Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF (The Effect of Dried and Fresh Pirik Fish (Leiognathidae) Feeding on Egg Production of Tegal Duck Intensive Farming) SUBIHARTA, HARTONO dan WARTININGSIH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Klepu, Ungaran ABSTRACT A research aimed to find out the influence of dried (powder) and fresh pirik fish (Leiognathidae) used in intensive duck husbandry has been carried out at Grinting Village, Bulakamba Subdistrict, Brebes Regency in September until December 2000, collaborated with duck Breeder group “AMALIA" on intensive farming. They were treated two rations: one contains dried (Ration I) and the other fresh pirik (Ration II) fish ingredients. This research used Tegal ducks with average of 5 months old. Each treatment has replicates and in each treatment consisted of 8 ducks. The experiment used RAL design. Parameters measured were: egg production, feed consumption and conversion and economic analysis (income over feed cost). Results showed that egg production was significantly different (P<0,05) between fresh and dried pirik fish giving (4.75 vs 4,35 eggs/duck/week). Feed consumption was not actually different, although feed consumption by using fresh pirik fish is higher than by using dried pirik fish (162,6 vs 150,17 g/duck/day). The real feed conversion (P<0,05) was smaller in fresh pirik fish using than dried pirik fish using. Economic calculation showed that using pirik fish meal would obtain higher income (Rp. 2499,7,-/8ducks/week) than fresh pirik fish (Rp. 1083,9,-/8 ducks/week; 1 US$=Rp. 9500,00). The use of dried and fresh pirik fish significantly (P<0,05) increase egg production. The role of farmers group on access of input improvement is expected to optimize the farmer’s income. Key words: Tegal duck, pirik fish and egg reproduction ABSTRAK Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ikan pirik (Leiognathidae) kering (tepung) dan basah pada pemeliharaan Itik Tegal terhadap produksi telur telah dilakukan di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, bekerjasama dengan Kelompok Ternak Itik "AMALIA". Dalam penelitian ini digunakan 96 ekor Itik Tegal betina siap bertelur umur+5 bulan, dibagi menjadi dua kelompok perlakuan ransum yaitu ransum ikan pirik kering (tepung) dan segar. Tiap perlakuan diulang 6 kali dan tiap ulangan diisi 8 ekor itik. Parameter yang diamati meliputi: produksi telur, konsumsi dan konversi pakan dan analisis ekonomi (income over feed cost), perbedaan perlakuan diuji dengan “t-test”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi telur berbeda nyata (P<0,05) antara pemberian ikan pirik segar dengan kering (4,75 vs 4,35 butir/ekor/minggu). Konsumsi pakan tidak berbeda nyata, walaupun konsumsi pakan yang diberi ikan pirik segar lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi ikan pirik kering (152,6 vs 150,2 g/ekor/hari). Konversi pakan nyata (P<0,05) lebih kecil dengan penggunaan ikan pirik segar dibandingkan dengan menggunakan ikan pirik kering. Hasil perhitungan ekonomi menunjukkan penggunaan tepung ikan pirik menghasilkan pendapatan lebih tinggi (Rp. 2499,70/8 ekor/minggu) dibandingkan dengan penggunaan ikan pirik segar (Rp. 1083,90/8 ekor/minggu). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan ikan pirik segar nyata (P<0,05) dapat meningkatkan produksi telur, akan tetapi pendapatan yang diperoleh lebih sedikit akibat sebagian keuntungan digunakan untuk biaya transport pengambilan dan penggilingan ikan. Kata kunci: Itik Tegal, ikan pirik, produksi telur
615
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PENDAHULUAN Itik Tegal banyak diusahakan oleh peternak di sepanjang Pantai Utara dan 60% mengusahakannya sebagai mata pencaharian pokok (YUWONO et al., 1995). Masalah dalam pengembangan itik menurut Srigandono dan SUNARTI (2000) ada dua hal yaitu lingkungan dan bibit. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah ketersediaan dan kualitasnya. Masalah utama dalam pemeliharaan itik gembala adalah lahan gembalaan (keadaan sawah). Pada saat sekarang ini penanaman padi yang dilakukan oleh petani secara intensif, berakibat pada sempitnya waktu penggembalaan di sawah yang habis dipanen. Selain itu petani juga intensif menggunakan pestisida pada tanaman padi, yang berakibat juga pada sempitnya lahan gembalaan di sawah yang ditanami padi. Permasalahan tersebut mendorong peternak untuk memelihara itik secara intensif. Berkembangnya usaha Itik Tegal secara intensif di sepanjang Pantai Utara karena didukung oleh lahan usaha, utamanya didukung oleh daya pakan (ikan) (SUBIHARTA et al., 2001). Menurut SUBIHARTA et al. (1995) dan SUBIHARTA et al. (2001) bahwa pakan utama Itik Tegal pada pemeliharaan intensif adalah ikan, bekatul dan nasi kering. Salah satu jenis ikan yang banyak digunakan oleh peternak adalah ikan pirik (Leiognathidae) karena produksinya banyak dan harganya lebih murah dibandingkan dengan harga ikan lain (SUBIHARTA et al., 1995; MARZUKI, 1995). Peternak umumnya memberikan ikan pirik dalam keadaan segar. Permasalahan yang timbul pada penggunaan ikan segar adalah penangkapan yang tidak tetap dalam sepanjang tahun, yang berakibat pada fluktuasinya harga ikan tersebut. Pada saat tangkapan banyak, harga ikan menjadi murah dan terjadi sebaliknya bila saat tangkapan sedikit. Peternak pun dalam memberikan ikan mengikuti jumlah tangkapan, sehingga produksi telur tidak tetap dan cenderung turun karena itik peka terhadap perubahan ransum (SRIGANDONO, 1997). Dari permasalahan tersebut alternatif yang ditawarkan adalah pembuatan kalender pakan. Pada saat ikan murah, peternak menggunakan ikan basah dan pada saat ikan mahal dan sulit didapat digunakan tepung ikan. Untuk melihat perbedaan penggunaan ikan pirik (Leiognathidae) kering dan basah dilakukan suatu pengkajian seperti dilaporkan dalam makalah ini. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes bekerjasama dengan Kelompok “AMALIA”. Penelitian dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2000. Dalam penelitian digunakan 96 ekor itik, siap bertelur (+5 bulan). Itik tersebut dipelihara dalam kandang kelompok dan tiap kelompok diisi 8 ekor itik. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu penggunaan ikan pirik kering (tepung ikan) dan segar, setiap perlakuan diulang 6 kali. Analisa kandungan nutrisi ikan pirik disajikan pada Lampiran 1 dan susunan ransum percobaan kandungan nutrisi dan harganya disajikan pada Lampiran 2. Pengamatan dilakukan selama 4 bulan, 1 bulan untuk pengamatan awal dan 3 bulan untuk pengambilan data. Parameter yang diamati meliputi produksi telur, konsumsi dan konversi pakan serta analisis ekonomi berdasarkan selisih antara harga penjualan telur dengan biaya pakan (income over feed cost/IOFC). Data biologis dianalisa dengan ‘t’-test (SNEDECOR dan COCHRAN, 1980).
616
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas itik Tegal Konsumsi pakan pada itik yang menggunakan ikan pirik basah lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi pakan itik yang diberi ransum dengan ikan pirik dibuat tepung, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Konsumsi pakan yang tinggi pada itik yang diberi ikan segar ini berkaitan dengan palatabilitas sesuai dengan habitat aslinya, bahwa itik akan memilih pakan dalam bentuk segar sebelum diproses dibandingkan dengan pakan kering yang sudah mengalami proses. Konsumsi pakan pada penelitian tidak berbeda jauh (151,442 g/e/hari) dibandingkan dengan penelitian SARENGAT (1989) pada itik Tegal. Produktivitas itik Tegal selama penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh penggunaan ikan pirik kering dan segar terhadap produktivitas itik Tegal Parameter Konsumsi pakan (g/ekor/hari) Produksi telur (butir/ekor/minggu) Konversi pakan
R1 (pirik kering)
R2 (pirik segar)
150,17a
152,61a
4,22a
4,75b
a
3,35b
3,75
Keterangan: Angka pada baris yang sama dengan huruf yang berbeda, berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan R2, ikan dikonversikan dalam bentuk kering
Produksi telur dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ikan pirik basah nyata (P<0,01) dapat meningkatkan produksi. Tingginya produksi telur pada itik yang diberi ikan segar (basah) kemungkinan disebabkan oleh konsumsi nutrisi yang lebih tinggi yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi, walaupun kenaikan konsumsi pakan pada itik yang diberi ikan basah tidak nyata secara statistik. Proses pengeringan kemungkinan dapat mengurangi kandungan nutrisi ikan pirik. Produksi telur hasil penelitian ini ternyata lebih tinggi dari produksi telur Itik Tegal hasil penelitian SRIGANDONO dan SARENGAT (1990) yaitu sebesar 2,8 butir/ekor/minggu akan tetapi lebih rendah (4,9 butir/ekor/minggu) dibandingkan dengan hasil penelitian RAHARDJO (1988) yang dilakukan penyeragaman materi dengan mengambil itik yang produksi telurnya di atas 5 butir/minggu. Konversi pakan (konsumsi ransum dibagi dengan bobot telur) menunjukkan bahwa hasil penelitian ini masih lebih baik dari konversi pakan hasil penelitian SARENGAT (1989) yaitu: 5,721. Hal ini bisa dimengerti karena konversi pakan berkaitan dengan produksi telur. Produksi telur pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian SARENGAT (1989) yaitu 2,8 butir/ekor/minggu. Analisa ekonomi (income over feed cost/IOFC) Analisa ekonomi dibatasi pada selisih pendapatan dari penjualan telur dikurangi biaya pembelian pakan (income over feed cost/IOFC). Biaya pakan yang dikeluarkan pada perlakuan pemberian ikan pirik kering, hanya untuk biaya bahan pakan. Biaya pembuatan tepung ikan pirik sudah dimasukkan dalam harga tepung ikan yang merupakan penjumlahan dari biaya pembuatan tepung ikan dengan harga dasar ikan. Pada penggunaan ikan segar, biaya yang dikeluarkan berupa transport pembelian ikan segar setiap hari dan biaya pencacahan. Biaya pengambilan ikan sebesar
617
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Rp. 84.000,00 per minggu, sedangkan biaya pencacahan sebesar Rp. 50,00/kg. Struktur biaya, penerimaan dan keuntungan pada pemeliharaan Itik Tegal secara intensif disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan ekonomis berdasarkan selisih penjualan telur dan biaya pakan (IOFC) Uraian
R1 (pirik kering)
R2 (pirik basah)
8,409
6,816
Biaya pakan : Konsumsi (kg/8 ekor/minggu) Konsumsi ikan basah (kg/8 ek/mg) Harga pakan (Rp./kg) Harga ikan (Rp./kg) Tenaga kerja
-
5,992
1.934
1.314
-
1.550
1.493,3
1.493,3
Biaya transport (Rp./8 ek/mg)
-
1.568
Biaya mencacah ikan (Rp./8 ek)mg
-
299,6
17.756,3
21.604,7
33,76
38,00
Total biaya pakan Penerimaan : Produksi telur butir/8 ekor/mg) Harga telur (Rp./butir) Total output (Rp.)
600
600
20.256
22.688,6
Keuntungan : Rp./8 ekor/minggu
2.499,7
1.083,9
Rp./100 ekor/bulan
133.912,5
58.066,07
Keterangan: * Harga ikan segar antara Rp. 766,60 sampai dengan Rp. 2.333,30/kg * Upah tenaga kerja Rp. 400.000,00/500 ekor/bulan
Besarnya penerimaan dari perlakuan pemberian ikan kering dan segar berturut-turut adalah Rp. 20.256,00 dan Rp. 22.800,00/8 ekor/minggu. Keuntungan yang merupakan selisih antara penerimaan dan penjualan telur dengan biaya pakan adalah sebesar Rp. 2.499,70/8 ekor/minggu untuk perlakuan ikan pirik kering dan Rp. 1.083,90/8 ekor/minggu untuk perlakuan ikan segar. Rendahnya pendapatan pada pemberian ikan segar, walaupun produksi telurnya tinggi karena dikurangi biaya transport yang dikeluarkan setiap hari dan biaya pencacahan ikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1.
Penggunaan ikan pirik kering dalam ransum itik yang dipelihara secara intensif tidak berpengaruh nyata terhadap produksi telur, konsumsi dan konversi pakan.
2.
Penggunaan ikan pirik segar untuk pakan itik yang dipelihara secara intensif, nyata (P<0,05) dapat meningkatkan produksi telur dan menekan konversi pakan, akan tetapi tidak menyebabkan perbedaan jumlah konsumsi pakan.
618
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
3.
Keuntungan yang diperoleh dari pemeliharaan itik secara intensif pada penggunaan tepung ikan pirik kering lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan ikan pirik segar, karena meningkatnya biaya tambahan pemanfaatan ikan.
Saran 1.
Untuk menghindari kesulitan ikan pada saat penangkapan ikan sedikit, disarankan agar dibuat kalender penggunaan pakan. Pada saat ikan banyak dan murah sebagian dibuat tepung ikan dan dimanfaatkan pada saat kesulitan ikan.
2.
Perlunya peran kelompok dalam pengadaan ikan untuk mengurangi biaya. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pemda Kabupaten Brebes yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini hingga selesai. DAFTAR PUSTAKA MARZUKI, S. 1995. Evaluasi Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Demersal di Perairan Utara Jawa Tengah. Proc. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Berwawasan Lingkungan Menuju Usaha Agribisnis. Puslitbangtek, Lemlit UNDIP Semarang, dan BPTP Ungaran. hal.: 120–124. RAHARDJO. Y.C. 1988. Pengaruh berbagai tingkat protein dan energi terhadap produksi dan kualitas telur itik Tegal. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak. “Unggas dan Aneka Ternak II”. Puslitbangnak. Bogor. hal.: 327–331. SARENGAT W. 1989. Perbandingan Produksi Telur Iitk Tegal, Itik Magelang, Itik Mojosari dan Itik Bali pada Pemeliharaan Secara Intensif. Proc. Seminar Nasional tentang Unggas Lokal. Fapet UNDIP Semarang. SNEDECOR, G.W. and W.G. COCHRAN. 1980. Statistical Method. The Iowa State University Press. Ames Iowa. USA. SRIGANDONO, B. 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. SRIGANDONO, B. dan W. SARENGAT. 1990. Ternak Itik Beridentitas Jawa Tengah. Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan Usaha Ternak Itik di Jawa Tengah. Sub Balitnak Klepu–Ungaran. hal.: 10–15. SUBIHARTA, D.M. YUWONO, MURYANTO, WARTININGSIH dan W. DIRDJOPRATONO. 1995. Status nutrisi Itik Tegal pada tingkat petani di daerah pantai Utara Jawa (Suatu Kasus). Edisi Khusus. Jurnal Ilmiah Penelitian Peternakan. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu. hal.: 27–34. SUBIHARTA, S. PRAWIRODIGDO, D. PRAMONO dan HARTONO. 2001. Prospek dan Kendala Usaha Itik Tegal Secara Intensif (Kasus di Kabupaten Pemalang, Tegal dan Brebes). Disampaikan pada Lokakarya Nasional Unggas Air. Kerjasama Fakultas Peternakan IPB–Bogor dan Balai Penelitian Ternak Ciawi– Bogor. YUWONO, D.M., SUBIHARTA, W. DIRDJOPRATONO, MURYANTO dan A.I. SINURAT. 1995. Studi pemeliharaan itik sistem intensif di Kabupaten Pemalang. Proc. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Hasil-hasil Penelitian untuk Menunjang Industri Peternakan di Pedesaan. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu. Ungaran. hal.: 129–132.
619
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Lampiran 1. Kandungan nutrisi ikan pirik kering Zat gizi
%
Air
9,22
Abu
24,73
Protein
54,98
Lemak
4,51
Serat kasar
0,29
BETN
6,27
Ca
3,29
P
2,10
Keterangan: Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang
Lampiran 2. Susunan ransum percobaan, kandungan nutrisi dan harga ransum R1 (pirik kering)
R2 (pirik basah)
Bekatul
Susunan bahan
33,01
33,01
Tepung ikan pirik
15,50
-
Nasi kering
44,50
44,50
CaCO3
3,00
3,00
Lysine
0,60
0,60
Methionine
0,17
0,17
Mineral itik
0,50
0,50
Konsentrat
2,72
2,72
-
53,45
Ikan pirik basah Kandungan nutrisi : Protein kering (%) ME (Kkal/kg)
17,53 2.700,54
Ca (%)
2,18
P (%)
0,49
Harga ransum (Rp./kg)
1.934
620