PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN, OPERATING LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR KEUANGAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Santi Indria Oktavia Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. DR. Hamka Kampus UNP Air Tawar Barat (
[email protected]) ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the influence of salesgrowth, operating leverage and profitability to financial structure (debt ratio_DR) on food and beverage corporation which listed on Indonesian Stock Exchange. The population of this research are all food and beverage corporation which listed in Indonesian Stock Exchange from 2005-2009. Research sample chosen by purposive sampling method, so the sample of this research is 18 companies from Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Analysis method is multiple regression. Hyphotesis test use t statistic test. The result of this research shows that salesgrowth had negative and not significant effect to financial structure (DR). Than, operating leverage had negative and not significant effect to financial structure (DR), while, profitability had negative and significant effect to financial structure (DR). Keyword : salesgrowth, operating leverage and profitability PENDAHULUAN Untuk dapat menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti akan membutuhkan dana. Dimana dana yang diperoleh berasal dari pemilik perusahaan maupun hutang. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk mengadakan persedian kas dan surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karena itu pemilihan dalam sumber dana merupakan hal yang penting sebab hal
tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan memperlihatkan bagaimana perusahaan membiayai aktivanya, apakah perusahaan lebih cenderung untuk menggunakan modal sendiri atau hutang. Jadi fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan juga harus dilakukan secara efesien. Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang menguntungkan. Selain itu manajer keuangan juga harus mempertimbangkan secara cermat sifat dan biaya masingmasing sumber dana yang akan dipilih, karena masing-masing sumber dana yang 1
dipilih mempunyai konsekuensi financial Dalam penelitian ini, struktur keuangan diukur dengan debt ratio (DR). DR dapat dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Berdasarkan hal itu, DR menunjukkan seberapa banyak perusahaan mempergunakan hutang untuk membiayai aktiva perusahaannya dibandingkan dari penggunaan modal sendiri. Menurut Weston dan Copeland (1996) faktor yang mempengaruhi struktur keuangan salah satunya adalah pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan memperlihatkan seberapa besar peningkatan penjualan yang terjadi pada perusahaan ditiap tahunnya. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, cenderung menggunakan utang yang lebih kecil dari pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jadi, dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi, perusahaan tersebut lebih menggunakan dana internal untuk membiayai aktiva perusahaannya.Hal ini berakibat struktur keuangan lebih didominasi oleh penggunaan modal sendiri sehingga Debt Ratio (DR) menjadi lebih kecil. Faktor kedua yang mempengaruhi struktur keuangan, menurut Brigham dan Houston (2001) adalah tingkat leverage perusahaan.Leverage digunakan untuk menjelaskan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan sumber dana yang tetap untuk memperbesar hasil pengembalian kepada pemiliknya.Menurut Sartono (2001:262), semakin besar DOL, berarti semakin besar pengaruh penjualan terhadap EBIT. Hal ini memperlihatkan bahwa EBIT memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap penjualannya. Perusahaan yang memiliki biaya tetap yang tinggi dan tingkat penjualan yang relatif stabil akan 2
yang berbeda-beda (Riyanto,2008:5). mempunyai Degree Operating Leverage(DOL) yang tinggi, dengan EBIT yang relatif stabil serta memiliki risiko bisnis yang rendah. Hal ini dikarenakan Degree Operating Leverage(DOL) yang tinggi akan mengambarkan sensitivitas yang tinggi dari laba operasi terhadap perubahan penjualan. Semakin besar pengaruh perubahan penjualan terhadap laba operasi inilah yang akan menyebabkan semakin tinggi risiko perusahaan sebagai akibat variabilitas yang tinggi dari laba operasi perusahaan.Dengan demikian perusahaan yang memiliki Degree Operating Leverage(DOL) yang tinggi maka risiko bisnis perusahaannya juga akan semakin tinggi.Maka sebaiknya pada saat itu perusahaan mempertahankan struktur keuangannya atau menggurangi penggunaan hutang. Selain faktor-faktor tersebut selanjutnya yang mempengaruhi struktur keuangan menurut Brigham dan Houston (2001 :39) adalah profitabilitas. Dimana seiring dengan peningkatan kebutuhan konsumen maka akan semakin meningkat juga kegiatan operasi perusahan yang akan berdampak pada laba yang akan diterima oleh perusahaan. Dengan besarnya keuntungan yang diterima, maka laba tahan yang tersediapun akan semakin besar sehingga menyebabkan perusahaan akan menggunakan hutang yang lebih kecil karena perusahaan cenderung menggunakan laba ditahan dibandingkan penggunaan hutang. Hal ini berakibat struktur keuangan lebih didominasi oleh modal sendiri dibandingkan dengan penggunaan hutang. Penelitian mengenai struktur keuangan ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian oleh Isnani (2007) menunjukkan bahwa profitabilitas dan operating leveage secara simultan
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur keuangan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Eko (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur keuangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Elyzabet (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan dan profitabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap struktur keuangan.Sedangkan operating leverage tidak mempengaruhi struktur keuangan. TINJAUAN PUSTAKA Struktur Keuangan Menurut Weston dan Copeland(1996 :3) “struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya”. Struktur keuangan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca. Ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Sikap perusahaan dalam operasinya selalu menghadapi masalah pengalokasian dana atau pemenuhan kebutuhan dana, pengalokasian dana akan nampak pada sisi aktiva, sedangkan pemenuhan kebutuhan dana akan tercermin pada neraca sebelah pasiva. Pemilihan susunan kuantitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan sedangkan pemilihan susunan kuantitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan atau struktur modal perusahaan (Riyanto,2008:13). Sedangkan menurut Weston dan Copeland (1996 : 3), “struktur modal dan struktur keuangan adalah dua hal yang berbeda”. Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah komposisi pembiayaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya, yang
juga mencerminkan perimbangan antara keseluruhan modal asing, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur keuangan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan (pasiva) dari neraca. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya sebagian kecil dari struktur keuangan. Struktur keuangan dapat dihitung dengan Debt Ratio, yaitu perimbangan antara penggunaan hutang dan modal sendiri dalam membiayai aktivanya. Jadi besar struktur keuangan pada suatu perusahaan pasti akan berbeda-beda karena proses pendanaan yang dilakukan perusahaan untuk membiayai aktivanya juga berbeda-beda. Pertumbuhan Penjualan Menurut Swastha dan Handoko (2001), “pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan”.Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dan aktivitas utama operasinya. Jadi, pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan penjualan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapat tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya 3
semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan semakin baik. Menurut Brealey (2011:) menjelaskan tentang Pecking Order Theory. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan yang penjualannya tumbuh secara besar akanmenghasilkan laba yang cukup tinggi sehingga perusahaan lebih cenderung untuk membiayai kegiatan operasi perusahaannya dengan dana internal yang dimilikinya yang berasal dari hasil operasinya. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, maka semakin rendah ketergantungan perusahaan terhadap modal pinjaman (hutang). Berdasarkan teori diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H1 : pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan Operating Leverage Operating Leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap yang harus ditutupi dari hasil operasinya. Operating Leverage menggambarkan struktur biaya yang dikaitkan dengan keputusan manajemen dalam menentukan kombinasi asset perusahaan.Perusahaan yang menggunakan operating leverage yang tinggi akan lebih peka terhadap gejolak ekonomi dan lebih tinggi risiko investasi sahamnya dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat operating leverage yang rendah. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan leverage yang tinggi akan membutuhkan volume penjualan yang lebih besar untuk mencapai titik break event dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki biaya tetap yang rendah.
4
Hal penting dalam analisis operating leverage menurut Husnan (1997 : 611) “adalah pengakuan bahwa biaya-biaya yang ditanggung perusahaan dipisahkan menjadi dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam kisaran waktu tertentu.” Horne dan Machowisz (1997 : 440) mengungkapkan “perusahaan dengan jumlah biaya tetap absolut atau relatif terbesar belum tentu memiliki pengaruh operating leverage terbesar pula. Hal ini karena sensitivitas perusahaan terhadap penjualan seperti yang diukur dengan tingkat operating leverage akan berbeda pada setiap tingkat output (penjualan).” Husnan (1997 :614) menyatakan bahwa “manfaat dari operating leverage ini adalah untuk mengetahui seberapa peka laba operasi terhadap perubahan penjualan. Berapa jumlah minimal yang harus diperoleh perusahaan agar minimal perusahaan tidak merugi.”Sedangkan tingkat Operating Leverage menunjukkan seberapa besar perubahan laba operasi yang disebabkan oleh perubahan penjualan. Semakin besar DOL perusahaan maka semakin besar pengaruh penjualan terhadap EBIT. DOL yang tinggi akan mengambarkan tingkat sensitivitas yang tinggi dari laba operasi terhadap perubahan penjualan. Semakin besar pengaruh perubahan penjualan terhadap laba operasi inilah yang akan menyebabkan semakin tinggi risiko perusahaan sebagai akibat variabiitas yang tinggi dari laba operasi perusahaan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001) Operating Leveragedalam suatu perusahaan memberikan pengaruh yang negatif terhadap struktur. Karena apabila operating leverage tinggi maka juga akan meningkatkan resiko bisnis pada perusahaan tersebut. Maka oleh karena itu,
pada saat resiko bisnis tersebut juga meningkat sebaiknya perusahaan tetap mempertahankan struktur keuangannya atau mengguranggi penggunaan hutang yang lebih besar.Jadi dengan mengetahui operating leverage tersebut perusahaan dapat menentukan berapa tingkat proporsi hutang yang digunakan. Berdasarkan teori yang ada maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H2 :operating leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan Profitabilitas Secara umum profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Menurut Sawir (2001 : 17) menyatakan bahwa “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam satu periode dari hasil operasionalnya.” Kemapulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Kemampulabaan akan memberikan kewajiban terakhir tentang efektivitas manajer perusahaan dan memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.Menurut Sartono (2001 : 122) “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Disisi lain, Harahap (2010 : 304) menyatakan bahwa “profitabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.” Dari uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba, dimana rasio profitabilitas akan memberikan jawaban tentang manajemen perusahaan.Brigham dan Houston (2001:40), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi mengunakan hutang yang relatif kecil.Tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi mengunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas dalam suatu perusahaan memberikan pengaruh yang negatif terhadap struktur keuangan. Apabila perusahaan dapat menghasilkan profitabilitas yang tinggi, maka akan mengguranggi ketergantungan perusahaan tersebut dari penggunaan dana eksternal (hutang). Karena dengan ROA yang tinggi akan memungkinkan tersedianya laba ditahan yang cukup besar sehingga perusahaan lebih cenderung untuk menggunakan dana internalnya dibandingkan penggunaan hutang untuk membiayai kegiatan operasioanal perusahaannya. Dari teori diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H3 : profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan METODE PENELITIAN Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah semua perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.Sampel yang digunakan dipilh berdasarkan purposive sampling method yaitu pengambilan sampel didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah perusahaan yang menyediakan data tentang variabel yang akan diteliti selama 5
periode penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh sampel sebanyak 18 perusahaan selama periode penelitian.Data yang digunakan adalah data sekunder dan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Struktur Keuangan Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca, yang merupakan perbandingan penggunaan antara total hutang dan modal sendiri untuk membiayai aktiva perusahaannya. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan menunjukkan peningkatan penjualan dari tahun ketahunnya. Dimana cara pengukurannya dengan membandingkan penjualan pada tahun t setelah dikurangi dengan penjualan pada periode sebelumnya dibagi dengan penjualan pada tahun sebelumnya dan dikalikan dengan 100 %. Operating Leverage Operating leverageuntuk menjelaskan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan sumber dana untuk memperbesar hasil pengembalian kepada pemiliknya. Dengan menggunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang lebih besar. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam 6
menghasilkan laba yang diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA), dimana ROA membandingkan antara laba bersih dengan total aktivanya. Dengan formulasi sebagai berikut : Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi berganda.Adapun model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: DR = a + b1g + b2DOL + b3ROA + e HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Sampel (N) awal perusahaan yang akan diteliti berjumlah 19 perusahaan. Namun, dari hasil olahan data SPSS terdapat beberapa perusahaan yang tidak memenuhi kriteria lulus uji asumsi klasik dan dianggap outlier, sehingga sampel (N) akhir perusahaan dari penelitian ini berjumlah 18 perusahaan. Untuk lebih mempermudah dalam melihat gambaran mengenai variabel yang diteliti dan setelah melalui proses pengolahan dengan menggunakan program SPSS. Tabel 1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian N DR G DOL ROA Valid N (listwise )
90 90 90 90 90
Minimu Maxi m mum
Mean
11,58 -88,03 -41,99 -86,92
54,72 20,30 -0,13 4,79
192,90 141,64 8,85 96,94
Sumber: Hasil Olahan Statistik
Std. Devia si 25,78 31,41 4,65 18,30
Berdasarkan Tabel 1 Nilai minimum DR adalah 11,58%, nilai maksimum 192,90%, nilai rata-rata 54,72% dan standar deviasi sebesar 25,78%. Variabel g mempunyai nilai terendah -88,03%, nilai tertinggi 141,64%, dengan nilai rata-rata
20,30% dan standar deviasi 31,41%. Kemudian variabel DOL memiliki nilai minimum -41,99x, nilai maksimum sebesar 8,85x, nilai rata-rata -0,13x dengan standar deviasi 4,65x. Selanjutnya, nilai terendah ROA dalah -88,62%, nilai tertinggi 96,94%, nilai rata-rata 4,79%, dan standar deviasi 18,30%. Pada model regresi, perlu dilakukan uji asumsi klasik.Hal ini disebabkan karena dalam analisis regresi berganda perlu dihindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda.Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat dengan melakukan uji kolmogrov smirnov testJika tingkat signifikansinya > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika tingkat signifikansinya < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Disini hasil uji menyatakan bahwa nilai kolmogorov smirnov sebesar 0,343. Dengan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal, karena nilai signifikansi dari uji normalitas untung masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 (0,343>0,05). Uji terhadap multikolonieritas merupakan pengujian untuk melihat adanya keterkaitan hubungan antara variabel bebas.Cara untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel bebas dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) dan tolerance value.Jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10) atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka akan disimpulkan bahwa model tersebut tidak
memiliki gejala multikolonieritas. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan Variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar semua variabel bebas yang terdapat pada penelitian. Uji autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota data dan pengamatan yang dianut berdasarkan waktu sehingga suatu data dipengaruhi oleh data-data sebelumnya.Pengujian ini menggunakan Durbin-Watson (DW).Hasil pengolahan data menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,248, dengan nilai du sebesar 1,589 dan nilai dl sebesar 1,726. Model dapat dikatakan tidak terkena autokorelasi apabila du
0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa data bebas dari heterokedastisitas. Dengan demikian model persamaan ini telah memenuhi persyaratan asumsi klasik. Analisis Regresi Analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2.Model regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. 7
Tabel 2 Hasil Uji Regresi Berganda
Model 1
Unstandardize d Coeficients B
(Constant) 56,910 g -,009 DOL -,196 ROA -,422 a Dependent Variabel: DR
Std. Error 3,177 ,085 ,066 -,146
t
Sig.
17,912 -,111 -,342 -,2,877
,000 ,912 ,733 ,005
Angka-angka yang dihasilkan pada tabel 2 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai konstanta sebesar 56,910 artinya nilai struktur keuangan yang diproksikan dengan DR akan mengalami peningkatan sebesar 56,910 dengan asumsi seluruh variabel bebas dalam keadaan tetap. Koefisien regresi pertumbuhan penjualan (g) sebesar -0,009 yang berarti jika g meningkat sebesar 1% akan menyebabkan penurunan DR sebesar 0,009. Selanjutnya, koefisien operating leverage(DOL) sebesar -0,196 yang berarti jika DOL meningkat sebesar 1% akan menurunkan struktur keuangan (DR) sebesar -0,196. Kemudian koefisien regresi profitabilitas (ROA) sebesar -0,422 yang berarti jika ROA meningkat 1% akan menyebabkan penurunan DR sebesar 0,422. Dengan nilai Adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,063 berarti 6,3% variasi variabel terikat yang dapat diterangkan oleh variabel bebas. Sisanya 93,40% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk melihat variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat dan sekaligus merupakan pengujian hipotesis. 8
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilai koefisien g bernilai negatif -0,009 dan nilai t hitungadalah sebesar -0,111 dengan signifikansi 0,912>0,05. Hal ini berarti bahwa g berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur keuangan(Debt Ratio) pada perusahaan yang terdaftar di BEI.Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama ditolak. Selanjutnya pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai koefisien DOL bernilai negatif -0,196 dan nilai t hitungadalah sebesar -0,342 dengan signifikansi 0,733<0,05. Hal ini berarti bahwa operating leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur keuangan(Debt Ratio) pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis kedua ditolak. Tabel 2 juga memperlihatkan bahwa nilai koefisien ROA bernilai negatif -0,422 dan nilai t hitungadalah sebesar -2,877 dengan signifikansi 0,005>0,05. Hal ini berarti bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan(Debt Ratio) pada perusahaan yang terdaftar di BEI.Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis ketiga diterima. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Keuangan pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI Berdasarkan hasil pengolahan data melalui analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS, didapatkan nilai koefisien regresi sebesar -0,009 dengan tingkat signifikansi 0,912>0,05. Nilai signifikansi ini menunjukkan meningkat atau menurunnya nilai growth sales rate (g) tidak akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan atau growh sales rate (g) tidak berpengaruh terhadap struktur keuangan.
Kalau dilihat arah dari pengaruh pertumbuhan penjualan (g) terhadap struktur keuangan maka arah yang didapat adalah negatif.Nilai koefisien g menunjukan nilai yang negatif bahwa semakin tinggi pertumbuhan penjualan (g)maka akan semakin sedikit penggunaan hutang sehinggastruktur keuangan rendah. Dengan kata lain apabila nilai pertumbuhan penjualan (g)yang meningkat maka laba yang diperoleh perusahaanpun juga akan meningkat, sehingga perusahaan akan lebih banyak menggunakan sumber dana internal perusahaannya untuk membiayai kegiatan operasionalnya dibandingkan menggunakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory dimana menyatakan perusahaan lebih menyukai pendanaan yang berasal dari hasil operasinya atau dana internal. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, maka akan semakin rendah penggunaan modal pinjaman (hutang). Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Eko (2008), yaitu pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur keuangan. Adanya ketidak konsistenan dengan hasil penelitian ini disebabkan karena perusahaan food and beverage adalah perusahaan yang memenuhi kebutuhan pokok dari masyarakat dan memiliki life cycle pendek, dimana barang yang dihasilkan sekali pakai akan habis dan harus diproduksi lagi. Oleh karena itu perusahaan food and beverage memerlukan dana yang cukup untuk kegiatan operasionalnya. Tetapi jika perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar dikhawatirkan akan berdampak pada kegiatan operasionalnya, karena penggunaan hutang yang cukup besar akan menimbulkan beban bunga yang besar juga, sehingga hal tersebut akan menambah biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Pengaruh Operating Leverage terhadap Struktur Keuangan pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI Berdasarkan hasil pengolahan sampel yang diuji dengan program SPSS, operating leveragememiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur keuangan (debt ratio)pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil ini dibuktikan dengan hasil pengujian regresi DOL bernilai negatif-0,196 dengan tingkat signifikansi 0,733< 0,05.Hal ini dapat disimpulkan bahwa DOL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur keuangan. Artinya disaat DOL naik maka struktur keuangan yang dimiliki perusahaan akan mengalami penurunan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001)salah satu faktor yang mempengaruhi struktur keuangan adalah operating leverage. Semakin tinggi DOL akan menyebabkan semakin tinggi juga resiko bisnis yang akan dihadapi, dan hal ini akan berdampak juga terhadap struktur keuangan perusahaan. Dimana jika DOL perusahaan tinggi maka sebaiknya perusahaan mengurangi penggunaan hutang atau mempertahankan struktur keuangannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elyzabet (2010), yaitu Operating Leverage memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur keuangan.Dimana semakin tinggi operating leverage maka akan semakin rendah pula tingkat utang perusahaan. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa dalam menambah hutang perusahaan food and beverage tidak terlalu memperhatikan tingkat operating leverage yang 9
mencerminkan resiko bisnisnya.Hal ini disebabkan karena resiko bisnis perusahaan food and beverage tergolong rendah, sehingga dalam penentuan penggunaan hutang kurang diperhatikan resiko bisnisnya karena perusahaan food and beverage merupakan perusahaan yang melayani kebutuhan primer masyarakat dan perusahaan ini juga tahan terhadap keadaan krisis. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Keuangan pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI Berdasarkan hasil pengolahan sampel yang diuji dengan program SPSS, profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur keuangan (debt ratio)pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil ini dibuktikan dengan hasil pengujian regresi ROA bernilai negatif,422 dengan tingkat signifikansi 0,05< 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan. Artinya disaat ROA naik maka struktur keuangan pada perusahaan akan menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi mengunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.Suatu perusahaan haruslah selalu berada dalam keadaan menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk mendapatkan modal dari luar. Pemilik perusahaan terutama sekali pihak manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan, karena didasari
10
betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elyzabet (2010), yaitu Profitabilitas memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan.Selanjutnya implikasi penelitian ini bagi perusahaan yang terdaftar di BEI adalah perusahaan harus meningkatkan laba bersih. Tingginya rendahnya laba bersih perusahaan akan mempengaruhi proses pendanaan bagi perusahaan tersebut, karena semakin tinggi laba yang bisa dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin berkurang ketergantungan perusahaan terhadap penggunaan modal asing berupa hutang. SIMPULAN Berdasarkan pendahuluan, kajian teori dan pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pertama pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur keuangan. Kemudian, yang kedua operating leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur keuangan.Selanjutnya, profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur keuangan. SARAN Bagi investor, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (ROA) yang diteliti berpengaruh secara signifikanterhadap struktur keuangan (DR) pada perusahaanfood and beverage yang terdaftar di BEI. Jadi apabila investor akan berinvestasi pada perusahaan tersebut maka para investor perlu untuk memperhatikan ROA perusahaan tersebut. Karena apabila perusahaan tersebut memiliki ROA yang tinggi maka hutang yang digunakan perusahaanpun akan
rendah. Sehingga dengan rendahnya penggunaan hutang yang digunakan perusahaan akan membuat investor aman untuk berinvestasi diperusahaan ini. Bagi Perusahaan, lebih memperhatikan kinerja perusahaan seperti dalam hal meningkatkan laba perusahaan sebab akan berpengaruh terhadap struktur keuangan pada perusahaan kedepan. Sehingga dengan tersedianya laba ditahan yang cukup besar dapat menguranggi ketergantungan perusahaan terhadap penggunaan hutang. DAFTAR KEPUSTAKAAN Brigham,Uegene F dan Houston,Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga. Eko Supriyanto dan Falikhatun. 2008. Pengaruh Tangibility, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 1, No 1, April 2008, 23-36. Elyzabet Indrawati Marpaung. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Leverage Operasi dan Profitabilitas terhadap Struktur Keuangan. Jurnal Akuntansi. Volume 2, No 1 Mei 2010: 1-14. Harahap, Sofyan Syafri. 1996. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers. Horne James C Van dan Jhon M Machowicz. 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Isnani.
2007. Beberapa Determinan Struktur Keuangan Pada Industri Kimia / Farmasi di Bursa Efek
Jakarta (on line), www.Geogle.com. Suad,
http//
Husnan. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta : BPFE.
Http://www.icmd.co.id Keown, Arthur J.et.al. 2008. Manajemen Keuangan Prinsip dan Penerapan. PT INDEKS. Munawir, S. 1995. Analisis Laporan Keuangan, edisi ke empat. Yogyakarta : Liberty. Bambang,Riyanto.2008.Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan,edisi ke empat. Yogyakarta : BPFE. Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan, edisi ke empat. Yogyakarta : BPFE. Sawir,
Agnes. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi Dalam : Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta : BPFE. Usman, Husaini, dan Akbar Setiadi Purnomo. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Bumi Aksara. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1996. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara. 11
12