PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI KAP, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN KLIEN, DAN OPINI AUDIT SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2007- 2011)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh: KARINA ANINGDITA PRATIWI NIM. 109082000043
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2013 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Karina Aningdita Pratiwi
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 16 Juni 1991
3. Alamat
: Perum. Pakujaya Permai Blok A3/11 Serpong Utara- Tangerang Selatan
II.
III.
4. Telepon
: 081212479323
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. SD N Kunciran 6
1997-2003
2. SMP N 3 Tangerang
2003-2006
3. SMA N 3 Tangerang
2006-2009
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
2009-2013
PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional LIA, English for Adults: Elementary Levels- Intermediate Levels, 2006-2009.
v
2. BLKL Tangerang Selatan, Pelatihan Komputer (Ms. Word, Ms. Excel, Powerpoint), 2009-2010 3. IAI Cabang Serpong, BREVET PAJAK A & B, 2012-2013.
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ketua MPK kelas 12 IPS 3, 2008-2009. 2. Anggota Divisi Kesenian dan Olahraga, BEM Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah, 2009-2010. 3. CARTOEN Pakujaya (Ikatan Karang Taruna Perumahan Pakujaya), 2009- sekarang.
V.
SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Bedah Buku “Perawan” dan Seminar Nasional “Sastra sebagai media Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan”, 24 November 2009. 2. Talkshow
Pemberantasan
Korupsi
Bersama
KPK
yang
diselenggarakan BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009. 3. Company Visit oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah ke pabrik PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, 13 Oktober 2009 4. Seminar Nasional oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, “Peran Asuransi dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010.
vi
5. Company Visit oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah ke Bursa Efek Indonesia dan Museum Bank Indonesia, 28 Desember 2010. 6. Mini Workshop “Tata Cara Pengisian Faktur Pajak sesuai PER 24/PJ/2012 stdd Per-08/PJ/2013”, Gedung G, Kampus STAN Bintaro, 20 April 2013.
VI.
KEPANITIAAN 1. Company Visit ke Bursa Efek Indonesia dan Museum Bank Indonesia, sebagai divisi acara, 28 Desember 2010 2. Program Pengenalan dan Studi Almamater (ProPeSa) oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah, sebagai wakil ketua, 2011. 3. Accounting Fair 2011 oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah, sebagai divisi konsumsi, 4-8 April 2011.
VII.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Wriadi
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Malang, 2 Mei 1961
3. Ibu
: Kartini
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 16 Desember 1969
5. Alamat
: Perum. Pakujaya Permai Blok A3/11 Serpong Utara- Tangerang Selatan
6. Anak ke dari
: 1 dari 2 bersaudara.
vii
ABSTRACT THE EFFECT OF AUDIT TENURE, ACCOUNTING FIRM REPUTATION, DISCLOSURE, COMPANY SIZE, AND PRIOR YEAR AUDIT OPINION TO GOING CONCERN AUDIT OPINION (Empirical Study on Manufacturing Companies that Listed at Indonesian Stock Exchange in 2007-2011) By Karina Aningdita Pratiwi This research is to check the effect of audit tenure, accounting firm reputation, disclosure, company size, and prior year audit opinion to going concern audit opinion. This research was using samples of manufacturing industry. They were listed on the Indonesian Stock Exchange in 2007-2011. Based on method purposive sampling, research samples total are 110 financial statements. Hypothesis in this research used logistic regression. This research indicated that disclosure and prior year audit opinion had significant effect on the going concern audit opinion. Disclosure had significant value of 0,008 below 0,05 and prior year audit opinion had significant value of 0,00 below 0,05. Audit tenure, accounting firm reputation, and company size did not have significant effect on the going concern audit opinion. Keywords: going concern audit opinion, audit tenure, accounting firm reputation, disclosure, company size, and prior year audit opinion.
viii
ABSTRAK PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI KAP, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN KLIEN DAN OPINI AUDIT SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 20072011) Oleh Karina Aningdita Pratiwi Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien, dan opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2007-2011. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 110 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik. Penelitian ini menunjukkan bahwa disclosure dan opini audit seelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Disclosure memiliki nilai signifikan sebesar 0,008 berada dibawah 0,05, dan opini audit sebelumnya memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 berada dibawah 0,05. Audit tenure, reputasi KAP, dan ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Kata kunci: opini audit going concern, audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien, dan opini audit sebelumnya.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Ayahanda Wriadi dan Ibunda Kartini tersayang terimakasih atas segala pengorbanan, perhatian, kasih sayang, dukungan dan doa tiada henti yang selalu tercurah untuk ananda, semoga ananda senantiasa bisa membuat kalian bangga dan bahagia. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Abdul Hamid Cebba. Drs., Ak., MBA., CPA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 8. Adikku tercinta Widiya Ratmi rahayu, terimakasih atas dukungan yang bersifat moril dan materiil yang diberikan kepada penulis. 9. Mochamad Iqbal, terimakasih telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis hingga terselesaikan skripsi ini. 10. Sahabat terbaikku, Selfi Stefani, Nida Khofiya, Ine Nurlita Sari, Anniza Novia Fatma, Fanny Yaumi Faricha, Syifa Asky Fitaya, Maya Luthfia, Suzan Novrilia, Ulfah Abqoriyah, Mufti Aryadi Putra, Alya Soraya Alam, terimakasih telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis selama proses pembuatan skripsi. 11. Sahabat seperjuanganku, Nabila Meidianti Tatyana, Dwi Rahmawati Putri, Meisya Magi Anisa, Wahyuni, dan Anistya Hardini, terimakasih untuk kebersamaan kita yang luar biasa, semoga silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik.
xi
12. Seniorku Kak Eka Diana Rizanti, Rhisty Prapanca, Nadiyya Hayatunnufus, Poetri Dhaini, Fakhdian Pamungkas terimakasih telah memberikan semangat, doa, dan arahan kepada penulis mulai dari pembuatan proposal sampai terselesaikannya skripsi ini. 13. Seluruh Kawan-kawan Akuntansi 2009 khususnya Akuntansi B dan Adikadikku angkatan 2010 dan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Mei 2013
Karina Aningdita Pratiwi
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................
i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................
iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................
iv
Daftar Riwayat Hidup ...............................................................................
v
Abstract ......................................................................................................
viii
Abstrak .......................................................................................................
ix
Kata Pengantar ..........................................................................................
x
Daftar Isi ...................................................................................................
xiii
Daftar Tabel ............................................................................................... xvii Daftar Gambar ........................................................................................... xviii Daftar Lampiran ........................................................................................
BAB I
BAB II
xix
PENDAHULUAN ................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................
11
1. Tujuan Penelitian .......................................................
11
2. Manfaat Penelitian .....................................................
12
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................
14
A. Tinjauan Literatur ...........................................................
14
1. Teori Keagenan .........................................................
14
2. Auditing ....................................................................
16
a. Pengertian Audit ....................................................
16
b. Tujuan Audit ..........................................................
17
c. Jenis- jenis Audit ....................................................
19
1) Audit Laporan Keuangan.................................
19
2) Audit Kepatuhan .............................................
20
3) Audit Operasional .......................................... .
20
xiii
d. Standar Audit ..........................................................
21
1) Standar Umum ................................................
21
2) Standar Pekerjaan Lapangan ...........................
21
3) Standar Pelaporan ............................................
22
e. Opini Audit .............................................................
23
1) Unqualified opinion ........................................
26
2) Unqualified opinion with explanatoty language ..........................................................
26
3) Qualified opinion ............................................
27
4) Adverse opinion ...............................................
27
5) Disclaimer of opinion ......................................
28
3. Going Concern ..........................................................
29
a. Tanggung Jawab Auditor atas Going Concern ......
30
b. Opini Audit Going Concern .................................
32
4. Audit Tenure .............................................................
36
5. Reputasi KAP ............................................................
38
6. Disclosure .................................................................
39
7. Ukuran Perusahaan Klien ..........................................
42
8. Opini Audit Sebelumnya ...........................................
43
B. Hasil Penelitian Terdahulu ..............................................
44
C. Kerangka Pemikiran ........................................................
48
1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern .....................................................................
48
2. Pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern .....................................................................
49
3. Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern .....................................................................
50
4. Pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap opini audit going concern ...................................................
52
5. Pengaruh opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern ............................................................
xiv
53
BAB III
D. Hipotesis .........................................................................
56
METODOLOGI PENELITIAN .........................................
58
A. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................
58
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel .........................
58
C. Metode Pengumpulan Data .............................................
60
1. Penelitian Pustaka (Library Research) .......................
60
2. Penelitian Lapangan (Field Research) .......................
60
D. Metode Analisis Data ......................................................
61
1. Definisi Regresi Logistik ...........................................
61
2. Tahapan Regresi Logistik ..........................................
62
a. Statistik Deskriptif ................................................
62
b. Pengujian Hipotesis Penelitian .............................
63
1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) 63 2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) .. 64 3) Menguji Kelayakan Model Regresi .................... 65 4) Uji Multikolinearitas ........................................... 65 5) Matriks Klasifikasi .............................................. 66 6) Model Regresi yang Terbentuk ........................... 66
BAB IV
E. Operasionalisasi Variabel penelitian ................................
67
1. Opini Audit Going Concern (Y) ................................
67
2. Audit Tenure (X1) .....................................................
68
3. Reputasi KAP (X2) ....................................................
69
4. Disclosure (X3) .........................................................
69
5. Ukuran Perusahaan Klien (X4) ..................................
69
6. Opini Audit Sebelumnya (X5) ....................................
70
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................
73
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .....................
73
1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................
73
2. Deskripsi Sampel Penelitian ......................................
75
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ...................................
77
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................
77
xv
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ....................................
81
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ...........................................................
81
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( Nagelkerke R Square) ...................................................................
84
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi .......................
85
d. Hasil Uji Multikolinearitas .....................................
86
e. Hasil Matriks Klasifikasi ........................................
87
f. Hasil Uji Regresi Logistik ......................................
88
1) Pengaruh Audit Tenure (TENURE) terhadap Opini Audit Going Concern (GCAO) ........................ 89 2) Pengaruh Reputasi KAP (REP) terhadap Opini Audit Going Concern (GCAO) ...................... .. 92 3) Pengaruh Disclosure (DISC) terhadap Opini Audit Going Concern (GCAO) ...............................
93
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien (SIZE) terhadap Opini Audit Going Concern (GCAO) ..95 5) Pengaruh Opini Audit Sebelumnya (OPINI) terhadap Opini Audit Going Concern (GCAO) BAB V
96
PENUTUP ........................................................................... 100 A. Kesimpulan ..................................................................... 100 B. Implikasi ......................................................................... 102 C. Keterbatasan ....................................................................... 103 D. Saran ............................................................................... 103
Daftar Pustaka ...........................................................................................
105
Lampiran-lampiran .................................................................................. 110
xvi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
KAP Big Four Beserta Afiliasinya di Indonesia ................................
38
2.2
Disclosure Items ..............................................................................
41
2.3
Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................
45
3.1
Operasional Variabel dan Pengukuran ..............................................
70
4.1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ..........................................
73
4.2
Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit .....................................
74
4.3
Sampel Penelitian .............................................................................
75
4.4
Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit ...............................
75
4.5
Statistik Deskriptif ............................................................................
78
4.6
Iteration History 0 ............................................................................
82
4.7
Iteration History 1 ............................................................................
83
4.8
Koefisien Determinasi ......................................................................
85
4.9
Menguji Kelayakan Model Regresi ...................................................
85
4.10
Hasil Uji Multikolinearitas ...............................................................
87
4.11
Matriks Klasifikasi ...........................................................................
87
4.12
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ...............................................
88
4.13
Ringkasan Hasil Penelitian ...................................................................
98
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. 2.1
2.2
Keterangan
Halaman
Panduan Bagi Auditor dalam Memberikan Opini Going Concern ........................................................................................
35
Skema Kerangka Pemikiran .........................................................
55
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Sampel .................................................................................... 129
2.
Hasil Output SPSS ........................................................................... 154
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan dengan tujuan memiliki kelangsungan hidup untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut, contoh kerugian operasi yang signifikan dan berlangsung secara terus menerus
sehingga
menimbulkan
keraguan
atas
kelangsungan
hidup
perusahaan (Foroghi, 2012:1093). Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar tetap bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi tidak stabil, para investor mengharapkan auditor memberikan informasi akan kegagalan keuangan perusahaan (Irfana dan Muid, 2012:1). Going concern digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSA No.30).
1
Opini yang diberikan auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi. Pemberian opini modifikasi (going concern) oleh auditor merupakan dampak keraguan perusahaan untuk dapat melanjutkan kelangsungan usahanya (Astuti dan Darsono, 2012:1). Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Sulitnya memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan menyebabkan banyak auditor yang mengalami dilema moral dan etika dalam memberikan opini going concern (Januarti, 2008). Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:21), KAP bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan, dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham adalah perusahaan yang sudah go public. Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP sebagai pihak ketiga yang independen. Hal ini penting karena jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut (Agoes, 2008:8). Kepercayaan dari pihak-pihak yang berkepentingan sangatlah penting bagi perusahaan go public. Namun kini, segelintir masyarakat telah kehilangan kepercayaannya terhadap auditor. Dewasa ini telah banyak terjadi kasus hukum yang melibatkan entitas bisnis, terutama dalam manipulasi akuntansi
2
(Beams et. al, 2013:1). Peristiwa ini telah terjadi pada perusahaan besar di Amerika seperti Enron, WorldCom, Xerox, dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut. Hal tersebut menyebabkan profesi akuntan publik menjadi kritikan karena diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal ini membuktikan bahwa auditor memiliki peranan penting dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan (Astuti dan Darsono, 2012:1). Atas dasar banyaknya kasus tersebut,
maka
AICPA
(1988)
mensyaratkan
bahwa
auditor
harus
mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Januarti, 2008). Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan audit kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini (Dewayanto, 2011:81). Bangkrutnya suatu perusahaan besar ataupun institusi keuangan seringkali mengungkap banyak hal yang mengejutkan dan menyisakan polemik panjang. Hal yang sama terjadi dengan kasus ambruknya Lehman Brothers di Amerika Serikat (AS) tanggal 15 September 2008 lalu. Sekedar kilas balik, Lehman Brothers merupakan salah satu investment bank terbesar di AS yang sudah berusia lebih dari 150 tahun. Kebangkrutan bank ini merupakan yang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perbankan di AS. Bangkrutnya Lehman Brothers juga merupakan titik awal serangan badai krisis terdahsyat pasca Perang Dunia II yang melanda tahun 2007 dan 2008 lalu ( Nugroho, 2010).
3
Runtuhnya lembaga keuangan terbesar di Amerika Serikat, Lehman Brothers, memicu krisis financial global yang menyebabkan aliran dana kredit dari berbagai bank terhenti, kepercayaan perbankan kepada perusahaan merosot tajam sehingga membuat perusahaan raksasa lain- pun ikut bangkrut. General Motors, perusahaan otomotif terkemuka di dunia pada akhir 2008 lalu juga telah meminta persetujuan otoritas bisnis Amerika Serikat untuk dibangkrutkan (Edj, 2010). Bangkrutnya Lehman Brothers inipun akhirnya mencuatkan pula praktik ‘manipulasi’ sesungguhnya
standar
akuntansi
merupakan
(window
kejahatan,
dressing).
namun
Meski
biasanya
sulit
hal
ini
untuk
membuktikannya di pengadilan, karena menyangkut interpretasi atau judgment. Perdebatan ini mencuat setelah keluarnya laporan audit investigasi penyebab bangkrutnya Lehman Brothers tanggal 11 Maret 2010 lalu. Audit dilakukan oleh Anton R. Valukas, yang ditunjuk oleh pengadilan kepailitan Southern District (Manhattan). Praktik yang disebut window dressing tadi bahkan sudah diakui sendiri oleh salah satu pejabat eksekutif Lehman Brothers dalam percakapan melalui email internal. Selain itu, kekhawatiran terhadap praktik akuntansi tidak sehat menyangkut transaksi repo Lehman Brothers ini sebenarnya sudah disampaikan oleh salah satu senior vice president Lehman Brothers, Matthew Lee, sekitar bulan Mei atau Juni 2008. Hal itu disampaikan baik kepada pejabat senior di bank maupun kepada auditor Ernst & Young (E&Y), namun tidak memperoleh tanggapan. Para pejabat tinggi Lehman Brothers juga
4
disebut melakukan ‘actionable balance sheet manipulation’. Valukas juga menyebut E&Y – yang merupakan the biggest five public accountant, auditor Lehman Brothers waktu itu sebagai ‘tidak memenuhi standar profesional’ sebagai auditor dan melakukan ‘malpraktek’ (halaman 990/91). Opini audit E&Y terakhir menyatakan semuanya masih ‘ok’ atau ‘fairly presented in accordance with general accepted accounting principles’ (GAAP). E&Y masih bertahan dengan pendapatnya tadi setelah keluarnya Laporan Pemeriksaan Valukas tadi, meski berdalih bahwa auditnya yang terakhir belum selesai karena Lehman Brothers keburu bangkrut. Auditor Ernst & Young dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit ”palsu” soal keuangan Lehman Brothers. Jika Valukas benar, juri akan mengajukan sidang di pengadilan tentang hal ini. Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman Brothers juga terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah. Juga ada kasus penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman. Menurut laporan itu, Lehman menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dollar AS di pembukuannya. Semua itu dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dariutangnya (Edj, 2010). Krisis global pada tahun 2008 lalu mengakibatkan, keadaan ekonomi yang tidak stabil di negara Indonesia seiring pertumbuhan ekonomi yang terjadi sejak krisis keuangan berskala global memberi dampak tersendiri terhadap perusahaan yang ada di Indonesia. Perekonomian di Indonesia mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar tidak bisa
5
meneruskan usahanya. Tidak hanya perusahaan kecil yang mengalami pailit, namun perusahaan besar juga tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar (Drajati, 2011). Di pasar saham, volume perdagangan saham dan IHSG mengalami tekanan kuat hingga memaksa otoritas BEI menghentikan perdagangan (blackout) pada Oktober 2008. IHSG menurun drastis, dari sebesar 2.830 pada awal tahun menurun menjadi 1355 pada akhir 2008. Secara sektoral, enam sektor mencatatkan penurunan. Adapun tiga sektor dengan penurunan terbesar yaitu: sektor industri dasar yang turun 0,79%, sektor industri lain-lain turun 0,56%, dan sektor manufaktur yang turun 0,49%. Sejumlah saham yang mencatatatkan nilai penurunan paling dalam yakni: 1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun 450 poin menjadi Rp 19.600, 2. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 450 poin menjadi Rp 49.300, dan 3. PT Lion Metal Works Tbk (LION) turun 350 poin menjadi Rp 9.650. (Taqiyyah, 2012). Banyak penelitian mengenai faktor- faktor baik itu keuangan dan non keuangan yang telah dibuktikan berpengaruh terhadap opini going concern. Penelitian tersebut diantaranya Mutchler (1984, 1986), Koh dan Tan (1999), Geiger dan Raghunandan (2002), Knechel dan Vonstaelen (2007), Haron et al. (2009), Foroghi (2012), dan Beams et al (2013). Penelitian di Indonesia tentang going concern telah dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008),
6
Junaidi dan Hartono (2010), Warnida (2011), Kartika (2012), Astuti dan Darsono (2012), Sunarni dan Jatmiko (2012). Penelitian- penelitian sebelumnya diatas membuktikan hasil yang berbedabeda tentang faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Maka dari itu peneliti bermaksud meneliti lebih lanjut tentang opini going concern karena hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti (Widyantari, 2011:10). Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada sehingga diperlukan faktorfaktor sebagai tolak ukur yang pasti dalam menentukan status going concern perusahaan dan kekonstitenan faktor, faktor tersebut harus terus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern tetap dapat di prediksi. (Praptitorini et. al, 2007). Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan auditee yang sama (Espahbodi, 1991 dalam Januarti, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), audit tenure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Muttaqin dan Sudarmo (2012). Kondisi ini terjadi karena lamanya perikatan yang dapat menyebabkan berkurangnya
7
independensi auditor, dan apabila independensi auditor berkurang maka opini yang dikeluarkan oleh auditor merupakan opini yang dapat merugikan berbagai pihak. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) dan Ardiani (2013) yang menemukan bahwa audit tenure tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Selanjutnya penelitian ini juga menguji pengaruh disclosure terhadap opini going concern. Haron et al. (2009) menemukan bahwa disclosure berpengaruh terhadap opini going concern. Disclosure laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor, misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan perusahaan, kerjasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian opini going concern. Disclosure yang memadai atas informasi keuangan perusahaan tersebut menjadi salah satu dasar auditor dalam memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010) dan Ardiani (2013) bahwa disclosure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern, namun hasil tersebut tidak didukung penelitian yang dilakukan oleh Irtani dan Darsono (2012), begitu pula dengan Sari (2012) yang menyebutkan bahwa disclosure tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik
8
dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Foroghi (2012), serta Ardiani (2013) yang menemukan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Namun penelitian Rahayu dan Pratiwi (2011), Muttaqin dan Sudarno (2012), Kartika (2012), Sunarni dan Jatmiko (2012), serta Irfana dan Muid (2012) menemukan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Mutchler et. al 1985 dalam Warnida (2011) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan – kesulitan keuangan yang dihadapinya dari perusahaan kecil. (Mutchler et. al 1997) melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar. Hasilnya memberikan bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Warnida (2011), namun
9
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jogiyanto dan Hartono (2010), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukkan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian Kartika (2012), Sunarni dan Jatmiko (2012), memperkuat pernyataan ini dengan menemukan bukti empiris yang menyatakan bahwa opini audit going concern yang diterima suatu perusahaan pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaaan opini audit going concern pada tahun berikutnya. Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010). Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian sebelumnya studi empiris pada semua industri yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan konsisten mempublikasikan laporan keuangan pada tahun yang diteliti. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan industri manufaktur. Tahun yang digunakan sebelumnya yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Pada penelitian ini, tahun yang digunakan adalah tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Dikarenakan pada periode ini adalah periode terbaru dalam penelitian
10
dan pada tahun tersebut terdapat krisis ekonomi global yang berdampak pada perekonomian Indonesia. Pada penelitian ini memasukkan variabel independen opini audit sebelumnya. Opini audit going concern sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan. Mutchler (1984) dalam melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan mencoba melakukan penelitian yang sekaligus menjadi judul penelitian ini, yaitu: “Pengaruh audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien, dan opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern ”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern? 2. Bagaimana pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern? 3. Bagaimana pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern?
11
4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap opini audit going concern? 5. Bagaimana pengaruh opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang: a. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern, b. Pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern, c. Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern, d. Pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap opini audit going concern, dan e. Pengaruh opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi pihak Akademik dan Mahasiswa: Penulis dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh hubungan antara audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien, dan opini audit sebelumnya terhadap penerimaan opini going concern, dan juga dapat
12
memberikan wacana bagi perkembangan studi tentang teori akuntansi keagenan dalam bidang auditing. b. Bagi Auditor dan Kantor Akuntan Publik Sebagai bahan pengetahuan tambahan dalam melakukan audit dan pertimbangan tambahan dalam memberikan opini going concern pada auditee. c. Bagi Investor Dapat memberikan informasi kepada investor mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan publik yang terdaftar di BEI sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan berinvestasi.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Keagenan Teori agensi merupakan teori yang menggambarkan hubungan antara dua individu yang berbeda kepentingan yaitu prinsipals dan agent. Principals merupakan pihak yang memiliki usaha atau pekerjaan yang kemudian
mendelegasikan
menjalankan
usaha
atau
wewenang pekerjaannya
kepada itu
pihak untuk
lain
untuk
meningkatkan
kemakmuran principals melalui peningkatan nilai perusahaan. Sebagai imbalannya agen akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lain. Dalam struktur organisasi perusahaan, principals adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham dan agents adalah manajemen perusahaan.
Breda
(1992)
menyatakan
bahwa
hubungan
agensi
merupakan hubungan kontraktual antara principals dan agent, principals mendelegasikan tugas tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati atau pengambilan keputusan kepada agent. Agent akan melakukan tindakan terbaik demi kepentingan principals. Principals akan memberikan imbalan atas kerja si agent. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principals diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama (Ujiyanto, 2010).
14
14
Masalah keagenan akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara
principals
dan
agent.
Masing-
masing
pihak
berusaha
memaksimalkan kepentingan pribadi. Principals menginginkan hasil akhir keputusan yang menghasilkan laba sebesar- besarnya atau peningkatan nilai investasi dalam perusahaan. Agent pun pasti memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai yakni penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan. Principals memenilai prestasi agent berdasarkan kemampuannya memperbesar laba. Semakin tinggi jumlah laba yang dihasilkan oleh manajemen (agent), principals akan memperoleh dividen yang semakin tinggi, maka agent dianggap berhasil atau berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi. Agent pun memenuhi tuntutan principals agar mendapatkan kompensasi yang tinggi (Elqorni, 2009). Agent secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para principals. Namun disisi lain, agent juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka pribadi. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak sesuai kepentingan principals (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka agent dapat memainkan kondisi perusahaan agar seolah- olah target yang diinginkan principals tercapai. Perbedaan kepentingan yang tidak sesuai antara principals dan agent dapat menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana informasi yang terdapat dalam
15
laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya. Laporan keuangan disajikan oleh agent (manajemen) untuk memberikan sinyal kepada penggguna tentang kondisi perusahaan. Jika laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, maka akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna. Oleh karena itu untuk meminimalisasi adanya asimetri informasi diperlukan adanya pihak ketiga yang independen sebagai mediator hubungan antara principals dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku agent apakah bertindak sesuai dengan keinginan principals (Dewayanto, 2011:84).
2. Auditing a. Pengertian Audit Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:15) adalah: “Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and etablished criteria. Auditing should be done by competent, independent person.” Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan pengertian auditing menurut Agoes (2008:3) adalah:
16
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan- catatan pembukuan dan bukti- bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” Berdasarkan pengertian auditing tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian buktibukti atas informasi mengenai kejadan ekonomi oleh pihak independen dengan tujuan agar memberikan pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
b. Tujuan Audit Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material posisi keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (SPAP, PSA No.02.SA seksi 110, 2011:110.1). Tujuan umum audit menurut Kell, Johnson, dan Boynton (2006:6) adalah menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam suatu hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, sedangkan tujuan audit spesifikasi ditentukan berdasarkan asersi- asersi yang dibuat oleh manajemen adalah penyataan yang tersirat atau yang dinyatakan jelas oleh
17
manajemen mengenai jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Tujuan audit secara spesifik ditentukan berdasarkan asersi- asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Asersi dalam PSA No. 7 (SA seksi 326, 2011:326.2) yaitu asersi keberadaan atau keterjadian, asersi kelengkapan, asersi hak dan kewajiban, asersi penilaian atau alokasi dan asersi penyajian dan pengungkapan. Asersi- asersi manajemen adalah sebagai berikut: 1) Asersi keberadaan atau keterjadian (Existence or Occurrence) Berhubungan dengan aktiva atau utang satuan usaha yang ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Manajemen membuat asersi bahwa persediaan produk jadi yang terdapat dalam neraca tersedia untuk dijual. 2) Asersi kelengkapan (Completeness) Berhubungan dengan semua transaksi yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan. Manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. 3) Asersi hak dan kewajiban (Rights and Obligation) Berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
18
4) Asersi penilaian atas alokasi (Valuation) Berhubungan dengan apakah komponen- komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya. 5) Asersi penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure) Berhubungan dengan apakah komponen- komponen tertentu laporan
keuangan
yang
diklasifikasikan,
dijelaskan,
dan
diungkapkan sebagaimana mestinya.
c. Jenis- jenis Audit Johnson, Kell dan Boynton (2006), menjelaskan tiga jenis audit sebagai berikut: “Audits are generally classified into three categories financial statement, compliance or operational”. 1) Audit laporan keuangan (Financial Statement Audit) Audit
laporan
keuangan
mencakup
penghimpunan
dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Audit laporan keuangan dilakukan oleh auditor eksternal biasanya atas permintaan klien, kecuali dalam audit laporan keuangan BUMN yang dilakukan oleh BPK atau BPKP. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis
19
berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak. 2) Audit kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan- aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit kepatuhan adalah ketepatan (correctness), misalnya: ketepatan SPT Tahunan dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. 3) Audit operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah: (1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan peningkatan, (3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Audit operasional sering disebut dengan management audit atau performance audit. Ukuran kesesuaian yang digunakan adalah kefektifan, keefisienan, dan keekonomisan.
20
d. Standar Audit Standar audit berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (SPAP, 2011:150.1). a. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup besar sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan
harus
direncanakan
sebaik-baiknya
dan
jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
21
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pemangatan, permintaan keterangan, dan komfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyatan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
22
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Standar tersebut dalam banyak hal saling berhubungan dan bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. Materialitas dan resiko audit melandasi penerapan semua standar audit, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
e. Opini Audit Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 (SPAP, 2011) dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2012). Laporan audit
23
juga sebagai media auditor berkomunikasi dengan masyarakat. Auditor menyatakan
pendapatnya
tentang
kewajaran
laporan
keuang
perusahaan dalam sebuah laporan audit. Pendapat tersebut disajikan dalam laporan audit bentuk baku. Laporan audit bentuk baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar (introduction paragraph), paragraf lingkup audit (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph) (Mulyadi, 2002). Selain dari ketiga paragraf tersebut, dalam laporan audit bentuk baku juga memuat tentang pihak yang dituju auditor, tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik, dan tanggal laporan audit. Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini. 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (Unqualified opinion with explanatoty language) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
24
tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, b) adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, c) laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material, d) auditor
meragukan
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, e) auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi. 3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: 1) tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
lingkup
audit
yang
material
tapi
tidak
memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, 2) auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan
tersebut
dapat
berupa
25
pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip
akuntansi.
Auditor
harus
menjelaskan
alasan
pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat. 4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan. 5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila: a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu, b) auditor tidak independen terhadap klien. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahapan. Arens (2010) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit.
Dengan demikian,
auditor dalam
memberikan opini didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian
besar
terhadap
kemampuan
perusahaan
dalam
26
mempertahankan kalangsungan hidupnya pada periode yang pantas. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien dalam melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diizinkan untuk memilih untuk mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opinion. Bagaimanapun juga, tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe going concern report yang harus dipilih (LaSalle & Anandarajan, 1996) karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh& Tan, 1999). PSAK 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa, keraguan yang besar tentang kemampuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan keuangan.
3. Going Concern IAI (2011:341.2) mendefinisikan going concern sebagai: “Kesangsian kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu yang pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan”
27
Sedangkan menurut Belkoui (2007:271) going concern adalah: “suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktifitas- aktifitasnya yang tidak berhenti.” Dalil ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Diperlukannya suatu operasi berlanjut dan berkesinambungan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit disuatu periode mempunyai sifat sementara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan yang berkelanjutan. PSA No. 30 (SPAP, 2011:341.1) menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan suatu badan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain. a. Tanggung Jawab Auditor atas Going Concern Dalam SA seksi 341 paragraf 3 dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsiang besar
terhadap
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
28
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit dengan cara berikut ini (IAI, 2012): 1. Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. 2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus: a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas.
29
SA seksi 341 paragraf 4 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi dan peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Widyantari, 2011:24).
b. Opini Audit Going Concern Opini going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor
untuk
mengevaluasi apakah
ada
kesangsian
tentang
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Auditor menetapkan penerimaan opini audit going concern apabila dalam proses audit ditemukan kondisi dan peristiwa yang mengarah pada kesangsian terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa yang mengarah pada kesangsian atas kelangsungan hidup perusahaan (SA Seksi 341) :
30
1. Trend negatif. Contoh: kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan. Contoh: kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern. Contoh: pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4. Masalah luar yang telah terjadi. Contoh: pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
31
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2011) seksi 341 menyatakan apabila auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam jangka waktu pantas, maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Apabila auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan jika rencana manajemen perusahaan dapat secara efektif dilaksanakan untuk mengatasi dampak dari kondisi dan peristiwa yang menyebabkan kesangsian auditor tentang kelangsungan usahanya. Berikut adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
kemampuan
satuan
usaha
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Laporan Auditor Independen [Pihak yang dituju oleh auditor] Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan (neraca) PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal- tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen peruahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
32
merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaaan, atas dasar pengujian, bukti- bukti yang mendukung jumlah- jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai degan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Lampiran keuangan terlampir telah disusun degan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negative serta pada tanggal 31 Desember 20X2, jumlah liabilitas lancer perusahaan melebihi jumlah asset sebesar Rp. YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut. [Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik] [Tanggal]
Apabila auditor menganggap bahwa rencana manajemen tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Opini wajar dengan pengecualian diberikan kepada auditee apabila auditor menyangsikan
kelangsungan
hidup
perusahaan
dan
auditor
berkesimpulan bahwa manajemen tidak membuat pengungkapan dan mengenai sifat, dampak, kondisi dan peristiwa yang menyebabkan
33
auditor
menyangsikan
pengungkapan
di
kelangsungan
dalam
rencana
hidup manajemen
perusahaan. tidak
Jika
memadai
pengungkapannya dan tidak dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat material dan terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum, maka auditor akan memberikan opini tidak wajar (Sari, 2012:20). Pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern dalam hal keberlangsungan usaha suatu entitas dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
34
GAMBAR 2.1 Panduan Bagi Auditor dalam Memberikan Opini Going Concern
Apakah ada kondisi &/atau peristiwa yang berdampak terhadap kelangsungan hidup entitas?
TIDAK
SA SEKSI 508 PSA NO. 29
YA
Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas?
YA
Apa ada rencana manajemen?
YA
TIDAK
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Apa rencana manajemen dilaksanakan ?
TIDAK
Tidak memberikan pendapat
TIDAK
Tidak memberikan Pendapat
YA
Apakah cukup pengungkapan ?
YA Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf PenjelasanYA berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas/ penekanan atas suatu hal
TIDAK
Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Tidak Wajar
(Emphasis of Matter)
Sumber: Seksi 341 Paragraf 19 (SPAP, 2011)
35
4. Audit Tenure Gheiger dan Raghunandan (2002) menyatakan tenure adalah lamanya hubungan auditor klien diukur dengan jumlah tahun. Ketika auditor memiliki jangka waktu hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan dapat mendeteksi masalah going concern. Dalam sudut pandang kedua, menjaga hubungan dengan kantor akuntan publik yang sama untuk jangka waktu yang lama dianggap lebih ekonomis untuk klien. Adanya hubungan antara auditor dengan kliennya dalam waktu yang lama dikhawatirkan akan membuat auditor kehilangan independensinya. Karena antara auditor dengan klien sudah terikat hubungan yang nyaman dan saling menguntungkan sehingga kualitas audit menjadi rendah. Hilangnya independensi auditor dapat dilihat dari kesulitan auditor dalam memberikan opini going concern untuk kliennya (Sari,2012:21). Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Bagian Praktek Securities of Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) 1992 dalam Widyantari (2012:35) dinyatakan beberapa argumen yang dibuat tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan menyebabkan masalah berikut: a. Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien yang menyebabkan auditor kehilangan skeptisme profesional.
36
b. Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa mengetahui lebih dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang mampu mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien. c. Auditor
mungkin
berkeinginan
untuk
menyelesaikan
masalah
perusahaan klien dalam rangka mempertahankan hubungan baik dengan klien, memenuhi keinginan klien mungkin menjadi prioritas auditor dibandingkan dengan mengikuti standar profesional. Maka dari itu untuk menjaga independensinya, beberapa negara menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP (Dewayanto,2011:89). Cadbury Comittee di Inggris merekomendasikan rotasi terhadap audior yang mengaudit bukan Kantor Akuntan Publik-nya. Peraturan di Indonesia melalui Keputusan Ketua Bapepam dan LK No: Kep-310/BL/2008 dalam Peraturan No. VIII.A.2 tentang independensi akuntan publik yang memberikan jasa di pasar modal, menyebutkan bahwa Kantor Akuntan Publik mempunyai pengendalian mutu dengan tingkat keyakinan yang memadai bahwa Kantor Akuntan Publik dan karyawannya dapat menjaga sikap independen. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut- turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut- turut.
37
5. Reputasi KAP Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. KAP big four cenderung akan menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010:7). DeAngelo (1981) secara teoritis telah menganalis hubungan antara kualitas audit dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Dia berargumen bahwa auditor besar akan memiliki lebih banyak klien dan fee total akan dialokasikan diantara para kliennya. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih tinggi atas audit. Ukuran auditor berhubungan dengan kualitas audit. Economics of scale KAP yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut (Dewayanto, 2011:90). Auditor yang berkualitas adalah auditor yang tergolong kedalam KAP The Big Four (Rahayu, 2009:150). Tabel berikut ini akan menyajikan sejumlah nama KAP big four beserta afiliasinya di Indonesia: Tabel 2.2 KAP Big Four beserta Afiliasi di Indonesia The Big Four Price Waterhouse Coopers (PWC) Ernst and Young Kinsfield, Peat, Marwick, Goerdeller (KPMG) Delloite Touche Tohmatsu Sumber: data diolah
Afiliasi di Indonesia Tanudiredja, Wibisana, & Rekan Purwantono, Suherman, & Surja Sidharta & Widjaja Osman Bing Satrio & Rekan
38
Berdasarkan penelitian terdahulu, proksi yang digunakan dalam menilai reputasi Kantor Akuntan Publik adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan Publik, Big Four atau Non-Big Four. Mc Kinley et. al. (1985) menyatakan, ketika sebuah KAP mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut dan berusaha menghindari tindakan- tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka (Sari, 2012:22). Hasil penelitian Rahayu (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Astuti dan Darsono (2012), juga Foroghi (2012), berhasil membuktikan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
6. Disclosure Disclosure adalah pengungkapan atau pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif maupun yang negatif, yang akan mempengaruhi atas suatu keputusan investasi. Disclosure dibutuhkan oleh para pengguna untuk lebih memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang memungkinkan pihak pengguna untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007). Informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
39
dilakukan untuk melindungi hak pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat terpisahnya pihak manajemen yang mengelola perusahaan dan pemegang saham yang memiliki modal. Semakin memadainya pengungkapan atas informasi laporan keuangan dapat mengurangi resiko litigitas sehingga jika perusahaan mengungkapkan lebih sedikit informasi akuntansi cenderung menerima opini unqualified dari auditor eksternal (Junaidi dan Hartono, 2010:8). Keuntungan dari pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan adalah sebagai berikut (Tanor, 2009): 1. Keuntungan terjadi apabila pengungkapan rinci mengenai produk baru dapat digunakan untuk menyampaikan prospek perusahaan di masa yang akan datang kepada pemegang saham. 2. Disclosure dalam dunia investasi dapat berperan sebagai public relation bagi perusahaan yang berhubungan dengan komunitas investasi setiap saat, sehingga melalui disclosure masyarakat dapat mengetahui kondisi perusahaan. 3. Disclosure dapat mengurangi asimetri informasi. Pengungkapan yang diterbitkan perusahaan ada dua jenis, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Dahlan dalam Tanor (2009) menjelaskan bahwa pengungkapan
wajib
merupakan
pengungkapan
minimum
yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku dan pengungkapan sukarela adalah merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk
40
memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan pihak yang berkepentingan. Kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi perusahaan publik telah diatur oleh pemerintah dalam Keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : KEP-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6 yang berisi tentang: (1) Kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. (2) Bentuk dan isi laporan tahunan. Penentuan indeks dilakukan dengan menggunakan disclosure item yang digunakan untuk menentukan jumlah disclosure yang disajikan oleh perusahaan. Tabel 2.1 menyajikan disclosure item yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 2.1 Disclosure Items No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Keterangan Ikhtisar data keuangan penting Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan. Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan. Laporan direksi mengenai gambaran tentan prospek usaha. Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dilaksanakan perusahaan Nama & alamat perusahaan Riwayat singkat perusahaan Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan Struktur organisasi dalam bentuk bagan Visi & misi perusahaan Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi Jumlah karyawan, dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal: aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan. Uraian tentang pemegang saham dan presentase kepemilikannya
41
17. Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut 18. Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama bursa efek dimana saham perusahaan tersebut dicatatkan 19. Nama & alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal. 20. Penghargaan & sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala nasional maupun internasional 21. Nama & alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang/ kantor perwakilan 22. Tinjauan operasi per segmen usaha 23. Analisis kinerja keuagan yang mencakup perbandingan antara kinerja keuangan tahun yang bersangkutan dengan yang sebelumnya. 24. Prospek usaha dari perusahaan 25. Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan antara lain strategi pemasaran dan pangsa pasar 26. Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen 27. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) 28. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan 29. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit 30. Tandatangan anggota direksi dan dewan komisaris 31. Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan 32. Ringkasan statistik keuangan untuk 3 sampai 5 tahun 33. Informasi tentang penelitian dan pengembangan
Sumber: Fitriani dan Dharma, 2007
Setelah melakukan scoring menggunakan disclosure items, disclosure dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Cooke, 1992): Disclosure Level = Jumlah skor disclosure yang dipenuhi Jumlah skor maksimum
7. Ukuran Perusahaan Klien Dewayanto (2011:88) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-
42
kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Selain itu, perusahaan besar lebih banyak mengeluarkan fee audit yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan perusahaan yang lebih kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, auditor dapat meragukan pengeluaran opini going concern pada perusahaan besar (Mc.Known et al.,1991). Ukuran perusahaan klien yang diproksikan dengan log natural total asset
yang dimiliki perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha. Semakin tinggi total asset yang dimiliki, maka perusahaan dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas (Junaidi dan Hartono, 2010:9). Semakin kecil skala perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih kecil dalam pengelolaan usahanya.
Hal
ini
menyebabkan
perusahaan
lebih
berpeluang
mendapatkan opini audit going concern (Widyantari,2011:55).
8. Opini Audit Sebelumnya Opini audit sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1984) dalam Kartika (2012:31) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan
43
yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Nogler (1995) yang menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini going concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini bersih (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak maka opini going concern akan diterima kembali. Mutchler (1985) juga menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model analisis diskriminan yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 % dibandingkan model yang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1984), Sunarni dan Jatmiko (2012), Kartika (2012), Mutaqin dan Sudarno (2012) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
44
Penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam penerimaan opini going concern oleh perusahaan diringkas dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
45
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Judul
Variabel Persamaan Perbedaan Auditor- client tenure Audit quality
1.
Knechel dan Vonstaelen (2007)
The Relationship Between Auditor Tenure & Audit Quality Implied by Going Concern Opinions
2.
Haron et al. (2009)
Factors Influencing Auditors Going Concern Opinion
Disclosure
Financial condition, type of evidence
3.
Junaidi dan Hartono (2010)
Faktor Non Keuangan pada Opini Going Concern
Auditor- client tenure, reputasi auditor, disclosure, ukuran perusahaan
Opini audit sebelumnya
Hasil Penelitian Auditor- client tenure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern Financial condition, type of evidence, dan disclosure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern Auditor- client tenure, reputasi auditor, disclosure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, namun ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern
Bersambung ke halaman berikutnya
46
No.
Peneliti
Judul
Variabel Persamaan Perbedaan Ukuran perusahaan, Kondisi keuangan, opini audit opinion shopping, sebelumnya, auditorclient tenure, opinion shopping, reputasi auditor
4.
Dewayanto (2011)
Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
5.
Kartika (2012)
Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Opini audit tahun lalu
Kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opinion shopping
6.
Foroghi (2012)
Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy
Ukuran KAP
financial stress, bankcruptcy lag, operating cash flow
Hasil Penelitian Kondisi keuangan, da opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan, audit tenur,ukuran perusahaan,opininoin shoping, reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan. Opini audit tahun lalu, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, namun kualitas audit, kondisi keuangan, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini going concern Financial stress dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap opini going concern
Bersambung ke halaman berikutnya
47
No.
Peneliti
Judul
7.
Astuti dan Darsono (2012)
Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
8.
Beams et al. (2013)
The Effect of CEO and CFO Resignations on Going Concern Opinions
Variabel Persamaan Reputasi auditor, disclosure
Perbedaan Kondisi keuangan, debt default, opinion shopping, audit lag
Client size, auditor reputation
Resigned CEO, net cash flow, leverage, one year stock return, amounts of investment
Hasil Penelitian Debt default, reputasi auditor dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, namun kondisi keuangan, opinion shopping dandisclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Client size, auditor reputation, negative cash flow, one year stock return berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, namun resigned CEO tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
48
C. Kerangka Pemikiran Hubungan atau keterkaitan antar variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Audit tenure terhadap opini audit going concern Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka dikhawatirkan semakin rendah pengungkapan atas ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. Hal tersebut akan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern terhadap perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010). Ketika hubungan antara auditor dengan klien suatu KAP telah berlangsung bertahun- tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang sudah biasa berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP (Widyantari, 2011:58). Terdapat ancaman terhadap obyektifitas auditor dari familiaritasnya terhadap klien, yang mengarahkan pada kritik yang menyatakan bahwa tidaklah mungkin untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif dan tidak bias (Bazerman et al., 2002). Hubungan perikatan audit antara auditor dan klien yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga untuk memberikan opini going concern cukup sulit (Dewayanto,2011:89).
49
Penelitian Junaidi dan Hartono (2010), Dewayanto (2011), dan Widyantari (2012) menemukan hubungan negatif antara audit tenure dengan opini going concern. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Knechel dan Vonstraelen (2007), Junaidi dan Hartono (2010), Muttaqin dan Sudarno (2012), dan Widodo (2011) menemukan bukti bahwa audit tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern. Hubungan audit tenure dengan opini going concern adalah semakin lama perikatan audit antara auditor dengan klien menyebabkan independensi auditor berkurang sehingga auditor segan atau lebih sulit untuk memberikan opini going concern kepada kliennya.
2. Reputasi KAP terhadap opini audit going concern Craswell et al. (1995) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional-lah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. DeAngelo (1981) dalam Dewayanto (2011:89) mengatakan bahwa peningkatan kualitas audit akan mempertinggi skala Kantor Akuntan Publik yang juga akan berpengaruh pada klien dalam memilih Kantor
50
Akuntan Publik. Ukuran KAP berhubungan positif dengan kualitas auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Dewayanto (2011), dan Foroghi (2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara reputasi KAP dengan opini going concern. Junaidi dan Hartono (2010), Mutaqin dan Sudarno (2012), Astuti dan Darsono (2012), Foroghi (2012) berhasil membuktikan bahwa reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hubungan reputasi KAP dengan opini going concern adalah positif. Dimana KAP bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini going concern apabila auditor yakin klien mendapat masalah yang berkaitan dengan going concern. Selain itu menurut Choi et al. (2010) KAP besar seperti big four menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP kecil yang belum mempunyai reputasi.
3. Disclosure terhadap opini audit going concern Disclosure adalah pengungkapan atau pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif maupun yang negatif, yang akan mempengaruhi atas suatu keputusan investasi. Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang ada (Almilia dan Retrinasari, 2007). Lennox (2000) menyebutkan bahwa pemimpin perusahaan lebih sering tidak mengungkapkan informasi bad news mengenai perusahaan ketika auditor menerima opini
51
unqualified. Disclosure yang memadai atas informasi laporan keuangan dapat mengurangi litigation risk, dalam penelitian yang dilakukan oleh Khrisnan dan Zhang (2005) menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan
pengungkapan
cenderung
menerima
mengungkapkan
lebih
sesuai
clean sedikit
dengan
opininion, informasi
standar dan
pengungkapan
perusahaan
akuntansi
yang
cenderung
mendapatkan opini qualified dari auditor (Gaganis dan Pasiouras:2007). Penelitian yang dilakukan oleh Haron et al. (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Astuti dan Darsono (2012), dan Sari (2012) membuktikan bahwa disclosure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Haron et al. (2009), Junaidi dan Hartono (2010), dan Sari (2012) adalah disclosure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hubungan yang terjadi antara disclosure dengan opini going concern adalah apabila perusahaan merasa cukup baik kinerja keuangan perusahaannya maka akan semakin banyak pengungkapan yang dilakukan untuk menunjukkan kepada masyarakat citra baiknya, namun ketika perusahaan mendapatkan opini going concern atau opini yang dianggap dapat merusak citra perusahaannya maka perusahaan akan lebih sedikit melakukan pengungkapan karena tidak ingin masyarakat terlalu banyak tahu mengenai kinerja perusahaannya yang sedang buruk.
52
4. Ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern Mutchler (1985) dalam Kartika (2012:29) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural total asset yang dimiliki menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha. Semakin tinggi total asset yang dimiliki, maka perusahaan dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas (Junaidi dan Hartono, 2010:9). Semakin kecil skala perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih kecil dalam pengelolaan usahanya. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Kevin et al. (2005) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu auditor akan menunda memberikan opini going concern dengan harapan perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruknya pada tahun mendatang (Widyantari,2012:55). Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Mutchler et al. (1987), Rahayu (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Warnida (2011), Widyantari (2011), Muttaqin dan Sudarno (2012), menjelaskan adanya hubungan
53
negatif antara ukuran perusahaan klien dengan opini going concern. Hasil penelitian Rahayu (2009), Warnida (2011), Widyantari (2011), Muttaqin dan Sudarno (2012) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hubungan ukuran perusahaan klien dengan opini going concern adalah semakin besar perusahaan klien maka auditor akan menghindari pemberian opini going concern, karena perusahaan yang besar dianggap lebih mampu mengatasi kondisi buruknya dibandingkan dengan perusahaan kecil.
5. Opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern Opini audit going concern tahun sebelumya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan (Kartika, 2012:33). Mutchler (1984) dalam melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) juga menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe audit yang
54
telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 % dibanding model lain. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan klien mendapatkan opini going concern, maka kemungkinan penerimaan opini going concern tahun berjalan semakin besar. Penelitian Widyantari (2011), Rahayu dan Pratiwi (2011), Dewayanto (2011), Kartika (2012), Sunarni dan Jatmiko (2012), Muttaqin dan Sudarno (2012), berhasil membuktikan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hubungan opini audit sebelumnya terhadap opini going concern adalah ketika perusahaan mendapatkan opini going concern pada tahun sebelumnya maka kemungkinan akan menerima opini going concern pada tahun berjalan akan semakin besar, karena opini audit sebelumnya menjadi landasan dalam pemberian opini tahun berjalan. Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian mengenai pengaruh yang terjadi pada penerimaan opini audit going concern. Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini. Model penelitian ini menggunakan lima variabel yaitu variabel bebas (X) yang mempengaruhi variabel terikat (Y) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
55
Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern
Standar Profesional Akuntan Publik 2011
Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072011
Audit Tenure (X1) Knechel dan Vonstraelen(2007) Reputasi KAP (X2) Foroghi (2012) Disclosure (X3) Kartika (2012)
Opini Going Concern (Y) Junaidi dan Hartono (2010)
Ukuran Perusahaan Klien (X4) Beams et al. (2013) Opini Audit Sebelumnya (X5) Dewayanto (2011)
Metode Analisis: Regresi Logistic
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
56
D. Hipotesis Berdasarkan uraian tersebut diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1
: Audit tenure berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern
Ha2
: Reputasi KAP berpengaruh positif terhadap opini audit going concern
Ha3
:
Disclosure berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern
Ha4
: Ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern
Ha5
: Opini audit sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit going concern
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien dan opini audit sebelumnya terhadap variabel dependen, yaitu opini audit going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011. Alasan penggunaan tahun 2007 sampai tahun 2011 adalah pada periode tersebut keadaan ekonomi Indonesia relatif stabil. Perusahaan manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect. Industrial effect merupakan risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain. Zulkarnaini (2007) mencontohkan risiko yang timbul pada perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur akan
58
memiliki proporsi aktiva tetap yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan retail dan lainnya karena kegiatan usahanya yang membutuhkan berbagai alat-alat produksi. Perusahaan dengan aktiva tetap yang lebih besar akan memiliki beban depresiasi yang tinggi pula, sehingga akan menimbulkan tingginya risiko usaha. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dalam hal ini lebih khusus pada penggunaan metode judgment sampling. Judgment sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2011 dan tidak mengalami delisting. 2. Perusahaan dalam industri manufaktur yang menyertakan laporan auditor independen bersama dengan laporan keuangan yang telah diaudit pada periode 2007-2011. 3. Terdapat catatan atas laporan keuangan. 4. Mengalami laba bersih setelah pajak bernilai negatif selama 2 periode laporan keuangan saat pengamatan. Laba bersih yang negatif digunakan untuk menunjukkan trend kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Kondisi keuangan yang bermasalah ini menimbulkan kesangsian auditor tentang kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.
59
Auditor akan cenderung memberikan opini audit going concern apabila perusahaan mengalami kondisi keuangan yang tidak baik dan dianggap tidak mampu mempertahankan usahanya tersebut. Perusahaan dalam industri manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa kelompok industri berdasarkan klasifikasi industri dari BEI. Beberapa kelompok industri yang termasuk dalam jenis industri manufaktur antara lain: cement; ceramics, glass, porcelain; metal and allied products; chemical; plastics and packaging; animal feed; wood industries; pulp and paper; automotive and components; textile, garment; footwear; cable;
electronics;
food
and
beverages;
tobacco
manufacturers;
pharmaceutical; cosmetics and household; dan houseware.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan keuangan dan laporan
60
auditan perusahaan dalam industri manufaktur tahun 2007 sampai dengan 2011 yang telah dipublikasikan secara lengkap di BEI.
D. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS Ver. 20. Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy (menerima atau tidak menerima opini audit going concern). Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. 1. Definisi Regresi Logistik Regresi
logistik
adalah
bentuk
khusus
dimana
variabel
dependennya terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya dapat saja lebih dari dua kelompok. Regresi
61
logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala. Regresi logistik binari digunakan untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe kategorial dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti: tidak setuju, setuju, sangat setuju. 2. Tahapan Regresi Logistik Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah ini (Ghozali, 2011): a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran
keseluruhan
dari
sampel
yang
berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
62
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE). Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0 Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk ekonomi dan keuangan, besarnya α adalah 5% (Nachrowi dan Usman, 2006:15). Kaidah pengambilan keputusan adalah: a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung. b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung. 1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
63
Dari hipotesis ini kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai
yang
kecil
berarti
kemampuan
variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
64
independen
memberikan
hampir
semua
informasi
yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 3) Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 4) Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Jika
65
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel
independen sama dengan nol. 5) Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan. 6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh audit tenure, ukuran KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien, opini audit sebelumnya terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: GC= β0+β1(TEN)+β2(REP)+β3(DISC)+β4(SIZE)+β5(OPINI)+ ε dimana: GC
= Opini Audit Going Concern (1 untuk perusahaan yang menerima opini going concern, dan 0 untuk perusahaan yang tidak menerima opini going concern)
β0
= Konstanta
Tenure
= Lama hubungan auditor- client
66
REP
= Reputasi KAP (1 untuk KAP yang berasosiasi dengan big four dan 0 untuk KAP lainnya)
DISC
= Disclosure (Tingkat Pengungkapan)
SIZE
= Ukuran perusahaan klien yang diukur dengan natural log total aset.
OPINI
= Opini audit yang diterima sebelumnya (kategori 1 bila opini audit going concern (GCAO) ,0 bila bukan (NGCAO))
β1- β5
= Koefisien regresi
ε
= Koefisien error
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini variabel- variabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu variabel bergantung (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variable). Variabel bergantung dalam penelitian ini adalah opini audit going concern, dan terdapat 5 variabel bebas yaitu, audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien dan opini audit sebelumnya. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan yang disertai dengan operasional serta cara pengukurannya. Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
67
1. Opini Audit Going Concern Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern yang merupakan opini audit modifikasi yang diberikan auditor bila terdapat keraguan atas kemampuan going concern perusahaan atau terdapat ketidakpastian yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2011). Variabel ini merupakan variabel dummy yang diukur dengan angka 1 bila perusahaan menerima Going Concern Audit Opinion (GCAO) dan angka 0 bila menerima opini Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO) (Junaidi dan Hartono,2010).
2. Audit tenure (X1) Gheiger dan Ragunandhan (2002) menjelaskan tenure adalah hubungan auditor dan klien diukur dengan jumlah tahun. Semakin lama hubungan antara auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan
menerima
opini
going
concern
(Junaidi
dan
Hartono,2010:8).Variabel audit tenure dalam penelitian ini menggunakan skala interval sesuai dengan lama hubungan KAP dengan perusahaan. Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana KAP yang sama telah melakukan perikatan audit terhadap auditee. Tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahuntahun berikutnya (Knechel dan Vonstraelen, 2007).
68
3. Reputasi KAP (X2) Banyak literatur audit yang menyimpulkan bahwa kualitas audit yang dihasilkan dari KAP big four lebih baik dibandingkan dengan KAP non big four (Foroghi,2012:1093). Penelitian Dopuch dan Simunic (1980) juga sejalan dengan literatur tersebut dikarenakan big four mempunyai economic scale yang besar. Selain itu KAP besar mempunyai sumber daya yang banyak dan hasil audit yang lebih akurat dibandingkan dengan non big four (Foroghi,2012:1093). Reputasi KAP dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan ukuran Kantor Akuntan Publik. Ukuran KAP dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP big four termasuk afiliasinya di Indonesia dan KAP non big four. Variabel reputasi KAP menggunakan variabel dummy. Jika sebuah perusahaan diaudit oleh KAP big four maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika sebuah perusahaan diaudit oleh KAP non big four, maka diberikan nilai 0 (Foroghi, 2012).
4. Disclosure (X3) Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan (Tanor, 2009) dalam Kartika (2012). Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks yang telah diatur dalam Keputusan BAPEPAM Nomor: KEP-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. Penentuan indeks dilakukan dengan menggunakan skor disclosure
69
yang diungkapkan oleh perusahaan. Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan keuangannya , maka skor 1 akan diberikan dan jika item tersebut tidak diungkapkan, maka 0 akan diberikan (Kartika, 2012). Setelah melakukan scoring, disclosure level dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Disclosure Level = Jumlah skor disclosure yang dipenuhi Jumlah skor maksimum
5. Ukuran Perusahaan Klien (X4) Ukuran perusahaan klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar,
sebaliknya
semakin
kecil
total
aset
sebuah
perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut kecil. Variabel ukuran perusahaan klien dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan logaritma natural (ln) atas total aset perusahaan (Beams et. al, 2013).
6. Opini Audit Sebelumnya (X5) Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit
70
yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model analisis diskriminan yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibandingkan model yang lain. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini going concern, maka pada tahun berikutnya kemungkinan auditor memberikan opini going concern akan lebih besar (Dewayanto,2011). Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy. Apabila pada tahun sebelumnya terdapat opini GC diberi kode 1, sedangkan opini NGC diberi kode 0 (Junaidi dan Jogiyanto, 2010). Variabel dan skala pengukuran yang terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Variabel Operasionalisasi dan Pengukuran No
Variabel
Jenis
Indikator
Skala
Bernilai 1 bila perusahaan menerima Going Concern Audit Opinion (GCAO) dan bernilai 0 bila menerima opini Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO)
Nominal
Variabel 1.
Opini audit going concern (Junaidi & Hartono, 2010)
Dependen
Bersambung ke halaman selanjutnya
71
Tabel 3.1 (Lanjutan) No.
Variabel
Jenis Variabel Independen
2.
Audit tenure (Knechel & Vonstraelen, 2007)
3.
Reputasi KAP (Foroghi, 2012)
Independen
4.
Disclosure (Kartika, 2012)
Independen
5.
Ukuran perusahaan klien (Beams et. al, 2012) Opini tahun sebelumnya (Dewayanto, 2011)
Independen
6.
Independen
Indikator
Skala
Untuk mengukur variabel ini, peneliti menggunakan skala interval sesuai dengan lama hubungan KAP dengan perusahaan. Skore 1 diberikan bila perusahaan diaudit KAP big four, dan 0 apabila KAP non big four Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan keuangannya skor 1 akan diberikan dan jika item tersebut tidak diungkapkan, maka 0 akan diberikan Logaritma natural (ln) atas total aset perusahaan
Nominal
Apabila pada tahun sebelumnya terdapat opini GC diberi kode 1, sedangkan opini NGC diberi kode 0
Nominal
Nominal
Rasio
Rasio
72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai tahun 2011. Perusahaan tersebut telah terdaftar sejak tanggal 1 Januari 2006 dan tidak mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. Industri manufaktur dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan industri lain sehingga variasi data untuk sampel yang ada semakin banyak, dan juga untuk menghindari industrial effect, industrial effect adalah resiko industri yang berbeda antara sektor industri yang satu dengan yang lainnya. Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan, dan opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan data selama lima tahun, dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Penggunaan periode 2007 sampai 2011 karena pada tahun tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat berubah- ubah dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan, selain itu untuk melihat dampak dari krisis ekonomi global yang mulai terjadi pada tahun 2007 di Amerika Serikat. Namun data tahun 2006 dibutuhkan sebagai pelengkap data tahun
73
2007. Karena peneliti menggunakan variabel opini audit sebelumnya yang membutuhkan data pada tahun sebelumnya (2006). Tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah diteta Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria Jumlah perusahaan yang listing di BEI tahun 2007-2011 dan tidak mengalami delisting Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan beserta laporan auditor independen secara lengkap Tidak terdapat catatan atas laporan keuangan perusahaan Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih negatif sekurang-kurangnya dua tahun berturut- turut Jumlah perusahaan sampel Tahun pengamatan (tahun) Jumlah sampel total selama periode penelitian Sumber: data diolah
114 (11) (6) (75) 22 5 110
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian berjumlah 114 perusahaan. Dari 114 perusahaan manufaktur tersebut terdapat 11 perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan beserta laporan auditor independen secara lengkap, 6 perusahaan tidak menerbitkan catatan atas laporan keuangan perusahaannya dan 75 perusahaan yang tidak mengalami laba bersih setelah pajak bernilai negatif selama periode penelitian. Sehingga perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel adalah sebanyak 22 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah
22 perusahaan dikalikan 5 tahun pengamatan,
sehinga sampel penelitian berjumlah 110 perusahaan.
74
2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain audit tenure, ukuran KAP, disclosure laporan keuangan, ukuran perusahaan klien, dan opini audit sebelumnya t-1. Melalui metode purposive sampling diharapkan sampel dapat mewakili populasiya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam Tabel 4.2 Tabel 4.2 Sampel Penelitian NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
JENIS USAHA
Ceramics, Glass, Porcelain Chemicals Food and Beverages Footwear Houseware Metal and Allied Products Plastics & Packaging Textile, Garment Wood Industries JUMLAH AKUMULASI Sumber: data diolah
2007 2 2 1 2 1 2 2 8 2 22 110
2008 2 2 1 2 1 2 2 8 2 22 110
JUMLAH 2009 2010 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 8 8 2 2 22 22 110 110
2011 2 2 1 2 1 2 2 8 2 22 110
Pada tabel 4.3 dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel yang terpilih tersebar secara acak dan hampir merata di pada 9 sektor industri. Perusahaan yang paling banyak dijadikan sampel penelitian berasal dari sektor textile, garment yaitu sebanyak 8 perusahaan atau sekitar 36,36%.
75
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha NO JENIS USAHA FREKUENSI PRESENTASE % 1. Ceramics, Glass, Porcelain 2 9,09 2. Chemicals 2 9,09 3. Food and Beverages 1 4,55 4. Footwear 2 9,09 5. Houseware 1 4,55 6. Metal and Allied Products 2 9,09 7. Plastics & Packaging 2 9,09 8. Textile, Garment 8 36,36 9. Wood Industries 2 9,09 JUMLAH 22 100,00 Sumber: data diolah Sampel dikategorikan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya, yaitu kelopok perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern (GC) dan kelompok perusahaan yang mendapatkan opini audit non going concern (NGC). Distribusi perusahaan tersebut disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit Perusahaan Opini Total 2007 2008 2009 2010 2011 14 11 12 11 10 58 GC 63,64% 50% 54,55% 50% 45,45% 52,73% 8 11 10 11 12 52 NGC 36,36% 50% 45,45% 50% 54,55% 47,27% 22 22 22 22 22 110 Total 100% 100% 100% 100% 100% 100% Sumber: data diolah Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 14 perusahaan yang menerima opini audit going concern atau sebesar 63,64% dari total perusahaan sampel pada tahun 2007. Dan perusahaan 76
yang menerima opini audit non going concern pada tahun 2007 adalah 8 perusahaan atau sebesar 36,36% dari total perusahaan sampel pada tahun 2007. Pada tahun 2008 terdapat 11 perusahaan yang menerima opini audit going concern atau sebesar 50% dari total perusahaan sampel pada tahun 2008, dan perusahaan yang menerima opini audit non going concern pada tahun 2008 adalah 11 perusahaan atau sebesar 50% dari total perusahaan sampel pada tahun 2008. Pada tahun 2009 terdapat 12 perusahaan yang menerima opini going concern atau sebesar 54,55% dari total sampel pada tahun 2009, dan sebanyak 10 perusahaan mendapatkan opini audit non going concern atau 45,45% dari total sampel tahun 2009. Pada tahun 2010 sebanyak 11 perusahaan mendapatkan opini audit going concern atau 50% dari sampel tahun 2010, dan 11 perusahaan mendapatkan opini audit non going concern atau sebesar 50% dari total sampel tahun 2010. Pada tahun 2011 terdapat 10 perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern atau sebesar 54,55% dari total sampel tahun 2011, dan 12 perusahaan yang mendapatkan opini audit non going concern atau sebesar 45,45% dari total sampel pada tahun 2011. Total keseluruhan penelitian selama 5 tahun menunjukkan sebanyak 58 (52,73%) perusahaan mendapatkan opini audit going concern dan 52 (47,27%) perusahaan mendapatkan opini audit non going concern dari total 110 (100%) perusahaan sampel penelitian. Dari penjelasan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa perusahaan yang paling banyak menerima opini going concern terjadi pada tahun
77
2007, salah satu penyebab hal itu adalah karena terkena dampak dari krisis ekonomi global yang pada saat itu terjadi di Amerika Serikat akibat adanya pembekuan sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan beresiko tinggi AS (subprime mortgage). Pembekuan ini memicu gejolak di pasar finansial dan merambat ke seluruh negara tak terkecuali Indonesia yang terlihat dari gejolak di pasar uang dan pasar modal (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009:41). Perubahan penerimaan opini going concern yang terjadi setiap tahun menunjukkan adanya perubahan kondisi di dalam dan diluar perusahaan,
contohnya perubahan penggunaan metode akuntansi,
perubahan penggunaan mata uang, restrukturisasi hutang, harga saham yang naik turun, kemampuan pembayaran hutang dan lainnya seperti yang terdapat di dalam CALK (Catatan atas laporan keuangan perusahaan).
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahaan klien, dan opini audit sebelumnya) terhadap variabel dependen yaitu opini audit going concern. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 110 data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5
78
tahun; data tahun 2007 sampai tahun 2011) dengan jumlah perusahaan sampel (22 perusahaan).
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif N GC TENURE REP DISC LnTA OPINI Valid N (listwise)
110 110 110 110 110 110 110
Minimum Maximum 0 1 0 ,36363 20,61906 0
1 5 1 ,93939 30,56720 1
Mean
Std. Deviation
,53 2,12 ,30 ,5057792 26,8169661 ,55
,502 1,304 ,460 ,20502284 2,02390126 ,499
Sumber: output SPSS Berdasarkan Tabel 4.4, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dijelaskan sebagai berikut: a) Hasil analisis statistik deskriptif terhadap penerimaan opini going concern (GC) menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata- rata sebesar 0,53 dan standar deviasi 0,502. Nilai rata- rata sebesar 0,53 menunjukkan bahwa opini audit going concern dengan kode 1 menunjukkan bahwa sampel penelitian lebih banyak menerima opini audit going concern dari 110 sampel yang diteliti. Dari 110 perusahaan terdapat 58,3 perusahaan yang menerima opini audit going concern dan 51,7 perusahaan yang mendapatkan opini audit non going concern. b) Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap audit tenure (TENURE) menunjukkan nilai minimum sebesar 1, nilai
79
maksimum sebesar 5, dengan rata- rata sebesar 2,12 dan standar deviasi 1,304. Nilai rata- rata sebesar 2,12 menunjukkan bahwa ratarata hubungan perikatan auditor dengan klien dalam penelitian ini adalah 2,12 tahun. c) Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap reputasi KAP (REP) menunjukkan nilai minimum 0, nilai maksimum 1 , dengan rata- rata 0,30 dan standar deviasi sebesar 0,460. Nilai ratarata sebesar 0,30 menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan KAP big four dengan kode 1 sebesar 33 perusahaan saja, sedangkan perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four adalah 77 perusahaan. d) Hasil analisis dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap disclosure (DISC) menunjukkan nilai minimum 0,36, nilai maksimum 0,93, nilai rata- rata 0,50, dan standar deviasi 0,205. Nilai minimum dan maksimum dibawah 1 menunjukkan bahwa sampel penelitian belum ada yang menyajikan pengungkapan secara sempurna sesuai dengan disclosure item. e) Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan klien (LnTA) menunjukkan nilai minimum sebesar 20,61, nilai maksimum 30,56, rata- rata 26,81, dan standar deviasi sebesar 2,023. Nilai rata- rata 26,81 mendekati nilai maksimum 30,56 menunjukkan perusahaan sampel penelitian termasuk ke dalam perusahaan dengan total aktiva yang besar.
80
f) Hasil statistik deskriptif terhadap opini audit sebelumnya (OPINI) menunjukkan nilai minimum 0, nilai maksimum 1, rata- rata 0,55, dan standar deviasi sebesar 0,499. Nilai rata- rata sebesar 0,55 menunjukkan bahwa opini audit sebelumnya dengan kode 1 lebih banyak diterima perusahaan dibandingkan dengan yang pada tahun sebelumnya tidak menerima opini going concern. Rata- rata 60,5 perusahaan yang menerima opini going concern, pada tahun sebelumnya juga menerima opini going concern, dan 49,5 perusahaan yang menerima opini going concern, pada tahun sebelumnya tidak menerima opini going concern. Variabel menggunakan
ukuran skala
perusahaan
pengukuran
klien
rasio,
dan
dan
disclosure
audit
tenure
yang yang
menggunakan skala pengukuran interval memiliki nilai rata- rata lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik, karena nilai rata- rata yang lebih besar dari standar deviasinya menunjukkan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil. Sedangkan untuk variabel opini audit going concern, reputasi KAP, dan opini audit sebelumnya menggunakan skala pengukuran nominal , nilai rata- rata dan standar deviasi tidak tepat digunakan sebagai alat analisis kualitas data, karena kode angka yang digunaka dalam skala pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategorial semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa- apa (Ghozali, 2011:4).
81
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Karena variabel independen bersifat dummy (menerima opini going concern atau tidak menerima opini going concern), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunkaan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2011:261). Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011): a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Pengujian kesesuaian keseluruhan model (overall model fit) dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah: Ho :Model yang dihoptesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Berdasarkan hipotesis ini, maka Ho harus dterima dan Ha harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan fugsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input.
82
Tabel 4.6 adalah Iteration History 0 yang merupakan -2 Log Likelihood awal. Tabel ini akan dibandingkan dengan tabel 4.8, tabel Iteration History 1 yang merupakan -2 Log Likelihood akhir. Adanya selisih antara -2 Log Likelihood awal dengan -2 Log Likelihood akhir menunjukan bahwa hipotesis nol (Ho) tidak dapat di tolak dan model fit dengan data. Tabel 4.6 Iteration History 0 Iteration Historya,b,c Iteration
Step 0
-2 Log likelihood
Coefficients Constant
1
152,165
,109
2
152,165
,109
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 152,165 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber: output SPSS
Berdasarkan hasil pegolahan SPSS 20.0, pada tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration History 0) adalah sebesar 152,165. Secara matematis, angka tersebut signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesisi nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi) (Ghozali, 2011:268). Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara nilai -2 Log Likelihood awal ( tabel Iteration History 0) dengan -2 Log Likelihood 83
akhir (tabel Iteration History 1), Pada tabel Iteration History 0, nilai -2 Log Likelihood awal menunjukan sebesar 152,165. Setelah variabel bebas dimasukan pada model regresi, maka nilai -2 Log Likelihood pada tabel 4.7 Iteration History 1 adalah sebesar 51,225.
Tabel 4.7 Iteration History 1 Iteration History a,b,c,d Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients Constant
TENURE
REP
DISC
LnTA
OPINI
1
63,289
1,058
-,091
-,143
-1,628
-,059
3,074
2
53,468
4,002
-,210
-,268
-3,584
-,145
4,156
3
51,414
6,985
-,329
-,308
-5,170
-,232
4,810
4
51,227
8,293
-,386
-,311
-5,778
-,271
5,093
5
51,225
8,462
-,394
-,312
-5,851
-,276
5,130
6
51,225
8,465
-,394
-,312
-5,852
-,276
5,130
7
51,225
8,465
-,394
-,312
-5,852
-,276
5,130
a. Method: Enter b. Constant is included in the model c. Initial -2 Log Likelihood: 152,165 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001 Sumber: output SPSS
Berdasarkan output tersebut, terjadi penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar 100,94. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukan model
84
regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Nilai Cox & Snell R Square adalah sebesar 0,601 yang berarti bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebsar 60,1%. Cox & Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression sehingga sulit diintepretasikan. Kelemahan mendasar yang dimiliki adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka baik nilai R2 maupun Cox & Snell R Square akan mengalami peningkatan tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, Nagelkerke R Square digunakan dalam mengevaluasi mana model regresi yang terbaik karena nilai yang dihasilkan dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2011). Berdasarkan Tabel 4.8 dibawah ini, nilai Nagelkerke R Square sebesar 80,2%, yang berarti variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 80,2%, sedangkan sisanya sebesar 19,8% dijelaskan oleh variabel- variabel lain diluar model penelitian
85
seperti debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan, dan rasio keuangan lainnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Widyantari (2011).
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Model Summary -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
51,225a
,601
,802
Sumber: output SPSS
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik biner. Menilai kelayakan dari model regresi dapat dilakukan dengan memperhatikan goodness of fit model yang diukur dengan Chi-Square pada kolom Hosmer and Lemeshow’s (Ghozali, 2009: 269). Hipotesis yang digunkaan untuk menilai kelayakan model regresi ini adalah: Ho: Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha: Ada perbedaan antara model dengan data
Tabel 4.9 Menguji Kelayakan Model Regresi Chi-square
df
Sig.
2,936
8
,938
Sumber: output SPSS
86
Tabel 4.9
menunjukan
hasil pengujian Hosmer and
Lemeshow’s Test. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,938. Nilai signifikan yag diperoleh tersebut diatas 0,05 yang berarti hipotesis 0 (Ho) tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model mampu memprediksi niali observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
d. Hasil Uji Mutikolinearitas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya
korelasi
antar
variabel
independen.
Pengujian
multikolinieritas menggunakan metrik korelasi antara variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antara variabel bebas. Untuk melihat besarnya korelasi antara variabel independen didalam penelitian ini audit tenure (TENURE), reputasi KAP (REP), disclosure (DISC), ukuran perusahaan klien (LnTA), dan opini audit sebelumnya (OPINI). Hasil Tabel 4.8 menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi yang nilainya lebih besar dari 0,8, maka tidak ada gejala multikolinearitas
yang
serius
antara
variabel
bebasnya
(Widyantari,2011:81).
87
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix Constant
TENURE
REP
DISC
LnTA
OPINI
Constant
1,000
-,189
,363
-,536
-,982
,251
TENURE
-,189
1,000
-,234
,189
,099
-,359
REP
,363
-,234
1,000
-,008
-,405
-,020
DISC
-,536
,189
-,008
1,000
,406
-,355
LnTA
-,982
,099
-,405
,406
1,000
-,253
OPINI
,251
-,359
-,020
-,355
-,253
1,000
Sumber: output SPSS e. Hasil Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.
Tabel 4.11 Matriks Klasifikasi Observed
Predicted GC
GC
NGCO
GCO
Percentage Correct
NGCO
46
6
88,5
GCO
4
54
93,1
Overall Percentage
90,9
Sumber: output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini going concern adalah
88
sebesar 93,1%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 54 perusahaan (93,1%) yang diprediksi akan menerima opini going concern dari total 58 perusahaan yang menerima opini going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini non going concern adalah 88,5%. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 46 perusahaan (88,5%) yang diprediksi menerima opini non going concern dari total 52 perusahaan yang menerima opini non going concern.
f. Hasil Uji Regresi Logistik Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik B
S.E.
Wald
df
Sig.
Keterangan
TENURE
-,394
,314
1,572
1
,210 Tidak Signifikan
REP
-,312
,910
,118
1
,732 Tidak Signifikan
DISC
-5,852
2,200
7,077
1
,008
LnTA
-,276
,234
1,390
1
,238 Tidak Signifikan
OPINI
5,130
,899
32,604
1
,000
Signifikan
Constant
8,465
6,721
1,586
1
,208
-
Signifikan
Sumber: output SPSS
89
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini: GC = 8,465 – 0,394 TENURE – 0,312 REP – 5,852 DISC – 0,276 + 5,130 OPINI Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam lima bagian. Bagian pertama membahas pengaruh audit tenure (TENURE) terhadap opini audit going concern (GC) (H1). Bagian kedua membahas pengaruh reputasi KAP (REP) terhadap opini audit going concern (GC) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh disclosure (DISC) terhadap opini audit going concern (GC) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh ukuran perusahaan klien (LnTA) terhadap opini audit going concern (GC) (H4). Dan bagian kelima membahas pengaruh opini audit sebelumnya (OPINI) terhadap opini audit going concern (GC) (H5). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh Audit Tenure (TENURE) terhadap Opini Audit Going Concern (GC) Variabel TENURE menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar -0,394 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,210, lebih besar dari α= 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α= 5%, maka hipotesis ke-1 tidak berhasil didukung (ditolak).
90
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Knechel dan Vanstraelen (2007), Junaidi dan Jogiyanto (2010), Mutaqqin dan Sudarno
(2012)
yang
menyatakan
bahwa
audit
tenure
berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Widyantari (2011), dan Dewayanto (2011) yang menemukan bahwa audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara klien dengan auditor. Auditor akan tetap mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya tanpa memperdulikan fee audit yang akan diterima di masa depan karena kehilangan klien. Selain itu terdapat Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang jasa akuntan publik. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut- turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun berturut- turut. Sehingga baik KAP maupun
91
klien akan berusaha untuk mematuhi peraturan tersebut (Dewayanto, 2011). Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Muttaqin dan Sudarno (2012), dan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern. Menurut Junaidi dan Hartono (2010), semakin lama hubungan
auditor
dengan
klien,
maka
semakin
kecil
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern. Kondisi ini terjadi karena perikatan yang lama dapat menyebabkan berkurangnya independensi KAP, dan apabila independensi auditor berkurang maka opini yang dikeluarkan oleh auditor merupakan opini yang menyesatkan dan akan merugikan berbagai pihak. Opini yang menyesatkan tersebut tidak sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya sebagai contoh pada kasus Enron, dimana auditor yang mengaudit independensinya berkurang karena terpengaruh dengan lamanya perikatan sehingga, meskipun laporan keuangannya tidak wajar, auditor yang berkurang independensinya akan mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian. Di beberapa Negara menetapkan peraturan mengenai rotasi KAP. Di Indonesia penggantian KAP yang sama dilakukan setiap 5 tahun, sedangkan untuk auditor yang sama setiap 3 tahun (Lenox, 2004).
92
2) Pengaruh Reputasi KAP (REP) terhadap Opini Audit Going Concern (GC) Variabel REP menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar -0,312 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,732, lebih besar dari α=5%. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α=5% maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Dewayanto (2011), Muttaqin dan Sudarno (2012). Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Jogiyanto (2010) serta Astuti dan Darsono (2012) dan Foroghi (2012). Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pemberian opini going concern oleh auditor tidak berdasarkan pada besar kecilnya skala reputasi KAP. Baik KAP big four dan KAP non big four menggunakan standar yang sama dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Oleh karena itu, anggapan publik selama ini yang mengasumsikan bahwa KAP big four memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non big four tidak dapat dibenarkan. Terbukti dengan fenomena yang ditemukan peneliti bahwa banyak perusahaan yang menerima opini going concern dengan KAP non big four sebagai auditornya. Hasil penelitian Beams et. al (2012) menemukan
93
bahwa big six accounting firms jarang menerbitkan opini going concern, walaupun non big six accounting firms sering menerbitkan opini going concern kepada perusahaan sebelum mengalami kebangkrutan. Jadi besarnya KAP seperti big four tidak menjamin mereka lebih berani mengeluarkan opini going concern, karena KAP non big four melakukan audit dengan standar yang sama seperti KAP big four. Hal ini tidak mendukung konsep teori yang dikemukakan oleh Mutchler et. al (1981) dalam Irfana dan Muid (2012) yang menyebutkan bahwa semakin besar skala auditor, maka akan semakin besar kemungkinan dalam mengeluarkan opini going concern. Auditor skala besar memiliki insentif yang lebih baik dalam menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah- masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko pengadilan (Foroghi,2012).
3) Pengaruh Disclosure (DISC) terhadap Opini Audit Going Concern (GC) Variabel DISC menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar -5,862, dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,008, lebih kecil dari α=5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil
94
dari α=5%, maka hipotesis ke-3 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa disclosure berpengaruh terhadap opini going concern. Semakin tinggi pengungkapan maka semakin rendah perusahaan menerima opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haron et al. (2009), Junaidi dan Hartono (2010), namun tidak mendukung hasil penelitian Astuti dan Darsono (2012). Perusahaan yang tidak mengungkapkan rasio- rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan meningkatkan kemungkinan menerima
opini going
concern. Dengan nilai koefisien beta negatif mengindikasikan perusahaan yang mengungkapkan keadaan perusahaannya lebih banyak cenderung tidak menerima opini going concern. Semakin banyak pengungkapan yang dilakukan oleh klien maka semakin baik kondisi keuangannya sehingga terhindar dari penerimaan opini going concern. Pengungkapan informasi tentang kondisi perusahaan juga dapat menghindari konflik antara investor dengan manajemen (Haroon et. al, 2009:6). Berbanding terbalik dengan hasil penelitian Astuti dan Darsono
(2012)
dimana
menyatakan
bahwa
tingkat
pengungkapan yang tinggi tidak menyebabkan perusahaan
95
terhindar dari penerimaan opini going concern. Hal tersebut dapat terjadi karena tingkat pengungkapan yang terlalu tinggi menimbulkan
kesan
tidak
baik
dan
diartikan
sebagai
pengungkapan yang berlebihan. Terlalu banyak informasi akan membahayakan karena penyajian rinci dan tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan sulit ditafsirkan (Hendriksen dan Breda, 2002). Penggunaan variabel disclosure dalam penelitian tentang opini going concern masih sedikit (Junaidi dan Hartono, 2010), namun variabel ini cukup efektif dalam memprediksi penerimaan opini going concern terbukti dari tingkat signifikansi sebesar 0,008.
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien (LnTA) terhadap Opini Audit Going Concern (GC) Variabel LnTA menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,278, dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,238 lebih besar dari α=5%. Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari α=5% maka hipotesis ke-4 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010),
Muttaqin dan Sudarno (2012).
Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian
96
sebelumnya yang dilakukan oleh Dewayanto (2011), dan Widyantari (2011). Koefisien beta bernilai negatif mengindikasikan bahwa H4 ditolak. Dalam penelitian ini baik perusahaan dengan ukuran besar dan kecil tetap mungkin menerima opini going concern. Ukuran perusahaan klien
yang diproksikan dengan
logaritma natural total aset menjelaskan contoh industri textile, garment yang mempunyai mesin dan gedung dengan nilai yang aset yang cukup besar namun tetap menerima opini going concern. Karena penerimaan opini going concern oleh klien tidak hanya sebatas melihat ukuran perusahaan saja namun melihat kondisi keuangan perusahaan seperti mengalami laba bersih negatif sekurang- kurangnya dua tahun berturut- turut (Muttaqin danSudarno,2012:12).
5) Pengaruh Opini Audit Sebelumnya (OPINI) terhadap Opini Audit Going Concern (GC) Variabel OPINI menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 5,130, dengan tingkat signifikansi (p) 0,000 lebih besar dari α=5%. Dengan tingkat signifikansi (p) yang lebih kecil dari α=5%, maka hipotesis ke-5 berhasil didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyantari (2011), Kartika (2012), Muttaqin dan Sudarno (2012). Semakin
97
tinggi perusahaan menerimaan opini going concern pada tahun sebelumnya maka semakin tinggi potensi untuk menerima opini going concern pada tahun berikutnya. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Walaupun penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata-mata didasarkan pada opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun penerimaan opini audit going concern pada
tahun
sebelumnya
kepercayaan publik
akan
akan
mengakibatkan
hilangnya
kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan semakin mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan yang dialami (Ayu, 2011). Selain itu, penerimaan opini audit going concern dapat berdampak pada kesulitan perusahaan untuk mencari pinjaman (Setyowati, 2009 dalam Ayu, 2011). Menurut Nogler (1995) dalam Ramadhany (2004) juga menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini going concern maka perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified
98
opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak maka opini going concern dapat diberikan kembali. Opini audit sebelumnya adalah variabel yang kuat dalam memprediksi penerimaan opini going concern. Terbukti sebesar 89,9% dapat memprediksi penerimaan opini going concern tahun selanjutnya (Mutchler et.al, 1994). Ringkasan hasil penelitian akan disajikan dalam tabel 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Dependen Opini Audit Going Concern
Variabel Independen TENURE REP DISC LnTA OPINI
Hasil (-) X (-) X (-) √ (-) X (+) √
Keterangan: √
= Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima
X
= Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis tidak diterima (ditolak)
99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang pengaruh audit tenure, reputasi KAP, disclosure, ukuran perusahan klien, dan opini audit sebelumnya terhadap opini audit going concern. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 20. Data sampel perusahaan sebanyak 110 pengamatan perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 20072011. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa audit tenure secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern selama 5 tahun pengamatan (2007-2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewayanto (2011), dan Widyantari (2011). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Knechel dan Vanstraelen (2007), Januarti (2007), Junaidi dan Jogiyanto (2010), serta Mutaqqin dan Sudarno (2012). 2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa reputasi KAP secara statistik tidak berpengaruh signifikan
100
terhadap opini audit going concern selama 5 tahun pengamatan (20072011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfana dan Muid (2012), Muttaqin dan Sudarno (2012), Dewayanto (2011), Rahayu dan Pratiwi (2011). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junaidi dan Jogiyanto (2010), Astuti dan Darsono (2012), Foroghi (2012).
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa disclosure secara statistik berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern selama 5 tahun pengamatan (2007-2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junaidi dan Jogiyanto (2010), dan Haron et al. (2009). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astuti dan Darsono (2012).
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern selama 5 tahun (20072011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Muttaqin dan Sudarno (2012). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyantari (2011), Dewayanto (2011), Beams et.al (2012).
101
5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa opini audit sebelumnya secara statistik berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern selama 5 tahun (2007-2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widyantari (2011), Kartika (2012), Muttaqin dan Sudarno (2012).
B. Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi yang diharapkan dapat berguna untuk pihak- pihak yang berkepentingan. Implikasi dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Auditor dan Kantor Akuntan Publik Dalam tugasnya mengeluarkan opini audit going concern sebaiknya auditor terus mengkaji lebih dalam mengenai faktor- faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap opini going concern. Dan juga auditor haruslah bersikap selalu bersikap objektif dan independen terhadap klien sehingga tidak menyebabkan asimetri nformasi diantara pengguna dan pembaca laporan audit. 2. Bagi Investor Baik investor maupun kreditor harus mempertimbangkan dalam bekerjasama dengan suatu perusahaan, terlebih bila perusahaan tersebut telah menerima opini audit going concern. Investor dan kreditor harus menganalisis apakah perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya atau bahkan akan mengalami kepailitan. Sebagai pihak luar dari organisasi perusahaan hendaknya investor dan kreditor
102
memperhatikan tindakan manajemen untuk mengatasi kondisi buruk perusahaan dengan meninjau ulang langkah- langkah konkrit yang dilakukan perusahaan sehingga investor dan kreditor tidak akan rugi dikemudian hari.
C. Keterbatasan Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasil penelitian. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Populasi penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 saja. 2. Variabel ukuran perusahaan klien menggunakan logaritma natural (ln) dari total aset. Terdapat proksi lain seperti total penjualan yang mungkin dapat memberikan hasil berbeda dalam penelitian tentang penerimaan opini going concern. 3. Generalisasi hasil penelitian dapaat terganggu karena situasi dan kondisi lingkungan perusahaan yang berbeda di tiap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
D. Saran Penelitian mengenai penerimaan opini going concern di masa yang akan datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas, dengan mempertimbangkan saran dibawah ini:
103
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian. 2. Menggunakan periode waktu penelitian lebih panjang, seperti 10 tahun untuk melihat trend negatif yang ada. 3. Menggunakan proksi lain untuk variabel ukuran perusahaan klien seperti log natural total penjualan. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkah variabel- variabel lain baik itu keuangan dan non keuangan. 5. Pada penelitian selanjutnya diharapkan tidak banyak menggunakan variabel dummy karena akan berpengaruh terhadap hasil uji.
104
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2008. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik”, Edisi Ketiga Cetakan Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Almilia, L Spica dan Ika Retrinasari. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Proceeding Seminar Nasional FE Universitas Trisakti, hal 1-14. Anwar, Arif Budiman. 2010. “Analisis pengaruh Kinerja Keuangan dan Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Return Saham”, Tesis S-2 Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Arens, Alvin A, Elder J Randal, dan Mark S. Beasley. 2010. “Auditing and Assurance Services An Integrated Approach”, 13 th edition, Pearson Education Inc, Upper Saddle River, New Jersey. Astuti, Irtani Retno, dan Darsono. 2012. “Pengaruh Faktor Keuangan dan NonKeuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Diponegoro Journal of Accounting Vol.1 No.2. Pg. 1- 10. Badan Pengawas Pasar Modal. 2006. Keputusan Nomor: KEP-134/BL/2006 : Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. www.bapepam.go.id diakses pada tanggal 25 Januari 2013. Badan Pengawas Pasar Modal. 2008. Keputusan Nomor: KEP-310/BL/2008 Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal. www.bapepam.go.id diakses pada tanggal 25 Januari 2013. Bazerman, Max H, George Loewenstein, dan Don A Moore. 2002. “Why Good Accountants Do Bad Audits”. http://sds.hss.cmu.edu/media/pdfs/loewenstein/WhyGoodAccountants.pdf. diakses melalui www.google.com pada tanggal 1 Februari 2013. Belkaoui, Ahmed. R. 2006. “Teori Akuntansi”. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta. Beams, Joseph, Wachira Boonyanet, Chatraphorn, dan Yan Yun-Chia. 2013. “The Effect of CEO and CFO Resignations on Going Concern Opinions”. http://ssrn.com/abstract=2250125 diakses pada tanggal 13 Februari 2013.
105
Blay, Allen D, Geiger Marshall A, dan North David S. 2011.”The Auditor’s Going Concern Opinion As a Communication of Risk”, Auditing: A Journal of Practice & Theory. Pg. 77- 102. Diakses melalui www.google.com pada tanggal 13 Februari 2013. Boynton, William C, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2006. “Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th edition, John Wiley&Sons Inc, United States of America. Diakses pada tanggal 13 Februari melalui www. google.com Chen, Ching-Lung, Fu Hsing Chang dan Gili Yen. 2005. “The Information Contents of Auditor Change In Financial Distress Prediction” – Empirical Findings from The TAIEX – listed firms. www.google.com diakses pada tanggal 13 Februari 2013. Cresswell, A.T, Francis J.R, dan Taylor S.L. 1995. “Auditor Brand Name Reputations and Industry Specialization”. Journal of Accounting and Economics Vol. 20. Diakses melalui www.google.com pada tanggal 13 Februari 2013. Dewayanto, Totok. 2011. “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Fokus Ekonomi Vol. 6 No.1 pg.81-104. De Angelo, L.E. 1981. “Auditor Independence, Lowballing, and Disclosure Regulation”. Journal of Accounting and Economic pg. 113-127. Dye, R.A. dan Sridhar, S.S 1995. “Industry wide disclosure dynamics”, Journal of Accounting Research, 33(1): 157-174. Diakses melalui www.google.com pada tanggal 13 Februari 2013. Elqorni, Ahmad Kurnia. 2009. “Mengenal Teori Keagenan”. The Management Lecture Resume. http://elqorniwordpress.com/2009/02/26/mengenal-teorikeagenan/ diakses padatanggal 20 Maret 2013. Fitriani, Lingga, dan Tintri Dharma. 2007. “Disclosure Index Laporan Tahunan 2004 Emiten di BEJ”. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil) Vol. 2, ISSN:1858-2559. Foroghi, Daruosh. 2012. “Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy”, Interdiciplinary Journalof Contemporary Research In Business Vol. 3 No. 9.
106
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”, Edisi 5 Cetakan V, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Halim, Abdul. 2008. “Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”, Edisi Keempat Cetakan Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta. Hamid, Abdul. 2007. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta. Haroon, Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari, dan Ishak Ismail. 2009. “Factors influencing auditor’s going concern opinion”. Asian academy of Management Journal, Vol. 14 No.1 : 1-19. Diakses melalui www.google.com pada tanggal 25 Maret 2013. Hossain, Mohammed. 2008. “The Extent of Disclosure in Annual Reports of Banking Companies: The Case of India”. European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.23 No.4, pg 659-680. Diakses melalui www.google.com pada tanggal 25 Maret 2013. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. ” Standard Profesional Akuntan Publik”. Jakarta: Salemba Empat Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Januarti, Indira, dan Ella Fitrianasari. 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam memberikan Opini Audit Going Concernpada Auditee”, Jurnal MAKSI Vol. 8 No. 1. ------------------. 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang. Jensen MC, dan W.H Meckling. 1976. “Theory of Firm Managerial Behaviour Agency Cost & Ownership Structure”. Journal of Financial Economics Vol. 3 Pg 305-306. Diakses pada tanggal 26 Maret 2013. Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. “Faktor Non- Keuangan pada Opini Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
107
Kartika, Andi. 2012. “Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan pg. 25-40. Kevin, C.K Lam, dan Yaw M. Mensah. 2006. “Auditor’s Decisions Making Under Going Concern Uncertainties in Low Litigation Risk Environments: Evidence From Hongkong”. http://papers.ssrn.com/vol.3/papers.cfm?abstractid=899323 diakses pada tanggal 25 Maret 2013. Koh, Hyan Chye, dan Sen Suan Tan. 1999. “A Neural Network Approach to The Prediction of Going Concern Status”. Accounting and Business Research, Vol.29 No. 3 pg. 211-216. Diakses melalui www.google.com pada tanggal 16 Maret 2013. Knechel, W. Robert dan Ann Vanstraelen. 2007. “The Relationship Between Auditor Tenure and Audit Quality Implied By Going Concern Opinions”. Auditing A Journal Of Practice And Theory Vol. 26, No.1, pg 113-131. La Salle, Randal E, dan Anandarajan Asokan. 1996. “Auditor View on The Type of Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties”. Accounting Horisons Vol. 10. Lennox, C. 2000. “Do Companies Successfully Engaged in Opinion Shopping: Evidence From The UK”. Journal of Accounting and Economics Vol. 29. Diakses pada taggal 24 januari 2013. Lingga Fitriani dan Dharma Tintri Ediraras Sudarsono. 2007. Disclosure Index Laporan Tahunan Emiten di BEJ. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Auditorium Kampus Gunadarma,Vol.2 ISSN: 1858-2559, 21- 22 Agustus 2008. Mulyadi. 2002. “Auditing”. Edisi 6. Penerbit: Salemba 4. Yogyakarta. Mutchler, J. 1994. “Auditor’s Perceptions of The Going Concern Opinion Decision”. Auditing: Journal Practice and Theory. Muttaqin, Ariffandita Nuri, dan Sudarno. 2012. “Analisis Rasio Keuangan dan Factor Non- Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008- 2010)”, Diponegoro Journal of Accounting Vol. 1 No. 2. Pg. 1- 13. O’Reilly, Dennis M. 2010. “Do Investors Percieve The Going Concern Opinion As Useful For Pricing Stocks?” Department Of Accounting, College Business, East Carolina University, Greenville, North Carolina, USA. 108
Managerial Auditing Journal Vol. 25 No. 1, pg 4-16. Diakses pada tanggal 2 Maret 2013. Praptitorini, Myrna Diah, Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern” . Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Susarni, Ovi, dan Singgih Jatmiko. 2011. “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Tanor, L.A.O. 2009. Pentingnya Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Formas. Vol 2, No.4 Juni pg 287-294. Warnida, 2011. “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 6 No.1. Pg. 30- 43. Widyantari, AA Ayu Putri. 2011. “Opini Audit Going Concern dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tesis S-2, Program Studi Akuntansi, Universitas Udayana, Denpasar. Zulkarnaini. 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 2 No. 1 hal. 506-523. Nugroho, Priyanto. 2010. “Borok Lehman Brothers Terungkap: Repo ‘105’. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/29/borok-lehmanbrothers-terungkap-repo-105-105113.html diakses pada tanggal 11 Januari 2013. Edj.
2010. “Citibank & JP Morgan Percepat Kejatuhan Lehman”. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/03/14/1918474/Citibank.JP. Morgan.Percepat.Kejatuhan.Lehman diakses pada tanggal 11 Januari 2013
Taqiyyah, Barratut.2012. “Aksi Jual 6 Sektor menekan IHSG sebesar 0,08%”. http://investasi.kontan.co.id/news/aksi-jual-6-sektor-menekan-ihsg sebesar008 diakses pada tanggal 11 Januari 2013.
109
LAMPIRAN 1 DATA SAMPEL
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Tahun 2007-2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
NAMA EMITEN Akasha Wira International Tbk Polychem Indonesia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Aneka Kemasindo Utama Tbk Argha Karya Prima Ind. Tbk Alakasa Industrindo Tbk Alumindo Light Metal Industry Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industry Tbk Argopantes Tbk Arwana Citra Mulia Tbk Astra International Tbk Astra Otoparts Tbk Sepatu Bata Tbk Primarindo Asia Infrastructure Tbk Branta Mulia Tbk Berlina Tbk Barito Pasific Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk Centex Tbk Citra Tubindo Tbk Davomas Abadi Tbk Delta Djakarta Duta Pertiwi Nusantara Tbk Darya- Varia Laboratoria Tbk Dynaplast Tbk Ekadharma International Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Tex Tbk Eterindo Wahanatama Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Titan Kimia Nusantara Tbk
KODE ADES ASMG AISA AKKU AKPI ALKA ALMI AMFG APLI ARGO ARNA ASII AUTO BATA BIMA BRAM BRNA BRPT BTON BUDI CEKA CPIN CNTX CTBN DAVO DLTA DPNS DVLA DYNA EKAD ERTX ESTI ETWA FASW FPNI
2007
TAHUN 2008 2009 2010 2011
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
110
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
Goodyear Indonesia Tbk Gudang Garam Tbk Gajah Tunggal Tbk Panasia Indo Resources Tbk Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Champion Pacific Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Industri Tbk Sumi Indo Kabel Tbk Indomobil Sukses International Tbk Indofarma Tbk Indal Aluminium Industry Tbk Intanwijaya International Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Synthetics Tbk Indospring Tbk Indocement Tunggal Prakasa Tbk Jembo Cable Company Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Jaya Pari Steel Tbk Kimia Farma Tbk Karwell Indonesia Tbk KMI Ware and Cable Tbk Kabelindo Murni Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Can Tbk Kalbe Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk Lionmesh Prima Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Malindo Feedmill Tbk Multistrada Arah Sarana Tbk Merck Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mulia Industrindo Tbk Mustika Ratu Tbk Mayora Indah Tbk Hanson International Tbk
GDYR GGRM GJTL HDTX HMSP IGAR IKAI IKBI IMAS INAF INAI INCI INDF INDR INDS INTP JECC JKSW JPFA JPRS KAEF KARW KBLI KBLM KDSI KICI KLBF LION LMPI LMSH LPIN MAIN MASA MERK MLBI MLIA MRAT MYOR MYRX
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
111
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
Apac Citra Centertex Tbk Nipress Tbk Panasia Filament Inti Tbk Pan Brothers Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Asia Pacific Fibers Tbk Prima Alloy Steel Universal Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Pyridam Farma Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Bentoel International Investama Tbk Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk Sucaco Tbk Schering- Plough Indonesia Tbk Siwani Makmur Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Sekar Laut Tbk Semen Gresik Tbk Selamat Sempurna Tbk Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Suparma Tbk Sarasa Nugraha Tbk Sunson Textile Manufacturer Siantar Top Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Mandom Indonesia Tbk Tifico Fiber Indonesia Tirta Mahakam Resources Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Surya Toto Indonesia Trias Sentosa Tbk Tempo Scan Pacific Tbk Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Unggul Indah Cahaya Tbk Nusantara Inti Corpora Tbk Unitex Tbk
MYTX NIPS PAFI PBRX PICO POLY PRAS PSDN PYFA RICY RMBA
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
SAIP SCCO SCPI SIMA SIMM SIPD SKLT SMGR SMSM SOBI SPMA SRSN SSTM STTP SULI TBMS TCID TFCO TIRT TKIM TOTO TRST TSPC
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
ULTJ UNIC UNIT UNTX
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
112
113 114
Unilever Indonesia Tbk Voksel Electric Tbk
UNVR VOKS
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Daftar Nama Perusahaan yang Tereliminasi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA EMITEN Akasha Wira International Tbk Polychem Indonesia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Argha Karya Prima Ind. Tbk Alakasa Industrindo Tbk Alumindo Light Metal Industry Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industry Tbk Argopantes Tbk Arwana Citra Mulia Tbk Astra International Tbk Astra Otoparts Tbk Sepatu Bata Tbk Branta Mulia Tbk Berlina Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Budi Acid Jaya Tbk Cahaya Kalbar Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk Citra Tubindo Tbk Davomas Abadi Tbk Delta Djakarta Dynaplast Tbk Ekadharma International Tbk Ever Shine Tex Tbk Eterindo Wahanatama Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gudang Garam Tbk Gajah Tunggal Tbk
KODE ADES ASMG AISA AKPI ALKA ALMI AMFG APLI ARGO ARNA ASII AUTO BATA BRAM BRNA BTON BUDI CEKA CPIN CTBN DLTA DVLA DYNA EKAD ESTI ETWA FASW GDYR GGRM GJTL 113
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Panasia Indo Resources Tbk Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Champion Pacific Indonesia Tbk Intikeramik Alamasri Industri Tbk Sumi Indo Kabel Tbk Indomobil Sukses International Tbk Indofarma Tbk Indal Aluminium Industry Tbk Intanwijaya International Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indorama Synthetics Tbk Indospring Tbk Jembo Cable Company Tbk JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Jaya Pari Steel Tbk Kimia Farma Tbk KMI Ware and Cable Tbk Kabelindo Murni Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kalbe Farma Tbk Lion Metal Works Tbk Langgeng Makmur Industri Tbk Lionmesh Prima Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Malindo Feedmill Tbk Multistrada Arah Sarana Tbk Merck Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mustika Ratu Tbk Mayora Indah Tbk Nipress Tbk Pan Brothers Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Prima Alloy Steel Universal Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Pyridam Farma Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Bentoel International Investama Tbk Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk
HDTX HMSP IGAR IKBI IMAS INAF INAI INCI INDF INDR INDS INTP JECC JPFA JPRS KAEF KBLI KBLM KDSI KLBF LION LMPI LMSH LPIN MAIN MASA MERK MLBI MRAT MYOR NIPS PBRX PICO PRAS PSDN PYFA RICY RMBA SAIP 114
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Sucaco Tbk Schering- Plough Indonesia Tbk Siwani Makmur Tbk Sierad Produce Tbk Sekar Laut Tbk Semen Gresik Tbk Selamat Sempurna Tbk Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Suparma Tbk Sarasa Nugraha Tbk Sunson Textile Manufacturer Siantar Top Tbk Mandom Indonesia Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Surya Toto Indonesia Trias Sentosa Tbk Tempo Scan Pacific Tbk Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Unggul Indah Cahaya Tbk Nusantara Inti Corpora Tbk Unitex Tbk Unilever Indonesia Tbk Voksel Electric Tbk
SCCO SCPI SIMA SIPD SKLT SMGR SMSM SOBI SPMA SRSN SSTM STTP TCID TKIM TOTO TRST TSPC ULTJ UNIC UNIT UNTX UNVR VOKS
115
Daftar Nama Sampel Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
NAMA EMITEN
KODE
Alam Karya Unggul Tbk Primarindo Asia Insfrastucture Tbk Barito Pacific Tbk Centex Tbk Davomas Abadi Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Eratex Djaja Tbk Titan Kimia Nusantara Tbk Inti Keramik Alamasri Industri Tbk Jakarta Kyoei Steel Tbk ICTSI Jasa Prima Tbk Kedaung Indah Can Tbk Mulia Industrindo Tbk Hanson International Tbk APAC Citra Centertex Panasia Filament Inti Tbk Asia Pacific Fibers Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Tifico Fiber Indonesia Tbk Tirta Mahakam Resources
AKKU BIMA BRPT CNTX DAVO DPNS ERTX FPNI IKAI JKSW KARW KICI MLIA MYRX MYTX PAFI POLY SIMM SULI TBMS TFCO TIRT
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria Jumlah perusahaan yang listing di BEI tahun 2007-2011 dan tidak mengalami delisting Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan beserta laporan auditor independen secara lengkap Tidak terdapat catatan atas laporan keuangan perusahaan Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih negative sekurang- kurangnya 2 periode Jumlah perusahaan sampel Tahun pengamatan (tahun) Jumlah sampel total selama periode penelitian
114 (11) (6) (75) 22 5 110
116
X1 Audit tenure NO EMITEN
4 CNTX
2007 Acmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry AF Rachman & Soetjipto WS Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) KPMG (Sidharta Sidharta & Widjaja)
5 DAVO
Kanaka Puradiredja, Robert Yogi, Suhartono
1 AKKU 2 BIMA 3 BRPT
1 1 1 1 1
2008 Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry AF Rachman & Soetjipto WS Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) KPMG (Sidharta Sidharta & Widjaja) Albert Silalahi & Rekan
2 2 2 2 1
1
Husni, Mucharam & Rasidi
2
1
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
2
7 ERTX
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
1
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
2
8 FPNI
Husni, Mucharam & Rasidi 6 DPNS
9 IKAI 10 JKSW
Kosasih & Nurdiyaman
1
S, Mannan, Sofwan, Adnan & Rekan
1
Junarto Tjahjadi
1
11 KARW
12 KICI 13 MLIA 14 MYRX
15 MYTX 16 PAFI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1 1
Drs. Bernardi & Rekan
1
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan)
1
Darmenta & Tjahjo
1
Kosasih & Nurdiyaman Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Morison International (Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan) Drs. Ferdinand
2 1 1
2 2 1 2 1
2009 Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Sanusi, Supardi & Soegiharto Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) KPMG (Sidharta & Widjaja) BDO International (Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Kosasih, Nurdiaman, Tjahjo & Rekan Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Morison International (Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) Richard Risambessy & Rekan Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan) Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
3 1 3 3 1
1
3
1 3 2 2
3 3 1 3 1
2010 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Sanusi, Supardi & Soegiharto Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) KPMG (Sidharta & Widjaja) BDO International (Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan KPMG (Sidharta & Widjaja) Griselda, Wisnu & Arum Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Morison International (Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan) Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan) AF Rachman & Soetjipto WS
1 2 4 4 2
2
4
1 1 2 3
4 4 1 4 1
2011 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Sanusi, Supardi & Soegiharto Deloitte (Osman Bing Sario & Rekan) KPMG (Sidharta & Widjaja) BDO (Tanubrata Sutato Fahmi & Rekan) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Deloitte (Osman Bing Sario & Rekan) Hadori Sugiarto Adi & Rekan Muhammad Sofwan & Rekan Morison International (Tjahjadi & Tamara) Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Deloitte (Osman Bing Sario & Rekan) Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny)
2 3 5 5 3 3 5 1 1 1 4 5 5 2 5 1
Drs. Achmad Hidayat
1
17 POLY 18 SIMM
19 SULI
20 TBMS
21 TFCO 22 TIRT
Edi Subyakto, CPA Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Kanto, Tony, Frans, Darmawan
1 1
1
1 1
Hendrawinata Gani & Hidayat Edi Subyakto, CPA Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ngurah Arya & Rekan
1 2 2
2
2 1
Hendrawinata Gani & Hidayat Junaedi, Chairul, Labib & Rekan Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Joachim Sulistyo & Rekan
2 1 3
3
3 1
Hendrawinata Eddy & Sidharta
1
Drs. Basri Hardjosumarto
1
Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Joachim Sulistyo & Rekan
4
4
4 2
Kreston International (Hendrawinata Eddy & Siddharta)
1 1
Ernst & Young (Purwantono, Suherman & Surja) Ernst & Young (Purwantono, Suherman & Surja) Ernst & Young (Purwantono, Suherman & Surja) Joachim Sulistyo & Rekan
5 5 5 3
UKURAN PERUSAHAAN KLIEN (X3)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
EMITEN AKKU BIMA BRPT CNTX DAVO DPNS ERTX FPNI IKAI JKSW KARW KICI MLIA MYRX MYTX PAFI POLY SIMM SULI TBMS TFCO TIRT
2007 53,884,736,781 97,176,841,549 16,912,119,000,000 424,739,000,000 3,868,528,173,315 156,052,451,747 291,758,548,000 242,459,805,453 772,704,222,377 290,139,653,820 302,516,741,069 80,262,032,305 3,822,944,317,000 524,778,161,505 2,335,428,400,624 606,247,976,205 5,448,182,115,881 117,679,481,007 1,895,845,309,043 1,183,990,019,623 2,662,271,910,000 553,388,405,827
24.71011 25.29979 30.45905 26.77474 28.98389 25.77345 26.39919 26.2141 27.37316 26.39362 26.4354 25.10856 28.97204 26.98624 28.47921 27.13055 29.3263 25.49123 28.27068 27.79991 28.6102 29.34189
2008 42,858,281,932 107,469,136,822 17,243,721,000,000 423,804,000,000 3,671,081,489,099 142,627,256,412 169,256,288,000 3,519,539,252,535 784,499,131,712 300,344,857,854 152,433,874,007 86,218,216,167 3,733,017,638,000 2,232,250,219 2,176,057,225,106 581,841,789,867 4,912,990,190,007 80,638,432,524 2,169,944,583,777 1,173,324,963,668 1,991,770,210,000 567,227,991,073
24.48116 25.40046 30.47846 26.77253 28.9315 25.6835 25.85467 28.88935 27.38831 26.42819 25.74999 25.18014 28.94823 21.52627 28.40853 27.08946 29.2229 25.11324 28.40572 27.79086 28.32004 27.06402
2009 32,495,688,928 94,880,851,389 16,375,286,000,000 381,421,900,000 2,806,017,091,339 142,551,475,929 97,775,952,000 3,265,540,000 764,903,018,446 270,966,547,227 101,933,384,330 84,276,874,394 3,238,592,534,000 901,048,232 1,803,398,349,671 463,571,895,465 4,569,623,653,917 60,038,267,566 2,009,536,359,513 996,064,870,315 1,857,042,730,000 627,867,912,780
24.20437 25.27588 30.42679 26.66717 28.66278 25.68296 25.30594 21.90669 27.36301 26.32526 25.34758 25.15737 28.80615 20.61906 28.22069 26.86222 29.15045 24.81824 28.32892 27.62707 28.25 27.16559
2010 28,379,813,055 87,275,217,608 16,015,188,000,000 350,700,820,000 2,857,204,618,547 175,682,792,596 115,327,584,000 3,330,750,000 643,787,995,738 289,987,562,836 73,647,754,655 85,942,208,666 4,532,299,525,000 133,215,721,925 1,882,934,081,017 352,370,722,928 3,988,442,112,390 56,941,576,147 1,955,535,689,750 1,239,043,088,831 1,985,028,700,000 577,182,104,468
24.06894 25.19233 30.40455 26.58319 29 25.89194 25.47104 21.92646 27.19063 26.3931 25.02255 25.17694 29.14225 25.61523 28.26385 26.58794 29.01442 24.76529 28.30168 27.84536 28.31665 27.08142
2011 11,767,293,414 91,525,902,735 18,843,727,000,000 365,245,320,000 2,876,152,831,088 172,322,620,690 171,870,252,000 3,312,740,000 548,789,990,320 287,131,908,141 13,173,379,520 87,419,114,499 6,119,185,665,000 861,974,534,206 1,848,394,822,216 296,050,521,164 3,683,205,736,554 42,729,100,722 1,695,019,360,412 1,464,965,579,262 3,870,980,290,000 690,932,521,215
23.18858 25.23988 30.5672 26.62383 28.68747 25.87263 25.87 21.92104 27.03098 26.3832 23.30146 25.19397 29.44245 27.48249 28.24533 26.41379 28.9348 24.47814 28.15871 28.01285 28.98452 27.26131
X2 Reputasi Kap NO
EMITEN
2006
2007
2008
Dedy Zeinirwan Santosa
Acmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0
AF Rachman & Soetjipto WS
0
2 BIMA
AF Rachman & Soetjipto WS
1
3 BRPT
Ernst & Young Deloitte (Osman Bing (Purwantono, Sarwoko Satrio & Rekan) & Sandjaja) KPMG (Sidharta Sidharta & Widjaja)
KPMG (Sidharta Sidharta & Widjaja)
1
4 CNTX
BDO Internasional (Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan)
Kanaka Puradiredja, Robert Yogi, Suhartono
0
Husni, Mucharam & Rasidi
Husni, Mucharam & Rasidi
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
1 AKKU
5 DAVO
2009
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0
AF Rachman & Soetjipto WS
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
8 FPNI 9 IKAI
Doli, Bambang, Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang Sudarmadji & Dadang
0
Sanusi, Supardi & Soegiharto
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
0
Sanusi, Supardi & Soegiharto
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
2011 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Sanusi, Supardi & Soegiharto
0
Deloitte (Osman Bing Sario & Rekan)
KPMG (Sidharta Sidharta & Widjaja)
1
Albert Silalahi & Rekan
0
0
Husni, Mucharam & Rasidi
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0
0
0
Kosasih & Nurdiyaman Kosasih & Nurdiyaman
0
Kosasih & Nurdiyaman
0
S. Mannan, Sofwan, Adnan & Rekan
S, Mannan, Sofwan, Adnan & Rekan
0
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0
Junarto Tjahjadi
Junarto Tjahjadi
0
Morison International (Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja)
0
KPMG (Sidharta & Widjaja)
1
BDO International (Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan)
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Kosasih, Nurdiaman, Tjahjo & Rekan
KPMG (Sidharta & Widjaja)
1
BDO International (Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan)
0
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
KPMG (Sidharta & Widjaja)
1
Deloitte (Osman Bing Sario & Rekan)
1
KPMG (Sidharta & Widjaja) BDO (Tanubrata Sutato Fahmi & Rekan)
0
Griselda, Wisnu & Arum
0
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0
Muhammad Sofwan & Rekan
Morison International (Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja)
0
Morison International (Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja)
0
10 JKSW
11 KARW
0
1
6 DPNS
7 ERTX
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
2010 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
1
0
0 0
1 0
0
Morison International (Tjahjadi & Tamara)
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan)
0
AF Rachman & Soetjipto WS
0
16 PAFI
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny)
0
17 POLY
Kreston International (Hendrawinata Eddy & Siddharta)
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan
0
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan)
0
Drs. Ferdinand
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
1
Richard Risambessy & Rekan
0
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan)
0
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
12 KICI
13 MLIA
Deloitte (Osman Bing Satrio & Rekan)
BDO (Tanubrata Yogi Drs. Bernardi & Rekan Sibarani Hananta)
0
14 MYRX
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan)
0
15 MYTX
Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Rekan)
Darmenta & Tjahjo
Darmenta & Tjahjo
0
Reni Feriana BAP
18 SIMM
19 SULI
20 TBMS
21 TFCO 22 TIRT
Drs. Achmad Hidayat
A. Krisnawan & Rekan Edi Subyakto, CPA Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Morison (Junarto Tjahjadi BAP)
Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja Kanto, Tony, Frans, Darmawan
0
0 1
1
1 0
Hendrawinata Gani & Hidayat Edi Subyakto, CPA Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ngurah Arya & Rekan
0
0 1
1
1 0
Hendrawinata Gani & Hidayat Junaedi, Chairul, Labib & Rekan Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono Sarwoko & Sandjaja) Joachim Sulistyo & Rekan
0
0 1
1
1 0
Hendrawinata Eddy & Sidharta Drs. Basri Hardjosumarto Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Ernst & Young (Purwantono, Sarwoko & Sandjaja) Joachim Sulistyo & Rekan
0 1
1
1 0
Deloitte (Osman Bing Sario & Rekan) Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Moore Stephens (Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny)
Drs. Basri Hardjosumarto Ernst & Young (Purwantono, Suherman & Surja) Ernst & Young (Purwantono, Suherman & Surja) Ernst & Young (Purwantono, Suherman & Surja) Joachim Sulistyo & Rekan
0 1 0
0
0
0 0 1 1 1 0
opini audit sebelumnya NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
EMITEN
AKKU BIMA BRPT CNTX DAVO DPNS ERTX FPNI IKAI JKSW KARW KICI MLIA MYRX MYTX PAFI POLY SIMM SULI TBMS TFCO TIRT
2006 NGC NGC GC NGC NGC NGC GC GC NGC GC GC GC GC GC GC GC NGC GC GC NGC GC NGC
2007 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
GC NGC GC NGC NGC NGC GC GC NGC GC GC GC GC GC GC GC NGC GC GC NGC GC NGC
1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
2008 NGC NGC GC NGC NGC NGC GC NGC NGC GC GC NGC GC GC GC GC NGC GC GC NGC GC NGC
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
2009 NGC NGC NGC NGC NGC GC GC NGC GC GC GC NGC GC GC GC GC NGC GC GC NGC GC NGC
0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
2010 NGC NGC NGC NGC NGC GC GC NGC GC GC GC NGC GC GC GC GC NGC GC GC NGC NGC NGC
0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
2011 NGC NGC NGC NGC NGC NGC GC NGC GC GC GC NGC GC GC GC GC NGC GC GC NGC NGC NGC
LAMPIRAN 2 Hasil output spss
DESCRIPTIVES VARIABLES=GC TENURE REP DISC LnTA OPINI /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Descriptives [DataSet6]
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
GC
110
0
1
,53
,502
TENURE
110
1
5
2,12
1,304
REP
110
0
1
,30
,460
DISC
110
,36363
,93939
,5057792
,20502284
LnTA
110
20,61906
30,56720
26,8169661
2,02390126
OPINI
110
0
1
,55
,499
Valid N (listwise)
110
GET DATA /TYPE=XLSX /FILE='C:\Users\HP\Desktop\SKRIPSI\PERCOBAAN SPSS.xlsx' /SHEET=name 'Sheet1' /CELLRANGE=full /READNAMES=on /ASSUMEDSTRWIDTH=32767. EXECUTE. DATASET NAME DataSet6 WINDOW=FRONT. LOGISTIC REGRESSION VARIABLES GC /METHOD=ENTER TENURE REP DISC LnTA OPINI /CLASSPLOT /PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) /CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Logistic Regression
[DataSet6]
Case Processing Summary a
Unweighted Cases
N Included in Analysis
Selected Cases
Percent 110
100,0
0
,0
110
100,0
0
,0
110
100,0
Missing Cases Total
Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
NGCO
0
GCO
1
Block 0: Beginning Block a,b,c
Iteration History Iteration
-2 Log
Coefficients
likelihood
Constant
1
152,165
,109
2
152,165
,109
Step 0 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 152,165 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001.
a,b
Classification Table Observed
Predicted GC NGCO
Percentage Correct
GCO
NGCO
0
52
,0
GCO
0
58
100,0
GC Step 0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
52,7
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. ,109
Wald
,191
df
Sig.
,327
1
,567
Exp(B) 1,115
Variables not in the Equation Score
Variables
df
Sig.
TENURE
1,335
1
,248
REP
1,000
1
,317
DISC
22,985
1
,000
LnTA
,145
1
,703
76,997
1
,000
80,063
5
,000
Step 0 OPINI Overall Statistics
Block 1: Method = Enter a,b,c,d
Iteration History Iteration
-2 Log likelihood
Step 1
Coefficients Constant
TENURE
REP
DISC
LnTA
OPINI
1
63,289
1,058
-,091
-,143
-1,628
-,059
3,074
2
53,468
4,002
-,210
-,268
-3,584
-,145
4,156
3
51,414
6,985
-,329
-,308
-5,170
-,232
4,810
4
51,227
8,293
-,386
-,311
-5,778
-,271
5,093
5
51,225
8,462
-,394
-,312
-5,851
-,276
5,130
6
51,225
8,465
-,394
-,312
-5,852
-,276
5,130
7
51,225
8,465
-,394
-,312
-5,852
-,276
5,130
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 152,165 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Step 1
df
Sig.
Step
100,940
5
,000
Block
100,940
5
,000
Model
100,940
5
,000
Model Summary Step
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
likelihood a
1
51,225
,601
,802
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
2,936
Sig. 8
,938
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test GC = NGCO Observed
GC = GCO
Expected
Observed
Total
Expected
1
11
10,926
0
,074
11
2
11
10,843
0
,157
11
3
10
10,520
1
,480
11
4
10
9,740
1
1,260
11
5
6
6,307
5
4,693
11
6
3
1,757
8
9,243
11
7
1
,971
10
10,029
11
8
0
,482
11
10,518
11
9
0
,283
11
10,717
11
10
0
,172
11
10,828
11
Step 1
a
Classification Table Observed
Predicted GC NGCO NGCO
Percentage Correct
GCO
46
6
88,5
4
54
93,1
GC Step 1
GCO Overall Percentage
a. The cut value is ,500
90,9
Variables in the Equation B
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
TENURE
-,394
,314
1,572
1
,210
,675
REP
-,312
,910
,118
1
,732
,732
DISC
-5,852
2,200
7,077
1
,008
,003
LnTA
-,276
,234
1,390
1
,238
,759
OPINI
5,130
,899
32,604
1
,000
169,091
Constant
8,465
6,721
1,586
1
,208
4744,181
Step 1
a. Variable(s) entered on step 1: TENURE, REP, DISC, LnTA, OPINI.
Correlation Matrix Constant
TENURE
REP
DISC
LnTA
OPINI
Constant
1,000
-,189
,363
-,536
-,982
,251
TENURE
-,189
1,000
-,234
,189
,099
-,359
REP
,363
-,234
1,000
-,008
-,405
-,020
DISC
-,536
,189
-,008
1,000
,406
-,355
LnTA
-,982
,099
-,405
,406
1,000
-,253
OPINI
,251
-,359
-,020
-,355
-,253
1,000
Step 1
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 16 + + I I I G I F I G I R 12 +N G + E IN G I Q IN G I U INN G I E 8 +NN G + N INN G I C INN GG I Y INNG GGG I 4 +NNN N N GGG + INNN N N N G G GGGGG I INNNN N N NN N G G GGGGG GGGGGGI INNNN N NGNNNN NN G N G N N G G G G G NNGNG GGGGGNGGGGGGI Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+--------+---------Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG GGGGGG Predicted Probability is of Membership for GCO The Cut Value is ,50 Symbols: N - NGCO G - GCO Each Symbol Represents 1 Case.