1 DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG PASAR LAINO RAHA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Pada Jurusan/ Program Studi Pendidikan Geografi
OLEH: HASNAWATI A1A4 12 038
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
2
ii
3
iii
4
iv
5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-ra’du ayat 11)
Saya yakin, dengan keterbatasan yang saya miliki, tidak akan membuat mimpi saya menjadi terbatas, yang saya tahu, Allah itu tidak tidur, ia melihat setiap manusia yang berusaha. Jadi bagi saya, kecerdasan bukan batasan seseorang untuk sukses, namun usaha dan do’a yang akan menentukannya.
Karya ini kupersembahkan untuk Kedua Orang Tuaku , saudarasaudaraku yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan semangat dengan setulus hati.
v
6 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk; Mendeskripsikan dampak relokasi pasar terhadap kegiatan perekonomian pedagang, dan mengidentifikasi dampak relokasi pasar terhadap masalah sosial pedagang pasar Laino. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perubahan lokasi pasar Laino ke Pasar Panjang memiliki dampak negatif yang lebih besar terhadap kondisi ekonomi pedagang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan bersih pedagang, dimana terjadi penurunan rata-rata pendapatan bersih pedagang saat di Pasar Panjang dari Rp 5.502.305,- per bulan menjadi Rp 2.638.367,- per bulan. Hal tersebut juga berdampak negatif terhadap pemenuhan kebutuhan hidup pedagang, dimana 96% pedagang menyatakan bahwa omset yang didapat saat di Pasar Panjang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan baik. Dampak positif relokasi pasar terhadap masalah sosial pedagang yaitu hasil wawancara menunjukkan bahwa 100% pedagang menyatakan bahwa hubungan mereka paska relokasi semakin baik, kerjasama yang terjalin baik, dan juga dengan adanya relokasi pasar pedagang yang awalnya tidak saling mengenal kini menjadi kenal dan akrab, sedangkan dampak negatifnya adalah relokasi pasar menimbulkan konflik antar pedagang dengan Satpol PP. Selain itu 69% pedagang menyatakan bahwa mereka tidak merasa nyaman selama berdagang di Pasar Panjang, karena pengunjung yang sepi yang diakibatkan karena kondisi jalan pasar panjang yang rusak, dan juga lokasi pasar panjang yang berada pada satu jalur jalan yang memanjang, sehingga mempengaruhi kedatangan pembeli. Kata kunci: Relokasi pasar, dampak, kondisi sosial ekonomi, pedagang pasar laino ABSTRACT This study is aimed at ; Describe the impact of migration on the economic activity of the trading market as well as to determine the impact of the relocation of the market to the social problems Laino market traders .Based on the results of the study showed that the impact of changes on the market for long Laino market has a negative impact more in the economic conditions of the trader, it can be seen from the average net income of the trader where the reduction in the average net income of traders currently on the market of Long Rp 5.502.305, - per month to Rp 2.638.367, - per month. It also negatively affects the diurnal traders, 96% of which traders said that the turnover is obtained when they could not withstand the Long market them well. The positive impact of migration on the market of social problems of traders, that the interview showed that 100% of traders said that their relationship after moving is getting better, cooperation is good, as well as with the movement of the market traders, who did not originally know each other now become familiar and intimate, while the negative impact of relocation market generate conflicts between traders with municipal police .In addition 69% of traders said that they do not feel comfortable trading in the Long Market, for visitors who desert are caused due to the road conditions of the market long- broken, and the location on the market longer, situated on one -lane road, which passes by influencing thus on the buyer's parish. Keywords: Removal of the markets, the impact of socio-economic conditions, market traders Laino
vi
7 KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Swt, sang pemilik siang dan malam yang tidak henti-hentinya menaburkan benih ketenangan dan ketentraman batin di hati. Kepada-Nya segala puji dan syukur teralamatkan, berkat limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, penulisan hasil yang berjudul “Dampak Relokasi Pasar terhadap Kondisi Sosial ekonomi Pedagang Pasar Laino Raha” ini dapat terselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo. Dalam skripsi ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs. La Harudu, M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Surdin, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis, terutama kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Prof. Dr. la Iru, S.H.,M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas halu Oleo. 3. La Ode Amaluddin, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari.
vii
8 4. La Ode Nursalam, S.Pd., M.Pd selaku Sekertaris Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. 5.
Drs. La Harudu, M.Si selaku penasehat akademik penulis.
6. Tenaga pengajar Jurusan Pendidikan Geografi FKIP serta seluruh Staf Akademik di lingkungan FKIP Universitas Halu Oleo. 7. Kepada Tim Penguji Bapak Drs. Ramli, M.Si, La Ode Nursalam, S.Pd., M.Pd., La Ode Amaluddin, S.Pd., M.Pd.,Dra.Sitti Kasmiati, M.si,. terima kasih atas kritik dan sarannya. 8. Seluruh pedagang yang berada di Pasar Panjang Laino yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu penulis mengumpulkan data penelitian. 9. Para pegawai Dinas Perindag yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu penulis memperoleh data sekunder dan memberikan do’a terbaik kepada penulis. 10. Sahabat-sahabat Senopati (XII IPA 3) SMANSARA yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis, Andry, Isran, ilhy, minus, Adin, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu. 11. Sahabat-sahabat Seismik, Rara Kadek, Pendonk, Zaza, Lala, Melany, Ayu, Jamin, Azmin, Salim, Imin, Rahma, Lina, yang selalu menemani penulis dan tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis.
viii
9 12. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2011-2015: Kak Sitrah, Kak Luki, Kak Ayu, Kak Ani serta senior lainnya, dan untuk Issunarti, Hamado, Gaby, serta teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya. 13. Keluarga Besar BTN Dahlia, Sarty, Awal, Ani, Unge, Kak Jamrud, Sri, Jongana, Kak Firman, Nai, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini. Dan teristimewa rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Ibuku, Wa Ode Nuhu dan Bapakku, La Hasi yang tak henti memanjatkan do’a demi keberhasilanku. Saudariku, Hasni, Juhaida, Jumlia, dan Suniha yang menjadi penyemangat dan motivasi. Demikian penulis sampaikan semoga Allah SWT membalas segala budi baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan hasil penelitian ini. Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak penulis sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Kendari,
Penulis
ix
Februari 2016
10
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................... ........................................ ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................ iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………. v DAFTAR ISI……………………………………………………………........... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang………………………………………………………. 1
B.
Rumusan Masalah….........................................................................
6
C.
Tujuan Penelitian……………………………………...………….....
7
D.
Manfaat Penelitian…………………………………………..………. 7
E.
Definisi Operasional penelitian.........................................................
7
BAB II KAJIAN TEORI A.
Deskripsi teori..……………………………………………………...
9
1. Pengertian Relokasi………………………………………….......
9
2. Konsep Pasar...............................................……………….…...
11
3. Kondisi Sosial ekonomi.....……………………………………...
14
4. Interaksi Sosial dalam Pasar.........................................................
18
5. Konsep Pedagang.........................................................................
20
B.
Penelitian Yang Relevan…………………………………………….
22
C.
Kerangka Pikir……………………………………………...............
23
x
11 BAB III METODE PENELITIAN A.
Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….
24
B.
Pendekatan Penelitian…………………………………………….....
24
C.
Sumber dan Jenis Data Penelitian……………………………….......
25
D.
Teknik Penentuan Informan………………………………………....
26
E.
Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..
28
F.
Teknik Pengolahan Data ..................................................................
29
G.
Teknik Analisis Data…………………………………………….......
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………….......
31
1. Sejarah Singkat Pasar Panjang Laino Raha…………………….... 31 B.
Identitas Informan Penelitian………………………………………..
32
1. Jenis Kelamin Informan………………………………………….
32
2. Umur Informan………………………………………………....... 34 3. Tingkat Pendidikan Informan…………………………………..... 35
C.
4. Jumlah Tanggungan Informan......................................................
36
Hasil Penelitian……………………………………………...............
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan……………………………………………...................... 131
B.
Saran……………………………………………................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
132
12 DAFTAR TABEL
No. Tabel
Teks
Halaman
4.1
Inisial informan ...................................................................................
31
4.2
Identitas informan berdasarkan jenis kelamin ......................................
33
4.3
Identitas informan berdasarkan umur ...................................................
33
4.4
Identitas informan berdasarkan tingkat pendidikan ..............................
34
4.5
Identitas Informan berdasarkan jumlah tanggungan informan..............
35
4.6
Harga jual tiap jenis sayuran yang akan diperdagangkan di Pasar Laino dan Pasar Panjang.......................................................................
4.7
Perbandingan jumlah sayuran yang akan dijual setiap responden saat di Pasar Laino dan di Pasar Panjang per bulan.....................................
4.8
37
Perbandingan total modal sayuran tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang..................................................................................
4.9
36
39
Perbandingan jumlah biaya pengeluaran pedagang sayur saat di pasar laino dan pasar panjang per bulan.........................................................
42
4.10 Perbandingan total Harga sayuran tiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang.................................................... 44 4.11 Perbandingan total harga sayuran yang tidak terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang................................................................ 46 4.12 Perbandingan lama tersimpan sayuran saat di pasar laino dan pasar panjang................................................................................................
47
4.13 Perbandingan Total pendapatan bersih tiap responden saat di pasar laino....................................................................................................
49
4.14 Perbandingan harga jual tiap jenis bumbu saat di pasar laino dan di pasar panjang.......................................................................................
51
4.15 Perbandingan Total Bumbu yang akan dijual per bulan saat di pasar 53
xii
13 laino dan di pasar panjang................................................................... 4.16 Perbandingan total modal yang dikeluarkan responden saat di pasar laino dan pasar panjang...............................................................
54
4.17 Perbandingan total pengeluaran tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang................................................................ 56 4.18 Perbandingan total harga barang setiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang..........................................
58
4.19 Perbandingan total harga barang tiap responden yang tidak terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang....................................
59
4.20 Perbandingan lama tersimpan barang saat di pasar Laino dan pasar panjang..................................................................................................
60
4.21 Perbandingan total Pendapatan bersih per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang...........................................................
62
4.22 Perbandingan harga jual RB saat di pasar laino dan pasar panjang..................................................................................................
64
4.23 Perbandingan total barang yang akan dijual per bulaan saat di pasar laino dan pasar panjang........................................................................
65
4.24 Perbandingan total modal yang dikeluarkan tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang....................................................
66
4.25 Perbandingan total pengeluaran per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang................................................................ 68 4.26 Perbandingan total barang yang terjual per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang...........................................................
69
4.27 Perbandingan lama tersimpan RB saat di Pasar laino dan Pasar Panjang.................................................................................................
71
4.28 Perbandingan total pendapatan bersih per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang................................................................ 72 4.29 Perbandingan harga jual ikan saat di pasar laino dan pasar 73 xiii
14 panjang.................................................................................................. 4.30 Perbandingan total ikan yang akan dijual tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang....................................................
75
4.31 Perbandingan total modal yang dikeluarkan tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang....................................................
76
4.32 Perbandingan total pengeluaran per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang...............................................................
78
4.33 Perbandingan total harga ikan tiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang....................................................
80
4.34 Perbandingan lama tersimpan ikan saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang.................................................................................................
82
4.35 Perbandingan total pendapatan bersih pedagang per bulan saat di pasarlaino dan pasar panjang..............................................................
83
4.36 Perbandingan harga jual pakaian saji saat di pasar laino dan pasar......................................................................................................
85
4.37 Perbandingan jumlah barang yang akan di jual saat di pasar laino dan pasar panjang.................................................................................
86
4.38 Jumlah modal yang dikeluarkan peagang saat di pasar laino dan pasar panjang........................................................................................
87
4.39 Jumlah biaya pengeluaran pedagang per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang.........................................................................................
90
4.40 Jumlah harga barang yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang........................................................................................
91
4.41 Perbandingan lama tersimpan pakaian jadi saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang........................................................................................
92
4.42 Perbandingan total pendapatan bersih per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang..................................................................................
94
4.43 harga semabako saat di pasar laino dan pasar panjang.........................
96
xiv
15 4.44
Perbandingan jumlah sembako yang akan dijual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang.............................................................
97
4.45 Perbandingan modal sembako tiap responden yang akan dijual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang..........................................
98
4.46 Perbandingan total biaya pengeluaran per bulan pedagang sembako saat di pasar laino dan pasar panjang....................................................
101
4.47 Perbandingan total harga jumlah barang setiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang........................
104
4.48 Perbandingan lama tersimpan sembako saat di pasar Laino dan Pasar panjang..................................................................................................
105
4.49 Total pendapatan bersih setiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang....................................................................................... 107 4.50 Perbandingan rata-rata pendapatan bersih seluruh pedagang saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang.............................................................
110
4.51 Persepsi pedagang terhadap dampak relokasi bagi pemenuhan kebutuhan pedagang.............................................................................
110
4.52 Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap timbulnya konflik antar pedagang.........................................................................
113
4.53 Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi pasar terhadap persaingan antar pedagang....................................................................
116
4.54 Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap kerjasama antar pedagang......................................................................................
118
4.55 Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi pasar terhadap tingkat kenyamanan pedagang..............................................................
119
4.56 Pendapat pedagang mengenai keterjaminan sarana prasarana pasar panjang dibanding pasar laino..............................................................
121
4.57 Pendapat pedagang mengenai keterjaminan keamanan pasar panjang dibanding pasar laino............................................................................
xv
124
16 4.58 Alasan pedagang pindah lokasi berdagang ke depan lokasi pasar lama.......................................................................................................
126
4.59 Alasan pedagang menetap di pasar panjang..........................................
128
xvi
17 DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Teks
Halaman
2.1
Bagan Kerangka pikir ......................................................................
4.1
Pengaruh omset pedagang saat di pasar panjang
22
terhadap terjaminnya kebutuhan sehari-hari pedagang dibanding saat di pasar Laino............................................................ 4.2
Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap timbulnya konflik antar pedagang......................................................................
4.3
4.9
122
Pendapat pedagang mengenai keterjaminan keamanan Pasar Panjang dibanding Pasar Laino.........................................................
4.8
120
Pendapat pedagang mengenai keterjaminan sarana prasarana Pasar Panjang dibanding Pasar Laino.........................................................
4.7
118
Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap kenyamanan berdagang pedagang pedagang.....................................
4.6
116
Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap kerjasama antar pedagang...................................................................................
4.5
113
Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap persaingan antar pedagang.................................................................
4.4
111
125
Alasan pedagang pindah lokasi berdagang ke depan lokasi pasar lama..................................................................................................
127
Alasan pedagang menetap di Pasar Panjang......................................
129
xvii
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan sebuah institusi, tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi dan salah satu penggerak dinamika kehidupan ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh penjual dan pembeli (Damsar dalam Yulianti, 2011: 3). Saat ini, pasar tidak hanya menjadi tempat terjadinya transaksi jual beli, tetapi pasar juga mulai dijadikan sarana penggerak perekonomian, dinamika perekonomian suatu kota ditentukan oleh seberapa jauh efisiensi penggunaan ruang atau pola penggunaan ruang untuk aktivitas perekonomian di kota tersebut. Perkembangan perekonomian kota ini secara spesifik akan ditentukan oleh dinamika sistem perdagangan yang ada di kota itu dan juga di kawasan sekitarnya (Kiik dalam Setyaningsih dan Susilo, 2014: 1). Sampai saat ini, sarana perdagangan yang masih tetap eksis di lingkungan perdesaan maupun perkotaan adalah pasar tradisional. Ada 4 fungsi ekonomi yang dapat diperankan pasar tradisional, yaitu: 1. Pasar tradisional merupakan tempat dimana masyarakat dari berbagai lapisan memperoleh barang-barang kebutuhan harian dengan harga yang relatif terjangkau, karena seringkali relatif lebih murah dibandingkan dengan harga
1
2 yang ditawarkan pasar modern. Dengan kata lain bahwa pasar tradisional merupakan pilar penyangga ekonomi masyarakat kecil. 2. Pasar tradisional merupakan tempat yang relatif bisa dimasuki oleh pelaku ekonomi lemah yang menempati posisi mayoritas, terutama yang bermodal kecil. 3. Pasar tradisional merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah, lewat retribusi yang ditarik dari para pedagang. 4. Akumulasi aktivitas jual beli di pasar merupakan faktor penting dalam perhitungan tingkat ekonomi baik pada skala lokal, regional maupun nasional. Selain fungsi ekonomi di atas, pasar tradisional juga mempunyai fungsi sosial, yaitu: 1. Pasar tradisional merupakan ruang untuk saling bertemu muka. 2. Pasar tradisional adalah tempat bagi masyarakat, terutama dari kalangan bawah, untuk melakukan interaksi sosial dan tukar informasi atas segenap permasalahan yang mereka hadapi (Blokosuto, Edisi 02 dalam Endrawanti, 2012: 78-79). Pasar Laino terletak di jalan by pass, Kecamatan Batalaiworu, Kota Raha kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Pasar Laino merupakan pasar tradisional terbesar yang ada di kota Raha. Keberadaan Pasar Laino ini merupakan salah satu dari berbagai sumber peningkatan perekonomian kota Raha, khususnya bagi masyarakat kota Raha, karena sebagian besar masyarakat menggantungkan
3 hidupnya dari penghasilannya sebagai pedagang di Pasar Laino. Pasar ini tidak hanya melibatkan masyarakat kota Raha saja sebagai penjual dan pembeli, tetapi juga masyarakat yang ada di luar kota Raha, seperti masyarakat perdesaan, misalnya desa Motewe, desa Kondongia, dan masih banyak lagi. Agar pasar tradisional tidak terkesan kumuh, maka pemerintah kota Raha mengambil sebuah kebijakan untuk menata pasar tradsional tersebut menjadi pasar modern, dengan memindahkan lokasi pasar di jalan Lumba-lumba bagian ujung, tepatnnya berada di belakang lokasi Pasar Laino lama. Sementara pembangunan pasar modern dilakukan di lokasi Pasar Laino lama yang sebelumnya telah dilakukan penggusuran pada kios-kios yang ada di pasar tersebut. Pasar Laino lama terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah sebelah barat dan sebelah timur yang dipisahkan oleh jalur jalan. Untuk sebelah timur pasar ini, tidak dilakukan pemindahan dikarenakan pembanguna hanya difokuskan pada wilayah sebelah barat saja. Berdasarkan hasil pidato yang disampaikan oleh Bupati Kota Raha, bahwa pemindahan lokasi pasar ini, hanya dilakukan selama 3 tahun saja seiring dengan pembangunan pasar modern, kemudian dikembalikan ke lokasi semula. Relokasi Pasar Laino ini bertujuan untuk menata lokasi perdagangan yang disesuaikan dengan barang dagangannya, sehingga lebih teratur dan tertib. Selain itu, relokasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para pedagang di Pasar Laino. Relokasi pasar yang sebelumnya berada di Pasar Laino ke pasar
4 Panjang Laino, tidak serta merta meninggalkan permasalahan dilihat dari segi sosial maupun ekonomi bagi para pedagang pasar yang direlokasi. Walaupun pemindahan lokasi pasar tidak jauh dari lokasi Pasar Laino lama, namun tetap saja ada perbedaan yang dirasakan oleh para pedagang dan juga masyarakat yang melakukan kegiatan jual-beli di Pasar Panjang Laino. Penempatan lokasi pasar baru yang berada di daerah timbunan laut kadangkala menyebabkan banjir kecil pada saat musim hujan, dan panas terik saat musim kemarau, sehingga mempengaruhi kedatangan pembeli, kondisi jalan yang kurang baik dan sebagian belum diaspal, kemudian juga lokasi pasar baru yang memanjang sepanjang jalan dan berada pada satu jalur jalan juga berpengaruh terhadap kedatangan para pembeli, karena kebanyakan para pembeli hanya melakukan transaksi jual beli pada kios-kios yang ada di dekat pintu masuk pasar, sedangkan kios-kios yang berada pada daerah ujung pasar kadangkala sepi pengunjung, hal itu membuat pedagang yang kiosnya berada pada daerah ujung pasar mengeluh karena pendapatan mereka menurun akibat pengunjung yang sepi. Menyikapi hal tersebut, muncul aksi pedagang yang melakukan perdagangan di luar area pasar baru, walaupun seringkali ada aksi dari satpol PP untuk menertibkan pedagang yang berdagang di depan lokasi lama, dan juga munculnya pedagang-pedagang kecil di berbagai jalan di kota Raha. Namun, untuk saat ini sebagian besar pedagang yang dulunya berdagang di pasar panjang khususnya yang dulunya berdagang di pos tiga dan empat, kini telah membuat kios-kios baru di depan
5 lokasi pembangunan pasar modern, tepatnya di depan lokasi pasar laino lama, yaitu di pinggir jalan, sehingga kios-kios yang berada pada pada pos tiga dan empat kini tidak digunakan lagi untuk berdagang. Sebelumnya memang sudah ada larangan dari pihak pemerintah khususnya Disperindag untuk menjajahkan dagangan di depan lokasi pasar lama, namun karena aksi tersebut berpapasan dengan suasana pemilihan umum, dan juga ada izin dari pihak pemerintah untuk membiarkan para pedagang untuk berjualan di lokasi pasar lama, sehingga sampai sekarang di depan lokasi pasar lama tetap di jadikan sebagai lokasi pasar. Berdasarkan hasil observasi, banyaknya jumlah pedagang yang pindah di depan lokasi pasar lama adalah 70% dari jumlah pedagang yang direlokasi di pasar panjang, yang terdiri dari sebagian besar pedagang sayur, pedagang ikan, pedagang bumbu, pedagang pakaian jadi, pedagang sembako, pedagang beras, sebagian besar pedagang buah dan masih banyak lagi, dan untuk pedagang yang menetap di pasar panjang adalah sebagian besar pedagang kosmetik, pedagang emas, pedagang ikan kering, sebagian pedagang pecah belah, salon, pedagang makanan ringan, sebagian pedagang sembako, sebagian pedagang pakaian jadi dan lain sebagianya. Fenomena yang akan peneliti kajia dalam penelitian ini, dalam dunia geografi, masuk dalam kajian geografi sosial, dan geografi ekonomi, sehingga untuk masalah dalam penelitian ini, bukan saja mahasiswa dari jurusan pendidikan ekonomi ataupun dari jurusan ilmu sosial yang bisa melakukan
6 penelitian ini, namun pendidikan geografi pun bisa melakukan penelitian berkaitan dengan masalah ini. Dalam dunia pendidikan suatu penelitian sangat diperlukan karena dengan kita sebagai penerus bangsa, harus mengetahui secara pasti kebenaran dari pendidikan
dan
ilmu
pengetahuan
agar
tidak
terjadi
kesalahan
dan
kesimpangsiuran terhadap peserta didik nantinya. Sehingga dengan penelitian yang peneliti lakukan tentang dampak relokasi pasar terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang pasar laino ini nantinya akan memberikan gambaran yang nyata tentang fenomena yang terjadi dimasyarakat. Dari uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian guna memperoleh kejelasan yang lebih detail tentang kondisi sosial ekonomi para pedagang paska relokasi Pasar Laino ke Pasar Panjang Laino. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana dampak perubahan lokasi pasar terhadap kegiatan perekonomian pedagang?
2.
Bagaimana dampak perubahan lokasi pasar terhadap permasalahan sosial pedagang?
7 C. Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: 1.
Untuk mendeskripsikan dampak perubahan lokasi pasar terhadap kegiatan perekonomian pedagang
2.
Untuk mengidentifikasi dampak perubahan lokasi pasar terhadap masalah sosial pedagang.
D. Manfaat penelitian 1. Bagi masyarakat yang diteliti, kiranya dapat memberi masukan kepada masyarakat sehingga menambah wawasan mengenai dampak relokasi pasar terhadap konsisi sosial dan ekonomi yang mereka hadapi. 2. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang seberapa besar dampak sosial dan ekonomi relokasi pasar terhadap pedagang
dan mengetahui keadaan
lapangan yang sebenarnya, sehingga mampu memberikan solusi dalam pemecahan masalah dalam masyarakat. 3. Bagi akademisi, kiranya dapat menjadi referensi tambahan terhadap bahan penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini. E. Defini Operasional Penelitian 1. Kondisi sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah permasalah sosial kaitannya dengan Interaksi sosial pedagang, dimana interaksi sosial
8 adalah hubungan timbal balik antara satu pedagang dengan pedagang lainnya, seperti: kerjasama, persaingan, dan konflik. 2. Kondisi ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pendapatan pedagang pasar laino setelah adanya relokasi pasar, dan juga dampak relokasi terhadap pemenuhan kebutuhan hidup pedagang.
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi teori 1.
Pengertian relokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan dalam Setyaningsih, 2014: 5). Pengertian relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan relokasi adalah membangun kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah produktif, dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya objek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan pembangunan relokasi (Sari, 2006: 2). Relokasi merupakan pemindahan suatu tempat ke tempat yang baru. Relokasi adalah salah satu wujud kebijakan pemerintah daerah yang termasuk dalam kegiatan revitalisasi. Revitalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya (Setyaningsih dan Susilo, 2014: 5). 9
10 Menurut Musthofa (2011: 17) Lokasi dan tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan kemudahan menuju lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu (tempatnya yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemilhan pendapatan berhasil. Musthofa (2011: 17) Idealnya tempat relokasi baru sebaiknya secara geografis dekat dengan tempat lama asli untuk mempertahankan jaringan sosial dan ikatan masyarakat yang sudah baik. Menurut
Losch
(dalam
Irawan, 2015: 10),
untuk
mencapai
keseimbangan ekonomi ruang harus memenuhi beberapa syarat berikut ini: 1) Setiap lokasi usaha menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli 2) Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata, sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani 3) Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satusatunya pertimbangan untuk membeli adalah harga yang rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka relokasi merupakan pemindahan lokasi dari satu tempat ke tempat lain, dimana relokasi tersebut berhasil jika pemindahan lokasi yang baru, tidak jauh dari lokasi yang lama, sehingga
11 komunikasi masyarakat dan jaringan sosial yang sudah baik masih bisa dipertahankan. 2.
Konsep pasar Pasar adalah keseluruhan permintaan dan penawaran barang, jasa, atau faktor produksi tertentu (Ritonga, dkk, 2007: 86). Brian Berry dalam bukunya Geography of Market (dalam Endrawanti, 2012: 80) menyatakan bahwa pasar adalah tempat dimana terjadi proses tukar menukar. Proses ini terjadi bila ada komunikasi antara penjual dan pembeli dan diakhiri dengan keputusan untuk membeli barang tersebut. Pasar akan selalu mengalami perubahan terutama secara fisik, mengikuti tingkah laku penggunanya. Pasar adalah kegiatan penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual beli (Wicaksono, dkk, 2008). Menurut peraturan menteri perdagangan Republik
Indonesia
nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman
penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan dan toko modern, dalam Bab I ayat 2, bahwa pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Secara umum, masyarakat mengenal dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Keduanya mempunyai ciri yang berbeda yang jika dilihat dari bangunan, tempat berjualan, dan sistem jual beli yang
12 dilakukan. Pasar tradisional umumnya terdiri dari los atau tenda, tidak permanen, dan lingkungannya tidak nyaman karena becek, kotor, bau, dan tidak aman. Sedangkan pasar modern biasanya memiliki bangunan megah dan permanen, fasilitas memadai, nyaman, aman, banyaknya diskon yang ditawarkan, dan harga yang tercantum pasti (Izza, 2010: 4-5). 2.1 Pasar tradisional Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok (Lufti, 2012: 4). Menurut Wicaksono, dkk (2008), bahwa pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual atau suatu pengelola pasar. Wiryomartono (dalam Endrawanti, 2012: 80) mengemukakan bahwa, pasar tradisional adalah kejadian yang berkembang secara periodik, dimana yang menjadi adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam suatu peristiwa. Pasar berasal dari kata ‘peken” yang berarti kumpul. Menurut peraturan menteri perdagangan republik Indonesia nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang
pedoman
penataan
dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan dan toko modern,
13 dalam Bab I ayat 3 bahwa pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik daerah, termasuk kerjasama dengan usaha dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jul beli barang dagangan melalui tawar menawar. 2.2 Pasar modern Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta atau koperasi yang dalam bentuknya berupa Mall, Super market, Departement store, dan Shopping center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan harga yang pasti (Widodo, 2013: 31). Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini, penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (berkode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (Lufti, 2012: 4).
14 3.
Kondisi sosial ekonomi Sosial ekonomi merupaka segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang ada dimasyarakat atau yang lebih umumnya terkait dengan kesejahteraan masyarakat, untuk melihat kondisi sosial ekonomi Melly G.Tan mengatakan dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga. Berdasarkan ini, masyarakat dapat digolongkan kondisi sosial ekonomi atas, menengah dan bawah (Koentjaraningrat dalam Zunaidi, 2013: 54). Notoadmodjo (dalam Bachrir, 2013: 7) mengemukakan sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi harus melalui variable-variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerajaan. Menurut Suparyanto (dalam Bachrir, 2013: 7) sosial ekonomi adalah gambaran suatu keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi. Gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status (Sumardi dalam Juariyah dan Basrowi, 2010: 60).
15 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kondisi sosial ekonomi adalah kondisi seseorang yang dapat diukur dari pendidikannya, pekerjaan, pendapatan, dan lain-lain. 3.1 Pendidikan Juariyah dan Basrowi (2010: 65) pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani manusia agar dapat menunjukkan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dari penghidupan yang selaras, dengan alamnya dan masyarakat serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Soesanto (dalam Juariyah dan Basrowi, 2010: 65) berpendapat bahwa melalui pendidkan bagi individu yang berasal dari masyarakat miskin terbukalah kesempatan baru untuk menemukan suatu lapangan baru yang memberikan hasil yang lebih tinggi. Kartono (dalam Batar, 2013: 12) pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan internasional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Sedangkan menurut Soekanto (dalam Batar, 2013: 12) pendidikan merupakan suatu alat yang membina dan mendorong seseorang untuk berpikir rasional maupun logis, dapat menimbulkan kesadaran untuk menggunakan waktu yang sebaik-baiknya dengan
16 menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala sosial yang terjadi. Menurut UU NO 20 Tahun 2003 (dalam Irawan, 2015: 23), tentang tingkat pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 1. Pendidikan dasar terdiri dari: a) Sekolah dasar atau Madrasah I’tidaiyah b) SMP atau MTs 2. Pendidikan Menengah a) SMA dan MA b) SMK dan MAK 3. Pendidikan Tinggi a) Akademik b) Institut c) Sekolah Tinggi d) Universitas 3.2 Pendapatan Winardi dalam Ajemain (2012: 16) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil lainnya yang dicapai dari pada penggunaan kekayaan jasa atas manusia. Hal ini mengandung arti bahwa
pendapatan
merupakan
sesuatu
yang
diperoleh
karena
17 pemanfaatan sesuatu yang lain yaitu pengunaan kekayaan dan jasa-jasa tersirat juga adanya kemampuan dan keterampilan mengelola faktorfaktor tersebut untuk mendapatkan materi berupa kekayaan atau barang. Boediono (dalam Aisah, 2015: 20) memberikan pengertian pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualan dari faktorfaktor produksi yang ditentukan oleh dua hal, yaitu jumlah faktor-faktor atau kekayaan yang dimiliki, dan harga jual perunit dari setiap kekayaan faktor-faktor produksi. Menurut Sukirno (dalam Aisah, 2015: 20) mengatakan bahwa, pendapatan adalah berupa uang materi atau keduanya yang timbul karena penggunaan faktor produksi. Pendapatan pada hekekatnya merupakan balas jasa dari faktor produksi yang didalamnya upah, sewa tanah, bunga modal, laba dan pensiun. Bila pendapatan ditinjau dari sisi hasil produkasi, maka pendapatan kotor dimaksudkan sebagai jumlah produksi yang terjual dikalikan dengan harga barang yang diproduksikan. Untuk mengetahui besarnya pendapatan bersih yang diterima oleh produsen, maka pendapatan kotor masih harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh produsen. Secara matematik, pendapatan bersih yang merupakan keuntungan usaha dirumuskan sebagai berikut: NI = TR – TC Dimana:
18 NI = Net Income (Pendapatan bersih) TC = Total Revenue (Total penerimaan) TC = Total Cost (Total biaya) (Miller dan Meines dalam Pia, 2011:21) Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa pendapatan adalah hasil (uang atapun materi lainnya) dari penjualan faktor-faktor produksi. 4.
Interaksi Sosial dalam Pasar Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Begitu juga saat manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka pasti memerlukan kehadiran orang lain agar kebutuhan hidupnya terpenuhi, oleh karena itu, manusia perlu melakukan interaksi sosial antar sesamanya. Sardiman, dkk (2008: 48) Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang per orang, kelompok-kelompok manusia, dan antara orang perorangan dengan kelompok yang saling memengaruhi dalam hubungan timbal balik. Tujuan interaksi sosial, antara lain: 1) Menjalin hubunga persahabatan 2) Menjalin hubungan usaha 3) Mendiskusikan sebuah persoalan 4) Melakukan kerjasama.
19 4.1 Kerja sama Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama (Soekanto dalam Irawan, 2015: 26). Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama. 4.2 Akomodasi Akomodasi
merupakan
suatu
cara
untuk
menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi yaitu untuk mengurangi pertentangan antara individu, antar kelompok, dan antar individu dan kelompok, untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerja sama (Soekanto dalam Irwan, 2015: 27). 4.3 Persaingan Persaingan merupakan suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang ada pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan (Soekanto dalam Irawan, 2015: 27).
20 4.4 pertentangan (konflik) Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan (Soekanto dalam Irawan, 2015: 27). 5.
Konsep pedagang Pedagang pasar adalah seseorang yang mempunyai usaha dan tempat permanen sesuai dengan jenis usahanya dan dalam penampilan barang dagangan mempunyai variasi baik dalam penataan, kemasan, kebersihan sehingga bisa menarik para pembeli atau pelanggannya (Endrawanti, 2012: 85). Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono, dkk dalam Santi 2015: 12). Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosial ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan studi sosiologi ekonomi tentang pedagang yang telah dilakukan oleh Mai dan Bucholt, dan lain-lain (dalam Irawan, 2015: 12) dapat disimpulkan bahwa pedagang terbagi atas:
21 1) Pedagang professional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. 2) Pedagang semi professional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. Derajat tambahan tersebut berbeda pada setiap orang dan masyarakat. 3) Pedagang subsitensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas substensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini tidak mengaharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja sebaliknya ia akan meperoleh kerugian dalam berdagang. Berdasarkan pengertian ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pedagang adalah orang yang mempunyai usaha dalam menjual barangbarang keperluan masyarakat dan membuat barang dagangannya tersebut semenarik mungkin agar menarik minat pembeli.
22 B. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: Dede Reski Irawan (2015), Dampak Relokasi pasar terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang di pasar Bonggoeya Kendari. Skripsi. Jurusan Pendidikan Eknomi Koperasi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Halu Oleo kendari. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa: pertama perdagang menyadari bahwa lokasi pasar yang berada didekat pemukiman warga padat penduduk memberikan dampak yang positif, dengan tingkat pendapatan kotor rata-rata dalam sebulan Rp 7.027.073 dengan rata-rata pengeluaran Rp. 4.668.049 dan rata-rata pendapatan bersih perbulan adalah Rp. 2.359.024. kedua, peningkatan pendapatan penjualan pedagang terjadi sebab lokasi pasar yang berada disepanjang jalan memudahkan pembeli
dan pedagang dalam
memasarkan barang dagangannya sehingga terjadilah peningkatan pendapatan pedagang dimana terjadi peningkatan dengan rata-rata jumlah peningkatan sebesar Rp 1.922.673, ketiga, peranan waktu dalam melakukan kegiatan berdagang, bahwasanya pedagang dapat melakukan aktivitas jual beli dengan rentang waktu yang cukup lama yakni dari pukul 05.00-23.00. keempat, kondisi sosial pedagang dalam menjaga interaksi antar pedagang dan masyarakat serta pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dapat terlaksana. Namun yang menjadi permasalahan pokok pedagang adalah adanya rencana pemindahan pedagang ke lokasi pasar yang lama oleh pemerintah dan kecamatan.
23 C. Kerangka Pikir Berdasarkan uraian di atas, maka Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Relokasi pasar
Pedagang
permasalahan sosial (interaksi pedagang), seperti konflik, kerjasama, dan persaingan
Kondisi sosial
Dampak positif
Pendapatan pedagang
Kondisi ekonomi
Dampak negatif
Dampak positif
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
Dampak negatif
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pasar panjang laino Raha pada bulan JanuariFebruari 2016 B. Pendekatan penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif sebagai prosesdur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian ini difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami mendalam, dengan mengabaikan fenomenafenomena yang lainnya. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak ada masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan dan keberhasilannya. Kasus ini bisa berkenaan dengan perorangan, kelompok (kerja, kelas, sekolah, etnis, ras, agama, sosial, budaya, dll), keluarga, lembaga, organisasi, daerah/wilayah, masyarakat, dll. Studi kasus diarahkan pada mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan tersebut.
24
25 C. Sumber dan Jenis Data Penelitian 1.
Sumber data Untuk memperoleh data dan informasi yang valid, akurat serta meyakinkan mengenai
dampak relokasi pasar terhadap sosial ekonomi
pedagang pasar laino maka sumber data sangat dibutuhkan. Sumber data dalam penelitian ini adalah pedagang pasar laino. 2.
Jenis data Jenis data dalam penelitian ini ada 2, yaitu: a. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari lokasi penelitian secara langsung. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber data yang diperoleh di lokasi tempat penelitian melalui pengamatan untuk mendapatkan informasi secara langsung mengenai dampak relokasi pasar terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang pasar laino. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data dapat diperoleh melalui data perpustakaan dan arsip daerah, mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini, dan laporan-laporan ilmiah terdahulu.
26 D. Teknik Penentuan Informan Informan dalam penelitian, dipilih secara purposive yaitu pemilihan informan ditentukan sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan. Dengan pertimbangan bahwa informan yang dipilih adalah informan yang dianggap bisa memberikan informasi yang akurat kepada peneliti, seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2002:128) berpendapat bahwa Purposive Sampling adalah Metode yang di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan bahwa informan yang telah ditetapkan memiliki kompetensi, pengetahuan yang cukup dan kredibilitas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara. Dalam penelitian ini , pemilihan informan didasarkan kriteria dengan urutan sebagai berikut: 1. Pedagang Pasar Laino yang direlokasi ke Pasar Panjang yang telah lama berdagang dan mengetahui kondisi perkembangan Pasar. 2. Kepala Pasar sebagai pihak yang mengetahui lebih detail mengenai keadaan Pasar panjang. Adapun jumlah pedagang pasar panjang laino berdasarkan catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu sebanyak 1557, yang dipilah-pilah berdasarkan jenis dagangannya masing-masing, diantaranya pedagang kosmetik sebanyak 44 orang, sembako sebanyak 239 orang, bahan bangunan 14 orang, bumbu sebanyak 92 orang, pakaian jadi sebanyak 135 orang, ikan basah sebanyak 118 orang, RB sebanyak 113 orang, pecah belah 41 orang, beras
27 sebanyak 62 orang, sayur sebanyak 138 orang, dan masih banyak lagi, namun dari banyaknya jumlah pedagang pasar panjang tersebut, yang dianggap paling representative sebagai sampel penelitian yaitu jenis dagangan yang paling banyak jumlah pedagangnya, yaitu sayur, ikan basah, RB, pakaian jadi, semabako, dan bumbu, yaitu sebanyak 835 orang . Untuk menentukan besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini, digunakan rumus Taro Yamane (dalam Sasmita, dkk, 2013: 5) yaitu: n=
N N .d 2 1
Keterangan: Dimana n = jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan Jumlah pedagang pasar panjang yang akan dijadikan informan sebanyak (N) = 835 dan tingkat presisi d2 = 10%. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) untuk pedagang pasar panjang adalah sebagai berikut:
n=
N 835 835 835 89 2 2 N .d 835.0,01 1 8,35 1 9,35
28 sehingga diperoleh jumlah sampel 89 orang responden, dengan distribusi tiap jenis dagangan adalah:
pedagang sembako
=
239 x89 25 orang 835
Pedagang RB
=
113 x89 12 orang 835
Pedagang sayur
=
138 x89 15 orang 835
Pedagang pakaian jadi =
135 x89 14 orang 835
Pedagang ikan basah =
118 x89 13 orang 835
Pedagang bumbu
92 x89 10 orang 835
=
89 orang E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu: 1. Observasi/pengamatan
yaitu
dengan
melakukan
pengamatan
lokasi
penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sosial ekonomi pedagang pasar laino.
29 2. Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden, dalam hal ini kepada pedagang. 3. Dokumentasi, yakni melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi pasar dan segala kegiatan perekonomian yang ada di dalamnya yang dilakukan oleh pedagang yang akan berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi para pedagang atau dengan berkomunikasi langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. F. Teknik Pengolahan Data Untuk mengolah data yang telah diperoleh, digunakan teknik pengolahan data: 1) Data-data dalam bentuk angka yang terukur (data kuantitatif) diolah dengan perhitungan matematika sederhana (jumlah, selisih dan persentase) dan perhitungan matematika tertentu dengan menggunakan perhitungan statistik yang telah ditentukan rumusannya. 2) Data-data kualitatif (non numerik) diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menjelaskan atau menggambarkan fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan penelitian Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) data naratif, menyajikan data dalam bentuk narasi atau cerita; (2) data tabel, menyajikan data-data dalam bentuk kolom dan baris.
30 G. Teknik Analisi Data Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis data secara deskriptif dimana data tersebut disajikan berdasarkan apa adanya berdasarkan fakta di lapangan sesuai dengan obyek penelitian ini. Untuk melihat pendapatan bersih atau keuntungan pedagang digunakan rumus: NI = TR – TC Dimana: NI = Net Income (Pendapatan bersih) TC = Total Revenue (Total penerimaan) TC = Total Cost (Total biaya) (Miller dan Meines dalam Pia, 2015: 21) Dan untuk mengetahui dampak relokasi pasar terhadap kondisi sosial pedagang, menggunakan Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masingmasing jawaban dalam kuesioner, kemudian menghitung persentase jawaban responden dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hartono (dalam Sunarna, 2010: 6) yaitu: P=
f 100 % N
Keterangan: P: Persentase f.: Frekuensi data N: Jumlah sampel yang diolah
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat Pasar Panjang Laino Raha Secara astronomis Pasar Panjang Laino terletak pada 4049ꞌ00.64ꞌꞌS 122043ꞌ49.04ꞌꞌE. Pasar panjang laino terletak di Kelurahan Laiworu, Kecamatan Batalaiworu , Kota Raha, Kabupaten Muna. Pasar panjang memiliki panjang ±1,2 km, dengan jalan sebagian diaspal dan kondisi jalan yang sebagian berlubang. Dalam rangka pemindahan lokasi pasar sentral laino ke pasar panjang, pemerintah
telah menyediakan 780 kios bagi
pedagang yang direlokasi dengan luas kios 2X3 meter, dan sisanya adalah pedagang pelataran sebanyak 777 yang membuat tempat berdagang sendiri. Pasar panjang laino dibangun di pinggir laut dengan sebagian wilayahnya merupakan hasil timbunan laut. Dahulunya lokasi pasar panjang merupakan bagian dari lokasi kampung nelayan, yang di dalamnya terdapat sekolah pelayaran. Pasar panjang terbagi menjadi 4 pos, dimana pos kedua merupakan kantor bagi Kepala Unit Pasar. Secara geografis lokasi pasar panjang terletak pada batas-batas sebagai berikut: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Sidodadi
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Pasar laino lama
-
Sebelah Barat berbatasan dengan RT 03 Kel. Laiworu
32 Pasar panjang laino mulai digunakan pada Bulan Mei tahun 2015. Berbeda dengan pasar laino, pasar panjang laino tidak dilengkapi area parkir sehingga pembeli yang akan berbelanja di pasar panjang laino kebanyakan memarkir kendaraan mereka di pinggir jalan, atau di depan kios pedagang sehingga menyebabkan kendaraan lain susah untuk lewat. B. Identitas informan penelitian 1. Jenis Kelamin Informan Berdasarkan bab sebelumnya, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pedagang pasar laino yang direlokasi ke Pasar panjang, dalam hal ini tidak dibatasi berjenis kelamin perempuan ataupun laki-laki untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam pedoman wawancara. Table 4.1 Inisial informan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama DA WN WA MU WI HE NU MI WY JU WF NI RO IN HW WU
Jenis kelamin P P P P P P P P P P P P P P P P
Frekuensi 2 4 3 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 3
33 No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Nama SU SA NA SH YA WL FI SF MA WS DI LI WO NS WP NL WM WD RU FI LA AM LM AD DA LH LR IF RU AS LD FA UM RA JO MA LP YU JA LK
Jenis kelamin P P P P P P P P P P P P P P P P P P P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Frekuensi 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 No 57 58 59 60
Nama LO LT JU HA
Jenis kelamin L L L L
Frekuensi 1 1 1 1 89
JUMLAH Sumber: Wawancara Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. 4.2. Identitas informan berdasarkan jenis kelamin: No
Jenis Kelamin Informan
Laki – laki Perempuan Jumlah Sumber: Wawancara 1. 2.
Frekuensi
Persentase (%)
32 57 89
36 64 100,00%
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa informan yang paling banyak jumlahnya adalah perempuan dengan jumlah 57 orang atau 64% , dan laki-laki sebanyak 32 orang orang atau 36%. 2. Umur Informan Jika dilihat dari segi umur, pedagang pasar panjang yang dijadikan sebagai informan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel. 4.3. Identitas informan berdasarkan umur No 1. 2. 3. No 4.
Umur informan 20 – 30 31 – 40 41 – 50 Umur informan 51 – 60 Jumlah Sumber: Wawancara
Frekuensi 4 25 35 Frekuensi 25 89
Persentase (%) 4 28 39 Persentase (%) 28 100%
35 Berdasarkan
tabel 4.3, terlihat bahwa tingkat umur yang dominan
adalah 41-50 tahun dengan persentase sebesar 39%, sementara tingkat umur antar 31-40 tahun berkisar 28%, sedangkan umur 51-50 sekitar 28%, dan tingkat umur 20-30 tahun berkisar 4%. 3. Tingkat Pendidikan Informan Pendidikan dianggap sebagai sarana pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat karena apabila tingkat pendidikan masyarakanya tinggi, maka akan tinggi pula pekerjaan dan pendapatan yang akan dihasilkan, sehingga secara tidak langsung mereka akan mencapai taraf kesejahteraan hidup. Komposisi tingkat pendidikan responden akan disajikan pada tabel 4.4. Tabel. 4.4. Identitas informan berdasarkan tingkat pendidikan No
Tingkat pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
25 28 31 5 89
28 31 35 6 100,00%
1. 2. 3. 4.
SD sederajat SMP sederajat SMA sederajat Tidak Bersekolah Jumlah Sumber: Wawancara
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan formal hingga ke jenjang SMA sudah cukup baik. Namun masih ada juga yang hanya menyelesaikan sampai bangku SMP dan SD, bahkan tidak bersekolah hal tersebut disebabkan karena faktor biaya.
36 4. Jumlah tanggungan informan Tabel 4.5. Jumlah tanggungan pedagang pasar laino/pasar panjang Jumlah tanggungan dalam keluarga (jiwa) 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Sumber: wawancara
Jumlah responden (jiwa)
Presentase (%)
6 11 25 20 9 13 5 89
7 12 28 22 10 15 6 100
Dari tabel 4.5, terlihat bahwa masing-masing para pedagang memiliki tanggungan, dimana jumlah tanggungan dari setiap pedagang berfariasi, yaitu antara 2-8 orang tanggungan. C. HASIL PENELITIAN 1. Dampak Relokasi pasar terhadap kegiatan ekonomi pedagang a. Dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang 1. Pedagang sayur a. Harga jual tiap jenis sayuran Harga tiap jenis sayuran yang akan diperdagankan biasanya dijual dengan harga yang bervariasi baik itu saat di pasar laino maupun di pasar panjang. Berikut ini akan disajikan daftat harga jual tiap jenis sayuran saat di pasar panjang dan di pasar laino.
37 Tabel 4.6. Harga jual setiap jenis sayuran yang akan deperdagangka di pasar laino dan pasar panjang No Jenis sayur Harga tiap sayuran (ikat/buah) Pasar Laino Pasar Panjang 1 Bayam 2.000 2.000 2 Kangkung 2.000 2.000 3 Daun Singkong 1.500 2.000 4 Sawi 2.000 2.000 5 Nangka muda 10.000 10.000 6 Kelor 1.500 2.000 7 Pepaya 2.000 2.000 8 Kacang panjang 1.500 2.000 9 Pasele 1.500 2.000 10 Gambas 2.000 2.000 11 Daun labu 2.000 2.000 12 Paria 2.000 2.000 13 Mentimun 2.000 2.000 14 Daun ubi jalar 1.500 1.500 15 Paria 1.500 1.500 Sumber: Wawancara Dari table 4.6 di atas terlihat bahwa, harga jual sayuran yang paling tinggi adalah nangka muda yaitu dijual seharga Rp 10.000,- per buahnya, jika dilihat, tidak ada perbedaan harga jual sayuran jenis nangka muda saat di pasar laino dan pasar panjang, hal ini karena modal untuk membeli jenis sayuran tersebut sama, jika modalnya berbeda, maka harga jualnyapun berbeda. Sedangkan untuk jenis sayuran lainnya umumnya memiliki harga jual yang sama yaitu berkisar antara Rp 1.500,- sampai Rp 2.000,-/ikatnya, hal ini juga dipengaruhi oleh kesamaan modal. Menurut responden saat wawancara, harga-harga jual tersebut kadang-kadang berubah. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak sedikitnya barang yang didistribusikan. Jika barang
38 atau sayuran yang didistribusi banyak, maka harganya akan rendah, dan sebaliknya, jika sayuran yang didistribusi sedikit, maka harganya akan tinggi, baik itu harga ambil sayuran maupun harga jual sayuran. b. Jumlah sayuran yang akan dijual Tiap-tiap pedagang memiliki perbedaan terhadap jumlah barang yang akan dijual. Adapun jumlah barang yang akan dijual setiap responden dapat dilihat pada table 4.7. Tabel 4.7. Perbandingan jumlah sayuran yang akan dijual setiap responden saat di pasar laino dan di pasar panjang per bulannya Jumlah sayuran (ikat/buah) No Pasar laion Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun Per bulan Per tahun 1 7.500 90.000 2.250 27.000 2 4.950 59.400 4.290 51.480 3 7.650 91.800 2.250 27.000 4 5.250 63.000 3.000 36.000 5 6.150 73.800 2.250 27.000 6 3.000 36.000 2.400 28.800 7 4.800 57.600 3.300 39.600 8 6.450 77.400 2.700 32.400 9 8.700 10.4400 3.360 40.320 10 5.400 6.4800 2.400 28.800 11 4.200 5.0400 2.520 30.240 12 5.700 6.8400 2.400 28.800 13 4.350 5.2200 2.700 32.400 14 6.150 7.3800 3.330 39.960 15 5.250 6.3000 2.910 34.920 Total 85.500 1.026.000 42.060 504.720 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 6 dan 7 Terhadap table 4.7 terlihat bahwa saat di pasar panjang jumlah barang yang akan dijual paling tinggi adalah 7.650 ikat/buah perbulan atau 91.800
39 ikat/buah per tahu, sedangkan yang paling rendah adalah 4.200 ikat/buah per bulan atau 5.040 ikat/buah per tahun. Untuk di pasar panjang jumlah barang yang akan dijual oleh pedagang yang paling tinggi adalah 4.290 ikat/buah per bulan atau 51.480 ikat/buah per tahun dan yang paling rendah adalah 2.250 ikat/buah per bulan atau 2.700 ikat/buah per tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang, biasanya jumlah barang yang akan dijual tiap harinya mempunyai jumlah yang relatif sama, tergantung modal yang mereka miliki. Jumlah barang yang akan dijual saat di pasar laino dan di pasar panjang memiliki perbedaan yang cukup jauh, dilihat dari jumlah tertinggi barang yang akan dijual antara pasar laino dan pasar panjang bisa mencapai selisih hingga 3.360 ikat/buah per bulan atau 40.320 ikat/buah per tahun. Para pedagang mengakui bahwa, menurunnya jumlah barang yang akan dijual di pasar panjang dibanding saat di pasar laino dikarenakan dagangan mereka yang kurang laku, sehingga mereka takut untuk mengambil barang dagangan dalam jumlah yang besar, karena akan membuat mereka rugi, jika kondisi setiap harinya seperti itu. Alasan lainnya karena lokasi tempat berdagang sayur yang berada di ujung pasar panjang sehingga mempengaruhi kedatangan pembeli, sehingga dagangan mereka biasanya tidak habis terjual dan jika barang dagangan mereka disimpanpun, tidak akan bertahan lama dan akhirnya membusuk. Penurunan jumlah barang yang akan dijual juga dikarenakan kekurangan modal bagi setiap responden, hal ini sesuai dengan pendapat Sari
40 (dalam Sasmita, dkk, 2013: 5) , bahwa Kekurangan modal kerja bagi sebagian pedagang akan sangat membatasi kemampuan mengadakan persediaan barang yang cukup. c. Modal sayuran Tabel 4.8. perbandingan total modal sayuran tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang Modal berdagang No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 16.080.000 192.960.000 4.950.000 59.400.000 2 4.590.000 55.080.000 4.290.000 51.480.000 3 6.480.000 77.760.000 2.250.000 27.000.000 4 4.800.000 57.600.000 3.000.000 36.000.000 5 5.700.000 68.400.000 2.250.000 27.000.000 6 2.880.000 34.560.000 4.300.000 51.600.000 7 6.300.000 75.600.000 3.000.000 36.000.000 8 5.940.000 71.280.000 2.700.000 32.400.000 9 8.040.000 96.480.000 3.360.000 40.320.000 10 5.100.000 61.200.000 2.400.000 28.800.000 11 3.960.000 47.520.000 2.520.000 30.240.000 12 5.160.000 61.920.000 2.400.000 28.800.000 13 4.050.000 48.600.000 2.700.000 32.400.000 14 5.820.000 69.840.000 3.330.000 39.960.000 15 4.920.000 59.040.000 2.910.000 34.920.000 Total 89.820.000 1.077.840.000 46.360.000 556.320.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 4 dan 5 Dari table 4.8, terlihat bahwa modal tertinggi yang dikeluarkan responden saat di pasar laino bisa mencapai Rp 16.080.000,- per bulan atau 192.960.000,- per tahun sedangkan untuk modal terendah sebesar Rp 2.880.000,- per bulan atau Rp 3.456.000,- per tahun. Dan untuk di pasar panjang, modal tertinggi yang dikeluarkan responden untuk membeli sayuran
41 adalah Rp 4.950.000,- per bulan atau Rp 59.400.000,- per tahun. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh responden saat wawancara modal yang mereka keluarkan biasanya sama setiap harinya, namun juga disesuaikan dengan omset yang mereka dapatkan, jika omsetnya meningkat, maka mereka biasanya menambah modal jualan, dan sebaliknya. Modal yang mereka keluarkan biasanya dihitung setiap harinya, dikarenakan sayuran yang akan mereka jual tidak mungkin di ambil per bulan, mengingat sayuran yang tidak tahan lama dan cepat busuk. Mereka mengungkapkan, bahwa menurunnya modal yang mereka keluarkan karena kurang lakunya dagang mereka saat di pasar panjang dibanding di pasar laino, sehingga mereka tidak mengeluarkan modal dengan jumlah yang sama seperti saat di pasar laino karena takut mengambil resiko kerugian yang besar, dan juga mereka tidak mempunyai materi yang cukup untuk menambah modal karena pendapatan mereka yang menurun. Mereka mengaku bahwa dengan modal begitu saja sudah membuat mereka rugi, apalagi jika mereka menambah modal. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu Wa Uli, bahwa: “sedikit-sedikit sa ambil sayur sa kalo di pasar panjang, kita mo ambil banyak juga percuma, tidak laku kita,mo curikan dimana uang untk tambah modal, baru untuk apa juga mo tambah modal kalo cuman bikin rugi”. (wawancara dilaksanakan pada hari Kamis 28 Januari 2016, pukul 11.15). Beberapa pedagang sayurpun mengeluh saat peneliti menanyakan tentang hal tersebut.
42 d. Biaya pengeluaran pedagang sayur Tabel 4.9. Perbandingan jumlah biaya pengeluaran pedagang sayur saat di pasar laino dan pasar panjang per bulan Biaya pengeluaran tiap responden Pasar laino Total pengeluaran Pasar panjang Total pengeluaran No Biaya Kantong Per bulan Per tahun Biaya Kantong Per bulan Per tahun Resp. Transportasi plastik (Rp) (Rp) (Rp) Transportasi plastik (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 120.000 54.000 174.000 2.088.000 160.000 20.000 180.000 2.160.000 2 180.000 54.000 234.000 2.808.000 220.000 60.000 280.000 3.360.000 3 180.000 54.000 234.000 2.808.000 160.000 20.000 180.000 2.160.000 4 300.000 54.000 354.000 4.248.000 300.000 20.000 320.000 3.840.000 5 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 6 120.000 36.000 156.000 1.872.000 140.000 20.000 160.000 1.920.000 7 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 40.000 220.000 2.640.000 8 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 30.000 210.000 2.520.000 9 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 10 120.000 36.000 156.000 1.872.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 11 120.000 45.000 165.000 1.980.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 12 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 13 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 14 300.000 72.000 372.000 4.464.000 300.000 20.000 320.000 3.840.000 15 300.000 72.000 372.000 4.464.000 300.000 30.000 330.000 3.960.000 Total 2.460.000 801.000 3.261.000 39.132.000 3.020.000 380.000 3.400.000 40.800.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 1
43 Dari Table 4.9, dapat dijelaskan bahwa biaya pengeluaran yang dimaksud dalam penelitian ini hanya berupa biaya transportasi dan biaya kantong plastik, dimana biaya pengeluaran responden tertinggi saat di pasar laino sebesar Rp 372.000,- per bulan atau Rp 4.464.000,- per tahun, sedangkan biaya pengeluaran terendah sebesar Rp 156.000,- per bulan atau Rp 1.872.000,- per tahun. Untuk di pasar panjang, biaya pengeluaran tertinggi yang digunakan responden adalah sebesar Rp 330.000,- per bulan atau Rp 3.960.000,- per tahun dan biaya pengeluaran terendah sebesar Rp 160.000,per bulan atau Rp 1.920.000,- per tahun. Para responden mengungkapkan mereka tidak mempunyai alat transportasi pribadi yang bisa digunakan untuk membantu dalam proses berdagang,, tetapi mereka menggunakan jasa ojek untuk hal tersebut. Sehingga jika dilihat, terjadi peningkatan biaya transportasi saat di pasar panjang. Saat wawancara, para responden mengungkapkan bahwa, ada perbedaan biaya jasa ojek saat di pasar laino dan di pasar panjang, dimana saat di pasar panjang, biaya ojek meningkat yang disebabkan meningkatnya harga BBM saat itu, selain itu, meningkatnya biaya transportasi sebagian responden saat di pasar panjang karena meningkatnya penggunaan jasa ojek saat di pasar panjang jika dibanding saat di pasar laino. Saat di pasar panjang sebagian responden menggunakan jasa ojek sebanyak 3 kali, yaitu saat perjalan dari lokasi tempat tinggal ke pasar panjang, saat pulang kembali ke rumah, ditambah lagi saat berpindah lokasi berdagang. Mereka mengungkapkan bahwa, sebagian dari mereka sering berpindah lokasi tempat
44 berdagang di pasar panjang yaitu bagian ujung ke bagian depan pasar panjang atau kadang juga di depan lokasi pembangunan pasar laino lama. Untuk biaya pengeluaran kantong plastik, saat di pasar panjang rata-rata penggunaan kantong plastik menurun, karena jumlah dagangan mereka yang sedikit, sehingga penggunaan kantong plastikpun berkurang. e. Jumlah sayuran yang terjual Tabel 4.10. Perbandingan total Harga sayuran tiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 19.155.000 229.860.000 5.820.000 69.840.000 2 7.710.000 92.520.000 6.300.000 75.600.000 3 8.520.000 102.240.000 2.820.000 33.840.000 4 7.920.000 95.040.000 3.540.000 42.480.000 5 9.735.000 116.820.000 2.820.000 33.840.000 6 4.110.000 49.320.000 4.620.000 55.440.000 7 8.355.000 100.260.000 4.140.000 49.680.000 8 10.065.000 120.780.000 3.300.000 39.600.000 9 12.720.000 152.640.000 4.380.000 52.560.000 10 9.375.000 112.500.000 2.880.000 34.560.000 11 6.315.000 75.780.000 3.000.000 36.000.000 12 7.950.000 95.400.000 3.000.000 36.000.000 13 6.420.000 77.040.000 3.420.000 41.040.000 14 6.887.400 82.648.800 4.200.000 50.400.000 15 6.705.000 80.460.000 3.600.000 43.200.000 1.583.308.800 57.840.000 694.080.000 Total 131.942.400 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 8 dan 9 Dari table 4.10 terlihat bahwa, total harga sayuran terjual responden yang tertinggi saat di pasar laino bisa mencapai Rp 19.155.000,- per bula atau Rp 229.860.000,- per tahun, dan total harga harga sayuran terjual yang
45 terendah adalah sebesar Rp 4.110.000,- per bulan atau Rp 49.320.000,- per tahun, sedangkan untuk di pasar panjang, total harga sayuran terjual yang tertinggi adalah sebesar Rp 6.300.000,- per bulan atau Rp 75.600.000,- per tahun, dan total harga sayuran terjual yang terendah adalah sebesar
Rp
2.820.000,- per bulan atau Rp 33.840.000,- per tahun. Dari data tersebut, penurunan total harga barang yang terjual dipengaruhi oleh kurangnya pengunjung saat di pasar panjang dibanding saat di pasar laino, hal tersebut dikarenakan lokasi berdagang pedagang sayur yang berada di bagian ujung pasar mempengaruhi kedatangan pembeli, dan juga karena adanya pasar kecil yang dibangun oleh pedagang yang tidak mempunyai lokasi berdagang di pasar panjang yang membangung pasar kecil di pinggir jalan yang tidak terlalu jauh dari pasar panjang, sehingga mempengaruhi kedatangan pembeli ke pasar panjang, sebagian dari mereka memilih membeli sayuran yang ada di pasar kecil tersebut dibanding harus jauh-jauh ke pasar panjang lagi. f. Jumlah sayuran yang tidak terjual Tabel 4.11 Perbandingan total harga sayuran yang tidak terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang tidak terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 9.795.000 117.540.000 2.880.000 34.560.000 2 1.290.000 15.480.000 2.280.000 27.360.000 3 2.430.000 29.160.000 1.920.000 23.040.000 4 1.455.000 17.460.000 2.460.000 29.520.000 5 1.440.000 17.280.000 1.680.000 20.160.000 6 1.590.000 19.080.000 300.000 3.600.000
46 Total harga barang yang tidak terjual Pasar laino Pasar panjang Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 7 289.5000 34.740.000 4.860.000 58.320.000 8 156.0000 18.720.000 2.100.000 25.200.000 9 206.1750 24.741.000 2.340.000 28.080.000 10 675.000 8.100.000 2.160.000 25.920.000 11 1.005.480 12.065.760 2.040.000 24.480.000 12 1.200.000 14.400.000 1.500.000 18.000.000 13 1.530.000 18.360.000 1.830.000 21.960.000 14 1.890.000 22.680.000 2.460.000 29.520.000 15 2.070.000 24.840.000 2.520.000 30.240.000 394.646.760 33.330.000 399.960.000 Total 32.887.230 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 10 dan 11 No Resp.
Berdasarksn tabel 4.11, total harga sayuran yang tidak terjual per tahun untuk semua responden adalah Rp 394.646.760,- , dengan total terendah sebesar Rp 8.100.000,-, dan total tertinggi sebesar Rp 117.540.000,sedangkan untuk di pasar panjang total harga sayuran yang tidak terjual per tahun untuk semua responden adalah Rp 33.330.000,- .Jika ditinjau, total harga sayuran yang tidak terjual di pasar panjang lebih tinggi jika dibandingkan dengan total harga sayuran yang tidak terjual saat di pasar laino. g. Lama tersimpan sayuran Tabel 4.12. Perbandingan lama tersimpan sayuran saat di pasar laino dan pasar panjang No. Resp Pasar laino Pasar panjang 1 1-2 hari Sampai busuk 2 1-2 hari 1-2 hari 3 1-2 hari Sampai busuk 4 1-2 hari Sampai busuk 5 1-2 hari Sampai busuk 6 1-2 hari Sampai busuk 7 1-3 hari Sampai busuk
47 No. Resp 8 9 10 11 12 13 14 15 Sumber: Wawancara
Pasar laino 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari
Pasar panjang Sampai busuk Sampai busuk Sampai busuk Sampai busuk Sampai busuk Sampai busuk Sampai busuk Sampai busuk
Dari tabel di atas, rata-rata lama tersimpan barang para pedagang saat di pasar laino adalah 1-2 hari. Sedangkan saat di pasar panjang, barang tersimpan sampai busuk. Menurut pedagang, saat di pasar panjang, sayuran yang tidak laku terjual, biasanya mereka bawa pulang dan menawarkannya ke tetangga-tetangga mereka, namun adakalanya sayuran yang sudah terlanjur layu karena lama terjual, mereka membuangnya ke laut atau ditempat-tempat sampah, karena tidak bisa diual lagi keesokan harinya. h. Pendapatan Bersih Pendapatan bersih (net income) dalam penelitian ini diperoleh dengan mengurangkan total pengeluaran dan total penerimaan pada periode tertentu, baik itu ditinjau per hari maupun per bulan. Besar kecilnya pendapatan bersih tergantung pada besarnya total penerimaan. Jika penerimaan pada periode tertentu besar, maka pendapatan bersihnyapun besar, dan sebaliknya, jika total penerimaan dalam periode tertentu kecil, maka pendapatan bersihnyapun akan kecil. Dengan demikian secara tidak langsung besarnya pendapatan bersih juga ditentukan oleh oleh besarnya pengeluaran karena besarnya penerimaan
48 tergantung pada besarnya pengeluaran. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh setiap responden pedagang sayur saat di pasar laino dan pasar panjang disajikan pada table 4.13
49
Tabel 4.13 Perbandingan Total pendapatan bersih tiap responden saat di pasar laino No Resp.
Total pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) (TC) Penerimaan (Rp) (Rp) (TR) Per bulan Per tahu (Rp) (Rp) (Rp) 1 16.254.000 19.155.000 2.901.000 34.812.000 2 4.824.000 7.710.000 2.886.000 34.632.000 3 6.714.000 8.520.000 1.806.000 21.672.000 4 5.154.000 7.920.000 2.766.000 33.192.000 5 5.874.000 9.735.000 3.861.000 46.332.000 6 3.036.000 4.110.000 1.074.000 12.888.000 7 6.474.000 8.355.000 1.881.000 22.572.000 8 6.114.000 10.065.000 3.951.000 47.412.000 9 8.214.000 12.720.000 4.506.000 54.072.000 10 5.256.000 9.375.000 4.119.000 49.428.000 11 4.125.000 6.315.000 2.190.000 26.280.000 12 5.334.000 7.950.000 2.616.000 31.392.000 13 4.224.000 6.420.000 2.196.000 26.352.000 14 5.892.000 6.887.400 995.400 11.944.800 15 5.292.000 6.705.000 1.413.000 16.956.000 Total 92.781.000 131.942.400 39.161.400 469.936.800 Rerata 6.185.400 8.796.160 2.610.760 31.329.120 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 13
Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) (TC) Penerimaan (Rp) (Rp) (TR) Per bulan Per tahu (Rp) (Rp) (Rp) 5.172.000 5.820.000 648.000 7.776.000 4.612.000 6.300.000 1.688.000 20.256.000 2.532.000 2.580.000 288.000 3.456.000 3.402.000 3.540.000 138.000 1.656.000 2.472.000 2.820.000 348.000 4.176.000 4.460.000 4.620.000 160.000 1.920.000 3.242.000 4.140.000 898.000 10.776.000 2.932.000 3.300.000 368.000 4.416.000 3.582.000 4.380.000 798.000 9.576.000 2.622.000 2.640.000 258.000 3.096.000 2.742.000 3.000.000 258.000 3.096.000 2.622.000 3.000.000 378.000 4.536.000 2.922.000 3.420.000 498.000 5.976.000 3.732.000 4.200.000 468.000 5.616.000 3.240.000 3.300.000 360.000 4.320.000 50650.000 5.7840.000 7.554.000 90.648.000 3.352.400 3.856.000 503.600 6.043.200
50
Berdasarkan tabel 4.13, dapat dilihat bahwa pendapatan bersih seluruh responden pedagang sayur saat di pasar laino adalah Rp 39.161.400,- per bulan atau Rp 469.936.800,- per tahun. Pendapatan bersih terendah sebesar Rp 995.400,- atau Rp 11.944.800,- per tahun, dan pendapatan bersih tertinggi sebesar Rp 4.506.000,- per bulan atau Rp 54.072.000,- per tahun. Sedangkan untuk di pasar panjang dapat dilihat bahwa pendapatan bersih seluruh responden saat berdagang di pasar panjang adalah sebesar Rp 7.434.000,- per bulan atau Rp 89.208.000,- per tahun dengan pendapatan bersih terendah sebesar Rp 138.000,- per bulan atau Rp 1.656.000,-, dan pendapatan bersih tertinggi sebesar Rp 1.688.000,- per bulan atau 20.256.000,- per tahun. Antara pendapatan bersih yang pedagang peroleh saat di pasar laino ke pasar panjang mengalami penurunan, jika dilihat rerata dari keseluruahn pendapatan bersih pedagang saat di pasar laino sebesar Rp 2.610.760 atau Rp 31.329.120,- per tahun, sedangkan di pasar panjang rerata dari keseluruhan pendapatan bersih pedagang sebesar Rp 503.600 ,- per bulan atau Rp 6.043.200,- per tahun. Dalam hal ini, dengan adanya relokasi pasar laino ke pasar panjang berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang sayur, dimana rata-rata
pendapatan pedagang sayur menjadi menurun.
51
2. Pedagang Bumbu a. Harga jual bumbu Tabel 4.14. Perbandingan harga jual tiap jenis bumbu saat di pasar laino dan di pasar panjang No Jenis Bumbu Harga masing-masing bumbu Pasar laino Pasar panjang Satuan Harga Satuan Harga 1 Tomat Kg 12.000 Kg 12.000 2 Bawang merah Liter 30.000 Liter 25.000 3 Bawang putih Liter 30.000 Liter 15.000 4 Lombok Liter 40.000 Liter 25.000 5 Kentang Kg 20.000 Kg 20.000 6 Wortel Kg 30.000 Kg 30.000 7 Minyak Liter 15.000 Liter 15.000 8 Gula pasir Kg 13.000 Kg 14.000 9 Garam Bungkus 1.500 Bungkus 2.000 10 Masako Renteng 5.000 Renteng 5.000 11 Ladaku Renteng 12.000 Renteng 12.000 12 Sajiku Bungkus 6.000 Bungkus 6.000 13 Terigu Kg 6.000 Kg 7.000 14 Tempe Bungkus 5.000 Bungkus 5.000 15 Tahu Bungkus 1.250 Bungkus 1.250 Sumber: Wawancara Dari tabel 4.14, terlihat bahwa dari beberapa jenis bumbu yanga ada, jenis bumbu yang paling tinggi harga jualnya saat di pasar laino adalah Lombok, yaitu sebesar Rp 40.000,- per liter, dan yang harga jualnya paling rendah adalah Tahu, yaitu sebesar Rp 1.250,- per potong. Untuk di pasar panjang, harga jual bumbu yang paling tinggi adalah wortel dengan harga sebesar Rp 30.000,- per kg, dan untuk harga yang paling rendah sama dengan di pasar laino, yaitu tahu. Untuk jenis bumbu Lombok, tidak selalu dijual per liter, tergantung dari permintaan dari pembeli, kadang kala, penjual menakar-
52
nakar, jika pembeli ingin membeli pertakarannya, dimana harga jual tiap takaran itu beragam, tergantung dari besar kecilnya takaran, dan harga tiap takarnya itu bisa mencapai Rp 1.000-Rp 5.000,-/takaran. Begitu juga dengan Bawang merah dan bawang putih. Jika dilihat, harga-harga jual saat di pasar laino dan pasar panjang dominan sama, namun ada beberapa jenis bumbu yang harganya berbeda, dimana saat di pasar laino harganya tinggi, sedangkan di pasar laino harga jualnya mulai menurun, seperi harga Lombok, dimana saat di pasar laino harga lombok tinggi sedangkan saat di pasar panjang menjadi menurun, hal ini disebabkan oleh distribusi barang di pasar tersebut. Jika distribusi barang banyak, maka harganya akan menurun, dan jika sedikit, maka harganya akan naik. Dan itu berlaku untuk semua jenis bumbu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Budiono (dalam Siburian, dkk, 2012:1), bahwa tingginya harga mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut. Apabila kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan, maka harga akan naik. Sebaliknya apabila kuantitas barang yang ditawarkan lebih banyak dari pada kuantitas barang yang diminta, maka harga cenderung turun.
53
b. Jumlah bumbu yang akan dijual Tabel 4.15. Perbandingan Total Bumbu yang akan dijual per bulan saat di pasar laino dan di pasar panjang Jumlah Bumbu No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (unit) Per bulan (unit) Per tahun (unit) (unit) 1 9.690 116.280 6.660 79.920 2 6.810 81.720 5.910 70.920 3 11.610 139.320 6.690 80.280 4 5.310 63.720 3.570 42.840 5 8.130 97.560 5.760 69.120 6 8.100 97.200 5.310 63.720 7 4.950 59.400 4.860 58.320 8 10.770 129.240 7.620 91.440 9 6.060 72.720 4.590 55.080 10 9.600 115.200 5.640 67.680 81.030 972.360 56.610 679.320 Total Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 16 dan 17 Berdasarkan tabel 4.15, bahwa saat di pasar laino, jumlah bumbu tertinggi yang akan dijual sebesar 11.610 unit per bulan atau 139.320 unit per tahun dan yang terendah adalah 4.950 unit per bulan atau 59.400 unti per tahun, sedangkan untuk di pasar panjang, jumlah bumbu tertinggi yang akan dijual oleh responden adalah 7.620 unit per bulan atau 91.440 unit per tahun, dan jumlah bumbu terendah yang akan dijual sebesar 3.570 unit per bulan atau 42.840 unit per tahun. Jika dilihat dari keseluruhan jumlah barang yanga akan dijual, perbedaan jumlah barang yang akan dijual saat di pasar laino jauh berbeda dengan jumlah barang yang akan dijual saat di pasar panjang. Dari hasil wawancara langsung dengan responden, jumlah barang yang aka dijual biasanya sama tiap bulannya, baik itu di pasar laino maupun di pasar panjang,
54
hanya saja, jumlah barang tersebut bisa berubah jika barang tersebut lebih cepat laku dibandingkan dari biasanya. Jenis bumbu yang akan dijual tidak serta merta dibeli sekaligus, namun waktunya berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan daya tahan bumbu dan juga lama tersimpan bumbu. c. Modal bumbu Tabel 4.16. Perbandingan total modal yang dikeluarkan rsponden saat di pasar laino dan pasar panjang Modal berdagang No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 27.242.000 326.904.000 7.528.000 90.336.000 2 17.530.400 210.364.800 7.886.000 94.632.000 3 54.382.000 652.584.000 9.166.000 109.992.000 4 24.726.000 296.712.000 4.721.000 56.652.000 5 34.386.000 412.632.000 8.206.000 98.472.000 6 35.296.000 423.552.000 6.806.000 81.672.000 7 21.836.000 262.032.000 6.716.000 80.592.000 8 41.552.000 498.624.000 9.172.000 110.064.000 9 27.726.000 332.712.000 6.991.000 83.892.000 10 40.882.000 490.584.000 6.526.000 78.312.000 Total 325.558.400 3.906.700.800 73.718.000 884.616.000 Sumber: Hasil pengolaha data pada lampiran 14 dan 15 Dari tabel 4.16 di atas, dapat dijelaskan bahwa, modal tertinggi yang dikeluarkan oleh responden saat di pasar laino sebesar Rp 54.382.000,- per bulan atau Rp 652.584.000,- per tahun. Sedangkan saat di pasar panjang, modal tertinggi yang dikeluarkan oleh responden sebesar Rp 9.172.000,- per bulan atau Rp 110.064.000,- per tahun dan modal terendahnya sebesar Rp 4.721.000,- per bulan atau Rp 56.652.000,- per tahun. Dari data tersebut bisa dilihat besarnya tingkat penurunan modal yang dikeluarkan responden saat di
55
pasar panjang, dimana selisih dari keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh responden antara saat di pasar laino dan pasar panjang bisa mencapai Rp 251.840.400, per bulan atau Rp 3.022.084.800,- per tahun.
Penyebab
penurunan modal tersebut diakui oleh para responden adalah karena menurunnya jumlah barang yang terjual saat di pasar panjang. Sama halnya dengan pedagang sayur, pedagang bumbu juga mengakui bahwa saat di pasar panjang, barang dagangan mereka menjadi kurang laku, jadi percuma jika banyak-banyak mengeluarkan modal tapi keuntungan yang mereka dapatkan kurang, bahkan tidak bisa mencukupi kebutuhan. hal itulah yang membuat mereka pindah lokasi berdagang dari pasar panjang ke lokasi pasar lama.
56
d. Biaya pengeluaran pedagang bumbu Tabel 4.17. Perbandingan total pengeluaran tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Biaya pengeluaran tiap responden Pasar laino Total pengeluaran Pasar panjang Total pengeluaran No Biaya Kantong Per bulan Per tahun Biaya Kantong Per bulan Per tahun Resp. Transportasi plastik (Rp) (Rp) Transportasi plastik (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 2 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 40.000 220.000 2.640.000 3 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 4 180.000 54.000 234.000 2.808.000 300.000 20.000 320.000 3.840.000 5 180.000 54.000 234.000 2.808.000 300.000 20.000 320.000 3.840.000 6 180.000 36.000 216.000 2.592.000 300.000 40.000 340.000 4.080.000 7 180.000 54.000 234.000 2.808.000 300.000 40.000 340.000 4.080.000 8 180.000 54.000 234.000 2.808.000 300.000 30.000 330.000 3.960.000 9 180.000 54.000 234.000 2.808.000 300.000 20.000 320.000 3.840.000 10 180.000 36.000 216.000 2.592.000 300.000 20.000 320.000 3.840.000 1.620.000 504.000 2.124.000 25.488.000 2.640.000 290.000 2.910.000 34.920.000 Total Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 22
57
Dari tabel 4.17. di atas, dapat dilihat bahwa, pengeluaran yang dikeluarkan oleh masing-masing responden ada kesamaan dari jumlah biaya transportasi maupun jumlah biaya kantong plastik yang digunakan, hal ini dikarenakan pada saat di pasar laino, sebagian besar responden menggunakan jasa ojek untuk membantu mereka dalam proses berdagang, sehingga biaya yang dikenakan oleh mereka sama, namun jika dilihat lagi, biaya transportasi yang dikenakan kepada mereka, ada yang tinggi dan yang rendah, hal tersebut disebabkan karena perbedaan jarak lokasi tempat tinggal dengan lokasi pasar. Bagi para pedagang yang dikenakan biaya yang rendah, dikarenakan lokasi tempat tinggal mereka yang tidak terlalu jauh dengan lokasi pasar, dan bagi para pedagang yang dikenakan biaya yang tinggi dikarenakan lokasi tempat tinggal mereka yang agak jauh dari lokasi pasar laino. Sedangkan untuk di pasar panjang, biaya pengeluaran yang mereka gunakan meningkat, namun jika dilihat, yang membuat keseluruhan biaya pengeluaran mereka menjadi meningkat, karena biaya transportasi mereka yang meningkat. Sama halnya dengan pedagang sayur, sebagian pedagang bumbu juga melakukan perpindahan lokasi saat merasa dagangannya kurang laku saat berdagang di pasar panjang, sehingga mempengaruhi biaya transportasi yang mereka gunakan. Sedangkan untuk biaya kantong plastik, biaya kantong plastik yang digunakan saat di pasar laino ke pasar panjang menjadi menurun, karena jumlah dagangan mereka yang jumlah lebih sedikit dibanding saat di pasar laino, sehingga mempengaruhi hal tersebut.
58
e. Jumlah bumbu yang terjual Tabel 4.18. Perbandingan total harga barang setiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan (Rp) Per tahun(Rp) Per bulan (Rp) Per tahun(Rp) 1 31.830.000 381.960.000 8.130.000 97.560.000 2 19.732.500 236.790.000 8.692.500 104.310.000 3 58.440.000 701.280.000 9.590.000 115.080.000 4 27.270.000 327.240.000 5.870.000 70.440.000 5 37.740.000 452.880.000 8.720.000 104.640.000 6 37.860.000 454.320.000 8.760.000 105.120.000 7 24.120.000 289.440.000 7.900.000 94.800.000 8 43.815.000 525.780.000 10.412.500 124.950.000 9 30.330.000 363.960.000 7.760.000 93.120.000 10 43.290.000 519.480.000 8.710.000 104.520.000 4.253.130.000 84.545.000 1.014.540.000 Total 354.427.500 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 18 dan 19 Terhadap tabel 4.18, bahwa total harga barang yang terjual tertinggi adalah sebesar Rp 58.440.000,- per bulan atau Rp 701.280.000,- per tahun, dan total harga yang terendah sebesar Rp 19.732.500,- per bulan atau Rp 230.790.000,- per tahun. Sedangkan saat di pasar panjang, total harga barang yang terjual tertingi sebesar Rp 10.412.500,- per bulan atau Rp 124.950.000,per tahun, dan total harga yang terjual terendah adalah sebesar Rp 5.780.000,per bulan atau Rp 70.440.000,- per tahun. Penurunan total harga yang terjual antara pasar laino ke pasar panjang karena modal yang para pedagang keluarkan saat di pasar panjang lebih kecil jika dbandingkan modal yang dikeluarkan saat di pasar laino. Modal yang dikeluarkan saat berdagang akan mempengaruhi total harga barang yang terjual atau pendapatan kotor, dimana
59
hal ini sesuai dengan defenisi modal dalam pengertian ekonomi yaitu modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satusatunya yang dapat meningkatkan pendapatan (Sasmita, 2013: 6). f. Jumlah bumbu yang tidak terjual Tabel 4.19. Perbandingan total harga barang tiap responden yang tidak terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang tidak terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 2.152.000 25.824.000 3.373.900 40.486.800 2 1.783.250 21.399.000 3.827.100 45.925.200 3 3.499.000 41.988.000 2.065.500 24.786.000 4 1.034.000 12.408.000 3.451.400 41.416.800 5 1.878.000 22.536.000 3.321.000 39.852.000 6 1.511.000 18.132.000 3.285.200 39.422.400 7 869.000 10.428.000 4.301.300 51.615.600 8 2.163.000 25.956.000 120.750 1.449.000 9 1.410.000 16.920.000 3.431.800 41.181.600 10 2.204.000 26.448.000 34.030.600 408.367.200 222.039.000 61.208.550 734.502.600 Total 18.503.250 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 20 dan 21 Dari tabel 4.27, terlihat bahwa total harga barang yang tidak terjual tertinggi adalah sebesar Rp 3.499.000,- per bulan atau Rp 41.988.000,- per tahun, dan total terendah sebesar Rp 869.000,- per bulan atau Rp 10.428.000,per tahun, sedangkan untuk di pasar panjang, total harga bumbu yang tidak terjual tertinggi adalah Rp 4.301.300,- per bulan atau Rp 51.615.600, per
60
tahun dan untuk total terendah sebesar Rp 120.750,- per bulan atau Rp 1.499.000,- per tahun. Dari total keseluruhan harga bumbu yang tidak terjual antara pasar laino dan pasar panjang terlihat berbeda, dimana keseluruhan total harga bumbu yang tidak terjual antara pasar panjang lebih tinggi di banding dengan keseluruhan total harga bumbu yang tidak terjual di pasar laino, hal ini diakibatkan karena, kurangnya pembeli yang berkunjung di Pasar panjang. g. Lama tersimpan bumbu Tabel 4. 20. Perbandingan lama tersimpan barang saat di pasar Laino dan pasar panjang No. Resp Pasar laino Pasar panjang 1 1-10 hari 2 hari-1 bulan 2 1-10 hari 3 hari-1 bulan 3 1-7 hari 2 hari-3 minggu 4 1-7 hari 3 hari-1 bulan 5 1-10 hari 3 hari-1 bulan 6 1-14 hari 3 hari-1 bulan 7 1-14 hari 3 hari-1 bulan 8 1-10 hari 3 hari-1 bulan 9 1-8 hari 3 hari-1 bulan 10 1-10 hari 3 hari-1 bulan Sumber: Wawancara Berdasarkan tabel di atas, saat di Pasar laino, bumbu paling lama tersimpan antara 2-14 hari, dan palin cepat yaitu 1-7 hari. Sedangkan saat di pasar panjang, bumbu tersimpan paling lama tersimpan yaitu 3 haru sampai 1 bulan, dan paling cepat yaitu 2 hari sampai 3 minggu. Perbedaan lama tersimpan bumbu saat di pasar laino dan pasar panjang, yaitu karena saat di
61
pasar panjang, barang dagangan para pedagang kurang laku jika dibandingkan dengan saat di pasar laino.
62
h. Pendapatan bersih Tabel 4.21. Perbandingan total Pendapatan bersih per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang No Resp.
Total pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) (TC) Penerimaan (Rp) (Rp) (TR) Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) 1 27.416.000 31.830.000 4.414.000 52.968.000 2 17.704.400 19.732.500 2.028.100 24.337.200 3 54.556.000 58.440.000 3.884.000 46.608.000 4 24.960.000 27.270.000 2.310.000 27.720.000 5 34.620.000 37.740.000 3.120.000 37.440.000 6 35.512.000 37.860.000 2.348.000 28.176.000 7 22.070.000 24.120.000 2.050.000 24.600.000 8 41.786.000 43.815.000 2.029.000 24.348.000 9 27.960.000 30.330.000 2.370.000 28.440.000 10 41.098.000 43.290.000 2.192.000 26.304.000 Total 327.682.400 31.830.000 26.745.100 320.941.200 Rerata 32.768.240 3.183.000 2.674.510 32.094.120 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 23
Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) (TC) Penerimaan (Rp) (Rp) (TR) Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) 7.728.000 8.130.000 402.000 4.824.000 8.126.000 8.692.500 586.500 7.038.000 9.366.000 9.590.000 224.000 2.688.000 5.041.000 5.870.000 829.000 9.948.000 8.526.000 8.720.000 194.000 2.328.000 7.146.000 8.760.000 1.614.000 19.368.000 7.056.000 7.900.000 844.000 10.128.000 9.502.000 10.412.500 910.500 10.926.000 7.311.000 7.760.000 449.000 5.388.000 6.846.000 8.710.000 1.864.000 22.368.000 76.648.000 84.545.000 7.917.000 95.004.000 7.664.800 8.454.500 791.700 9.500.400
63
Berdasarkan tabel 4.21, terlihat bahwa, total pendapatan tertinggi yang diperoleh pedagang saat berdagang di pasar laino bisa mencapai Rp 4.414.000,per bulan atau Rp 52.968.000,- per tahun, dan total terendah yang diperoleh pedagang adalah Rp 2.029.00,- per bulan atau Rp 24.348.200,- per tahun. Sedangkan untuk di Pasar panjang, pendapatan bersih tertinggi yang diperoleh pedagang adalah sebesar Rp 1.864.000,- per bulan atau Rp 22.368.000,-, dan untuk pendapatan bersih terendah yang diperoleh pedagang sebesar Rp 224.000,per bulan atau Rp 2.688.000,- per tahun. Untuk pedagang bumbu, semua responden diambil dari para pedagang yang pindah lokasi ke depan lokasi pasar lama. Karena alasan pendapatan saat di Pasar panjang itulah sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke lokasi pasar lama. Dari informasi yang didapat dari responden, sebelum diizinkannya para pedagang untuk pindah ke depan lokasi pasar yang lama, sebagian dari pedagang bumbu, memang sudah mendirikan tenda-tendan kecil sebagai tempat berdagang mereka di lokasi tersebut. Mereka mengaku bahwa, walaupun sudah ada larangan dari Disperindag untuk berdagang di depan lokasi pasar lama, namun mereka tetap saja berdagang ditempat tersebut. Nanti ada usaha penertiban dari Satpol PP, barulah mereka kembali ke kios tempat berdagang mereka yang ada di pasar panjang, seperti itulah seterusnya sampai akhirnya mereka diizinkan untuk tetap berdagang di lokasi pasar lama.
64
3. Pedagang RB a. Harga jual Rb Tabel 4.22. Perbandingan harga jual RB saat di pasar laino dan pasar panjang No
Jenis RB
1 Campuran 2 Jaket 3 Celana biasa 4 Celana levis Sumber: wawancara
Harga jual/lembar Pasar laino (Rp) Pasar panjang (Rp) 10.000-50.000 10.000-50.000 35.000-100.000 35.000-100.000 20.000-50.000 20.000-50.000 50.000-150.000 50.000-150.000
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, dapat dielaskan bahwa harga RB yang ditawarkan oleh para pedagang berfariasi, tergantung dari jenis RB masingmasing, dan harga RB yang haraganya paling tinggi adalah jenis RB celana Levis, yaitu berkisar antara Rp 50.000,-Rp 150.000,-per lembar, dan harga RB yang paling rendah adalah jenis RB campuran, dimana harganya berkisar antara Rp 10.000 – Rp 50.000,- per lembar. Harga-harga RB yang ditawarkan oleh pedagang tidak menetap, karena disesuaikan dengan kualitas barang yang akan dibeli, dimana semakin baik kualitas barang, semakin tinggi harga jual yang ditawarkan. b. Jumlah Rb yang akan dijual Tabel 4.23. Perbandingan total barang yang akan dijual per bulaan saat di pasar laino dan pasar panjang Jumlah RB (bal) No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan (bal) Per tahun (bal) Per bulan (bal) Per tahun (bal) 1 24 288 6 72 2 14 168 7 168 3 16 192 3 72
65
Jumlah RB (bal) Pasar laino Pasar panjang Per bulan (bal) Per tahun (bal) Per bulan (bal) Per tahun (bal) 4 12 144 4 24 5 12 144 6 72 6 12 144 3 72 7 14 168 6 36 8 14 168 6 60 9 16 192 4 48 10 6 72 3 36 11 10 120 3 36 12 12 144 2 24 162 1944 53 720 Total Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 26 dan 27 No Resp.
Berdasarkan tabel 4.23, bahwa total tertinggi dari barang yang akan dijual saat di pasar laino adalah sebesar 24 bal per bulan atau 288 bal per tahu, dan total terendah sebesar 6 bal per bulan atau 72 bal per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, total tertinggi dari jumlah barang yang akan dijual adalah sebesar 7 bal per bulan atau 82 bal per tahu, dan total terendah adalah 2 bal per bulan atau 24 bal per tahun. Dari informasi yang ada pada tabel, terlihat jelas perbedaan antara jumlah barang yang akan dijual saat di pasar laino dan pasar panjang. Saat wawancara dengan responden, pada saat berdagang di pasar panjang, awalnya memang mereka mengambil jumlah barang yang dengan saat mereka berdagang di pasar laino, namun karena mereka menyadari bahwa saat di pasar panjang barang dagangan mereka kurang laku, sehingga mereka mengurangi jumlah barang yang akan mereka jual. Lokasi berdagang pedagang RB sebagian berada di bagian belakang pasar panjang yaitu berada disebelah laut, daan juga berada dijejeran bagian
66
belakang, sehingga mempengaruhi kedatangan para pelanggan yang biasanya membeli barang mereka. Mereka mengakui bahwa, kios mereka tersembunyi sehingga pengunjung yang baru berkunjung ke pasar panjang, kurang menyadari keberadaan kios mereka. c. Modal RB Tabel 4.24. Perbandingan total modal yang dikeluarkan tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Modal berdagang No Pasar laion Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 45.600.000 547.200.000 12.000.000 144000.000 2 28.000.000 336.000.000 14.000.000 168.000.000 3 30.800.000 369.600.000 6.000.000 72.000.000 4 28.000.000 336.000.000 10.000.000 120.000.000 5 26.000.000 312.000.000 13.000.000 156.000.000 6 26.000.000 312.000.000 65.00.000 78.000.000 7 26.800.000 321.600.000 11.400.000 136.800.000 8 28.000.000 336.000.000 11.400.000 136.800.000 9 32.000.000 384.000.000 8.000.000 96.000.000 10 25.600.000 307.200.000 6.000.000 72.000.000 11 20.000.000 240.000.000 6.000.000 72.000.000 12 24.000.000 288.000.000 4.000.000 48.000.000 4.089.600.000 108.300.000 1.299.600.000 Total 340.800.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 24 dan 25 Dari tabel 4.24, dapat dilihat total modal tertinggi yang dikeluarkan oleh pedagang adalah sebesar Rp 45.600.000,- per bulan atau Rp 547.200.000,- per tahun, dan total modal terendah yang dikeluarkan oleh pedagang adalah Rp 20.000.000,- per bulan atau Rp 240.000.000,- per tahun. Untuk di pasar panjang, total modal tertinggi yang dikeluarkan oleh pedagang adalah Rp 14.000.000,- per bulan atau 168.000.000,- per tahu, dan total modal
67
terndah sebesar Rp 4.000.000,- per bulan atau Rp 48.000.000,- per tahun. Besar kecilnya modal yang mereka keluarkan dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya jumlah barang yan akan mereka jual, dimana saat di pasar laino, jumlah barang yang akan dijual oleh pedagang lebih tinggi dibanding jumlah barang yang akan dijual saat di pasar panjang, sehingga modal yang dikeluarkanpun akan lebih besar saat di pasar laino dari pada saat di pasar panjang. Untuk frekuansi belanja RB, saat di Pasar Laino, biasanya para pedagang membeli barang dagangan antara 2-4 kali dalam satu bulan, sedangkan untuk di Pasar Panjang, biasanya para pedagang membeli barang dagangan antara 1-3 kali dalam satu bulan.
.
68
d. Biaya Pengeluaran pedagang RB Tabel 4.25. Perbandingan total pengeluaran per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang Biaya pengeluaran tiap responden Pasar laino Total pengeluaran Pasar panjang Total pengeluaran No Biaya Biaya Kantong Resp Kantong Per bulan Per tahun Per bulan Per tahun Transportasi Transportasi plastik plastik (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 120.000 90.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 210.000 2.520.000 2 120.000 72.000 192.000 2.304.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 3 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 30.000 210.000 2.520.000 4 120.000 63.000 183.000 2.196.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 5 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 6 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 7 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 8 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 9 120.000 72.000 192.000 2.304.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 10 240.000 90.000 330.000 3.960.000 240.000 30.000 270.000 3.240.000 11 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 30.000 210.000 2.520.000 12 240.000 54.000 294.000 3.528.000 240.000 20.000 260.000 3.120.000 Total 1.680.000 765.000 2.445.000 29.340.000 2.280.000 280.000 2.560.000 30.720.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 29
69
Berdasarkan tabel 4.25, total keseluruhan biaya yang pedagang keluarkan saat berdagang di pasar laino adalah Rp 2.445.000,- per bulan atau Rp 29.340.000,- per tahun sedangkan saat di pasar panjang, total keseluruhan biaya yang pedagang keluarka yaitu Rp 2.560.000,- per bulan atau Rp 30.720.000,- per tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan antara biaya yang dikeluarkan para pedagang saat di pasar laino dan pasar panjang. Dimana seperti halnya pedagang sayur dan pedagang bumbu, keseluruhan biaya yang dikeluarkan pedagang saat di pasar panjang lebih tinggi dibanding saat di pasar laino. e. Jumlah RB yang terjual Tabel 4.26. Perbandingan total barang yang terjual per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp. Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 49.500.000 594.000.000 13.500.000 162.000.000 2 30.000.000 360.000.000 15.000.000 180.000.000 3 34.500.000 414.000.000 6.900.000 82.800.000 4 33.000.000 396.000.000 10.500.000 126.000.000 5 30.000.000 360.000.000 15.000.000 180.000.000 6 30.000.000 360.000.000 7.500.000 90.000.000 7 30.000.000 360.000.000 12.600.000 151.200.000 8 30.000.000 360.000.000 12.300.000 147.600.000 9 36.000.000 432.000.000 9.000.000 108.000.000 10 27.000.000 324.000.000 6.600.000 79.200.000 11 22.500.000 270.000.000 7.200.000 86.400.000 12 25.500.000 306.000.000 5.100.000 61.200.000 4.536.000.000 121.200.000 1.454.400.000 Total 378.000.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 28
70
Data yang ada pada tabel 4.26, bukan berasal dari jumlah satuan RB yang terjual, namun berasal dari omset yang baisanya diperoleh padagang, hal ini karena peneliti tidak mendapatkan informasi yang lengkap mengenai jumlah satuan RB yang terjual dikarenakan para pedagangpun tidak pernah menghitung-hitung berapa lembar per hari RB yang mereka jual, yang mereka tahu hanya sebatas berapa rupiah yang biasanya mereka peroleh dalam sehari. Dari tabel tersebut, dapat dilihat total tertinggi dari omset yang diperoleh padagang saat di pasar laino adalah sebesar Rp 49.500.000,- per bulan atau Rp 594.000.000,- per tahun, dan total terendah yang mereka peroleh sebesar Rp 22.500.000,- per bulan atau Rp 270.000.000,- per tahun, sedangkan untuk di pasar panjang, total omset tertinggi yang diperoleh pedagang adalah Rp 15.000.000,- per bulan atau Rp 180.000.000,- per tahu, dan total terendahnya adalah Rp 5.100.000,- per bulan atau Rp 61.200.000,- per tahun. f. Jumlah RB yang tidak terjual Sama halnya dengan jumlah barang yang terjual, informasi mengenai jumlah barang tidak terjual, tidak bisa didapat oleh peneliti yang disebabkan karena pedagang juga kurang mengetahu hal tersebut. Alasannya karena terlalu banyaknya barang yang mereka jual, dan juga barang yang mereka beli bukan per lembar, tetapi per bal, sehingga mereka tidak mengetahui berapa barang yang sudah laku terjual dan berapa barang yang tidak laku terjual.
71
g. Lama tersimpan RB Tabel 4.27. Perbandingan lama tersimpan RB saat di Pasar laino dan Pasar Panjang No Resp Pasar Laino Pasar Panjang 1 1 minggu 2-4 minggu 2 1-2 minggu 2-3 minggu 3 1 minggu 2-3 minggu 4 1 minggu 1 bulan 5 1 minggu 2-3 minggu 6 2 minggu 2-3 minggu 7 2 minggu 1 bulan 8 2 minggu 3-4 minggu 9 2 minggu 3-4 minggu 10 1-2 minggu 3-4 minggu 11 2 minggu 3-4 minggu 12 2 minggu 3-4 minggu Sumber: Wawancara Pada tabel di atas, RB paling lama tersimpan saat di Pasar Laino yaiti sekitar 1-2 minggu, sedangkan saat di pasar Panjang, RB paling lama tersimpan yaitu sekitar 1 bulan.
72
h. Pendapatan bersih Tabel 4.28. Perbandingan total pendapatan bersih per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang No Resp
Total pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) (TC) Penerimaan (Rp) (Rp) (TR) Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) 1 45.810.000 49.500.000 3.690.000 44.280.000 2 28.192.000 30.000.000 1.808.000 21.696.000 3 30.974.000 34.500.000 3.526.000 42.312.000 4 28.183.000 33.000.000 4.817.000 57.804.000 5 26.174.000 30.000.000 3.826.000 45.912.000 6 26.174.000 30.000.000 3.826.000 45.912.000 7 26.974.000 30.000.000 3.026.000 36.312.000 8 28.174.000 30.000.000 1.826.000 21.912.000 9 32.192.000 36.000.000 3.808.000 45.696.000 10 25.930.000 27.000.000 1.070.000 12.840.000 11 20.174.000 22.500.000 2.326.000 27.912.000 12 24.294.000 25.500.000 1.206.000 14.472.000 Total 343.245.000 378.000.000 34.755.000 417.060.000 Rerata 28.603.750 31.500.000 2.896.250 34.755.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 30
Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) (TC) Penerimaan (Rp) (Rp) (TR) Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) 12.210.000 13.500.000 1.290.000 15.480.000 14.200.000 15.000.000 800.000 9.600.000 6.210.000 6.900.000 690.000 8.280.000 10.200.000 10.500.000 300.000 3.600.000 13.200.000 15.000.000 1.800.000 21.600.000 6.700.000 7.500.000 800.000 9.600.000 11.600.000 12.600.000 1.000.000 12.000.000 11.600.000 12.300.000 700.000 8.400.000 8.200.000 9.000.000 800.000 9.600.000 6.270.000 6.600.000 330.000 3.960.000 6.210.000 7.200.000 990.000 11.880.000 4.260.000 5.100.000 840.000 10.080.000 110.860.000 121.200.000 10.340.000 124.080.000 9.238.333 10.100.000 861.667 10.340.000
73
Berdasarkan table 4.28 bahwa
pendapatan
bersih
tertinggi
yang
diperoleh pedagang saat di pasar laino yaitu sebesar Rp 4.817.000,- per bulan atau Rp 57.804.000,- per tahun, dan terendah sebesar Rp 1.070.000,- per bulan atau Rp 12.840.000,- per tahun, sedangkan pendapatan bersih tertinggi yang diperoleh padagang saat di pasar panjang sebesar Rp 1.800.000,- per bulan atau Rp 21.600.000,- per tahun, dan pendapatan bersih terendah sebesar Rp 300.000,- per bulan atau Rp 3.600.000,- per tahun. Jika dilihat dari rata keseluruhan pendapatan bersih saat di pasar laino yaitu Rp 2.896.250,- per bulan untuk masing-masing pedagang atau Rp 34.755.000,- per tahun. Dan untuk rata-rata pendapatan bersih saat di pasar panjang yaitu Rp 861.667,- per bulan untuk masing-masing pedagang atau Rp 10.340.000,- per tahun. Sehingga dari informasi tersebut, dapat dijelaskan bahwa, berdasarkan ratarata pendapatan bersih tersebut, saat di pasar panjang, pendapatan bersih yang diperoleh pedagang menjadi menurun paska relokasi Pasar Laino ke Pasar Panjang. 4. Pedagang ikan a. Harga jual ikan Tabel 4.29. Perbandingan harga jual ikan saat di pasar laino dan pasar panjang No
Jenis ikan
1 2 3
Tuna Putih Cakalang
Harga jual/potong/takaran Pasar laino Pasar panjang 25.000/potong 30.000/potong 30.000/potong 20.000/takaran 25.00030.000/takaran
74
No
Jenis ikan
4 5 6
Boto-boto Tembang Ruma-ruma
7 8
Ekor merah Lajang
Harga jual/potong/takaran Pasar laino Pasar panjang 20.000/takaran 20.000/takaran 20.000/takaran 20.00025.00030.000/takaran 30.000/takaran 20.000/takaran 20.00025.000/takaran
Sumber: wawancara Dari tabel 4.29, dapat dilihat bahwa dari sejumlah jenis ikan yang dijual oleh pedagang, harga ikan yang paling tinggi saat di pasar laino adalah ikan putih yaitu sebesar Rp 30.000,- per potong, dan saat di pasar panjang, harga ikan yang paling tinggi adalah ikan tuna yaitu Rp 30.000,- per potong. Sedangkan untuk jenis ikan lainnya memiliki harga yang berkisar antara Rp 20.000 –Rp 30.000, per takarannya. Jika dilihat, harga ikan yang ditawarkan saat di pasar panjang lebih tinggi dibandingkan saat di pasar laino, karena modal yang dikeluarkan pedagang untuk membeli ikan tersebut juga tinggi. Untuk jenis ikan yang kisaran harganya sama antara pasar laino dan pasar panjang tersebut bukan berarti jumlah ikan dalam satu takarannya sama, namun berbeda, hal ini disesuaikan dengan modal ikan yang dikeluarkan oleh pedagang, jika modal yang dikeluarkan tinggi, maka jumlah ikan dalam satu takaran tersebut sedikit, dan jika modal yang dikeluarkan rendah, maka jumlah ikan dalam saatu takaran tersebut lebih banyak.
75
b. Jumlah ikan yang akan dijual Tabel 4.30. Perbandingan total ikan yang akan dijual tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Jumlah ikan (gabus) No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (gabus) Per bulan Per tahun (gabus) (gabus) (gabus) 1 1.800 21.600 1.800 21.600 2 1.800 21.600 2.700 32.400 3 1.800 21.600 1.800 21.600 4 2.700 32.400 1.800 21.600 5 2.700 32.400 2.700 32.400 6 2.700 32.400 1.800 21.600 7 1.800 21.600 1.800 21.600 8 1.800 21.600 2.700 32.400 9 1.800 21.600 1.800 21.600 10 2.700 32.400 2.700 32.400 11 1.800 21.600 1.800 21.600 12 1.800 21.600 2.700 32.400 1 1.800 21.600 1.800 21.600 Total 27.000 324.000 27.900 334.800 Sumber:Hasil pengolahan data pada lampiran 33 dan 34 Dari tabel 4.30, terlihat bahwa, total ikan yang akan dijual para pedagang perbulannya saat di pasar laino dan pasar panjang memiliki selisih yang tidak jauh berbeda. Jumlah ikan per gabusnya yang akan dijual oleh masing-masing pedagangpun kebanyakan dalam jumlah yang sama, hal ini karena ikan yang akan mereka jual diambil dalam satuan gabus, dan juga dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, mengingat ikan yang mudah layu, dan jika terlalu lama di es akan menurunkan kualitas ikan tersebut, sehingga para pedagang tidak mengambil ikan per gabusnya dalam jumlah yang
76
banyak, berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jumlah gabus ikan yang akan mereka jual paling hanya berkisar 2-3 gabus per harinya. c. Modal ikan Tabel 4.31. Perbandingan total modal yang dikeluarkan tiap responden per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Modal berdagang No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 15.000.000 180.000.000 43.200.000 518.400.000 2 51.750.000 621.000.000 28.800.000 345.600.000 3 15.000.000 180.000.000 20.400.000 244.800.000 4 46.500.000 558.000.000 43.200.000 518.400.000 5 54.750.000 657.000.000 39.600.000 475.200.000 6 37.500.000 450.000.000 20.400.000 244.800.000 7 51.750.000 621.000.000 31.200.000 374.400.000 8 18.000.000 216.000.000 43.200.000 518.400.000 9 18.000.000 216.000.000 27.600.000 331.200.000 10 34.500.000 414.000.000 39.600.000 475.200.000 11 30.000.000 360.000.000 20.400.000 244.800.000 12 15.000.000 180.000.000 55.200.000 662.400.000 13 18.000.000 216.000.000 27.600.000 331.200.000 4.869.000.000 440.400.000 5.284.800.000 Total 405.750.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 31 dan 32 Terhadap tabel 4.31, terlihat bahwa total modal tertinggi yang dikeluarkan pedagang saat berdagang di pasar laino adalah Rp 54.750.000,per bulan atau Rp 657.000.000,- per tahun, dan total modal terendah yang dikeluarkan oleh pedagang yaitu sebesar Rp 15.000.000,- per bulan atau Rp 180.000.000,- per tahun, sedangkan total modal tertinggi yang dikeluarkan pedagang saat di pasar panjang yaitu Rp 55.200.000,- per bulan atau Rp 662.400.000,- per rahun, dan modal terendah sebesar Rp 20.400.000,- per
77
bulan atau Rp 244.800.000,- per bulan. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa total keseluruhan modal yang dikeluarkan pedagang saat di pasar panjang lebih tinggi dibanding saat di pasar laino, hal ini karena biaya untuk membeli ikan untuk dijual saat di pasar panjang lebih tinggi harganya dari pada saat di pasar laino. Menurut informasi yang peneliti dapat dari responden, modal yang dikeluarkan oleh pedagang ikan tiap harinya tidak menetap, hal ini karena harga ikan yang dijual oleh para nelayan tidak menetap pula, karena disesuaikan dengan musim, jika musim tertentu banyak ikan, maka harga ikan yang diperoleh dari nelayan akan rendah, dan sebaliknya. d. Biaya pengeluaran pedagang ikan Selain berbeda dalam hal modal yang dikeluaran oleh tiap-tiap pedagang, mereka juga memiliki perbedaan dalam hal biaya pengeluaran. baik saat di pasar laino maupun di pasar panjang. Adapun total biaya pengeluaran tiap-tiap pedagang saat di pasar laino dan pasar panjang akan disajikan pada tabel di bawah ini.
78
No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
Tabel 4.32. Perbandingan total pengeluaran per bulan tiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang Jenis pengeluaran tiap responden Jumlah pengeluaran Biaya kantong plastik Biaya transportasi (Rp) Biaya es batu (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) Pasar Pasar Pasar laino Pasar Pasar Pasar Pasar laino Pasar panjang Pasar Laino Pasar panjang Laino panjang panjang laino panjang 120.000 150.000 54.000 30.000 600.000 920.000 774.000 1.100.000 9.288.000 13.200.000 240.000 240.000 40.000 20.000 600.000 630.000 880.000 890.000 10.560.000 10.680.000 300.000 300.000 40.000 20.000 600.000 630.000 940.000 950.000 11.280.000 11.400.000 300.000 300.000 60.000 20.000 900.000 920.000 1.260.000 1.240.000 15.120.000 14.880.000 120.000 150.000 60.000 30.000 900.000 630.000 1.080.000 810.000 12.960.000 9.720.000 120.000 150.000 60.000 30.000 900.000 630.000 1.080.000 810.000 12.960.000 9.720.000 240.000 240.000 40.000 20.000 600.000 630.000 880.000 890.000 10.560.000 10.680.000 120.000 150.000 60.000 20.000 600.000 920.000 780.000 1.090.000 9.360.000 13.080.000 240.000 250.000 60.000 30.000 600.000 630.000 900.000 910.000 10.800.000 10.920.000 120.000 150.000 60.000 20.000 900.000 920.000 1.080.000 1.090.000 12.960.000 13.080.000 300.000 300.000 40.000 20.000 600.000 920.000 940.000 1.240.000 11.280.000 14.880.000 120.000 150.000 40.000 20.000 600.000 630.000 760.000 800.000 9.120.000 9.600.000 300.000 300.000 60.000 30.000 600.000 630.000 960.000 960.000 11.520.000 11.520.000 2.640.000 2.830.000 9.000.000 9.640.000 680.000 580.000 12.314.000 12.780.000 147.768.000 153.360.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 36 dan 37
79
Terhadap tabel 4.32, dapat dijelaskan bahwa, biaya pengeluaran pedagang ikan yang peneliti maksud disini adalah biaya transportasi, biaya kantong plastik, dan juga biaya es batu, dimana berdasakan tabel 4.40, terlihat bahwa, total pengeluaran tertinggi pedagang saat di pasar laino adalah sebesar Rp 1.260.000,- per bulan atau Rp 15.120.000,- per tahun, dan total terendah sebesar Rp 774.000,- per bulan atau Rp 9.288.000,- per tahu, sedangkan saat di pasar panjang, total pengeluaran tertinggi pedagang sebesar Rp 1.240.000,per bulan atau Rp 14.880.000,- per tahun, dan total terendah sebesar Rp 800.000,- per bulan atau Rp 9.600.000,- per tahun. Selanjutnya dari tabel tersebut juga dapat dilihat terjadi peningkatan biaya pengeluaran dari pasar laino ke pasar panjang, hal ini diakibatkan karena meningkatnya biaya es batu yang dikeluarkan oleh pedagang. Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara, peningkatan biaya es batu yang dikeluarkan oleh pedagang diakibatkan karena pedagang mengantisipasi ikan-ikan dagangannya yang tidak
laku
terjual
hari
bisa dijual lagi keesokan harinya.
itu,
sehingga
tidak
layu,
dan
80
e. Jumlah ikan yang terjual Tabel 4.33. Perbandingan total harga ikan tiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 18.000.000 216.000.000 45.000.000 540.000.000 2 55.500.000 666.000.000 30.000.000 360.000.000 3 18.000.000 216.000.000 21.600.000 259.200.000 4 51.000.000 612.000.000 45.000.000 540.000.000 5 58.500.000 702.000.000 40.800.000 489.600.000 6 42.000.000 504.000.000 22.500.000 270.000.000 7 60.000.000 720.000.000 33.000.000 396.000.000 8 24.000.000 288.000.000 29.100.000 349.200.000 9 21.000.000 252.000.000 41.100.000 493.200.000 10 39.000.000 468.000.000 22.500.000 270.000.000 11 33.000.000 396.000.000 57.000.000 684.000.000 12 18.000.000 216.000.000 28.500.000 342.000.000 13 21.000.000 252.000.000 33.000.000 396.000.000 5.508.000.000 449.100.000 5.389.200.000 Total 459.000.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 35 Tabel 4.33, dapat dijelaskan bahwa, seperti halnya RB, informasi mengenai jumlah ikan yang terjual saat berdagang, tidak bisa dijelaskan oleh para pedagang, yang disebabkan karena mereka tidak mengetahui berapa jumlah ikan yang ada dalam 1 gabus, sehingga informasi yang disajikan pada tabel 4.30, berupa informasi mengenai omset per bulan yang biasanya diperoleh pedagang, dan dapat dilihat bahwa, omset tertinggi yang dihasilkan pedagang saat berdagang di pasar laino adalah sebsar Rp 60.000.000,- per bulan atau Rp 720.000.000,- per tahun, dan omset terendah yang diperoleh pedagang sebesar Rp 18.000.000,- per bulan atau Rp 216.000.000,- per tahun,
81
sedangkan untuk di pasar panjang, omset tertinggi yang diperoleh pedagang sebesar Rp 57.000.000,- per bulan atau Rp 684.000.000,- per tahun, dan omset terendah yang diperoleh sebesar Rp 21.600.000,- per bulan atau Rp 259.200.000,- per tahun. Jika dilihat dari jumlah keseluruhan omset yang di dapat oleh pedagang, terjadi penurunan jumlah omset saat di pasar panjang. e. Jumlah ikan yang tidak terjual Untuk ikan basah, tidak terdapat tabel yang menyajikan informasi mengenai jumlah dagangan yang tidak terjual, karena bagi para pedagang yang menjual ikan basah yang berukuran kecil, mereka tidak mengetahui berapa banyak jumlah ikan yang terdapat dalam satu gabus, dan berapa ekor ikan yang sudah laku terjual, sehingga untuk jenis dagangan ikan, tidak ada informasi mengenai jumlah ikan yang tidak terjual. dari hasil wawancara terhadap para pedagang, mereka menyatakan bahwa, jumlah ikan yang tidak terjual saat di pasar panjang lebih banyak dibandingkan saat di pasar laino. Ikan-ikan yang tidak laku terjual mereka bawa pulang, dan sebagian dari mereka ada yang menawarkannya kepada masyarakat sekitar tempat tinggal mereka, dan ada juga yang menges ikan-ikan tersebut agar bisa dijual lagi keesokan harinya.
82
f. Lama tersimpan ikan Tabel 4.34. Perbandingan lama tersimpan ikan saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp Pasar laino Pasar panjang 1 1-2 hari 2 hari – busuk 2 1-2 hari 2 hari – busuk 3 1-2 hari 2 hari – busuk 4 1-2 hari 2 hari – busuk 5 1-2 hari 2 hari – busuk 6 1-2 hari 2 hari – busuk 7 1-2 hari 2 hari – busuk 8 1-2 hari 2 hari – busuk 9 1-2 hari 2 hari – busuk 10 1-2 hari 2 hari – busuk 11 1-2 hari 2 hari – busuk 12 1-2 hari 2 hari – busuk 13 1-2 hari 2 hari – busuk Sumber: Wawancara Berdasarkan tabel di atas, rata-rata lama tersimpan ikan saat di Pasar Laino yaitu 1-2 hari, sedangkan saat di Pasar Panjang rata-rata lama tersimpan ikan yaitu 2 hari sampai dengan ikan busuk atau layu. Sama halnya dengan pedagang lainnya, pedagang ikan juga mengeluh karena dagangannya yang kurang laku saat di pasar panjang, dan mereka mengaku bahwa saat ikan mereka tidak habis terjual saat di pasar panjang, mereka membawa pulang ikan tersebut dan menjualnya kepada masyarakat sekitar tempat tinggal, atau bahkan memberikan ikan-ikan tersebut kepada mereka secara sukarela, karena mereka berfikir bahwa dari pada ikan yang tersisa busuk begitu saja, ada baiknya mereka membagikannya ke tetangga-tetangga mereka.
83
g. Pendapatan bersih Tabel 4.35. Perbandingan total pendapatan bersih pedagang per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total pendapatan bersih saat di pasar laino Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) No (TC) Penerimaan (Rp) (TC) Penerimaan (Rp) Resp (Rp) (TR) (Rp) (TR) Per bulan Per tahun Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 15.780.000 18.000.000 2.226.000 26.712.000 44.570.000 45.000.000 430.000 5.160.000 2 52.630.000 55.500.000 2.874.000 34.488.000 29.690.000 30.000.000 310.000 3.720.000 3 15.940.000 18.000.000 2.064.000 24.768.000 21.350.000 21.600.000 250.000 3.000.000 4 47.760.000 51.000.000 3.246.000 38.952.000 44.440.000 45.000.000 560.000 6.720.000 5 55.830.000 58.500.000 2.676.000 32.112.000 40.410.000 40.800.000 390.000 4.680.000 6 38.580.000 42.000.000 3.426.000 41.112.000 21.210.000 22.500.000 1.290.000 15.480.000 7 52.630.000 60.000.000 7.374.000 88.488.000 32.090.000 33.000.000 910.000 10.920.000 8 18.780.000 24.000.000 5.226.000 62.712.000 28.690.000 29.100.000 410.000 4.920.000 9 18.900.000 21.000.000 2.106.000 25.272.000 40.510.000 41.100.000 590.000 7.080.000 10 35.580.000 39.000.000 3.426.000 41.112.000 21.490.000 22.500.000 1.010.000 12.120.000 11 30.940.000 33.000.000 2.064.000 24.768.000 56.440.000 57.000.000 560.000 6.720.000 12 15.760.000 18.000.000 2.244.000 26.928.000 28.400.000 28.500.000 100.000 1.200.000 13 18.960.000 21.000.000 2.046.000 24.552.000 32.160.000 33.000.000 840.000 10.080.000 Total 418.070.000 459.000.000 40.998.000 491.976.000 441.450.000 449.100.000 7.650.000 91.800.000 Rerata 32.159.231 3.530.7692 3.153.692 37.844.308 44.570.000 45.000.000 430.000 7.061.538 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 38
84
Berdasarkan tabel di atas, total keseluruhan pendapatan bersih yang dihasilkan pedagang saat di pasar laino adalah Rp 40.998.000,- per bulan atau Rp 491.976.000,- per tahun, dan rata-rata pendapatan bersih yang dihasilkan adalah Rp 3.153.692, per buan atau Rp 37.844.308,- per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, keseluruhan total pendapatan bersih yang dihasilkan pedagang adalah sebesa Rp 7.650.000,- per bulan atau Rp 91.800.000,- per tahun, dan rata-rata pendapatan bersih tiap pedagang adalah Rp 430.000,- per bulan atau Rp 7.061.538,- per tahun. Dari hal tersebut, jelas terjadi penurunan pendapatan saat di pasar laino ke pasar panjang. Walaupun pada tabel disajikan pendapatan bersih per tahun, tetapi para pedagang yang direlokasi di pasar panjang belum genap setahun melakukan kegiatan berdagang di pasar panjang tersebut, informasi yang ada ditabel hanya sebatas gambaran pendapatan yang akan diterima oleh pedagang saat
melakukan kegiatan
perdagangan di pasar panjang selama setahu. Namun saat ini, semua pedagang ikan telah berpindah lokasi ke bagian depan pasar panjang dan juga ke depan lokasi pasar lama, karena tidak ingin mengalami kerugian besar secara terus menerus.
85
5. Pedagang pakaian jadi a. Harga jual pakaian jadi Tabel 4.36. Perbandingan harga jual pakaian saji saat di pasar laino dan pasar panjang No Jenis pakaian jadi Harga jual (lembar) Pasar laino Pasar panjang 1 Handuk 45.000 50.000 2 Daster SKJ 50.000 60.000 3 Daster kalong 60.000 70.000 4 Jilbab polos 25.000/2 lembar 25.000/2 lembar 5 Jilbab pasmina 35.000 40.000 6 Jilbab langsung 50.000 60.000 7 Jeans cewek 120.000 160.000 8 Baju kaos cowok 30.000 40.000 9 Baju kaos cewek 25.000 40.000 10 Baju anak-anak cowok 30.000 35.000 11 Baju anak-anak cewek 35.000 50.000 12 CD cewek 10.000/3 lembar 5.000 13 Baju dalam cewek 15.000 25.000 Sumber: wawancara Berdasarkan tebel 4.36 terlihat bahwa, harga jenis pakaian jadi yang paling tinggi adalah celana jeans cewek, baik saat di pasar laino maupun di pasar panjang, dimana saat di pasar laino harga jual celana jeans cewek yaitu Rp 120.000,- per lembar, sedangkan saat di pasar panjang harga jeans cewek yaitu Rp 160.000,- per lembar, dan untuk harga jenis pakaian yang paling rendah yaitu CD cewek, yang mana saat di pasar laino harga CD cewek adalah Rp 10.000/3 lembar, sedangkan saat di pasar panjang harga CD cewek adalah Rp 5.000,- lembar. Peningkatan harga saat di pasar panjang, karena peningkatan harga barang yang di beli oleh padagang saat itu, dan juga ada pengaruh dari kenaikan harga BBM.
86
b. Jumlah pakaian jadi yang akan dijual Tabel 4.37. Perbandingan jumlah barang yang akan di jual saat di pasar laino dan pasara panjang Jumlah pakaian jadi (kodi) No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun Per bulan Per tahun 1 120 1.440 105 1.260 2 50 600 40 480 3 60 720 60 720 4 90 1.080 70 840 5 80 960 50 600 6 90 1.080 90 1.080 7 95 1.140 95 1.140 8 90 1.080 80 960 9 150 1.800 150 1.800 10 110 1.320 95 1.140 11 80 960 60 720 12 100 1.200 100 1.200 13 140 1.680 140 1.680 14 70 840 60 720 Total 1.325 15.900 1.195 14.340 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 41 dan 42 Terhadap tabel diatas, jumlah pakaian tertinggi yang akan dijual oleh pedagang saat di pasar laino adalah 150 kodi per bulan atau 1.800 kodi per tahun, sedangkan jumlah terendah yang akan dijual oleh pedagang adalah 50 kodi per bulan atau 600 kodi per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, jumlah tertnggi yang akan dijual oleh pedagang adalah 150 kodi per bulan atau 1.800 kodi per tahun, dan jumlah terendah adalah 40 kodi per bulan atau 480 per tahun. Dari keseluruhan jumlah pakain yang akan dijual oleh pedagang, jumlah pakaian yang akan dijual saat di pasar laino lebih tinggi disbanding saat di pasar panjang. Menurut informasi dari responden, saat
87
pertama kali pindah ke pasar panjang, jumlah barang yang akan mereka jual sama dengan saat berdagang di pasar laino, namun, karena jumlah barang yang sering terjual di pasar laino lebih tinggi dibanding di pasar panjang, sehingga sebagian dari mereka mengurangi jumlah pakaian yang akan dijual, selain itu juga, penurunan jumlah pakaian yang akan dijual saat dipasar panjang, karena kurangnya modal untuk membeli pakaian dalam jumlah yang banyak, sehingga disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh para pedagang. c. Modal pakaian jadi Tabel 4.38. Jumlah modal yang dikeluarkan peagang saat di pasar laino dan pasar panjang Modal berdagang No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 29.650.000 355.800.000 39.100.000 469.200.000 2 29.650.000 355.800.000 34.250.000 411.000.000 3 32.480.000 389.760.000 23.280.000 279.360.000 4 52.650.000 631.800.000 54.950.000 659.400.000 5 51.200.000 614.400.000 41.000.000 492.000.000 6 34.920.000 419.040.000 34.920.000 419.040.000 7 45.700.000 548.400.000 41.100.000 493.200.000 8 40.290.000 483.480.000 44.890.000 538.680.000 9 77.975.000 935.700.000 71.075.000 852.900.000 10 47.775.000 573.300.000 54.675.000 656.100.000 11 33.330.000 399.960.000 23.280.000 279.360.000 12 76.900.000 922.800.000 36.000.000 432.000.000 13 24.870.000 298.440.000 76.900.000 922.800.000 14 26.480.000 317.760.000 23.280.000 279.360.000 7246.440.000 598.700.000 7.184.400.000 Total 603.870.000 Sumber: hasil pengolahan data pada lampiran 39 dan 40
88
Berdasarkan tabel diatas, modal tertinggi yang dikeluarkan oleh pedagang saat di pasar laino adalah sebesar Rp 77.975.000,- per bulan atau Rp 935.700.000,- per tahun, dan untuk modal terendah yang dikeluarkan pedagang sebesar Rp 24.870.000,- per bulan atau Rp 298.440.000,- per tahun, sedangkan modal tertinggi yang dikeluarkan saat di pasar panjang adalah sebesar Rp 76.900.000,- per bulan atau Rp 922.800.000,- per tahun, dan modal terendah sebesar Rp 23.280.000,- per bulan atau Rp 279.360.000,- per tahun. Jadi perbedaan antara total modal pedagang secara keseluruhan antara di pasar laino dan pasar panjang tidak terlalu tinggi. Perbedaan modal yang dikeluarkan tersebut dikarenakan perbedaan jumlah ambil pakaian dalam satuan kodinya, dimana saat di pasar laino, jumlah pakaian yang akan dijual lebih tinggi di banding saat di pasar panjang. Umumnya modal yang dikeluarkan oleh para pedagang dihitung per bulan, karena sebagian besar dari mereka membeli barang dagangan diluar kota sehingga mereka berbelanja sekaligus untuk persediaan satu bulan, mengingat biaya ke luar kota yang tidak kecil sehingga menjadi alasan bagi mereka untuk mengeluarkan modal per bulan, bukan per hari atau per minggu, namun jika barang dagangan mereka cepat habis sebelum jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, maka mereka tidak lagi menunggu cukup satu bulan untk mengeluarkan modal. Untuk frekuensi belanja, menurut pedagang pakaian jadi, biasanya mereka membeli barang dagangan antara 1-2 kali dalam satu bulan, baik itu saat di Pasar laino, maupun di pasar panjang.
89
d. Biaya pengeluaran pedagang pakaian jadi Tabel 4.39. Jumlah biaya pengeluaran pedagang per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Biaya pengeluaran tiap responden Pasar laino Total pengeluaran Pasar panjang Total pengeluaran No Biaya Kantong Per bulan Per tahun Biaya Kantong Per bulan Per tahun Resp Transportasi plastik (Rp) (Rp) (Rp) Transportasi plastik (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 120.000 90.000 210.000 2.520.000 160.000 30.000 190.000 2.280.000 2 120.000 72.000 192.000 2.304.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 3 120.000 54.000 174.000 2.088.000 160.000 20.000 180.000 2.160.000 4 120.000 63.000 183.000 2.196.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 5 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 6 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 7 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 8 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 20.000 200.000 2.400.000 9 120.000 72.000 192.000 2.304.000 180.000 30.000 210.000 2.520.000 10 240.000 90.000 330.000 3.960.000 300.000 40.000 340.000 4.080.000 11 120.000 54.000 174.000 2.088.000 160.000 20.000 180.000 2.160.000 12 240.000 54.000 294.000 3.528.000 300.000 40.000 340.000 4.080.000 13 120.000 54.000 174.000 2.088.000 180.000 30.000 210.000 2.520.000 14 120.000 72.000 192.000 2.304.000 160.000 20.000 180.000 2.160.000 Total 1.812.000 891.000 2.811.000 33.732.000 2.680.000 350.000 3.030.000 36.360.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 44
90
Dari tabel 4.39 , terlihat bahwa, biaya pengeluaran yang dikeluarkan pedagang secara keseluruhan saat di pasar laino adalah Rp 2.811.000,- per bulan atau Rp 33.372.000,- per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, biaya pengeluaran pedagang secara keseluruhan adalah Rp 3.030.000,- per bulan atau Rp 36.360.000,- per tahun. Terjadi peningkatan biaya pengeluaran saat di pasar panjang yang dikarenakan adanya peningkatan biaya transportasi dari tiap-tiap pedagang. e. Jumlah pakaian jadi yang terjual Tabel 4.40. Jumlah harga barang yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 42.000.000 504.000.000 46.500.000 558.000.000 2 48.000.000 576.000.000 48.000.000 576.000.000 3 54.000.000 648.000.000 39.000.000 468.000.000 4 78.000.000 936.000.000 69.000.000 828.000.000 5 72.000.000 864.000.000 54.000.000 648.000.000 6 54.000.000 648.000.000 45.000.000 540.000.000 7 63.000.000 756.000.000 54.000.000 648.000.000 8 69.000.000 828.000.000 60.000.000 720.000.000 9 99.000.000 1.188.000.000 78.000.000 936.000.000 10 69.000.000 828.000.000 66.000.000 792.000.000 11 60.000.000 720.000.000 36.000.000 432.000.000 12 105.000.000 1260.000.000 49.500.000 594.000.000 13 36.000.000 432.000.000 90.000.000 1.080.000.000 14 42.000.000 504.000.000 36.000.000 432.000.000 Total 891.000.000 10.692.000.000 771.000.000 9.252.000.000 Sumber: hasil pengolahan data pada lampiran 43 Untuk pakaian jadi, jumlah barang yang terjual tidak diketahui, sehingga data yang ada pada tabel di atas berasal dari data omset yang diperoleh
91
masing-masing responden, dimana omset tertinggi yang dihasilkan oleh pedagang saat di pasar laino adalah Rp 105.000.000,- per bulan atau 1.260.000.000,- per tahun, dan omset terendah yang diperoleh pedagang sebesar Rp 36.000.000,- per bulan atau Rp 432.000.000,- per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, omset tertinggi yang diperoleh pedagang sebesar Rp 90.000.000,- per bulan atau Rp 1.080.000.000,- per tahun. Dari tabel diatas, dapat dilihat terjadi penurunan omset yang di dapat saat di pasar panjang dimana selisih dari keseluruhan omset yang diperoleh pedagang saat di pasar laino dan pasar panjang adalah Rp 120.000.000,- per bulan atau Rp 1.440.000.000,- per tahun. f. Lama tersimpan pakaian jadi Tabel 4.41. Perbandingan lama tersimpan pakaian jadi saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp Pasar Laino Pasar Panjang 1 ±1 bulan ±1-2 bulan 2 ±1 bulan ±1-2 bulan 3 ±1 bulan ±1-2 bulan 4 ±1 bulan ±1-2 bulan 5 ±1 bulan ±1-2 bulan 6 ±1 bulan ±1-2 bulan 7 ±1 bulan ±1-2 bulan 8 ±1 bulan ±1-2 bulan 9 ±1 bulan ±1-2 bulan 10 ±1 bulan ±1-2 bulan 11 ±1 bulan ±1-2 bulan 12 ±1 bulan ±1-2 bulan 13 ±1 bulan ±1-2 bulan 14 ±1 bulan ±1-2 bulan Sumber: wawancara
92
Berdasarkan tabel di atas, lama tersimpan barang saat di pasar laino rata-rata ±1 bulan, sedangkan saat di pasar panjang, rata-rata lama tersimpan barang yaitu ±1-2 bulan.
93
g. Pendapatan bersih Tabel 4.42. Perbandingan total pendapatan bersih per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total pendapatan bersih saat di pasar laino Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) Total Biaya Total Pendapatan Bersih (NI) No (TC) Penerimaan (Rp) (TC) Penerimaan (Rp) Resp (Rp) (TR) (Rp) (TR) Per bulan Per tahun Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 29.860.000 42.000.000 12.140.000 145.680.000 39.290.000 46.500.000 7.210.000 86.520.000 2 29.842.000 48.000.000 18.158.000 217.896.000 34.450.000 48.000.000 13.550.000 162.600.000 3 32.654.000 54.000.000 21.346.000 256.152.000 23.460.000 39.000.000 15.540.000 186.480.000 4 52.833.000 78a.000.000 25.167.000 302.004.000 55.150.000 69.000.000 13.850.000 166.200.000 5 51.374.000 72.000.000 20.626.000 247.512.000 41.200.000 54.000.000 12.800.000 153.600.000 6 35.094.000 54.000.000 18.906.000 226.872.000 35.120.000 45.000.000 9.880.000 118.560.000 7 45.874.000 63.000.000 17.126.000 205.512.000 41.300.000 54.000.000 12.700.000 152.400.000 8 40.464.000 69.000.000 28.536.000 342.432.000 45.090.000 60.000.000 14.910.000 178.920.000 9 78.167.000 99.000.000 20.833.000 249.996.000 71.285.000 78.000.000 6.715.000 80.580.000 10 48.105.000 69.000.000 20.895.000 250.740.000 55.015.000 66.000.000 10.985.000 131.820.000 11 33.504.000 60.000.000 26.496.000 317.952.000 23.460.000 36.000.000 12.540.000 150.480.000 12 77.194.000 105.000.000 27.806.000 333.672.000 36.340.000 49.500.000 13.160.000 157.920.000 13 25.044.000 36.000.000 10.956.000 131.472.000 77.110.000 90.000.000 12.890.000 154.680.000 14 26.672.000 42.000.000 15.328.000 183.936.000 23.460.000 36.000.000 12.540.000 150.480.000 total 606.681.000 891.000.000 284.319.000 3.411.828.000 601.730.000 771.000.000 169.270.000 2.031.240.000 rerata 40.445.400 59.400.000 18.954.600 227.455.200 42.980.714 55.071.429 12.090.714 145.088.571 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 45
94
Berdasarkan tabel di atas, keseluruhan pendapatan yang diperoleh pedagang pakaian saat di pasar laino adalah sebesar Rp 284.319.000,- per bulan atau Rp 3.411.828.000,- per tahun, dimana rata-rata dari keseluruhan pendapatan pedagang tersebur yaitu Rp 18.954.600,- per bulan untuk masingmasing pedagang atau RP 227.455.200,- per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, keseluruhan pendapatan pedagang yaitu Rp 169.270.000,- per bulan atau Rp 2.031.240.00,- per tahun, dan rata-rata dari keseluruhan pendapatan tersebut adalah Rp 12.090.714,- per bulan untuk masing-masing pedagang atau Rp 145.088.571,- per tahun. Tingginya tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang pakaian disebabkan karena tingginya harga jual barang yang mereka tawarkan dibanding biaya modal barang yang mereka keluarkan. Alasan mereka memasang harga yang tinggi, karena sebagian besar dari mereka
membeli
barang
dagangan
di
luar
kota,
dimana
mereka
memperhitungkan biaya transportasinya, dan lain-lain, sehingga mereka mensiasati harga barang dengan memasang harga yang lebih tinggi dibanding harga beli barang, agar biaya-biaya yang dikeluarkan saat diluar kota yang berkaitan bisa tertutupi, sehingga mereka tidak mengalami kerugian. Mereka mengaku, harga tinggi yang mereka tawarkan untuk masing-masing dagangan mereka tidak secara sembarang ditetapkan, namun mereka memperhitungkan agar harga tersebut masuk akal, dan diterima oleh masyarakat pembeli.
95
6. Pedagang sembako a. Harga barang dagangan Tabel 4.43. harga semabako saat di pasar laino dan pasar panjang No
Jenis sembako
1 Beras biasa 2 Beras kepala 3 Telur ayam ras 4 Gula pasir 5 Mentega 6 Susu kaleng gold 7 Susu sachet gold 8 Minyak bimoli 2 liter 9 Minyak bimoli 5 liter 10 Garam 11 Terigu 12 Indomie ayam bawang 13 Intermie ayam bawang Sumber: Wawancara
Harga tiap jenis sembako Pasar Laino Pasar Panjang 215.000/karung 260.000/karung 230.000/karung 290.000/karung 43.000/rak 45.000/rak 13.000/kg 14.000/kg 11.000/kg 12.000/kg 12.000/kaleng 13.000/kaleng 9.000/pak 10.000/pak 26.000/botol 26.500/botol 7.000/jirigen 72.000/jirigen 1.250/bungkus 2.000/bungkus 6.000/kg 7.000/kg 71.000/dus 75.000/dus 32.000/karton 35.000/karton
Terhadap tabel 4.43, Harga jual barang yang paling tinggi adalah sembako jenis beras kepala., baik saat di pasaar laino maupun di pasar panjang. Saat di pasar laino, harga jual beras kepala yaitu Rp 230.000,- per karung sedangkan saat di pasar panjang, harga jual beras kepala adalah Rp 290.000,- per karung, dan harga jual sembako yang paling murah adalah garam, dimana saat di pasar laino harga jual garam yaitu Rp 1.250,- per bungkus, sedangkan di pasar panjang, harga jual garam adalah Rp 2.000,- per bungkus. Jika dilihat, harga jual barang saat di pasar laino dan pasar panjang meningkat, dimana hal tersebut mendapat pengaruh dari kenaikan harga BBM saat itu.
96
b. Jumlah sembako yang akan dijual Tabel 4.44. Perbandingan jumlah sembako yang akan dijual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Jumlah sembako No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (unit) Per bulan (unit) Per tahun (unit) (unit) 1 4.670 56.040 2.356 28.272 2 2.040 24.480 1.305 15.660 3 3.560 42.720 2.445 29.340 4 1.920 23.040 1.520 18.240 5 3.920 47.040 2.793 33.516 6 3.904 46.848 2.782 33.384 7 2.420 29.040 1.619 19.428 8 2.504 30.048 1.883 22.596 9 2.780 33.360 2.160 25.920 10 2.860 34.320 2.070 24.840 11 4.030 48.360 2.693 32.316 12 4.420 53.040 2.645 31.740 13 3.180 38.160 2.490 29.880 14 2.720 32.640 1.670 20.040 15 2.144 25.728 1.358 16.296 16 3.748 44.976 2.718 32.616 17 4.104 49.248 3.232 38.784 18 4.000 48.000 2.650 31.800 19 2.510 30.120 1.354 16.248 20 2.760 33.120 1.770 21.240 21 2.580 30.960 1.640 19.680 22 2.320 27.840 1.595 19.140 23 2.380 28.560 1.490 17.880 24 3.560 42.720 2.620 31.440 25 2.640 31.680 1.930 23.160 Total 77.674 932.088 52.788 633.456 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 48 dan 49 Berdasarkan tabel 4.44, total keseluruhan dari jumlah barang yang akan dijual saat di pasar laino adalah 77.674 unit per bulan atau 932.088 unit per tahun, sedangkan saat di pasar panjang adalah 52.788 unit per bulan atau
97
633.456 unit per tahun. Dari data tersebut, dapat dilihat adanya penurunan jumlah barang yang akan dijual saat di pasar laino dan pasar panjang, dimana selisih dari jumlah barang yang akan dijual saat di pasar laino dan pasar panjang adalah 24.886 unit per bulan atau 298.632 unit per tahun. Alasan mereka mengurangi jumlah dagang mereka, karena awalnya mereka mengambil barang dalam jumlah yang sama saat di pasar panjang. Namun karena barang dagangan mereka kurang laku, sehingga modal mereka tidak cukup untuk membeli barang dalam jumlah yang banyak. Bahkan sebagian dari mereka mengaku bahwa, mereka kehabisan modal untuk membeli barang dagangan, sehingga mereka meminjam modal di bank dan tempat lainnya untuk membeli barang dagangan. c. Modal barang dagangan
No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 4.45. Perbandingan modal sembako tiap responden yang akan dijual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Modal berdagang Pasar laino Pasar panjang Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 90.860.000 1.090.320.000 50.071.000 600.852.000 26.390.000 316.680.000 16.263.000 195.156.000 49.820.000 597.840.000 35.670.000 428.040.000 36.410.000 436.920.000 29.408.000 352.896.000 54.700.000 656.400.000 40.083.000 480.996.000 72.980.000 875.760.000 58.024.000 696.288.000 49.590.000 595.080.000 40.733.000 488.796.000 60.410.000 724.920.000 47.753.000 573.036.000 41.780.000 501.360.000 33.306.000 399.672.000 47.020.000 564.240.000 30.882.000 370.584.000 75.300.000 903.600.000 55.506.000 666.072.000 81.670.000 980.040.000 43.063.000 516.756.000
98
Modal berdagang Pasar laino Pasar panjang Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 13 53.690.000 644.280.000 43.073.000 516.876.000 14 47.490.000 569.880.000 34.733.000 416.796.000 15 63.330.000 759.960.000 42.053.000 504.636.000 16 77.020.000 924.240.000 50.664.000 607.968.000 17 61.920.000 743.040.000 49.504.000 594.048.000 18 64.960.000 779.520.000 40.053.000 480.636.000 19 48.740.000 584.880.000 29.625.000 355.500.000 20 39.670.000 476.040.000 29.778.000 357.336.000 21 54.910.000 658.920.000 35.843.000 430.116.000 22 42.690.000 512.280.000 32.633.000 391.596.000 23 45.490.000 545.880.000 28.418.000 341.016.000 24 50.910.000 610.920.000 40.248.000 482.976.000 25 43.460.000 521.520.000 34.650.000 415.800.000 Total 1.381.210.000 16.574.520.000 972.037.000 11.664.444.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 46 dan 47 No Resp
Dari tabel 4.45, dapat dilihat jumlah modal tertinggi yang dikeluarkan pedagang saat di pasar laino adalah Rp 90.860.000,- per bulan atau Rp 1.090.320,-per tahun, dan modal terendah yang dikeluarkan pedagang adalah Rp 36.410.000,- per bulan atau Rp 436.920.000,- - per tahun. Dan untuk di pasar panjang, modal tertinggi yanag dikeluarkan pedagang sebesar Rp 58.024.000,- per bulan atau Rp 696.288.000,- per tahun, dan modal terendah yang dikeluarkan oleh pedagang yaitu Rp 16.263.000,- per bulan atau Rp 195.156.000,- per tahun.
99
d. Biaya penegluaran pedagang sembako
No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 4.46. Perbandingan total biaya pengeluaran per bulan pedagang sembako saat di pasar laino dan pasar panjang Biaya pengeluaran tiap responden Pasar laino Total pengeluaran Pasar panjang Total pengeluaran Biaya Kantong Biaya tali Per bulan Per tahun Biaya Kantong Biaya tali Per bulan Per tahun (Rp) Transportasi plastik raffia (Rp) (Rp) Transportasi plastik raffia (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 40.000 250.000 3.000.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 20.000 230.000 2.760.000 180.000 36.000 36.000 252.000 3.024.000 240.000 40.000 40.000 320.000 3.840.000 120.000 54.000 18.000 192.000 2.304.000 180.000 20.000 20.000 220.000 2.640.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 40.000 40.000 260.000 3.120.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 40.000 40.000 260.000 3.120.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 20.000 230.000 2.760.000 120.000 72.000 54.000 246.000 2.952.000 180.000 30.000 20.000 230.000 2.760.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 20.000 230.000 2.760.000 300.000 72.000 54.000 426.000 5.112.000 320.000 20.000 40.000 380.000 4.560.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 40.000 40.000 260.000 3.120.000 120.000 72.000 54.000 246.000 2.952.000 180.000 40.000 40.000 260.000 3.120.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 40.000 250.000 3.000.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 40.000 40.000 260.000 3.120.000 120.000 72.000 54.000 246.000 2.952.000 180.000 20.000 20.000 220.000 2.640.000 120.000 72.000 54.000 246.000 2.952.000 180.000 40.000 20.000 240.000 2.880.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 20.000 40.000 240.000 2.880.000 300.000 72.000 54.000 426.000 5.112.000 320.000 40.000 20.000 380.000 4.560.000 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 40.000 40.000 260.000 3.120.000 180.000 54.000 36.000 270.000 3.240.000 240.000 30.000 40.000 310.000 3.720.000
100
Biaya pengeluaran tiap responden Pasar laino Total pengeluaran Pasar panjang No Biaya Kantong Biaya tali Per bulan Per tahun Biaya Kantong Biaya tali Transportasi plastik raffia (Rp) (Rp) (Rp) Transporta plastik raffia (Rp) (Rp) (Rp) si (Rp) (Rp) 21 120.000 72.000 54.000 246.000 2.952.000 180.000 30.000 20.000 22 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 40.000 40.000 23 180.000 72.000 54.000 306.000 3.672.000 240.000 40.000 20.000 24 120.000 54.000 36.000 210.000 2.520.000 180.000 30.000 40.000 25 300.000 54.000 36.000 390.000 4.680.000 320.000 40.000 40.000 3720.000 147.6000 1.026.000 6.222.000 74.664.000 5.100.000 830.000 800.000 Total Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 54
Total pengeluaran Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) 230.000 260.000 300.000 250.000 400.000 6.730.000
2.760.000 3.120.000 3.600.000 3.000.000 4.800.000 80.760.000
101
Dari tabel 4.46, jumlah keseluruhan biaya pengeluaran pedagang saat di pasar laino adalah sebsar Rp 6.222.000,- per bulan atau Rp 74.664.000,- per tahun, dan saat di pasar panjang, jumlah keseluruhan biaya pengeluaran pedagang adalah Rp 6.730.000,- per bulan atau Rp 80.760.000,- per tahun. Saat terjadi relokasi pasar ke pasar panjang, terjadi peningkatan biaya pengeluaran oleh masing-masing pedagang yang disebabkan karena meningkatnya biaya transportasi dan lain-lain.
102
e. Jumlah sembako yang terjual Tabel 4.47. perbandingan total harga jumlah barang setiap responden yang terjual per bulan saat di pasar laino dan pasar panjang Total harga barang yang terjual No Pasar laino Pasar panjang Resp Per bulan Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) (Rp) 1 93.360.000 1.120.320.000 51.000.000 612.000.000 2 28.957.500 347.490.000 18.000.000 216.000.000 3 52.905.000 634.860.000 36.300.000 435.600.000 4 42.202.500 506.430.000 30.000.000 360.000.000 5 58.425.000 701.100.000 40.575.000 486.900.000 6 75.997.500 911.970.000 60.000.000 720.000.000 7 53.512.500 642.150.000 42.000.000 504.000.000 8 62.842.500 754.110.000 48.750.000 585.000.000 9 44.655.000 535.860.000 34.500.000 414.000.000 10 49.470.000 593.640.000 31.500.000 378.000.000 11 77.947.500 935.370.000 56.550.000 678.600.000 12 84.637.500 1.015.650.000 43.500.000 522.000.000 13 56.280.000 675.360.000 44.250.000 531.000.000 14 50.092.500 601.110.000 36.000.000 432.000.000 15 65.820.000 789.840.000 42.600.000 511.200.000 16 80.595.000 967.140.000 51.600.000 619.200.000 17 64.830.000 777.960.000 52.770.000 633.240.000 18 67.425.000 809.100.000 42.900.000 514.800.000 19 51.577.500 618.930.000 33.000.000 396.000.000 20 42.007.500 504.090.000 32.100.000 385.200.000 21 57.660.000 691.920.000 37.155.000 445.860.000 22 45.990.000 551.880.000 35.280.000 423.360.000 23 48.652.500 583.830.000 30.000.000 360.000.000 24 53.362.500 640.350.000 41.250.000 495.000.000 25 46.327.500 555.930.000 36.000.000 432.000.000 Total 1.455.532.500 17.466.390..000 1.007.580.000 12.090.960.000 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 50 Berdasarkan tabel 4.47 bahwa seperti halnya dagangan ikan, total harga jual sembako diambil dari omset yang diperoleh masing-masing pedagang tiap harinya, hal ini dikarenakan ada beberapa pedagang yang tidak mengetahui
103
berapa jumlah barang dagangannya yang laku terjual per hari dan jumlah barangnya yang yang tidak terjual per hari, sehingga tidak dicantumkan tabel tital harga barang yang terjual. Adapun omset keseluruhan yang diperoleh pedagang saat di pasar laino adalah Rp 1.455.532.500,- per bulan atau Rp 17.466.390.000,- per tahun, sedangkan saat di pasar panjang, omset keseluruhan keseluruhan yang diperoleh pedagang yaitu Rp 1.007.580.000,per bulan atau Rp 12.090.960.000,- per tahun. Dari hal tersebut dapat dilihat adanya penurunan omset yang didiperoleh pedagang saat di pasar panjang, dimana hal tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah ambil barang saat di pasar laino dan pasar panjang, yang mana jumlah ambil barang saat di pasar laino lebih tinggi dibanding saat di pasar panjang, sehingga jumlah omsetnya lebih tinggi saat di pasar laino dari pada di pasar panjang. f. Lama tersimpan sembako Tabel 4.48. Perbandingan lama tersimpan sembako saat di pasar Laino dan Pasar panjang No Pasar Laino Pasar Panjang Resp 1 1-10 hari 2 hari-14 hari 2 3-14 hari 4 hari- 1 bulan 3 2- 10 hari 4 hari-14 hari 4 1-10 hari 3 hari-14 hari 5 3-14 hari 3 hari- 1 bulan 6 1-10 hari 3 hari- 1 bulan 7 2- 10 hari 5 hari- 1 bulan 8 3-14 hari 5 hari- 1 bulan 9 3-14 hari 5 hari- 1 bulan 10 3-14 hari 3 hari-14 hari 11 1-10 hari 5 hari-14 hari 12 1-10 hari 3 hari-14 hari
104
No Pasar Laino Resp 13 1-10 hari 14 3-14 hari 15 3-14 hari 16 2- 10 hari 17 2- 10 hari 18 1-10 hari 19 1-10 hari 20 2- 10 hari 21 1-10 hari 22 1-10 hari 23 1-10 hari 24 1-10 hari 25 1-10 hari Sumber: Wawancara
Pasar Panjang 3 hari- 1 bulan 3 hari- 1 bulan 3-14 hari 3 hari- 1 bulan 5 hari- 1 bulan 3 hari- 1 bulan 3-14 hari 5 hari- 1 bulan 3-14 hari 5 hari- 1 bulan 3 hari- 1 bulan 3 hari- 1 bulan 3 hari- 1 bulan
Dari tabel di atas, lama tersimpan sembako saat di pasar laino berfariasi, yaitu antara 1-14 hari, sedengkan saat di pasar panjang, lama tersimpan sembako berkisar antara 2 hari- 1 bulan.
105
g. Pendapatan bersih Tabel 4.49. Total pendapatan bersih setiap responden saat di pasar laino dan pasar panjang
No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total pendapatan bersih saat di pasar laino Pendapatan Bersih (NI) Total Total Biaya (Rp) Penerimaan (TC) (TR) Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 91.070.000 93.360.000 2.290.000 27.480.000 26.600.000 28.957.500 2.357.500 28.290.000 50.072.000 52.905.000 2.833.000 33.996.000 36.602.000 42.202.500 5.600.500 67.206.000 54.910.000 58.425.000 3.515.000 42.180.000 73.190.000 75.997.500 2.807.500 33.690.000 49.800.000 53.512.500 3.712.500 44.550.000 60.656.000 62.842.500 2.186.500 26.238.000 41.990.000 44.655.000 2.665.000 31.980.000 47.446.000 49.470.000 2.024.000 24.288.000 75.510.000 77.947.500 2.437.500 29.250.000 81.916.000 84.637.500 2.721.500 32.658.000 53.900.000 56.280.000 2.380.000 28.560.000 47.700.000 50.092.500 2.392.500 28.710.000 63.576.000 65.820.000 2.244.000 26.928.000 77.266.000 80.595.000 3.329.000 39.948.000 62.130.000 64.830.000 2.700.000 32.400.000 65.386.000 67.425.000 2.039.000 24.468.000 48.950.000 51.577.500 2.627.500 31.530.000 39.940.000 42.007.500 2.067.500 24.810.000
Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Pendapatan Bersih (NI) Total Total Biaya (Rp) Penerimaan (TC) (TR) Per bulan Per tahun (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 50.321.000 51.000.000 679.000 8.148.000 16.493.000 18.000.000 1.507.000 18.084.000 35.990.000 36.300.000 310.000 3.720.000 29.628.000 30.000.000 372.000 4.464.000 40.343.000 40.575.000 232.000 2.784.000 58.284.000 60.000.000 1.716.000 20.592.000 40.963.000 42.000.000 1.037.000 12.444.000 47.983.000 48.750.000 767.000 9.204.000 33.536.000 34.500.000 964.000 11.568.000 31.262.000 31.500.000 238.000 2.856.000 55.766.000 56.550.000 784.000 9.408.000 43.323.000 43.500.000 177.000 2.124.000 43.323.000 44.250.000 927.000 11.124.000 34.993.000 36.000.000 1.007.000 12.084.000 42.273.000 42.600.000 327.000 3.924.000 50.904.000 51.600.000 696.000 8.352.000 49.744.000 52.770.000 3.026.000 36.312.000 40.433.000 42.900.000 2.467.000 29.604.000 29.885.000 33.000.000 3.115.000 37.380.000 30.088.000 32.100.000 2.012.000 24.144.000
106
Total pendapatan bersih saat di pasar laino Total Pendapatan Bersih (NI) No Total Biaya Penerimaan (Rp) Resp (TC) (TR) (Rp) Per bulan Per tahu (Rp) 21 55.156.000 57.660.000 2.504.000 30.048.000 22 42.900.000 45.990.000 3.090.000 37.080.000 23 45.796.000 48.652.500 2.856.500 34.278.000 24 51.120.000 53.362.500 2.242.500 26.910.000 25 43.850.000 46.327.500 2.477.500 29.730.000 Total 1.387.432.000 1.455.532.500 68.100.500 817.206.000 Rerata 55.497.280 58.221.300 2.724.020 32.688.240 Sumber: Hasil pengolahan data pada lampiran 52
Total pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Pendapatan Bersih (NI) Total Biaya Penerimaan (Rp) (TC) (TR) (Rp) Per bulan Per tahun (Rp) 36.073.000 37.155.000 1.082.000 12.984.000 32.893.000 35.280.000 2.387.000 28.644.000 28.718.000 30.000.000 1.282.000 15.384.000 40.498.000 41.250.000 752.000 9.024.000 35.050.000 36.000.000 950.000 11.400.000 978.767.000 1.007.580.000 28.813.000 345.756.000 1.343.440 40.303.200 1.152.520 13.830.240
107
Berdasarkan tabel 4.49 jumlah keseluruhan pendapatan bersih pedagang saat di pasar laino adalah Rp 68.100.500,- per bulan atau Rp 817.206.000,- per tahun, dan rata-rata pendapatan mereka sebanyak Rp 2.724.020,- per bulan atau Rp 32.688.240.,- per tahun untuk masing-masing pedagang. Sedangkan saat di pasar panjang, jumlah pendapatan yang diperoleh oleh semua pedagang adalah Rp 28.813.000,- per bulan atau Rp 345.756.000,- per tahun, dan rata-rata pendapatan pedagang yaitu Rp 1.152.520,- per bulan atau Rp 13.830.240,- per tahun. Jika dilihat jumlah keseluruhan pendapatan pedagang, terjadi penurunan pendapatan saat di pasar panjang, namun jika dilihat satu per satu, beberapa pedagang mengalami peningkatan pendapatan bersih saat di pasar panjang. Saat melakukan wawancara dengan responden, beberapa dari mereka memang mengaku bahwa pendapatan mereka saat di pasar panang menjadi meningkat, walaupun peningkatannya tidak terlalu tinggi, alasan mereka karena lokasi kios mereka yang dekat dengan pintu masuk pasar panjang, dan ramai pengunjung sehingga pembeli banyak yang berbelanja disekitaran lokasi tersebut, berbeda dengan pedagang sembako yang lain yang lokasi kiosnya berada agak jauh dari pintu masuk pasar panjang yang jarang pengunjung. Sehingga beberapa dari mereka tidak berpindah lokasi ke lokasi pasar yang lama, sementara yang lainnya pindah ke lokasi pasar lama karena mengalami kerugian saat di pasar panjang.
108
7. Rata-rata Pendapatan Bersih seluruh pedagang Tabel 4.50. Perbandingan rata-rata pendapatan bersih seluruh pedagang saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Pasar Laino Pasar Panjang Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) Per bulan (Rp) Per tahun (Rp) 1 2.610.760 31.329.120 503.600 6.043.200 2 2.674.510 32.094.120 791.700 9.500.400 3 2.896.250 34.755.000 861.667 10.340.000 4 3.153.692 37.844.308 430.000 7.061.538 5 18.954.600 227.455.200 12.090.714 145.088.571 6 2.724.020 32.688.240 1.152.520 13.830.240 Total 33.013.832 396.165.988 15.830.201 191.863.949 Rerata 5.502.305 66.027.665 2.638.367 31.977.325 Sumber: Hasil Pengolahan data pada lampiran 13,23,30,38,45,52 Dari tabel 4.51, terlihat bahwa rata-rata pendapatan keseluruhan pedagang saat di pasar Panjang mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan mengalami kerugian yang sangant besar. Jika ditinjau, saat di Pasar Laino, rata-rata pendapatan bersih seluruh pedagang sebesar Rp 5.502.305, per bulan atau Rp 66.027.665,- per tahun, sedangkan saat di Pasar Panjang, rata-rata keseluruhan pendapatan bersih pedagang yaitu sebesar Rp 2.638.367,- per bulan atau Rp 31.977.325,- per tahun. b. Dampak relokasi pasar terhadap pemenuhan kebutuhan pedagang Tabel 4.52. Persepsi pedagang terhadap dampak relokasi bagi pemenuhan kebutuhan pedagang Opsi
Frekuensi
Persentase
Persentase Kumulatif
Ya
4
4.0
4
Tidak
85
95.0
96
Total
89
100.0
100
Sumber: Hasil analisis penelitian
109
Untuk melihat lebih jelasnya menegnai persepsi pedagang terhadap dampak relokasi bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari pedagang dapat dlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini:
96 100 90 80
h.
70 60 50 40
30 20
4
10 0 Ya
Tidak
Gambar 4.1. Pengaruh omset pedagang saat di pasar panjang terhadap terjaminnya kebutuhan sehari-hari pedagang disbanding saat di pasar laino Berdasarkan grafik di atas, dari pertaanyaan “apakah omset yang Bapak/Ibu peroleh sebulan saat di pasar panjang lebih bisa menjamin kebutuhan (sandang, pangan, papan) keluarga Bapak/Ibu disbanding saat berdagang di pasar laino?”, 96% pedagang menjawab tidak pada pertanyaan tersebut, dan 4% pedagang menjawab Ya. Alasan pedagang menjawab tidak pada pertanyaan tersebut karena menurunnya pendapatan mereka saat di pasar panjang sehingga kebutuhan sehari-hari mereka tidak dapat terpenuhi. Saat melakukan wawancara dengan responden, beberapa dari mereka melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan agar kebutuhan keluarga
110
mereka bisa terpenuhi, seperti menjadi tukang ojek, dan juga melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu pedagang sembako yaitu Bapak Yunus, bahwa: “apa yang kita mo dapat di pasar panjang kasian, tidak ada, menjual juga tapi lakunya hmmm untung-untungan kita dapat 20 ribu, bersyukurmi sekali kita dapat begitu itu, biasanya juga 5 ribu, 10 ribu 1 hari, cuman untuk sewa ojek saja ingka, kebanyakan kita duduk ceritacerita, baring-baring, tidak ada pembeli, sepi di sana. Hampir berhenti sekolah anakku yang kuliah itu, mo dikirimkan uang dari mana? Setengah mati juga kalo kita mo pinjam-pinjam terus. Jadi sa suru mamanya yang jaga kios, baru sa, sa mengojek. Kalo tidak begitu, mo belikan apa makanan?”. (wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 01 Februari 2016, pukul 13.45). Sebagian besar pedagangpun mengeluh saat peneliti mengajukan pertanyaan tentang hal itu, bahkan dari mereka ada yang berhenti berdagang karena kehabisan modal, seperti pernyataan dari salah satu pedagang sembako yaitu Ibu Mariati, bahwa: “hmmmm..kalo sa ingat-ingat di pasar panjang itu kasian,,menderita sekali kita,,naraka sepaliha pada,,nowolo modaliku naitu,,sa kasi keluar modal pertama waktu sa menjual di sana itu sekitar 50 juta,,haabbis..tidak ada..tidak ada,,bukan main itu ee,,akhirnya sa berhenti menjual,,sa berhenti menjual di sana,,sa mo menjual juga tidak ada yang sa dapat,,lebih baik sa berhenti..aaaa..nanti dipindahkan lagi disini pasar, baru sa mulai menjual lagi”. (wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 01 Februari 2016, pukul 10.30). Adapun alasan bagi para pedagang yang menjawab Ya pada pertanyaan tersebut, karena beberapa dari pedagang mengaku pendapatannya saat di pasar panjang meningkat sehingga kebutuhan mereka bisa tercukupi dengan baik.
111
2. Dampak relokasi pasar terhadap kondisi sosial pedagang a. Konflik antar pedagang Tabel 4.52. Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap timbulnya konflik antar pedagang Persentase No Opsi Frekuensi Persentase Kumulatif
1
Ya
3
3.37
3
Tidak
86
96.63
97
Total
89
100.0
100
Sumber: Hasil Analisis penelitian Persentase tentang dampak relokasi terhadap timbulnya konflik antar pedagang dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini: 97 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
3
Ya
Tidak
Gambar 4.2. Grafik pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap timbulnya konflik antar pedagang Berdasarkan grafik 4.2, 97% responden menjawab bahwa, saat di pasar panjang, tidak terjadi konflik antar sesama pedagang. Sementara 3% dari responden menjawab bahwa, sering terjadi konflik selama berdagang di pasar panjang. Adapun alasan paling dominan dari 97% responden yang menjawab
112
Tidak pada pertanyaan yang pertama yaitu menurut responden, selama berdagang di pasar panjang maupun saat di pasar laino, mereka selalu menjaga hubungan baik mereka agar tidak terjadi perselisihan yang nantinyaa akan menyebabkan suasana menjadi kacau, dan juga walaupun kadangkadang muncul sifat iri didiri mereka jika melihat pedagang yang banyak pengunjungnya, tetapi mereka selalu berusaha agar sifat iri tersebut tidak meluap dan nantinya bisa menimbulkan pertengkaran atau konflik sesama mereka. Dan untuk 3% rseponden yang menjawab Ya pada pertanyaan tersebut, alasan yang mereka ungkapkan adalah saat di pasar panjang kadang ada pertentangan kecil antar pedagang mengenai barang dagangan mereka. Namun ada beberapa informan yang menyatakan bahwa konflik antar sesama pedagang memang tidak ada, tetapi konflik antar pedagang dengan pihak pemerintah sering terjadi, seperti pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu pedagang bumbu yaitu Ibu Dalmiati saat wawancara, bahwa: “kalo sama-sama pedagang ingka tidak pernah ada masalah kita, kecuali dengan pamongpraja, sering baku tengkar pedagang dengan pamongpraja, apalagi yang penjual ikan, hmmm pernah da burukan parang pamongpraja lantaran emosinya karena tidak laku jualannya di pasar panjang”. (wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Januari 2016, pukul 10.00) Hal tersebut juga pernah diungkapkan oleh salah satu pegawai perindag saat peneliti melakukan diskusi kecil dengan Beliau. Beliau menyatakan bahwa: “sebenarnyakan kita sudah atur dimana tempatnya pedagang sembako, pedagang pecah belah, salon, dan lain-lain, mereka itu kita tempatkan di bahagian depan, kalo penjual ikan, penjual sayur, mereka itu di bahagian
113
belakang, karena maksud kita kan ikan sama sayur itukan kebutuhan hari-hari pembeli, jadi biar ditempatkan dimana saja tetap mereka dicari sama pembeli, tapi mereka tidak sabaran, kalo sudah agak siang mereka pindah lagi di bahagian pasar lama yang di jaga pamongpraja, akhirnya baku tengkar lagi sampe baku buru parang. (wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2016, pukul 11.45). Dari beberapa pernyataan yang diungkapkan informan saat wawancara, memang relokasi pasar tidak terlalu menimbulkan konflik antar sesama pedagang karena beberapa dari mereka beranggapan bahwa, masalahnya bukan berasal dari pedagang, namun berasal dari pihak pemerintah, karena memang kebanyakan dari mereka menolak adanya relokasi karena dengan relokasi sehingga dagangan mereka menjadi tidak laku, dan pendapatan mereka akhirnya menurun. Konflik antar pedagang dan pihak pemerintah terjadi karena apa yang menjadi harapan pedagang tidak menjadi kenyataan. Para pedagang berharap bahwa, saat dipindahkan ke pasar panjang, barang dagangan mereka bisa laku terjual seperti saat di pasar laino sehingga pendapatan mereka bisa meningkat, namun kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. Hal itulah yang menjadi penyebab terjadinya pertentangan antara pihak pemerintah dan pedagang. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Maryati dan Suryawati (2007: 56) bahwa, pada prinsipnya suatu konflik bisa terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang terhalang upayanya dalam mencapai tujuan.
114
b. Persaingan antar pedagang Tabel 4.53. Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi pasar terhadap persaingan antar pedagang No Opsi Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif 2
Ya
89
100.0
100
Tidak
0
0.0
0
100.0
100
89 Total Sumber: Hasil Analisis Penelitian
Untuk lebih jelasnya mengenai dampak relokasi terhadap persaingan antar pedagang dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut:
100 100 90 80 70 60 50 40 30 20
0
10 0 Ya
Tidak
Gambar 4.3. Grafik Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi pasar terhadap persaingan antar pedagang Dari pernyataan di atas, sebanyak 100% informan menyatakan bahwa setelah terjadinya relokasi pasar, hubungan antar pedagang tetap harmonis, dan persaingan antar mereka merupakan persaingan yang sehat, dan tidak
115
menimbulkan konflik antar mereka, bahkan mereka merasa semakin kompak karena memiliki satu pemikiran tentang penolakan relokasi yang membuat pendapatan mereka menjadi menurun. Seperti yang telah dikemukakan oleh salah satu pedagang semabako yang bernama Ibu Julianti yang menyatakan bahwa: “karena sering kita ajukan penolakan tentang pemindahan lokasi pasar ini, tambah kompak sa liat kita, mungkin karena satu pemikiran juga. Mo tidak satu pemikiran bemana, kalo semua mengeluh tidak laku jualannya di pasar panjang”, ada ka yang mo diam-diam saja liat jualannya tidak laku, pasti lama-lama daprotes juga”. (wawancara dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Februari 2016, pukul 8.00). Dan juga karena adanya relokasi, pedagang yang awalnya tidak begitu dekat, karena tempat berdagang mereka yang jauh, dengan adanya relokasi yang juga merubah posisi tempat berdagang menjadi berdekatan sehingga merekapun menjadi lebih akrab dan bisa menambah rekan baru. Sebagian dari mereka juga beranggapan bahwa sesama pedagang tetap harus menjaga hubungan baik, saling menghargai, menghormati, dan saling tolong menolong, seperti yang di ungkapkan oleh salah satu pedagang Ikan basah yaitu Bapak Darwin, bahwa: “Ya, kitakan sesama pedagang harus saling menghargai, saling tolong menolong, karena kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain kan?”. (wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 januari 2016, pukul 09.15).
116
c. Kerjasama antar pedagang Tabel. 4.54. Pendapat pedagang mengenai kerjasama antar pedagang No
3
dampak
relokasi
terhadap
Opsi
Frekuensi
Persentase
Persentase Kumulatif
Ya
89
100.0
100
Tidak
0
0.0
0
Total
89
100.0
100
Sumber: Hasil Analisis Penelitian Persentase tentang pendapat pedagang mengenai dampak relokasi pasar terhadap kerjasama antar pedagang disajikan pada grafik di bawah ini.
100 100 90 80 70 60 50 40 30 20
0
10 0 Ya
Tidak
Gambar 4.4. Grafik Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap kerjasama antar pedagang Dari grafik di atas terlihat bahwa 100% informan menyatakan bahwa paska relokasi pasar, kerjasama yang terjalin antar pedagang tetap berjalan baik. Alasan mereka karena tidak ada perbedaan antara pasar pajang dan pasar
117
laino, mereka harus tetap menjaga kerjasama mereka, saling membantu, karena tidak menuntut kemungkinan nantinya mereka membutuhkan bantuan dari orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Maryati dan Suryawati (2007: 55) bahwa pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Hasrat ini timbul bukan hanya karena kebutuhan lahiriah, melainkan karena hasrat itu sendiri, bahwa ia butuh berkomunikasi, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. d. Kenyamanan pedagang Tabel 4.55. Pendapat pedagang mengenai dampak relokasi pasar terhadap tingkat kenyamanan pedagang No Opsi Frekuensi Persentase Persentase Kumulatif Ya
28
31.46
31%
Tidak
61
68.54
69%
89 Total Sumber: Hasil Analisis Penelitian
100.0
100
4
Persentase tentang pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap kenyamana pedagang dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini:
118
100 90 69
80 70 60
50
31
40 30 20 10 0 Ya
Tidak
Gambar 4.5. Grafik pendapat pedagang mengenai dampak relokasi terhadap kenyamanan berdagang pedagang Terhadap persentase di atas, tampak bahwa 31% pedagang merasa nyaman berada di pasar panjang, sementara 69% pedagang merasa tidak nyaman di pasar panjang. Dari wawancara yang peneliti lakukan, alasan pertama yang diungkapkan oleh 69% pedagang yang tidak nyaman berada di panjang adalah karena barang dagangan mereka kurang laku saat berada di pasar panjang, bahkan kadang tidak laku sama sekali, sehingga sering kali mereka, khususnya pedagang sayur, ikan, dan sebagian pedagang bumbu, berpindah lokasi berdagang ke bagian depan pasar panjang, dan sebagian lagi pindah ke depan lokasi pasar lama agar dagangan mereka laku terjual, sehingga ada omset yang mereka bawa pulang walaupun tidak seberapa, karena menurut mereka, ditempat tersebut lebih strategis, sering dilewati masyarakat, dan ramai pengunjung, dibanding menetap di pasar panjang yang jarang pengunjung. Karena tidak laku dan sering berpindah lokasi berdagang
119
itulah sehingga pedagang merasa tidak nyaman, dan gelisah, karena sebelumnya pihak pemerintah melarang para pedagang menjajahkan barang dagangnnya di depan lokasi pasar lama, dan menugaskan pamongpraja untuk menjaga lokasi tersebut, sehingga sering kali terjadi perselisihan antara pedagang dan pamongpraja. Alasan lain yang kebanyakan mereka ungkapkan adalah karena jalan yang rusak, kios mereka yang teralu jauh, sehingga pembeli jarang yang datang berbelanja di kios mereka. Untuk 31% pedagang yang menjawab nyaman berada di pasar panjang, alasannya karena posisi kiosnya yang berada di jejeran depan, tepatnya di pos 1, sehingga rame pembeli, dan juga karena kondisi kios yang tidak terlalu panas dibanding dengan kondisi kiosnya yang lama, sehingga mereka merasa lebih nyaman berada di pasar panjang di banding di pasar laino, seperti apa yang pernah diungkapkan oleh salah satu pedagang sembako, Ibu Wa Lia, bahwa: “Kalo untuk saya, pasar laino kurang nyaman, karena sering kehujanan, jadi masuk hujan itu di kios saya, sering banjir, jadi pece jalanan. Kalo untuk jalanan pasar panjang bagus-bagus saja, malahan saya lebih nyaman di sini dari pada di pasar yang lama”. (wawancara dilaksanakan pada hari Kamis 04 Februari 2016, pukul 07.30)
120
e. Sarana prasarana pasar panjang Tabel 4.56. Pendapat pedagang mengenai keterjaminan sarana prasarana pasar panjang disbanding pasar laino No
5
Opsi
Frekuensi
Persentase
Persentase Kumulatif
Ya
52
58.43
58
Tidak
37
41.57
42
Total
89
100.0
100
Sumber: Hasil Analisis Penelitan Persentase pendapat pedagang mengenai ketersediaan sarana prasaran pasar panjang akn disajikan pada gambar 4.6 berikut:
100 90 80 70
58
60
42
50
40 30 20 10 0 Ya
Tidak
Gambar 4.6. Grafik pendapat pedagang mengenai keterjaminan sarana prasarana pasar panjang disbanding pasar laino Berdasarkan data di atas, 58% pedagang menyatakan bahwa sarana dan prasarana di pasar panjang lebih terjamin dibanding dengan pasar laino lama,
121
lebih menjamin di sini bukan berarti mereka mengatakan bahwa sarana dan prasaran pasar laino lama tidak lebih baik di banding pasar panjang, tetapi lebih menjawab ke alasan bahwa sama saja antara sarana pra sarana yang ada di pasar panjang dan pasar laino, dan untuk sarana prasarana 58% pedagang tidak begitu memperdulikan mengenai sarana dan prasarana, yang paling penting bagi mereka adalah bagaimana cara supaya pendapatan mereka bisa kembali seperti saat berdagang di pasar laino lama, minimal bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan untuk 42% pedagang yang menjawab sarana prasarana pasar panjang tidak lebih terjamin di banding denga pasar laino lama, beberapa alasan dominan yang mereka ungkapkan yang pertama di pasar panjang tidak difasilitasi tempat parkir, hal ini memang sesuai dengan kenyataan di lokasi penelitian, terlihat kendaraan terparkir secara sembarang di depan kios-kios pedagang yang memiliki sedikit ruang kosong, pernyataan itu juga sempat disinggung oleh salah satu pegawai Disperindag, saat pengambilan data sekunder, beliau mengatakan bahwa: “Jalanya ke sana itu kurang bagus, akses jalannya eee apa namanya, sempit, sehingga hanya satu jalur saja yang bisa lewat, tapi itu akibat pedagang yang tambah-tambah panjangnya kios, sebenarnyakan kioasnya kita buat dua jalur, ada juga yang di sebelah laut, tapikan jalur jalan di sebelah laut itu aturannya tidak bisa dilewati motor, tapi kenyataannya tidak, akhirnya ya begitumi, setengahmati lewat, mana motor, mana pembeli”. (wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2016, pukul 11.45). Selain itu, alasan lain yang mereka ungkapkan adalah tidak adanya WC umum di lokasi pasar panjang, sehingga kadang-kadang para pedagang yang ingin buang air, terpaksa harus pulang kembali ke rumah untuk buang air,
122
namun ini hanya bagi pedagang yang lokasi tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari lokasi pasar panjang, dan pedagang yang lainnya mengungkapkan bahwa ia sering menggunakan WC yang ada di masjid jika ingin buang air. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang ungkapkan oleh salah satu pedagang bumbu, yaitu Ibu Wa Ode Nuhu, bahwa: “Selama sa menjual di pasar panjang, sa tidak tau di mana WCnya,kalo sa biasanya sa buang air di WC masjid di depan sana, adakalanya juga sa pulang, tapi kalo mo pulang bale dari kios lamaku yang diujung sana ke Wc masjid, jauh sekali, jadi setengah mati kita”. (wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Januari 2016, 08.00).
Dan ada juga yang mengungkapkan bahwa, sarana prasarana di pasar laino lama lebih terjamin, karena pasar itu milik pemerintah, jadi wajar jikalau sarana prasarananya lebih baik dibanding pasar panjang. f. Keamanan pasar panjang Tabel 4.57. Pendapat pedagang mengenai keterjaminan keamanan pasar panjang dibanding pasar laino No
6
Opsi
Frekuensi
Persentase
Persentase Kumulatif
Ya
29
32.58
33
Tidak
60
67.42
67
Total
89
100.0
100
Sumber: Hasil Analisis Penelitian Persentase pendapat pedagang mengenai keterjaminan keamanan pasar panjang dibanding pasar laino akan disajikan pada Gambar 4.7 berikut:
123
100 90 80
67
70 60 50 40
33
30 20
10 0 Ya
Tidak
Gambar 4.7. Grafik pendapat pedagang mengenai keterjaminan keamanan pasar panjang dibanding pasar laino Grafik di atas menunjukka bahwa 67% pedagang menjawab “tidak” pada pertanyaan “apakah keamanaan pasar paanjang lebih terjamin dibanding dengan pasar laino lama?”, Namun tidak disini bukan berarti pasar laino lebih aman dibanding dengan pasar panjang, tetapi mereka lebih beralasan bahwa keamanan pasar panjang dan pasar laino sama saja, karena perasaan aman saat mereka berada di pasar laino lama dan di pasar panjang tetap sama. Untuk 33% pedagang yang menjawab iya pada pertanyaan tersebut, sebagian besar beralasan bahwa sebelumnya saat pasar belum direlokasi, banyak kasus-kasus pencurian yang terjadi di pasar laino. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, sebagian besar pedagang yang dulunya berdagang di asar panjang, kini telah berpindah lokasi berdagang di depan pasar laino lama, dan
124
sebagian lagi menetap di pasar panjang. Untuk itu peneliti perlu menambah pertanyaan mengenai alasan mengapa sebagian pedagang pindah, dan juga alasan mengapa pedagang yang lainnya tetap berdagang di pasar panjang. Dari 89 orang responden, peneliti mengambil sampel 36 responden bagi pedagang yang masih menetap di pasar panjang dan 53 pedagang yang pindah di depan lokasi pasar lama. g. Alasan pedagang pindah lokasi berdagang ke depan lokasi pasar lama Adapun pertanyaan tambahan bagi pedagang yang pindah ke lokasi pasar yang lama yaitu “apakah kurang lakunya dagangan Bapak/Ibu dan menurunnya pendapatan menjadi alasan mengapa Bapak/Ibu pindah ke lokasi pasar laino lama? Tabel 4.58. Alasan pedagang pindah lokasi berdagang ke depan lokasi pasar lama No
7
Opsi
Frekuensi
Persentase
Persentase Kumulatif
Ya
48
90.57
91
Tidak
5
9.43
9
Total
53
100.0
100
Sumber: Hasil Analisis Penelitian Persentase pendapat pedagang mengenai keterjaminan keamanan pasar panjang dibanding pasar laino akan disajikan pada Gambar 4.8 berikut:
125
100
91
90 80 70 60 50 40 30 9
20 10
0 Ya
Tidak
Gambar 4.8. Grafik alasan pedagang pindah lokasi berdagang ke depan lokasi pasar lama Grafik di atas menjelaskan bahwa dari 53 pedagang, 91% menjawab “Iya” pada pertanyaan di atas. Hal tersebut berarti 91% pedagang setuju bahwa alasan mereka pindah lokasi berdagang ke lokasi pasar lama karena dagangan mereka yang kurang laku. Alasan yang diungkapkan oleh pedagang tersebut, yaitu karena lokasi tempat berdagang mereka yang berada di bagian belakang sehingga mempengaruhi kedatangan pembeli, mereka mengaku bahwa memang pembeli ramai saat pagi, namun jika sudah menjelang siang, pembeli mulai berkurang, dan semakin siang di lokasi dagang bagian belakang semakin sunyi, bahkan para pedagang kadang-kadang berhenti berdagang jika hari sudah siang, karena jarang pembeli yang akan berkunjung.
126
Berikut ini pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu pedagang ikan basah yaitu Bapak Andi, bahwa: “kita mo bertahan bemana di pasar panjang…tidak laku di sana kita, lebih 10 juta modal habis begitu saja, habis berutang kita, nanti di pasar panjang baru sa berutang”. (wawancara dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Februari 2016, pukul 09.30). Alasan serupa juga diungkapkan oleh salah satu pedagang sembako, Bapak La Pale, bahwa: “hmmm..kasian ana..di pasar panjang itu apanya yang kita mo pertahankan, jualannya kita tidak laku,,kita cuman duduk-duduk ceritacerita saja di sana, hmmmmm kalo sudah siang, kita pulangmi,, begitubegiru saja ingka,,buang-buang saja sewa ojek”. (wawancara dilaksanakan pada hari Jumat 05 Februari 2016, pukul 13.15). Selanjutnya 9% dari 53 orang tersebut menjawab tidak pada pertanyaan di atas, alasan yang mereka ungkapkan adalah mereka hanya sekedar ikutikutan pindah ke lokasi pasar yang lama karena yang lain pindah jadi merekapun ikut pindah. h. Alasan pedagang menetap di pasar panjang Untuk mengetahui alasan pedagang yang menetap di pasar panjang, berikut pertanyaannya : “apakah alasan Bapak/Ibu menetap di pasar panjang, karena di pasar panjang dagangan Bapak/Ibu lebih laku dan pendapatan Bapak/Ibu meningkat?”.
127
Tabel 4.59. Alasan pedagang menetap di pasar panjang No
8
Opsi
Frekuensi
Persentase
Persentase Kumulatif
Ya
4
4.0
4
Tidak
85
96.0
96
Total
89
100.0
100
Sumber: Hasil analisis penelitian Persentase tentang alasan pedagang menetap di pasar panjang dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:
96 100 90
80 70 60
50 40 30 20
4
10 0 Ya Tidak Gambar 4.9. Grafik alasan pedagang menetap di pasar panjang
Berdasarkan grafik di atas, dari 36 pedagang, 96% pedagang menjawab tidak pada pertanyaan di atas, alasannya yang mereka ungkapkan karena saat pedagang berpindah lokasi, para pedagang tersebut terlambat mengambil tempat untuk berdagang, sehingga terpaksa mereka harus menetap di pasar
128
panjang. Alasan lain yang mereka ungkapkan adalah karena tempat berdagang di depan pasar lama yang sempit sehingga tidak muat untuk menampung barang dagangan mereka, dan juga mereka merasa jenis dagang mereka tidak cocok diperdagangka di pinggir jalan seperti di lokasi pasar lama. Dan 4% dari pedagang yang menjawab Ya, karena saat wawancara, mereka menyatakan bahwa saat berdagang di pasar panjang, pendapatan mereka menjadi sedikit meningkat jika dibanding saat di pasar laino. Hal ini karena lokasi kios mereka yang jaraknya dekat dengan pintu masuk pasar panjang dan ramai pengunjung, sehingga mempenagruhi pendapatan mereka.
129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dampak perubahan lokasi pasar dari Pasar Laino ke Pasar Panjang memiliki dampak negatif yang lebih besar terhadap kondisi ekonomi pedagang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan bersih pedagang, dimana terjadi penurunan rata-rata pendapatan bersih pedagang saat di Pasar Panjang dari Rp 5.502.305,- per bulan menjadi Rp 2.638.367,- per bulan atau terjadi penurunan sebanyak 52%. Hal tersebut juga berdampak negatif terhadap pemenuhan kebutuhan hidup pedagang, dimana 96% pedagang menyatakan bahwa omset yang di dapat saat di Pasar Panjang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan baik. 2. Dampak relokasi pasar terhadap masalah sosial pedagang tergolong menjadi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif tersebut yaitu hasil wawancara menunjukkan bahwa 100% pedagang menyatakan bahwa hubungan mereka paska relokasi semakin baik, kerjasama yang terjalin baik, dan juga dengan adanya relokasi pasar bisa menambah rekan dan pedagang yang awalnya tidak saling mengenal kini menjadi kenal dan akrab, sedangkan dampak negatifnya adalah relokasi pasar menimbulkan konflik antar pedagang dengan Satpol PP. Selain itu 69% pedagang menyatakan bahwa mereka tidak merasa nyaman selama berdagang di Pasar Panjang, karena pengunjung yang sepi yang diakibatkan karena kondisi
129
130
jalan pasar panjang yang rusak, dan juga lokasi pasar panjang yang berada pada satu jalur jalan yang memanjang, sehingga mempengaruhi kedatangan pembeli. Sehingga sebagian besar pedagang yang ada di Pasar Panjang, kini berpindah ke depan lokasi Pasar Laino lama B.
Saran 1. Bagi pemerintah Kabupaten Muna, sebaiknya memikirkan lebih matang lagi mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari relokasi pasar tersebut agar pedagang tidak menjadi resah dan melakukan perlawanan tentang penolakan relokasi, dan menyiapkan lokasi yang lebih strategis untuk menampung sementara para pedagang, dengan posisi kios yang bisa dijangkau pembeli agar pendapatan para pedagang tidak merosot. 2. Bagi pihak Satpol PP, sebaiknya bisa mengontrol perilaku para pedagang yang melakukan perlawanan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di Pasar Panjang. 3. Bagi Disperindag selaku pihak pengelola Pasar Panjang , sebaiknya bisa menjembatani masalah perlawanan pedagang terhadap penolakan relokasi dengan memberikan arahan-arahan dengan baik dan transparan, sehingga para pedagang bisa lebih sabar dan lebih mengerti lagi mengenai tujuan relokasi pasar.
131
DAFTAR PUSTAKA
Ajemain, 2012. Analisis Pendapatan Bersih Petani Padi Sawah Di Desa Mopute Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Aisah, S. 2015. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur “Utama Tani” Kelurahan Puosu Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Bachrir, S. 2013. Deskripsi Kondisi Sosial Ekonomi Pengemis di Kota Kendari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Batara, M. T. 2013. Kondisi Sosial Anak Jalanan (Studi Kasus Pada Lembaga Komunikasi dan jalinan Anak (KOJAK) Kendari). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Endrawanti, S. 2012. Dampak Relokasi Pasar (Studi Kasus di Pasar Sampangan Kota Semarang). Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang. Irawan, D. R. 2015. Dampak Relokasi Pasar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Bonggoeya Kendari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Izza, N. 2010. Pengaruh Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pengaruh Amburakmo Plaza terhadap Perekonomian Pedagang Pasar Desa Caturtunggal Nologaten Depok Sleman Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Pengembangan Masyarakat Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Juariyah, S dan Basrowi, 2010. Analisis Kondisi Sosial ekonomi dan Tingkat Pendidikan Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. JUrnal Ekonomi dan Pendidikan Volume 7 Nomor 1 Lufti, O. L. 2012. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Maryati, K dan Suryawati, J. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Musthofa, Z. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Porgram Relokasi Pemukiman Kumuh (Studi Kasus: Program Relokasi Pemukiman di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta). Skripsi. Surakarta: Program Stusi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/MDAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
132
Pia, Wa. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Sektor Informal di Kecamatan Katobu Kabupaten Muna (Studi Kasus Industri Gorengan). Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Ritonga, M.T, dkk. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta. Santi, 2015. Profil kehidupan social ekonomi pedagang kecil penerimaan Kredit Usaha Rakyat BRI di Pasar Wamelai Kecamatan Lawa Kabupaten Muna. Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan UHO. Kendari. Sardiman, dkk. 2008. Pembelqjaran IPS Terpadu 1 Untuk kelas VII SMP dan MTs. Platinum. Yogyakarta. Sari, R. K. 2006. Sistem Penentuan Daerah Relokasi Pemukiman Masyarakat Di Kota Banda Aceh Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Fakultas Teknoligi Industri Jurusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma. Sasmita, B.P, dkk. 2013. Pengaruh Modal dan Lama Kerja terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima. 2013. Bandar Lampung: Skripsi Pendidikan Ekonomi IPS FKIP Unila. Setyaningsih, A dan Susilo, Y.S. 2014. Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Satwa Kasus Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Jurnal EP18187. Siburian, D, dkk. 2012. Pengaruh Harga Gula Internasional dan Produksi GulaDomestik terhadap Ekspor Gula Indonesia (Studi Pada Volume Ekspor Gula Indonesi Periode Tahun 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 15, No 1. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian kuantitatif kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunarna, I.T. 2010. Tingkat Kepedulian Pemerintah Kabupaten Ketapang terhadap Tenaga Kerja (Buruh) di PT Bangun Bina Mandiri (BNM). Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Wicaksono, L. N, dkk. 2008. Persepsi Pedagang Pasar terhadap Program Perlindungan Pasar Tradisional Oleh Pemerintah Kota Semarang (Studi Kasus Pedagang Pasar Peterongan Semarang Selatan).Jurnal Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro. Widodo, T. 2013. Studi tentang Peranan Unit Pasar dalam Pengelolaan Sampah di Pasar Merdeka Kota Samarinda. eJournal Administrasi Negara. Yulianti, N. 2011. Dampak Perubahan Lokasi Pasar Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Nagari Muaralabuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Padang: Skripsi Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas. Zunaidi, M. 2013. Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Pasca Relokasi dan Pembangunan Pasar Modern. Jurnal Sosiologi Islam, Vol.3, No. 1.
133
L A M P I R A N
134
Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI NO. CL
:
Metode
: Observasi
Tempat Pengamatan
:
Tanggal Pengamatan
:
Jam
:
Disusun Jam
:
Kegiatan yang Diobservasi
:
Aspek yang diamatai: Kondisi dan suasana pasar panjang: 1. Hubungan antar pedagang 2. Kerjasama pedagang 3. Kondisi jalan pasar panjang 4. Ketersediaan sarana prasarana
135
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA
JUDUL: DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG PASAR LAINO RAHA
WAWANCARA A. Identitas responden No. Urut informan
: ………………………………
a. Nama Informan
: ………………………………
b. Jenis Kelamin
: ………………………………
c. Umur
: ………………………………
d. Alamat
: ………………………………
e. Pendidikan Formal Terakhir
: ………………………………
Pendapatan: 1. Berapa omset Bapak/Ibu selama menjual dagangan sehari di pasar panjang dibanding dengan di pasar laino? 2. Berapa besar modal yang Bapak/Ibu keluarkan per hari untuk membeli bahan baku yang diperdagangkan selama berada di pasar panjang dibanding dengan di pasar laino? 3. Apa saja biaya yang dikeluarkan Bapak/Ibu dalam kegiatan berdagang? (alat dan bahan)
136
4. Berapa besar biaya yang Bapak/Ibu gunakan untuk membeli peralata dan bahan yang digunakan untuk berdagang selama berdagang di pasar panjang dibanding dengan di pasar laino? 5. Berapa banyak (kilo/ikat/buah/liter,dll) barang dagang Ibu yang terjual dalam sehari selama berdagang di pasar panjang dibanding dengan di pasar laino? 6. Berapa harga masing-masing barang dagangan Bapak/Ibu? 7. Berapa lama barang dagangan Bapak/Ibu tersimpan selama berdagang di pasar panjang dibanding dengan di pasar laino? 8. Apakah omset yang Bapak/Ibu dapatkan sebulan selama berdagang di pasar panjang lebih bisa menjamin kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak/Ibu dibanding dengan saat berdagang di pasar laino? Iya Tidak Alasan …………………………………………… Permasalahan Sosial (Interaksi sosial) 1. Apakah sering terjadi konflik selama berdagang di Pasar Panjang? a. Ya b. Tidak Alasan …………………………………………………………………. ………………………………………………………………….. 2. Apakah terjadi hubungan yang harmonis antar pedagang setelah adanya pemindahan lokasi pasar? a. Ya b. Tidak
137
Alasan ………………………………………………………………….. …………………………………………………………………… 3. Apakah kerjasama yang terjalin antar pedagang paska relokasi pasar selalu baik? a. Ya b. Tidak Alasan …………………………………………………………………. …………………………………………………………………. 4. Apakah Bapak/Ibu merasa nyaman selama berdagang di pasar panjang ini? Iya Tidak Alasan ……………………………………………………………………. 5. Apakah sarana dan prasarana di lokasi pasar panjang lebih terjamin dibanding dengan pasar laino lama? Ya Tidak Alasan ............................................................................................ 6. Apakah keamanan di pasar panjang ini lebih terjamin dibanding dengan pasar laino lama? Iya Tidak Alasan ……………………………………………………………………. 7. Apakah kurang lakunya dagangan Bapak/Ibu menjadi alasan mengapa Bapak/Ibu pindah ke lokasi pasar laino lama? Iya Tidak Alasan ……………………………………………………………………...
138
8. Apakah alasan Bapak/Ibu menetap di pasar panjang, karena di pasar panjang dagangan Bapak/Ibu lebih laku dan pendapatan Bapak/Ibu meningkat? Iya Tidak Alasan ………………………………………………………………………
139 NAMA RESPONDEN UMUR ALAMAT PENDIDIKAN TERAKHIR
: : : : YANG TERJUAL
YANG AKAN DI JUAL/HARI NO
JENIS DAGANGAN
LAINO BANYAK
HARGA/Rp
HARGA
PANJANG BANYAK
YANG TIDAK TERJUAL
HARGA/Rp
LAINO
PANJANG
LAINO
1 2 3 4 5 JUMLAH PENDAPATAN KOTOR/HARI LAINO/RP
PANJANG/RP
MODAL ALAT DAN BAHAN
MODAL/HARI LAINO
PANJANG
LAINO
PANJANG
PENDAPATAN BERSIH/BULAN LAINO
PANJANG
PANJANG
LAINO
PANJANG
LAMA TERSIMPAN LAINO
PANJANG
140 Lampiran 13. Total Pendapatan bersih pedagang sayur perbulan di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
Total Biaya (TC) (Rp) 16.260.000 4.830.000 6.720.000 5.160.000 5.880.000 3.040.000 6.480.000 6.120.000 8.220.000 5.260.000 4.130.000 5.340.000 4.230.000 5.900.000 5.300.000 92.870.000
Pendapatan bersih saat di pasar laino Total Penerimaan (TR) Pendapatan Bersih (NI) (Rp) (Rp) 19.155.000 7.710.000 8.520.000 7.920.000 9.735.000 4.110.000 8.355.000 10.065.000 12.720.000 9.375.000 6.315.000 7.950.000 6.420.000 6.887.400 6.705.000 131.942.400
2.895.000 2.880.000 1.800.000 2.760.000 3.855.000 1.070.000 1.875.000 3.945.000 4.500.000 4.115.000 2.185.000 2.610.000 2.190.000 987.400 1.405.000 39.072.400
Pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya (TC) Total Penerimaan Pendapatan Bersih (NI) (Rp) (TR) (Rp) (Rp) 5.172.000 5.820.000 648.000 4.612.000 6.300.000 1.688.000 2.532.000 2.820.000 288.000 3.402.000 3.540.000 138.000 2.472.000 2.820.000 348.000 4.460.000 4.620.000 160.000 3.242.000 4.140.000 898.000 2.932.000 3.300.000 368.000 3.582.000 4.380.000 798.000 2.622.000 2.880.000 258.000 2.742.000 3.000.000 258.000 2.622.000 3.000.000 378.000 2.922.000 3.420.000 498.000 3.732.000 4.200.000 468.000 3.240.000 3.600.000 360.000 50650.000 57.840.000 7.554.000
Keterangan: TC = Total Cost (Biaya total) = total biaya pengeluaran TR = Total Revenue (Biaya penerimaan) = total barang yang terjual X harga jual
141 Lampiran 23. Total pendapatan bersih pedagang bumbu saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya (TC) Total Penerimaan Pendapatan (Rp) (TR) Bersih (NI) (Rp) (Rp) 27.416.000 31.830.000 4.414.000 17.704.400 19.732.500 2.028.100 54.556.000 58.440.000 3.884.000 24.960.000 27.270.000 2.310.000 34.620.000 37.740.000 3.120.000 35.512.000 37.860.000 2.348.000 22.070.000 24.120.000 2.050.000 41.786.000 43.815.000 2.029.000 27.960.000 30.330.000 2.370.000 41.098.000 43.290.000 2.192.000 327.682.400 31.830.000 26.745.100
Pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya (TC) Total Penerimaan (TR) Pendapatan Bersih (NI) (Rp) (Rp) (Rp) 7.728.000 8.126.000 9.366.000 5.041.000 8.526.000 7.146.000 7.056.000 9.502.000 7.311.000 6.846.000 76.648.000
Keterangan: TC = Total Cost (Biaya total) = total biaya pengeluaran TR = Total Revenue (Biaya penerimaan) = total barang dagangan yang terjual X harga jual
8.130.000 8.692.500 9.590.000 5.870.000 8.720.000 8.760.000 7.900.000 10.412.500 7.760.000 8.710.000 84.545.000
402.000 586.500 224.000 829.000 194.000 1.614.000 844.000 910.500 449.000 1.864.000 7.917.000
142 Lampiran 30. Tabel pendapatan bersih pedagang RB per bulan saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
Total Biaya (TC) (Rp) 45.810.000 28.192.000 30.974.000 28.183.000 26.174.000 26.174.000 26.974.000 28.174.000 32.192.000 25.930.000 20.174.000 24.294.000 343.245.000
Pendapatan bersih saat di pasar laino Total Penerimaan Pendapatan Bersih (NI) (TR) (Rp) (Rp) 49.500.000 3.690.000 30.000.000 1.808.000 34.500.000 3.526.000 33.000.000 4.817.000 30.000.000 3.826.000 30.000.000 3.826.000 30.000.000 3.026.000 30.000.000 1.826.000 36.000.000 3.808.000 27.000.000 1.070.000 22.500.000 2.326.000 25.500.000 1.206.000 378.000.000 34.755.000
Pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya (TC) Total Penerimaan Pendapatan Bersih (NI) (Rp) (TR) (Rp) (Rp) 12.210.000 13.500.000 1.290.000 14.200.000 15.000.000 800.000 6.210.000 6.900.000 690.000 10.200.000 10.500.000 300.000 13.200.000 15.000.000 1.800.000 6.700.000 7.500.000 800.000 11.600.000 12.600.000 1.000.000 11.600.000 12.300.000 700.000 8.200.000 9.000.000 800.000 6.270.000 6.600.000 330.000 6.210.000 7.200.000 990.000 4.260.000 5.100.000 840.000 110.860.000 121.200.000 10.340.000
143 Lampiran 38. Tabel total pendapatan bersih pedagang ikan saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 jumlah
Pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya (TC) Total Penerimaan Pendapatan Bersih (Rp) (TR) (NI) (Rp) (Rp) 15.774.000 18.000.000 2.226.000 52.626.000 55.500.000 2.874.000 15.936.000 18.000.000 2.064.000 47.754.000 51.000.000 3.246.000 55.824.000 58.500.000 2.676.000 38.574.000 42.000.000 3.426.000 52.626.000 60.000.000 7.374.000 18.774.000 24.000.000 5.226.000 18.894.000 21.000.000 2.106.000 35.574.000 39.000.000 3.426.000 30.936.000 33.000.000 2.064.000 15.756.000 18.000.000 2.244.000 18.954.000 21.000.000 2.046.000 459.000.000 418.002.000 40.998.000
Pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya (TC) Total Penerimaan (TR) Pendapatan Bersih (Rp) (Rp) (NI) (Rp) 44.570.000 45.000.000 430.000 29.690.000 30.000.000 310.000 21.350.000 21.600.000 250.000 44.440.000 45.000.000 560.000 40.410.000 40.800.000 390.000 21.210.000 22.500.000 1.290.000 32.090.000 33.000.000 910.000 28.690.000 29.100.000 410.000 40.510.000 41.100.000 590.000 21.490.000 22.500.000 1.010.000 56.440.000 57.000.000 560.000 28.400.000 28.500.000 100.000 32.160.000 33.000.000 840.000 441.450.000
449.100.000
7.650.000
144 Lampiran 45. Tabel total pendapatan bersih pedagang pakaian jadi saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah
Pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya Total Penerimaan Pendapatan Bersih (TC) (TR) (NI) (Rp) (Rp) (Rp) 29.860.000 42.000.000 12.140.000 29.842.000 48.000.000 18.158.000 32.654.000 54.000.000 21.346.000 52.833.000 78.000.000 25.167.000 51.374.000 72.000.000 20.626.000 35.094.000 54.000.000 18.906.000 45.874.000 63.000.000 17.126.000 40.464.000 69.000.000 28.536.000 78.167.000 99.000.000 20.833.000 48.105.000 69.000.000 20.895.000 33.504.000 60.000.000 26.496.000 77.194.000 105.000.000 27.806.000 25.044.000 36.000.000 10.956.000 26.672.000 42.000.000 15.328.000 606.681.000 891.000.000 284.319.000
Pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya (TC) Total Penerimaan (TR) Pendapatan Bersih (Rp) (Rp) (NI) (Rp) 39.290.000 46.500.000 7.210.000 34.450.000 48.000.000 13.550.000 23.460.000 39.000.000 15.540.000 55.150.000 69.000.000 13.850.000 41.200.000 54.000.000 12.800.000 35.120.000 45.000.000 9.880.000 41.300.000 54.000.000 12.700.000 45.090.000 60.000.000 14.910.000 71.285.000 78.000.000 6.715.000 55.015.000 66.000.000 10.985.000 23.460.000 36.000.000 12.540.000 36.340.000 49.500.000 13.160.000 77.110.000 90.000.000 12.890.000 23.460.000 36.000.000 12.540.000 601.730.000 771.000.000 169.270.000
145 Lampiran 52. Tabel total pendapatan bersih pedagang sembako per bulan saat di Pasar Laino dan Pasar Panjang No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah
Pendapatan bersih saat di pasar laino Total Biaya (TC) Total Penerimaan Pendapatan Bersih (NI) (Rp) (TR) (Rp) (Rp) 91.070.000 93.360.000 2.290.000 26.600.000 28.957.500 2.357.500 50.072.000 52.905.000 2.833.000 36.602.000 42.202.500 5.600.500 54.910.000 58.425.000 3.515.000 73.190.000 75.997.500 2.807.500 49.800.000 53.512.500 3.712.500 60.656.000 62.842.500 2.186.500 41.990.000 44.655.000 2.665.000 47.446.000 49.470.000 2.024.000 75.510.000 77.947.500 2.437.500 81.916.000 84.637.500 2.721.500 53.900.000 56.280.000 2.380.000 47.700.000 50.092.500 2.392.500 63.576.000 65.820.000 2.244.000 77.266.000 80.595.000 3.329.000 62.130.000 64.830.000 2.700.000 65.386.000 67.425.000 2.039.000 48.950.000 51.577.500 2.627.500 39.940.000 42.007.500 2.067.500 55.156.000 57.660.000 2.504.000 42.900.000 45.990.000 3.090.000 45.796.000 48.652.500 2.856.500 51.120.000 53.362.500 2.242.500 43.850.000 46.327.500 2.477.500 1387.432.000 1.455.532.500 68.100.500
Pendapatan bersih saat di pasar panjang Total Biaya (TC) Total Penerimaan (TR) Pendapatan Bersih (Rp) (Rp) (NI) (Rp) 50.321.000 51.000.000 679.000 16.493.000 18.000.000 1.507.000 35.990.000 36.300.000 310.000 29.628.000 30.000.000 372.000 40.343.000 40.575.000 232.000 58.284.000 60.000.000 1.716.000 40.963.000 42.000.000 1.037.000 47.983.000 48.750.000 767.000 33.536.000 34.500.000 964.000 31.262.000 31.500.000 238.000 55.766.000 56.550.000 784.000 43.323.000 43.500.000 177.000 43.323.000 44.250.000 927.000 34.993.000 36.000.000 1.007.000 42.273.000 42.600.000 327.000 50.904.000 51.600.000 696.000 49.744.000 52.770.000 3.026.000 40.433.000 42.900.000 2.467.000 29.885.000 33.000.000 3.115.000 30.088.000 32.100.000 2.012.000 36.073.000 37.155.000 1.082.000 32.893.000 35.280.000 2.387.000 28.718.000 30.000.000 1.282.000 40.498.000 41.250.000 752.000 35.050.000 36.000.000 950.000 978.767.000 1.007.580.000 28.813.000
146
Lampiran 54 Peta L okasi Penelitian
147 Lampiran 55 DOKUMENTASI Dokumentasi saat Observasi
Suasana di pintu masuk Pasar Panjang
Suasana dan Kondisi jalan Pasar Panjang di Pos 2
148
Suasana dan kondisi pasar panjang di Pos 3
Suasana dan Kondisi pasar panjang di Pos 4
149 Dokumentasi saat Wawancara
Wawancara dengan pedagang sayur
Wawancara dengan pedagang bumbu
150
Wawancara dengan pedagang ikan basah
Wawancara dengan pedagang RB
151
152
153
154