PENGARUH PUPUK TERHADAP PRODUKSI DAUN DAN PERKEMBANGAN AKAR STEK MURBEI (Morus cathayana L.)
ANVA NOVALIA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH PUPUK TERHADAP PRODUKSI DAUN DAN PERKEMBANGAN AKAR STEK MURBEI (Morus cathayana L.)
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
ANVA NOVALIA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Anva Novalia. Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.). Dibimbing oleh Ir. Kasno, M.Sc.
Untuk mampu memenuhi kebutuhan industri benang sutera dalam negeri, pemerintah perlu mendorong petani ulat sutera untuk meningkatkan produksi kokon. Upaya peningkatan produksi kokon bisa ditempuh melalui cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya intensifikasi dapat ditempuh melalui cara pemberian nutrisi makanan melalui pemupukan, sedangkan upaya ekstensifikasi dapat ditempuh melalui perluasan kebun murbei. Bahan perbanyakan tanaman murbei bisa berupa benih dan stek batang. Stek batang sebagai bahan perbanyakan tanaman lebih umum dilakukan. Penelitian pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan stek murbei dilakukan dalam kondisi rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap produktivitas tanaman khususnya pertumbuhan daun dan akar. Jenis pupuk yang diuji dalam penelitian ini adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang diuji bermerk dagang M-Dext, NASA, dan Hormonik, serta pupuk kandang, sedangkan jenis pupuk anorganik yang diuji adalah Urea, TSP, dan KCl. Adapun dosis pupuk organik adalah campuran 5 lt MDext + 30 kg pupuk kandang per Ha, 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang per Ha, 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha, 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik per Ha, 12 lt NASA + 6 lt Hormonik per Ha, 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per Ha. Sedangkan dosis pupuk anorganik adalah campuran 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl per Ha, 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl per Ha, 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per Ha. Untuk melakukan pengujian jenis dan dosis pupuk tersebut, dilakukan dengan rancangan percobaan acak lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan masingmasing tiga ulangan. Selain itu pengaruh perendaman stek murbei dalam larutan pupuk organik terhadap pertumbuhan akar juga dilakukan. Jenis pupuk yang diujicoba berupa pupuk organik M-Dext dan NASA. Konsentrasi pupuk yang
dicoba adalah 0.25 % dengan lama perendaman 15, 30, dan 45 menit. Percobaan ini juga dilakukan dengan menggunakan RAL dengan tujuh perlakuan masingmasing 3 ulangan. Adapun parameter pengujian berupa total panjang cabang primer, jumlah daun, luas permukaan daun, bobot daun dengan dan tanpa ranting, total panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total. Hasil penelitian menunjukkan, untuk pengaruh pemupukan pada stek terhadap produksi daun, aplikasi pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang cabang primer, luas permukaan daun, dan bobot daun dengan dan tanpa ranting. Pengaruh yang nyata ini diduga bahwa pupuk organik M-Dext memiliki unsur makro dan mikro yang lebih lengkap dan dibutuhkan tanaman, sehingga dapat meningkatkan produktivitas daun. Sedangkan aplikasi pupuk organik 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per Ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Aplikasi perendaman NASA 45 menit memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar. Respon tanaman akibat perlakuan perendaman ini dikarenakan pupuk organik NASA memiliki hormon yang dapat meningkatkan daya tumbuh akar.
SUMMARY Anva Novalia. The Impacts of Fertilizers on Leaf Production and Root Development of
Mulberry
Cutting (Morus
cathayana). Under supervision of Mr. Kasno, M.Sc.
To enable fulfill silken thread industrial demand, the government has to stimulate silkworm farmers to increase cocoon production. It can be reached through both intensification and establishment of new areas of mulberry plantation. Stem cutting and seeds maybe used as plant propagation of mulberry plant, but stem cutting is mostly used to reproduce of mulberry plant. A study entitled the Impacts of Fertilizers on Leaf Production and Root Development of Mulberry Cutting (Morus cathayana) was carried out. The aims of the study were to evaluate both leaf prouction and root development. To achieve the said aims, two separate experiments were carried out under glass house condition. There were several fertilizers used in the study namely the organic fertilizers, the M-Dext trademarked, animal manure, and liquid NASA and Hormonic trademarked, and the inorganic fertilizers namely Urea, TSP, and KCl. The following dossages of the organic fertilizers namely the mixture of 5 l MDext + 30 kg animal manure, 12 l M-Dext + 80 kg animal manure, 20 l M-Dext + 130 kg animal manure, 5 l NASA + 2.5 l Hormonic, 12 l NASA + 6 l Hormonic, 20 l NASA + 10 l Hormonic, and the dossages inorganic fertilizers namely the mixture of 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl, 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl, 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per hectare to be the treatments of the first experiment. The following period of deeping stem cuttings namely 15, 30, and 45 minute of 0.25 % M-Dext and NASA fertilizers were used as the treatments of the second experiment. Both experiments were conducted following complete randomized design procedure, which the first experiment was done with 10 treatments and three replications, while the second experiment with seven treatments and three replications. To evaluate the results of the experiments, the following parameters
namely leaf count, leaf area, leaf weight, total primary branch length and the length of primary roots, primary root count, and root weight. The results showed that all fertilizers used in this experiment stimulated the growth of mulberry plants. The mixture of organic M-Dext and animal manure significantly increased primary branch length, leaf area, and leaf weight. Whereas the mixture of organic NASA and Hormonic significantly increased leaf count, primary root length and root count, and root weight.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2008
Anva Novalia NRP E14203040
Judul
: Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.)
Nama
: Anva Novalia
NRP
: E14203040
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Kasno, MSc NIP : 130 891 379
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788
Tanggal
:
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya penulis telah berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini, dengan judul Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.), yang dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007, dengan tema penelitian yang dipilih mengenai pengaruh pupuk terhadap produksi daun murbei sebagai pakan ulat sutera. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pupuk yang tepat diberikan untuk tanaman murbei guna meningkatkan kualitas kokon yang dihasilkan berdasarkan pemberian pupuk pada tanaman murbei, dengan jenis dan dosis yang berbeda, serta perkembangan akar yang dihasilkan dari lama perendaman dengan jenis pupuk dan waktu perendaman yang berbeda. Penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan perhatian, khususnya kepada Bapak Ir. Kasno, M.Sc selaku pembimbing, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik, serta dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, kakak-kakak tercinta, dan para kerabat yang telah membantu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bogor, Agustus 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dengan nama lengkap Anva Novalia dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 12 November 1984, sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan E. Sulaiman Koesen Kartawinata dengan Aszesshinova. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi melalui jalur PMDK IPB. Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H), dimana Praktek Pengenalan Hutan dilakukan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang yang masuk ke dalam wilayah RPH Paseh, BKPH Ciparay, KPH Bandung Selatan, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut, dan Praktek Pengelolaan dilakukan di SPH 4 yang berlokasi di Cirebon, KPH Indramayu, BKPH Plosokerep - RPH Kroya, BKPH Jatimunggul RPH Jatimunggul Utara, BKPH Sanca - RPH Bantarwaru, BKPH Haurgeulis RPH Tamansari, Cikandung, dan Gantar. Pada bulan Februari ± April 2007, penulis juga mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. SBA Wood Industries, Sumatera Selatan, dengan kondisi lahan gambut. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pupuk terhadap Produksi Daun dan Perkembangan Akar Stek Murbei (Morus cathayana L.), yang dibimbing oleh Ir. Kasno, MSc.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis selama pelaksanaan praktek dan penyusunan skripsi, penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada : 1.
Ayahanda E. Sulaiman Koesen Kartawinata, Ibunda Aszesshinova, dan Kakak-kakakku tercinta Santy, Virna, dan Teguh, serta seluruh Keluarga Besarku atas semua kasih sayang, semangat, kesabaran, pengorbanan, dan GR¶DQ\DVHODPDLQL
2.
Bapak Ir. Kasno, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti bagi saya, baik dalam penyelesaian skripsi maupun dalam memotivasi saya untuk terus maju dan memberikan solusi bagi setiap masalah.
3.
Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang telah memberi kesempatan melaksanakan kegiatan penelitian ini.
4.
Bapak Ir. Irdika Mansyur, M.For.Sc selaku Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya.
5.
Dosen penguji Ir. I. Ketut N. Pandit, M.Sc dari Departemen Hasil Hutan.
6.
Dosen penguji Dr. Ir. Jojo Oentarjo, M.Sc dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
7.
Keluarga besar Laboratorium Entomologi Hutan Bu Umi, Bu Nunung, Bu Eli, Teh Lia yang telah membantu penulis selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
8.
Pak Ismail dan Bu Aliyah, serta seluruh staff yang ada di KPAP Silvikultur atas bantuannya dalam pengurusan akademik.
9.
A Hendra, S. Hut, Mas Sectio, S. Hut, dan Chandra, S. Hut atas kesabaran, keikhlasan, dan kebaikannya yang selalu membantu dalam proses penelitian, seminar, sidang, sampai akhir penulisan karya ilmiah ini.
10. Ayie dan Dwi teman seperjuangan dari awal sampai akhir perolehan gelar S. Hut. atas bantuan dan kebersamaannya yang selalu ada dan menemani dalam susah maupun senang. 11. Inneu, Erty, Ridho, Sigit, Irma, Ana, Lela, Visty, Feny, dan seluruh keluarga EHVDU'¶DWDVEDQWXDQPRWLYDVLNHEHUVDPDDQ, dan kerjasamanya selama ini. 12. Keluarga besar Silvikultur 39, 40, 41 dan 42 atas kebersamaannya selama ini semoga semua yang pernah kita lalui memberikan kesan yang indah. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang selalu memberi dukungan, semangat, motivasi, inspirasi, dan kesabarannya dalam mendengar dan mengatasi semua masalah sampai selesainya penulisan karya ilmiah ini.
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................... i DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv DAFTAR ......................................................................................................... vi DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2 1.3 Hipotesis ........................................................................................... 2 1.4 Manfaat ............................................................................................ 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei ........................................... 4 2.2 Tanaman Murbei dan Kedudukannya Dalam Tata Klasifikasi Tumbuhan ........................................................................................ 5 2.3 SyaratTumbuh Morus cathayana L. 2.3.1 Tanah ....................................................................................... 6 2.3.2 Iklim ........................................................................................ 7 2.4 Cara Perkembangbiakan Tanaman Murbei ...................................... 7 2.4.1 Penanaman Murbei .................................................................. 8 2.4.2 Pemeliharaan ........................................................................... 10 2.4.3 Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................... 11 2.4.4 Peremajaan Tanaman Murbei ................................................. 11 2.5 Kegunaan Tanaman Murbei ............................................................. 12 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................... 13 3.2 Bahan dan Alat ................................................................................. 13
ii
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Percobaan Pemupukan pada Stek ............................................ 14 3.3.1.1 Stek .............................................................................. 14 3.3.1.2 Media Tumbuh ............................................................ 14 3.3.1.3 Perlakuan dengan Pupuk ............................................. 14 3.3.1.4 Rancangan Percobaan ................................................. 16 3.3.1.5 Parameter ..................................................................... 16 3.3.2 Percobaan Pengaruh Perendaman Stek dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan Akar .................................................... 18 3.3.2.1 Stek .............................................................................. 18 3.3.2.2 Media Tumbuh ............................................................ 18 3.3.2.3 Perlakuan Perendaman ................................................ 18 3.3.2.4 Rancangan Percobaan ................................................. 19 3.3.2.5 Parameter ..................................................................... 19 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ................................................................................................. 20 4.1.1 Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Stek Murbei ............ 20 4.1.1.1 Total Panjang Cabang Primer ..................................... 20 4.1.1.2 Jumlah Daun ............................................................... 22 4.1.1.3 Luas Permukaan Daun ................................................ 25 4.1.1.4 Bobot Daun dan Ranting ............................................. 27 4.1.1.5 Bobot Daun ................................................................. 29 4.1.2 Pengaruh Perendaman Stek dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan Akar 4.1.2.1 Jumlah Akar Primer .................................................... 31 4.1.2.2 Total Panjang Akar Primer ......................................... 33 4.1.2.3 Bobot Akar Total ......................................................... 35 4.2 Pembahasan ...................................................................................... 37 4.2.1 Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Stek Morus cathayana L. ................................ 37 4.2.2 Pengaruh Perendaman Stek Murbei dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Akar .................... 39
iii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 41 5.2 Saran ................................................................................................. 41 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42 LAMPIRAN .................................................................................................... 44
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Komposisi formula masing-masing pupuk ............................................ 15
2.
Komposisi pupuk campuran, dosis, dan cara penggunaannya ............... 15
3.
Total panjang cabang primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan .................................................. 20
4.
Analisis sidik ragam total panjang cabang primer M. cathayana L. pada saat umur 12 minggu ..................................................................... 21
5.
Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang cabang primer tanaman murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ............ 21
6.
Jumlah daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan ................................................................................. 22
7.
Analisis sidik ragam jumlah daun murbei pada saat umur 12 minggu .. 23
8.
Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun tanaman murbei (Morus cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ................................. 23
9.
Luas permukaan daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan ........................................................... 25
10.
Analisis sidik ragam luas permukaan daun murbei pada saat umur 12 minggu ................................................................................................... 25
11. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap luas permukaan daun tanaman murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ........................... 25 12. Bobot daun dan ranting dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan ........................................................... 27 13.
Analisis sidik ragam bobot daun dan ranting murbei pada saat umur 12 minggu ................................................................................................... 27
14. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun dan ranting murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ........................... 27 15.
Bobot daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan ................................................................................. 29
16.
Analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei pada saat umur 12 minggu ................................................................................................... 29
17. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu ....................................... 29 18. Jumlah akar primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk .................................. 31 19.
Analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei .................... 31
v
20. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar primer tanaman murbei (Morus cathayana L.) ................................................................ 32 21. Total panjang akar primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan perlakuan perendaman dalam larutan pupuk ......................... 33 22.
Analisis sidik ragam total panjang akar primer M. cathayana L. .......... 33
23. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang akar primer tanaman murbei (M. cathayana L.) ......................................................... 34 24. Bobot akar total dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk .................................. 35 25.
Analisis sidik ragam bobot akar total M. cathayana L. ......................... 35
26. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot akar total murbei (M. cathayana L.) ......................................................................................... 36
vi
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Perbandingan data total panjang cabang primer dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk ............................................................................ 22
2.
Perbandingan data jumlah daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk . 24
3.
Perbandingan data luas permukaan daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk ............................................................................. 26
4.
Perbandingan data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk ...................................................................................... 28
5.
Perbandingan data bobot daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk . 30
6.
Perbandingan data jumlah akar primer dari stek murbei yang berumur 4 minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda ........................................... 32
7.
Perbandingan data total panjang akar primer dari stek murbei yang berumur 4 minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda ...................... 34
8.
Perbandingan data bobot akar total dari stek murbei yang berumur 4 minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda ........................................... 36
9.
Murbei (Morus cathayana L.) berumur 2 minggu setelah tanam, saat diberikan perlakuan pemupukan ............................................................ 45
10.
Murbei (Morus cathayana L.) 4 minggu setelah tanam ......................... 45
11.
Murbei (Morus cathayana L.) 8 dan 10 minggu setelah tanam ............. 45
12. Perbedaan perendaman akar murbei (Morus cathayana L.) dalam larutan NASA selama 45 dan 15 menit .................................................. 46 13.
Pupuk organik M-Dext dan NASA ........................................................ 46
vii
DAFTAR GRAFIK No.
Halaman
1.
Perkembangan total panjang cabang primer stek murbei yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + Pupuk Kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl) ............. 20
2.
Penambahan jumlah daun murbei yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + Pupuk Kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl) ............................................ 23
viii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1.
Foto-foto penelitian ................................................................................ 45
2.
Jadwal kegiatan penelitian pengaruh pemupukan terhadap produksi daun Morus cathayana L. ...................................................................... 47
3.
Jadwal kegiatan penelitian pengaruh perendaman stek dalam larutan pupuk terhadap perkembangan akar Morus cathayana ......................... 48
4.
Hasil analisis sidik ragam total panjang cabang primer tanaman murbei (Morus cathayana L.) ................................................................ 49
5.
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 50
6.
Hasil analisis sidik ragam luas permukaan daun tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 51
7.
Hasil analisis sidik ragam bobot daun dan ranting tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 52
8.
Hasil analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 53
9.
Hasil analisis sidik ragam total panjang akar primer tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 54
10.
Hasil analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 55
11.
Hasil analisis sidik ragam bobot akar total tanaman murbei (Morus cathayana L.) ............................................................................. 56
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persuteraan alam sudah lama dikenal oleh beberapa penduduk di Indonesia dan juga di dunia. Usaha budidaya ulat sutera sudah dimulai sejak tahun 1960. Daerah-daerah yang selama ini telah melakukan usaha budidaya ulat sutera adalah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat. Usaha persuteraan alam memiliki rangkaian kegiatan yang panjang, dimana rangkaian kegiatan itu terbagi menjadi beberapa sub sistem. Sub sistem yang paling pertama adalah budidaya tanaman murbei sebagai pakan utama ulat sutera. Sub sistem yang kedua yaitu pemeliharaan ulat sutera, kemudian dilanjutkan oleh sub-sub sistem berikutnya, yaitu sub sistem produksi kokon, pengolahan kokon, pemintalan benang, penerimaan tekstil sutera dan pemasaran hasil. Karena sifatnya yang padat karya maka budidaya ulat sutera ini mampu memperluas lapangan kerja, menambah penghasilan masyarakat, menghasilkan devisa, dan ikut dalam kegiatan produksi sandang. Pada setiap sub sistem persuteraan alam memerlukan banyak tenaga kerja. Usaha budidaya ulat sutera berpotensi besar dan menghasilkan komoditi yang bernilai tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan benang sutera di dunia yang setiap tahunnya cukup besar, yaitu sekitar 92.743 ton, sedangkan produksi benang sutera di dunia baru mencapai 89.393 ton (FAO 1994 dalam Atmosoedarjo et al. 2000). Indonesia sebagai negara berklim tropis memiliki potensi yang cukup besar dalam memproduksi benang sutera, karena daun murbei sebagai pakan ulat sutera dapat berproduksi sepanjang tahun. Di dalam usaha persuteraan alam khususnya untuk menghasilkan kokon yang mutunya baik, sangat dipengaruhi oleh faktor makanan. Daun murbei (Morus spp) merupakan satu-satunya bahan makanan alami bagi ulat sutera. Selain berfungsi sebagai sumber pakan ulat sutera, tanaman murbei juga dapat difungsikan sebagai tanaman pagar dan
2
penghijauan. Dari segi kegunaan, daun murbei bisa juga dimanfaatkan untuk bahan pembuat minuman yang menyehatkan (Atmosoedarjo et al. 2000). Genus Morus memiliki beberapa spesies, antara lain Morus alba, Morus multicaulis, Morus nigra, Morus macroura, Morus cathayana, Morus indica, Morus kanva, Morus khunpai, Morus australis, dan Morus koukuso. Tanaman murbei dapat tumbuh pada tanah yang tidak asam (pH optimal 6,5) dengan tekstur tanah lempung berliat dan berpasir. Indonesia memiliki lahan yang sangat luas dengan kondisi iklim yang cocok untuk budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera. Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk memehuhi kebutuhan industri benang sutera nasional. Untuk memenuhi kebutuhan industri benang sutera, perlu upaya intensifikasi atau ekstensifikasi pengusahaan ulat sutera dan tanaman murbei. Kedua sub sistem budidaya tanaman murbei dan sub sistem budidaya ulat sutera tidak bisa dipisahkan, keduanya harus seiring dilakukan di lokasi yang sama. Upaya intensifikasi budidaya tanaman murbei antara lain pemupukan dengan jenis dan dosis pupuk yang sesuai dan harganya terjangkau. Sedang upaya ekstensifikasi budidaya tanaman murbei antara lain perluasan kebun murbei. Untuk keperluan kebun murbei memerlukan bibit tanaman yang cukup banyak yang berupa stek batang. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengaruh beberapa jenis dan dosis pupuk terhadap produksi daun murbei (M. cathayana L.). 2. Mengetahui pengaruh perendaman stek murbei dalam larutan pupuk terhadap pertumbuhan akar. 1.3 Hipotesis 1. Pemberian perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap produksi daun murbei.
pertumbuhan
3
1.4 Manfaat 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis dan dosis pupuk yang memiliki pengaruh terbaik terhadap produksi daun dan perkembangan akar tanaman murbei yang optimal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei Usaha persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut meliputi penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, produksi kokon, pengolahan kokon, permintaan benang, dan pemasaran hasilnya. Usaha persuteraan alam ini berpotensi besar, karena siklus produksi setiap sub sistemnya singkat sehingga cepat memberikan hasil dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Teknologi yang digunakan relatif sederhana yang terbukti bisa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat awam. Usaha budidaya murbei dan ulat sutera dapat dilakukan sebagai usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan (Atmosoedarjo et al. 2000). Di dalam usaha persuteraan alam, khususnya untuk menghasilkan kokon yang berkualitas baik sangat dipengaruhi oleh kecukupan pakan bagi ulat. Persuteraan alam di Indonesia sudah mulai dikenal sejak abad ke-10. Ketika itu ada hubungan dagang dengan pedagang dari Cina dan India. Diantara komoditi yang diperdagangkan adalah bahan pakaian bagi para kerabat kerajaan, yakni sutera. Pada tahun 1903, seorang tuan tanah Cina Lei Kim Liong menanam murbei di lahan persawahan dan memelihara ulat sutera ras Cina ± Jepang di daerah Tanggerang. Dari sini budidaya ulat sutera alam kemudian menyebar ke Lampung, Palembang, Aceh, dan Makasar (Atmosoedarjo et al. 2000). Konon di Indonesia pada masa silam sudah dikenal usaha persuteraan alam yang bahan pakannya berupa daun tanaman jarak (Ricinis communis). Sedangkan usaha pemeliharaan ulat sutera dengan pakan daun tanaman murbei mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1948, yang dibawa oleh orang Jepang dan dikembangkan di daerah Jawa Barat. Sedangkan pabrik pemintalannya sendiri pertama kali didirikan pada tahun 1961 di Bandung yang bahan kokonnya diperoleh dari masyarakat, hasil bimbingan dan pengembangan persuteraan alam yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat.
5
2.2 Tanaman Murbei dan Kedudukannya Dalam Tata Klasifikasi Tumbuhan Tanaman murbei merupakan tanaman yang memiliki perakaran dalam, sehingga untuk pertumbuhan akarnya diperlukan lapisan tanah yang cukup dalam. Tanaman murbei yang berasal dari stek, meskipun pada dasarnya tidak memiliki akar tunggang, tetapi ketika tanaman semakin tua tampak ada akar yang tumbuh ke bawah yang mirip dengan akar tunggang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa akar tanaman murbei pada umumnya berkembang sampai pada kedalaman 10 ± 15 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman murbei yang sudah tua dapat berkembang sampai kedalaman 100 cm. Habitus tanaman murbei berupa perdu, tetapi dapat menjadi pohon tinggi bila dibiarkan tanpa pemangkasan. Tingginya dapat mencapai 6 meter, batangnya memiliki banyak cabang tetapi tajuknya jarang. Percabangan tanaman murbei tegak atau mendatar dengan warna cabang hijau, abu-abu atau putih kecoklatan. Daunnya merupakan daun tunggal dengan bentuk daun oval, membulat, dan berlekuk dengan tepi daun bergerigi atau beringgit, dan ujung daun meruncing. Permukaan daun licin atau berbulu dan berwarna hijau tua atau suram, sedangkan permukaan bawah daun hijau, suram, atau kasar tergantung dari spesiesnya (Samsijah dan Andadari 1992). Bunga murbei termasuk tipe berumah satu (monoecious) atau berumah dua (diocious). Sebagai tanaman yang bersifat diocious memiliki bunga jantan dan bunga betina yang masing-masing tersusun dalam untaian yang terpisah satu sama lain. Buah murbei merupakan buah majemuk, berwarna hijau ketika masih muda kemudian mengalami perubahan menjadi kuning kemerahan ketika sudah agak tua. Selanjutnya, buah akan berwarna ungu kehitaman jika telah tua. Tanaman murbei termasuk ke dalam marga Morus dari famili Moraceae. Berdasarkan morfologi bunga, marga Morus dipilah-pilah menjadi 24 jenis, yang kemudian ditambah lima jenis lagi. Murbei pada dasarnya mempunyai bunga kelamin tunggal, meskipun kadang berkelamin rangkap (Koidzummi 1930).
6
Sistematika (klasifikasi) tanaman murbei adalah sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Urticaulis
Famili
: Moraceae
Genus
: Morus
Spesies
: Morus cathayana, Morus nigra, Morus alba, Morus multicaulis, Morus macroura, Morus indica, Morus kanva, Morus khunpai, Morus australis, dan Morus koukuso.
Jenis murbei dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan warna daun, tepi dan permukaan daun, warna pucuk dan batang (Atmosoedarjo et al. 2002). Ciriciri dari Morus cathayana L. (sebagai bahan penelitian yang digunakan) adalah daun berwarna hijau tua, ujung ranting muda berwarna sedikit merah, tangkai daun muda berwarna sedikit merah, batang berumur satu tahun berwarna coklat, pertumbuhan batang lurus, percabangan mulai keluar pada bagian tengah batang utama, panjang buku 7-8 cm, hasil per tahun ± 30 ton (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 2000). 2.3 Syarat Tumbuh Morus cathayana 2.3.1 Tanah M. cathayana L. dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Walaupun demikian, keadaan kesuburan tetap menjadi syarat bagi pertumbuhannya. Oleh karena itu kesuburan tetap perlu diperhatikan agar tanaman murbei dapat tumbuh baik. Kondisi tanah yang cukup baik untuk tanaman ini adalah tanah yang banyak mengandung 40 % mineral, 30 % air, 20 % udara, dan 10 % bahan organik (Tim penulis penebar swadaya 1991). Pada dasarnya, tanaman murbei dapat tumbuh baik jika sistem aerasi dan drainase tanahnya terjaga dengan baik, solum minimum 50 cm, tanah tidak asam (pH optimal 6,5), dan kelembaban udara 65 ± 85 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1990).
7
M. cathayana L. dapat tumbuh di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Tanaman murbei dapat tumbuh dengan optimum pada ketinggian tempat sekitar 200 ± 1400 mdpl, tapi ketinggian tempat tersebut harus disesuaikan dengan tempat budidaya ulat sutera, yaitu sekitar 400 ± 700 mdpl. Sebagai syarat tempat tumbuh tanaman murbei, diperlukan tanah dengan tekstur tanah lempung, lempung berliat, dan lempung berpasir (Atmosoedarjo et al. 2000).
2.3.2 Iklim Tanaman murbei (M. cathayana L.) dapat tumbuh subur di daerah yang memiliki curah hujan 2000 ± 3000 mm per tahun. Tanaman murbei bisa tumbuh baik di daerah yang bersuhu 13 °C dan 38 °C. Tanaman murbei (M. cathayana L.) merupakan tanaman yang memerlukan cahaya matahari penuh selama pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh sebab itu, dalam pembudidayaan harus berada di areal terbuka. Murbei membutuhkan penyinaran matahari rata-rata 8 ± 13 jam per hari (Hatta Sunanto 1997).
2.4 Cara Perkembangbiakan Tanaman Murbei Daun murbei sebagai makanan utama ulat sutera harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Secara langsung maupun tidak langsung, kecukupan pakan dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas kokon yang dihasilkan (Katsumata 1964). Pengadaan bibit murbei dapat dilakukan secara generatif (dengan benih) dan secara vegetatif (dengan cangkok, okulasi, perundukan, penyambungan, dan stek batang). Namun karena tanaman murbei sangat mudah dikembangkan secara vegetatif terutama dengan stek batang, maka sampai saat ini perluasan tanaman murbei dilakukan dengan stek batang. Dengan stek batang dapat diperoleh bibit murbei dengan mudah dan praktis. Sedangkan cara generatif, benih murbei bisa digunakan sebagai bahan perbanyakan tetapi perkecambahannya memerlukan waktu yang lama. Selain stek batang, tanaman murbei juga dapat dikembangkan melalui stek akar.
8
Stek yang digunakan sebagai bibit adalah berukuran panjang 20 cm dan mempunyai 3 ± 4 ruas (buku). Stek diambil dari tanaman induk yang unggul dan berumur lebih dari 1 tahun. Pembuatan stek batang dengan cara pemotongan batang murbei dengan menggunakan gunting stek atau pisau yang tajam. Stek ± stek batang yang telah terkumpul kemudian ditanam langsung ke lahan dan disemaikan dalam bedengan atau dalam polybag. Pengembangan murbei di Indonesia pada awalnya berlangsung di kawasan hutan dan lahan kritis sebagai tanaman penghijauan dan diusahakan dalam bentuk pohon agar sesuai dengan konsep tanaman kehutanan. Kemudian, kondisi tersebut tidak dipertahankan sebab dituntut untuk dapat menghasilkan produksi daun yang banyak secara terus menerus. Oleh karena itu, penanaman murbei harus memilih lahan yang memenuhi syarat untuk pertumbuhannya. Tanaman murbei dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Walaupun demikian, keadaan tanah tetap perlu diperhatikan agar tanaman murbei dapat tumbuh subur. Lahan yang digunakan untuk kebun murbei dibersihkan dahulu dari tumbuh-tumbuhan liar (gulma), kayu, atau semak belukar. Tanah dicangkul dan digemburkan terlebih dahulu, setelah itu diberikan pupuk dasar, yaitu pupuk kandang atau kompos. Sebelum dilakukan penanaman stek ke lapangan, lahan ditanami dengan tanaman ± tanaman produksi lain terlebih dahulu, sehingga tanah akan banyak mengandung unsur hara dari pemeliharaan tanaman tersebut (Atmosoedarjo et al. 2000).
2.4.1 Penanaman Murbei Berkaitan dengan usaha persuteraan alam, maka sistem penanaman murbei harus mendapat perhatian yang khusus agar tanaman murbei dapat memproduksi daun sebanyak mungkin dalam jangka waktu berkesinambungan. Untuk mempertahankan tanaman murbei hidup subur dalam waktu yang lama dalam kaitannya dengan persuteraan alam adalah sebagai berikut :
9
1. Tanaman murbei dapat hidup bertahun-tahun, bahkan ada juga yang mampu hidup hingga puluhan tahun yang secara periodik dipanen daun dan cabangnya. 2. Mutu dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera harus dengan kondisi baik. 3. Produksi daun harus stabil agar bisa digunakan sebagai dasar rencana kegiatan pemeliharaan ulat sutera. Dengan alasan ini, maka usaha dalam mempertahankan kesuburan tanah tempat tumbuh tanaman murbei, unsur hara yang terkandung di dalam tanah tidak terkuras habis, dan tanaman murbei pun dapat hidup subur dalam jangka waktu yang lama. Untuk daerah tropis, penanaman tanaman murbei tidak terlalu dipengaruhi oleh arah terbit atau tenggelamnya matahari, ataupun barisan tanaman murbei harus disesuaikan dengan arah angin, sehingga faktor tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap pertumbuhan murbei (Hatta Sunanto 1997). Untuk lahan yang baru dibuka, kegiatan pertama yang dilakukan adalah tanah sebaiknya dibersihkan dari sisa tunggul, akar tanaman, atau bebatuan. Bila tanah ber pH rendah (dibawah 7), maka tindakan pengapuran perlu dilakukan agar tanah menjadi netral atau agak basa seperti yang dibutuhkan murbei. Tanaman muda murbei kurang mampu bertahan di musim kering. Oleh karena itu, waktu penanaman bibit murbei di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Kelembaban dan jumlah air yang cukup di musim hujan, penting untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sebelum stek ditanam, dibuat lubang terlebih dahulu, kemudian ke dalam lubang ini dimasukkan kompos atau pupuk kandang, rumput-rumputan, rantingranting murbei, dan sebagainya. Sebaiknya ditambahkan pula beberapa jenis pupuk nitrogen, seperti amonium sulfat dan urea. Setelah itu, lubang harus ditutup lagi dengan tanah.
10
2.4.2 Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada kebun murbei, bertujuan untuk mempertahankan keadaan tanaman murbei yang baik, agar dapat memanen daun dalam jumlah yang banyak dan berkualitas, serta untuk menjaga kelestarian tanaman murbei. Dalam hubungan ini diperlukan adanya kegiatan ± kegiatan seperti penyiangan, pendangiran, pemangkasan ataupun panen daun, pengendalian serangan hama dan penyakit, serta perlu adanya kegiatan pemupukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman murbei. Tanaman murbei memerlukan air dan unsur hara secara terus menerus untuk pertumbuhannya dan produksi daun, sehingga menyebabkan kesuburan tanah akan berkurang. Oleh karena itu, kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan tujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Ada dua jenis pupuk yang digunakan, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Adapun pupuk organik yang dapat digunakan seperti potongan jerami, serbuk gergaji, daun dan cabangcabang yang gugur, pupuk kandang, kompos, dan lain-lain. Sedangkan pupuk anorganik yang biasa dipakai yaitu Urea, TSP, KCl, dan lain-lain. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tunas-tunas dipotong pangkalnya. Metode pemberian pupuk tergantung pada jenis dan jumlah pohon per hektar (Atmosoedarjo et al. 2000). Pemberian pupuk organik dapat dilakukan bersamaan dengan saat penyiangan atau pendangiran. Pupuk organik tersebut ditaburkan disepanjang larikan dengan jarak 25 cm dari pangkal pohon (Guntoro 1994). Samsijah dan Sanusi menyatakan bahwa pemberian pupuk buatan secara terus menerus dapat menurunkan jumlah daun murbei pada tahun ke dua, karena itu disarankan untuk memberikan pupuk alam. Pupuk anorganik lebih mudah dalam penggunaannya dan hasilnya pun lebih cepat terlihat, tetapi sukar untuk memperbaiki tanah dan mempertahankan produktivitasnya. Sebaliknya pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, meskipun memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk menanganinya. Karena itu diperlukan suatu metode yang rasional untuk menggabungkan penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia (Atmosoedarjo et al. 2000).
11
Pengaturan tingkat kelembaban yang cocok di dalam tanah disebut dengan pengelolaan air atau irigasi. Keuntungan yang didapat dari pemupukan tidak akan diperoleh apabila tidak disertai dengan pengelolaan air yang baik, karena tanaman murbei yang tumbuh di daerah yang curah hujannya sedikit perlu diairi, karena murbei tidak tahan kekurangan air. Dan sebaliknya, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, harus dibuat saluran-saluran drainase, karena tanaman murbei sangat peka terhadap kekurangan zat asam.
2.4.3 Pengendalian Hama dan Penyakit Dalam hal meningkatkan produksi dan kualitas daun murbei, tidak hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulat sutera, tetapi juga berpengaruh terhadap mutu dan kualitas kokon yang dihasilkan, dan sekaligus menentukan hasil produksi benang suteranya. Dalam hal pengendalian hama dan penyakit yang menyerang kebun tanaman murbei, ada beberapa teknik pengendalian, yaitu seperti pengendalian hama dan penyakit secara silvikultur, secara mekanik, dan pengendalian menggunakan bahan kimia. Pestisida untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman murbei, harus dipilih yang benar-benar aman. Artinya hama dan penyakit tanaman murbei dapat diberantas, tetapi daun yang diberikan kepada ulat sutera itu tidak meracuninya (Hatta Sunanto 1997).
2.4.4 Peremajaan Tanaman Murbei Setelah beberapa tahun ditanam, biasanya produksi daun murbei akan menurun, pertumbuhannya kurang baik, sehingga daun menjadi kecil-kecil dan tunas tumbuh kurang dari jumlah normal. Gejala ini menimbulkan bahwa tanaman murbei sudah mulai tua. Agar kembali didapatkan pertumbuhan yang baik dan segar, serta menghasilkan daun yang cukup, hal ini dapat diatasi dengan peremajaan. Kegiatan peremajaan dapat dilakukan dengan cara penyulaman tanaman yang mati, atau dengan melakukan penanaman kembali seluruh tanaman murbei yang dirasa mungkin untuk berproduksi lagi (Tim penulis penebar swadaya 1991).
12
2.5 Kegunaan Tanaman Murbei Peranan tanaman murbei dalam usaha persuteraan alam sangat penting karena sebagai bahan pakan bagi ulat sutera. Daun tanaman murbei (Morus sp) mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan ulat sutera, yaitu air, protein, asam amino, senyawa N yang bukan protein, karbohidrat, lemak, mineral, serta vitamin. Peranan daun murbei sangat vital, karena secara tidak langsung merupakan faktor penentu kualitas produksi kokon dan serat benang sutera yang dihasilkan dari usaha persuteraan alam (Direktorat Reboisasi dan Penghijauan 1991). Selain sebagai pakan ulat sutera, tanaman murbei juga dapat digunakan sebagai tanaman pagar dan penghijauan. Selain itu juga tanaman murbei dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat minuman yang menyehatkan (Atmosoedarjo et al. 2000).
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dalam rumah kaca Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama ± tiga bulan, yaitu terhitung dimulai pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2007.
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi stek satu varietas tanaman murbei (Morus cathayana L.), kartas label, kertas milimeter blok, polybag, media tanah dan cocofit, pupuk organik kandang, dan tiga macam pupuk, yaitu pupuk anorganik Urea, TSP, KCl, dan pupuk organik cair M-Dext dan NASA yang dapat dilihat dalam lampiran pada Gambar 13. Tanaman murbei jenis Morus cathayana yang digunakan sebagai bahan utama penelitian ini berasal dari tegakan (kebun) yang sudah berumur lebih dari 10 tahun. Dari kebun tersebut, sejumlah stek batang diperoleh. Kertas label ukuran 1,5 x 4 cm digunakan sebagai keterangan tanaman yang diberi perlakuan. Kertas milimeter blok dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana pengukuran luas permukaan daun. Polybag dalam penelitian ini menggunakan ukuran 40 x 40 cm sebagai penempatan media tanah bagi stek murbei. Cocofit digunakan sebagai media tumbuh. Pupuk merupakan bahan untuk perlakuan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, gelas ukur, timbangan, aerator, ember, pisau, meteran, dan alat tulis. Sekop dalam penelitian ini digunakan sebagai sarana pengambilan tanah untuk dimasukkan ke dalam polybag. Gelas ukur digunakan untuk menakar dosis pupuk organik cair yang dibutuhkan. Timbangan digunakan untuk mengukur dosis pupuk anorganik (Urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 2 : 1 : 1). Aerator dalam penelitian ini digunakan untuk mengkondisikan larutan pupuk M-Dext yang dicampur dengan pupuk kandang dan air dikeadaan aerobik.
14
Kondisi aerobik memungkinkan mikroorganisme bekerja lebih aktif dalam merombak bahan organik menjadi hara siap serap. Ember digunakan sebagai sarana pengambilan air pada saat penyiraman. Pisau digunakan untuk memisahkan daun dengan cabang pada saat pengukuran bobot daun dengan dan tanpa ranting. Meteran digunakan untuk mengukur panjang cabang murbei. Alat tulis digunakan untuk mencatat semua keperluan penelitian.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Percobaan Pemupukan pada Stek Percobaan pemberian pupuk terhadap stek murbei (M. Cathayana L.), dilakukan dengan menggunakan tiga macam teknik pemupukan, yaitu aplikasi pupuk organik campuran M-Dext + pupuk kandang, aplikasi pupuk organik campuran NASA + Hormonik, dan aplikasi pupuk anorganik Urea + TSP + KCl. Tiga macam pupuk ini diberikan pada tanaman murbei yang ditanam dalam polybag berukuran 40 x 40 cm, dengan tiga ulangan untuk masing-masing perlakuan. 3.3.1.1 Stek Stek yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari batang tanaman M. Cathayana L.. Setiap stek berasal dari batang atau cabang yang sudah cukup tua dengan indikator berupa warna hijau kecoklatan. Stek yang akan digunakan sebagai bibit adalah berdiameter 1,5 ± 2,0 cm dengan panjang 20 cm dan mempunyai 4 mata tunas. 3.3.1.2 Media Tumbuh Media tumbuh terdiri dari tanah dan cocofit dengan perbandingan 2 : 1. Kedua bahan dicampur secara merata kemudian dimasukkan ke dalam polybag. 3.3.1.3 Perlakuan dengan Pupuk Pupuk anorganik yang digunakan terdiri dari Urea, TSP, dan KCl, sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk yang bermerk dagang M-
15
Dext dan NASA. Berikut disajikan teknik aplikasi dan dosis perlakuan pupuk pada Tabel 1 ± 4. Tabel 1. Komposisi formula masing-masing pupuk M-Dext : Pupuk Kandang 1:06
NASA : Hormonik 2:01
Urea : TSP : KCl 2:01:01
Tabel 2. Komposisi pupuk campuran, dosis, dan cara penggunaannya Waktu Pemberian, Cara Aplikasi dan Penggunaannya Jenis Pupuk
Dosis Pupuk
5 Lt M-Dext + 30 Kg Pupuk Kandang Pupuk Campuran Organik MDext + Pupuk Kandang
12 Lt M-Dext + 80 Kg Pupuk Kandang
20 Lt M-Dext + 130 Kg Pupuk Kandang
5 Lt NASA + 2,5 Lt Hormonik Pupuk Campuran Organik NASA + Hormonik
12 Lt NASA + 6 Lt Hormonik
20 Lt NASA + 10 Lt Hormonik
Pupuk Campuran Anorganik Urea + TSP + KCl
25 Kg Urea + 12,5 Kg TSP + 12,5 Kg KCl 75 Kg Urea + 37,5 Kg TSP + 37,5 Kg KCl 125 Kg Urea + 62,5 Kg TSP + 62,5 Kg KCl
Waktu Pemu pukan (MST) 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 2 2
Dosis Pupuk Campuran
Waktu Pemberian
2,5 Lt M-Dext + 15 Kg Pupuk Kandang 0,84 Lt M-Dext + 5 Kg Pupuk Kandang Setengah dosis total 0,83 Lt M-Dext + 5 Kg Pupuk Kandang diberikan 2 minggu 0,83 Lt M-Dext + 5 Kg Pupuk Kandang 6 Lt M_Dext + 40 Kg Pupuk Kandang setelah tanam, dan 2 Lt M-Dext + 14 Kg Pupuk Kandang setengah dosis 2 Lt M-Dext + 13 Kg Pupuk Kandang 2 Lt M-Dext + 13 Kg Pupuk Kandang sisanya 10 Lt M-Dext + 75 Kg Pupuk Kandang 3,4 Lt M-Dext + 25 Kg Pupuk Kandang disemprotkan 3 kali 3,3 Lt M-Dext + 25 Kg Pupuk Kandang dengan interval 3,3 Lt M-Dext + 25 Kg Pupuk Kandang 2,5 Lt NASA + 1,25 Lt Hormonik waktu 2 minggu 0,84 Lt NASA + 0,42 Lt Hormonik sekali setelah 0,83 Lt NASA + 0,42 Lt Hormonik 0,83 Lt NASA + 0,41 Lt Hormonik pemberian dosis 6 Lt NASA + 3 Lt Hormonik pertama, yaitu 2 Lt NASA + 1 Lt Hormonik 2 Lt NASA + 1 Lt Hormonik pada 4, 6, dan 8 2 Lt NASA + 1 Lt Hormonik minggu 10 Lt NASA + 5 Lt Hormonik 3,4 Lt NASA + 1,67 Lt Hormonik setelah tanam 3,3 Lt NASA + 1,67 Lt Hormonik 3,3 Lt NASA + 1,66 Lt Hormonik Dosis pupuk total diberikan pada saat 2 minggu setelah tanam, dengan cara dibenamkan atau dikubur mengelilingi tanaman dengan jarak ± 15 cm dari tanaman
Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam
Penyiraman dan penyemprotan dalam pemberian pupuk, dilakukan sekitar pukul 07.00 ± 10.00, penyiraman diarahkan pada permukaan tanah. Aplikasi pupuk organik dilakukan dengan penyiraman aplikasi pupuk ke dalam media dan penyemprotan aplikasi pupuk ke daun dan batang.
16
3.3.1.4 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu faktor pemupukan, dimana produksi daun (berat daun dengan dan tanpa ranting), jumlah daun, panjang cabang primer, dan luas permukaan daun sebagai objek data yang dibutuhkan. Penelitian dilakukan dengan 10 perlakuan, yaitu tiga perlakuan menggunakan pupuk organik M-Dext, tiga perlakuan menggunakan pupuk organik NASA, tiga perlakuan menggunakan pupuk anorganik, dan sisanya sebagai kontrol (tidak diberi pupuk). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij IJi İij Keterangan : Yij
= respon percobaan pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= rata-rata umum
IJi
= pengaruh perlakuan ke-i
İij
= sisaan acak pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i
= 1, 2,.....t
j
= 1, 2,.....ri
t
= banyaknya taraf perlakuan
ri
= banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i Data yang diperoleh kemudian diolah dengan program MS. Excel dan
analisis statistika menggunakan program SPSS 12.0. Pengujian lanjutan menggunakan uji Duncan.
3.3.1.5 Parameter Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang cabang primer, jumlah daun, luas permukaan daun, bobot daun dengan ranting, dan bobot daun tanpa ranting. Adapun penjelasan mengenai pengukuran yang dilakukan sebagai berikut :
17
1. Total panjang cabang primer Pengukuran panjang cabang primer dilakukan dengan mengukur panjang cabang utama (primer) dari pangkal batang utama sampai ujung cabang pada setiap tanaman. Pengukuran dilakukan mulai pada saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam, yaitu dua minggu setelah dilakukan pemberian pupuk, yang kemudian pengukuran terus dilakukan dua minggu sekali sampai tanaman berumur 12 minggu. 2. Jumlah daun Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun total pada setiap tanaman. Perhitungan dilakukan mulai pada saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam, yaitu dua minggu setelah dilakukan pemberian pupuk, sampai tanaman berumur 12 minggu 3. Luas permukaan daun Pengukuran luas permukaan daun dilakukan dengan mengukur luas permukaan daun dewasa, yaitu daun ke-6 dari pucuk pada cabang ke-2 dari batang utama. Pengukuran luas daun dilakukan secara manual, yaitu dengan menggambar permukaan daun dalam kertas milimeter blok, yang kemudian dihitung berapa banyaknya blok yang ada dalam luasan cm2. 4. Bobot daun dan ranting Pengukuran bobot daun dengan ranting dilakukan dengan menimbang seluruh daun dan ranting yang masih segar (berwarna hijau dan kuning), yang dipisahkan terlebih dahulu dari batang stek pada setiap tanaman. Pengukuran bobot daun dengan ranting total dilakukan dengan cara menimbang daun dengan rantingnya secara satu persatu atau helai demi helai. 5. Bobot daun Pengukuran bobot daun tanpa ranting dilakukan dengan menimbang seluruh daun yang masih segar (berwarna hijau dan kuning), yang dipisahkan terlebih dahulu dari batang stek dan rantingnya pada setiap tanaman secara helai demi helai. Pengukuran ini dilakukan pada saat tanaman telah berumur 12 minggu.
18
3.3.2 Percobaan Pengaruh Perendaman Stek dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan Akar Percobaan pengaruh perendaman stek dalam larutan pupuk, dilakukan dengan menggunakan dua macam pupuk, yaitu pupuk organik dengan merk dagang M-Dext dan NASA. Bahan stek murbei yang belum ditanam, direndam terlebih dahulu dengan menggunakan dua macam pupuk tersebut. 3.3.2.1 Stek Stek yang digunakan dalam penelitian ini dari batang tanaman M. Cathayana L. yang sudah berumur lebih dari tiga tahun. Stek yang digunakan berdiameter 1,5 ± 2,0 cm dengan panjang 20 cm dan mempunyai 3 ± 4 ruas (buku). Pembuatan stek batang dengan cara pemotongan harus menggunakan gunting stek atau pisau yang tajam agar diperoleh hasil potongan yang tidak kasar. 3.3.2.2 Media Tumbuh Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah cocofit dan tanah, dengan perbandingan 1 : 2. Alasan cocofit digunakan sebagai media yaitu untuk membantu dalam penyimpanan cadangan air dalam tanah, dan membantu tanah dalam penyediaan unsur hara. Selain itu juga untuk mempermudah perkembangan akar dalam tanah, karena cocofit merupakan media yang tidak terlalu padat (kurang kompak). 3.3.2.3 Perlakuan Perendaman Bahan stek murbei (Morus cathayana L.) yang belum ditanam, direndam terlebih dahulu dengan menggunakan dua macam pupuk, yakni pupuk dengan merk dagang M-Dext dan NASA dengan konsentrasi masing-masing pupuk sebesar 0.25 %. Pengujian perendaman dilakukan dengan interval waktu perendaman yang berbeda, yaitu perlakuan 1 berupa perendaman selama 15 menit, perlakuan 2 selama 30 menit, dan perlakuan 3 selama 45 menit. Penanaman dilakukan dalam polybag yang berukuran 40 x 40 cm, dengan 3 ulangan untuk masing-masing perlakuan.
19
3.3.2.4 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu faktor perendaman, dimana panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total sebagai parameter yang digunakan. Penelitian dilakukan dengan enam perlakuan, yaitu tiga perlakuan perendaman menggunakan pupuk organik M-Dext, tiga perlakuan perendaman menggunakan pupuk organik NASA, dan sisanya sebagai kontrol (tidak diberi perlakuan). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan. 3.3.2.5 Parameter Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar primer, jumlah akar primer, dan bobot akar total. Adapun penjelasan mengenai pengukuran yang dilakukan sebagai berikut : 1. Total panjang akar primer Akar primer merupakan akar utama yang tumbuh dari batang, yang kemudian berkembang membentuk akar sekunder dan akar tersier. Pengukuran panjang akar primer dilakukan dengan mengukur total panjang akar utama Morus cathayana L.), yang pengukurannya dimulai dari pangkal akar (munculnya akar dari batang) sampai ujung akar primer. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah tanaman berumur empat minggu setelah tanam. 2. Jumlah akar primer Pengukuran jumlah akar primer dilakukan dengan menghitung jumlah akar utama tanaman murbei (Morus cathayana L.) yang tumbuh. Sama halnya dengan pengukuran panjang akar primer, pengukuran jumlah akar primer dilakukan setelah tanaman berumur empat minggu setelah tanam. 3. Bobot akar total Pengukuran bobot akar total dilakukan dengan menimbang seluruh akar tanaman murbei (Morus cathayana L.) yang tumbuh, yang dipotong atau dipisahkan terlebih dahulu dari batang. Pengukuran bobot akar dilakukan pada hari yang sama setelah pengukuran panjang dan jumlah akar.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Stek Murbei 4.1.1.1 Total Panjang Cabang Primer Data total panjang cabang primer dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa dosis pupuk disajikan pada Tabel 5 dan Grafik 1. Tabel 3. Total panjang cabang primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan Panjang Cabang (cm) Minggu ke6 8 10 12
No.
Jenis Perlakuan
1
20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha
126.72
138.77
161.32
204.40
257.87
2 3 4 5 6 7 8 9 10
20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha Kontrol 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha
95.46 111.69 78.54 85.60 87.04 71.12 59.41 70.89 93.79
117.77 132.57 109.28 110.69 93.66 89.66 82.78 83.16 74.62
140.46 153.58 129.30 132.31 104.64 99.99 93.92 92.84 0.00
192.26 183.30 159.59 166.01 149.70 131.37 122.92 113.80 0.00
242.67 210.32 201.39 198.86 180.33 172.13 170.80 126.99 0.00
4
140
140
120
120
120
100
Panjang Cabang (cm)
Panjang Cabang (cm)
Panjang Cabang (cm)
160
100
100 80 60 40
80 60 40 20
20 0
0
4
6 Minggu 8 ke- 10
Keterangan :
12
80 60 40 20 0
4
6 Minggu 8 ke- 10
Keterangan :
12
4
6 Minggu 8 ke- 10
12
Keterangan :
20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha
20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha
125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha
12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha
12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha
75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha
5 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha
5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha
25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha
Kontrol
Kontrol
Kontrol
(a) (b) (c) Grafik 1. Perkembangan total panjang cabang primer stek murbei yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + pupuk kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl)
21
Tabel 4. Analisis sidik ragam total panjang cabang primer M. cathayana L. pada saat umur 12 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 36757.11 2648.05 39405.16
df 9 20 29
Kuadrat Tengah 4084.124 132.402
Fhit
F0,05
F0,01
Sig.
30.85**
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Tabel 5. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang cabang primer tanaman murbei (M. cathayana L.) pada saat umur 12 minggu Jenis Perlakuan C3 C6 C2 C8 C5 C4 C1 C7 C10 C9
(20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) (Kontrol) (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha)
Rata-rata Panjang Cabang (cm) 257.8667a 242.6667a 210.3222b 201.3889b 198.8556bc 180.3333bc 172.1333bc 170.8000c 126.9889c 0.0000d
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Analisis sidik ragam dari data rata-rata total panjang cabang primer menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (30.846) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter total panjang cabang primer, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data total panjang cabang primer menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 5). Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per Ha dan 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari 3 taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan total panjang cabang murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per Ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan.
22
Perbandingan data total panjang cabang primer dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 1.
Total Panjang Cabang Primer (cm)
300
250
200
150
100
50
rol Ko nt
/Ha 10 Lt Ho +1 rm 2.5 oni Kg k/ 75 Ha TS Kg P+ Ur 12. ea 5 +3 Kg 7.5 KC Kg 125 l /H TS a Kg P+ Ur 37. ea 5K +6 gK 2.5 Cl Kg /Ha TS P+ 62. 5K gK Cl /Ha rea
orm oni k
20 Lt NA SA +
25 Kg U
oni k/ Ha 12 Lt NA SA +
6L tH
/Ha ang
2.5 Lt Ho rm
kK a nd
5L tN AS A+
upu Kg P
30 +1
20
Lt M
-D ext
-D ext Lt M 12
5L tM
-D ext
+8
+3
0K gP
0K gP
upu
upu
kK a nd
kK a nd
ang
ang
/Ha
/Ha
0
Jenis Perlakuan
Gambar 1.
Perbandingan data total panjang cabang primer dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk
4.1.1.2 Jumlah Daun Data jumlah daun dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk disajikan pada Tabel 8 dan Grafik 2. Tabel 6. Jumlah daun dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan No.
Jenis Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha Kontrol 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha
Jumlah Daun (helai) Minggu ke4 6 8 10 12 39.22 49.00 52.78 102.44 154.22 45.56 52.33 57.11 113.89 145.11 40.67 50.78 80.22 82.89 126.89 57.67 70.56 78.89 99.33 124.44 48.78 60.22 66.22 89.89 119.67 41.78 43.67 63.11 89.00 110.78 30.89 35.33 49.56 92.78 106.78 46.89 50.33 52.33 53.78 57.89 31.11 35.89 39.33 42.67 46.56 39.22 29.56 0.00 0.00 0.00
23
160
140 Jumlah Daun (helai)
180
140
140
Jumlah Daun (helai)
Jumlah Daun (helai)
160
120
120
120
100
100
100
80 60 40
80 60 40
20
20
0
0
4
6
8
10
12
80 60 40 20 0
4
6
Minggu ke-
8
10
12
4
Keterangan :
Keterangan :
6
8
10
12
Minggu ke-
Minggu ke-
Keterangan :
20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha
20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha
125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl
12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha
12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha
75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl
5 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha
5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha
25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl
Kontrol
Kontrol
Kontrol
(a) (b) (c) Grafik 2. Penambahan jumlah daun murbei yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk (a. M-Dext + pupuk kandang; b. NASA + Hormonik; c. Urea, TSP, KCl) Tabel 7. Analisis sidik ragam jumlah daun murbei pada saat umur 12 minggu Sumber Jumlah Keragaman Kuadrat Perlakuan 64.404.692 Galat 8.201.879 Total 72.606.571
df 9 20 29
Kuadrat Fhit Tengah 7156.077 17.45** 410.094
F0,05
F0,01
Sig.
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Tabel 8. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun tanaman murbei (Morus cathayana L.) pada saat umur 12 minggu Jenis Perlakuan C6 C3 C8 C5 C2 C7 C4 C1 C10 C9
(20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) (Kontrol) (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Rata-rata Jumlah Daun (helai) 154.2233a 145.1133ab 126.8867ab 124.4433ab 119.6667ab 110.7800b 106.7767b 57.8900c 46.5567c 0.0000d
24
Analisis sidik ragam dari data rata-rata jumlah daun menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (17.45) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter jumlah daun, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data jumlah daun menunjukkan adanya perbedaan lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 8). Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan jumlah daun murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data jumlah daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 2. 160 140
Jumlah Daun (helai)
120 100 80 60 40 20
Ko ntr ol
ang 30 Kg /Ha Pu puk 5L Ka tN n dan AS g/ A+ Ha 2.5 Lt 12 Ho rm Lt oni NA k/ SA Ha +6 L tH 20 orm Lt NA o nik 25 SA Kg /Ha +1 Ur 0L ea tH +1 orm 2.5 oni Kg 75 k/ TS Kg Ha P+ Ur ea 12. +3 5K 7.5 gK 125 Kg Cl TS Kg /Ha P+ Ur ea 3 7 +6 .5 K 2.5 gK Kg Cl TS /Ha P+ 62. 5K gK Cl /Ha
upu
+1
20
Lt M
-D ext
-D ext Lt M 12
5L tM
-D ext
+8
+3
0K gP
0K gP
upu
kK a nd
kK a nd
ang
/Ha
0
Jenis Perlakuan
Gambar 2.
Perbandingan data jumlah daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk
25
4.1.1.3 Luas Permukaan Daun Data luas permukaan daun dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa dosis pupuk disajikan pada Tabel 9, sedangkan hasil analisis sidik ragam luas permukaan daun murbei pada saat tanaman berumur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Luas permukaan daun dari stek murbei (M. Cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Perlakuan 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha Kontrol 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha
Luas Permukaan Daun (cm²) 144.45 97.09 89.44 82.01 77.95 66.48 48.20 36.41 31.63 0.00
Tabel 10. Analisis sidik ragam luas permukaan daun murbei pada saat umur 12 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 44342.101 80.922 44423.023
df 9 20 29
Kuadrat Fhit Tengah 4926.900 1217.69** 4.046
F0,05
F0,01
Sig.
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Tabel 11. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap luas permukaan daun tanaman murbei (M. Cathayana L.) pada saat umur 12 minggu Jenis Perlakuan C3 C6 C2 C5 C8 C1 C4 C7 C10 C9
(20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) (Kontrol) (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Rata-rata Luas Permukaan Daun (cm²) 144.4500a 97.0900b 89.4367c 82.0133d 77.9500e 66.4767f 48.1967g 36.4133h 31.6300i 0.0000j
26
Analisis sidik ragam dari data rata-rata luas permukaan daun menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (1217.69) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter luas permukaan daun, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data luas permukaan daun menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 11). Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan luas permukaan daun murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data luas permukaan daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 3. 160
Luas Permukaan Daun (cm2)
140 120 100 80 60 40 20
rol Ko nt
ang 30 Kg /Ha Pu puk 5L Ka tN n dan AS g/ A+ Ha 2.5 Lt 12 Ho rm Lt oni NA k/ SA Ha +6 L tH 20 orm Lt NA o nik 25 SA Kg /Ha +1 Ur 0L ea tH +1 orm 2.5 oni Kg 75 k/ TS Kg Ha P+ Ur ea 12. +3 5K 7.5 gK 125 Kg Cl TS Kg /Ha P+ Ur ea 3 7 +6 .5 K 2.5 gK Kg Cl TS /Ha P+ 62. 5K gK Cl /Ha
upu
+1
20
Lt M
-D ext
-D ext Lt M 12
5L tM
-D ext
+8
+3
0K gP
0K gP
upu
kK a nd
kK a nd
ang
/Ha
0
Jenis Perlakuan
Gambar 3.
Perbandingan data luas permukaan daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk
27
4.1.1.4 Bobot Daun dan Ranting Data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk disajikan pada Tabel 12, sedangkan hasil analisis sidik ragam bobot daun dan ranting tanaman murbei setelah berumur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Bobot daun dan ranting dari stek murbei (M. Cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Perlakuan Bobot Daun dan Ranting (kg) 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 0.97 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 0.93 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 0.63 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 0.59 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 0.49 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 0.43 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 0.34 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 0.27 Kontrol 0.18 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha 0.00
Tabel 13. Analisis sidik ragam bobot daun dan ranting murbei pada saat umur 12 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 121.633 0.562 122.195
df 9 20 29
Kuadrat Tengah 13.515 0.028
Fhit
F0,05
F0,01
Sig.
480.61**
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Tabel 14. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun dan ranting murbei (M. Cathayana L.) pada saat umur 12 minggu Rata-rata Bobot Daun dengan Ranting (kg) C3 (20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) 0.9756a C6 (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) 0.9299b C2 (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) 0.6272c C5 (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) 0.5890d C8 (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) 0.4869e C1 (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) 0.4333f C4 (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) 0.3394g C7 (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) 0.2697h C10 (Kontrol) 0.1800h C9 (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha) 0.0000i Jenis Perlakuan
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
28
Analisis sidik ragam dari data rata-rata bobot daun dan ranting menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (480.61) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter bobot daun dan ranting, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data bobot daun dan ranting menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 14). Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan bobot daun dan ranting tanaman murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 4. 1,00 0,90
Bobot Daun dan Ranting (kg)
0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10
rol Ko nt
ang 30 Kg /Ha Pu puk 5L Ka tN n dan AS g/ A+ Ha 2.5 Lt 12 Ho rm Lt oni NA k/ SA Ha +6 L tH 20 orm Lt NA o nik 25 SA Kg /Ha +1 Ur 0L ea tH +1 orm 2.5 oni Kg 75 k/ TS Kg Ha P+ Ur ea 12. +3 5K 7.5 gK 125 Kg Cl TS Kg /Ha P+ Ur ea 3 7 +6 .5 K 2.5 gK Kg Cl TS /Ha P+ 62. 5K gK Cl /Ha
upu
+1
20
Lt M
-D ext
-D ext Lt M 12
5L tM
-D ext
+8
+3
0K gP
0K gP
upu
kK a nd
kK a nd
ang
/Ha
0,00
Jenis Perlakuan
Gambar 4.
Perbandingan data bobot daun dan ranting dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk
29
4.1.1.5 Bobot Daun Data bobot daun dari stek murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk disajikan pada tabel 15, sedangkan hasil analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei setelah berumur 12 minggu dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 15. Bobot daun dari stek murbei (M. Cathayana L.) yang diperlakukan dengan pemupukan No. Jenis Perlakuan 1 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha 2 20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha 3 12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha 4 12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha 5 75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha 6 5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha 7 5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha 8 25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha 9 Kontrol 10 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha
Bobot Daun tanpa Ranting (kg) 0.47 0.42 0.36 0.31 0.25 0.24 0.23 0.18 0.14 0.00
Tabel 16. Analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei pada saat umur 12 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 24.371 0.631 25.002
df 9 20 29
Kuadrat Tengah 2.708 0.032
Fhit
F0,05
F0,01
Sig.
85.79**
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Tabel 17. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot daun murbei (M. Cathayana L.) pada saat umur 12 minggu Jenis Perlakuan C3 C6 C2 C5 C8 C1 C4 C7 C10 C9
(20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang /Ha) (20 lt NASA + 10 lt Hormonik /Ha) (12 lt M-Dext + 80 kg pupuk kandang /Ha) (12 lt NASA + 6 lt Hormonik /Ha) (75 kg Urea + 37.5 kg TSP + 37.5 kg KCl /Ha) (5 lt M-Dext + 30 kg pupuk kandang /Ha) (5 lt NASA + 2.5 lt Hormonik /Ha) (25 kg Urea + 12.5 kg TSP + 12.5 kg KCl /Ha) (Kontrol) (125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl /Ha)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Rata-rata Bobot Daun tanpa Ranting (kg) 0.4708a 0.4222b 0.3594b 0.3142b 0.2463c 0.2437cd 0.2288cd 0.1942d 0.1381e 0.0000f
30
Analisis sidik ragam dari data rata-rata bobot daun menunjukkan lebih besarnya angka Fhit (85.79) daripada Ftabel (2.22). Fakta demikian berarti diantara perlakuan ada perbedaan yang nyata pada parameter bobot daun, sehingga memerlukan uji lanjutan (Walpole 1992). Uji Duncan dari data bobot daun menunjukkan adanya perbedaan yang lebih rinci diantara jenis perlakuan (Tabel 17). Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan campuran pupuk organik 20 lt M-Dext + 130 kg pupuk kandang per ha, menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Secara umum semakin tinggi dosis dari tiga taraf yang diuji, semakin besar pengaruhnya dalam peningkatan bobot daun tanaman murbei kecuali pupuk anorganik. Dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha tidak bisa diberikan karena menyebabkan keracunan. Perbandingan data bobot daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan berbagai jenis dan dosis pupuk disajikan pada Gambar 5. 0,50 0,45 0,40
Bobot Daun (kg)
0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05
ol Ko ntr
ang 30 Kg /Ha Pu puk 5L Ka tN n dan AS g /H A+ a 2.5 Lt 12 Ho rm Lt oni NA k /H SA +6 a Lt 20 Ho Lt rm N o AS nik 25 A+ Kg /Ha Ur 10 ea Lt +1 Ho 2.5 rm oni Kg 75 k /H TS Kg P+ a Ur ea 12. +3 5K 7.5 gK 125 Kg Cl TS Kg /Ha P+ Ur ea 37. +6 5 K 2.5 gK Kg Cl TS /Ha P+ 62. 5K gK Cl /Ha
kK a nd upu
+1
20
Lt M
-D ext
-D ext Lt M 12
5L tM
-D ext
+8
+3
0K gP
0K gP
upu
kK a nd
ang
/Ha
0,00
Jenis Perlakuan
Gambar 5.
Perbandingan data bobot daun dari stek murbei yang berumur 12 minggu yang diperlakukan dengan beberapa jenis dan dosis pupuk
31
4.1.2 Pengaruh
Perendaman
Stek
dalam
Larutan
Pupuk
terhadap
Pertumbuhan Akar 4.1.2.1 Jumlah Akar Primer Data jumlah akar primer dari stek murbei yang diperlakukan dengan perendaman dalam larutan pupuk dan lama perendaman yang berbeda disajikan pada Tabel 18, sedangkan hasil analisis sidik ragamnya pada Tabel 20. Tabel 18. Jumlah akar primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Perlakuan NASA 45 menit M-Dext 45 menit NASA 30 menit M-Dext 30 menit NASA 15 menit M-Dext 15 menit Kontrol
Jumlah Akar Primer 26.33 20.73 17.60 14.53 12.47 10.33 9.40
Tabel 19. Analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 665.992 1.893 667.886
df 6 14 20
Kuadrat Tengah 110.999 0.135
Fhit
F0,05
F0,01
Sig.
820.76**
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Data jumlah akar primer diantara jenis perlakuan terlihat adanya variasi. Dari analisis sidik ragamnya menunjukkan nilai Fhit (820.76) lebih besar daripada Ftabel (2.22). Fakta nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel mengindikasikan bahwa diantara jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda. Namun fakta tersebut belum menunjukkan perlakuan mana saja yang berbeda nyata. Oleh karena itu secara prosedur statistik perlu diuji lebih lanjut (Walpole 1992). Adapun hasil uji Duncan dari data jumlah akar primer dapat dilihat pada Tabel 20.
32
Tabel 20. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar primer tanaman murbei (Morus cathayana L.) Rata-rata Jumlah Akar Primer 26.3333a 20.7333b 17.6000c 14.5333d 12.4667e 10.3333f 9.4000g
Jenis Perlakuan C6 C3 C5 C2 C1 C4 C7
(NASA 45 menit) (M-Dext 45 menit) (NASA 30 menit) (M-Dext 30 menit) (NASA 15 menit) (M-Dext 15 menit) (Kontrol)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan perendaman pupuk organik NASA (0.25 %) selama 45 menit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Secara umum semakin lama perendaman stek dalam larutan pupuk maka semakin besar pengaruh pupuk dalam meningkatkan jumlah akar primer tanaman murbei. Pengaruh perlakuan perendaman beberapa jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda terhadap pertambahan jumlah akar primer tanaman murbei setelah berumur empat minggu dapat dilihat pada Gambar 6. 30,00
Jumlah Akar Primer
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
5M
l tro
A4 NA S
A3 NA S
Ko n
eni
eni 0M
5M A1 NA S
t
t
t eni
nit MDe
xt
45
Me
Me 30 xt MDe
MDe
xt
15
Me
nit
nit
0,00
Jenis Perlakuan
Gambar 6.
Perbandingan data jumlah akar primer dari stek murbei yang berumur empat minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda
33
4.1.2.2 Total Panjang Akar Primer Data total panjang akar primer dari stek murbei yang diperlakukan dengan perendaman dalam larutan pupuk dan lama perendaman yang berbeda disajikan pada Tabel 21, sedangkan hasil analisis sidik ragamnya pada Tabel 22. Tabel 21. Total panjang akar primer dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan perlakuan perendaman dalam larutan pupuk No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Perlakuan NASA 45 Menit M-Dext 45 Menit NASA 30 Menit M-Dext 30 Menit NASA 15 Menit M-Dext 15 Menit Kontrol
Total Panjang Akar Primer (cm) 135.23 110.12 94.87 85.37 81.40 74.50 47.57
Tabel 22. Analisis sidik ragam total panjang akar primer M. cathayana L. Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 553.267 3.232 556.499
df 6 14 20
Kuadrat Tengah 92.211 0.231
Fhit
F0,05
F0,01
Sig.
399.39**
2.22
3.09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Data total panjang akar primer diantara jenis perlakuan terlihat adanya variasi. Dari analisis sidik ragamnya menunjukkan nilai Fhit (339.39) lebih besar daripada Ftabel (2.22). Fakta nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel mengindikasikan bahwa diantara jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda. Namun fakta tersebut belum menunjukkan perlakuan mana saja yang berbeda nyata. Oleh karena itu secara prosedur statistik perlu diuji lebih lanjut (Walpole 1922). Adapun hasil uji Duncan dari data total panjang akar primer dapat dilihat pada Tabel 23.
34
Tabel 23. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap total panjang akar primer tanaman murbei (M. cathayana L.) Rata-rata Jumlah Akar Primer 135.23a 110.12b 94.87c 85.37d 81.40d 74.50e 47.57f
Jenis Perlakuan C6 C3 C5 C2 C1 C4 C7
(NASA 45 menit) (M-Dext 45 menit) (NASA 30 menit) (M-Dext 30 menit) (NASA 15 menit) (M-Dext 15 menit) (Kontrol)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan perendaman pupuk organik NASA (0.25 %) selama 45 menit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Secara umum semakin lama perendaman stek dalam larutan pupuk maka semakin besar pengaruh pupuk dalam meningkatkan total panjang akar primer tanaman murbei. Pengaruh perlakuan perendaman beberapa jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda terhadap peningkatan total panjang akar primer tanaman murbei setelah berumur empat minggu dapat dilihat pada Gambar 7.
140,00
Total Panjang Akar Primer (cm)
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
5M
l tro
A4 NA S
A3 NA S
Ko n
eni
eni 0M
5M A1 NA S
t
t
t eni
nit MDe
xt
45
Me
Me 30 xt MDe
MDe
xt
15
Me
nit
nit
0,00
Jenis Perlakuan
Gambar 7.
Perbandingan data total panjang akar primer dari stek murbei yang berumur empat minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda
35
4.1.2.3 Bobot Akar Total Data bobot akar total dari stek murbei yang diperlakukan dengan perendaman dalam larutan pupuk dan lama perendaman yang berbeda disajikan pada Tabel 24, sedangkan hasil analisis sidik ragamnya pada Tabel 25. Tabel 24. Bobot akar total dari stek murbei (M. cathayana L.) yang diberikan perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Perlakuan NASA 45 menit M-Dext 45 menit NASA 30 menit M-Dext 30 menit NASA 15 menit M-Dext 15 menit Kontrol
Bobot Akar (gr) 1.34 1.30 1.21 1.01 0.95 0.87 0.72
Tabel 25. Analisis sidik ragam bobot akar total M. cathayana Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Jumlah Kuadrat 0.795 0.822 1.618
df 6 14 20
Kuadrat Tengah 0.133 0.059
Fhit
F0,05
F0,01
Sig.
2.26**
2,22
3,09
0.000
Keterangan** : berpengaruh sangat nyata pada kepercayaan 99 %
Data bobot akar total diantara jenis perlakuan terlihat adanya variasi. Dari analisis sidik ragamnya menunjukkan nilai F hitung (2.26) lebih besar daripada F tabel (2.22). Fakta nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel mengindikasikan bahwa diantara jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda. Namun fakta tersebut belum menunjukkan perlakuan mana saja yang berbeda nyata. Oleh karena itu secara prosedur statistik perlu diuji lebih lanjut (Walpole 1992). Adapun hasil uji Duncan dari data bobot akar total dapat dilihat pada Tabel 23.
36
Tabel 26. Uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap bobot akar total murbei (M. cathayana L.) Rata-rata Jenis Perlakuan Jumlah Akar Primer C6 C3 C5 C2 C1 C4 C7
1.3367a 1.3033a 1.2133a 1.0133ab 0.9500ab 0.8733ab 0.7167c
(NASA 45 menit) (M-Dext 45 menit) (NASA 30 menit) (M-Dext 30 menit) (NASA 15 menit) (M-Dext 15 menit) (Kontrol)
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
Dari hasil uji lanjutan terlihat jelas bahwa perlakuan dengan perendaman pupuk organik NASA (0.25 %) selama 45 menit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Secara umum semakin lama perendaman stek dalam larutan pupuk maka semakin besar pengaruh pupuk dalam meningkatkan bobot akar total tanaman murbei. Pengaruh perlakuan perendaman beberapa jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda terhadap peningkatan bobot akar total tanaman murbei setelah berumur empat minggu dapat dilihat pada Gambar 8. 1,40
1,20
Bobot Akar Total (kg)
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
A4 NA S
A3 NA S
Ko ntr ol
t 5M
eni 0M
5M A1 NA S
eni
t
t eni
nit MDe
xt
45
Me
Me 30 xt MDe
MDe
xt
15
Me
nit
nit
0,00
Jenis Perlakuan
Gambar 8.
Perbandingan data bobot akar total dari stek murbei yang berumur empat minggu yang diperlakukan dengan perendaman stek dengan jenis pupuk dan lama perendaman yang berbeda
37
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Stek Morus cathayana L. Berdasarkan data parameter pertumbuhan dan perkembangan, semua jenis dan dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan stek murbei. Dari semua data hasil perlakuan yang disajikan dalam setiap tabel, grafik, dan gambar terlihat bahwa dosis pupuk yang diujicobakan kecuali dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha meningkatkan laju pertumbuhan dan perkembangan stek murbei. Penggunaan campuran pupuk pada stek murbei dengan dosis 125 kg Urea + 62.5 kg TSP + 62.5 kg KCl per ha menunjukkan indikasi keracunan dan akhirnya mematikan stek murbei. Indikasi keracunan oleh pupuk terlihat dengan adanya kelayuan daun murbei dari bagian pucuk ke pangkal. Kematian stek diindikasikan oleh gejala stek murbei yang berupa daun, tangkai, dan batang mengering dan berwarna coklat. Ketika batang stek dicabut, akar telah berwarna coklat sedangkan akar yang normal berwarna putih. Dosis campuran pupuk anorganik tersebut mungkin menyebabkan pH media tumbuh jauh dibawah ambang batas toleransi perakaran stek murbei. Pupuk organik berperan lebih besar dibandingkan dengan pupuk anorganik dalam mencapai keberhasilan kegiatan budidaya Morus cathayana L.. Dari parameter total panjang cabang primer, luas permukaan daun, dan bobot daun dengan dan tanpa ranting, menunjukkan bahwa pupuk organik campuran 20 lt MDext + 130 kg pupuk kandang per ha memberikan pengaruh yang cepat dalam pertumbuhan dan perkembangan stek dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pupuk M-Dext memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap sehingga mampu memberikan pengaruh yang besar pada pertumbuhan cabang murbei, selain itu juga memiliki kandungan vitamin dan garam elektrolit, serta enzim-enzim hayati yang dapat meningkatkan luas permukaan daun. Terbukti bahwa pupuk organik campuran M-Dext + pupuk kandang memberikan pengaruh pertumbuhan tanaman yang optimal, dimana pertumbuhan tanaman murbei yang optimal ditunjukkan oleh produktivitas daun yang lebih banyak.
38
Sedangkan parameter jumlah daun menunjukkan bahwa pupuk organik campuran 20 lt NASA + 10 lt Hormonik per ha juga memberikan pengaruh yang cepat dalam pertambahan jumlah daun. Diduga bahwa pupuk organik NASA dapat merangsang pertambahan tunas daun dan perkembangannya, karena pupuk organik NASA memberikan semua jenis unsur makro dan mikro yang lengkap bagi tanaman. Setiap 1 liter pupuk organik NASA memiliki fungsi sebagai pemasok unsur hara mikro setara dengan 1 ton pupuk kandang, selain itu pupuk organik NASA ini berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, serta mengurangi kerontokan bunga dan buah, karena memiliki enzim fotosintesis. Dari penelitian Tristianto (2007) dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Pupuk Organik M-Dext dan NASA terhadap Produksi Daun Murbei (Morus cathayana L.) dan Kualitas Kokon Ulat Sutera (Bombyx mori L.), menyajikan campuran dosis 2.5 kg POP (merupakan formula dari pupuk organik NASA yang berupa padatan) + 5 liter POC (merupakan formula dari pupuk organik NASA yang berupa cairan) + 0.5 liter Hormonik per hektar memberikan respon yang terbaik terhadap jumlah daun, sedangkan pupuk M-Dext dosis 12 l/ha memberikan respon terbaik terhadap parameter luas permukaan daun serta bobot daun Morus cathayana L.. Pupuk organik M-Dext menempati urutan pertama dalam budidaya M. cathayana L., diduga bahwa senyawa atau unsur-unsur yang terkandung di dalamnya dapat memenuhi kebutuhan tanaman murbei. Pupuk organik berperan dalam meningkatkan daya simpan dan daya pegang tanah terhadap air. Menurut Marsono dan Paulus Sigit (2003), bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian, pupuk organik sangat berperan dalam mengadministrasikan ketersediaan air pada musim kering. Pada awal setelah pemberian pupuk organik, stek murbei menunjukkan respon yang agak lambat dalam memacu pertumbuhan, karena pada awalnya baru terjadi perbaikan kondisi tanah dan nutrisi dari pupuk organik sehingga masih belum menyatu dengan tanah, dapat dilihat dalam lampiran pada Gambar 9 - 11. Bahan organik di dalam tanah mengalami proses perombakan terlebih dahulu oleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa anorganik yang mengisi ruang pori
39
tanah, sehingga ketersediaan nutrisi di awal pertumbuhan masih rendah. Proses perombakan tersebut memerlukan waktu, oleh karena itu ketika pupuk organik diaplikasikan tidak terlihat langsung efeknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, tapi memerlukan waktu agar hara-hara yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar.
4.2.2 Pengaruh Perendaman Stek Murbei dalam Larutan Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Akar. Pada dasarnya tipe perakaran tanaman murbei meliputi akar sanjung dan akar tunggang. Fungsi akar adalah untuk menyerap air dan zat hara dari dalam tanah. Tanaman murbei yang berasal dari stek pada awalnya tidak memiliki akar tunggang tetapi ketika tanaman semakin tua, akar membentuk perakaran yang mengarah ke bawah menyerupai akar tunggang. Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa diantara semua perlakuan perendaman dalam larutan pupuk memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Perlakuan dengan pupuk organik NASA dan M-Dext dengan konsentrasi masingmasing pupuk 0.25 %, sama-sama memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar dibandingkan stek yang tidak diberi perlakuan. Pemberian perlakuan perendaman dengan aplikasi pupuk organik NASA memberikan nilai jumlah akar primer, total panjang akar primer, dan bobot total akar tertinggi dibandingkan dengan perlakuan perendaman pupuk M-Dext, dapat dilihat dalam lampiran pada Gambar 12. Perendaman dengan aplikasi NASA 45 menit memberikan pengaruh terbesar terhadap penambahan jumlah akar primer, total panjang akar primer, dan bobot akar total. Pupuk NASA diduga memiliki hormon yang dapat meningkatkan pembentukan akar tanaman dibandingkan dengan pupuk organik M-Dext. Pengaruh perlakuan ini terjadi karena pupuk NASA dapat menjadikan tanah yang keras berangsur-angsur menjadi gembur, melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sehingga dapat dimanfaatkan tanaman, membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi
40
tanaman, dan memberikan semua jenis unsur makro dan unsur mikro lengkap yang dibutuhkan tanaman. Pengetahuan tentang unsur hara sangat diperlukan untuk dapat menentukan jenis pupuk yang tepat bagi tanaman. Masing-masing unsur hara memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda bagi pertumbuhan tanaman. Namun secara bersama-sama unsur-unsur tersebut merupakan satu tim yang saling mendukung pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur yang terkandung di dalam pupuk NASA, seperti halnya Nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif. Unsur Fosfor berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan dasar protein (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah. Unsur Kalsium berperan dalam mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang, menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. Dan unsur Seng berperan dalam pembentukan hormon bagi tanaman.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pemupukan dengan dosis 5 ± 20 lt pupuk organik M-Dext per ha, 5 ± 20 lt pupuk organik NASA per ha, dan 50 ± 150 kg pupuk anorganik Urea, TSP, KCl, memacu pertumbuhan stek murbei (Morus cathayana L.). 2. Perendaman stek murbei (Morus cathayana L.) dalam larutan pupuk NASA dan M-Dext berkonsentrasi 0.25 % selama 15 ± 45 menit memacu pertumbuhan akar stek.
5.2 Saran 1. Untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan stek dalam pengembangan budidaya murbei, disarankan menggunakan pupuk organik M-Dext. 2. Sebaiknya pupuk anorganik Urea, TSP, KCl tidak digunakan lebih dari 200 kg dalam luasan 1 ha untuk tanaman murbei, karena dosis ini menyebabkan tanaman mati.
42
DAFTAR PUSTAKA Atmosoedarjo, S.,J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Soleh, W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1990. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Murbei (Morus sp.). Pusat Penelitian Persuteraan Alam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor. Britannica, C. 2006. Britannica Concise Encyclopedia. Gramedia Jakarta. Columbia Encyclopedia. 2003. The Columbia Electronic Encyclopedia, Sixth Edition. www.cc.columbia.edu. [26 April 2008]. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2000. Petunjuk Kerja Pengembangan Persuteraan Alam. Surabaya. Direktorat Reboisasi dan Penghijauan. 1991. Petunjuk Praktis Pemeliharaan Ulat Sutera. Departemen Kehutanan Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Guntoro, S. 1994. Budidaya Ulat Sutera. Kanisius. Yogyakarta. Hill, Mc Graw. 2005. Encyclopedia of Science and Technology. Gramedia Jakarta. Japan International Cooperation Agency. 1981. Pedoman Persuteraan Alam. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Kehutanan. Proyek Pembinaan Persuteraan Alam Sulawesi Selatan, JICA ± Sericulture Development Cooperation Project. Kaomini, Dr. Ir. Mien. 2002. Pedoman Teknis Pemeliharaan Ulat Sutera. Samba Project. Bandung. Katsumata, F. 1964. Petunjuk Sederhana bagi Pemeliharaan Ulat Sutera. Tokyo. Koidzummi. 1930. Jenis-Jenis Tanaman Murbei. Gramedia. Jakarta. Marsono dan Sigit, Paulus. 2000. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Institut Pertanian Bogor. Mifflin, H. 2007. The American Heritage® Hormone, Fourth Edition. Gramedia Jakarta. Samsijah dan Andadari, L. 1992. Petunjuk Teknik Budidaya Ulat Sutera (Bombyx mori L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.
43
Samsijah dan A. Sanusi K. 1976/1977. Pedoman Pemeliharaan Ulat Sutera. Proyek Pembinaan Persuteraan Alam Direktorat Jenderal Kehutanan. Sunanto, H. 1997. Budidaya dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius. Yogyakarta. Tenenbaum, F. 1997. Taylor's Dictionary for Gardeners. PT Gramedia Jakarta. Tim Penulis Ps. 1991. Budidaya Ulat Sutera. Penebar Swadaya Jakarta. Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wikipedia. GNU Free Documentation License ³$X[LQ´ :LNLSHGLD $UWLFOH http://www.answers.com/topic/auxin?cat=technology. [6 Juni 2008].
44
LAMPIRAN
45
Lampiran 1. Foto-foto penelitian
Gambar 9. Murbei (Morus cathayana) berumur 2 minggu setelah tanam, saat diberikan perlakuan pemupukan
Gambar 10. Murbei (Morus cathayana) 4 minggu setelah tanam
Gambar 11. Murbei (Morus cathayana) 8 dan 10 minggu setelah tanam
46
Gambar 12. Perbedaan perendaman akar murbei (Morus cathayana) dalam larutan NASA selama 45 dan 15 menit
Gambar 13. Pupuk organik M-Dext dan NASA
-
Pagi hari
Pagi hari
Pemupukan dengan pupuk M-Dext Pemupukan dengan pupuk NASA Pengukuran panjang cabang primer dan jumlah daun murbei (Morus cathayana)
Pemupukan dengan pupuk M-Dext Pemupukan dengan pupuk NASA Pengukuran panjang cabang primer dan jumlah daun murbei (Morus cathayana)
Pengukuran panjang cabang primer dan jumlah daun murbei (Morus cathayana)
Panen Pengukuran panjang cabang primer dan jumlah daun murbei (Morus cathayana) Pengukuran luas permukaan daun murbei (Morus cathayana)
20-Sep-07
04-Okt-07
18-Okt-07
01-Nop-07
Pagi hari
Pagi hari
Pagi hari
Pemupukan dengan pupuk M-Dext Pemupukan dengan pupuk NASA Pengukuran panjang cabang primer dan jumlah daun murbei (Morus cathayana)
06-Sep-07
-
1/6 dosis total
1/6 dosis total
1/6 dosis total 1/6 dosis total -
1/6 dosis total 1/6 dosis total -
1/2 dosis total 1/2 dosis total Semua sekaligus
Pagi hari
1:2 -
Dosis
23-Agust-07 Pemupukan dengan pupuk M-Dext Pemupukan dengan pupuk NASA Pemupukan dengan pupuk Anorganik
Waktu Pagi hari Pagi hari
Uraian Kegiatan
02-Agust-07 Persiapan lahan dan media cocofit dan tanah 09-Agust-07 Pengadaan bibit stek Morus cathayana dan penanaman
Tanggal
Lampiran 2. Jadwal kegiatan penelitian pengaruh pemupukan terhadap produksi daun Morus cathayana
84 hari
70 hari
56 hari
42 hari
28 hari
14 hari
-
Umur Tanaman
47
Pengukuran bobot daun murbei (Morus cathayana)
Pagi hari
Pengadaan bibit stek Morus cathayana Perlakuan perendaman stek dalam larutan pupuk M-Dext dan NASA, dan penanaman
Pengamatan akar Pengukuran panjang akar primer murbei (Morus cathayana) Pengukuran jumlah akar primer murbei (Morus cathayana) Pengukuran bobot akar murbei (Morus cathayana)
04-Nop-07
02-Des-07 Pagi hari
Pagi hari
Persiapan lahan dan media cocofit dan tanah
03-Nop-07
Waktu
Uraian Kegiatan
Tanggal
-
-
1:2
Dosis
28 hari
-
-
Umur Tanaman
Lampiran 3. Jadwal kegiatan penelitian pengaruh perendaman stek dalam larutan pupuk terhadap perkembangan akar Morus cathayana
48
49
50
Lampiran 4.
Hasil analisis sidik ragam total panjang cabang primer tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives
PANJANG CABANG N
Std. Deviation
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 171.4314 173.9219
Minimum
Maximum
C1
3
172.1333
1.30638
.75424
171.60
179.13
C2
3
210.3222
4.85393
2.80242
209.1855
211.3012
196.83
215.80
C3
3
257.8667
18.07113
10.43337
254.9522
259.7345
248.93
264.20
C4
3
180.3333
1.93975
1.11992
179.9381
182.5753
175.90
189.77
C5
3
198.8556
20.55722
11.86872
197.8997
199.0336
195.97
204.40
C6
3
242.6667
11.60838
6.70210
240.1198
245.7935
239.83
251.87
C7
3
170.8000
4.21268
2.43219
168.4785
171.4082
167.80
178.73
C8
3
201.3889
2.15527
1.24435
199.2360
202.9440
194.77
208.97
C9
3
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
C10
3
126.9889
19.71506
11.38250
122.2717
128.2216
120.07
129.07
Total
30
176.1356
36.86189
6.73003
173.2579
200.7868
170.00
184.20
ANOVA PANJANG CABANG Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
36757.113
9
4084.124
2648.050
20
132.402
39405.163
29
F
Sig.
30.846
.000
PANJANG CABANG Duncan PERLAKUAN
Subset for alpha = .05
N
1
2
3
4
C9
3
C10
3
126.9889
C7
3
170.8000
C1
3
172.1333
172.1333
C4
3
180.3333
180.3333
C5
3
198.8556
198.8556
C8
3
201.3889
C2
3
210.3222
C6
3
242.6667
C3
3
257.8667
Sig.
.0000
1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
.072
.243
.106
51
Lampiran 5.
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives
JUMLAH DAUN
C1
3
57.8900
4.73764
2.73528
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 46.1211 69.6589
54.67
63.33
C2
3
119.6667
15.19086
8.77045
81.9305
157.4029
108.67
137.00
C3
3
145.1133
35.18721
20.31534
57.7035
232.5232
110.67
181.00
C4
3
106.7767
41.79581
24.13082
2.9501
210.6032
81.00
155.00
C5
3
124.4433
15.66970
9.04691
85.5176
163.3690
109.00
140.33
C6
3
154.2233
10.35560
5.97881
128.4986
179.9481
142.67
162.67
C7
3
110.7800
7.07293
4.08356
93.2099
128.3501
102.67
115.67
C8
3
126.8867
14.38679
8.30622
91.1479
162.6254
115.33
143.00
C9
3
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
C10
3
46.5567
15.90341
9.18184
7.0504
86.0629
33.67
64.33
Total
30
99.2337
50.03674
9.13542
80.5496
117.9177
.00
181.00
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error
Minimum
Maximum
ANOVA JUMLAH DAUN Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
64404.692
9
7156.077
8201.879
20
410.094
72606.571
29
F
Sig.
17.450
.000
JUMLAH DAUN Duncan PERLAKUAN
Subset for alpha = .05
N
1
2
3
4
C9
3
C10
3
46.5567
C1
3
57.8900
C4
3
106.7767
C7
3
110.7800
C2
3
119.6667
119.6667
C5
3
124.4433
124.4433
C8
3
126.8867
126.8867
C3
3
145.1133
145.1133
C6
3
Sig.
.0000
154.2233 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
.501
.052
.073
52
Lampiran 6.
Hasil analisis sidik ragam luas permukaan daun tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives
LUAS PERMUKAAN DAUN N
Std. Deviation
Mean
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 65.0183 67.9350
Std. Error
Minimum
Maximum
C1
3
66.4767
.58705
.33894
65.80
66.85
C2
3
89.4367
1.87239
1.08102
84.7854
94.0879
87.42
91.12
C3
3
144.4500
4.18727
2.41752
134.0483
154.8517
141.43
149.23
C4
3
48.1967
1.23030
.71031
45.1404
51.2529
46.84
49.24
C5
3
82.0133
1.86294
1.07557
77.3855
86.6411
80.82
84.16
C6
3
97.0900
3.32676
1.92070
88.8259
105.3541
93.25
99.10
C7
3
36.4133
.41789
.24127
35.3752
37.4514
36.11
36.89
C8
3
77.9500
1.66964
.96397
73.8024
82.0976
76.64
79.83
C9
3
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
C10
3
31.6300
.25159
.14526
31.0050
32.2550
31.34
31.79
Total
30
67.3657
39.13858
7.14569
52.7511
81.9803
.00
149.23
ANOVA LUAS PERMUKAAN DAUN Sum of Squares Between Groups
Mean Square
44342.101
9
4926.900
80.922
20
4.046
44423.023
29
Within Groups Total
df
F
Sig.
1217.698
.000
LUAS PERMUKAAN DAUN Duncan PERLA KUAN
N
Subset for alpha = .05 1
C9
3
C10
3
C7
3
C4
3
C1
3
C8
3
C5
3
C2
3
C6
3
C3
3
Sig.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
.0000 31.6300 36.4133 48.1967 66.4767 77.9500 82.0133 89.4367 97.0900 144.4500 1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
53
Lampiran 7.
Hasil analisis sidik ragam bobot daun dan ranting tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives
BOBOT DAUN DAN RANTING N
Std. Deviation
Mean
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
Std. Error
Minimum
Maximum
C1
3
0.4333
.12097
.06984
0.3280
0.6338
0.34
0.47
C2
3
0.6272
.15948
.09207
0.5505
0.6428
0.54
0.73
C3
3
0.9756
.33843
.19539
0.9360
1.2174
0.89
1.15
C4
3
0.3394
.18330
.10583
0.2747
0.7853
0.27
0.43
C5
3
0.5890
.11930
.06888
0.4170
0.6097
0.53
0.65
C6
3
0.9299
.12055
.06960
0.8239
1.3228
0.91
1.15
C7
3
0.2697
.05000
.02887
0.2358
0.2842
0.21
0.27
C8
3
0.4869
.23965
.13836
0.4413
0.5320
0.46
0.58
C9
3
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
C10
3
0.1800
.06557
.03786
0.1371
0.2629
0.17
0.19
Total
30
0.4830
2.05271
.37477
0.4355
0.5685
0.47
0.49
ANOVA BOBOT DAUN DAN RANTING Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
121.633
9
13.515
.562
20
.028
122.195
29
F
Sig.
480.611
.000
BOBOT DAUN DAN RANTING Duncan Subset for alpha = .05 PERLAKUAN C9
N 3
C10
3
0.1800
C7
3
0.2697
C4
3
C1
3
C8
3
C5
3
C2
3
C6
3
C3
3
Sig.
1 .0000
2
3
4
5
6
7
8
9
0.3394 0.4333 0.4869
1.000 .256 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
0.5890 0.6272 0.9299 0.9756 1.000
1.000
1.000
1.000
54
Lampiran 8.
Hasil analisis sidik ragam bobot daun tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives
BOBOT DAUN
N
Std. Deviation
Mean
C1
3
C2
3
C3
3
C4
3
C5
3
C6
3
C7
3
C8 C9
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
Std. Error
Minimum
Maximum
.11590
.06692
0.2354
0.2613
0.19
0.28
.02887
.01667
0.3316
0.3750
0.27
0.62
.22234
.12837
0.3844
0.4890
0.38
0.48
.33561
.19376
0.1830
0.2504
0.21
0.25
.22502
.12991
0.3077
0.3556
0.30
0.33
.15275
.08819
0.3572
0.5161
0.37
0.47
.21656
.12503
0.1120
0.2180
0.10
0.21
3
0.2437 0.3594 0.4708 0.2288 0.3142 0.4222 0.1942 0.2463
.10970
.06333
0.1808
0.2580
0.18
0.26
3
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
C10
3
0.1381
.08000
.04619
0.1213
0.1987
0.12
0.18
Total
30
0.2900
.92851
.16952
0.2450
0.3384
0.24
0.32
ANOVA BOBOT DAUN Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
24.371
9
2.708
.631
20
.032
25.002
29
Sig.
85.791
.000
BOBOT DAUN Duncan Subset for alpha = .05 PERLAKUAN C9
N 3
C10
3
C4
3
C7
3
C1
3
C8
3
C5
3
C2
3
C6
3
C3
3
Sig.
1 .0000
2
3
4
5
6
0.1381 0.2288 0.1942 0.2437
1.000 1.000 .496 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
0.1942 0.2437 0.2463 0.3142 0.3594 0.4222 0.4708 .060
.132
1.000
55
Lampiran 9.
Hasil analisis sidik ragam total panjang akar primer tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives
PANJANG AKAR
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
Minimum
Maximum
83.0791
79.82
84.96
87.6797
84.38
87.66
109.9670
113.0797
108.54
112.34
73.4729
76.0871
69.62
76.06
.01764
92.8974
99.0492
91.94
99.00
.69292
.40006
134.3254
138.7680
131.56
137.84
.04163
.02404
46.4099
49.6168
45.48
49.56
5.27494
1.15109
60.5717
65.3740
61.48
63.84
C1
3
81.40
.07211
.04163
80.7209
C2
3
85.37
.64663
.37333
84.4670
C3
3
110.12
.42525
.24552
C4
3
74.50
.72746
.42000
C5
3
94.87
.03055
C6
3
135.23
C7
3
47.57
21
62.9060
Total
ANOVA PANJANG AKAR Sum of Squares 553.267
Between Groups Within Groups Total
df 6
Mean Square 92.211
3.232
14
.231
556.499
20
F 399.388
Sig. .000
PANJANG AKAR Duncan Subset for alpha = .05 PERLAKUAN C7
N 3
1 47.57
2
3
C1
3
C4
3
74.50
C2
3
85.37
C5
3
C3
3
C6
3
Sig.
4
5
6
81.40
94.87 110.12 135.23 1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
.063
1.000
1.000
1.000
56
Lampiran 10. Hasil analisis sidik ragam jumlah akar primer tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives JUMLAH AKAR
C1
3
12.4667
.50332
.29059
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 11.7209 13.0791
C2
3
14.5333
.30551
.17638
13.4670
15.6797
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error
Minimum
Maximum
11.82
14.96
14.38
15.66
C3
3
20.7333
.50332
.29059
19.9670
23.0797
20.54
22.34
C4
3
10.3333
.30551
.17638
9.4729
13.0871
9.62
11.06
C5
3
17.6000
.20000
.11547
16.8974
19.0492
16.94
19.00
C6
3
26.3333
.41633
.24037
25.3254
28.7680
25.56
27.84
C7
3
9.4000
.20000
.11547
8.4099
9.6168
8.48
9.56
1.26103
10.5717
11.3740
10.48
11.84
Total
21
11.1399
5.77878
ANOVA JUMLAH AKAR Sum of Squares 665.992
Between Groups Within Groups Total
df 6
Mean Square 110.999
1.893
14
.135
667.886
20
F 820.765
Sig. .000
JUMLAH AKAR Duncan Subset for alpha = .05 PERLAKUAN C7
N 3
C1
3
C4
3
C2
3
C5
3
C3
3
C6
3
Sig.
1 9.4000
2
3
4
5
6
7
12.4667 10.3333 14.5333 17.6000 20.7333 26.3333 1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
1.000
1.000
1.000
1.000
57
Lampiran 11. Hasil analisis sidik ragam bobot akar total tanaman murbei (Morus cathayana) Descriptives BOBOT AKAR
N
Std. Deviation
Mean
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
Std. Error
Minimum
Maximum
.9391
1.1676
.80
1.01
.02186
.9193
1.1074
.97
1.14
.32845
1.1099
1.7165
.96
1.96
.06429
.6734
1.2266
.85
1.07
.06064
1.1524
1.4743
1.11
1.32
.17156
.09905
1.2705
1.6228
1.04
1.38
.13868
.08007
.6722
1.0612
.60
.87
.28439
.06206
.9086
1.1675
.60
1.96
C1
3
.9500
.11846
.06839
C2
3
1.0133
.03786
C3
3
1.3033
.56889
C4
3
.8733
.11136
C5
3
1.2133
.10504
C6
3
1.3367
C7
3
.7167
21
1.0381
Total
ANOVA BOBOT AKAR Sum of Squares
df
Mean Square
F
Between Groups
.795
6
.133
Within Groups
.822
14
.059
1.618
20
Total
Sig.
2.256
.098
BOBOT AKAR Duncan Subset for alpha = .05 PERLAKUAN C7
N
1
2
3
.7167
C1
3
.9500
.9500
C4
3
.8733
.8733
C2
3
1.0133
1.0133
C6
3
1.3367
C5
3
1.2133
C3
3
Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
1.3033 .188
.071