Pengaruh Soft Skill Tenaga Kerja Buruh Konstruksi terhadap Produktivitas Pekerjaan Harsyaf Nurman Djumiril1*, Yusuf Latief2 1. 2.
Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok 16424, Indonesia *
[email protected]
Abstrak Tenaga kerja buruh konstruksi memiliki peran penting dalam suatu proses konstruksi. Permasalahan yang biasanya terjadi adalah banyaknya luang waktu bagi para pekerjanya dalam waktu sehari bekerja. Dalam satu hari, pekerja masih memiliki waktu kosong sebesar 32% dari 100% aktifitasnya, angka ini masih sangat tinggi sebagai waktu kosong, dimana produktivitas pekerjaan dipertanyakan saat waktu kosong dari seorang pekerja setinggi angka tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui penyebab dari hal tersebut. Soft-skill dari suatu tenaga kerja buruh konstruksi diasumsikan menjadi salah satu akibat dari waktu kosong ini, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei responden, wawancara serta validasi oleh pakar, dan mengumpulkan data dengan melakukan analisa model regresi. Penemuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa soft skill tenaga kerja buruh konstruksi berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan. Communication, Teamwork, Work Attitude, Problem Solving, dan Work Ethic, menjadi kompetensi yang penting yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan, dimana masing-masing kompetensi memiliki pengaruh yang berbeda nilainya terhadap produktivitas pekerjaan. Kata Kunci : Soft-skill, Tenaga Kerja Buruh, Kompetensi, Produktivitas.
The Impact of Construction Workers Soft Skills towards Working Productivity Abstract Construction workers play an important role in the process of a construction. A problem that often occurs is workers still have a lot of spare time in one day of working. In a day’s work, a construction worker still has 32% of 100% of his time in one day for spare time, which where he does nothing, which where the working productivity of the worker is to be questioned. The cause of this is needed to be known. Construction workers soft-skills are assumed to be one of the problems, which could affect working productivity. The method of this research will be through respondents’ survey, expert judgments and validations, and collecting data by using regression model analysis. It is discovered that soft skills of the construction workers do affect the working productivity. Communication, Teamwork, Work Attitude, Problem Solving, and Work Ethic, are important competencies that could impact working productivity, in which each competencies have different scores of impact towards working productivity. Keywords : Soft-skill, Construction Workers, Competency, Productivity.
1
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
Pendahuluan Tenaga kerja buruh merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proyek konstruksi. Faktanya adalah ketika seorang buruh memiliki keahlian yang baik, kualitas dari hasil pekerjaan buruh tersebut terbukti baik. Namun keadaannya adalah 62% dari buruh konstruksi yang terdapat di Indonesia, merupakan buruh yang kurang terampil atau ahli. Hingga 2009, Kementerian Pekerjaan Umum menyatakan bahwa 5,2 milliar orang, yaitu 4,71% dari tenaga kerja nasional, merupakan buruh konstruksi. Dari aspek edukasi, kualitas dari buruh tersebut masih sangat rendah, dimana 58,6% tidak tamat Sekolah Dasar, 36,5% hanya tamat SMP/SMA, dan hanya 4,9% mendapatkan diploma sarjana. Menurut Adi dan Faiqun(2012), terdapat fakta bahwa dari seluruh tenaga kerja buruh dalam konstruksi, 8% merupakan tenaga ahli, 30% merupakan tenaga terampil, dan sebesar 62% merupakan tenaga non-terampil [1]. Data tersebut didapatkan melalui wawancara langsung kepada stakeholder yang terlibat dalam pelatihan keterampilan untuk buruh konstruksi Indonesia, yaitu Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pada umumnya, seperti yang disebutkan dalam jurnal yang telah disebutkan diatas, proses sertifikasi yang sekarang sangat rumit dan mahal, sehingga banyak sekali tenaga kerja yang tidak melakukan proses sertifikasi. Menurut Clarkson, Henry dan Gregory (1989), tenaga kerja buruh merupakan salah satu kelompok penting dalam pengaruhnya produktivitas [2]. Sehingga manajemen sumber daya konstruksi yang tidak efisien dapat mempengaruhi rendahnya produktivitas. Sehingga, metode menilai produktivitas merupakan suatu hal yang penting untuk dipelajari bagi para kontraktor dan construction manager. Menurut Dozzi, S.P dan Abou Rizk, S.M. dalam bukunya Productivity in Construction, banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas suatu konstruksi[3]. Untuk mencapai target jenis pekerjaan apapun dalam suatu konstruksi, pengawasan produktivitas menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena sesungguhnya jika produktivitas yang berjalan pada suatu pekerjaan adalah rendah, maka target awal kemungkinan besar tidak tercapai. Ada dua hal yang sangat penting diperhatikan untuk menilai produktivitas, yaitu efektifitas dari jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu pekerjaan, dan efisiensi dari tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang ditugaskan tersebut sesuai atau tidak. Namun menurut Mostafa dan Khaled (2012), sesungguhnya produktivitas sendiri masih memiliki banyak
2
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
definisi dan belum memiliki definisi standar, sehingga seringkali terjadi kesalah pahaman mengenai produktivitas [4]. Menurut Muzio, Fisher, Thomas dan Peters (2007), soft-skill merupakan kemampuan non-teknis, seperti berfikir konseptual, manajemen konflik, pengambilan keputusan, kemampuan interpersonal, dan lain-lain [5]. Peran tenaga kerja buruh untuk kesuksesan sebuah proyek tidak hanya dari kemampuan teknis saja, namun soft skill juga dibutuhkan. Menurut Jennifer Pritchard (2013), yang melakukan survei mengenai pentingnya soft skill saat menerima karyawan, soft skill merupakan kriteria yang sama pentingnya dengan technical skills [6]. Karena itu, soft skill memang merupakan sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari soft skill seorang tenaga kerja buruh konstruksi terhadap produktivitas. Tinjauan Teoritis Soft Skill. Menurut Odusami (2002), skill merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan pekerjaan lebih baik daripada standar [7]. Dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengadopsi dari science menjadi action. Skill sendiri memiliki komponen di dalamnya, yaitu Hard Skill dan Soft Skill. Dimana menurut Muzio, Fisher, Thomas dan Peters (2007), Hard Skills merupakan kemampuan teknis yang dimiliki oleh seseorang, seperti teknologi, finansial, metodologi manajemen dan lainnya. Namun Soft Skills merupakan kemampuan non teknis yang dimiliki seseorang, seperti berpikir konseptual, manajemen konflik, pengambilan keputusan, kemampuan interpersonal, dan lainnya. Menurut Jennifer Pritchard (2013), Soft Skill memiliki kategori sendiri yang diturunkan dari kamus kompetensi [8]. Soft Skill ini merupakan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang pekerja di bidang apapun. Berikut adalah kategori tersebut. 1. Communication
4. Professionalism / Work Ethic
2. Critical Thinking / Problem Solving
5. Adaptability
3. Teamwork / Interpersonal
6. Decision-Making 3
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
7. Self-Management / Self Direction
10. Creativity / Innovation
8. Attitude / Enthusiasm
11. Coordination
9. Lifelong Learning
12. Leadership
Soft Skill Tenaga Kerja Buruh. Tenaga kerja buruh merupakan bagian dari sumber daya yang mendukung dan diperlukan dalam konstruksi, sehingga jenis yang tersedia sangat beragam. Menurut Acwar Zein (1997), di Indonesia, tenaga di sector industri konstruksi ini sebagian besar merupakan tenaga kerja non formal [9]. Tenaga kerja lepas (floating labour) tersebut, yang terlibat dalam kegiatan konstruksi, pada umumnya dikoordinir oleh seorang mandor, yang dapat dipekerjakan dan diberhentikan setiap saat oleh kontraktor pelaksana. Profesi ini tidak memiliki prasyaratan kualifikasi formal tertentu sehingga nyaris bersifat free entry. Hal ini nampaknya merupakan kondisi umum di dunia konstruksi. Sifat proyek konstruksi dapat berkarir menetap di satu perusahaan tertentu, dan perusahaan merekrut serta melepas pekerja konstruksi sesuai dengan volume pekerjaan. Gambar berikut adalah hirarki yang menunjukkan tingkatan pertukaran informasi antara tim desain dan tim konstruksi, sehingga dapat dilihat bahwa tenaga kerja buruh merupakan tingkat paling rendah dalam hirarki tersebut.
Gambar 1. Kanal Komunikasi Horisontal yang diperlukan pada Tahap Konstruksi Sumber: Bambang Soendaroe, 1999 [10]
4
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tenaga kerja buruh, atau disebut dalam gambar tersebut craftsmen, merupakan tingkatan dibawah koordinasi foremen atau mandor. Secara tipikal, hirarki ini mewakili kondisi aktual di lapangan untuk posisi masing-masing, menurut Bambang Soendaroe (1999). Menurut Wolfgang Eisenreich dan Alice Dobra (2005), berikut adalah beberapa soft skill yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja buruh jika sedang berkerja [11]: 1. Communication: dimana seseorang dapat •
Mengikuti secara aktif dalam diskusi
•
Mencari informasi dari sumber terpercaya
•
Mengikuti peraturan yang ada
2. Teamwork: dimana seseorang dapat •
Memahami posisinya dalam tim
•
Memberi tahu rekan kerjanya mengenai perubahan yang dapat mempengaruhi pekerjaan rekan lainnya
•
Memberi tahu rekan kerjanya mengenai progres yang ia alami
3. Work Attitude: dimana seseorang dapat •
Mengetahui kelebihan dan kekurangannya sendiri
•
Mengikuti jadwal yang sudah dibuat
•
Mengetahui masalah yang kemungkinan terjadi dan mencari bantuan
4. Problem Solving: dimana seseorang dapat •
Memilih informasi yang tepat dan mengabaikan sumber yang tidak terpercaya
•
Mengetahui bahwa adanya kemungkinan lebih dari satu cara untuk menyelesaikan masalah
•
Membuat cara kerjanya fleksible
5. Work Ethic: dimana seseorang dapat •
Mengikuti peraturan yang ada
•
Menghindar hal-hal yang dapat mencemarkan nama baik perusahaan
•
Menghindari tindakan ketidak harmonisan, pertentangan dan keresahan diantara pekerja
Produktivitas dalam Konstruksi. Menurut Hotma Sitohang (1997), dewasa ini di dunia berkembang pengertian produktivitas yang lebih manusiawi, sebagaimana halnya di Indonesia 5
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
bahwa kita tidak terlepas dari falsafah negara pancasila, maka pengertian produktivitas harus selaras dengan pancasila. Dari beberapa definisi pakar produktivitas dunia diambil kesimpulan bahwa produktivitas berarti efisiensi (rasio
!"#$"# !"#
%$) dikali dengan efektifitas [12]. Dalam
pemikiran tentang produktivitas dalam konstruksi ini perlu dibantu untuk melihat lebih dulu pada unsur-unsur yang terlibat didalamnya. Dalam kalimat sederhana, konstruksi adalah usaha yang melibatkan 4 kelompok utama, dimana tindakan dari masing-masing unsur dapat mempengaruhi produktivitas. Menurut Clarkson H. Oglesby, Henry W. Parker dan Gregory A. Howell, kelompok tersebut terdiri dari: 1. Pemilik, yang mengilhami dan juga yang suatu saat dapat merubah proyek, menunjukan lokasi, penataan rencana, membiayai, mengikuti pelaksanaan, dan mengoperasikan fasilitas bila telah selesai/lengkahal. 2. Perencana, yang menerjemahkan konsep dari pemilik untuk lebih jelas dan detail dalam bentuk gambar dan spesifikasi. Mereka dapat terpisah atau disebut sebagai tim perencana. 3. Kontraktor, yang mengatur upaya memenuhi kebutuhan apa yang dibuat perencana dalam gambar dan spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak untuk menyelesaikan proyek. Fungsinya adalah menyediakan pimpinan dan staf managerial, membuat struktur kerja, proses instruksi, perlengakapan peralatan kerja atau metode, menyediakan material, peralatan, dan perkakas atau yang dapat memperlancar jalannya pekerjaan. 4. Tenaga kerja (perorangan, mandor atau tukang), yang memiliki tenaga dan pengalaman, bekerja perorangan atau kelompok yang dibawahi mandor, mentransformasikan pengarahan yang ada dalama rencana menjadi kenyataan. Berikutnya metode dikembangkan oleh mereka sendiri atau oleh manager, para pekerja mengolah/ meramu (material, informasi, peralatan, perkakas, dan lapangan kerja) melalui upaya dari manajer konstruksi untuk memberikan penyelesaian jenis pekerjaan yang digabungkan menjadi proyek. Upaya dari 4 kelompok tersebut adalah penting untuk mewujudkan kenyataan proyek. Tapi akhir penyelesaian tergantung kepada tukang atau kelompok kerja dari perorangan pekerja pada lapangan. Selanjutnya, biaya, kualitas dan ketepatan waktu dari hasil kerja mereka tidak hanya tergantung kepada tenaga meraka dan kemauan kerja, tetapi juga pada kinerja dari kelompok ketiga lainnya yang mengontrol serta memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan untuk produktivitas pada lapangan kerja. 6
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
Metode Penelitian Strategi penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang memiliki skala pengukuran nominal dan ordinal, dengan pendapat pakar sebagai validasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 22, dimana faktor-faktor yang dicari diperoleh melalui uji validitas, uji realibilitas analisa deskriptif, dan analisis regresi, sehingga dapat apakah soft skill tenaga kerja buruh konstruksi berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan. Berikut uraian penggunaan variabel dalam penelitian ini: •
Variabel bebas (X) : soft skill tenaga kerja buruh konstruksi.
•
Variabel terikat (Y) : produktivitas pekerjaan
Berikut adalah tabel variabel penelitian: Tabel 1. Variabel Penelitian Sub Variabel
X1
X2
X3
Communication
Teamwork
Work Attitude
Indikator X1.1
Mengikuti diskusi dengan aktif
X1.2
Mencari informasi mengenai pekerjaan yang diberikan padanya
X1.3
Mengikuti peraturan yang ada
X2.1
X2.3
Memahami posisinya dalam tim Memberi tahu rekan kerjanya jika terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi pekerjaan rekannya tersebut Memberi tahu mengenai proses yang ia alami
X3.1
Mengetahui kelebih dan kekurangannya sendiri
X3.2
X4.3
Mengikuti jadwal yang sudah dibuat Mengantisipasi hal masalah yang kemungkinan terjadi sehingga ia mencari bantuan Memilih informasi yang tepat dan mengabaikan sumber informasi yang tidak terpercaya Mengetahui adanya kemungkinan lebih dari satu cara untuk menyelesaikan suatu masalah Menjadikan cara kerjanya fleksible
X5.1
Mengikuti peraturan yang ada
X5.2
Menghidari hal-hal yang dapat mencemarkan nama baik perusahaan Menghindari tindakan ketidak harmonisan, pertentangan dan keresahan diantara pekerja
X2.2
X3.3 X4.1 X4
X5
Problem Solving
Work Ethic
X4.2
X5.3
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penyebaran kuesioner dalam penelitan ini ada 4 (empat) tahap, yaitu: 1. Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar Awal); 2. Kuesioner Tahap 7
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
Kedua (Pilot Survey); 3. Kuesioner Tahap Ketiga (Kuesioner Responden); dan 4. Kuesioner Tahap Keempat (Validasi Pakar Akhir). Sasaran responden yang disyaratkan dalam penelitian ini antara lain setingkat mandor, superintendent atau grandsupervisor dan sedang/pernah mengelola suatu proyek bangunan. Skala pengukuran nominal digunakan untuk kuesioner validasi pakar, dimana pilihan jawaban yang diberikan adalah ya atau tidak. Sedangkan skala ordinal digunakan untuk kuesioner responden, dimana digunakan skala likert yang membantu penyusunan variabel berdasarkan peringkatnya. Adapun skala penilaian untuk variabel X yaitu: 1 = Tidak Penting ; 2 = Kurang Penting ; 3 = Cukup Penting ; 4 = Penting ; dan 5 = Sangat Penting . Sedangkan skala penilaian untuk variabel Y adalah: 1 = Lebih Kecil dari rencana ; 2 = Sesuai Rencana ; 3 = Melampaui Rencana. Hasil Penelitian Penelitian dimulai dengan pengumpulan data tahap 1 (validasi pakar Pada penelitian ini, terdapat 5 pakar yang memvalidasi variabel dan berasal dari berbagai instansi dan jabatan, serta memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai, baik mengenai kompetensi pekerja, maupun produktivitas.. Validasi awal pakar dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pakar yang berisi variabel-variabel dari hasil studi literatur. Variabel-variabel tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh pakar sebelum dituangkan ke dalam kuesioner responden agar variabelvariabel yang dikeluarkan dalam kuesioner responden tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Pakar dalam tahap ini juga membantu untuk menambahi atau mengurangi variabel yang akan digunakan dalam penelitian serta mengoreksi tata bahasa agar bahasa yang digunakan dalam kuesioner responden nanti menjadi mudah dipahami oleh responden. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, seluruh variabel dalam penelitian ini dikatakan valid oleh seluruh pakar. Setelah melakukan validasi oleh pakar, selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data tahap kedua (pilot survey). Pengumpulan data pada tahap ini bertujuan untuk menguji keefektifan metode survey yang dilakukan dan mengetahui respon awal dari sampel yang mewakili responden sehingga dapat dilakukan perbaikan sebelum kuesioner responden yang sesungguhnya 8
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
disebar kepada responden secara luas. Pilot survey ini juga dapat mengetahui kemudahan responden dalam memahami maksud pertanyaan dalam kuesioner. Responden pilot survey berjumlah 5 orang dengan karakteristik yang serupa responden sesungguhnya. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, tidak ada perubahan yang dilakukan atau dengan kata lain seluruh pernyataan dan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner sudah dapat dipahami dengan baik oleh responden sehingga kuesioner sudah siap untuk disebarkan kepada seluruh responden. Tahap ketiga adalah dengan kuesioner responden. Ini merupakan kelanjutan dari hasil kuesioner pilot survey. Sasaran responden dari penelitian ini adalah karyawan di suatu perusahaan kontraktor dengan posisi jabatan sebagai Superintendent, Grandsupervisor, dan Mandor, dan pernah/sedang mengelola proyek gedung. Jumlah kuesioner yang disebar adalah sebanyak 30 kuesioner dan kuesioner yang kembali adalah berjumlah 30. Dari data-data yang didapatkan dari para responden, dilakukan analisis statistik dengan bantuan software SPSS v.22. Pada uji validitas, seluruh variabel dikatakan valid. Lalu dilanjutkan dengan uji reabilitias sehingga didapat nilai Cronbach Alpha sebesar 0.901 atau lebih besar (>) dari 0,6 yang menunjukkan bahwa kuesioner penelitian reliabel dan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Pada analisa deskriptif menggunakan diagram histogram, seluruh variabel memiliki frekuensi kemunculan di atas mean sehingga dikatakan variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel Y. Setelah melakukan analisa tersebut, dilakukan analisa regeresi yang menghasilkan model berikut: Y = 3,523 – 0,637 X1 + 0,255 X2 + 0,215 X3 + 0,091 X4 – 0,366 X5 Dimana :
Y = Produktivitas pekerjaan X1 = Communication X2 = Teamwork X3 = Work Attitude X4 = Problem Solving X5 = Work Ethic
9
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
Pembahasan Communication. Menurut Eisenreich & Dobra (2005), komunikasi yang baik adalah kriteria penting yang perlu dimiliki oleh seorang tenaga kerja konstruksi. Pada model regersi, dapat dilihat bahwa komunikasi memiliki nilai negatif, Hasil tersebut berarti bahwa komunikasi yang terjadi pada konstruksi yang telah di survei pada penelitian kali ini, tidak baik atau dapat dikatakan tidak meningkatkan produktivitas, sehingga hal tersebut harus ditingkatkan jika ingin menjunjung produktivitas yang lebih baik lagi. Validasi pakar juga telah dilakukan dan para pakar telah menyetujui kasus tersebut sering terjadi sehingga hal tersebut mempengaruhi produktivitas. Indikator dari kompetensi tersebut adalah mengikuti diskusi dengan aktif, mencari informasi dari sumber yang terpercaya dan mengikuti peraturan yang ada. Teamwork. Kompetensi teamwork juga dibahas oleh Eisenreich & Dobra (2005), dan menyatakan bahwa kerja sama adalah kriteria penting yang perlu dimiliki oleh seorang tenaga kerja konstruksi. Nilai dalam model regresi yang didapatkan paling tingggi sehingga kerja sama yang dilakukan baik dalam pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal ini sudah divalidasi oleh pakar dan disetujui sehingga hal tersebut dapat dikatakan valid. Indikator dari kompetensi tersebut adalah memahami posisi dalam tim, memberi tahu rekan kerjanya mengenai perubahan yang dapat mempengaruhi pekerjan rekan lainnya, dan memberi tahu rekan kerjanya mengenai progress yang ia alami. Work Attitude. Dalam penelitian Eisenreich & Dobra (2005), menyatakan bahwa sikap bekerja merupakan indikator yang penting juga untuk dimiliki seorang tenaga kerja buruh konstruksi. Dengan nilai yang cukup tinggi, membuktikan bahwa kompetensi ini merupakan hal yang penting untuk dimiliki seorang pekerja. Hal ini juga telah divalidasi oleh pakar dan disetujui, sehingga kompetensi tersebut betul bersifat berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan. Indikator dari kompetensi tersebut adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan sendiri, mengikuti jadwal yang sudah dibuat, serta mengtahui masalah yang kemungkinan terjadi dan mencari bantuan. Problem Solving. Penelitian Eisenrich & Dobra (2005) juga menjelaskan bahwa kompetensi menyelesaikan masalah adalah hal yang penting untuk dimiliki seorang tenaga kerja buruh 10
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
konstruksi. Dengan nilai positif pada model regresi, problem solving merupakan hal yang cukup penting untuk dimiliki seorang pekerja. Hal tersebut juga telah divalidasikan oleh pakar sehingga dapat dikatakan valid. Indikator pada kompetensi tersebut adalah memilih ingormasi yang tepat dan mengabaikan sumber yang tidak terpercaya, mengetahui bahwa adanya kemungkinan lebih dari satu cara untuk menyelesaikan masalah, serta membuat cara kerjanya fleksibel. Work Ethic. Menurut Eisenreich & Dobra (2005), etika bekerja juga merupakan kriteria penting yang perlu dimiliki oleh seorang tenaga kerja konstruksi. Namun dapat dilihat pada model regresi nilai work ethic adalah negatif, sehingga produktivitas pekerjaan tidak akan sesuai dengan harapan jika etika bekerja tidak baik. Validasi pakar juga telah dilakukan dan para pakar telah menyetujui bahwa indikator ini lah yang paling penting dimiliki oleh seorang tenaga kerja buruh konstruksi. Indikator yang terdapat pada kompetensi ini adalah mengikuti peraturan yang ada, menghindari hal-hal yang dapat mencemarkan nama baik perusahaan, serta menghindari tindakan ketidak harmonisan, pertentangan dan keresahan diantara pekerja. Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh melalui tahapan-tahapan yang telah dilakukan, khususnya dengan menggunakan analisa deskriptif, dimana seluruh variabel yang diuji mempengaruhi produktivitas pekerjaan, maka dapat disimpulkan bahwa soft skill yang dibutuhkan seorang tenaga kerja buruh konstruksi yang mempengaruhi produktivitas pekerjaan. Didapatkan 5 kompetensi soft skill yang dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja buruh konstruksi yang dapat mempengaruhi produktivitas pekerjaan. Dari 5 kompetensi tersebut, terdapat 3 kompetensi yang bersifat baik (+), yaitu Teamwork, Work Attitude, dan Problem Solving, dan terdapat 2 kompetensi yang bersifat kritis (-), yaitu Communication dan Work Ethic. Baik atau kritis kompetensi tersebut menunjukkan pengaruhnya terhadap produktivitas. Sehingga, soft skill seorang tenaga kerja buruh konstruksi benar mempengaruhi produktivitas pekerjaan. Saran Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
a. Memperbanyak jumlah sampel responden yang diambil agar semakin memperluas populas dan hasil data dapat lebih akurat. b. Memastikan bahwa setiap responden telah memahami konsep atau memiliki pengalaman yang cukup memadai. c. Melakukan penelitian lanjutan yang meneliti hal yang lebih dalam, yaitu penerapan soft skill tenaga kerja buruh konstruksi untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan, sehingga dapat dibuktikan lebih jauh lagi fungsi dari soft skill tenaga kerja buruh konstruksi. d. Melakukan penelitian yang sama dengan objek jabatan yang berbeda untuk menunjang produktivitas pekerjaan yang lebih baik.
12
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
Daftar Referensi [1] Adi, Henny Pratiwi & Ni’am, Moh Faiqun. (2012) Improving skill’s strategies of Indonesian construction labours to have global competititveness, hal.151 [2] Clarkson, Henry and Gregory. (1989) Productivity in Construction, hal.27 [3] Dozzi & Abou Rizk. (1993) Productivity in Construction, hal.1 [4] Mostafa & Khaled. (2012) Towards improving construction labor productivity and projects performance, hal.322 [5] Muzio, Fisher, Thomas and Peters. (2007) Soft skill quantification for project manager competencies, hal.30 [6] Pritchard, Jennifer. (2013) The importance of soft skills in entry level employement and postsecondary success, hal.4-5 [7] Odusami, K.T. (2002), Perception of Professionals Concerning Important Skills of Effective Project Leader, hal.61–67. [8] Pritchard, Jennifer. (2013) The importance of soft skills in entry level employement and postsecondary success, hal.4-5 [9] Zein, Acwar. (1997) Sumber daya manusia sektor informal jasa konstruksi, hal.44 [10] Soendaroe, Bambang. (1999) Pengaruh kompetensi mandor terhadap kinerja pelaksanaan konstruksi struktur gedung bertingkat di DKI Jakarta, hal.24 [11] Eisenreich, Wolfgang & Dobra, Alice. (2005) Counselling and communication skills for labour office advisers, counselors and job mediators, hal.49 [12] Sitohang, Hotma. (1997) Pengaruh teknologi dan lingkungan kerja pada produktivitas sumber daya manusia pada sector konstruksi, hal.7 [13] Adikusumo, Bayu. (2010) Pengaruh penerapan konsep green construction pada bangunan gedung terhadap penambahan biaya pada pelaksanaan proyek, hal.37 [14] Cooper & Emory. (1996) Business Research Methods, hal.12 [15] Cynantia. (2008) Tingkat pemahaman seorang manajer proyek konstruksi dari aspek manajemen kualitas terhadap kinerja waktu, hal.42 [16] Dillon & Goldstein. (1984) Multivariative analsis methods and application, hal.52 [17] Hohns. (1979) Productivity an update concept of management, hal.1-11 [18] Kerlinger. (1996) An overview with implications for professors of educational research, hal.34 [19] Mudjito & Wahjosumidjo. (1983) Motivasi dan Penerapannya, hal.29-30 13
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014
[20] Musanef. (1983) Manajemen kepegawaian di Indonesia, hal.14 [21] Robbins, Stephen. (1993) Organizational Behaviour, hal.177-178 [22] Shtub, Abraham. (1994) Project management engineering, hal.27 [23] Sjahrir, Kartini. (1999) Studi penelitian pasar tenaga kerja kasus buruh konstruksi, hal.29 [24] Soeharto, Iman. (1995) Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, hal.95 [25] Yin, Robert. (2002) Desain dan Metode, hal.18
14
Pengaruh Soft..., Harsyaf Nurman Djumiril, FT UI, 2014