PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
Prof. Dr. H.Soegeng Soetedjo, SE., Ak, Safrina Mursida, SA Fakultas Ekonomi dan BisnisUnversitas Airlangga Surabaya
[email protected],
[email protected]
Abstrak Perkembangan ekonomi yang dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan secara tidak langsung memaksa perusahaan mengubah strategi bisnisnya, dari berdasarkan sumber daya bersifat fisik (labor based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business).Intellectual capital dapat menjadi factor penting yang mampu menolong perusahaan dalammbah melalui memperoleh keunggulan bersaing dengan memberikan nilai tambah melalui penciptaan inovasi baru.Perusahaan yang menerapkan strategi knowledge based businessini harus dapat menciptakan nilai tambah dengan mengelola the hidden value (nilai-nilai tidak tampak) yang ada pada aset tidak berwujud. Salah satupendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui Intellectual Capital, dengan tujuan utama memperoleh keunggulan bersaing. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi,sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi juga merupakan bagian dari modal intelektual (intellectual capita)l. Hal ini menjadikan sumber daya tidak berwujud (intangible resources) sebagai aktiva yang sangat berharga bagi suatu perusahaan.Kendala yang dihadapi dalam pengidentifikasian, pengukuran serta pengungkapannya menyebabkan mereka tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan.Adanya keterbatasan laporan keuangan yang disebabkan kurangnya informasi yang diungkapkan perusahaan ini seringkali menyebabkan laporan keuangan dinilai kurang relevan dan memadai.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh antara intellectual capital terhadap kinerja keuangan peruahaan, dengan menggunakan ROA sebagai indikatornya.Sampel perusahaan yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20082010.Peneliti menggunakan metode VAIC yang dikembangkan oleh Pulic dan menggunakan regresi linier berganda dengan software SPSS 17.0 untuk analisis data.Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan, VAIC berpengaruh signifikan terhadap ROA.Namun secara parsial, peneliti menemukan bahwa dari tiga komponen pembentuk intellectual capital, hanya HCE yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. Keywords: Sumber Daya Tidak Berwujud (intangible resources,) Modal Intelektual(intellectual capita)l, Return On Asets (ROA), VAIC, Bursa Efek Indonesia
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
1
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
1.PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan ekonomi telah tumbuh semakin pesat ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin cepat, persaingan bisnis yang makin ketat, serta penciptaan inovasi bisnis yang semakin modern. Pada perekonomian era industri, kuantitas dan kualitas aset fisik merupakan suatu komponen utama dalam menentukan keberhasilan perusahaan, karena dengan kuantitas yang besar, perusahaan akan mampu menjual produk lebih banyak. Namun seiring dengan meningkatnya tuntutan jaman yang kini lebih dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan, menyebabkan keberhasilan perusahaan tidak lagi dinilai dari seberapa banyak perusahaan mampu menjual produknya, namun lebih ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan menyediakan produk/ jasa yang dapat dijual (Mulyadi, 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174) yang menyatakan bahwa keberadaan sumber daya perusahaan merupakan pemicu di balik keunggulan bersaing dan kinerja. Hal ini secara tidak langsung juga memaksa perusahaan untuk mengubah strategi bisnisnya, dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business). Perusahaan yang menerapkan strategi knowledge based business ini harus dapat menciptakan nilai tambah dengan mengelola the hidden value (nilai-nilai tidak tampak) yang ada pada aset tidak berwujud. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui Intellectual Capital (Guthrie, 2000), dengan tujuan utama memperoleh keunggulan bersaing. Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997).Intellectual capital tidak hanya berupa goodwill ataupun paten seperti yang sering dilaporkan dalam neraca. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi,sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi juga merupakan bagian dari intellectual capital. Hal ini menjadikan sumber daya tidak berwujud (intangible resources) sebagai aktiva yang sangat berharga bagi suatu perusahaan (Mulyadi, 2001: 288).Namun tingginya tingkat kesulitan dalam pengidentifikasian, pengukuran serta pengungkapannya menyebabkan mereka tidak dapat dimasukkan dalam neraca.Adanya keterbatasan laporan keuangan yang disebabkan kurangnya informasi yang diungkapkan perusahaan ini seringkali menyebabkan laporan keuangan dinilai kurang relevan dan memadai.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
2
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Menurut Bontis et al. (2000), intellectual capital dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital. Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global. Abidin (dalam Sawarjuwono, 2003) mengatakan bahwa intellectual capital sendiri masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena
perusahaan-perusahaan
di
Indonesia
masih
menggunakan
conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga belum banyak teknologi yang terkandung dalam produk yang dihasilkan tersebut. Namun munculnya PSAK No. 19 (revisi 2011) menjadi sinyal bahwa keberadaan intellectual capital mulai berkembang di Indonesia.Walaupun tidak secara eksplisit menjelaskan tentang intellectual capital, namun hal ini sudah membuktikan bahwa intellectual capital mulai mendapat perhatian.Menurut PSAK ini, aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak yang lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2009). Meningkatnya pemahaman atas pentingnya pengungkapan intellectual capital terhadap
kinerja
perusahaan
pengukurannya.Banyak
metode
berbanding
lurus
dengan
pengukuran
intellectual
penelitian
capital
yang
atas telah
dikembangkan, salah satunya yaitu metode The Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang dikembangkan oleh Pulic (1998). VAIC merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menciptakan nilai secara efisien dengan memanfaatkan keberadaan modal fisik (physical capital) dan modal intelektual (intellectual capital) untuk memberikan nilai tambah (value added). Perusahaan yang memiliki nilai VAIC tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat mengombinasikan keberadaan sumber daya yang dimiliki, mulai dari dana-dana keuangan, human capital, structural capital hingga customer capital.Dan dengan adanya pengelolaan yang baik, maka kinerja perusahaan pasti akan mengalami peningkatan pula. Hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan oleh beberapa peneliti di Indonesia maupun di luar negeri. Penelitian di luar negeri antara lain dilakukan oleh Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, Chen (2005) di Taiwan, Ting (2009) di Taiwan, sedangkan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008). Focus utama dari penelitian yang mereka
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
3
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
lakukan adalah mengevaluasi kinerja intellectual capital dan menghubungkan dengan kinerja keuangan yang dicapai perusahaan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian kali ini berusaha meneliti hubungan intellectual capital (diukur dengan VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20102012.Pemilihan VAIC sebagai dasar pengukuran intellectual capital mengacu pada penelitian Firer dan Willian (2003), Chen et al (2005).Ulum (2008) dan Ting (2009), dimana seluruh informasi yang dibutuhkan tersedia di laporan keuangan. Indicator kinerja keuangan yang digunakan adalah ROA, hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ting (2009), karena ROA dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi dalam pemanfaatan total aset (Ulum, 2008). Sedangkan sektor perbankan dipilih karena menurut Joshi (2010) perusahaan perbankan merupakan salah satu sektor yang bersifat intellectual intensive, selain itu sektor perbankan juga lebih homogeny dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
2.TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Resource Based View (RBV) RBV merupakan sumber daya yang heterogen dan tidak dapat ditransfer antar perusahaan tanpa biaya, sehingga sumber daya perusahaan akan berbeda sepanjang waktu (Sangkala, 2006:11). Penrose, 1959 dalam Juwita (2007) yang memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan. Menurut Daft (dalam Susanto, 2007), sumber daya perusahaan mencakup seluruh aset fisik, kapabilitas, proses organisasi, atribut-atribut, pengetahuan, dan sebagainya yang dikendalikan oleh sebuah perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut memperbaiki tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Keberadaan sumberdaya perusahaan merupakan pemicu di balik keunggulan bersaing dan kinerja, karena dapat menentukan keunggulan kompetitif perusahaan apabila perusahaan memiliki kemampuan strategis untuk memperoleh dan mempertahankan sumber daya (Wernerfelt,1984), dengan menciptakan suatu nilai yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain dan tidak ada penggantinya (Barney, 1991)
2.2.TeoriHuman Capital Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Becker, yang mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia merupakan investasi yang sangat penting (Becker, 1964 dalam Pratiwi 2005).Untuk memperoleh dan
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
4
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
mempertahankan sumber daya, dibutuhkan seperangkat sumber daya fisik, keuangan serta organisasional khusus yang dapat menciptakan suatu keunggulan kompetitif. (Wernefelt, 1984: 174)
2.3.DefinisiIntellectual Capital Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan peneliti mengenai intellectual capital. Stewart (1997) dalam Sangkala (2006) menjelaskan bahwa Intellectual capitalmerupakan materi intelektual berupa informasi, pengetahuan, inovasi, intellectual, pengalaman, yang dapat dimanfaatkan dalam menghasilkan aset yang mempunyai nilai tambah dan memberikan keunggulan bersaing. Sedangkan menurut Roos et al (1997) dalam Bontis (2000) menjelaskan bahwa Intellectual capital terdiri atas semua proses dan aset yang tidak diungkapkan dalam neraca dan semua aset yang tidak berwujud (trademarks, patent, brands dan loyalitas pelanggan) yang mulai dipertimbangkan dalam metode akuntansi modern. Intellectual capital meliputi penjumlahan atas keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan.Meritum (2003) dalamSangkala (2006: 37) berpendapat bahwa intellectual capital merupakan kombinasi manusia, sumber daya perusahaan dan relasi dari suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa nilai diciptakan melalui hubungan antara tiga kategori, yaitu modal manusia, structural dan relasi perusahaan.Hubungan yang baik antara ketiga kategori itu merupakan kunci dan sumber potensial untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (sustainable competitive advantage) (Tayles et al. 2002; Hayton 2005 dalam Purnomosidhi, 2006).Sullivan (2000) dalam Sangkala (2006: 36) yang menjelaskan intellectual capital sebagai proses transformasi pengetahuan menjadi suatu aset yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
2.4.Karakteristik Modal Intellectual Menurut Sangkala (2006: 17), Intellectual Capital umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:Non Rivalreus, Increasing Return, Non Additive. 2.5.KomponenIntellectual Capital Pemahaman atas komponen-komponen yang mambentuk modal intelektual menjadi sangat penting mengingat komponen tersebut jika dikelola dengan baik dapat menjadi dasar bagi perusahaan dalam menciptakan nilai tambah untuk meningkatkan daya saing. Banyak peneliti yang menyatakan bahwa intelektual capital terdiri dari tiga komponen utama (Stewart 1997, Sveiby 2001, Bontis 2000) yaitu:(a)Modal Manusia
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
5
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
(Human Capital), (b)Modal Struktural (Structural Capital), (c)Modal Pelanggan (Customer Capital)
2.5.PeranIntellectual Capital Intellectual capital berperan penting dalam kegiatan bisnis perusahaan, hal tersebut dikarenakan intellectual capital memiliki beberapa kelebihan (Sangkala; 2006:16), yaitu: (1) memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan, karena tujuan utamanya adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang dapat menjelaskan seluruh sumber daya perusahaan dan bagaimana sumber daya tersebut berinteraksi untuk menciptakan nilai, (2)memberi dasar pengembangan pemahaman akan sifat dasar sumber daya dalam tindakan. Intellectual capital merupakan sumber daya yang memiliki perbedaan karakteristik bila dibandingkan dengan sumber daya fisik, yang menyebabkan adanya perbedaan dalam proses penciptaan nilai, (3)menyediakan suatu bahasa yang sama mengenai intangible asser, memfasilitasi pemahaman mengenai sumbangannnya terhadap penciptaan nilai di dalam dan antar perusahaan serta pada stakeholders, (4) berfokus pada nilai, bukan pada biaya. Perspektif intellectual capital memiliki potensi untuk menciptakan nilai bagi perusahaan atau melakukan transformasi sebagai suatu tujuan, tanpa memperdulikan asal atau sumber daya tersebut, sehingga perspektif ini melengkapi kerangka kerja akuntansi, (5)lebih bersifat praktek daripada konseptual.Intellectual capital memberikan dukungan berupa konsep, alat-alat dan kerangka kerja yang telah dikembangkan dalam suatu proses iterative antara masyarakat praktisi dan akademisi, serta menggambarkan cengan jalas suatu pendekatan peneliti yang berorientasi pada praktek.
2.6.Tujuan Pengukuran Intellectual Capital Andriessen (2004) mengklasifikasikan beberapa tujuan dan alasan dilakukannya pengukuran capital dapat dilihat pada table 2.4.
2.7.Metode Pengukuran Intellectual Capital Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran IC dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran nonmonetary dan pengukuran monetary. Ukuran intellectual capital yang berbasis non-moneter menurut Tan et. al., 2007 adalah: a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992), b. Brooking’s Technology Broker method (1996), c. The Skandia IC Report method oleh Edvinssion
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
6
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
dan Malone (1997), d.The IC-index dikembangkan oleh Roos et. al. (1997), e. Intangible Assets Monitor approach oleh Sveiby (1997); Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et.al,.2007) adalah a. The EVA dan MVA model (Bontis et. al, 1999), b.The Market-to-book Value model (beberapa penulis), c. Tobin’s Q method (Luthy, 1998), d. Pulic’s VAIC Model (Pulic, 1998,2000), e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000) Sedangkan menurut Andriessen (2004), metode pengukuran serta penilaian intellectual capital dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe, yaitu: Financial valuation method. Metode yang masuk dalam kategori ini menggunakan nilai keuangan secara eksplisit untuk mengukur intellectual capital.Terdapat tiga pendekatan dalam kategori ini, yaitu: Cost approach (pendekatan biaya), Market approach (pendekatan pasar), Income approach (pendekatan pendapatan). Beberapa metode laindiantaranya adalah Value Added Intellectual Capital (VAIC) dan the knowledge scorecard.1. Value measurement method. Sveiby (1997) dalam Andriessen (2004) mangatakan bahwa value measurement method lebih dituhkan daripada financial valuation method,. terdapat beberapa metode yang masuk dalam kategori ini, diantaranya adalah Balance Scorecard, Intellectual Capital Audit dan Holistic Value Approach and Inclusive Value Methodolog,.2. Value assessment method. Menurut Andriessen (2004) hanya terdapat satu metode yang masuk dalam kategori ini, yaitu Viedma’s Intellectual Capital Benchmarking System (ICBS), 3.Measurement method.Menurut Andrieseen (2004) terdapat beberapa metode yang termasuk dalam kategori ini, diantaranya adalah Skandinavia Navigator, Intangible Asset Monitor, dan Intellectual Capital Statemengt.
2.8.Keterbatasan dalam Pengukuran Intellectual Capital Saat ini, uang merupakan hal paling mudah yang dapat digunakan untuk mengukur suatu kinerja, namun Sveiby (2001) menyatakan bahwa ukuran uang bukan segalanya: “Still there exist no comprehensive systems for measuring intangible asets that uses maoney as they common denominator and at the same timeis practical and useful for managers. Depending on the purpose for measuring I do not think such a system is necessary either. Knowledge flows and intangible asets are essential non financial.” Kesulitan dalam mengukur aset tidak berwujud dipandang sebagai suatu masalah, karena menyebabkan manajemen tidak dapat efisien dalam mengelola intangible aset.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
7
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Hal tersebut terjadi karena adanyaketerbatasan informasi yang manunjukkan keberadaan intangible aset, sehingga laporan yang disajikan oleh perusahaan terkadang dinilai kurang relevan.Pulic (2000) mengungkapkan masalah yang mendasari keterbatasan pengukuran intellectual capital, yaitu: 1.Intellectual capital masih tidak dianggap sebagai suatu sumber daya yang sederajat dengan modal fisik dan financial perusahaan, 2.Adanya ketidaksesuaian antara model pengukuran terbaru dan system akuntansi yang berlaku.
2.9.Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) 1. Menghitung nilai tambah (VA) suatu perusahaan, Menurut Ting (2009), VA dapat dihitung melalui selisih antara output dan input suatu perusahaan, yang dirumuskan sebagai:VA = OUTPUT – INPUT Dimana: Output
= gross income of the banks
Input
= operating expense excluding personal costs and HC (total salaries and wages of a firm).
Overall employee expenses (salaries, education and training). In this analysis considered and investment, not cost, and thus not substantial part of INPUT anymore. (Maheran, 2009).
2. Menghitung Capital Empployee (CE), Human Capital (HC), Structural Capital (SC) Menurut Pulic (2000) dan Firer dan William (2003) dalam Chen, et.al. (2005), terdapat tiga komponen utama dalam sumber daya perusahaan: CE= physical capital + financial asets = total asets – intangible asets HC= total expenditure on employees SC= VA – HC 3. Menghitung nilai tambah dengan human capitaldengan rumus: HCE = VA/HC Dimana: HCE
= indicator efisiensi nilai tambah human capital (Human Capital Efficiency)
VA
= nilai tambah (value added)
HC
= Investment in Human Capital during the‘t’ period or total salary and wage including all incentives (Maheran, 2009)
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
8
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Berdasarkan definisi pengukuran human capital yang disampaikan oleh Maheran (2009), human capital mencakup total pengeluaran untuk karyawan, yang mencakup gaji dan upah, kesejahteraan dan kompensasi karyawan, bonus, dana pension. Sedangkan HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit HC terhadap value added organisasi. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). 4. Menghubungkan nilai tambah dengan dengan Capital Empployee(CE) = CEE = VA/CE Dimana: CEE
= indicator efisiensi nilai tambah capital empployee (Capital Empployee Efficiency)
VA
= value nilai tambah (value added)
CE
=
nilai buku bersih atas aktiva (book value of net asets)
CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE.Hubungan ini menunjukkan berapa banyak
nilai
baru
yang
telah
diciptakan
oleh
setiap
rupiah
yang
diinvestasikan.Semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh satu unit CE, menunjukkan semakin baik pula perusahaan mampu memanfaatkan CE. Kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan CE merupakan bagian dari IC perusahaan (Chen et al., 2005) 5. Menghubungkan nilai tambah dengan dengan Structural Capital (SCE) = SC/VA Dimana: SCE
= indicator efisiensi nilai tambah structural capital (Structural Capital Efficiency)
SC
= Structural Capital perusahaan i pada tahun yang bersangkutan
VA
= nilai tambah (value added) SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA.Hubungan ini menunjukkan jumlah
SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap rupiah VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007).
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
9
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
6. Menghitung nilai Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) = HCC + CEE + SCE VAIC mengindikasikan efisiensi penciptaan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai VAIC, menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan aset intellectual capital-nya dengan lebih efisien (Pulic, 2000)
2.10.Kinerja Keuangan Dalam sudut pandang perspektif internal, Weston dan Copeland (2001: 237) menyatakan
bahwa kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan rasio
profitabilitas (profitability ratio), rasio pertumbuhan (growth ratio) dan ukuran penilaian (valuation measurement). Menurut Brigham dan Houston (2001: 89), rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menjelaskan pengaruh gabungan dari likuidasi, manajemen, aktiva dan hutang terhadap hasil operasi. Rasio ini terdiri dari: a.Margin laba bersih (net profit margin/ NPM), b.Perputaran Aset (Asets Turnover/ ATO), c.Pengembalian atas total aktiva (Return on Aset/ ROA.), d. Pengembalian atas ekuitas (Return on Equity/ ROE). Perhitungan ROA. Net Income Before Minority Share of Earmnings and Nonrecurring Items ROA = Average Total Aset 2.11.HubunganIntellectual Capital (IC) dengan Kinerja Keuangan Hubungan tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Chenet al. (2005), Ulum (2008) dan Ting (2009) yang menunjukkan bahwa modal intelektual (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan indikator Return onAsets (ROA).
2.12.Penelitian sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian dapat dilihat pada table 2.1.
2.13.Hipotesis dan Model Analisis 2.4.1.Hipotesis Berdasarkan resource based theory, dan human capital theory serta didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Firrer dan William (2003), Chen et al (2005),
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
10
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Ulum (2008) dan Ting (2009) yang menjelaskan bahwa intellectual capital berpengaruh positifterhadap kinerja keuangan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Intellectual capital (HCE, SCE dan CEE) secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan H 2 : Intellectual capital (HCE, SCE dan CEE) secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan
3.METODE PENELITIAN 3.1.Pendekatan Penelitian Pendekatan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif.Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yang mengkaji hubungan dari dua variable, yaitu variable independent (bebas) terhadap variable dependent (terikat).Data yang digunakan adalah data sekunder atau data–data dari pihak ketiga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 menggunakan metode pengukuran Value Added Intellectual Coefficient (VAIC).Peneliti menggunakan ROA sebagai indikator dari kinerja keuangan, untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ting (2009) di Malaysia.
3.2.Identifikasi Variabel Terdapat tiga variable independent dan satu variable dependent yang dapat digunakan untuk mengatahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan. 1. Variabel Independen X1 X2 X3
= Human capital Efficiency (HCE) = Structural capital Efficiency (SCE) = Capital Employee Efficiency (CEE)
2. Variabel Dependen Y1
= Return On Aset (ROA)
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
11
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
3.3.Definisi Operasional dan Pengukurannya 3.3.1. Human Capital Efficiency (HCE) Human Capital Efficiency (HCE) dalam penelitian mencakup beban karyawan dalam penelitian ini menggunakan total biaya gaji dan upah karyawan yang tercantum dalam laporan keuangan, karena total biaya gaji dan upah merupakan indicator bagi human capital (Pulic, 1998)
3.3.2.Structural Capital Efficiency (SCE) Rasio ini merupakan indikasi keberhasilan perusahaan dalam penciptaan nilai, karena mengukur tiap rupiah yang dapat diperoleh perusahaan melalui VA.
3.3.3.Capital Empployee Efficiency (CEE) Pulic (1998) menyatakan bahwa CEE merupakan perbandingan antara value added
dengan jumlah total dari capital employed. CEE dapat dihitung dengan 𝑽𝑽𝑽𝑽
menggunakan rumus:𝐂𝐂𝐂𝐂𝐂𝐂 = 𝑪𝑪𝑪𝑪 3.3.4.Return on Asets (ROA)
Pemilihan ROA dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ting (2009), karena ROA dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi dalam memanfaatkan total aset (Ulum, 2008).
3.4.Jenis dan Sumber Data Data sekunder yang dijadikan sampel adalah laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id.Perusahaan perbankan dipilih karena perusahaan sektor ini bersifat intellectual intensive, pemilihan pegawai perusahaan perbankan lebih ditekankan pada kemampuan intelektual yang dimiliki (Kamath, 2007), dan juga perusahaan sektor ini lebih konsisten dibanding perusahaan sektor jasa lainnya.(Joshi, 2010). Selain itu, tingkat kompetisi dari perusahaan perbankan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas human capital yang dimiliki oleh perusahaan (Maheran, 2009)
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
12
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
3.5.Prosedur Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel 3.5.1.Prosedurdan Metode Penentuan Sampel Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui dokumentasi.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.Sedangkan sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan sektor perbankan.Sektor perbankan dipilih karena bersifat intellectual intensive, selain itu juga lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Penentuan sampel perusahaan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria:Perusahaan secara konsisten terdaftar dalam kategori perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012, menerbitkan laporan tahunan auditan per 31 Desember tahun 2010-2012 dalam mata uang rupiah yang telah diaudit dan dipublikasi, memiliki hasil perhitungan yang positif atas VA, HCE, SCE dan CEE, tidak melakukan merger selama jangka waktu penelitian.
3.6.Periode Pengamatan Periode pengamatan untuk penelitian ini adalah tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 serta dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar du Bursa Efek Indonesia (BEI)
3.7.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi.Tujuan dari penggunaan analisis regresi ini adalah mengukur tingkat hubungan dari variable independent dan dependent (Widarjono, 2007: 100).
3.7.1.Analisis Statistik Deskriptif Data-data yang ada kemudian diolah dengan menghitung nilai masing-masing variable independent (HCE, SCE dan CEE) dan dependent (ROA) pada setiap perusahaan sampel.
3.7.2.Analisis Regresi Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Formula analisis regresi adalah:Y 1 = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
13
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Dimana: Y1 X1 X2 X3 a b1, b2, b3 e
= Return on Aset(ROA) = Human capital Efficiency (HCE) = Structural capital Efficiency (SCE) = Capital Employee Efficiency (CEE) = konstanta = koefisien regresi = errors terms
3.7.3.Uji Asumsi Klasik Pengujian ini dilakukan agar persamaan model regresi yang dihasilkan tidak bias, memiliki varias minimum dan memiliki sifat “BLUE” (Best Linear Unbiased Estimator) seperti teorema yang diungkapkan oleh Gauss-Markov (Gujarati, 2003: 44). Pengujian
yang
dilakukan
adalah
uji
normalitas,
uji
multikoleritas,
uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.7.3.1.Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah data telah terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan dengan Uji Kolmogrov Smirnov dengan ketentuan jika nilai signifikansi dari perhitungan kologorov-smirnov berada dibawah nilai α = 5%, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Sedangkan jika nilai signifikansi diatas α = 5%, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak
3.7.3.2.Uji Multikolinearitas Uji
Multikolinearitas
bertujuan
untuk
menguji
apakah
model
regresi
ditemukannya korelasi antar variable independent.Regresi yang sempurna seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independent. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance-Inflation Factor (VIF) (Widarjono, 2007: 118), dengan dasar pengambilan keputusannya yaitu: a) Jika nilai VIF ≥ atau nilai tolerance ≤ 0,10; maka terdapat korelasi yang terlalu besar diantara salah satu variable independen dengan variabel independen yang lain (terjadi multikolinearitas), b) Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10; maka tidak terjadi multikolinearitas
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
14
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
3.7.3.3.Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas), yaitu jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot antara nilai variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), dimana sumbu X adalah yang diprediksi dan sumbu Y adalah residual. Menurut Widarjono (2007: 128), dasar pengambilan keputusannya adalah: a)Jika plot grafik membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas, b) Jika tidak ada pola tertentu atau acak, seperti plot grafik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.7.3.4.Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat hubungan antara satu variabelresidual dengan variabelresidual lainnya.model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi dapat dideteksi dengan melakukan pengujian Durbin-Watson (d)2. Dikatakan tidak terdapat kasus autokorelasi jika nilai durbin-watson yang dihasilkan berada disekitar angka 2, sehingga asumsi klasik untuk model regresi linier berganda terpenuhi (Santoso, 2002).
3.7.4.Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variable independent terhadap variable dependent.Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan melalui Uji t, Uji F dan Koefisien Determinan (R2). Uji t dan uji F dilakukan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruhvariable independent (HCE, SCE dan CEE) terhadap variable dependent (ROA). Selain itu, pengujian ini juga dilakukan dengan menghitung koefisien determinasi (R2) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable independen (HCE, SCE, dan CEE) dalam perusahaan perbankan. Tahapan penelitian ini yaitu:
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
15
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
3.7.4.1.Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variable independent terhadap variable dependent secara bersama-sama. Uji F ini dikenal juga debagai overall tes., Tahapan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah: a. Menentukan null hypothesis (H 0 ) untuk perhitungan statistic, yaitu: H 0 : b 1 = b 2 = b 3 = 0, berarti HCE, SCE dan CEE secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA) H 1 : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ 0, berarti HCE, SCE dan CEE secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA) b. Menentukan besarnya level of significant (α) Tingkat signifikansi yang digunakan (α) yaitu sebesar 5% c. Menentukan signifikansi uji F Tingkat signifikansi uji F
dapat dilihat dari angka signifikansinya. Jika angka
signifikansi uji F lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan(α), maka Ho ditolah dan H1 diterima. Nilai (α) yang digunakan adalah:1) Jika signifikansi F > 0,05, maka H 0 diterima, 2) Jika signifikansi F < 0,05, maka H 0 ditolak
3.7.4.2.Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya pengaruh masing-masing variable independent terhadap variable dependent.Uji t digunakan untuk memverifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesisi nol (H 0 ).Keputusan untuk menerima atau menolak H 0 didasarkan pada nilai uji statistic yang diperoleh dari data (Widarjono, 2007: 46). Tahapan yang dilakukan dalam uji t yaitu: 1. Menentukan null hypothesis (H 0 ) untuk penghitungan statistic: a. H 0 : b 1-3 = 0, berarti HCE, SCE dan CEE tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROA b. H 0 : b 1-3 ≠ 0, berarti HCE, SCE dan CEE berpengaruh secara parsial terhadap ROA 2. Menentukan besarnya level of significance (α), yaitu sebesar 5%. 3. Menentukan signifikansi uji t Signifikan atau tridaknya hasil uji t dapat dilihat dari angka signifikansi uji t, dengan dasar pengambilan keputusannya adalah:
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
16
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
a. Jika signifikansi t > 0.05 maka H 0 diterima b. Jika signifikansi t < 0.05 maka H 0 ditolak 3.7.4.3.Koefisien Determinasi (R2) Menurut Widarjono (2007: 29-31), koefisien determinasi (R2) didefinisikan sebagai persentase dari total variasi variable dependent Y yang dijelaskan oleh garis regresi (variable independent X). maksud dari definisi diatas yaitu koefisien determinasi ini (R2) mengukur persentase kontribusi variable X terhadap variable Y. nilai koefisien determinasi ini teerletak diantara nol dan satu (0 ≤ R2 ≥ 1). Jika nilai R2 semakin mendekati 1, maka semakin baik variable independent mempengaruhi perubahan variable dependen.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perusahaan Perbankan Industri keuangan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) digolongkan menjadi 6 bagian industri, yaitu bank, institusi keuangan, perusahaan sekuritas, asuransi, pembiayaan investasi dan lainnya.Menurut pasal 1 (butir 2) UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sektor perbankan merupakan sektor yang paling intensif memanfaatkan intellectual capital dalam menjalankan aktivitasnya.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Menurut data yang berasal dari Bank Indonesia, terdapat 26 bank yanggo public dan berturut-turut mempublikasikan laporan keuangan pada 31 Desember yang kemudian dipilih beberapa bank yang memenuhi kriteria pemilihan sampel (table 4.1). Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan, terdapat 2 perusahaan yang tidak memperoleh nilai VAIC positif dalam tahun 2010-2012, yaitu PT Bank ICB Bumi Putera Tbk dan PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Dan 1 bank yang memiliki nilai ROA negatif, yaitu PT Bank Sekawan Tbk, karena pada tahun 2012 perusahaan ini memperoleh rugi. Sehingga, berdasarkan table 4.1, terdapat 26 perusahaan perbankan yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Dan dengan menggunakan metode penggabungan data, maka diperoleh sebanyak 78 (26 x 3) data pengamatan (table 4.2).
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
17
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
4.2.Hasil Penelitian Analisis Deskriptif (table 4.3). 4.2.1.Human Capital Efficiency (HCE) Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata HCE selama tahun 2010-2012 yaitu 2.7095700, dengan nilai maksimum 5.6933247 yang diperoleh Bank Sinarmas pada tahun 2012, dan nilai minimum 1.3707142 yang diperoleh Bank Agroniaga tahun 2011. Sedangkan standar deviasinya adalah 1.0042431.Semakin tinggi nilai HCE menunjukkan semakin tinggi nilai tambah yang mampu diperoleh perusahaan dibandingkan total pengeluaran untuk membayar beban gaji dan upah karyawan.
4.2.2.Structural Capital Efficiency (SCE) Variable independen kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Capital Efficiency (SCE). SCE dihitung melalui pembagian SC (structural capital) terhadap VA (value added).Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai ratarata SCE selama tahun 2010-2012 yaitu 0.56848245 dengan nilai maksimum 0.8243557 yang diperoleh Bank Sinarmas pada tahun 2012, dan nilai minimum 0.2704533 yang diperoleh Bank Agroniaga tahun 2011. Sedangkan standar deviasinya adalah 0.1357434.
4.2.3.Customer Employee Efficiency (CEE) Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata CEE selama tahun 2010-2012 yaitu 0.0414061 dengan nilai maksimum 0.0853182 yang diperoleh bank Rakyat Indonesia pada tahun 2012, sedangkan nilai
minimum 0.0141034
diperoleh bank Capital Indonesia tahun 2010. Sedangkan standar deviasinya adalah 0.0167478.
4.2.4.Return On Aset (ROA) Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai rata-rata ROA selama tahun 2010-2012 yaitu 2.207% dengan nilai maksimum 4.701% yang diperoleh Bank Tabungan Pensiunan Negara tahun 2012, sedangkan nilai minimum 0.250% diperoleh Bank Artha Graha Internasional tahun 2012. Sedangkan nilai standar devisiasinya adalah 0.0105082.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
18
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
4.3.Uji Asumsi Klasik Regresi terhadap Return On Aset (ROA) Untuk memperoleh model estimasi regresi linear berganda terbaik, maka pengujian asumsi-asumsi statistik harus dilakukan. Uji asumsi klasik meliputi : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan bias (penyimpangan) pada hasil penelitian.
4.3.1.Uji Normalitas (table 4.4) Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp. Sig (signifikasi) dari HCE, SCE, CEE dan ROA lebih besar daripada taraf signifikan (α=0.05). Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.
4.3.2.Uji Multikolinearitas (table 4.5) Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa besarnya nilai tolerance untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF untuk masing-masing variabel lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari asumsi multikolinieritas.
4.3.3.Uji Heterokedastisitas Dari grafik Scatterplot (gambar 4.1) terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi yang diperoleh layak digunakan.
4.3.4.Uji Autokorelasi Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson berada diantara 0 hingga +4, yaitu 2.064.sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.
4.4.Analisa Model Regresi Linear Berganda Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada table 4.7.maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut : VAIC= -0.012 - 0.008 HCE + 0.067 SCE + 0.379 CEE
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
19
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Berdasarkan hasil regresi dapat disimpulkan bahwa dengan nilai F hitung sebesar 29.904 dengan tingkat signifikasinya 0.000 (lebih kecil dari α = 0.05) menunjukkan bahwa model regresi antara variabel bebas HCE, SCE dan CEE serta variabel terikat ROA layak untuk dijadikan model regresi. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas yaitu HCE, SCE dan CEE terhadap ROA, dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien regresi sebagai berikut: 1. Nilai koefisien HCE sebesar -0.008 memiliki arti jika HCE mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka variable ROA akan mengalami penurunan sebesar 0.008 satuan 2. Nilai koefisien SCE sebesar 0.067 memiliki arti jika SCE mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka variable ROA akan mengalami kenaikan sebesar 0.067 satuan. Sebaliknya jika SCE mengalami penurunan sebesar 1 satuan, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 0.067 satuan. 3. Nilai koefisien CEE sebesar 0.379 memiliki arti jika CEE mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka variable ROA akan mengalami kenaikan sebesar 0.379 satuan. Sebaliknya jika CEE mengalami penurunan sebesar 1 satuan, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 0.379 satuan. 4. Nilai Constant adalah sebesar -0.012 mempunyai arti bahwa jika variabel bebas yang terdiri dari HCE, SCE dan CEE konstan, maka diprediksi Return On Aset (ROA) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursi Efek Indonesia tahun 20102012 akan mengalammi penurunan sebesar 0.012 satuan. 5. 4.3.3.Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan menggunakan uji t. 4.3.3.1.Uji F Hasil perhitungan nilai F hitung dan signifikasinya dengan menggunakan SPSS 17 pada table 4.8 dibawah ini menunjukkan bahwa variabel HCE, SCE dan CEE secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel kinerja keuangan (ROA), hal ini dikarenakan nilai signifikannsinya lebih kecil dari α = 5%. Jadi, hipotesis yang menyatakan HCE, SCE dan CEE mempengaruhi kinerja keuangan secara simultan terbukti benar.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
20
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
4.3.3.2.Uji t Berdasarkan hasil uji t (table 4.9) pengaruh antara HCE terhadap ROA diketahui menghasilkan nilai t hitung sebesar -3.493 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena nilai signifikasi t hitung lebih kecil dari nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa HCE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa HCE berpengaruh terhadap ROA terbukti. Berdasarkan hasil uji t diatas, pengaruh antara
SCEterhadap ROA diketahui
menghasilkan nilai t hitung sebesar 3.997dengan nilai signifikasi sebesar 0.000. Karena nilai signifikasi t hitung lebih kecil dari nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa SCE memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
SCE berpengaruh terhadap ROA terbukti
kebenarannya. Selanjutnya berdasar tabel 4.9, pengaruh antara CEEterhadap ROA diketahui menghasilkan nilai t hitung sebesar 6.445 dengan nilai signifikasi sebesar 0.000. Karena nilai signifikasi t hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa CEE memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa CEE berpengaruh terhadap ROA terbukti kebenarannya.
4.4.1.Koefisien Determinasi dan Korelasi Koefisien determinasi R2 (R square) digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sedangkan koefisien korelasi (R) digunakan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa : a. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.548. ini menunjukkan bahwa variabel ROA dapat menjelaskan variabel HCE, SCE dan CEE sebesar 0.548 atau 54.8%. b. Sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.740. Hal ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel ROA, HCE, SCE dan CEE adalah sebesar 74.0%.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
21
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
4.5.Pembahasan 4.5.1.PengaruhIntellectual Capital (HCE, SCE dan CEE) terhadapKinerja KeuanganSecara Simultan Secara simultan, dengan menggunakan uji F, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital yang diukur melalui metode VAIC memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja keuanganperusahaan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari α = 0.05, yaitu sebesar 0.000. Hal tersebut merepresentasikan bahwa ketiga komponen pembentuk intellectual capital, yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE)dan Customer Employed Efficiency (CEE)secara bersama-sama mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan perbankan yang dihitung melalui ROA (profitabilitas). Sebagai perusahaan yang bersifat intellectual intensive, perusahaan-perusahaan perbankan dituntut mampu memanfaatkan dan mengelola sumber intelektual yang mereka miliki (HCE, SCE dan CEE) secara efektif dan efisien agar dapat memperoleh laba maksimal.Dan pada periode ini (2010-2012), perusahaan-perusahaan ini dinilai mampu mencapai hal tersebut, karena mereka dapat menghasilkan nilai tambah dan berkontribusi atas peningkatan laba yang dicapai oleh perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chu et al (2011) di China,Ulum (2009) di Indonesia serta Ting dan Lean (2009) di Malaysia yang menyatakan bahwa secara simultan, HCE, SCE dan CEE berpengaruuh signifikan terhadap ROA.
4.5.2.PengaruhIntellectual Capital (HCE, SCE dan CEE) terhadapKinerja KeuanganSecara Parsial Secara parsial, dengan menggunakan uji t, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing komponen pembentuk intellectual capital yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE)dan Customer Employed Efficiency (CEE)jugamemiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang dihitung melalui ROA (profitabilitas), hal ini disebabkan HCE, SCE dan CEE memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α = 0.05 HCE yang bernilai positif menunjukkan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia semakin menyadari pentingnya pengelolaan modal manusia yang mereka
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
22
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
miliki dalam meningkatkan laba perusahaan, sehingga mereka bersedia mengeluarkan dana yang lebih besar untuk mendapatkan karyawan yang sesuai yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ting (2009) di Malaysia, yang menyatakan bahwa Value Added Human Capital/ Human Capital Efficiency (HCE) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan indicator ROA. Pada penelitian ini, nilai SCE yang positif menunjukkan bahwa perusahaanperusahan ini telah mampu memanfaatkan keberadaan aset yang mereka miliki secara optimal untuk menciptakan laba. Karena dengan adanya struktur perusahaan, sistem, prosedur, regulasi dan data base yang baik, perusahaan akan mampu meminimalisasi adanya kecurangan, resiko kredit macet serta meningkatkan kepuasan konsumen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bontis (2000) di Malaysia, Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, Chen (2005) di Taiwan dan Ting (2009) di Malaysia yang menyatakan bahwa Value Added Structural Capital/ Structural Capital Efficiency (SCE) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Selain HCE dan SCE, CEE juga memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap profitabilitas perusahaan perbankan.Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang baik antara perusahaan dan customer, seperti bagaimana perusahaan memberikan pelayanan kepada customer, serta merespon kritik atau saran yang disamapaikan customer mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firer dan William (2003) di Afrika Selatan, yang menyatakan bahwa CEE merupakan satu-satunya komponen intellectual capital yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan laba, selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chu et al (2011) di China, serta Ting dan Lean (2009) di Malaysia yang menyatakan bahwa Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas.
5.KESIMPULANDAN SARAN Penelitian ini penemukan dalam intellectual capital yang terdiri atas tiga komponen, yaitu human capital, structural capital, dan customer capitalsecara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return on Aset (ROA), sebagai indikator dari kinerja keuangan perusahaan.Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan intellectual capital dalam suatu perusahaan, terutama pada perusahaan perbankan cukup mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sehingga semakin baik perusahaan mampu mengelola
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
23
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
intellectual capital yang mereka miliki, maka akan semakin besar pula nilai Return on Aset (ROA) yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori resource based theory, seperti yang dikemukakan oleh Firer dan William (2003) yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan dapat didefinisikan sebagai fungsi penggunaan yang efektif dan efisien baik dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan.Lalu secara parsial ketiga komponen pembentuk intellectual capital sama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan indikator ROA.Ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan semakin menyadari pentingnya keberadaan intellectual capital dalam mencapai competitive advantage, terutama melalui keberadaan sumber daya manusia yang mereka miliki, yang salah satunya ditunjukkan melalui peningkatan nilai beban gaji yang dibayarkan oleh perusahaan tiap tahunnya.Beban gaji ini mencakup biaya pelatihan, biaya rekrutmen pegawai baru, bonus serta tunjangan-tunjangan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Hasil penelitian ini menguatkan pandangan atas Resource Based Theory (RBT)yang disampaikan oleh Wernerfelt (1984) yang menyatakan bahwa suatu organisasi akan dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif apabila memiliki sumberdaya yang unggul. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan teori human capital yang disampaikan oleh Becker dalam Pratiwi (2005) dimana pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia merupakan investasi yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Adapun saran yang diberikan oleh peneliti untuk perbaikan penelitian serupa yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan datang antara lain a) untuk penelitian selanjutnya, dapat menambahkan indikator variabel dependen dengan Market to book value ratios of equity (M/B), Return on Equity (ROE), Growth in revenues (GR) dan Employee productivity (EP) seperti penelitian yang dilakukan oleh Chen (2005) dan juga Asset Turnover (ATO) pada penelitian Firer dan William (2003) , b) metode analisis dapat dilakukan pula melalui metode Partial Least Square (PLS) seperti yang dilakukan oleh penelitian Ulum (2009) dan Tan et al (2007), c) untuk penelitian selanjutnya, dapat digunakan perusahaan sektor jasa lainnya, selain perusahaan perbankan sebagai sample penelitian, seperti perusahaan asuransi dan perusahaan sekuritas seperti penelitian oleh Maheran (2009) dan Ting (2009).
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
24
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Daftar Pustaka
Andriessen, Daniel. 2004. IC valuation and measurement: classifying the state of the art. Journal of Intellectual Capital.Vol. 5 No. 2, pp.230-242 Barney, J. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management 17 (1): 99-120 Bontis,Nick, William Chua Chong Keow, and Stanley Richardson. 2000. Intellectual Capital & Business Perfomance in Malaysia Industries. Journal of intellectual Capital 1. Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2001.Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat Chen et al. 2005. An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firm's market value and financial performance.Journal of Intellectual Capital, Vol.6, No.2, pp.159-176. Chu et al. 2011. Charting Intellectual Capital Performance of The Gateway to China. Journal of Intellectual Capital, Vol. 12 No. 2, 2011. pp 268-270 Firer S., and Williams M. 2003.Intellectual capital and traditional measures of corporate performance .Journal of Intellectual Capital Vol. 4 No. 3. Gibson, Charles H. 2009. Financial Reporting and Analysis, 11th edition.USA: South Western Cengage Learning Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Salemba Empat Guthrie, James and Richard Petty. 2000. Intellectual capital literature review: Measurement, reporting and management. Journal of Intellectual Capital.Vol.1 No.2, pp.160-176. Ikatan Akuntan Indonesia.2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19.Jakarta: Salemba Empat. Juwita, Siti Pritiza dan Fivi Anggraini.2007.Pengaruh Human Capital Terhadap Business Performance melalui Customer Capital (Studi Empiris Pada Perusahaan Komoditi Ekspor di Sumatra Barat).The 1st Accountng Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia. Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat Ngah, Rohana dan Abdul Razak Ibrahim. 2009. The Relationship of Intellectual Capital, Innovation and Organizational Performance: a Preliminary Study in Malaysian SMEs. International Journal of Managemennt Innovation Systems, Vol.1, No.1. Pratiwi Dwi Astuti. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance. Jurnal Maksi 5 (januari) : 34-57. Pulic, A. 1998.Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy.Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Manging Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential Pulic, A. 1999.“Basic information on VAIC. (online), (www.vaic-on.net. Diakses tanggal 30 Desember 2012) Pulic, A. 2000.“VAIC – an accounting tool for IC management”. (online), (www.vaicon.net. Diakses tanggal 30 Desember 2012) Pulic, A. 2004. Intellectual Capital: Does It Create or Destroy Value?.Measuring Business Excellence, Vol. 8 No. 1, pp. 62-8. Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 9, No.1, 1-20. Sangkala. 2006. Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Yapensi.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
25
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization, Doubleday/Currency. New York. Sudana, I Made. 2009. Manajeman Keuangan : Teori Dan Praktika. Surabaya: Airlangga University Press Susanto, A.B. 2007. Resource Based Versus Market Based. Eksekutif no.338. Mei. Hlm. 24-25. Suwarjuwono, T dan Agustine P. Kadir. 2003. “Intellectual capital: perlakuan, pengukuran, dan pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansidan Keuangan.Vol. 5 No. 1. pp. 35-57. Sveiby, K. E. 2001. Method for Measuring Intangible Asets (Online), (http://www.sveiby.com/articles/intangiblemethod.thm, diakses tanggal 1 Januari 2013 Tan et al. 2007.Intellectual capital and financial returns of companies. Journal of Intellectual Capital Vol. 8 No. 1, 2007 pp. 76-95 Ting, Irene Wei Kiong dan Hooi Hooi Lean. 2009. Intellectual Capital Performance of Financial Institutions in Malaysia. Journal of Intellectual Capital Vol. 10, No.4. Ulum et al. 2008.Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. SNA XI Pontianak. Wernerfelt, B. 1984. A Resourced-Based View of The Firm. StrategicManagement Journal. Vol.5: 171-180. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 2001. Managerial Finance 10th Edition. Orlando, Florida: The Driden Press. Widarjono.Agus .2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.Ekonisia. Yogyakarta www.bi.go.id. Diakses tanggal 1 Januari 2013
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
26
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Lampiran Tabel 2.1 Pendapat Ilmuwan tentang Modal Manusia Penulis Cevendish
Tahun 1999
Sumber www.intellectualcapital.orginfo@intellectual capital.org
Seetharaman dkk
2001
Journal of Intellectual Capital. Vol 3. Html
Brinker
2001
Html
Definisi Modal manusia adalah kombinasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dari karyawan sebuah perusahaan Modal manusia adalah kemampuan untuk mentransfer potensi manusia menjadi produk atau jasa Modal manusia adalahsumber inovasi dan perbaikan
Dimensi-Dimensi IC 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. pengalaman 1. Kemampuan 2. brainpower 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4.
Kompetensi Keterampilan Pengetahua Komitmen Edvison 2003 The Unic-Concept.html Modal manusia adalah kombinasi dari otak, Otak keterampilan dan wawasan Keterampilan Wawasan Meritum 2003 Project:www.kunne. no/ MERITUM Modal manusia adalah pengetahuan yang Pengetahuan /index.html karyawan peroleh ketika mereka Keterampilan meninggalkan perusahaan Pengalaman Kemampuan karyawan Sumber: Sangkala. 2006. Intellectual Capital Managemnent: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan. p:41-43
Tabel 2.2 Pendapat Ilmuwan tentang Modal Struktural Penulis Tahun Cevendish 1999
Sumber www.intellectualcapital.orginfo@intellectual capital.org
Definisi Modal structural terdiri dari keseluruhan tangible dan intangible
Marti
2001
Journal of Intellectual Capital. Vol 2. Html
Modal structural adalah kemampuan structural perusahaan memanfaatkan intelektual dan inovasi manusia untuk menciptakan kekayaan
Monasco
2001
European Management Journal. Vol.19. Elseiver Scoence Ltd, Pergamon
Edvison
2003
The Unic-Concept.htm
Modalstruktural adalah suatu modal yang membungkus pelanggan, proses, data base dan system
Meritum
2003
Project:www.kunne. no/ MERITUM /index.htm
Modalstrujtural adalah kelompok pengetahuan yang berada di dalam perusahaan
Dimensi-Dimensi IC 1. Proses dokumentasi pelanggan 2. Jarinagan internet, ekstranet 3. intrallectualnet 1. prosedur 2. teknologi 3. rutinitas 4. sistem 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
proses system struktur merek property intelektual pelanggan proses data base sistem rutinitas prosedur system kultur data base
Sumber: Sangkala. 2006. Intellectual Capital Managemnent: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan.p:49-52
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
27
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Tabel 2.3 Pendapat Ilmuwan tentang Modal Pelanggan Penulis Stewart
Tahun 1997
Sumber Html
Definisi Modal relasional
Sveiby
1998
Html
Struktur eksternal
Brinker
2000
AICPA Html
Modal relasional adalah hubungan dengan orang yang melakukan kegiatan bisnis dengan organisasi
Manasco
2001
Html
Maurisen dkk
2001
Html
Modal pelanggan adalah luas dan integritas hubungan perusahaan dengan pelanggannya Modal pelanggan
Dimensi-Dimensi IC 1. jaringan kerjasama 2. loyalitas pelanggan 1. nama produk 2. relasi dengan pelanggan 3. relasi dengan supplier 4. trademark 5. reputasi/citra 1. profil pelanggan 2. loyalitas pelanggan 3. peran pelanggan 4. dukungan pelanggan 5. sukses pelanggan
1. 2. 3.
jumlah konsumen usaha pemasaran kepuasan pelanggan
Sumber: Sangkala. 2006. Intellectual Capital Managemnent: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan. p:59-60
Tabel 2.4 Various Problem in Measuring Intellectual Capital Why Improving internal management
Improving external reporting
Statutory and transaction issues
Categories of Problems 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
What gets measured gets managed Improving the management of intangible resources Creating resources-based strategies Monitoring effects from actions Translating business strategy into action Weighting possible course of action Enhancing the management of the business as a whole Closing the value gap between book and market value Improving information to stakeholders about the real value and future performance of enterprise Reducing information asymmetry Increasing in ability to raise capital Enhancing corporate reputation and affecting stock price Transaction pricing and structuring for the sale, purchase or license of an intangible aset Financing securitizing and collateralization for both cash flow based financing and aset based financing Taxation planning and compliance, with regard to all sorts of possible deductions, tax compliance, and estate planning Bankruptcy and reorganization, including the value of the estate in bankruptcy and the assessment of the impact of proposed reorganization plans Litigation support and dispute resolution, including infringement of intellectual property rights and breach of contract Impairment testing of goodwill as required by FASB statement no.142 (Financial Accounting Standard Board, 2001a)
Sumber: Andriessen, Daniel. 2004. IC valuation and measurement: classifying the state of the art. Journal of Intellectual Capital, Vol. 5 No. 2, p: 230-242
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
28
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Firer dan William (2003)
Sampel
Variabel
Hasil
75 perusahaan public yang ada di Afrika Selatan dan dalam waktu satu tahun pengamatan
Variable Independen: IC (HCE, SCE dan CEE) Variabel Dependen: ROA (profitabilitas), ATO (produktivitas), M/B (nilai pasar)
Chen et al (2005)
perusahaan public di Taiwan selama tahun 1992 – 2002
Ulum (2008)
130 perusahaan perbankan di Indonesia selama periode 20042006
Ting (2009)
perusahaan sektor keuangan di Malaysia periode 1999-2007
Variable Independen: IC (HCE, SCE dan CEE) Variabel Dependen: kinerja keuangan dan nilai pasar (ROA, ROE, GR) Variable Independen: IC (HCE, SCE dan CEE) Variabel Dependen: kinerja keuangan (ROA, ATO dan GR) Variable Independen: IC (HCE, SCE dan CEE) Variabel Dependen: kinerja keuangan yang diukur melalui ROA
Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas, berpengaruh signifikan negatif terhadap produktivitas dan tidak berpengaruh terhadap nilai pasar. Sedangkan secara parsial, hanya SCE yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA, HCE paling berpengaruh signifikan terhadap ATO, sedangkan HCE dan CEE berpengaruh signifikan terhadap M/B. Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan dan nilai pasar, yang diukur melalui ROA, ROE dan GR.
Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan
Secara simultan, VAIC memiliki hubungan yang positif terhadap ROA. Selain itu secara parsial, tiga komponen dari VAIC (HCE, SCE dan CEE) juga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap ROA.
Tabel 4.1 Seleksi Sampel Kriteria Perusahaan yang terdaftar dalam BEI selama tiga tahun berturut-turut (2010, 2011, 2012) Perusahaan yang tidak memperoleh nilai VAIC dan ROA positif dalam tahun 2010-2012
Jumlah 29
Jumlah sampel akhir
(3) 26
Sumber: BEI, data diolah
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BDMN BMRI BNGA BNBA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INOC MAYA
PT BANK RAKYAT INDONESIA AGRONIAGA TBK PT BANK CAPITAL TBK PT BANK EKONOMI RAHARJA TBK PT BANK CENTRAL ASIA TBK PT BANK BUKOPIN TBK PT BANK NEGARA INDONESIA TBK PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK PT BANK RAKYAT INDONESIA TBK PT BANK TABUNGAN NEGARA TBK PT BANK DANAMON TBK PT BANK MANDIRI TBK PT BANK BUMI ARTA TBK PT BANK CIMB NIAGA TBK PT INTERNASIONAL INDONESIA TBK PYT BANK PERMATA TBK PT BANK SINARMAS TBK PT BANK SWADESI TBK PT BANK PENSIUNAN NASIONAL TBK PT BANK VICTORIA INTERNASIONAL TBK PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK PT BANK MAYAPADA INTERNASIONA TBK
MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
PT BAN K WINDU KENTJANA INTERNASIONAL TNK PT BANK MEGA TBK PT BANK OCBC NISP TBK PT BANK PAN INDONESIA TBK PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906 TBK
Sumber: BEI, data diolah
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
29
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif VAIC Mean
Minimum
Maksimum
St. Deviasi
HCE
2.7095700
1.3707142
5.6933247
1.0042431
SCE
0.56848245
0.2704533
0.8243557
0.1357434
CEE
0.0414061
0.0141034
0.0853182
0.0167478
ROA
2.207%
0.250%
4.701%
0.0105082
Sumber: Lampiran, data diolah
Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov No.
Variabel
Nilai Signifikasi ( Asymp. Sig )
1. 2. 3. 4
HCE SCE CEE ROA
0.115 0.361 0.226 0.233
Sumber : Lampiran 8, diolah
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas VAIC Variabel Tolerance
VIF
0.384
2.602
0.382
2.616
0.990
1.010
HCE SCE CEE
Sumber : Lampiran 8, diolah
Sumber : Lampiran 8 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.6 Nilai Durbin-Watson Model 1
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
R .740a
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .548
.530
30
.007204954
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Tabel 4.7 Hasil regresi antara HCE, SCE dan CEE dengan ROA Variabel Bebas
Koefisien
T
Signifikasi
Keterangan
HCE
-0.008
-3.493
0.001
Berpengaruh Signifikan Positif
SCE
0.067
3.997
0.000
Berpengaruh Signifikan Positif
CEE
0.379
6.445
0.000
Berpengaruh Signifikan Positif
Constant
-0.012
R
0.740
R Square
0.530
F hitung
29.929
Sig (α = 5%)
0.000
Sumber : Lampiran 8, diolah
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji F F hitung
29.929
Sig (α = 5%)
0.000
Sumber : Lampiran 8, diolah Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji t Variabel Variabel Nilai Signifikasi HCE HCE 0.001 SCE SCE 0.000 CEE CEE 0.000 Sumber : Lampiran 8, diolah
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014
31
Keterangan Berpengaruh Signifikan Positif Berpengaruh Signifikan Positif Berpengaruh Signifikan Positif
File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id