demand), dimana penawaran jauh lebih besar daripada permintaan (Ulum, 2009). Begitu pentingnya modal intelektual pada era sekarang sebagaimana dinyatakan oleh Peter Drucker (Pulic, 1999; Ulum, 2009) “ The most important and indeed truly unique contribution of management in the 20th century was the fifty fold increase in the productivity of the manual worker in manufacturing. The most important contribution management needs to make in the 21st century is similarly to increase productivity of knowledge work and knowledge workers. The most valuable asset of a 20th century Company was its production equipment. The most valuable asset of a 21st century institution will be its knowledge workers and their productivity”.
6
Secara nyata maksud dari pernyataan Peter Drucker itu sendiri adalah, saat ini sudah saatnya perusahaan-perusahaan di abad 21 mengganti manajemen yang mengandalkan pekerja manual menjadi manajemen yang berbasis pengetahuan. Penelitian ini berusaha mengukur pengaruh intellectual capital (dalam hal ini diproksikan dengan VAIC™) terhadap nilai pasar perusahaan sektor perbankan di Indonesia.). Sektor perbankan dipilih karena menurut (Firer dan William, 2003; Ulum, 2009) industri perbankan adalah salah satu sektor yang paling intensif ICnya. Pemilihan model VAIC™ sebagai proksi atas IC mengacu pada penelitian (Firer dan William, 2003;Ulum, 2009; Chen et al, 2005; Tan et al, 2007; ;Ulum, 2009). Sedangkan untuk pengukuran nilai pasar akan menggunakan PBV ( price book value) serta PER (price earning ratio), dan GR (growth revenue). Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) ”. 1.2. Permasalahan 1.2.1 Perumusan masalah dan batasan masalah Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : a. Apakah Intellectual Capital yang diukur dengan VAIC berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diwakili oleh variabel indikator PBV dan PER ?
7
1.2.2 Batasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki maksud dan arah yang fokus, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Intelectual capital diukur menggunakan proksi VAIC 2. Nilai pasar diukur dengan rasio PBV, PER. 3. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010. 4. Bank-bank yang dijadikan sampel masuk daftar sepuluh bank besar per 31 Desember 2010 yang pengklasifikasiannya berdasarkan total aset karena itulah data terakhir yang bisa didapat dan nilainya diyakini mendekati realita pasar. 5. Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap dan berturut-turut. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan yang diwakili oleh price book value (PBV) dan price earning ratio (PER). 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan tentang intellectual capital, khususnya yang terkait dengan pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan.
8
b. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan bagi para akuntan untuk dapat bisa mengidentifikasi, mengukur, serta mengungkapkan IC dalam laporan keuangan perusahaan.
9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.
Kinerja Perusahaan
Kinerja dalam suatu perusahaan merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya atas tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Informasi akuntansi sering kali digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaannya. Namun, informasi akuntansi tidak semata-mata dijadikan dasar pokok penilaian kinerja perusahaan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada (IAI, 2001). 2.1.1. Pengukuran Kinerja Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non-akuntansi untuk menilai kinerja manajer atau pimpinan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian dan proses transaksional bagi kalangan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditor serta stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan dengan harapan kesejahteraan yang ingin mereka capai.
10
Perusahaan akan menggunakan informasi keuangan untuk menilai kinerja manajer. Atau mungkin juga informasi akuntansi digunakan bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kinerja. Informasi akuntansi juga dinilai lebih objektif sebagai dasar penilaian kinerja. 2.1.2 Price Book Value (PBV) PBV atau Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. PBV mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan di harga yang sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode 1 tahun mendatang. 2.1.3. Price Earning Ratio Price earning ratio merupakan gambaran berapa kali penilaian investor terhadap potensi keuntungan yang akan didapat melalui harga persaham yang tercemin dipasar bursa. Biasanya semakin besar PER semakin membuat investor percaya terhadap kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. 2.2 Intellectual Capital Dalam persaingan bisnis global mengarah kepada perekonomian berbasis informasi dan pengetahuan yang menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma yang menurut kesiapan berbagai perusahaan yang ada untuk bersaing memasuki pasar dengan menciptakan nilai dari setiap produk atau jasa yang dihasilkan. Bahwa persaingan merupakan inti keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Lebih
11
jauh lagi dijelaskan bahwa persaingan memerlukan ketepatan aktivitas perusahaan seperti inovasi, budaya kerja yang baik. Dan salah satu pendukung peningkatan kinerja adalah modal yang dipunyai perusahaan dalam bentuk knowledge atau yang sekarang disebut Intellectual Capital. Pimpinan perusahaan kurang menyadari, bahwa keuntungan diperoleh perusahaannya berasal dari modal intelektual. Banyak pimpinan perusahaan tidak mengerti mengenai modal intelektual, hal ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang lebih diliihat dari persepektif bisnis semata. Modal intelektual justru dianggap sebagai suatu bentuk teknologi yang sangat kompleks. 2.2.1 Definisi Intellectual Capital Sebelum kita mengukur sesuatu, maka kita harus mengetahui apa yang akan kita ukur. Begitupun halnya dengan intellectual capital, bagaimana seharusnya intellectual capital didefinisikan. Hal ini membutuhkan suatu definisi yang secara umum dapat diterima yang nantinya akan menjadi awal menuju stadarisasi. Klein dan Prusak menyatakan apa yang kemudian menjadi standar pendefinisian intellectual capital, yang kemudian dipopularisasikan oleh (Stewart,1994; Kadir,2003). Menurut Klein dan Prusak”…we can define intellectual capital operationally as intellectual material that has been formalized, captured, and leveraged to produce a higher valued asset”(Stewart,1994;Kadir,2003). Menurut (Sveiby,1998; Kadir,2003) “the invisible intangible part of the balance sheet can be classified as a family of three, individual competence, internal structural, and external structure”.
12
The Society of Management Accountants of Canada (SMAC) mendefinisikan intellectual assets sebagai berikut : In balance sheet are those knowledge- based items, which the company owns which will produced a future stream of benefits for the company (IFAC 1998). 2.2.2 Komponen Intellectual Capital 1. Human Capital (modal manusia) Human Capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement,tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. 2. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi) Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. 3. Relational Capital Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis / association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya. Relational Capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh
13
(Brinker, 2000; Sawarjuno dan Kadir, 2003) menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu: a. Customer Profile b. Customer Duration c. Costumer Role d. Customer Support e. Customer Success 2.2.3 Pengukuran Intellectual Capital Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokan ke dalam dua kategori, yaitu pengukuran non monetary dan pengukuran monetary (Tan, 2007 dalam Ulum, 2009). Menurut Comissioner Wallman disebutkan bahwa ada tiga metode yang dapat digunakan dalam bidang akuntansi guna mengukur dan melaporkan intellectual capital perusahaan (Suwarjuwono, 2003). (Abdolmohammadi, 1999; Ulum, 2009) menjelaskan ketiga metode ini dibagi ke dalam dua kelompok pengukuran yaitu metode pengukuran secara langsung (direct intellectual capital methods) dan tidak langsung (indirect methods). Penjelasannya sebagai berikut : 1. Indirect methods. Metode ini menggunakan laporan keuangan. Metodemetode yang termasuk dalam kelompok ini adalah : a. Metode yang menggunakan konsep Return On Asset (ROA). Metode ini menghitung kelebihan return dari tangible assets milik perusahaan dan menganggapnya sebagai intangible assets untuk dihitung sebagai intellectual capital.
14
b. Metode Market Capitalization Method (MCM) yang memerlukan penyesuaian atas inflasi dan replecement cost. Metode ini melaporkan kelebihan kapitalisasi pasar perusahaan atas stockholders equity sebagai nilai intellectual capital. 2. Direct Intellectual Capital (DIC) methods. Metode ini langsung menuju ke komponen intellectual capital. Contohnya, (Brooking, 1996) mengklasifikasikan intellectual capital menjadi empat kategori : a. Market assets (misalnya merk, loyalitas konsumen) b. Intellectual property assets (misalnya paten, rahasia dagang) c. Human-centered assets (misalnya pendidikan, penguasaan pekerjaan) d. Infrastructure assets (misalnya filosofi manajemen, budaya perusahaan) Kuantifikasi komponen-komponen ini ke dalam unit moneter cukup sulit karena harus mencakup berbagai satuan yang berbeda, nilai mata uang, serta rasio lainnya. 2.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2000), VAIC merupakan alat untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Model ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan karena dikonstruksikan dari akun-akun dalam laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi). Perhitungannya dimulaidengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling obyektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
15
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). Value added didapat dari selisih antara output dan input. Nilai output (OUT) adalah revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban karyawan tidak termasuk dalam IN karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai. 2.2.4.1 Value added of Capital Employed (VACA) Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya 2.2.4.2 Value Added Human Capital (VAHU) Value Added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja 2.2.4.3 Structural Capital Value Added (STVA) Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. 2.4 Pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan Pengaruh Intellectual capital terhadap kinerja perusahaan adalah sebagai berikut :
16
-
Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Pasar
intellectual capital diyakini memegang peran penting dalam meningkatkan nilai perusahaan di mata pasar. Price book value ratio bertujuan untuk mengukur seberapa jauh atau selisih antara nilai pasar perusahaan dengan nilai bukunya. Jika ternyata selisih antara nilai pasar dengan nilai buku perusahaan terlalu jauh, maka menandakan bahwa terdapat “hidden asset” yang tidak tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Price Earning Ratio Intellectual capital dapat tercermin dari kemampuan dan keahlian karyawan pada perusahaan. Keunggulan ini dapat dilihat dari seberapa besar penilaian publik/investor terhadap potensi keuntungan yang didapat perusahaan per saham yang tercermin dalam harga dipasar bursa. Mengacu pada kedua proksi diatas maka dapat ditarik suatu hipotesis yaitu : H1 : Terdapat pengaruh positif intellectual capital terhadap kinerja perusahaan.
17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan diperoleh dari data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan selama periode 2006-2010. Data tersebut berasal dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), internet, dan sumber informasi lain yang terkait dengan masalah yang diteliti. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan tujuan penelitian. 3.2.
Populasi dan sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006 sampai 2010. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian ini adalah : 1. Perusahaan perbankan yang masuk dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 2. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010. 3. Perusahaan tidak melakukan merger pada periode pengamatan. 4. Bank-bank yang dijadikan sampel masuk daftar sepuluh bank besar per 31 Desember 2010 yang pengklasifikasiannya berdasarkan total aset karena
18
itulah data terakhir yang bisa didapat dan nilainya diyakini mendekati realita pasar. 5. Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap dan berturut-turut. 3.3.
Model Penelitian
Intellectual Capital
Kinerja Perusahaan
Sumber : Lampiran 1 3.4.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1. Variabel Dependen Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Nilai pasar merupakan persepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan bisaanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. Nilai pasar merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang diukur dengan : 3.4.1.1 Price Book Value (PBV). PBV atau Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. PBV diperoleh dengan cara : Harga pasar per saham PBV = Nilai buku per saham
19
Nilai pasar (MV) = jumlah saham yang beredar x harga saham pada akhir tahun Nilai buku (BV) = nilai buku ekuitas pemegang saham – modal disetor saham preferen. 3.4.1.2 PER (price earning ratio) PER atau Price to Earnings Ratio adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap laba bersih per sahamnya PER diperoleh dengan cara membagi harga pasar saham dengan Laba Bersih Per Saham atau Earnings Per Share (EPS). EPS yang digunakan adalah EPS yang sudah disetahunkan.: Price PER = Earning per share 3.4.2. Variabel Independen Variabel independen atau juga dikenal variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini Intellectual Capital adalah kinerja IC yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga komponen tersebut disebut VAIC (value added intellectual coefficient) yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2000). Tahapan perhitungan VAIC adalah sebagai berikut : (1) Menghitung value added (VA) VA = OUTPUT - INPUT Dimana : Output
: total penjualan dan pendapatan lain
20
Input
: beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan)
Value added : selisih antara output dan input (2) Menghitung Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh suatu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VACA = VA/CE Dimana : VACA
: Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap CE
VA
: Value Added
CE
: Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)
(3) Menghitung Value Added Human Capital (VAHU) VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. VAHU = VA/HC Dimana : VAHU
: Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC.
VA
: value added
HC
: Human Capital : beban karyawan.
Beban karyawan dalam penelitian ini menggunakan jumlah beban gaji dan karyawan yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan.
21
(4) Menghitung Structural Capital Value Added (STVA) Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA = SC/VA Dimana : STVA
: Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap VA
SC
: Structural Capital = VA - HC
VA
: Value Added
(5) Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) VAIC mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indikator). VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya, yaitu : VACA, VAHU, STVA. VAIC = VACA + VAHU + STVA 3.5. Alat Analisis karena ukuran sampel yang kecil, normally atribute variable, dan penggunaan formative daripada indikator reflektif (Hong, 2007; Ghozali, 2006). Sebagai tambahan, PLS cocok untuk penelitian seperti saat ini. Pada penelitian di mana teori masih secara keras didefinisikan, atau ketika penelitian ini masih tidak pasti karena variabel seharusnya termasuk pada sebuah model atau berhubungan diantara variabel dengan model miss-specified akan menghasilkan perkiraan inferior varians sesuai yang dijelaskan PLS.
22
Di dalam partial least square pengujian akan dilakukan dengan dua model yaitu outer model dan inner model. Pengukuran outer model akan menggambarkan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Model struktural atau inner model digunakan untuk menguji hipotesis, yaitu pengaruh antar variabel laten dan dapat dilihat dari koefisien parameter dan signifikansinya. Pengujian terhadap model struktural juga dilakukan dengan melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness of fit model. Stabilitas dari estimasi ini dianalisa dengan menggunakan uji t-statistik yang diperoleh melalui uji bootstraping. 3.6 Pengujian Hipotesis 1. Uji Outer Model. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur hubungan antara indikator IC dengan variable latennya. cara menilainya adalah dengan melihat signifikansi dari koefisien regresi tersebut pada output outer weight. Pengujian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis (α)5%. 2. Uji Inner Model. Pengujian hipotesis ini diakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen yang dilakukan dengan melihat signifikansi nilai original sample dan nilai T-statistik pada alpha (α) 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah : a) Jika Sig > 0.05 maka : Ha diterima b) Jika Sig < 0.05 maka : Ha ditolak.
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang masuk ke dalam sepuluh besar bank dengan aset tertinggi yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 – 2010. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat mewakili populasinya. Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahan Sampel Penelitian
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KODE BMRI BBRI BBCA BBNI BNGA BDMN PNBN BNLI BBKP MEGA
NAMA PERUSAHAAN Bank Mandiri Bank Rakyat Indonesia Bank Central Asia Bank Negara Indonesia Bank Niaga Danamon Indonesia Bank PAN Indonesia Bank Permata Bank Bukopin Bank Mega
Sumber : Lampiran 1 4.2
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai ratarata (mean) dan standar deviasi pada variabel penelitian, yaitu VAIC yang terdiri dari beberapa variable indicator yaitu VACA (value added capital employe), VAHU (value added human capital),dan STVA (structural capital
24
value added). Terhadap kinerja pasar perusahaan perbankan yang terdiri dari beberapa variabel indikator yaitu PBV (price book value) dan PER (price earning ratio). Statistic deskriptif dari data penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif VARIABEL
N
MIN
MAX
MEAN
STANDAR DEVIASI
PBV
50
0.5300
4.6900
2.2844
1.0576
PER
50
3.1000
40.0900
15.1251
6.6431
VACA
50
0.0311
0.5314
0.3078
0.1040
VAHU
50
1.2443
4.6157
2.4337
0.9444
50
0.1963
0.7833
0.5328
0.1583
STVA
Sumber : Lampiran 4 Dari tabel 4.3 dapat terlihat nilai maksimum dan minimum yang dihasilkan oleh variabel independen VAIC (yang memiliki tiga komponen indikator yaitu VACA,VAHU,dan STVA) serta pada variabel dependen yaitu kinerja perusahaan (PBV dan PER) pada 50 sampel perusahaan yg memberikan nilai positif dan negatif selama lima tahun pengamatan. Nilai positif yang terjadi pada indikator variabel VAIC yaitu VACA,VAHU, dan STVA menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu memanfaatkan komponen-komponen dari modal intelektualnya dengan sangat baik demi menambah nilai perusahaan. 4.2.1
Aspek Intelectual Capital.
Didalam penelitian ini, pengukuran intelektual capital menggunakan variabel VAIC (value added capital coefficient) yaitu hasil dari penjumlahan antar variabel indikatornya yang terdiri dari VACA,VAHU, dan STVA.
25
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.
Intellectual Capital
Kinerja Perusahaan
Sumber : Lampiran 1 Gambar 6. Model pengujian partial least square (PLS) untuk Hipotesis 1 4.3.1 Goodness of Fit Model Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat hubungan Intellectual Capital ke Kinerja Perusahaan memberikan nilai estimasi parameter 0.920 dan signifikansi pada 0.05. jadi Intellectual Capital mempengaruhi Kinerja perusahaan. Nilai R-square sebesar 0.848 yang berarti variabilitas kinerja perusahaan yang dapat dijelaskan oleh Intellectual Capital adalah sebesar 84.8%. hal ini menguatkan teori stakeholder yang menyatakan bahwa akuntabilitas atau tanggung jawab organisasional tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau keuangan saja. karena dapat dilihat dari nilai pasar perusahaan perbankan yang masuk dalam 10 aset terbesar di Bursa Efek Indonesia sebesar 84.8% dipengaruhi oleh kemampuan Intellectual Capital perusahaan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti. 4.3.2 Uji Outer Model Konstruk formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi dari indikator ke konstruk Maka cara menilainya adalah dengan melihat signifikansi dari koefisien
26
regresi tersebut pada output outer weight. Tabel 4.7 akan menunjukkan pengujian pada hipotesis 1. Berdasarkan hasil uji outer hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.7 indikator VACA,VAHU,STVA masing-masing memberikan nilai weight sebesar 0.120,0.469, dan 0.488. dengan melihat nilai T-statistik maka dapat disimpulkan bahwa indikator VACA,VAHU dan STVA signifikan terhadap konstruknya pada alpha 5%. jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator valid untuk mengukur konstruk kinerja perusahaan. Sedangkan untuk variabel laten kinerja perusahaan, PBV dan PER signifikan terhadap konstruknya,yaitu dengan nilai tstatistik sebesar 72.01 dan 56.17. selanjutnya uji inner dapat dilakukan dengan menggunakan semua komponen indikator yang ada baik dari variable laten intellectual capital maupun kinerja perusahaan. 4.3.3 Uji Inner Model Tabel 4.8 akan menunjukkan hasil pengujian inner model atau model struktural yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel laten. Dapat dilihat bahwa nilai original sample adalah 0.920 dan nilai t-statistik pada tabel sebesar 66.899 lebih besar dari T-tabel 1.96 (t tabel signifikansi 5% = 1,96). dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan pada alpha 5%. Maka hipotesis 1 diterima. 4.4 Pembahasan Dari pengujian inner model maka dapat disimpulkan bahwa intellectual capital secara statistik berpengaruh pada kinerja pasar perusahaan yang bergerak dibidang perbankan. Hasil pengujian hipotesis 1 ini mendukung penelitian sebelumnya
27
yang telah dilakukan oleh Ulum (2008) dan Tan et al (2007). Dalam penelitiannya Ulum (2008) berpendapat bahwa value added (VA) sangat dipengaruhi ole HC dan CE. Serta terdapat pergeseran kinerja bank-bank di Indonesia ditinjau dari perspektif intellectual capital . hal ini menunjukkan bahwa IC performance disektor perbankan relatif baik. Selain penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008), Tan et al (2007) juga berpendapat bahwa kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Berbeda dengan hasil signifikansi positif yang didapat dari pengujian ini, Yuniasih et al (2010) menguji pengaruh intellectual capital terhadap kinerja pasar perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian tersebut adalah secara statistik intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Hasil pengujian pada hipotesis 1 pada penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik intellectual capital signifikan berpengaruh pada kinerja pasar perusahaan. Hal ini menandakan bahwa semakin dibutuhkannya standar tertentu yang mengatur tentang pengukuran dan pengungkapan terhadap intellectual capital. Intellectual capital yang diukur dengan proksi VAIC pada penelitian ini memiliki nilai yang positif pada setiap blok indikatornya, hal ini menandakan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh intellectual capital cukup baik sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
28
BAB V SIMPULAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Simpulan Penelitian ini untuk bertujuan mengetahui apakah terdapat pengaruh dari intellectual capital (yang diwakili oleh indicator VACA,VAHU, dan STVA) terhadap kinerja pasar perusahaan (yang diwakili oleh variabel indikator PBV dan PER) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 – 2010. Berdasarkan hasil uji analisis data yang telah ditampilkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan alat analisis partial least square terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan intellectual capital terhadap kinerja pasar perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun pengamatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. 5.2 Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu : 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak mencantumkan seluruh bank yang listing di BEI melainkan hanya menggunakan 10 bank dengan asset terbesar. Sehingga hanya mengukur kemampuan intellectual capital bank dengan performa asset yang baik.
29
2. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan sehingga informasi yang didapat tidak bisa maksimal. 5.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Untuk investor yang ingin berinvestasi pada suatu perusahaan sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan tentang bagaimana perusahaan menciptakan laba atau hanya melihat asset yang dimiliki perususahaan. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa aspek intellectual capital telah terbukti secara empiris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 2. Untuk perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang pengetahuan sebaiknya perlu diketahui bahwa intellectual capital adalah suatu alat yang penting untuk meningkatkan nilai perusahaan agar dapat terus bersaing. 3. Untuk Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan BAPEPAM serta Bank Indonesia agar dapat menetapkan standar yang baik tentang pengungkapan intellectual capital didalam laporan keuangan. 4. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya penelitian dilakukan secara terusmenerus sehingga dapat diketahui perkembangan praktik pengungkapan intellectual capital dari tahun ke tahun.
30
DAFTAR PUSTAKA
Farah, M., dan Rakhman.A. 2006. “Analisis Pengaruh Market Value Dan Financial Performance Perusahaan Dengan Metode Value Added Intellectual Coeficient”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.8 No.2. pp 199217 Firer, S., dan S.M. Williams. 2003. “Intellectual Capital and Traditional Measure of Corporate Performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3. pp 348-360. Ghozali, Imam.2006. Structural Equation Modelling Metode Alternative dengan Partial Least Square (PLS). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Idx.2011. Mekanisme Transaksi Efek Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal. Modul Sekolah Pasar Modal. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.19 Mengenai Aset Tidak Berwujud (revisi tahun 2011). Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan IAI. Jakarta. Kuryanto, Beni dan M.Syafruddin. 2008. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Metta, Yosi Pramelasari. 2010. “Pengaruh Intelektual Terhadap Terhadap Nilai Pasar Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia) ”.Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang – Indonesia Murti, Anugraheni Cahyaning. 2010. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia) ”.Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang – Indonesia Pulic, Ante.1998. “Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy”. Paper disajikan pada 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential. Pulic, Ante.2008. “The Principles of Intellectual Capital Efficiency - A Brief Description”. Zagreb – Croatia. Sangkala. 2006. “Intellectual Capital Management”. Yapensi. Jakarta. Sawarjuwono, Tjiptohadi; Prihatin, Agustine Kadir. 2003. “Intellectual Capital : Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (sebuah Library Research)”.
31
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol 5 2003 – Universitas Kristen Petra Jakarta – Indonesia. Ulum, Ihyaul MD. 2007. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia”. Universitas Diponegoro Semarang – Indonesia. Ulum, Ihyaul MD. 2008. “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia”. Universitas Muhammadiyah Malang – Indonesia. Ulum, Ihyaul MD. 2009. “Intellectual Capital Konsep dan Kajian Empiris”. Graha Ilmu. Yogyakarta. Ulum, Ihyaul MD; Imam Ghozali; Anis Chariri. 2008. “Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares”. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 23-25 Juli 2008. www.idx.co.id