PENGARUH PERSEPSI TENTANG MINIMARKET TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Wulan Permatasari NIM 1112015000103
KONSENTRASI EKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
ABSTRAK
Wulan Permatasari (NIM:1112015000103): Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dalam kaitannya dengan penelitian ini ada dua variabel pokok yang akan di teliti yakni persepsi tentang minimarket dan kondisi sosial ekonomi pedagang. Penelitian ini sendiri telah dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2016 di Pasar Tradisional Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang-pedagang yang ada di lingkungan Pasar Ciputat, adapun sampel yang diambil sebanyak 30 orang yang dipilih secara kebetulan atau sampling insidental dan juga sampai kuota tertentu sesuai yang diinginkan atau sampling kuota. Uji hipotesis menggunakan product moment, uji koefisien determinasi dan uji reliabilitas alpha. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket pernyataan-pernyataan mengenai minimarket dan kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Kata kunci : Persepsi, Minimarket, Kondisi Sosial Ekonomi.
iv
ABSTRACT
Wulan Permatasari (NIM:1112015000103): The Impact of Minimarket Perception On The Socioeconomic Conditions In The Traditional Market Traders Ciputat, South Tangerang, Banten Province. This research is conducted to obtain information about the impact of minimarket perception on the socioeconomic conditions in the traditional market traders Ciputat, South Tangerang, Banten Province. This research found two principal variables that will be analyze. Those are the perception of minimarket and socioeconomic conditions trader. The research itself had been done on May-October 2016 inTraditional Market Ciputat. The method used is survey method with quantitative approach. The population in this study is a merchant-traders in Ciputat Market neighborhood, while the samples taken as many as 30 people chosen by chance or incidental sampling and also to a certain quota as desired or quota sampling. Hypothesis testing are uses the product moment, coefficient determination test and reliability test alpha. The data is collected using a questionnaire about minimarket and socio-economic conditions in the traditional market traders Ciputat. The results shows that the alternative hypothesis is accepted and hypothesis zero is rejected thats mean there are significant between the perception of minimarket on the socioeconomic conditions in the traditional market traders Ciputat, South Tangerang City, Banten Province. The key word
: Perception, Minimarket, Sosioeconomic conditions.
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan yang sesat menuju jalan yang di rahmati oleh Allah dengan risalah yangdibawanya yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya mneuju kebahagiaan yang ada di dunia dan akhirat. Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan bisa selesai sebagaimana harusnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.
2.
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3.
Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
4.
Dr. H. Nurochim, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
vi
waktu dan pemikirannya demi selesainya skripsi ini. 5.
Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya demi selesai skripsi ini.
6.
Jakiatin Nisa, M.Pd, sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di Unversitas ini.
7.
Seluruh Dosen yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang memeliki peran sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.
8.
Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah bekerja dengan baik melayani mahasiswa.
9.
Seluruh Pengelola Pasar Tradisional Ciputat yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di pasar tersebut.
10. Orang tua, (Alm.) bapak Muhidin dan Ibu Napsiah, yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini. 11. Kakak-kakak dan adik-adik ku tersayang yang selalu menghibur. 12. Kepada Fairus Rizal, S.H yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun materil, selalu mendampingi, memberikan saran, motivasi, dan semangat kepada penulis. 13. Kepada sahabat-sahabatku, Arimby Pengestu, Desi Mandasari, Avi Oktavianti, Iqbal Saputra, Didik Susilo, Burhanuddin Taslim, Sulistiawan, Sumardi yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis, kalian adalah kekuatan bagi penulis. Semoga kita semua selalu kompak sampai kapanpun dalam keadaan apapun. 14. Kepada teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angakatan 2012 khususnya Dessy, Hajar, Laelalul Sa’diyah, Dina Khairunnisa, Nita Chairunnisa yang telah banyak membantu dan selalu memberi semangat kepada penulis dalam perkuliahan dan khususnya dalam penyelesaiian skripsi ini. 15. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh penulis.
vii
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap skripsi yang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan dan hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, 26 November 2016 Penulis,
Wulan Permatasari
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................... ii LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................iv ABSTRACT ........................................................................................................... v KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi DAFTAR ISI .........................................................................................................ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................1 B. Identifikasi Masalah...........................................................................5 C. Pembatasan Masalah......................................................................... 5 D. Perumusan Masalah...........................................................................5 E. Tujuan Penelitian...............................................................................5 F. Manfaat Penelitian.............................................................................6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik..............................................................................8 1.
Persepsi.......................................................................................8
2.
Pasar............................................................................................9
ix
3.
Kondisi Sosial Ekonomi...........................................................20
4.
Tinjauan Regulasi.....................................................................22
B. Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................27 C. Kerangka Berpikir...........................................................................29 D. Hipotesis Penelitian.........................................................................32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................33 B. Metode Penelitian...........................................................................33 C. Populasi dan Sampel Data..............................................................34 D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................35 E. Instrumen Penelitian.......................................................................36 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data................................................................................44 1.
Deskripsi Pasar Ciputat...........................................................44
2.
Deskripsi Tangerang Selatan...................................................46
3.
Karakteristik Responden.........................................................48
4.
Deskripsi Variabel Penelitian..................................................52
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis..............58 1.
Uji Normalitas........................................................................58
2.
Uji Validitas............................................................................59
3.
Analisis Reliabilitas Tes.........................................................60
4.
Pengujian Hipotesis................................................................60
x
C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................63 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................................67 B. Implikasi.......................................................................................67 C. Saran.............................................................................................67 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................69 LAMPIRAN.....................................................................................................72
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran...............................................................30 Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 48 Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 49 Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ............................... 50 Gambar 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir ................. 50 Gambar 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ........... 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2015............................2 Tabel 2.1 Karakteristik Pasar Modern di Indonesia .............................................. 19 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan .................................................................................... 33 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ............................................................... 38 Tabel 3.3 Pedoman Wawancara............................................................................. 39 Tabel 3.4 Skor Jawaban Angket ............................................................................ 41 Tabel 3.5 Interprestasi Data................................................................................... 43 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 48 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................................... 48 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ................................... 49 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir ........ 50 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ............... 51 Tabel 4.6 Skor Variabel Persepsi Tentang Minimarket ......................................... 52 Tabel 4.7 Kategori Persepsi Tentang Minimarket ................................................. 54 Tabel 4.8 Skor Variabel Kondisi Sosial Ekonomi ................................................. 55 Tabel 4.9 Kategori Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................... 57 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas............................................................................ 58 Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas................................................................................ 59 Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 60 Tabel 4.13 Anova (Uji F) ...................................................................................... 61
xii
Tabel 4.14 Coefficients ......................................................................................... 62 Tabel 4.15 Model Summary .................................................................................. 62 Tabel 4.16 Pedoman Interprestasi Koefeseansi Korelasi ...................................... 63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket dan Pedoman Wawancara Lampiran 2 Hasil Angket dan Transkip Wawancara Lampiran 3 Lembar Hasil Observasi Lampiran 4 Uji Analisis Lampiran 5 Surat-surat terkait Lampiran 6 Dokumentasi Lampiran 7 Curriculum Vitae
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak
manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam perkembangannya juga menghadapi kebutuhan sosial untuk mencapai kepuasan atas kekuasaan, kejayaan dan martabat. Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, bagi masyarakat pasar bukan hanya tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi sosial. Para ahli ekonomi mendeskripsikan sebuah pasar sebagai kumpulan penjual dan pembeli yang melakukan transaksi atas suatu produk tertentu atau kelompok produk tertentu.1 Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat pula. Kebutuhan akan ekonomi dari masyarakat seiring sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan akan pasar yang merupakan akses untuk memenuhi kebutuhan hidup di mana transaksi kebutuhan antar pedagang dan konsumen berkembang dengan pesatnya, hal ini jika ditinjau di berbagai daerah muncullah bentuk-bentuk pasar kecil Minimarket (Ritel).2 Ciputat adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia dengan luas wilayah 3.626 Ha, dengan letak ketinggian dari permukaan laut 44 m dan memiliki curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun.
1
Muhammad Aziz Hakim, Menguasai Pasar Mengeruk Untung, (Jakarta : PT. Krisna Persada, 2005) 2 Agus Susilo & Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Kopersi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010, hal.2
1
2
Berdasarkan data Sensus Tahun 2006, jumlah penduduk yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat berjumlah 260.477 jiwa. 3 Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi usaha ritel modern untuk memasuki pangsa pasar ritel tradisional. Saat ini banyak dijumpai minimarket di sepanjang jalan seperti Indomaret, Alfamaret, Alfamidi yang menjamur di beberapa tempat strategis di Ciputat.
No.
Tabel 1.1 Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2015 Jenis Minimarket Alamat
1.
Indomaret
Jl. K.H. Dewantara RT 002/002, Ciputat
2.
Alfamart
Jl. K.H. Dewantara RT 004/002, Ciputat
3.
Alfamart
Jl. K.H. Dewantara RT 001/006, Ciputat
4.
Alfa Midi
Jl. Aria Putra RT 001/009, Ciputat
5.
Indomaret
Jl. Aria Putra RT 001/009, Ciputat
6.
Alfamaret
Jl. Dewi Sartika RT 002/009, Ciputat
7.
Indomaret
Jl. Dewi Sartika RT 001/010, Ciputat
8.
Alfamart
Jl. Otista RT 001/011, Ciputat
9.
Alfa Midi
Jl. Otista RT 002/011, Ciputat
10.
Indomaret
Jl. Otista RT 003/011, Ciputat
11.
Alfamart
Jl. H. Usman RT 001/008, Ciputat
Catatan : Sumber Kantor Kelurahan Ciputat4
Kehadiran peritel (Supermarket, Hypermarket, Minimarket) pada sekitar tahun 1980-an pada awalnya tidak mengancam pasar tradisional. Kehadiran para peritel modern yang menyasar konsumen menengah ke atas, saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasar yang kumuh, dengan tampilan dan kualitas buruk, serta harga jual rendah serta sistem tawar-menawar konvensional. Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak 3
https://id.wikipedia.org/wiki/Ciputat,_Tangerang_Selatan (diakses pada tanggal 19 September 2015) 4 Almim A, Data Jumlah Keberadaan Minimarket di Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Wawancara Pribadi, Kantor Kelurahan Ciputat, 08 Oktober 2015.
3
berubah. Supermarket dan Hypermarket banyak bermunculan di mana-mana. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas belanja. Kondisi ini ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan dengan waktu yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan “nilai lebih” dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal pelanggannya.5 Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern sekarang ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan bawah mengeluh. Kendati persaingan antara pasar modern secara teoritis menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, tetapi diketahui juga mengenai dampaknya terhadap pasar tradisional. Mengukur dampaknya amat penting karena mengingat pasar modern yang pada saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional tidak hanya melayani segmen pasar tertentu.6 Jika tidak diimbangi dengan pelayanan dan manajemen yang lebih baik boleh jadi pasar tradisional lama-lama akan bisa mengalami kematian. Kemunculan gerai-gerai minimarket ternyata tidak serta merta membawa perubahan atau dampak baik kepada semua kalangan (konsumen maupun pedagang pasar Tradisional/grosir). Tersebarnya gerai-gerai tersebut malah membawa dampak negatif terhadap pedagang tradisional yang juga menawarkan
5
Ani Nur Fadhillah, Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional, Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2011, hal. 17-18 6 Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia, (Jakarta : Lembaga Penelitian SMERU, 2008), hal.2
4
barang seperti digerai minimarket. Hal ini menyebabkan minat konsumen menjadi berkurang untuk berbelanja di grosir biasa seperti pasar Tradisional dan toko sembako rumahan, mereka lebih nyaman untuk berbelanja di grosir minimarket yang sudah berjumlah 11 gerai di kelurahan Ciputat, selain tempat yang nyaman pelayanan yang diberikan oleh pegawai toko juga sangat memuaskan konsumen, terlebih lagi promo-promo dan potongan harga yang diberikan untuk bahan pokok rumah tangga. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya observasi wawancara penulis terhadap beberapa konsumen pasar yang berada di daerah Ciputat. Pasar grosir sendiri hanya menyediakan bahan pokok rumah tangga tanpa adanya promo ataupun potongan harga terhadap konsumen, ini dikarenakan modal usaha yang mereka keluarkan tidak begitu banyak sehingga hanya memberikan harga yang sesuai dengan modal usaha. Akan tetepi gerai-gerai minimarket bukan usaha perorangan namun satu badan usaha yang dikelola dengan sistem perkulakan, yakni barang-barang yang akan dipasarkan didapatkan dari PT. Indomarko (misalnya) sehingga barang akan selalu ada dan tidak tergantung pada modal usaha. Hal tersebut makin membuat sulit pedagang di pasar tradisional dalam menjalankan usahanya. Pedagang di pasar tradisional harus bersikeras memikirkan pengadaan barang dan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga yang bisa dikatakan biasa. Sedangkan gerai minimarket tanpa harus memikirkan pasokan barang yang akan dijual karena setiap bulan barang-barang yang akan dijual tetap didatangkan sehingga perputaran perdagangan barang tidak terputus dan persediaan barang tetap terjaga. Gerai minimarket juga melakukan inovasi terhadap fitur-fitur perbelanjaan yakni dengan menjual pulsa elektronik dan tiket kereta api, gas dan galon air mineral. Sehingga membuat antusias masyarakat sangat tinggi dalam melakukan kegiatan belanja digerai ini, karena alasan kenyamanan kemudahan serta banyak fitur serta promo yang ditawarkan. Menurut peneliti diduga bahwa hal tersebut semakin membuat menurunnya omset pedagang di pasar tradisional, dan juga aspek-aspek lainnya seperti tingkat kesejahteraan kehidupan, kesehatan, pekerjaan lain, pendidikan, dan juga interaksi sosial. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memilih dan tertarik untuk
5
mengangkat masalah mengenai “Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten”. B.
Identifikasi Masalah Beberapa permasalahan di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan penduduk menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi sangat pesat.
2.
Banyak bermunculan minimarket di Tangerang Selatan.
3.
Jumlah minimarket jauh lebih banyak dibanding jumlah pasar tradisional.
4.
Persepsi tentang minimarket berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi pedagang pasar tradisional.
5. C.
Pasar modern saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional.
Pembatasan Masalah Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik dan tidak meluas diluar
pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah: Pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. D.
Perumusan Masalah Dari banyak fenomena dan fakta sosial yang telah dipaparkan serta
berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan merumuskan permasalahan yakni: Adakah pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten? E.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui adakah pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
6
F.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis. 1.
Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya hasanah
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu di dalam problematika masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran kepada akademisi maupun jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pasar. 2. Secara Praktis a.
Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk memberikan referensi atau informasi yang berhubungan dengan Ekonomi dalam hal ini kaitannya dengan dampak persaingan pasar. b. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah wawasan tentang dampak persaingan pasar. c.
Bagi Masyarakat Sebagai bahan bacaan serta pengetahuan masyarakat seputar pasar,
sehingga masyarakat mengetahui bagaimana persaingan antara pasar modern dan tradisional, serta sistem pengelolaan di dalam pasar tersebut. d. Bagi Pedagang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau gambaran bagi para pedagang khususnya pedagang pasar tradisional untuk melakukan perbaikan-perbaikan seperti perbaikan dalam pengelolaan pasar, penataan tampat atau lahan berjualan, kualitas produk, kemasan produk, inovasi pelayanan terhadap kosumen, dan lainnya guna menghadapi persaingan terhadap pasar-pasar modern (minimarket) yang ada disekitar.
7
e.
Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang pasar, dan pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat dalam penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik 1.
Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat
penting. Memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil menangkap dan memaknai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah “tanggapan langsung atau sesuatu”.1 Selanjutnya, Persepsi menurut Desmita adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya”. 2 Persepsi mengenai apa pun, baik objek sosial maupun non-sosial yang akan mengikuti proses perseptual yang sama, tidak mempersoalkan bagaimana alur informasi yang masuk melalui panca indra kita. Selanjutnya, menurut Leavit dalam Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.3 Persepsi individu atau masyarakat terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya dan memberikan penilaian kondisi stimulus yang dilakukan dalam proses kognitif. Selanjutnya, menurut Chaplin dalam Desmita, mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kajian objektif dengan bantuan indra.4
1
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Gitamedia Press), h. 513 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119 3 Ibid., h. 117 4 Ibid,. 2
8
9
Persepsi seringkali diikuti dengan kata perspektif. Perspektif sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Jadi, perspektif merupakan cara pandang yang muncul akibat kesadaran seseorang terhadap suatu isu yang terjadi. Perspektif dapat dijadikan penambah wawasan atau pengetahuan seseorang agar dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dengan pandangan yang luas. Jadi perspektif memiliki ciri-ciri antara lain: seseorang yang memiliki perspektif yang tinggi akan berpikir luas dan tidak membeda-bedakan sesuatu, jadi tidak memandang masalah dari pandangan sempit dan terkotak-kotak, seseorang yang memiliki perspektif yang tinggi akan dengan mudah dapat berinteraksi dengan orang lain secara harmonis, seseorang yang memiliki perspektif yang tinggi mampu bersaing atau berkompetensi dengan sehat. Pengertian persepsi menurut para ahli di atas berbeda-beda. Namun, dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa persepsi adalah proses pemberian makna atau pandangan, interpretasi dari stimulasi dan sensasi yang diterima oleh individu, disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu tersebut. 2.
Pasar a) Pengertian Pasar Pengertian pasar secara sederhana yang sering didengar di masyarakat, di mana Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa. Pasar adalah “area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya”.5 Berbagai tempat penjualan barang yang dihuni oleh banyak penjual
5
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinanaan Pasar Traisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
10
dari berbagai jenis barang sudah tidak asing lagi bagi kita yang dikenal sebagai masyarakat konsumtif khususnya. Mall, plaza, supermarket, minimarket, itc, pasar tradisionl, pasar kaget, pasar pagi, dan banyak nama pasar lainnya sudah sejak lama kita kenal dan ketahui. Pasar juga dapat dikatakan “suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang atau jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual belikan”.6 Interaksi antar penjual dan pembeli yang dimaksud adalah interaksi dalam konteks permintaan dan penawaran. Semakin tinggi permintaan akan suatu komoditas (barang dan jasa) maka akan semakin tinggi harga komoditas tersebut yang memungkinkan juga semakin tingginya penawaran, dan sebaliknya. Jadi, dengan kata lain permintaan dan penawaran berperan penting dalam penentuan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa). Stanton mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. “Pasar dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian”7 Berdasarkan pernyataan Stanton di atas, pasar adalah tempat di mana orang-orang melakukan kegiatan untuk mendapatkan suatu hal (barang/jasa) yang mereka inginkan dan dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas uang yang dimiliki tersebut untuk dibelanjakannya. Pasar adalah “tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk, yang 6 7
Sugiarto, Ekonomi Mikro (edisi baru), (Jakarta : PT Gramedia Utama, 2007), hal.35 M. Fuad, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal.120
11
mana menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/grosir”.8 Dapat dipahami dari pernyataan di atas bahwa pasar diklasifikasikan menjadi pasar tradisionl yang identik dengan kotor dan bau, pasar modern yang identik dengan bersih dan nyaman, pasar eceran yang identik dengan barang satuan/penjualan dalam kuantitas sedikit, dan pasar grosir yang identik dengan borongan/penjualan dalam kuantitas besar. Pengertian-pengertian tentang pasar tersebut menunjukan adanya 3 unsur utama yang perlu dikaji pada pengertian pasar, yaitu: (1) Orang dengan segala kebutuhan dan keinginannya atau sering disebut sebagai konsumen. (2) Daya beli. Daya beli merupakan faktor yang dapat mengubah keinginan menjadi permintaan. Penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak akan menjadi suatu permintaan apabila masyarakat tidak memiliki daya beli yang memadai. (3) Perilaku dalam pembelian. Perilaku berkaitan dengan pola masyarakat di dalam pasar, seperti pola pengeluaran uang, perubahan selera jenis barang atau jasa, waktu mewujudkan dan membeli, fluktuasi harga atau nilai.9 Pasar tidak tiba-tiba saja muncul atau terbentuk, tetapi sebelum itu sudah lebih dulu ada unsur-unsur yang membentuknya seperti konsumen, daya beli, dan perilaku dalam pembelian. Jika tidak ada konsumen maka tidak akan terbentuk pasar, karena kembali pada pengertian umum bahwa pasar adalah tempat bertemunya penjual (produsen) dan pembeli (konsumen). Begitu pula dengan daya beli, ada konsumen tetapi konsumen terbsebut tidak memiliki kemampuan untuk membeli suatu barang/jasa maka tidak akan terjadi proses jual beli yang menjadi dasar terbentuknya pasar. Sama hal nya dengan perilaku dalam pembelian, pola pengeluaran uang dan selera konsumen menjadi salah satu faktor bagi konsumen untuk melakukan transaksi atau tidak. Semua unsur tersebut akan saling terkait satu sama lain di dalam pasar. 8
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan 9 M. Mursid, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1997), hal. 34
12
Dari beberapa pengertian pasar di atas, penulis menyimpulkan bahwa, pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa yang terdiri dari beberapa penjual dari berbagai jenis barang pada suatu area yang biasa dikenal sebagai mall, plaza, itc, supermarket, minimarket, pasar tradisional, pasar pagi, pasar kaget, dan sejenisnya. Pada umumnya pasar dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu pasar modern dan pasar tradisional, di mana kedua jenis pasar tersebut terbentuk karena adanya beberapa unsur pembentuk pasar seperti; konsumen, daya beli, dan perilaku dalam pembelian. b) Jenis Pasar 1) Pasar Tradisional Pasar tradisional adalah “pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi, atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar”.10 Dibangun berupa toko, kios, los, dan tenda, yang juga terlepas dari kata
mewah, nyaman, teratur, bersih, sejuk, dan wangi,
menggambarkan
bahwa pasar tradisional lebih terarah kepada
semua lapisan masyarakat
walaupun lebih khususnya kepada
masyarakat lapisan menengah dan dengan
berlakunya
sistem
bawah.
tawar-menawar
Ditambah yang
lagi
membuat
masyarakat merasa lebih mudah dalam membeli dan memenuhi kebutuhan, karena bisa lebih menyesuaikan dengan uang juga daya beli yang dimilikinya. Pasar tradisional “biasanya yang terdiri atas kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan 10
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan
13
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan, berupa ikan, buah, sayuran dan yang lain-lain.11 Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan pasar tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Biasanya kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-mayuran, telur, daging, ikan, kue-kue, pakaian, jasa, barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Barang lokal adalah barang yang biasa dijual di pasar tradisional dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual
di
pasar
tradisional
dapat
terjadi
tanpa
adanya
penyortiran/penyeleksian yang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ada di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain sistem pembayaran ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan potongan harga (discount) komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya 11
hal.10
Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini!, (Jakarta, 2011),
14
saing. Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di dusun-dusun sebagai tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi masyarakat.”12 Pasar tradisional bukan hanya sekedar tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi juga sebagai penggerak perekonomian masyarakat. Tidak sedikit masyarakat kecil yang kurang akan pendidikan dan sulit memperoleh pekerjaan, akhirnya memilih pasar tradisional sebagai alternatif untuk menjadi pedagang disana guna bersaing untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Pasar tradisional juga dapat dikatakan sebagai sumber, sumber di mana berbagai komoditas yang mayoritas adalah barang sehari-hari dapat diperoleh dalam skala besar untuk selanjutnya didistribusikan lewat toko-toko kecil sebelum pada akhirnya sampai ke tangan masyarakat selaku konsumen. Dalam lingkup “pasar tradisional sebagai pasar pemerintah, terdapat 3 pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari yaitu : penjual, pembeli, dan pegawai atau pejabat dinas pasar. Selain 3 pelaku utama tersebut terdapat pelaku yang lain yaitu buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman dan copet”.13 Pelaku-pelaku atau yang bisa juga dikatakan sebagai warga pasar ialah orang-orang yang terlibat langsung di dalam lingkup pasar tradisional. Penjual, pembeli, pejabat dinas yang bertugas 12
Eis Al Masitoh, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol. X. No.2, 2013, hal. 4 13 Yeni Masni, Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Makassar, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar, 2014
15
mengelola pasar, buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman, copet, mereka semua yang akan bertanggungjawab atas berjalannya
kegiatan
di
pasar
tradisional.
Tanpa
adanya
pelaku-pelaku tersebut, sepertinya pasar tradisional tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun ciri pasar tradisional yaitu : a. Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi manajemen : planning, organizing, actuating, controlling. b. Tidak ada konsep marketing, yaitu : bahwa pembeli adalah raja, terdapat pelayanan penjualan; penentuan harga berdasarkan perhitungan harga pokok ditambah keuntungan tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman bagi pembeli, dll. Sedangkan penjual pasar tradisional biasanya mempunyai ciri : a. Tempat jualannya kumuh, sempit, tidak nyaman, gelap, kotor b. Penampilan penjualnya tidak menarik c. Cara menempatkan barang dagangan tanpa konsep marketing. Adapun pembeli pasar tradisional mempunyai ciri : a. Rela berdesak-desakan ditempat yang kumuh dan tidak nyaman b. Tidak peduli dengan lalulalang pembeli lainnya c. Pembeli pasar tradisional biasanya menguasai dan mengenal pasar tersebut utamanya adalah masalah harga, karena bila tidak tahu, harga komoditas bisa dua atau tiga kali lipat.14 Ciri-ciri adalah suatu hal yang dapat membedakan antar satu dengan yang lainnya. Di dalam pasar tradisional banyak terdapat ciri khusus yang menggambarkan pasar tersebut, secara umum ciri pasar tradisional adalah tidak adanya sistem/manajemen dalam proses penjualan, tempat berjualan identik dengan bau, kumuh, dan kotor, juga adanya sistem tawar-menawar harga untuk setiap barang yang diperjualbelikan. Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang mayoritas pasarnya dikelola oleh pemerintah dan lebih terarah 14
Ibid.
16
untuk masyarakat lapisan bawah dengan ciri khusus tidak adanya sistem/manajemen dalam proses penjualan, kondisi pasar yang bau, kumuh, dan kotor, juga dengan adanya sistem tawar-menawar yang telah melekat pada kegiatan di pasar tradisional. 3) Pasar Modern Pasar modern adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center di mana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”.15 Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas secara modern. Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar modern dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa mewah, dan juga dengan sistem harga tetap/tidak ada proses tawar-menawar. Menurut Herman Malano “pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar Tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantrum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket.16 Pernyataan Herman Malano diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modern tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional. Hanya saja pada pasar modern cara bertransaksi antar pembeli dengan penjual terjadi secara tidak langsung, pembeli melihat harga pada label harga dan mengambil barang sendiri yang kemudian 15
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan 16 Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal.76
17
dibayarkannya ke kasir. Kegiatan transaksi pun dilakukan di dalam sebuah bangunan yang nyaman dan bersih. Barang-barang yang dijual, tidak hanya bahan makanan tetapi juga barang-barang yang sifatnya tahan lama seperti : peralatan rumah tangga, perlengkapan otomotif, alat tulis, dan lain sebagainya. Pasar
modern
adalah
“tempat
penjualan
barang-barang
kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), di mana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir)”.17 Konsumen pasar modern dituntut untuk menjadi mandiri dalam proses belanjanya, disini kosumen mengambil sendiri barang-barang belanjaan yang ingin dibeli, dengan fasilitas penataan barang yang teratur dan terkelompok berdasarkan jenisnya (sayuran, daging dan ikan, makanan kemasan, minuman, dll), barang-barang terpilih dengan kualitas yang baik, harga jelas yang tertera di barcode setiap barang, serta datang sendiri ke bagian kasir untuk melakukan pembayaran, tidak akan membuat konsumen keberatan untuk melayani dirinya sendiri dalam proses belanja karena sudah didukung dengan manajemen yang membuat semuanya menjadi mudah dan menyenangkan. Herman Malano mengungkapkan “pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).18 Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang tersusun secara modern baik dari sisi dalam maupun sisi luar, hal 17
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, (Jakarta : Media Data, 2009), hal. 91-92 Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal.77 18
18
tersebut dapat dibuktikan dengan pengelolaannya yang dilakukan dengan menggunakan manajemen modern. Hal tersebutlah yang mendukung pasar-pasar modern memiliki kualitas pelayanan dan mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional. Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam, selain barang lokal, barang impor pun tersedia. Barang yang di jual memiliki kualitas yang relatif terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern memiliki persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, adanya keranjang belanja serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara profesional. Sedangkan dari segi rantai distribusi pada
pasar
modern
adalah
produsen,
distributor,
pengecer/konsumen. Adapun yang membedakan pasar modern dengan pasar tradisional adalah dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut : (1) Tidak bisa tawar menawar harga. (2) Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. (3) Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik. (4) Berada dalam bangunan atau ruangan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan). (5) Layanan yang baik dan biasanya memuaskan. (6) Tempatnya bersih dan nyaman, ruangan ber-AC. (7) Tata tempat yang rapih agar konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan dibelinya. (8) Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke kasir dan tentunya tidak ada tawar-menawar lagi19 Nuansa modern sungguh sangat melekat pada pasar modern jika dilihat dari ciri-cirinya tersebut, berbanding terbalik jika kita 19
http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html diakses pada tanggal 27 Februari 2016
19
bandingkan dengan pasar tradisional. Dengan didukung bangunan yang bagus, AC, pelayanan dan kualitas barang yang baik serta ciri lainnya secara tidak langsung sudah memberikan gambaran jelas kepada semua bahwa itu adalah pasar modern. Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini terdapat tiga jenis pasar modern yaitu minimarket, supermarket, hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan. Berikut ini karakteristik dari ketiga pasar modern tersebut : Tabel 2.1 Karakteristik Pasar Modern di Indonesia20 Uraian Minimarket Barang yang Berbagai macam diperdagangkan kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari Jumlah item Kurang dari 5.000 item Jenis produk - Makanan kemasan - barang-barang higienis pokok
Supermarket Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari 5.000 sampai 25.000 item - Makanan kemasan - Barang-barang rumah tangga
Model penjualan
Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen dengan cara swalayan 4.000 - 5.000 m2
Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen akhir dengan cara swalayan Maksimal 400 m2
Luas lahan usaha
Hypermarket Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari Lebih dari 25.000 item - Makanan kemasan - Barang-barang rumah tangga - Elektronik Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen dengan cara swalayan Lebih dari 5.000 m2
Minimarket telah ada sejak 1990-an namun masih terkonsentrasi di kota-kota besar dengan ditandai kehadiran peritel asing dan lokal seperti
Freshmart,
Indomaret,
Circle
K.
Minimarket
terus
berkembang dengan hadirnya format minimarket plus dengan nama 20
Asep ST Sujana, Manajamen Minimarket, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2013), hal. 40-43
20
Alfa
Midi.
Persaingan
yang
ketat
mendorong
munculnya
Minimarket di kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga, dan berkembangnya Minimarket hingga ke kota kecil serta adanya strategi pemotongan harga memungkinkan konsumen kelas menengah bawah untuk mengakses Minimarket. Jadi dapat disimpulkan bahwa, pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center yang pengelolaannya dilaksanakan melalui manajemen dan sarana prasarana bernuansa modern yang identik dengan pelayanan swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir) juga identik dengan sasaran konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. 3.
Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat perkembangan manusia dalam hidupnya dapat dilihat dari pemenuhan kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat menunjukan tingkat hidup seseorang atau sekelompok orang, apakah segala macam kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi secara keseluruhan atau hanya sebatas kebutuhan pokok saja. Menurut Sumardi “kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.”21 Kehidupan seseorang dalam masyarakat tentunya dapat diakui dengan adanya status, dimana status itulah yang menjelaskan seseorang sebagai apa dan siapa. Dan status tersebut ditentukan dengan adanya peran sikap, hak,
21
Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, 2010, hal. 60-62
21
dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh seseorang yang bersangkutan. Sementara W.S Winke menyatakan bahwa “pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimiliki, di mana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.”22 Kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimaksud diatas seperti tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan juga harta benda yang dimiliki. Selanjutya Mubyarto berpendapat “tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja barkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya.”23 Aspek-aspek dalam sosial ekonomi penduduk tersebut dapat dijadikan tolak ukur bagi seseorang untuk mengetahui apakah kondisi sosial ekonominya sudah baik, cukup, atau kurang dengan melihat dari kecukupan pangan dan pemenuhan keperluan ekonomi rumah tangganya. Selain penjelasan menurut beberapa ahli mengenai kondisi sosial ekonomi di atas, Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers mengemukakan ciri-ciri keadaan ekonomi sosial yaitu sebagai berikut : 1) Lebih berpendidikan. 2) Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap lingkungan. 3) Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar. 4) Mempunyai ladang luas. 5) Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk. 6) Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit 7) Pekerjaan lebih spesifik.24 Dilihat dari beberapa penjelasan dan ciri-ciri diatas, maka kondisi sosial ekonomi dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu : 22
Ibid
23
Ibid Ibid
24
22
1) Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan. 2) Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pelajaran. 3) Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. 4) Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari hukum pertukaran barang dan jasa.25 Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah keadaan individu atau kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang penghasilan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya erat dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok. 4.
Tinjauan Regulasi a) Peraturan di Pemerintah Pusat Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi beberapa
peraturan
perundang-undangan
yang
dianggap
sudah
kadaluwarsa, diantaranya adalah Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern sebagai pengganti Perpres No. 118 tahun 2000 yang berisi non pembatasan ritail kepemilikan asing (skala besar) dan Permen Perdagangan No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Beberapa hal penting yang diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tersebut yaitu : a.
Batas luas lantai penjualan Toko Modern : 1) Minimarket < 40 m2, 2) Supermarket 400 m2 s/d 5.000 m2,
25
OK. Laksamana Lufti, Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Journal of Economic Education, hal. 5
23
3) Hypermarket > 5.000 m2 4) Departement store > 400 m2, 5) Perkulakan > 5.000 m2 b.
Pengaturan lokasi : 1) Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder. 2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi pada akses sitem jaringan jalan ateri atau kolektor, dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan.
3) Supermarket dan Departement Store, tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota. 4) Pasar Tradisional, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan. c.
Perizinan : 1) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk pasar tradisional, 2) Izin Usaha Tempat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan, 3) Izin
Usaha
Toko
Modern
(IUTM)
untuk
minimarket,
supermarket, departement store, hypermarket dan perkulakan, 4) Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dan IUTM : Studi kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan Usaha Kecil (UK), 5) IUP2T, IUPP, dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman tata cara perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. d.
Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri
24
maupun
bersama-sama
masing-masing
sesuai
melakukan
sesuai
pembinaan
dengan dan
bidang
tugasnya
pengawasan
Pasar
Tradisional dan Toko Modern. e.
Pemberdayaan 1) Pasar Tradisional Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan potensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.
2) Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam membina
Pasar
Tradisional,
serta
mengawasi
pelaksanaan
kemitraan. Pada fakta dalam Putusan dan data ekonomi dari Saran yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menunjukkan bahwa dalam industri retail terdapat (1) kondisi perilaku persaingan usaha tidak sehat, (2) ketidakseimbangan retail-pemasok dan, (3) terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan (tradisional). Hukum positif memang telah mengatur permasalahan ini yaitu Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar
Tradisional
(Perpres)
dan
Peraturan
Menteri
Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional , Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Permendag) namun dalam analisis KPPU sebagaimana juga dalam terdapat Putusan akuisisi No. 09/KPPU-L/2009, kedua hukum positif ini sulit efektif karena : a) Tidak memiliki sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku usaha yang melanggar kedua peraturan itu; b) Tidak merumuskan siapa penegak hukum bagi pelanggar dua
25
peraturan itu; c) Memberi ruang penetapan jenis dan besaran trading terms yang bersifat sepihak pada retail modern.26 Oleh karena itulah dipandang perlu adanya peraturan setingkat UU yang memiliki kekuatan berlaku lebih kuat dan sanksi lebih tegas, dan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada tanggal 31 Maret 2010 melalui Saran Kebijakan No. 43/K/III/2010 memberikan saran dan kebijakan kepada pemerintah untuk segera membentuk Undang-Undang yang mengatur industri retail sehingga landasan hukum dalam peraturan industri ini menjadi sangat kuat dan meciptakan kesejahteraan rakyat secara optimal. b) Peraturan di Pemerintah Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah memiliki regulasi tentang kebijakan yang mengatur penataan dan pembinaan pasar tradisional dan pasar modern yaitu, Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Beberapa hal penting yang diatur dalam Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tersebut, yaitu : a.
Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern : 1) Lokasi pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pda Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang, termasuk Peraturan Zonasinya. 2) Sistem penjualan dan jenis barang dagangan toko modern meliputi : i.
Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
ii. Departement Store menjual secara eceran barang konsumsi 26
http://www.kppu.go.id/id/blog/2013/02/memahami-urgensi-uu-retail/ September 2015)
(diakses
28
26
utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan iii. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi. 3) Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib memenuhi i.
ketentuan :
Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan;
ii. Memperlihatkan jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya; iii. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan iv. Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib, dan ruang publik yang nyaman. 4) Pusat perbelanjaan atau toko modern wajib melakukan kemitraan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. b.
Pembinaan dan Pengawasan Walikota melakukan koordinasi untuk : 1) Mengantisipasi kemungkinan timbulnya permasalahan dalam pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar Modern; dan 2) Mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalah sebagai akibat pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar Modern.
c.
Sanksi Pelaku usaha yang melanggar ketentuan Peraturan Walikota dapat
27
dikenakan sanksi administratif berupa : peringatan secara tertulis, penghentian kegiatan pembangunan/usaha sementara, pembekuan izin usaha, atau pencabutan izin usaha. B. Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan terdahulu, penulis melihat telah banyak penelitian sebelumnya yang mengangkat penelitian tentang pengaruh pasar modern terhadap pasar tradisional dari berbagai aspek, diantaranya : 1.
Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. Studi Kasus : Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus : Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal ekonomi.
Memberikan
kesimpulan
bahwa
persepsi
masyarakat
memunculkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing fasilitas perdagangan. Masing-masing fasilitas perdagangan, baik toko usaha kecil maupun minimarket memiliki kelebihan dan kekurangan berdasarkan variabel-variabel yang dinilai oleh konsumen pengunjung. Terdapat perubahan kecenderungan pada preferensi pemilihan tujuan berbelanja sebelum dan sesudah berdirinya minimarket di kawasan Kecamatan
Blimbing.
Berdasarkan
jangkauan
pelayanan,
dapat
diketahui bahwa semamkin besar jangkauan Minimarket, maka akan semakin banyak toko yang terfriksi dengan jangkauan pelayanannya.27 2.
Agus Susilo dan Taufik. Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal ekonomi. Dalam hasil penelitiannya, menyimpulkan bahwasanya beberapa kebijakan pemerintah telah dikeluarkan untuk menata pengelolaan pasar, baik pasar modern maupun pasar tradisional. Implementasi kebijakan ini menuntut komitmen lebih besar agar dapat dilaksanakan secara konsisten. Secara makro, beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa
27
Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari, Studi Kasus : Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus : Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang), Jurnal Ekonomi, 2011
28
benar adanya kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional.28 3.
Agussiyah Putra (program pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan). Pengaruh Pengembangan Pasar Modern Terhadap Kehidupan Pasar Modern Terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusar Pasar Medan (Studi kasus : Pusat Pasar Medan). Tesis. Dalam penelitianya menyimpulkan bahwa ternyata keberadaan pasar modern (Medan Mall) mempengaruhi variasi pendapatan pedagang di pusat pasar Medan tersebut. Selain itu terdapat beberapa perbedaan antara pasar modern (Medan Mall) dengan pasar tradisional (pusat pasar Medan, yakni menyangkut perbedaan dalam hal belanja, kenyamanan berbelanja, serta kualitas barang yang diperjualbelikan.29
4.
Eka
Yuliasih
(program
sarjana
pendidikan
Universitas
Negeri
Yogyakarta). Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Skripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Implementasi peraturan pemerintah tentang pasar modern tidak berjalan semestinya. (2) Persepsi negatif pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan pasar modern termasuk dalam kategori tinggi. (3) Keberadaan pasar modern berdampak negatif pada omset (24% dan 16,3%), pendapatan (30% dan 17,5%), dan jumlah pelanggan (32% dan 29%) usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional. (4) Upaya yang dilakukan pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional untuk mempertahankan eksistensi usahanya sangat minim, misalnya hanya dengan menurunkan harga jual beberapa jenis barang.30 28
Agus Susilo dan Taufik, Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi, 2010 29 Agussiyah Putra, Pengaruh Pengembangan Pasar Modern terhadap Kehidupan Pasar Modern Terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusat Pasar Medan (Studi kasus : Pusat Pasar Medan), Universitas Sumatera Utara Medan, 2004 30 Eka Yuliasih, Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen,
29
5.
Dwinita Aryani. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal. Hasil penelitian menujukkan bahwa 66% responden pedagang menyatakan keberadaan minimarket berpengaruh terhadap penurunan pedapatannya. Dari hasil uji beda terdapat perbedaan rata-rata pendapatan pedagang di pasar tradisional sebelum dengan sesudah munculnya minimarket.31
6.
OK. Laksamana Lutfi. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Keamatan Medan Marelan. Jurnal. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kesan pasar tradisional yang panas, semerawut, kotor, becek, tidak aman karena banyak pencopet adalah sangat bertolak belakang dengam toko pasar modern yang ber AC, nyaman, pelayanan, mandiri dan cepat serta relatif aman dari pencopet. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan usaha para pedagang kecil dan menengah.
C. Kerangka Berpikir Pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para pejual dan pembeli untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Secara umum pasar dikelompokkan menjadi 2 yaitu, pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisonal sangat identik dengan ciri-ciri khusunya seperti kumuh, bau, dan terdapat proses tawar-menawar di dalamnya. Sedangkan pasar modern identik pula dengan ciri khususnya seperti sejuk, bersih, dan tidak ada proses tawar-menawar (barcode)/label harga. Ciri-ciri khusus tersebutlah yang pada akhirnya menimbulkan suatu persepsi di kalangan masyarakat khususnya para pedagang di pasar tradisional dimana munculnya kondisi persaingan antar pasar yang secara jelas terlihat bahwa ciri khusus pasar modern menjadi keunggulan bagi para konsumen pasar, dan hal itu memberikan dampak kurang baik terhadap kondisi sosial ekonomi para pedagang
Universitas Negeri Yogykarta, 2013 31 Dwinita Aryani, Efek Pendapatan Tradisional dari Ramainya Kemunculan Minimarket di Kota Malang, Jurnal Ekonomi Vol. 2 No. 2, 2011
30
di pasar tradisional. Kondisi sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Untuk mengurangi persaingan tersebut pemerintah ikut andil membantu yang dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan megenai penataan pasar, diantaranya dalam peraturan pemerintah pusat dan peraturan pemerintah daerah. Kendati pemikiran atas masalah mengenai persepsi persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern tidak begitu saja muncul, tetapi pemikiran tersebut telah beberapa kali dibuktikan serta dikuatkan dengan adanya penelitian-penelitan yang relevan tentang persaingan pasar tradisional dengan pasar modern. Semua gambaran mengenai “Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten” diatas dapat dilihat singkat melalui bagan kerangka berpikir dibawah ini.
31
PASAR
Pasar Tradisional Indikator : 1. Los dan tenda 2. Kumuh, bau 3. Kotor 4. Tawar-menawar 5. Penjualan dengan cara langsung
1. 2. 3. 4. 5.
Kondisi Sosial Ekonomi Indikator : 1. Tingkat pendapatan 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4. Interaksi sosial
Peraturan Pemerintah Pusat : Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dan Permen Perdagangan No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Pasar Modern Indikator : Bangunan gedung Nyaman, sejuk Bersih Harga tetap (barcode) Penjualan dengan cara swalayan
1. 2. 3. 4. 5.
Minimarket Indikator : Kebutuhan sehari-hari < 5.000 item Makanan kemasan higienis Eceran dan swalayan Maksimal 400 m2
Peraturan Pemerintah Daerah : Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
1. Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
2. 3. 4. 5. 6.
Temuan Penelitian : Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari, 2011 Agus Susilo dan Taufik, 2010 Agussiyah Putra, 2004 Eka Yuliasih, 2013 Dwinita Aryanti, 2011 OK. Laksamana Lutfi
32
D. Hipotesis Penelitian Ha :
Terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat kota Tangerang Selatan provinsi Banten.
Ho :
Tidak terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat kota Tangerang Selatan provinsi Banten.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dijadikan untuk penelitian adalah Pasar Tradisional Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, dan yang akan diteliti adalah para pedagang di pasar tradisional tersebut. Pasar tradisional Ciputat dipilih sebagai tempat penelitian karena selain keadaan pasar masih sangat tradisional disana juga terdapat beberapa minimarket seperti Alfamaret dan Indomaret. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 6 (enam) bulan yang dimulai dari bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tahapan Penelitian
Mei 2016
Juni 2016
Juli 2016
Agustus 2016
September 2016
Oktober 2016
Studi Pustaka Penyusunan Laporan Pengumpulan Data Pengolahan & Analisis Data Penyelesaian Laporan
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey, dan data penelitian merupakan data primer. Metode penelitian kuantiatif yaitu metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.1 1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2011), Cet. Ke-13, hal.6
33
34
C. Populasi dan Sampel Data 1.
Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. 3 Untuk mendapatkan sampel yang menggambarkan populasi, maka dalam menentukan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling insidental yang merupakan penentuan sampel berdasarkan kebetulan4, dan juga menggunakan teknik sampling kuota untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.5 Yaitu siapa saja yang menjadi pedagang di pasar Ciputat yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data, dan sampel pada penelitian ini adalah para pedagang yang berada di pasar tradisional Ciputat, yang dipilih secara acak dengan jumlah (kuota) sebanyak 30 sampel. Dikarenakan banyaknya jumlah dan kategori pedagang, maka peneliti hanya memilih beberapa kategori pedagang saja, yaitu pedagang sembako (agen distributor), pedagang peralatan rumah tangga, dan pedagang sayuran. Peneliti
hanya
menyebarkan
instrumen
penelitian
kepada
pedagang-pedagang tersebut karena jenis barang dagang yang mereka jual sama dengan barang dagang yang dijual di minimarket-minimarket seperti Indomaret, Alfamaret, dan Alfamidi.
2 3 4 5
Ibid., hal.80 Ibid., hal.81 Ibid., hal.85 Ibid., hal.85
35
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam mencari data-data, dan informasi yang berupa fakta harus memperhatikan teknik pengumpulan data yang dinilai paling tepat. Sehingga informasi yang didapat benar-benar valid dan reliabel. Seperti halnya data terdiri atas data primer dan data sekunder, maka teknik pengumpulannya pun terdiri dari dua yaitu pengumpulan data primer dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data secara langsung di lapangan oleh peneliti sendiri dan pengumpulan data sekunder melalui kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data tidak secara langsung
di
lapangan,
data
diperoleh
dari
pihak
lain
yang
sudah
mengumpulkannya terlebih dahulu. 1.
Metode Field Research (penelitian lapangan) Untuk memperoleh data primer dan informasi lapangan, penulis menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut: a.
Observasi Sutrisno Hadi dalam buku Sugiyono mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.”6 Pengamatan langsung (observasi), dilakukan dengan jalan melakukan pengamatan operasional pada sampel yang dipilih untuk memonitor kerja yang sebenarnya. Adapun dalam teknik observasi yang digunakan yakni observasi nonpartisan, di mana peneliti hanya mengamati saja tanpa ikut terjun langsung kedalam masalah apa yang sedang di teliti.
b. Kuesioner (Angket) Kuesioner berasal dari bahasa Latin : Questionnaire, yang berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud 6
Ibid., hal.145
36
untuk memperoleh data.7 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. c.
Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.8 Disini merupakan teknik atau pengumpulan data dengan jalan tanya jawab langsung yang terdiri dari dua orang yang berhadap-hadapan, tetapi dalam kedudukan yang berbeda yaitu antara penulis dengan subyek peneliti yang ditentukan. Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu penulis memberikan keabsahan kepada responden untuk berbicara dan memberi keterangan yang diperlukan penulis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Wawancara ini akan dilakukan kepada pedagang pasar tradisional Ciputat.
2.
Metode Library (penelitian kepustakaan) Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data tidak secara langsung di lapangan, data diperoleh dari pihak lain yang sudah mengumpulkannya terlebih dahulu. Metode kepustakaan merupakan
cara
yang
penulis
pilih
untuk
menelusuri
serta
mengumpulkan sumber data, baik berkaitan dengan teori, sumber literatur, dan para pendapat ahli yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang penulis teliti. E. Instrumen Penelitian 1.
7
Definisi Konseptual
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneltian Gabungan, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2014), hal.199 8 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES, 2011), hal.192
37
Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional dapat disimpulkan pengaruh antara proses pemberian makna tentang minimarket yang merupakan salah satu jenis dari pasar modern yang pengelolaannya dilaksanakan melalui manajemen dan sarana prasarana bernuansa modern serta identik dengan pelayanan swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir) dengan posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. 2.
Definisi Operasional a) Persepsi Tentang Minimarket Persepsi adalah tanggapan (penilaian) langsung tentang suatu objek yang prosesnya dialami seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Sedangkan minimarket adalah jenis pasar ritel modern yang paling agresif memperbanyak jumlah gerai dan menerapkan sistem franchise dalam memperbanyak gerai mereka. Tujuannya adalah untuk memperbesar skala usaha sehingga bersaing dengan skala usaha kecil (pasar ritel tradisional), yang akhirnya memperkuat posisi persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisonal. Misalnya, Indomaret, Alfamart, dan Alfa Midi. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang minimarket adalah tanggapan (penilaian) langsung seseorang yang tertuju kepada minimarket. Indikatornya adalah sebagai berikut : 1) Bangunan berupa gedung 2) Nyaman dan sejuk 3) Bersih 4) Harga tetap (Barcode) 5) Penjualan secara swalayan 6) Kebutuhan sehari-hari
38
b) Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan mengenai bagaimana tingkat kehidupan setiap orang baik individu ataupn kelompok yang diukur
dari
tingkat
pendapatan,
tingkat
kesehatan,
tingkat
pendidikan, interaksi dan status sosialnya dalam masayarakat. Indikatornya sebagai berikut : 1) Tingkat pendapatan 2) Pendidikan 3) Kesehatan 4) Interkasi sosial 3.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Agar pengumpulan data lebih tertuju pada tujuan yang akan dicapai,
maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen spenelitian sebagai berikut: Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Pengaruh Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten No. 1.
2.
Variabel
Indikator
No. Butir
Jumlah Soal
Persepsi
a.
Bangunan berupa gedung
1, 2
2
Tentang
b.
Nyaman dan sejuk
3, 4
2
Minimarket (X)
c.
Bersih
5, 6
2
d.
Harga tetap (Barcode)
7, 8
2
e.
Penjualan secara swalayan
9, 10
2
f.
Kebutuhan sehari-hari
11, 12
2
Kondisi Sosial
a.
Tingkat pendapatan
13, 14
2
Ekonomi (Y)
b.
Pendidikan
15, 16
2
c.
Kesehatan
17, 18
2
d.
Interaksi sosial
19,20
2
39
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Penelitian Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten No. 1.
Variabel Persepsi
Indikator a.
Bangunan
Pertanyaan 1)
Jika sebagai pembeli, menurut Anda
Tentang
berupa
apakah bangunan minimarket dengan
Minimarket
gedung
sistem keamanan dan aturan tertentu
(Variabel X)
menjamin kita terhindar dari para penjahat dan preman atau tidak? b.
Nyaman
2)
dan sejuk
Sebagai
pesaing,
menurut
Anda
apakah
penyejuk
ruangan
(AC)
memberi pengaruh besar terhadap penjualan di minimarket? c.
Bersih
3)
Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah barang dengan kemasan yang baik
sudah
kebersihannya?
pasti Lalu
terjamin bagaimana
dengan barang dagangan Anda yang tidak dikemas baik? d.
Harga tetap 4)
Menurut Anda penggunaan barcode
(Barcode)
dan penetapan label harga membuat belanja menjadi lebih mudah (tidak perlu
menanyakan
harga
barang
karena sudah tertera) atau justru membuat belanja menjadi lebih sulit (tidak bisa tawar-menawar)? e.
Penjualan
5)
Menurut Anda apa yang membuat
secara
para konsumen minimarket nyaman
swalayan
dengan sistem swalayan? Padahal dalam sistem tersebut jelas konsumen
40
tidak
dilayani
secara
langsung
layaknya seperti di pasar tradisional? f.
Kebutuhan
6)
sehari-hari
Menurut Anda kebutuhan sehari-hari seperti apa yang sering dibeli oleh konsumen di pasar modern dan pasar tradisional?
2.
Kondisi Sosial
a.
Ekonomi
Tingkat
1)
pendapatan
(Variabel Y)
Pendapatan yang Anda peroleh saat ini bersumber dari mana saja?
2)
Apakah
sudah
cukup
untuk
memenuhi semua kebutuhan hidup Anda dan keluarga? Jika belum, hanya
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan apa saja? b.
Pendidikan
3)
apakah anak Anda bersekolah? Jika iya, sampai tingkat apa? Jika tidak, mengapa?
c.
Kesehatan
4)
Seberapa sering Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda?
5)
Pengobatan apa yang paling sering Anda lakukan jika sakit?
d.
Interaksi sosial
6)
Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga
atau
orang-orang
lain
sekeliling Anda? Seberapa sering Anda berkomunikasi dan ikut serta dalam kegiatan bermasayarakat?
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data digunakan untuk menguraikan keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat di mengerti dan di pahami. Dari jawaban yang telah diberikan oleh responden, kemudian akan di satukan secara sistematis. Tahap-tahap penelitian ini adalah :
41
1.
Tahap Pra-Lapangan Kegiatan ini meliputi rancangan penelitian, memilih tempat penelitian mengurus izin, menilai keadaan lapangan, memilih informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
2.
Tahap Editing dan Skoring Data yang di dapat dari angket diolah melalui tahap ini. Editing merupakan salah satu cara untuk menilai kembali hasil-hasil penelitian yang didapatkan di lapangan yang kemudian diolah dan harus diteliti dan dianalisa dan kemudian memberikan skor terhadap pernyataan yang terdapat di angket penelitian. Salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan Skala Likert. Cara pengukuran adalah dengan mengahdapkan seorang responden dengan sebuah pernyataan dan kemudia diminta untuk memberikan jawaban : Sangat Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Jawaban-jawaban ini diberi skor 1 sampai 5.9 Tabel 3.4 Skor Jawaban Angket Positif (+)
3.
Negatif (-)
Jawaban
Skor
Jawaban
Skor
Sangat Setuju
5
Sangat Setuju
1
Setuju
4
Setuju
2
Ragu-ragu
3
Ragu-ragu
3
Tidak Setuju
2
Tidak Setuju
4
Sangat Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
5
Tahap Analisis Data a) Uji Normalitas Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan Statisitk
9
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3ES, 2011), hal.111
42
Parametris, antara lain dengan menggunakan t-test untuk satu sampel, korelasi dan regresi, analisis varian dan t-test untuk dua sampel. Penggunaan Statistik Parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan untuk menguji normalitas data. 10 Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 22. b) Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun untuk mengumpulkan data itu bersifat valid atau tidak. Validitas suatu instrumen yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur.11 Sedangkan uji reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda. Jadi, suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap sama atau relatif sama.12 c) Uji Hipotesis Pada uji hipotesis secara keseluruhan tentang Pengaruh Persepsi Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional, data yang didapatkan dari angket dianalisa secara kuantitatif. Untuk menganalisa setiap variabel menggunakan rumusan sebagai berikut : F P
=
x 100% N
Sedangkan untuk mencari hubungan kedua variabel digunakan tehnik analisa korelasi dengan rumus product moment dengan 10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2011), Cet. Ke-13, hal.171 11 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneltian Gabungan, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2014), hal.234 12 Ibid., hal.242
43
menggunakan SPSS 22. Selanjutnya persentase yang diperoleh kemudian di interprestasikan, Tabel 3.5 Interprestasi Data Interval Koefesien Tingkat Hubungan/Pengaruh 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1.
Deskripsi Pasar Ciputat a.
Sejarah Singkat Pasar Ciputat Secara sistematis, pasar tradisional Ciputat tidak terklasifikasi secara
rapih dalam hal latar belakang atau literatur sejarahnya. Namun menurut Dani Ardani, S.E (kepala pengelola pasar), dahulu pada awalnya ada tiga lokasi pasar tradisional. Pertama pasar Ciputat, kedua pasar desa Cipayung dan ketiga adalah pasar Pemda (Pemerintah Daerah). Ketiga lokasi tersebut berada pada kawasan desa. Pada tahun 1992 terjadi kebakaran pada ketiga pasar tersebut, kemudian atas desakan pedagang melalui Kumpulan Pedagang (KOPAH) ketiga pasar tersebut kembali dibangun dan dielaborasi menjadi satu nama, yaitu pasar Ciputat. Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dalam Kajian dan Evaluasi Pasar Ciputat menjelaskan seiring dengan situasi dan kondisi perkembangan pembangunan yang ada di Kabupaten Tangerang pada tahun 1994, Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang melaksanakan Perjanjian Kerjasama dengan PT. Betani Multi Sarana dalam Pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Peremajaan Pasar serta Terminal Ciputat. Kerjasama ini didasarkan pada Perjanjian Kerjasama Bersyarat No. 551.22/1755-Um/1992 tentang Kerjasama Pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Peremajaan Pasar serta Terminal Ciputat antara Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dengan PT. Betania Multi Sarana.1 b. Perkembangan Pasar Ciputat Memasuki periode 90-an Pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai 1
Ahmad Reza Safitri, Dampak Ritail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat Tangerang Selatan, Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
44
45
dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan Aria Putra. Wilayah Pasar Ciputat meliputi Masjid Agung Al Jihad, Kantor Ranting Veteran, Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar Ciputat kini terus berkembang seiring dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri. Contohnya dengan kehadiran fly-over yang dibangun pada 2007, memberikan respon yang positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi Ciputat. Hal lainnya adalah adanya kantor Pegadaian di pinggir pasar. Ironisnya, kini pasar Ciputat diwarnai hadirnya minimarket seperti Alfamart dan Alfa Midi di tengah-tengah pasar. Di sekitar Pasar Ciputat juga terdapat pusat-pusat perbelanjaan seperti Ramayana, Carrefour dan Plaza Ciputat.2 Pasar Ciputat mengalami perkembangan lain terkait dengan penetapan klasifikasi pasar, berasarkan Surat Keputusan Bupati Tangerang No. 511.2/Kep.249-Huk/2004 tentang Penetapan Klasifikasi Pasar Daerah Kabupaten Tangerang Pasar Ciputat dikategorikan sebagai Pasar Kelas I di mana sidat kegiatan yang dimiliki bercorak eceran dan waktu kegiatan yang dilakukan adalah siang dan malam.3 Berdasarkan
Undang-Undang
No
51
Tahun
2008
tentang
Pembentukan Kota Tagerang Selatan makan penyerahan asset dan dokumen kepada Pemerintah Tangerang Selatan dari Kabupaten Tangerang dilakukan lambat lima tahun sejak pelantikan Pejabat Walikota. Pelantikan Pejabat Walikota sendiri telah dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2009 oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto berdasrkan SK Mendagri No. 131.36-883 tahun 2009.4 Berdasarkan Undang-Undang No 51 Tahun 2008 tersebut, Pasar Ciputat bisa dikategorikan sebagai asset milik Pemerintah Kota 2
Dwi Anggraini Puspa Ningrum, Rona Pasar Ciputat, pada www.akumassa.co.id. 05 Oktober 2016 3 Ahmad Reza Safitri, Dampak Ritail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat Tangerang Selatan, Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 4 Ibid.
46
Tangerang Sekatan karena dikelola oleh BUMD Kabupaten Tangerang yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kota Tangerang Selatan. Dalam Undang-Undang tersebut telah diatur bahwa yang dimaksud asset dan dokument meliputi : a) Barang milik dan atau yang dikuasai baik barang bergerak maupun tidak bergerak dan atau yang dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang berada dalam wilayah Kota Tangerang Selatan. b) BUMD Kabupaten Tangerang yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kota Tangerang Selatan. c) Utang piutang Kabupaten Tangerang yang kegunaannya untuk Kota Tangerang Selatan. d) Dokumen dan arsip yang karena sifatnya dioerlukan oleh Kota Tangerang Selatan.5 2.
Deskripsi Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar
Pasundan Provinsi Banten, Indonesia dengan total luas area 147.19 km2. Kota ini terletak 30 km sebelah barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang di sebelah utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di sebelah selatan, Kabupaten Tangerang di sebelah barat, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur. Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar kelima di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok. Populasi penduduknya tercatat pada akhir tahun 2010 adalah 1.290.821 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 8.800/km2. Wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Pada 29 Oktober 2008, pembentukan Kota Tangerang Selatan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, 5
Ibid.
47
dengan tujuh kecamatan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang telah disetujui oleh DPRD Kabupaten Tangerang pada 27 Desember 2006. Berikut kepala daerah yang pernah memimpin Kota Tangerang Selatan : 1) HM. Shaleh MT, pejabat wali kota (24 Januari 2009-18 Juli 2010) 2) H. Eutik Suarta, S.H. pejabat wali kota (18 Juli 2010-24 Januari 2011) 3) Hidayat Djohari, penjabat wali kota (24 Januari 2011-20 April 2011) 4) Airin Rachmi Diany sebagai wali kota dan Benyamin Davnie sebagai wakil wali kota (menjabat sejak 20 April 2011). Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan DKI Jakarta. Selain itu, Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat. Tangerang Selatan terdiri atas 7 kecamatan, yang dibagi lagi atas 49 kelurahan dan 5 desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008, Tangerang Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan: 1) Serpong dengan luas 2.404 Ha 2) Serpong Utara dengan luas 1.784 Ha 3) Ciputat dengan luas 1.838 Ha 4) Ciputat Timur dengan luas 1.543 Ha 5) Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha 6) Pamulang dengan luas 2.682 Ha 7) Setu dengan luas 1.480 Ha6
6 Tangerang Selatan, pada https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang_Selatan, diakses 03 Oktober 2013
48
3.
Karakteristik Responden a.
No 1. 2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase % Laki-laki 14 46.67% Perempuan 16 53.33% 30 100% Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 46.67% pedagang laki-laki dan 53.33% pedagang perempuan. Artinya pedagang di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh perempuan. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 4.1
53%
47%
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase % 20 - 25 tahun 11 36.67% 25 - 30 tahun 6 20% 30 -35 tahun 4 13.33% 35 - 40 tahun 7 23.33% >40 tahun 2 6.67% 30 100% Jumlah
49
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 37% usia 20-25 tahun, 20% usia 25-30 tahun, 13% usia 30-35 tahun, 23% usia 35-40 tahun, dan 7% usia >40 tahun. Artinya pedagang di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh pedagang berusia 20-25 tahun. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 4.2
7% 23%
13%
c.
No 1. 2.
37%
20%
Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili Domisili Frekuensi Persentase % Ciputat 15 50% Luar Ciputat 15 50% 30 100% Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar
tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 50% berdomisili di Ciputat, dan 50% berdomisili di Luar Ciputat. Artinya pedagang di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini sama besar didominasi oleh pedagang yang berdomisili di Ciputat dan di Luar Ciputat. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut :
50
Gambar 4.3
50%
50%
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir No Pendidikan Akhir Frekuensi Persentase % 1. SD 2 6.67% 2. SMP 8 26.67% 3. SMA 19 63.33% 4. S1 1 3.33% 5. > S1 0 0% 30 100% Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 6.67% lulusan SD, 26.67% lulusan SMP, 63.33% lulusan SMA, 3.33% lulusan S1, dan 0% lulusan >S1. Artinya pedagang di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh lulusan SMA. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 4.4
3% 7%
27% 63%
51
e.
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan Penghasilan Perbulan No Frekuensi Persentase % (Rp) 1. 750.000 - 1.500.000 9 30% 2. 1.500.000 - 2.250.000 4 13.33% 3. 2.250.000 - 3.000.000 6 20% 4. 3.000.000 - 3.2750.000 8 26.67% 5. >3.750.000 3 10% 30 100% Jumlah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah pedagang di pasar tradisional Ciputat sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 30% berpenghasilan perbulan
perbulan
750.000-1.500.000,
1.500.000-2.250.000,
20%
13%
berpenghasilan
berpenghasilan
perbulan
2.250.000-3.000.000, 27% berpenghasilan perbulan 3.000.000-3.750.000, dan 10% berpenghasilan >3.750.000. Artinya pedagang di pasar tersebut yang menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh pedagang dengan penghasilan perbulan 3.000.000-3.750.000. Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar berikut : Gambar 4.5
10% 30% 27% 13% 20%
52
4.
Deskripsi Variabel Penelitian a. Variabel Persepsi Tentang Minimarket Persepsi Tentang Minimarket adalah proses pemberian makna, interprestasi dari stimulasi dan sensasi yang dierima oleh individu yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu tersebut yang berkaitan dengan adanya minimarket. Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya persepsi tentang minimarket itu meliputi pandangan mengenai bangunan minimarket yang berupa gedung, kondisi nyaman dan sejuk, keadaan yang bersih, harga tetap (barcode) yang dibantu dengan pemasangan label harga pada barang, serta sistem penjualan dengan cara swalayan. Dari indikator diatas di muat dalam 12 pernyataan dengan disertai 5 alternatif jawaban. Berikut ini adalah skor rata-rata variabel pendidikan dan latiha profesi guru berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner penelitian. Alternatif jawaban : Tentang Persepsi Tentang Minimarket : 1) Alternatif jawaban SS (sangat setuju) dengan bobot nilai 5 2) Alternatif jawaban S (setuju) dengan bobot nilai 4 3) Alternatif jawaban R (ragu-ragu) dengan bobot nilai 3 4) Alternatif jawaban TS (tidak setuju) dengan bobot nilai 2 5) Alternatif jawaban STS (sangat tidak setuju) dengan bobot nilai 1
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 4.6 Skor Variabel Persepsi Tentang Minimarket Jumlah Nilai No. Jumlah Nilai 52 16 54 47 17 46 44 18 43 43 19 42 47 20 42 47 21 45 48 22 41 47 23 46
53
9 10 11 12 13 14 15
41 46 48 38 46 42 48
24 25 26 27 28 29 30
44 39 40 43 45 41 44
Untuk menentukan nilai interval dari hasil angket tentang Persepsi Tentang Minimarket, penulis menggunakan rumus : 1) Mean :
= =
1339 30 44.633
2) Jumlah Interval : K
= 1 + 3.3 log N = 1 + 3.3 log 30 = 1 + 4.8745001406 = 5.8745001406 (dibulatkan menjadi 6)
3) Range : Xmax = 54 R
Xmin = 38
= Xmax - Xmin = 54 - 38 = 16
4) Menentukan Interval Kelas : range i = Jumlah interval 16 = = 2.667 (dibulatkan menjadi 3) 6 Jadi, interval kelasnya 3 dan jumlah intervalnya 6.
54
Tabel 4.7 Kategori Persepsi Tentang Minimarket No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Interval Kategori 52 - 54 Sangat Baik 49 - 51 Baik 46 - 48 Cukup Baik 43 - 45 Cukup 40 - 42 Buruk 38 - 39 Sangat Buruk Jumlah
Frekuensi 2 3 8 8 7 2 30
Persentase 6.67% 10% 26.67% 26.67% 23.33% 6.67% 100%
Dari tabel di atas dapat ketahui bahwa : a) Sebanyak 2 responden (6.67%) termasuk dalam ketegori sangat baik. b) Sebanyak 3 responden (10%) termasuk dalam kategori baik. c) Sebanyak 8 responden (26.67%) termasuk dalam kategori cukup. d) Sebanyak 8 responden (26.67%) termasuk dalam kategori cukup baik. e) Sebanyak 7 responden (23.33 %) termasuk dalam kategori buruk. f)
Sebanyak 2 responden (6.67%) termasuk dalam kategori sangat buruk.
Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa hasil angket dari responden berkenaan dengan persepi tentang minimarket, dengan nilai terendah 38 dan nilai tertinggi 54. Berdasarkan hasil perhitungan Mean
55
adalah 44.63 termasuk dalam kategori cukup baik, ini terbukti dengan skor 8 responden (26.67%) pada kategori cukup baik dan dengan yang sama pada kategori cukup. b. Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok. Kondisi tersebut yaitu meliputi tingkat penghasilan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Dari indikator tersebut di muat dalam 8 pernyataan dengan disertai 5 alternatif jawaban. Berikut ini adalah skor rata-rata variabel kondisi sosial ekonomi berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner penelitian. Alternatif jawaban : Tentang Kondisi Sosial Ekonomi : 1) Alternatif jawaban SS (sangat setuju) dengan bobot nilai 5 2) Alternatif jawaban S (setuju) dengan bobot nilai 4 3) Alternatif jawaban R (ragu-ragu) dengan bobot nilai 3 4) Alternatif jawaban TS (tidak setuju) dengan bobot nilai 2 5) Alternatif jawaban STS (sangat tidak setuju) dengan bobot nilai 1
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.8 Skor Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah Nilai No. Jumlah Nilai 30 16 31 30 17 31 31 18 29 29 19 29 30 20 31 30 21 34 25 22 25
56
8 9 10 11 12 13 14 15
30 27 25 30 28 26 31 27
23 24 25 26 27 28 29 30
24 26 28 28 28 32 29 24
Untuk menentukan nilai interval dari hasil angket tentang Kondisi Sosial Ekonomi, penulis menggunakan rumus : 1) Mean :
= =
858 30 28.6
2) Jumlah Interval : K
= 1 + 3.3 log N = 1 + 3.3 log 30 = 1 + 4.8745001406 = 5.8745001406 (dibulatkan menjadi 6)
3) Range : Xmax = 34 R
Xmin = 24
= Xmax - Xmin = 34 - 24 = 10
4) Menentukan Interval Kelas : range i = Jumlah interval 10 = = 1.667 (dibulatkan menjadi 2) 6 Jadi, interval kelasnya 2 dan jumlah intervalnya 6.
57
Tabel 4.9 Kategori Kondisi Sosial Ekonomi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Interval Kategori 33 -34 Sangat Baik 31- 32 Baik 29 - 30 Cukup Baik 27 - 28 Cukup 25 - 26 Buruk 23 - 24 Sangat Buruk Jumlah
Frekuensi 1 6 10 6 5 2 30
Persentase 3.33 % 20 % 33.33 % 20 % 16.67 % 6.67 % 100%
Dari tabel di atas dapat ketahui bahwa : a) Sebanyak 1 responden (3.33 %) termasuk dalam ketegori sangat baik. b) Sebanyak 6 responden (20 %) termasuk dalam kategori baik. c) Sebanyak 10 responden (33.33 %) termasuk dalam kategori cukup. d) Sebanyak 6 responden (20 %) termasuk dalam kategori cukup baik. e) Sebanyak 5 responden (16.67 %) termasuk dalam kategori buruk. f)
Sebanyak 2 responden (6.67%) termasuk dalam kategori sangat buruk.
Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa hasil angket dari responden berkenaan dengan persepi tentang minimarket, dengan nilai terendah 24 dan nilai tertinggi 34. Berdasarkan hasil perhitungan Mean
58
adalah 28.6 termasuk dalam kategori cukup, ini terbukti dengan skor 10 responden (33.33%) pada kategori cukup. B.
Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data,
masing-masing variabel. Uji normalitas dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 22 bagian Kolmogorov-smirnov. Ketentuan perhitungan normalitas ini adalah apabila sig. > 0,05 maka data tersebut normal, sebaliknya jika sig. < 0,05 maka data tersebut tidak normal. Adapun hasil perhitungan terhadap data tersebut adalah :
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang
df Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang
30
Kolmogorov-Smirnova Taraf Sig. Keputusan Signifikansi .200
0.05
Normal
59
Terlihat pada tabel 4.10 di atas bahwa nilai signifikansi Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang 0,200 (>0,05). Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal. 2.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya
butir-butir soal tes. Peneliti hanya akan menggunakan soal-soal yang terbukti valid dari hasil analisa instrumen. Hasil analisa perhitungan validitas butir soal (r
hitung
) dikonsultasikan dengan (r
tabel
), dengan taraf
signifikan 5%. Bila (r hitung > r tabel) maka butir soal tersebut dikatakan valid. Sebaliknya bila(r hitung < r tabel) maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 22, yaitu dengan memperhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation, yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item. Berikut ini hasil uji validitas Persepsi Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi : Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Item No r hitung r tabel Kesimpulan ,808 VALID 1 0,361 2
,635
0,361
VALID
3
,546
0,361
VALID
4
,738
0,361
VALID
5
,383
0,361
VALID
6
,290
0,361
TIDAK VALID
7
,649
0,361
VALID
8
-,320
0,361
TIDAK VALID
9
,359
0,361
TIDAK VALID
10
,808
0,361
VALID
11
,808
0,361
VALID
12
,738
0,361
VALID
13
,635
0,361
VALID
60
14
,546
0,361
VALID
15
,578
0,361
VALID
16
-,124
0,361
TIDAK VALID
17
,808
0,361
VALID
18
,738
0,361
VALID
19
,546
0,361
VALID
20
,596
0,361
VALID
Terlihat pada tabel diatas bahwa dari 20 soal yang diujikan, terdapat 16 soal yang valid dan 4 soal yang tidak valid. Maka dalam penelitian peneliti hanya menggunakan soal yang valid. 3.
Analisis Reliabilitas Tes Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas
pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan. Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Koefisien reliabilitas butir soal Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi diperoleh r
hitung
= 0,748 sedangkan product
moment dengan taraf signifikan 5 % dan n = 30 diperoleh = 0,349, karena (r hitung
> r
tabel
) artinya koefisien reliabilitas butir soal uji coba memiliki
kriteria penguji yang tinggi (reliabel). 4.
Pengujian Hipotesis Deskriptif data hasil korelasi antara Persepsi Tentang Minimarket
(variabel X) dan Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang (variabel Y) yang
61
dilakukan pada pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten dengan menggunakan bantuan software SPSS 22 for window dengan tekhnik enter methode, yaitu dengan cara memasukkan data variabel X (Persepsi Tentang Minimarket) dan variabel Y (Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang) kedalam form yang tersedia pada program tersebut, seperti tabel berikut :
a) Uji F (Uji Simultan) Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji anova, dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil olah data untuk mengetahui uji F ini dapat dilihat pada bagian Anova dalam tabel hasil uji regresi sederhana. Berdasarkan hasil Uji F pengaruh antara Perepsi Tentang Minimarket terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.13
Dari hasil tabel 4.13 di atas diperoleh F sebesar 34,744 dengan tingkat signifikansi (sig) sama dengan atau lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan secara bersama-sama terdapat pengaruh antara Persepsi Tentang Minimarket (variabel X) dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang (variabel Y).
62
b) Uji T Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan Uji T atau uji parsial. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada t hitung yang dapat dilihat pada bagian Coefficients pada tabel hasil uji regresi sederhana. Maka hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.14
Berdasarkan hasil pada tabel 4.14 di atas diperoleh t hitung sebesar 5,894 > t tabel 1,701 dan nilai signifikansi (sig) ,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya Persepsi Tentang Minimarket (X) berpengaruh signifikansi terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang (Y). Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kedua variabel dan untuk melihat seberapa besar variabel Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di pengaruhi oleh variabel Persepsi Tentang Minimarket dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.15
63
Tabel 4.16 Pedoman Interprestasi Koefesiansi Korelasi7 Interval Koefesien Tingkat Hubungan/Pengaruh 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat Dapat dilihat pada tabel 4.15 dan tabel 4.16 bahwa nilai koefesiensi tabel R adalah 0,744, berada diantara 0,00 - 0,199 maka dapat disimpulkan pengaruh anatara variabel X dengan variabel Y dalam kategori kuat. Kemudian untuk melihat seberapa besar kontribusi Persepsi Tentang Minimarket mempengaruhi Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang dapat digunakan rumus Koefisien Penentu (KP) atau ada yang menyebutnya Koefisien Determinasi yang dirumuskan KP = R2 x 100%. KP = 0,7442 x 100 % = 55,4 % Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Persepsi Tentang Minimarket memberi pengaruh terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang hanya sebesar 55,4 % sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain. C.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil rumusan masalah
yang dibuat, pemaparan teori, pengolahan data dan pengujian hipotesis, maka penelitian ini dapat dijelaskan dan dilihat pada tabel 4.14 hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi tentang minimarket berpengaruh signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat. Hal ini terlihat dari perolehan nilai f sebesar 34,744 dengan tingkat signifikansi (sig) sama dengan atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung diperoleh sebesar 5,894 > t tabel 1,701 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang minimarket dengan kondisi sosial ekonomi pedagang atau 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2011), Cet. Ke-13, hal. 184
64
dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa persepsi tentang minimarket berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Susilo dan Taufik yang menyatakan bahwa benar adanya kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agussiyah Putra yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa ternyata keberadaan pasar modern mempengaruhi variasi pendapatan pedagang di pusat pasar tradisional tersebut. Selain itu terdapat beberapa perbedaan antara pasar modern dengan pasar tradisional, yakni menyangkut perbedaan dalam hal belanja, kenyamanan berbelanja, serta kualitas barang yang diperjualbelikan. Dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwinita Aryani yang menyatakan bahwa keberadaan minimarket berpengaruh terhadap penurunan pendapatan. Kemudian dapat dilihat pada tabel 4.15 dan perhitungan besarnya kontribusi pengaruh persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang diperoleh nilai R sebesar 0,744 yang menunjukkan bahwa pengaruh antara persepsi tentang minimarket dengan kondisi sosial ekonomi pedagang termasuk dalam kategori kuat, dan diperloeh nilai Koefisien Penentu atau Koefisien Determinasi sebesar 55,4% yang menunjukkan bahwa persepsi tentang minimarket memberi pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang hanya sebesar 55,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Kondisi sosial ekonomi pedagang tidak hanya dipengaruhi oleh adanya persepsi tentang minimarket yang khususnya mempengaruhi pendapatan mereka atau dengan kata lain hanya dilihat dari sudut pandang tingkatan dan perubahan dalam pendapatannya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh hal-hal lain seperti keadaan lapangan di pasar, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, kesehatan, pola pikir, dan kemampuan para pedagang dalam bersosialisasi bermasyarakat dalam lingkungan. Hal ini sejalan dengan hasil obervasi pra-penelitian yang peneliti lakukan, dimana ditemukan informasi bahwa para pedagang sayuran, daging, sembako,
65
dan buah-buahan memang kurang mendapatkan perhatian dari pengelola pasar, kurang mendapatkan tempat yang layak dan nyaman untuk berdagang, mereka tidak mendapatkan jatah kios namun hanya sekedar di tenda / lapak yang mereka dirikan sendiri di trotoar atau pinggir-pinggir jalan namun tetap membayar uang iuran bulanan untuk biaya sewa tempat tenda mereka kepada pengelola ataupun preman pasar. Pedagang sayur-sayuran, daging dan sembako banyak berkumpul disepanjang jalan H. Usman (bagian samping pasar Ciputat), sedangkan pedagang buah berkumpul disepanjang jalan Dewi Sartika (depan Masjid Agung Ciputat). Dengan keadaan yang seperti itu, para pedagang tersebut menjadi terbatas untuk melakukan kreasi dan inovasi dalam menghadapi persaingan terhadap pasar modern seperti minimarket-minimarket yang banyak berdiri di sekitarnya. Hal ini juga sejalan dengan hasil angket penelitian dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada para pedagang yang menjadi sampel penelitian, yang menunjukkan bahwa para pedagang di pasar Tradisional Ciputat tidak jarang yang memiliki banyak anak atau tanggungan keluarga lainnya sedangkan sumber penghasilannya hanya diperoleh dari hasil berdagang yang pada akhirnya membuat kondisi sosial ekonomi keluarga mereka menjadi rendah atau hanya sekedar cukup. Para pedagang juga tidak sedikit yang hanya memikirkan pendidikan untuk sebatas formalitas sampai bisa membaca, menulis dan menghitung saja, rata-rata tingkat pendidikan akhir mereka adalah SMA, jarang sekali yang menempuh pendidikan sampai tingkat universitas, para orang tua lebih memilih mengalihkan biaya pendidikan untuk keperluan lain dan para anak lebih memilih untuk bebas dari pendidikan untuk ikut membantu atau menggantikan orang tua nya berdagang di pasar. Dari sisi kesehatan, para pedagang dominan tidak terlalu mementingkan kesehatan fisiknya, mereka jarang sekali memeriksakan kesehatannya ke dokter bahkan disaat sakit seriuspun lebih memilih untuk meminum obat-obatan warung seadanya. Sedangakan dari sisi pola pikir dan cara bersosialisasi, para pedagang berangapan bahwa kehidupan mereka memanglah di pasar, orang tua yang
66
berdagang mengarahkan anaknya untuk berdagang juga, pendidikan yang seadanya membuat ruang gerak mereka terbatas untuk bergerak lebih banyak lagi dan masih kurangnya kesadaran bahwa dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kualitas kondisi kehidupannya, lingkungan pasar yang sudah melekat pada seorang pedagang seperti menutup lingkungan lainnya dari kehidupan mereka. Ditemui juga informasi dari para pedagang yang dijadikan sampel penelitian bahwa ternyata mereka pun tidak hanya serta merta merasa tersaingi atau terancam terhadap munculnya minimarket-minimarket disekitar, tetapi mereka juga menikmati keberadaan minimarket-minimarket tersebut, mereka tidak jarang membeli keperluan sehari-hari untuk keperluan pribadi atau rumah tangga di minimarket terlebih lagi ketika didapatkan ada diskon (potongan harga) di minimarket. Dengan kata lain, di dalam suatu persaingan tetap ada keuntungan dan kerugian baik dari pihak yang tersaingin maupun pihak yang menyaingi seperti pasar tradisional dengan pasar modern (minimarket).
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang minimarket berpengaruh signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat sebesar 55,4%. Hal ini terlihat dari perolehan nilai f sebesar 34,744 dengan tingkat signifikansi (sig) sama dengan atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung diperoleh sebesar 5,894 > t tabel 1,701 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang minimarket dengan kondisi sosial ekonomi pedagang atau dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh antara persepsi tentang minimarket terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. B. Implikasi Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pemerintah kota Tangerang Selatan setempat memiliki tugas ekstra untuk lebih memperhatikan lagi bagaimana keadaan para pedagang di pasar tradisional, meninjau kembali pengaplikasian peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai
penataan dan pembinaan pasar tradisional dan modern. Penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa para pedagang di pasar tradisional Ciputat mengalami perubahan tingkat pendapatan yang dominan menurun, hal ini dilihat dari tahun ke tahun sebelum dan sesudah maraknya minimarket bermunculan. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran kepada : 1.
Pemerintah
Kota
Tangerang
Selatan
diharapkan
untuk
lebih
memperhatikan dan meningkatkan pengaplikasian Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penataan
67
68
2.
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern terutama mengenai lokasi pendirian, sistem penjualan dan jenis barang, syarat pendirian, serta sanksi tegas yang seharusnya diberlakukan kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Peraturan Walikota tersebut.
3.
Pelaku usaha minimarket diharapkan mengkaji ulang seluruh aspek yang berkaitan dengan pendirian usaha minimarket di sekitar pasar tradisional, sehingga tidak menimbulkan persaingan-persaingan tidak sehat kepada para pedagang di pasar tradisional.
4.
Pengelola dan pedagang di pasar tradisional hendaknya melakukan berbagai kreasi dan inovasi seperti penataan lapak yang lebih rapih dan teratur, pengelolaan lebih untuk kebersihan pasar, tempat parkir yang jelas, serta inovasi-inovasi lain yang sekiranya dapat membuat konsumen menjadi lebih nyaman lagi untuk belanja di pasar tradisional, sehingga dapat terus meningkatkan eksistensi pasar tradisional di tengah-tengah maraknya persaingan dengan berbagai minimarket yang ada di sekitarnya guna untuk meningkatkan taraf kondisi sosial ekonomi kehidupan para pedagang di pasar tradisonal.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010. Fuad, M. Pengantar Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2006. Hakim, Muhammad Aziz. Menguasai Pasar Mengeruk Untung. Jakarta : Renaisan PT. Krisna Persada, 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Gitamedia Press. Malano, Herman. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2011. Mursid, M. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1997. Permadi, Gilang. Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini!. Jakarta, 2011. Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. 2011. ST Sujana, Asep. Manajamen Minimarket. Jakarta : Raih Asa Sukses. 2013. Sugiarto. Ekonomi Mikro (edisi baru). Jakarta : PT Gramedia Utama. 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : ALFABET, 2011. Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneltian Gabungan. Jakarta : Prenadamedia Group. 2014. SKRIPSI, TESIS, DISERTASI Fadhillah, Ani Nur. “Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional”. Skripsi pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang, 2011.
69
70
Masni, Yeni. Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Makassar. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. 2014. Putra, Agussiyah. Pengaruh Pengembangan Pasar Modern terhadap Kehidupan Pasar Tradisional di Pusat Pasar Medan (Studi kasus : Pusat Pasar Medan). Tesis pada Universitas Sumatera Utara Medan. 2004. Safitri, Ahamd Reza. Dampak Ritail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010. Yuliasih, Eka. Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Skripsi pada Universitas Negeri Yogykarta, 2013. JURNAL Al-Masitoh, Eis. Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul. Jurnal PMI Vol. X. No.2. 2013. Aryani, Dwinita. Efek Pendapatan Tradisional dari Ramainya Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal Ekonomi Vol. 2 No. 2. 2011. Basrowi dan Siti Juariyah. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, 2010. Hadiz, Liza. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Jakarta : Lembaga Penelitian SMERU. Jurnal Ekonomi, 2008. Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. Studi Kasus : Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus : Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Ekonomi. OK. Laksamana Lufti, Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Journal of Economic Education.
71
Susilo, Agus., dan Taufik. Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Kopersi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal Ekonomi, 2010. WEBSITE Ciputat. https://id.wikipedia.org/wiki/Ciputat,_Tangerang_Selatan. 19 September 2015. Http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya. html diakses pada tanggal 27 Februari 2016. Http://storage.jak-stik.ac.id/ ProdukHukum/Perdagangan/mpp23.pdf pada 20 Sepetember 2015. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 Tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. http://www.kppu.go.id. 28 September 2015. Redesain Pasar Tradisional Jongke, Surakara. http://e-journal.uajy.ac.id/835/3/2TA12704.pdf . 25 Februari 2016. Rona Pasar Ciputat. www.akumassa.co.id. pada 05 Oktober 2016.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
LEMBAR OBSERVASI PASAR TRADISIONAL CIPUTAT
Fokus Observasi
: Mengenali Keadaan Lapangan Pasar Tradisional Ciputat
Hari/Tanggal Observasi : Kamis, 08 Oktober 2015 Tempat Observasi
: Pasar Tradisional Ciputat
Pihak Terkait
: Pedagang, Konsumen, Petugas Pengelola Pasar
Waktu 09:00- 11:00
Deskripsi
Makna
Peneliti datang ke pasar tradisional Ciputat Merupakan tahap awal bagi untuk langsung
mengamati di
pasar.
bagaimana Peneliti
keadaan peneliti mengamati kontak
dalam
melakukan
dengan
ruang-ruang pasar baik ruang bagian dalam tradisional Ciputat. maupun bagian luar yang banyak ditempati para pedagang untuk berdagang. Terlihat disana pada ruang bagian dalam pasar dipenuhi oleh bangunan berupa kios-kios yang mayoritas diisi oleh pedagang pakaian dan perabotan rumah tangga. Sedangkan para pedagang sayuran, daging, serta bahan makanan lainnya termasuk semabako tidak mendapatkan jatah kios untuk berdagang melainkan mereka berdagang di ruang bagian depan pasar seperti di pinggir-pinggir gedung pasar, di pinggir-pinggir jalan, dibawah jembatan, di trotoar jalan yang bentuk bangunan nya hanya berupa tenda-tenda atau lapak saja. Setelah mengamati dengan sendiri bagaimana keadaan pasar Ciputat, peneliti mulai mengunjungi beberapa pedagang dan
pasar
konsumen di pasar tersebut. 11.00 - 13.00
Selanjutnya peneliti mengunjungi beberapa Pada observasi pedagang dan kosumen pasar. Dari banyak peneliti
tahap
ini
mengumpulkan
pedagang pasar peneliti hanya mengunjungi informasi mengenai keadaan pedagang-pedagang yang sekiranya nanti pasar dari para pedagang dan akan dijadikan sampel penelitian saja, yaitu mengenai kegiatan konsumsi seperti
pedagang
sayuran,
sembako,
pedagang
beberapa
pedagang dari para konsumen.
buah-buahan.
pedagang
peneliti
Dari
kunjungi
didapatkan informasi bahwa memang dari sejak
dulu
sampai
saat
ini
kelompok
pedagang seperti mereka tidak mendapatkan kios di bagian dalam pasar tetapi hanya berupa tenda / lapak saja di bagian luar pasar. Pedagang sayur-sayuran dan sembako banyak berkumpul disepanjang jalan H. Usman (bagian samping pasar Ciputat), sedangkan pedagang buah berkumpul disepanjang jalan Dewi Sartika (depan Masjid Agung Ciputat). Sedangkan dari beberapa konsumen pasar yang peneliti kunjungi didapatkan informasi bahwa mereka biasanya belanja ke pasar hanya untuk membeli keperluan bahan memasak, dominan para pengusaha kuliner yang membeli bahan masakan di pasar tradisional, dan juga para ibu rumah tangga yang membeli bahan masakan untuk masak sehari-hari,
selebihnya
sehari-hari
mereka
mundar-mandir
ke
untuk
keperluan
lebih minimarket
sering untuk
membelinya, seperti membeli minyak goreng, gula, kopi, sabun, dan lain-lain. 13.00 - 14.00
Setelah
mengunjungi
dan
mendapatkan Peneliti mencari informasi
sedikit informasi dari para pedagang dan mengenai jumlah minimarket konsumen
pasar,
peneliti
melanjutkan disekitar
kegiatan observasi untuk mengetahui jumlah Ciputat
pasar
tradisional
melalui
kantor
minimarket yang ada di sekitar pasar Kelurahan Ciputat. tradisional
Ciputat.
Peneliti
berinisiatif
mengunjungi kantor Kelurahan Ciputat untuk memperoleh
informasi
tersebut,
disana
peneliti bertemu dengan bapak Almim. A selaku staff Kelirahan Ciputat, dan pak Almim
dengan
baik
hati
memberikan
informasi kepada peneliti mengenai jumlah minimarket yang ternyata sampai dengan tahun 2015 berjumlah 11 gerai minimarket lengkap dengan alamat letaknya di sekitar pasar Ciputat. 14.00 - 15.00
Setelah dari kantor
Kelurahan
Ciputat, Peneliti meminta izin dan
peneliti lanjut mengunjungi Kantor Pengelola menyerahkan Pasar Tradisional Ciputat yang berada di penelitian
surat kepada
izin pihak
lantai 3 pasar Ciputat bagian dalam untuk Pengelola Pasar Tradisional meminta izin dan menyerahkan surat izin Ciputat. penelitian kepada pengelola pasar. Disana seharunya peneliti bertemu dengan Ketua Pengelola Pasar Tradisional Ciputat, Bapak Dani Ardani, S.E, akan tetapi beliau tidak ada, jadi peneliti hanya bertemu dengan salah satu staff kantor pengelola pasar saja yaitu Bapak Amir, peneliti menyerahkan surat izin
penelitian dan dengan baik hati pihak Pengelola Pasar mengizinkan peneliti untuk melakukan tersebut.
penelitian
di
pasar
Ciputat
KUESIONER
No. Responden :
Kepada Responden Yth, Saya Wulan Permatasari selaku mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS (ekonomi) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Jakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Apabila anda pernah berbelanja di pasar tradisional dan di minimarket Ciputat pada satu bulan terakhir ini, saya mohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur dan benar.
A. Petunjuk Pengisian Kuesioner 1. Isilah data biodata dengan lengkap. 2. Setiap pertanyaan terdiri atas 5 jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), R (Ragu-ragu, TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) 3. Jawaban pertanyaan dituliskan dengan memberi tanda X (silang) pada salah satu jawaban yang anda jawab 4. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi pendapatan ataupun pekerjaan 5. Terimakasih atas kerjasama dan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini. Untuk kerjasamanya peneliti mengucapkan terima kasih.
B. Identitas Responden 1. Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia anda saat ini: a. 20 - 25 tahun b. 25 - 30 tahun c. 30 - 35 tahun d. 35 – 40 tahun e. > 40 tahun 3. Domisili: a. Ciputat b. Luar Ciputat 4. Tingkat pendidikan akhir: a. SD
b. SMP c. SMA d. S1 e. > S1 5. Penghasilan per-bulan : a. Rp. 750.000 - Rp. 1.500.000 b. Rp. 1.500.000 - Rp. 2.250.000 c. Rp. 2.250.000 - Rp. 3.000.000 d. Rp. 3.000.000 - Rp. 3.750.000 e. > Rp. 3.750.000
C. Kuesioner SS = Sangat Setuju S = Setuju R = Ragu-ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Persepsi Tentang Minimarket No 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
8. 9.
Pernyataan Bangunan yang bagus merupakan cara minimarket dalam menarik minat belanja konsumen Bangunan minimarket yang modern membuat konsumen merasa aman saat berbelanja Fasilitas seperti ATM, penerang ruangan yang sangat baik, serta potongan harga dapat menambah kenyamanan konsumen saat belanja di minimarket Adanya penyejuk ruangan (AC) merupakan salah satu ciri khas pada minimarket Minimarket yang saya kunjungi selalu dalam keadaan bersih Kebersihan minimarket membuat konsumen nyaman saat berbelanja Penggunaan label harga memudahkan konsumen untuk mengetahui harga barang tanpa bertanya Terkadang, label harga tidak sesuai dengan harga yang ditampilkan di kasir saat pembayaran Penataan barang yang rapih dan menarik membuat konsumen antusias untuk belanja
SS
Pertanyaan S R TS
STS
No. 10. 11. 12.
Pernyataan
SS
Pertanyaan S R TS
STS
SS
Pertanyaan S R TS
STS
konsumen senang belanja di minimarket karena bebas memilih dan mengambil barang sendiri Minimarket lengkap dalam menjual kebutuhan sehari-hari Semua kebutuhan sehari-hari bisa saya dapatkan di minimarket
Kondisi Sosial Ekonomi No 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pernyataan Pendapatan yang saya peroleh saat ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga Saya tidak perlu melakukan pekerjaan sampingan karena pendapatan saya saat ini sudah cukup Saya menyekolahkan anak saya dari hasil saya berdagang Pendidikan anak saya akan terganggu jika penghasilan saya menurun Saya merasa kesehatan fisik saya saat ini sangat baik Saya harus ke dokter jika sakit, walau sakit yang tidak serius Saya bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat sekitar saya Semakin tinggi tingkat pendapatan saya semakin baik dipandang oleh masyarakat
Pedoman Wawancara Penelitian Pengaruh Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten No. 1.
Variabel Persepsi
Indikator a.
Bangunan
Pertanyaan 1)
Jika sebagai pembeli, menurut Anda
Tentang
berupa
apakah bangunan minimarket dengan
Minimarket (X)
gedung
sistem keamanan dan aturan tertentu menjamin kita terhindar dari para penjahat dan preman atau tidak?
b.
Nyaman
2)
dan sejuk
Sebagai
pesaing,
menurut
Anda
apakah
penyejuk
ruangan
(AC)
memberi pengaruh besar terhadap penjualan di minimarket? c.
Bersih
3)
Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah barang dengan kemasan yang baik
sudah
kebersihannya?
pasti Lalu
terjamin bagaimana
dengan barang dagangan Anda yang tidak dikemas baik? d.
Harga tetap 4)
Menurut Anda penggunaan barcode
(Barcode)
dan label harga membuat belanja menjadi lebih mudah (tidak perlu menanyakan harga barang karena sudah tertera) atau justru membuat belanja menjadi lebih sulit (tidak bisa tawar-menawar)?
e.
Penjualan
5)
Menurut Anda apa yang membuat
secara
para konsumen minimarket nyaman
swalayan
dengan sistem swalayan? Padahal dalam
sistem
konsumen
tidak
tersebut
jelas
dilayani
secara
langsung layaknya seperti di pasar tradisional?
f.
Kebutuhan
6)
sehari-hari
Menurut Anda kebutuhan sehari-hari seperti apa yang sering dibeli oleh konsumen di pasar modern dan pasar tradisional?
2.
Kondisi Sosial
a.
Ekonomi (Y)
Tingkat
7)
pendapatan
Pendapatan yang Anda peroleh saat ini bersumber dari mana saja?
8)
Apakah
sudah
cukup
untuk
memenuhi semua kebutuhan hidup Anda dan keluarga? Jika belum, hanya
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan apa saja? b.
Pendidikan
9)
apakah anak Anda bersekolah? Jika iya, sampai tingkat apa? Jika tidak, mengapa?
c.
Kesehatan
10) Seberapa sering Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda? 11) Pengobatan apa yang paling sering Anda lakukan jika sakit?
d.
Interaksi sosial
12) Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga
atau
orang-orang
lain
sekeliling Anda? Seberapa sering Anda berkomunikasi dan ikut serta dalam kegiatan bermasayarakat?
HASIL ANGKET
PERSEPSI TENTANG MINIMARKET & KONDISI SOSIAL EKONOMI Pernyataan Persepsi Tentang Minimarket
Kondisi Sosial Ekonomi
Total
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 4 5 4 2 3
5 4 5 4 5 4 4 4 3 4 5 2 5 5 4 5 5 4 5
5 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 1 4 5 3 2 3
4 4 2 4 3 3 4 4 2 3 4 2 4 2 3 5 4 2 4
5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 3
5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 2 5 5 4 5 5 4 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 3 2 2 3 2
4 4 5 4 3 3 4 4 3 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 4 5 4 2 3
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 4 5 4 2 3
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 1 4 5 3 2 3
5 4 5 4 5 4 4 4 3 4 5 2 5 5 4 5 5 4 5
5 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4
5 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 2 5 2 4 4 5 5 5
4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 5 2 4 4 4 4
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 4 5 4 2 3
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 1 4 5 3 2 3
5 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4
5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 2 5 2 4 4 5 5 5
87 70 69 65 85 82 81 82 63 76 82 50 79 66 77 93 81 65 74
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
2 4 3 4 2 2 3 2 4 3
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
2 4 3 4 2 3 3 2 4 3
4 4 3 4 4 4 4 4 4 3
4 4 3 4 4 4 4 4 4 3
4 5 4 5 4 4 4 3 4 4
2 1 1 3 4 2 2 4 1 1
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
2 4 3 4 2 2 3 2 4 3
2 4 3 4 2 2 3 2 4 3
2 4 3 4 2 3 3 2 4 3
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
4 5 4 2 2 2 2 3 5 4
4 5 3 3 4 4 4 5 5 3
2 4 3 4 2 2 3 2 4 3
2 4 3 4 2 3 3 2 4 3
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
4 5 4 2 2 2 2 3 5 4
64 81 67 72 62 63 67 58 80 67
30
4
2
3
4
4
4
2
3
2
4
4
4
2
3
2
3
4
4
3
2
63
JUMLAH 2171 MEAN 72,36666667 SD SD2
TRANSKIP WAWANCARA Informan : Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Ibu Dijah - 46 Tahun (Pedagang Sayuran)
Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah bangunan minimarket dengan sistem keamanan dan aturan tertentu menjamin kita terhindar dari para penjahat dan preman atau tidak? Engga juga, buktinya banyak tuh orang lagi belanja motornya diparkir di depan tapi hilang juga, rampok sekarang pintar-pintar. Sebagai pesaing, menurut Anda apakah penyejuk ruangan (AC) memberi pengaruh besar terhadap penjualan di minimarket? Iya soalnya orang-orang pada suka kalau tempatnya adem, kalau indomaret ga ada ACnya sepi nanti dia, sama aja kaya belanja di warung pinggir jalan. Kalau kaya saya ni begini kan panas ya kepanasan orang belanja juga, hujan ya kehujanan. Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah barang dengan kemasan yang baik sudah pasti terjamin kebersihannya? Lalu bagaimana dengan barang dagangan Anda yang tidak dikemas baik? Iya pasti bersih kalau barang sudah dikemas. Ya gimana kalau di pasar memang begini barangnya, dikemasnya langsung pakai kantong plastik saja. Menurut Anda penggunaan barcode dan label harga membuat belanja menjadi lebih mudah (tidak perlu menanyakan harga barang karena sudah tertera) atau justru membuat belanja menjadi lebih sulit (tidak bisa tawar-menawar)? Kalau menurut ibu malah jadi bikin susah, engga bisa nawar. Tapi ya enak juga kita jadi tahu harganya langsung kan tinggal dilihat. Menurut Anda apa yang membuat para konsumen minimarket nyaman dengan sistem swalayan? Padahal dalam sistem tersebut jelas konsumen tidak dilayani secara langsung layaknya seperti di pasar tradisional? Itu tadi karena ada ACnya, barangnya juga bagus-bagus, enak gitu belanjanya kadang ada diskon kaya beli 2 dapat 3 tuh ibu suka beli yang begitu. Menurut Anda kebutuhan sehari-hari seperti apa yang sering dibeli oleh konsumen di pasar modern dan pasar tradisional? Kalau di indomaret orang paling belinya jajanan, sabun, rokok, begitu-begitu. Kalau orang ke pasar kan biasanya memang dia belinya sayur, ayam, daging, bumbu, yang buat masak-masak dah.
Kalau engga orang pada beli perabotan. Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan
Pendapatan yang Anda peroleh saat ini bersumber dari mana saja? Apakah sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup Anda dan keluarga? Jika belum, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan apa saja? Ibu mah memang cuma jualan saja dari dulu cari duitnya, kalau yang lain sudah ga bisa megang, alhamdulillah cukup-cukupin buat makan, bayar hutang, bayar ini itu, begitu Apakah anak Anda bersekolah? Jika iya, sampai tingkat apa? Jika tidak, mengapa? Iya sekolah yang bontot kelas 2 SMA, kalau kakaknya ga sekolah, berhenti pas SMA malas orangnya pengen dagang saja katanya kaya ibu nyari duit biarin dah dia mau apa, yang lain sudah pada misah sudah pada berkeluarga. Seberapa sering Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda? Pengobatan apa yang paling sering Anda lakukan jika sakit? Ya kalau engga sakit banget engga pake ke dokter ibu mah, paling juga masuk angin dikerokin minum obat warung saja sudah sembuh. Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga atau orang-orang lain sekeliling Anda? Seberapa sering Anda berkomunikasi dan ikut serta dalam kegiatan bermasayarakat? Sama tetangga baik-baik saja kalau dirumah, tapi kan ibu memang keseringan adanya di pasar.
TRANSKIP WAWANCARA Informan : Bapak Ian - 51 Tahun (Pedagang Sembako) Peneliti
Informan Peneliti Informan
Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah bangunan minimarket dengan sistem keamanan dan aturan tertentu menjamin kita terhindar dari para penjahat dan preman atau tidak? Engga ah, itu ada saja indomaret kebobolan maling. Sebagai pesaing, menurut Anda apakah penyejuk ruangan (AC) memberi pengaruh besar terhadap penjualan di minimarket? Iya pasti, kalau engga ada AC dia juga pasti sepi biasa-biasa saja sama kaya saya di pasar, cuma kan bedanya dia ada tempatnya
bagus jadi ga becek kalau hujan kaya disini. Peneliti
Informan
Peneliti
Informan Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti
Informan Peneliti Informan
Peneliti
Jika sebagai pembeli, menurut Anda apakah barang dengan kemasan yang baik sudah pasti terjamin kebersihannya? Lalu bagaimana dengan barang dagangan Anda yang tidak dikemas baik? Iya sudah pasti bersih. Engga apa-apa kalau dipasar semuanya kan memang begini ga ada yang dikemas-kemas, digeletakin saja. Paling kalau sembako-sembako mie gitu kan beda memang sudah dikemas dari pabriknya. Menurut Anda penggunaan barcode dan label harga membuat belanja menjadi lebih mudah (tidak perlu menanyakan harga barang karena sudah tertera) atau justru membuat belanja menjadi lebih sulit (tidak bisa tawar-menawar)? Jadi mudah sih, langsung lihat kita tahu harga. Tapi ya jadi ga bisa nawar kalau barang dihargain begitu Menurut Anda apa yang membuat para konsumen minimarket nyaman dengan sistem swalayan? Padahal dalam sistem tersebut jelas konsumen tidak dilayani secara langsung layaknya seperti di pasar tradisional? Kalau di indomaret enak adem, kita nyari sendiri yang kita mau beli, banyak pilihannya, luas, engga becek engga panas, beda jauh kalau dibandingin di pasar sini. Menurut Anda kebutuhan sehari-hari seperti apa yang sering dibeli oleh konsumen di pasar modern dan pasar tradisional? Apa ya.. Paling orang begitu belanjanya yang buat belanja bulanan, sama beli-beli rokok, minuman-minuman begitu. Kalau di pasar keseringan orang belanja buat masak, buat orang yang dagang dijual lagi, kalau di pasar kan harga lebih murah bisa nawar lagi. Pendapatan yang Anda peroleh saat ini bersumber dari mana saja? Apakah sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup Anda dan keluarga? Jika belum, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan apa saja? Cuma dari dagang saja ini, alhamdulillah cukup. Istri juga kan dagang sayur keliling soalnya. Apakah anak Anda bersekolah? Jika iya, sampai tingkat apa? Jika tidak, mengapa? Anak saya 3, laki 2 perempuan 1 sekolah tapi sudah lulus semua, lulusan SMA saja engga pada mau kuliah, pada bantuin dagang disini juga sama saya. Seberapa sering Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda?
Informan Peneliti
Informan
Pengobatan apa yang paling sering Anda lakukan jika sakit? Jarang. Kalau cuma pusing, batuk, masuk angin minta dikerok istri atau anak saja, minum jamu. Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga atau orang-orang lain sekeliling Anda? Seberapa sering Anda berkomunikasi dan ikut serta dalam kegiatan bermasayarakat? Hubungan baik, saya suka ngobrol orangnya jadi sama siapa saja saya hubungan baik.
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PERSEPSI TENTANG MINIMARKET & KONDISI SOSIAL EKONOMI No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4
4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 5 3 4 4 4 4 4 4
5 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3
4 4 3 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4 2 5 4 3 5 5 4 4 4 4
4 4 2 4 3 3 4 4 2 3 4 2 4 2 3 5 4 2 4 4 4 3 4
5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 3 4 4 3 4
5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4
3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 4 3 2 4 3 1 2 1 1 3
4 4 5 4 3 3 4 4 3 4 5 2 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4
5 5 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 4 5 4 2 3 2 4 3 4
4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 1 4 5 3 2 3 2 4 3 4
4 4 2 5 3 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
2 3 4 2 3 3 1 4 4 3 2 4 3 4 2 4 3 3 2 4 4 2 3
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4
2 4 4 2 4 4 3 4 4 3 3 4 2 5 2 4 2 4 5 4 5 3 3
4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 4 3 3 5 1 4
4 3 4 4 3 3 2 2 3 2 3 4 2 5 3 3 4 1 2 4 1 3 2
5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3
5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 2 3 2 4 4 4 5 3 4 5 4 2
82 77 75 72 77 77 73 77 68 71 78 66 72 73 75 85 77 72 71 73 79 66 70
24 25 26 27 28 29 30
4 2 3 4 4 4 4
4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 3 4 4 3
4 4 4 5 4 4 4
4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 4 4 3 4
4 4 3 4 4 4 4
4 2 2 4 1 1 3
4 4 4 3 4 4 2
4 3 3 4 4 4 4
2 2 3 2 4 3 4
2 3 3 2 4 3 4
4 4 4 3 2 4 3
2 4 2 4 4 2 3
4 4 5 4 5 4 4
4 4 4 5 5 3 3
4 4 4 4 5 5 4
2 2 2 1 1 3 2
4 4 5 4 5 4 3
2 2 2 3 5 4 2
VALIDITAS Jumlah Valid Jumlah tdk Valid Jumlah
16 4 20
70 67 68 71 77 70 68
Lampiran 3
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 22, yaitu dengan memperhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation, yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item. Sebuah item dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar daripada r tabel. Berikut ini hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Tentang Minimarket Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional
Lampiran 3
Item No 1
r hitung ,808
r tabel 0,361
Kesimpulan VALID
2
,635
0,361
VALID
3
,546
0,361
VALID
4
,738
0,361
VALID
5
,383
0,361
VALID
6
,290
0,361
TIDAK VALID
7
,649
0,361
VALID
8
-,320
0,361
TIDAK VALID
9
,359
0,361
TIDAK VALID
10
,808
0,361
VALID
11
,808
0,361
VALID
12
,738
0,361
VALID
13
,635
0,361
VALID
14
,546
0,361
VALID
15
,578
0,361
VALID
16
-,124
0,361
TIDAK VALID
17
,808
0,361
VALID
18
,738
0,361
VALID
19
,546
0,361
VALID
20
,596
0,361
VALID
UJI ANALISIS
Uji Normalitas
Uji Regresi Sederhana
Means
Uji F
Uji T
DOKUMENTASI
Gambar 1.1 Salah satu minimarket di sekitar pasar Ciputat, Jl. K.H Dewantara
Gambar 1.2 Salah satu minimarket di sekitar pasar Ciputat, Jl. H. Usman
Gambar 1.3 Salah satu minimarket di sekitar pasar Ciputat, Jl. Arya Putra
Gambar 1.4 Saat menyebar instrumen kepada salah satu responden (pedagang sayuran)
Gambar 1.5 Saat menyebar instrumen kepada salah satu responden (pedagang sembako)
Gambar 1.6 Saat menyebar instrumen kepada salah satu responden (pedagang sembako)
DATA PRIBADI Nama Tempat/Tgl Lahir Alamat Tetap Jenis Kelamin Agama No. Telepon / Mobile Kebangsaan
: Wulan Permatasari : Tangerang, 28 Juli 1994 : Jl. Tegal Rotan Raya, Desa Pondok Jaya, RT 002/001, Pondok Jaya, Pondok Aren, Tangerang Selatan : Perempuan : Islam : 0812-9916-7728 : Indonesia
PROFIL PROFESIONAL Mempunyai motivasi yang tinggi dalam mencapai suatu tujuan dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah, bersemangat untuk terus belajar, dan menyukai tantangan. Mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan berkepribadian fleksibel, dapat berkoordinasi dengan baik dalam melaksanakan tugas dan/atau pekerjaan yang diberikan. Dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan kerja. Dapat dipercaya, berorganisasi dengan baik, enerjik, memiliki kemauan yang tinggi untuk bekerja lebih baik.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
2000 2006 2009
-
2006 2009 2012
Sekolah / Institusi / Universitas SDI Darun Najah Petukangan SMP Negeri 3 Ciputat SMK Yadika 5 Pondok Aren
2012
-
2016
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode
IPK
3,61
Jurusan Akuntansi Pendidikan IPS (Ekonomi)
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL Kemampuan Komputer Microsoft Work ( Excle, Word, Power Point,etc). Windows Programs Installation. Internet Browsing.
Kemapuan Kependidikan Menguasai ilmu matematika dasar dengan baik. Menguasai ilmu pendidikan sosial terlebih dalam konteks ekonomi. Mampu menyusun perangkat pembelajaran (Prosem, Prota, RPP, Silabus, etc). Menyukai dunia pendidikan anak-anak.
Riwayat Pengalaman Kerja Tahun Instansi / Perusahaan Posisi Job Deskripsi
Tahun Instansi / Perusahaan Posisi Job Deskripsi
: 2015 (Januari - Maret) : Ranking Bimbel : Mentor mata pelajaran matematika (SD) : Mengajar mata pelajaran matematika dasar; membuat laporan kegiatan pembelajaran; memberikan nilai atas pembelajaran pada setiap siswa/i bimbel. : 2013 - sekarang : Pribadi : Guru Privat : Mengajar mata pelajaran tingkat SD & SMP (fokus mata pelajaran matematika & IPS); memberikan evaluasi atau test mingguan kepada anak didik.