PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAS CISADANE HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE HILIR KABUPATEN TANGERANG, BANTEN
INO HARYANTI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAS CISADANE HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE HILIR KABUPATEN TANGERANG, BANTEN
Skripsi Sebagai salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
INO HARYANTI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN INO HARYANTI. Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten. Dibawah Bimbingan AGUS PRIYONO dan OMO RUSDIANA. Pola penggunaan lahan di sekitar DAS Cisadane telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun, khususnya DAS Cisadane bagian hilir. Sehingga mengakibatkan perubahan kualitas air, baik dari parameter fisik, kimia maupun biologi. Terjadinya perubahan kualitas air juga sangat terkait dengan pemanfaatan sumberdaya air DAS Cisadane hilir, seperti industri-industri, peternakan, pertanian dan perumahan yang membuang limbahnya ke DAS Cisadane hilir. Hal ini akan mempengaruhi sumberdaya air yang akan dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Untuk dapat melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas Sub DAS Cisadane hilir akibat perubahan tutupan lahan dan berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya air, maka perlu dilakukan evaluasi perubahan tipe tutupan lahan dan kualitas air Sungai Cisadane Hilir dalam selang waktu beberapa tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir terhadap kualitas air Sungai Cisadane hilir Periode 2005/2008, mengkaji pemanfaatan sumberdaya air di DAS Cisadane hilir dan menghitung beban pencemaran sesuai sumber-sumber pencemarnya serta daya tampungnya. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi input serta memberikan kontribusi terhadap strategi dan proses pengembangan DAS Cisadane bagian hilir guna menjaga kualitas air sungai, baik saat ini atau bahkan dimasa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah inventarisasi data dari beberapa sumber/instansi meliputi: peta tata guna lahan dan administrasi periode 2005/2008, data kualitas air hasil pemantauan periode 2007/2008, data debit air dan curah hujan, data industri, data kependudukan, dan data peternakan yang ada di DAS Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, serta wawancara masyarakat mengenai persepsi dan perilaku mereka terhadap sumberdaya air Sungai Cisadane hilir. Kondisi Sungai Cisadane di daerah peralihan dari bagian tengah ke hilir sungai, termasuk kedalam kriteria sedang sampai buruk dengan kisaran nilai IMKA 60,09 - 35,45, sedangkan pada bagian muara kondisinya berkisar dari buruk sampai sangat buruk dengan nilai IMKA 57,65-17,72. Semakin ke muara kualitas air semakin memburuk. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi pencemaran dari arah hulu dan tengah. Secara keseluruhan (100%) dari 180 responden menilai bahwa kualitas air Sungai Cisadane Hilir saat ini adalah sangat buruk. Menurut mereka air sungai itu sudah tidak layak digunakan secara langsung untuk berbagai keperluan, terutama untuk memasak, minum, mandi dan mencuci. Namun dengan alasan tertentu masih banyak (56,67%) masyarakat yang menggunakan air sungai secara langsung untuk mencuci pakaian dan mandi. Berdasarkan hasil klasifikasi, terdapat delapan kelompok penggunaan lahan di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang dan yang mengalami perubahan adalah hutan, kebun campuran, pemukiman, sawah, tambak/empang,
tanah terbuka, dan tegalan/ladang. Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir memiliki keterkaitan pada kualitas air Sungai Cisadane hilir. Beberapa parameter kualitas air yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan tutupan lahan adalah suhu air, TDS, BOD, COD, DO, nitrat, ammonia dan nitrit. Berdasarkan hasil klasifikasi dalam Rapid assesment of sources of air, water and land pollution, kegiatan yang menghasilkan limbah dan menyebabkan pencemaran sebagian besar bersumber dari pemukiman dan kawasan industri. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan parameter pH, COD, dan BOD. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa prediksi beban pencemaran yang disumbangkan dari pemukiman dan peternakan adalah TSS sebesar 187.809,23 ton/tahun, BOD sebesar 36.767,65 ton/tahun, COD sebesar 18.302,72 ton/tahun, TN sebesar 1.372,7 ton/tahun dan TP sebesar 166,39 ton/tahun. Beban pencemaran yang masuk ke Sungai Cisadane Hilir dengan sumber pencemaran dari pemukiman dan peternakan hingga saat ini masih dibawah daya tampungnya untuk parameter COD dan TN, sedangkan parameter BOD, TP, dan TSS telah melampau daya tampungnya. Kata Kunci :Tutupan Lahan, Kualitas Air, DAS, Daya Tampung, Sumber Pencemaran
SUMMARY INO HARYANTI. The Influence of Land Cover Changed at Watershed of Cisadane Down Stream to The Water Quality of Cisadane Down Stream, Tangerang Regency, The Province Of Banten. Under Supervision of AGUS PRIYONO and OMO RUSDIANA The land usage pattern surround the Cisadane watershed has changed year to year on Cisadane watershed especially at down segment. The change of land usage has effected the quality of water physically, chemically and biologically. The decrement of water quality has relation to the utilization of water resource at Cisadane Watershed especially at down stream. The water resource utilization might be for industrial, husbandry, agriculture land and setlement purposes. Those utilizations duct the wastes to the stream. It could disturb the utilization of clean water. The evaluation to the types of land cover change and water quality of down stream of Cisadane for several years, is needed in order to determine the effect of land cover and water resource utilization to the quality of water. This study is aimed to analyze the impact of land cover to Cisadane watershed especially at the down stream during 2005-2008, examaine the water resource utilization at Cisadane down stream and account the pollution load which is approviate to the sources of contaminants and the carriying capacity. Therefore this study is expected that it can be input of information and give contribution to the management of Cisadane watershed for the some years a head. The condition of Cisadane stream at the transition area of middle part to the stream down is included as the moderate up to worse criteria with the score of WQI 60, 09 – 34,45 while the mouth area of stream is included as worse up to strongly worse with the WQI 57, 56 – 17, 72. The condition is worse nearer to the mouth part. It is caused by the accumulation of pollutant from the downstream and middle stream. The 100% of respondences (180 people) agree that the quality of Cisadane stream water nowadays is in bad condition. They state that Cisadane water is not proper to be used directly for daily purpose, such as for cooking, drinking, bathing and washing. But some of them (56, 67%) still use the water for washing the clothes and bathing. Based on classification result, there are eight land use on Cisadane Watershed area. Land use changing happened in forest, mixed garden, recident area, rice field, fisheries area, bare land, and fields. Land use change on Cisadane watershed area connected to water quality on this area. Some parameters that can used to know the water quality are water temperatures, TDS, BOD, COD, DO, nitrate, ammonia dan nitrite. Based on Classification result on assesment of sources of air, water and land pollution, residencial and industry area were the major producer of liquid wastes on this area. It can be seen from increasing of water pH, COD and BOD parameters. Based on calculation result, the highest pollutant load is mostly predicted coming from some sources (people and husbandry). The TTS is 187.809,23 ton/year, BOD is 36.767,65 ton/year, COD is 18.302,23 ton/year, TN is 1.372,7 ton/year and TP is 166, 39 ton/year.
Pollutant load from people and husbandry on Cisadane watershed area for COD,TN parameter still on minimum capability and over capability for BOD, TP and TSS parameter. Keywords : Land Cover, Water Quality, Watershed, Carrying Capacity, Pollutant Resources
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir Terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Ino Haryanti NIM. E34052243
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
:
Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten
Nama
:
Ino Haryanti
NIM
:
E34052243
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Agus Priyono, MS NIP. 19610812 198601 1 001
Dr. Ir. Omo Rusdiana, MSc NIP. 19630119 198903 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir Terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten” yang dilaksanakan pada bulan Juni-September 2009 yang bertujuan untuk menganalisa dampak perubahan tutupan lahan DAS Cisadane Hilir terhadap kualitas air Sungai Cisadane Hilir Periode 2005/2008, mengkaji pemanfaatan sumberdaya air di DAS Cisadane Hilir dan menghitung beban pencemaran sesuai dengan sumber-sumber pencemarnya serta daya tampungnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input serta memberikan kontribusi terhadap strategi dan proses pengembangan DAS Cisadane bagian hilir guna menjaga kualitas air sungai, baik saat ini atau bahkan dimasa yang akan datang. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Harapan penulis, sebuah karya kecil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.
Bogor, Januari 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 November 1986. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Haryanto (Alm) dan Ronih. Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu pendidikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Mujahidin tahun 19931999. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Madrasah Tsanawiyah Ar-Ridwan tahun 1999-2002 dan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri 10 Jakarta tahun 2002-2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk ke dalam Mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) pada tahun 2006 dengan Minor Agroforestri. Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan organisasi, seperti Kelompok Pemerhati Goa (KPG) dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi yang merupakan Himpunan Profesi (Himpro) DKSHE (2006-2008), dan Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fahutan IPB (20062009). Pada tahun 2007 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang dan Praktek Umum Konservasi Ex-situ (PUKES) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yaitu di Taman Burung dan Museum Serangga serta di Taman Sringanis tahun 2008. Penulis juga mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) yang merupakan kegiatan Himpro di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBB) Sulawesi Selatan pada tahun 2007 dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) Kalimantan Barat tahun 2008. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) tahun 2009 di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jawa Timur. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir Terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang, Banten” dibawah bimbingan Ir. Agus Priyono, MS dan Dr. Ir. Omo Rusdiana, MSc.
UCAPAN TERIMAKASIH Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada suri tauladan kita Rasulallah Muhammad SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada : 1. Bapak Ir. Agus Priyono, MS selaku pembimbing pertama dan Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc selaku pembimbing kedua atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat kepada penulis. 2. Dosen Penguji Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS dari Departemen Manajemen Hutan, Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut.M.Si dari Departemen Hasil Hutan, dan Ibu Dr. Ir. Ulfa Juniarti Siregar, M.Agr dari Departemen Silvikultur. 3. Kedua orang tua, terutama ibuku yang telah berjuang menjadi single parent dan bapakku yang telah tenang dialamnya, kakakku (Haryani) dan kakak ipar (Aldo) serta keponakanku Arvaldo, terima kasih atas segala curahan kasih sayangnya. Untuk saudara-saudaraku terima kasih atas semua doanya. 4. Semua instansi yang telah memberikan bantuan berupa data-data sekundernya. 5. Keluarga besar DKSHE yang telah memberikan makna tentang kehutanan terutama dibidang konservasi serta staf DKSHE. 6. Keluarga besar himakova, khususnya KPG (kelompok Pemerhati Gua) yang telah memberikan pengalaman dalam berorganisasi dan praktek lapang mengenai konservasi. Terutama
Pembina KPG
ibu Dr. Ir.
Arzyana Sunkar, M.Sc serta G-XII (Ainah, Fitri, Serasi, Ozy, Iska, Erik, Panda, Ronald dan (Alm) Hendro). 7. Keluarga besar RIMPALA (Rimbawan Pecinta Alam) yang sudah memberikan ilmu berharga tentang alam. 8. Tarsius 42….terima kasih sudah memberikan banyak suka dan duka, baik di kelas maupun di lapang. Kita bertemu lagi di HAPKA mendatang untuk membuka secret massages.
9. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas bantuannya selama pembuatan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
i iii iv v
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................................. 1.3 Ruang Lingkup ................................................................................... 1.4 Manfaat ...............................................................................................
1 3 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penutupan Lahan. ............................................................................... 2.2 Kualitas Air......................................................................................... 2.2.1 Parameter Fisik............................................................................ 2.2.1.1 Suhu Air................................ ............................................ 2.2.1.2 Total Padatan Terlarut (TDS).............................. ............. 2.2.2 Parameter Kimia.......................................................................... 2.2.2.1 Derajat Keasaman (pH)................................ .................... 2.2.2.2 Oksigen Terlarut (DO)...................................................... 2.2.2.3 BOD dan COD.................................................................. 2.2.2.4 Nitrat................................ ................................................. 2.3 Pengaruh Tata Guna Lahan terhadap Kualitas Air.............................. 2.4 Pencemaran Air................................ .................................................. 2.5 Debit Air................................ ............................................................. 2.6 Standar Baku Mutu Air ......................................................................
4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................... 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 3.3 Penentuan Lokasi Penelitian ............................................................... 3.4 Metode Penelitian ............................................................................... 3.5 Analisis Data ......................................................................................
11 11 11 11 13
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis ............................................................................... 16 4.2 Tataguna Lahan .................................................................................. 17 4.3 Klimatologi ......................................................................................... 17
4.4 Hidrologi ............................................................................................. 18 4.5 Kualitas Air......................................................................................... 19 4.6 Keadaan Sosial Ekonomi .................................................................... 22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir ............................... 24 5.2 Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai Cisadane Hilir ................................................................................................... 27 5.3 Perubahan Beberapa Parameter Kualitas Air sungai Cisadane Hilir Periode 2007-2008 ............................................................................ 30 5.4 Hubungan antara Perubahan Tutupan Lahan dengan Perubahan Indeks Mutu Kualitas Air (IMKA) ................................................... 33 5.5 Hubungan Antara Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir dengan Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir ..... 34 5.6 Beban Pencemaran Potensial ............................................................ 37 5.7 Daya Tampung Beban Pencemaran .................................................. 40 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 44 6.2 Saran ..................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 46 LAMPIRAN ................................................................................................. 49
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1
Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan total padatan terlarut ......... 6
2
Kualitas perairan berdasarkan oksigen terlarut di perairan ..................... 7
3
Klasifikasi kualitas air berdasarkan besarnya nilai BOD ........................ 7
4
Kriteria mutu air berdasarkan kelas air ................................................... 10
5
Jenis-jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ................... 12
6
Bobot parameter Indeks Mutu Kualitas Air-NSF WQI yang telah dimodifikasi ............................................................................................ 14 Hubungan kisaran indeks mutu kualitas air (IMKA) dengan tingkat mutu kualitas air ...................................................................................... 15 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang di DAS Cisadane hilir tahun 2007-2008 .............................................................. 23 Perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane hilir dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 ...................................................................... 24 Persentase laju perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 ............................................................................................... 25 Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 ......... 26
7 8 9 10 11
12 Nilai Selisih antara kualitas air yang masuk ke lokasi penelitian dengan kualitas air dibagian hilir lokasi penelitian ................................. 30 13 Nilai maksimum dan minimum beberapa parameter kualitas air Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008................... 31 14 Nilai perubahan beberapa parameter kualitas air Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 .......................................... 32 15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 ................................................................ 33 16 Prediksi kontribusi pemukiman terhadap peningkatan BOD, COD, TN, dan TP ..................................................................................................... 38 17 Prediksi kontribusi total beberapa sumber pencemaran terhadap peningkatan BOD, TSS, COD, TN, dan TP ............................................ 38 18 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan rata-rata di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang ...................................... 41 19 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan minimum di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang ..................... 41 20 Beban pencemaran bulanan di segmen sebelumnya (sebelum lokasi penelitian) ........................................................................................................ 42 21 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit tahunan rata-rata dengan sumber pencemaran domestik dan peternakan serta pencemaran dari segmen sebelumnya di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang ............................................................................. 43
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1
Kerangka pemikiran penelitian ............................................................... 12
2
Peta lokasi penelitian............................................................................... 16
3
Fluktuasi curah hujan di DAS Cisadane hilir periode 2003-2008 .......... 18
4
Debit air bulanan DAS Cisadane hilir ..................................................... 19
5
Aktivitas mencuci dan mandi masyarakat Desa Tanjung Burung di sungai utama Cisadane hilir .................................................................... 28 Kondisi penambakan dan penggalian pasir liar di muara Sungai Cisadane hilir .......................................................................................... 29 Salah satu peternakan di DAS Cisadane hilir ......................................... 40
6 7
DAFTAR LAMPIRAN
No 1
Halaman
8
Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2005 .......................................................... 50 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2007 .......................................................... 51 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2008 .......................................................... 52 Curah hujan dan banyaknya hari hujan di Kabupaten Tangerang .......... 53 Debit bulanan rata-rata dan nisbah Qmin/Qrata2 di Sungai Cisadane hilir periode 2003-2008 ........................................................................... 54 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kota Tangerang periode 2005-2008 ................................................................ 55 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 .................................................................. 56 Perhitungan modifikasi bobot parameter IMKA-NSF WQI ..................... 57
9
Kurva sub indeks nilai IMKA ................................................................... 59
2 3 4 5 6 7
10 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang periode 2005-2008 61 11 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang periode 2005-2008 63 12 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2007 64 13 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten 66 Tangerang tahun 2007 14 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2008 67 15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2008 69 16 Panduan wawancara mengenai pemanfaatan sumberdaya air Sungai Cisadane hilir di DAS Cisadane hilir 70 17 Jenis-jenis industri di Kabupaten Tangerang yang telah diketahui kapasitas dan kategori limbah cairnya .................................................... 71 18 Daftar industri kelas menengah dan kelas berat yang melalui DAS Cisadane hilir di wilayah Kabupaten Tangerang .................................... 74 19 Nilai konversi untuk setiap sumber limbah ............................................. 75 20 Prediksi kontribusi penduduk terhadap pencemaran domestik ................. 76 21 Prediksi kontribusi ternak sapi dan kerbau terhadap peningkatan BOD dan TSS ................................................................................................... 77 22 Prediksi kontribusi ternak kambing dan domba terhadap peningkatan BOD dan TSS .......................................................................................... 77 23 Prediksi kontribusi ternak ayam terhadap peningkatan BOD dan TSS . 78
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cisadane memiliki DAS dengan panjang sekitar 80 km dan merupakan salah satu sungai utama di Provinsi Banten dan Jawa Barat. Sumber sungai ini berada di Gunung Salak-Pangrango, Kabupaten Bogor dan mengalir ke Laut Jawa. Pada saat ini Sungai Cisadane dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum. Namun demikian, peningkatan pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik telah mengakibatkan pengolahan air menjadi semakin sulit untuk dilakukan. Upaya pelestarian sumberdaya air tidak dapat dilepaskan dari pergerakan dan sebaran air tersebut dalam daerah aliran sungai. DAS Cisadane merupakan salah satu wilayah yang cukup penting peranan sistemnya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada DAS Cisadane Hulu akan berimplikasi lebih lanjut pada daerah yang ada di bawahnya (hilir), sehingga perubahan apapun yang terjadi di hulu akan terasa dampaknya pada bagian hilir. DAS Cisadane bagian hilir melintasi dua wilayah secara administrasi, yaitu Kota dan Kabupaten Tangerang. Sungai Cisadane membagi kota Tangerang menjadi dua bagian, yaitu bagian timur sungai dan bagian barat sungai. Sungai Cisadane mengalir di tengah Kota Tangerang sepanjang 15 km. Lebar sungai Cisadane sekitar 40-70 m dengan debit air dalam kondisi normal sekitar 70 m3/det. Bendungan Pintu 10 di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Neglasari merupakan bendungan untuk mengendalikan debit air Sungai Cisadane ke arah hilir Kabupaten Tangerang dan dimanfaatkan untuk irigasi teknis. Pertambahan jumlah penduduk kota dan Kabupaten Tangerang yang semakin meningkat diikuti dengan perkembangan teknologi telah mengakibakan minimnya
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
lingkungan.
Dengan
meningkatnya jumlah penduduk tersebut maka akan semakin meningkat pula kebutuhan mereka akan lahan, baik yang dimanfaatkan untuk pemukiman, pertokoan, perindustrian ataupun perkantoran. Keadaan demikian akan terus berlangsung yang akan menyebabkan perubahan tutupan lahan dan akan berdampak pada kerusakan lingkungan. Jika kondisi seperti ini tidak ada perbaikan dan penataan dengan baik dari berbagai pihak, maka dampaknya akan
berpengaruh pada perilaku masyarakat yang semakin buruk pula. Adanya alih fungsi lahan tersebut, akan mempengaruhi pula kualitas Sub DAS Cisadane hilir. Untuk dapat melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas Sub DAS Cisadane hilir akibat perubahan tutupan lahan dan berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya air, maka perlu dilakukan evaluasi perubahan tipe tutupan lahan dan kualitas air Sungai Cisadane hilir dalam selang waktu beberapa tahun.
1.2 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisa dampak dari perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane hilir terhadap kualitas air Sungai Cisadane hilir periode 2005-2008. b. Untuk mengkaji pemanfaatan sumberdaya air di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang. c. Menghitung beban pencemaran sesuai sumber-sumber pencemarnya. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup studi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Lokasi penelitian terletak di DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang yang meliputi Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Kosambi, dan Kecamatan Teluknaga. b. Sumber-sumber pencemaran yang dibatasi adalah sumber pencemaran dominan, terutama penduduk dan peternakan. 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini akan menjadi input serta memberikan kontribusi terhadap strategi dan proses pengembangan DAS Cisadane bagian hilir guna menjaga kualitas air sungai baik saat ini atau bahkan dimasa yang akan datang. Selain itu, hasil ini dapat pula dijadikan sebagai acuan dalam menyusun dan merencanakan pengelolaan, pelaksanaan operasional dan petunjuk teknis pengembangan serta sebagai acuan monitoring dalam pengambilan kebijaksanaan pengembangan DAS Cisadane hilir dan perbaikan lingkungan Kabupaten Tangerang.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penutupan Lahan Penutupan lahan (land cover) dan tata guna lahan (land use) atau penggunaan lahan merupakan istilah yang sering kali diartikan sama, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) diacu dalam Wardhana (2003) penggunaan lahan merupakan kegiatan manusia pada sebidang lahan tertentu, sedangkan penutupan lahan lebih pada perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Vink (1975) diacu dalam Fitriyana (2004) menjelaskan bahwa perubahan atau perkembangan penutupan lahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam seperti iklim, topografi tanah dan bencana alam; serta faktor manusia yang berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Dari kedua faktor tersebut dikatakan bahwa faktor manusia memberikan pengaruh dominan dibandingkan dengan faktor alam. 1. Permukaan bervegetasi Pepohonan merupakan suatu komponen yang penting dalam suatu ekosistem. Keberadaan pohon di perkotaan memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah pengendali bahang, banjir, erosi, dan mengurangi kecepatan angin. Pengurangan kecepatan angin dapat berpengaruh terhadap suhu (Wardhana, 2003). 2. Permukaan terbuka (tidak bervegetasi) Daerah perkotaan ditandai dengan adanya permukaan berupa parit, selokan dan pipa saluran drainase, sehingga sebagian air hujan yang jatuh tidak meresap kedalam tanah. Akibatnya air untuk proses evaporasi menjadi kurang tersedia dan penguapan menjadi sedikit. Dampak lainnya adalah banyaknya genangan air aikibat kurangnya daerah resapan atau saluran drainase. 2.2 Kualitas Air Kualitas air merupakan batas konsentrasi parameter-parameter air yang diinginkan bagi kelayakan untuk penggunaan tertentu (Fitriyana, 2004). Penentuan batas-batas tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ilmiah yang bersumber dari hasil-hasil penelitian, sedangkan untuk standar
kualitas air telah diatur oleh undang-undang yang ditetapkan pemerintah, diantaranya berisi tentang pembatasan konsentrasi sebagai parameter kualitas air. Parameter kualitas air dari suatu sistem perairan dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu parameter fisik seperti suhu, kekeruhan, dan total padatan terlarut; parameter kimia seperti pH, DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan Nitrat; serta parameter biologi seperti Escherichia coli dan benthos. Namun dalam penelitian ini hanya dibahas 2 parameter, yaitu parameter fisik dan kimia. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan data dari berbagai sumber. 2.2.1 Parameter fisik Pada dasarnya parameter fisik bukan merupakan petunjuk yang baik dalam menentukan tingkat pencemaran air, karena sifat fisik kualitas air memiliki nilainilai normal yang bervariasi, dalam hal ini tergantung pada kondisi khas perairan dan air limpasan yang masuk ke perairan tersebut. Dengan demikian, untuk menilai tingkat pencemaran suatu badan air dari segi sifat fisiknya hanya dapat diduga dari penyimpangan terhadap nilai normal alaminya (Husin, 1989 diacu dalam Putri, 2004). 2.2.1.1 Suhu Air Menurut Fardiaz (1992) suhu air menunjukkan derajat panas atau dingin dari air pada suatu perairan. Kenaikan suhu air akan menimbulkan jumlah oksigen terlarut didalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu, dan apabila batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan lainnya mungkin akan mati. Kisaran suhu masih dianggap normal apabila masih berada antara 25 sampai 32 °C, kisaran suhu tersebut dapat mendukung kehidupan organisme akuatik. 2.2.1.2 Total Padatan Terlarut (TDS) Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang larut air, mineral dan garam. Padatan ini merupakan padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi (Fardiaz, 1992). Kualitas air dapat dinilai dari total padatan terlarut atau jumlah dan zat-zat yang terlarut. Angraeni (1994) diacu dalam Fitriyana (2004) mengatakan bahwa
pada batasan tertentu, air yang mengandung TDS lebih dari 1500 mg/l akan memberi rasa tidak enak pada lidah dan akan timbul rasa mual. Berdasarkan parameter TDS maka kualitas air dapat digolongkan pada beberapa kriteria (Cartel dan Hill, 1981 diacu dalam Nugraheni, 2001). Adapun kriteria tersebut terdapat pada tabel 1. Tabel 1 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan total padatan terlarut Kandungan Total Padatan Terlarut (mg/l) <4 4 – 10 10 – 15 15 – 20 20 – 35
Kriteria Kualitas Air Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Sumber : Cartel dan Hill (1981) diacu dalam Nugraheni( 2001)
2.2.2 Parameter Kimia Parameter sifat kimia air merupakan petunjuk yang baik dalam menentukan kualitas suatu perairan (Suripin, 2004). 2.2.2.1 Derajat Keasaman (pH) Organisme air dapat hidup di dalam suatu perairan yang memiliki nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Namun nilai pH yang ideal untuk kehidupan organisme air pada umumnya antara 6,5 sampai 7,5. Dengan demikian, untuk kondisi perairan yang sangat asam maupun basa akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi yang berbahaya untuk kelangsungan hidup organisme air (Sastrawijaya, 2000 diacu dalam Fitriyana, 2004). 2.2.2.2 Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup di dalam air, karena kehidupan mereka sangat tergantung dengan kemampuan air dalam mempertahankan
konsentrasi
oksigen
minimal
yang
dibutuhkan
bagi
kehidupannya. Oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO) dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air yang jumlahnya tidak tetap tergatung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas (Fardiaz, 1992). Hubungan antara kualitas perairan dengan besarnya kadar oksigen terlarut disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2 kualitas perairan berdasarkan oksigen terlarut di perairan Oksigen terlarut (mg/l) > 6,5 4,5-6,4 2-4,4 <2
Kualitas Air Tidak tercemar/ tercemar sangat ringan Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat
Sumber : Lee et al. (1978) diacu dalam Nugraheni (2001)
2.2.2.3 BOD dan COD BOD (biological oxygen demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air, sedangkan COD (chemical oxygen demand) menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan seperti kalium dikhormat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air (Fardiaz, 1992). BOD sangat penting dalam pengelolaan kualitas air, karena parameter ini digunakan untuk menentukan perkiraan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi. Hubungan antara besarnya nilai BOD dengan kualitas air disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3 Klasifikasi kualitas air berdasarkan besarnya nilai BOD BOD <3 3-4,9 5-15 >15
Kualitas Air Tidak tercemar Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat
Sumber : Lee et al. (1978) diacu dalam Buchari (1998) diacu dalam Nugroho (2003)
Menurut Fardiaz (1992) nilai COD dapat digunakan sebagai indikator pencemaran limbah yang tahan terhadap penguraian seperti limbah industri dan pertanian. 2.2.2.4 Nitrat Senyawa nitrogen didalam perairan terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi. Nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2) yang berlipat ganda jumlahnya, nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan amoniak (NH4+). Nitrat dalam tanah dan air terbanyak dibuat oleh mikroorganisme dengan cara biologis. Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yaitu badai listrik, organisme pengikat nitrogen, dan bakteri yang menggunakan amoniak. Ketiganya tanpa adanya campur tangan manusia. Nitrat dapat terbentuk dari manusia, jika manusia
membuang kotoran dalam air, karena kotoran banyak mengandung amoniak. Selain itu, konsentrasi nitrat juga dapat dihasilkan manusia dari limbah rumah tangga dan pertanian. Nitrat akan berbahaya jika kandungannya mencapai 45 bpj dalam air. Nitrat akan berubah menjadi nitrit dalam perut dan dapat menyebabkan keracunan (Sastrawijaya, 1991 diacu dalam Putri, 2004). Saeni (1989) diacu dalam Pribadi (2005) menyatakan bahwa sumber-sumber nitrogen dalam air meliputi hancuran bahan organik, buangan domestik, limbah industri, limbah peternakan, dan pupuk. 2.3 Pengaruh Tata Guna Lahan terhadap Kualitas Air Aktivitas pengelolaan DAS pada umumnya adalah meliputi pembalakan hutan, perubahan tata guna lahan, pembuatan bangunan-bangunan konservasi tanah dan air, pengembangan tanaman pertanian dan kegiatan lain yang bersifat merubah kondisi permukaan tanah, dan kegiatan tersebut dapat meningkatkan jumlah mineral-mineral dan komponen-komponen (organik dan anorganik) lain terangkut masuk ke dalam sungai (Asdak, 1995 diacu dalam Fitriyana, 2004). Kegiatan diatas juga dapat mengakibatkan terjadinya dampak negatif seperti erosi dan banjir. Terjadinya erosi pada lahan terbuka akan semakin tinggi, karena permukaan tanah yang tidak terlindungi yang akan mengakibatkan permukaan tanah terkikis dari butir-butir air hujan yang jatuh dan membawa hasil kikisan tersebut ke badan perairan sehingga mempengaruhi mutu suatu perairan. Suripin (2004) mengatakan bahwa terjadinya erosi tanah akan mengurangi kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktivitas lahan, erosi juga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil erosi tersebut mengendap dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, dan waduk, sehingga mengurangi kemampuannya untuk berbagai fungsi. 2.4 Pencemaran Air Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnnya ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Fitriyana, 2004). Bentuk kerusakan
air dapat berupa timpangnya distribusi air secara temporal, hilangnya atau mengeringnya sumber air, dan menurunnya kualitas air. Timpangnya distribusi air secara temporal, dan hilangnya atau mengeringnya sumber air berhubungan erat dengan kerusakan tanah. Menurunnya kualitas tanah dapat disebabkan oleh kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan atau senyawa dari limbah rumah tangga, limbah industri atau limbah pertanian. Peristiwa tersebut dikenal dengan polusi atau pencemaran air (Suripin, 2004). 2.5 Debit Air Debit air merupakan volume air yang mengalir pada suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Data debit air sungai berfungsi memberikan informasi mengenai jumlah air yang mengalir pada waktu tertentu. Oleh karena itu, data debit air berguna untuk mengetahui cukup tidaknya penyediaan air untuk berbagai keperluan (domestik, irigasi, pelayaran, tenaga listrik, dan industri) pengelolaan DAS, pengendalian sedimen, prediksi kekeringan, dan penilaian beban pencemaran air. Jika data debit air rata-rata dan debit minimum selama periode tertentu mengalami penurunan, sedangkan debit maksimum mengalami peningkatan, maka kondisi DAS tersebut akan mengalami kerusakan. Karena salah satu gejala hidrologi yang dapat digunakan untuk menentukan baik buruknya kondisi lingkungan DAS adalah perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dengan debit minimum (Qmin). Kondisi DAS relatif baik apabila perbandingan debit maksimum dan debit minimum relatif kecil atau dengan nisbah Qmin/Qrata2 lebih besar dari 0,50 yang berarti jika debit rataan kecil maka banyak air yang akan mengisi persediaan air tanah dan sebagian kecil hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya suatu DAS dapat dikatakan terganggu bila perbandingan debit maksimum dan minimum di daerah tersebut menunjukan kecenderungan yang meningkat (Rozi, 2002). 2.6 Standar Baku Mutu Air Standar parameter air untuk penggunaannya telah ditetapkan berdasarkan kelas air dan kriteria baku mutu air, penggunaan air tersebut dibagi ke dalam 4 kelas, yaitu kelas I, II, III, dan IV (PP No. 82 tahun 2001).
Tabel 4 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Air Parameter Fisika Temperatur Residu Terlarut Residu Tersuspensi Parameter Kimia Anorganik pH BOD COD DO Nitrat (NO3) Nitrit Total Fosfat sebagai P
Kelas
Satuan ºC mg/L mg/L Satuan
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Sumber : PP No. 82 tahun 2001
I Deviasi 3 1000 50 I 6-9 2 10 6 10 0.06 0.2
II Deviasi 3 1000 50 Kelas II 6-9 3 25 4 10 0.06 0.2
III Deviasi 3 1000 400
IV Deviasi 5 2000 400
III 6-9 6 50 3 20 0.06 1
IV 5-9 12 100 0 20 5
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane bagian hilir, studi kasus wilayah administrasi Kabupaten Tangerang. Waktu pelaksanaan selama 4 bulan yaitu bulan Juni - September 2009. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kamera, Software Arcview 3.3, alat tulis, kalkulator, panduan wawancara, dan data sekunder periode 2005-2008 dari berbagai sumber. 3.3 Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi
dilakukan berdasarkan rekomendasi
dari dinas
lingkungan hidup dalam hal ini berdasarkan lokasi yang telah diukur kadar kualitasnya secara rutin tiap tahunnya serta rekomendasi dari petugas kecamatan yang lebih menguasai kondisi lapang dalam hal ini berdasarkan lokasi yang lebih berpengaruh terhadap kualitas air Sungai Cisadane hilir. 3.4 Metode Penelitian a. Kerangka Pemikiran Pola penggunaan lahan di sepanjang DAS Cisadane telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun, khususnya DAS Cisadane bagian hilir. Perubahan pengguaan lahan akan mempengaruhi kualitas air dari suatu perairan. Perubahan kualitas air ini akan mengakibatkan berubahnya mutu lingkungan perairan.
Perubahan penggunaan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 Mempengaruhi Kualitas Air Sungai Cisadane hilir Mengalami Perubahan
Parameter Fisik (Suhu, Total padatan terlarut dan Total padatan tersuspensi)
Parameter Kimia (pH, DO, BOD, COD, dan nitrat)
Perubahan Mutu Kualitas Air Sungai Cisadane hilir
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
b. Pengumpulan Data Data Sekunder Data sekunder yang digunakan untuk menganalisis dampak perubahan tutupan lahan terhadap kualitas air serta penyebab lainnya terdapat dalam Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Jenis- Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian No 1
2
3
4
5 6
Jenis Data Peta (Tata guna lahan, dan administrasi) Periode 2005-2008 Data Kualitas Air (Parameter Fisik dan Kimia) Periode 20072008 Data Debit air dan curah hujan Harian dan Bulanan Data Jenis dan Jumlah Industri yang ada di DAS Cisadane hilir Data Kependudukan Data Jenis dan Jumlah Peternakan yang ada di DAS Cisadane hilir
Sumber Data - RBI jawa Barat - KLH Jakarta
Teknik Pengumpulan Data Inventarisasi data dari berbagai sumber
- BPLH Kabupaten Tangerang - BPLH Kota Tangerang
Inventarisasi data berbagai sumber
BPSDA wilayah sungai Cidurian-Cisadane
Inventarisasi data
- Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Tangerang - BPLH Kabupaten Tangerang BPS Kabupaten Tangerang - Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang - BPS Kabupaten tangerang
Inventarisasi data dari berbagai sumber
Inventarisasi data Inventarisasi data dari berbagai sumber
dari
Data Primer Data primer digunakan untuk mendukung data sekunder yang telah didapat dari beberapa sumber/instansi (Tabel 5). Data yang diambil meliputi jenis-jenis pemanfaatan sumberdaya air oleh masyarakat di DAS Cisadane hilir. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan masyarakat di DAS Cisadane hilir berdasakan panduan wawancara yang telah dibuat dalam lampiran, sedangkan untuk penentuan responden digunakan metode purpossive sampling. Lokasi wawancara di DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang meliputi Kecamatan Pakuhaji (Desa Kohod dan Desa Kalibaru), Kecamatan Teluknaga (Desa Kampung Melayu dan Desa Tanjung Burung), serta Kecamatan Sepatan Timur (Desa Kampung Kelor dan Desa Kedaung), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Penentuan lokasi tersebut berdasarkan letak desa yang berada di sepanjang aliran Sungai Cisadane hilir. Adapun jumlah responden dalam wawancara ini adalah sebanyak 180 orang dengan masing-masing responden dari 30 orang per desa. Selain melakukan wawancara, dilakukan pula observasi lapang atau pengamatan secara langsung mengenai kondisi di lapangan dan dibandingkan dengan data sekunder. 3.5 Analisis Data a. Data Sekunder Untuk data sekunder mengenai perubahan tutupan lahan dan kondisi air yang meliputi data tutupan lahan dan kualitas air sungai di Sub DAS Cisadane hilir. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data tahun 2005-2008. 1. Perubahan tutupan lahan Perubahan penggunaan lahan dianalisa dengan membandingkan luasan setiap jenis penggunaan lahan
periode 2005-2008. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi selama kurun waktu dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Perbandingan dilakukan dengan cara melakukan overlay terhadap peta penutupan lahan hasil pencitraan satelit yang telah diolah. Hasil overlay akan menunjukkan penutupan lahan yang berubah selama kurun waktu tersebut. Adapun rumus untuk mengetahui laju perubahan tutupan lahan tersebut adalah sebagai berikut:
%V=
x 100%
Keterangan : V : Laju perubahan tutupan lahan n1 : Tutupan lahan awal n2 : Tutupan lahan akhir
2. Menganalisis indeks kualitas air Untuk menghitung indeks kualitas air digunakan metode indeks mutu kualitas air (IMKA) yang dikembangkan oleh U.S National Fondation’s Water Quality Index (NSF-WQI) (Ott, 1978 diacu dalam Nugroho, 2003).
Adapun
parameter yang diukur dalam perhitungan IMKA meliputi parameter suhu, kekeruhan, padatan terlarut, DO, BOD, pH, Nitrat, Fosphat, dan Total coli. Tahapan analisis data : a. Menentukan bobot (W) dan nilai sub indeks (I) untuk masing-masing parameter. Tabel 6 Bobot parameter Indeks Mutu Kualitas Air-NSF WQI yang telah dimodifikasi No
Parameter
1 Oksigen terlarut 2 pH 3 BOD 4 Nitrat 5 Phosphat 6 Suhu deviasi 7 Kekeruhan *) 8 Padatan total 9 Fecal coli Total
Bobot Parameter Ke-i(Wia) 0,17 0,12 0,10 0,10 0,10 0,10 0,08 0,08 0,15 1,00
Bobot Parameter Ke-i (Wib)** 0,25 0,17 0,14 0,14 0,14 0,11 1,00
Satuan % saturasi Mg/l Mg/l Mg/l ºC JTU Mg/l Jumlah/100 ml
Sumber : Ott (1978) diacu dalam Nogroho (2003) Keterangan : A = Bobot parameter menurut Ott, 1978. B = Bobot parameter yang sudah dimodifikasi (jika terdapat parameter yang tidak digunakan). *) = kekeruhan digunakan dengan asumsi satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU) setara dengan Jacson Turbidity Unit (JTU) karena semakin keruh suatu perairan maka nilai kekeruhannya baik dalam satuan NTU maupun JTU akan semakin besar. **) = perhitungan modifikasi disajikan pada Lampiran 8.
b. Menghitung nilai Indeks Kualitas Air dengan menggunakan rumus sebagai berikut : IMKA = Keterangan : IMKA = Indeks Mutu Kualitas Air (skala 0-100)
Wi Ii n
= Bobot parameter ke-i (skala 0-1) = Nilai sub-indeks Parameter ke-i (skala 0-100) (Lampiran 9) = Jumlah Parameter yang digunakan
c. Hubungkan nilai indeks mutu kualitas air (IMKA) dengan tingkat kualitas air dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini : Tabel 7 Hubungan kisaran nilai indeks mutu kualitas air (IMKA) dengan tingkat mutu kualitas air No 1 2 3 4 5
Kisaran nilai indeks total 0 – 25 25 – 50 51 – 70 71 – 90 91 – 100
Tingkat mutu kualitas air Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Sumber : Ott (1978) diacu dalam Nogroho (2003)
3. Menganalisa hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan kualitas air di Sub DAS Cisadane hilir secara deskriptif. 4. Menghitung beban pencemaran melalui pendekatan Rapid Assesment of Surces of Air, Water, and Land Pollution diacu dalam Djajadiningrat dan Amir (1989) yaitu perhitungan beban pencemaran dari beberapa unit penghasil limbah, yaitu permukiman (penduduk) dan peternakan (sapi, kerbau, kambing, domba, dan ayam). Adapun nilai konversi untuk beban pencemaran tersebut tersaji pada Lampiran 19. 5. Menghitung daya tampung beban pencemaran. Tahapan Analisis data : -
Samakan satuan antara data debit bulanan dan atau debit tahunan dengan parameter kualitas air kelas II (PP No. 82 tahun 2001).
-
Adapun parameter yang dihitung adalah parameter yang sesuai dengan parameter beban pencemaran yang telah dihitung.
c. Data Primer Data hasil wawancara dianalisis dengan melihat presentase jenis-jenis pemanfaatan sumberdaya air dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil perhitungan tersebut dikaitkan dengan kualitas air periode terakhir, dalam hal ini tahun 2008.
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Geografis Sungai Cisadane berawal dari Gunung Salak melalui Kota dan Kabupaten Bogor serta Tangerang dan bermuara di Laut Jawa. Panjang Sungai Cisadane sampai ke Desa Tanjung Burung (Kabupaten Tangerang) adalah 137,8 kilometer. Secara keseluruhan luas DAS Cisadane adalah 155.975 Ha. Untuk bagian hilir DAS Cisadane memiliki luas sekitar 22.215 Ha, termasuk kedalam wilayah administrasi Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Terdapat empat kecamatan di bagian wilayah administrasi Kabupaten Tangerang, yaitu Kecamatan Kosambi, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Pakuhaji dan Kecamatan Teluknaga.
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian
DAS Cisadane Hilir secara geografis berada pada posisi 106⁰35’79” Bujur Timur dan 6⁰10’ Lintang Selatan diperbatasan antara tengah dan hilir DAS Cisadane (Bendungan X) dan 106⁰35’81” Bujur Timur dan 6⁰35’ Lintang Selatan di muara DAS Cisadane (Desa Tanjung Burung). Secara Administratif batas DAS Cisadane hilir adalah sebagai berikut :
-
Sebelah barat berbatasan dengan Sub DAS Cimanceuri
-
Sebelah timur berbatasan dengan DAS Ciliwung hilir
-
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Sub DAS Cisadane tengah Kondisi topografi DAS Cisadane pada umumnya datar sampai dengan
curam. Untuk bagian hilir DAS Cisadane masuk kedalam kategori datar dengan kelerengan kurang dari 3% dan ketinggian berkisar antara 2 – 85 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah di DAS Cisadane hilir didominasi oleh tanah alluvial yang memiliki sifat tidak peka terhadap erosi dan biasanya didominasi oleh daerah pertanian. 4.2 Tataguna Lahan Pemanfaatan lahan atau ruang yang sesuai untuk daerah aliran sungai tepatnya di daerah bantaran dan sempadan sungai berdasarkan PP No.35/1991 adalah sebagai ruang terbuka hijau. Namun kenyataan yang terlihat di lapangan, pemanfaatan lahan di DAS Cisadane hilir adalah untuk pemukiman, perindustrian, pertanian dan pertambakan. Berdasarkan laporan Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008, kondisi penutupan lahan di DAS Cisadane hilir sangat didominasi oleh lahan terbangun sebesar 90%. Hal ini dicirikan dengan meningkatnya laju konversi lahan bervegetasi yang tinggi. 4.3 Klimatologi Kondisi iklim di DAS Cisadane hilir dipengaruhi oleh 2 (dua) angin musim, yaitu angin musim barat yang menyebabkan terjadinya hujan dan angin musim timur yang menyebabkan terjadinya musim kemarau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang bersumber dari Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang, temperatur udara DAS Cisadane hilir rata-rata berkisar antara 23,5-32,6°C. Suhu maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,9°C dan suhu minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 22,8°C.
Untuk mengetahui keadaan curah hujan di Sub DAS Cisadane hilir, maka dipergunakan data pengamatan hujan dari Stasiun Serpong dengan periode pengamatan 2003 – 2008.
Curah hujan (mm)
300 250 200 150 100 50 0
Waktu (bulan)
Gambar 3 Fluktuasi curah hujan di DAS Cisadane hilir periode 2003-2008 (sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane)
Berdasarkan gambar diatas maka dapat diketahui bahwa musim hujan (curah hujan bulanan > 200 mm) di Sub DAS Cisadane hilir terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari, sedangkan musim kemarau (curah hujan bulanan < 100 mm) terjadi pada bulan Maret sampai dengan November. Curah hujan bulanan di Sub DAS Cisadane hilir berkisar antara 49 mm sampai dengan 295 mm, dengan curah hujan dalam setahun sebesar 1554 mm. Hari hujan bulanan berkisar antara 2 – 12 hari, dengan total hari hujan dalam setahun sebanyak 67 hari. Dengan demikian intensitas hujan rata-rata tahunan di Sub DAS Cisadane hilir sebesar 23 mm/hari. Untuk keadaan curah hujan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4. 4.4 Hidrologi Dari hasil pengukuran Sarpedal tahun 2004 memperlihatkan bahwa kecepatan arus Sungai Cisadane memiliki kecenderungan menurun kearah hilir. Kecepatan hasil pemantauan berkisar antara 0,08-0,93 m/detik. Tingkat kekritisan DAS dapat ditentukan salah satunya oleh besarnya fluktuasi debit air sungai pada musim kemarau dan musim hujan. Kekeringan dimusim kemarau dan banjir dimusim hujan menunjukkan buruknya pengelolaan suatu DAS.
200 180
Debit (m³/det)
160 140 120 100 80 60 40 20 2008
2007
2006
2005
2004
2003
0
waktu (Bulan)
Gambar 4 Debit air bulanan DAS Cisadane hilir (Sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Periode 2003-2008)
Debit tertinggi Sungai Cisadane hilir selama kurun waktu 2003-2008 terjadi pada bulan Februari sebesar 117,928 m3/det, sedangkan debit rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 25,111 m3/det. Dengan demikian, debit tertinggi terjadi pada musim hujan dan debit terendah terjadi pada musim kemarau. Untuk rata-rata debit harian tertinggi terjadi pula di bulan Februari sebesar 184,484 m3/det, dan debit harian rata-rata terendah terjadi pada bulan September sebesar 8,432 m3/det. Dilihat dari hidrologinya, yaitu nilai nisbah Qmin/Qrata2, maka kondisi DAS Cisadane hilir relatif tergolong baik, karena secara keseluruhan nilai nisbahnya masih berada diatas 0,50 dengan nisbah rata-rata tahunan sebesar 0,70 (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5). 4.5 Kualitas Air Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas air oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang di Sub DAS Cisadane hilir untuk wilayah Kota Tangerang yang mendekati lokasi penelitian dilakukan pada dua lokasi pengamatan, yaitu Bendungan X dan Eretan III. Begitu pula dengan wilayah Kabupaten Tangerang, dilakukan pengukuran oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang pada dua lokasi pengamatan, yaitu Desa Kalibaru dan Desa Teluknaga (muara). Hasil pemantauan pada tahun 2005 sampai dengan 2008 untuk wilayah Kota Tangerang diperoleh delapan kali ulangan, sedangkan hasil pemantauan wilayah Kabupaten Tangerang diperoleh 12 kali
ulangan dengan pengukuran periode 2007-2008. Adapun data kualitas air Sungai Cisadane hilir disajikan pada Lampiran 6 dan 7. Parameter Fisik Suhu Berdasarkan data yang disajikan pada Lampiran 6 dan 7 terlihat bahwa fluktuasi suhu yang terjadi tidak terlihat nyata. Adapun suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei untuk wilayah Kota Tangerang dan pada bulan Juli untuk Kabupaten Tangerang. Hal ini sesuai dengan kondisi suhu udara dan terjadi pada musim kemarau. Secara keseluruhan kondisi suhu air di Sungai Cisadane hilir masih dalam kisaran normal yang dapat mendukung kehidupan organisme aquatiknya. TDS Kualitas air Sungai Cisadane hilir termasuk dalam kriteria sangat buruk jika dilihat dari kandungan total padatan terlarutnya. Nilai TDS tertinggi terdapat di Bendungan X yang merupakan peralihan dari bagian hulu ke hilir. Sehingga dapat dimungkinkan terjadinya akumulasi dari hulu ke hilir. Parameter Kimia pH Nilai pH perairan Sungai Cisadane hilir masih berada dalam batasan normal dengan nilai rata-rata pertahunnya 6,8 (2005), 7,1 (2007) dan 6,7 (2008) untuk Kota Tangerang serta 6,5 (2007) dan 6,8 (2008) untuk Kabupaten Tangerang. Bila dilakukan perbandingan dengan baku mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 maka masuk kedalam kisaran kelas I sampai III untuk lokasi pengamatan di Kota Tangerang sedangkan untuk Kabupaten Tangerang berada dalam kisaran kelas I sampai III untuk lokasi pengamatan Kalibaru dan kelas II sampai IV untuk lokasi pengamatan Tanjung Burung (muara). Nitrat Berdasarkan hasil pengukuran selama tiga tahun untuk Kota Tangerang, tampak bahwa kandungan nitrat rata-rata pertahun di lokasi Bendungan X mengalami fluktuasi yang menunjukkan adanya peningkatan 0,3 mg/L dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dan penurunan sebesar 0,2 mg/L pada tahun 2008. Sedangkan untuk stasiun Eretan III tidak menunjukkan adanya fluktuasi yang
nyata. Untuk kabupaten Tangerang terjadi penurunan kandungan nitrat rata-rata pertahunnya. Stasiun Kalibaru (Kecamatan Pakuhaji) merupakan lokasi yang memiliki nilai nitrat tertinggi dibandingkan dengan tiga stasiun lainnya. Hal ini dikarenakan luas sawah sebagai sumber utama nitrat di Kecamatan Pakuhaji lebih besar jika dibandingkan dengan ketiga lokasi lainnya. Selain itu, banyaknya industri di bantaran sungai menjadi faktor pendukung lainnya. Nitrit Kandungan Nitrit rata-rata keseluruhan tertinggi terdapat di stasiun Kalibaru sebesar 0.126 mg/L, sedangkan nilai rata-rata terendah adalah 0,0275 mg/L terdapat di Stasiun Bendungan X, karena banyaknya kandungan nitrat di Kalibaru, sehingga dimungkinkan adanya penguraian menjadi nitrit di perairan. Ammonia Dari hasil pengamatan menunjukkan adanya penurunan nilai ammonia dari Kota Tangerang ke Kabupaten Tangerang. Namun jika dilihat secara keseluruhan, kandungan ammonia mengalami peningkatan tiap tahunnya baik di Kota maupun Kabupaten Tangerang. Kandungan Oksigen Terlarut (DO) Jika dilihat dari nilai DO rata-rata per stasiun, tampak terjadi peningkatan kandungan DO dari stasiun yang berada di Kota Tangerang ke Kabupaten Tangerang. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai kandungan ammonia, karena semakin sedikit proses dekomposisi bahan-bahan organik seperti ammonia dan nitrit maka akan semakin sedikit pula oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk proses pelarutannya. Berkurangnya kadar DO dalam selang waktu satu tahun menunjukkan bahwa semakin banyak oksigen dalam air yang dimanfaatkan untuk berbagai penguraian zat organik. Dengan semakin menurunnya kandungan oksigen dalam air, maka dapat mengakibatkan kematian pada biota air. BOD Berdasarkan hasil pengamatan pada empat stasiun pengukuran, maka didapatkan nilai kandungan BOD di sungai Cisadane hilir mengalami peningkatan selama periode 2005-2008 untuk Kota Tangerang dan mengalami penurunan
selama periode 2007-2008 untuk Kabupaten Tangerang. Nilai BOD tertinggi berada di stasiun Teluknaga (muara), hal ini dapat diduga adanya PT. Tanjung Unggul Makmur yang merupakan perusahaan penggemukan sapi terbesar di Teluknaga. Hasil Penelitian Purnomo (1989) diacu dalam Rushayati (1999) menunjukan bahwa pengaruh limbah kotoran satwaliar di Taman Safari Indonesia terhadap kualitas air Sungai Cisarua (Ciliwung hulu) meningkatkan kekeruhan, BOD, COD, kandungan koliform dan bakteri pathogen di perairan Sungai Cisarua. COD Nilai COD di seluruh stasiun pengamatan mengalami penurunan selama periode 2007-2008, namun semakin kearah hilir nilai COD akan semakin meningkat. Nilai rata-rata tertinggi adalah di Teluknaga sebesar 15,9 mg/L dan terendah di Bendungan X sebesar 6,5 mg/L. 4.6 Keadaan Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi masyarakat berguna untuk menunjukkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar DAS. Permasalahan kependudukan akan berpengaruh terhadap sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan lingkungan hidup. Semakin tinggi kepadatan penduduk di suatu DAS maka akan semakin besar potensi pencemaran. Salah satu permasalahan kependudukan yang vital adalah pertambahan penduduk atau ledakan penduduk yang akan berdampak pada perluasan lahan permukiman, lapangan pekerjaan, serta mutu sumberdaya alam dan lingkungan. Kepadatan penduduk di Sub DAS Cisadane hilir mengalami peningkatan tiap tahunnya. Walaupun hanya berselang satu tahun, kepadatan penduduk meningkat satu jiwa per hektarnya. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Sepatan yaitu 41 jiwa/ha. Secara keseluruhan kepadatan di Sub DAS Cisadane hilir adalah 33 jiwa/ha.
Tabel 8 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang di DAS Cisadane hilir tahun 2007-2008 Tahun 2007 No kecamatan 1 Sepatan 2 Pakuhaji 3 Teluknaga 4 Kosambi Tahun 2008 No kecamatan 1 Sepatan 2 Pakuhaji 3 Teluknaga 4 Kosambi
Jumlah Penduduk (jiwa) 75000 101098 125757 106869
Luas Wilayah (ha) 1827 5187 4058 2976
Kepadatan (jiwa/ha) 41 19 31 36
Jumlah Penduduk (jiwa) 74263 103518 128765 109425
Luas Wilayah (ha) 1827 5187 4058 2976
Kepadatan (jiwa/ha) 41 20 32 37
Sumber :BPS (Kabupaten Tangerang dalam Angka) Tahun 2007-2008 Mata pencaharian utama Kabupaten Tangerang sebagian besar adalah di bidang industri 77,04%, disusul perdagangan yaitu 10,61% dan hanya sebagian kecil di bidang pertanian, peternakan dan perikanan yaitu 1,39%, sedangkan sisanya bekerja dibidang jasa, bangunan dan sebagainya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir Perubahan tutupan lahan merupakan bentuk peralihan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain. Berdasarkan peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir di wilayah Kabupaten Tangerang (Lampiran 1-3) dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2008 telah terjadi perubahan tutupan lahan (Tabel 9). Tabel 9 Perubahan tutupan lahan di DAS Cisadane hilir dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 No
1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Pemukiman Sawah Tambak/Empang Tanah Terbuka Tegalan/Ladang Tubuh Air
Luas (ha) 2005
2007
2008
31,43 391,21 10.904,42 22.311,27 3.413,14 24,86 50,90 410,27
2,22 361,19 12.270,01 21.001,79 3.413,49 1,67 76,85 410,27
2,22 18,41 13.436,90 20.359,60 3.306,78 0,00 3,31 410,27
Perubahan 2005-2007 (ha) -29,21 -30,01 1365,59 -1309,48 0,35 -23,20 25,95 0,00
Perubahan 2007-2008 (ha) 0,00 -342,78 1.166,89 -642,19 -106,71 -1,67 -73,54 0,00
Perubahan 2005-2008 (ha) -29,21 -372,80 2532,48 -1951,67 -106,36 -24,86 -47,58 0,00
Penggunaan lahan yang mengalami perubahan adalah hutan, kebun campuran,
pemukiman,
sawah,
tambak/empang,
tanah
terbuka,
dan
tegalan/ladang. Dari kedelapan penggunaan lahan, hanya pemukiman yang mengalami peningkatan tiap tahunnya dalam kurun waktu 2005-2008, yaitu sebesar 2.532,48 ha. Pemukiman merupakan penggunaan lahan berupa perumahan, industri, pertokoan dan gedung-gedung lainnya serta tempat rekreasi. Peningkatan lahan pemukiman berhubungan dengan peningkatan penduduknya, dan terlihat bahwa DAS Cisadane hilir mengalami peningkatan kepadatan penduduk tiap tahunnya. Hal ini terkait dengan penjelasan Vink (1975) diacu dalam Fitriyana (2004) yang mengatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan manusia. Dari kedua faktor tersebut dikatakan bahwa faktor manusia memberikan pengaruh dominan dibandingkan dengan faktor alam. Selain
pemukiman
yang
bertambah
luas,
tegalan/ladang
dan
empang/tambak juga mengalami peningkatan luasan sebesar 25,95 ha dan 0,35 ha pada periode 2005-2007. Namun setahun kemudian luasan tegalan/ladang dan
empang/tambak berkurang sebesar 73,54 ha dan 106,71 ha menjadi kebun campuran, pemukiman, dan sawah. Penggunaan lahan berupa sawah mengalami penurunan luas tiap tahunnya dalam kurun waktu 2005-2008 yaitu sebesar 1.309,48 ha pada periode 2005-2007 dan sebesar 642,19 ha pada periode 2007-2008. Dari ketujuh penggunaan lahan, sawah merupakan lahan yang mengalami penurunan tutupan lahan tertinggi. Walaupun demikian, luasan lahan sawah tetap menjadi yang terbesar jika dibandingkan yang lain. Kebun campuran juga mengalami penurunan luasan tiap tahunnya dalam jangka waktu 2005-2008 yaitu sebesar 30,01 ha pada periode 2005-2007 dan menurun lebih tinggi lagi pada periode 2007-2008 sebesar 342,78 ha. Perubahan ini
terjadi
akibat
alihfungsi
lahan
menjadi
pemukiman,
sawah,
dan
tambak/empang. Kebun campuran sebagian besar dikonversi menjadi sawah yaitu sebesar 298,26 ha dalam kurun waktu 2005-2008. Hal ini terjadi pada saat tanaman perkebunan sudah tua dan kemampuan produksinya sudah tidak maksimal, sehingga langkah yang diambil adalah mengganti tanaman perkebunan menjadi pertanian lahan kering serta sebagian kecil menjadi pemukiman dan tambak/empang. Penurunan luas juga terjadi pada penutupan lahan hutan sebesar 29,21 ha dalam kurun waktu 2005-2007. Luasan hutan dikonversi menjadi kebun campuran, sawah dan tambak/empang. Lain halnya dengan lahan berupa tubuh air, dari keseluruhan tutupan lahan hanya tubuh air yang relatif tidak mengalami perubahan selama kurun waktu 3 tahun. Tabel 10 Persentase laju perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 No
1 2 3 4 5 6 7 8
Penggunaan Lahan Hutan Kebun Campuran Permukiman Sawah Tambak/Empang Tanah Terbuka Tegalan/Ladang Tubuh Air
31,43 391,21
2,22 361,19
2,22 18,41
Perubahan 2005-2007 (%) -92,95 -7,67
10.904,42 22.311,27 3.413,14 24,86 50,90 410,27
12.270,01 21.001,79 3.413,49 1,67 76,85 410,27
13.436,90 20.359,60 3.306,78 0,00 3,31 410,27
12,52 -5,87 0,01 -93,29 50,99 0,00
2005
Luas (ha) 2007
2008
Perubahan 2007-2008 (%) 0,00 -94,90
Perubahan 2005-2008 (%) -92,95 -95,29
9,51 -3,06 -3,13 -100,00 -95,69 0,00
23,22 -8,75 -3,12 -100,00 -93,49 0,00
Dari hasil analisis pertumbuhan dapat digambarkan laju penambahan dan pengurangan terhadap penggunaan/penutupan lahan di DAS Cisadane hilir seperti
disajikan pada Tabel 10. Persen laju penggunaan lahan adalah persentase terhadap penggunaan lahan tersebut, bukan terhadap luas total dari penggunaan lahan. Laju perubahan luasan lahan DAS Cisadane hilir sebagian besar mengalami penurunan, karena dari kedelapan penggunaan lahan hanya pemukiman yang mengalami peningkatan dengan laju penambahan sebesar 23,22% dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2008. Kondisi ini sangat logis terjadi, karena DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kawasan industri dan memiliki aksesibilitas dan kegiatan ekonomi yang tinggi serta berbatasan langsung dengan Propinsi Jakarta dan Kota Tangerang. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi seperti makin banyaknya kawasan industri. Hal ini menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan penduduk yang pada gilirannya meningkatkan kebutuhan lahan areal pemukiman, industri, dan jasa. Tabel 11 Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 Tutupan Lahan Tahun 2005 (ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Tahun 2008 (Ha)
Tutupan Lahan Tahun 2008 (Ha) 1 2,22
2,22
Keterangan: 1 : Hutan 2 : Kebun Campuran 3 : Permukiman 4 : Sawah
2 1,73 9,68
3
4 22,12 298,26
5
0,07 6,94
5,36 76,46 10.904,42 2.405,04 34,35 5,90 5,37
19.901,42 84,21 17,86 35,73
4,81 3.294,12 1,04
18,41
13.436,90
20.359,60
3.306,78
5 6 7 8
6
7
8
6,81
0,46 2,86 0,00
3,31
410,27 410,27
Jumlah Tahun 2005 (Ha) 31,43 391,21 10904,42 22311,27 3413,14 24,86 50,90 410,27 37.537,49
: Tambak/Empang : Tanah Terbuka : Tegalan/Ladang : Tubuh Air
Dari Tabel 10 terlihat bahwa lahan tanah terbuka mempunyai laju pengurangan yang tinggi. Hal ini disebabkan alihfungsi tanah terbuka menjadi perkebunan, pemukiman, sawah dan tambak/empang. Dari keempat alihfungsi tersebut sawah merupakan peralihan luasan terbesar. Hal ini dapat disebabkan pembukaan lahan baru yang lebih potensial untuk ditanami tanaman baru, karena lahan sawah juga mengalami laju pengurangan tiap tahunnya. Meningkatnya pemukiman merupakan hasil dari konversi hutan 5,36 ha, kebun campuran 76,46 ha, sawah 2.405,04 ha, tambak/empang 34,35 ha, tanah terbuka 5,90 ha, dan tegalan/ladang 5,37 ha. Dengan demikian sebagian besar
tutupan lahan di DAS Cisadane hilir telah diubah menjadi pemukiman, dalam hal ini adalah perumahan, pasar, industri dan gedung-gedung fungsi lainnya. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sawah merupakan tutupan lahan dengan luasan terbesar yang dialihfungsikan menjadi pemukiman. Namun kenyataannya luas sawah dalam kurun waktu 2005-2008 hanya berkurang sebesar 1.951,68 ha atau 8,75%. Karena dalam kurun waktu tersebut beberapa tutupan lahan telah dialihfungsikan menjadi sawah, yaitu hutan 22,12 ha, kebun campuran 298,26 ha, tambak 84,21 ha, tanah terbuka 17,86 ha, dan Tegalan/ladang 35,73 ha. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan tanpa diimbangi dengan adanya penambahan luasan adalah hutan dan tanah terbuka. Selama kurun waktu 2005-2008 hutan telah dikonversi seluas 29,21 ha menjadi kebun campuran 1,73 ha, pemukiman 5,36 ha dan sawah 22,12 ha, sedangkan tanah terbuka dialihfungsikan menjadi kebun campuran 0,07 ha, pemukiman 5,90 ha, sawah 17,86 ha dan tambak/empang 1,05 ha. Luas DAS Cisadane hilir secara keseluruhan adalah 37537,49 ha dengan penggunaan lahan sampai pada tahun 2008 didominasi oleh sawah sebesar 54,24%. Penggunaan lahan terbesar kedua adalah pemukiman sebesar 35,79%, kemudian disusul dengan tambak/empang 8,81%, sedangkan penggunaan lahan terkecil adalah hutan sebesar 0,006%. Lain halnya dengan lahan terbuka yang telah berubah 100% menjadi kebun campuran, sawah pemukiman dan tambak/empang, sehingga pada tahun 2008 lahan terbuka sudah tidak ada lagi atau dapat dikatakan 0%. 5.2 Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sumberdaya Air Sungai Cisadane Hilir Secara keseluruhan (100%) dari 180 responden menilai bahwa kualitas air Sungai Cisadane hilir saat ini adalah sangat buruk. Menurut mereka air sungai itu sudah tidak layak digunakan secara langsung untuk berbagai keperluan, terutama untuk memasak, minum, mandi dan mencuci. Sebelum tahun1990-an sebagian besar responden mengatakan bahwa air sungai tersebut masih digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari. Namun dengan alasan tertentu masih banyak (56,67%) masyarakat yang menggunakan air sungai secara langsung untuk mencuci pakaian dan mandi.
Gambar 5 Aktivitas mencuci dan mandi masyarakat Desa Tanjung Burung di sungai utama Cisadane hilir
Menurut salah satu responden mengatakan bahwa limbah industri merupakan salah satu penyebab buruknya kualitas air Sungai Cisadane hilir, baik industri yang berada di Kota Tangerang maupun Kabupaten Tangerang. Warna air yang semakin hitam serta bau yang tidak enak menurut masyarakat merupakan salah satu indikator buruknya kualitas air Sungai Cisadane, terutama pada saat musim kemarau ketika debit air sungai sangat berkurang. Salah satu penyebab bau tidak enak di sungai bagian hilir adalah limbah kotoran sapi yang bersumber dari peternakan sapi yang terletak di Desa Tanjung Burung. Kegiatan penambangan pasir liar (Gambar 6) yang berada di muara sungai sebagai penyebab lain buruknya air Sungai Cisadane hilir menurut responden memang bisa terjadi. Menurut Effendi et al. (1995) diacu dalam Harihanto (2001) mengatakan bahwa sedimen pasir yang masuk ke sungai dapat meningkatkan kekeruhan. Penambangan menyebabkan pasir yang sudah mengendap di dasar sungai menjadi berhamburan, melayang-layang dan terbawa air sehingga air menjadi keruh. Sebagian besar (51,67%) masyarakat melakukan aktivitas buang air besar di WC dan mengalirkannya ke dalam tangki septik yang disemen. Sedangkan masyarakat yang biasa buang air besar di sungai sebesar 42,78% dan hanya sebagian kecil masyarakat yang buang air besar di kebun. Bayaknya tumpukan sampah yang terdapat di muara Sungai Cisadane merupakan akumulasi dari semua sampah yang terbawa aliran Sungai Cisadane, baik yang berasal dari hulu, tengah maupun hilir sungai. Dari hasil wawancara, hanya sebagian kecil (28,89%) masyarakat yang membuang sampah langsung ke
sungai. Proporsi terbesar (71,11%) masyarakat membuang sampah ke pekarangan rumah dengan membuat lubang yang pada akhirnya mereka bakar. Penurunan kualitas air sungai juga dapat terjadi akibat kegiatan pertanian. Kegiatan ini disamping menghasilkan sedimen di perairan juga dapat menimbulkan limbah kimia dari pupuk kimia yang digunakan. Semua petani di DAS Cisadane hilir bercocok tanam pada lahan yang datar sampai landai. Hal ini sesuai dengan kondisi topografi DAS Cisadane hilir yang masuk kedalam kategori datar dengan kelerengan kurang dari 3%. Harihanto (2001) menyatakan bahwa bercocok tanam pada lahan datar sampai landai merupakan kebiasaan yang baik, karena dapat mengurangi terjadinya erosi.
Gambar 6 Kondisi penambakan dan penggalian pasir liar di muara Sungai Cisadane hilir
Aktivitas dalam bidang pertanian akan menghasilkan limbah cair dari air yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian. Secara alamiah dan dalam kondisi normal, limbah cair pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Penggunaan fertilizer serta pestisida yang berlebihan yang dapat menimbulkan dampak negatif pada ekosistem air pada badan air penerima. Kegiatan lain yang dapat menurunkan kualitas air adalah penambakan. Dari salah satu penjaga tambak di muara sungai tepatnya Desa Kohod mengatakan bahwa mereka biasa memberi makan ikannya dengan pellet dan roti kering. Pemberian pellet hanya pada waktu-waktu tertentu untuk menghemat pengeluaran, sehingga dapat mengurangi resiko pencemaran air sungai oleh sisa makanan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa beberapa lokasi penambakan terbentuk secara tidak langsung dari penggalian pasir liar di muara sungai. Kegiatan ini pula yang secara tidak langsung meningkatkan kekeruhan air sungai.
5.3 Perubahan Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Periode 2007-2008 Perubahan kualitas air bagian hilir kemungkinan besar dipengaruhi oleh kualitas air yang berasal dari hulu dan tengah. Dengan demikian, perlu diketahui seberapa besar nilai selisih antara kualitas air yang masuk ke lokasi penelitian dengan kualitas air dibagian hilir lokasi penelitian. Tabel 12 Nilai Selisih antara kualitas air yang masuk ke lokasi penelitian dengan kualitas air dibagian hilir lokasi penelitian No
parameter
satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
suhu TDS pH BOD COD DO Nitrat Nitrit Amonia TSS
°C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Mg/L
Bendungan X*-pakuhaji 2007 2008 -1,05 -1,38 -26,60 -531,83 -0,13 -0,22 1,30 -0,50 -1,20 3,25 1,62 -0,97 1,40 0,48 0,04 0,13 0,24 -3,83 23,50 -6,50
Bendungan X*-teluknaga 2007 2008 -1,25 -1,03 568,75 -697,70 -0,73 0,08 2,30 1,83 5,80 5,83 -1,85 -2,34 -0,55 -0,17 0,05 0,04 1,35 -3,73 -66,50 -56,00
Ket : *: Bendungan X merupakan peralihan dari segmen hilir Cisadane di Kota Tangerang ke segmen hilir Cisadane di Kabupaten Tangerang
Dari kesepuluh parameter terlihat bahwa beberapa parameter mengalami peningkatan diperalihan sungai yang mengindikasikan penurunan kualitas air, namun berbanding terbalik untuk parameter DO yaitu semakin menurun yang mengindikasikan penurunan kualitas air. Perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir memiliki keterkaitan pada kualitas air Sungai Cisadane hilir. Beberapa parameter kualitas air yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan tutupan lahan adalah suhu air, TDS, BOD, COD, DO, nitrat, ammonia dan nitrit. Perubahan dominan dari tutupan lahan di DAS Cisadane hilir dalam kurun waktu tiga tahun adalah lahan bervegetasi berubah menjadi lahan terbuka. Hal ini dapat dilihat berkurangnya luasan hutan sebesar 29,21 ha (92,95%) dan kebun campuran sebesar 372,80 ha (95,29%), yang sebagian besar beralih fungsi menjadi pemukiman. Menurut Sutamiharja (1978) diacu dalam Kurniawan (2005) perubahan lahan menjadi daerah pemukiman cenderung akan berdampak negatif, khususnya bila ditinjau dari segi erosi. Jika lahan terbuka terus bertambah, maka akan menyebabkan laju erosi semakin tinggi pula. Namun
berdasarkan data (Tabel 13) menunjukkan hal sebaliknya, karena nilai TDS mengalami penurunan. Hal ini dapat saja terjadi akibat topografi DAS yang tidak curam karena berada pada kategori datar sampai landai. Selain itu, jenis tanah yang didominasi oleh tanah alluvial, sehingga memiliki sifat yang tidak peka terhadap erosi. Tabel 13 Nilai Maksimum dan Minimum Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir di Kabupaten Tangerang Periode Tahun 2007-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter Suhu air TDS pH BOD COD DO Nitrat Nitrit Amonia
Satuan ⁰C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
2007 Maksimum Minimum 29,30 26,00 1,17 50,40 7,36 5,99 7,00 1,00 30,00 6,00 9,14 3,75 3,40 0,40 0,09 0,03 2,31 0,17
2008 Maksimum Minimum 30,90 25,60 745,00 32,10 8,90 5,66 8,00 1,00 18,00 4,00 6,20 0,66 1,70 0,20 0,14 0,02 1,84 0,39
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa nilai maksimum beberapa kualitas air pada tahun 2007 terjadi pada musim kemarau, sedangkan nilai minimum sebagian besar terjadi pada musim hujan. Hal ini terjadi akibat adanya proses pengenceran pada musim hujan, sehingga beberapa parameter kualitas air menurun. Lain halnya pada tahun 2008, nilai maksimum dan minimum terjadi pada musim kemarau. Dengan demikian pada musim hujan kualitas air masih dalam kondisi rata-rata diantara maksimum dan minimum. Suhu air meningkat pada musim kemarau dan menurun para musim hujan. Peningkatan suhu air selain dipengaruhi oleh panas matahari, juga dipengaruhi oleh limbah panas yang dibuang ke dalam sungai. Semakin meningkatnya peralihan tutupan lahan menjadi pemukiman (dalam hal ini perindustrian) diduga mengakibatkan kenaikan suhu air Sungai Cisadane hilir. Air dengan suhu diatas 27⁰C tidak diinginkan dan suhu 32-35⁰C tidak dapat digunakan untuk suplai air umum (Yani et. al., 1994). Walaupun dari data yang ada kondisi air sudah dalam batas yang tidak diinginkan, namun masih dalam kisaran normal dengan nilai diantara 25⁰C sampai 32⁰C. Sampai pada tahun 2008 nilai pH pada perairan Sungai Cisadane hilir sudah tidak berada pada kisaran ideal untuk organisme air (6,5 – 7,5) dan sudah tidak sesuai dengan kisaran pH air alami (5,5 – 8,6). Perubahan nilai pH dapat
terjadi akibat buangan limbah industri dan domestik. Dengan demikian, kualitas air Sungai Cisadane hilir sudah tidak layak dimanfaatkan, baik untuk kehidupan organisme air maupun kebutuhan sehari-hari seperti air minum. Parameter lain yang berada pada batas idelanya adalah BOD dan COD. Nilai maksimum pada BOD pada tahun 2007 adalah 7 mg/L dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 8 mg/L. kodisi ini melebihi standar baku mutunya yaitu 2 mg/L. Begitu pula dengan kadar COD yang melebihi standar baku mutunya yang seharusnya 10 mg/L. Peningkatan nilai BOD berbanding terbalik dengan nilai DO yang semakin menurun, baik pada musim kemarau maupun hujan. Hal ini terjadi karena meningkatnya kebutuhan oksigen terlarut untuk menguraikan zat organik dalam air, yang pada umumnya berasal dari sampah/kotoran organik. Oksigen terlarut sering dijadikan faktor utama untuk mendeteksi adanya pencemaran. Kadar oksigen terlarut yang rendah merupakan indikasi dari beban limbah organik yang berlebihan. Kepadatan penduduk yang meningkat dibagian hilir juga meningkatkan limbah organik berupa buangan rumah tangga, limbah industri dan peternakan. Kadar nitrat dan nitrit minimum menurun dalam kurun waktu 2007-2008, sedangkan kadar ammonia mengalami peningkatan (Tabel 14). Hal ini terjadi akibat proses reduksi nitrit menjadi ammonia dalam siklus nitrogen. Selain itu aktivitas penduduk yang membuang tinja di sungai baik secara langsung maupun melalui saluran dapat meningkatkan kadar ammonia dalam sungai. Tabel 14 Nilai perubahan beberapa parameter kualitas air Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter Suhu air TDS pH BOD COD DO Nitrat Nitrit Amonia
Satuan ⁰C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Menurut Effendi (2000) diacu dalam
Maksimum 1,60 -472,00 1,54 1,00 -12,00 -2,94 -1,70 0,05 -0,47
Minimum -0,40 -18,30 -0,33 0,00 -2,00 -3,09 -0,20 -0,01 0,22
Zamrin (2007) sumber utama
nitrogen antropogenik di perairan berasal dari limbah pertanian dan perkebunan, baik yang menggunakan pupuk kandang maupun pupuk buatan. Pupuk yang biasa
digunakan petani di DAS Cisadane hilir pada sawah beririgasi dengan pengolahan intensif adalah pupuk buatan seperti Urea, Puradan dan Decis. Dengan demikian, semakin luas lahan pertanian akan semakin banyak pula pupuk yang digunakan. Begitu pula sebaliknya, berkurangnya luasan sawah dan ladang dapat berimplikasi pada menurunnya kandungan nitrat dalam air sungai. Peningkatan ammonia juga disebabkan adanya peningkatan luasan pemukiman serta semakin banyaknya industri-industri di sepanjang DAS Cisadane, karena menurut Rushayati (1999) meningkatnya nitrit yang sangat tinggi diduga dari pembuangan limbah industri ke sungai. Berdasarkan data BPLH Kabupaten Tangerang (Lampiran 17), dari 18 jenis industri yang terdaftar hanya satu yang memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan kondisi tidak berfungsi. 5.4 Hubungan antara Perubahan Tutupan Lahan dengan Perubahan Indeks Mutu Kualitas Air (IMKA) Nilai IMKA berguna untuk mengetahui kondisi kualitas air berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan mutunya. Dari hasil kriteria tersebut, maka dapat dikaitkan dengan perubahan tutupan lahannya. Tabel 15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 Tahun 2007
Lokasi Pakuhaji Teluknaga rata2 keseluruhan dalam setahun 2008 Pakuhaji Teluknaga rata2 keseluruhan dalam setahun
Nilai IMKA 54,72 32,30 43,51 38,24 33,30 35,77
Kualitas Air Sedang Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk
Penurunan IMKA dalam kurun waktu 2007-2008 dapat disebabkan oleh peningkatan luas lahan pemukiman yang merupakan peralihan dari hutan, sawah, kebun campuran, tanah terbuka, tegalan/ladang serta tambak/empang. Dari Tabel 9 telah dijelaskan sebelumnya bahwa telah terjadi perubahan tutupan lahan DAS Cisadane hilir dalam kurun waktu 2005-2008. Salah satunya adalah konversi hutan yang besar menjadi kebun campuran, sawah dan pemukiman diperalihan tahun 2005-2007. Perubahan tersebut mengakibatkan peningkatan beberapa parameter kualitas air, seperti pH, BOD dan Nitrit.
Peningkatan tersebut memberikan dampak terhadap mutu kualitas air. Hal ini dapat terlihat dengan semakin menurunnya nilai IMKA. Nilai IMKA terkecil terjadi pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli untuk wilayah Kabupaten Tangerang dan pada Juni untuk sebagian wilayah Kota Tangerang. Pada saat kemarau debit air menurun, sehingga aliran air semakin berkurang. Dengan kondisi tersebut, akumulasi pencemaran terus meningkat tanpa diimbangi dengan proses pengenceran beberapa parameter kualitas air. Berdasarkan hasil perhitungan indeks mutu kualitas air (IMKA), terlihat adanya penurunan kualitas air Sungai Cisadane hilir selama dua tahun terakhir ini, yaitu sebesar 7,74. Untuk daerah peralihan dari bagian tengah ke hilir sungai, kondisi Sungai Cisadane termasuk kedalam kriteria sedang sampai buruk, sedangkan pada bagian muara kondisinya berkisar dari buruk sampai sangat buruk. Semakin ke muara kualitas air semakin memburuk. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi pencemaran dari arah hulu dan tengah. Selain itu, semakin meningkatnya luasan pemukiman, yang berarti semakin banyak pula jumlah penduduknya serta semakin banyak pula industri-industri yang berada di bantaran sungai (lihat pada Lampiran 17) tanpa memiliki IPAL untuk pembuangan limbahnya. Dari hasil pemantauan di beberapa titik bantaran sungai, semakin kearah muara maka semakin banyak pula masyarakat di bantaran sungai yang memanfaatkan sumberdaya air, seperti mencuci dan BAB. 5.5 Hubungan Antara Perubahan Tutupan Lahan DAS Cisadane Hilir dengan Beberapa Parameter Kualitas Air Sungai Cisadane Hilir Berdasarkan peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang periode 2005-2007 terlihat bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Luas tutupan lahan yang mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2008 adalah pemukiman, sedangkan yang mengalami penurunan adalah hutan, kebun campuran, sawah, tambak/empang, tanah terbuka dan tegalan/ladang. Perubahan penggunaan lahan ini mempunyai kaitan erat terhadap perubahan kualitas air sungai Cisadane hilir. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa telah terjadi peningkatan dan penurunan beberapa parameter kualitas air dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. Parameter yang
mengalami peningkatan pada kondisi maksimum antara lain suhu air, pH, BOD, dan Nitrit, sedangkan parameter yang mengalami penurunan pada kondisi maksimum adalah TDS, COD, DO, Nitrat, dan Ammonia. Pada kondisi minimum sebagian besar parameter kualitas air mengalami penurunan, karena dari kesembilan parameter yang dihitung, hanya ammonia yang mengalami peningkatan. Kesembilan parameter kualitas air yang masih dalam standar baku mutu kelas II pada tahun 2008 adalah pH, DO, COD, nitrat, dan nitrit, sedangkan parameter yang melebihi standar baku mutunya adalah BOD dan ammonia. Hal ini terjadi pada kondisi kualitas air maksimum, sedangkan pada saat kondisi kualitas air minimum hanya parameter COD yang mengalami peningkatan melebihi standar baku mutunya. Perubahan parameter kualitas air sampai melebihi standar baku mutunya disebabkan oleh adanya sumber-sumber pencemaran. Sumber pencemaran tersebut berawal dari adanya perubahan penggunaan lahan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar tutupan lahan DAS Cisadane hilir periode 2005-2008 telah mengalami perubahan. Hutan yang dikonversi menjadi kebun campuran, pemukiman, dan sawah. Kebun campuran dialihfungsikan menjadi pemukiman, sawah, dan tambak/empang. Sawah dialihfungsikan
menjadi
pemukiman
dan
tambak/empang,
sedangkan
tambak/empang dialihfungsikan menjadi pemukiman, sawah, dan tegalan/ladang. Untuk tanah terbuka dimanfaatkan menjadi kebun campuran, pemukiman, sawah dan tambak/empang. Tutupan lahan lainnya adalah tegalan/ladang yang dialihfungsikan menjadi kebun campuran, pemukiman dan sawah. Perubahan penggunaan lahan diatas lebih didominasi menjadi lahan terbangun yaitu permukiman. Berdasarkan hasil klasifikasi dalam Rapid assesment of sources of air, water and land pollution, kegiatan yang menghasilkan limbah dan menyebabkan pencemaran sebagian besar bersumber dari pemukiman dan kawasan industri. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan parameter pH, COD, dan BOD.
Peningkatan parameter kimia berupa pH terjadi akibat dari buangan limbah industri serta limbah domestik. Dengan demikian penggunaan lahan yang mempengaruhi adalah pemukiman. Sesuai dengan kondisi penggunaan lahannya yang semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga berdampak pada peningkatan pHnya. Perubahan penggunaan lahan yang mempunyai kaitan erat terhadap peningkatan dan penurunan parameter TDS adalah pemukiman dan pertanian serta tanah terbuka (Saeni, 1989 diacu dalam Rushayati, 1999). Dalam periode 2007-2008 parameter TDS mengalami penurunan nilai yang mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kekeruhan di perairan. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan, namun lebih dipengaruhi oleh kondisi pada saat pengambilan sempel air. Karena pengambilan sempel pada tahun 2007 dilakukan pada musim kemarau, sedangkan pada tahun 2008 dilakukan pada musim penghujan. Parameter lain yang mengalami penurunan adalah COD jika dilihat dari nilai maksimum secara keseluruhan. Namun jika dilihat dari data bulan Desember baik pada tahun 2007 maupun 2008 nilai COD mengalami peningkatan. Menurut Fardiaz (1992) peningkatan nilai COD dipengaruhi oleh pencemaran limbah yang bersumber dari pertanian dan perindustrian. Hal ini sesuai dengan meningkatnya penggunaan lahan berupa pemukiman yang mengindikasikan bertambahnya industri, sedangkan untuk pertanian yang mengalami penurunan luasan masih dapat berpengaruh terhadap peningkatan nilai COD, karena merupakan lahan terluas diantara ketujuh penggunaan lahan lainnya. Penggunaan lahan berupa pemukiman juga dapat meningkatkan parameter BOD. Hal ini dapat terjadi jika masyarakat membuang sampah organik dan buang air besar ke sungai serta industri yang tidak memiliki IPAL. Menurut Fardiaz (1992) sumber pencemaran BOD berasal dari buangan industri pengolahan pangan seperti industri pengalengan, industri susu, industri gula, sampah organik, kotoran manusia dan hewan serta serasah. Dilihat dari kondisi lapangan secara langsung, peningkatan parameter BOD sangat dipengaruhi oleh kotoran hewan dari peternakan di titik pantau Teluknaga dan aktivitas masyarakat yang sebagian
besar buang air besar di sungai serta keberadaan industri-industri disepanjang bantaran sungai yang tidak memiliki IPAL. Nilai nitrat dan ammonia mengalami penurunan sedangkan nitrit mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi akibat dari proses perombakan oleh bakteri yang merubah ammonia menjadi nitrit kemudian dirubah menjadi nitrat. Sehingga dimungkinkan pengambilan sempel dilakukan pada saat perombakan dari ammonia menjadi nitrit. Sumber utama persenyawaan nitrogen di dalam perairan berasal dari buangan yang mengandung senyawa nitrogen berupa bahan organik protein dan senyawaan anorganik seperti pupuk nitrogen. Dengan demikian, penggunaan lahan yang mempengaruhi perubahan parameter nitrat, ammonia dan nitrit adalah pertanian dan pemukiman. Peningkatan
parameter
lain
yang
membutuhkan
oksigen
akan
menyebabkan penurunan pada parameter DO. Parameter yang berpengaruh besar terhadap perubahan DO adalah BOD, COD, ammonia, nitrit dan nitrat. Dengan demikian penggunaan lahan yang mempengaruhi penurunan parameter DO adalah semua penggunaan lahan yang berpengaruh pada parameter yang mempengaruhi perubahan DO. 5.6 Beban Pencemaran Potensial Setiap jenis pemanfaatan air sungai memiliki beban pencemaran yang berbeda tergantung kategori dan jenis limbah yang dibuang ke sungai. Untuk dapat mengetahui besarnya nilai beban pencemaran, maka dapat diprediksi kontribusi beban pencemaran dari masing-masing sumber limbah. Parameter kualitas air yang dapat diprediksi kontribusinya adalah BOD, COD, TSS, TDS, TN, dan TP. Sumber limbah yang diprediksi adalah pemukiman (penduduk) dan peternakan. Hal ini berdasarkan sumber pencemar potensial dan diteliti secara langsung. Pada dasarnya jumlah penduduk di DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun dalam perhitungan prediksi kontribusi BOD ini, diambil jumlah penduduk yang telah mengalami pemugaran batasan wilayah administrasi. Karena sejak tahun 2007 telah terjadi pemekaran kecamatan, yaitu dibaginya Kecamatan Sepatan menjadi Kecamatan Sepatan Timur dan Kecamatan Sepatan. Dari kedua
kecamatan
tersebut,
hanya
kecamatan
Sepatan
Timur
yang
diprediksi
kontribusinya terhadap peningkatan BOD. Hal ini dikarenakan letak Kecamatan Sepatan Timur lebih berada tepat di bantaran sungai. Tabel 16 Prediksi kontribusi pemukiman yang menggunakan saluran limbah terhadap peningkatan BOD, COD, TN dan TP dengan saluran limbah No 1 2 3 4 5
Parameter yang diprediksi BOD COD TSS TN TP
Prediksi Kontribusi (ton/tahun) 8.194,63 18.302,72 8.319,42 1.372,70 166,39
Dari empat kecamatan yang berada di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang, terlihat bahwa kontribusi terbesar dimungkinkan terjadi pada Kecamatan Teluknaga sebesar 5.665,66 ton/tahun untuk COD dengan saluran limbah, 2.536,67 ton/tahun untuk BOD dengan saluran limbah, 2070,36 ton/tahun untuk TSS dengan saluran limbah, 424,92 ton/tahun untuk TN dan 50,30 ton/tahun untuk TP. Hal ini sesuai dengan kondisi riilnya di lokasi penelitian, yaitu banyak penduduk yang memanfaatkan sumberdaya air secara langsung untuk MCK baik yang berada di bantaran sungai, maupun yang dekat dengan bantaran sungai. Dan dari hasil perhitungan, terlihat jelas bahwa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan BOD adalah pada kondisi penduduk yang memiliki saluran limbah atau secara langsung melakukan pemanfaatan sumberdaya air untuk keperluan sehari-hari. Menurut Sugiharto (1987) diacu dalam Pramesti (2007) sumber pencemar daerah pemukiman berasal dari perumahan, daerah perdagangan, perkantoran atau lembaga, dan tempak rekreasi. Berdasarkan hasil perhitungan prediksi beban pencemaran yang bersumber dari pemukiman, maka didapat nilai beban pencemar berupa BOD dengan saluran, COD, TN, dan TP. Prediksi kontribusi terbesar dari pemukiman adalah COD dengan menggunakan saluran sebesar 1.525,23 ton/bulan. Besarnya nilai COD diduga dari limbah cair industri yang tidak menggunakan IPAL serta limbah domestik dari aktivitas mencuci pakaian dan mandi. Berdasarkan hasil perhitungan tiap bulannya didapatkan bahwa prediksi beban limbah yang disumbangkan dari sektor domestik dan peternakan adalah TSS sebesar 187.809,23 ton/tahun, BOD sebesar 36.767,65 ton/tahun, COD
sebesar 18.302,72 ton/tahun, TN sebesar 1372,70 ton/tahun, dan TP sebesar 166,39 ton/tahun. Tabel 17 Prediksi kontribusi total beberapa sumber pencemaran terhadap peningkatan BOD, TSS,COD, TN, dan TP No 1 2 3 4
Sumber Pencemaran Penduduk (dengan saluran) Ternak sapi dan Kerbau Ternak kambing dan domba ternak ayam Total
Perdiksi Kontribusi (ton/tahun) BOD 8.194,63 5401,5 23.170,07 1,45 36.767,65
TSS 8.319,42 37.075,90 127.245,46 15.168,45 187.809,23
COD 18.302,72
TN 1.372,70
TP 166,39
18.302,72
1.372,7
166,39
Untuk sumbangan BOD dari empat sumber yang telah dihitung, peternakan kambing dan domba memiliki nilai prediksi kontribusi terbesar. Peternakan sapi juga merupakan penyumbang terbesar kedua setelah ternak kambing dan domba untuk peningkatan nilai TSS. Hal ini disebabkan adanya peternakan terbesar sapi di Kecamatan Teluknaga yaitu PT. Tanjung Unggul Makmur. Jenis produksi perusahaan tersebut adalah penggemukan sapi, sehingga limbah yang dialirkan ke sungai adalah kotoran sapi yang telah diencerkan sebelumnya di bak penampung kotoran (Gambar 7). Limbah tersebut sangat terlihat sekali dampaknya terhadap peningkatan nilai TSS. Selain menyebabkan peningkatan pada nilai BOD dan TSS, limbah kotoran sapi juga memberikan dampak terhadap bau air sungai yang tidak enak. Perindustrian merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di sungai. Data peridustrian yang bersumber dari Asisten Deputi Manufaktur, KLH diacu dalam Hatala (2007) terdapat 18 jenis industri yang berada di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang dan sebagian besar berada di bantaran sungai (Lampiran 18). Selain itu, data dari BPLH Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa belum semua industri memiliki IPAL, sehingga buangan limbah langsung dialirkan ke sungai. Walaupun pada dasarnya terdapat beberapa industri yang memang tidak memerlukan IPAL terkait dengan produksi yang dilakukannya. Hasil survey di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kondisi sawah di salah satu desa DAS Cisadane hilir telah mengalami penurunan kualitas. Kasus ini terjadi di Desa Kalibaru, Kecamatan Pakuhaji. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa menurunnya kualitas hasil panen disebabkan salah satunya
oleh kondisi air Sungai Cisadane yang digunakan untuk irigasi sudah semakin tidak bagus (tercemar).
a
b
c
Gambar 7 Salah satu peternakan di DAS Cisadane hilir (a) Peternakan Sapi terbesar di Kecamatan Teluknaga (b) Penampungan kotoran sapi dan (c) saluran limbah cair kotoran sapi dari bak penampungan kotoran sapi ke Sungai Cisadane hilir
5.7 Daya Tampung Beban Pencemaran Setelah diketahui nilai prediksi beban pencemaran Sungai Cisadane hilir, maka perlu diketahui kemampuan sungai tersebut untuk menampung beban pencemar tersebut. Sehingga dilakukan perhitungan daya tampung beban pencemaran berdasarkan kualitas air kelas II (PP No. 82 Tahun 2001). Pada kondisi debit bulanan rata-rata, daya tampung terendah terjadi pada musim kemarau yaitu pada bulan Juli, dengan nilai untuk masing-masing parameter adalah TSS 2.550,67 ton/bulan, BOD 153,04 ton/bulan, COD 1.275,34 ton/bulan, TN 510,13 ton/bulan, dan TP 10,2 ton/bulan. Hal ini terjadi pada kondisi air sungai berada pada pertengahan kemarau panjang dengan nilai debit rata-rata terendah kedua, sedangkan daya tampung beban pencemaran tertinggi terjadi pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan yaitu pada bulan November dengan nilai daya tampung untuk TSS sebesar 16.642,31 ton/bulan, BOD sebesar 998,54 ton/bulan, COD sebesar 8.321,16 ton/bulan, TN sebesar 3.328,46 ton/bulan, dan TP sebesar 66,57 ton/bulan (Tabel 18).
Tabel 18 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan rata-rata di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Daya Tampung (ton/bulan) TSS 12.440,27 13.153,00 15.351,78 14.384,28 9.345,50 5.818,05 2.550,67 4.269,54 7.386,14 13.907,98 16.642,31 8.892,90
BOD 746,42 789,18 921,11 863,06 560,73 349,08 153,04 256,17 443,17 834,48 998,54 533,57
COD 6.220,13 6.576,50 7.675,89 7.192,14 4.672,75 2.909,02 1.275,34 2.134,77 3.693,07 6.953,99 8.321,16 4.446,45
Nitrat 2.488,05 2.630,60 3.070,36 2.876,86 1.869,10 1.163,61 510,13 853,91 1.477,23 2.781,60 3.328,46 1.778,58
Phospat 49,76 52,61 61,41 57,54 37,38 23,27 10,20 17,08 29,54 55,63 66,57 35,57
Ket : daya tampung pada baku mutu kualitas air kelas II (PP No. 82 Tahun 2001).
Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 19, daya tampung beban pencemaran terendah pada kondisi debit bulanan minimum juga terjadi pada bulan Juli atau pertengahan musim kemarau dengan nilai TSS 1.464,55 ton/bulan, BOD 87,87 ton/bulan, COD 732,27 ton/bulan, Nitrat 292,91 ton/bulan, dan Phospat 5,86 ton/bulan. Namun berbeda untuk daya tampung beban pencemaran tertingginya yang terjadi pada bulan Oktober, yaitu pada penghujung musim kemarau dengan nilai TSS 6.324,10 ton/bulan, BOD 379,45 ton/bulan, COD 3.162,05 ton/bulan, Nitrat 1.264,82 ton/bulan, dan Phospat 25,30 ton/bulan. Tabel 19 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan minimum di Sungai Cisadane hilir Kabupaten Tangerang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
TSS 3.018,16 3.082,64 4.212,59 4.076,70 4.689,21 2.221,09 1.464,55 1.550,79 2.435,70 6.324,10 6.046,36 4.591,58
Daya Tampung (ton/bulan) BOD COD Nitrat 181,09 1.509,08 603,63 184,96 1.541,32 616,53 346,61 2.888,39 1.155,35 244,60 2.038,35 815,34 281,35 2.344,60 937,84 133,27 1.110,54 444,22 87,87 732,27 292,91 93,05 775,40 310,16 146,14 1.217,85 487,14 379,45 3.162,05 1.264,82 362,78 3.023,18 1.209,27 275,49 2.295,79 918,32
Phospat 12,07 12,33 23,11 16,31 18,76 8,88 5,86 6,20 9,74 25,30 24,19 18,37
Ket : daya tampung pada baku mutu kualitas air kelas II (PP No. 82 Tahun 2001)
Dilihat dari perbandingan antara daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit bulanan rata-rata dengan debit bulanan minimum memiliki nilai yang jauh berbeda. Hal ini jelas terjadi, karena debit bulanan rata-rata merupakan
nilai debit keseluruhan untuk tiap bulannya yang dibagi dengan jumlah harinya, sedangkan debit bulanan minimum hanya diambil dari nilai debit terendah tiap bulannya. Tabel 20 Beban Pencemaran bulanan pada kondisi debit bulanan rata-rata di segmen sebelumnya (sebelum lokasi penelitian) Bulan TSS -
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Ket : - : tidak ada data
Potensi beban pencemaran (ton/bulan) BOD COD Nitrat 11.770,39 189,84 569,53 189,84 2.211,96 491,55 1.228,87 122,89 -
Phospat 37,97 49,15 -
Berdasarkan hasil perhitungan beban pencemaran bulanan di lokasi penelitian, baik pada kondisi debit bulanan rata-rata maupun minimum didapatkan nilai TSS dan BOD telah melampau daya tampung tiap bulannya, sedangkan untuk COD dan phospat hanya melampaui daya tampungnya pada bulan Juli atau pertengahan musim kemarau. Tingginya kandungan TSS dan BOD yang melampau daya tampung dikarenakan pembuangan limbah dari penduduk yang langsung ke sungai serta limbah industri yang langsung dibuang ke sungai tanpa adanya proses pengolahan limbah. Beban pencemaran yang masuk ke Sungai Cisadane segmen hilir tidak hanya bersumber dari DAS Cisadane hilir, karena segmen sebelumnya juga memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan beban pencemaran. Dari hasil perhitungan beban pencemaran bulanan di segmen sebelumnya terlihat bahwa peningkatan beban pencemaran COD, nitrat dan phospat masih dalam batas daya tampung bulanannya pada kondisi debit bulanan rata-rata, namun pada kondisi debit bulanan minimum beban pencemaran phospat meningkat sehingga melebihi daya tampungnya.
Hasil perhitungan beban pencemaran dari segmen sebelumnya tidak terlihat peningkatan yang signifikan tiap bulannya, karena pengambilan sempel hanya dilakukan pada bulan Mei dan Juni. Tabel 21 Daya tampung beban pencemaran pada kondisi debit tahunan rata-rata dengan sumber pencemaran domestik dan peternakan serta pencemaran dari segmen sebelumnya di Sungai Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang No
1 2 3 4 5
Parameter
TSS BOD COD Nitrat Phospat
Potensi beban pencemaran di segmen peralihan* (ton/tahun) 93.305,50 4.546,99 12.000,90 2.086,88 581,38
Beban pencemaran di segmen hilir** (ton/tahun) 187.809,23 36.767,65 18.302,72 1.372,70 166,39
Daya tampung (ton/tahun)
124.483,19 7.468,99 62.241,60 24.896,64 497,93
Ket : * : beban pencemaran dari segmen sebelumnya yang masuk ke segmen hilir (lokasi penelitian) ** : beban pencemaran di lokasi penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran dengan sumber pencemaran dari domestik dan peternakan serta beban pencemaran yang masuk dari segmen sebelumnya didapatkan bahwa Sungai Cisadane hilir telah melampaui daya tampungnya untuk parameter TSS, BOD, dan phospat. Sebaliknya daya tampung beban pencemaran air untuk parameter COD dan nitrat masih dalam batas daya tampungnya. Untuk mengembalikan kondisi perairan Sungai Cisadane hilir pada daya tampungnya, maka beban pencemaran tersebut harus dikurangi sebesar 156.631,54 ton/tahun untuk TSS, 33.845,65 ton/tahun untuk BOD, dan 249,84 ton/tahun untuk phospat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan Peta Tutupan Lahan DAS Cisadane hilir dalam kurun waktu 2005-2008, perubahan tutupan lahan dominan terjadi dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun. Adapun tutupan lahan yang mengalami peningkatan adalah pemukiman sebesar 2.532,48 ha atau 23,22%. Sedangkan tutupan lahan yang mendominasi adalah sawah seluas 20.359,60 ha dari 37.537,49 ha luas total DAS Cisadane Hilir Kabupaten Tangerang. 2. Kualitas air Sungai Cisadane hilir tergolong dalam Kriteria tercemar sedang sampai dengan buruk untuk wilayah Kota Tangerang dengan nilai IMKA ratarata 40,67 tahun 2005, 59,97 tahun 2007, dan 39,62 tahun 2008, sedangkan untuk wilayah Kabupaten Tangerang masuk dalam kriteria tercemar buruk dengan nilai IMKA rata-rata adalah 43,51 tahun 2007 dan 35,77 tahun 2008. 3. Berdasarkan hasil kajian di lokasi penelitian, 100% responden mengatakan bahwa sumberdaya air Sungai Cisadane hilir sudah tidak layak digunakan untuk kebutuhan MCK. 4. Hasil perhitungan beban pencemaran yang bersumber dari domestik dan peternakan menunjukkan bahwa nilai terbesar yang dikontribusikan oleh penduduk adalah COD sebesar 1525,23 ton/bulan, sedangkan untuk peternakan kontribusi terbesarnya adalah TSS sebesar 10.603,79 ton/bulan dari ternak kambing dan domba. Kontribusi terbesar terhadap nilai BOD adalah peternakan sebesar 1930,84 ton/bulan dari ternak kambing dan domba. 5. Beban pencemaran yang bersumber dari domestik dan peternakan serta potensi beban pencemaran dari segmen sebelumnya pada parameter COD dan TN masih lebih kecil dari daya tampungnya, sedangkan beban pencemaran yang melampaui daya tampung adalah BOD, TSS dan TP.
6.2 Saran 1. Perlu dilakukan perhitungan beban pencemaran dari seluruh potensi sumbersumber pencemaran di sub DAS Cisadane hilir. 2. Perlu pemantauan kualitas air setiap bulan untuk mendapatkan data kualitas air yang lebih represeratif. 3. Menegakkan peraturan yang sudah ada, terutama larangan membuang sampah ke dalam sungai, mendirikan bangunan di sekitar sungai dan ketersediaan IPAL untuk jenis industri yang memiliki limbah B3 (Undang-Undang No.11 tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991).
DAFTAR PUSTAKA [Badan Pusat Statistik]. 2005-2008. Kabupaten Tangerang Dalam Angka. Kabupaten Tangerang. [Badan Pengendali Lingkungan Hidup]. 2005-2008. Laporan Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisadane. Kota Tangerang. [Badan Pengendali Lingkungan Hidup]. 2007-2008. Laporan Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisadane. Kabupaten Tangerang. [BPSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane]. 2003-2008. Laporan Hasil Pemantauan Curah hujan dan Debit Air. Kabupaten Tangerang. [Dinas Peternakan]. 2005-2004. Laporan hasil Pemantauan Jumlah Ternak. Kabupaten Tangerang. [world Health Organization]. 1989. Penilaian Secara Cepat Sumber-sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Surna T. Djajadiningrat dan Harry Harsono Amir, Penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Rapid Assesment of Air, Water and Land Pollution. Fardiaz, S. 1992. Polusi Udara dan Air. Yogyakarta: Kanisius. Fitriyana, I. 2004. Kualitas Perairan Sungai Citarum berdasarkan Indeks Biotik [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai [Disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Hatala, N. 2007. Model Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai Di Daerah Aliran Sungai DAS Cisadane [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Iriawan, N dan Astuti, SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: ANDI. [KLH]. 2008. Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Ciliwung dan Cisadane. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi. Deputi Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kurniawan. 2005. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Kota Bogor berdasarkan Indeks Kualitas Air dan Indeks biotic [Skripsi]. Bogor: Departemen konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nugraheni, N. 2001. Pengkajian Kualitas Perairan Wilayah Keramba Jaring Apung, Waduk Jatiluhur [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Nugroho, AP. 2003. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta melalui Pendekatan Indeks Kualitas Air National Foundation (IKA-NSF WQI) [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. PP No. 82 tahun 2001. Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air.[http://persembahanku.files.wordpress.com/2007/03/pp_nomor_82 _tahun_2001_kualitas_air.pdf] (diunduh tanggal 22 Desember 2008 pukul 15.31 WIB).
Pramesti, VI. 2007. Ketersediaan dan Kualitas Air DAS Cisadane [Skripsi]. Bogor: Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Pribadi, MU. 2005. Evaluasi Kualitas Air sungai Way Sulan Kecil Kabupaten Lampung Selatan [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Putri, WU. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rozi, MF. 2002. Pendekatan Sistem dalam Pengaturan Penggunaan Lahan untuk Menurunkan Indeks Fluktuasi Debit Sungai [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rushayati, SB. 1999. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kandungan Bahan Organik dan Sedimen Tersuspensi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu-Tengah [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. [Sarpedal]. 2004. Laporan Pemantauan Sungai Cisadane. Jakarta: Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: ANDI. Wardhana, LDW. 2003. Pengaruh Tipe Tutupan Lahan terhadap Distribusi Suhu Permukaan di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Yani, M et. al. 1994. Kajian kualitas Air DAS Cisadane dan Ciliwung [Laporan Penelitian]. Bogor: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Zamrin. 2007. Evaluasi Kualitas Air Sungai Cisadane di Wilayah Kabupaten Bogor Periode 1999-2003 [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2005
Lampiran 2 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2007
Lampiran 3 Peta tutupan lahan DAS Cisadane hilir wilayah administrasi Kabupaten Tangerang tahun 2008
Lampiran 4 Curah hujan dan banyaknya hari hujan di Kabupaten Tangerang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Setahun
CH (mm)
HH (hari) 167 295 110 151 109 107 54 56 49 59 189 208 1554
7 12 5 7 5 4 2 3 2 3 7 10 67
Sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Periode 2003-2008
Lampiran 5 Debit bulanan rata-rata dan nisbah Qmin/Qrata2 di Sungai Cisadane hilir periode 2003-2008 Tahun
Bulan (m3/det) Jan
Feb
Mar
2003
40.863
108.151
2004
72.891
87.586
2005
129.940
2006
Tahunan 3
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
67.472
98.625
95.984
29.064
14.527
17.110
41.918
80.596
62.131
57.739
59.515
1330.167
56.222
124.614
88.238
29.506
53.042
21.776
58.624
46.995
86.259
111.776
69.794
1564.180
131.571
94.076
67.058
75.595
87.045
47.605
36.777
36.719
61.418
61.348
51.075
73.352
1639.430
95.978
90.426
44.054
53.749
43.620
37.861
16.611
8.837
8.432
9.631
59.093
97.078
47.114
1053.008
2007
48.387
184.848
82.248
79.057
52.065
56.118
25.852
34.286
20.462
42.970
65.678
102.425
66.200
1479.573
2008
92.893
104.989
114.634
110.990
69.784
44.892
19.046
31.881
56.992
103.853
128.413
66.405
78.731
1764.468
129.940
184.848
114.634
124.614
95.984
87.045
53.042
36.777
58.624
103.853
128.413
111.776
78.731
1764.468
Rerata
80.159
117.928
76.451
89.015
70.881
47.414
29.448
25.111
37.191
57.577
77.154
81.083
65.784
1471.804
Min
40.863
87.586
44.054
53.749
43.620
29.064
14.527
8.837
8.432
9.631
59.093
51.075
47.114
1053.008
Ags
Sep
Max
Des
(m /det)
(mm)
Sumber : Balai PSDA Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Periode 2003-2008 Jan Rerata Min Qmin/Qrata2
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Okt
Nop
Des
rataan
87.845
148.153
86.404
91.485
66.467
52.907
28.383
27.379
36.340
63.577
91.750
82.553
67.312
48.39
104.99
44.05
53.75
43.62
29.06
14.53
8.84
8.43
9.63
59.09
51.08
47.11
0.55
0.71
0.51
0.59
0.66
0.55
0.51
0.32
0.23
0.15
0.64
0.62
0.70
Lampiran 6 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kota Tangerang periode 2005-2008 No
Parameter
Satuan
1
Suhu
⁰C
2
TDS
mg/L
3
pH
mg/L
4
Nitrat
mg/L
5
Nitrit
mg/L
6
Ammonia
mg/L
7
DO
mg/L
8
BOD
mg/L
9
COD
mg/L
10
TSS
Mg/L
Lokasi Pengamatan Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III Bendungan X Eretan III
Sep-05 28,30 28,00 72,00 85,00 6,69 0,01 0,90 1,20 0,03 0,05 0,01 6,92 3,20 2,90 1,90 13,30 12,20 85,70 90,00 1.060,00
Juni 2007 28,70 29,20 77,00 102,00 6,87 0,01 1,20 1,20 0,01 0,03 0,01 7,23 5,70 5,30 2,20 2,50 13,70 15,40 18,00 22,00
Mei 2008 30,50 29,20 1065,00 87,00 6,85 2,40 1,00 2,00 0,02 0,04 1,70 6,62 4,00 3,00 1,00 4,00 3,00 4,00 62,00 57,00
Juni 2008 29,10 29,10 460,00 151,00 6,86 2,00 1,00 0,30 0,05 0,06 8,00 6,45 4,00 2,00 4,00 2,00 10,00 17,00 18,00 10,00
Lampiran 7 Kualitas air Sungai Cisadane hilir di wilayah administrasi Kabupaten Tangerang periode 2007-2008 No
Parameter
Satuan
1
Suhu
⁰C
2
TDS
mg/L
3
pH
mg/L
4
Nitrat
mg/L
5
Nitrit
mg/L
6
Ammonia
mg/L
7
DO
mg/L
8
BOD
mg/L
9
COD
mg/L
10
TSS
Mg/L
Keterangan: Tad : tidak ada data
Lokasi Pengamatan
Apr-07
Des 2007
Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga Pakuhaji Teluknaga
29,30 28,70 68,30 1.217,00 7,36 6,30 3,40 0,40 0,07 0,09 0,33 2,31 9,14 3,95 6,00 7,00 19,00 30,00 58,00 14,00
26,00 26,20 50,40 74,50 6,13 5,99 1,80 0,90 0,03 0,04 0,17 0,40 5,49 3,75 1,00 2,00 6,00 9,00 25,00 33,00
Maret 2008 25,60 25,80 78,50 78,40 5,66 5,66 1,60 1,30 0,53 0,06 0,41 0,39 6,20 0,02 1,00 8,00 4,00 13,00 29,00 27,00
Juli 2008
Sep-08
Des 2008
30,20 30,90 745,00 55,20 6,77 8,90 1,15 0,20 0,02 0,13 1,70 1,84 0,66 1,14 1,00 Tad 7,00 Tad 34,00 tad
28,40 29,10 32,10 48,20 6,86 5,85 1,47 0,24 0,07 0,08 1,46 1,68 2,53 2,34 3,00 2,00 10,00 7,00 40,00 43,00
29,50 29,30 67,10 77,40 7,27 7,32 1,70 1,60 0,03 0,03 0,51 0,57 2,73 3,14 3,00 3,00 18,00 17,00 31,00 32,00
Lampiran 8 Perhitungan modifikasi bobot parameter IMKA-NSF WQI A. Cara modifikasi bobot parameter yang terdapat didalam Ott, 1978. Untuk setiap parameter jika tidak ada datanya : 1. Hitung total parameter yang tidak ada datanya (lihat pada table 11). 2. Hitung total bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF WQI dikurangi dengan total bobot parameter yang tidak ada. 3. Hitung modifikasi bobot setiap parameter dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (a) =
x (c) + (c)
Keterangan : (a) Bobot parameter ke-i yang telah dimodifikasi (b) Total bobot parameter yang tidak memiliki data (c) Bobot parameter yang dicari (lihat table 11 pada Wia) (d) Total bobot parameter jika sudah dikurangi dengan bobot parameter yang tidak ada
B. Hasil Perhitungan modifikasi bobot parameter yang terdapat didalam Ott, 1978 : 1. Total bobot parameter yang tidak ada datanya = Phosphat + Kekeruhan + Fecal coli = 0,10 + 0,08 + 0,15 = 0,33 2. Total bobot parameter dalam perhitungan Indeks Kualitas Air-NSF WQI total bobot parameter yang tidak ada = 1,00 - 0,33 = 0,67 3. modifikasi bobot setiap parameter selain dari parameter yang tidak memiliki data
Lanjutan (Lampiran 8) 4. Hasil perhitungan modifikasi bobot setiap parameter selain dari parameter yang tidak memiliki data : a. Oksigen terlarut
=
x 0,17+ 0,17 = 0,25
b. pH
=
x 0,12 + 0,12 = 0,17
c. BOD
=
x 0,10 + 0,10 = 0,14
d. Nitrat
=
x 0,10 + 0,10 = 0,14
e. Suhu Deviasi
=
x 0,10 + 0,10
= 0,14 f. Padatan Total
=
x 0,17 + 0,17 = 0,11
Lampiran 10 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang periode 2005-2008 Suhu Air Parameter Perhitungan Data Pengukuran Dev Ii Wi Wi*Ii
2005 Bendungan Eretan X III 28.3 28 0.71 1.01 89 86 0.14 0.14 12.46 12.04
2007 Bendungan X
2005 Bendungan Eretan X III 72 85 87 84 0.11 0.11 9.57 9.24
2007 Bendungan X
2005 Bendungan Eretan X III 6.69 6.92 80 90 0.17 0.17 13.6 15.3
2007 Bendungan Eretan X III 6.87 7.23 86 91 0.17 0.17 14.62 15.47
28.7 0.31 90 0.14 12.6
Eretan III 29.2 -0.19 91 0.14 12.74
Bendungan X (Mei) 30.5 -1.49 84 0.14 11.76
2008 Eretan III (Mei) 29.2 -0.19 91 0.14 12.74
Eretan III 102 83 0.11 9.13
Bendungan X (Mei) 1065 20 0.11 2.2
2008 Eretan III (Mei) 87 84 0.11 9.24
Bendungan X(Juni) 29.1 -0.09 92 0.14 12.88
Eretan III (Juni) 29.1 -0.09 92 0.14 12.88
Bendungan X(Juni)
Eretan III (Juni) 151 80 0.11 8.8
TDS Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
77 87 0.11 9.57
460 39 0.11 4.29
pH Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
Bendungan (Mei) 6.85 86 0.17 14.62
2008 Eretan III Bendungan (Mei) X(Juni) 6.62 6.86 80 86 0.17 0.17 13.6 14.62
Eretan III (Juni) 6.45 83 0.17 14.11
Lanjutan (Lampiran 10) BOD Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
2005 Bendungan Eretan X III 1.9 13.3 83 25 0.14 0.14 11.62 3.5
2007 Bendungan X 2.20 74 0.14 10.36
2008 Eretan III 2.50 73 0.14 10.22
Bendungan X (Mei)
Eretan III (Mei)
1 85 0.14 11.9
Bendungan X(Juni)
4 58 0.14 8.12
Eretan III (Juni)
4 58 0.14 8.12
2 74 0.14 10.36
Nitrat Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
2005 Bendungan Eretan X III 0.90 1.20 91 89 0.14 0.14 12.74 12.46
2007 Bendungan X
2005 Bendungan Eretan X III 3.2 2.9 28.3 28 7.86 7.92 40.71 36.62 31 28 0.25 0.25 7.75 7
2007 Bendungan X
1.20 89 0.14 12.46
Eretan III 1.20 89 0.14 12.46
Bendungan X (Mei)
Eretan III 5.30 29.2 7.74 68.48 70 0.25 17.5
Bendungan X (Mei)
1 91 0.14 12.74
2008 Eretan III (Mei) 2 83 0.14 11.62
Bendungan X(Juni) 1 91 0.14 12.74
Eretan III (Juni) 0.3 96 0.14 13.44
DO Parameter Perhitungan Data Pengukuran Suhu tlarut %saturasi Ii Wi Wi*Ii
5.70 28.7 7.82 72.89 71 0.25 17.75
2008
4 30.5 7.56 52.91 41 0.25 10.25
Eretan III (Mei) 3 29.2 7.74 38.76 29 0.25 7.25
Bendungan X(Juni) 4 29.1 7.76 51.55 41 0.25 10.25
Eretan III (Juni) 2 29.1 7.76 25.77 13 0.25 3.25
Lampiran 11 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kota Tangerang periode 2005-2008 Tahun
Lokasi Pengamatan
2005
Bendungan X Eretan III
2007
Bendungan X Eretan III
2008
Bendungan X
Ulangan
Nilai IMKA
Kriteria Kualitas Air
pengukuran I pengukuran I
45.89 35.45 40.67 59.85 60.09 59.97 40.28 39.56 39.92 39.15 39.49 39.32 39.62
Buruk Buruk Buruk sedang sedang sedang buruk buruk buruk buruk buruk buruk buruk
rata2 pengukuran I pengukuran I rata2 pengukuran I pengukuran II rata2 Eretan III rata2 rata2 keseluruhan tahun 2008 Keterangan : Pengukuran 1 pada tahun 2008 : Mei Pengukuran 2 pada tahun 2008 : Juni
pengukuran I pengukuran II
Lampiran 12 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2007 Suhu Air Parameter Perhitungan Data Pengukuran Dev Ii Wi Wi*Ii
April Pakuhaji (kali baru) 29.3 -1.05 88 0.14 12.32
Desember Teluknaga (muara) 28.7 -0.45 91 0.14 12.74
Pakuhaji (kali baru)
Teluknaga (muara) 26.2 2.05 75 0.14 10.5
26 2.25 73 0.14 10.22
TDS Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
April Pakuhaji (kali baru) 68.3 85.9 0.11 9.449
Teluknaga (muara) 1217 20 0.11 2.2
Desember Pakuhaji (kali baru) 50.4 84.5 0.11 9.295
Teluknaga (muara) 74.5 86 0.11 9.46
pH Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
April Pakuhaji (kali baru) 7.36 93 0.17 15.81
Desember Teluknaga (muara) 6.3 74 0.17 12.58
Pakuhaji (kali baru) 6.13 65.5 0.17 11.135
Teluk Naga (muara) 5.99 35.5 0.17 6.035
Lanjutan (Lampiran 12) BOD Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
April Pakuhaji (kali baru) 6 37 0.14 5.18
Desember Teluknaga (muara)
Pakuhaji (kali baru) 7 40 0.14 5.6
Teluknaga (muara)
1 86 0.14 12.04
2 83 0.14 11.62
Nitrat Parameter Perhitungan
Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
April Pakuhaji (kali baru) 3.4 76.2 0.14 10.668
Desember Teluknaga (muara) 0.4 95.9 0.14 13.426
Pakuhaji (kali baru)
Teluknaga (muara)
1.8 84.1 0.14 11.774
0.9 91.3 0.14 12.782
DO Parameter Perhitungan Data Pengukuran suhu tlarut %saturasi Ii Wi Wi*Ii
April Pakuhaji (kali baru) 9.14 29.3 7.73 118.24 90 0.25 22.5
Desember Teluknaga (muara) 3.95 28.7 7.81 50.58 40.5 0.25 10.125
Pakuhaji (kali baru) 5.49 26 8.22 66.79 70 0.25 17.5
Teluknaga (muara) 3.75 26.2 8.19 45.79 30.7 0.25 7.675
Lampiran 13 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2007 Lokasi Pengamatan Pakuhaji
Ulangan pengukuran 1 pengukuran 2
rata2 Teluknaga rata2 rata2 keseluruhan dalam setahun Keterangan : Pengukuran 1 : April Pengukuran 2 : Desember
pengukuran 1 pengukuran 2
Nilai IMKA 57.65 51.79 54.72 30.87 33.72 32.30 43.51
Kualitas Air sedang sedang sedang buruk buruk buruk buruk
Lampiran 14 Perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2008 Suhu Air Parameter Perhitungan Data Pengukuran Dev Ii Wi Wi*Ii
Maret Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 25.6 25.8 2.65 2.45 72.3 82.7 0.14 0.14 10.122 11.578
Pakuhaji (kali baru) 30.2 -1.95 85 0.14 11.9
Juli Teluknaga (muara) 30.9 -2.65 80 0.14 11.2
September Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 28.4 29.1 -0.15 -0.85 91 82 0.14 0.14 12.74 11.48
Desember Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 29.5 29.3 -1.25 -1.05 83 88 0.14 0.14 11.62 12.32
Maret Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 78.5 78.4 86.4 86 0.11 0.11 9.504 9.46
Pakuhaji (kali baru) 745 20 0.11 2.2
Juli Teluknaga (muara) 55.2 85 0.11 9.35
September Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 32.1 48.2 83.6 84 0.11 0.11 9.196 9.24
Desember Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 67.1 77.4 85.7 86 0.11 0.11 9.427 9.46
Maret Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 5.66 5.66 35.1 35.1 0.17 0.17 5.967 5.967
Pakuhaji (kali baru) 6.77 81.3 0.17 13.821
Juli Teluknaga (muara) 8.9 51.3 0.17 8.721
September Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 6.86 5.85 81.4 35.4 0.17 0.17 13.838 6.018
Desember Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 7.27 7.32 93.3 93.3 0.17 0.17 15.861 15.861
TDS Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
pH Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
Lanjutan (Lampiran 14) BOD Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
Maret Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 1 8 86 43 0.14 0.14 12.04 6.02
Pakuhaji (kali baru) 1 86 0.14 12.04
Maret Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 1.6 1.3 84.3 88.5 0.14 0.14 11.802 12.39 Maret Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 6.2 6.17 25.6 25.8 8.28 8.25 74.88 74.79 80 70.9 0.25 0.25 20 17.725
Juli Teluknaga (muara)
0.14 0
September Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 3 2 62 83 0.14 0.14 8.68 11.62
Desember Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 3 3 62 62 0.14 0.14 8.68 8.68
Pakuhaji (kali baru) 1.15 89 0.14 12.46
Juli Teluknaga (muara) 0.2 90 0.14 12.6
September Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 1.47 0.24 87.4 96.7 0.14 0.14 12.236 13.538
Desember Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 1.7 1.6 84.2 84.3 0.14 0.14 11.788 11.802
Pakuhaji (kali baru) 0.66 30.2 7.6 8.68 0.5 0.25 0.125
Juli Teluknaga (muara) 1.14 30.9 7.49 15.22 0.9 0.25 0.225
September Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 2.53 2.34 28.4 29.1 7.86 7.76 32.19 30.15 20.1 20 0.25 0.25 5.025 5
Desember Pakuhaji Teluknaga (kali baru) (muara) 2.73 3.14 29.5 29.3 7.7 7.73 35.45 40.62 20.4 30.6 0.25 0.25 5.1 7.65
*
Nitrat Parameter Perhitungan Data Pengukuran Ii Wi Wi*Ii
DO Parameter Perhitungan Data Pengukuran Suhu tlarut %saturasi Ii Wi Wi*Ii
Lampiran 15 Hasil perhitungan nilai IMKA Sungai Cisadane hilir di Kabupaten Tangerang tahun 2008 Lokasi Pengamatan Pakuhaji
Ulangan pengukuran 1 pengukuran 2 pengukuran 3 pengukuran 4 rata2
Teluknaga
pengukuran 1 pengukuran 2 pengukuran 3 pengukuran 4 rata2 rata2 keseluruhan dalam setahun
Keterangan : Pengukuran 1 : Maret Pengukuran 2 : Juli Pengukuran 3 : September Pengukuran 4 : Desember
Nilai IMKA 48.21 27.61 38.09 39.03 38.24 39.87 17.72 32.37 43.26 33.30 35.77
Kualitas Air buruk buruk buruk buruk buruk buruk sangat buruk buruk buruk buruk buruk
Lampiran 16 Panduan wawancara mengenai pemanfaatan sumberdaya air Sungai Cisadane hilir di DAS Cisadane hilir Kabupaten Tangerang I. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Tingkat Pendidikan : Profesi : II. Panduan wawancara mengenai pemanfaatan sumberdaya air di Sub DAS Cisadane Hilir a. Penduduk (Pemukiman) 1. Apakah dilakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya air? 2. Jika ya, bagaimana bentuk pemanfaatannya? a…………………………. b…………………………. c…………………………. 3. Berapa kali dalam sehari Anda memanfaatkan sumberdaya air? 4. Apakah Anda membuang limbah rumah tangga ke sungai? 5. Jika ya, apa alasan Anda membuang limbah tersebut ke sungai? 6. Apakah Anda memiliki septiktank? 7. Apakah Anda membuang sampah ke sungai? 8. Jika tidak, bagaimana sampah tersebut dikelola? b. Pertanian 1. Apakah dilakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya air? 2. Jika ya, bagaimana bentuk pemanfaatannya? a…………………………. b…………………………. c…………………………. 3. Berapa kali dalam sehari Anda memanfaatkan sumberdaya air? 4. Pupuk apa yang Anda gunakan untuk tanaman? 5. Apakah Anda membuang limbah pertanian ke sungai? 6. Berapakah luas (sawah/perkebunan/tambak) yang Anda miliki? 7. Berapa kali dalam setahun Anda panen? 8. Pada bulan apa saja panen tersebut dilakukan? 9. Berapa hektar dalam sekali panen?
Lampiran 17 Jenis-jenis industri di Kabupaten Tangerang yang telah diketahui kapasitas dan kategori limbah cairnya NO
NAMA INDUSTRI
JENIS INDUSTRI
ALAMAT LOKASI
Kapasitas
Kategori
Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Cair IPAL
INDUSTRI
1
PT. Indra Prakarsa Mandiri
Makanan Ringan (Jelly)
2
PT. Koperasi M. Taklim. W.M.
RPH ( Sapi )
3
PT. Prima Food Lestari
4 5
PT. Cadas Jagat Raya PT. Wingslite Sejahtera
6
PT. Multi Coating
7
PT. Elcolate
8
PT. Master Bumi Plastika
Makanan Ringan (Chiki) Pouder Coating Pouder Coating (Lampu PJU /Listrik) Pengolahan logam (Coating) Electrikal (Rumah Lampu) Pengolahan Plastik
9
PT. Catur Mitra Pakindo
(Biji Plastik dr P. kresek bekas) Printing Karton
10
PT. Indosari Sarana Pangan Abadi
Makanan ringan (Kecap & Mie)
Limbah Cair
Kaw. Ind. Mekar Jaya
Limbah Cair (M3/hari) 75
Jl. Karet Jaya II Kaw. Ind. Mekar Jaya
100
Non-B3
5
Non-B3
1
40 14
B3 B3
1 1
10
B3
1
10
B3
1
200
?
1
10
B3
1
25
Non-B3
1
Jl. Karet Jaya IV Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Mekar Jaya No. 168 Kaw. Ind. Mekar Jaya Kaw. Ind. Mekar Jaya Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet I Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet II Kaw. Ind. Mekar Jaya
Non-B3
Ada
Blm Ada
Berfungsi
Tdk Berfungsi
1
1
Jl. Karet Raya
Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet IV Jl. Raya Gerudug Desa Mekar Jaya
Fungsional
Lanjutan (Lampiran 17).. NO
NAMA INDUSTRI
JENIS INDUSTRI
ALAMAT LOKASI
Kapasitas
Kategori
Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Cair IPAL
INDUSTRI
11
PT. Sari Food
12
PT. Sumber Makmur Kemas Indonesia PT. Star Mustika Plas Metal
13 14
PT. Star Mustika Plas Metal II
Makanan Ringan (Jeli) Printing Karton Box Pengolahan Logam (Pelapisan logam) Pengolahan Logam
15
PT. Kurniawan M R
(Pelapisan logam Zn&Cr) Printing Karton Box
16
PT. Central Park Indah
Printing Karton Box
17
PT. Tunas Mitra
Electronic (TV & AC)
Limbah Cair (M3/hari)
Limbah Cair
Ada
Fungsional
Blm Ada
Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet Jaya II No.9 Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet Jaya II Kaw. Ind. Mekar Jaya
5
Non-B3
1
15
B3
1
15
B3
1
Kaw. Ind. Mekar Jaya
75
B3
1
Jl. Karet Jaya I Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet IV Mekar Jaya
10
B3
1
Kaw. Ind. Mekar Jaya Jl. Karet III Mekar Jaya Kaw. Ind. Mekar Jaya
5
B3
1
3
B3
1
Jl. Karet Jaya no. 7-8 Ds. Cicadas
Berfungsi
Tdk Berfungsi
Lanjutan (Lampiran 17) NO
NAMA INDUSTRI
JENIS INDUSTRI
ALAMAT LOKASI
Kapasitas
Kategori
Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Cair IPAL
INDUSTRI
18
Home Industri Batik (Kelompok) - Akwat
Batik Printing & Dyaing
- Lie Hankang
Batik Printing & Dyaing
- Lie Hut lian
Batik Printing & Dyaing
- Imam
Batik Printing & Dyaing
- Lip son
Batik Printing & Dyaing
- A soen
Batik Printing & Dyaing
- Tiang pok
Batik Printing & Dyaing
- Tjahyadi
Batik Printing & Dyaing
- Weni
Batik Printing & Dyaing
- Abenk
Batik Printing & Dyaing
- Lidya sari
Batik Printing & Dyaing
18 Jumlah Sumber data : BPLH Kabupaten Tangerang
Limbah Cair (M3/hari)
Limbah Cair
800
B3
Ada
Fungsional
Blm Ada
Berfungsi
Tdk Berfungsi
-
1
1
Kawasan Home Industri Batik Sepatan
1,417
-
-
17
Lampiran 18 Daftar industri kelas menengah dan kelas berat yang melalui DAS Cisadane hilir di wilayah Kabupaten Tangerang No
Nama Perusahaan
Produksi
Alamat
1
Pabrik Onderdil Motor
Spare Part Motor/Mobil
Desa Teluknaga, Kec. Teluknaga
Di Bantaran Sungai (liar)
2
PT. Tri Mega Perkasa
Pencucian Karung Bekas
Desa Teluknaga, Kec. Teluknaga
Di Bantaran Sungai
3
PT. Sinar Surya Sejati
Pencucian Karung Bekas
4
CV. Fortuna Laundry
Pencelupan Levis
5
CV. Mandiri
Air Langsung Terbuang ke Sungai di Bantaran Sungai Membuang Langsung Limbah ke Sungai (Bantara Sungai) Di Bantaran Sungai
6
PT. Berdikari
Pencucian Plastik dan Timah Bekas Accu Bengkel Kapal
Desa Kampung Melayu barat, Teluknaga Desa Kampung Melayu barat, Teluknaga Desa Kampung Melayu barat, Teluknaga Desa Tanjung Burung, Teluknaga
7
PT. Krida
Perakitan Kapal/Fiber
Desa Tanjung Burung, Teluknaga
Di Bantaran Sungai
8
Penggemukan Sapi
Desa Tanjung Burung, Teluknaga
Di Bantaran Sungai
9
PT. Tanjung Unggul Makmur PT. Wahana Fiber
Perakitan Kapal/Fiber
Desa Tanjung Burung, Teluknaga
Di Bantaran Sungai
10
Pabrik Es
Pembuatan Es Balok
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
11
Pabrik Karung
Pemncucian Karung Bekas
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
12
Pabrik Juice
Pembuatan Sari Juice
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
13
PT. Pectra
Pembuatan Helm
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
14
Pabrik Plastik
Pencucian plastik
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
15
Pabrik Hio
Pembuatan Hio
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
16
pabrik Ember
Pembuatan Ember Plastik
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Limbah Lilin Terbuang ke Sungai di Bantaran Sungai Di Bantaran Sungai
17
PT. Bintang Jaya
Pabrik Helm
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
18
PT. Pabrik Thiner
Pembuatan Helm
Desa Kalibaru, Kec. Pakuhaji
Di Bantaran Sungai
Sumber data : Asisten Deputi Manufaktur, Kementrian Lingkungan Hidup diacu dalam Hatala 2007
Keterangan
Di Bantaran Sungai
Lampiran 19 Nilai konversi untuk setiap sumber limbah No 1
Sumber Limbah
BOD
COD
TSS
(kg/unit/tahun)
(kg/unit/tahun)
TN
(kg/unit/tahun)
TP
(kg/unit/tahun)
(kg/unit/tahun)
2
Limbah cair domestic dengan saluran pembuangan Sapi/Kerbau
19.7
44
20
3.3
0.4
250
-
1716
80.3
-
3
Ayam/Itik
1.4
-
14.6
0.51
-
4
Kambing
36.6
-
201
8.4
-
Lampiran 20 Prediksi kontribusi penduduk terhadap pencemaran domestik Parameter BOD
Kecamatan
Jumlah penduduk (jiwa)
Sepatan 74263 Pakuhaji 103518 Teluknaga 128765 Kosambi 109425 Total 415971 COD Sepatan 74263 Pakuhaji 103518 Teluknaga 128765 Kosambi 109425 Total 415971 TSS Sepatan 74263 Pakuhaji 103518 Teluknaga 128765 Kosambi 109425 Total 415971 N Sepatan 74263 Pakuhaji 103518 Teluknaga 128765 Kosambi 109425 Total 415971 P Sepatan 75000 Pakuhaji 101098 Teluknaga 125757 Kosambi 106869 Total 415971 Sumber data jumlah penduduk : BPS Kabupaten Tangerang
Dengan saluran pembuangan limbah (ton/jiwa/tahun) 0,0197 0,0197 0,0197 0,0197 0,044 0,044 0,044 0,044 0,02 0,02 0,02 0,02 0,0033 0,0033 0,0033 0,0033 0,0004 0,0004 0,0004 0,0004
Kontribusi pencemaran (ton/tahun) 1462,98 2039,31 2536,67 2155,67 8194,63 3267,57 4554,79 5665,66 4814,70 18302,72 1485,26 2070,36 2575,30 2188,50 8319,42 245,07 341,61 424,92 361,10 1372,70 30 40,44 50,30 42,75 166,39
Lampiran 21 Prediksi kontribusi ternak sapi dan kerbau terhadap peningkatan BOD dan TSS No 1 2 3 4 No
Kecamatan Sepatan Pakuhaji Teluknaga Kosambi Total Kecamatan
1 2 3 4
Jumlah Ternak Sapi Kerbau 200 35 144 274 20493 200 137 123 Jumlah Ternak Sapi Kerbau 200 35 144 274 20493 200 137 123
Jumlah 235 418 20693 260 21.606 Jumlah
Sepatan Pakuhaji Teluknaga Kosambi Total Sumber data jumlah ternak : Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang
BOD (ton/ekor/tahun) 0,25 0,25 0,25 0,25 TSS (ton/ekor/tahun)
235 418 20693 260 21.606
1,716 1,716 1,716 1,716
Kontribusi BOD Total (ton/tahun) 58,75 104,50 5173,25 65 5401,50 Kontribusi TSS Total (ton/tahun) 403,26 717,29 35509,19 446,16 37.075,90
Lampiran 22 Prediksi kontribusi ternak kambing dan domba terhadap peningkatan BOD dan TSS No 1 2 3 4 No 1 2 3 4
Kecamatan Sepatan Pakuhaji Teluknaga Kosambi Total Kecamatan
Jumlah Ternak Kambing Domba 2102 450 11428 1539 4822 608066 3116 1539 Jumlah Ternak Kambing Domba 2102 450 11428 1539 4822 608066 3116 1539
Jumlah 2552 12967 612888 4655 633.062 Jumlah
Sepatan Pakuhaji Teluknaga Kosambi Total Sumber data jumlah ternak : Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang
2552 12967 612888 4655 633.062
BOD (ton/ekor/tahun) 0,0366 0,0366 0,0366 0,0366 TSS (ton/ekor/tahun) 0,201 0,201 0,201 0,201
Kontribusi BOD Total (ton/tahun) 93,40 474,59 22431,70 170,37 23.170,07 Kontribusi TSS Total (ton/tahun) 512,95 2606,37 123190,49 935,66 127.245,46
Lampiran 23 Prediksi kontribusi ternak ayam terhadap peningkatan BOD dan TSS No
Kecamatan
1 2 3 4
Sepatan Pakuhaji Teluknaga Kosambi Total Kecamatan
No 1 2 3 4
Itik 52484 47635 24614 17542
Jumlah Ternak AB ARPT 913 0 80193 0 389111 0 143108 0
Jumlah ARPD 68000 26584 98751 90000
Itik 52484 47635 24614 17542
Jumlah Ternak AB ARPT 913 0 80193 0 389111 0 143108 0
ARPD 68000 26584 98751 90000
Sepatan Pakuhaji Teluknaga Kosambi Total Sumber data jumlah ternak : Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang keterangan AB : Ayam Buras ARPT : Ayam Ras Petelur ARPD : Ayam Ras Pedaging
121397 154412 512476 250650 1038935 Jumlah 121397 154412 512476 250650 1038935
BOD (ton/ekor/tahun) 0,0014 0,0014 0,0014 0,0014 TSS (ton/ekor/tahun) 0,0146 0,0146 0,0146 0,0146
Kontribusi BOD Total (ton/tahun) 169,96 216,18 717,47 350,91 1454,51 Kontribusi TSS Total (ton/tahun) 1772,40 2254,42 7482,15 3659,49 15168,45