Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP KINERJA PROYEK BANGUNAN TINGGI DI DKI JAKARTA Lelly Margareth, Manlian Ronald A. Simanjuntak Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Jakarta Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Pesatnya pertumbuhan pembangunan gedung tinggi di DKI Jakarta saat ini menyebabkan kompetisi pada industri konstruksi semakin meningkat. Untuk dapat bersaing dalam usaha jasa konstruksi maka perusahaan-perusahaan konstruksi berupaya meningkatkan kinerja proyek baik dari segi mutu maupun pelayanan, terkait dengan produktivitas terutama produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi akan mengurangi waktu penyelesaian pekerjaan dan mereduksi biaya pekerjaan sehingga diperoleh harga yang kompetitif baik untuk pelelangan maupun pelaksanaan pekerjaan proyek. Tingkat produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai hal, oleh karena itu manajemen proyek perlu memperhatikan berbagai variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja dan berdampak pada kinerja proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dan seberapa jauh pengaruhnya terhadap kinerja proyek konstruksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, pada 27 proyek bangunan tinggi di DKI Jakarta dengan sampel sebanyak 43. Alat analisis yang digunakan adalah analisis statistik dengan progam SPSS 17. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor manajemen material dengan variabel keterlambatan pengiriman material dari pemasok dan faktor lingkungan kerja dengan variabel kesesakan/kepadatan lokasi memberikan kontribusi kuat pada kinerja proyek. Kata kunci : Produktivitas, Tenaga Kerja, Bangunan Tinggi, Konstruksi.
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Trend industri konstruksi di Indonesia saat ini adalah semakin meningkatnya kompetisi nasional maupun internasional seiring dengan pesatnya pembangunan gedung tinggi. DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia kini semakin dipadati oleh bangunan-bangunan tinggi dengan fungsi apartemen, hotel, perkantoran, serta bangunan komersial lainnya. Pada lingkungan tersebut kompetisi berlangsung ketat, oleh karena itu manajemen proyek yang baik dan peningkatan produktivitas sangat penting dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat. Pihak manajemen berupaya mengendalikan produktivitas dikarenakan terdapat indikasi keterkaitan antara kinerja proyek dengan tingkat produktivitas. Kinerja dengan tingkat produktivitas yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan serta menghasilkan produk yang kompetitif. Dengan demikian manajemen proyek perlu memperhatikan berbagai variabel yang berdampak pada produktivitas serta berupaya mengendalikannya (Susetyo & Waryanto, 2009). Produktivitas merupakan salah satu faktor mendasar yang mempengaruhi kinerja kemampuan bersaing pada industri konstruksi. Peningkatan produktivitas akan mengurangi waktu pekerjaan, dan itu berarti akan mereduksi biaya, khususnya biaya pekerjaan sehingga diperoleh suatu biaya tenaga kerja minimum untuk mendapatkan harga yang kompetitif baik untuk pelelangan maupun pelaksanaan. Oleh karena itu, pengendalian dan peningkatan produktivitas pekerjaan konstruksi pada setiap proyek konstruksi menjadi sangat perlu untuk menghasilkan suatu produk konstruksi yang mencapai sasaran mutu, proses, dan hasil yang diharapkan, baik dari segi kualitas, waktu pelaksanaan, maupun pembiayaan (Ratnayanti, 2003).
Industri konstruksi selama ini menyadari bahwa naik turunnya produktivitas pada pelaksanaan proyek konstruksi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak dapat diperkirakan, dan fakta bahwa setiap proyek mempunyai keunikan tersendiri dalam desain dan konstruksi. Selain itu, faktor tenaga kerja menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan untuk tetap menjaga produktivitas dengan baik karena mereka berhubungan langsung dengan pelaksanaan proyek.
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 177
Lelly Margareth dan Manlian Ronald A. Simanjuntak
Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh produktivitas tenaga kerja pada tahap konstruksi terhadap kinerja proyek. Penelitian ini dilakukan pada proyek bangunan tinggi karena pada pelaksanaan konstruksinya dilakukan berbagai item pekerjaan yang dinilai sudah cukup kompleks. Penelitian ini dilakukan dengan merumuskan variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas proyek konstruksi bangunan tinggi dan keterkaitannya sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menentukan langkah-langkah yang diperlukan guna meningkatkan produktivitas perusahaan.
Batasan Masalah Penelitian ini ditekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada tahap konstruksi. Adapun proyek yang diteliti adalah proyek-proyek bangunan tinggi yang ada di wilayah DKI Jakarta sedangkan responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat pada proyek-proyek bangunan tinggi di Jakarta yaitu pemberi pekerjaan, perencana, kontraktor dan sub kontraktor, pekerja.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan variabel-variabel umum produktivitas tenaga kerja yang mempengaruhi kinerja proyek konstruksi bangunan tinggi di Jakarta. Melalui kajian keterkaitan antara produktivitas tenaga kerja terhadap kinerja proyek dirumuskan sebuah model regresi. Dengan demikian diketahui variabel pembentuk model dan besar kontribusi variabel tersebut dalam model. Mengenali variabel-variabel tersebut dapat membantu dalam pengambilan keputusan secara efektif yang merupakan upaya dalam pengendalian produktivitas yang akan berdampak pada kinerja proyek.
2. KAJIAN PUSTAKA Definisi Produktivitas Secara umum produktivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran suatu proses terhadap sumber daya masukan dalam proses tersebut yang dapat digambarkan sebagai berikut ini
Produktivitas =
Keluaran -----------Masukan
(1)
Keluaran adalah hasil yang bermanfaat bagi manusia yang didapat dari suatu kegiatan, sedangkan masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas berarti juga suatu ukuran efektivitas masukan yang digunakan suatu proses untuk menghasilkan keluarannya. Produktivitas tenaga kerja adalah besar volume pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang pekerja atau oleh satu tim pekerja selama tenggang waktu tertentu. Dengan kata lain, produktivitas tenaga kerja adalah jumlah waktu atau tenggang waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja atau satu tim pekerja untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan tertentu. Produktivitas tenaga kerja menurut pendapat Thomas dan Mathews dapat diterjemahkan dengan persamaan berikut ini (Thomas, 1990) jumlah hasil produksi Produktivitas tenaga kerja = -------------------------------satuan waktu
(2)
Bila ukuran produktivitas hanya dikaitkan dengan satuan waktu saja, maka jelas bahwa produktivitas tenaga kerja sangat tergantung kepada ketrampilan dan keahlian tenaga kerja secara fisik. Namun, pada kenyataanya tingkat produktivitas tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel, contohnya dengan peralatan yang berbeda tingkat teknologinya maka akan berbeda pula tingkat produktivitas tenaga kerja tersebut (Ravianto, 1985).
M - 178
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Proyek Bangunan Tinggi Di Dki Jakarta
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja di Proyek Konstruksi Dari hasil penelitian dalam beberapa jurnal serta buku mengenai produktivitas tenaga kerja, para ahli menyatakan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi produktivitas tenaga kerja pada pelaksanaan proyek. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar kontrol oleh manajemen perusahaan, sedangkan faktor internal yaitu faktor yang dapat dikontrol oleh manajemen (Jergeas, 2000). Kelompok faktor internal dan faktor eksternal yang peneliti anggap akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di proyek konstruksi meliputi : Faktor Internal Faktor internal terdiri dari faktor manajemen perencanaan, faktor manajemen pengawasan, faktor manajemen komunikasi, faktor manajemen peralatan, faktor manajemen material, faktor lingkungan kerja, dan faktor manusia. Faktor Eksternal Faktor eksternal proyek konstruksi mencakup faktor kondisi cuaca, faktor kondisi politik, dan faktor bencana alam.
3. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei sehingga berdasarkan data dari sampel yang digunakan, ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel. Jenis data yang diperoleh dari survei tersebut merupakan data kuantitatif (Sudjana, 1989). Penelitian ini juga merupakan penelitian pengujian hipotesa, dimana melalui analisis data maka dapat dijelaskan hubungan kausal antara variabel terikat dengan variabel bebas. Selain itu, untuk mendukung penelitian ini dilakukan studi literatur terhadap sejumlah jurnal atau buku-buku dengan materi yang sesuai sehingga dapat diperoleh masalah atau objek sebagai dasar bagi penelitian. Adapun urutan proses penelitian ini dilakukan seperti diagram alir pada gambar 1 berikut ini.
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 179
Lelly Margareth dan Manlian Ronald A. Simanjuntak
PERMASALAHAN
STUDI LITERATUR
HIPOTESA Produktivitas tenaga kerja yang baik akan meningkatkan kinerja MENENTUKAN Variabel-variabel pengukuran
PERSIAPAN Pemilihan sampel, peralatan yang digunakan
PENGUMPULAN DATA Penelitian di lapangan : Melalui penyebaran angket
PENGOLAHAN, ANALISIS DATA, DAN PENGUJIAN PEMBAHASAN HASIL DAN TEMUAN
PENARIKAN KESIMPULAN PENULISAN LAPORAN SELESAI Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian
4. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Setelah kuesioner disusun, dilakukan pengumpulan data dengan cara melakukan penyebaran kuesioner kepada para personil yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Kuesioner ini ditujukan kepada 80 responden dari 27 proyek yang berada di DKI Jakarta. Dari 80 kuesioner, sampel yang telah kembali sebanyak 52 kuesioner dan 43 sampel yang kemudian dijadikan sebagai bahan penelitian mengenai pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap kinerja proyek pada tahap konstruksi. Jawaban responden terhadap daftar pertanyaan kuesioner akan menentukan nilai variabel yang mempengaruhi produktivitas yang terdiri dari 1 variabel terikat dan 54 variabel bebas. Data tersebut ditabulasikan dan hasil pentabulasian kemudian digunakan sebagai input data dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17 untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis korelasi dengan program SPSS 17 pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel Y (kinerja proyek) dengan variabel-variabel X (yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja). Pada analisis korelasi digunakan tes Pearson karena sampel yang dianalisis adalah sampel besar (jumlah sampel > 30 sampel). Pada analisis korelasi juga digunakan tes dua sisi (two-tailed) karena yang ingin diketahui adalah rentang nilainya. Melalui analisis korelasi data diketahui bahwa dari 54 variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja (X) terdapat 15 variabel yang memiliki korelasi yang signifikan terhadap kinerja proyek (Y). Variabel-variabel tersebut adalah seperti yang dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini :
M - 180
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Proyek Bangunan Tinggi Di Dki Jakarta
Tabel 1. Variabel X yang Memiliki Nilai Korelasi (r) Signifikan Terhadap Variabel Y No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode X29 X19 X10 X27 X23 X9 X35 X5 X17 X22 X51 X15 X43 X26 X48
Variabel Keterlambatan pengiriman material dari pemasok Koordinasi & komunikasi antara pekerja Change Order Penempatan peralatan Penggunaan perkakas yang tepat/kecocokan Keterlambatan penyerahan desain oleh konsultan Kepadatan/kesesakan lokasi Besarnya upah Komunikasi pada level manajemen Ketersediaan peralatan dan perkakas Huru-hara/pemogokan kerja Keterlambatan inspeksi dan instruksi Karakter budaya pekerja maupun lokal/setempat Produktivitas kerja alat dan teknologi Perselisihan
r 0.576** 0.558** 0.549** 0.527** 0.524** 0.481** 0.472** 0.450** 0.445** 0.431** 0.425** 0.418** 0.413** 0.412** 0.409**
Signifikan 0 0 0 0 0 0.001 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.005 0.006 0.006 0.006
Analisis regresi dengan program SPSS 17 berguna untuk membuat model dari variabel X yang memiliki hubungan yang kuat dengan variabel Y. Hal-hal yang diperhatikan pada analisis regresi adalah nilai adjusted R square pada model summary dan nilai condition index pada collinearity diagnostic. Nilai adjusted R square menyatakan seberapa tinggi tingkat kepercayaan yang dimiliki untuk model yang diajukan, rentang nilai adjusted R square antara nol sampai satu. Semakin tinggi nilai adjusted R, semakin tinggi tingkat kepercayaan yang dimiliki model tersebut. Nilai condition index dari model yang diajukan tidak boleh lebih dari 17, bila lebih dari 17 maka variabel tersebut dibuang. Analisis kemudian dilanjutkan dengan membuang outlier, hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai adjusted R square pada model summary, sehingga model yang diajukan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Pada proses analisis regresi penelitian ini ternyata diperlukan pengurangan sejumlah outlier untuk meningkatkan nilai adjusted R square. Setelah sejumlah 12 outlier dibuang dan tersisa hanya 31 sampel maka berdasarkan penyebarannya dalam 3 dimensi ditunjukkan oleh output berupa gambar berikut ini.
Gambar 2. Grafik Scatter Plot Regresi dalam 3 Dimensi Setelah dilakukan pembuangan 12 outlier maka nilai adjusted R square meningkat menjadi 0,808 artinya model yang diajukan memiliki tingkat kepercayaan sampai 80,8% dengan jumlah responden sebanyak 31 responden. Dari hasil proses regresi yang dilakukan maka hanya terdapat dua variabel yang akhirnya teridentifikasi pada Model Summary sebagai variabel penentu, yaitu : 1. X29 yaitu keterlambatan pengiriman material dari pemasok 2. X35 yaitu kepadatan/kesesakan lokasi Sedangkan korelasi yang dipakai adalah seperti pada tabel berikut :
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 181
Lelly Margareth dan Manlian Ronald A. Simanjuntak
Tabel 2. Model Summary
Nilai R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilai mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah (Priyatno, 2009). Angka R didapat 0,906 artinya korelasi antara variabel keterlambatan pengiriman material dari pemasok dan kepadatan/kesesakan lokasi terhadap kinerja proyek sebesar 0,906. Hal ini berarti terjadi hubungan yang erat karena nilai mendekati 1. R Square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai R2 sebesar 0,821, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel keterlambatan pengiriman material dari pemasok dan kepadatan/kesesakan lokasi terhadap kinerja proyek sebesar 82,1% sedangkan sisanya sebesar 16,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Adjusted R Square diperoleh sebesar 0,808. Hal ini menunjukkan sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adjusted R Square biasanya digunakan untuk mengukur sumbangan pengaruh jika dalam regresi menggunakan lebih dari dua variabel independen. Standard Error of the Estimate adalah ukuran kesalahan prediksi. Dalam kasus ini nilainya sebesar 0,220. Artinya kesalahan yang terjadi dalam memprediksi nilai Y (kinerja proyek) sebesar 22%. Untuk memperkecil kesalahan pengukuran maka selanjutnya dilakukan beberapa pengujian, yaitu : • Coefficient of Determination Test atau R2 Test • Uji F (F-test) • Uji t (t-test) Selain itu, analisis statistic berdasarkan data dengan bantuan program SPSS 17 menghasilkan tabel Coefficients berikut ini. Tabel 3. Coefficients
Setelah melihat hasil pengujian R2, uji F, dan uji Durbin-Watson dimana model linier telah memenuhi persyaratan, maka berdasarkan tabel 3 dapat diambil persamaan regresinya sebagai berikut : Y’ = a + b1X1 + b2X2 Y’ = 0,979 + 0,340X29 + 0,319X35 Dari model regresi di atas dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar 0,979 jadi jika pengaruh keterlambatan pengiriman material dari pemasok (X29) dan kepadatan/kesesakan lokasi (X35) nilainya 0 maka kinerja proyek (Y) memiliki nilai 0,979. Koefisien variabel X29 maupun X35 bernilai positif sebesar 0,340 dan 0,319 artinya jika variabel X29 maupun X35 mengalami kenaikan maka kinerja proyek akan semakin meningkat/besar.
5. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan rumus regresi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja proyek bergantung pada variabelvariabel produktivitas tenaga kerja yang mempengaruhinya, sehingga harus dilakukan tindakan penanganan yang tepat. Nilai R2 yang dihasilkan adalah sebesar 0,821 dimana besarnya kontribusi dari dua variabel tersebut adalah sebagai berikut :
M - 182
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Proyek Bangunan Tinggi Di Dki Jakarta
1. 2.
Keterlambatan pengiriman material dari pemasok berkontribusi sebesar 65,5%. Kepadatan/keksesakan lokasi berkontribusi sebesar 16,6%.
Variabel Keterlambatan Pengiriman Material Dari Pemasok Variabel yang paling mempengaruhi kinerja proyek adalah keterlambatan pengiriman material dari pemasok. Keterlambatan pengiriman material dari pemasok berakibat ketiadaan material saat dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu sehingga tenaga kerja terpaksa berhenti/menunda melakukan pekerjaan tersebut hingga material yang dibutuhkan tiba di lokasi kerja. Kejadian ini sangat mungkin terjadi terutama di DKI Jakarta dimana gedung tinggi lebih banyak dibangun pada kawasan pusat perkotaan dengan angka Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ± 60% 100% sehingga tahap konstruksi gedung tersebut dilaksanakan di tengah area sempit dengan lalu lintas padat. Situasi ini dapat mempengaruhi kegiatan konstruksi yang terkendala oleh macetnya lalu lintas menuju lokasi kerja. Hal ini berkaitan dengan kelancaran keluar masuknya kendaraan penyuplai material yang terganggu. Sebagai contoh : sulitnya truk penyuplai beton ready mix tiba di lokasi tepat waktu akibat kemacetan lalu lintas dan aturan jam malam dimana truk tidak boleh melewati ruas jalan tertentu, hal ini akan memperlambat penyelesaian pekerjaan pengecoran. Kasus ini tentu menurunkan produktivitas karena membuang waktu dan akan mempengaruhi jadwal secara keseluruhan. Apabila kejadian ini dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek bahkan penyimpangan biaya dan mutu. Terjadinya keterlambatan pengiriman material semacam ini kemungkinan dapat disebabkan berbagai hal seperti sulitnya manuver kendaraan penyuplai material ke titik yang membutuhkan akibat kepadatan lalu lintas dan lokasi proyek yang sempit, kelangkaan material (material harus diimpor atau sudah tidak beredar di pasaran), kesalahan perhitungan dari estimator, prosedur yang berbelitbelit untuk persetujuan material, permintaan material spesifikasi tertentu/khusus dari beberapa proyek sedang tinggi padahal ditangani oleh supplier yang sama, dapat juga dikarenakan spesifikasi material yang diminta oleh owner bukan kebiasaan kontraktor sehingga kontraktor memerlukan waktu untuk mencari supplier baru yang dapat menyediakan, serta penyebab-penyebab lain pada kasus yang lebih khusus. Untuk mereduksi kemungkinan terjadi keterlambatan material, kontraktor perlu mengambil tindakan pencegahan terlebih dahulu misalkan dengan cara membuat daftar material yang sulit didapat dan berpotensi terlambat tiba di lokasi proyek (terutama material impor dan langka), perencanaan berupa dokumen tender harus lengkap dan detail sehingga tidak terjadi salah perhitungan kebutuhan material, menjaga prosedur persetujuan material agar tidak lama, membuat kontrak dengan supplier untuk memastikan ketersediaan material pada proyek yang ditangani.
Variabel Kepadatan/Kesesakan Lokasi Variabel kedua yang berkontribusi besar pada penelitian ini adalah kepadatan/kesesakan lokasi, terlihat bahwa kinerja proyek konstruksi gedung tinggi di Jakarta akan menjadi meningkat apabila para pekerja tidak terganggu pergerakannya dikarenakan lokasi yang padat. Hal ini relevan dengan keadaan di kawasan padat Jakarta dengan angka KDB di atas 60% yang hanya menyisakan area yang tidak terbangun kurang dari 40% dari luas lahan suatu lokasi konstruksi. Keadaan ini otomatis menyebabkan area kerja konstruksi menjadi sempit. Selain itu, pada tahap konstruksi ada kalanya kontraktor pelaksana utama dan beberapa sub kontraktor harus bekerja bersamaan agar progres sesuai rencana. Dalam kondisi ini masing-masing kontraktor/sub kontraktor meletakkan dan memindahkan material dan peralatannya di lokasi yang sama, bahkan terkadang para kontraktor terpaksa menyuplai material dalam jumlah sedikit demi sedikit karena harus berbagi ruang penyimpanan/gudang dengan kontraktor lainnya. Sempitnya areal pembangunan pada saat itu akan menyebabkan kepadatan/kesesakan di lokasi kerja. Keterbatasan ruang gerak menyebabkan pergerakan tenaga kerja menjadi lebih sulit dan lamban sehingga menurunkan produktivitas mereka. Pembahasan ini didukung oleh pendapat oleh Iman Soeharto yang menyebutkan bahwa jika kepadatan ini melewati titik jenuh maka kelancaran pekerjaan terganggu dan produktivitas tenaga kerja akan menurun. Hal ini disebabkan karena dalam lokasi proyek tempat sejumlah buruh bekerja, selalu ada kesibukan manusia, gerakan peralatan, serta kebisingan yang menyertai. Meskipun demikian, kesesakan lokasi dapat diminimalkan apabila dikelola dengan baik. Untuk menghindari kesembrawutan yang terjadi pada kondisi ini dapat dilakukan beberapa tindakan seperti pengaturan pengelompokkan material/alat yang digunakan dengan cara mengurutkan dan membuat kode sehingga material/alat mudah dicari dan tetap tersusun rapi, dan tidak membuang tumpukan puing sembarangan serta kebersihan area kerja diusahakan selalu bersih. Dengan pengaturan yang baik, dan area yang bersih dan rapi maka kemungkinan kecelakaan kerja dapat berkurang dan produktivitas tenaga kerja dapat terjaga dengan baik.
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 183
Lelly Margareth dan Manlian Ronald A. Simanjuntak
6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja proyek adalah kelompok faktor internal, dikarenakan faktor manajemen material dan yang berikutnya adalah faktor lingkungan kerja merupakan bagian dari kelompok faktor internal, dimana dari setiap faktor tersebut memiliki variabel-variabel yang paling menentukan yaitu keterlambatan pengiriman material dari pemasok, kepadatan/kesesakan lokasi. Produktivitas tenaga kerja terbukti memiliki korelasi positif dengan kinerja proyek konstruksi bangunan tinggi dan hubungan yang terjadi di antara keduanya adalah hubungan yang bersifat linier dengan variabel-variabel penentu yaitu keterlambatan pengiriman material dari pemasok dan kepadatan/kesesakan lokasi. Kedua variabel ini memiliki pengaruh positif yang lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel produktivitas tenaga kerja yang lainnya. Variabel penentu keterlambatan pengiriman material dari pemasok mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja proyek (82,1%). Variabel penentu kepadatan/kesesakan lokasi berpengaruh sebesar 16,5%. Hipotesis diterima, terbukti baha produktivitas tenaga kerja yang baik akan meningkatkan kinerja proyek konstruksi bangunan tinggi di DKI Jakarta.
Saran Pihak pelaksana proyek konstruksi perlu untuk lebih memperhatikan produktivitas tenaga kerja di proyeknya karena ternyata produktivitas tenaga kerja juga merupakan salah satu penyebab naik turunnya kinerja proyek konstruksi gedung tinggi, terutama kedua variabel yang disebutkan di atas. Perlu dilakukan penelitian yang lebih khusus lagi pada variabel penentu kepadatan/kesesakan lokasi agar dapat ditemukan berbagai solusi yang baik untuk mencegah/memperbaiki keadaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Barrie, Donald S.(1990). “Profesional Construction Management”. McGraw Hill, New York. Hendrickson, Chris dan Tung Au. (1989). “Project Management for Construction”. Prentice Hall. New Jersey. Jergeas, George F. (2000). “Construction Productivity: A Survey of Industry Practices”. International Transactions AACE. 2000. Priyatno, Duwi. (2009). “5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17”. ANDI Yogyakarta. Yogyakarta. Ratnayanti, Rini. (2003). “Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi pada Setiap Jenjang Keahlian di Lapangan”. Jurnal Teknik Sipil ITB. Bandung. Ravianto, J. (1985). “Produktivitas dan Teknologi”. Lembaga Sarana Informasi dan Produktivitas, Jakarta. 1985. Susetyo, Budi dan Achmad Waryanto. (2009). “Pengendalian Sistem Pengendalian Produktivitas Pekerjaan Konstruksi dengan Pendekatan Fuzzy-AHP-Expert System”. Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 3. Jakarta. Thomas, H. Randolph. (1990). “Modelling Construction Labor Productivity”. Journal of Construction Engineering and Management ASCE. vol. 116. Sudjana, Nana. (1989). “Penelitian dan Penilaian Pendidikan”. Sinar Baru. Bandung.
M - 184
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta