PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSETS, AUDIT TENURE, AUDIT LAG, DAN PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP OPINI GOING CONCERN (Studi pada Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI dan Menerima Opini Going Concern Periode 2010-2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: AHMAD MAKIEN NIM: 1110082000139
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen Terhadap Opini Going Concern (Studi pada Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI dan Menerima Opini Going Concern Periode 2010-2014)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ahmad Makien NIM. 1110082000139
Di bawah bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM. NIP. 19490602 197803 1 001
Yulianti, SE., M.Si. NIP. 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 06 Oktober 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1.
Nama
:
Ahmad Makien
2.
NIM
:
1110082000139
3.
Jurusan
:
Akuntansi
4.
Judul Skripsi
:
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen Terhadap Opini Going Concern
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 06 Oktober 2015
1.
Rizqon Halal Syah Aji, M.Si. NIP. 19790405 201101 1 005
(_____________________) Penguji I
2.
Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. NIP. 19760924 200604 2 002
(_____________________) Penguji II
3.
Fitri Damayanti, SE., M.Si. NIP. 19810731 200604 2 003
(_____________________) Penguji III
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Senin, 21 Maret 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1.
Nama
: Ahmad Makien
2.
NIM
: 1110082000139
3.
Jurusan
: Akuntansi (Audit)
4.
Judul Skripsi
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 21 Maret 2016 1.
Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. NIP. 19720516 200901 1 006
(_____________________) Ketua
2.
Yulianti, SE., M.Si. NIP. 19820318 201101 2 011
(_____________________) Sekretaris
3.
Yusro Rahma, SE., M.Si. NIP. 19800506 200801 2016
(_____________________) Penguji Ahli
4.
Dr. Yahya Hamja, MM. NIP. 19490602 197803 1 001
(_____________________) Pembimbing I
5.
Yulianti, SE., M.Si. NIP. 19820318 201101 2 011
(_____________________) Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ahmad Makien
NIM
: 1110082000139
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2.
Tidak melakukan plagiat atas naskah orang lain
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4.
Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 04 Februari 2016
Ahmad Makien iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Ahmad Makien
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Desember 1991 3. Alamat
: Jl. Padurenan No. 102 RT 02/08 Pabuaran, Cibinong – Bogor
II.
III.
IV.
4. Telepon
: 0857 8036 8505
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. SDN Kampung Utan 02
Tahun 1997-2003
2. SMPN 02 Ciputat
Tahun 2003-2006
3. SMAN 02 Ciputat
Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010-2016
PENGALAMAN BERORGANISASI 1. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Tahun 2011-2012
2. PMII Komfeis
Tahun 2010-2012
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Moersjied Qorie Indra
2. Ibu
: Srie Suratie
3. Anak ke
: 3 dari 4 bersaudara
v
THE EFFECTS OF COMPANY’S SIZE, RETURN ON ASSETS, AUDIT TENURE, AUDIT LAG, AND PROPORTION OF INDEPENDENT COMMISIONERS ON GOING CONCERN OPINION (Study on Services Sector Companies Listed in IDX and Receive Going Concern Opinion Periods of 2010-2014)
ABSTRACT This research aims to determine the effects of company’s size, return on assets, audit tenure, audit lag, and proportion of independent commisioners on going concern opinion. The samples of this research are service sector companies which listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) between 2010 to 2014. The number of companies in this research are 32 companies. Based on purposive sampling method, the total of final samples are 160 samples. Testing the hypothesis in this research using logistic regression analysis. The result of this research is indicating that company’s size effects on the acceptance of going concern opinion with significance level of 1,6%. On the other return on assets, audit tenure, audit lag, and proportion of independent commisioners not effecting on the acceptance of going concern opinion with significance levels of 97,6%, 94,3%, 31,3%, and 33,5%.
Keywords:
Going Concern Opinion, Company’s Size, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag, Proportion of Independent Commisioners
vi
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSETS, AUDIT TENURE, AUDIT LAG, DAN PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP OPINI GOING CONCERN (Studi Pada Perusahaan Sektor Jasa yang Terdaftar di BEI dan Menerima Opini Going Concern Periode 2010-2014)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, return on assets, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen terhadap opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerima opini going concern periode 2010 hingga 2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 32 perusahaan. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel yang diperoleh adalah 160 sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern dengan tingkat signifikansi sebesar 1,6%. Sedangkan return on assets, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern dengan tingkat signifikansi sebesar 97,6%, 94,3%, 31,3% dan 33,5%.
Kata Kunci:
Opini Going Concern, Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag, Proporsi Komisaris Independen.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya berupa ilmu serta ilham sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Sang teladan yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1.
2. 3. 4.
5. 6.
7.
Kedua orang tua tercinta, Moersjied Qorie Indra dan Srie Suratie yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dan doa serta dukungan semangat, moril, dan materi. Serta untuk kakak Ahmad Kautsar & Ahmad Tasniem dan adik Siti Ainun Jaariyah yang menjadi motivasi untuk terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Hepi Prayudiawan S.E., M.M., Ak., CA selaku Sekertaris Program Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Putriesty Mandasari, SP., M.Si. selaku Pembimbing Akademik penulis selama menempuh masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat, bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti dalam proses penulisan skripsi ini. Ibu Yulianti, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi bimbingan, arahan, nasihat, semangat, motivasi, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih banyak atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.
viii
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi. Om Mukminin Wibayu yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan moril maupun materi, serta selalu memotivasi dan menginspirasi agar tidak pantang menyerah dalam meraih tujuan. Rakhmi Aulia, gadis bungas yang tidak pernah lelah menemani, berbagi cerita, memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan doa untukku agar terus berjuang untuk mencapai tujuan. Terima kasih atas segala hal dan cerita selama ini. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan, teman-teman Daeng Tata Akuntansi UIN 2010, Angga AWP, Umam „Kempet‟, Harits „Kempet‟, Zamzam Ribe, Bashir, Nando „Doblay‟, Rezza, Yoggi, Radis, Qonita, dan teman-teman lainnya yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Terima kasih telah berjuang dan berbagi banyak cerita selama ini, terima kasih atas segala bantuan, semangat, motivasi, dan pembelajarannya selama ini. Kalian yang pernah dan sempat menjadi kekuatan solid sejak SMA selama kurang lebih delapan tahun, terima kasih atas kerja sama selama ini. Semoga sukses & Good Luck Your Way!. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu dan memberi masukan serta inspirasi bagi peneliti, suatu kebahagian telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas semuanya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi serta pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 04 Februari 2016
Ahmad Makien ix
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v ABSTRACT ........................................................................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB. I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian............................................................ 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11 BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 13 A. Tinjauan Literatur ........................................................................ 13 1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................... 13 2. Audit ....................................................................................... 17 x
a. Definisi Audit ..................................................................... 17 b. Jenis-jenis Audit................................................................. 18 c. Jenis-jenis Auditor ............................................................. 20 d. Opini Audit ........................................................................ 22 3. Going Concern........................................................................ 25 a. Definisi Going Goncern ..................................................... 25 b. Opini Going Concern ......................................................... 26 4. Variabel-variabel Independen ................................................. 29 a. Ukuran Perusahaan ............................................................ 29 b. Return on Assets ................................................................. 30 c. Audit Tenure....................................................................... 31 d. Audit Lag ............................................................................ 33 e. Proporsi Komisaris Independen ......................................... 34 B. Penelitian Terdahulu .................................................................... 37 C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 44 D. Hipotesis ...................................................................................... 45 1. Ukuran Perusahaan terhadap Opini Going Concern .............. 45 2. Return on Assets terhadap Opini Going Concern ................... 46 3. Audit Tenure terhadap Opini Going Concern ......................... 47 4. Audit Lag terhadap Opini Going Concern .............................. 47 5. Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern................................................................................... 48 BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 50 xi
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 50 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 50 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 52 D. Metode Analisis Data .................................................................. 53 1. Statistik Deskriptif .................................................................. 54 2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 54 a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .............. 55 b. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) .................. 56 c. Menguji Kelayakan Model Regresi ................................... 57 d. Matriks Klasifikasi ............................................................. 57 e. Model Regresi Logistik yang Terbentuk ........................... 57 E. Operasionalisasi Variabel ............................................................ 58 1. Variabel Dependen (Y): Opini Going Concern ...................... 59 2. Variabel Independen (X) ........................................................ 59 a. Ukuran Perusahaan (X1)..................................................... 60 b. Return on Assets (X2) ......................................................... 60 c. Audit Tenure (X3) ............................................................... 61 d. Audit Lag (X4) .................................................................... 62 e. Proporsi Komisaris Independen (X5) ................................. 63 BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 67 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 67 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................... 73 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................. 73 xii
2. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 76 3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ....... 78 4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ....................................... 80 5. Hasil Matriks Klasifikasi ....................................................... 80 6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................ 82 BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90 A. Kesimpulan .................................................................................. 90 B. Saran ............................................................................................ 91 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 99
xiii
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 38
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 65
4.1
Daftar Perusahaan Sektor Sumber Daya Alam yang Menerima Opini Going Concern ....................................................................... 68
4.2
Daftar Perusahaan Sektor Manufaktur yang Menerima Opini Going Concern ................................................................................. 68
4.3
Daftar Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern ............................................................................................ 69
4.4
Persentase Sektor Perusahaan yang Menerima Opini Going Concern ............................................................................................ 70
4.5
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria......................................... 71
4.6
Sampel Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern ............................................................................................ 72
4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 74
4.8
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Block Number 0: Beginning Block) .............................................................................. 77
4.9
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Block Number 1) ............... 78
4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 79
4.11
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi................................................. 80
4.12
Matriks Klasifikasi ........................................................................... 81
4.13
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ............................................... 82 xiv
DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1
Keterangan
Halaman
Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 44
xv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
1
Lampiran A: Data Sampel .............................................................. 100
2
Lampiran 1: Sampel Perusahaan ..................................................... 101
3
Lampiran 2: Hasil Variabel Ukuran Perusahaan ............................. 102
4
Lampiran 3: Hasil Variabel Return on Assets ................................. 104
5
Lampiran 4: Hasil Variabel Audit Tenure ....................................... 105
6
Lampiran 5:Hasil Variabel Audit Lag ............................................. 110
7
Lampiran 6: Hasil Variabel Proposi Komisaris Independen ........... 111
8
Lampiran 7: Hasil Variabel Opini Going Concern ......................... 112
9
Lampiran B: Output SPSS .............................................................. 113
10
Lampiran 8: Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................... 114
11
Lampiran 9: Hasil Uji Regresi Logistik .......................................... 114
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belakangan tahun terakhir, kondisi ekonomi dunia terus bergerak fluktuatif. Krisis keuangan yang dialami di berbagai negara adidaya ikut berimbas pada kondisi ekonomi di Indonesia. Sebagai negara berkembang, pergerakan ekonomi negara lain yang lebih maju menyebabkan Indonesia mau tidak mau juga terkena dampak yang seharusnya tidak diharapkan untuk terjadi. Akibatnya, perusahaan yang berperan sebagai salah satu penggerak ekonomi sudah pasti harus menanggung resiko kesulitan keuangan. Salah satu jenis perusahaan yang terkena dampak kesulitan keuangan tersebut adalah perusahaan jasa. Tidak sedikit perusahaan jasa yang terkena dampak tersebut, banyak perusahaan level mikro hingga makro yang mengalami kerugian besar dan tidak sedikit pula perusahaan yang collapse hingga tidak bisa melanjutkan usahanya. Ketidakmenentuan kondisi dunia usaha yang dipengaruhi berbagai faktor seperti politik, ekonomi, maupun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berdampak pada langkah manajemen suatu perusahaan agar tetap dapat mempertahankan eksistensinya dalam hal kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Padahal perusahaan didirikan dengan tujuan memiliki kelangsungan hidup untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami suatu perusahaan dapat memberikan indikasi-indikasi tentang kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut (Foroghi, 2012). 1
Kapabilitas dalam suatu manajemen akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan yang dikelolanya. Manajemen selalu berusaha mencari cara agar perusahaannya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan agar berada pada posisi yang menguntungkan. Hal tersebut dilakukan pihak manajemen agar dapat menarik minat para investor atau nasabah untuk mentitipkan dananya di perusahaan karena merasa aman untuk melakukan investasi. Tetapi tak jarang dalam prosesnya terdapat kepentingan pribadi yang berimbas pada munculnya praktik-praktik curang yang dilakukan pihak manajemen. Ketika terjadi ketidaksesuaian antara kondisi perusahaan yang sebenarnya dengan hasil laporan audit perusahaan, maka pihak yang pertama kali disalahkan adalah pihak manajemen baru kemudian auditor. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak ketiga (auditor) yang independen sebagai mediator pada hubungan prinsipal dengan agen. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam kaitannya dengan perusahaan jasa, salah satu jenis sektor yang bergerak dalam bidang jasa adalah sektor industri perbankan. Walaupun masih banyak jenis sektor lain yang juga bergerak di bidang jasa, tetapi sebagai salah satu contoh kasus dapat kita lihat pada kasus yang terjadi di sektor industri perbankan. Tentu masih kita ingat pada beberapa tahun belakangan, perekonomian Indonesia khususnya di sektor perbankan mengalami guncangan dari kasus yang cukup serius yaitu skandal keuangan PT. Bank Century Tbk.. Skandal besar Bank Century hingga saat ini masih 2
menjadi sebuah masalah yang gawat bagi stabilitas ekonomi negara ini. Kasus tersebut bermula dari penemuan surat berharga valuta asing milik PT. Bank Century Tbk. oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun 2005 sebesar US$ 210 juta, hingga pada akhir 2008 surat berharga tersebut telah jatuh tempo dan menyebabkan Bank Century mengalami kesulitan likuidasi dan gagal bayar dengan jumlah hutang sebesar US$ 56 juta.
Padahal, dua tahun
sebelumnya laporan auditor milik Bank Century dinyatakan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), sebuah pernyataan yang seharusnya ditujukan kepada entitas yang tidak memiliki masalah kesulitan keuangan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam laporan tersebut tidak ditambahkan bahasa penjelas (explanatory language) pertimbangan auditor tentang keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Seharusnya auditor memberikan opini dengan modifikasi going concern kepada Bank Century jika melihat kondisi kesulitan likuidasi yang dialami. Tetapi kenyataannya auditor tidak menerapkan pertimbangan terhadap keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan. Jauh sebelum kasus Bank Century, terdapat beberapa kasus serupa yang terjadi pada awal 1990 hingga 2005 yaitu dilikuidasinya beberapa bank setelah sebelumnya menerima pendapat wajar tanpa pengecualian. Bank Summa yang dilikuidasi pada awal 1990, kemudian terdapat 16 bank telah dilikuidasi oleh pemerintah per 1 November 1997, Bank Prashida Utama dan Bank Ratu dilikuidasi di tahun 2000, Unibank dilikuidasi tahun 2001, Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali dilikuidasi tahun 2004, dan Bank Global 3
International di tahun 2005 (Rahayu, 2007). Lebih lanjut Rahayu, (2007) menjelaskan dalam laporan audit yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) pada peristiwa dilikuidasinya beberapa bank
tersebut dinyatakan
bahwa kondisi perbankan saat itu sangat baik, walaupun dalam kenyataannya buruk. Akibat kesalahan yang dilakukan oleh sejumlah KAP ketika melakukan audit terhadap laporan keuangan 88 Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), terjadi pembekuan izin empat KAP yang dilakukan pada tanggal 18 November 2002. Salah satu dampak yang timbul dari kasus-kasus tersebut, terutama akibat kelalaian auditor dalam menanggapi kelangsungan hidup perusahaan adalah banyaknya investor dan nasabah yang mengalami kerugian karena menerima informasi yang salah tentang kondisi keuangan perusahaan, padahal mereka terlanjur menyalurkan dana yang dimilikinya kepada perusahaan.
Informasi
tentang
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan usahanya (going concern) sangat penting bagi para pengguna
laporan
keuangan,
karena
merupakan
salah
satu
faktor
pertimbangan investasi (Praptitorini dan Januarti, 2007). Dalam pertimbangan investasi, investor membutuhkan berbagai macam informasi bukan hanya dari segi laporan keuangan saja, tetapi juga dari segi yang lainnya. Para investor seringkali hanya melihat pada kondisi keuangan perusahaan khususnya profitabilitasnya tetapi mengesampingkan informasi yang lain seperti kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Akibatnya selain opini audit yang bermasalah, banyak investor yang kehilangan dana investasinya karena 4
tidak memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan yang dipilihnya untuk berinvestasi Dalam memberikan opini, auditor harus memberikan informasi yang benar-benar
menggambarkan
bagaimana
keadaan
perusahaan
yang
sebenarnya. Jika perusahaan mengalami masalah ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan atau auditor ragu akan kelangsungan hidup perusahaan, maka sudah seharusnya seorang auditor harus berani mengambil sikap profesional untuk memberikan opini going concern dalam laporan opini audit. Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Fanny dan Silvia, 2005). Auditor memiliki peran yang begitu penting sebagai penghubung antara kepentingan investor dengan kepentingan perusahaan sebagai pengguna dan penyedia laporan keuangan. Peran auditor dalam memberikan informasi sangat diandalkan untuk memberi keyakinan kepada investor agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Informasi yang dilaporkan auditor harus dapat mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan perusahaan berdasarkan berbagai pertimbangan dari kegiatan operasional perusahaan, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya, serta kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang (Setyarno et. al., 2006). Hal tersebut dilakukan auditor dengan tujuan mencegah diterbitkannya laporan yang menyesatkan investor atau para pengguna laporan keuangan lainnya. 5
Pemberian opini going concern lebih sering dikeluarkan oleh auditor kepada perusahaan berskala kecil. Hal ini disebabkan oleh keyakinan auditor bahwa perusahaan berskala besar lebih bisa menyelesaikan kesulitan keuangan yang dihadapinya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar juga lebih bisa menawarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya dengan kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, maka auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan besar (Dewayanto, 2011).
Besar atau
kecilnya skala perusahaan salah satunya dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan seperti kepemilikan aset total perusahaan. Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini going concern dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dengan opini going concern. Hal tersebut berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) serta Junaidi dan Hartono (2010) yang menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Salah satu indikator kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat diukur berdasarkan kondisi keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan adalah dengan cara mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan akan menggambarkan
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan 6
keuntungan. Umumnya, tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio return on assets (ROA). Tingkat ROA yang tinggi menunjukkan efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROA suatu perusahaan akan semakin menjauhkan perusahaan dari masalah going concern. Sebaliknya, tingkat ROA yang rendah akan semakin memungkinkan perusahaan mengalami permasalahan going concern. Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Ketika hubungan antara auditor independen dengan klien sudah berlangsung lama, maka klien akan dipandang sebagai sumber penghasilan bagi auditor. Karena dipandang sebagai sumber penghasilan, maka akan timbul kekhawatiran bagi KAP jika kehilangan sumber penghasilannya yang berdampak pada timbulnya keraguan bagi auditor untuk memberikan opini going concern kepada kliennya. Dewayanto (2011) menemukan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan menurut Januarti dan Fitrianasari (2008) mengungkapkan bahwa audit tenure tidak berpengaruh signfikan. Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut audit delay adalah interval waktu antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal laporan audit. Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen yang bertujuan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan memerlukan waktu yang 7
cukup panjang. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan secara berkala merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan. Laporan keuangan yang terlambat dipublikasikan dapat menjadi suatu indikasi adanya masalah dalam laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang mendapatkan opini going concern lebih cenderung membutuhkan waktu audit (audit lag) yang lebih lama,sehingga penyampaian laporan audit bisa terlambat. Lennox (2002) mengungkapkan bahwa hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) menunjukkan bahwa audit terdapat hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini going concern. Suatu perusahaan diharuskan untuk dapat menerapkan good corporate governance untuk mengantisipasi hal yang berkaitan dengan masalah keagenan yang sering muncul dalam perusahaan. Salah satu mekanisme corporate governance yang penting adalah keberadaan komisaris independen. Hal ini menjadi penting karena komisaris independen diharapkan mampu menempatkan prinsip keadilan dan independensi di dalam perusahaan. Komisaris independen
diharapkan
membawa pengaruh positif bagi
perusahaan dengan laporan keuangan yang berkualitas sehingga perusahaan akan menerima opini going concern dari auditor. Perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang lebih besar diharapkan mampu 8
mendapatkan pengawasan yang lebih baik sehingga kemungkinan auditor memberikan opini going concern akan lebih kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Adjani dan Rahardja (2013) mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh negatif proporsi komisaris independen terhadap penerimaan opini going concern. Beberapa penelitian telah menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern dan mendapatkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nursasi dan Maria (2015) yang meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini going concern pada perusaahaan perbankan dan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Di dalam penelitian tersebut juga digunakan salah satu variabel yang sama dengan penelitian ini yaitu audit tenure. Di dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel independen lain yaitu return on assets (ROA), audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen. Peneliti khususnya memilih untuk menambahkan variabel proporsi komisaris independen karena berdasarkan literatur yang peneliti dapatkan masih cukup jarang diteliti mengenai pengaruh proporsi komisaris independen terhadap penerimaan opini going concern. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan opini going concern serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan membuat suatu 9
penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Audit Tenure, Audit Lag, dan Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti di dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern?
2.
Apakah tingkat return on assets perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern?
3.
Apakah audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern?
4.
Apakah audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern?
5.
Apakah
proporsi
komisaris
independen
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini going concern?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini going concern. 10
2.
Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tingkat return on assets perusahaan terhadap penerimaan opini going concern.
3.
Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit tenure terhadap penerimaan opini going concern.
4.
Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit lag terhadap penerimaan opini going concern.
5.
Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh proporsi komisaris independen terhadap penerimaan opini going concern.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi masyarakat atau praktisi bisnis dan bagi dunia akademis. Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Profesi Auditor dan Kantor Akuntan Publik Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk membuat pertimbangan keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan di masa yang akan datang.
2.
Investor Diharapkan hasil penelitian ini investor dapat membuat pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada laporan keuangan perusahaan. 11
3.
Dunia Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan mengenai wawasan terhadap pengembangan studi akuntansi khususnya dalam bidang audit.
4.
Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penyempurnaan dan perluasan dalam penelitian selanjutnya mengenai opini going concern.
5.
Penulis Penelitian ini menjadi sarana dalam memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai auditing khususnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Sehingga diharapkan wawasan yang didapat penulis dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1.
Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori agensi menggambarkan suatu hubungan antara dua pihak yang berbeda kepentingan yaitu prinsipal
selaku
pihak
pemegang
saham
(pemilik)
dan
agen
(manajemen). Hubungan agensi yang terjadi diartikan sebagai suatu kontrak di bawah satu orang prinsipal atau lebih yang menunjuk pihak lain sebagai agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Diana dan Irianto (2008) menjelaskan bahwa prinsipal adalah satu orang atau lebih pemegang saham yang menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan kegiatan perusahaan, sedangkan agen adalah pengelola yang mendapatkan wewenang dari pihak prinsipal untuk mengelola apa yang telah dipercayakan oleh pemegang saham kepadanya untuk kemudian dipertanggungjawabkan pada prinsipal. Berdasarkan kontrak yang terjadi, pihak prinsipal (pemegang saham) akan memperoleh hasil berupa pembagian dividen, sedangkan pihak agen (manajemen) akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai macam kompensasi lainnya. Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneiliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005 dalam Dewayanto, 13
2011). Masalah tersebut akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Konflik kepentingan ini terdiri dari 3 (tiga) masalah, yaitu: (1) antara shareholders dan manajer; (2) antara shareholders dan debtholders; (3) antara manajer, shareholders, dan debtholders (Suparlan dan Andayani, 2010). Pemilik saham dan manajemen
merupakan
pemaksimum
kesejahteraan,
hal
ini
mengakibatkan adanya kecenderungan manajer untuk senantiasa mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan pihak lain. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan. Sejatinya agen mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan para pemegang saham,
namun
manajemen
juga
memiliki
kepentingan
untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, permasalahan penyatuan kepentingan pihak-pihak inilah yang dapat menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan. Lebih lanjut Dewayanto (2011) mengasumsikan bahwa prinsipal dan agen sebagai orang ekonomi yang rasional, memiliki kepentingan masing-masing, dan bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi dirinya
14
sendiri. Informasi keuangan dan laporan keuangan yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetris informasi (information asymetryc). Untuk meminimaliasasi adanya asimetri informasi diperlukan adanya pihak ketiga yang independen sebagai mediator hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini merfungsi untuk memonitor perikaku manajer (agen) apakah bertidak sesuai dengan keinginan prinsipal. Terkait dengan penerimaan opini going concern, agen ditugaskan untuk mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan sebagai bentuk dari pertanggungjawaban agen kepada prinsipal. Laporan keuangan yang dihasilkan akan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan digunakan oleh prinsipal sebagai dasar pengambilan keputusan. Kaitannya terhadap ukuran perusahaan yaitu semakin besar perusahaan maka sistem dan manajemen yang dilakukan akan semakin baik, dimana manajer bertanggung jawab atas perkembangan perusahaan. Ukuran perusahaan akan menjadi suatu tolak ukur tertentu bagi auditor dalam menjalankan proses auditnya. Sedangkan terkait dengan return on assets yaitu peningkatan tingkat ROA yang terjadi pada perusahaan akan diikuti oleh peningkatan laba suatu perusahaan, maka perusahaan akan dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu perusahaan besar akan cenderung tidak memperoleh opini going concern (Dewayanto, 2011). Begitupun dengan perusahaan yang memiliki tingkat
15
ROA yang tinggi akan memperoleh laba yang tinggi dan terhindar dari penerimaan opini going concern. Shareholders selaku pemilik perusahaan (prinsipal) akan selalu memantau kinerja manajernya (agen). Salah satu cara yang dilakukan oleh prinsipal untuk menilai kinerja agennya adalah melalui audit yang dilakukan oleh auditor yang profesional dan independen. Semakin lama auditor melakukan perikatan audit dengan auditee yang sama, dikhawatirkan independensi auditor tersebut akan berkurang, akibatnya opini yang diberikan oleh auditor tersebut akan bias. Maka semakin lama auditor tersebut melakukan perikatan audit dengan auditee yang sama, akan membuuat auditor semakin sulit untuk memberikan opini going concern. Berdasarkan teori keagenan, manajer juga bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang tepat waktu sehingga akan terhindar dari keterlambatan pengeluaran opini oleh auditor. Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan-perusahaan publik. Karena biasanya perusahaan yang terlambat menerbitkan laporan keuangan auditan cenderung menerima opini going concern, hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa opini going concern lebih banyak ditemukan ketika pengeluaran opini audit terhambat.
16
Adjani dan Rahardja (2013) mengungkapkan bahwa kaitan komisaris dengan teori agensi yaitu dibutuhkannya keberadaan komisaris sebagai salah satu unsur penting dalam penerapan good corporate governance pada perusahaan. Untuk mewujudkannya, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan telah dilakukan dengan penuh kepatuhan pada setiap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Selain sebagai fungsi pengawasan, komisaris independen juga diharapkan menjamin strategi perusahaan telah berjalan sesuai dan memastikan terciptanya akuntabilitas, sehingga auditor tidak mengeluarkan opini going concern untuk perusahaan. 2.
Audit a. Definisi Audit Menurut Agoes (2012: 4), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Report of The Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association (Accounting Review, vol. 47) dalam Boynton et. al. (2006: 5) memberikan definisi auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi
17
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses kritis dan sistematis yang dilakukan oleh auditor independen dalam mengevaluasi secara objektif laporan keuangan yang telah disusun manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti berdasarkan peristiwa ekonomi yang terjadi dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian dan kewajaran antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk kemudian disampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. b. Jenis-jenis Audit Boynton et. al. (2006: 6) mengklasifikasikan tiga jenis audit yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Uraian mengenai ketiga audit tersebut adalah sebagai berikut: 1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
18
Hasil audit laporan keuangan tersebut akan didistribusikan kepada para pengguna dalam cakupan yang luas, seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal juga
menyiapkan
laporan
kepada
dewan
direksi
tentang
pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan lainnya. 2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti
untuk
menetapkan
apakah kegiatan
keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan temuan atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut. 3) Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Terkadang audit jenis ini disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Secara khas, laporan untuk audit operasional tidak hanya memuat pengukuran
19
efisiensi dan efektivitas saja, namun juga memuat rekomendasi peningkatan kinerja. c. Jenis-jenis Auditor Boynton et. al. (2006: 8) mengklasifikasikan auditor menjadi tiga kelompok, yaitu auditor independen, auditor internal, dan auditor pemerintah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga jenis auditor tersebut: 1) Auditor Independen Auditor independen atau yang sering disebut sebagai auditor eksternal merupakan akuntan publik bersertifikat yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Untuk menjadi seorang auditor independen biasanya harus memiliki lisensi yang diperoleh dari ujian persamaan akuntan publik bersertifikat dan memiliki pengalaman praktik dalam bidang audit. Auditor independen memiliki hubungan profesional dengan klien yang berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan. Perangkat yang harus dipatuhi oleh auditor independen dalam menjalankan tugasnya adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Kode Etik Akuntan Publik, dan Quality Control.
20
2) Auditor Internal Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi agar dapat mengetahui kesesuaian standar operasional perusahaan dengan pelaksanaan operasional perusahaan, sehingga manajemen dapat memberikan pertanggungjawaban yang efektif. Auditor internal umumnya memiliki tugas pada lingkup kepatuhan dan operasional, tetapi tidak menutup kemungkinan seorang auditor bertugas di luar kedua lingkup tersebut seperti evaluasi sistem komputer perusahaan atau di luar bidang akuntansi. 3) Auditor Pemerintah Auditor pemeritah merupakan auditor profesional yang berasal dari lembaga pemerintahan. Di Indonesia, lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan dan keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Auditor pemerintah memiliki tugas pokok melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh departemen-
21
departemen atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban yang ditujukan kepada pemerintah. d. Opini Audit Salah satu tugas dari seorang auditor yaitu menyatakan pendapatnya tentang kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan dalam sebuah laporan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yakni laporan audit bentuk baku. Laporan auditor bentuk baku terdiri dari tiga paragraf yakni paragraf pengantar (Introduction Paragraph), paragraf lingkup audit (Scope Paragraph), dan paragraf pendapat (Opinion Paragraph) (Mulyadi, 2002: 410). Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2011: 110.1). Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (IAI, 2011: 110.1). Halim (2008: 75) menyatakan bahwa terdapat lima jenis pendapat yang diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut:
22
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory languange) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, b) adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, c) laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material, d) auditor
meragukan
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya,
23
e) auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi. 3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: a) tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
lingkup
audit
yang
material
tapi
tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, b) auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi
tidak
keseluruhan.
mempengaruhi
laporan
Penyimpangan
tersebut
keuangan
secara
dapat
berupa
pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip
akuntansi.
Auditor
harus
menjelaskan
alasan
pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat. 4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat
ini
menyatakan
bahwa
laporan
keuangan
tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan.
24
5) Pernyataan tidak memberikan opini (disclaimer of opinion) Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat diberikan apabila: a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu, b) auditor tidak independen terhadap klien. 3.
Going Concern a. Definisi Going Concern Going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktifitas-aktifitasnya yang tidak berhenti (Belkaoui, 2006: 271). Dalil tersebut menggambarkan suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Entitas tersebut memerlukan kegiatan operasional yang berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu periode mempunyai sifat yang sementara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan yang berkelanjutan. Menurut Komalasari (2004), going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu yang panjang, tidak akan dilikuidasi
25
dalam jangka waktu yang pendek. Asumsi going concern dapat dikatakan
sebagai
sebuah
pendapat
atau
asumsi
mengenai
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut mampu bertahan minimal hingga 5 tahun yang akan datang. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan satuan usaha adalah berhubungan dengan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva pada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa lainnya (IAI, 2011: 341.1). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa going concern adalah kemampuan suatu entitas untuk terus menjalankan operasinya dalam jangka waktu yang panjang tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu yang pendek. b. Opini Going Concern Opini going concern merupakan opini yang diberikan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2011: 341.01). Opini going concern merupakan salah satu bentuk opini yang berada dalam lingkup
26
pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory languange ). Auditor harus memperoleh dan mempertimbangkan informasi mengenai rencana manajemen dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
selama
jangka
waktu
pantas.
Jika
setelah
mempertimbangkan rencana manajemen auditor tetap menyimpulkan adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas, maka auditor harus mempertimbangkan dampak terhadap laporan keuangan, termasuk
kecukupan pengungkapan dalam laporan
keuangan (IAI, 2011: 341.4). Adapun pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi: 1) Rencana untuk menjual aktiva 2) Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang 3) Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran 4) Rencana untuk menaikkan modal pemilik Opini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut dimungkinkan mengalami masalah (Juandini, 2011). Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko auditee tidak dapat mempertahankan bisnisnya.
27
Menurut Venuti, (2007) dalam Januarti, (2009), pemberian opini audit ini merupakan bad news bagi pengguna laporan keuangan. Masalah yang sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga banyak auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Perusahaan berusaha menghindari opini going concern karena berdampak pada menurunnya harga saham, menurunnya kepercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan tetap terhadap manajemen perusahaan. Menurunnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan di masa yang akan datang dalam hal mencari tambahan dana guna membiayai kegiatan operasional perusahaan. Begitu juga dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan, maka kebangkrutan usaha dipastikan akan benar-benar terjadi (Juandini, 2011). Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa opini going concern merupakan opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory language) yang dikeluarkan oleh auditor independen ketika auditor mengetahui terdapat kesangsian substansial mengenai kelansungan hidup perusahaan klien. Namun jika auditor yakin bahwa manajemen
28
dapat mengatasi masalah perusahaan, dengan rencana manajemen yang dapat mengurangi dampak yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor tidak akan mengeluarkan opini going concern. 4.
Variabel-variabel Independen a. Ukuran Perusahaan Mutchler (1985) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor lebih cenderung mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan
kesulitan-kesulitan
keuangan
yang
dihadapinya
daripada perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar juga lebih bisa menawarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya dengan kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, maka auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan
opini
going
concern
pada
perusahaan
besar
(Dewayanto, 2011). Besar atau kecilnya skala perusahaan salah satunya dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan seperti kepemilikan aset total perusahaan. Semakin tinggi total aset yang dimiliki, maka perusahaan dianggap
memiliki
ukuran
yang
besar
sehingga
mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan besar juga cenderung lebih dipercaya oleh masyarakat bisnis terutama investor,
29
karena mereka percaya bahwa perusahaan besar bisa memberikan pelayanan serta produk yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karena kepercayaan dari investor begitu besar, maka
perusahaan
dapat
meningkatkan
atau
mempertahankan
kelangsungan hidupnya, sehingga semakin kecil pula kemungkinan auditor untuk mengeluarkan opini going concern. b. Return on Assets Return on assets merupakan salah satu parameter dari rasio keuangan (profitabilitas) yang juga merupakan indikator baik atau tidaknya kondisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Muljono (1998) dalam Hani et. al. (2003), salah satu bentuk informasi keuangan akuntansi yang penting adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan. Penggunaan analisa keuangan akan dapat membantu manajemen dan investor untuk mengetahui posisi, kondisi keuangan suatu perusahaan, maupun performance yang telah dicapai oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Rasio-rasio keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan selama satu periode dan biasanya rasio yang digunakan investor untuk melihat kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas (dalam hal ini adalah return on assets). Return on assets biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Petronela (2004), semakin besar nilai return on assets suatu perusahaan, maka semakin besar laba yang diperoleh. Laba yang
30
semakin besar akan semakin menghindarkan perusahaan dari kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini going concern. Laba yang semakin besar akan memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern. Peningkatan laba perusahaan menjadi salah satu dasar bagi auditor untuk menentukan apakah perusahaan layak diberikan opini going concern atau tidak. Ketika perusahaan mengalami peningkatan laba, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan semakin menjauh dari kebangkrutan. Selain itu, peningkatan laba perusahaan juga menjadi salah satu dasar yang dipertimbangkan investor dalam membuat keputusan investasi. c. Audit Tenure Audit tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP melakukan perikatan audit dengan auditee yang sama. Perikatan audit yang lama berpotensi mengakibatkan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini going concern akan sulit. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga independensi auditor maka di beberapa negara menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP. Di Indonesia sendiri peraturan mengharuskan adanya pergantian Kantor Akuntan Publik setiap 6 tahun dan auditor setiap 3 tahun yang mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut (Dewayanto, 2011).
31
Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam masalah lamanya perikatan antara auditor dengan auditee. Dalam sudut pandang pertama, ketika hubungan antara auditor independen dengan klien sudah berlangsung lama, maka klien akan dipandang sebagai sumber penghasilan bagi auditor. Karena dipandang sebagai sumber penghasilan, maka akan timbul kekhawatiran bagi KAP jika kehilangan sumber penghasilannya yang berdampak pada timbulnya keraguan bagi auditor untuk memberikan opini going concern kepada kliennya. Dalam sudut pandang kedua, perikatan untuk jangka waktu yang lama dengan auditor dipandang sebagai hal yang ekonomis dan efisien bagi klien. Selain itu, pemahaman auditor tentang bisnis klien yang telah lama menjalin hubungan dengan auditee belum tentu bisa ditemukan pada auditor yang baru. Auditor yang baru menjalin perikatan dengan klien tentu memerlukan waktu untuk memahami bisnis klien, sehingga efisiensi waktu dalam menentukan opini audit semakin berkurang. Hal tersebut dapat menimbulkan pemberian opini audit yang kurang tepat. Tetapi tidak menutup kemungkinan auditor yang telah lama menjalin hubungan dengan klien bisa menyebabkan rendahnya kualitas opini audit karena adanya rasa ingin saling menguntungkan antara auditor dan klien.
32
d. Audit Lag Menurut McKeown et. al. (1991) dalam Januarti (2009) menjelaskan bahwa audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Lennox (2002) mengungkapkan bahwa hal ini mungkin terjadi disebabkan oleh tiga hal berikut, antara lain: 1) Auditor lebih banyak melakukan pengujian, 2) Manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan usaha, 3) Auditor memperlambat
pengeluaran opini
karena
berharap
manajemen perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini going concern. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut audit delay merupakan interval waktu antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal laporan audit. Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen yang bertujuan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan memerlukan
waktu
yang
cukup
panjang.
Ketepatan
waktu
penyampaian laporan keuangan secara berkala merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan. Laporan keuangan yang terlambat dipublikasikan dapat menjadi suatu indikasi adanya masalah dalam laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang mendapatkan opini
33
going concern lebih cenderung membutuhkan waktu audit (audit lag) yang lebih lama sehingga penyampaian laporan audit bisa terlambat. e. Proporsi Komisaris Independen Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006), dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari corporate governance yang memiliki tanggung jawab untuk menjamin strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta
mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Keberadaan komisaris independen dalam susunan dewan komisaris diharapkan mampu memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang mungkin sering terabaikan seperti pemegang saham minoritas serta para stakeholder lainnya, sebab komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun yang dianggap sebagai campur tangan untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan. Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, komposisi atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan yaitu salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan (BAPEPAM-LK, 2010).
34
BAPEPAM-LK (2010) menyatakan lebih lanjut bahwa meskipun Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tidak menentukan jumlah komisaris independen, untuk membentuk elemen yang kuat dan independen dari dewan, perlu adanya komisaris independen yang sekurang-kurangnya berjumlah sepertiga dari jumlah anggota dewan atau satu orang komisaris independen, sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari Dewan Komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan BAPEPAMLK, yaitu: 1) Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, 2) Tidak mempunyai saham emiten atau perusahaan publik baik langsung maupun tidak langsung, 3) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris, direksi, dan pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, 4) Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau perusahaan publik baik langsung maupun tidak langsung. Adapun contoh hubungan yang dianggap dapat menjadikan seorang komisaris tidak independen, meliputi: 1) Komisaris yang saat ini masih dipekerjakan oleh perusahaan atau afiliasinya untuk saat tiga tahun terakhir, 2) Seorang komisaris yang memiliki keluarga dekat dengan anggota komisaris atau salah satu komisaris yang sudah bekerja selama tiga
35
tahun terakhir atau mempunyai hubungan dengan anggota direksi yang remunerasinya ditentukan oleh komite remunerasi, 3) Seorang komisaris, atau seorang anggota keluarga dekat yang meminta kompensasi dari perusahaan atau salah satu anak perusahaan selain kompensasi yang diberikan kepada anggota dewan dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya, 4) Seorang komisaris, atau seorang anggota keluarga dekat, menjadi pemegang saham substansial atau seorang partner (mempunyai 5% atau lebih saham), karyawan eksekutif, atau seorang komisaris dari sebuah perusahaan yang memberikan atau menerima pembayaran secara signifikan dari perusahaan atau salah satu anak perusahaan selama tahun berjalan dan tahun sebelumnya (US$ 200.000 dianggap sebagai pembayaran yang signifikan. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa komisaris Independen adalah salah satu unsur penting pada susunan dewan komisaris di dalam perusahaan yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik yang berjumlah sekurang-kurangnya satu orang dan berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Tujuan dihadirkannya komisaris independen adalah untuk sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya.
36
B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas tentang opini going concern dan faktorfaktor yang mempengaruhinya telah banyak dibahas oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut menjadi referensi dan banyak memberikan kontribusi pada penelitian ini. Berikut ini adalah tabel yang menampilkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan opini going concern.
37
No.
1
Peneliti (Tahun) Totok Dewayanto (2011)
Judul Penelitian Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Variabel & Metode Penelitian Persamaan Perbedaan a. Opini Audit Going a. Kondisi Keuangan Concern (Y) (X1) b. Ukuran Perusahaan (X2) b. Opini Audit c. Audit Client Tenure (X4) Sebelumnya (X3) d. Regresi Logistik c. Opinion Shopping (X5) d. Reputasi Auditor (X6) e. Perusahaan Manufaktur
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern dan variabel kondisi keuangan, audit client tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, opinion shopping, dan reputasi auditor tidak mempengaruhi penerimaan opini audit going concern.
38
No.
Peneliti (Tahun) Nurul Ardiani, Emrinaldi Nur DP, dan Nur Azlina (2012)
2
Yunita dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2013)
3
Judul Penelitian Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern
Variabel & Metode Penelitian Persamaan Perbedaan a. Opini Audit Going a. Debt Default (X3) Concern (Y) b. Ukuran KAP (X2) b. Audit Tenure (X1) c. Opinion Shopping c. Regresi Logistik (X4) d. Kondisi Keuangan (X5) e. Perusahaan Real Estate dan Property
a. Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern (Y) b. Ukuran Perusahaan (X5) c. Regresi Logistik
a. Kualitas Audit (X1) b. Kondisi Keuangan Perusahaan (X2) c. Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3) d. Pertumbuhan Perusahaan (X4) e. Debt Default (X6) f. Perusahaan Non Keuangan
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel disclosure, ukuran KAP, dan debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel audit tenure, opinion shopping, dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel opini audit tahun sebelumnya yang berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Sedangkan variabel kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan debt default
39
No.
Peneliti (Tahun)
Variabel & Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
Ayu Febri Sulistya dan Pt. Dyan Yaniartha Sukartha (2013)
Pengaruh Prior Opinion, Pertumbuhan, dan Mekanisme Corporate Governance Pada Pemberian Opini Audit Going Concern
a. Opini Audit Going Concern (Y) b. Komposisi Komisaris Independen (X3) c. Regresi Logistik
a. Prior Opinion (X1) b. Pertumbuhan Perusahaan (X2) c. Keberadaan Komite Audit (X4) d. Perusahaan Manufaktur
Ismawati Haribowo (2013)
Analisis Perbandingan Pengaruh Kualitas Audit, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas terhadap Opini Audit
a. Opini Audit Going Concern (Y) b. Return on Assets (X11) c. Regresi Logistik d. Perusahaan Perbankan
a. b. c. d.
4
5
Judul Penelitian
e. f.
Hasil Penelitian (Kesimpulan) tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel prior opinion berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan, komposisi komisaris independen, dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Kualitas Audit (X1) Hasil penelitian Quick Ratio (X2) menunjukkan bahwa hanya Banking Ratio (X3) loan deposit ratio Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap opini (X4) audit going concern di Primary Ratio (X5) negara Asia Selatan, Risk Asset Ratio (X6) sedangkan variabel-variabel
40
No.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Going Concern (Studi Perbankan Syariah di Asia)
Gea Cherlita Putrady dan Haryanto (2014)
6
Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern
a. b. c. d.
Variabel & Metode Penelitian Persamaan Perbedaan g. Secondary Risk Ratio (X7) h. Gross Profit Margin (X8) i. Net Profit Margin (X9) j. Return on Equity (X10) k. Rate Return on Loan (X12) l. Perusahaan Perbankan di Asia Opini Audit Going a. Kondisi Keuangan Concern (Y) (X1) Audit Tenure (X4) b. Debt Default (X2) Audit Lag (X7) c. Pertumbuhan Regresi Logistik Perusahaan (X5) d. Opinion Shopping (X6) e. Disclosure (X8) f. Perusahaan Manufaktur
Hasil Penelitian (Kesimpulan) lainnya tidak menunjukkan pengaruh terhadap opini audit going concern.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan, debt default, dan disclosure berpengaruh signifikan terhadap probabilitas penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping, dan audit lag tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap probabilitas penerimaan opini audit going concern.
41
No.
7
8
9
Peneliti Judul Penelitian (Tahun) Enggar Nursasi Pengaruh Audit dan Evi Maria Tenure, Opinion (2015) Shopping, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan dan Pembiayaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Daruosh Audit Firm Size and Foroghi dan Going-Concern Amir Reporting Accuracy Mirshams Shahshahani (2012)
Variabel & Metode Penelitian Persamaan Perbedaan a. Opini Audit Going a. Opinion Shopping Concern (Y) (X2) b. Audit Tenure (X1) b. Leverage (X3) c. Perusahaan Perbankan c. Pertumbuhan Perusahaan (X4) d. Metode analisis GESCA (Generalized Structured Component Analysis) e. Perusahaan Pembiayaan
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen, yaitu audit tenure, opinion shopping, leverage, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
a. Going-Concern Reporting Accurarcy (Y)
a. Audit Firm Size (X)
Andrés Guiral, Emiliano Ruiz, dan Hyun Jung Choi (2014)
a. Professional Sceptism of Loan Officers (Y)
a. Auditor Economic Independence who reporting unqualified but modified going
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kantor audit besar di Iran tidak memiliki akurasi pelaporan going-concern yang lebih tinggi dibandingkan kantor audit yang lebih kecil yang tergabung dalam Iranian Association of Certified Public Accountants. Berdasarkan respon dari 80 Spanish loan officers, ditemukan bahwa auditor economic indepence yang
Audit Report Information Content and The Provision of Non-Audit Services:
42
No.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Evidence from Spanish Lending Decisions
Variabel & Metode Penelitian Persamaan Perbedaan concern opinion to borrower (X1) b. Auditor Economic Independence who reporting qualified but going concern opinion to borrower (X2)
Hasil Penelitian (Kesimpulan) diukur dari provision of nonaudit services (NAS) berdampak langsung terhadap skeptisme profesional loan officers apabila peminjam (borrower) menerima unqualified but modified going concern report.
43
C. Kerangka Pemikiran Gambaran
kerangka
pemikiran
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi opini audit going concern ini disajikan dalam gambar berikut: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern
Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern di BEI Periode 2010-2014
Ukuran Perusahaan (X1) (Yunita dan Rahayuningsih, 2013) Return on Assets (X2) (Martono, 2010: 91) Audit Tenure (X3) (Putrady dan Haryanto, 2014)
Opini Going Concern (Y) (Nursasi dan Maria, 2015)
Audit Lag (X4) (Putrady dan Haryanto, 2014) Proporsi Komisaris Independen (X5) (Sulistya dan Sukartha, 2013)
Metode Analisis: Regresi Logistik Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
44
D. Hipotesis Hubungan atau keterkaitan antar variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Ukuran Perusahaan terhadap Opini Going Concern Semakin besarnya suatu entitas akan diikuti dengan pengelolaan sistem dan manajemen yang baik, dimana manajer akan bertanggung jawab atas perkembangan perusahaan. Tanggung jawab besar yang dipegang oleh manajemen akan membuat seluruh aspek di dalam perusahaan berusaha untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Dewayanto (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan akan menjadi suatu tolak ukur tertentu bagi auditor dalam menjalankan proses auditnya. Semakin besar ukuran suatu perusahaan berdampak pada semakin tingginya aset yang dimiliki, maka perusahaan akan dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu perusahaan besar akan cenderung tidak memperoleh opini going concern. Mutchler (1985) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor lebih cenderung mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural total aset yang dimiliki menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et. al. (2006), Santosa dan Wedari (2007), Januarti (2009), Yunita dan Rahayuningsih (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
45
opini going concern. Sedangkan hasil penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) dan Dewayanto (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini going concern. H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Opini Going Concern 2.
Return on Assets terhadap Opini Going Concern Return on assets (ROA) merupakan rasio yang diperoleh dari pembagian laba atau rugi bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang dimiliki. ROA digunakan untuk menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba secara efektif dan efisien berdasarkan aset yang tersedia dalam perusahaan. Menurut Gitman (2003) dalam Sutedja (2010), return on assets (ROA) merupakan salah satu unsur dari rasio profitabilitas. ROA mengukur seberapa efektif manajemen dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang tersedia. ROA menunjukkan bagaimana manajemen dapat memaksimalkan efektivitas dan efisiensi penggunaan aset yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba. Semakin tinggi tingkat ROA suatu perusahaan, maka semakin besar laba yang diperoleh perusahaan dan semakin kecil kemungkinan bagi perusahaan untuk mendapatkan opini going concern dari auditor. H2: Return on Assets berpengaruh terhadap Opini Going Concern
46
3.
Audit Tenure terhadap Opini Going Concern Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang telah terjalin antara pihak auditor dengan pihak auditee yang sama. Di Indonesia telah ditetapkan peraturan yang mengharuskan adanya pergantian KAP setiap 6 (tahun) dan auditor setiap 3 (tiga) tahun yang mengaudit klien secara berturut-turut. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga sikap independensi seorang auditor yang telah lama menjalin perikatan dengan klien. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009), Junaidi dan Hartono (2010), dan Dewayanto (2011) menunjukkan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa semakin lama hubungan auditor yang terjalin dengan klien, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk memberikan opini going concern. H3: Audit Tenure berpengaruh terhadap Opini Going Concern
4.
Audit Lag terhadap Opini Going Concern Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan keuangan tahunan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Januarti, 2009). Menurut Lennox (2002), keterlambatan opini yang dikeluarkan dapat disebabkan oleh (1) auditor lebih banyak melakukan pengujian, (2) manajer mungkin melakukan negosiasi dengan auditor untuk mengeluarkan opini yang diharapkannya, (3) auditor berharap manajemen dapat memecahkan masalah perusahaan yang sedang
47
dihadapi, sehingga terhindar dari opini going concern. Auditor cenderung terlambat untuk mengeluarkan opini pada perusahaan yang mengalami masalah going concern. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) dan Lennox (2002) menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap opini going concern. Hasil sebaliknya didapatkan oleh penelitian yang didapatkan Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh terhadap opini going concern. H4: Audit Lag berpengaruh terhadap Opini Going Concern 5.
Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern. Dalam kaitannya dengan going concern, peran komisaris independen dalam komite audit ditunjukkan lewat penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000) yang menyatakan bahwa semakin besar persentase komisaris independen yang terdapat di dalam komite audit maka semakin rendah kemungkinan penerimaan opini going concern. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adjani dan Rahardja (2013) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Semakin besar proporsi komisaris independen dalam suatu emiten maka semakin tinggi pula pengawasan dan pengaruhnya terhadap kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Selain itu, pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen dapat mengurangi masalah yang dapat terjadi antara pihak manajemen dengan pemilik, sehingga
48
diharapkan dapat mencegah timbulnya manipulasi atas laporan keuangan. Hal tersebut diharapkan dapat menghadirkan laporan keuangan yang berkualitas
serta
meningkatkan
kinerja
perusahaan
sehingga
kemungkinan auditor untuk mengeluarkan opini going concern semakin kecil. H5: Proporsi Komisaris Independen berpengaruh terhadap Opini Going Concern.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausalitas (asosiatif kausalitas) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan yang bersifat hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009: 11). Penelitian ini juga merupakan pengujian hipotesis karena penelitian ini menggunakan hipotesis yang sudah dapat ditentukan di awal penelitian (Hartono, 2004: 40). Penelitian ini membatasi permasalahan mengenai pengaruh variabel independen ukuran perusahaan, return on asset, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen terhadap opini going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor jasa yang menerima opini going concern yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 90). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
50
sektor jasa terdaftar di BEI dan menerima opini going concern selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014. Alasan penggunaan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 karena pada periode tersebut keadaan ekonomi Indonesia relatif stabil dan merupakan periode terbaru dalam laporan audit tahunan di BEI. Alasan pemilihan sektor jasa adalah untuk menghindari adanya industrial effect, yaitu resiko industri yang berbeda antara satu sektor industri dengan sektor yang lain. Selain itu, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa sektor jasa memiliki jumlah perusahaan yang menerima opini going concern yang lebih banyak dibandingkan dengan sektor sumber daya alam dan manufaktur, pemilihan sektor jasa untuk penelitian mengenai opini going concern juga dirasa masih cukup jarang. Menurut Sugiyono (2009: 91), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dan sampel yang diambil harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari suatu populasi (Sugiyono, 2009: 91). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009: 96). Adapun kriteria penggunaan sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan sektor jasa yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dan tidak sedang dalam proses keluar dari daftar BEI (delisting) pada periode pengamatan . 51
2. Perusahaan sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2010. 3. Perusahaan menerima opini going concern minimal satu kali selama periode 2010-2014. 4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap dan laporan tahunan yang telah diaudit oleh auditor independen dan berisi informasi total aset, laba atau rugi sebelum & setelah pajak, nama auditor yang mengaudit, dan susunan dewan komisaris selama periode 2010-2014. 5. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam mata uang rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2009: 147). Pertimbangan alasan penggunaan data sekunder adalah karena data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas. Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
52
1.
Penelitian Pustaka (Library Research) Perolehan data yang berkaitan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, majalah, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research) Perolehan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit dalam sektor jasa yang telah dipublikasikan secara lengkap melalui situs resmi Indonesian Stock Exchange yaitu www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan alat analisis perhitungan statistik berupa software statistik yaitu IBM SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 21. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik (logistic regression) yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy (dikotomi), yaitu menerima atau tidak menerima opini going concern. Asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan non metrik (kategorial). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas pada 53
variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011: 333) 1.
Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif
adalah
statistik
yang
digunakan
untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009: 147). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan nilai maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan
besar rata-rata populasi
yang
diperkirakan sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai disperse rata-rata dari sampel. Nilai maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Ghozali, 2011: 19). 2.
Pengujian Hipotesis Ghozali
(2011)
mengungkapkan
bahwa
pengujian
hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik dengan tipe logistik biner (binary logistic regression). Regresi logistik biner digunakan ketika hanya ada dua kemungkinan variabel dependen (Y), misalnya sukses atau 54
gagal, ya atau tidak, berganti atau tidak berganti, benar atau salah, pria atau wanita, dan sebagainya. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan metode α = 5%. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternalif (Ha) diterima. b. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternalif (Ha) ditolak. Tahapan yang digunakan dalam penggunaan logistic regression sebagai pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: a.
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Menurut Ghozali (2011: 340), langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan apakah telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Dari hipotesis tersebut kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi 2LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk 55
model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu lagi model dengan konstanta serta tambahan bebas. Terjadinya penurunan nilai antara -2LogL awal dengan -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. b.
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox dan Snell’s Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan
nilai
maksimumnya.
Nilai
Nagelkerke’s
R2
dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Semakin besar nilai Nagelkerke’s R Square (mendekati 100%) berarti semakin baik model regresi (Ghozali, 2011: 341).
56
c.
Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2011: 341).
d.
Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini going concern perusahaan.
e.
Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh 57
ukuran perusahaan, return on asset, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen terhadap opini going concern pada perusahaan sektor jasa yang menerima opini going concern dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: GC = α + β1(SIZE) + β2(ROA) + β3(TEN) + β4(LAG) + β5(KI) + e
Keterangan: GC
= Opini Going Concern (Variabel dummy, 1 untuk opini going concern dan 0 untuk selain opini going concern)
α
= Konstanta
SIZE
= Ukuran Perusahaan
ROA
= Return on Assets
TEN
= Audit Tenure
LAG
= Audit Lag
KI
= Proporsi Komisaris Independen
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel yang terdapat dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Menurut Indriantoro dan Supomo (2009: 61), variabel adalah 58
construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena. Sedangkan operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang terkait dengan penelitian yang disertai dengan operasional serta cara pengukurannya. 1.
Variabel Dependen (Y): Opini Going Concern Menurut Indriantoro dan Supomo (2009: 63), variabel depeden atau variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini going concern. Opini going concern adalah opini audit modifikasi yang diberikan oleh auditor apabila terdapat keraguan atas kemampuan going concern perusahaan
atau
terdapat
ketidakpastian
yang
signifikan
atas
kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (IAI, 2011: 341.4). Variabel ini merupakan variabel dummy yang diukur dengan angka 1 bila perusahaan menerima opini going concern dan angka 0 bila perusahaan menerima selain opini going concern (Nursasi dan Maria, 2015). 2.
Variabel Independen (X) Menurut Indriantoro dan Supomo (2009: 63), variabel independen atau variabel bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan atau 59
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Ukuran Perusahaan (X1) Ukuran
perusahaan
adalah
besarnya
ukuran
sebuah
perusahaan yang menggambarkan reputasi perusahaan di mata publik dan dapat diukur berdasarkan total aset, penjualan, atau nilai pasar saham. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, sebaliknya jika semakin kecil total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut kecil. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan menggunakan natural logarithm dari total aset (Yunita dan Rahayuningsih, 2013). b. Return on Assets (X2) Return on assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memaksimalkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva untuk memperoleh laba secara keseluruhan. Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel return on assets adalah skala rasio (Hani, et. al., 2003). Umumnya, perhitungan ROA dapat diperoleh dengan lewat rumus:
ROA =
Laba atau Rugi Setelah Pajak Total Aktiva
60
Namun untuk perusahaan yang bergerak di sektor industri perbankan terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan ketentuan teoritis dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (Dendawijaya, 2003: 120). Berdasarkan ketentuan dalam Surat Edaran No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang dikeluarkan oleh BI, telah diatur tentang metode penilaian tingkat kesehatan bank yang dikenal dengan metode CAMEL yang meliputi lima aspek, yaitu Capital (Kecukupan Modal),
Asset
(Kualitas
Aktiva),
Management
(Kualitas
Manajemen), Earnings (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas). ROA merupakan salah satu unsur dalam earnings pada metode CAMEL, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Martono, 2010: 91): ROA =
Laba atau Rugi Sebelum Pajak Total Aktiva
c. Audit Tenure Audit tenure adalah lamanya tahun perikatan yang terjalin antara auditor dengan klien yang sama. Menurut Junaidi dan Hartono (2010), semakin lama hubungan antara auditor dengan klien maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Variabel audit tenure ini menggunakan skala interval sesuai dengan lama hubungan KAP dengan klien. Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun, dimana 61
tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya (Knechel dan Vonstraelen, 2007). d. Audit Lag Audit lag adalah jumlah interval waktu antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal laporan audit. Untuk pengukurannya digunakan skala rasio dan menggunakan jumlah hari antara akhir periode akuntansi (31 Desember) sampai dengan dikeluarkannya laporan audit (90 hari) sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-36/PM/2003 tanggal 30 September 2003 dan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan audit dengan pendapat wajar harus disampaikan kepada BAPEPAM-LK selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga atau 90 hari setelah tanggal yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan. Untuk laporan keuangan tahunan yang berakhir pada periode tahun 2011, menggunakan acuan dari Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-346/BL/2011 dalam Peraturan Nomor X.K.2 tanggal 5 Juli 2011, dinyatakan bahwa laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada BAPEPAM-LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan 62
ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Untuk laporan keuangan tahunan yang berakhir periode 2012 dan setelahnya, menggunakan acuan dari Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-431/BL/2012 dalam Peraturan Nomor X.K.6 tanggal 1 Agustus 2012, dinyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BAPEPAM-LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir, dan tetap berlaku pasca peralihan wewenang BAPEPAM-LK kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tertanggal 31 Desember 2012. e. Proporsi Komisaris Independen Komisaris Independen adalah salah satu unsur penting pada susunan dewan komisaris di dalam perusahaan yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik yang berjumlah sekurangkurangnya satu orang dan berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Setyawan (2011) dalam Sulistya dan Sukartha (2013) mengemukakan bahwa Keberadaan komisaris independen didalam perusahaan diharapkan mampu menjamin transparansi laporan keuangan perusahaan serta mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku. Sehingga semakin besar proporsi komisaris independen mampu mengurangi kemungkinan pemberian opini going concern. Menurut Sulistya dan Sukartha (2013), variabel ini 63
menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Proporsi Dewan Komisaris =
Jumlah Komisaris Independen Jumlah Total Komisaris
64
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian No
1
2
3
4
5
Variabel Variabel Dependen (Y): Opini Going Concern (Nursasi dan Maria, 2015) Variabel Independen (X1): Ukuran Perusahaan (Yunita dan Rahayuningsih, 2013) Variabel Independen (X2): Return on Assets (Martono, 2010: 91) Variabel Independen (X3): Audit Tenure (Putrady dan Haryanto, 2014) Variabel Independen (X4): Audit Lag (Putrady dan Haryanto, 2014)
Indikator
Pengukuran
Variabel dummy, jika perusahaan klien mendapatkan opini going concern diberikan nilai 1 dan jika perusahaan klien tidak mendapatkan opini going concern diberikan nilai 0 Logaritma natural (Ln) atas total aset perusahaan
Nominal
ROA Perusahaan Umum (Non Bank):
Rasio
Rasio
Laba atau Rugi Setelah Pajak Total Aktiva Industri Keuangan (Bank): Laba atau Rugi Sebelum Pajak Total Aktiva Lama hubungan KAP dengan klien dan diukur dengan menghitung jumlah tahun, dimana tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya
Interval
Jumlah hari antara akhir periode akuntansi (31 Desember) sampai dikeluarkannya laporan audit
Rasio
65
6
Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen Jumlah Komisaris Independen (X5): Proporsi Jumlah Total Komisaris Komisaris Independen (Sulistya dan Sukartha, 2013)
Rasio
66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan populasi perusahaan sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Perusahaan sektor jasa tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2010, menerima opini going concern minimal satu kali selama periode pengamatan, dan selama periode tersebut perusahaan tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh ukuran perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen. Ditinjau dari jenis usaha di Bursa Efek Indonesia, perusahaan sektor jasa merupakan salah satu dari tiga macam jenis perusahaan selain sektor Sumber Daya Alam (SDA) dan sektor manufaktur. Sektor jasa terbagi menjadi beberapa sub bagian perusahaan jasa, yaitu property real estate & building construction, infrastructure utilities & transportation, finance, serta trade services & investment. Adapun sektor tersebut terdiri dari beberapa jenis berikut ini: 1.
Property, Real Estate & Building Construction terdiri dari property & real estate, building construction, dan sub sektor lainnya.
2.
Infrastructur, Utilities & Transportation terdiri dari energy, toll road, airport, harbor, and allied products, telecommunication, transportation, non building construction, dan sub sektor lainnya. 67
3.
Finance terdiri dari bank, financial institution, securities company, insurance, investment fund/mutual fund, dan sub sektor lainnya.
4.
Trade, Services & Investment terdiri dari wholesale (durable & nondurable goods), retail trade, restaurant, hotel and tourism, advertising, printing and media, health care, computer and services, investment company, dan sub sektor lainnya. Sektor jasa dipilih karena dalam periode pengamatan memiliki jumlah
perusahaan yang menerima opini going concern yang paling banyak dibandingkan dengan sektor lain sehingga data yang spesifik untuk sampel yang ada semakin banyak. Rincian daftar dan jumlah perusahaan yang mendapatkan opini going concern dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Sektor Sumber Daya Alam yang Menerima Opini Going Concern No. Kode Emiten Nama Emiten 1 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk. 2 BUMI Bumi Resources Tbk. 3 BYAN Bayan Resources Tbk. 4 CPRO Central Proteina PrimaTbk. 5 DEWA Darma Henwa Tbk. 6 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. 7 ENRG Energi Mega Persada Tbk. 8 IIKP Inti Agri Resources Tbk. 9 MYOH Samindo Resources Tbk. 10 SMMT Golden Eagle Energy Tbk. 11 UNSP Bakrie Sumatera Plantation Sumber: data diolah Tabel 4.2 Daftar Peusahaan Sektor Manufaktur yang Menerima Opini Going Concern No. Kode Emiten Nama Emiten 1 ADMG Polychem Indonesia Tbk. 2 ARGO Argo Pantes Tbk. 68
3 BIMA 4 DAVO 5 ERTX 6 IKAI 7 JKSW 8 KBRI 9 MLIA 10 MYTX 11 POLY 12 SIMA 13 SSTM 14 SULI 15 UNTX 16 VOKS Sumber: data diolah
Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Davomas Abadi Tbk. Eratex Djaja Tbk. Intikeramik Alamsari Industri Tbk. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. Kertas Basuki Rakhmat Tbk. Mulia Industrindo Tbk. Apac Citra Centertex Tbk. Asia Pacific Fibers Tbk. Siwani Makmur Tbk. Sunson Textile Manufacturer Tbk. SLJ Global Tbk. Unitex Tbk. Voksel Electric Tbk.
Tabel 4.3 Daftar Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern No. Kode Emiten Nama Emiten 1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk. 3 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk. 4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk. 6 BNBR Bakrie & Brothers Tbk. 7 BTEL Bakrie Telecom Tbk. 8 CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk. 9 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk. 10 ELTY Bakrieland Development Tbk. 11 FREN Smartfren Telecom Tbk. 12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. 13 INTD Inter Delta Tbk. 14 ITTG Leo Investments Tbk. 15 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 16 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk. 17 LAPD Leyand International Tbk. 18 LPLI Star Pacific Tbk. 19 LPPS Lippo Securities Tbk. 20 MIRA Mitra International Resources Tbk. 21 MTFN Capitalinc Investment Tbk. 22 MYRX Hanson International Tbk. 23 OCAP Onix Capital Tbk. 24 PGLI Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk. 25 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk. 69
No. Kode Emiten 26 SAFE 27 SMDM 28 SUGI 29 TKGA 30 TRAM 31 TRUB 32 WAPO 33 WICO 34 ZBRA Sumber: data diolah
Nama Emiten Steady Safe Tbk. Suryamas Dutamakmur Tbk. Sugih Energy Tbk. Permata Prima Sakti Tbk. Trada Maritime Tbk. Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. Wahana Pronatural Tbk. Wicaksana Overseas International Tbk. Zebra Nusantara Tbk.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui jumlah perusahaan yang mendapatkan opini going concern dari masing-masing sektor. Persentase masing-masing sektor dari jumlah keseluruhan perusahaan yang mendapatkan opini going concern dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Persentase Sektor Perusahaan yang Menerima Opini Going Concern Sektor Jumlah Perusahaan Persentase Sumber Daya Alam 11 18,03% Manufaktur 16 26,23% Jasa 34 55,74% Total 61 100% Sumber: data diolah Berdasarkan uraian tabel tersebut, dapat diketahui perusahaan sektor jasa memiliki persentase perusahaan yang paling banyak dibandingkan dengan perusahaan dari sektor lainnya. Perhitungan persentase untuk masingmasing perusahaan didapatkan dari hasil (jumlah perusahaan/jumlah total perusahaan) x 100. Oleh karena itu, hasil tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk menggunakan sampel dari perusahaan sektor jasa. Alasan penggunaan data lima tahun dari tahun 2010 sampai tahun 2014 adalah karena pada tahun tersebut dapat memberikan gambaran 70
mengenai kondisi perusahaan yang dapat berubah-ubah karena dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu, periode tersebut merupakan periode terbaru dimana laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan tersedia di Bursa Efek Indonesia. Tabel 4.1 berikut ini menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan: Tabel 4.5 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria Kriteria Jumlah perusahaan sektor jasa yang listing di BEI tahun 20102014 dan tidak mengalami delisting Perusahaan terdaftar sebelum 1 Januari 2010 Perusahaan yang menerima opini going concern minimal satu kali selama periode 2010-2014 Perusahaan yang tidak memberikan informasi lengkap Perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah dalam laporan keuangannya Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel Periode penelitian (tahun) Jumlah sampel total selama periode penelitian Sumber: data diolah
Jumlah 304 220 34 (2) 32 5 160
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai 2014 berjumlah 304 perusahaan. Dari 304 perusahaan tersebut, terdapat 220 perusahaan sektor jasa yang terdaftar sebelum 1 Januari 2010. Dari 220 perusahaan ini terdapat 34 perusahaan yang pernah menerima opini going concern minimal satu kali selama periode pengamatan. Dari 34 perusahaan tersebut terdapat 2 perusahaan yang memberikan informasi keuangan berupa laporan keuangan atau laporan tahunan yang tidak lengkap. Sehingga perusahaan sektor jasa yang dapat dijadikan sampel adalah 71
sebanyak 32 perusahaan. Sedangkan total sampel penelitian ini adalah 32 perusahaan dikalikan 5 tahun pengamatan, sehingga sampel penelitian berjumlah 160. Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih bagi perusahaan sektor jasa yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti total aset, laba atau rugi sebelum & setelah pajak, nama auditor, tanggal penerbitan laporan auditor, susunan dewan komisaris, serta opini audit yang diberikan. Berikut adalah
tabel
sampel perusahaan sektor jasa yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.6 Sampel Perusahaan Sektor Jasa yang Menerima Opini Going Concern No. Kode Emiten Nama Emiten 1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk. 3 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk. 4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk. 6 BNBR Bakrie & Brothers Tbk. 7 BTEL Bakrie Telecom Tbk. 8 CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk. 9 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk. 10 ELTY Bakrieland Development Tbk. 11 FREN Smartfren Telecom Tbk. 12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. 13 INTD Inter Delta Tbk. 14 ITTG Leo Investments Tbk. 15 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 16 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk. 17 LAPD Leyand International Tbk. 18 LPLI Star Pacific Tbk. 19 LPPS Lippo Securities Tbk. 20 MIRA Mitra International Resources Tbk. 21 MTFN Capitalinc Investment Tbk. 22 MYRX Hanson International Tbk. 72
No. Kode Emiten 23 OCAP 24 RIMO 25 SAFE 26 SMDM 27 SUGI 28 TRAM 29 TRUB 30 WAPO 31 WICO 32 ZBRA Sumber: data diolah
Nama Emiten Onix Capital Tbk. Rimo Catur Lestari Tbk. Steady Safe Tbk. Suryamas Dutamakmur Tbk. Sugih Energy Tbk. Trada Maritime Tbk. Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. Wahana Pronatural Tbk. Wicaksana Overseas International Tbk. Zebra Nusantara Tbk.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (ukuran perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen) terhadap variabel dependen yaitu opini going concern. 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif Tabel deskriptif menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu opini going concern serta variabel independen (X), yaitu ukuran perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen. Berikut adalah tabel hasil olahan data mengenai statistik deksriptif dengan sampel perusahaan sektor jasa yang menerima opini going concern.
73
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
SIZE
160
8,1116
17,2740
13,363650
2,2369294
ROA
160
-1,7290
9,5562
,031923
,8756737
TENURE
160
1
5
2,05
1,196
LAG
160
13
310
94,15
33,912
KI
160
,00
1,00
,4540
,13542
Valid N
160
(listwise) Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 160 data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5 tahun; dari tahun 2010 sampai 2014) dengan jumlah perusahaan sampel (32 perusahaan). Tabel 4.7 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 8,11 dari PT Leo Investments Tbk. (ITTG) tahun 2010 , nilai maksimum sebesar 17,27 dari PT Bakrie and Brothers Tbk. (BNBR) tahun 2010, nilai rata-rata sebesar 13,36, dan standar deviasi sebesar 2,23. Nilai ratarata
sebesar
13,36
mendekati
nilai
maksimum
sebesar
17,27
menunjukkan sampel penelitian termasuk ke dalam perusahaan dengan total aktiva yang cukup besar.
74
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap Return on Assets (ROA) menunjukkan nilai minimum sebesar -1,72 dari PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO) tahun 2012, nilai maksimum sebesar 9,55 dari PT Mitra International Resources Tbk. (MIRA) tahun 2011, nilai rata-rata sebesar 0,03, dan standar deviasi sebesar 0,87. Nilai rata-rata sebesar 0,03 menunjukkan bahwa banyak sampel penelitian yang memiliki tingkat ROA yang kecil. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap audit tenure (TENURE) menunjukkan nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 5, nilai rata-rata sebesar 2,05, dan standar deviasi sebesar 1,19. Nilai rata-rata sebesar 2,05 menunjukkan bahwa rata-rata hubungan perikatan auditor dengan klien dalam penelitian ini adalah 2,05 tahun. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap audit lag (LAG) menunjukkan nilai minimum sebesar 13 dari PT Wahana Pronatural Tbk. (WAPO) tahun 2011, nilai maksimum sebesar 310 dari PT Mitra International Resources Tbk. (MIRA) tahun 2011, nilai rata-rata sebesar 94,15, dan standar deviasi sebesar 33,91. Nilai ratarata sebesar 94,15 menunjukkan bahwa auditor dalam sampel penelitian menerbitkan laporan audit selama 94,15 hari. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap proporsi komisaris independen (KI) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00 dari PT Bank Jtrust Indonesia Tbk. (BCIC) tahun 2010, nilai 75
maksimum sebesar 1,00 dari PT Bank Jtrust Indonesia Tbk. (BCIC) tahun 2014, PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) tahun 2010, dan PT Steady Safe Tbk. (SAFE) tahun 2010, nilai rata-rata sebesar 0,45, dan standar deviasi sebesar 0,13. Nilai rata-rata sebesar 0,45 menunjukkan bahwa rata-rata proporsi jumlah komisaris independen pada sampel penelitian adalah sebesar 45%. Variabel ukuran perusahaan, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen yang menggunakan skala pengukuran rasio memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik karena nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasinya menunjukkan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil. Sedangkan untuk variabel opini going concern menggunakan skala pengukuran nominal. Nilai rata-rata dan standar deviasi tidak tepat bila digunakan sebagai alat analisis kualitas data pada variabel tersebut karena kode angka yang digunakan dalam skala pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategorial semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2011: 4). 2.
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Untuk pengujian ini statistik digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Output SPSS 76
memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LogL) awal (block number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) akhir (block number = 1). Adapun penurunan nilai Likelihood (-2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel 4.8 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Block Number 0: Beginning Block) Iteration Historya,b,c Iteration -2 Log Coefficients likelihood Constant 1 201,820 Step 0 2 201,786 3 201,786 Sumber: data sekunder yang diolah
,700 ,731 ,731
Tabel 4.8 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada blok pertama (block number = 0) terlihat nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) sebesar 201,786. Kemudian nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) berikutnya (block number = 1) ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut:
77
Tabel 4.9 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Block Number 1) Iteration Historya,b,c,d Iteration -2 Log Coefficients likelihood Constant SIZE ROA TENURE LAG KI 1 194,692 1,968 -,165 ,001 ,018 ,005 1,038 2 194,298 2,274 -,199 ,005 ,011 ,006 1,241 Step 1 3 194,296 2,286 -,201 ,009 ,010 ,006 1,252 4 194,296 2,286 -,201 Initial -2 Log Likelihood: 201,786 Sumber: data sekunder yang diolah
,009
,010
,006 1,252
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada block number = 1 setelah dimasukkan kelima variabel independen yaitu ukuran perusahaan, ROA, audit tenure, audit lag, dan proporsi komisaris independen menjadi sebesar 194,296. Seperti yang
ditunjukkan pada tabel 4.8 dan 4.9, nilai -2 Log
Likelihood (-2LogL) awal (block number = 0) sebesar 201,786 dan - 2 Log Likelihood (-2LogL) berikutnya (block number = 1) sebesar 194,296. Terjadi penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan berikutnya sebesar 7,49. Penurunan nilai Likelihood (-2LogL) ini menunjukkan bahwa penambahan variabel independen ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 3.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang 78
kecil
berarti
kemampuan
variabel-variabel
independen
dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Semakin besar nilai Nagelkerke R Square (mendekati 100%) berarti semakin baik model regresi. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji koefisien determinasi sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke likelihood R Square R Square a 1 194,296 ,046 ,064 Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukkan dalam tabel 4.10 tersebut, dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,064. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen dalam penelitian ini adalah sebesar 6,4%, sedangkan sisanya 92,6% (100% - 6,4%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. Variabel tersebut seperti variabel opini audit sebelumnya (Dewayanto, 2011), variabel debt default (Ardiani, et. al., 2012), kualitas audit dan solvabilitas (Haribowo, 2013), kondisi keuangan dan disclosure (Putrady dan Haryanto, 2014), atau opinion shopping (Nursasi dan Maria, 2015).
79
4.
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan goodness of fit model yang diukur dengan Chi-Square pada kolom Hosmer and Lemeshow’s Test (Ghozali, 2011: 269). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test < 0,05 maka model dikatakan tidak fit. Sebaliknya, jika signifikansi > 0,05 maka model dinilai fit atau sesuai dengan data. Tabel 4.11 menyajikan hasil uji kelayakan model regresi sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 5,910 8 ,657 Sumber: data sekunder yang diolah Hasil output SPSS yang disajikan dalam tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai Chi-Square sebesar 5,910 dengan signifikansi sebesar 0,657. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya atau model dikatakan fit dengan data dan model dapat diterima sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
5.
Hasil Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.
80
Tabel 4.12 Matriks Klasifikasi Classification Tablea Observed
Step 1
OPINI
Non GC GC
Predicted OPINI Percentage Correct Non GC GC 2 50 3,8 4 104 96,3
Overall Percentage Sumber: data sekunder yang diolah Kekuatan
prediksi
dari
model
66,3
regresi
untuk
memprediksi
kemungkinan perusahaan menerima opini going concern adalah sebesar 96,3%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 104 sampel penelitian (96,3%) yang diprediksi akan menerima opini going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan tidak menerima opini going concern adalah sebesar 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 2 sampel penelitian (3,8%) yang diprediksi tidak menerima opini going concern dari total 52 sampel penelitian yang tidak menerima opini going concern. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi dari prediksi model ini adalah sebesar 66,3% dimana sebesar 96,3% perusahaan menerima opini going concern dan 3,8% perusahaan tidak menerima opini going concern yang telah mampu diprediksi oleh model. Artinya, kemampuan prediksi
81
model dengan kelima variabel dalam penelitian ini secara statistik adalah sebesar 66,3%. 6.
Hasil Uji Hipotesis Penelitian Hasil pengujian model regresi logistik yang terbentuk disajikan dalam tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) SIZE -,201 ,084 5,774 1 ,016 ,818 ROA ,009 ,289 ,001 1 ,976 1,009 TENURE ,010 ,145 ,005 1 ,943 1,010 Step 1a LAG ,006 ,006 1,016 1 ,313 1,006 KI 1,252 1,299 ,929 1 ,335 3,499 Constant 2,286 1,290 3,139 1 ,076 9,836 Sumber: data sekunder yang diolah
Keterangan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan -
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model regresi logistik yang terbentuk sebagai berikut: GC =
2,286 – 0,201 SIZE + 0,009 ROA + 0,010 TENURE + 0,006 LAG + 1,252 KI
Berdasarkan pengujian regresi logistik sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam lima bagian. Bagian pertama membahas pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap opini going concern (GC) (H1). Bagian ke dua membahas pengaruh return on assets (ROA) terhadap opini going concern (GC) (H2). Bagian ke tiga membahas pengaruh audit tenure (TENURE) terhadap opini going concern (GC) (H3). Bagian ke empat 82
membahas pengaruh audit lag (LAG) terhadap opini going concern (GC) (H4). Dan bagian ke lima membahas pengaruh proporsi komisaris independen (KI) terhadap opini going concern (GC) (H5). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Opini Going Concern (GC) Variabel ukuran perusahaan menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar -0,201 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,016 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama berhasil didukung (Ha diterima), sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini going concern. Dalam hal ini semakin besar perusahaan, maka perusahaan cenderung tidak menerima opini going concern. Hasil
penelitian
menunjukkan
ukuran
perusahaan
yang
diproksikan dengan logaritma natural total aset berarti perusahaan dengan total aset yang besar memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk gagal dalam melangsungkan usahanya. Selain itu suatu perusahaan yang besar biasanya akan memiliki pengelolaan sistem dan manajemen yang baik, dimana manajer akan bertanggung jawab atas perkembangan perusahaan. Tanggung jawab besar yang dipegang oleh manajemen akan membuat seluruh aspek di dalam perusahaan berusaha untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Hal tersebut 83
tentunya akan menjadi penilaian tersendiri bagi auditor dalam memberikan opini
pada perusahaan tersebut,
sehingga kecil
kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dengan opini audit going concern, dalam penelitiannya dijelaskan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan bagi perusahaan untuk mendapatkan opini going concern, sedangkan semakin kecil perusahaan maka kemungkinan untuk mendapatkan opini going concern pun akan cenderung besar. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) juga menunjukkan hasil yang signifikan negatif, karena perusahaan yang memiliki total penjualan yang besar akan lebih mampu dalam mengatasi kesulitan keuangan sehingga tidak akan mudah menerima opini going concern. Namun penelitian ini juga memberikan hasil yang tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2011) serta Yunita dan
Rahayuningsih
(2013)
yang menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini going concern. 2) Pengaruh Return on Assets terhadap Opini Going Concern Variabel return on assets (ROA) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,009 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,976 84
yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke dua tidak berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hal ini terjadi karena pada saat auditor melakukan pemeriksaan audit terhadap rasio keuangan suatu perusahaan, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang auditor untuk memberikan suatu opini audit. Hal yang dipertimbangkan oleh auditor bukan hanya didasarkan pada tingkat ROA saja, tetapi juga pada aspek lain seperti rasio likuiditas dan solvabilitas. Oleh karena itu walaupun ROA dapat dijadikan cerminan sejauh mana tingkat pengembalian aset yang terjadi di perusahaan, tetapi tidak dapat dijadikan satu-satunya dasar oleh auditor untuk memberikan opini going concern. Hasil penelitian yang didapat konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sussanto dan Aquariza (2012) yang menyatakan profitabilitas yang diproksikan dengan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap opini going concern. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Haribowo (2013) terhadap industri perbankan syariah di Asia juga menunjukkan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2009) yang menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh terhadap opini going concern. Menurutnya tingkat ROA 85
yang rendah membuat auditor cenderung memberikan opini going concern. Penelitian Sutedja (2010) juga menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh terhadap pemberian opini going concern. 3) Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Going Concern Variabel audit tenure menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,943 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke tiga tidak berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Tidak berpengaruhnya audit tenure terhadap opini going concern berkaitan dengan independensi dan profesionalitas yang dimiliki oleh auditor. Seorang auditor yang baik tidak akan terpengaruh oleh lamanya perikatan yang telah dilakukan dengan klien, sehingga pemberian opini going concern oleh auditor terhadap kliennya masih dimungkinkan bisa terjadi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutajulu, Agusti, dan Silfi (2014) serta Putrady dan Haryanto (2014) yang menyatakan bahwa audit client tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Hal tersebut terjadi karena auditor yang baik tidak akan takut kehilangan fee audit yang akan diterimanya di masa mendatang karena dia tetap mengedepankan sikap independen dan profesionalnya. Selain itu BAPEPAM-LK juga 86
telah mengeluarkan peraturan yang bertujuan agar auditor dapat menjaga independensinya. Namun penelitian ini tidak memberikan hasil yang konsisten dengan penelitian Junaidi dan Hartono (2010) serta Nursasi dan Maria (2015) yang menunjukkan hasil bahwa audit tenure berpengaruh terhadap opini going concern. Menurutnya independensi auditor dapat terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern. 4) Pengaruh Audit Lag terhadap Opini Going Concern Variabel audit lag menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,313 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke empat tidak berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa audit lag tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Lamanya suatu proses audit yang dilakukan oleh auditor tidak hanya disebabkan perusahaan sedang mengalami masalah keuangan, tetapi juga karena auditor memerlukan waktu yang lebih untuk melakukan audit agar mendapatkan hasil yang detail dan lebih teliti. Selain itu, banyaknya lingkup dan materi yang harus diaudit juga dapat menjadi penyebab auditor membutuhkan waklu yang lebih 87
lama. Jumlah hari yang relatif lama bagi auditor untuk melakukan proses audit tidak dapat dijadikan acuan bahwa perusahaan itu akan menerima opini going concern. Oleh karena itu audit lag tidak memiliki pengaruh terhadap opini going concern. Hasil
penelitian
yang
konsisten
dengan
penelitian
ini
ditunjukkan dalam penelitian Januarti (2009) serta Putrady dan Haryanto (2014) yang menyatakan bahwa audit lag tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini going concern. Namun hasil penelitian sebaliknya juga ditunjukkan dalam penelitian Lennox (2002) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa audit lag tidak memiliki pengaruh terhadap opini going concern. 5) Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Opini Going Concern Variabel proporsi komisaris independen menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1,252 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,335 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke lima tidak berhasil didukung (Ha ditolak), sehingga dapat dikatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Tidak berpengaruhnya proporsi komisaris independen terhadap opini going concern karena dihadirkannya komisaris independen oleh suatu perusahaan lebih bertujuan untuk mematuhi peraturan yang telah 88
dibuat oleh BAPEPAM-LK. Peraturan yang mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen tidak memberikan perbedaan ataupun peningkatan yang berarti terhadap kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu auditor tidak terlalu mempertimbangkan komposisi komisaris independen sebagai salah satu dasar pemberian opini audit. Hasil penelitian yang konsisten dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistya dan Sukartha (2013) yang menunjukkan hasil bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Namun sebaliknya, hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap opini going concern.
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression) dengan menggunakan bantuan alat analisis perhitungan statistik berupa software statistik yaitu IBM SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 21. Penelitian ini menggunakan data sampel sebanyak 160 sampel penelitian dari 32 perusahaan sektor jasa terdaftar di BEI yang menerima unqualified opinion with modified paragraf going concern periode 2010-2014. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) serta Januarti (2009), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2011) serta Yunita dan Rahayuningsih (2013).
2.
Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa return on assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sussanto dan Aquariza (2012) serta Haribowo (2013), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2009) serta Sutedja (2010).
90
3.
Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hutajulu, Agusti, dan Silfi (2014) serta Putrady dan Haryanto (2014), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010) serta Nursasi dan Maria (2015).
4.
Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) serta Putrady dan Haryanto (2014), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Lennox (2002) serta Januarti dan Fitrianasari (2008).
5.
Hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistya dan Sukartha (2013), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000).
B. Saran Beberapa saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Manajemen Perusahaan Didapatinya hasil yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural total aset merupakan satu91
satunya faktor yang berpengaruh terhadap opini going concern diharapkan dapat menjadi referensi bagi manajemen untuk mengenali tanda-tanda
kebangkrutan
perusahaan,
mengevaluasi
kemampuan
perusahaan dalam menjalankan operasinya, serta mengelola aset secara lebih baik lagi. Sehingga manajemen dapat mengambil kebijakan sesegera mungkin untuk mengatasi masalah tersebut dan terhindar dari penerimaan opini going concern. 2.
Bagi Praktisi Akuntan Publik Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi praktisi akuntan publik agar lebih teliti dalam memeriksa sumber pendapatan dan pengeluaran klien. Karena dari proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, perusahaan yang menerima laba belum tentu terhindar dari opini going concern dan sebaliknya bila rugi juga belum tentu menerima opini going concern. Selain itu, diharapkan bagi para akuntan publik agar lebih menaati peraturan yang telah dibuat pemerintah guna menjaga independensi dan profesionalitas dari akuntan publik.
3.
Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan wawasan bagi pembaca ataupun peneliti selanjutnya mengenai faktor-faktor yang memperngaruhi opini going concern serta dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi khususnya mengenai opini going concern.
92
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alternatif variabel independen selain variabel yang terdapat pada penelitian ini seperti strategic action perusahaan, kepemilikan asing dan kepemilikan dalam negeri, auditor changes, dan sebagainya. Selain itu penelitian selanjutnya juga diharapkan menggunakan metode pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini, seperti ukuran perusahaan yang diukur dari total penjualan atau audit tenure yang diukur dengan menggunakan dummy short dan long tenure. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat meneliti sektor yang lain seperti sektor sumber daya alam atau manufaktur dan menggunakan periode penelitian yang paling terbaru dengan tahun pengamatan yang lebih panjang.
93
DAFTAR PUSTAKA Adjani, Ema Diandra dan Rahardja, Surya. “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kemungkinan Pemberian Opini Audit Going Concern oleh Auditor Independen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 2 No.2, Semarang 2013. Agoes, Sukrisno. “AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik”. Penerbit Salemba, Jakarta, 2012. Ardiani, Nurul, Nur DP, Emrinaldi, dan Azlina, Nur. “Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Jurnal Ekonomi Vol. 20 No. 4, Riau, 2012. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. “Kajian Tentang Pedoman Good Corporate Governance di Negara-negara Anggota ACMF”. 2010. Belkaoui, Ahmed. R. “Teori Akuntansi”. Edisi Lima, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Boynton, William C, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. “Modern Auditing”. 8th Edition, John Wiley & Sons Inc, United States of America, 2006. Carcello, J.V. dan Neal, T. L.. “Audit Committee Composition and Auditor Reporting”. The Accounting Review Vol. 75 No. 4, Pg. 453-467, 2000. Dendawijaya, Lukman. “MANAJEMEN PERBANKAN”. Cetakan Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Dewayanto, Totok. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Fokus Ekonomi Vol. 6 No.1, Hal. 81-104, 2011. Diana, Devi Nurvida Avri dan Irianto, Gugus. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Sebaran Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan ditinjau dari Teori Keagenan”. Emisi Vol. 1 No. 1, Hal. 1-16, April 2008. Fanny, Margaretta & Silvia, Saputra. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Model Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
94
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 2005. Foroghi, Daruosh. “Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy”. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research In Business Vol. 3 No. 9, 2012. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Guiral, Andrés, Ruiz, Emiliano, dan Choi, Hyun Jung. “Audit Report Information Content and The Provision of Non-Audit Services: Evidence from Spanish Lending Decisions”. Journal of International Accounting, Auditing, and Taxation 23, Pg. 44-57, 2014. Halim, Abdul. “Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan)”. Edisi Keempat Cetakan Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2008. Haribowo, Ismawati. “Analisis Perbandingan Pengaruh Kualitas Audit, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Perbankan Syariah di Asia)”. STAR – Study & Accounting Research Vol. X No. 3, 2013. Hartono, Jogiyanto M. “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman”. BPFE Yogyakarta, 2004. Hutajulu, Bernandus, Agusti, Restu, dan Silfi, Alfiati. “Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Kondisi Keuangan, dan Auditor Client Tenure terhadap Opini Audit Going Concern dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol (Studi Empiris pada Perusahaan Automotive and Components yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. JOM FEKON Vol. 1 No. 2, 2014. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. “Standar Profesional Akuntan Publik”.Salemba Empat, Jakarta, 2011 Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis”. Edisi Pertama Cetakan Ketiga, BPFE Yogyakarta, 2009. Januarti, Indira dan Fitrianasari, Ella. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005)”. Jurnal Maksi Vol. 8 No. 1, Hal. 4358, UNDIP, 2008.
95
Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang, 2009. Jensen, Michael C. dan Meckling, William H. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs dan Ownership Structure”. Journal of Financial Economics Vol. 3 No. 4, Pg. 305-360, October 1976. Juandini, Wulandari. “Factors That Influence The Acceptance of A Going Concern Audit Opinion Manufacturing Companies Listed In Indonesia Stock Exchange (BEI)”. Universitas Gunadarma, Depok, 2011. Junaidi dan Hartono, Jogiyanto. “Faktor Non-Keuangan pada Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010. Knechel, W. Robert dan Vonstraelen, Ann. “The Relationship Between Auditor Tenure and Audit Quality Implied By Going Concern Opinions”. Auditing: A Journal of Practice and Theory Vol. 26 No.1, Pg. 113-131, 2007. Komalasari, Agrianty. “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proksi Going Concern terhadap Opini Auditor”. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol. 9 No. 2, 2004. Komite Nasional Kebijakan Governance. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”. Jakarta, 2006. Lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003. Lennox, Clive S. “Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor Independence and Opinion Shopping”. Diakses dari http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468, 2002. Martono. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Penerbit EKONISIA, Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2010. Mulyadi. “Auditing”. Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Nursasi, Enggar dan Maria, Evi. “Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan dan Pembiayaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal JIBEKA Vol. 9 No. 1, Februari 2015. Petronela, Thio. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit”. Jurnal Balance, 2004.
96
Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007. Putrady, Gea Cherlita dan Haryanto. “Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern”. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 3 No. 2, Semarang, 2014. Rahayu, Puji. “Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Information”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007. Santosa, Arga Fajar, dan Wedari, Linda Kusumaning. “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecendeunagan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. JAAI Vol. 11 No. 2, Hal. 141-158, Semarang, 2007. Setyarno, Eko Budi, Januarti, Indira, dan Faisal. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 2006. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)”. Cetakan ke 13, 2009. Sulistya, Ayu Febri dan Sukartha, Pt. Dyan Yaniartha. “Pengaruh Prior Opinion, Pertumbuhan, dan Mekanisme Corporate Governance pada Permberian Opini Audit Going Concern”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Bali, 2013. Susanto, Yulius Kurnia. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 3, 2009. Sussanto, Herry dan Aquariza, Nur Mettani. “Analisis Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. UG Jurnal Vol. 6 No. 12, 2012. Sutedja, Christian. “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 2 No. 2, Surabaya, Juli 2010.
97
Yunita dan Rahayuningsih, Deasy Ariyanti. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern”. Media Bisnis, STIE Trisakti, 2013.
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
99
LAMPIRAN A DATA SAMPEL
100
Lampiran 1: Sampel Perusahaan SAMPEL PERUSAHAAN SEKTOR JASA YANG MENERIMA OPINI GOING CONCERN No. Kode Emiten Nama Emiten 1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk. 3 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk. 4 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk. 5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk. 6 BNBR Bakrie & Brothers Tbk. 7 BTEL Bakrie Telecom Tbk. 8 CMPP Rimau Multi Putra Pratama Tbk. 9 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk. 10 ELTY Bakrieland Development Tbk. 11 FREN Smartfren Telecom Tbk. 12 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. 13 INTD Inter Delta Tbk. 14 ITTG Leo Investments Tbk. 15 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 16 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk. 17 LAPD Leyand International Tbk. 18 LPLI Star Pacific Tbk. 19 LPPS Lippo Securities Tbk. 20 MIRA Mitra International Resources Tbk. 21 MTFN Capitalinc Investment Tbk. 22 MYRX Hanson International Tbk. 23 OCAP Onix Capital Tbk. 24 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk. 25 SAFE Steady Safe Tbk. 26 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk. 27 SUGI Sugih Energy Tbk. 28 TRAM Trada Maritime Tbk. 29 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. 30 WAPO Wahana Pronatural Tbk. 31 WICO Wicaksana Overseas International Tbk. 32 ZBRA Zebra Nusantara Tbk.
101
Lampiran 2: Hasil Variabel Ukuran Perusahaan Kode Emiten 1 APOL 2 BCIC 3 BEKS 4 BIPP 5 BKDP 6 BNBR 7 BTEL 8 CMPP 9 DNET 10 ELTY 11 FREN 12 IATA 13 INTD 14 ITTG 15 KARW 16 KONI 17 LAPD 18 LPLI 19 LPPS 20 MIRA 21 MTFN 22 MYRX 23 OCAP 24 RIMO 25 SAFE 26 SMDM 27 SUGI 28 TRAM 29 TRUB 30 WAPO 31 WICO 32 ZBRA *)Dalam Jutaan No.
Total Aset 2010 5.505.205 10.783.886 1.561.622 191.368 1.017.544 31.768.029 12.352.891 65.280 16.640 17.064.196 4.483.610 593.413 42.587 3.333 73.648 84.841 1.258.506 1.363.969 586.580 7.761.381 523.396 133.216 56.674 17.738 86.632 2.063.047 40.819 2.184.538 6.400.427 204.817 213.289 62.199
Total Aset 2011 4.265.546 13.127.198 5.993.039 197.343 976.489 25.212.651 12.213.109 56.711 17.119 17.707.950 12.296.579 589.977 57.331 7.340 13.173 75.296 1.184.679 1.177.715 616.896 405.720 643.102 861.975 83.459 10.483 60.507 2.454.962 40.819 2.595.440 3.967.224 79.991 189.755 56.650
102
Total Aset 2012 3.008.037 15.240.091 7.682.938 178.404 899.948 15.657.587 9.052.428 68.629 16.821 15.235.633 14.339.807 730.932 53.766 93.979 549.107 82.759 1.155.885 1.590.431 764.459 405.043 757.447 1.116.299 149.046 6.187 41.542 2.637.665 3.659.459 3.247.103 2.780.591 97.486 154.301 47.105
Total Aset 2013 2.577.574 14.576.094 9.003.124 561.407 845.487 11.866.660 9.128.135 59.997 7.192.369 12.301.124 15.866.493 1.326.955 53.413 93.718 674.051 107.741 1.017.448 1.870.675 943.603 491.868 818.100 5.335.863 138.605 5.081 14.395 2.950.314 6.423.077 3.917.160 2.710.182 114.564 169.324 39.645
Total Aset 2014 1.858.191 12.682.021 9.044.046 617.584 829.193 11.296.048 7.588.561 143.353 7.584.772 14.506.123 17.758.685 1.581.056 50.957 96.361 667.338 118.362 938.096 2.491.626 1.184.066 515.578 3.071.795 5.414.788 117.867 7.000 11.155 3.156.291 6.761.851 3.551.863 2.505.608 109.001 204.951 36.642
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode Emiten APOL BCIC BEKS BIPP BKDP BNBR BTEL CMPP DNET ELTY FREN IATA INTD ITTG KARW KONI LAPD LPLI LPPS MIRA MTFN MYRX OCAP RIMO SAFE SMDM SUGI TRAM TRUB WAPO WICO ZBRA
Ln Total Aset 2010 15,5212 16,1936 14,2612 12,1620 13,8329 17,2740 16,3294 11,0864 9,7196 16,6525 15,3159 13,2936 10,6593 8,1116 11,2071 11,3485 14,0454 14,1259 13,2821 15,8647 13,1681 11,7997 10,9451 9,7835 11,3694 14,5397 10,6169 14,5969 15,6719 12,2299 12,2704 11,0381
Ln Total Aset 2011 15,2661 16,3902 15,6061 12,1927 13,7917 17,0429 16,3180 10,9457 9,7479 16,6895 16,3248 13,2878 10,9566 8,9011 9,4859 11,2292 13,9850 13,9791 13,3325 12,9134 13,3741 13,6670 11,3321 9,2575 11,0105 14,7136 10,6169 14,7693 15,1936 11,2897 12,1535 10,9446
103
Ln Total Aset 2012 14,9168 16,5394 15,8545 12,0918 13,7101 16,5665 16,0185 11,1365 9,7304 16,5391 16,4785 13,5021 10,8924 11,4508 13,2160 11,3237 13,9604 14,2795 13,5469 12,9117 13,5377 13,9255 11,9120 8,7302 10,6345 14,7854 15,1128 14,9933 14,8382 11,4875 11,9467 10,7601
Ln Total Aset 2013 14,7624 16,4949 16,0131 13,2382 13,6477 16,2892 16,0269 11,0020 15,7885 16,3252 16,5797 14,0984 10,8858 11,4480 13,4211 11,5875 13,8328 14,4418 13,7575 13,1060 13,6147 15,4900 11,8394 8,5333 9,5746 14,8974 15,6754 15,1809 14,8125 11,6489 12,0396 10,5877
Ln Total Aset 2014 14,4351 16,3557 16,0176 13,3336 13,6282 16,2400 15,8422 11,8731 15,8417 16,4901 16,6924 14,2736 10,8387 11,4759 13,4111 11,6815 13,7516 14,7284 13,9845 13,1530 14,9378 15,5046 11,6773 8,8537 9,3196 14,9649 15,7268 15,0830 14,7340 11,5991 12,2305 10,5090
Lampiran 3: Hasil Variabel Return on Assets No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode Emiten APOL BCIC BEKS BIPP BKDP BNBR BTEL CMPP DNET ELTY FREN IATA INTD ITTG KARW KONI LAPD LPLI LPPS MIRA MTFN MYRX OCAP RIMO SAFE SMDM SUGI TRAM TRUB WAPO WICO ZBRA
ROA 2010
ROA 2011
ROA 2012
ROA 2013
ROA 2014
- 0,2969 0,0202 - 0,0568 - 0,0262 - 0,0144 - 0,2203 0,0008 - 0,0037 0,0264 0,0123 - 0,3127 - 0,0668 0,0469 2,6283 - 0,1371 0,0589 0,0062 0,2392 0,2267 - 0,2530 0,0078 0,2528 - 0,0317 - 0,6307 0,0281 - 0,0013 0,0555 0,0653 - 0,0082 - 0,0693 - 0,0031 - 0,1536
- 0,4843 0,0198 - 0,0246 - 0,1023 - 0,0213 0,0034 - 0,0641 0,0028 0,0405 0,0042 - 0,1952 - 0,0569 0,1095 - 0,1653 3,4747 0,0162 0,0055 - 0,1740 - 0,0046 9,5562 - 0,0199 0,1182 - 0,0611 - 1,2168 - 0,1387 0,0141 0,0547 0,0558 - 0,1149 - 0,8692 0,0066 - 0,1648
- 0,2394 0,0096 0,0061 - 0,0848 - 0,0649 0,0227 - 0,3468 0,0009 0,0131 - 0,0723 - 0,1090 - 0,0449 0,0723 - 0,0397 0,1014 0,0409 0,0137 0,1836 0,1574 0,0246 - 0,0497 0,2520 - 0,0735 - 1,7290 - 0,1516 0,0176 0,0076 - 0,0914 - 0,2924 0,0408 0,5433 - 0,1847
- 0,3746 - 0,0779 0,0107 0,1945 - 0,0699 - 1,0721 - 0,2898 0,0009 0,0268 - 0,0189 - 0,1597 - 0,0220 0,0805 0,0163 - 0,0859 0,0270 - 0,0037 0,1494 0,1789 - 0,0035 0,2567 0,0000 - 0,2132 - 1,1174 0,3248 0,0090 0,0594 0,0121 - 0,2005 0,0013 - 0,0285 - 0,2001
0,0110 - 0,0522 - 0,0132 0,0318 0,0087 0,0132 - 0,3784 0,0549 0,0518 0,0327 - 0,0777 - 0,0176 0,0706 0,0042 - 0,0564 0,0119 - 0,0767 0,2116 0,1751 - 0,0870 - 0,5119 0,0003 - 0,1878 - 0,6810 0,4024 0,0140 0,0085 - 0,1185 - 0,0233 0,0020 0,1924 - 0,2456
104
Lampiran 4: Hasil Variabel Audit Tenure No.
1
2
3
Kode Emiten
APOL
BCIC
BEKS
2010 Auditor Purwantono, Suherman & Surja (EY) Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates) Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth) Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International) Hadori Sugiarto Adi & Rekan
Ten
1
1
1
1
2011 Auditor Purwantono, Suherman & Surja (EY) Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates) Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth) Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International Hadori Sugiarto Adi & Rekan
Ten
2012 Auditor
2
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
2
Tjahjadi & Tamara (Morison International)
2
1
3
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston International) Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International Hadori Sugiarto Adi & Rekan
3
1
Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil (Kreston International)
1
BKDP
6
BNBR
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
1
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
2
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
3
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
4
7
BTEL
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
1
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
2
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
3
Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars)
4
105
2
Tjahjadi & Tamara (Morison International)
5
3
Ten
2
BIPP
2
3
Tjahjadi & Tamara (Morison International)
2014 Ten Auditor Kosasih, Nurdiyaman, 1 Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth)
4
1
2
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth) Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International Hadori Sugiarto Adi & Rekan
2013 Ten Auditor Kosasih, Nurdiyaman, 3 Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth)
4
4
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan (PKF Hadori Sugiarto Adi & Rekan Handoko Tomo, Samuel Gunawan & Rekan (Moores Rowland) Y. Santosa Rekan (Praxity)
1
5
1
1
No.
Kode Emiten
8
CMPP
9
DNET
10
ELTY
11
FREN
12
IATA
13
INTD
14
ITTG
2010 Auditor Griselda, Wisnu & Arum Krisnawan, Busroni, Achsin, & Alamsyah Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja (Morison International) Mulyamin Sensi Suryanto (Moore Stephens) Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth) Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International) Abubakar Usman & Rekan (GMN International)
Ten 1
1
1
1
1
2011 Auditor Griselda, Wisnu & Arum Krisnawan, Busroni, Achsin, & Alamsyah Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth) Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (Moore Stephens) Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan (Crowe Horwarth)
1
Richard Risambessy & Rekan
1
Drs. Basri Hardjosumarto, M.Si, Ak & Rekan
2012 2013 2014 Ten Auditor Ten Auditor Ten Auditor Achmad, Rasyid, Achmad, Rasyid, Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Hisbullah & Jerry Hisbullah & Jerry 2 1 2 (Nozaka Japan (Nozaka Japan (Nozaka Japan CPA Firm) CPA Firm) CPA Firm) Purwantono, Purwantono, Purwantono, 2 Suherman & 1 Suherman & 2 Suherman & Surja (EY) Surja (EY) Surja (EY) Kosasih, Kosasih, Kosasih, Nurdiyaman, Nurdiyaman, Nurdiyaman, 1 Tjahjo & Rekan 2 Tjahjo & Rekan 3 Tjahjo & Rekan (Crowe (Crowe (Crowe Horwarth) Horwarth) Horwarth) Mulyamin Sensi Mulyamin Sensi Mulyamin Sensi Suryanto & Suryanto & Suryanto & 1 2 3 Lianny (Moore Lianny (Moore Lianny (Moore Stephens) Stephens) Stephens) Kosasih, Asep Nurdiyaman, Noor Salim, Rahmansyah & 2 Tjahjo & Rekan 3 1 Nursehan & Rekan (IECnet (Crowe Sinarahardja Associate) Horwarth) 1
Richard Risambessy & Rekan
1
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International) 106
2
Richard Risambessy & Rekan
1
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
Ten 3
3
4
4
1
3
Arsyad & Rekan
1
2
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
3
No.
15
16
2010 Auditor Tjahjadi, Pradhono & KARW Teramihardja (Morison International) Purwantono, KONI Suherman & Surja (EY)
Kode Emiten
Ten
2011 Auditor
1
Tjahjadi & Tamara (Morison International)
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
1
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
1
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
1
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
LAPD
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
LPLI
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
LPPS
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
20
MIRA
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
1
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
21
MTFN
Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan
1
Rama Wendra (McMillan Woods)
17
18
19
Ten
2012 Auditor
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
2
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
2
Hananta Budianto & Rekan (UHY)
2
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
2
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
Ten
2013 Auditor
Ten
2014 Auditor
Ten
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
3
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
4
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
1
Hananta Budianto & Rekan (UHY)
2
Hananta Budianto & Rekan (UHY)
3
3
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
4
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
5
3
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
4
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates)
5
2
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
3
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
4
Johan Malonda Mustika & Rekan (Baker Tilly International)
5
1
Rama Wendra (McMillan Woods)
2
Rama Wendra (McMillan Woods)
3
Rama Wendra (McMillan Woods)
4
107
2
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
3
5
2010 Auditor
No.
Kode Emiten
22
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry MYRX (Nozaka Japan CPA Firm)
23
OCAP
Mulyamin Sensi Suryanto (Moore Stephens)
24
RIMO
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
25
26
Rasin, Ichwan & Rekan (Alliott Group) Osman Bing SMDM Satrio & Rekan (Deloitte) SAFE
2011 Auditor
2012 Ten Ten Auditor Hendrawinata Achmad, Rasyid, Eddy & Hisbullah & Jerry 1 2 Siddharta (Nozaka Japan (Kreston CPA Firm) International) Mulyamin Sensi Mulyamin Sensi Suryanto & Suryanto & 1 1 Lianny (Moore Lianny (Moore Stephens) Stephens) Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Hasnil, M. Yasin 1 1 (Nozaka Japan & Rekan (YSK) CPA Firm)
Ten
2014 Auditor
Ten
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
2
2
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (Moore Stephens)
3
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (Moore Stephens)
4
1
Indra, Sumijono & Rekan (YSK)
1
Jamaludin, Ardi, Sukimto & Rekan
1
1
Santoso & Rekan
1
Santoso & Rekan
2
Santoso & Rekan
3
Suganda Akna Suhri & Rekan
1
1
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
1
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
2
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
3
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
4
1
Drs. Bambang S. & Rekan
2
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (Moore Stephens)
1
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (Moore Stephens)
2
Anwar Sugiharto & Rekan (DFK International)
1
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
1
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
2
Arman Hendiyanto & Rekan
1
2
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO)
3
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO)
4
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO)
5
SUGI
Drs. Bambang S. & Rekan
28
TRAM
Mulyamin Sensi Suryanto (Moore Stephens)
1
29
TRUB
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO)
1
27
Ten
2013 Auditor
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (Moore Stephens) Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO)
108
No.
30
31
32
2010 Auditor Drs. Basri Hardjosumarto, WAPO M.Si, Ak & Rekan Purwantono, WICO Suherman & Surja (EY) Rasin, Ichwan & ZBRA Rekan (Alliott Group)
Kode Emiten
Ten
2011 Auditor
1
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & Rekan
1
1
Ten
2012 Auditor
1
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & Rekan
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
2
Santoso & Rekan
1
Ten
2013 Auditor
2
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & Rekan
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
3
Santoso & Rekan
2
109
Ten
2014 Auditor
Ten
3
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & Rekan
4
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
4
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
5
Santoso & Rekan
3
Suganda Akna Suhri & Rekan
1
Lampiran 5: Hasil Variabel Audit Lag No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode Emiten APOL BCIC BEKS BIPP BKDP BNBR BTEL CMPP DNET ELTY FREN IATA INTD ITTG KARW KONI LAPD LPLI LPPS MIRA MTFN MYRX OCAP RIMO SAFE SMDM SUGI TRAM TRUB WAPO WICO ZBRA
Audit Lag 2010 125 104 77 84 84 90 76 84 94 80 81 88 66 80 70 69 77 54 67 134 88 88 70 84 88 97 83 83 167 88 87 68
Audit Lag 2011 111 137 79 121 86 121 86 90 75 89 89 80 75 86 90 76 80 55 71 310 124 55 66 145 109 89 164 80 200 13 88 90
110
Audit Lag 2012 121 105 77 60 84 84 81 77 135 152 84 84 79 64 84 81 78 81 85 81 95 84 85 126 178 86 87 115 203 87 85 151
Audit Lag 2013 101 98 86 62 84 94 83 83 84 153 84 83 76 38 84 80 92 85 85 79 127 86 78 80 146 83 84 84 243 79 76 141
Audit Lag 2014 96 86 65 68 82 79 86 82 86 118 83 79 76 84 85 79 92 86 86 84 142 107 85 82 111 76 100 86 132 71 84 121
Lampiran 6: Hasil Variabel Proporsi Komisaris Independen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode Emiten APOL BCIC BEKS BIPP BKDP BNBR BTEL CMPP DNET ELTY FREN IATA INTD ITTG KARW KONI LAPD LPLI LPPS MIRA MTFN MYRX OCAP RIMO SAFE SMDM SUGI TRAM TRUB WAPO WICO ZBRA
Proporsi KI 2010 0,33 0,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,40 0,33 0,33 0,33 1,00 0,33 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50 0,67 0,67 0,33 0,33 0,50 0,50 0,50 1,00 0,33 0,50 0,33 0,50 0,50 0,33 0,50
Proporsi KI 2011 0,33 0,50 0,67 0,50 0,50 0,50 0,40 0,50 0,33 0,40 0,33 0,33 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50 0,67 0,67 0,33 0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 0,33 0,50 0,33 0,50 0,50 0,33 0,50
111
Proporsi KI 2012 0,50 0,67 0,75 0,50 0,50 0,50 0,60 0,33 0,33 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50 0,67 0,67 0,40 0,33 0,50 0,33 0,50 0,50 0,33 0,33 0,50 0,50 0,50 0,33 0,50
Proporsi KI 2013 0,50 0,33 0,67 0,33 0,50 0,50 0,50 0,33 0,33 0,40 0,60 0,33 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50 0,67 0,67 0,40 0,50 0,50 0,33 0,50 0,50 0,33 0,25 0,50 0,50 0,50 0,33 0,50
Proporsi KI 2014 0,33 1,00 0,67 0,33 0,50 0,50 0,40 0,50 0,33 0,40 0,60 0,40 0,33 0,50 0,33 0,33 0,50 0,33 0,67 0,40 0,50 0,50 0,33 0,50 0,50 0,33 0,33 0,50 0,50 0,50 0,33 0,50
Lampiran 7: Hasil Variabel Opini Going Concern No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode Dummy Dummy Dummy Dummy Dummy Emiten Opini 2010 Opini 2011 Opini 2012 Opini 2013 Opini 2014 APOL 1 1 1 1 1 BCIC 1 1 1 1 1 BEKS 1 0 0 0 0 BIPP 1 1 1 1 1 BKDP 0 0 0 1 0 BNBR 0 0 0 1 1 BTEL 0 0 0 1 1 CMPP 1 1 1 1 0 DNET 1 1 0 0 0 ELTY 1 1 1 1 1 FREN 1 1 1 1 1 IATA 1 1 1 1 1 INTD 1 1 1 1 1 ITTG 1 1 0 0 1 KARW 1 1 0 1 1 KONI 1 1 0 1 0 LAPD 0 0 0 0 1 LPLI 1 1 1 1 1 LPPS 1 1 1 1 1 MIRA 1 1 1 1 1 MTFN 0 1 0 0 0 MYRX 1 1 1 1 0 OCAP 0 0 0 1 1 RIMO 1 1 1 1 0 SAFE 1 1 1 1 1 SMDM 1 0 0 0 0 SUGI 1 0 0 0 0 TRAM 0 0 1 1 1 TRUB 0 0 1 1 1 WAPO 0 1 1 1 1 WICO 1 1 0 0 0 ZBRA 1 1 1 1 1
112
LAMPIRAN B OUTPUT SPSS
113
Lampiran 8: Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
OPINI
160
0
1
,68
,470
SIZE
160
8,1116
17,2740
13,363650
2,2369294
ROA
160
-1,7290
9,5562
,031923
,8756737
TENURE
160
1
5
2,05
1,196
LAG
160
13
310
94,15
33,912
KI
160
,00
1,00
,4540
,13542
Valid N (listwise)
160
Lampiran 9: Hasil Uji Regresi Logistik Case Processing Summary Unweighted Cases
a
N Included in Analysis
Selected Cases
Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 160
100,0
0
,0
160
100,0
0
,0
160
100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Non GC
0
GC
1
114
a,b,c
Iteration History Iteration
Step 0
-2 Log
Coefficients
likelihood
Constant
1
201,820
,700
2
201,786
,731
3
201,786
,731
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 201,786 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a,b
Observed
Predicted OPINI Non GC
Percentage Correct
GC
Non GC
0
52
,0
GC
0
108
100,0
OPINI Step 0
Overall Percentage
67,5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. ,731
Wald
,169
df
Sig.
18,750
1
Variables not in the Equation Score
Variables
df
Sig.
SIZE
5,242
1
,022
ROA
,216
1
,642
TENURE
,003
1
,955
LAG
,645
1
,422
KI
,454
1
,500
7,131
5
,211
Step 0
Overall Statistics
115
,000
Exp(B) 2,077
a,b,c,d
Iteration History Iteration
-2 Log
Coefficients
likelihood
Constant
SIZE
ROA
TENURE
LAG
KI
1
194,692
1,968
-,165
,001
,018
,005
1,038
2
194,298
2,274
-,199
,005
,011
,006
1,241
3
194,296
2,286
-,201
,009
,010
,006
1,252
4
194,296
2,286
-,201
,009
,010
,006
1,252
Step 1
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 201,786 d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
7,490
5
,187
Block
7,490
5
,187
Model
7,490
5
,187
Model Summary Step
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
likelihood 1
194,296
a
,046
,064
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 5,910
df
Sig. 8
,657
116
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test OPINI = Non GC Observed
OPINI = GC
Expected
Observed
Total
Expected
1
8
7,883
8
8,117
16
2
9
6,936
7
9,064
16
3
3
6,397
13
9,603
16
4
6
5,858
10
10,142
16
5
6
5,386
10
10,614
16
6
6
4,935
10
11,065
16
7
4
4,579
12
11,421
16
8
5
4,216
11
11,784
16
9
2
3,506
14
12,494
16
10
3
2,304
13
13,696
16
Step 1
Classification Table
a
Observed
Predicted OPINI Non GC
Percentage Correct
GC
Non GC
2
50
3,8
GC
4
104
96,3
OPINI Step 1
Overall Percentage
66,3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B
Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
SIZE
-,201
,084
5,774
1
,016
,818
ROA
,009
,289
,001
1
,976
1,009
TENURE
,010
,145
,005
1
,943
1,010
LAG
,006
,006
1,016
1
,313
1,006
KI
1,252
1,299
,929
1
,335
3,499
Constant
2,286
1,290
3,139
1
,076
9,836
a. Variable(s) entered on step 1: SIZE, ROA, TENURE, LAG, KI.
117
Correlation Matrix Constant
SIZE
ROA
TENURE
LAG
KI
Constant
1,000
-,744
-,020
-,123
-,289
-,362
SIZE
-,744
1,000
,128
-,058
-,181
-,113
ROA
-,020
,128
1,000
,018
-,278
,055
TENURE
-,123
-,058
,018
1,000
-,071
-,059
LAG
-,289
-,181
-,278
-,071
1,000
,054
KI
-,362
-,113
,055
-,059
,054
1,000
Step 1
118
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 16 + + I I I I F I I R 12 + + E I I Q I I U I G I E 8 + G G + N I G G GGG G I C I G G GN G GGGGG I Y I G G G GN GGGGGGGG I 4 + G G GGNGGGG GNGGGGGGGGGG G G + I G G NGNGGGGGGNGGGGNNGGNGGGGG GG G I I NGN G NNNGGGGGGNGNNGNNGGNNGGGG GG NGG G I I G G NNNNNNNNNNGNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGNGGNG G I Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG Predicted Probability is of Membership for GC The Cut Value is ,50 Symbols: N - Non GC G - GC Each Symbol Represents 1 Case.
119