PENGARUH PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN KOMITE AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH CONVERSION CYCLE) (Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Muthia Rahmadani Sadono 1112082000026
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1437 H/2016 M
i
Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Studi Empiris pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muthia Rahmadani Sadono NIM : 1112082000026
Di Bawah Bimbingan :
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Kamis Tanggal Sembilan Bulan Juni Tahun Dua Ribu Enam Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i: 1.
Nama
: Muthia Rahmadani Sadono
2.
NIM
: 1112082000026
3.
Jurusan
: Akuntansi
4.
Judul Skripsi
:“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 09 Juni 2016
1. Dr. Rini, Ak., CA. NIP 19760315 200501 2 002
2. Fitri Yani Jalil, SE., M.sc.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iii
Hari ini Senin, 19 September 2016 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i: 1.
Nama
: Muthia Rahmadani Sadono
2.
NIM
: 1112082000026
3.
Jurusan
: Akuntansi
4.
Judul Skripsi
:“Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA. NIP 19720516 200901 1 006
2. Yusro Rahma, SE.,M.Si. NIP 19800506 200801 2 016
3. Ismawati Haribowo, SE.,M.Si. NIP 19800909 201411 2 003
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Muthia Rahmadani Sadono
NIM
: 1112082000026
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwadalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain. 3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya. 4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini. Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
IDENTITAS DIRI 1.
Nama Lengkap
: Muthia Rahmadani Sadono
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 23 Pebruari 1994
3.
Alamat
: KPP IPB Baranang Siang 4, Blok D No. 17, RT 02 RW 10, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Bogor 16154
4.
Telepon
: 085692221213
5.
Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN No.
Nama Sekolah
Tahun Ajaran
1. TK Islam Insani
1999-2000
2. SDN Papandayan 1
2000-2006
3. SMP Negeri 2 Bogor
2006-2009
4. SMA Negeri 3 Bogor
2009-2012
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 2. Panitia Acara GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 IV. DATA KELUARGA No.
Keterangan
Nama
1. Ayah
Dwi Sadono
2. Ibu
Rohati
3. Adik
Mughit K.S.
vi
THE INFLUENCE OF INDEPENDENT COMMISSIONER, AUDIT COMMITTEE AND FIRM SIZE TO CASH CONVERSION CYCLE ABSTRACT This research aims to analyze and get empirical evidence about the effect of independent commissioner, audit committee and firm size on cash conversion cycle. Independent commissioner was measured by proportion of independent commissioner to board of commissioner, audit committee was measured by size of audit committee, and firm size was measured by logaritma natural of total revenue (LnTR).Sample of this research were consumer goods industry companies which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2013-2015 period. The number of manufacturing companies in this study were 33 companies with 3 years observation that acquired by using purposive sampling method.. Hypothesis in this research were tested by multiple regression model. The results of this research showed that independent commissioner and audit committee not significantly influence on cash conversion cycle. In the other hand, firm size had significant negatively influence on cash conversion cycle. Keywords: independent commissioner, audit committee, firm size and cash conversion cycle
vii
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP SIKLUS KONVERSI KAS (CASH CONVERSION CYCLE) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas. Dewan komisaris independen diukur dengan menghitung proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris, komite audit diukur dengan skor efektivitas komite audit, dan ukuran perusahaan diukur dengan logaritma nartural total revenue (LnTR). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 35 perusahaan selama 3 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa komisaris independen dan komite audit tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas. Sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas. Kata kunci: dewan komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan siklus konversi kas
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran, beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan, masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada: 1.
Keluarga tercinta Ayahanda Dwi Sadono dan Ibunda Rohati yang tak hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan dukungan moril dan materil. Adik Mughit Khairy yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
2.
Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.
3.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing akademik yang selalu meluangkan waktu
ix
untuk
memberikan motivasi,
nasihat
dan saran dalam menjalani
perkuliahan. 6.
Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. In sya Allah ilmu yang telah Ibu dan Bapak berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT.
8.
Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.
9.
Sahabat-sahabatku semasa sekolah Anastasia, Annisa Trianadewi, Ellin Handayani, Enno Elis Amalia, Denasta Oktafira, Dini Megasari, Ghina Waniar, Hilda Nursadiah, Karina Demante, Kartika Nurfadillah, Nurul Afiifah Ghifari, Rahmawati Putri, Ratna Wulansari, Satya Nur Aisha, Sevira, Siti Nurlaela, Syakina Oktaviani, Verissa Rana Khansa, Yulia Zahra, dan Zata Yumni yang selalu mendoakan kelancaran penulis dalam mengerjakan skripsi, tempat berbagi cerita, meluangkan waktunya untuk penulis, dan yang selalu membuat saya rindu kota tempat saya tinggal. Semoga hubungan silaturahmi kita selalu baik dan sukses untuk kita semua.
10.
Sahabatku tersayang Aninditia Hardianti, Desi Trisnawati, Haifa Najib, Inayah Ats’tsaqafiyah, Laila Ramadiana, Lidiyna Khoirul Fatih, Nova Yulianti, Opi Widiyanti, Rini Dwi Anggraini, dan Tasya Chasanah Marpid yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi dan menjadi tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita diberi kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
11.
Teman-teman “Bolang Akuntansi 2012” yang sudah mendoakan, memberi semangat, dan juga tempat berbagi keseruan semasa kuliah.
12.
Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012, terkhusus teman-teman kelas A. Terimakasih untuk semangat dan
x
kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita. 13.
Teman-teman KKN Parahita 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan, motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, 9 September 2016 Penulis,
Muthia Rahmadani Sadono
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi ABSTRACT ......................................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. B. C. D.
Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1 Perumusan Masalah ................................................................................ 9 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 9 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 12 A. Tinjauan Literatur ................................................................................... 12 1. Teori Keagenan ................................................................................. 12 2. Manajemen Modal Kerja .................................................................. 14 a. Pengertian Manajemen Modal Kerja .......................................... 14 b. Jenis Manajemen Modal Kerja ................................................... 14 c. Konsep Manajemen Modal Kerja ............................................... 16 d. Tujuan Manajemen Modal Kerja ................................................ 17 e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja ........................................ 18 xii
f. Siklus Konversi Kas .................................................................... 19 3. Dewan Komisaris Independen .......................................................... 24 4. Komite Audit .................................................................................... 28 5. Ukuran Perusahaan ........................................................................... 31 B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................... 32 1. Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas ........................................................................................... 32 2. Efektivitas Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas ...................... 33 3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas ............................... 34 C. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 34 D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 40 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 40 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 40 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 41 D. Metode Analisis Data ............................................................................... 42 1. Satatistik Deskriptif.............................................................................. 42 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 43 a. Uji Normalitas .............................................................................. 43 b. Uji Multikolinieritas ..................................................................... 43 c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 44 d. Uji Autokorelasi ........................................................................... 45 3. Analisis Regresi.................................................................................... 45 4. Uji Statistik ........................................................................................... 46 a. Koefisien Determinasi .................................................................. 46 b. Uji Signifikansi Simultan ............................................................. 47 c. Uji Signifikansi Parameter Individual .......................................... 48 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 48 1. Variabel Dependen ............................................................................... 48 2. Variabel Independen ............................................................................ 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 54 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 54 1. Deskripsi Objek Penelitian................................................................... 54 2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................................ 54 B. Analisis dan Pembahasan ......................................................................... 56 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 56 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 59 a. Uji Normalitas .............................................................................. 59 b. Uji Multikolonieritas .................................................................... 62 c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 63 xiii
d. Uji Autokorelasi ........................................................................... 66 3. Uji Koefisien Determinasi .................................................................... 66 4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .................................................. 68 a. Uji Signifikansi Simultan ............................................................. 68 b. Uji Signifikansi Parameter Individual .......................................... 69 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 74 A. Kesimpulan .............................................................................................. 74 B. Saran ......................................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Penelitian-penelitian Terdahulu ......................................................... 35 Tabel 3.1 : Operasional Variabel ......................................................................... 53 Tabel 4.1 : Proses Seleksi Sampel ....................................................................... 55 Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif ............................................................................. 57 Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas Sebelum Pengurangan Data Outlier ................ 60 Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Setelah Pengurangan Data Outlier ................... 61 Tabel 4.5 : Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................ 62 Tabel 4.6 : Ringkasan Hasil Uji Multikolonieritas .............................................. 63 Tabel 4.7 : Uji Glejser .......................................................................................... 65 Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................... 65 Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 66 Tabel 4.10 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 67 Tabel 4.11 : Hasil Uji Signifikansi Simultan ....................................................... 68 Tabel 4.12 : Uji Signifikansi Parameter Individual ............................................. 69 Tabel 4.13 : Ringkasan Hasil Penelitian .............................................................. 75
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 39 Gambar 4.1 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot................. 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan Industri Barang Konsumsi ..................... 81 Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Skoring Efektifitas Komite Audit ..................... 82 Lampiran 3 : Hasil Siklus Konversi Kas .............................................................. 87 Lampiran 4 : Hasi Proporsi Dewan Komisaris Independen ................................. 89 Lampiran 5 : Hasil Efektivitas Komite Audit ...................................................... 91 Lampiran 6 : Hasil Logaritma Natural Total Revenue Ukuran Perusahaan ........ 93 Lampiran 7 : Hasil Output SPSS.......................................................................... 96
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang telah berkembang sampai saat ini memberikan peluang bagi perekonomian dunia. Setiap negara memiliki kesempatan untuk mengembangkan perekonomian negaranya agar mampu bersaing dalam pasar dunia termasuk Indonesia. Peluang tersebut digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan dikatakan berhasil apabila memiliki manajemen yang mampu memprediksi kemungkinan di masa mendatang baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu juga mampu menghadapi persaingan ketat dengan pesaing bisnis lainnya. Pada dasarnya pendirian suatu perusahaan didasari oleh suatu tujuan. Dimana tujuan suatu perusahaan ialah untuk menghasilkan laba, meningkatkan pertumbuhan perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, dan mensejahterakan para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan manajemen yang efektif dan efisien. Pada umumnya kinerja perusahaan dikaitkan dengan pencapaian laba perusahaan dimana manajer dituntut untuk mampu mengelola modalnya dengan efektif dan efisien. Manajer bertanggung jawab untuk membuat
suatu
keputusan
berinvestasi
dan
kebijakan
keuangan
perusahaan. Di samping itu, perilaku pengambil keputusan dipengaruhi oleh kepentingan dalam memperoleh sumber daya organisasi untuk 1
melaksanakan tugasnya maupun kepentingan pribadinya yang menyangkut kepentingan materiil (imbalan) dan non-materiil (penghargaan) (Ishak dan Arief, 2015:13). Pengambilan keputusan oleh manajer keuangan pada dasarnya terkonsentrasi pada tiga hal, yaitu struktur modal, penganggaran modal dan manajemen modal kerja. Modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan. Setiap manajer harus merencanakan berapa besar aktiva lancar yang harus dimiliki perusahaan setiap bulan bahkan tahun dan darimana aktiva lancar tersebut harus dibiayai (Sri Ambarwati, 2010:111). Setiawan (2015) mengemukakan dalam tulisannya pada satu situs berita online mengenai masalah kesulitan keuangan yang dialami perusahaan elektronik asal Jepang, Sharp. Dimana Sharp dinilai telah mengalami kerugian terus menerus akibat penjualan yang terus menurun sehingga mengalami kesulitan keuangan. Pada tahun 2015 triwulan ketiga laba operasi perusahaan menurun hingga 86 persen. Kesalahan manajemen dalam mengelola modal kerja yang tidak optimal dinilai sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan pada penjualan, sehingga persediaan masih banyak yang tidak habis terjual. Kasus kesulitan keuangan juga dialami pada oleh perusahaan besar Amerika pada tahun 2001 lalu yaitu Enron. Dimana Enron telah melakukan kecurangan pada laporan keuangannya sehingga ikut menyeret kantor akuntan ternama yaitu Andersen. Kesuksesan Enron ternyata hanya topeng yang menutupi keadaan yang sebenarnya dialami oleh perusahaan besar tersebut. Enron 2
memiliki utang yang luar biasa dan aset perusahaan yang sangat minim yang mengakibatkan pada kebangkrutan. Dari dua kasus di atas terdapat salah satu faktor penyebab perusahaan mengalami pailit yaitu manajemen yang tidak efisien yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara modal, utang dan piutang. Penyediaan modal kerja yang cukup merupakan upaya manajemen yang strategis, dimana setiap perusahaan mengupayakan penyediaan modal kerja yang cukup agar aktivitasnya berjalan dengan lancar. Tersedianya modal kerja yang berlebihan mengakibatkan modal kerja tersebut tidak produktif, sebaliknya jika kurang tersedianya modal kerja dapat
mengakibatkan
perusahaan
kesulitan
dalam
menjalankan
aktivitasnya (Joko dan Husnul, 2007). Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan sedangkan
akibat
pengelolaan
modal
yang
kurang
tepat
akan
mengakibatkan kerugian (Beny dan Minamita, 2012). Dalam modal kerja atau secara terminologi sering disebut sebagai manajemen modal kerja (Sri Ambarwati, 2010:111) terdapat satu komponen penting yaitu kas atau setara kas karena merupakan aset perusahaan yang paling likuid atau mudah dicairkan. Kas dibutuhkan perusahaan dalam membiayai aktivitasnya sehari-hari. Seperti pembelian 3
persediaan, pembayaran utang usaha, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran dividen untuk para pemegang saham. Karena itulah pengelolaan kas yang efektif dan efisien sangat penting bagi kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan komponen penting dalam pengelolaan modal kerja maka ukuran manajemen modal kerja yang paling komprehensif adalah cash conversion cycle (CCC) atau juga disebut siklus konversi kas (Deelof, 2003). Menurut Gill dan Biger (2013) dalam John et al. (2015) komponen dari cash conversion cycle terdiri dari days sales outstanding (DSO) atau periode penerimaan piutang dari hasil penjualan, days payable outstanding (DPO) atau periode penangguhan utang, dan days sales inventory (DSI) atau periode konversi persediaan. Cash conversion cycle digunakan untuk mengukur berapa lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil kegiatan operasi perusahaan yaitu dimulai dari pembeliaan bahan baku atau persediaan, melakukan proses produksi lalu menjualnya sampai dengan penagihan penjualan atas barang jadi yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan perusahaan untuk disimpan pada current assets (Edman dan Ita, 2009). Siklus konversi kas dapat digunakan untuk mengetahui kebijakan apa yang akan diambil oleh manajemen dalam pengelolaan kas perusahaan, apakah dengan mempercepat periode penagihan piutangnya atau dengan menahan pembayaran utangnya. Semakin kecil nilai cash conversion cycle maka dapat diartikan semakin efektif pula manajemen 4
dalam pengelolaan kasnya (Uyar, 2009). Sebaliknya, jika perusahaan memiliki siklus konversi kas yang lama dapat mengakibatkan penurunan keuntungan dikarenakan pengelolaan modal kerja yang tidak efektif (Iva dan Indira, 2013). Dalam
pengelolaan
arus
kas
perusahaan
biasanya
pihak
manajemen lebih banyak memiliki informasi mengenai keuangan perusahaan dibanding pemegang saham sehingga menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham/investor, selain itu dimana manajemen juga bertindak sebagai pengambil keputusan. Manajemen perusahaan pasti lebih menginginkan pendapatan yang tinggi atau menguntungkannya dengan cara meningkatkan kinerjanya. Salah satu tindakan yang sering diambil yaitu lebih memilih untuk mengalokasikan kas ke investasi daripada membagikan dividen kepada para pemegang saham terlebih lagi kepada pemegang saham minoritas. Sedangkan di lain pihak, pemegang saham menginginkan agar mendapatkan keuntungan yang besar dari pembagian dividen. Masalah yang dapat ditimbulkan dari pemisahan
fungsi
kepemilikan
dan
pengelolaan
serta
perbedaan
kepentingan inilah disebut dengan agency problem. Teori keagenan menyebutkan bahwa utang yaitu salah satu komponen dari siklus konversi kas adalah salah satu mekanisme bagi shareholder untuk meminimumkan agency problem dengan manajer. Dimana perusahaan yang memiliki tingkat utang yang lebih besar memiliki tanggung jawab lebih besar kepada para kreditor dan pemegang 5
saham untuk mengungkapkan informasi lebih luas mengenai perusahaan. Sehingga manajemen pun akan berhati-hati dalam membuat keputusan pengelolaan kasnya. Adanya alasan tersebut maka perusahaan perlu menerapkan corporate governance untuk memberikan informasi yang simetris antara kedua belah pihak, karena penerapan corporate governance yang baik dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri informasi tersebut. Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan dengan proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit. Dengan proporsi komisaris independen dan banyaknya anggota komite audit dalam perusahaan diharapkan periode cash conversion cycle dapat menjadi lebih singkat dan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen dapat memberikan keuntungan bagi semua pemegang saham tidak terkecuali pemegang saham minoritas (Debora, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan bahwa adanya CEO tenure, CEO duality, komisaris independen dan ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle yang artinya semakin banyak anggotanya maka akan mempersingkat waktu persediaan tersimpan di dalam gudang dan juga mempersingkat waktu periode cash conversion cycle untuk perusahaan manufaktur di Amerika yang terdaftar dalam Bursa Efek New York. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013) bahwa 6
CEO tenure, CEO duality, dan ukuran komite audit yang merupakan proksi
dari
corporate
governance
dapat
mempengaruhi
efisensi
manajemen modal kerja dimana cash conversion cycle adalah sebagai salah satu proksinya. Achchuthan dan Kajananthan (2013) mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan sebagai proporsi komisaris independen, jumlah komite audit, dan jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja yang salah satu proksinya juga merupakan cash conversion cycle, kecuali untuk proksi struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja. Selanjutnya penelitian mengenai hubungan ukuran perusahaan dengan cash conversion cycle dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas. Selanjutnya menurut Eljelly (2004) ukuran perusahaan akan mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan cash conversion cycle. Hal ini berarti bahwa jangka waktu cash conversion cycle yang pendek dimiliki oleh perusahaan yang besar, sementara perusahaan kecil, memiliki jangka waktu cash conversion cycle yang lebih panjang. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana perusahaan besar lebih 7
efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih singkat dibandingkan dengan perusahaan kecil, hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Farrah et al. (2016:297) menyatakan bahwa perusahaan kecil di Malaysia kurang efisien dalam mengelola modal kerjanya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Adisti (2012) tidak ditemukan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebutuhan modal kerja. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang termasuk di dalamnya adalah cash conversion cycle. Temuan ini mengindikasi, perusahaan yang memiliki ukuran besar maupun kecil memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjalankan pengelolaan modal kerja yang efisien. Hal ini dapat disebabkan a) kebijakan manajemen modal kerja yang terdiri dari piutang usaha, persediaan, dan utang usaha dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berbeda antara perusahaan dan b) pengaruh perusahaan kecil yang berada dalam satu grup dapat menyebabkan posisi perusahaan kecil dapat memiliki keuntungan yang hampir serupa dengan perusahaan yang besar yang tidak berada di dalam pengaruh satu grup. Siklus konversi kas menarik untuk diteliti karena periode dari siklus konversi kas akan menggambarkan bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola modal kerjanya dimana akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh 8
Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) (Studi Empiris pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)? 2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)? 4. Apakah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut ini: a. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).
9
b. Pengaruh ukuran komite audit terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle). c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle). d. Pengaruh simultan proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle). 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. b. Manfaat Praktis 1) Ilmu Pengetahuan Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi. 2) Akademisi Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi penelitian penelitian terdahulu dan berguna sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
10
3) Perusahaan Penelitian ini diharapkan juga dapat memberi masukan bermanfaat bagi perusahaan mengenai mekanisme tata kelola perusahaan yang lebih baik diterapkan dalam perusahaan agar cash conversion cycle dapat berjalan dengan efektif. 4) Investor Penelitian diharpakan dapat berguna bagi para investor aka pentingnya
pengetahuan
tentang
mekanisme
corporate
governance yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional yang digambarkan dengan periode cash conversion cycle yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kondisi perusahaan secara lebih jelas, maka kualitas pengambilan keputusan investor iharapkan akan menjadi lebih baik. 5) Regulator Sebagai bahan pertimbangan kepada regulator yaitu BapepamLK,
untuk
meningkatkan
penerapan
good
corporate
governance dengan membuat an memperbaiki peraturan yang mendukung untuk penerapan good corporate governance pada perusahaan terbukaserta menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan pengawasan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1. Teori Keagenan (Agency Problem) Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency Theory). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Principal maupun agent diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agent. Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak
dapat
mendesain
kontrak
yang
tujuannya
untuk
meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian. Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga jenis biaya yaitu:
12
1) Biaya monitoring Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku agen. Prinsipal
melakukan
pengukuran,
pengamatan
dan
pengendalian atas perilaku agen. 2) Biaya perikatan (Bonding Cost) Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme kontrak yang menjamin bahwa agen akan bertindak sejalan dengan kepentingan prinsipal. 3) Residual Loss Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang dilakukan agen berbeda dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan prinsipal walaupun biaya terkait pengawasan dan perikatan sudah dilakukan. Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian pada sisi prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan kontrak lengkap yang menjelaskan sikap-sikap yang perlu diambil setiap pihak pada kondisi tertentu di masa depan (Chrisman et al.,2012). Selain menggunakan kontrak tersebut, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan membentuk pihak independen untuk melakukan pengawasan.
13
Pembentukan
pihak
independen
yang
melakukan
pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi dasar pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et al., 2012). 2. Manajemen Modal Kerja a. Pengertian Manajemen Modal Kerja Pengelolaan (manajemen) modal kerja merupakan pengelolaan keuangan jangka pendek karena menyangkut aset lancar dan kewajiban lancar sebagai pendanaan aset lancar tersebut. Modal kerja diukur dengan modal kerja bersih (net working capital) yaitu selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Maka seringkali net working capital diartikan sebagai kebijakan keuangan jangka pendek. Kebijakan keuangan jangka pendek melibatkan kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) yang terjadi dalam satu tahun (Ross et al., 2010). Manajemen modal kerja mencakup penetapan kebijakan modal kerja dan pelaksanaan kebijakan tersebut dalam operasi sehari-hari (Bringham dan Houston, 2004). b. Jenis Manajemen Modal Kerja Kebutuhan untuk pengelolaan modal kerja perusahaan ditentukan oleh aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas produksi berubah maka modal kerja yang 14
dibutuhkan juga mengalami perubahan. Menurut WB. Taylor dan Bambang Riyanto (1995) modal kerja dibedakan menjadi: 1) Modal Kerja Permanen Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen berupa barang jadi. Modal kerja permanen dibedakan menjadi: a) Modal kerja primer Adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki perusahaan agar dapat terus beroperasi. b) Modal kerja normal Adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan agar dapat beroperasi dalam kapasitas normal. 2) Modal Kerja Variabel Adalah modal kerja yang selalu berubah proporsional dengan perubahan kapasitas produksi. Modal kerja ini terdiri dari: a) Modal Kerja Musiman Modal
kerja
yang
berubah
sesuai
perubahan
musim/permintaan misalnya permintaan yang besar pada waktu hari raya. b) Modal Kerja Siklis Modal kerja yang berubah akibat fluktuasi konjungtur.
15
c) Modal Kerja Darurat Modal kerja yang berubah sesuai keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan. c. Konsep Manajemen Modal Kerja Seperti yang dikutip dalam Bambang Riyanto (1995) ada tiga konsep modal kerja, yaitu: 1) Modal Kerja Kuantitatif Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga disebut modal kerja bruto karena tidak memperhatikan utang jangka panjang pendeknya. Misal: kas, efek, piutang, dan persediaan. 2) Modal Kerja Kualitatif Modal kerja dalam konsep ini adalah elemen aktiva lancar dikurangi seluruh utang jangka pendek yang harus dibayar perusahaan. 3) Modal Kerja Fungsional Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam mencapai laba. Misal: kas, piutang dagang, persediaan barang dagang, penyusutan mesin, penyusutan bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika sudah terjual.
16
d. Tujuan Manajemen Modal Kerja Adapun tujuan dari
manajemen modal
kerja bagi
perusahaan adalah sebagai berikut: 1)
Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung kepada manajemen modal kerja.
2)
Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo dan segera harus dibayarkan secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja.
3)
Memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan modal kerja untuk memenuhi permintaan produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan
untuk
memenuhi
kebutuhan
pelanggannya. 4)
Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar untuk meningkatkan penjualan dan laba.
5)
Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan turunnya nilai aktiva lancar. Tujuan di atas akan dapat tercapai apabila modal kerja
perusahaan dapat dikelola secara baik dan benar sesuai dengan prinsip manajemen modal kerja.
17
e. Perhitungan Manajemen Modal Kerja Dalam penelitian Hofmann dan Kotzab (2010), manajemen modal kerja terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu dalam sudut pandang moneter (monetary-based) dan waktu (time-based): 1)
Working Capital Monetary-Based Sudut pandang monetary-based pada pengelolaan modal kerja melihat satuan monetary. Pengelolaan modal kerja memiliki berbagai perhitungan yang mendeskripsikan monetary-based, antara lain: a)
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital). Menurut Ross et al. (2010:28), perhitungan net working capital (NWC) adalah sebagai berikut: Net Working Capital (WCR) = Crrent Assets – Current Liability
b)
Kebutuhan
Modal
Kerja
(Working
Capital
Requirement-WCR) dan Net Liquid Balance-NLB. Shulman dan Cox (1985) membagi perhitungan net working capital menjadi working capital requirement (WCR) dan net liquid balance (NLB) untuk analisis evaluasi pengelolaan modal kerja dan kemampuan meningkatkan dan megalokasikan modal (capital). Hawawini et al. (1986) mengatakan evaluasi yang dilakukan
dengan
menggunakan
indikator
ini 18
menghasilkan analisis yag lebih baik dari pada indikator tradisional net working capital. Berikut adalah formula perhitungan WCR dan NLB (Chiou dkk., 2006:253): Working Capital Requirement (WCR) = [(account receivables + inventories) – (account payable + other payable)] Net Liquid Balance (NLB) = [(cash and cash equvalents + short-term investment) (short-erm debt + commercial paper payable + long-term debt a year term)] 2)
Working Capital Time-Based atau Cash Conversion Cycle Sudut pandang time-based pada pengelolaan modal kerja bertujuan untuk menghilangkan waktu yang tidak memberi nilai tambah. Perhitungan ini disebut juga cash conversion cycle (Emery dkk., 2007).
f. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) Konsep siklus kas diperkenalkan oleh Lawrence J. Gitman pada tahun 1974. Siklus konversi kas merupakan pengukuran dinamis terhadap manajemen likuiditas berjalan (Jose et al., 1996). Siklus konversi kas (cash conversion cycle) merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut kembali ketika 19
terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah diberikan (Hutchison et al., 2007). Perhitungan ini menyangkut bagaimana suatu perusahaan mengusahakan agar pengeluaran kas terpegunakan sesuai waktunya. Jika waktu yang digunakan lebih singkat maka semakin efisien dan begitu pula sebaliknya, karena jika perusahaan gagal untuk mengelola modal kerjanya maka perusaaan memerlukan pendanaan tambahan untuk dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya (Bhutto et al., 2011). Cash conversion cycle terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1) Periode Perputaran Piutang (Days of Sales Outstanding-DSO) Penjualan secara kredit merupakan hal yang umumnya dilakukan oleh perusahaan kepada pelanggannya utnuk memperbesar
volume
penjualan,
karena
mempermudah
pelanggan dalam melakukan pembayaran. Hasil penjualan tersebut tidak segera menghasilkan penerimaan kas, melainkan menimbulkan piutang terlebih dahulu sebelum jatuh tempo pelanggan melunasi pembayarannya. Semakin besar proporsi dan jumlah penjualan kredit maka akan meningkat pula piutang usaha perusahaan, dengan catatan bahwa pelanggan tidak mengubah kebiasaan mereka dalam melunasi piutang tesebut. Jumlah piutang dari perusahaan pada waktu tertentu dipengaruhi oleh faktor volume penjualan secara kredit dan
20
periode rata-rata antara penjualan dan pengumpulan piutang (Suad, 1997). Secara garis besar ada tiga tujuan perusahaan dalam mengelola
piutang,
yaitu
penjualan,
meningkatkan
untuk profit,
meningkatkan
volume
dan
dengan
bersaing
kompetitor (Ross, 2008). Periode perputaran piutang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari. DSO =
𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠/365
2) Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in InventoryDSI) Persediaan merupakan komponen dari aset lancar yang mungkin sangat diperhatikan oleh perusahaan manufaktur karena memiliki pengaruh terhadap laba perusahaan dan pada umumnya persediaan merupakan aset terbesar setelah harta. Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga pokok penjualan perhari. 21
DSI =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠 𝐶𝑂𝐺𝑆/365
3) Periode Perputaran Utang (Days of Payables OutstandingDPO) Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada supplier yang jadwal pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan juga pembayaran atas jasa tenaga kerja yang dilakukan setiap suatu periode tertentu juga (Uyar, 2009). Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari. DPO =
𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒
Dalam
𝐶𝑂𝐺𝑆/365
bentuk
persamaan
yang
paling
sederhana
menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk. (2001:492) cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai berikut: CCC = DSO + DSI – DPO Perusahaan harus mempersingkat periode CCC tanpa mengganggu operasional sehari-hari untuk meningkatkan profit. Tujuan dari manajemen modal kerja adalah cash conversion cycle yang singkat bahkan negatif, karena hasil CCC yang positif mengindikasikan jumlah hari perusahaan didanai oleh modal 22
mereka sendiri sebelum mereka menerima pembayaran dari hasil penjualan, sedangkan hasil CCC yang negatif mengindikasikan perusahaan telah menerima pelunasan piutang dari pelanggannya namun tagihan dari supplier perusahaan tempat mereka membeli bahan baku atau persediaan belum dibayarkan karena belum jatuh tempo pada waktunya (Hutchison dkk., 2007). Menurut Uyar (2009) siklus konversi kas dapat dipercepat dengan cara: 1)
Mengurangi periode konversi persediaan Hal ini dapat dilakukan dengan memperoses dan menjual barang secara lebih cepat. Manajer perusahaan harus memastikan bahwa sistem persediaan telah berjalan dengan efektif
dan
efisien
seperti
proses
pemesanan
dan
pengelolaan material. 2)
Mengurangi periode penerimaan piutang Manajer harus memastikan bahwa perusahaan sudah menjalankan prosedur terhadap piutang secara efektif sehingga dapat
mempercepat
proses penagihan dan
perusahaan tidak mengalami masalah likuiditas. Sebagai salah satu contoh perusahaan dapat menerapkan sistem diskon dalam jangka waktu tertentu agar pelanggan dapat dengan cepat membayar pelunasannya.
23
3)
Memperpanjang periode penangguhan utang usaha Perusahaan dianjurkan untuk berusaha memperlambat pembayaran yang dilakukan kepada supplier. Kemampuan perusahaan untuk lebih dulu melakukan penagihan kas dari piutang daripada melakukan pengeluaran kas untuk pembayaran
utang
merupakan
salah
satu
strategi
meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Padachi, 2006) 3. Dewan Komisaris Independen Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau lebih. Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000), dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari corporate governance yang memiliki tanggung jawab menjamin pelaksanaan strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen dalam
mengelola
perusahaan
serta
mewajibkan
terlaksananya
akuntabilitas. Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu
24
salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan. Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak menentukan jumlah komisaris independen, dalam Peraturan BapepamLK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurangkurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari dewan komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu: a. Berasal dari luar emten atau Perusahaan Publik. b. Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung. c. Tidak mempunyai hubungan sfiliasi dengan Komisaris, Direksi, dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik. d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung. Untuk menjamin pelaksanaan GCG diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum dan independen, serta tidak memiliki hubungan bisnis atau hubungan lain dengan pemegang saham mayoritas dan dewan direksi baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini dimaksudkan agar dewan komisaris independen dapat menjadi penyeimbang dalam pengambilan keputusan dewan komisaris dan mewakili kepentingan stakeholders 25
lainnya daripada kepentingan stakeholders mayoritas. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam RUPS. Namun seringkali dewan direksi lebih memiliki kekuatan dibanding dewan komisaris. Hal inilah yang menyebabkan independensi dari dewan komisaris menjadi sangat penting sebagai penyeimbang dari dewan direksi. Dalam melaksanakan tugasnya dewan komisaris bersama dewan direksi memiliki tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang, yaitu (KNKG, 2006): a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko. b. Tercapainya imbal hasil yang optimal bagi pemegang saham. c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar. d. Terlaksananya
suksesi
kepemimpinan
yang
wajar
demi
kesinambungan manajemen di semua lini organisasi. Penerapan corporate governance dapat dilihat salah satunya dari proporsi komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan komisaris yang ada dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Yeh et al. (2002) memperoleh hasil bahwa penerapan corporate governance
akan
mempengaruhi
melakukan penerapan
kinerja
perusahaan.
corporate governance
Dengan
yang baik akan
meningkatkan kinerja perusahaan dan mencegah terjadinya kecurangan oleh manajemen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang 26
dilakukan oleh Black et al. (2002) bahwa perusahaan dengan penerapan corporate governance yang baik akan memiliki kinerja operasional yang baik dibandingkan dengan perusahaan yang penerapan corporate governancenya kurang baik. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menyatakan bahwa corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap siklus konversi kas. Dimana siklus konversi kas termasuk bagian dari kinerja perusahaan apakah perusahaan dapat mengelola modalnya dengan efisien atau tidak. Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) bahwa jumlah komisaris dan proporsi komisaris independen yang ada dalam perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Achchuthan dan Kajananthan (2013) mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan sebagai proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja yang salah satu proksinya juga merupakan cash conversion cycle, kecuali untuk proksi struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen modal kerja.
27
4. Komite Audit Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No IX.I.5, Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan bahwa Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku, serta melakukan tindak lanjut atas temuan hasil audit yang dilaksanakan manajemen. Selain itu Komite Audit juga terlibat dalam pemrosesan calon auditor eksternal beserta imbalan jasanya untuk kemudian disampaikan kepala Dewan Komisaris. Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut: a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya. b. Melakukan
penelaahan
atas
ketaatan
perusahaan
terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan
28
peraturan perundangan-undangan lainnnya yang berhubungan dengan kegiatan peusahaan. c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal. d. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadai perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi. e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atan Perusahaan Publik f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi perusahaan Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang diperlukan. b. Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan karyawan, dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan eksternal audit serta manajemen risiko. c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan
untuk
membantu
pelaksanaan
tugasnya
(jika
diperlukan). d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris. Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite 29
pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal. 5. Ukuran Perusahaan Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313) adalah “besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan atau total aktiva.” Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, dan ekuitas total utang dan ukuran perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif (Odgen, 1987 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar aktiva suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).
30
Ukuran perusahaan berbeda akan memiliki modal kerja yang berbeda pula. Perusahaan besar dapat mengambil keuntungan dari tersedianya sumber daya yang lain ketika perusahaan sedang mengalami kekurangan kas ataupun kesulitan dalam proses penagihan piutang. Sedangkan perusahaan kecil akan lebih rentan dengan kegagalan penagihan piutangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas, artinya semakin besar suatu perusahaan maka periode siklus konversi kasnya semakin singkat. Menurut mempengaruhi
Eljelly likuiditas,
(2004), CCC,
ukuran dan
perusahaan
profitabilitas
akan
perusahaan.
Perusahaan besar akan lebih memiliki keuntungan dalam pembelian persediaan, mendapatkan pinjaman dari kreditor, dan pengumpulan piutang
pelanggan
yang
akan
meningkatkan
likuiditas
dan
mempersingkat periode siklus konversi kas dibandingkan perusahaan kecil.
31
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid, 2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle). 1. Proporsi Komisaris Independen dengan Siklus Konversi Kas Pada penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) menemukan bukti empiris bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle. Achchuthan dan Kajananthan (2013) mendapatkan bukti empiris bahwa proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi periode cash conversion cycle. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha₁
:Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle).
2. Ukuran Komite Audit dengan Siklus Konversi Kas Penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Biger (2013) menemukan bukti empiris bahwa komite audit mempengaruhi siklus konversi kas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan John dkk (2015:87) menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap siklus konversi kas. Achchuthan 32
dan Kajananthan (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa praktik corporate governance yang diproksikan salah satunya adalah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang diproksikan cash conversion cycle. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha₂
:Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)
3. Ukuran Perusahaan dengan Siklus Konversi Kas Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan Selanjutnya
terhadap menurut
panjangnya
periode
siklus
Eljelly (2004) ukuran
konversi
perusahaan
kas. akan
mempengaruhi periode siklus konversi kas. Penelitian Edman dan Ita (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan cash conversion cycle. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Muneeb dan Kashif (2012) dimana perusahaan besar lebih efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih singkat. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha₃
:Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle)
33
4. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Siklus Konversi Kas Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua variabel independen yaitu proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
ukuran
perusahaan
secara
simultan
atau
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu siklus konversi kas, sehingga diajukan hipotesis sebagai berikut: Ha₄
:Proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan
ukuran perusahaan berpengaruh simultan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle) C. Penelitian Sebelumnya Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
34
Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
1
Farrah Wahieda Kasiran, Noredi Azhar Mohamad, dan Othman Chin (2016)
Working Capital Management Efficiency: A Study on the Small Medium Enterprise in Malaysia.
2
John Obradovich, Amarjit Gill, dan Nahum Biger (2015)
The Impact of Independent Directors on the Cash Conversion Cycle of American Manufacturing Firms.
3
Seno Teguh dan Catur Rahayu M (2015)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Working Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) Bersambung pada halaman selanjutnya
Metodologi Penelitian Persamaan Variabel independen firm size. Variabel dependen cash conversion cycle
Variabel independen komisaris independen dan komite audit. Variabel dependen CCC Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen firm size
Perbedaan Perhitungan Firm Size diproksikan dengan Ln Total Aset.
Hasil Penelitian
Perusahaan kecil kurang efisien dibandingkan dengan perusahaan besar dalam mengelola modal kerjanya termasuk cash conversion cycle (CCC). Variabel independen Dewan Komisaris CEO duality, CEO Independen, CEO tenure dan komite. audit Duality, CEO Tenure, Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Cash Conversion Cycle. Variabel independen Cash conversion cycle, operating cash flow, operating cash flow, profitability, leverage, profitability, leverage, gross domestic, dan gross domestic, dan inflation inflation berpengaruh signifikan terhadap working capital, sedangkan firm size
35
No
Nama Peneliti (Tahun)
4
Amarjit S. Gill dan Nahum Biger (2013)
5
Achchuthan S dan Kajananthan R (2013)
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metodologi Penelitian Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
The impact of corporate governance on working capital management efficiency of American manufacturing firms Corporate governance practices and working capital management efficiency: special reference to listed manufacturing companies in Srilanka
Hasil Penelitian
tidak berpengaruh signifikan terhadap working capital. Variabel dependen Variabel independen CEO CEO Tenure, CEO cash conversion tenure dan CEO duality. Duality, board size, dan cycle. Board size diproksikan komite audit Variabel independen dengan Ln total aset. berpengaruh terhadap board size dan working capital komite audit management termasuk siklus koversi kas. Variabel dependen cash conversion cycle. Variabel independen proporsi komisaris independen dan komite audit.
Variabel independen jumlah kehadiran rapat dan struktur kepemimpinan dewan.
Proporsi dewan komisaris, komite audit dan jumlah kehadiran rapat tidak berpengaruh signifikan terhadap working capital management, sedangkan struktur kepemimpinan dewan berpengaruh signifikan terhadap working capital management termasuk siklus konversi kas.
Bersambung pada halaman selanjutnya 36
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metodologi Penelitian Nama Peneliti Judul No (Tahun) Penelitian Persamaan Perbedaan 6 Henry Kuruga Karani The Effect of Variabel dependen Variabel independen (2013) Corporate proksi cash corporate governance Governance on conversion cycle Working Capital of Manufacturing Firms 7 Muneeb Ahmad Attari The Optimal Variabel dependen Variabel independen dan Kashif Raza (2012) Relationship of Cash cash conversion profitability. Conversion Cycle cycle. Firm size diproksikan with Firm Size and Variabel dengan Ln total aset. Profitability independen Firm size. 8 Amarjit Gill (2011) Factors that Variabel dependen Variabel independen influence working working capital operating cycle, ROA, capial requirements (cash conversion firm growth, dan in Canada cycle). Variabel intenationalozation of independen firm firm size 9 Moch. Edman Syarief Cash conversion Variabel dependen Variabel independen dan Ita Prihatining cycle dan cash conversion profitabilitas dan Wilujeng (2009) hubungannya dengan cycle. manajemen modal ukuran perusahaan, Variabel kerja. profitabilitas dan independen ukuran manajemen modal perusahaan. kerja Sumber : Diolah dari berbagai referensi
Hasil Penelitian corporate governance berpengaruh terhadap working capital
Firm size dan profitability berhubungan negatif dengan cash conversion cycle Operating cycle, ROA, internationalozation of firm, firm’s growth, dan firm size berpengaruh signifikan terhadap working capital Ukuran perusahaan dan manajemen modal kerja berhubungan signifikan dengan CCC, profitabilitas tidak berhubungan signifikan dengan CCC
37
D. Kerangka Pemikiran Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran merupakan sintesa dan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan yang diduga dapat mempengaruhi periode siklus konversi kas (cash conversion cycle). Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
38
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Pengelolaan modal kerja yang kurang efisien
Skandal bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar Basis Teori : Teori Agensi (Agency Theory)
Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
Variabel Independen
Variabel Dependen
Proporsi Komisaris Independen Ukuran Komite Audit
Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
Ukuran Perusahaan
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap periode siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013, 2014, dan 2015. Namun, objek penelitian ini peneliti batasi yaitu pada Industri Barang Konsumsi. Jenis data yang dikumpulkan mencakup data laporan tahunan selama periode penelitian yaitu 2013 sampai 2015 yang didapat dari website www.idx.com. B. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode observasi
2013 sampai 2015. Peneliti
mengumpulkan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2013-2015. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak
acak
yang
informasinya
diperoleh
dengan
menggunakan
pertimbangan tertentu. Teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan 40
dengan cara memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan pada informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati 2010:50). Metode purposive sampling
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan. 2. Perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. 3. Perusahaan manufaktur pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI yang laporan keuangannya telah diaudit dan menyediakan informasi keuangan lengkap. 4. Perusahaan memiliki data lengkap terkait dengan dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu annual report untuk tahun 2013, 2014, dan 2015. Annual report digunakan karena pada annual report terdapat sumber informasi yang dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya asimetri informasi. Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data 41
penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen
untuk
menghasilkan
deskripsi
obyektif
dan
sistematik
(Indriantoro dalam Istanti, 2009). Content analysis dilakukan dengan cara membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel dan memberi kode informasi yang terkandung di dalamnya. D. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 22. Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda karena variabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel. Metode analisis regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji statistik. 1. Statistik Deskriptif Ghozali
(2013)
menyatakan
bahwa
statistik
deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data 42
sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis. 2. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah persamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini terdiri dari: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yakni dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013). b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel independen lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel 43
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013) Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance di bawah 0,01 atau nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2013). c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi, sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung
situasi
heteroskedastisitas
karena
data
ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran baik ukuran kecil, sedang maupun besar (Ghozali, 2013). 44
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung memengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013). 3. Analisis Regresi Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier. Analisis regresi berganda merupakan eksistensi dari modal regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan 45
atas lima variabel dengan menggunakan rumus persamaan matematis seperti di bawah ini: Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + ɛ Dimana: Y
= Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)
α
= Konstanta (tetap)
β₁-β₅
= Koefisien variabel independen, apabila nilai β positif maka akan terjadi kenaikan pada variabel dependen (Y), jika nilai β negatif akan terjadi penurunan pada variabel dependen (Y)
X₁
= Proporsi dewan komisaris
X₂
= Jumlah komite audit
X₃
= Ukuran perusahaan
ɛ
= Kesalahan baku/error
4. Uji Statistik a.Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen yang menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati
satu
berarti
variabel-variabel
independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk 46
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan. Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen ditambah, R² akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai adjusted R² untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R² mampu naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien determinasi (R²), nilai adjusted R² juga berkisar antara nol dan satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya (Ghozali, 2013). b.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila nilai signifikansi > 0,05 maka
47
Ha ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima (Ghozali, 2013). c.Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statisti t) Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini pada dasarnya untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh atau variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis Ha diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari 0,05) dan hipotesis Ha ditolak apabila tingkat signifikansi > 5%. E. Operasional Variabel Penelitian Data dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini akan diuraikan definisi mengenai variabel yang digunakan beserta dengan dimensi, operasional, indikator dan skala pengukurannya. 1. Variabel Dependen (Terikat) Dalam penelitian ini, peneliti mengambil management working capital yang menggunakan cash conversion cycle (CCC) sebagai variabel dependen. Siklus konversi kas (cash conversion cycle) merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengelola kas sebagai modal kerja sebelum nantinya kas tersebut kembali ketika terjadi pembayaran oleh pelanggan atas barang atau 48
jasa yang telah diberikan (Hutchison dkk., 2007). Cash conversion cycle terdiri dari tiga siklus utama yaitu Days of Sales Outstanding, Days os Sales in Inventory, dan Days of Payables Outstanding. a.
Periode Perputaran Piutang (Days os Sales Outstanding-DSO) Periode perputaran piutang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah menjadi penjualan. Periode ini dihitung dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan kredit perhari. DSO =
b.
𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠/365
Periode Perputaran Persediaan (Days of Sales in Inventory-DSI) Periode perputaran persediaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin rendah periode konversi persediaan semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Periode ini dihitung dengan membagi persediaan dengan harga pokok penjualan perhari. DSI =
c.
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠 𝐶𝑂𝐺𝑆/365
Periode Perputaran Utang (Days of Payables Outstanding-DPO) Periode penangguhan utang adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja serta pembayarannya. Periode ini dihitung dengan membagi jumlah utang lancar dengan jumlah harga pokok penjualan perhari. 49
DPO =
𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐶𝑂𝐺𝑆/365
Dalam
bentuk
persamaan
yang
paling
sederhana
menggabungkan tiga komponen di atas, dimana semuanya terukur dalam satuan hari, sebagaimana yang dituliskan oleh Keown, dkk. (2001:492) cash conversion cycle dihitung dengan rumus sebagai berikut: CCC = DSO + DSI – DPO Keterangan: CCC = Cash Conversion Cycle DSO
= Days of Sales Outstanding
DSI
= Days os Sales in Inventory
DPO
= Days of Payables Oustanding
2. Variabel Independen (Bebas) Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun secara negatif. Jika terdapat variabel dependen maka variabel independen juga harus hadir, dan di setiap unit kenaikan dalam variabel independen maka akan terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari proporsi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan ukuran perusahaan.
Tujuan
peneliti
adalah
untuk
menjelaskan
dan
memprediksi apakah dewan komisaris independen, jumlah komite 50
audit, dan ukuran perusahaan mempengaruhi atau tidak mempengaruhi periode cash conversion cycle pada perusahaan. Variabel independen dapat secara umum dipaparkan sebagai berikut: a. Proporsi Dewan Komisaris Independen Proporsi dewan komisaris independen didefiniskan sebagai bagian atau isi dari dewan komisaris yang berada di perusahaan. Proporsi dari dewan komisaris independen meliputi tentang banyaknya dewan komisaris independen dibandingkan dengan total dewan komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel (Boediono, 2005). Proporsi dewan komisaris diukur dengan cara: Keberadaan Dewan Komisaris Independen =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
b. Ukuran Komite Audit Ukuran komite audit merupakan jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan sampel. Komite audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Pertimbangan anggota komite audit berjumlah lebih dari satu orang disebabkan agar antar anggota komite audit dapat saling bertukar pikiran dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam membantu dewan komisaris (Tifani Vota, 2010). Dipimpin oleh seorang komisaris independen. Seperti komite pada umumnya, komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, komite audit 51
beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota komite audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal. Skala yang digunakan adalah skala rasio (Rina, 2008). c. Ukuran Perusahaan Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai total penjualan, atau nilai total aktiva (Riyanto, 1999). Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil point b, menjelaskan bahwa “perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan kelompok usaha kecil”. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas satu milyar rupiah dapat dikelompokkan ke dalam industri menengah dan besar. Semakin besar suatu perusahaan semakin kompleks dalam pengelolaan modal kerjanya. Maka di dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada pendapat Riyanto (1999) dan juga mengacu pada undang-undang No.9 tahun 1995, dimana ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total penjualan (LnTR)
52
Berdasarkan penjelasan di atas, maka operasional variabel penelitian dapat disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel
Indikator
Skala
Cash conversion cycle (CCC) (Keown et al., 2001)
CCC = DSO + DSI – DPO
Rasio
Proporsi komisaris independen (Boediono, 2005)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Rasio
Ukuran komite audit (Rina, 2008)
Jumlah Anggota Komite Audit
Rasio
Ukuran perusahaan (Riyanto, 1999)
Logaritma natural Total Revenue
Rasio
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2013-2015. Perusahaan industri barang konsumsi tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Peneliti memilih sektor industri barang konsumsi karena untuk menghindari industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara sektor industri yang satu dengan yang lain. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 3 tahun yaitu 2013, 2014 dan 2015. 2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
tiga
periode
pengamatan dan pemilihan sampel dari populasi menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Metode purposive sampling
dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
54
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel No
Kriteria
1
Total perusahaan industri barang konsumsi yang listing di BEI 2013-2015 Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar secara berturut-turut di BEI selama periode 2013-2015 Perusahaan industri barang konsumsi yang laporan keuangannya telah diaudit dan menyediakan informasi keuangan lengkap Perusahaan memiliki data lengkap terkait dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria. Tahun pengamatan Jumlah Jumlah data outlier Jumlah sampel penelitian
2
3
4
Pelanggaran Kriteria
Jumlah 38
(3)
35
-
35
(2)
33
33 3 99 (2) 97
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa total perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI berjumlah 38. Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel hanya ada 33 perusahaan industri barang konsumsi yang masuk dalam kriteria sampel. Periode pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2013, 2014 dan 2015. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 99 data laporan tahunan perusahaan industri barang konsumsi, selanjutnya dikarenakan adanya data outlier maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 97 data laporan tahunan perusahaan industri barang 55
konsumsi. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2013). B. Analisis dan Pembahasan Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan model regresi berganda. Tujuannya adalah memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (proporsi dewan komisaris independen, efektivitas komite audit, dan ukuran perusahaan) terhadap variabel dependen yaitu siklus konversi kas (cash conversion cycle). 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Uji data statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013). Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata) dan standar deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan terhadap perusahaan sampel. Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil
56
pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan mean (rata-rata) menunjukan nilai rata-rata dari masing-masing variabel. Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel secara keseluruhan. Tabel 4.2 Statistik Deskripif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CCC
97
-25,271
650,412
132,94303
100,388347
KOM
97
,200
,800
,40500
,112455
AUDIT
97
2,0
6,0
3,072
,4620
SALES
97
25,242
32,120
28,59630
1,687191
Valid N (listwise)
97
Sumber : Data diolah (Output SPSS 22) Tabel 4.2 di atas merupakan hasil statistik deskriptif dari data-data yang dikumpulkan yang menunjukan bahwa variabel dependen yaitu siklus konversi kas atau cash conversion cycle (CCC) memiliki nilai minimum sebesar -25, 271 yang diperoleh dari Indofarma Tbk pada tahun 2015 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 650,412 diperoleh dari Merck Sharp Dohme Pharma Tbk pada tahun 2013. Nilai rata-rata siklus konversi kas sebesar 132,943. Hal ini menunjukkan rata-rata perusahaan industri barang konsumsi dalam mengelola kasnya adalah selama 132,94 hari dan standar deviasinya adalah sebesar 100,388347. Variabel proporsi komisaris independen (KOM) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,20 yang diperoleh dari Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2014 dan nilai maksimumnya sebesar 0,80 diperoleh dari Bentoel International Investama Tbk pada tahun 2015 dan 57
Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2013 dan 2014. Hal ini berarti dalam perusahaan sampel paling kecil ada sebesar 20% dari total jumlah dewan komisaris dan paling besar aadalah sebesar 80% dari total dewan komisaris. Rata-rata variabel
proporsi komisaris
independen adalah sebesar 0,405. Hal ini berarti rata-rata proporsi komisaris independen di industri barang konsumsi telah memenuhi ketentuan mengenai dewan komisaris independen diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No:Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Berdasarkan peraturan tersebut, perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia harus memiliki komisaris independen yang jumlahnya sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris. Sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 0,112455. Variabel ukuran komite audit (AUDIT) memiliki nilai minimum sebesar 2 yang diperoleh dari Martina Berto Tbk pada tahun 2013, 2014 dan 2015, Indofarma Tbk pada tahun 2016, dan Mustika Ratu Tbk pada tahun 2016. Sedangkan nilai maksimum sebesar 6 yang diperoleh dari Indofarma Tbk pada tahun 2013. Nilai rata-rata ukuran komite audit sebesar 0,3072 artinya rata-rata jumlah anggota komite audit di perusahaan industri barang konsumsi yang ada di Indonesia terdiri dari 3 anggota dan standar deviasinya sebesar 0,4620.
58
Variabel ukuran perusahaan (SALES) memiliki nilai minimum sebesar 25,24 yng diperoleh dari Kedaung Indag Can Tbk pada tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum sebesar 32,12 diperoleh dari Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada tahun 2015. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 28,59 dan standar deviasi sebesar 1,6871. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan alat uji non-parametic Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pengambilan keputusan dalam uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel tidak terdistribusi secara nornal dan menolak H0. Sebaliknya jika angka probabilitas lebih dari 0,05 berarti data terdistribusi secara normal dan menolak HA. Adapun hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel 4.3
59
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
99
Normal Parameters
Mean a,b
Std. Deviation
,0000000 93,83495374
Most Extreme
Absolute
,091
Differences
Positive
,091
Negative
-,063
Test Statistic
,091
Asymp. Sig. (2-tailed)
,043
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Sumber : Data diolah (Output SPSS 22) Tabel di atas menunjukan hasil perhitungan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test yang memiliki probabilitas tingkat signifikansi 0,043 dibawah nilai tingkat signifikansi kepercayaan 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak atau variabel proporsi komisaris independen (KOM), ukuran komite audit (AUDIT), ukuran perusahaan (SIZE), dan Siklus Konversi Kas (CCC) tidak terdistribusi secara normal. Untuk data mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid maka dilakukan pengurangan data yang memiliki nilai ekstrim sebagai data outlier. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah 60
variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2013). Terdapat dua data outlier dari variabel proporsi komisaris independen (KOM) yang dikurangkan. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian berkurang menjadi 97 (99-2) sampel. Hasil uji normalitas setelah pengurangan data outlier dapat dilihat dalam tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas(One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) Setelah Pengurangan Data Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
97
Normal Parameters
Mean a,b
Std. Deviation
,0000000 93,78747019
Most Extreme
Absolute
,090
Differences
Positive
,090
Negative
-,051
Test Statistic
,090
Asymp. Sig. (2-tailed)
,053
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Sumber : Data diolah (Output SPSS 22) Tabel di atas menunjukan hasil perhitungan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test setelah pengurangan data outlier yang terdapat nilai ekstrim memiliki probabilitas tingkat signifikansi di atas kepercayaan α = 0,05 yaitu 0,053. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
61
b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
bebas
(independen). Model regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF) dalam Collinearity Statistics. Hasil uji multikolinieritas terdapat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) KOM
,829
1,206
AUDIT
,991
1,009
SALES
,831
1,204
a. Dependent Variable: CCC Sumber : Data diolah (Output SPSS 22) Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolinieritas 0,95. (Ghozali, 2013). Selanjutnya dengan melihat nilai VIF, jika tidak terdapat nilai VIF yang lebih dari 10 menunjukan bahwa antar variabel independen dalam model regresi
tidak
terdapat
multikolinieritas.
Tabel
berikut
ini
menunjukan ringkasan dari hasil uji multikolinieritas. 62
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Variabel Independen Kesimpulan Tolerance VIF Proporsi Dewan Komisaris 0,829 1,206 Tidak ada multikolinieritas Independen Ukuran Komite Audit 0,991 1,009 Tidak ada multikolinieritas Ukuran Perusahaan 0,831 1,204 Tidak ada multikolinieritas Sumber : Data diolah Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF juga menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan
data
crossection
mengandung
situasi
yang
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun berbagai data yang memiliki semua ukuran baik kecil, sedang, maupun besar Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji Glejser dan grafik scatterplot.
63
Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas titiktitik yang terdapat pada grafik scatterplot akan terlihat menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y Uji Glejser dilakukan untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolute residualnya lebih dari tingkat signifikansi 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.1 Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot
64
Hasil uji heterokedastisitas dengan Uji Glejser dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Uji Glejser Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1
233,114
112,185
39,526
59,950
AUDIT
,410
SALES
-6,247
(Constant) KOM
Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
2,078
,040
,074
,659
,511
13,342
,003
,031
,976
3,992
-,176
-1,565
,121
a. Dependent Variable: ABS_RES Sumber : Data Diolah (output SPSS 22) Jika variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen dengan tingkat kepercayaan di bawah 5% berarti ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji Glejser dapt dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Independen Sig Keterangan Proporsi Komisaris Independen 0,511 Tidak ada heteroskedastisitas Ukuran Komite Audit 0,976 Tidak ada heteroskedastisitas Ukuran Perusahaan 0,121 Tidak ada heteroskedastisitas Sumber : Data Diolah Hasil perhitungan heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser pada tabel mengindikasikan nilai probabilitas signifikansinya di atas 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi
yang
digunakan
tidak
terdapat
adanya
heteroskedastisitas. 65
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R ,357
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,127
,099
Durbin-Watson
95,288165
1,773
a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT b. Dependent Variable: CCC Sumber : Data diolah (output SPSS 22) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DU adalah 1,732 sementara nilai DW adalah 1,773 lebih besar dari batas DU dan kurang dari (4 – DU) / (4 - 1,732) = 2,268. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif. DU < DW < (4 - DU) = 1732 < 1773 < 2,268 3. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apabila nilai koefisien determinasi mendekati satu, maka variabel independen 66
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variabel dependen.Koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Adjusted R Model
R
1
R Square ,357
a
Square
,127
,099
Std. Error of the Estimate 95,288165
a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT b. Dependent Variable: CCC Sumber : Data diolah (output SPSS 22) Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,099 atau
9,9%. Variabel dependen siklus konversi kas (CCC) dapat
dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel independen. Variabel independen tersebut adalah proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya 91,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini seperti efektivitas dewan komisaris, kepemilikan intitusional, transaksi hubungan istimewa, leverage (Debora, 2012), profitabilitas (Edman & Ita, 2009), firm growth (Gill, 2011), dan operating cash flow (Seno & Catur, 2015) 4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F menunjukkan semua variabel independen yang ada dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan
67
terhadap variabel dependen. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. Nilai F diturunkan dari tabel ANOVA yang dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikansi Simultan a
ANOVA Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
123046,134
3
41015,378
Residual
844424,598
93
9079,834
Total
967470,733
96
F 4,517
Sig. ,005
b
a. Dependent Variable: CCC b. Predictors: (Constant), SALES, AUDIT, KOM Berdasarkan tabel 4.11 dapat diperoleh F hitung sebesar 4,517 yang mana lebih besar dari F tabel (2,47). Hasil uji signifikansi sebesar 0,005 < 0,05, berarti proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap siklus konversi kas. b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variabelvariabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi signifikan
68
dan Ha diterima. Apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka koefisien regresi tidak signifikan dan Ha ditolak. Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
701,260
177,758
-21,703
94,992
AUDIT
9,783
SALES
-20,617
KOM
Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
3,945
,000
-,024
-,228
,820
21,141
,045
,463
,645
6,325
-,347
-3,260
,002
Pada tabel 4.12 terlihat bahwa variabel independen proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (variabel dependen) yaitu sebesar 0,820 dan 0,645 (karena lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 atau 5%), sedangkan variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas yaitu sebesar 0,002 (lebih kecil dari 0,05). Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hasil dari tabel 4.12 1) Pengaruh
Proporsi
Komisaris
Independen
(KOM)
terhadap Siklus Konversi Kas (CCC) Proporsi komisaris independen yang dilambangkan dengan KOM berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar 0,228 dan tingkat signifikansi 0,820 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel proporsi komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan 69
terhadap siklus konversi kas (CCC) pada perusahaan manufaktur industri barang konsumsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan (2013) bahwa proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi periode cash conversion cycle. Hal ini disebabkan komisaris independen yang dimiliki perusahaan hanya sebatas pemenuhan regulasi dan masih terdapat dewan komisaris yang hanya independent in appearance tidak independent in mind sehingga proporsi komisaris independen yang semakin besar pun belum tentu mengawasi manajemen dengan baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh John et al. (2015:87) bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap cash conversion cycle. Hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak. 2) Pengaruh Ukuran Komite Audit (AUDIT) terhadap Siklus Konversi Kas (CCC) Ukuran komite audit yang dilambangkan dengan AUDIT berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar 0,463 dan tingkat signifikansi 0,645 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel ukuran komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap siklus konversi kas (CCC) pada perusahaan manufaktur industri 70
barang konsumsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan (2013) dalam penelitiannya
mengemukakan
bahwa
praktik
corporate
governance yang diproksikan salah satunya adalah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen modal kerja yang diproksikan cash conversion cycle. Ini disebabkan pengawasan komite audit masih kurang terhadap manajemen terutama dalam pengelolaan kas perlu ditingkatkan, selain itu jumlah komite audit yang sedikit belum tentu lebih efisien dalam kinerjanya dibandingkan yang memiliki banyak komite audit karena kurangnya keberagaman pengalaman anggota. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan Gill dan Biger (2013) dan John et al. (2015) menemukan bukti empiris bahwa komite audit mempengaruhi siklus konversi kas. Hipotesis 2 dalam penelitian ini ditolak. 3) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SALES) terhadap Siklus Konversi Kas (CCC) Ukuran perusahaan yang dilambangkan dengan SALES berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar -3,260 dan tingkat signifikansi 0,002 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini menyimpulkan
bahwa
secara
parsial
variabel
ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap siklus
71
konversi kas (CCC) pada perusahaan manufaktur industri barang konsumsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Moss dan Stine (1993), Eljelly (2004), Edman dan Ita (2009) dan Muneeb dan Kashif (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap panjangnya periode siklus konversi kas. Hal ini berarti bahwa jangka waktu cash conversion cycle yang pendek dimiliki oleh perusahaan yang besar, sementara perusahaan kecil, memiliki jangka waktu cash conversion cycle yang lebih panjang. Dimana perusahaan besar lebih efisien dalam mengelola manajemen modal kerjanya yang mengakibatkan siklus konversi kasnya pun lebih singkat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hipotesis 3 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 4.13 maka persamaan regresi adalah sebagai berikut: CCC = 701,260– 21,703KOM + 9,783AUDIT – 20,617SALES + ɛ
No 1 2 3
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Hasil Proporsi Komisaris Independen Tidak Berpengaruh Signifikan Ukuran Komite Audit Tidak Berpengaruh Signifikan Ukuran Perusahaan Berpengaruh Signifikan
72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menguji mengenai pengaruh proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle) perusahaan industri barang konsumsi pada tahun 2013 sampai 2015. Analisis pengaruh yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 22. Data sampel yang digunakan sebanyak 97 perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013 sampai 2015. Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan perusahaan industri barang konsumsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan (2013). 2. Ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan perusahaan industri barang konsumsi. Hasil penelitian ini sejalan
73
dengan penelitian yang dilakukan oleh Achchuthan dan Kajananthan (2013). 3. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle) dalam laporan tahunan perusahaan industri barang konsumsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moss dan Stine (1993), Eljelly (2004), Edman dan Ita (2009) dan Muneeb dan Kashif (2012) 4. Proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap siklus konversi kas (cash conversion cycle). B. Saran Penelitian mengenai siklus konversi kas (cash conversion cycle) di masa mendatang diharapkan dapat mempertimbangkan saran berikut ini: 1. Penelitian selanjutnya agar menambahkan jenis perusahaan dari sektor lain sebagai pembanding dan menggunakan periode penelitian lebih dari 3 tahun agar hasil penelitian lebih akurat. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti efektivitas dewan komisaris, kepemilikan intitusional, transaksi hubungan istimewa, leverage, profitabilitas, likuiditas, sales growth, dan operating cash flow.
74
DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid, “Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, Jakarta, 2012. Achchuthan, S. dan R. Kajananthan, “Corporate Governance Practices and Working Capital Management Efficiency: Special Reference to Listed Manufacturing Companies in Srilanka”, Vol. 1 No 1, International Journal of Business and Management Review, 2013. Arief
Sugiono dan Ishak, “Akuntansi: Informasi Keputusan”, Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 2015.
dalam
Pengambilan
Bambang Riyanto,“Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE. 1995. Bambang Riyanto,“Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat Cetakan Keenam. Yogyakarta: BPFE. 1999. Beny Benardi dan Y. Minarnita, “Mengukur Cash Conversion Cycle Perusahaan Terbuka Operator Telekomunikasi Seluler di Indonesia dalam Ketrkaitannya dengan Kinerja Pengelolaan Modal Kerja”, Vol. 3 No.1, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Universitas Mercu Buana, 2012. Bhutto, N. A., A. Ghulam dan M. S. Syed, “Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size, Working Capital Approaches and Firms Profitability: A Case of Pakistan Industries”, 2011. Black, B. S., Jang, H., Kim, W. dan Mark, J. “Does Corporate Governace Affect Firm Value? Evidence from Korea”, Standford Law School, 2002. Brigham, E. F. dan J.F. Houston, “Fundamentals of Financial Management”, 10th Edition, Thomson-South Western, United Stated of America, 2004. Chiou, J., Cheng, L., dan Wu, H. W. “The Determinants of Working Capital Management”. Journal of American Academy of Business, 10(1), 149 155. 2006 Chrisman, J.J., Chua, J.H., Steier, L.P., Wright, M. dan McKnee, D.N.,”An Agency Theoretic Analysis of Value Creation Through Management Buy Outs of Family Firms”,Journal of Family Business Strategy, Vol. 3, 2012. Deelof, M., “Does Working Capital Management Affect Profitability of Bergian Firm?”, Journal of American Academy of Business, 2003.
75
Edman M. dan Ita Prihatining, “Cash Conversion Cycle dan Hubungannya dengan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Manajemen Modal Kerja”, 14th No. 1, Jurnal Ekonomi Bisnis, 2009. Eljelly, A., “Liquidity-Profitability Tradeoff: An Empirical Investigation in An Emerging Market”, International Journal of Commerce and Management, 2004. Emery, Douglas, R., John, D. Finnerty, dan John, D. Stowe, “Corporate Financial Management”. Third Edition (International Edition). New Jersey: Prentice Hall. 2007 Gill, Amarjit dan Biger, Nahum, “The Impact of Corporate Governance on Working Capital Management Efficiency of American Manufacturing Firms”, Vol. 39 No. 2, Journal of Managerial Finance, 2013. Gill, Amarjit, “Factors that Influence Working Capital Requirements in Canada”, Vol. 1, Economics and Finance Review, 2011. Gitman, L.J., “Estimating Corporate Liquidity Requirements: a Simplified Approach”. Finance Review. Vol. 9. No 3. Pp. 79 – 88. 1974 Godfrey, J., A. Hodgson, A. Tarca, J. Hamilton, dan S. Holmes, “Accounting Theory”, 7th Edition, John Wiley & Scons, Inc, 2010. Hawawini, G., P. Viallet dan A. Vora, “Industry Influence on Corporate Working Capital Decision”. Sloan Management Review, 27 (4), 15-24. 1986 Hilmi Utara dan Syaiful Ali, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006)”, Jurnal Akuntansi Keuangan. 2008 Hofmann, E. dan Kotzab, H., “A Supply Chain-Oriented Approach of Working Capital Management”. Journal of Business Logistics, Vol. 31, No. 2, pp. 305-330. 2010. Hutchison, P. D., Farris II, M. T. dan Anders, S. B. “Cash-to-cash analysis and management”, The CPA Journal, Vol. 77 No. 8, pp. 42-47. 2007. Imam Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariate Debfab Program SPSS”, Edisi 7 Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013. Iva Martha dan Indira Januarti,“Pengaruh Siklus Konversi Kas terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011”, Vol. 2 No. 2, Diponegoro Journal of Accounting, 2013.
76
Jensen, Michael, C. dan William, H. Meckling,”Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, 1976. Joko Pramono dan Khatimah Husnul, “Pengaruh Waktu dan Jenis Industri pada Strategi Manajemen Modal Kerja Survey pada Industri Otomotif, Garment, dan Makanan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Universitas Islam Bekasi, Bekasi, 2007. Jose, M.L., Lancaster, C. dan Stevens, J.L.,” Corporate retuns and cash conversion cycle”. Journal of Economic and Finance, Vol. 20 No. 1,pp. 33-46. 1996 Karina Adisti, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kebutuhan Modal Kerja”, Tesis Program Magister Manajemen Universitas Indonesia, Jakarta, 2012. Kasiran, Farrah, M. Noredi dan Chin, Othman, “Working Capital Magement Efficiency: A Study on the Small Medium Enterprise in Malaysia”, 7th, International Economics & Business Management Conference, Malaysia, 2016.. Kuruga, Henry, “The Effect of Corporate Governance on Working Capital of Manufacturing Firms Listed at The Nairobi Securities Exchange”, Department of Finance and Accounting, University of Nairobi, 2013. Magreta dan Popy Nurmayanti. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediks Peringkat Obligasi Ditinjau dari faktor Akuntansi dan Non-Akuntansi”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No 3, Desember 2009, Hal 143-154. 2009. Moss, J. dan Stine, B., “Cash Conversion Cycle and Firm Size: A Study of Retail Firm”, Vol. 19 No. 8, Managerial Finance, 1993. Muneeb dan Kashif, “The Optimal Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability”, Vol. 2 No. 4, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 2012. Obradovich, John, Amarjit, Gill dan Nahum, Biger,“The Impact of Independent Directors on the Cash Conversion Cycle of American Manufacturig Firms”, Vol. 7 No. 1, International Journal of Economics and Finance, Canada, 2015. Ogden, J.P., “Determinants of the Relative Interest Rate Sensitivities of Corporate Bonds”. Financial Management 16 (1). 1987
77
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nomor IX.I.5 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Ross, S. A., Westerfield, R. W. dan Jafee, J., “Corporate Finance”, 9th Edition, McGraw-Hill, Singapore, 2010. Seno, Kuncoro dan M. Catur, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Working Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia”, Vol. 2 No. 1, Jurnal Manajemen Trisakti, 2015 Setiawan, Adiwijaya,“Terus Merugi, Sharp Bujuk Karyawan Beli Produknya”. Diakses tanggal 30 Juli 2016. https://bisnis.tempo.co/read/news/2015/11/ 20/090720575/terus-merugi-sharp-bujuk-karyawan-beli-produknya Sri, Ambarwati, “Manajemen Keuangan”, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Sun, Y., Yi, Y., Lin, B.,”Board Independence, Internal Information Environment and Voluntary Disclosure of Auditor’s Reports on Internal Control”, China Journal of Accounting Research, Vol. 5, 2012. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Diakses tanggal 30 Juli 2016. http://peraturan.go.id/uu/nomor-9-tahun-1995.html Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3913). Taylor, W.B., “Marketing Research”, An Applied Approach. McGraw Hill Text. 1995. Uyar, A, “The Relationship of Cash Conversion Cycle with Firm Size and Profitability: An Empirical Investigation in Turkey”, International Research Journal of Finance and Economic, 2009. Wulandari, “Karakteristik Good Corporate Governance”. Alfabeta. Bandung. 2006 Yeh, Y., Lee, T., dan Ko, C., “Corporate Governance and Rating System”. 2002.
78
LAMPIRAN 1
79
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Industri Barang Konsumsi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Daftar Perusahaan Akasha Wira International Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Cahaya Kalbar Tbk Delta Djakarta Tbk Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora Indah Tbk Prashida Aneka Niaga Tbk Nippon Indosari Corporindo Tbk Sekar Bumi Tbk Sekar Laut Tbk Siantar Top Tbk Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk Gudang Garam Tbk Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Bentoel International Investama Tbk Wismilak Inti Makmur Tbk Darya Varia Laboratoria Tbk Indofarma Tbk Kimia Farma Tbl Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Merck Sharp Dohme Pharma Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Martina Berto Tbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedaung Indag Can Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk
80
Kode ADES AISA CEKA DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ GGRM HMSP RMBA WIIM DVLA INAF KAEF KLBF MERK PYFA SCPI SQBB TSPC MBTO MRAT TCID UNVR KICI LMPI
LAMPIRAN 2
81
Lampiran 2 Hasil Siklus Konversi Kas (CCC) No
Daftar Perusahaan
1 Akasha Wira International Tbk 2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 Cahaya Kalbar Tbk 4 Delta Djakarta Tbk 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 Indofood Sukses Makmur Tbk 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 8 Mayora Indah Tbk 9 Prashida Aneka Niaga Tbk 10 Nippon Indosari Corporindo Tbk 11 Sekar Bumi Tbk 12 Sekar Laut Tbk 13 Siantar Top Tbk 14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk 15 Gudang Garam Tbk 16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 17 Bentoel International Investama Tbk 18 Wismilak Inti Makmur Tbk 29 Darya Varia Laboratoria Tbk 20 Indofarma Tbk 21 Kimia Farma Tbl Bersambung pada halaman berikutnya
82
Kode
2013
2014
2015
ADES AISA CEKA DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ GGRM HMSP RMBA WIIM DVLA INAF KAEF
136 185 73 233 50 70 51 139 90 -11 42 54 93 50 256 107 168 197 253 50 65
102 188 70 319 42 57 49 114 97 10 38 53 73 78 246 94 154 195 250 12 63
103 214 66 292 43 56 38 108 109 1 33 52 70 82 240 96 149 223 196 -25 65
Lampiran 2 (Lanjutan) No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Perusahaan Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Merck Sharp Dohme Pharma Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Martina Berto Tbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedaung Indag Can Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk
83
Kode
2013
2014
2015
KLBF MERK PYFA SCPI SQBB TSPC MBTO MRAT TCID UNVR KICI LMPI
132 240 226 650 99 66 170 258 121 -10 265 196
130 169 181 194 106 60 191 232 137 -18 242 274
124 129 199 125 103 36 207 273 146 -20 314 338
Lampiran 3 Hasil Proporsi Dewan Komisaris Independen No
Daftar Perusahaan
1 Akasha Wira International Tbk 2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 Cahaya Kalbar Tbk 4 Delta Djakarta Tbk 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 Indofood Sukses Makmur Tbk 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 8 Mayora Indah Tbk 9 Prashida Aneka Niaga Tbk 10 Nippon Indosari Corporindo Tbk 11 Sekar Bumi Tbk 12 Sekar Laut Tbk 13 Siantar Top Tbk 14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk 15 Gudang Garam Tbk 16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 17 Bentoel International Investama Tbk 18 Wismilak Inti Makmur Tbk 19 Darya Varia Laboratoria Tbk 20 Indofarma Tbk 21 Kimia Farma Tbl Bersambung pada halaman berikutnya
84
Kode
2013
2014
2015
ADES AISA CEKA DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ GGRM HMSP RMBA WIIM DVLA INAF KAEF
0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,4 0,428571429 0,375 0,428571429 0,4 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,5 0,333333333 0,333333333 0,5 0,6 0,333333333 0,428571429 0,5 0,4
0,333333333 0,2 0,333333333 0,4 0,428571429 0,375 0,5 0,4 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,5 0,333333333 0,5 0,5 0,666666667 0,333333333 0,428571429 0,5 0,4
0,333333333 0,4 0,333333333 0,4 0,5 0,375 0,571428571 0,4 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,5 0,4 0,8 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,4
Lampiran 4 (Lanjutan) No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Perusahaan Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Merck Sharp Dohme Pharma Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Martina Berto Tbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedaung Indag Can Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk
85
Kode
2013
2014
2015
KLBF MERK PYFA SCPI SQBB TSPC MBTO MRAT TCID UNVR KICI LMPI
0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,6 0,333333333 0,333333333 0,4 0,8 0,333333333 0,5
0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,75 0,333333333 0,333333333 0,333333333 0,8 0,333333333 0,5
0,428571429 0,333333333 0,5 0,333333333 0,333333333 0,5 0,333333333 0,333333333 0,5 0,8 0,333333333 0,5
Lampiran 4 Hasil Efektivitas Komite Audit No
Daftar Perusahaan
1 Akasha Wira International Tbk 2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 Cahaya Kalbar Tbk 4 Delta Djakarta Tbk 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 Indofood Sukses Makmur Tbk 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 8 Mayora Indah Tbk 9 Prashida Aneka Niaga Tbk 10 Nippon Indosari Corporindo Tbk 11 Sekar Bumi Tbk 12 Sekar Laut Tbk 13 Siantar Top Tbk 14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk 15 Gudang Garam Tbk 16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 17 Bentoel International Investama Tbk 18 Wismilak Inti Makmur Tbk 19 Darya Varia Laboratoria Tbk 20 Indofarma Tbk 21 Kimia Farma Tbl Bersambung pada halaman berikutnya
86
Kode
2013
2014
2015
ADES AISA CEKA DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ GGRM HMSP RMBA WIIM DVLA INAF KAEF
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 6 3
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3
Lampiran 4 (Lanjutan) No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Perusahaan Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Merck Sharp Dohme Pharma Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Martina Berto Tbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedaung Indag Can Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk
87
Kode
2013
2014
2015
KLBF MERK PYFA SCPI SQBB TSPC MBTO MRAT TCID UNVR KICI LMPI
3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3
Lampiran 5 Hasil Logaritma natural Total Revenue (LnTR) Ukuran Perusahaan No
Daftar Perusahaan
1 Akasha Wira International Tbk 2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 Cahaya Kalbar Tbk 4 Delta Djakarta Tbk 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 Indofood Sukses Makmur Tbk 7 Multi Bintang Indonesia Tbk 8 Mayora Indah Tbk 9 Prashida Aneka Niaga Tbk 10 Nippon Indosari Corporindo Tbk 11 Sekar Bumi Tbk 12 Sekar Laut Tbk 13 Siantar Top Tbk 14 Ultrajaya Milk Industry and Trading Comany Tbk 15 Gudang Garam Tbk 16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 17 Bentoel International Investama Tbk 18 Wismilak Inti Makmur Tbk 19 Darya Varia Laboratoria Tbk 20 Indofarma Tbk 21 Kimia Farma Tbl Bersambung pada halaman berikutnya
88
Kode
2013
2014
2015
ADES AISA CEKA DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ GGRM HMSP RMBA WIIM DVLA INAF KAEF
26,94290924 29,03139958 28,55998369 27,48838156 30,85367703 31,64962971 28,90134021 30,11741309 27,87753197 28,04015943 27,89078065 27,06371076 28,15866578 28,87235654 31,64626753 31,94884527 30,15857386 28,09351046 27,72786119 27,92182196 29,1007541
27,08419519 29,26806914 28,93985889 27,50233896 31,03296698 31,78354735 28,72579304 30,28208383 27,60578644 28,26243272 28,0235799 27,24744399 28,40596218 28,99629339 31,80826354 32,02163749 30,3044435 28,13876191 27,72979962 27,95414507 29,13975972
27,23013302 29,42459477 28,87969971 27,27364138 31,0886333 31,79087165 28,62290825 30,32691308 27,54802296 28,39532629 27,94015562 27,33679465 28,56486797 29,11124577 31,88472524 32,1204359 30,45325392 28,24047119 27,89806529 28,1146186 29,21213599
Lampiran 5 (Lanjutan) No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Perusahaan Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Merck Sharp Dohme Pharma Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Martina Berto Tbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedaung Indag Can Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk
89
Kode
2013
2014
2015
KLBF MERK PYFA SCPI SQBB TSPC MBTO MRAT TCID UNVR KICI LMPI
30,40374302 27,41503439 25,98365146 26,73229701 26,77872894 29,55598327 27,18673917 26,60415503 28,3380216 31,05715287 25,31868561 27,23962321
30,48568121 27,48392098 26,12730449 27,59624154 26,93286455 29,64753817 27,23262921 26,79803032 28,46749065 31,1723147 25,35771633 26,96460799
30,51512126 27,61432905 26,10704469 28,44663898 26,96686572 29,73289441 27,26686505 26,78260567 28,47038322 31,22789575 25,24216682 26,83848132
LAMPIRAN 3
90
Lampiran 6 Hasil Output SPSS 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskripif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CCC
97
-25,271
650,412
132,94303
100,388347
KOM
97
,200
,800
,40500
,112455
AUDIT
97
2,0
6,0
3,072
,4620
SALES
97
25,242
32,120
28,59630
1,687191
Valid N (listwise)
97
2. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Sebelum Transformasi dan Pengurangan Data Outlier Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
99
Normal
Mean a,b
,0000000
Parameters
Std. Deviation
93,83495374
Most Extreme
Absolute
,091
Differences
Positive
,091
Negative
-,063
Test Statistic
,091
Asymp. Sig. (2-tailed)
,043
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
91
c
3. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Setelah Transformasi dan Pengurangan Data Outlier Hasil Uji Normalitas(One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test) Setelah Pengurangan Data Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
97
Normal
Mean a,b
,0000000
Parameters
Std. Deviation
93,78747019
Most Extreme
Absolute
,090
Differences
Positive
,090
Negative
-,051
Test Statistic
,090
Asymp. Sig. (2-tailed)
,053
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. 4. Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) KOM
,829
1,206
AUDIT
,991
1,009
SALES
,831
1,204
92
5. Hasil Uji Heterokedastisitas Uji Glejser Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1
233,114
112,185
39,526
59,950
AUDIT
,410
SALES
-6,247
(Constant) KOM
Std. Error
Coefficients Beta
t
Sig.
2,078
,040
,074
,659
,511
13,342
,003
,031
,976
3,992
-,176
-1,565
,121
b. Dependent Variable: ABS_RES Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot
93
6. Hasil Uji Autokorelasi dan Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model 1
R ,357
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
,127
,099
Durbin-Watson
95,288165
1,773
a. Predictors: (Constant), SALES, KOM, AUDIT b. Dependent Variable: CCC
7. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) a
ANOVA Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
123046,134
3
41015,378
Residual
844424,598
93
9079,834
Total
967470,733
96
F
Sig.
4,517
,005
b
a. Dependent Variable: CCC b. Predictors: (Constant), SALES, AUDIT, KOM
8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
701,260
177,758
-21,703
94,992
AUDIT
9,783
SALES
-20,617
KOM
Std. Error
Coefficients Beta
t
Sig.
3,945
,000
-,024
-,228
,820
21,141
,045
,463
,645
6,325
-,347
-3,260
,002
94