“PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERN TERHADAP PENCEGAHAN TINDAKAN KECURANGAN”
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Siti Sarah Trijayanti NIM: 204082002374
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
DR. Yahya Hamja, MM
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA
NIP. 130 676 334
NIP: 132 055 044
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
i
Hari ini kamis Tanggal 29 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Siti Sarah Trijayanti NIM: 204082002374 dengan judul Skripsi “PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERN TERHADAP PENCEGAHAN TINDAKAN KECURANGAN”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Mei 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA Ketua
Amilin, SE, Ak., M.Si Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
ii
Hari ini Rabu Tanggal 25 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Siti Sarah Trijayanti NIM: 204082002374 dengan judul Skripsi “PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERN TERHADAP PENCEGAHAN TINDAKAN KECURANGAN”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 25 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
DR. Yahya Hamja, MM Ketua
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA Sekretaris
Rini, SE., Ak, M.Si Penguji Ahli
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Agama Status Perkawinan Alamat Telepon/ Hp E-mail
: : : : : :
Siti Sarah Trijayanti Perempuan Jakarta, 13 Januari 1987 Islam Belum Menikah Jl. Mayor Salim Batu Bara, Gg. Akasia No. 12, RT/RW : 01/001, Kec. Teluk Betung, Kupang Teba Kel. Lampung Utara, Bandar Lampung. 35212 : (0721) 483074/ (021) 91572541/ 0818 08960222 :
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL 1. 2. 3. 4. 5.
TK Aisiyah SD Taman Siswa Bandar Lampung SLTP Negeri 17 Bandar Lampung SMK Negeri 4 Bandar Lampung S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi
1991 1998 2001 2004 2008
RIWAYAT PENDIDIKAN INFORMAL
Kursus Bahasa Inggris “GANDHI” Kursus Computer ”Smart College” Training Pajak ”Artha Jasa Consolindo”
1999 2002 2007
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Drum Band 2. Bendahara OSIS/MPK
SD Taman Siswa Bandar Lampung SLTP Negeri 17 Bandar Lampung
iv
1997 2000
“ The Analysis of Influence of The Role and Responsibilities Internal Auditor to Prevent The Fraud Action” By: Siti Sarah Trijayanti
v
ABSTRACT The purpose of this research is to know how the influence of role and responsibilities internal auditor with prevented the fraud action. The data used by primary data and secondary data. The data got by reading and comprehending literature and also is direct take from the relevant institution or releated with research which writer done. This research use the primary data or research data obtained directly from original source by presenting direct questionnaires to internal auditor. Method in this determination sampel use the simple random sampling that is technique of intake sampel simply because intake of sampel of population member was conducted by randomize. Analyse the statistical method used in this research is multiple regression liniear method. With the calculation used the of SPSS version 12 program. The result of descriptive analysis show to significanted variable of internal auditor role equal to 0.004 or was 0.004 < 0.05, this observation Hypothesis (Ho) rejected and alternative Hypothesis (Ha) accepted it means that influence which significant from the role to prevention the fraud action. Significant of responsibilities variable 0.132 > 0.05, so that observation Hypothesis (Ho) accepted and alternative Hypothesis (Ha) reject it means that responsibility internal auditor variable not influence to prevention the fraud action but didn’t significant. But also between role variable and internal auditor responsibility there are influence obtained simultant to prevention fraud action equal to 12.357 with the probability value significant 0.000
Keywords: fraud, role of internal auditor, responsibility internal auditor, prevention of fraud action
vi
“Pengaruh Peran dan Tanggung Jawab Auditor Intern terhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan” Oleh: Siti Sarah Trijayanti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data didapat melalui membaca, dan memahami literatur, serta mengutip langsung dari lembaga atau instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian ini menggunakan data primer atau data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dengan cara menyajikan daftar pertanyaan langsung (kuesioner) kepada auditor intern. Metode dalam penentuan sampel ini menggunakan simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda. Hasil analisis deskriptif menunjukkan signifikansi variabel peran auditor intern sebesar 0.004 atau 0.004 < 0.05 Hipotesa observasi (Ho) ditolak dan Hipotesa alternative (Ha) diterima artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari peran auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan.Variabel tanggung jawab auditor intern memiliki signifikansi 0.132 > 0.05, sehingga Hipotesa observasi (Ho) diterima dan Hipotesa alternative (Ha) ditolak artinya bahwa tidak berpengaruh antara tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan tetapi tidak terlalu signifikan. Sedangkan antara variabel peran dan tanggung jawab auditor intern terdapat pengaruh secara simultan terhadap pencegahan tindakan kecurangan sebesar 12.357 dengan nilai probabilitas signifikan 0.000
Kata kunci: Kecurangan, peran auditor intern, tanggung jawab auditor intern, dan pencegahan tindakan kecurangan.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Pengaruh Peran dan Tanggung Jawab Auditor Intern terhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan (Fraud)”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Namun, berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT, dukungan, bimbingan, serta bantuan berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tuaku yang paling De” saying. Terima kasih atas Jasa yang telah diberikan, kasih sayang, dan cinta disetiap hari-hariku. Doa yang dipanjatkan selalu menyertai disetiap langkahku. Terimakasih untuk kakak dan kedua adikku yang telah memberikan PeLangi di hidupku. 2. Bapak DR. Yahya Hamja MM, selaku pembimbing I yang telah memberikan perhatian dan waktunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal shaleh. 3. Bapak Abdul Hamid Cebba., Ak, MBA, selaku pembimbing II dan ketua Jurusan Akuntansi, atas segala motivasi dan waktu yang telah diberikan, semoga ilmu yang Bapak berikan menjadi ilmu yang bermanfaat. 4. Om dan Tante Qu yang sudah seperti orang tuaku. Terima kasih atas perhatiannya selama aku di Jakarta 5. Yayasan Pendidikan Internal Audit, untuk Bapak Soedar Kendarto selaku pimpinan YPIA, atas kesediaan waktu dan bantuannya.
viii
6. Bapak Faisal Badroen MBA, dan para pembantu dekan FEIS Prof.Dr. Abdul Hamid MS, Dr Zurinal Z, Suhenda Wiranata. 7. Bapak Herni Ali HT, SE, MM, Bapak Drs. Slamet Riyadi MM, Ibu Rini, SE, Ak.,Msi selaku dosen pembimbing KKN (Magang) dan penguji ahli skripsi. 8. Para penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Abdul Hamid MS, Amilin, SE., Ak, Msi, Abdul Hamid Cebba., Ak, MBA. serta semua dosen yang telah memberikan ilmunya, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu. 9. Teman-temanku: Akuntansi 2004, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan MoriL dan kebersamaannya yang terlah terjalin selama ini 10. Ka Isma, Ka Yuli, Mba Ani, Pak Sukmadi, Mas Alfried, Mas Seandy, Mas Aziz, Mas Heri, Mas Budi, Mba Novi, Bu Siska, atas pelayanan yang diberikan. Sukses untuk kalian. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Juni 2008
Siti Sarah Trijayanti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................
i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv ABSTARCT .......................................................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR....................................................................................... vii DAFTAR ISI...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. .......................................................................................Latar Belakang Penelitian............................................................... 1 B. .......................................................................................Perumu san Masalah .......................................................................... 4 C. .......................................................................................Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian......................................... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA x
A. Kecurangan (Fraud).............................................................. 7 1. ..................................................................................Definisi Kecurangan (Fraud) ...................................................... 7 2. ..................................................................................UnsurUnsur Kecurangan .......................................................... 10 3. ..................................................................................JenisJenis Kecurangan ........................................................... 11 4. ..................................................................................Karakte rikstik Kecurangan ........................................................ 12 5. ..................................................................................Indikat or Kecurangan (Fraud) .................................................. 14 B. Ruang Lingkup Audit Intern ................................................ 16 1. Definisi Audit Intern ...................................................... 16 2. Peran Auditor Intern........................................................ 19 C. Tanggung Jawab Auditor intern ........................................... 21 1. Definisi Tanggung Jawab Auditor intern ....................... 21 2. Tanggung Jawab Auditor Dalam Area Pengendalian .... 23 D. Hubungan Peran dan Tanggung Jawab Auditor Terhadap Kecurangan .......................................................................... 24 E. Pencegahan Tindakan Kecurangan ...................................... 25 1. Pertimbangan Auditor Dalam Mencegah Kecurangan ... 26 2. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan ........... 27 F. Penelitian Terdahulu ............................................................ 33
xi
G. Kerangka Pemikiran.............................................................. 35 H. Perumusan Hipotesis ........................................................... 35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. .......................................................................................Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 36 B. .......................................................................................Metode Penentuan Sampel ................................................................ 36 C. .......................................................................................Metode Pengumpulan Data ............................................................... 37 1. ..................................................................................Data Primer (Primery Data) .................................................... 37 2. ..................................................................................Data Sekunder (Secondary Data) ............................................ 39
D. .......................................................................................Metode Analisis Data ....................................................................... 39 1. ..................................................................................Teknik pengolahan data............................................................... 40 2. ..................................................................................Uji Asumsi klasik ................................................................. 42 3. ..................................................................................Uji hipotesis ......................................................................... 43
xii
E. .......................................................................................Variabe l dan Pengukurannya ............................................................. 46 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 50 B. Hasil Uji Dan Instrumen ...................................................... 53 C. Hasil dan Pembahasan ......................................................... 58 1. ..................................................................................Deskrip si Data ............................................................................. 58 2. ..................................................................................Uji Asumsi Klasik ................................................................. 61
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 74 B. Implikasi................................................................................ 75 C. Saran...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Skala likert ..................................................................................... 38
Tabel 3.2
Kriteria Korelasi ............................................................................ 41
Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitian ................................................... 48
Tabel 4.1
Data Populasi Penelitian ................................................................ 52
Tabel 4.2
Rekapitulasi Sampel Responden .................................................... 52
Tabel 4.3
Uji Validitas Instrumen Peran Auditor intern (Variabel X1) ......... 54
Tabel 4.4
Uji Validitas Tanggung Jawab Auditor intern (Variabel X2)......... 55
Tabel 4.5
Uji Validitas Pencegahan Tindakan Kecurangan (Variabel Y) ..... 56
Tabel 4.6
Uji Reliabilitas Peran Auditor intern (Variabel X1)....................... 57
Tabel 4.7
Uji Reliabilitas Tanggung Jawab Auditor intern (Variabel X2).... 57
Tabel 4.8
Uji Reliabilitas Pencegahan Tindakan Kecurangan (Variabel Y).. 57
Tabel 4.9
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 59
Tabel 4.10 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ........................................ 59 Tabel 4.11 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir............... 60 Tabel 4.12 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ......................... 60 Tabel 4.13 Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ................................... 61 Tabel 4.14 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ........................................... 62 Tabel 4.15 Multikoliniearitas ........................................................................... 67 Tabel 4.16 Coefficientsa ................................................................................... 67 Tabel 4.17 ANOVAb ........................................................................................ 71 Tabel 4.18 Uji R2 Model Summaryb................................................................. 73
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Normalitas Variabel Peran Auditor intern ......................... 63 Gambar 4.2 Grafik Normalitas Variabel Tanggung Jawab Auditor Intern........ 64 Gambar 4.3 Grafik Normalitas Variabel Pencegahan Tindakan Kecurangan ... 65 Gambar 4.4 Gambar Scatterplot ........................................................................ 66
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Uji Validitas dan Reliabilitas Peran Auditor intern (Variabel X1)
2.
Uji Validitas dan Reliabilitas Tanggung Jawab Auditor intern (Variabel X2)
3.
Uji Validitas dan Reliabilitas pencegahan tindakan Kecurangan (Variabel Y)
3.
Kuesioner Penelitian
4.
Jawaban Responden atas Instrumen Variabel X (Hasil Audit Intern)
5.
Jawaban Responden atas Instrumen Variabel Y (Kemampuan Kinerja Perusahaan
6.
Hasil Uji Normalitas Data dan Korelasi Pearson
7.
Hasil Uji Multikoliniearitas
8.
Surat Keterangan Riset
9.
Hasil uji R square
10.
Deskripsi Data Responden
11.
Lampiran Gambar
xvi
BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang Penelitian Tindakan yang dikategorikan sebagai kecurangan (fraud) baik yang dilakukan di sektor publik maupun swasta telah menjerumuskan bangsa Indonesia ke dalam krisis multidimensional yang sampai saat ini masih kita rasakan. Tindakan kecurangan tersebut dapat berbentuk dalam berbagai macam cara antara lain korupsi, penyelewengan, kolusi, pencurian, dan tindakan lain yang dapat dikategorikan sebagai kecurangan, yang dalam proses verifikasi secara obyektif terdokumentasi sistematis untuk menentukan apakah aktivitas, kejadian, kondisi, sistem atau informasi sesuai dengan kriteria audit, serta mengkomunikasikan hasil proses kepada klien atau pihak yang berkepentingan dalam hal pengambilan keputusan. Keputusan yang utama harus ditetapkan oleh setiap auditor adalah menyangkut banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor merasa yakin bahwa unsur-unsur laporan keuangan dan semua laporan lainnya dari klien dibuat secara wajar. Banyaknya bukti yang harus dikumpulkan dalam suatu pemeriksaan tertentu merupakan proses pengambilan keputusan, diantara yang penting adalah proses pemeriksaan. Memperoleh bukti yang terlalu sedikit akan memperbesar kemungkinan kegagalan menemukan kesalahan yang material.
xvii 1
Menurut Yogi (2003) bahwa untuk mendeteksi adanya kecurangan diperkenankanlah suatu bentuk audit yang disebut fraud auditing oleh sebab itu telah ditetapkannya standar mengenai masalah ini oleh Accounting Standard Board (ASB) maupun Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Hal ini menunjukan keseriusan
pihak
otoritas
dalam
memandang
perlunya
auditor
untuk
mempertimbangkan risiko terjadinya salah saji yang material sebagai akibat kecurangan dalam auditnya secara khusus, disamping risiko salah saji yang material yang disebabkan oleh kekeliruan. Jasa atestasi yang diberikan oleh seorang auditor adalah untuk menjamin suatu tingkat kualitas informasi keuangan. Belakangan ini perhatian auditor diarahkan terutama untuk mendeteksi terjadinya kesalahan dan transaksi kecurangan melalui penetapan kebijakan, dan fungsinya lebih kepada mendeteksi dan melindungi, tidak ada standar formal yang ditetapkan untuk menentukan tanggung jawab seorang auditor intern untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan. Hal ini erat hubungannya dengan tanggung jawab seorang auditor kepada masyarakat, dimana suatu kecurangan dapat berakibat pada salah saji yang pada gilirannya akan merugikan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. H. Mohamad Iqbal (2003) menyebutkan bahwa peran dan tanggung jawab auditor intern telah diakui dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang sejalan dengan Statement on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board. Standar tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan terjadinya perbedaan antara apa yang dipersepsikan dan diharapkan oleh masyarakat dan para pemakai
xviii
laporan keuangan dari para auditor intern dengan yang diyakininya sebagai batas tanggung jawabnya. Selanjutnya ekspektasi masyarakat dan para pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa auditor akan bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan, dan melawan tindakan hukum lainnya, memperbaiki keefektifan audit, mengkomunikasikan pada pemakai laporan keuangan informasi yang lebih berguna tentang sifat dan hasil proses audit serta mengkomunikasikan dengan jelas kepada komite audit yang bertanggung jawab terhadap pelaporan keuangan yang dipercaya. Aji Suryo (1999) mengemukakan bahwa auditor tertarik pada pencegahan, deteksi dan pengungkapan kesalahan-kesalahan karena alasan-alasan berikut yaitu: 1. Eksistensi kesalahan dapat menunjukkan pada auditor bahwa catatan akuntansi yang telah dibuat tidak dapat dipercaya dan dengan demikian tidak memadai sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan. Adanya sejumlah besar kesalahan mengakibatkan auditor dapat menyimpulkan bahwa telah dilakukan pencatatan akuntansi yang tidak benar. 2. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian intern, auditor harus memastikan dan menilai pengendalian tersebut dan melakukan pengujian ketaatan (Compliance test) atas operasi. Apabila pengujian ketaatan menunjukkan sejumlah besar kesalahan, maka auditor tidak dapat mempercayai pengendalian intern manajemennya. 3. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan keuangan.
xix
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan keterkaitan hubungan yang telah dijelaskan, maka penulis merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana pengaruh peran dan tanggung jawab auditor intern dalam mencegah terjadinya kecurangan di perusahaan. Untuk itu penulis mencoba menilitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Peran dan Tanggung Jawab Auditor Intern terhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan”
E. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah peran auditor intern berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan tindakan kecurangan?
2.
Apakah
tanggung jawab auditor intern berpengaruh secara signifikan
terhadap pencegahan tindakan kecurangan? 3.
Seberapa besar pengaruh peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan?
F. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara peran auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan.
xx
b. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan. c. Untuk mengetahui seberapa besar peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan. 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mahasiswa 1) Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pengaruh peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan. 2) Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di lapangan kerja. b. Bagi perusahaan 1) Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai kritik dan saran agar perusahaan dapat meningkatkan pengendalian intern yang lemah agar tidak ada kesempatan untuk bertindak kecurangan 2) Untuk membantu organisasi profesi dalam mengambil langkah-langkah perbaikan mutu jasa audit, agar apa yang diharapkan dari jasa tersebut sesuai dengan harapan perusahaan sesuai dengan tujuan yang dicapai dan bagi pengguna laporan keuangan c. Bagi auditor intern
xxi
1) Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi auditor intern dalam meningkatkan kualitas jasa auditor intern dan memberikan sumbangan pemikiran bagi organisasi keprofesian. d. Bagi Akademik 1) Penulis dapat memberikan kontribusi sumbangan pikiran tentang pengaruh peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan. 2) Hasil penelitian ini memberikan wacana bagi perkembangan studi akuntansi yang berkaitan dengan indikasi kecurangan.
xxii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Kecurangan (Fraud) 1. Definisi Kecurangan (Fraud) Fraud merupakan serangkaian perbuatan melawan hukum (ilegal act) yang dilakukan oleh individu di dalam maupun di luar organisasi atas dasar kesengajaan atau niat dengan tujuan untuk menguntungkan individu atau organisasi yang melaksanakan, dan mengakibatkan adanya kerugian pihak lain. Dalam istilah sehari-hari fraud atau kecurangan diberi nama berlainan seperti pencurian, penyerobotan, pemerasan, penjiplakan, penggelapan, dan lain-lain. Dari segi bahasa kecurangan berasal dari kata curang yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai tidak jujur, tidak lurus hati, dan tidak adil. Dalam penelitian Tunggal (2000:8) terdapat berbagai macam definisi kecurangan yang dikemukakan oleh beberapa pihak berdasarkan buku fraud Auditing yang diterbitkan oleh Internal Federation of Accountant. menyatakan bahwa : ”Kecurangan manajemen merupakan kesalahan penyajian mengenai tingkat kinerja perusahaan atau unit organisasi yang secara sengaja dilakukan oleh karyawan dalam peran manajerialnya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kecurangan tersebut dalam bentuk promosi, bonus, atau insentif ekonomi lainnya dan simbol status sedangkan, kecurangan perusahaan merupakan semua kecurangan yang dilakukan oleh, untuk atau terhadap suatu entitas bisnis”.
Menurut hukum kejahatan Michigan mendifinisikan fraud sebagai: 7 xxiii
“Suatu pengertian umum dan mencakup beragam cara yang dapat digunakan oleh manusia, yang digunakan dengan kekerasan oleh seseorang, untuk mendapatkan suatu keuntungan dari orang lain melalui suatu perbuatan yang tidak benar”. Sedangkan The Institute of Auditor intern menyatakan bahwa: “Kecurangan merupakan suatu kesatuan ketidakberesan (irregularities) dan tindakan illegal yang bercirikan penipuan yang disengaja”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan suatu perbuatan penyelewengan yang merupakan irregularities dari keadaankeadaan yang biasa terjadi dan hal ini merugikan pihak lain (korban) dan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kecurangan ini dapat dilakukan oleh pihak manajemen maupun karyawan serta orang di luar perusahaan atau organisasi. Kecurangan tersebut mencakup: a. Penggelapan (embezzlement) dan pencurian (thefts) b. Manipulasi atau pelanggaran karena jabatan (malfeasance) c. Ketidakjujuran (dishonesty) d. Kelalaian (defalcation) e. Penggelapan pajak (witholdings) f. Penyuapan g. Penyogokan (bribery) h. Pemerasan i. Penyalahgunaan (misappropriation) j. Penipuan (fraudulent) Bentuk lain dari kecurangan yang melanggar peraturan yang berlaku adalah adanya pelanggaran terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) xxiv
dimana SAK merupakan tolok ukur bagi auditor dalam mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Standar pelaporan yang pertama dan kedua dari Standar Profesional Akuntan Publik dalam penelitian Magnaz Lestira Oktaroza (2003:02) berbunyi: ”…Bahwa laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”. (SPAP, 2001:150). Dari kedua pernyataan di atas terkandung beberapa pengertian penting sebagai berikut: a. Prinsip akuntansi di Indonesia merupakan tolok ukur bagi auditor untuk menentukan wajar tidaknya suatu laporan keuangan perusahaan. b. Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen yang menyimpang atau tidak sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia, dapat dianggap sebagai kekeliruan atau kecurangan. c. Ketidakkonsistenan dalam penggunaan prinsip akuntansi Indonesia juga dapat dianggap sebagai suatu kekeliruan atau kecurangan, kecuali oleh karena keadaan tertentu mengharuskan perubahan penggunaan metode dan dapat diterima menurut kebijaksanaan akuntansi.
2. Unsur-Unsur Kecurangan
xxv
Menurut Drs.Amin Widjaya Tunggal, Ak., MBA, dalam penelitian H.Mohamad Iqbal (2003:43) bahwa kecurangan terdiri dari tujuh unsur yang apabila tidak terdapat salah satu dari ketujuh unsur tersebut, maka tidak ada kecurangan yang dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: a. Harus terjadi penyajian yang keliru (mispresentation). b. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present). c. Faktanya bersifat material (material fact). d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa adanya perhitungan (make knowingly or recklessly). e. Dengan maksud, tujuan atau niat (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi. f. Pihak yang terluka harus beraksi terhadap kekeliruan penyajian g. Mengakibatkan kerugian Risiko audit merupakan risiko bahwa auditor akan mengumpulkan suatu laporan keuangan telah disajikan secara wajar sehingga opini wajar tanpa pengecualian dapat dikeluarkan atasnya, sementara sebenarnya laporan tersebut mengandung salah saji. Salah saji tersebut bisa disebabkan oleh dua hal yakni kekeliruan dan kecurangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja. 3. Jenis-Jenis Kecurangan
xxvi
Menurut Standar Akuntansi seksi 316 terdapat dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan yakni: a. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan antara lain : 1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntasi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan 2) Representasi yang salah dalam atau penghilang dari laporan keuangan, peristiwa, transaksi atau informasi signifikan. 3) Selain penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan. b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva atau missapropriation of assets seringkali disebut dengan penggelapan atau penyalahgunaan (defalcation), berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu penggelapan tanda terima barang atau uang, pencurian aktiva, tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat
xxvii
disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan atau pihak ketiga. 4. Karakterikstik Kecurangan Beberapa karakteristik dan indikator suatu tindakan kecurangan dapat diringkas sebagai berikut: a. Kecurangan seringkali menyangkut tiga hal yang saling berkaitan dan disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud triangle) meliputi: 1) Tekanan atau dorongan (pressure or motive) yang nyata (real) atau yang dirasakan (perceived).Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan antara lain masalah keuangan, seperti tamak atau rakus, hidup melebihi kemampuan, banyak hutang biaya tak terduga. Sifat buruk seperti penjudi, peminum, pecandu narkoba, lingkungan pekerjaannya misalnya sudah bekerja dengan baik tetapi kurang mendapat perhatian, kondisi kerja yang buruk dan lain-lain seperti tekanan dari lingkungan keluarga. 2) Peluang atau kesempatan (opportunity) yang dirasakan berkaitan dengan kemungkinan tedeteksi dan konsekuensinya. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan adanya peluang atau kesempatan seseorang berbuat fraud antara lain, sistem pengendalian intern atau pengendalian intern yang lemah, tidak mampu menilai kualitas kerja karena tidak punya alat atau kriteria pengukurannya, kurang atau tidak adanya akses terhadap
informasi
sehingga
tidak
memahami
keadaan
yang
sebenarnya, gagal mendisiplinkan atau memberikan sanksi pada pelaku xxviii
fraud, lalai, apatis, acuh tak acuh dan kurang atau tidak adanya audit trail (jejak audit) sehingga tidak dapat dilakukan penelusuran data. 3) Alasan pembenaran (rationalization) berkaitan dengan integritas, faktor-faktor yang mendorong seseorang mencari pembenaran atas tindakannya antara lain mencontoh atasan atau teman sekerja, merasa sudah berbuat banyak kepada organisasi atau perusahaan, menganggap bahwa yang diambil tidak seberapa,
dianggap hanya sekedar
meminjam, pada waktunya akan dikembalikan . b. Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan ataupun dengan tindakan kolusi diantara manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Meskipun bisa disembunyikan, adanya faktor risiko atau kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya tindakan kecurangan. Selain kondisi yang berkaitan dengan laporan keuangan itu sendiri, petunjuk (red flags) juga dapat diperoleh dari hal-hal yag berkaitan dengan orang, seperti gaya hidup masalah pribadi seperti judi, narkoba atau hutang, jarang libur bekerja terlalu keras, stres, moral yang rendah, dan riwayat kejahatan. c. Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolute bahwa salah saji material dalam laporan keuangan akan terdeteksi. Bahkan suatu audit yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baikpun mungkin tidak dapat mendeteksi suatu salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan disebabkan
oleh
aspek
penyembunyiannya
xxix
dan
kebutuhan
untuk
menerapkan pertimbangan profesional (professional judgment) dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko kecurangan. 5. Indikator Kecurangan (Fraud) Indikator adanya kecurangan pihak yang dilakukan manajemen terlihat pada laporan yang selalu terlambat, manajer yang mengambil alih tugas bawahannya, ketidaksesuaian dengan petunjuk dan prosedur yang ada pada perusahaan, manajer yang bekerja di luar ruang lingkup pusat, bukti pembayaran kepada kreditor yang didukung oleh bukti palsu, debit memo negative, dan penerimaan komisi yang tidak berhubungan dengan kenaikan penjualan. Menurut J.S.R. Vanables dan KW Impey (1998) dalam penelitian Yogi (2003) mengemukakan bahwa kecurangan terjadi karena: a. Penyebab Primer 1) Penyembunyian (Concealment) Kesempatan tidak terdeteksi pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi dan hukuman sebagai akibatnya. 2) Kesempatan atau peluang (Opportunity) Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat agar mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam sistem dan menghindari deteksi.
3) Motivasi (Motivation)
xxx
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas tersebut, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan atau kerakusan dan motivator yang lain. 4) Daya tarik (attraction) Sasaran kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku. 5) Keberhasilan (Success) Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur baik menghindari penuntutan atau deteksi b. Penyebab Sekunder 1) A Perk Kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi, dipertimbangkan sebagai suatu tunjangan karyawan. 2) Hubungan antara pemberi kerja/pekerja yang kurang baik Yaitu saling kepercayaan dan penghargaan yang telah gagal. Pelaku dapat mengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya merupakan kewajibannya. 3) Pembalasan dendam (Revenge) Ketidaksukaan terhadap organisasi dapat mengakibatkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
4) Tantangan (Challenge)
xxxi
Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari stimulasi dengan berusaha untuk “memukul sistem” sehingga mendapatkan suatu arti pencapaian (a sense of a chievement) atau pembebasan frustasi (relief of frustration).
J. Ruang Lingkup Audit Intern 1. Definisi Audit Intern Definisi audit intern menurut Konosorium Organisasi Profesi Audit Intern (2004) dalam Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (2007) adalah sebagai berikut: Audit intern sebagai kegiatan penilaian dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit intern membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, sistem pengendalian intern dan proses governance (2004). Sedangkan The Institute of Internal Auditors dalam statement of responsibilities of auditor intern yang dibaca dari jurnal Aji Suryo (1999) menyatakan tentang tujuan pemeriksaan yang dilakukan auditor intern adalah membantu seluruh anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka agar dapat lebih efektif yaitu dengan cara memberikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar yang berkaitan dengan aktivitas yang diperiksa.
xxxii
Definisi audit intern berikut ini menggambarkan ruang lingkup audit intern modern yang luas dan tak terbatas eksternal menurut Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner (2005:10): Audit intern adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor intern terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (a) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (b) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (c) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur intern yang bisa diterima telah diikuti; (d) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (e) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (f) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif. Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa salah satu tujuan dari audit intern adalah meningkatkan pengelolaan risiko, sistem pengendalian intern, dan proses tata kelola yang pada akhirnya dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan yang ditetapkan. Menurut Agoes (2001) untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut maka, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh auditor intern yaitu: a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan sistem pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
xxxiii
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan dan dilindugi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan, dan penyalahgunaan. d. Memastikan bahwa penjelasan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. f. Menyarankan
untuk
perbaikan-perbaikan
kegiatan
operasional
perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Langkah-langah
audit
Intern
dalam
mengantisipasi
terhadap
kebijakan fraud yaitu: a. Respon harapan dan permintaan manajemen b. Evaluasi program, anti fraud dan pengendalian yang ada c. Yakinkan adanya dukungan dari manajemen dan komite audit. d. Kembangkan keahlian anti fraud dalam audit intern. e. Lakukan penilaian secara berkala terhadap risiko terjadinya fraud. f. Kenali setiap aktivitas pengendalian anti fraud g. Evaluasi dan uji efektivitas pola dan jalannya operasi pengendalian. h. Rancang dan program audit untuk menilai risiko yang tetap ada dikaitkan dengan fraud auditing. i. Tetapkan proses baku untuk merespon tuduhan atau dugaan fraud. j. Langkah perbaikan dan pencegahan terulangnya fraud yang ditemukan. 2. Peran Auditor Intern
xxxiv
Berikut ini adalah aktivitas pemeriksaan intern dan merupakan peran dari auditor intern dalam perusahaan (Tugiman, 2006:17) : a. Comlpliance Aktivitas ini untuk menilai sampai sejauh mana tingkat kepatuhan para pegawai terhadap kebijaksanaan, prosedur, peraturan-peraturan dan praktek usaha yang lazim, serta undang-undang dan peraturan pemerintah yang mempunyai aturan. b. Verifikasi Kegiatan verifikasi difokuskan pada ketelitian, keandalan berbagai data manajemen dan evaluasi apakah data tersebut relevan serta memenuhi kebutuhan manajemen yang meliputi laporan keuangan dan kekayaan phisik serta hasil operasi perusahaan c. Evaluasi Aktivitas ini menilai bentuk pengendalian intern yang ditetapkan perusahaan dan meliputi penilaian terhadap pengendalian akuntansi dan operasi,
juga
menilai
hasil-hasil
pelaksanaan
dan
petugas
pelaksanaannya. d. Merekomendasi Merekomendasikan suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen.
Untuk budaya yang kurang mendukung, maka kesenjangan akan sering terjadi. Meskipun demikian jika pada suatu kesempatan auditor intern
xxxv
melakukan pemeriksaan langsung dalam penyelidikan kecurangan, bagian terbesar dari usahanya adalah berorientasi pada kecurangan yang merupakan bagian integral dari penugasan audit yang lebih luas. Usaha yang berorientasi pada kecurangan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan dari persiapan sampai tahapan evaluasi penyelesaian pekerjaan lapangan. Kesiapan didalamnya termasuk identifikasi cakupan luas pemeriksaan, kondisi dan pengembangan yang menunjukkan adanya tanda-tanda kecurangan. Aji Suryo (1999) mengemukakan bahwa auditor intern harus menyadari iklim organisasional secara keseluruhan dan kemungkinan timbulnya kecurangan. Auditor intern khususnya, harus waspada terhadap area yang sensitif untuk penelaahan yang lebih dalam. Beberapa contoh area sensitif yang berhubungan dengan pemeriksaan kecurangan, seperti modal kerja yang tidak cukup, adanya pemindahan dana antara perusahaan afiliasi atau divisi, penurunan kinerja manajemen, kemerosotan atau kemunduran dari mutu pendapatan yang dibuktikan oleh penurunan volume atau mutu penjualan serta kecenderungan yang menurun dalam angka dan rasio finansial. Oleh karena itu auditor intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang
kecurangan
dan
dapat
mengidentifikasikan
indikator
kemungkinan terjadinya kecurangan. Apabila kelemahan pengendalian yang signifikan dapat terdeteksi, pengujian tambahan yang dilakukan auditor intern harus termasuk pengujian yang diarahkan pada identifikasi dari indikator lain mengenai
kecurangan.
Auditor
intern
tidak
diharapkan
mempunyai
pengetahuan yang sama seperti seseorang yang tanggung jawab utamanya
xxxvi
adalah mendeteksi dan menyelidiki kecurangan. Prosedur audit juga tidak menjamin bahwa kecurangan yang terjadi dapat dideteksi oleh auditor.
K. Tanggung Jawab Auditor Intern 1. Definisi Tanggung Jawab Auditor Intern Menurut Konosorium Organisasi Profesi Audit Intern (2004) dalam penelitian Hiro Tugiman (2006) bahwa auditor intern bertanggung jawab untuk membantu pencegahan kecurangan dengan melakukan pengujian kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian intern, dengan jalan mengevaluasi seberapa jauh risiko yang potensial telah diidentifikasi. Apabila auditor intern mencurigai adanya suatu tindakan kecurangan, maka hal tersebut harus segera diinformasikan kepada otoritas yang berwenang. Auditor intern
dapat
merekomendasikan apakah tindakan investigasi perlu dilakukan, setelah itu auditor harus menindak lanjuti untuk meyakini bahwa tanggung jawabnya telah terpenuhi. Tanggung jawab auditor terhadap kecurangan yang terjadi tersebut dinyatakan oleh W.C Boynton (2001:59) dalam penelitian Yogi (2003) sebagai berikut: The auditor is responsibility for detecting fraud, or unintentional errors, is to plan and perform the audit to obtain reasonable assurance about wheather the financial statements are free of material misstatement. (W.C Boynton, 2001:59). Tanggung jawab auditor intern terhadap fraud adalah mencegah, mendeteksi, investigasi dan melaporkan. Dalam usaha mencegah, auditor intern membantu manajemen mengevaluasi efektivitas internal control dan xxxvii
mengenali
risiko-risiko
yang
dapat
terjadi.
Untuk
pencegahan
dan
pendeteksian, auditor intern perlu memiliki pengetahuan tentang fraud, jenis dan ciri-cirinya serta tehnik-tehnik yang digunakan dalam melakukan fraud. Waspada terhadap peluang terjadinya kecurangan karena kelemahan pengendalian, auditor intern dapat melihat beberapa indikator terjadinya fraud seperti transaksi yang tidak diotorisasi, banyak kerusakan produk pengendalian diabaikan, pengecualian diabaikan, pengecualian harga yang tidak dapat dijelaskan. Jika indikator fraud telah dinilai positif, dapat dilanjutkan dengan investigasi yang bersifat dan pendalaman. Investigasi biasanya melibatkan multidisiplin dari dalam maupun luar organisasi dan dikoordinasikan dengan baik. The Institute of Internal Auditors menerbitkan Statements of Internal Auditing Standars (SIAS No.3) mengenai pencegahan (deternce), deteksi (detection), penyelidikan (investigation) dan pelaporan (reporting) kecurangan. Konklusi utama dari pernyataan tersebut relative terhadap pencegahan atau deteksi kecurangan adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan Kecurangan Pencegahan
kecurangan
merupakan
tanggung
jawab
manajemen
pemeriksa intern bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektivitas dari tindakan yang diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut. b. Deteksi dan Penemuan Kecurangan
xxxviii
Pemeriksaan intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang risiko kecurangan dan dapat mengidentifikasi indikator kemungkinan terjadinya kecurangan. Apabila kelemahan sistem pengendalian intern yang signifikan dideteksi, pengujian tambahan yang dilakukan oleh pemeriksa intern harus termasuk pengujian yang diarahkan terhadap identifikasi dari indikator lain mengenai kecurangan. Pemeriksaan intern tidak diharapkan mempunyai pengetahuan yang sama seperti seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah mendeteksi dan menyelidiki kecurangan. 2. Tanggung Jawab Auditor Dalam Area Pengendalian Tanggung jawab pemeriksaan intern dalam area pengendalian kecurangan terdapat pada prinsip akuntansi dapat diikhtisarkan sebagai berikut: a. Dalam penelaahan sistem untuk membantu menilai sejauh mana pencegahan dan penemuan kecurangan diberikan pertimbangan yang wajar bersama dengan tujuan operasional yang lain b. Berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan aktivitas operasi yang dilakukan oleh personil organisasional termasuk penilaian yang konstruktif tentang kemampuan manajerial. c. Membantu dan bekerja sama dengan personil organisasional dan pihak lain yang telah diberikan tanggung jawab berkaitan dengan penyelidikan dari kecurangan yang dicurigai. d. Melaksanakan penugasan khusus yang berhubungan dengan kecurangan apabila diminta oleh anggota organisasi yang bertanggung jawab. xxxix
Standar Profesional Akuntan Publik berdasarkan PSA No.70 seksi 316 paragraf 38 dalam penelitian Magnaz Lestira Oktaroza (2003)
menyatakan
bilamana auditor telah menemukan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan, harus mengkomunikasikan informasi tersebut ketingkat manajemen yang semestinya. Kecurangan yang melibatkan manajemen senior atau karyawan lain yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan harus dilaporkan secara langsung kepada komite audit.
L. Hubungan Peran dan Tanggung Jawab Auditor Terhadap Kecurangan Adapun peran dan tanggung jawab auditor intern sebenarnya telah diakui dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang sejalan dengan Statement on Auditing Standard (SAS) yang dikeluarkan oleh Auditing Standards. Menurut G. Jack Bologna and Robert J.Lindquist (1995) dalam penelitan Aji Suryo (1999) bahwa standar tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan expectation gap, yaitu terjadinya perbedaan antara apa yang dipersepsikan dan diharapkan oleh masyarakat dan para pemakai laporan keuangan dari para auditor intern dengan yang diyakini sebagai tanggung jawabnya Selanjutnya mengemukakan bahwa ekspektasi masyarakat dan para pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa auditor akan: 1. Bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan tindakan melawan hukum lainnya
xl
2. Memperbaiki keefektifan audit, yaitu perbaikan dalam pendeteksian salah saji material. 3. Mengkomunikasikan pada pemakai laporan keuangan informasi yang lebih berguna tentang sifat dan hasil proses audit, termasuk peringatan awal tentang kemungkinan kegagalan bisnis dan 4. Mengkomunikasikan dengan jelas kepada komite audit atau yang bertanggung jawab terhadap pelaporan keuangan yang dipercaya.
M. Pencegahan Tindakan Kecurangan Dengan bertitik tolak dari tiga elemen segitiga fraud (fraud triangle) mengapa seseorang melakukan fraud, dapat disimpulkan dua unsur yang menentukan terjadinya fraud yaitu manusia dan sistem pengendalian dalam organisasi. Manusia dengan nilai-nilai (values) hidup yang dianutnya, menetukan wujud tingkah lakunya dalam pergaulan dan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Sedangkan suatu sistem pengendalian intern
dibangun untuk
menghalangi atau menghambat kemungkinan terjadinya fraud. 1. Pertimbangan Auditor Dalam Mencegah Kecurangan Dalam
penelitian
Firma
Sulistiyowati
(2003)
yang
perlu
dipertimbangkan oleh auditor untuk menanggulangi risiko kecurangan adalah a. Pendekatan Berdasarkan Sistem (Sistem Based Approach) Auditor yang menerapkan pendekatan ini harus meyakinkan semua pihak bahwa organisasinya memiliki cara yang memadai untuk mengatasi kecurangan. Hal tersebut merupakan tujuan utama dari pengendalian intern yang masuk akal. Tahap dokumentasi dapat membantu melihat xli
kesalahan perusahaan. Lingkungan kondusif terjadinya kecurangan jika auditor kesulitan menemukan apa yang terjadi dan prosedur apa yang akan diambil. b. Pemilihan key internal controls Pemilihan
pengendalian
intern
antar
perusahaan
berbeda-beda
disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan perusahaan dalam mencegah terjadinya kecurangan. Pengendalian intern yang dilakukan antara lain: 1) Pengendalian yang melibatkan lebih dari satu karyawan, dengan cara pemisahan tugas dan supervisi langsung. 2) Pengendalian yang melibatkan rekonsiliasi independen, yaitu pendeteksian kecurangan melalui dua catatan. 3) Pengendalian melalui pembubuhan tanda tangan pada setiap tugas yang dikerjakan. 4) Pengendalian secara fisik, yang akan meminimalkan risiko dan godaan melakukan kecurangan. 5) Daftar pernyataan kepentingan dan masing-masing bagian dalam perusahaan. Untuk mengatasi berbagai bentuk kecurangan dalam perusahaan 2. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pencegahan kecurangan dapat dilakukan dengan: a. Membina, memelihara dan menjaga mental atau moral pegawai agar senantiasa bersikap jujur, disiplin, setia, beretika dan berdedikasi.
xlii
Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, elemen pertama (tekanan) dan ketiga (alasan pembenaran) dari segitiga fraud lebih banyak terkait dengan kondisi kehidupan dan sikap mental atau moral seorang pegawai yang bersangkutan. Maka untuk mencegah kecurangan, perlu menghilangkan tekanan dan pikiran pembenarannya dengan melakukan pembinaan mental seperti karyawan untuk bersikap jujur, merasa memiliki, senantiasa
diberi
perhatian,
mengembangkan
keterbukaan,
mengembangkan kompetensinya, dan pimpinan menunjukkan keteladanan serta
memberikan
bantuan
pencerahan
kepada
pegawai
yang
membutuhkan. Tidak kalah penting adalah organisasi agar berusaha memilih karyawan yang jujur yang dapat dipekerjakan pada organisasi tersebut. Adapun untuk elemen kedua (kesempatan), karena terkait dengan sistem pengendalian intern , dapat diminimalkan dengan: 1) Menerapkan suatu sistem pengendalian intern yang baik, lingkungan pengendalian yang baik (good control environment), sistem akuntansi yang baik (good accounting system) dan prosedur pengendalian yang baik (good control procedure). 2) Menekan timbulnya kolusi dengan sistem memberi waktu berlibur (vacation), pindah penugasan dan sistem rotasi (job transfer/tour of duty) atau pemberian cuti. 3) Mengingatkan kepada pihak luar yang memberi potensi terjadinya kecurangan seperti penjual dan kontraktor untuk mewaspadai kickback
xliii
dan macam-macam pemberian atau gratifikasi, bahwa instansi yang melakukan kegiatan pengadaan berhak mengaudit ke pemasok. 4) Memantau terus-menerus pelaksanaaan tugas pegawai 5) Menciptakan sistem hotline kepada setiap pegawai atau temannya atau orang
lain
dapat
mengadukan
adanya
gejala
fraud
dengan
melaporkannya melalui komunikasi telepon atau surat. Melaksanakan pemeriksaan kecurangan secara proaktif (proactive fraud auditing) b. Membangun mekanisme sistem pengendalian intern yang efisien dan efektif. Agar suatu sistem pengendalian
intern
dengan sarana-sarana
pengendaliannya dapat berjalan secara efektif, suatu komisi yang disponsori oleh beberapa lembaga profesi di Amerika Serikat yaitu Committee of Sponsoring of The Tradeway Commision (COSO) (1994) dalam artikel Hari Setiamto (2005), bahwa COSO telah melakukan kajian komperhensif mengenai sistem pengendalian intern dan menghasilkan lima komponen struktur pengendalian intern sebagai kerangka pengendalian yang terintegrasi (integrated framework) diantaranya yaitu: 1) Lingkungan pengendalian (control environment). Meliputi
tindakan,
kebijaksanaan
dan
prosedur-prosedur
yang
mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak, direktur, dan pemilik entitas tentang pengendalian dan pentingnya bagi entitas.
xliv
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam lingkungan pengendalian adalah: a) nilai integritas dan etis b) komitmen akan kecakapan atau kompeten c) partisipasi dewan direksi dan komite dewan direksi d) filosofi dan gaya operasional manajemen e) struktur organisasi f) penugasan otoritas dan pertanggung jawaban g) kebijaksanaan sumber daya manusia dan pelatihan.
2) Penilaian risiko (risk assesment) Bagi pelaporan keuangan, penilaian risiko merupakan identifikasi entitas analisa dan manajemen dari risiko yang relevan dalam persiapan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Manajemen harus dapat megidentifikasikan risiko, sedangkan auditor harus dapat mengevaluasi kemungkinan adanya kesalahan yang material dalam laporan keuangan. 3) Aktivitas pengendalian (control activities / control procedures). Merupakan kebijaksanan dan prosedur yang dapat menjamin bahwa instruksi manajemen dilaksanakan. 4) Informasi dan komunikasi (information and communication).
xlv
Bertujuan
untuk
mengidentifikasi,
menganalisa,
mencatat
dan
melaporkan transaksi-transaksi dalam suatu entitas dan melakukan tanggung jawab untuk aktiva. 5) Pengawasan (monitoring) Meliputi
penilaian
secara
periodik
atas
kualitas
pelaksanaan
pengendalian intern oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian dilakukan dan dimodifikasi jika ada perubahanperubahan kondisi dalam entitas.
Adapun tujuan sistem pengendalian
intern
untuk memberikan
jaminan agar: 1) Laporan keuangan dapat dipercaya. 2) Operasi atau kegiatan berjalan secara efisien dan efektif. 3) Hukum dan peraturan yang berlaku ditaati. Kecurangan terjadi disebabkan oleh 2 K, yaitu kesempatan dan kemauan (niat). Orang tidak mempunyai kemauan namun terjadi kesempatan, tidak jarang akan cenderung melakukan kecurangan. Hal-hal dibawah ini perlu diperhatikan untuk mencegah kecurangan: a. Informasi Sensitif Perusahaan yang mengetahui akan lingkup dan besarnya pengaruh kecurangan, segera mencanangkan peraturan untuk menghambat dan mencegah kegiatan itu. Sifat sensitif dari kegiatan kecurangan atau rasa
xlvi
curiga pada kegiatan semacam itu menunjukkan kebutuhan akan pedoman formal untuk pelaporan dan praktik penyelidikan dalam perusahaan. b. Usaha Penigkatan Integritas Auditor intern sering diminta untuk melakukan program peningkatan integritas, di mana prioritas manajemen tingkat atas ditinjau bersama dengan seluruh karyawan. Memiliki etika yaitu keinginan untuk menghindari perbedaan pendapat, keinginan untuk menghindari pengambil alih manajemen, dan saran agar karyawan selalu senang adalah topik yang mungkin perlu ditekankan pada program peningkatan integritas. c. Kemampuan Sistem Kendali Untuk Mencegah Kecurangan Di lain pihak, sikap korektif yang dilaksanakan untuk memperbaiki kendali agar kegiatan yang bersifat curang dapat dicegah atau diketahui secara berkala, adalah suatu indikator positif bahwa manajemen memiliki perhatian dan mampu untuk berjalan terus. d. Keterbatasan Sistem Kendali Walaupun tidak ada kelemahan material pada kendali yang telah dirancang, tetap tidak ada suatu sistem yang sempurna. Kendali dapat diambil alih atau dimanipulasi oleh seseorang yang pintar. Selain itu kelemahan dan kecerobohan akan mengakibatkan kelalaian, kesalahan dalam pelaksanaan tugas, yang dapat mengakibatkan kendali menjadi tidak efektif. e. Program Audit Suatu program audit harus berubah dari survey pendahuluan (dalam arah yang mengikuti kebijaksanaan perusahaan), ke arah pencarian daerah
xlvii
berisiko tinggi, sampai menguji metode yang paling mungkin digunakan untuk melaksanakan audit kecurangan.
N. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pendeteksian tindakan kecurangan banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu hingga saat ini, isu tersebut semakin berkembang dengan kemajuan teknologi di era globalisasi. Di Indonesia penelitian tentang pendeteksian kecurangan dilakukan oleh H. Mohamad Iqbal (2003) dengan judul ”Peran dan Tanggung Jawab Internal Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Obyek penelitian ini adalah pada perusahaan swasta, Mohamad Iqbal juga mengemukakan bahwa kecurangan merupakan penyajian fakta yang bersifat materil secara salah yang dilakukan oleh satu pihak ke pihak lain dengan tujuan untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain atas fakta. Menurut H.Mohamad Iqbal bahwa ekspektasi masyarakat dan para pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa auditor akan bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan tindakan melawan hukum lainnya, memperbaiki keefektifan audit, mengkomuniksaikan pada pemakai laporan keuangan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit dan mengkomunikasikan kepada komite audit atau yang bertanggung jawab terhadap
xlviii
pelaporan keuangan yang dipercaya. Menurut
H. Mohamad Iqbal berpendapat
bahwa peran dan tanggung jawab auditor intern beserta faktor-faktor pendukungnya berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian tindakan kecurangan, hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan penelitiannya yang
menggunakan analisis regresi linear dengan hasil menunjukkan bahwa peranan audior intern sangat besar sekali dalam mencegah terjadinya kecurangan maupun dalam melakukan investigasi jika kecurangan sudah terjadi, walaupun auditor intern tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan terjadi, namun auditor intern harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan seksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi indikasi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran yang bermanfaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan. Penelitian Magnaz Lestira Oktaroza (2003), dalam menganalisis perbedaan persepsi para pemakai laporan keuangan mengenai tanggung jawab auditor dalam pendeteksian dan pengungkapan kecurangan. Data tersebut yang dikumpulkan dari kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan Uji Mann Whitney yang merupakan uji non parametrik, dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara investor dengan kreditor mengenai tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan, terdapat perbedaan persepsi antara investor dan manajemen mengenai tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan, terdapat perbedaan persepsi antara kreditor dengan manajemen mengenai tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan tidak terdapat
xlix
perbedaan persepsi antara investor dengan pialang mengenai tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan.
O. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Pengaruh Peran dan Tanggung Jawab Auditor Intern terhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan
X1 Pengaruh Peran Auditor Intern
Y Pencegahan Tindakan Kecurangan
X2 Tanggung Jawab Auditor Intern
P. Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Ha1:
Peran auditor intern berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan tindakan kecurangan
l
Ha2 :
Tanggung jawab auditor intern berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan tindakan kecurangan
Ha3:
Peran dan tanggung jawab auditor intern berpengaruh secara bersamasama terhadap pencegahan tindakan kecurangan.
li
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
F. Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa perusahaan di Jakarta yang berada di sektor publik maupun swasta dan memiliki auditor intern. Jenis penelitian ini menjelaskan fenomena dalam bentuk pengaruh antara variabel peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan.
G. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Teknik
penarikan
sampel
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan simple random sampling. Pemilihan simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi bersifat homogen (Sugiyono, 2005:74).
2. Teknik Sampling 36 lii
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Indiantoro dkk, 2002:33):
n
=
N 1+N (e)²
Keterangan: n = sampel N = populasi e = error 3. Sampel Penelitian ini melibatkan populasi yaitu auditor intern yang bekerja di beberapa perusahaan yang ada di Jakarta.
H. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer (Primery Data) Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa persepsi (opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang penulis gunakan yaitu: a. Kuesioner Kuesioner merupakan penelitian dengan cara menyajikan daftar pertanyaan langsung kepada reponden yaitu auditor intern serta menggunakan skala likert agar dapat memperoleh data yang relevan.
liii
“Skala ordinal (ordinal scale) didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada lima titik dengan susunan responden terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu kemudian diajukan kepada tiap responden”. (Indiantoro dkk, 2002:49) Dan kelima kategori yang dimaksud diatas adalah “sangat setuju”, “setuju”, “netral”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Jawaban ini diberi skor 1 sampai 5. Dengan alasan tersebut, maka penulis berkesimpulan untuk menghadapkan responden pada lima alternarif jawaban, seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 1 Pengaruh Peran dan Tanggung Jawab Auditor Intern terhadap Pencegahan Tindakan Kecurangan Alternatif Jawaban
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Netral
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
b. Observasi Penelitian ini dilakukan secara langsung ke berbagai perusahaan yang berada di sektor publik maupun swasta untuk mengadakan pengamatan dan pengambilan data objek penelitian.
liv
2. Data Sekunder (Secondary Data) Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Adapun data sekunder yang penulis pakai yaitu: a. Riset Kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan memahami buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel jurnal, data dari internet. makalah auditing, laporan penelitian terdahulu, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan dan sebagainya yang berhubungan dengan peran, tanggung jawab auditor intern dan pencegahan tindakan kecurangan. b. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) yang terkait, yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan.
I. Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah suatu data penelitian dengan menggunakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan metode Regresi Linear Berganda (Multiple Regression Linier) dan pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software pengolah data statistic SPSS ver.12.0. 1. Teknik pegolahan data penelitian lv
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner, instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, reliable dan normal. a. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data yang terdapat dalam kuesioner dapat mengukur tingkat kevaliditasan suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur (Indiantoro dan Supomo, 2002:180). Setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r hitung didapatkan dari perhitungan dengan rumus teknik korelasi karl pearson dengan menggunakan SPSS. b. Uji Reliabilitas Setelah melakukan pengujian validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah mengukur reliabilitas data instrumen penelitian. Reliabilitas menunjukkan konsistensi dari data yang dikumpulkan. Suatu kuesioner dikatakan reliable (handal) jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu. (Ghozali, 2005:45). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah alpha cronbach karena menggunakan jenis data likert. Rumus cronbach’s alpha (Sugiyono, 2005:283) sebagai berikut: r
=
K
1
(k-1)
lvi
-
∑σb² σt²
Keterangan: r
= reliabilitas
k
= banyaknya pertanyaan
σt²
= varians total
∑σb² = mean kuadrat kesalahan Penelitian menggunakan bantuan program SPSS dalam menghitung alpha cronbach untuk menginterpretasikan nilai alpha yang diperoleh, digunakan kriteria korelasi menurut Sugiyono (2005:183) yang diperoleh dari sumber Gulford yaitu, Tabel 3. 2 Kriteria Korelasi 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80
-
0,200 0,399 0,599 0,799 1,00
= = = = =
Korelasi sangat rendah Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi kuat Korelasi sangat kuat
Sumber: Gulford Suatu butir kuesioner dikatakan reliabel bila nilai r alpha hitung lebih besar dari pada r alpha tabel.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data
lvii
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel. Untuk uji One-Sample KolmogorovSmirnov Test, akan dilihat dari nilai probabilitasnya, jika probabilitasnya > 0.05 data terdistribusi normal.
Apabila data tidak terdidtribusi secara
normal maka dilakukan transformasi data (Ghozali, 2005:30). b. Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang tidak ada multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai besaran korelasi antar variabel bebas kurang dari 95%, VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari angka 1.0 dan mempunyai nilai tolerance lebih dari 0.1 atau 10% (Ghozali, 2005:91). c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas pada model regresi, dapat dilihat pada model grafik scaterplot. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
lviii
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). 3. Uji Hipotesis a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Jika nilai probabiliti F lebih besar dari 0.05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel-variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai
lix
probability t lebih besar dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi signifikan). (Santoso, 2004: 168). Kemudian rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: t0 =
rs n − 1 1 − rs
2
c. Koefisien Determinasi (R2 ) Koefesien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh semua variabel bebasnya. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas, digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi (Santoso, 2004:365). Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinsai terletak antara 0 dan 1 (0
semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Kelemahan mendasar penggunaan koefesien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu digunakanlah adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik turun apabila satu variabel bebas ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, meskipun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 =1 maka adjusted 1 R2 = 1 R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0 maka adjusted R2 = (1-k) / (n-k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif).
E. Variabel dan Pengukurannya Menurut Sugiono (2005:2) variabel penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang
lxi
ditetapkan dalam suatu penelitian dan dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. Variabel penelitian dalam skripsi ini ada dua variabel, yaitu: 1. Variabel bebas (independent variable) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah sebagai berikut a. Peran auditor intern (X1) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas pertama (X1) adalah peran auditor intern yang mempengaruhi pencegahan tindakan kecurangan yang menjadi varibel terikat (dependent variable). Peran auditor intern yaitu memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif dan berperan penting dalam hal pengelolaan perusahaan serta risiko-risiko terkait, termasuk juga risiko kecurangan.
b. Tanggung jawab auditor intern (X2). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas kedua (X2) adalah tanggung jawab auditor intern yang mempengaruhi pencegahan tindakan kecurangan yang menjadi variabel terikat (dependent variable). Tanggung jawab auditor intern adalah memberikan layanan kepada organisasi sesuai lxii
dengan Standar Profesional yang berlaku serta mencegah atau mendeteksi laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan. c. Variabel dependen (Y) Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah pencegahan tindakan kcurangan yang dipengaruhi oleh peran dan tanggung jawab auditor intern sebagai variabel bebas (independent variable).
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Variabel
Subvariabel
Indikator
lxiii
Ukuran Skala
a.
b. Peran auditor intern (variabel X1)
c.
d. e.
f.
Variabel
1. Memberikan informasi yang diperlukan manajer 2. Mengevaluasi sistem kontrol 3. Menunjukkan kelemahan pengendalian intern kepada manajemen. 4. Bertindak sebagai penilai independent Misi auditor intern 5. Pengelolaan perusahaan dan bertangung jawab terhadap pencegahan kecurangan. 6. Mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol secara efektif Penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor intern terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: 7. Informasi keuangan dan operasi akurat dan dapat diandalakan 8. Mengidentifikasi risiko 9. Meminimalisasi risiko 10. Penggunaan sumber daya yang tepat Tujuan auditor 11. Menilai keekonomisan fungsi tersebut sesuai intern prosedur yang berlaku untuk mencapai tujuan organisasi 12. Menilai keefektivan fungsi tersebut sesuai prosedur untuk mencapai tujuan organisasi 13. Menilai keefektivan fungsi tersebut sesuai prosedur untuk mencapai tujuan organisasi 14. Menyusun program audit 15. Penentuan risiko Tugas dan tehnik 16. Melakukan review terhadap pelaksanaan sistem audit intern pengendalian intern 17. Menyusun kebijakan dan prosedur Keahlian auditor 18. Pelatihan tekhnis yang memadai 19. Melakukan review terhadap keefektivan sistem Meminimalisasi pengendalian intern risko 20. Lingkungan pengendalian 21. Dapat memberikan layanan kepada organisasi yaitu membantu mengevaluasi aktivitas salah Hasil audit intern satunya dalam pencegahan kecurangan 22. Penilaian terhadap hasil yang dicapai 23. Mengkomunikasikan informasi hasil audit Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Subvariabel a. Penerapan standar
Indikator 1. Menyimpang atau tidaknya lxiv
Ordinal
Ordinal
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Ukuran Skala Ordinal
2.
Tanggung jawab auditor intern (variabel X2)
b. Konsistensi pernyataaan manajemen atas transaksi
3.
c. Ketepatan pencatatan atau perhitungan
4.
d. Kecurangan
5.
e. Materialitas
6.
f. Struktur pengendalin intern g. Meminimalisasikan risiko h. Ruang lingkup audit i. Hasil audit a. Pendekatan berdasarkan sistem b. Pemilihan pengendalian intern Pencegahan tindakan kecurangan (variabel Y)
c. Informasi sensitif d. Peninngkatan integritas e. Sistem kendali
f. Informasi
7. 8. 9.
penerapan Standar Akuntansi Kualitas profesionalisme auditor merupakan penerapan pada Standar Umum Konsistensi penerapan Standar Akuntansi kebenaran pernyataan manajemen atas transaksi Kebenaran dalam melakukan pencatatan/perhitungan data akuntansi Penyembunyian terhadap penyelewengan yang terjadi Kesalahan material yang mempengaruhi penyajian laporan keuangan Perencanaan audit Kelemahan sistem pengendalian intern Penelaahan aktivitas
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Ordinal Ordinal
10. Lingkungan kontrol 11. Informasi penemuan kesalahan 12. Rekomendasi
Ordinal Ordinal
1. Tahap dokumentasi 2. Lingkungan yang tidak kondusif 3. Melibatkan lebih dari satu karyawan 4. Rekonsiliasi independen 5. Kebijakan perusahaan 6. Program peningkatan integritas 7. Kontrol korektif 8. Keterbatasan sistem kendali 9. Program audit 10. Pemahaman aktivitas 11. Pengujian dan evaluasi kecukupan internal kontrol 12. Komunikasi
Ordinal
lxv
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Ordinal
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah disebar ke beberapa perusahaan yang berada di sektor publik maupun swasta di wilayah Jakarta dengan objek penelitian adalah auditor intern. Pengumpulan data memakan waktu selama kurang lebih dua bulan, yaitu antara bulan Mei dan Juni. Dalam hal pengumpulan data, Peneliti menyebarkan sebanyak 100 kuesionr ke beberapa perusahaan yaitu satu bank konvensional, satu bank syariah serta satu perusahaan franchise restoran cepat saji dan perusahaan lainnya di wilayah Jakarta yang bersedia dijadikan tempat penelitian secara langsung, yang kemudian didistribusikan ke auditor intern di perusahaan tersebut. Perusahaan lainnya yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah suatu lembaga Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), dimana yayasan tersebut tersebut sebagai suatu lembaga pelatihan sertifikasi untuk mendapat gelar Qualified Internal Audit (QIA) dan konsultasi di bidang internal audit. Data populasi pada table 4.1 menunjukkan bahwa terdapat jumlah populasi auditor intern yang ada pada masing-masing perusahaan tersebut, sedangkan perusahaan lainnya dalam hal ini adalah YPIA pada angkatan 2008 ada 50 populasi auditor intern dari beberapa perusahaan yang berada di YPIA untuk melakukan pelatihan sertifikasi tersebut diantaranya sebagai berikut, dasar
50 lxvi
angkatan 129-130 berjumlah 40 orang dan angkatan 112 lanjutan I berjumlah 10 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling, dengan ketentuan bahwa teknik ini merupakan cara yang sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata populasi tersebut dan dengan pertimbangan sifat anggota populasi yang homogen. Mengingat berbagai kendala yang mungkin akan dihadapi dalam pengumpulan data, maka peneliti menggunakan rumus slovin untuk mendapatkan ukuran sampel minimal. Data populasi peneliti dapat dilihat secara terperinci pada table 4.1. Perbedaan atau keterkaitan angka sampel dengan kuesioner yang disebar pada tabel 4.1 dan 4.2 disebabkan karena pada saat penyebaran kuesioner peneliti mengestimasi kemungkinan terjadinya kesalahan pengisian kuesioner oleh responden, dan adanya kendala dari responden yang harus bertugas keluar kota sehingga jumlah sampel yang disebar merupakan penjumlahan antara angka sampel berdasarkan populasi dengan jumlah yang diestimasi dengan menggunakan rumus slovin agar peneliti memperoleh sampel yang mencukupi. Hasil rekapitulasi jumlah kuesioner yang disebar dan diterima kembali oleh peneliti dapat dilihat secara terperinci pada tabel 4.2.
lxvii
Tabel 4. 1 Data Populasi Penelitian No
Perusahaan
Populasi
Sampel
1
PT. Bank Muamalat
20
16
2
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
30
25
3.
Restoran Kentucky Fried Chiken (KFC)
15
11
4
Perusahaan Lainnya
50
41
115
93
Jumlah Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Sampel Responden No
Keterangan
Disebar
Tidak
Diterima/
kembali
sampel
1
PT. Bank Muamalat
15
5
5
2
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
25
25
0
3.
Restoran Kentucky Fried Chiken (KFC)
15
5
5
4
Perusahaan Lainnya
45
21
24
Jumlah
100
56
34
Persentase
100 %
56 %
34 %
Sumber: Data primer yang diolah
lxviii
E. Hasil Uji dan Instrumen 1. Uji Kualitas Data a. Uji validitas Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan teknik pearson coreelation dengan menghitung angka pada kolom Corrected item-Total Correlation atau r hitung dari nilai jawaban responden untuk tiap butir pernyataan, kemudian dibandingkan dengan angka pada table r Product Moment atau r tabel. Setiap butir pernyataan dikatakan valid bila r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel. Dalam hal ini berdasarkan rumus Slovin yang penulis gunakan sebelum kuesioner disebar ke 34 responden, peneliti melakukan try out (N) terhadap 10 responden yang diuji dengan memberikan 20 pertanyaan yang berasal dari instrumen peran auditor intern, 12 pertanyaan dari instrumen tanggung jawab auditor intern dan 11 pertanyaan yang berasal dari instrumen pencegahan tindakan kecurangan dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 5% maka didapat r hitung sebesar 0.308 (dapat dilihat pada lampiran).
Tabel 4. 3
lxix
Uji Validitas Instrumen Peran Auditor Intern (Variabel X1) Item
R hitung
R tabel
PAI_1 0.588 0.308 PAI_2 0.231 0.308 PAI_3 0.560 0.308 PAI_4 0.176 0.308 PAI_5 0.903 0.308 PAI_6 0.533 0.308 PAI_7 0.349 0.308 PAI_8 0.388 0.308 PAI_9 0.034 0.308 PAI_10 0.169 0.308 PAI_11 0.527 0.308 PAI_12 0.764 0.308 PAI_13 0.621 0.308 PAI_14 0.514 0.308 PAI_15 0.569 0.308 PAI_16 0.701 0.308 PAI_17 -0.108 0.308 PAI_18 0.673 0.308 PAI_19 0.349 0.308 PAI_20 0.408 0.308 Sumber: Data primer yang diolah
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas peran auditor intern diperoleh hasil bahwa, terdapat lima item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain PAI_2 dengan r hitung 0.231, PAI_4 dengan r hitung 0.176, PAI_9 dengan r hitung 0.034, PAI_10 dengan r hitung 0.169 dan PAI_17 dengan r hitung -0.108.
Tabel 4. 4 Uji Validitas Instrumen Tanggung Jawab Auditor Intern (Variabel X2) lxx
item
R hitung
TA_1 0.433 TA_2 0.496 TA_3 0.514 TA_4 0.573 TA_5 0.243 TA_6 -0.408 TA_7 0.652 TA_8 0.641 TA_9 0.783 TA_10 0.389 TA_11 0.741 TA_12 0.235 Sumber: Data primer yang diolah
R tabel
Kriteria
0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji validitas tanggung jawab auditor intern diperoleh hasil bahwa, terdapat tiga item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain TA_5 dengan r hitung 0.243, TA_6 dengan r hitung -0.408, dan TA_12 dengan r hitung 0.235. Empat item pernyataan yang tidak valid tersebut nilai r hitungnya kurang dari 0.308.
Tabel 4. 5 Uji Validitas Instrumen Pencegahan Tindakan Kecurangan (Variabel Y) lxxi
Item
R hitung
PTK_1 0.385 PTK_2 0.377 PTK_3 0.520 PTK_4 -0.047 PTK_5 0.091 PTK_6 0.171 PTK_7 0.427 PTK_8 0.309 PTK_9 0.357 PTK_10 0.367 PTK_11 -0.162 Sumber: Data primer yang diolah
R tabel
Keterangan
0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308 0.308
Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji validitas pencegahan tindakan kecurangan diperoleh hasil bahwa, terdapat empat item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain PTK_4 dengan r hitung 0.047, PTK_5 dengan r hitung 0.091 dan dua item pernyataan yang tidak valid tersebut nilai r hitungnya kurang dari 0.308. Berdasarkan hasil uji validitas terdapat lima item pernyataan pada variabel peran auditor intern (X1) yang tidak valid (pernyataan no 2, 4, 9, 10 dan 17). Sedangkan variabel tanggung jawab auditor intern (X2) terdapat tiga item pernyataan yang tidak valid (pernyataan no 5, 6, dan 12), dan variabel
pencegahan tindakan kecurangan (Y) terdapat empat
pernyataan yang tidak valid (pernyataan no 4, 5, 6, dan 11). Pernyataan-pernyataan tersebut dikatakan tidak valid karena r hitung < 0.308. Karena tidak valid peneliti melakukan perbaikan pada pertanyaan dengan menambah empat item pertanyaan tersebut dan mengujinya
lxxii
kembali terhadap responden yang sama pada lokasi yang berbeda dan menghasilkan data yang valid (lihat di lampiran). b. Uji reliabilitas Setelah instrumen dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbanch’s alpha dengan bantuan program SPSS versi 12.0 Reliabilitas suatu intrumen variabel dikatakan baik jika memiliki cronbanch’s alpha > 0.6 (Nunnaly, 1967 dalam Gozali, 2005). Tabel 4. 6 Uji Reliabilitas Peran Auditor intern (Variabel X1)
Cronbach's Alpha
N of Items ,827.
20
Sumber: data diolah Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Tanggung Jawab Auditor intern (Variabel X2) Cronbach's Alpha
N of Items ,754
12
Sumber: data diolah Tabel 4. 8 Uji Reliabilitas Pencegahan Tindakan Kecurangan (Variabel Y) Cronbach's Alpha
N of Items ,612
11
Sumber: Data diolah Dari hasil analisis variabel peran auditor intern dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya lxxiii
semua butir pernyataan diatas sudah reliable, terlihat dari uji validitas pada try out sebelumnya, bahwa ada beberapa item pernyataan yang hasilnya tidak valid tetapi pada uji reliabilitas diatas semua variabel menunjukkan Cronbach’s Alpha yang cukup tinggi yaitu > 0.6, sehingga penelitian ini tetap menggunakan item-item pernyataan yang sama dengan memperbaiki kalimat pada pernyataan yang tidak valid. Karena semua butir pernyataan sudah reliabel, kesimpulannya instrumen penelitian ini bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama pula (konsisten) maka dalam deskripsi data ini peneliti menyajikan identitas responden yaitu auditor intern pada beberapa peusahaan di wilayah Jakarta.
F. Hasil dan Pembahasan 1. Deskripsi Data Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor intern yang bekerja pada perusahaan publik atau swasta yang berada di Jakarta. Dalam penentuan jumlah sampel peneliti menggunakan metode convenient sampling yaitu metode pemilihan sampel berdasarkan kenyamanan peneliti yaitu dengan cara memilih auditor intern berdasarkan data yang diperoleh. a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4. 9 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
lxxiv
JK
Valid
Pria Wanita Total
Frequency 30 4 34
Percent 88,2 11,8 100,0
Valid Percent 88,2 11,8 100,0
Cumulative Percent 88,2 100,0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebesar 88.2% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 11.2% berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat terlihat di lapangan bahwa auditor intern lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4. 10 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia USIA
Valid
Diatas 35 Tahun 30-35 Tahun Dibawah 30 Tahun Total
Frequency 18 8 8 34
Percent 52,9 23,5 23,5 100,0
Valid Percent 52,9 23,5 23,5 100,0
Cumulative Percent 52,9 76,5 100,0
Sumber: Data primer yang diolah Hasil yang diperoleh dari tabel tersebut memperlihatkan sebesar 52.9% karyawan di departemen audit intern mayoritas berusia diatas 35 tahun dan sebesar 23.5% berusia diantara 30-35 tahun serta 23.5% dibawah 30 tahun.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4. 11 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir lxxv
PDTK
Valid
Frequency 1 2 30 1 34
S3 S2 S1 Diploma Total
Percent 2,9 5,9 88,2 2,9 100,0
Valid Percent 2,9 5,9 88,2 2,9 100,0
Cumulative Percent 2,9 8,8 97,1 100,0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel
4.11
mengindikasikan
bahwa
rata-rata
auditor
intern
berpendidikan terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 88.2%, Sarjana S2 ditunjukkan dengan angka 5.9%, dan hanya 2.9% berpendidikan S3 dan akademi. d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Tabel 4.12 dibawah ini menjelaskan lama bekerja karyawan di departemen audit intern lebih bervariasi yaitu 17.6% dibawah 3 tahun, 14.7% 3-5 tahun dan 67.6% diatas 5 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia pada tabel 4.10. Tabel 4. 12 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja LBK
Valid
Diatas 5 Tahun 3-5 Tahun Dibawah 3 Tahun Total
Frequency 23 5 6 34
Percent 67,6 14,7 17,6 100,0
Sumber: Data primer yang diolah e. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Tabel 4. 13 lxxvi
Valid Percent 67,6 14,7 17,6 100,0
Cumulative Percent 67,6 82,4 100,0
Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan JABT
Valid
Senior Pemula Total
Frequency 26 8 34
Percent 76,5 23,5 100,0
Valid Percent 76,5 23,5 100,0
Cumulative Percent 76,5 100,0
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh informasi bahwa responden mayoritas berasal dari golongan auditor ahli atau senior, yaitu sebesar 76.5% dan sebesar 23.5% berasal dari golongan pemula atau junior. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji sebaran data pada variabel independen yaitu peran dan tanggung jawab auditor intern, dan variabel dependen yaitu pencegahan tindakan kecurangan dalam sebuah model regresi terdistribusi secara normal atau tidak yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (k-s). Pedoman suatu model dikatakan terdistribusi normal jika distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan (Santoso, 2004:312) dengan dasar pengambilan keputusan jika probabilitas probabilitasnya > 0.05 maka data terdistribusi secara normal dan jika probabilitas < 0.05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Table 4. 14
lxxvii
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Total_PAI 34 97,26 7,794 ,198 ,198 -,123 1,153 ,140
Total_TA 34 47,26 6,012 ,210 ,210 -,166 1,224 ,100
Total_TK 34 48,00 4,780 ,206 ,206 -,176 1,200 ,112
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil pengujian normalitas terlihat bahwa taraf signifikansi peran, tanggung jawab auditor intern dan pencegahan tindakan kecurangan masing-masing sebesar 0.140, 0.100 dan 0.112, angka-angka tersebut lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti hipotesis nol diterima atau variabel terdistribusi secara normal, begitu juga dengan nilai K-S variabel peran, tanggung jawab auditor intern dan pencegahan tindakan kecurangan terdistribusi secara normal. Jika pengujian menggunakan grafik adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 1 lxxviii
Grafik Normalitas Variabel Peran Auditor Intern 12
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = 97.26 Std. Dev. = 7.794 N = 34 0 80
90
100
110
Total_PAI
Hasil tampilan grafik 4.1 menunjukkan bahwa variabel peran auditor intern terdistribusi secara normal (tidak miring ke kiri dan tidak miring ke kanan)
lxxix
Gambar 4. 2 Grafik Normalitas Variabel Tanggung Jawab Auditor Intern
15
Frequency
12
9
6
3
Mean = 47.26 Std. Dev. = 6.012 N = 34 0 35
40
45
50
55
60
Total_TA
Hasil tampilan grafik 4.2 menunjukkan bahwa variabel tanggung jawab auditor intern terdistribusi secara normal (tidak miring ke kiri dan tidak miring ke kanan)
lxxx
Gambar 4. 3 Grafik Normalitas Variabel Pencegahan Tindakan Kecurangan 14
12
Frequency
10
8
6
4
2 Mean = 48 Std. Dev. = 4.78 N = 34 0 40
45
50
55
60
Total_TK
Hasil tampilan grafik 4.3 menunjukkan bahwa variabel pencegahan tindakan kecurangan terdistribusi secara normal (tidak miring ke kiri dan tidak miring ke kanan)
lxxxi
b. Heteroskedastisitas Gambar
Scatterplot
dibawah
ini
merupakan
hasil
uji
heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu peran auditor intern dan
tanggung jawab auditor intern, dan variabel dependen yaitu
pencegahan
tindakan
kecurangan.
Berdasarkan
hasil
uji
tersebut
menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi asumsi homoskedastisitas. Gambar 4.4 Scatterplot
Dependent Variable: Total_TK
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
lxxxii
3
c. Multikoliniearitas Deteksi terhadap multikoliniearitas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Tabel 4. 15 Multikoliniearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Total_ Peran Auditor ,436 2,296 Total_Tanggung Jawab ,436 2,296 a Dependent Variable: Total_Pencegahan Tindakan Kecurangan Sumber: Data diolah Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai VIF adalah 2.296 dan tolerance 0.436, dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi ini bebas multikoliniearitas atau tidak ditemukan adanya korelasi antar variable peran dan tanggung jawab auditor intern. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan peran auditor intern tidak memiliki pengaruh atau hubungan terhadap besar kecilnya tanggung jawab auditor intern (Stanislaus: 2006). 3. Uji Hipotesis a. Uji t (uji parsial)
Model
1
(Constant) Total_Peran Auditor Total_Tanggung Jawab
Tabel 4. 16 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 5,561 7,032 ,332 ,107 0.541 ,215 ,139 0.271
a Dependent Variable: Total _Pencegahan Tindakan Kecurangan
Sumber: Data primer yang diolah
lxxxiii
T ,791 3,089 1,545
Sig. ,435 ,004 ,132
Uji secara parsial (individual) dari hasil pengolahan data program SPSS 12 ditunjukan pada tabel Coefficientsa, dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap variabel independen adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata). 2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata). a) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel peran auditor intern (X1) akan dirumuskan sebagai berikut: Ha 1 = Peran auditor intern berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Ho1 = Peran auditor intern tidak berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.16 dapat diketahui bahwa variabel
peran
auditor
intern
memiliki
sig
0.004
kemudian
dibandingkan dengan probabilitas 0.05. Ternyata nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.004 < 0.05) maka antara peran auditor intern berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan sebesar 0.541 atau 54.1%.
lxxxiv
Penelitian ini konsisten dengan penelitian H. Mohamad Iqbal (2003) yang menyatakan bahwa peran auditor intern berpengaruh secara signifikan dalam mendeteksi kecurangan, auditor intern berperan memperbaiki keefektifan sistem pengendalian intern yang lemah serta mengawasi ketaatan prosedur atau kebjakan yang berlaku di dalam perusahaan untuk mencegah suatu tindakan kecurangan. Hipotesis yang akan diuji untuk variabel tanggung jawab auditor intern (X2) akan dirumuskan sebagai berikut: Ha2 = Tanggung
jawab
auditor
intern
berpengaruh
terhadap
pencegahan tindakan kecurangan. Ho2=
Tanggung jawab auditor intern tidak berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui bahwa
variabel tanggung jawab auditor intern memiliki sig 0.132, ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.132 > 0.05) maka tanggung jawab auditor intern tidak berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam prakteknya peranan auditor intern yang paling menentukan dalam mencegah adanya suatu tindakan kecurangan. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa peran auditor intern memiliki pengaruh sebesar 54.1% terhadap pencegahan tindakan kecurangan dirasa sangat wajar. Karena peranan auditor intern di dalam perusahaan adalah memberikan informasi yang diperlukan manajer,
lxxxv
mengelola risiko dan mengevaluasi sistem control yang ada pada lini bisnis. Dalam prakteknya rancangan audit mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern, menyusun kebijakan, prosedur, dan program audit serta penentuan risiko tidak hanya dibuat oleh auditor intern tetapi rancangan audit
tersebut yang telah di-review oleh Komite audit dan
disetujui oleh Dewan komisaris serta Direksi, tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh entitas perusahaan, oleh karena itu adanya kemungkinan auditor intern kurang setuju terhadap tanggung jawab yang dibebankan sepenuhnya oleh auditor intern apabila terjadinya tindakan kecurangan. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa pencegahan tindakan kecurangan merupakan serangkaian prosedur dan pelaksanaan pemeriksaan yang digunakan untuk merencanakan, mengindentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan sistem intern yang lemah yang timbul dari kegiatan operasional. Sehingga pada tahap pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh variabel tanggung jawab audtor internal, karena dalam penelitian Magnaz Lestira Oktaroza (2003) mengemukakan secara eksplisit bahwa terdapat perbedaan persepsi para pemakai laporan keuangan dalam melihat besarnya pengaruh tanggung jawab auditor terhadap pendeteksian dan pengungkapan kecurangan, dan bukan pula menjadi sebuah tanggung jawab sepenuhnya terhadap terjadinya suatu tindakan kecurangan akan tetapi auditor intern lebih bersifat membantu pencegahan tindakan kecurangan, karena dalam penelitian Yogi (2003) mengemukakan bahwa tidak ada standar formal yang ditetapkan untuk
lxxxvi
menentukan tanggung jawab seorang auditor intern untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan. Namun bukan berarti tanggung jawab auditor intern tidak berpengaruh sama sekali dalam penelitian ini, terutama dengan pencegahan tindakan kecurangan, karena peneliti menggunakan sub variabel tanggung jawab auditor intern yang disarikan dari berbagai literatur dalam penyusunan kuesioner sehingga kemungkinannya adalah bahwa untuk melihat pengaruh antara tanggung jawab auditor intern dengan pencegahan tindakan kecurangan ada sub variabel yang tidak dapat mencakup dalam penelitian ini. b. Uji F (uji simultan) Tabel 4. 17 ANOVAb
Model 1
Regression Residual
Sum of Squares 441,702 312,298
df 2
Mean Square 220,851
31
10,074
F 21,923
Sig. ,000a
Total
754,000 33 a Predictors: (Constant), Peran_Auditor, Tanggung Jawab_Auditor b Dependent Variable: Pencegahan_Tindakan Kecurangan
sumber: Data Primer yang diolah
Dasar pengambilan keputusan untuk uji simultan antara variabel X dan Y adalah sebagai berikut:
lxxxvii
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata). 2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata). Hipotesis untuk uji simultan akan dirumuskan seperti dibawah ini: Ha3 = Peran dan tanggung jawab auditor intern berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Ho3 = Peran dan tanggung jawab auditor intern tidak berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Hasil analisis pada tabel ANOVAb diatas diperoleh F sebesar 21.923 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.000 ini berarti nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.000 < 0.05). Maka terdapat pengaruh secara simultan antara peran dan tanggung jawab auditor intern terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian H. Mohamad Iqbal (2003) tentang peran dan tanggung jawab auditor intern dalam mendeteksi kecurangan yang menyatakan bahwa peranan auditor intern sangat penting dalam menelaah dan menguji sistem pengendalian intern yang lemah untuk mencapai tujuan perusahaan yang ingin dicapai. c. Uji R2 (koefisien determinasi) Tabel 4. 18
Model Summaryb
lxxxviii
Adjusted R Square R R Square ,765(a) ,586 ,559 a Predictors: (Constant), Total_TA, Total_PAI b Dependent Variable: Total_TK
Model 1
Std. Error of the Estimate 3,174
Sumber: Data diolah Karena jumlah variabel independen tidak lebih dari dua, maka peneliti menggunakan R2 (koefisien determinasi) dan bukan Adjusted R2 (Singgih Santoso, 2004). Berdasarkan tabel Model Summaryb diatas diperoleh hasil bahwa R2 0.586, jika disajikan persentasenya adalah sebesar 58.6 %. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel peran dan tanggung jawab auditor intern secara bersama dapat menjelaskan sebesar 58.6 % variabel pencegahan tindakan kecurangan. Adapun sisanya sebesar 41.4%
(100%-58.6%)
dipengaruhi
oleh
variabel
lain
seperti
profesionalisme, pertimbangan auditor, keahlian serta pengetahuan sistem teknologi seorang auditor intern dalam mencegah kecurangan yang tidak termasuk dalam analisa regresi ini. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan tanggung jawab auditor intern dapat memberikan pengaruh positif terhadap pencegahan tindakan kecurangan. Standard Error of Estimate (SEE) adalah sebesar 3.174 semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
BAB V PENUTUP
lxxxix
D. Kesimpulan 1. Peran auditor intern (variabel X1) yang diukur oleh pencegahan tindakan kecurangan (variabel Y) memiliki sig 0.004 ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan peran auditor intern berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan dapat diterima yaitu sebesar 0.541 atau 54.1%. 2. tanggung jawab auditor intern (variabel X2) yang diukur oleh pencegahan tindakan kecurangan (variabel Y) memiliki sig 0.132 ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan tanggung jawab auditor intern berpengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan ditolak. 3. Peran auditor intern (variabel X1) dan tanggung jawab auditor intern (variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar 21.923 dengan nilai probabilitas sig sebesar 0.000 ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan peran dan tanggung jawab auditor intern berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan tindakan kecurangan diterima.
4. Untuk menentukan besar variabel independen dapat menjelaskan variabel 74 dependen diperoleh hasil bahwa R2 0.586. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel peran dan tanggung jawab auditor intern secara bersama dapat
xc
menjelaskan sebesar 58.6% variabel pencegahan tindakan kecurangan. Adapun sisanya sebesar 41.4% (100%-58.6%) dipengaruhi oleh variabel lain.
E. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian. 1. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tanggung jawab auditor intern tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pencegahan tindakan kecurangan dapat diterima. Karena tanggung jawab auditor intrenal lebih cenderung kepada perancangan sistem pengendalian intern yang efektif dan terstruktur dalam lima komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi komunikasi dan pengawasan, serta dengan melakukan pengujian kecukupan atau mengevaluasi seberapa jauh risiko yang potensial telah diidentifikasi dan sifatnya hanya membantu pencegahan kecurangan bukan menjadi tanggung jawab auditor intern
sepenuhnya apabila
terjadi suatu
tindakan kecurangan. 2. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa peran auditor intern memiliki pengaruh sebesar 54.1% terhadap pencegahan tindakan kecurangan dirasa sangat wajar. Karena peranan auditor intern di dalam perusahaan adalah memberikan informasi yang diperlukan manajer, mengelola risiko dan mengevaluasi sistem control yang ada pada lini bisnis memiliki pengaruh atau kontribusi yang sangat besar terhadap pencegahan tindakan kecurangan serta
xci
untuk meminimalisasikan risiko-risiko lainnya yang terjadi pada entitas bisnis. Karena dalam prakteknya, rancangan audit mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern, menyusun kebijakan, prosedur, dan program audit serta penentuan risiko tidak hanya dibuat oleh auditor intern tetapi rancangan audit tersebut yang telah di-review oleh Komite Audit dan disetujui oleh Dewan Komisaris serta Direksi, tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh entitas perusahaan. 3. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa peran dan tanggung jawab auditor intern secara simultan memiliki pengaruh terhadap pencegahan tindakan kecurangan sebesar 21.92% dirasa cukup baik. Karena dengan adanya peranan dan tanggung jawab auditor intern dapat mengamankan aktiva dari risiko terjadinya kecurangan, serta memperoleh laporan keuangan yang dapat diandalkan.
F. Saran 1. Agar pihak perusahaan lebih memperhatikan akan kesejahteraan pegawai dengan memberikan berbagai macam tunjangan yang dibutuhkan, serta adanya keterbukaan antara pimpinan dan pegawai sehingga pegawai merasa memiliki karena senantiasa diberikan perhatian yang lebih. 2. Pimpinan diupayakan agar menunjukkan keteladanannya dengan memberikan pencerahan berupa pembinaan mental atau moral hazard serta untuk mengembangkan kompetensinya dengan memberikan pendidikan atau pelatihan kepada pegawai yang membutuhkan dan berkompeten sehingga tidak
xcii
timbul adanya tekanan dan alasan pembenaran untuk melakukan suatu tindakan kecurangan. 3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata auditor berpendidikan terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 88.2%, berpendidikan Sarjana S2 5.92% dan hanya 2.9% berpendidikan akademi dan S3. Menurut peneliti tingkatan pendidikan tersebut dirasa cukup karena melihat kompleksnya tugas dan tanggung jawab yang menuntut kualilfikasi tinggi dari seorang auditor. Hal tersebut akan sejalan dengan hasil yang akan diberikan kepada perusahaan, bahwa semakin baik tingkat pengetahuan dan keahlian auditor maka akan memberikan pelaksanaan tugas yang baik pula. 4. Lamanya penelitian yang dilakukan ini disebabkan karena beberapa faktor, dan faktor utama adalah sulitnya akses melakukan penelitian dengan objek auditor intern karena pada masing-masing perusahaan hanya memiliki auditor intern maksimal 5 orang. Oleh karenanya, bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian dengan objek auditor intern sebaiknya memilih perusahaan yang telah go public karena memiliki auditor intern dalam jumlah yang cukup banyak.
xciii
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Raymond N. Johnson and Walter G. Kell. “Modern Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 2006. Fitria, Syifa. “Korelasi Hasil Audit Internal Dengan Kemampuan Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Bank Mandiri (persero). Tbk. Jakarta Pusat)”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2008. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Badan Peberbit UNDIP, Semarang, 2005. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Professional Akuntan Publik (SPAP), Salemba Empat, Jakarta, 2004. Indiantoro, Nur, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 2002. Iqbal, Mohamad, H. “Peran Dan Tanggung Jawab Auditor Internal Dalam Mendeteksi Kecurangan” jurnal FE Universitas Tadulako, Jakarta, 2003. Maryati. “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2008 Oktaroza, Lestira, Magnaz. “Perbedaan Persepsi Para Pemakai Laporan Keuangan Mengenai Tanggung Jawab Auditor Dalam Pendeteksian Dan Pengungkapan Kecurangan”, Kajian Akuntansi, Jakarta, 2003. Pratama, Yogi. “Evaluasi Pertimbangan Auditor Atas Kecurangan Dalam Penugasan Audit”, Skripsi STAN, Jakarta, 2003. S, Agoes, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, Edisi ketiga, Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.
xciv
Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner. ”Sawyer’s Internal Auditing: Audit internSawyer”, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Setiamto, Hari., M.Soc,QIA.,CIA.CCS., “Akuntansi Fraud Keuangan Dan Tanggung Jawab Manajemen, Auditor Dan Fraud Examiners”, YPIA, Jakarta ,2005 Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2005 Sulistiyowati, Firma. “Peran Fraud Auditor Dalam Mendeteksi Fraud Untuk Mewujudkan Good Governance dan Good Corporate Governance”. Jurnal Akuntansi Keuangan Sektor Publik, Jakarta 2003. Suryo, Aji. Deteksi Kecurangan Dalam Audit (sebuah tantangan bagi auditor) Wahana, Jakarta , 1999. Tugiman, Hiro. “Qualified Internal Auditors Salah Satu Anggota Komite Audit”, artikel diakses tanggal 16 Februari 2006, dari http://wwwinternalauditing.or.id Tunggal, Amin, dan Imam, Sjahputra, Tunggal. “Pedoman Bagi Akuntan Manajemen Untuk Menemukan dan Mengendalikan Kecurangan”, Jurnal Akuntansi, Jakarta, 2000. Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Aplikasi Data Dengan SPSS”, Edisi Kedua, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006. Widjaja, E. “Analisis Pengaruh Profesionalisme Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam proses pengauditan laporan keuangan. Kajian Akuntansi, Jakarta, 2006. Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), “Pengantar Audit Kecurangan”, Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007.
xcv
xcvi