PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ARCS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR (Penelitian Quasi Eksperimen di SMA N 86 Jakarta)
SKRIPSI
MAHMUD AL HUDHORI 106016300656
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
ABSTRAK
Mahmud Al Hudhori. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. Model pembelajaran ARCS adalah model pembelajaran yang membangun motivasi siswa yang dimulai dari menarik perhatian siswa (Attantion) sebagai tahapan awal dengan menggunakan metode-metode seperti menampilkan video atau bermain games yang inti permasalahannya masih berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Tahap relevan (Relevance) yang mengaitkan ketertarikan awal siswa dengan manfaat atau aplikasi dari konsep yang mereka pelajari untuk diterapkan kedalam kehidupan nyata. Tahap percaya diri (Confidence) dengan pengalaman nyata yang dapat mereka peroleh dari konsep yang mereka pelajari akan membuat siswa merasa percaya diri untuk mengembangkan diri dan bersaing dalam kehidupan nyata. Tahap kepuasan (Satisfaction) dengan kemampuan mereka bersaing di dalam mengembangkan potensi mereka, mereka akan merasa puas atas hasil yang mereka peroleh selama proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat menimbulkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa sehingga mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian bertempat di SMAN 86 Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS dan siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan uji tes hasil belajar tertulis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (model pembelajaran ARCS) adalah 70,70 sedangkan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional) adalah 65,97. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung adalah 1,87 dan ttabel yang diperoleh adalah 1,66 sehingga H0 ditolak dan hal ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS. Kata kunci: Model Pembelajaran ARCS, , Hasil Belajar Fisika
ABSTRACT Mahmud Al Hudhori. Influence of ARCS Learning Model To Student’s Learning Achievments Of Physics At the Dynamics Rotation and Balance Of Rigid Objects Concept. Thesis of Physics Education Study Program, Education of Natural Sciences department, Tarbiyah and Teachership Science Faculty, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta. The purpose of the research is to determine whether there are significant influences between experiments class that using ARCS learning model and Control Class that using conventional learning models on the dynamics rotation and balance of rigid objects cancepts. ARCS learning model is a learning model that builds student’s motivation that start by commenced student’s attract (Attantion) as the initial stages by using methods such as displaying video or playing games that related to the concepts being taught. Relevance stage (Relevance) is a stage that relate student’s initial interest to the benefit of concepts application they were learning to be applied into their real life. Confidence stage (Confidence) is a stage with Student’s real experience that they get from their learning concepts can make students feel confident to develop themselves and compete in real life. Satisfaction stage (Satisfaction) is a stage with student’s compete ability in developing their potential, they will feel that they are satisfied with the results obtained during the learning process and can eventually lead to student’s high motivation that affect to student’s learning processes and achievements. The method used was a quasi-experimental research that can not give full control in the research. The research took place at SMAN 86 Jakarta Selatan. The samples in this study were students of class XI IPA 1 as experimental class that uses the ARCS learning model and student of class XI IPA 2 as control class that uses the conventional learning model. The data collected by a written achievement test. Results showed that the average of student’s ahievement in experimental class (ARCS learning model) is 70,70 while the student’s achivement in control class (Conventional learning model) is 65,97. Based on the calculation results obtained by t-test was 1,87 and t-table is 1,66 so that H0 is rejected and this proves the exixtence of significants influences of ARCS learning model in student’s achievement. Keywords: ARCS Learning Model, Student’s achievement.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan rasa syukur dikembalikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, rasul yang mulia. Sudah kewajiban yang harus diselesaikan bagi mahasiswa (khususnya mahasiswa UIN) dalam rangka mengakhiri masa studinya, untuk membuat karya tulis ilmiah berupa skripsi. Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program strata 1 (S1) di Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan tertima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena,MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memotivasi dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan kegiatan kemahasiswaan. 4. Dr. Ahmad Sofian, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
i
5. Erina Hertanti M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala Sekolah, staf, dan guru-guru terutama guru fisika SMA N 86 Jakarta Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, serta siswasiswi SMAN 86 Jakarta Selatan khususnya kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang telah menjadi sampel penelitian ini. 7. Bapak H. A. Sani’an dan Ibu Hj. Murnih tercinta yang telah merawat dan mendidik penulis dengan kasih sayang, memberikan pengorbanan baik material maupun spiritual yang tidak terhitung nilainya, serta senantiasa mendorong dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 8. Istri tercinta yang telah memberikan motivasi, dan meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman mahasiswa seperjuangan program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2006 yang terus mendukung dan menyemangati penulis. 10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini merupakan karya kecil di tengahtengah khazanah ilmu pengetahuan yang sangat luas. Namun penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah khususnya dan masyarakat umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis persembahkan semuanya, semoga kebaikan dan bantuan baik moral maupun material dari semua pihak diterima Allah SWT sebagai amal shaleh di sisi-Nya dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari-Nya, amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 5 Januari 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
4
C. Pembatasan Masalah .................................................................
4
D. perumusan Masalah ..................................................................
4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
5
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik .........................................................................
6
1. Model Pembelajaran ARCS ( Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) ........................................................................
6
2. Komponen Pembelajaran ARCS .........................................
8
1. Attantion (perhatian) .....................................................
8
2. Relevance (relevansi) ....................................................
10
3. Confidence (percaya diri) ..............................................
11
4. Satisfaction (rasa bangga)..............................................
13
3. Belajar dan Hasil Belajar ....................................................
18
1. Pengertian Belajar .........................................................
18
2. Pengertian Hasil Belajar ................................................
18
4. Pembelajaran Fisika ............................................................
23
B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar ....................
24
C. Kajian Penelitian Relevan.........................................................
27
D. Kerangka Pikir .........................................................................
31
E. Pengajuan Hipotesis .................................................................
32
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 33 B. Metode Penelitian.......................................................................... 33 C. Desain Penelitian ......................................................................
33
D. Populasi dan Sampel .................................................................
34
E. Variabel Penelitian ...................................................................
34
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
34
G. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................
35
H. Kalibrasi Instrumen ..................................................................
36
1.
Pengujian Validitas ............................................................
36
2.
Pengujian Relliabilitas .......................................................
37
3.
Daya Pembeda ...................................................................
38
4.
Taraf Kesukaran ................................................................
39
I. Teknik Analisis Data ................................................................
40
1.
Uji Normalitas ...................................................................
40
2.
Uji Homogenitas ................................................................
41
3.
Uji Hipotesis ......................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................
43
1.
Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............
43
2.
Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............
44
3.
Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes ......................
46
a. Uji Normalitas ..............................................................
46
b. Uji Homogenitas ...........................................................
47
c. Uji Hipotesis .................................................................
48
B. Pembahasan..............................................................................
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................
52
B. Saran ........................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
54
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain penelitian...........................................................................
33
Tabel 3.2 Perincian populasi dan sampel ......................................................
34
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian ........................................................
35
Tabel 3.4 Hasil uji validitas instrumen ..........................................................
37
Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda ..............................................................
39
Tabel 3.6 Hasil uji daya pembeda instrumen .................................................
39
Tabel 3.7 Klasifikasi taraf kesukaran instrumen ............................................
40
Tabel 3.8 hasil uji taraf kesukaran instrumen ................................................
40
Tabel 4.1 Perbandingan frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol................................................................
43
Tabel 4.2 Perbandingan data statistik nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol ........................................................................
44
Tabel 4.3 perbandingan frekuensi nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol ........................................................................
44
Tabel 4.4 Perbandingan data statistik nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ...........................................................................
45
Tabel 4.5 Perbandingan hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ...........................................................................
46
Tabel 4.6 Perbandingan hasil perhitungan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ...........................................................................
47
Tabel 4.7 Hasil uji analisis data nilai postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ..........................................................................................
v
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ARCS Fisika pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar ....
Lampiran 2
57
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional Fisika pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar 77
Lampiran 3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................
Lampiran 4
Uji Validasi Butir Soal .......................................................... 103
Lampiran 5
Uji Reliabilitas Butir Soal ...................................................... 105
Lampiran 6
Daya Pembeda Butir Soal ...................................................... 106
Lampiran 7
Taraf Kesukaran Butir Soal .................................................... 107
Lampiran 8
Skor
Postes
Hasil
Belajar
Siswa
Kelompok
87
Eksperimen
(Pembelajaran Model ARCS) ................................................. 108 Lampiran 9
Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok kontrol (Pembelajaran Konvensional)........................................................................ 110
Lampiran 10 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen (Pembelajaran Model ARCS) ................................................. 112 Lampiran 11 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol (Pembelajaran Konvensional) ................................................ 114 Lampiran 12 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dengan Rumus Lilliefors ................................................................................ 116 Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol dengan Rumus Lilliefors .............................................................................................. 118 Lampiran 14 Uji Homogenitas dengan Rumus Uji-F................................... 120 Lampiran 15 Uji Hipotesis dengan Rumus Uji-T ........................................ 121 Lampiran 16 Tabel Z Negatif...................................................................... 124 Lampiran 17 Tabel Z Positif ....................................................................... 125 Lampiran 18 Tabel r ................................................................................... 126 Lampiran 19 Surat Keterangan Penelitian dari SMA N 86 Jakarta Selatan . 130 Lampiran 20 Lembar Uji Referensi ............................................................. 131
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses mengubah kemandirian, kesadaran akan tanggung jawab, dan kewajiban dalam hidup manusia. Merubah kemandirian dan kesadaran akan tanggung jawab harus melalui proses yang lama, karena pengetahuan dan pengalaman yang baik dan bermakna dalam pendidikan tidaklah diperoleh manusia begitu saja, tetapi melalui proses belajar.
Salah satu
permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar dalam pelaksanaannya haruslah sesuai dengan tujuan umum dari belajar itu sendiri, yaitu mendapat pengetahuan, pemahaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.1 Sejalan dengan pentingnya pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran berdasarkan tujuan, maka pelaksanaan pembelajaran dan pendidikan ilmu pengetahuan alam harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah peserta didik, pendidik dan faktor pendukung. Faktor dari peserta didik seperti bakat, minat atau kemauan, motivasi dan lain sebagainya. Faktor dari pendidik seperti penguasaan konsep, cara atau metode mengajar, penggunaan metode atau model pembelajaran. Faktor pendukung seperti kondisi lingkungan dan kelengkapan fasilitas pembelajaran. Dari faktor tersebut di atas, salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar adalah peranan seorang pendidik. Peranan seorang pendidik inilah yang harus diperhatikan dalam sebuah pembelajaran, karena pendidik harus dapat menjadi sebagai informator, organisator, motivator, direktor (pengarah), inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi peserta didik. 2 Salah satu peranan pendidik yang sering tidak diperhatikan yaitu sebagai 1
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2011) h. 26 - 28 2 Ibid., h. 144 - 146
1
2
motivator. Sebagai seorang motivator seorang pendidik harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa. Salah satunya dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai, sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), seorang guru harus memberikan
pendekatan atau model yang dapat membantu siswa mencerna
konsep yang diajarkan. Artinya pendekatan yang digunakan pada pembelajaran IPA khususnya fisika, harus pendekatan yang dapat menuntut siswa untuk berkonsentrasi. Pendekatan seperti itulah yang nantinya akan memberikan pengaruh positif, sehingga siswa tidak lagi menganggap bahwa pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk itu diperlukan pemilihan strategi atau model pembelajaran yang tepat. Kesalahan penggunaan model akan berdampak kepada rasa ketertarikan siswa (attention) dengan mata pelajaran, terutama pada mata pelajaran yang membutuhkan perhatian penuh seperti fisika. Tidak hanya rasa ketertarikan saja yang diperlukan, agar menjadi lebih bermakana guru perlu menjelaskan manfaat apa yang dapat siswa peroleh dan terapkan setelah mereka terlibat dalam proses pembelajaran, baik untuk kebutuhan sekarang ataupun untuk masa yang akan datang (relevance). Apabila guru dapat menimbulkan perhatian dan menjelaskan manfaat yang dapat siswa terapkan setelah belajar fisika dalam kehidupan seharihari, maka hal tersebut diharapkan akan menjadi sebuah motivasi bagi siswa untuk mempelajari fisika, seperti halnya penggunaan pesawat sederhana dalam membantu kegiatan kerja sehari-hari. Motivasi diharapkan akan menjadi usaha awal yang dilakukan guru untuk dapat menjadikan siswa lebih percaya diri (confidence), dapat bersaing dan berkembang terutama dalam hal pelajaran fisika yang sebelumnya selalu mereka anggap membosankan, sulit, dan membuat stres. Dengan rasa percaya diri yang memotivasi siswa untuk dapat bersaing dan berkembang, maka pelajaran yang disampaikan guru akan menjadi bermakna, sehingga akan timbul rasa bangga (satisfaction) dalam diri siswa setelah belajar fisika.
3
Kesulitan-kesulitan yang sering dialami siswa dalam mempelajari fisika salah satunya dalam menganalisis hubungan antara konsep satu dengan konsep lain yang saling terkait. Salah satu contoh adalah dalam konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar yang memerlukan sebuah analisis dan ketelitian yang tinggi dari suatu kejadian sederhana. Dalam penyelesaian masalahnya, konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar harus mengaitkan antara konsep gaya pada hukum Newton, konsep kinematika gerak, dan konsep gerak melingkar. Dalam penentuan rumusnya tidak serta merta mudah dihafal, melainkan butuh pemahaman bagaimana gaya bekerja pada suatu sistem yang menyebabkan benda itu diam atau bergerak, serta faktor apa saja yang mempengaruhi benda berputar atau tidak. Karena keterkaitan itulah siswa sering merasakan terlalu banyak rumus, sulit dihafal, membuat kepala pusing dan sebagainya, sehingga minat atau rasa ketertarikan siswa kepada mata pelajaran fisika menjadi kurang atau bahkan tidak tertarik sama sekali. Hal tersebut di atas, membutuhkan suatu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu pendekatan yang membangun motivasi siswa dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks yang relevan. Langkah untuk memotivasi menggunakan empat kondisi motivasi, yaitu model motivasi yang dikembangkan oleh Jhon Keller yang dikenal denga model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model pembelajaran ARCS menurut Keller dalam Hamoraon menyatakan bahwa model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar. 3 Model pembelajaran ini juga menekankan kepada guru untuk dapat mengembangkan cara mengajar, dengan tidak menggunakan satu metode saja tetapi dapat menggunakan banyak metode yang penggunaannya sesuai dengan konsep dan cara belajar dari peserta didik itu sendiri.
3
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/modelarcs-keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
4
Penyampaian materi dari guru tidak akan terasa monoton, tetapi bervariasi dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kejadian yang sering mereka hadapi sehari-hari, dengan hal tersebut diharapkan siswa akan termotivasi mempelajari fisika. Tidak hanya itu, psikologis mereka juga akan terlatih untuk lebih percaya diri agar dapat bersaing untuk lebih maju. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh
penggunaan
model
ARCS
(attention,
relevance,
confidence,
satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah di identifikasikan sebagai berikut: 1. Kurangnya minat, motivasi, dan rasa percaya diri siswa pada pelajaran fisika karena metode pembelajaran yang kurang memperhatikan konsep fisika yang diajarkan. 2. Kurangnya kemampuan kognitif siswa dalam mengaitkan konsep dasar yang satu dengan konsep dasar yang lain dimana memiliki keterkaitan dalam satu konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. 3. Hasil belajar yang belum maksimal karena proses pembelajaran yang belum optimal.
C. Pembatasan Masalah Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam memahami konsep yaitu, dalam hal hasil belajar siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar, maka penelitian ini menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan melihat peningkatan hasil belajar berdasarkan aspek kognitifnya. Peningkatan tersebut berdasarkan tingkat pemahaman siswa yang bersandarkan pada taksonomi Bloom yang direvisi meliputi jenjang C1 sampai dengan C4 yaitu, pengetahuan hingga daya analisis soal pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
5
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar?”.
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran ARCS 2. Memberikan informasi alternatif model guna meningkatkan mutu pendidikan pembelajaran. 3. Memberikan referensi bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan dan memperbaiki model pembelajaran ARCS dalam penerapannya.
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretik 1.
Model
Pembelajaran
ARCS
(Attention,
Relevance,
Confidence,
Satisfaction) Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller sebagai jawaban dari pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu 1. Dari dua komponen tersebut Keller mengembangkannya menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence, dan satisfaction dengan akronim ARCS. Model ARCS didasarkan pada hasil penelitian John Keller pada tahun 1987 yang mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis pada motivasi dan lingkungan belajar siswa. Model pembelajarn ini dinamakan model ARCS yang merupakan singkatan dari Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction. Model pembelajaran ini secara sistematis digunakan untuk mengembangkan strategi motivasi agar menjadi lebih spesifik 2. Model pembelajaran ARCS digunakan untuk mengembangkan motivasi siswa, sikap pendidik, dan cara merancang pembelajaran dalam setiap materi pelajaran. Model ini membantu pendidik untuk mengidentifikasikan komponen pembelajaran, motivasi siswa ketika belajar, dan menyediakan strategi motivasi
1
Norhasimi, “Model Motivasi ARCS”, http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm , diakses pada 10 Agustus 2012 2 Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in ELearning Experiences. The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN: 1541-4914, h. 4
6
7
yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memberi umpan balik tentang ketertarikan dan kebutuhan siswa 3. Model pembelajaran ARCS terdiri atas 4 komponen utama yaitu Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction. Attention (perhatian) mengacu kepada rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan, aplikasi, dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Relevance (relevansi) mengacu kepada persepsi siswa yang menghubungkan materi pembelajaran dengan kebutuhan, kehidupan sehari-hari, dan tujuan belajar siswa. Confidence (rasa percaya diri) mengacu pada keyakinan siswa dalam mencapai keberhasilan pada kegiatan pembelajaran melalui pengendalian diri. Satisfaction (kepuasan) mengacu kepada rasa puas yang diperoleh siswa dari pencapaian dan keberhasilannya dalam proses pembelajaran yang merupakan perpaduan dari penghargaan ekstrinsik dan motivasi instrinsik4. Model pembelajaran ARCS diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif, memberikan harapan, dorongan, proses pengatur tindakan, dan pendidikan kemahiran5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dikembangkan berdasarkan motivasi dan lingkungan belajar siswa yang mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa dan menjadikannya sebagai empat komponen utama yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (rasa percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan).
3
Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich. Applying the ARCS Model of Motivational Designe to Pharmaceutical Education. American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64, Summer 2000 h.191 4 Mei-Mei Chang dan James D. Lehman. Learning Foreign Languange through an Interactive Multimedia Program: An experimental Study on The Effects of the Relevance Component of the ARCS Model. CALICO Journal, 20 (1), p-p 81 – 98: 2002, h. 83 5 Hermann Astleitner, Associate Professor and Peter Lintner, M.A. The Effects Of ARCSStrategies On Self-Regulated Learning With Instructional Texts. (AUSTRIA, Departemen of Educational Reasearch Akademiestrasse 26 A 5020 Salzburg:2003), h. 361
8
2.
Komponen Model Pembelajaran ARCS Model pembelajaran ARCS disusun berdasarkan teori Tolman dan Lewin
bahwa prilaku dan motivasi adalah hasil interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Teori ini kemudian dikembangkan oleh John Keller yang mengaitkan motivasi dan lingkungan belajar siswa dengan hasil belajar siswa menjadi suatu model pembelajaran yang dinamakan model ARCS. Model pembelajaran ARCS terdiri atas empat komponen, antara lain: a.
Attention (perhatian) “Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan
pemilihan
rangsangan
yang
datang
dari
lingkungannya.” 6
Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diketahui oleh seorang guru yang berkaitan dengan perhatian, yaitu: 1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, halhal yang berlawanan dengan pengalaman yang didapat selama hidupnya. 2) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan diarahkan pada hal-hal yang dianggap rumit, selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas kemampuan orang tersebut. 3) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu
hal-hal
yang
sesuai
dengan
minat,
pengalaman
dan
kebutuhannya. 7
6
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 105 7
Ibid., h. 106-107
9
Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan siswa yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Menurut Keller (1987) strategi untuk menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut: 1)
Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi (kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus).
2)
Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi penyampaian materi pembelajaran.
3)
Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran.
4)
Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 8
5)
Perhatian siswa terhadap materi pelajaran akan muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu penting dalam proses pembelajaran dan perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono ada beberapa langkah untuk meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Sampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. 2) Tunjukan bagaimana cara belajar dalam mata pelajaran yang diajarkan. 3) Tanyakan kepada siswa mengapa mata pelajaran ini penting untuk mereka. 4) Bangkitkan keingintahuan mereka dengan pertanyaan.
8
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/modelarcs-keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
10
5) Ciptakan suatu kejutan dengan mempertunjukan suatu kejadian yang tidak diharapkan, seperti argumentasi yang keras sebelum komunikasi pelajaran. 6) Mengubah lingkungan fisik dengan mengatur kelas dan menciptakan situasi yang berbeda. 7) Pindahkan kesan siswa dengan memberikan suatu pelajaran yang membuat siswa dapat menyentuh, mencium, atau merasakan. 8) Gunakan gerakan, sikap tubuh dan perubahan nada suara dengan berjalan di antara siswa-siswa, berbicara pelan, dan kemudian tegas. 9) Hindari tingkah laku yang mengacau seperti mengetuk-ngetuk meja dengan pensil atau menarik-narik rambut. 9 b.
Relevance (relevansi) Semua kegiatan dalam proses pembelajaran berhubungan dengan kehidupan
siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Jika siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka maka siswa akan terdorong mempelajari sesuatu. Dengan demikian motivasi siswa dalam pembelajaran akan meningkat jika apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah, tujuan, sasaran yang jelas, ada manfaat, dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
9
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan, (Malang: Grasindo. 2002), h. 159-160
11
Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya. Suciati dan Udin Syarifuddin Winatasyaputra mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah sebagai berikut: 1) Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan intruksional. 2) Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti. 3) Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi siswa. 10 c.
Confidence (percaya diri) Untuk menimbulkan rasa percaya diri siswa guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat dalam kegiatan pembelajaran. Minat siswa terhadap tugas yang diberikan dapat memotivasi siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat mereka. Membangkitkan dan memelihara minat atau perhatian merupakan usaha menumbuhkan
keingintahuan
siswa
yang
diperlukan
dalam
kegiatan
pembelajaran. Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Silvia minat terdiri dari beberapa skala yang dihubungkan dengan proses belajar yaitu: 1) Keingintahuan (curiosity) 2) Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience) 3) Dorongan mencari sensasi (sensation seeking) 4) Kecenderungan bosan (boredom propeness) 5) Keluasan minat (breadth of interest). 11
10
Hamoraon , Loc. cit.
12
Keingintahuan siswa terhadap kegiatan belajar dan ingin lebih mengenal pelajaran itu sendiri merupakan dorongan untuk mencari tahu informasi dan pengalaman baru tentang pelajaran yang belum siswa ketahui. Hal ini sejalan dengan model ARCS yang bertujuan agar siswa memiliki perhatian akan pelajaran, serta pengalaman baru apa yang nantinya dapat diterapkan pada kehidupan mendatang. Berdasarkan rasa keingintahuan tersebut maka siswa akan berpandangan terbuka terhadap pengalaman dan ide baru yang belum diketahuinya, hal ini diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk belajar terus menerus. Dorongan mencari sensasi pada kegiatan belajar terlihat dari keterlibatan siswa pada pengalaman belajar yang lebih bervariasi. Siswa yang memiliki sensation seeking tinggi, berani meluangkan waktu yang lebih untuk terlibat pada kegiatan-kegiatan pembelajaran. Siswa juga berani mengambil resiko secara fisik, dan sosial untuk mengikuti pengalaman baru tersebut. Kecenderungan bosan di dalam belajar merupakan hal yang sering terlihat di dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi siswa yang sudah termotivasi untuk memperoleh informasi baru akan tetap menampilkan kemampuan terbaik meskipun sedang mengalami kebosanan. Siswa tetap memperhatikan materi yang diajarkan, mengerjakan tugas dengan baik, mempertahankan konsentrasinya dalam mengikuti kegiatan belajar. Keluasan minat dalam belajar adalah siswa mencari pengalaman yang bervariasi dan tidak hanya mempelajari materi yang disukainya saja. Siswa yang memiliki keluasan minat belajar akan mempelajari dengan sungguh-sungguh semua materi. Siswa yang sudah memiliki minat dan termotivasi dalam belajar maka semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Motivasi dapat menghasilkan
11
Muji Astuti, Siswati, Imam Setyawan, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 18 Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. h. 7-9.
13
ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. Dalam meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dapat dilakukan dengan beberapa langkah, misalnya: 1) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa. Misal menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di urutkan dari materi yang mudah ke sukar. 2) Susun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus. 3) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. 4) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. 5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.” 6) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini. 12 d.
Satisfaction (rasa bangga) Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa
yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau
12
Hamoraon, Loc. cit.
14
penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Penghargaan (reward) dalam pendidika adalah memberi penghargaan memberi hadiah kepada anak untuk angka-angkanya dan prestasinya. Reward adalah alat pendidikan refresisf yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang malas.13 Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi. Reward itu tidak harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward diberikan dengan syarat: 1)
hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik,
2) Jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. 3) Diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai upah. 4) Jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang lain. 14
13
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 67 14 Ibid., h. 69
15
Reward hendaknya diberikan berdasarkan beberapa tujuan di dalam pendidikan,yaitu: 1) Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang malas dan lemah. 2) Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi. 3) Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar. 15 Menurut Muhammad Jameel Zeeno dalam Rusdian Hamid menyataka reward diberikan dapat berupa sebagai berikut: (1) Pujian yang mendidik, (2) Memberi hadiah, (3) Mendoakan, (4) Menempatkan papan prestasi, (5) Menepuk pundak, (6) Menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi dalam memberikan semangat siswa yang lain, (7) Berpesan pada yang lain, (8) Berpesan pada siswa yang bersangkutan.16 Sesederhana apapun reward yang diberikan, sangat berarti bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar dan prestasinya, brasal dari kepuasan yang didapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri siswa nantinya. Model ARCS memberikan gambaran langkah-langkah yang harus diterapkan dalam suatu kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta siswa-siswa yang berprestasi. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1) Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari (A) Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan 2) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R) Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat 15 16
Ibid., h. 69 Ibid., h. 69 - 71
16
dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa tersebut. 3) Menyampaikan materi pelajaran (R) Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi siswa yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat
menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa,
memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan latihan soal dan menciptakan rasa puas di dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja siswa. 4) Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R) Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Adapun manfaat
yang didapatkan dari
penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention) dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance). 5) Memberi bimbingan belajar (R) Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi siswa-siswa
17
yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa-siswa tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan. 6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (C dan S) Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini, siswa akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri siswa dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. 7) Memberi umpan balik (S) Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara aktif menanggapifeedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa. 8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran (S) Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri siswa. 17
17
Hamoraon, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012
18
3.
Belajar dan Hasil Belajar
a.
Pengertian Belajar “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”18 Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris, yaitu rohani dan jasmani. Tingkah laku manusia ini terdiri dari sejumlah aspek yang apabila manusia mengalami proses belajar, maka akan tampak perubahan pada aspekaspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: (1) Pengetahuan, (2) Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5)Apresiasi, (6) Emosional, (7) Hubungan sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau budipekerti, (10) Sikap.19 Apabila seseorang sudah mengalami suatu proses pembelajaran, maka akan terlihat perubahan pada salah satu atau beberapa pada aspek tingkah laku tersebut. b.
Pengertian Hasil belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi di dalam proses belajar
mengajar yang tolak ukurnya diamati dari dua sisi yang berbeda yaitu, dari sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. 20 Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang terdiri dari beberapa aspek yang telah disebutkan di atas. Hasil belajar juga merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
18
Slameto, Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010),
19
Oemar Hamalik, Proses belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30 Dimyati dan Mudjiono, Balajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h.
h. 2 20
3-4.
19
sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan yang dilengkapi dengan serangkaian pengalaman. 21 Hasil belajar siswa yang baik diperoleh tidak dengan cara mudah, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya proses dalam kegiatan pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa. Berikut beberapa proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Proses yang harus diperhatikan, yaitu: a.
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
b.
Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c.
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
d.
Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
e.
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhu hasil belajar, yaitu:
21
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 31
20
a.
Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b.
Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. 22 Menurut Gagne terdapat lima kategori dalam hasil belajar siswa yaitu,
informasi
verbal,
kecakapan
intelektual,
strategi
kognitif,
sikap
dan
23
keterampilan. Menurut Bloom perubahan perilaku yang diperoleh karena proses belajar haruslah memiliki penilaian dalam tiga ranah sebagai penilaian hasil belajar siswa, yaitu bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). 24 Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut: a.
Ranah Kognitif menurut Anderson dan krathwohl Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari pengetahuan tentang fakta-fakta samapai kepada proses intelektual yang tinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Tingkat taksonomi ini kemudian direvisi mulai dari
mengingat,
mengerti,
memakai,
menganalisis,
menilai,
dan
menciptakan. 1) Mengingat (remember): meningkatkan ingatan yang disajikandalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. 2) Mengerti
(understand):
mampu
membangun
arti
dari
pesan
pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.
22
Anas, 2011, “Pengertian Hasil Belajar Menurut http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurutpara.html#.UUhQuGe86Nk pada tanggal 12 Februari 2013 23 Ibid, 24
Para
Ahli”,
Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), hal.294
21
3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan masalah. 4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya
dan
menentukan
bagaimana
bagian-bagian
saling
berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur. 5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu 6) Menciptakan (create): membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. 25 b.
Ranah Psikomotor Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai, dan naturalisasi. 1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. 2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru 3) Menetapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakuakn sesuatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. 4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. 5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan dan otomatis. 26 25 26
Supriyadi, dkk. Ibid., h. 294-295 Supriyadi, dkk. Ibid., h. 295
22
c.
Ranah Afektif Krathwohl, Bloom dan Maisa adalah pengembang taksonomi tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok. 1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. 2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan saja. 3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan. 4) Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi. Dalam hal ini siswa menjadi commited terhadap suatu sistem nilai 5) Mengamalkan
(characterization):
berhubungan
dengan
pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui prilaku yang konsisten dengan nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, dan perilaku akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut.27
27
Supriyadi, dkk. Ibid., h. 296
23
4. Pembelajaran Fisika “Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau menentukan kelakuan tersebut. Sehingga fisika tidak terlepas dari penguasaan konsep dan pemahaman.”28 Pembelajaran fisika adalah bagian dari ilmu alam. Menurut Kemble dalam Sigit Suryono Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi. b. Ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya. 29 Menurut Depdiknas dalam Sigit Suryono, “belajar
fisika yang
dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.”30 Menurut Abu Hamid dalam Sigit Suryono secara garis besar pembelajaran fisika adalah sebagai berikut: a.
Proses belajar fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
b.
Pada hakikatnya mengajar fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi
28
Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari 2013 29 Ibid. 30 Ibid.
24
belajar fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. c.
Pada hakikatnya hasil belajar fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. 31
B.
Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar Kajian gerak dalam fisika terbagi menjadi dua yang dibedakan berdasarkan
penyebab terjadinya gerak atau tidak. Ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebabnya disebut dengan kinematika, sedangkan ilmu yang mempelajari gerak dengan melihat penyebabnya disebut dinamika. Pada gerak linear sebuah benda dapat bergerak karena dipengaruhi oleh gaya, begitu juga pada gerak rotasi. dapat melakukan gerak karena dipengaruhi gaya. Namun gerak yang menyebabkan benda bergerak rotasi berbeda dengan gaya yang menyebabkan benda bergerak secara linear. Gaya yang menyebabkan benda bergerak rotasi dinamakan torsi atau momen gaya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami momen gaya yaitu, sumbu rotasi (poros), lengan gaya, dan garis kerja gaya. 32 Sumbu rotasi (poros) merupakan suatu kedudukan yang tidak berubah saat benda mengalami gerak rotasi. Lengan gaya merupakan jarak yang tegak lurus dari sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Sedangkan garis kerja gaya merupakan perpanjangan garis gaya.
31
Ibid., Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 168 32
25
garis kerja
d = Lengan gaya L. sin α
α L
F. sin α
F
Karena ketiga hal tersebutlah maka momen gaya dapat dirumuskan. τ=dxF lengan gaya diperoleh dari penguraian panjang batang terhadap arah gaya yang membentuk sudut sehingga harus di jadikan tegak lurus, maka: τ = L Sin α x F τ = F Sin α x L τ = momen gaya d = lengan momen L = panjang benda F = gaya Torsi atau momen gaya termasuk besaran vektor, sehingga dalam menyelesaikannya perlu diperhatikan arah gerak benda yang diakibatkan oleh gaya. Sehingga diperlukan perjajian yang mengikat dalam menyelesaikan permasalahan torsi. Perjanjian tersebut sebagai berikut: a.
Jika benda ketika diberi gaya berputar searah dengan putaran jarum jam, maka momen gaya diberi tanda posit if.
b.
Jika benda ketika diberi gaya berputar berlawanan arah jarum jam, maka momen gaya diberi tanda negat if.
Keseimbangan benda tegar tersusun dari dua frase kata, yaitu keseimbangan dan benda tegar. Jika besar momen gaya sama besar maka dikatakan dalam keadaan keseimbang rotasi33, dapat disimpulkan apabila besar gaya yang mempengaruhi suatu benda memiliki nilai yang sama baik searah sumbu x, sumbu 33
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.181
26
y, atau rotasinya. Sedangkan benda tegar adalah benda yang bentuknya tidak berubah ketika diberi gaya luar.34 Bentuk keseimbangan yang dipelajari pada keseimbangan benda tegar ini adalah bentuk keseimbangan statis yaitu benda tidak melakukan gerak rotasi maupun gerak translasi atau benda dalam keseimbnagan rotasi dan keseimbangan translasi. 35 Keseimbangan translasi tercapai apabila resultan gaya yang bekerja sama dengan nol. ΣF = 0
Sementara keseimbangan rotasi tercapai apabila resultan momen gaya yang bekerja sama dengan nol. Στ = 0
Pada keseimbangan benda tegar dipelajari keadaan atau kedudukan suatu benda yang terbagi menjadi 3 kedudukan, yaitu benda dalam keadaan stabil, labil dan netral. Benda dikatakan stabil apabila setelah gangguan kecil dihilangkan benda akan kembali kedudukan semula, sedangkan dalam keadaan labil apabila setelah gangguan kecil dihilangkan benda tidak kembali pada kedudukan semula, untuk benda dalam keadaan netral dimana gangguan kecil tidak mempengaruhi keseimbangan benda.36 Setiap partikel pada benda tegar memiliki berat, resultan gaya berat dari setiap partikel menghasilkan gaya berat benda, titik tangkap gaya berat benda inilah disebut titik berat.37 Mempelajari kedudukan atau keadaan benda-benda tersebut haruslah memahami kedudukan centre of mass (kedudukan pusat massa) dari suatu benda, dilihat dari bagaimana bentuk benda tersebut. Dalam mempelajari benda-benda tersebut terbagi menjadi 3 yaitu,
benda berbentuk
garis, bidang datar dan 3 dimensi. Pada bidang garis berhubungan dengan panjang 34
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.181 Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.182 36 Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.186-187 37 Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.183 35
27
benda tersebut, pada benda bidang datar berhubungan dengan luas bidang tersebut, sedangkan untuk 3 dimensi berhubungan dengan volum benda tersebut. Aplikasi dari materi ini banyak diterapkan dan juga dipelajari pada bidang seperti kedokteran, arsitek, otomotif, dan sebagainya.
C. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian relevan yang menggunakan model pembelajaran ARCS antara lain, Penelitian yang dilakukan oleh A. A Mas Megawati Pertiwi dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peerap model ARCS untuk meigkatka hasil belajar siswa,meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan respon siswa. Metodelogi yang digunakan dengan menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Posttest-Only Control Group Design. Hasil penelitian yang diperoleh menujukan bahwa hasil belar siswa menigkat 38. Penelitian yang dilakukan oleh Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang dengan judul Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational Education. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan pembelajaran motivasi ARCS, pengajar dapat segera menemukan masalah belajar siswa dan merubah strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga lebih mudah mengarahkan motivasi siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi siswa maka hasil belajar siswapun akan meningkat.39
38
A. A Mas Megawati Pertiwi, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 2252-9063 39 Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari Contemporary Issues In Education Research. Vol 1. No.2.
28
Penelitian yang dilakukan oleh Mei-Mei Chang dan James D. Lehman, dengan judul penelitiannya Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia
Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah, bahwa guru harus dapat merealisasikan setiap teknik di kelas, sehingga menjadi sebuah strategi yang efektif untuk mengembangkan kemampuan pendagogik siswa dalam belajar bahasa. 40 Penelitian yang dilakukan oleh Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich, dengan judul penelitiannya Applying the ARCS model of motivational Design to Apharmaceutical Education. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa model ARCS membantu siswa farmasi untuk memahami pentingnya pelajaran atau instruksi. Model pembelajaran yang memotivasi harus dimiliki oleh setiap pendidik, karena dapat meningkatkan semangat belajar siswa dan meningkatkan prestasi serta keterampilannya. 41 Penelitian yang dilakukan oleh Sang H song dan John M. Keller dengan judul penelitiannya, Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Motivation. Hasil penelitiannya menjelaskan, walaupun terdapat keterbatasan dalam bentuk dasar pengembangan pelajaran, diperoleh hasil bahwa desain motivasi ARCS dapat menyesuaikan dengan pembelajaran seperti CAI. Begitu juga cara belajar yang ditampilkan oleh model ARCS dapat diterapkan secara efektif untuk model motivasi CAI tersebut. Dengan kata lain penelitian menggunakan model ARCS dapat dipastikan canggih dan efektif penerapannya dalam menyesuaikan dengan desain motivasi yang lain. 42 40
Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1pp. 41 Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich, Applying the ARCS model of motivational Design to Apharmaceutical Education, American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64, Summer 2000. 42 Sang H song dan John M. Keller. Effectiveness of Motivationally Adaptive ComputerAssisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation. ETR&D, Vol. 49, No.2.2001, ISSN 1042-1629.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Yuhsun edward shih dan Dennis mills dengan judul penelitiannya, Setting the New Standard with Mobile Computing in Online Learning. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa model pembelajaran Shih’s Mobile adalah model yang bersandarkan kepada model ARCS. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu, attention (pesan multimedia), relevance (pencarian web dan rekan-rekan diskusi), confidence (rekan-rekan diskusi dan bercerita dalam digital) satisfaction (Simulasi permainan). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran Shih’s Mobile membantu memotivasi dan melibatkan peserta didik untuk aktif online secara terbimbing.43 Penelitian yang dilakukan oleh Charles B. Hodges dengan judul penelitiannya, Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in E-Learning Experiences. Hasil penelitian yang diperoleh menyimpulkan bahwa, di dalam merancang pembelajaran harus berdasarkan kepada pengalaman. Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran tersebut adalah, usaha seperti apa yang harus digunakan untuk meningkatkan kemajuan pada diri siswa. Pengalaman e-learning harus dirancang dengan pengalaman yang relevan dan nyata dalam pembelajaran. Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa model ARCS adalah suatu model yang dapat merancang bahan-bahan pengajaran yang memotivasi dalam penerapannya. Faktor yang telah mempengaruhi motivasi untuk belajar sebelumnya, bersama dengan faktor-faktor yang baru harus saling membangun dengan sifat dasar e-learning yang masih berkaitan. Dalam hal media yang digunakanpun harus tepat untuk perbaikan peningkatan belajar siswa. 44 Penelitian yang dilakukan oleh Yi-Chia Cheng dan Hsin-Te Yeh dengan judul penelitiannya, From Concepts Of Motivation To Its Application In Instructional Design: Reconsidering Motivation From An Instructional Design Perspective. Dalam penelitian ini Keller dan Kopp berpendapat bahwa model ARCS bukan
43
Yuhsun Edward Shih dan Dennis Mills. Setting the New Standard with Mobile Computing in Online Learning. (USA: Capella University. 2007). Diambil dari International Review of Research in Open and Distance Learning Vol. 8, No. 2. ISSN: 1492-3831 44 Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in ELearning Experiences. (Virginia Tech: 2004). Diambil dari The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN: 1541-4914
30
termasuk kedalam model instructional design, tetapi dapat diterapkan secara bersamaan dengan model instructional design. Penelitian ini meyakinkan bahwa materi bahan ajar dengan konsep motivasi dapat membantu meningkatkan kemampuan psikomotorik dan pengetahuan belajar siswa.45 Penelitian yang dilakukan oleh John M. Keller dengan judul, First Principles Of Motivation To Learn And E3-Learning, hasil penelitian ini menunjukan terdapatnya pengaruh yang positif terhadap rasa percaya diri dan prestasi siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen. 46 Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Jale
Balaban-Ssali
dengan
judul
penelitiannya, Designing Motivational Learning Systems In Distance Education. Di dalam penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan model ARCS dapat meningkatkan kemampuan guru untuk mengefektifkan dan mengefisienkan dalam mendorong motivasi siswa. Model ARCS juga mampu menjawab pertanyaan dengan cara-cara memotivasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan motif belajar siswa. Pada program pembelajaran jarak jauh kedua elemen yaitu pengajar dan motivasi yang diterapkan secara bersamaan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran jarak jauh. 47 Penelitian yang dilakukan oleh Hermann Astleitner dan Manuela Ihufnagl dengan judul penelitiannya, The Effects of Situation-Outcome-Expectancies and of ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with Web-Lectures. Penelitian ini Secara keseluruhan memberikan hasil bahwa ARCS termasuk dalam weblectures yang dapat meningkatkan motivasi yang lebih tinggi, dapat memperkiraan sukses yang lebih tinggi, dan pemerolehan pengetahuan yang lebih baik, akan tetapi
45
Yi-Chia Cheng dan Hsin-Te Yeh. From concepts of motivation to its application in instructional design: Reconsidering motivation from an instructional design perspective. (USA: Blackwell Publishing, 2009). Diambil dari British Journal of Educational Technology Vol 40 No 4. doi:10.1111/j.1467-8535.2008.00857.x 46 John M. Keller. First principles of motivation to learn and e3-learning.(USA. Routledge: 2008). Diambil dari Distance Education. Vol. 29, No. 2, August 2008, 175–185 47 Jale BALABAN-SALI. Designing Motivational Learning Systems In Distance Education. (Turkey. Anadolu university: 2008). Diambil dari Turkish Online Journal of Distance EducationTOJDE July 2008 ISSN 1302-6488 Volume: 9 Number: 3 Article 13
31
hanya untuk siswa dengan nilai SOE rendah. Siswa dengan SOE tinggi model ARCS ini tidak perlu dilaksanakan karena keyakinan berhasil, dan motivasi untuk sukses yang mereka peroleh sudah tinggi. 48 D. Kerangka Pikir Belajar adalah aktivitas dalam interaksi dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu perubahan yang relatif menetap dan timbul kecakapan pada diri individu. Belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor motivasi siswa terhadap pelajaran. Motivasi ada yang berasal dari dalam individu yaitu lingkungan. Lingkungan dapat mempengaruhi motivasi dan sikap seseorang dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, dalam belajar pendidik harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat membangkitkan daya tarik siswa terhadap pelajaran yang ingin disampaikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang tidak menimbulkan kebosanan siswa atau peserta didik, kebosanan itu dapat timbul karana faktor-faktor seperti, cara penyampaian dari seorang guru menggunakan bahasa yang tidak jelas sehingga tidak dimengerti oleh peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Guru tidak menguasai konsep yang disampaikan sehingga dalam penyampaiaanya terkesan bimbang dan ragu-ragu yang menyebabkan siswa merasa enggan untuk memperhatikan. Guru-guru masih menggunakan pola mengajar yang tradisional yaitu, hanya mengajar dengan menggunakan model ceramah dan bersifat satu arah (guru berbicara, murid hanya mendengar). Tidak hanya dari faktor guru tetapi dari faktor konsep pelajaran yang dipelajari membutuhkan analisa yang cukup tinggi, keterkaitan konsep satu dengan yang lain sehingga memberikan kesan bahwa konsep tersebut terasa sulit, salah satu contoh pelajaran fisika pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar yang berhubungan dengan kinematika gerak, gerak melingkar, dan 48
Hermann Astleitner dan Manuela Ihufnagl. The Effects of Situation-Outcome-Expectancies and of ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with Web-Lectures. (Austria. University of Salzburg: 2003. Diambil dari JA. of Educational Multimedia and Hypermedia (2003) 12(4), 361376
32
dinamika gerak. Akibatnya siswa kesulitan dalam menerima
penyampaian
informasi atau pelajaran yang nantinya akan berdampak pada perolehan hasil belajar. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan model ARCS. Dengan menggunakan model pembelajaran ini di harapkan hasil belajar siswa memiliki perubahan yang positif karena di dalam model pembelajaran ini siswa diberi perlakuan yang sangat diperhatikan. Sehingga diduga bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa. E. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian relevan terhadap penggunaan model ARCS, maka peneliti mengambil hipotesis, yaitu terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 86 Jakarta pada kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 semester genap tahun ajaran 2011/2012. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2012.
B. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan quasi experiment (eksperimen semu) yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penggunaan metode ini dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam metode ini kelompok kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Kontrol Group Design, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random1. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain Penelitian Group
Pretest
Treatment
Posttest
Experimen
O1
X1
O2
Kontrol
O1
X0
O2
Keterangan: X1 = Pembelajaran yang menggunakan model ARCS X0 = Pembelajaran yang menggunakan model konvensional O1 = Hasil tes instrumen sebelum diberi perlakuan O2 = Hasil tes setelah diberikan perlakuan
1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.116
33
34
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini populasi terbagi menjadi dua yaitu, populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 86 Jakarta, sedangkan populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas XI yang terdaftar di sekolah tersebut pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel berasal dari populasi terjangkau yang diambil dari dua kelas yaitu, siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta yang akan dijadikan kelas eksperimen kelas XI IPA 1 dan kontrol kelas XI IPA 2. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu2. Penentuan jumlah sampel dari populasi bersandarkan pada tabel yang dikembangkan Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5% dari jumlah siswa dirinci seperti pada tabel 3.2 di bawah ini. 3 Tabel 3.2. Perincian Populasi dan Sampel No
Kelas
Jumlah Siswa
Sampel
1
XI IPA 1
39
36
2
XI IPA 2
38
36
E. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu: 1.
Variabel independen (bebas) adalah model pembelajaran, yaitu pembelajaran ARCS. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X.
2.
Variabel dependen (terikat) adalah hasil belajar fisika siswa. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar fisika siswa yaitu tes objektif. Tes hasil belajar yaitu tes yang 2 3
Ibid h.300 Ibid h. 126-128
35
digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai dan memahami materi yang telah diberikan. Tes hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa merupakan tes objektif berupa tes tertulis, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang berbentuk soal pilihan ganda yang terdiri atas 20 soal dengan 5 pilihan (A, B, C, D, dan E). Sebelum tes ini diberikan kepada siswa, diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukarannya.
G. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda yang terdiri dari 5 option. Sebelum tes ini diberikan, terlebih dahulu diuji cobakan untuk diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran tiap butir soal. Bentuk penilaiannya adalah dengan memberikan nilai 1 pada tiap butir soal yang di jawab benar dan nilai 0 pada tiap butir soal yang di jawab salah. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini: Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Dasar
Indikator
- Memformulasikan Memformulasikan pengaruh torsi pada hubungan antara sebuah benda dalam konsep torsi, kaitannya dengan momentum sudut, gerak rotasi benda dan momen inersia, tersebut berdasarkan hukum II Newton serta - Mengungkap antara momen gaya penerapannya dalam dengan momen masalah benda tegar inersia - Mengungkap analogi hukum II newton tentang
Aspek yang diukur C1 C2 C3 C4
1
2
11
25
Jumlah
2
12
13
3
28
2
36
Kompetensi Dasar
Indikator
Aspek yang diukur C1 C2 C3 C4
Jumlah
gerak translasi dan gerak rotasi: - Menggunakan konsep momen inersia untuk 6 8 9 3 berbagai bentuk benda tegar: - Memformulasikan hukum kekekalan 16 17 20 3 momentum sudut pada gerak rotasi: - Menganalisis hubungan antara momen inersia 21 22 23 24 4 dengan energi kinetik pada gerak rotasi: - Memahami konsep titik berat dan keseimbangan 29 32 31 3 benda tegar dalam persoalan fisika Jumlah 3 7 5 5 20 Keterangan : C1 (pengetahuan); C2 (pemahaman); C3 (aplikasi); C4 (analisis).
H. Kalibrasi Instrumen Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih dahulu dikalibrasi. Kalibrasi instrumen berupa validitas butir soal, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal. 1. Pengujian Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur4. Cara yang digunakan
4
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.63
37
untuk menentukan validitas adalah dengan menggunakan indeks korelasi biserial. Korelasi biserial ditentukan dengan persamaan: 5
r bis
Mp Mt SD
x
p q
Keterangan: rbis = Koefisien korelasi biserial Mp = Mean pada tes dari peserta tes yang memilki jawaban benar Mt = Mean total St = Simpangan baku skor total p = Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal q = selisih bilangan 1 dengan p Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rbis dibandingkan dengan rtabel. Jika hasil perhitungan r bis ≥ rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan r bis < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan penjelasan di atas, hasil uji validitas instrumen tes pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Statistik Item Soal Jumlah Soal 35 Jumlah Siswa 22 Nomor Soal Valid 1,2,6,8,9,11,12,13,16,17,20,21,22,23,24 ,25,28,29,31,32 Jumlah Soal Valid 20 Presentase soal valid (%) 57,14% 2. Pengujian Reliabilitas Untuk memperoleh data yang dipercaya, instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel atau dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
5
Ibid., h. 76
38
hasil yang tetap.6 Reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus KR20 sebagai berikut:7
(
∑
)(
)
Keterangan: rii = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal yang valid SB2 = Standar deviasi dari tes (akar varians) p = proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah ∑pq = jumlah hasil perkalian p dan q Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes fisika, maka akan diperoleh informasi hasil uji reliabilitas instrumen tes sebesar 0,83, sedangkan nilai rtabel dengan n = 22 taraf kesalahan 5% diperoleh 0,423. Karena nilai r11 > rtabel (0,83 > 0,423), dapat disimpulkan intrumen tes reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian. 3. Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah.8 Untuk mengetahui daya beda soal digunakan rumus sebagai berikut 9: D P A PB
BA J
BB J
A B Keterangan: D = indeks daya pembeda JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
6
Ibid., h. 83 Ibid., h. 98 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 211 9 Ibid., h. 213 7
39
PA PB
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda10 Klasifikasi Daya Pembeda Keterangan D < 0,00 sangat jelek 0,00 ≤ D < 0,20 Jelek 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup 0,40 ≤ D < 0,69 Baik 0,70 ≤ D < 1,00 baik sekali
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda uji coba instrumen tes hasil belajar fisika, akan diperoleh informasi bahwa klasifikasi responden yang kategori jelek, responden yang kategori cukup, responden yang kategori baik, responden yang kategori baik sekali, dan responden yang kategori sangat tidak baik dari keseluruhan responden yang di teliti. Hasil daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Item Soal Kriteria Soal Jumlah Soal Presentase (%) Sangat jelek 2 5,71% Jelek (poor) 15 42,86% Cukup (satisfactory) 13 37,14% Baik (good) 5 14,29% Baik Sekali (excellent) 0 0% Jumlah 35 100% 4. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran adalah ukuran dengan menggunakan suatu bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal. 11 Uji taraf kesukaran instrumen penelitian dihitung dengan menghitung indeks besarannya dengan rumus: P
B Js
10 11
Ibid., h. 218 Ibid., h. 207
40
Keterangan: P = indeks kesukaran B = jumlah siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar Js = jumlah total peserta didik Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran Instrumen12 No Klasifikasi Taraf Kesukaran 1. 0,00 ≤ P < 0,29 2. 0,30 ≤ P < 0,69 3. 0,70 ≤ P < 1,00 Berdasarkan hasil perhitungan tingkat
Keterangan Sukar Sedang Mudah kesukaran instrumen tes fisika,
akan diperoleh informasi klasifikasi soal sukar, soal sedang, dan soal mudah pada tabel di bawah ini : Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Item Soal Kriteria Soal Jumlah Soal Presentase Mudah 6 17,14% Sedang 20 57,14% Sukar 9 25,72% Jumlah 35 100% I. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, data akan terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat, yaitu: 1.
Uji normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 = data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal 2) Susun frekuensi dari data berurutan dari nilai terkecil sampai terbesar. 3) Konversikan frekuensi itu ke dalam ukuran probabilitas yaitu ke dalam fungsi distribusi frekuensi kumulatif {S(Z i)} 12
Ibid., h.210
41
4) Hitung nilai Zi atau Zhit dari masing-masing data dengan rumus: Zi
xi x S
Keterangan: xi = skor data tunggal x = rata-rata data tunggal S = simpangan baku data tunggal 5) Dengan mengacu pada tabel distribusi normal baku, tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z ditulis dengan F(Zi) yang mempunyai rumus: F(Zi) = 0,5 Zi 6) Hitung selisih absolut antara
F(Z i )
dan
S(Z i )
pada masing-masing data
7) Tentukan kriteria pengujian: Jika Lhitung (Lo) < Ltabel, maka H0 diterima, yang berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Jika Lhitung (Lo) > Ltabel, maka H0 ditolak, yang berarti data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. 2.
Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan
atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: 1)
Menentukan Hipotesis H0 : Variansi populasi homogen H1 : Variansi populasi tidak homogen
2)
Bagi data menjadi dua kelompok
3)
Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya Tentukan Fhitung dengan rumus13: F hitung
4) 13
S1 S2
2 2
Tentukan kriteria pengujian:
Nana Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1984), h. 249
42
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti variansi populasi kedua variabel homogen. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti variansi populasi kedua variabel tidak homogen. 3.
Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji prasyarat dan bila data homogen serta berdistribusi
normal. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis, data akan dianalisis dengan menggunakan Uji”t”, dengan rumus sebagai berikut: X
t S
1
X 1
n1
2
1 n2
dimana: ( n 1 1) S 1 ( n 2 1) S 2 2
S
2
2
n1 n 2 2
Keterangan : X = rata-rata data kelompok eksperimen 1
X
n1 n2 S1 S2 t S2
2
= rata-rata data kelompok kontrol = banyaknya data kelompok eksperimen = banyaknya data kelompok kontrol = Simpangan baku hasil belajar kelompok eksperimen = Simpangan baku hasil belajar kelompok kontrol = hasil hitung distribusi t = nilai deviasi gabungan
Hasil perhitungan thitung dibanding dengan ttabel pada taraf signifikansi 0,05, dengan kriteria: Ho ditolak apabila thitung > ttabel, dan Ha diterima. Ho diterima apabila t hitung < ttabel, dan Ha ditolak
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perbandingan frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 4.1 Perbandingan Frekuensi Nilai Pretes Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol Frekuensi Nilai Siswa Interval Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 20 – 26 4 5 27 – 33 4 8 34 – 40 16 12 41 – 47 9 4 48 – 54 1 4 55 – 61 2 3 Jumlah (Σ) 36 36 Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen terdapat 11,1% (4 orang) siswa
memperoleh nilai dalam rentang 20 –26, 11,1% (4 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 27 –33, 44,4% (16 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 34 –40, 25% ( 9 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 41 – 47, 2,78% (1 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 48–54, dan 5,56% (2 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 55 –61. Pada kelas kontrol terdapat 13,89% (5 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 20–26, 22,22% (8 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 27–33, 33,33% (12 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 34–40, 11,11% (4 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 41–47, 11,11% (4 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 48–54, dan 8,33% (3 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 55–61.
43
44
Berikut adalah tabel data statistik nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol: Tabel 4.2 Perbandingan Data Statistik Nilai Pretes Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol Nilai Pretes Siswa No Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1.
Nilai Maksimum
55
60
2.
Nilai Minimum
20
20
3.
Mean
38,33
37,78
4.
Median
37,25
34,5
5.
Modus
37,5
46,17
6.
Standar Deviasi
8,194
10,59
7.
Varians
67,142
112,148
Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen diperoleh nilai maksimum adalah 55,00, nilai minimum adalah 20,00, nilai mean data adalah 38,33, nilai median data adalah 37,25, nilai modus data adalah 37,5, nilai standar deviasi adalah 8,194, dan nilai varians adalah 67,142. Pada kelas kontrol diperoleh nilai maksimum adalah 60,00, nilai minimum adalah 20,00, nilai mean data adalah 37,78, nilai median data adalah 34,5, nilai modus data adalah 46,17, nilai standar deviasi adalah 10,59, dan nilai varians adalah 112,148. 2.
Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perbandingan frekuensi nilai
postes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
No
Tabel 4.3 Perbandingan Frekuensi Nilai Postes Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol Frekuensi Nilai Siswa Interval Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1.
45 – 52
2
6
2.
53 – 60
5
6
45
3.
61 – 68
5
5
4.
69 – 76
14
14
5.
77 – 84
6
3
6.
85 – 92
4
2
36
36
Jumlah (Σ)
Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen terdapat 5,6% (2 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 45 –52, 13,9% (5 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 53 –60, 13,9% (5 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 61 – 68, 38,9% (14 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 69 –76, 16,7% (6 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 77– 84, dan 11,1% (4 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 84 –92. Pada kelas kontrol terdapat 16,7% (6 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 45 – 52, 16,7% (6 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 53– 60, 13,7% (5 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 61– 68, 38,9% (14 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 69 – 76, 8,3% (3 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 77–84, dan 5,6% (2 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 60–67. Berikut adalah tabel data statistik nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol: Tabel 4.4 Perbandingan Data Statistik Nilai Postes Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol Nilai Postes Siswa No Data Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1.
Nilai Maksimum
85
85
2.
Nilai Minimum
50
45
3.
Mean
70,70
65,97
4.
Median
69
69
5.
Modus
67,5
71,65
6.
Standar Deviasi
9,94
11,45
7.
Varians
98,79
131,17
46
Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen diperoleh nilai maksimum adalah 85,00, nilai minimum adalah 50,00, nilai mean data adalah 70,70 , nilai median data adalah 69 , nilai modus data adalah 67,5, nilai standar deviasi adalah 9,94 , dan nilai varians adalah 98,79. Pada kelas kontrol diperoleh nilai maksimum adalah 85,00, nilai minimum adalah 45,00, nilai mean data adalah 65,97, nilai median data adalah 69, nilai modus data adalah 71,65, nilai standar deviasi adalah 11,45, dan nilai varians adalah 131,17. 3.
Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes Setelah dilakukan analisis data, data akan terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat, yaitu: a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan kepada dua kelas, yaitu kelas ekperimen dan
kelas kontrol. Masing-masing kelas dilakukan uji normalitas untuk pretes dan postes. Dalam hal ini uji normalitas yang digunakan adalah Lilliefors. Keputusan diambil berdasarkan ketentuan pengujian normalitas, yaitu: jika Lhitung < Ltabel, maka data terdistribusi normal dan sebaliknya, jika Lhitung > Ltabel, maka data terdistribusi tidak normal. Berikut adalah tabel perbandingan hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol: Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol No Statistik Data Pretes Postes Pretes Postes 1.
Jumlah Sampel
36
36
36
36
2.
Lhitung
0,1257
0,0819
0,1253
0,0847
3.
Ltabel
0,1443
0,1443
0,1443
0,1443
4.
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen, Lhitung nilai pretes siswa adalah 0,1257 dan Lhitung nilai postes siswa adalah 0,0819. Ltabel nilai pretes dan postes siswa adalah 0,1443. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat
47
disimpulkan bahwa data nilai pretes terdistribusi normal. Hasil postes pada kelas eksperimen menunjukan Lhitung< Ltabel , maka dapat disimpulkan bahwa nilai postes terdistribusi normal. Pada kelas kontrol, Lhitung nilai pretes siswa adalah 0,1253 dan Lhitung nilai postes siswa adalah 0,0847. Ltabel nilai pretes dan postes siswa adalah 0,1443. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai pretes terdistribusi normal. Hasil postes pada kelas eksperimen menujukan Lhitung < Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa data nilai postes terdistribusi normal. b.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan pada nilai pretes dan nilai postes pada
masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini uji homogenitas yang digunakan adalah Uji F. Keputusan diambil berdasarkan ketentuan pengujian homogenitas, yaitu jika Fhitung < Ftabel, maka nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen . Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel, maka nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak homogen. Berikut adalah tabel perbandingan hasil perhitungan uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol: Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Nilai Sampel No Data Statistik Pretes Postes 1.
S2eksperimen
67,142
98,79
2.
S2kontrol
112,148
131,17
3.
Fhitung
0,598
0,753
4.
Ftabel
1,78
1,78
5.
Kesimpulan
Homogen
Homogen
Dari tabel di atas, Fhitung nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,598. Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
48
homogen. Fhitung nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,753. Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. c.
Uji Hipotesis Uji hipotesis diujikan pada nilai pretes dan nilai postes pada masing-
masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Keputusan diambil berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berikut adalah tabel perbandingan hasil uji analisis data nilai pretes dan nilai postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol: Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Data Nilai Postes Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil Postes Siswa No. Statistik Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1.
Sampel
36
36
2.
Mean
70,70
65,97
3.
thitung
1,87
4.
ttabel
1,66
5.
Kesimpulan
Berbeda
Dari tabel di atas, nilai t hitung untuk hasil pretes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,104, karena nilai thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Nilai thitung untuk hasil postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 1,87, karena nilai t hitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode pengajaran yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dibandingkan hasil belajar kelas kontrol, artinya model
49
pembelajaran ARCS berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas eksperimen.
B. Pembahasan Dari hasil uji hipotesis pada kelas eksperimen diperoleh t hitung sebesar 1,87 dan ttabel sebesar 1,66 karena thitung > ttabel ( > ), artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ARCS (Atantion, Relevance, Confidence, Satisfaction)
dalam proses pembelajaran memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa. Hasil ini didukung dari hasil postes, untuk kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 70,70, sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata sebesar 65,97. Adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kelas kontrol
yang
menggunakan
model
pembelajaran
konvesional.
Model
pembelajaran ARCS dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajari fisika, mereka juga mengetahui kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat mereka lebih percaya diri untuk dapat bersaing di dalam kelas dengan hasil belajar yang dapat mereka banggakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hung Chang Liao dan Ya Huei Wang, yang menyatakan bahwa penerapan model motivasi ARCS untuk desain instruksional dapat membawa efek positif pada kepuasan siswa selama mengikuti pelajaran, baik dari segi instruksi, metode yang digunakan, kualitas guru yang mengajar, iklim kelas, penilaian yang diperoleh, dan kepuasan secara keseluruhan1. Pembelajaran ARCS, dapat meningkatkan pemahaman konsep karena materi yang disampaikan tidak terlalu banyak, sehingga siswa menjadi lebih mudah mengingat dan memahami materi. Model ARCS juga dapat meningkatkan
1
Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari Contemporary Issues In Education Research. Vol 1. No.2. hal.53
50
hubungan sosial dan keakraban antar siswa dalam kelompok di saat menyelesaikan suatu permasalahan yang membutuhkan daya analisa dari tiap-tiap siswa dalam kelompok. Dalam pembelajaran ARCS siswa dapat mencoba permainan-permainan sederhana yang berkaitan dengan materi fisika yang diajarkan, sehingga mereka dapat mengetahui kegunaan materi yang mereka pelajari dalam kehidupan seharihari. Hal ini senada dengan hasil penelitian oleh Mei-Mei Chang dan James D. L Ehman. Pada penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa model ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) yang dilakukan pada penekanan relevansi meningkatkan motivasi instrinsik siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penyampaian materinyapun banyak memberikan umpan balik serta permainan yang memotivasi2. Motivasi instriksik menurut ilmu jiwa modern secara alami sudah dimiliki oleh anak didik, karena adanya dorongan kebutuhan dari dalam diri mereka 3. Langkah awal pendidik adalah harus menumbuhkan motivasi instrinsik tersebut ke dalam diri siswa, agar belajar menjadi sebuah kebutuhan bukan sebuah paksaan. Hal ini sejalan dengan dengan langkah awal dari model ARCS, yaitu menumbuhkan perhatian siswa sebelum belajar. Selanjutnya mengaitkan dengan kehidupan nyata di sekeliling mereka, sehingga pembelajaran itu menjadi sesuatu yang penting. ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction), merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar yang aktif kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran ARCS mampu meningkatkan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu terlihat saat mereka menyaksikan video kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran dengan animasi serta percobaan-percobaan sederhana yang dikemas dalam bentuk permainan dengan 2
Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1pp. Hal.95 3 Sardiman A.M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 99
51
permasalahan yang berkaitan dengan materi. Pada akhirnya siswa menjadi lebih tertarik dan membantu mereka lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran ARCS juga mengembangkan sikap kompetisi antar kelompok. Kompetisi akan memacu semangat setiap anggota kelompok untuk memberikan kesimpulan-kesimpulan dari suatu kejadian berdasarkan materi yang diajarkan sehingga pemahaman mereka menjadi lebih nyata. Menurut Awoniyi, dkk dalam Hamoraon menjelaskan bahwa ARCS memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:4 Kelebihan model ARCS adalah: 1.
Memberikan petunjuk : aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa
2.
Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik.
3.
Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa
4.
Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hekekatnya kurang menarik
5.
Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif. Kekurangan model ARCS adalah:
1.
Hasil afektif siswa sulit dilinai secara kuantitatif
2.
Perkembangan secara berkeseinambuangan melalui model ARCS ini sulit dijadikan penilaian.
4
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/modelarcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini didukung oleh hasil ratarata postes (70,70) kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran model ARCS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata postes (65,97) kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvesional. Dari hasil uji-t pada kelas eksperimen diperoleh t hitung sebesar 1,87 dan ttabel sebesar 1,66, karena thitung > ttabel (1,87 > 1,66), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil pengujian hipotesisi uji-t pada taraf signifikansi 0,05.
B. Saran Saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Pembelajaran fisika dengan menggunakan model ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) untuk meningkatkan hasil belajar siswa layak diteraapkan di kelas sebagai variasi dalam pembelajaran baik sebagian atau seluruhnya, karena model ARCS merupakan unsur-unsur motivasi yang dapat menumbuhkan minat dalam diri siswa.
2.
Guru dapat menjadikan model pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) sebagai salah satu alternatif penggunaan dalam proses pembelajaran di kelas. Sebaiknya model pembelajaran ARCS tidak hanya diterapkan pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar saja, tetapi bisa digunakan untuk konsep fisika yang lain yang memiliki contoh nyata yang dapat di terpkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada konsep gaya gesek, usaha dan energi, momentum impuls.
3.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, sebaiknya dalam pelaksanaan
model
pembelajaran
ARCS
(Attantion,
Relevance,
Confidence, Satisfaction) guru harus lebih tepat memilih metode-metode
52
53
yang cocok, game yang berkaitan dengan materi, pertanyaan berdasarkan masalah kehidupan sehari-hari yang masih berkaitan dengan materi dan fasilitas pendukung pembelajaran dengan lebih matang. 4.
Guru harus dapat merancang rencana pembelajaran dengan cermat, teliti dan terorganisir dengan baik serta memperhitungkan waktu dengan matang. dari segi materi yang akan disampaikan jangan terlalu banyak, contoh-contoh yang lebih up to date, serta soal latihan yang lebih menuntun siswa agar dapat menuntun pola pikir.
5.
Sekiranya dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk mengambil langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan keberlanjutan manfaat
model
pembelajaran ARCS ke dalam salah satu pembelajaran efektif yang dapat diterapkan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anas,
2011, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”, http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurutpara.html#.UUhQuGe86Nk, diakses 12 Februari 2013
Arikunto, Suharsimi, 1996, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi, 2009, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.9 Astleitner, Hermann, dan Peter Lintner, 2003, “The Effects Of ARCS-Strategies On Self-Regulated Learning With Instructional Texts”. Austria: Departemen of Educational Reasearch Akademiestrasse Astleitner, Hermann, Manuela Ihufnagl, 2003, “The Effects of Situation-OutcomeExpectancies and of ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with Web-Lecture”, Austria : University of Salzburg, dalam JA. of Educational Multimedia and Hypermedia, Vol. 12(4) Astuti, Muji, dkk, 2010, “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 18 Semarang”, Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Psikologi Chang, Mei-mei dan James D. Lehman. 2002, “Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models”, dalam Calico Journal 20 (1) Volume. 20 Number. 1p-p. Cheng, Yi-Chia dan Hsin-Te Yeh, 2009, “From concepts of motivation to its application in instructional design: Reconsidering motivation from an instructional design perspective”, USA: Blackwell Publishing, dalam British Journal of Educational Technology, Vol. 40, No. 4, doi:10.1111/j.1467-8535.2008.00857.x Dimyati dan Mudjiono, 2006, Mahasatya
Balajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Asdi
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002, “Psikologi Pendidikan”, Malang: Grasindo Hamid, Rusdiana, 2006, “Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, dalam Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 54
55
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcs-keller.html, diakses 10 Agustus 2012 Hodges, C.B, 2004, “Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in E-Learning Experiences”, Virginia Tech, dalam The Journal of Interactive Online Learning, Volume. 2, Number. 3, ISSN: 1541-4914 Humaidi, Abdul Haris dan Maksum, 2009, Fisika SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional Keller, J.M, 2008, “First principles of motivation to learn and e3-learning”, USA: Routledge, dalam Distance Education. Vol. 29, No. 2 Liao, Hung-Chang dan Ya-huei Wang, 2008, “Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational Education”, Chung-Shan Medical University, dalam Contemporary Issues In Education Research, Vol. 1, No. 2 Norhasimi, 2008, “Model Motivasi http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm, Agustus 2012
ARCS”, diakses 10
Oemar Hamalik, 2004, “Proses belajar Mengajar”, Jakarta: Bumi Aksara Pertiwi, A. A Mas Megawati, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 2252-9063 Sali, Jale balaban, 2008, “Designing Motivational Learning Systems In Distance Education”, Turkey: Anadolu university, dalam Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE July 2008 ISSN 1302-6488 Volume. 9 Number. 3, Article. 13 Sardiman, A.M, 2011, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Shih,Y.E dan Dennis Mills, 2007, “Setting the New Standard with Mobile Computing in Online Learning”, USA: Capella University, dalam International Review of Research in Open and Distance Learning, Vol. 8, No. 2, ISSN: 1492-3831 Slameto, 2010, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta: Rineka Cipta
56
Song, S.H. dan John M. Keller, 2001, “Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation”, ETR&D, Vol. 49, No.2, ISSN 1042-1629. Sudjana, Nana, 1984, Metode Statistik, Bandung: Tarsito Sugiono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta Supriyadi, dkk. 2011, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Suryono, Sigit, “Hakikat Pembelajaran Fisika”, http://ciget.info/?p=291, diakses tanggal 12 Februari 2013 Warsito, Adi, 2009, “Keseimbangan Benda Tegar”, http://adiwarsito.wordpress.com/2009/08/06/materi-pelajaran/, diakses 16 September 2012 Wongwiwatthananukit, Supakit dan Nicholas G. Popovich, 2000, “Applying the ARCS Model of Motivational Designe to Pharmaceutical Education”, American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64 Wongwiwatthananukit, Supakit dan Nicholas G. Popovich, 2000, “Applying the ARCS model of motivational Design to Apharmaceutical Education”, dalam American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64
57
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :1 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak rotasi benda tersebut. – Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat menunjukkan momen gaya atau torsi. – Siswa dapat menjelaskan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak rotasi. – Siswa dapat menunjukkan pengaruh momen kelembaman terhadap gerak rotasi. II. Materi Ajar – Momen Gaya (Torsi) Momen gaya adalah suatu ilmu dalam fisika yang mempelajari tentang penyebab benda bergerak melingkar. Hal yang mempengaruhinya antara lain, adanya gaya yang mendorong suatu benda secara tegak lurus dengan lengan benda tersebut dilihat dari titik porosnya. – Momen Inersia (Momen Kelembaman) Momen inersia diamati dari tenaga kinetik molekul yang bergerak melingkar pada suatu titik yang menjadi acuannya. Momen inersia ini adalah hasil perkalian antara massa suatu molekul dengan kuadrat jarak dari pusat acuannya.
PETA KONSEP
58
DINAMIKA ROTASI Meliputi
Energi Ep = m . g . h Ek = ½ m . v2
Momentum P=m.v
Gerak Melingkar Π ω = 2Π . f atau v=ω.R a linear = α . R
GLBB Vt = Vo ± a . t S = Vo . t ± ½ a. t2 Vt2 = Vo2 ± a . S
asentripetal = ω2. R atau
Berkaitan dengan
Hk. Newton ∑F = 0 ∑F = m . a ∑Faksi = ∑F reaksi Dasar pemahaman untuk
Momen Inersia I = k . M . R2
Torsi τ=F.R Searah jarum jam (+) Berlawanan arah jarum jam (-)
Saling berkaitan dan menghasilkan huungan
Hubungan torsi dengan momen inersia τ=I.α
59 III. Metode Pembelajaran Model ARCS IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Interaksi dalam pembelajaran Kegiatan dalam pembelajaran Guru Siswa - Guru memberi salam dan - Siswa menjawab salam memperkenalkan diri dan memperhatikan - Guru menanyakan kabar kepada siswa - Siswa menjawab - Guru memberikan motivasi bahwa dengan semua siswa di kelas mampu memberitahukan kabar mempelajari fisika, tanpa terkecuali. mereka - Guru menanyakan materi-sebelumnya - Siswa memperhatikan yang masih berkaitan dengan dan memiliki sedikit Awal dinamika partikel dan benda tegar motivasi untuk bisa dengan menggunakan sistem lempar fisika. kertas - Siswa aktif dalam melempar kertas dan menjawab bagi yang memegang kertas. - Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pintu. - Guru meminta siswa menjelaskan - Siswa menjelaskan mengapa gagang pintu terletak jauh kenapa gagang pintu dari engsel pintu? terletak jauh dari engsel - Guru menjelaskan alasan yang benar pintu. tentang pertanyaan sebelumnya. - Siswa memperhatikan Attantion penjelasan guru tentang pertanyaan tersebut dan mulai terbangun pengetahuan awal mereka tentang dinamika rotasi. Guru menjelaskan materi torsi, - Siswa memahami momen inersia, dan momentum sudut, penggunaan ilmu fisika serta hubungan torsi dengan momen dalam kehidupan nyata, Relevance inersia dan aplikasinya pada contoh - Siswa memperhatikan Inti pintu dan mencatat materi yang diberikan oleh guru. Guru menjelaskan bahwa mempelajari Siswa memberikan fisika bisa dilakukan dengan berbagai contoh dan menjelaskan cara, salah satu caranya dengan hubungan torsi pada mengamati keadaan lingkungan contoh yang mereka Confidence sehari-hari baik berupa permainan berikan sehingga siswa atau pekerjaan yang menggunakan termotivasi untuk alat-alat dalam kesehariannya. Guru mempelajari fisika meminta siswa untuk memberikan sesuai dengan cara yang contoh dan menjelaskan keterkaitan menurut mereka contoh dengan torsi menyenangkan. Sattisfaction Guru memberikan penghargaan Siswa merasa bangga
Waktu
20’
65’
60 kepada siswa yang dapat menjawab karena mendapat pertanyaan game di awal pelajaran, penghargaan dari guru, dan memberikan semangat kepada dan termotivasi untuk siswa lain untuk terus berusaha. bisa berkompetisi. Guru menanyakan kesimpulan kepada Salah seorang siswa beberapa siswa pelajaran apa yang menjawab dengan tadi dapat mereka ambil. kesimpulan yang - Guru memberikan kesimpulan dari mereka pahami. seluruh materi yang telah - Siswa memperhatikan Penutup disampaikan. dan mencatat - Guru memberikan tugas kepada siswa. kesimpulan dan tugas - Guru meminta siswa membentuk 5 yang diberikan oleh kelompok dengan nama-nama bahanguru. bahan material untuk pertemuan selanjutnya. V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : Buku, Penggaris, dan tumpuan Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : papan tulis dan spidol
5’
VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas Contoh Soal Kuis 1. Tuliskan persamaan hubungan kelajuan linear dengan kelajuan sudut pada gerak melingkar. 2. Bagaimanakah rumus momentum di pelajaran sebelumnya? 3. Bagaimana rumus enegi kinetik? 4. Berikan contoh penggunaan torsi dalam kehidupan sehari-hari! 5. Sebutkan ada berapa hukum newton dan jelaskan satu-persatu! Jawaban Kuis 1. V = ω R 2. P = m . v 3. Ek = ½ m v2 4. Contohnya: memukul sesuatu menggunakan kepalan tangan, membuka baut dengan menggunakan kunci pas, dsb. 5. ada 3 hukum newton, yaitu: - Hukum I newton (kelembaman): ∑F = 0 - Hukum II Newton: ∑F = m . a - Hukum III Newton: ∑Faksi = ∑Freaksi ..............., ............................. Mengetahui, Guru Fisika Peneliti
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIM:
61
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :2 : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Menganalisis dan memformulasikan momentum sudut dan hukum kekekalan momentum sudut. – Menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan yang berkaitan dengan gerak rotasi. – Menganalisis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat memformulasikan momentum sudut dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah. – Siswa dapat menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan yang berkaitan dengan gerak rotasi – Siswa dapat menganalisis gerak pada gasing yang sedang berputar. – Siswa dapat menganalsis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi. II. Materi Ajar – Momentum Sudut Momentum sudut adalah perkalian kecepatan sudut suatu benda yang berotasi dengan momen inersia suatu benda. – Energi Kinetik Rotasi Energi kinetik rotasi adalah tenaga kinetik suatu molekul atau benda yang melakukan gerak melingkar dengan kecepatan sudut tertentu.
62 PETA KONSEP
Momentum sudut pada gerak melingkar L=I.ω Ketika dua benda berinteraksi menghasilkan
HK. Kekekalan momentum sudut L1 + L2 = L1’ + L2’ I1 . ω1 + I2 . ω2 = I1 . ω1’ + I2 . ω2’ Berhubungan dengan
+ Energi kinetik Ek = ½ m . v2
=
Menghasilkan
Energi kinetik Total Ek = ½ m . v 2 (k + 1)
Energi kinetik rotasi Ek = ½ I . ω 2
63 III. Metode Pembelajaran Model ARCS IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Interaksi dalam pembelajaran Kegiatan dalam pembelajaran Guru Siswa - Guru memberi salam - Siswa menjawab salam - Guru menanyakan kabar kepada siswa dan memperhatikan - Guru menanyakan materi kemarin - Siswa menjawab yang sudah di pelajari dengan dengan Awal menunjuk beberapa orang siswa. memberitahukan kabar mereka - Siswa menjawab pertanyaan guru Guru menampilkan sebuah video Siswa memperhatikan Attantion untuk dijadikan kasus pada pertemuan tampilan video kali ini. - Guru meminta siswa untuk - Siswa bekerja menyimpulkan kasus yang kelompok untuk ditampilkan secara berkelompok. menyimpulkan. Relevance - Guru menjelaskan materi dinamika rotasi yang berhubungan dengan - Siswa mengerjakan soal tampilan video tersebut dan latihan memberikan soal latihan. Guru meminta siswa menyebutkan Siswa berdiskusi dan beberapa contoh lain yang berkaitan memberikan contohInti dengan tampilan video. contoh serta Confidence menjelaskannya berdasarkan pemahaman mereka tentang keterkaitan contoh dengan materi Guru memberikan penghargaan Siswa merasa bangga kepada kelompok yang dapat dan berusaha untuk menjelaskan kesimpulan dengan baik terus bersungguhSattisfaction dan kepada kelompok yang sungguh dalam menyebutkan contoh-contoh memahami dan terbanyak dan tepat. mempelajari fisika. Guru memberikan tugas kepada siswa Siswa mengamati dan Penutup berupa soal-soal latihan mencatat tugas yang diberikan oleh guru V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : netbook, infokus, sound sistem Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : papan tulis, spidol
Waktu
10’
75’
5’
64 VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam beriskusi dan menjawab pertanyaan, kinerja dalam kelompok serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas. – Tugas berupa pekerjaan rumah.
..............., ............................. Mengetahui, Guru Fisika
Peneliti
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIM:
65
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :3 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak rotasi.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat menganalisa dan mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak rotasi. II. Materi Ajar – Momen Gaya (Torsi) – Momen Inersia – Hubungan torsi dan momen inersia – Energi – Hukum Newton Materi di atas saling berkaitan antara satu dengan yang lain, ketika suatu benda dengan momen inersia tertentu melakukan gerak melingkar yang diakibatkan oleh sutau gaya yang mendorongnya, sehingga menghasilkan sebuah torsi dan bergerak melingkar dengan kecepatan tertentu, perubahan kecepatan (percepatan) dari benda tersebut menghasilkan perubahan energi.
66 PETA KONSEP
Analogi Hukum Newton aplikasinya
Katrol
Bidang miring aplikasinya
Tegangan tali
Torsi τ=F.R
Momen Inersia I = k . M . R2
GLBB Vt = Vo ± a . t S = Vo . t ± ½ a. t2 Vt2 = Vo2 ± a . S
Aplikasi pada hukum Newton
Gerak Melingkar Π ω = 2Π . f atau v=ω.R a linear = α . R
Energi Mekanik EM1 = EM2 Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
asentripetal = ω2. R atau Berkaitan dengan
Diperoleh hubungan
Benda bergerak turun
Benda bergerak naik
W–T=m.a
T–W=m.a
τ=I.α Energi kinetik Total Ek = ½ m . v 2 (k + 1)
Energi Potensial Ep = m . g . h
67 III. Metode Pembelajaran Model ARCS IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Interaksi dalam pembelajaran Kegiatan dalam pembelajaran Guru Siswa - Guru memberi salam - Siswa menjawab salam - Guru menanyakan kabar kepada siswa dan memperhatikan - Guru meminta siswa untuk - Siswa menjawab mengumpulkan buku latihan mereka. dengan Awal memberitahukan kabar mereka - Siswa mengumpulkan buku latihan mereka Guru menanyakan materi yang telah - Siswa berperan aktif siswa pelajari sebelumnya dengan dalam mengoper bola memilih siswa menggunakan sistem kepada temanoperan bola yang dibatasi dengan temannya hingga suara suara musik. musik dihentikan. Attantion - Siswa menjawab pertanyaan guru yang berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan sebelumnya. - Guru menjelaskan materi tentang - Siswa memperhatikan analogi hukum Newton dan dan mencatat materi hubungannya dengan torsi. yang dijelaskan oleh Relevance - Guru menampilkan video tentang guru penerapan dinamika rotasi pada - Siswa serius kehidupan sehari-hari. menyaksikan tampilan video yang diputar oleh guru. Inti Guru menjelaskan kepada siswa Siswa mencontohkan bahwa fisika dapat memudahkan dan kegiatan kerja dalam membantu menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari dalam kehidupan. Contohnya dengan menurunkan benda-benda berat mengaplikasikan ilmu dengan menggunakan bantuan roda fisika dalam yang berbentuk silinder pejal. Guru penerapannya sehingga meminta siswa mencontohkan siswa terbangun Confidence kegiatan sehari-hari mereka yang kepercayaan dirinya mengaplikasikan ilmu fisika dalam untuk dapat bersaing di membantu kerja sehari-hari. masa yang akan datang dengan dasar pengetahuan yang mereka miliki sekarang dan berusaha berkembang terusmenerus. Guru memberikan beberapa soal Siswa bersemangat Sattisfaction latihan kepada siswa yang harus untuk menyelesaikan
Waktu
5’
80’
68
Penutup
diselesaikan pada saat itu, dan memberikan hadiah baik berupa nilai atau barang. Guru mengakhiri dengan memberikan kesimpulan pelajaran
soal yang diberikan oleh guru. Siswa memperhatikan dan mencatat kesimpulan yang diberikan oleh guru
5’
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : netbook, infokus. Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : papan tulis dan spidol VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, kinerja keterampilan dalam bekerja kelompok dan penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas
..............., ............................. Mengetahui, Guru Fisika
Peneliti
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIM:
69
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :4 : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Menentukan pusat massa dalam satu garis. – Menentukan pusat massa pada suatu bidang. – Menentukan pusat massa dalam suatu ruang. – Menentukan pusat massa dari berbagai benda tegar.
I. Tujuan Pembelajaran – Menganalisis keseimbangan partikel (keseimbangan titik). – Siswa dapat menunjukkan dan pusat massa dalam suatu garis. – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa pada suatu bidang. – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa dalam suatu ruang. – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa benda homogen yang berbentuk garis atau busur, bidang, kulit homogen, dan pejal homogen.
II. Materi Ajar Keseimbangan Partikel (Keseimbangan Benda Tegar) Sebuah benda tegar dikatakan dalam kesetimbangan jika benda itu tidak mengalami perubahan gerak translasi maupun gerak rotasi. Artinya, benda itu tidak mengalami percepatan translasi dan tidak pula mengalami percepatan sudut.
70 PETA KONSEP
KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Aplikasinya
Keseimbangan pada partikel
Titik berat pada garis
Titik berat pada bidang
Titik berat pada ruang
Macam-macam bidang
Macam-macam bidang
- Prisma : yo = ½ . t - Tabung : yo = ½ . t - Limas : yo = ¼ . t - Kerucut : yo = ¼ . t - Setengah bola : yo =
- Segitiga : yo = - Jajar genjang, persegi, dan persegi panjang : yo = ½ . t - Bidang juring lingkaran : yo = - Setengah lingkaran : yo =
71 III. Metode Pembelajaran Model ARCS IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Interaksi dalam pembelajaran Kegiatan dalam pembelajaran Guru Siswa - Guru memberi salam kepada siswa. - Siswa menjawab salam - Guru menanyakan tugas yang guru diberikan pada pertemuan sebelumnya Awal - Siswa memperlihatkan tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. - Guru memberikan tantangan kepada - Siswa berpartisipasi siswa, yaitu mendirikan 10 paku pada untuk menyelesaikan 1 buah paku, meletakkan uang koin tantangan dari guru. Attantion pada sudut samping uang kertas, - Siswa yang lain menyusun kartu tanpa jatuh memotivasi teman mereka yang mendapatkan tantangan.
Inti
- Guru menjelaskan dan menampilkan - Siswa mengamati dan beberapa gambar dalam kehidupan memahami bagaimana sehari-hari yang berhubungan dengan prinsip kerja dari keseimbangan benda tegar. gambar-gambar yang Relevance - Guru menjelaskan materi tentang ditampilkan oleh guru keseimbangan benda tegar pada partikel, garis, luas, dan volum. - Siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru. Guru memberikan contoh Siswa mencari keseimbangan dalam kehidupan sehari- keterkaitan antara materi hari, misalnya fisika tentang - Bagaimana seorang arsitek dapat keseimbangan dengan merancang bangunan yang begitu penerapannya dalam kokoh. bidang ilmu lain serta - Bagaimana seorang ibu yang hamil mencari penjelasannya dapat mengangkat beban selama sehingga Siswa sembilan bulan termotivasi dan terbangun Confidence - Bagaimana seorang dibidang otomotif rasa percaya diri bahwa mendisain kendaraan agar mereka mampu menjadi airodinamis sehingga tidak mudah seorang yang memiliki tergelincir kemampuan untuk - Bagaimana alat-alat pabrik begitu kuat menerapkan fisika mengangkat beban yang berat dan lain terutama dinamika rotasi sebagainya. dalam kehidupan sehariGuru meminta siswa memberikan hari. contoh keterkaitan fisika terutama materi keseimbangan yang diterapkan dalam bidang ilmu yang lain Sattisfaction Guru memberikan penghargaan kepada Siswa bersemangat untuk
Waktu
5’
80’
72
Penutup
siswa-siswa yang berhasil menjawab terus berusaha tantangan guru dengan benar dan mempelajari untuk semangat. memahami fisika, dan siap untuk berkompetisi. - Guru menyimpulkan pembelajaran - Siswa menyimak dan hari ini. mencatat tugas yang - Guru memberikan tugas berupa soaldiberikan oleh guru. soal latihan kepada siswa sebagai bahan untuk memantapkan materi yang baru dipelajari.
5’
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : Kartu remi, paku, uang kertas dan koin. Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : infokus, netbook, papan tulis, dan spidol VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab tantangan dari guru, kinerja keterampilan siswa dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas. – Tugas
..............., ............................. Mengetahui, Guru Fisika
Peneliti
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIM:
73
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :5 : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Menganalisa keseimbangan dan hubungannya dengan hukum Newton dari berbagai bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari. – Menentukan dan merumuskan titik berat suatu benda.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat menganalisa keseimbangan dan hubungannya dengan hukum Newton dari berbagai bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari. – Siswa dapat menentukan dan merumuskan titik berat suatu benda. II. Materi Ajar Keseimbangan Benda Tegar Sebuah benda tegar dikatakan dalam kesetimbangan jika benda itu tidak mengalami perubahan gerak translasi maupun gerak rotasi. Artinya, benda itu tidak mengalami percepatan translasi dan tidak pula mengalami percepatan sudut.
74
PETA KONSEP
Keseimbangan benda tegar Dianalisis melalui
Torsi
Hukum Newton Syarat
Syarat
keseimbangan ∑τ = 0
keseimbangan ∑Fy = 0
Analisis menggunakan
Vektor
∑Fx = 0
75 III. Metode Pembelajaran Model ARCS IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Interaksi dalam pembelajaran Kegiatan dalam pembelajaran Guru Siswa - Guru memberi salam kepada siswa. - Siswa menjawab salam - Guru menanyakan tugas yang guru diberikan pada pertemuan sebelumnya - Siswa memperlihatkan Awal tugas yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. - Guru menampilkan beberapa video - Siswa memperhatikan kepada siswa. tampilan video. - Guru meminta siswa membuat - Seluruh siswa membuat Attantion kesimpulan dari video yang telah keseimpulan video yang ditampilkan. Siswa diminta untuk telah ditampilkan memberikan kesimpulan yang dipilih melalui sistem kocokan nama.
Relevance
Inti
Confidence
Sattisfaction
Penutup
- Guru menjelaskan penggunaan materi torsi dan keseimbangan benda tegar kepada siswa. - Guru menjelaskan hubungan antara dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
Siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan dari guru.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan: meletakkan garpu serta sendok pada permukaan gelas dengan menggunakan 1 buah tusuk gigi, bagi siswa yang berhasil harus dapat menjelaskan alasan mengapa bisa terjadi keseimbangan pada bahan-bahan yang mereka susun.
Siswa aktif melakukan percobaan atau tantangan yang diberikan oleh guru dan siswa yang berhasil menjelaskan alasan mengapa bisa terjadi keseimbangan antara sendok dan garpu yang didirikan menggunakan saru buah tusuk gigi pada permukaan bibir gelas.
Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas semangat mereka mengikuti pembelajaran secara serius
Siswa merasa bangga dengan pemahaman yang mereka peroleh.
Guru menyimpulkan hari ini.
Siswa menyimak kesimpulan guru
pembelajaran
Waktu
5’
80’
5’
76 V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : sendok, garpu, gelas dan tusuk gigi. Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : papan tulis, spidol. VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas ..............., ............................. Mengetahui, Guru Fisika
Peneliti
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIM:
77
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :1 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak rotasi benda tersebut. – Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat menunjukkan momen gaya atau torsi. – Siswa dapat menjelaskan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak rotasi. – Siswa dapat menunjukkan pengaruh momen kelembaman terhadap gerak rotasi. II. Materi Ajar – Momen Gaya (Torsi) Momen gaya adalah suatu ilmu dalam fisika yang mempelajari tentang penyebab benda bergerak melingkar. Hal yang mempengaruhinya antara lain, adanya gaya yang mendorong suatu benda secara tegak lurus dengan lengan benda tersebut dilihat dari titik porosnya. – Momen Inersia (Momen Kelembaman) Momen inersia diamati dari tenaga kinetik molekul yang bergerak melingkar pada suatu titik yang menjadi acuannya. Momen inersia ini adalah hasil perkalian antara massa suatu molekul dengan kuadrat jarak dari pusat acuannya. III. Metode Pembelajaran - Ceramah - Tanya jawab IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran dengan memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin dan banyak mengerjakan latihan agar hasil yang diperoleh dalam semester ini dapat lebih baik dari semester sebelumnya. Kegiatan Inti – Guru menanyakan konsep-konsep yang telah mereka pelajari yang masih berkaitan dengan dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. – Siswa melakukan diskusi kelas untuk mengungkap kembali hubungan besaranbesaran yang terkait pada gerak melingkar. – Guru menjelaskan materi dinamika rotasi berdasarkan keteraitannya dengan konsep awal yang telah siswa pahami disertai tanya jawab untuk menunjukkan momen gaya suatu benda dan syaratnya. – Guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan alat yang menggunakan prinsip kerja momen gaya
78 – Beberapa siswa mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai alat yang menggunakan prinsip kerja momen gaya. – Guru menjelaskan sub materi selanjutnya yaitu momen inersia dan macam-macam momen inersia pada beberapa benda tegar. – Guru meminta siswa untuk mencatat dan menghafal momen inersia masing-masing benda tegar dan bertanya kepada beberapa siswa untuk memastikan apakah mereka sudah menghafal atau belum. – Guru menjelaskan keterkaitan antara torsi dan momen inersia beserta percepatan sudut Kegiatan Akhir Guru meminta perwakilan siswa untuk menyimpulkan dan guru melangkapi atau memberi penekanan pada materi momen gaya dan momen inersia, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, serta tugas membaca dan memahami materi berikutnya. V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : Spidol dan penghapus Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : Papan tulis VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab, penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas – Kuis Contoh Soal Kuis 1. Tuliskan persamaan hubungan kelajuan linear dengan kelajuan sudut pada gerak melingkar. 2. Tuliskan hukum newton dan rumus percepatan ketika benda berada pada bidang miring yang kasar. 3. Tuliskan rumus untuk mencari percepatan sudut pada gerak melingkar beraturan 4. Tuliskan rumus momentum 5. tuliskan rumus energi kinetik. Jawaban Kuis 1. V = ω R 2. I: ΣF = 0, II: ΣF = m . a, III: ΣFaksi = ΣFreaksi a = w sin α – f / m 3. α = a/R 4. P = m.v 5. Ek= ½ m v2
..............., ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Fisika
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIP:
79
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :2 : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Menganalisis dan memformulasikan momentum sudut dan hukum kekekalan momentum sudut. – Menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan yang berkaitan dengan gerak rotasi. – Menganalisis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat memformulasikan momentum sudut dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah. – Siswa dapat menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan yang berkaitan dengan gerak rotasi – Siswa dapat menganalisis gerak pada gasing yang sedang berputar. – Siswa dapat menganalsis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi. II. Materi Ajar – Momentum Sudut Momentum sudut adalah perkalian kecepatan sudut suatu benda yang berotasi dengan momen inersia suatu benda. – Energi Kinetik Rotasi Energi kinetik rotasi adalah tenaga kinetik suatu molekul atau benda yang melakukan gerak melingkar dengan kecepatan sudut tertentu. III. Metode Pembelajaran 1. Informasi/ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi dan tanya jawab IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran dengan menanyakan tugas pekerjaan rumah untuk dikumpulkan yang diteruskan dengan tanya jawab mengenai materi sebelumnya sebagai refleksi awal sebelum mempelajari sub bab selanjutnya. Kegiatan Inti – Guru menjelaskan momentum sudut dan hukum kekekalan momentum sudut dan memformulasikannya. – Guru meminta siswa mendiskusikan sesama teman satu meja kenapa penari balet jika merentangkan tangan putarannya lebih lambat jika dibandingkan dengan melipat tanggannya dan berikan contoh lain yang berkaitan dengan contoh tersebut. – Siswa melakukan diskusi dan mencari contoh lain dari hal serupa.
80 – Guru menjelaskan materi energi kinetik dengan menganalogikan antara energi kinetik linear dengan energi kinetik rotasi. – Guru meminta siswa untuk berkelompok bersama teman semeja untuk menurunkan rumus energi kinetik gabungan antara EKtranslasi dengan EKrotasi. – Siswa melakukan diskusi untuk menyelesaikan tugas guru. Kegiatan Akhir Dengan cara tanya jawab, siswa memberikan kesimpulan dan guru memberi penekanan materi momentum sudut dan energi kinetik rotasi, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas membaca dan memahami materi berikutnya. V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : Spidol dan penghapus Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : Papan tulis VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas – Tugas
..............., ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Fisika
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIP:
81
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :3 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak rotasi.
I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat menganalisa dan mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak rotasi. II. Materi Ajar – hubungan momen gaya, momen inersia, percepatan sudut dan energi yang diaplikasikan pada hukum Newton. Materi di atas saling berkaitan antara satu dengan yang lain, ketika suatu benda dengan momen inersia tertentu melakukan gerak melingkar yang diakibatkan oleh sutau gaya yang mendorongnya, sehingga menghasilkan sebuah torsi dan bergerak melingkar dengan kecepatan tertentu, perubahan kecepatan (percepatan) dari benda tersebut menghasilkan perubahan energi. III. Metode Pembelajaran 1. Informasi/ceramah 2. Diskusi dan tanya jawab IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran dengan menanyakan pengertian dan rumus konsep materi yang minggu lalu siswa pelajari. Kegiatan Inti – Guru meminta kepada siswa mendiskusikan soal kuis untuk menurunkan rumus materi hukum newton pada benda saat di bidang datar, bidang miring, katrol, dan gabungan dengan membagi menjadi 5 kelompok. – Siswa berdiskusi dan menyelesaikan tugas diskusi. – Guru meminta tiap perwakilan kelompok menjelaskan hasil diskusinya – Guru memberikan penghargaan berupa nilai lebih bagi kelompok yang jawabannya paling baik – Guru menjelaskan soal kuis tersebut dan kemudian mengaitkan dengan materi dinamika rotasi. Kegiatan Akhir Guru meminta perwakilan siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri dan membaca dan memahami materi berikutnya. V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : spidol dan penghapus Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : Papan tulis
82 VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian sikap, minat dan tingkah laku siswa di dalam kelas – Kuis – Tugas Contoh Soal Kuis Lengkapi gaya-gaya yang bekerja pada gambar di bawah ini serta turunkan rumus percepatannya jika permukaan benda tersebut kasar! 1. α
F
4.
M1
M2>M1 M2
2.
5.
M2>M1
α
M1
3.
M1
M2
M2
α
..............., ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Fisika
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIP:
83
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
: Fisika : XI/2 (dua) :4 : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar : – Menentukan pusat massa dalam satu garis. – Menentukan pusat massa pada suatu bidang. – Menentukan pusat massa dalam suatu ruang.
I. Tujuan Pembelajaran – Menganalisis keseimbangan partikel (keseimbangan titik). – Siswa dapat menunjukkan dan pusat massa dalam suatu garis. – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa pada suatu bidang. – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa dalam suatu ruang. – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa benda homogen yang berbentuk garis atau busur, bidang, kulit homogen, dan pejal homogen. II. Materi Ajar Keseimbangan Partikel (Keseimbangan Benda Tegar) Sebuah benda tegar dikatakan dalam kesetimbangan jika benda itu tidak mengalami perubahan gerak translasi maupun gerak rotasi. Artinya, benda itu tidak mengalami percepatan translasi dan tidak pula mengalami percepatan sudut. III. Metode Pembelajaran 1. Informasi/ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi dan tanya jawab IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang benda di katakan seimbang. Kegiatan Inti – Guru memberikan informasi (ceramah) yang diikuti tanya jawab untuk menjelaskan keseimbangan partikel (keseimbangan titik) pada garis, bidang datar dan bidang volum serta bagaimana memahami cara perumusannya. – Guru melakukan demonstrasi di depan kelas untuk menunjukkan keseimbangan suatu benda yang bentuknya tidak teratur. – Guru meminta perwakilan siswa membuat suatu bidang datar yang tak beraturan dan meminta 2 orang perwakilan siswa untuk mendemonstrasikan cara menentukan titik berat bidang datar tersebut. Kegiatan Akhir Guru meminta siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan materi yang telah disampaikan pada pertemuan ini, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, membaca dan memahami materi berikutnya.
84 V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : Kertas, gunting, benang, penggaris, jarum, spidol dan penghapus Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : Papan tulis, potongan kertas dengan bentuk tidak teratur yang digantung oleh benang VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas.
..............., ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Fisika
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIP:
85
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan KeAlokasi Waktu Standar Kompetensi
: Fisika : XI/2 (dua) :5 : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit) : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar Indikator : – Menentukan keseimbangan pada benda tegar. I. Tujuan Pembelajaran – Siswa dapat menunjukkan dan menentukan keseimbangan pada benda tegar. – Siswa dapat menerapkan konsep keseimbangan benda dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. II. Materi Ajar Benda Tegar (Keseimbangan Benda Tegar) III. Metode Pembelajaran 1. Informasi/ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi dan tanya jawab IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan tanya jawab berkaitan dengan rotasi benda tegar dan keseimbangan benda tegar. Kegiatan Inti – Guru memberikan ceramah yang disertai dengan tanya jawab untuk menjelaskan keseimbangan pada benda tegar. – Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memberi beberapa contoh penerapan keseimbangan benda tegar dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari serta di analisa bagaimana benda tersebut dapat seimbang saat melakukan kerja. – Siswa melakukan diskusi kelompok untuk membahas persoalan yang berkaitan dengan keseimbangan benda tegar. Kegiatan Akhir Guru meminta siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan materi yang telah dibahas pada pertemuan ini. Meminta siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi postes minggu depan. V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat-Alat/Bahan : Spidol dan penghapus Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai) Sarana/Media : papan tulis VI. Penilaian – Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab atau diskusi, serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas
86 ..............., ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Fisika
–––––––––––––––– NIP:
––––––––––––––––– NIP:
87 Lampiran 3 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Nama Sekolah
: SMA N 86 Jakarta Selatan
Kelas
: XI
Mata Pelajaran
: IPA FISIKA
Semester
: II (Dua)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah. Kompetensi Dasar Memformulas ikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar.
Materi Pembelajaran Dinamika Rotasi dan keseimbangan benda tegar
Indikator Mengetahui pengertian dari torsi
Memahami penggunaan torsi pada suatu batang
Kunci Jawaban Perkalian antara gaya dengan lengan gaya, Momen Gaya dimana antara gaya dan lengan gaya harus (B) tegak lurus disebut? a. Momen inersia b. Momen gaya c. Momentum sudut d. Gaya sentripetal e. Gaya sentrifugal Pertanyaan
1.
2.
Sebuah batang yang panjangnya 4 m, mendapatkan gaya sebesar 10N tepat di tengah-tengah dan tegak lurus dengan batang tersebut. Jika salah satu ujung batang merupakan porosnya, tentukan besar torsi batang tersebut! a. 50 Nm b. 40 Nm c. 30 Nm d. 20 Nm e. 10 Nm
Dik: l = ½ x 4 m = 2 m F = 10 N Dit: τ . . . ? Jawab: τ = F x l = 10 x 2 = 10 x 2 = 20 Nm (D)
Aspek Kognitif
C1
C2
88 Mengaplikasika 3. n prinsip kerja torsi pada suatu batang yang membentuk sudut dengan menggunakan aturan torsi
Perhatikan gambar di bawah ini!
Dik: l = 6 m F = 20 N θ = 53O Dit: τ ...? Jawab: τ = F x l sin 53o = 20 x 6 . 4/5 = 20 x 4,8 = 96 Nm
poros
53o
F C3
Jika diketahui panjang batang tersebut adalah 6 m, dan gaya yang diberikannya adalah 20 N. Berapakah besar torsi batang tersebut jika (sin 53o = 0,8 dan cos 53o = 0,6)? a. 96 Nm b. 84 Nm c. 72 Nm d. 61 Nm e. 50,5 Nm Menganalisis gaya-gaya pada suatu persegi yang menyebabkan persegi tersebut bergerak berputar.
4.
Sebuah persegi memiliki panjang sisi 100 Dik: F1 = 10 N cm, mendapatkan gaya F1 = 10 N, F2 = F2 = 20N 20N, dan F3 = 40 N seperti pada gambar di F3 =>F3 sin 37o bawah ini. = 40.3/5 = 24 N =>F3 cos 37o = F1 40.4/5 = 32 N Dit: τtotal ... ? Jawab: F2
37o F3
Στ = -τ1 + τ2 – τ3 sin + τ3 cos = - (F1x l1) + (F2 x l2) – (F3 sin 37o x l3) + (F3
C4
89
Jika poros persegi tepat berada di tengahtengah, tentukan besar torsi total yang bekerja pada persegi tersebut! [searah jarum jam (+), berlawanan arah jarum jam (-)] a. 8,5 Nm b. – 8,5 Nm c. 9 Nm d. – 9 Nm e. 10 Nm Mengetahui pengertian dari momen inersia
Memahami momen inersia partikel pada diagram catesius.
5.
6.
Momen inersia sebuah benda yang berotasi terhadap titik tetap (jari-jari tidak berubah) dipengaruhi oleh? a. Massa benda b. Volum benda c. Massa jenis benda d. Percepatan sudut rotasi e. Kecepatan sudut awal Tiga buah partikel berada pada sumbu X dan Y seperti pada gambar di bawah. Y 3 kg 3m
1 kg 1m
2m
2kg
X
Jika massa m1 = 1kg, massa m2 = 2kg, dan massa m3 = 3 kg, dan jarak partikel
cos 37o x l4) = - (10 x 0,5) + (20 x 0,5) – (40.3/5 x 0,5) + (40.4/5 x 0,5) = -5 + 10 – 12 + 16 = 9 Nm (C)
I = m r2 Karena jari-jari konstan maka yang mempengaruhi hanya massa saja
C1
A (massa benda)
Dik: m1 = 1kg m2 = 2kg m3 = 3kg l1 = 1m l2 = 2m l3 = 3m Dit: ΣI ...? Jawab: Karena m1 dan m2 merupakan partikel yang terlewati sebagai poros putar, maka inersia yang bekerja hanya inersia pada m3 saja. ΣI = m3 . l32
C2
90 = 3 . 32 =3.9 = 27 kgm2 (E)
tersebut berturut-turut adalah 1m, 2m, dan 3m. tentukan besar momen inersia partikel tersebut jika berputar terhadap sumbu X! a. b. c. d. e. Mengaplikasika 7. n momen inersia yang terletak pada ujung segitiga dengan acuan sumbu putar adalah alasnya. X
Perhatikan gambar di bawah ini! 2kg 4m
Sebuah benda bermassa 2 kg di letakkan di ujung sebuah bangun yang berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi 4 m. Jika benda tersebut di putar terhadap sumbu X seperti pada gambar di samping, tentukan momen inersia dari benda tersebut! a. b. c. d. e.
Menganalisis momen inersia dari bola pejal
8.
1 kg m2 3 kg m2 9 kg m2 15 kg m2 27 kg m2 Dik: m = 2 kg L=4m Dit: I...? Jawab: Karena lengan tidak tegak lurus terhadap sumbu x maka lengan menjadi: L=√ = 2√ m I
= m . r2 = 2 . (2√ )2 = 2 . 4. 3 = 24 kgm2 (E)
C4
4 √ kg m2 4 kg m2 12 √ kg m2 12 kg m2 24 kg m2
Sebuah benda berbentuk bola pejal dengan massa 2 kg dan diameter 30 cm. Jika sumbu putarannya melalui pusat bola, berapakah besar momen inersia bola pejal tersebut?
Dik: k = 2/5 m = 2 kg d = 30 cm => r = 0,15 m Dit: I ...? Jawab: I = k. m . r2
C3
91 a. b. c. d. e. Menganalisis jenis benda tegar pada suatu benda.
Mengetahui keterkaitan antara momen gaya dengan momen inersia
Memahami hubungan percepatan sudut dengan momen gaya dan momen inersia
9.
10.
11.
180 x 10-2 kg m2 180 x 10-4 kg m2 3 x 10-2 kg m2 3 x 10-4 kg m2 300 kg m2
Diketahui sebuah benda memiliki momen inersia 4 kg m2, jika benda tersebut memili massa 2 kg dan jari-jari 2 m. Tentukan jenis benda tersebut! a. Bola pejal b. Bola tipis berongga c. Silinder pejal d. Silinder tipis e. batang homogen
= 2/5. 2 . (0,15)2 = 4/5 . 0,0225 = 180 x 10-4 kg m2 (B)
Dik : I = 4 kg m2 m = 2 kg r=2m Dit : Bentuk Benda ...? Jawab: I = k . m . r2 4 = k . 2 . 22 4=k.8 ½ = k (silinder pejal) C
Sebuah gilingan berbentuk silinder pejal (k Dik : k = ½ =1/2) bermassa 2 kg dan jari-jari 10 cm, m = 2 kg berputar dengan percepatan sudut sebesar 2 r = 10 cm = 0,1 m rad/s2. Tentukan besar momen gaya α = 2 rad/s2 gilingan tersebut! Dit: τ ...? a. 2 Nm Jawab: b. 2 x 10-1 Nm τ=I.α -2 c. 2 x 10 Nm = ½ . m . r2 . α d. 2 x 10-3 Nm = ½ . 2 . 0,12 . 2 -4 e. 2 x 10 Nm = 2 x 10-2 Nm (C) Sebuah roda pejal memiliki momen inersia 5 kg m2. Sebuah momen gaya sebesar 4 Nm bekerja pada roda tersebut. Besar percepatan sudut yang dialami roda adalah? a. 0,5 rad/s2 b. 0,8 rad/s2 c. 1,0 rad/s2
Dik : I = 5 kg m2 τ = 4 Nm Dit : α = ...? Jawab: τ=I.α 4=5.α α = 0,8 rad/s2 (B)
C3
C2
C2
92 d. 1,5 rad/s2 e. 2,0 rad/s2 Mengapliasikan 12. hubungan antara percepatan pada gerak lurus dengan torsi
Sebuah gerinda memiliki momen inersia sebesar 2 kg m2 dan berjari-jari 20 cm. Jika gerinda tersebut bergerak dengan percepatan 2 m/s2, tentukan momen gaya yang bekerja pada gerinda tersebut! a. 40 Nm b. 30 Nm c. 20 Nm d. 10 Nm e. 5 Nm
Dik : I = 2 kg m2 r = 20 cm = 0,2 m a = 2 m/s2 Dit : τ ...? Jawab: τ =I.α τ = I . a/r τ = 2 . 2/0,2 τ = 20 Nm (C)
Menganalisis hubungan antara gerak melingkar dengan gerak lurus
Sebuah bola bowling dengan momen inersia 10 kg m2 mula-mula dalam keadaan diam, ketika diberikan gaya pada lintasan lurus sebesar F pada permukaan atas bola, bowling tersebut bergerak lurus dan menggelinding dengan kecepatan sudut 10 rad/s selama 2 detik. Tentukanlah besar gaya F yang mendorong bola bowling tersebut jika jari-jari bowling sebesar 20 cm! a. 400 N b. 350 N c. 300 N d. 250 N e. 200 N
Dik: I = 10 kg m2 ωo = 0 rad/s ωt = 10 rad/s t = 2 sekon r = 20 cm = 0,2 m Dit: F . . . ? Jawab: τ =I.α F. r = 10 . (ωt - ωo/t) F. 0,2 = 10 . (10 – 0/2) F. 0,2 = 10 . 5 F = 50 /0,2 F = 250 N (D)
13.
C3
C4
93 Menganalisis gaya gesek pada sebuah roda berbentuk silinder pejal pada kehidupan sehari-hari
14.
Sebuah roda mobil gocar berbentuk silinder pejal (k =1/2) sedang dilakukan pengujian, mula-mula bergerak berputar dengan kecepatan 20 m/s, kemudian direm secara mendadak dan berhenti setelah 4 detik. Jika diketahui momen inersia roda mobil tersebut 0,5 kg m2 dan jari-jarinya 10 cm. Tentukanlah kekasaran (µ) lintasan roda mobil tersebut yang mengakibatkan mobil dapat berhenti. (g = 10 m/s2) a. 0,75 b. 0,50 c. 0,25 d. 0,20 e. 0,05
Dik: k = ½ vo = 20 m/s vt = 0 m/s t = 4 detik I = 0,5 kg m2 r = 10 cm g = 10 m/s2 Dit: µ . . . ? Jawab: a= (vo – vt/t) a= (20 -0/4) a= 5 m/s2 I = k.m.r2 0,5 = ½.m.(0,1)2 1 = m . 10-2 m = 100 kg
C4
τ =I.α f.r = ½ m. r2.a/r f = ½.100.5 μ.m.g = 250 μ . 1000 = 250 μ = 0,25 (C) Mengetahui tentang momentum sudut
15.
Apa yang terjadi jika seorang penari balet yang mula-mula merentangkan tangannya ketika berputar tiba-tiba melipat tangannya? a. Kecepatan berputarnya semakin melambat b. Kecepatan berputar semakin cepat c. Massa penari balet bertambah d. Massa penari balet berkurang e. Salah semua
Ketika tangan penari di lipat momen inersia akan menjadi kecil dikarnakan lengan terhadap poros putar menjadi kecil, akan tetapi kecepatan berputar akan semakin cepat, karena inersia benda dengan kecepatan berbanding terbalik (B) L=I.ω
C1
94 Sebuah piringan musik yang berputar dengan kecepatan sudut sebesar 10 rad/s memiliki momen inersia sebesar 0,5 kg m2. Tentukanlah besar momentum sudut piringan musik tersebut! a. 1 kg m2 rad/s b. 2 kg m2 rad/s c. 3 kg m2 rad/s d. 4 kg m2 rad/s e. 5 kg m2 rad/s
Dik: ω = 10 rad/s I = 0,5 kg m2 Dit: L . . .? Jawab: L=I. ω = 0,5 . 10 = 5 kg m2 rad/s (E)
Mengaplikasika 17. n prinsip momentum sudut pada bola pejal yang bergerak melingkar
Bola pejal (k = 2/5) yang mula-mula diam lalu bergerak dengan kecepatan sudut 5 rad/s. Jika diketahui bola pejal tersebut memiliki massa 2 kg dan jari-jari 10 cm, tentukanlah momentum sudut bola pejal tersebut! a. 1 x 10-2 kg m2 rad/s b. 2 x 10-2 kg m2 rad/s c. 3 x 10-2 kg m2 rad/s d. 4 x 10-2 kg m2 rad/s e. 5 x 10-2 kg m2 rad/s
Dik: k = 2/5 ωo = 0 rad/s ωt = 5 rad/s m = 2 kg r = 10 cm = 0,1m Dit: L ...? Jawab: L = I .ω t = k . m . r2 . ω t = 2/5 . 2 . (0,1)2 . 5 = 4 x 10-2 kg m2 rad/s (D)
Menganalisis momentum sudut suatu bola pejal dengan memperhatikan frekuensi putarannya
Bola pejal dengan momen inersia 2 kg m2 melakukan 10 putaran tiap detiknya, tentukanlah besar momentum sudut bola pejal tersebut? a. 10 π kg m2 rad/s b. 20 π kg m2 rad/s c. 30 π kg m2 rad/s d. 40 π kg m2 rad/s e. 50 π kg m2 rad/s
Dik: Bola Pejal (k = 2/5) I = 2 kg m2 f = 10 Hz Dit: L ...? Jawab: L=I.ω = I . (2π . f) = 2 . (2 π . 10) = 40 π kg m2 rad/s (D)
Memahami penerapan momentum sudut pada piringan musik
16.
18.
C2
C3
C4
95 Menganalisa 19. kejadian seharihari berdasarkan prinsip hukum kekekalan momentum sudut.
Dua buah roda, yaitu roda A dan roda B yang masing-masing memiliki momen inersia sebesar 3 kg m2 dan 2 kg m2. Mulamula roda A berputar dengan kecepatan sudut 1 rad/s sedangkan roda B 3 rad/s, jika kemudian roda A dan B digabung menjadi seporos. Berapakah besar kecepatan sudut gabungan roda A dan B tersebut? a. 0,9 rad/s b. 1,8 rad/s c. 2,7 rad/s d. 3,6 rad/s e. 4,5 rad/s
Mampu menganalisa momentum sudut pada suatu bandul yang diputar pada bidang horizontal.
20.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi energi kinetik rotasi suatu benda.
21.
Dik: IA = 3 kg m2 IB = 2 kg m2 ωA = 1 rad/s ωB = 3 rad/s Dit ωAB ...? Jawab: Maka persamaan hukum kekekalan momentum menjadi. L = L’ IA . ωA + IB . ωB = (IA+ IB)ω’ 3 . 1 + 2 . 3 = (3+2) ω’ 3 + 6 = 5 ω’ 9/5 = ω’ ω’ = 1,8 rad/s (B)
Sebuah benda yang memiliki momen inersia I diikatkan di ujung tali. Tali diputar hingga bergerak melingkar pada bidang horizontal dengan panjang tali 2 m dan kecepatan 10 m/s. Kemudia tali ditarik sehingga panjang tali menjadi 1 m. Berapakah kecepatan putaran sudut benda sekarang? a. 1 rad/s b. 2 rad/s c. 3 rad/s d. 4 rad/s e. 5 rad/s
Dik: r1 = 2 m v1 = 10 m/s r2 = 1 m Dit: ω2 . . .? Jawab: L = L’ I . ω 1 = I . ω2 v1/r1 = ω2 10/2 = ω2 5 rad/s = ω2 (E)
Besar energi kinetik rotasi benda bergantung pada, kecuali? a. Massa b. Jari-jari c. Kecepatan sudut d. Momen inersia e. Momen gaya
Ekrotasi = ½ I . ω2 Ekrotasi = ½ k . m . r2 . ω2 Yang terkecuali adalah momen gaya (E)
C4
C4
C1
96 Memahami energi kinetik rotasi yang bekerja pada sebuah roda mobil
22.
Mengaplikasika n energi rotasi pada sebuah baling-baling helikopter yang berputar.
23.
Menganalisis besar energi kinetik rotasi dan energi kinetik linear pada kehidupan sehari-hari
24.
Roda mobil dengan momen inersia sebesar 4 kg m2 menuruni bukit dengan kecepatan sudut 5 rad/s. Tentukanlah besar energi kinetik rotasi roda mobil tersebut! a. 20 J b. 25 J c. 30 J d. 40 J e. 50 J
Dik: I = 4 kg m2 ω = 5 rad/s Dit: Ekrotasi ...? Jawab: Ekrotasi = ½ I . ω2 = ½ 4 . (5)2 = 50 J (E)
Baling-baling helikopter memiliki momen inersia sebesar 4 kg m2, jika baling-baling heli tersebut dapat melakukan 3600 putaran tiap menitnya, berapakah besar energi kinetik rotasi baling-baling heli tersebut? a. 28.800 π2 J b. 14.400 π2 J c. 7.200 π2 J d. 3.600 π2 J e. 240 π2 J
Dik: I = 4 kg m2 f = 3600 put/men = 60 Hz Dit: Ekrotasi...? Jawab: Ekrotasi = ½ I . ω2 = ½ I . (2π . f)2 = ½ 4 (2π . 60)2 = 28.800π2 J (A)
Sebuah bola bowling yang berbentuk bola pejal ( k = 2/5) dilepaskan oleh seorang pemain sehinga bola tersebut bergerak dengan kelajuan 10 m/s. Massa bola tersebut 6 kg dan berdiameter 80 cm. Berapakah besar energi kinetik total bola bowling tersebut? a. 140 J b. 210 J c. 280 J d. 350 J e. 420 J
Dik: k = 2/5 v = 10 m/s m = 6 kg d = 80 cm=0,8 m;r=0,4m Dit: Ektotal ...? Jawab: Ektotal = Ekrotasi + Ektranslasi = ½ I . ω2 + ½ m .v2 = ½ m . v2 (k+1) = ½. 6 .102 (2/5 + 1) = 300 . 7/5 = 420 J (E)
C2
C3
C4
97 Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada sebuah benda yang bergerak menggelinding pada bidang miring
25.
Menganalisis torsi yang bekerja pada sebuah benda yang bergerak berputar dan linear pada sebuah bidang miring.
26.
Perhatikan pernyataan di bawah ini! 1. Sudut kemiringan 2. Berat benda 3. Kekasaran permukaan bidang miring Faktor yang mempengaruhi gerak menggelinding pada bidang miring adalah . . . a. 1 saja b. 1 dan 2 c. 1 dan 3 d. 2 dan 3 e. Semua benar Tentuka besar torsi yang terjadi ketika sebuah silinder pejal yang bermassa 2 kg dan berjari-jari 10 cm, menuruni bukit dengan sudut kemiringan 37o dan kekasaran lintasan sebesar 0,25! (g = 10 m/s2) a. 0,1 Nm b. 0,2 Nm c. 0,3 Nm d. 0,4 Nm e. 0,5 Nm
f μ W α Yang mempengaruhi adalah; berat benda,kekasaran bidang, sudut kemiringan. (E)
C1
Dik: Silinder Pejal (k=1/2) m = 2 kg r = 10 cm = 0,1 m θ = 37O μ = 0,25 g = 10 m/s2 Dit: τ ...? Jawab: τ=I.α f.r = k.m.r2.a/r f = k.m.a . . .(1) C4 F-f = m .a (subtitusi per 1) Wsinθ = m.a + k.m.a m.g sin37O = a.m.(1+k) g.sin37o = a (1+k) a = g.sin37o/(1+k) a = 10. 3/5 /(1 + ½) a = 4 m/s2...(2) τ =k.m.r2.a/r(subtitusi per 2) = ½ x 2 x 0,1 x 4 = 0,4 Nm (D)
98 Menganalisis hubungangn torsi pada sebuah katrol yang bergerak berputar.
27.
Perhatikan gambar di bawah ini!
B A Jika diketahui massa A = 2 kg, massa B =1 kg, massa katrol = 4 kg, dan jarijari katrol 0,2 m. berapakah percepatan sistem katrol tersebut jika katrol dianggap kasar? (g = 10 m/s2) a. 1 m/s2 b. 2 m/s2 c. 3 m/s2 d. 4 m/s2 e. 5 m/s2
Menganalisis besar kecepatan pada sebuah benda yang bergerak pada bidang miring
28.
Bola pejal (k = 2/5) bermassa 5 kg, menggelinding menuruni sebuah bidang miring dengan ketinggian 21 m. Tentukanlah besar kecepatan silinder pejal tersebut saat berada di dasar bidang miring!(g = 10 m/s2) a. 5 m/s b. 5√ m/s c. 10 m/s
Dik: mA = 2 kg mB = 1kg Mk = 4 kg r = 0,2 m g = 10 m/s2 Dit: a . . .? Jawab: τ = I .α r (TA –TB) = k.m.a/r TA-TB = k.m.a x (-) -TA+TB = -k.m.a ... (1) ΣF = m.a WA-TA = mA . a...(2) TB – WB = mB .a ...(3)
C4
Jumlah Persamaan 2 dan 3 menjadi persamaan (4) WA-WB-TA+TB=a(mA+mB) Subtitusi persamaan 1 ke 4 akan menjadi: a = WA-WB/(mA+mB+kMk) a = 20 – 10 / (2+1+ ½ .4) a = 10 / 5 a = 2 m/s2 (B) Dik: k = 2/5 m = 5 kg h = 21 m g = 10 m/s2 Dit...v ? Jawab: EM1 = EM2 Ep = Ektotal m.g.h = ½ m.v2 (k+1)
C4
99 d. 10√ m/s e. 15 m/s
Mengetahui perbedaan dari jenis-jenis keseimbangan
29.
Manakah dari gambar-gambar di bawah ini yang termasuk keseimbangan labil, stabil dan netral berturut-turut?
v2 = 2.g.h/(k+1) = 2.10.21/(2/5 + 1) = 420 : 7/5 = 300 v = 10√ m/s (D) Gambar 1: Stabil, karena titik berat benda berada dekat dengan dasar sehingga kesetabilan tinggi. Gambar 2: Labil, karena titik berat berada di bagian atas dekat dengan dasar bidang, sehingga tingkat kesetabilan kecil.
a. b. c. d. e.
Menganalisis gaya tegangan tali pada benda yang berada dalam posisi setimbang
30.
1,2,3 1,3,2 2,3,1 2,1,3 3,2,1
C1
Gambar 3: Netral, karena titik berat selalu berada di pusat bidang, sehingga meski mendapat gaya. Titik berat tidak berubah.
Sebuah kotak digantung seperti pada gambar di bawah. Sistem dalam keadaan seimbang. Besar gaya tegangan pada kedua tali adalah? T1
T2 o
60
600 N
30o
(D) Penyelesaian: T1x = T1.sin60o = ½ √ T1 T1y = T1. Cos 60o = ½ T1 T2x = T2. Cos 30o = ½ √ T2 T2y = T2. sin 30o = ½ T2 ΣFx = 0 T2x – T1x = 0 T2x = T1x
C4
100 ½ √ T2 = ½ √ T1 T2 = T1 (E)
a. T1 > T2 b. T1 < T2 c. T1 = √ T2 d. T1 = T2 e. T1 = T2 Menentukan titik berat sutu bidang datar
31.
Perhatikan gambar di bawah ini. Y
2
X
4
Titik berat bangun tersebut untuk sumbu Y bernilai tetap berdasarkan pemahaman sehingga bisa kita tentukan yaitu: ½ x 2 = 1 Maka jawabannya adalah (B)
7
C2
Tentukan koordinat pusat massa bangun di atas! a. (1 : 1,3) b. (2,8 ; 1) c. (2 : 3) d. (3 : 2) e. (2 : 1,3) Mengetahui letak titik berat suatu tabung
32.
Suatu tabung yang berdiameter 4R dan Titik berat bangun tinggi 8R seperti pada gambar di disamping berdasarkan bawah ini. pemahaman berada di pusat maka jika dilihat dari sumbu X : ½ x 4R = 2R 8R Y : ½ x 8R = 4R Maka jawabannya adalah (C) 4R
C1
101 Tentukanlah koordinat titik berat tabung tersebut! a. (4R;4R) b. (4R;8R) c. (2R;4R) d. (2R;8R) e. (4R;2R) Menganalisis beban yang dirasakan penopang saat keadaan setimbang
33.
Balok kayu homogen di samping mempunyai panjang 8 m dan berat 200 N berada di atas dua buah penyangga A dan B. Besar beban yang dirasakan oleh titik A adalah .... 8m 3m
B
A
1m
a. 60 N b. 80 N c. 100 N
Menganalis tingkat kekasaran lantai pada sebuah tangga yang di sandarkan pada tembok dan bersinggungan dengan lantai
34.
d. 120N e. 150 N
Sebuah tangga homogen AB diam pada dinding licin dengan kemiringan tertentu terhadap arah mendatar (lihat gambar). Tanah adalah kasar dan berat tangga 100 N. Jika batang tepat akan bergeser, berapakah besar koefisien gesek statis tanah? A 5 m
Licin
3 m
B
Kasar
Dik: l = 8m W = 200N Dit = NA...? Jawab: Berdasarkan pemahaman poros di B, letak titik berat di tengah-tengah batang sehingga lB = 3 m dari poros B. lA = 4 m diukur dari poros B. Στ = 0 NA . lA – W . lB = 0 NA . lA = W . lB NA . 4 = 200 . 3 NA = 150 N (E) Dik: W = 100N l=5m h=3m Dit: μ . . . ? Jawab: ΣFy = 0 NB – W = 0 NB = W NB = 100N...(1) ΣFx = 0 NA – μ.NB = 0 NA = μ.NB
C4
C4
102 a. 1/3 b. 2/3 c. 1
Menganalisis untuk menentukan besar massa suatu benda pada keadaan setimbang pada jungkat-jangkit
35.
d. 3/4 e. 1/2
NA = μ. 100N...(2) Στ = 0 (poros di B) NA . h – W . ½ l. 4/5 = 0 μ. 100.3 – 100 . ½ .5.4/5 = 0 μ. 300 = 200 μ = 2/3 (B)
Perhatikan gambar di bawah ini!
Dik: m = 2kg l=5m A perbandingan panjang batang dari penumpu 1:5 lA = 1/6 x 5 = 5/6 m lB = 5/6 x 5 = 25/6 m lw = 25/6 – 5/2 = 5/3 m massa batang adalah 4 kg, dan panjang g = 10 m/s2 batang 5 m. Batang diletakkan pada Dit: mA ...? sebuah penumpu dengan perbandingan Jawab: panjang antara yang diletakan balok Στ = 0 dan tidak adalah 1:5. Berapakah massa WA . lA – W . lw = 0 benda A agar batang menjadi mA .g .lA = W . lw seimbang? (g = 10 m/s2) mA = W .lw/g.lA a. 6 kg d. 9 kg mA = 40 . 5/3 : 10 .5/6 b. 7 kg e. 10 kg mA = 8 kg (C) c. 8 kg
C4
Lampiran 9 Tabel Uji Validitas 1
Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
butir soal 18
19
20
1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1
1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0
0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0
1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1
0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
16 19 0.727 0.864 15.682 297 18.5625
10 25 0.455 1.136 15.682 195 19.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 p q pi qi Mt Jml mp
1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 22 0.591 1.000 15.682 241 18.538462
3 32 0.136 1.455 15.682 75 25
6 29 0.273 1.318 15.682 82 13.666667
2 33 0.091 1.500 15.682 35 17.5
√p/q
0.76871
0.30619
0.45486
0.24618
0.76871
0.30619
0 0
SDt rbis rtabel Ket
5.131 0.428 0.3598 valid
5.131 0.556 0.3598 valid
5.131 -0.179 0.3598 invalid
5.131 0.087 0.3598 invalid
5.131 0.128 0.3598 invalid
5.131 0.596 0.3598 valid
5.131 0.000 0.3598 invalid
13 3 22 32 0.591 0.136 1.000 1.455 15.682 15.682 215 77 16.538462 25.666667
0 35 0.000 1.591 15.682 0
9 9 7 13 19 26 26 28 22 16 0.409 0.409 0.318 0.591 0.864 1.182 1.182 1.273 1.000 0.727 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 181 176 117 248 335 20.111111 19.555556 16.714286 19.076923 17.631579
10 25 0.455 1.136 15.682 199 19.9
11 13 24 22 0.500 0.591 1.091 1.000 15.682 15.682 177 200 16.090909 15.384615
7 6 28 29 0.318 0.273 1.273 1.318 15.682 15.682 120 110 17.142857 18.333333
8 27 0.364 1.227 15.682 162 20.25
0.58835
0.58835
0.5
0.76871
1.08972
0.63246
0.677
0.76871
0.91766
0.63246
0.5
0.45486
0.54433
5.131 0.508 0.3598 valid
5.131 0.444 0.3598 valid
5.131 0.101 0.3598 invalid
5.131 0.509 0.3598 valid
5.131 0.414 0.3598 valid
5.131 0.520 0.3598 valid
5.131 0.054 0.3598 invalid
5.131 -0.045 0.3598 invalid
5.131 0.515 0.3598 valid
5.131 0.471 0.3598 valid
5.131 0.142 0.3598 invalid
5.131 0.235 0.3598 invalid
5.131 0.485 0.3598 valid
Tabel Uji Validitas 1
butir soal 21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0
0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 20 0.682 0.909 15.682 267 17.8
9 26 0.409 1.182 15.682 144 16
10 25 0.455 1.136 15.682 187 18.7
16 19 0.727 0.864 15.682 284 17.75
0 35 0.000 1.591 15.682 0 0
9 26 0.409 1.182 15.682 141 15.666667
0 35 0.000 1.591 15.682 0 0
8 27 0.364 1.227 15.682 160 20
15 19 15 17 20 16 20 18 0.682 0.864 0.682 0.773 0.909 0.727 0.909 0.818 15.682 15.682 15.682 15.682 274 343 271 304 18.266667 18.052632 18.066667 17.882353
6 17 11 29 18 24 0.273 0.773 0.500 1.318 0.818 1.091 15.682 15.682 15.682 128 309 180 21.333333 18.176471 16.363636
0.54433
0.86603
1.08972
0.86603
0.97183
0.86603
0.58835
0.45486
0.97183
0.677
0.63246
0.91766
0
0.58835
0
5.131 0.458 0.3598 valid
5.131 0.436 0.3598 valid
5.131 0.504 0.3598 valid
5.131 0.403 0.3598 valid
5.131 0.417 0.3598 valid
5.131 0.358 0.3598 invalid
5.131 0.036 0.3598 invalid
5.131 0.501 0.3598 valid
5.131 0.473 0.3598 valid
5.131 0.090 0.3598 invalid
5.131 0.372 0.3598 valid
5.131 0.370 0.3598 valid
5.131 0.000 0.3598 invalid
5.131 -0.002 0.3598 invalid
5.131 0.000 0.3598 invalid
Xt
Xt2
22 19 16 16 12 8 18 19 16 14 20 20 13 8 16 16 11 17 23 17 2 22 345
484 361 256 256 144 64 324 361 256 196 400 400 169 64 256 256 121 289 529 289 4 484 5963
Lampiran 12 Tabel Daya Pembeda Batas Atas Kelas Nomor Soal
Siswa
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
11
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1
0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BA
8
3
1
1
8
3
0
5
6
4
10
11
8
6
7
9
7
4
4
5
7
11
11
9
10
8
5
6
10
4
6
10
0
6
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
11
1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0
1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BB
5
0
5
1
5
0
0
4
3
3
3
8
2
5
6
7
3
3
2
3
1
4
8
6
7
7
4
0
7
7
4
6
0
3
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
23 22 22 20 20 19 19 18 17 17 16
Batas Bawah Kelas Nomor Soal
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
DP
0.27
0.27
-0.36
0.00
0.27
0.27
0.00
0.09
0.27
0.09
0.64
0.27
0.55
0.09
0.09
0.18
0.36
0.09
0.18
0.18
0.55
0.64
0.27
0.27
0.27
0.09
0.09
0.55
0.27
-0.27
0.18
0.36
0.00
0.27
0.00
Ket
cukup
cukup
s.jelek
jelek
cukup
cukup
jelek
jelek
cukup
jelek
baik
cukup
baik
jelek
jelek
jelek
cukup
jelek
jelek
jelek
baik
baik
cukup
cukup
cukup
jelek
jelek
baik
cukup
s.jelek
jelek
cukup
jelek
cukup
jelek
16 16 16 16 14 13 12 11 8 8 2
Lampiran 11 Tabel Taraf Kesukaran Nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 5 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 7 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 9 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 13 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 14 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 15 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 16 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 17 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 19 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 20 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 Jml 13 3 6 2 13 3 0 9 9 7 13 19 10 11 13 16 10 7 6 8 8 15 19 15 17 15 9 6 17 11 10 16 0 9 0 N(JS) 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 P 0.59 0.14 0.27 0.09 0.59 0.14 0.00 0.41 0.41 0.32 0.59 0.86 0.45 0.50 0.59 0.73 0.45 0.32 0.27 0.36 0.36 0.68 0.86 0.68 0.77 0.68 0.41 0.27 0.77 0.50 0.45 0.73 0.00 0.41 0.00 Ket sdg skr skr skr sdg skr skr sdg sdg sdg sdg mdh sdg sdg sdg mdh sdg sdg skr sdg sdg sdg mdh sdg mdh sdg sdg skr mdh sdg sdg mdh skr sdg skr Siswa
Jml 22 19 16 16 12 8 18 19 16 14 20 20 13 8 16 16 11 17 23 17 2 22 345
108
Lampiran 8
SKOR POSTES HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN Skor postes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen No. Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah
Skor Hasil Belajar 50 50 55 55 55 60 60 65 65 65 65 65 70 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75 75 80 80 80 80 80 80 85 85 85 85 2545
109
Pemberian skor postes pada hasil belajar kelompok eksperimen dengan jumlah butir soal sebanyak 20 butir sebagai berikut:
Skor
Jumlah Betul x 100 Jumlah soal
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus fungsi (fx) dalam program microsof excel telah diperoleh data sebagai berikut:
x
1
= 2.545 = 70,70
x1
x = 6.477.025 2
1
Standar Deviasi (S1) = 9,94 2
Varians ( S1 ) = 98,79
110
Lampiran 9
SKOR POSTES HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK KONTROL Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol No Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 jumlah
Skor Hasil Belajar 45 45 45 45 50 50 55 55 60 60 60 60 65 65 65 65 65 70 70 70 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75 80 80 80 85 85 2375
111
Pemberian skor postes pada hasil belajar kelompok kontrol dengan jumlah butir soal sebanyak 20 butir sebagai berikut:
Skor
Jumlah Betul x 100 Jumlah soal
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus fungsi (fx) dalam program microsof excel telah diperoleh data sebagai berikut:
x
2
= 2.375 = 65,97
x2
x = 5.640.625 2
2
Standar Deviasi (S2) = 11,453 2
Varians ( S 2 ) = 131,17
112
Lampiran 10
ANALISIS DATA SKOR HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN
1. Harga rata-rata x
x 2545 70,70 n
36
2. Rentang skor (R) R = skor maksimum – skor minimum R = 85 – 50 = 35
3. Banyaknya kelas (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 36 K = 6,135 atau dibulatkan menjadi 6
4. Panjang interval kelas (P)
P
R 35 5,83 dibulatkan menjadi 6 K 6
5. Median (Me)
1 n F M e b p 2 f Keterangan: Me : median b
: batas bawah kelas median
p
: panjang kelas median
n
: ukuran sample atau banyak data
113
F : jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median f
: frekuensi kelas median
1 n F M e b p 2 f 1 36 7 M e 63,5 6 2 12 Me = 69
6. Modus (Mo)
b1 Mo b p b1 b 2
Keterangan: Mo : modus b
: batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p
: panjang kelas modus
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modus
b1 Mo b p b1 b 2
10 Mo 63,5 6 10 5
Mo = 67,5
114
Lampiran 11
ANALISIS DATA SKOR HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK KONTROL
1. Harga rata-rata x
x 2375 65,97 n
36
2. Rentang skor (R) R = skor maksimum – skor mimimum R = 85 – 45 = 40
3. Banyaknya kelas (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 36 K = 6,135 atau dibulatkan menjadi 6
4. Panjang interval kelas (P)
P
R 40 6,67 atau dibulatkan menjadi 7 K 6
5. Median (Me)
1 n F M e b p 2 f Keterangan: Me : median b
: batas bawah kelas median
p
: panjang kelas median
n
: ukuran sample atau banyak data
115
F : jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median f
: frekuensi kelas median
1 n F M e b p 2 f 1 36 17 M e 68,5 7 2 14 Me = 69
6. Modus (Mo)
b1 Mo b p b1 b 2
Keterangan: Mo : modus b
: batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p
: panjang kelas modus
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modus b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modus
b1 Mo b p b1 b 2
9 Mo 68,5 7 9 11
Mo = 71,65
116
Lampiran 12
UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK EKSPERIMEN DENGAN RUMUS LILLIEFORS
Tabel 13. Data Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Skor Hasil Belajar 50 55 60 65 70 75 80 85
No 1 2 3 4 5 6 7 8
F
Zi
F(zi)
S(zi)
F(zi)-S(zi)
2 3 2 5 7 7 6 4
-2,08 -1,58 -1,08 -0,57 -0,07 0,43 0,94 1,44
0,0188 0,0571 0,1401 0,2843 0,4721 0,6664 0,8264 0,9251
0,0556 0,139 0,194 0,333 0,528 0,722 0,889 1
0,0368 0,0819 0,0539 0,0487 0,0559 0,0556 0,0626 0,0749
Keterangan: X1
: skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen
Z1
: angka baku dari X1 yang diperoleh dengan rumus: Zi
xi x S
keterangan: xi
: skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen
X
: rata-rata
S
: standar deviasi
F(Z1) : peluang dari angka baku Z1 yang dapat dilihat dalam daftar distribusi normal baku (tabel-F). Jika nilai Z1 negatif, maka F(Z1) = 0,5 – Ftabel Jika nilai Z1 positif, maka F(Z1) = 0,5 + Ftabel S(Z1) : proporsi berdasarkan urutan yang diperoleh dengan rumus: S(Z1)
ni n
117
FZ1 SZ1 : selisih mutlak dari F(Z1) dan S(Z1)
HIPOTESIS: H0: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
KRITERIA: - Jika Lo > Ltabel berarti tolak H0 - Jika Lo < Ltabel berarti terima H0 Lo adalah Lhitung atau selisih mutlak F(Z1) dan S(Z1) yang terbesar. Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Lo dalam tabel di atas adalah 0,0819. Berdasarkan data dari daftar harga L kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan sampel berjumlah 36 (n = 36), maka harga Ltabel adalah:
L tabel
0,866 0,144 36 Dengan demikian Lhitung (Lo) lebih kecil daripada Ltabel, yaitu 0,0819 <
0,144 maka terima H0 yang berarti bahwa data pada kelompok eksperimen adalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
118
Lampiran 13
UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK KONTROL DENGAN RUMUS LILLIEFORS
Tabel 14. Data Uji Normalitas Kelompok Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Skor Hasil Belajar 45 50 55 60 65 70 75 80 85
F
Zi
F(zi)
S(zi)
F(zi)-S(zi)
4 2 2 4 5 8 6 3 2
-1,83 -1,39 -0,96 -0,52 -0,08 0,35 0,79 1,22 1,66
0,0336 0,0823 0,1685 0,3015 0,4681 0,6368 0,7852 0,8888 0,9515
0,111 0,167 0,222 0,333 0,472 0,694 0,861 0,944 1
0,0774 0,0847 0,0535 0,0315 0,0039 0,0572 0,0758 0,0552 0,0485
Keterangan: X2
: skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen 2
Z2
: angka baku dari X1 yang diperoleh dengan rumus: Zi
xi x S
keterangan: xi: skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen 2 X : rata-rata
S: standar deviasi F(Z2) : peluang dari angka baku Z2 yang dapat dilihat dalam daftar distribusi normal baku (tabel-F). Jika nilai Z2 negatif, maka F(Z2) = 0,5 – F-tabel Jika nilai Z2 positif, maka F(Z2) = 0,5 + F-tabel S(Z2) : proporsi berdasarkan urutan yang diperoleh dengan rumus: S(Z2)
ni n
119
FZ 2 SZ 2 : selisih mutlak dari F(Z2) dan S(Z2)
HIPOTESIS: H0: data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
KRITERIA: - Jika Lo > Ltabel berarti tolak H0 - Jika Lo < Ltabel berarti terima H0 Lo adalah Lhitung atau selisih mutlak F(Z2) dan S(Z2) yang terbesar. Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Lo dalam tabel di atas adalah 0,0847. Berdasarkan data dari daftar harga L kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan sampel berjumlah 36 (n = 36), maka harga Ltabel adalah:
L tabel
0,866 0,144 36 Dengan demikian Lhitung (Lo) lebih kecil daripada Ltabel, yaitu 0,0847 <
0,1322 maka terima H0 yang berarti bahwa data pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
120
Lampiran 14
UJI HOMOGENITAS DENGAN RUMUS UJI-F
Hipotesis: H0: varians populasi homogen H1: varians populasi tidak homogen
Kriteria: -
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima yang berarti varians populasi homogen
-
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti varians populasi tidak homogen
Berdasarkan data pada lampiran 1 diketahui bahwa varians data kelompok 2
eksperimen ( S1 ) adalah 98,79, sedangkan berdasarkan data pada lampiran 2 2
diketahui bahwa varians data kelompok kontrol ( S 2 ) adalah 131,17. Maka harga Fhitung adalah: 2
Fhitung
S1 2 S2
Fhitung
98,79 0,753 131,17
Berdasarkan data dari tabel-F pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan dk pembilang adalah 36 – 1 = 35 dan dk penyebut adalah 36 – 1 = 35, maka diperoleh harga Ftabel = 1,78. Dengan demikian Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, yaitu 0,753 <1,78 maka H0 diterima yang berarti bahwa varians populasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.
121
Lampiran 15
UJI HIPOTESIS DENGAN RUMUS UJI-T
Hipotesis: H0
: μ 1 = μ2
H1
: μ1 ≠ μ2 Keterangan
μ1
: nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
μ2
: nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol Dengan demikian:
H0
: tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS dan pembelajaran konvensional.
H1
:
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS dan pembelajaran konvensional.
Kriteria: -
Jika thitung > ttabel maka tolak H0, yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS dan pembelajaran konvensional.
-
Jika thitung < ttabel maka terima H0, yang berarti tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS dan pembelajaran konvensional
Rumus penentuan thitung adalah: x1 x 2
t S x
1 1 n1 n 2
keterangan:
x1
: rata-rata skor hasil belajar kelompok eksperimen
x2
: rata-rata skor hasil belajar kelompok kontrol
122
S
: standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
n1
: jumlah sampel kelompok eksperimen
n2
: jumlah sampel kelompok kontrol Untuk menentukan thitung, maka standar deviasi gabungan (S) harus
ditentukan terlebih dahulu dengan rumus: S
n 1 1S1 2 n 2 1S2 2 n1 n 2 2
keterangan: S
: standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
n1
: jumlah sampel kelompok eksperimen
n2
: jumlah sampel kelompok kontrol
S1
2
: varians kelompok eksperimen
2
: varians kelompok kontrol
S2
Berdasarkan data-data pada lampiran 1 dan 2 maka penggunaan rumus di atas adalah sebagai berikut: S
S
n1 1S12 n 2 1S22 n1 n 2 2
36 198,79 36 1131,17 36 36 2
S 114,98 10,72 Jadi harga standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kontrol adalah 10,72, maka harga thitung adalah: x1 x 2
t S x t
1 1 n1 n 2
70,70 65,97 1,87 1 1 10,72 x 36 36
Harga ttabel dapat dilihat pada tabel-t dengan derajat kebebasan (dk): dk = (n1-1) + (n2 –1) = (36 – 1) + (36 – 1) = 70
123
Harga ttabel pada tabel-t untuk dk = 70 tidak terlihat, yang terlihat adalah harga ttabel pada dk = 120 yaitu 1,66. Dengan demikian harga thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,87 > 1,66, maka tolak Ho yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan pembelajaran model pembelajaran ARCS dan siswa dengan pembelajaran konvensional.
Cumulative Probabilities for the Standard Normal (Z) Distribution Values in the table correspond to the area under the curve of a standard normal random variable for a value at or below z .
z
z
0
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
-5.0 0.0000003 -4.5 0.000003 -4.0 0.00003 -3.5 0.0002 -3.4 0.0003 -3.3 0.0005 -3.2 0.0007 -3.1 0.0010 -3.0 0.0013 -2.9 0.0019 -2.8 0.0026 -2.7 0.0035 -2.6 0.0047 -2.5 0.0062 -2.4 0.0082 -2.3 0.0107 -2.2 0.0139 -2.1 0.0179 -2.0 0.0228 -1.9 0.0287 -1.8 0.0359 -1.7 0.0446 -1.6 0.0548 -1.5 0.0668 -1.4 0.0808 -1.3 0.0968 -1.2 0.1151 -1.1 0.1357 -1.0 0.1587 -0.9 0.1841 -0.8 0.2119 -0.7 0.2420 -0.6 0.2743 -0.5 0.3085 -0.4 0.3446 -0.3 0.3821 -0.2 0.4207 -0.1 0.4602 -0.0 0.5000
0.0002 0.0003 0.0005 0.0007 0.0009 0.0013 0.0018 0.0025 0.0034 0.0045 0.0060 0.0080 0.0104 0.0136 0.0174 0.0222 0.0281 0.0351 0.0436 0.0537 0.0655 0.0793 0.0951 0.1131 0.1335 0.1562 0.1814 0.2090 0.2389 0.2709 0.3050 0.3409 0.3783 0.4168 0.4562 0.4960
0.0002 0.0003 0.0005 0.0006 0.0009 0.0013 0.0018 0.0024 0.0033 0.0044 0.0059 0.0078 0.0102 0.0132 0.0170 0.0217 0.0274 0.0344 0.0427 0.0526 0.0643 0.0778 0.0934 0.1112 0.1314 0.1539 0.1788 0.2061 0.2358 0.2676 0.3015 0.3372 0.3745 0.4129 0.4522 0.4920
0.0002 0.0003 0.0004 0.0006 0.0009 0.0012 0.0017 0.0023 0.0032 0.0043 0.0057 0.0075 0.0099 0.0129 0.0166 0.0212 0.0268 0.0336 0.0418 0.0516 0.0630 0.0764 0.0918 0.1093 0.1292 0.1515 0.1762 0.2033 0.2327 0.2643 0.2981 0.3336 0.3707 0.4090 0.4483 0.4880
0.0002 0.0003 0.0004 0.0006 0.0008 0.0012 0.0016 0.0023 0.0031 0.0041 0.0055 0.0073 0.0096 0.0125 0.0162 0.0207 0.0262 0.0329 0.0409 0.0505 0.0618 0.0749 0.0901 0.1075 0.1271 0.1492 0.1736 0.2005 0.2296 0.2611 0.2946 0.3300 0.3669 0.4052 0.4443 0.4840
0.0002 0.0003 0.0004 0.0006 0.0008 0.0011 0.0016 0.0022 0.0030 0.0040 0.0054 0.0071 0.0094 0.0122 0.0158 0.0202 0.0256 0.0322 0.0401 0.0495 0.0606 0.0735 0.0885 0.1056 0.1251 0.1469 0.1711 0.1977 0.2266 0.2578 0.2912 0.3264 0.3632 0.4013 0.4404 0.4801
0.0002 0.0003 0.0004 0.0006 0.0008 0.0011 0.0015 0.0021 0.0029 0.0039 0.0052 0.0069 0.0091 0.0119 0.0154 0.0197 0.0250 0.0314 0.0392 0.0485 0.0594 0.0721 0.0869 0.1038 0.1230 0.1446 0.1685 0.1949 0.2236 0.2546 0.2877 0.3228 0.3594 0.3974 0.4364 0.4761
0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0008 0.0011 0.0015 0.0021 0.0028 0.0038 0.0051 0.0068 0.0089 0.0116 0.0150 0.0192 0.0244 0.0307 0.0384 0.0475 0.0582 0.0708 0.0853 0.1020 0.1210 0.1423 0.1660 0.1922 0.2206 0.2514 0.2843 0.3192 0.3557 0.3936 0.4325 0.4721
0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0007 0.0010 0.0014 0.0020 0.0027 0.0037 0.0049 0.0066 0.0087 0.0113 0.0146 0.0188 0.0239 0.0301 0.0375 0.0465 0.0571 0.0694 0.0838 0.1003 0.1190 0.1401 0.1635 0.1894 0.2177 0.2483 0.2810 0.3156 0.3520 0.3897 0.4286 0.4681
0.0002 0.0002 0.0003 0.0005 0.0007 0.0010 0.0014 0.0019 0.0026 0.0036 0.0048 0.0064 0.0084 0.0110 0.0143 0.0183 0.0233 0.0294 0.0367 0.0455 0.0559 0.0681 0.0823 0.0985 0.1170 0.1379 0.1611 0.1867 0.2148 0.2451 0.2776 0.3121 0.3483 0.3859 0.4247 0.4641
z-table.xls 7/20/2004
Cumulative Probabilities for the Standard Normal (Z) Distribution Values in the table correspond to the area under the curve of a standard normal random variable for a value at or below z .
0
z 0.00 0.0 0.5000 0.1 0.5398 0.2 0.5793 0.3 0.6179 0.4 0.6554 0.5 0.6915 0.6 0.7257 0.7 0.7580 0.8 0.7881 0.9 0.8159 1.0 0.8413 1.1 0.8643 1.2 0.8849 1.3 0.9032 1.4 0.9192 1.5 0.9332 1.6 0.9452 1.7 0.9554 1.8 0.9641 1.9 0.9713 2.0 0.9772 2.1 0.9821 2.2 0.9861 2.3 0.9893 2.4 0.9918 2.5 0.9938 2.6 0.9953 2.7 0.9965 2.8 0.9974 2.9 0.9981 3.0 0.9987 3.1 0.9990 3.2 0.9993 3.3 0.9995 3.4 0.9997 3.5 0.9998 4.0 0.99997 4.5 0.999997 5.0 0.9999997
0.01 0.5040 0.5438 0.5832 0.6217 0.6591 0.6950 0.7291 0.7611 0.7910 0.8186 0.8438 0.8665 0.8869 0.9049 0.9207 0.9345 0.9463 0.9564 0.9649 0.9719 0.9778 0.9826 0.9864 0.9896 0.9920 0.9940 0.9955 0.9966 0.9975 0.9982 0.9987 0.9991 0.9993 0.9995 0.9997
z
0.02 0.5080 0.5478 0.5871 0.6255 0.6628 0.6985 0.7324 0.7642 0.7939 0.8212 0.8461 0.8686 0.8888 0.9066 0.9222 0.9357 0.9474 0.9573 0.9656 0.9726 0.9783 0.9830 0.9868 0.9898 0.9922 0.9941 0.9956 0.9967 0.9976 0.9982 0.9987 0.9991 0.9994 0.9995 0.9997
0.03 0.5120 0.5517 0.5910 0.6293 0.6664 0.7019 0.7357 0.7673 0.7967 0.8238 0.8485 0.8708 0.8907 0.9082 0.9236 0.9370 0.9484 0.9582 0.9664 0.9732 0.9788 0.9834 0.9871 0.9901 0.9925 0.9943 0.9957 0.9968 0.9977 0.9983 0.9988 0.9991 0.9994 0.9996 0.9997
0.04 0.5160 0.5557 0.5948 0.6331 0.6700 0.7054 0.7389 0.7704 0.7995 0.8264 0.8508 0.8729 0.8925 0.9099 0.9251 0.9382 0.9495 0.9591 0.9671 0.9738 0.9793 0.9838 0.9875 0.9904 0.9927 0.9945 0.9959 0.9969 0.9977 0.9984 0.9988 0.9992 0.9994 0.9996 0.9997
z-table.xls
0.05 0.5199 0.5596 0.5987 0.6368 0.6736 0.7088 0.7422 0.7734 0.8023 0.8289 0.8531 0.8749 0.8944 0.9115 0.9265 0.9394 0.9505 0.9599 0.9678 0.9744 0.9798 0.9842 0.9878 0.9906 0.9929 0.9946 0.9960 0.9970 0.9978 0.9984 0.9989 0.9992 0.9994 0.9996 0.9997
0.06 0.5239 0.5636 0.6026 0.6406 0.6772 0.7123 0.7454 0.7764 0.8051 0.8315 0.8554 0.8770 0.8962 0.9131 0.9279 0.9406 0.9515 0.9608 0.9686 0.9750 0.9803 0.9846 0.9881 0.9909 0.9931 0.9948 0.9961 0.9971 0.9979 0.9985 0.9989 0.9992 0.9994 0.9996 0.9997
0.07 0.5279 0.5675 0.6064 0.6443 0.6808 0.7157 0.7486 0.7794 0.8078 0.8340 0.8577 0.8790 0.8980 0.9147 0.9292 0.9418 0.9525 0.9616 0.9693 0.9756 0.9808 0.9850 0.9884 0.9911 0.9932 0.9949 0.9962 0.9972 0.9979 0.9985 0.9989 0.9992 0.9995 0.9996 0.9997
0.08 0.5319 0.5714 0.6103 0.6480 0.6844 0.7190 0.7517 0.7823 0.8106 0.8365 0.8599 0.8810 0.8997 0.9162 0.9306 0.9429 0.9535 0.9625 0.9699 0.9761 0.9812 0.9854 0.9887 0.9913 0.9934 0.9951 0.9963 0.9973 0.9980 0.9986 0.9990 0.9993 0.9995 0.9996 0.9997
0.09 0.5359 0.5753 0.6141 0.6517 0.6879 0.7224 0.7549 0.7852 0.8133 0.8389 0.8621 0.8830 0.9015 0.9177 0.9319 0.9441 0.9545 0.9633 0.9706 0.9767 0.9817 0.9857 0.9890 0.9916 0.9936 0.9952 0.9964 0.9974 0.9981 0.9986 0.9990 0.9993 0.9995 0.9997 0.9998
Tabel r untuk df = 1 - 50
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
df = (N-2)
0.1
0.05
0.02
0.01
0.001
1
0.9877
0.9969
0.9995
0.9999
1.0000
2
0.9000
0.9500
0.9800
0.9900
0.9990
3
0.8054
0.8783
0.9343
0.9587
0.9911
4
0.7293
0.8114
0.8822
0.9172
0.9741
5
0.6694
0.7545
0.8329
0.8745
0.9509
6
0.6215
0.7067
0.7887
0.8343
0.9249
7
0.5822
0.6664
0.7498
0.7977
0.8983
8
0.5494
0.6319
0.7155
0.7646
0.8721
9
0.5214
0.6021
0.6851
0.7348
0.8470
10
0.4973
0.5760
0.6581
0.7079
0.8233
11
0.4762
0.5529
0.6339
0.6835
0.8010
12
0.4575
0.5324
0.6120
0.6614
0.7800
13
0.4409
0.5140
0.5923
0.6411
0.7604
14
0.4259
0.4973
0.5742
0.6226
0.7419
15
0.4124
0.4821
0.5577
0.6055
0.7247
16
0.4000
0.4683
0.5425
0.5897
0.7084
17
0.3887
0.4555
0.5285
0.5751
0.6932
18
0.3783
0.4438
0.5155
0.5614
0.6788
19
0.3687
0.4329
0.5034
0.5487
0.6652
20
0.3598
0.4227
0.4921
0.5368
0.6524
21
0.3515
0.4132
0.4815
0.5256
0.6402
22
0.3438
0.4044
0.4716
0.5151
0.6287
23
0.3365
0.3961
0.4622
0.5052
0.6178
24
0.3297
0.3882
0.4534
0.4958
0.6074
25
0.3233
0.3809
0.4451
0.4869
0.5974
26
0.3172
0.3739
0.4372
0.4785
0.5880
27
0.3115
0.3673
0.4297
0.4705
0.5790
28
0.3061
0.3610
0.4226
0.4629
0.5703
29
0.3009
0.3550
0.4158
0.4556
0.5620
30
0.2960
0.3494
0.4093
0.4487
0.5541
31
0.2913
0.3440
0.4032
0.4421
0.5465
32
0.2869
0.3388
0.3972
0.4357
0.5392
33
0.2826
0.3338
0.3916
0.4296
0.5322
34
0.2785
0.3291
0.3862
0.4238
0.5254
35
0.2746
0.3246
0.3810
0.4182
0.5189
36
0.2709
0.3202
0.3760
0.4128
0.5126
37
0.2673
0.3160
0.3712
0.4076
0.5066
38
0.2638
0.3120
0.3665
0.4026
0.5007
39
0.2605
0.3081
0.3621
0.3978
0.4950
40
0.2573
0.3044
0.3578
0.3932
0.4896
41
0.2542
0.3008
0.3536
0.3887
0.4843
42
0.2512
0.2973
0.3496
0.3843
0.4791
43
0.2483
0.2940
0.3457
0.3801
0.4742
44
0.2455
0.2907
0.3420
0.3761
0.4694
45
0.2429
0.2876
0.3384
0.3721
0.4647
46
0.2403
0.2845
0.3348
0.3683
0.4601
47
0.2377
0.2816
0.3314
0.3646
0.4557
48
0.2353
0.2787
0.3281
0.3610
0.4514
49
0.2329
0.2759
0.3249
0.3575
0.4473
50
0.2306
0.2732
0.3218
0.3542
0.4432
Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010
Page 1
Tabel r untuk df = 51 - 100
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1
0.05
0.02
0.01
0.001
51
0.2284
0.2706
0.3188
0.3509
0.4393
52
0.2262
0.2681
0.3158
0.3477
0.4354
53
0.2241
0.2656
0.3129
0.3445
0.4317
54
0.2221
0.2632
0.3102
0.3415
0.4280
55
0.2201
0.2609
0.3074
0.3385
0.4244
56
0.2181
0.2586
0.3048
0.3357
0.4210
57
0.2162
0.2564
0.3022
0.3328
0.4176
58
0.2144
0.2542
0.2997
0.3301
0.4143
59
0.2126
0.2521
0.2972
0.3274
0.4110
60
0.2108
0.2500
0.2948
0.3248
0.4079
61
0.2091
0.2480
0.2925
0.3223
0.4048
62
0.2075
0.2461
0.2902
0.3198
0.4018
63
0.2058
0.2441
0.2880
0.3173
0.3988
64
0.2042
0.2423
0.2858
0.3150
0.3959
65
0.2027
0.2404
0.2837
0.3126
0.3931
66
0.2012
0.2387
0.2816
0.3104
0.3903
67
0.1997
0.2369
0.2796
0.3081
0.3876
68
0.1982
0.2352
0.2776
0.3060
0.3850
69
0.1968
0.2335
0.2756
0.3038
0.3823
70
0.1954
0.2319
0.2737
0.3017
0.3798
71
0.1940
0.2303
0.2718
0.2997
0.3773
72
0.1927
0.2287
0.2700
0.2977
0.3748
73
0.1914
0.2272
0.2682
0.2957
0.3724
74
0.1901
0.2257
0.2664
0.2938
0.3701
75
0.1888
0.2242
0.2647
0.2919
0.3678
76
0.1876
0.2227
0.2630
0.2900
0.3655
77
0.1864
0.2213
0.2613
0.2882
0.3633
78
0.1852
0.2199
0.2597
0.2864
0.3611
79
0.1841
0.2185
0.2581
0.2847
0.3589
80
0.1829
0.2172
0.2565
0.2830
0.3568
81
0.1818
0.2159
0.2550
0.2813
0.3547
82
0.1807
0.2146
0.2535
0.2796
0.3527
83
0.1796
0.2133
0.2520
0.2780
0.3507
84
0.1786
0.2120
0.2505
0.2764
0.3487
85
0.1775
0.2108
0.2491
0.2748
0.3468
86
0.1765
0.2096
0.2477
0.2732
0.3449
87
0.1755
0.2084
0.2463
0.2717
0.3430
88
0.1745
0.2072
0.2449
0.2702
0.3412
89
0.1735
0.2061
0.2435
0.2687
0.3393
90
0.1726
0.2050
0.2422
0.2673
0.3375
91
0.1716
0.2039
0.2409
0.2659
0.3358
92
0.1707
0.2028
0.2396
0.2645
0.3341
93
0.1698
0.2017
0.2384
0.2631
0.3323
94
0.1689
0.2006
0.2371
0.2617
0.3307
95
0.1680
0.1996
0.2359
0.2604
0.3290
96
0.1671
0.1986
0.2347
0.2591
0.3274
97
0.1663
0.1975
0.2335
0.2578
0.3258
98
0.1654
0.1966
0.2324
0.2565
0.3242
99
0.1646
0.1956
0.2312
0.2552
0.3226
100
0.1638
0.1946
0.2301
0.2540
0.3211
Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010
Page 2
Tabel r untuk df = 101 - 150
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1
0.05
0.02
0.01
0.001
101
0.1630
0.1937
0.2290
0.2528
0.3196
102
0.1622
0.1927
0.2279
0.2515
0.3181
103
0.1614
0.1918
0.2268
0.2504
0.3166
104
0.1606
0.1909
0.2257
0.2492
0.3152
105
0.1599
0.1900
0.2247
0.2480
0.3137
106
0.1591
0.1891
0.2236
0.2469
0.3123
107
0.1584
0.1882
0.2226
0.2458
0.3109
108
0.1576
0.1874
0.2216
0.2446
0.3095
109
0.1569
0.1865
0.2206
0.2436
0.3082
110
0.1562
0.1857
0.2196
0.2425
0.3068
111
0.1555
0.1848
0.2186
0.2414
0.3055
112
0.1548
0.1840
0.2177
0.2403
0.3042
113
0.1541
0.1832
0.2167
0.2393
0.3029
114
0.1535
0.1824
0.2158
0.2383
0.3016
115
0.1528
0.1816
0.2149
0.2373
0.3004
116
0.1522
0.1809
0.2139
0.2363
0.2991
117
0.1515
0.1801
0.2131
0.2353
0.2979
118
0.1509
0.1793
0.2122
0.2343
0.2967
119
0.1502
0.1786
0.2113
0.2333
0.2955
120
0.1496
0.1779
0.2104
0.2324
0.2943
121
0.1490
0.1771
0.2096
0.2315
0.2931
122
0.1484
0.1764
0.2087
0.2305
0.2920
123
0.1478
0.1757
0.2079
0.2296
0.2908
124
0.1472
0.1750
0.2071
0.2287
0.2897
125
0.1466
0.1743
0.2062
0.2278
0.2886
126
0.1460
0.1736
0.2054
0.2269
0.2875
127
0.1455
0.1729
0.2046
0.2260
0.2864
128
0.1449
0.1723
0.2039
0.2252
0.2853
129
0.1443
0.1716
0.2031
0.2243
0.2843
130
0.1438
0.1710
0.2023
0.2235
0.2832
131
0.1432
0.1703
0.2015
0.2226
0.2822
132
0.1427
0.1697
0.2008
0.2218
0.2811
133
0.1422
0.1690
0.2001
0.2210
0.2801
134
0.1416
0.1684
0.1993
0.2202
0.2791
135
0.1411
0.1678
0.1986
0.2194
0.2781
136
0.1406
0.1672
0.1979
0.2186
0.2771
137
0.1401
0.1666
0.1972
0.2178
0.2761
138
0.1396
0.1660
0.1965
0.2170
0.2752
139
0.1391
0.1654
0.1958
0.2163
0.2742
140
0.1386
0.1648
0.1951
0.2155
0.2733
141
0.1381
0.1642
0.1944
0.2148
0.2723
142
0.1376
0.1637
0.1937
0.2140
0.2714
143
0.1371
0.1631
0.1930
0.2133
0.2705
144
0.1367
0.1625
0.1924
0.2126
0.2696
145
0.1362
0.1620
0.1917
0.2118
0.2687
146
0.1357
0.1614
0.1911
0.2111
0.2678
147
0.1353
0.1609
0.1904
0.2104
0.2669
148
0.1348
0.1603
0.1898
0.2097
0.2660
149
0.1344
0.1598
0.1892
0.2090
0.2652
150
0.1339
0.1593
0.1886
0.2083
0.2643
Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010
Page 3
Tabel r untuk df = 151 - 200
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1
0.05
0.02
0.01
0.001
151
0.1335
0.1587
0.1879
0.2077
0.2635
152
0.1330
0.1582
0.1873
0.2070
0.2626
153
0.1326
0.1577
0.1867
0.2063
0.2618
154
0.1322
0.1572
0.1861
0.2057
0.2610
155
0.1318
0.1567
0.1855
0.2050
0.2602
156
0.1313
0.1562
0.1849
0.2044
0.2593
157
0.1309
0.1557
0.1844
0.2037
0.2585
158
0.1305
0.1552
0.1838
0.2031
0.2578
159
0.1301
0.1547
0.1832
0.2025
0.2570
160
0.1297
0.1543
0.1826
0.2019
0.2562
161
0.1293
0.1538
0.1821
0.2012
0.2554
162
0.1289
0.1533
0.1815
0.2006
0.2546
163
0.1285
0.1528
0.1810
0.2000
0.2539
164
0.1281
0.1524
0.1804
0.1994
0.2531
165
0.1277
0.1519
0.1799
0.1988
0.2524
166
0.1273
0.1515
0.1794
0.1982
0.2517
167
0.1270
0.1510
0.1788
0.1976
0.2509
168
0.1266
0.1506
0.1783
0.1971
0.2502
169
0.1262
0.1501
0.1778
0.1965
0.2495
170
0.1258
0.1497
0.1773
0.1959
0.2488
171
0.1255
0.1493
0.1768
0.1954
0.2481
172
0.1251
0.1488
0.1762
0.1948
0.2473
173
0.1247
0.1484
0.1757
0.1942
0.2467
174
0.1244
0.1480
0.1752
0.1937
0.2460
175
0.1240
0.1476
0.1747
0.1932
0.2453
176
0.1237
0.1471
0.1743
0.1926
0.2446
177
0.1233
0.1467
0.1738
0.1921
0.2439
178
0.1230
0.1463
0.1733
0.1915
0.2433
179
0.1226
0.1459
0.1728
0.1910
0.2426
180
0.1223
0.1455
0.1723
0.1905
0.2419
181
0.1220
0.1451
0.1719
0.1900
0.2413
182
0.1216
0.1447
0.1714
0.1895
0.2406
183
0.1213
0.1443
0.1709
0.1890
0.2400
184
0.1210
0.1439
0.1705
0.1884
0.2394
185
0.1207
0.1435
0.1700
0.1879
0.2387
186
0.1203
0.1432
0.1696
0.1874
0.2381
187
0.1200
0.1428
0.1691
0.1869
0.2375
188
0.1197
0.1424
0.1687
0.1865
0.2369
189
0.1194
0.1420
0.1682
0.1860
0.2363
190
0.1191
0.1417
0.1678
0.1855
0.2357
191
0.1188
0.1413
0.1674
0.1850
0.2351
192
0.1184
0.1409
0.1669
0.1845
0.2345
193
0.1181
0.1406
0.1665
0.1841
0.2339
194
0.1178
0.1402
0.1661
0.1836
0.2333
195
0.1175
0.1398
0.1657
0.1831
0.2327
196
0.1172
0.1395
0.1652
0.1827
0.2321
197
0.1169
0.1391
0.1648
0.1822
0.2315
198
0.1166
0.1388
0.1644
0.1818
0.2310
199
0.1164
0.1384
0.1640
0.1813
0.2304
200
0.1161
0.1381
0.1636
0.1809
0.2298
Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010
Page 4
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Mahmud Al Hudhori
NIM
: 106016300656
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan IPA/Pendidikan Fisika
Judul Skripsi
: Pengaru Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar
Referensi No BAB I 1. 2.
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2011) h. 26 - 28 Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2011) h. 144 – 146 BAB II
1.
2.
3.
Norhasimi, “Model Motivasi ARCS”, http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm , diakses pada 10 Agustus 2012 Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in E-Learning Experiences. (Virginia Tech: 2004). h. 4. Diambil dari The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN: 1541-4914 Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich. Applying the ARCS Model of Motivational Designe to Pharmaceutical Education. American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64, Summer 2000
Pembimbing 1
Pembimbing 2
4.
5.
6. 7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Mei-Mei Chang dan James D. Lehman. Learning Foreign Languange through an Interactive Multimedia Program: An experimental Study on The Effects of the Relevance Component of the ARCS Model. CALICO Journal, 20 (1), p-p 81 – 98: 2002, h. 83 Hermann Astleitner, Associate Professor and Peter Lintner, M.A. The Effects Of ARCS-Strategies On Self-Regulated Learning With Instructional Texts. (AUSTRIA, Departemen of Educational Reasearch Akademiestrasse 26 A 5020 Salzburg:2003), h. 361 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 105 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 106107 Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcskeller.html, diakses pada 10 Agustus 2012 Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan, (Malang: Grasindo. 2002), h. 159-160 Hamorao, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcskeller.html, diakses pada 10 Agustus 2012 Muji Astuti, Siswati, Imam Setyawan, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 18 Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. h. 7-9. Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcskeller.html, diakses pada 10 Agustus 2012 Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 67 Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 69 Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 69 Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 69 – 71
17.
18. 19. 20. 21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/modelarcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 2 Oemar Hamalik, Proses belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30 Dimyati dan Mudjiono, Balajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h. 3-4. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h. 31 Anas, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”,http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertianhasil-belajar-menurut-para.html#.UUhQuGe86Nk pada tanggal 12 Februari 2013 Anas, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”,http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertianhasil-belajar-menurut-para.html#.UUhQuGe86Nk pada tanggal 12 Februari 2013 Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), hal.294 Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), hal.294-295 Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), hal.295 Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), hal.296 Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 2013 Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 2013 Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 2013 Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 2013
diambil dari 12 Februari diambil dari 12 Februari diambil dari 12 Februari diambil dari 12 Februari
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 168 Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 181 Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 181 Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 182 Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 186-187 Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 183 A. A Mas Megawati Pertiwi, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 2252-9063 Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari Contemporary Issues In Education Research. Vol 1. No.2. Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1pp. Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich, Applying the ARCS model of motivational Design to Apharmaceutical Education, American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64, Summer 2000. Sang H song dan John M. Keller. Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation. ETR&D, Vol. 49, No.2.2001, ISSN 1042-1629.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Yuhsun Edward Shih dan Dennis Mills. Setting the New Standard with Mobile Computing in Online Learning. (USA: Capella University. 2007). Diambil dari International Review of Research in Open and Distance Learning Vol. 8, No. 2. ISSN: 1492-3831 Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in E-Learning Experiences. (Virginia Tech: 2004). Diambil dari The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN: 1541-4914 Yi-Chia Cheng dan Hsin-Te Yeh. From concepts of motivation to its application in instructional design: Reconsidering motivation from an instructional design perspective. (USA: 4. doi Blackwell Publishing, 2009). Diambil dari British Journal of Educational Technology Vol 40 No:10.1111/j.1467-8535.2008.00857.x John M. Keller. First principles of motivation to learn and e3-learning.(USA. Routledge: 2008). Diambil dari Distance Education. Vol. 29, No. 2, August 2008, 175–185 Jale BALABAN-SALI. Designing Motivational Learning Systems In Distance Education. (Turkey. Anadolu university: 2008). Diambil dari Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE July 2008 ISSN 1302-6488 Volume: 9 Number: 3 Article 13 Hermann Astleitner dan Manuela Ihufnagl. The Effects of Situation-Outcome-Expectancies and of ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with Web-Lectures. (Austria. University of Salzburg: 2003. Diambil dari JA. of Educational Multimedia and Hypermedia (2003) 12(4), 361-376 BAB III
1.
Sugiono, Metode Penenilitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.116
2.
Sugiono, Metode Penenilitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.120
3.
Sugiono, Metode Penenilitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.126-128
4.
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.63
5.
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 76
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 83 Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 98 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h.211 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 213 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 218 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 207 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h.208-210 Nana Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1984), h. 249 BAB IV
1.
2.
3. 4.
Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari Contemporary Issues In Education Research. Vol 1. No.2. hal.53 Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1pp. Hal.95 Sardiman A.M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 99 Hamoraon, “Model ARCS Kellr”, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/modelarcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012
Mengetahui, Pembimbing I,
Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd NIP. 19650115.198703.1.020
Pembimbing II,
Erina Hertanti, M. Si NIP. 19720419.199903.2