“PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN
TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE KABUPATEN PINRANG”
OLEH
DEWI PRATIWI I311 09 274
JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIV UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
i
“PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN
TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE KABUPATEN PINRANG”
SKRIPSI
DEWI PRATIWI I311 09 274
JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIV UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Dewi Pratiwi
Nim
: I 311 09 274
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa : a. Apabila Skripsi saya adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
September 2013
Dewi Pratiwi
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak di Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang
Nama
: Dewi Pratiwi
No. Pokok
:
I 311 09 274
Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Pembimbing Anggota
Pembimbing Utama
Ir.Veronica Sri Lestari,M.Ec
Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Ramadhan S.M,S Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Mengetahui :
Dekan
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan
Fakultas Peternakan
Prof.Dr.Ir.H. Syamsuddin Hasan, M.Sc
Dr.Sitti Nurani Sirajuddin,S.Pt, M.Si
Dekan
Ketua Jurusan
Tanggal Lulus : 26 Agustus 2013 iv
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat, pertolongan dan kemudahan-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skiripsi dengan judul “Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kab. Pinrang” Dengan segala kerendahan hati, penulis memberikan pengahargaan yang setinggi-tingginya yang tidak bisa diukur dengan apapun, kepada (Kedua Orangtua tercinta) Ayahanda Drs. Bachtiar Daud dan Ibunda Akhirniati Kadir atas Do’a dan curahan kasih sayang dan hingga hari ini masih tetap ikhlas dan sabar dalam mendidik dan membesarkan penulis, begitupula kepada Saudarasaudaraku, Adinda Muh. Aidil Akbar dan Muh. Faturrahman Andika Saputra terimakasih untuk semangat dan dukungannya. Doa ku menyertai kalian semua, Amin. Penulis sadar bahwa selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara materi maupun moril hingga skripsi ini terselesaikan. Maka selayaknyalah pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada; 1. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Ramadhan Siregar,M.S dan Ibu Ir. Veronica Sri Lestari, M.Ec selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran mulai dari rencana awal penelitian sampai penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Dr. Sitti, Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si, Ibu Ir. Martha B. Rombe, MP dan Ibu Kasmiyati Kasim, S.Pt, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan saran, Bantuan, koreksi dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Masyarakat Kecamatan Mattiro Sompe Pinrang yang telah banyak membantu dalam proses penelitian, 4. Keluarga kecilku di PMB UH-Latenritatta yang sama-sama berjuang menempuh studi di Makassar terkhusus Adriana, S.Hut, Marnianty Muin, S.Si, Madjdah Mulia Asmin,S.Si, St.Nurjahidah,S.Farm, Ardianty,S.Hut,
v
Bintang Hadi Putra, S.T) dan teman-teman Alumni 2006 MTsN Wtp dan Alumni 2009 SMA Neg.2 Wtp yang tidak sempat dituliskan namanya satupersatu. Terimakasih sudah menjadi pendengar sejati terhadap keluh kesah penulis, terimakasih untuk support dan doa kalian. Kepada sahabatku Fitria Saleh, S.Pd dan Mahyuddin, S.Pt yang dengan sabar mengantar dan menemani penulis di daerah penelitian, terimakasih bantuannya. 5. Kakak-kakak 2006 Terkhusus “Syediman, S.Pt 2007,2008, kawan-kawan Angkatan “2009” terkhusus “KAMIKASE” dan sahabat-sahabatku MySis (Mardhiana Nawawi, A.Azizah Nur fFitria, S.Pt, Iranita Haryono, Dicky Aditya Randy) terimakasih bantuan, kerjasama dan transformasi ilmu pengetahuannya selama menempuh studi di Fakultas peternakan tercinta. 6. Teman-teman KKN Reguler Gel.82 Kecamatan Ganra Soppeng terkhusus Posko Pusat (Rhiya,Witri, S.Si,Azizah, S.Pt, Imanuel Tikupadang, S.T,dan Malik, S.S) terimakasih telah memberi warna baru di kehidupan penulis 7. Last but not least, special one for Andi Adil Apriadi,S. yang tetap sabar, perhatian dan selalu ada untuk penulis, thank for everythings, semoga ini menjadi langkah awal untuk keberhasilan kita kelak, amin. Serta semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan baik dalam hal isi hingga penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Terakhir penulis berharap kiranya penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya maupun yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Makassar,.........Agustus 2013
DEWI PRATIWI
vi
ABSTRAK Dewi Pratiwi ( I 311 09 274 ). “Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak Di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang” Usaha peternakan itik telah banyak digeluti oleh masyarakat dibeberapa ddaerah di sulawesi selatan khususnya di daerah Kabupaten Pinrang. Ternak itik sangat cocok dikembangkan di Kabupaten Pinrang, hal ini karena Kabupaten Pinrang merupakan daerah yang sebagian besar luas wilayahnya terdiri dari areal persawahan sehingga sangat cocok untuk mengembangkan ternak itik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan kontribusi skala usaha peternak itik terhadap pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 1 Agustus tahun 2013. Tempat Penelitian berada di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis (eksplanatori). Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak itik yang terdapat di Kecamatan Mattiro Sompe sebanyak 83 peternak untuk menentukan besarnya jumlah sampel digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus Slovin. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data secara obsercasi dan wawancara. Alat analisa data yang digunakan adalah statistik inference yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana. Pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usaha peternakan itik diperoleh dengan melakukan dua kali pengujian yaitu uji normalitas dan uji regresi sederhana. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai berdistribusi normal untuk variabel pendapatan, statistik terendah dengan nilai α = 0,05 diperoleh (0,200 > 0,05) dan skala usaha statistik terendah dengan nilai α = 0,05 diperoleh (0.163 > 0,05). Dari persamaan regresi linear Sederhana diperoleh nilai koefisien regresi yaitu untuk variabel skala usaha (X) terhadap pendapatan (Y) memiliki pengaruh yang searah, artinya setiap kenaikan nilai variabel skala usaha maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang dan besarnya kontribusi pengaruh variabel skala usaha terhadap pendapatan adalah 80,4% dan sisanya 19,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian.
vii
ABSTRACT Dewi Pratiwi ( I 311 09 274 ). “The Influence Of Business Scale Of Livestock Breeding Ducks Against Income Breeders In District Mattiro Sompe Regency Pinrang”
The business of a farm ducks has been much by the public in several in south Sulawesi particularly in the district pinrang. Cattle ducks very suitable developed in the country of pinrang, this is because district pinrang is an area that is mostly widely area consisting of the area of the riverbanks so they are very suitable to develop cattle ducks. This research aims to know the influence and contribution of business scale breeder ducks against income in Pinrang Regency Sompe Mattiro Subdistrict. This research was carried out on April 26, until August 1, 2013. The Research is in the Sub-District of Mattiro Sompe, Pinrang Regency. Type of this research is quantitative research by doing hypothesis testing (eksplanatori). The population in this research is all the ducks there are breeders in district Mattiro Sompe as much as 83 breeder to determine the magnitude of the total sample used descriptive statistics using the formula Slovin. The data type used is quantitative data sourced from primary and secondary data. Method of data collection in obsercasi and interviews. Data analysis tools used was statistics inference which aims to test the hypothesis by using Simple Linear Regression. Influence of the scale of the effort against the revenues obtained by duck farms do twice testing the test of normality and simple regression test. Normality test results with the Kolmogorov-Smirnov showed normal Gaussian value for variable income, lowest-value statistics & amp; # 947; = 0.05 obtained (0,200 & gt; 0.05) and the lowest statistical business scale with value & amp; # 947; = 0.05 obtained (0.163 & gt; 0.05). A linear regression equation of Simple regression coefficient values are obtained for the variable (X) business scale of income (Y) has a direct effect, which means that any increase in the value of the variable scale of effort then it will cause a rise in revenue. The conclusions of this research are the real movers and shakers of the business scale of income broiler duck breeders in district Mattiro Sompe, Pinrang Regency and the magnitude of the contribution of variable scale crusade against the influence of income is 80,4% 19.6% and the rest is influenced by other factors outside the model of research.
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................
iii
ABSTRAK................................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR................................................................................. ............
vi
DAFTAR ISI............................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................
1
Perumusan Masalah .....................................................................................
4
Tujuan Penelitian ........................................................................................
4
Kegunaan .....................................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Ternak Itik ..................................................................
6
B. Skala Usaha ...........................................................................................
8
C. Pendapatan ............................................................................................
11
D. Penerimaan dan Keuntungan .................................................................
13
E. Biaya Produksi ......................................................................................
14
F. Biaya Total ...........................................................................................
15
KERANGKA PIKIR .............................................................................................
15
HIPOTESIS PENELITIAN ...................................................................... ............
16
METODE PENELITIAN
ix
•
Waktu dan Tempat ................................................................................
17
•
Jenis Penelitian ......................................................................................
17
•
Populasi dan Sampel .............................................................................
17
•
Jenis dan Sumber Data…………………………………………. .........
19
•
Metode Pengumpulan Data ...................................................................
20
•
Analisa Data ..........................................................................................
20
•
Konsep Operasional ..............................................................................
21
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN • Keadaan Geografis........................................................................ ..........
23
• Keadaan Demografis..................................................................... ..........
24
• Penggunaan Lahan........................................................................ ..........
25
• Populasi Ternak dan Unggas........................................................ ...........
26
KEADAAN UMUM RESPONDEN •
Umur Responden....................................................................... ..............
28
•
Tingkat Pendidikan....................................................................... ..........
29
•
Tanggungan Keluarga................................................................... ..........
30
•
Pengalaman Usaha........................................................................ ..........
31
•
Skala Usaha................................................................................... ..........
32
HASIL DAN PEMBAHASAN VI.1 Biaya Produksi Usaha Peternakan Itik Pedaging.......................... ....................
34
VI.1.1 Biaya Tetap............................................................................... ............
34
•
Penyusutan Kandang dan Peralatan............................................... .........
35
•
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)................................................. ..........
37
•
Total Biaya Tetap.......................................................................... ..........
38
VI.1.2 Biaya Variabel •
Biaya Bibit DOD........................................................................... ..........
39
•
Biaya Pakan................................................................................... ..........
40
•
Vitamin dan Obat-obatan.............................................................. ..........
42
•
Biaya Listrik.................................................................................. ..........
43
•
Biaya Tenaga Kerja....................................................................... ..........
44
x
•
Biaya Transportasi........................................................................ ..........
46
•
Total Biaya Variabel..................................................................... ..........
47
VI.1.3. Total Biaya..........................................................................................
48
VI.1.4. Total Penerimaan..................................................................... ...........
49
VI.1.5. Pendapatan............................................................................... ...........
51
VI.2. PENGARUH SKALA USAHA TERHADAP
PENDAPATAN USAHA
PETERNAKAN ITIK •
Pengujian Normalitas Data............................................................... ......52
•
Uji Regresi Sederhana...................................................................... .......53
PENUTUP •
Kesimpulan..............................................................................................57
•
Saran.................................................................................................... ....57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No
Halaman Teks
1.
Populasi Itik Dirinci Tiap Kecamatan di Kabupaten Pinrang Tahun 2010 .......................................................................
2
Pengambilan Sampel dari Masing-Masing Desa di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ...........................
19
Jumlah Penduduk di Kecamatan Mattiro Sompe Menurut Jenis Kelamin ................................................ ................................
24
4.
Luas Tanah Sawah dan Tanah Kering Tiap Kelurahan.. . ..............
25
5.
Populasi Ternak Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang............................................................................................
26
Populasi Unggas Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang............................................................................................
26
Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ...............................................
28
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ............................
30
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Tanggungan Keluarga di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang............................................................................................
31
Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ............................
32
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ............................
33
Rata-Rata Biaya Penyusutan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ................................................
35
Rata-Rata Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................
36
2.
3.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
xii
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Total Biaya Tetap pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................................................
37
Total Rata-Rata Biaya DOD Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ................................................
40
Total Rata-Rata Biaya Pakan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ................................................
41
Total Rata-Rata Biaya Vitamin dan Obat-Obatan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ..............
42
Total Rata-Rata Biaya Listrik Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ................................................
43
Total Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................
45
Total Rata-Rata Biaya Transportasi Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................
46
Total Biaya Variabel Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................................................
47
Total Biaya Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .........................................................................
48
Total Penerimaan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................................................
50
Total Pendapatan DOD Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang .............................................................
51
Rangkuman Hasil Uji Normalitas dengan KolmogorovSmirnov ..........................................................................................
53
Hasil Estimasi Regresi Sederhana Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan......................................................................
54
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman Teks
1.
Kuisioner penelitian ..................................................................................
54
2.
Hasil Perhitungan ......................................................................................
55
3.
Dokumentasi.......................................................................... ....................
56
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Di Indonesia, itik umumnya diusahakan sebagai penghasil telur namun ada pula yang diusahakan sebagai penghasil daging. Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional dimana itik kebanyakan digembalakan disawah atau di tempat-tempat yang banyak airnya, namun dengan cepat mengarah pada pemeliharaan secara intensif yang sepenuhnya terkurung (Apriyanto,2011). Usaha peternakan itik semakin diminati sebagai alternatif
sumber
pendapatan bagi masyarakat di pedesaan maupun di sekitar perkotaan. Di samping itu, semakin terbukanya pasar produk itik ikut mendorong berkembangnya peternakan itik di Indonesia (Prasetyo,2010). Usaha peternakan itik telah banyak digeluti oleh masyarakat dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan khususnya di daerah Kabupaten Pinrang. Ternak itik sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Pinrang, hal ini karena Kabupaten Pinrang merupakan daerah yang sebagian besar luas wilayahnya terdiri dari areal persawahan sehingga sangat cocok umtuk mengembangkan ternak itik. Populasi ternak itik yang tercatat di daerah Pinrang dapat dilihat pada Tabel 1 :
1
Tabel 1. Populasi Itik Dirinci Tiap Kecamatan di Kabupaten Pinrang Tahun2010 (Ekor) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kecamatan Itik (ekor) Suppa 56.403 Mattiro Sompe 119.349 Lanrisang 54.574 Mattiro Bulu 170.964 Wat Sawitto 42.604 Paleteang 31.946 Tendang 54.365 Palampanua 67.376 Cempa 25.518 Duampanua 83.364 Batulappa 19.448 Lembang 13.595 2010 739.507 2009 582.501 Jumlah 2008 584.522 2007 492.249 2006 491.949 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pinrang, 2010. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak itik di Kabupaten Pinrang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 sebesar 491.949 ekor meningkat menjadi 739.507 ekor. Kecamatan Mattiro Sompe menduduki urutan kedua setelah Mattiro Bulu yang memiliki populasi ternak itik di Kabupaten Pinrang yaitu 119.349 ekor. Hal ini Kecamatan Mattiro Sompe jumlah peternak itik banyak sedangkan pada Kecamatan Mattiro Bulu jumlah peternak itiknya sedikit. Dalam usaha peternakan itik pedaging, skala usaha merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan dalam usaha peternakan itik pedaging. Semakin besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dalam usaha peternakan, sehingga pendapatan peternak bertambah dan efisiensi usaha
2
dapat ditingkatkan dengan baik. Dalam skala usaha pemeliharaan yang terdapat di Kecamatan Mattiro Sompe di tiap desa berbeda-beda jumlah populasinya. Menurut Siregar (1996) semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar . Berdasarkan survey awal bahwa sistem pemeliharaan itik pedaging yang dilakukan secara intensif dan sudah terorganisir dengan baik, sehingga peternak itik bermaksud untuk mengembangkan usaha peternakan itik. Berdasarkan hasil jual itik pedaging dari hari ke hari tidak ada peningkatan yaitu berkisar antara Rp.30.000 – Rp. 35.000 per ekor, sehingga tidak ada peningkatan pendapatan. Pada dasarnya mereka memelihara itik pedaging tanpa mengetahui
seberapa
besar sebenarnya pendapatan yang diperolehnya baik dalam kurun waktu satu periode. Ketika peternak ingin mengetahui seberapa besar pendapatan sebenarnya yang dapat di peroleh, ada indikator yang dapat berpengaruh terhadap usaha seperti skala usaha yang dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar kontribusi terhadap pendapatan. Akibat dari kurangnya pengetahuan untuk menghitung pendapatan peternak, sebagian peternak itik yang berada di lokasi selalu merasa kekurangan untuk masalah pendapatan. Pada dasarnya usaha peternakan itik pedaging diusahakan untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pada khususnya masyarakat kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Skala usaha dalam usaha peternakan menjadi penting di perhatikan karena berhubungan dengan jumlah produk serta pendapatan yang akan diperoleh. Hal itulah yang melatar belakangi diadakan penelitian tentang
3
“Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak Di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan peneliti sebagai berikut : 1.
Apakah faktor skala usaha peternak itik berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ?
2.
Berapa besar kontribusi pengaruh faktor skala usaha peternak itik terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui adakah pengaruh skala usaha peternak itik terhadap pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.
2.
Untuk mengetahui kontribusi skala usaha peternak itik terhadap pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai
bahan
pengetahuan
bagi
peneliti
mengenai
skala
usaha
pemeliharaan ternak itik terhadap pendapatan peternakan itik di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.
4
2. Sebagai bahan informasi dan kajian bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan ternak iti. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Ternak Itik Itik yang dimasyarakat lebih dikenal dengan nama bebek (bahasa Jawa) ini nenek moyangnya merupakan itik liar (Anas moscha) yang berasal dari Amerika Utara. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, itik liar terus dijinakkan oleh manusia hingga terbentuklah beragam jenis itik seperti yang banyak yang dipelihara saat ini dan selanjutnya lebih dikenal sebagai itik ternak (Anas domesticus) dan itik manila/entok (Anas muscovy). Bila dibandingkan dengan jenis unggas lain, penyebaran itik tergolong sangat luas karena itik dapat hidup normal didaerah subtropis maupun daerah tropis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila itik liar bisa berimigrasi sampai ke Afrika Utara dan Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam (Supriyadi, 2009). Itik telah dibudidayakan dan dikembangkan ,masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki bentuk,ukuran tubuh, warna bulu, dan sifat-sifat khas lain yang berbeda satu sama lain. Namun, pada hakekatnya bangsa itik digolongkan menjadi emapat, yaitu itik petelur,pedaging,petelur dan pedaging (dwiguna), serta hias. Itik pedaging adalah bangsa itik yang memiliki produktivitas daging (karkas) tinggi, sedangkan produksi telurnya rendah. Umumnya bangsa itik pedaging berbadan besar dengan daging yang tebal. Konversi pakan menjadi daging tinggi, sedangkan konversi pakan terhadap telur rendah. Beberapa bangsa itik pedaging antara lain peking
6
ducks (Tiongkok),itik manila (Filipina), aylesbury,rouan,buff duck,dan cayuga (diperkirakan berasal dari Amerika Serikat) (Bambang, 2011). Itik pedaging merupakan ternak unggas penghasil daging yang sangat potensial di samping ayam. Kelebihan ternak ini adalah lebih tahan terhadap penayakit dibandingkan dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung resiko. Daging itik merupakan sumber protein yang bermutu tinggi dan itik mampu berproduksi dengan baik, oleh karena itu pengembangannya diarahkan kepada produksi yang cepat dan tinggi sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen (Ali dan Febrianti, 2009). Itik pedaging ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produksi daging kurang dari 2 bulan bisa menghasilkan berat badan sekitar 3 – 3,3 kg, sehingga sudah siap untuk dipotong. Dalam usaha perunggasan terutama unggas air (itik pedaging) dikenal dengan sistem pemeliharaan yaitu : a. Sistem pemeliharaan extensif Sistem pemeliharaan extensif, dimana pada sistem ini ternak-ternak dipelihara dengan cara diabur/digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun makanan, karena ternak-ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang mempunyai sumber pakan alami misalnya di daerah-daerah persawahan yang baru panen. Pemeliharaan ini dilaksanakan oleh para peternak yang bersifat tradisional dan nomaden, kondisi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat bagian utara, karena daerah pantura ini merupakan daerah persawahan yang cukup luas sehingga menjadi potensi bagi pengembangan itik dengan sistem extensif.
7
b. Sistem pemeliharaan semi intensif Pemeliharaan dengan sistem semi intensif, dimana ternak-ternak yang dipelihara sudah memperhatikan kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktu dilepas untuk mencari makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi ataupun pada tempat-tempat yang mempunyai potensi sumber pakan yang alami. c. Sistem pemeliharaan intensif Sedangkan pemeliharaan yang intensif, ternak-ternak peliharaan selalu ditempatkan dikandang dan diberi makan secara terus menerus serta sudah memperhatikan aspek-aspek teknik pemeliharaan ternak secara ilmiah dan sudah menggunakan teknologi-teknologi yang dianjurka (Syanur, 2012). Untuk pemeliharaan itik pedaging jenis peking, lebih tepat apabila dilaksanakan dengan sistem intensif,hal ini disebabkan itik peking merupakan itik ras pedaging yang mempunyai kecepatan pertumbuhan dalam waktu yang relatif singkat, dimana dalam kurun waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan berat badannya sudah bisa mencapai diatas 3 kg dengan kondisi makanan yang baik dan itilk sudah siap dijual sebagai itik pedaging, dengan kualitad daging yang prima (Rumawas, 1995). 2.2. Skala Usaha Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan dan kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input seperti modal, tenaga kerja, bibit, peralatan serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, dalam
8
merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai usaha menjadi sangat penting (Rusmiati, 2008). Menurut Chandra (2007) bahwa skala usaha dapat didefinisikan berdasarkan nilai asset dan nilai penjualan, seperti dalam beberapa definisi berikut : Usaha Mikro (UM) adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan, secara individu atau tergabung dalam koperasi dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak seratus juta rupiah pertahun. Usaha Kecil (UK) adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Usaha produktif milik warga negara indonesia yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi. 2. Bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah. 3. Memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan maksimum satu miliar rupiah. Usaha Menengah (UM) adalah usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari dua ratus juta rupiah diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimum sepuluh miliar rupiah. Skala usaha adalah besaran usaha yang secara linier menentukan tingkat hasil yang mungkin diperoleh pedagang ternak dari produksi fisis yang bekal dicapai dari usahanya tersebut. Skala usaha menjadi penting untuk diperhitungkan
9
pada kegiatan usaha perdagangan ternak unggas dalam kaitan untuk mencapai apa yang diistilahkan sebagai suatu economic of scale atau skala usaha yang ekonomis dan menguntungkan pada usaha yang dimaksud. Skala usaha dalam kegiatan perdagangan ternak unggas didefinisikan sebagai banyaknya populasi ternak unggas yang dibeli pedagang pada peternak unggas yang kemudian di perdagangkan. Menurut Chand and Kaul (1986) pengembangan suatu usaha juga perlu memperhatikan kondisi skala usaha, besarnya usaha budidaya yang sebaiknya dikelola. Dalam suatu proses produksi, skala usaha menggambarkan respon dari keluaran terhadap perubahan proporsional dari seluruh masukan. Dengan mengetahui kondisi skala usaha, pengusaha dapat mempertimbangkan perlu tidaknya suatu usaha dikembangkan lebih lanjut. Dalam kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah sebaiknya besarnya usaha diperluas untuk menurunkan biaya produksi rata-rata sehingga menaikkan keuntungan. Berbeda jika kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil tetap maka perluasan usaha tidak berpengaruh terhadap biaya produksi rata-rata. Sedangkan jika kondisi skala usaha
dengan
kenaikan
hasil
berkurang
maka
perluasan
usaha
akan
mengakibatkan naiknya biaya produksi rata-rata. Untuk mendukung pendapatan usaha ternak sangat ditentukan oleh kapasitas penjualan hasil produksi anak yang dilahirkan pada kurun periode tertentu. Semakin banyak penjualan, maka akan semakin besar pula pendapatan dari usaha ternak. Besar kecilnya hasil produksi anak yang dilahirkan dipengaruhi oleh skala pemeliharaan ternak yang dikelola petani (Priyanto, 2009) .
10
Analisis volume penjualan sangat bermanfaat dalam evaluasi dan pengendalian kegiatan pemasaran perskala usahaan.Dalam analisis tersebut masih belum disinggung tentang profitabilitas dari kegiatannya. Oleh karena itu, manajer dapat mengadakan analisis biaya pemasaran untuk menentukan profitabilitas (kemampuan untuk mendapatkan laba) daerah penjualannya maupun unit-unit pemasaran lain. Selanjutnya dikatakan pula bahwa analisis biaya pemasaran merupakan studi mendalam tentang masalah biaya operasi dari laporan rugi laba perskala usahaan (Swastha, 2001). 2.4. Pendapatan Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income. Menurut Standar Akuntasi Keuangan kata “income diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan (income) meliputi baik penadapatan (revenue) maupun keuntungan (Suryanti, 2010). Pendapatan adalah merupakan jumlah rupiah yang menyatakan produk akhir operasi perusahaan, oleh karena itu harus diakui dan diukur pada tingkat atau titik kegiatan yang menentukan dalam aliran kegiatan operasi kegiatan. Pendapatan harus benar-benar terjadi dan didukung dengan timbulnya aktiva baru yang dapat dipercaya (sah), sebaiknya berupa kas atau piutang (Suwardjo, 1984). Menurut Wilson (2007) bahwa pendapatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap jumlah permintaan ke atas suatu barang. Perubahan pendapatan
11
masyarakat mengakibatkan perubahan terhadap permintaan ke atas suatu barang. Hubungan kedua variabel itu,antara pendapatan masyarakat dengan jumlah permintaan ke atas suatu barang tergantung pada jenis dan sifat barangnya. Jenis barang tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu barang normal dan barang inferior. Barang normal adalah suatu barang yang jumlahnya mengalami perubahan yang searah dengan perubahan pendapatan masyarakat sedangkan barang inferior adalah barang yang jumlahnya mengalami perubahan terbalik dengan perubahan pendapatan. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun, dimana salah satu sumber umum atau kategori pendapatan usaha tani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil ternak seperti daging dan telur (Rasyaf, 2002). Menurut Cahyono (1995) menyatakan bahwa pendapatan usaha tani ada 2 macam yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan kotor usaha tani yaitu keseluruhan hasil atau nilai uang dari hasil usaha tani. Sedangkan pengeluaran total usaha tani adalah semua nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pendapatan bersih usaha tani yaitu jumlah pendapatan kotor usaha tani dikurangi dengan biaya. Dengan kata lain bahwa pendapatan adalah selisih antara hasil penjualan panen dengan biaya usaha tani. Untuk menghitung jumlah pendapatan maka digunakan rumus sebagai berikut (Soekarwati dkk, 2003) : =
−
12
Dimana : = total pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani peternak (Rp/Prd) TR = total revenue/ penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Prd) TC = total cost/ biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Prd) Besarnya pendapatan dari suatu usaha peternakan itik merupakan salah satu ukuran yang penting untuk mengetahui berapa besar usaha peternakan itik mencapai suatu keberhasilan. Pendapatan adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak yang merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi. 2.4.1. Penerimaan dan Keuntungan Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Rahim & Hastuti, 2007). Selanjutnya Suratiyah (2006) mengatakan bahwa penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha tani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali. Menurut Soekartawi (2006), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Atau dengan kata lain penerimaan total (total revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output-nya. Secara sistematis dapat dirumuskan : Total Revenue = Quantity x Price, dimana: TR = Penerimaan total (Rp), Q= Jumlah produksi yang dihasilkan (kg), dan P = Harga (Rp). Menurut Rasyaf (2003), dari hasil penjualan ternak akan diterima sejumlah uang dan inilah yang dinamakan penerimaan. Penerimaan ini yang dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan, hasil pengurangan inilah yang
13
dinamakan keuntungan kotor. Bila keuntungan kotor dikurangi lagi dengan pajak, akan didapatkan keuntungan bersih. Penerimaan diperoleh dari penjualan output hasil produksi. Output yang harus diperhitungkan meliputi penjualan itik pedaging. Sedangkan input dibagi menjadi input biaya tetap dan input biaya variabel. Input biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa terpengaruh oleh volume faktor produksi dan input biaya variabel merupakan biaya yang terpengaruh oleh volume faktor produksi (Priyono, 2009). 2.4.2. Biaya Produksi Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor-faktor produksi yang digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 2003). Selanjutnya Cahyono (2005) mengatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pengadaan prasarana dan sarana produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadikan barang tertentu menjadi produk, dan termasuk didalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang dibayar (Hermanto, 1996). Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan
14
karena adanya perubahan jumlah hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi. 2.4.3. Biaya Total Menurut Swastha dan Sukartjo (1993) bahwa biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli berbagai macam input atau faktor-faktor yang dibutuhkan untuk keperluan produksinya (Mankiw, 2000). 2.5.Kerangka Pikir Tujuan peternak adalah memperoleh pendapatan seoptimal mungkin. Skala usaha berpengaruh terhadap pendapatan, semakin besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dalam usaha peternakan, sehingga pendapatan mereka bertambah dan efisiensi perusahaan dapat ditingkatkan dengan baik (Daniel 2002). Oleh karena iu peternak harus memperhatikan aspek tersebut untuk mengetahui apakah skala usaha tersebut berpengaruh terhadap apa yang akan di hasilkan, juga mengetahui seberapa besar pengaruh dari skala usaha agar pendapatan dapat di peroleh dengan maksimal. Hal ini yang mendasari peneliti ingin mengetahui apakah pendapatan dipengaruhi oleh skala usaha. Pemikiran tersebut secara skematis ditunjukkan dalam kerangka pikir penelitian ini seperti Gambar 1.
15
Skala Usaha Pemeliharaan (X)
rxy
Pendapatan (Y)
Gambar 1.Kerangka Pikir Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan. Keterangan : r
: koefisien korelasi untuk x
2.6. Hipotesis Penelitian Adapun bunyi hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha : “Skala usaha pemeliharaan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak itik di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang”. Ho : “Skala usaha pemeliharaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak itik di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang”.
16
BAB III METODE PENELITIAN
1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 1 Agustus tahun 2013. Tempat Penelitian berada di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kecamatan Mattiro Sompe merupakan kecamatan yang memiliki populasi itik terbanyak kedua di Kabupaten Pinrang . 1.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis (eksplanatori). Penelitian ini akan menjelaskan tentang hubungan kausal antara variabel independen yaitu skala usaha pemeliharaan ternak itik terhadap variabel dependen yaitu pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe. 1.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak itik yang terdapat di Kecamatan Mattiro Sompe sebanyak 83 peternak yang terdiri dari 6 Desa yaitu Desa Mattombong sebanyak 10 peternak, Desa Patobong sebanyak 18 peternak, Desa Samaenre sebanyak 10 peternak, Desa Mattongang-Tongang sebanyak 20 peternak, Desa Massulowalie sebanyak 10 peternak, dan Desa Sibolong Polong sebanyak 15 peternak.
17
Berhubung dengan populasi yang sifatnya menyebar di antara keenam Desa tersebut dan cukup berjauhan, maka dilakukan pengambilan sampel. Untuk menentukan besarnya jumlah sampel digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus Slovin menurut Umar (2001) sebagai berikut : N n= 1 + Ne2 Dimana : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel E = Tingkat Kelonggaran (10%) Tingkat kelonggaran 10% digunakan dengan dasar jumlah populasi tidak lebih dari 2000 (Sugiyono, 2003). Sehingga jumlah sampel yang didapatkan yaitu =
83 1 + 83 10%
=
83 1 + 83 0,01
=
83 1,83
= 45,3 = 45 responden Adapun pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Simple random sampling merupakan suatu tipe sampling probabilitas, dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel . Dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
18
Tabel 2. Pengambilan Sampel dari masing-masingDesa di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Populasi Perhitungan Jumlah Sampel No Desa (N) Sampel (n) 1. Desa Mattombong 10 10/83 x 45 5 2. Desa Patobong 18 18/83 x 45 10 3. Desa Samaenre 10 10/83 x 45 5 4. Desa Mattongang-Tongang 20 20/83 x 45 11 5. Desa Massulowalie 10 10/83 x 45 5 6. Desa Sibolong Polong 15 15/83 x 45 8 Total 83 45
Sebagai salah satu syarat dalam pengujian hipotesis adalah pengambilan sampel secara random. Teknik penarikan sampel yang dilakukan dari keenam Desa di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang adalah Simple Random Sampling, dimana untuk Desa Mattombong jumlah sampel yang diambil secara random sebanyak 5 peternak, Desa Patobong 10 peternak, Desa Samaenre5 peternak, Desa Mattongang-Tongang 11 peternak, Desa Massulowalie 5 peternak, dan Desa Sibolong Polong 8 peternak. 1.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka yang meliputi penerimaan dan komponen biayabiaya yang dilakukan peternak selama melakukan usaha peternak itik pedaging, seperti biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap seperti, biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan PBB. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya DOD, biaya pakan, biaya vaksin/obat-obatan, listrik, tenaga kerja dan biaya transportasi.
19
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan peternak yang meliputi skala usaha dan pendapatan peternak itik. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian. 1.5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dalam hal ini peternakan itik di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. 2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada para peternak
itik yang menjadi responden peneliti.
Untuk memudahkan proses wawancara tersebut digunakan bantuan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai kebutuhan penelitian seperti biaya-biaya, penerimaan, skala usaha pemeliharaan, identitas responden dan lain sebagainya. 1.6. Analisis Data Alat analisa data yang digunakan adalah statistik inference yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana melalui program komputer SPSS 17 dengan rumus sebagai berikut : Y=a+bX+e
20
Dimana : Y
= Pendapatan (Rp/periode)
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi untuk X
X
= Skala Usaha Pemeliharaan Itik (ekor)
e
= Kesalahan pengganggu (Standar Error)
1.7. Konsep Oprasional •
Peternak itik adalah warga yang memelihara itik pedaging umur 0-2,5 bulan (periode).
•
Skala usaha pemeliharaan adalah jumlah populasi yang dipelihara oleh para peternak di tiap Desa Mattombong, Desa Patobong, Desa Mattongang-Tongang, Desa Massulowalie, dan Desa Sibolong Polong
•
Intensif adalah sistem pemeliharaan yang digunakan para peternak di Desa Mattombong, Desa Patobong, Desa Samaenre, Desa MattongangTongang, Desa Massulowalie, dan Desa Sibolong Polong secara dikandangkan secara terus menerus dengan menggunakan jala.
•
Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama satu siklus produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.
•
Biaya tetap meliputi investasi, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, dan PBB yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.
21
•
Biaya variabel meliputi biaya DOD, biaya pakan, biaya vaksin, biaya tenaga kerja, biaya listrik, dan biaya transportasi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.
•
Penerimaan adalah nilai itik, serta ternak yang dikonsumsi yang diperoleh dengan mengalikan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.
•
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usaha ternak itik pedaging dengan total biaya yang dikeluarkan dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.
22
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV.1. Keadaan Geografis Kabupaten Pinrang menaungi 12 Kecamatan dengan 104 Desa/Kelurahan, dimana 39 berstatus kelurahan dan 65 berstatus desa. Duampanua dan Lembang merupakan kecamatan dengan jumlah kelurahan/desa terbanyak dengan rincian : Duampanua yaitu 5 kelurahan dan 9 desa, Lembang memiliki 2 kelurahan dan 12 desa sedangkan kecamatan yang jumlah desa/kelurahan terkecil yaitu Kecamatan Tiroang memiliki 5 kelurahan dan Batulappa memiliki 1 kelurahan dan 4 desa. Kecamatan Mattiro Sompe salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pinrang yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : -
Sebelah Utara
: Kecamatan Cempa Kabupaten Pinrang
-
Sebelah Timur
: Kecamatan Wattang Sawitto dan Kecamatan
Mattiro Bulu Kabupaten Pinrang -
Sebelah Selatan
: Kecamatan Lasinrang Kabupaten Pinrang
-
Sebelah Barat
: Selat Makassar
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pinrang (2009), Kecamatan Mattiro Sompe terbagi atas 9 wilayah dengan luas wilayah 96,99 km2. Wilayah Kecamatan Mattiro Sompe diklafikasikan dalam 3 Kelurahan yaitu, Massulowalie, Langnga, Pallameang dan 6 Desa yaitu, Mattombong, Patobong, Samaenre, Mattongang-tongang, Siwolong polong, dan Mattiro tasi.
23
IV.2. Keadaan Demografis Kondisi kependudukan (demografi) merupakan hal yang harus menjadi perhatian pihak pemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk merupakan suatu gambaran tentang kependudukan pada suatu wilayah secara kuantitatif yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan wilayah dalam konteks pembangunan agar tepat sasaran, dimana penduduk merupakan dalam setiap kegiatan yang terjadi disuatu wilayah, sehingga dibutuhkan sumber daya yang baik untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Jumlah penduduk di Kecamatan Mattiro Sonpe Kabupaten Pinrang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah penduduk di Kecamatan Mattiro Sompe Menurut Jenis Kelamin Akhir Tahun 2011 No. 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki
Jumlah 13.226
Persentase (100%) 48,26
Perempuan
14.176
51,73
Jumlah 27.402 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012. Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah penduduk tersebut tersebar di seluruh Kelurahan/Desa di Kecamatan Mattiro Sompe yang berjenis kelamin perempuan hampir sebanding dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 13.226 : 14.176, jumlah penduduk yang ada tersebut merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan subsektor peternakan sebagai sumber tenaga kerja.
24
IV.3. Penggunaan Lahan Dilihat dari kondisi objektif penggunaan lahan yang meliputi kondisi daerah dan kondisi fisik lainnya, penggunaan tanah di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Tanah Sawah dan Tanah Kering Tiap Kelurahan/Desa, Akhir Tahun 2011.
No
Desa/Kelurahan
1
Massulowalie
2
Langnga
3
Pallameang
4
Luas Tanah Jumlah Sawah Kering (Ha) (Ha) (Ha) 830 104 934
Persentase (100%) 9,63
12.05
559.95
572
5,90
0
296
296
3,052
Mattombong
520
548
1068
11,0
5
Patobong
403
1419
1822
18,79
6
Samaenre
668.50
348.50
1017
10,49
7
Mattongang-tongang
1050.80
148.20
1199
12,36
8
Siwolong polong
950.05
489.95
1440
14,85
9
Mattiro Tasi
50
1301
1351
13,93
Jumlah 4484.40 5214.60 9699 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.
100
Tabel 4, menunjukkan bahwa penggunaan tanah di tiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang sebagian besar digunakan tanah kering dengan jumlah 5214,60 Ha yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk sawah tanaman padi dan sebagian besar digunakan sebagai tanah kering untuk usaha ternak itik.
25
IV.4. Populasi Ternak dan Unggas Kecamatan Mattiro Sompe memiliki lokasi yang cukup luas untuk melakukan pengembangan usaha ternak dan unggas sehingga sangat mendukung dalam memperoleh hasil peternakan yang cukup luas. Berdasarkan data BPS tahun 2011, populasi ternak dan unggas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Populasi Ternak Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang No
Ternak
Jumlah (ekor)
Persentase (100%)
1
Sapi
780
15,99
2
Kerbau
31
0,635
3
Kuda
99
2,030
4
Kambing
3.966
81,33
Total 4876 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa diantara 4 jenis ternak yang dikembangkan di Kecamatan Mattiro Sompe kambing merupakan ternak yang tertinggi populasinya yaitu sebesar 3.966 ekor dengan persentase 81,33% dan populasi ternak terendah adalah kerbau sebesar 31 ekor dengan persentase 0,635 %. Adapun populasi unggas dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Populasi Unggas Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang No 1 2 3 4
Ternak Jumlah (ekor) Ayam Buras 101.441 Ayam Ras 3.705 Itik 119.349 Ayam Broiler 10.227 Total 234.722 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.
Persentase (100%) 43,21 1,57 50,84 4,35 100
26
Tabel 6 menunjukkan bahwa diantara 4 jenis unggas yang dikembangkan di Kecamatan Mattiro Sompe itik merupakan unggas yang tertinggi populasinya yaitu sebesar 119.349 ekor dengan persentase 50,84%
dan populasi unggas
terendah yaitu ayam ras sebesar 3.705 3kor dengan persentase 1,57 %. Hal ini menunjukkan populasi itik lebih banyak dipelihara oleh penduduk di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.
27
BAB V KEADAAN UMUM RESPONDEN
V.1. Umur Responden Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
seseorang.
Tingkat
umur
seseorang
akan
berpengaruh
terhadap
kemampuannya dalam mengerjakan pekerjaannya, karena terjadi peningkatan kemampuan fisik seiring dengan meningkatnya umur dan pada umur tertentu akan terjadi penurun produktivitas. Adapun klasifikasi responden berdasarkan umur di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur Di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No
Umur (tahun)
1
40 – 46
8
17,8
2
47 – 53
10
22,2
3
54 – 60
12
26,7
4
61 – 67
9
20
5
68 – 74
5
11,1
6
75 – 80
1
2,2
45
100
Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2013 Tabel 7, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 54 – 60 tahun yaitu 12 orang atau 22,2%, hal ini berarti bahwa rata-rata peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, masih berada pada kelompok usia
28
produktif untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan usahanya. Kemampuan bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Swastha (1997) yang menyatakan bahwa tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua. V.2. Tingkat Pendidikan Tingkat
pendidikan
seseorang
merupakan
suatu
indikator
yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau tanggung jawab. Dengan latar belakang pendidikan seseorang dianggap mampu melaksanakan suatu pekerjaan tertentu atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam usaha peternakan faktor pendidikan tentunya sangat diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas ternak yang dipelihara atau diternakkan. Tingkat pendidikan yang memadai tentunya akan berdampak pada kemampuan manajemen usaha peternakan yang digeluti. Adapun tingkat pendidikan peternak yang ada di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 8.
29
No
Tabel 8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1
SD/MI
19
42,2
2
SMP
13
29,9
3
SMA
11
24,4
4
Sarjana
2
4,4
45
100
Jumlah
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 8, menunjukkan sebagian besar
responden berada pada tingkat
pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 19 orang atau 42,2 %, mayoritas peternak berpendidikan rendah, mereka masih menganggap bahwa usaha peternakan tidak perlu adanya pendidikan, mereka dalam mengadopsi hanya berdasarkan pengalaman dan melihat usaha peternakan yang sudah ada. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan usaha tani. Hal ini sesuai
dengan
pendapatan
Risqina
(2011),
bahwa
pendidikan
sangat
mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama dalam hal pengambilan keputusan dan pengatur manajemen dalam mengelola suatu usaha. V.3. Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh responden di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, anggota keluarga tersebut baik keluarga inti maupun keluarga batih. Anggota keluarga yang dimiliki dapat memberikan dampak positif dalam usaha pemeliharaan ternak itik pedaging karena anggota keluarga yang dimiliki tersebut
30
dapat digunakan sebagai tenaga kerja. Pengelompokkan responden berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No
Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
2–3
24
53,3
2
4–5
19
42,2
3
6–7
2
4,4
Jumlah
45
100
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 9, menunjukkan bahwa keadaan responden di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki yaitu antara 2 sampai 7 orang. Jumlah responden terbanyak yaitu responden yang memiliki tanggungan 2 sampai 3 orang sebanyak 24 orang atau 53,3%. Sedangkan responden yang memiliki tanggungan 7 orang hanya 2 orang atau 4,4%. Dalam proses produksi dibutuhkan tenaga kerja. Sebagian besar peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja. Sehingga banyaknya anggota keluarga dapat mengurangi biaya tenaga kerja karena anggota keluarga dapat membantu dalam proses produksi dan menghemat biaya produksi. V.4. Pengalaman Usaha Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu usaha. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh peternak maka akan semakin terampil dalam mengelola suatu usaha peternakan. Pengalaman beternak akan diperoleh seorang berdasarkan lama mereka bergelut dalam suatu usaha 31
peternakan. Semakin lama mengelola suatu usaha maka semakin luas pengalaman dan semakin besar kemampuan yang diperoleh. Pengalaman beternak merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang peternak dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam usaha peternakan (Priyanto dan Yulisiani, 2005). Adapun klasifikasi responden berdasarkan lama beternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat Tabel 10. Tabel 10. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No
Pengalaman Usaha (Tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
2–4
31
68,9
2
5–7
11
24,4
3
8 – 10
3
6,5
Jumlah
45
100
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 10, menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengalaman beternak masih kurang dari 5 tahun sebanyak 31 orang atau 68,9%. Hal ini menyatakan bahwa responden masih perlu belajar untuk mengembangkan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nitisemito dan Burhan (2004), bahwa semakin banyak pengalaman beternak maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh dibidang tersebut. V.5. Skala Usaha Skala usaha
menunjukkan banyaknya itik pedaging yang dimiliki oleh
responden. Jumlah kepemilikan ternak pada tiap responden berbeda-beda tergantung kondisi usaha. Adapun klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan
32
itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No
Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
1
500 - 999
2
1000 - 1499
9
20
3
1500 - 1999
5
11,1
4
2000 - 2499
8
17,7
5
2500 - 3000
8
17,7
Jumlah
15
Persentase (%)
45
33,3
100
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 11 terlihat bahwa klasifikasi responden di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat berdasarkan kepemilikan itik pedaging terdiri dari 7 skala yaitu 500 ekor, 700 ekor, 1000 ekor, 1500 ekor, 2000 ekor, 2500 ekor, dan 3000 ekor. Responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki ternak itik dengan skala 500 - 999 ekor yaitu 15 orang atau sebesar 33,3%. Sebagian besar peternakan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang masih merupakan peternakan rakyat.
33
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1. Biaya Produksi Usaha Peternakan Itik Pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang Komponen biaya dalam suatu usaha merupakan salah satu faktor perlu mendapat perhatian bagi setiap pelaku ekonomi, termasuk bidang usaha ternak itik pedaging. Biaya dalam suatu usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang yaitu biaya tetap (fixed cost), dan biaya variabel (variabel cost). Dalam usaha ini, tentu membutuhkan biaya untuk menunjang keberlangsungan kegiatan produksi atau biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya-biaya produksi dalam usaha peternakan itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, yaitu sebagai berikut : IV.1.1. Biaya tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang jumlahnya tidak dipengaruhi besar kecilnya usaha. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan kandang dan peralatan dan biaya pajak bumi dan bangunan. Biaya tersebut tetap dikeluarkan meskipun produksi terhenti. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002), bahwa biaya tetap dalam usaha peternakan adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Meskipun itik pedaging tidak berproduksi peternak tetap mengeluarkan biaya tersebut dalam bentuk penyusutan. Komponen biaya tetap dijelaskan berikut ini :
34
1. Penyusutan Kandang Penyusutan merupakan salah satu konsekuensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami penyusutan atau penurunan fungsi. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga barang dibagi dengan lama pakai. Adapun rata-rata biaya penyusutan kandang pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut : Tabel 12. Rata – Rata Biaya Penyusutan Kandang Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang)
Biaya Penyusutan(Rp)/skala
1
500 - 999
15
96.759
2
1000 - 1499
9
112.398
3
1500 - 1999
5
149.611
4
2000 - 2499
8
162.263
5
2500 - 3000
8
219.418
45
740.450
Jumlah
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 12, menunjukkan total rata-rata biaya penyusutan kandang peternak pada usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang selama satu periode 75 hari adalah sebesar Rp. 740.450,- / skala usaha. Jumlah biaya tetap usaha itik pedaging sangat bervariasi jika dilihat menurut periode pemeliharaan, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya penyusutan yang akan dikeluarkan, hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1996), bahawa semakin banyak itik semakin besar pula biaya tetap yang dikeluarkan
35
dalam produksi peternakan secara total dan perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan per periode. 2. Penyusutan Peralatan Peralatan adalah salah satu komponen yang sangat berperan dalam pemeliharaan ternak itik pedaging. Adapun yang termasuk dalam perhitungan biaya penyusutan peralatan yaitu tempat pakan DOD, tempat pakan remaja, tempat minum, gerobak, dan ember. . Adapun rata-rata biaya penyusutan peralatan pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut : Tabel 13. Rata – Rata Biaya Penyusutan Peralatan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang) Biaya Penyusutan(Rp)/skala 1
500 - 999
15
39.435
2
1000 - 1499
9
57.836
3
1500 - 1999
5
81.283
4
2000 - 2499
8
101.672
5
2500 - 3000
8
138.255
45
418.481
Jumlah
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 13, menunjukkan total rata-rata biaya penyusutan peralatan peternak pada usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang selama satu periode 75 hari adalah sebesar Rp. 418.481,-/skala usaha. Hal ini menunjukkan bahwa jika semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya penyusutannya, hal ini disebabkan karena peralatan-peralatan yang digunakan juga jumlahnya lebih banyak.
36
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dari kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Adapun rata-rata biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut : Tabel 14. Rata – Rata Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
Biaya PBB (Rp)/skala
1
500 - 999
15
273.233
2
1000 - 1499
9
915.000
3
1500 - 1999
5
1.409.000
4
2000 - 2499
8
2.335.000
5
2500 - 3000
8
3.315.000
Jumlah
45
10.582.233
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 14 menunjukkan bahwa total biaya rata-rata pajak bumi dan bangunan (PBB) usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 10.582.233,-/skala usaha. Dimana nilai biaya rata-rata PBB tertinggi sebesar Rp. 3.315.000,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai biaya rata-rata PBB terendah sebesar Rp. 273.233,- dengan skala 500 - 999 ekor. Pada umumnya lahan yang digunakan oleh peternak untuk usaha peternakan itik pedaging adalah lahan milik sendiri yang berada di sekitar rumah mereka. Oleh karena itu biaya pajak bumi dan bangunan dihitung berdasarkan luas kandang yang dimiliki peternak.
37
Total Biaya Tetap Total biaya tetap adalah jumlah keseluruhan biaya-biaya yang terdiri dari biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Adapun total biaya tetap pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 15 sebagai berikut : Tabel 15. Total Biaya Tetap pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang) Total Biaya Tetap (Rp)/skala 1
500 - 999
15
409.427
2
1000 - 1499
9
1.085.233
3
1500 - 1999
5
1.639.894
4
2000 - 2499
8
2.598.934
5
2500 - 3000
8
3.672.673
Jumlah
45
9.406.163
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 15, menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang berdasarkan skala usaha 500 ekor – 3000 ekor terlihat bahwa semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya tetap yang dikeluarkan karena semakin banyak pula kandang dan peralatan kandang serta lahan yang dibutuhkan. VI.1.2. Biaya Variabel Selain biaya tetap dalam usaha peternakan itik pedaging dikenal pula biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan peternak yang jumlahnya sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya usaha, semakin
38
besar usaha yang dimiliki maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Swastha dan Sukotjo (1993), bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil produksi. Komponen biaya yang termasuk dalam biaya variabel adalah biaya bibit DOD, biaya pakan, biaya vitamin dan obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, dan biaya listrik. Biaya tersebut akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah produksi ternak. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan petani peternak dalam beternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya skala usaha yang dipelihara oleh peternak. Semakin besar jumlah ternak maka semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh peternak tersebut. Komponen biaya variabel dijelaskan berikut ini : 1. Biaya Bibit DOD Pada komponen biaya DOD merupakan komponen biaya variabel awal periode. Biaya DOD dihitung dengan menilai harga ternak itik yang dimiliki pada awal periode dikalikan dengan jumlah skala usaha yang dimiliki. Dengan demikian biaya DOD akan sangat tergantung pada jumlah skala usaha yang dimiliki. Adapun rata-rata biaya bibit DOD pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut :
39
Tabel 16. Total Rata-Rata Biaya DOD pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
Biaya DOD (Rp)/skala
1
500 - 999
15
3.910.000
2
1000 - 1499
9
6.833.333
3
1500 - 1999
5
10.350.000
4
2000 - 2499
8
13.875.000
5
2500 - 3000
8
18.656.250
Jumlah
45
53.624.583
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata biaya bibit DOD pada usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 53.624.583,-/skala usaha. Dimana nilai ratarata biaya bibit DOD tertinggi sebesar Rp. 18.656.250,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai rata-rata biaya bibit DOD terendah sebesar Rp. 3.910.000,dengan skala 500 - 700 ekor. Biaya DOD yang dikeluarkan oleh peternak itik pedaging sangat bervariasi, semakin banyak jumlah DOD yang dimiliki maka semakin meningkat biaya yang dikeluarkan. 2. Biaya Pakan Pakan dalam usaha ternak itik pedaging memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup usaha tersebut. Biaya pakan yang dihitung dalam usaha peternakan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang adalah biaya pakan dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi dengan harga pakan. Pakan untuk usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang terdiri dari Bp11 berbentuk butiran dan dedak.
40
Adapun rata-rata biaya pakan pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut : Tabel 17. Total Rata-Rata Biaya Pakan pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
Biaya Pakan (Rp)/skala
1
500 - 999
15
4.449.733
2
1000 - 1499
9
7.142.222
3
1500 - 1999
5
12.864.000
4
2000 - 2499
8
14.565.000
5
2500 - 3000
8
18.425.000
Jumlah
45
57.445.956
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata biaya pakan pada usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 57.445.956,-/skala usaha. Dimana nilai rata-rata biaya pakan tertinggi sebesar Rp. 18.425.000,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai rata-rata biaya pakan terendah sebesar Rp. 4.449.733,- dengan skala 500 - 700 ekor. Pakan merupakan komponen biaya variebel yang paling besar. DOD diberikan pakan butiran Bp11 sampai umur 30 hari di awal periode, kemudian dedak diberikan mulai 31 hari sampai 75 hari (siap dipotong). Biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak itik pedaging sangat bervariasi, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya pakan yang digunakan karena setiap hari itik yang dipelihara harus diberi makan, jadi semakin lama dipelihara maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan, sehingga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah ternak yang dipelihara.
41
3. Vitamin Dan Obat-obatan Untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal maka peternak juga harus memperhatikan kesehatan ternak. Kondisi lingkungan atau cuaca yang berubah seperti suhu, kelembaban dan curah hujan dapat menyebabkan ternak kurang sehat. Hal tersebut harus diantisipasi sejak dini dengan melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit berupa vaksinasi, pemberian vitamin dan obat. Adapun rata-rata vitamin dan obat-obatan pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 18 sebagai berikut : Tabel 18. Total Rata-Rata Biaya Vitamin dan Obat-Obatan pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang)
Biaya Vitamin & Obat (Rp)
1
500 - 999
15
408.667
2
1000 - 1499
9
716.000
3
1500 - 1999
5
1.069.400
4
2000 - 2499
8
1.429.626
5
2500 - 3000
8
1.907.750
Jumlah
45
5.531.442
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata biaya vitamin dan obat-obatan pada usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 5.531.442,-/skala usaha. Dimana nilai rata-rata biaya vitamin dan obat-obatan tertinggi sebesar Rp. 1.907.750,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai rata-rata biaya vitamin dan obat-obatan terendah sebesar Rp. 408.667,- dengan skala 500 - 700 ekor. Jenis vitamin yang diberikan adalah vitachicks dan mineral DOD,dan obat-obatan yang diberikan
42
yaitu Termycin DOD, Tetra colhr, dan Vita tres. Biaya vitamin dan obat-obatan bervariasi namun perbedaannya tidak terlalu besar dilihat dari lama pemeliharaan, karena lama pemeliharaan tidak menjadi faktor besar kecilnya biaya vitamin dan obat-obatan. 4. Biaya Listrik Keberadaan listrik juga dibutuhkan dalam usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, dalam usaha ini membutuhkan lampu listrik yang digunakan untuk pemberian cahaya pada kandang itik sehingga dapat melihat lebih jelas pada saat makan dan minum, selain itu cahaya dari lampu ini akan memberi suhu panas yang cukup untuk anak itik (DOD) sehingga tubuh anak itik tersebut lebih kebal pada saat malam hari. Adapun rata-rata listrik pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 19 sebagai berikut : Tabel 19. Total Rata-Rata Biaya Listrik pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang)
Biaya Listrik (Rp)/skala
1
500 - 999
15
142.833
2
1000 - 1499
9
166.994
3
1500 - 1999
5
174.000
4
2000 - 2499
8
188.125
5
2500 - 3000
8
241.250
Jumlah
45
913.153
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 19 menunjukkan bahwa rata-rata biaya listrik pada usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 913.153,-/skala usaha. Dimana nilai rata-rata biaya
43
listrik tertinggi sebesar Rp. 241.250,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai rata-rata biaya listrik terendah sebesar Rp. 142.833,- dengan skala 500 - 700 ekor. Besar biaya listrik dipengaruhi oleh lama periode pemeliharaan, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya listrik yang harus dikeluarkan seiring dengan jumlah ternak yang dimiliki. Penggunaan listrik diperlukan untuk program pencahayaan di kandang pada malam hari. Biaya listrik dikeluarkan berdasarkan besarnya pemakaian listrik untuk biaya beban pada masing-masing tegangan yang digunakan dikalikan dengan jumlah bulan dalam satu periode. Akan tetapi aliran listrik yang digunakan merupakan gabungan dari pemakaian rumah tangga. 5. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan pada usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang yaitu tenaga kerja dalam keluarga meliputi istri dan anak-anak mereka yang tetap dihitung biaya untuk imbalannya dari hasil kerja yang dilakukan. Usaha ternak itik pedaging membutuhkan tenaga kerja dalam menangani beberapa aktivitas dalam pemeliharaan itik, khususnya di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, aktivitas pemeliharaan yang dimaksud diantaranya, pemberian pakan dan air minum, pembersihan kandang, dan pemberian vaksin dan obat-obatan. Adapun rata-rata biaya tenaga kerja pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut :
44
Tabel 20. Total Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang)
Biaya Tenaga Kerja (Rp)
1
500 - 999
15
698.333
2
1000 - 1499
9
1.186.111
3
1500 - 1999
5
1.850.000
4
2000 - 2499
8
2.390.625
5
2500 - 3000
8
3.203.125
Jumlah
45
9.328.194
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 20 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tenaga kerja pada usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 9.328.194,-/skala usaha. Dimana nilai ratarata biaya tenaga kerja tertinggi sebesar Rp. 3.203.125,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai rata-rata biaya tenaga kerja terendah sebesar Rp. 698.333,dengan skala 500 - 700 ekor. Biaya tenaga kerja sangat bervariasi, biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tunai dan tidak tunai, diamana biaya tunai disini muncul karena adanya tenaga kerja bayaran dan biaya tidak tunai karena tenaga kerja merupakan keluarga sendiri yang biayanya tidak dikeluarkan secara langsung, biaya tenaga kerja tunai dihitung berdasarkan upah tenaga kerja pada penelitian tersebut yang ditentukan oleh masing-masing peternak, sedangkan biaya tenaga kerja keluarga dihitung berdasarkan upah tenaga kerja. Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tergantung skala usaha yang dimiliki dan lama pemeliharaan. Tenaga kerja memiliki waktu kerja pagi dan sore hari.
45
6. Biaya Transportasi Biaya transportasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan proses transportasi. Biaya ini berbeda-beda tergantung dari jauh dekat asal ternak, biaya transportasi dikenakan biaya pada saat penjualan DOD yang diangkut ketempat pembeli dan pembelian DOD ke tempat peternak. Adapun rata-rata biaya transportasi pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 21 sebagai berikut : Tabel 21. Total Rata-Rata Biaya Transportasi pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang)
Biaya Transportasi (Rp)
1
500 - 999
15
403.333
2
1000 - 1499
9
811.111
3
1500 - 1999
5
810.000
4
2000 - 2499
8
1.218.750
5
2500 - 3000
8
1.815.625
Jumlah
45
5.058.819
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 21 menunjukkan bahwa rata-rata biaya transportasi pada usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 5.058.819,-/skala usaha . Dimana nilai ratarata biaya transportasi tertinggi sebesar Rp. 1.815.625,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai rata-rata biaya transportasi terendah sebesar Rp. 403.333,dengan skala 500 - 700 ekor. Biaya transportasi dipengaruhi oleh jarak asal ternak, semakin jauh asal ternak maka semakin besar biaya transportasinya, seiring dengan jumlah ternak yang dimiliki.
46
Total Biaya Variabel Total biaya variabel adalah jumlah keseluruhan biaya-biaya yang terdiri dari biaya bibit DOD, biaya pakan, biaya vitamin dan obat-obatan, biaya listrik, biaya tenaga kerja, dan biaya transportasi. Adapun total biaya variabel pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 22 sebagai berikut : Tabel 22. Total Biaya Variabel pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang) Total Biaya Variabel (Rp)
1
500 - 999
15
10.012.900
2
1000 - 1499
9
16.855.722
3
1500 - 1999
5
27.117.400
4
2000 - 2499
8
33.667.125
5
2500 - 3000
8
44.249.000
Jumlah
45
131.902.147
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 22, menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh peternak di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang berdasarkan skala usaha 500 ekor – 3000 ekor sebesar Rp. 131.902.147,-/skala usaha. Biaya variabel sangat bervariasi yang disebabkan oleh kemampuan peternak, jika semain lama periode pemeliharaan maka semakin meningkat biaya variabelnya, disebabkan karena penggunaan faktor-faktor produksi semakin lama semakin banyak, faktor produksi yang digunakan yang akan dikali dengan sejumlah uang berdasrkan harga yang berlaku. Berdasarkan skala, jika usa ternak itik pedaging berskala
47
besar maka akan membutuhkan jumlah pakan yang lebih besar, penanganan, dan pengawasan yang lebih tinggi sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar. VI.1.3. Total Biaya Biaya total adalah total keseluruhan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel pada usaha peternakan itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (1995), yang menyatakan bahwa untuk setiap output merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total merupakan biaya yang seharusnya ditekan oleh para peternak untuk meningkatkan efisiensi pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para peternak. Adapun rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh keseluruhan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Total Biaya pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
Total Biaya (Rp)/skala
1
500 - 999
15
10.422.327
2
1000 - 1499
9
17.940.956
3
1500 - 1999
5
28.757.294
4
2000 - 2499
8
36.266.060
5
2500 - 3000
8
47.921.674
Jumlah
45
141.308.311
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 23, menunjukkan biaya total keseluruhan peternak usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel adalah sebesar Rp. 141.308.311,-/skala usaha. Biaya
48
variabel pada usaha ternak itik pedaging merupakan komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan petani-peternak dalam usaha ternak itik pedaging tersebut. Biaya produksi cenderung akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah skala ternak. Adanya perbedaan besarnya total biaya di setiap skala usaha disebabkan oleh perbedaan besarnya populasi yang dipelihara masing-masing peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Harmanto (1992), yang menyatakan bahwa total biaya setiap responden bervariasi tergantung pada jumlah skala populasi ternak yang dimiliki oleh setiap peternak dengan menggunakan hubungan antara penerimaan dan biaya, maka dapat diketahui cabang-cabang usaha tani ternak yang menguntungkan untuk diusahakan. VI.1.4. Total Penerimaan Penerimaan usaha ternak itik pedaging merupakan total hasil yang diperoleh peternak dari hasil pemeliharaan ternak itik pedaging selama satu periode 75 hari. Penerimaan total usaha ternak itik pedaging dapat diketahui dengan cara melihat sumber-sumber penerimaannya dari usaha ternak itik pedaging. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsan (1995), yang menyatakan bahwa penerimaan kotor usaha tani adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha tani dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran. Adapun rata-rata penerimaan yang dikeluarkan oleh keseluruhan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 24 :
49
Tabel 24. Total Penerimaan pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
Total Penerimaan (Rp)
1
500 - 999
15
18.700.000
2
1000 - 1499
9
33.000.000
3
1500 - 1999
5
49.500.000
4
2000 - 2499
8
66.000.000
5
2500 - 3000
8
88.687.500
Jumlah
45
255.887.500
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013. Tabel 24, menunjukkan total rata-rata biaya penerimaan keseluruhan peternak usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang adalah sebesar Rp. 255.887.500,-/skala usaha dengan hasil ternak yang dijual usaha ternak itik pedaging. Pada skala usaha peternak memiliki umur ternak yang siap untuk dijual dan membuktikan bahwa semakin besar jumlah populasi yang dimiliki maka jumlah penerimaan akan semakin tinggi pula, sehingga memberi keuntungan lebih bagi peternak. Penerimaan usaha ternak itik pedaging diperoleh setelah hasil produksi di jual. Pada usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang memiliki penerimaan dari hasil ternak yang dijual dengan menetapkan harga sesuai dengan siapa yang akan dijualnya. Pada pedagang yang tertentu harganya berkisar antara Rp.30.000,/ekor, untuk dijual ke rumah makan mencapai Rp.35.000,-/ekor. Untuk besarnya penerimaan yang dikeluarkan harga jual itik dirata-ratakan menjadi Rp 33.000,/ekor.
50
VI.1.5. Pendapatan Pendapatan dapat diperoleh melalui hasil pengurangan antara total penerimaan yang diperoleh dengan total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh pihak peternak dalam satu periode. Jika nilai yang diperoleh adalah positif, maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut memperoleh keuntungan sedangkan jika nilai yang diperoleh negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha peternakan yang digeluti tersebut mengalami kerugian. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1996), bahwa pendapatan petani atau peternak adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahanya. Bila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi maka hasilnya dinamakan pendapatan. Adapun rata-rata pendapatan yang dikeluarkan oleh keseluruhan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 25 Tabel 25. Total Pendapatan pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. No Kepemilikan Usaha (ekor)
Jumlah (orang)
Total Pendapatan (Rp)
1
500 - 999
15
8.277.673
2
1000 - 1499
9
15.059.044
3
1500 - 1999
5
20.742.706
4
2000 - 2499
8
29.733.940
5
2500 - 3000
8
40.765.826
Jumlah
45
114.579.189
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.
51
Tabel 25, menunjukkan total biaya pendapatan keseluruhan peternak usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang adalah sebesar Rp. 114.579.189,-/skala usaha dalam mengelolah usaha ternak itik pedaging sangat bervariasi disetiap skala usaha peternak. Perbedaan pendapatan yang diperoleh peternak berbeda disebabkan perbedaan jumlah ternak itik pedaging yang dimiliki, semakin banyak ternak yang dipelihara maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Nukra (2005), yang menyatakan bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh petani peternak mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah ternak yang dimiliki. VI.2. Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan Usaha Peternakan Itik Data yang disajikan dalam bagian ini meliputi data variabel pendapatan (Y), disebut sebagai variabel dependen, variabel independen yaitu, skala usaha (X). Data hasil penelitian sebelum dilakukan pengujian regresi sederhana, harus melalui persyaratan uji data. Adapun persyaratan uji yang dilakukan adalah uji normalitas. 1. Pengujian Normalitas data Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Pada penelitian ini untuk uji normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) dengan nilai α = 0,05.
52
Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan bantuan software Predictive Analityc Software (PASW Statistics 18). Hasil uji normalitas terangkum pada tabel 26. Tabel 26. Rangkuman hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Kolmogorov-Smirnov
distribusi
Variabel Statistic
db
Sig.
Pendapatan
0.097
45
0.200
Normal
Skala Usaha
0.115
45
0.163
Normal
Sumber: data setelah diolah, 2013 Dari Tabel 26 pada kolom signifikan hasil uji normalitas K-S variabel pendapatan statistik terendah dengan nilai α = 0,05 diperoleh (0,200 > 0,05) maka data berdistribusi normal dan variable skala usaha statistic terendah dengan nilai α = 0,05 diperoleh (0.163 > 0,05) maka data berdistribusi normal. 2. Uji Regresi Sederhana Model yang digunakan untuk menguji pengaruh skala usaha terhadap pendapatan digunakan regresi sederhana. Adapun hasil estimasi regresi sederhana dapat dilihat pada Tabel 27:
53
Tabel 27. Hasil Etimasi Regresi Sederhana Pengaruh Skala Usaha Tehadap Pendapatan Model
Koefisien Regresi Konstanta 1,885 X 0,899 Koefisien Determinasi (R2) = 0.804 Koefisien Korelasi (R) = 0.899 F Hitung = 345,198 t table = 1,68 F table = 4,07
Skala Usaha t Hitung 2,521 18,580
Signifikansi 0.015 0.000
Sumber: data setelah diolah, 2013 Pengaruh skala usaha terhadap pendapatan dapat dijelaskan pada persamaan liner sederhana sebagai berikut : Y = 1,885 + 0,899 X Dari persamaan regresi linear Sederhana diperoleh nilai koefisien regresi yaitu untuk variabel skala usaha (X) terhadap pendapatan (Y) memiliki pengaruh yang searah, artinya setiap kenaikan nilai variabel skala usaha maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan. Adapun nilai konstanta sebesar 1,885 menunjukkan bahwa pada saat nilai variabel bebas yaitu, skala usaha (X) sama sengan nol, maka pendapatan (Y) akan bernilai Rp. 1.885,-/periode. Nilai R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 – 1, jika mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya jika mendekati 0, maka hubungannya semakin lemah. Angka R yang didapatkan 0,899, artinya korelasi antara variabel independen skala usaha (X) terhadap pendapatan (Y) sebesar 0,899. Hal ini berarti terjadi hubungan yang erat karena mendekati 1.Berdasarkan
54
hasil pengolahan data maka didapat R = 0.899 ini menunjukkan bahwa adanya hubungan sangat kuat antara skala usaha terhadap pendapatan. Nilai R Square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap pendapatan sebesar 80,4%, sedangkan sisanya sebesar 19,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang yang tidak dimasukkan dalam model ini. a. Uji t Uji t dari X yang diuji dengan taraf signifikasi (α) = 0.05 dengan nilai t tabel sebesar = 1,68 selanjutnya nilai t tabel dibandingkan dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung > t tabel dengan taraf signifikasi (α) = 0.05, maka secara statistik berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak itik: Hasil perhitungan variabel skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan dilihat dari t hitung lebih besar dari t tabel (13,452 > 1,68) dengan koefisien regresi sebesar b = 0,899. Ini menunjukkan bahwa setiap penambahan skala usaha sebesar 1 ekor yang dilakukan maka akan diikuti dengan penambahan pendapatan sebesar Rp.899,-. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan skala usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan dengan kata lain setiap penambahan skala usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Surya (2009) bahwa semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka akan semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh oleh setiap peternak. Ditambahkan oleh Rahardi dan Hartono (2000)
55
yang menyatakan bahwa semakin besar skala usaha semakin ekonomis artinya semakin besar skala usaha maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh. b. Uji F Adapun model yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengaruh skala usaha terhadap pendapatan maka akan digunakan uji F, dimana yang akan diuji menggunakan analisi regresi sederhana untuk melihat pengaruh skala usaha (X) terhadap pendapatan (Y). Apabila nilai F hitung > F tabel taraf siginifikasni (α) = 0.05, maka variabel independen signifikasi terhadap variabel dependen selanjutnya apabila F hitung < F tabel dengan taraf signifikansi (α) = 0.05 maka variabel dependen signifikan terhadap independen. Hasil perhitungan diperoleh F hitung = 180.946 dan F tabel sebesar = 4.07 pada taraf signifikasi (α) = 0.05, kedua angka tersebut terlihat F hitung > F tabel bahwa variabel dependen signifikan terhadap variabel independen atau variabel bebas (independen) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (dependen) dengan kata lain naik turunnya tingkat pendapatan (Rp) usaha peternak itik ditentukan dengan skala usaha (X). Hal ini sesuai dengan pendapat Erwan (2001) bahwa variabel skala usaha (X1) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pada usaha peternakan itik petelur di Kota Jakarta Utara.
56
BAB VII PENUTUP
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengaruh skala usaha terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut : a. Skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. b. Besarnya kontribusi pengaruh variabel skala usaha terhadap pendapatan adalah 80,4% dan sisanya 19,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian. Saran -
Apabila peternak ingin pendapatannya meningkat maka skala usaha peternakan itik pedaging perlu di tingkatkan.
-
Usaha peternakan itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
bahan
pangan
khususnya
masyarakat
sekitarnya
dan
masyarakat Sulawesi Selatan umumnya serta meningkatkan pendapatan peternak dengan meminimalkan biaya produksi.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. dan Febrianti, N. 2009. Performans itik pedaging (lokal x peking) fase starter pada tingkat kepadatan kandang yang berbeda di desa laboi Jaya kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan Vol 6 No1 Februari 2009 (29 - 35) ISSN 1829 – 8729. Pekanbaru. Apriyanto. 2011. Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik. http://pedomanbudidaya-itik-pedaging-yang-baik.html. Di akses Tanggal 18 Februari 2013. Ardi. 2012. Harga Pakan Naik Peternak Bebek Pedaging Berguguran. http://kudahitamperkasa.co.id/post/harga-pakan-naik-peternak-bebek-pedagingberguguran.html. . Di akses Tanggal 28 Februari 2013. Arsyad. 1995. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta. Bambang, C. 2011. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta. Cahyono B. 1995. Beternak Ayam Buras. CV. Aneka, Yogyakarta. Chandra. 2007. Peluang Membangun Perekonomian Nasional Dengan Perbaikan Sistem Pembiayaan Bagi Usaha Kecil Dan Menengah (UKM). Fakultas ekonomi. Universitas Katolik Parahyangan. Vol. 11, No.2. Agustus 2007. Chand, R. And J.L. Kaul. 1986. A Note Use Of The Cobb. Douglas Profit Function. American Journal Of Agricultural Economic, 68:p. 1962-1964. Erwan, P. 2001. Analisa Usaha Ternak Itik Petelur Anggota Koperasi Ternak Itik Wirausaha di Kota Jakarta Utara, Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hastuti & Rahim. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Hermanto. 1992. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produksi. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mankiw, N.G. 2000. Pengantar Ekonomi. Jilid I. Terjemahan: H.Mundadar. Erlangga, Jakarta. Nitisemito, A.S dan Burhan, M.U. 2004. Wawasan Study Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Bumi Aksara.Jakarta.
58
Prasetyo. 2010. Panduan Budi Daya dan Usaha Peternak Itik. http://kebunwarisan.blogspot.com/2008/03/panduan-ternakan-itik.html. Di akses Tanggal 28 Februari 2013. Priyanto, D. 2009. Target Kelayakan Skala Usaha Ternak Domba Pola Pembibitan Mendukung Pendapatan Petani di Perdesaan. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Priyanto, M.D dan Yulistiani, D. 2005. Karakteristik Peternak Domba/Kambing dengan Pemeliharaan Digembalakan/Angon dan Hubungannya dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi. Seminar Nasioanl Teknologi Dan Veteriner, Bogor. Priyono. 2009. Analisis Usaha Tani. http://www.wawasan digital. com. Di akses Tanggal 24 Februari 2013. Rahardi dan Hartono. 2000. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta Rasyaf. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rasyaf, M. 2002. Beternak Itik. Edisi ke- 16. Kanisius. Yogyakarta. Rasyaf. 2003. Sapi Perah. Penebar. Swadaya. Jakarta. Risqina. 2011. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong dan Sapi Bakalan Karapan di Sapudi Kabupaten Sumenep. Jurnal JITP Vol. 1, No.3. UNDIP, Semarang. Rusmiati. 2008. Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur (Studi Kasus Pada UD. Sinar Pagi Farm di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru). Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Rumawas, I. 1995. Sifat Fisik dan Kualitas Telur. Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor. Surya, A.S. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Syanur. 2012. Beternak Itik Pedaging. http://PersonalUnggas.posted.com/beternak-itik-pedaging.html. Di akses Tanggal 18 Februari 2013. 59
Suwardjo. 1984. Pendapatan. http://dahlan-forum. word press.com. Swastha, B. 2001. Manajemen Penjualan. Badan Penerbit. Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Swastha,B dan Sukotjo, I. 1993. Pengantar Bisnis Moders (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta. Swastha, B.& Sukartjo, I. 1993. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Edisi III. Liberty, Yogyakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Penerbit UI. Press. Jakarta. Siregar.1996. Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah Dalam Mengahadapi Era Perdagangan Bebas. Balai penelitian ternak. Bogor. Vol 5. No.1 tahun 1996. Suryanti. 2010. Teori Pendapatan. http://www.scribd.com/doc/11320767/DefinisiPendapatan. http://sentralternak.com/index.php/2011/05/13/pakan-itik-fasestarter/. Di akses Tanggal 3 Maret 2013. Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. PT. Refika Aditawa, Bandung.
60
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE KABUPATEN PINRANG Oleh :Dewi Pratiwi I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan
Jumlah Keluarga Jumlah Ternak Pengalaman Beternak
: ............................................... : L/P : ............... Tahun : : a. SD b. SMP c. SMA d. S1 : a. Petani d. Polisi b. Peternak e. PNS c. Pedagang f. Dll... : .............. Orang : .............. Ekor : .............. Tahun
II. PENDAPATAN USAHA TERNAK ITIK PEDAGING
A. Penerimaan 1. Jumlah dan Nilai Ternak Itik Pedaging dalam Satu Periode : a. Nilai Ternak Terjual NO 1
Uraian Itik
Jumlah
Harga/ ekor
b. Nilai Ternak Tidak Terjual NO 1
Uraian Itik
Jumlah
Harga/ ekor
c. Nilai Ternak yang di Konsumsi NO 1
Uraian Itik
Jumlah
Harga/ ekor
Jumlah
Harga/ ekor
d. Ternak Yang Mati NO 1
Uraian Itik
61
e. Jumlah Ternak akhir Periode NO 1
Uraian Itik
Jumlah
Harga/ ekor
2. Penerimaan Tambahan Produksi (periode)
NO
Uraian
1
Kotoran Itik (feses)
Harga/kg (Rp)
B. Biaya Produksi 1. Biaya Variabel No
Uraian
1.
Bibit (HargaBeliTernak/TaksiranNilaiTernakAwal /periode) Bibit (kg) Dedak (Kg) - Untuk anak Itik - Untuk itik 25-70 hari Gabah (Kg) - Untuk anak Itik - Untuk itik 25-70 hari Vitamin : − − − Obat-obatan : − − − Lain-lain − − − − −
2. 3
4.
5.
6.
7.
Jumlah
Harga (Rp)
Tenaga Kerja No 1.
2.
Uraian
Jumlah (Orang)
Gaji (periode)
TK. DalamKeluarga : − Bapak/Pria − Ibu/Wanita − Anak TK. LuarKeluarga : − Pria − Wanita
62
2. Biaya Tetap
• Biaya Penyusutan
No
Uraian
1.
Kandang KendaraanOperasional : − − Peralatan : − −
2.
3.
Harga (Rp)
JumlahPemakaian (Buah)
UmurTeknis (periode)
BiayaPenyu sutan
63
LAMPIRAN A. Total Biaya Tetap Biaya Tetap
Total
Responden
Skala Usaha
4
500
2.230.000,00
445.500
2.675.500,00
12
500
2.150.500,00
429.600
2.580.100,00
22
500
2.215.500,00
442.600
2.658.100,00
31
500
2.337.000,00
467.000
2.804.000,00
33
500
2.237.000,00
447.000
2.684.000,00
34 36
500
2.226.000,00
444.800
2.670.800,00
500
2.222.500,00
443.900
2.666.400,00
41
500
2.232.500,00
446.000
2.678.500,00
42
500
2.313.000,00
462.000
2.775.000,00
43
500
2.238.000,00
447.000
2.685.000,00
2
700
2.870.000,00
572.400
3.442.400,00
10
700
2.940.000,00
586.300
3.526.300,00
35
700
2.903.000,00
579.000
3.482.000,00
37
700
2.892.500,00
577.100
3.469.600,00
40
700
2.925.500,00
583.500
3.509.000,00
1
1000
3.137.500,00
625.500
3.763.000,00
5
1000
3.230.000,00
644.000
3.874.000,00
11
1000
3.278.000,00
654.000
3.932.000,00
19
1000
3.238.000,00
645.600
3.883.600,00
27
1000
3.203.500,00
638.800
3.842.300,00
28
1000
3.233.000,00
644.800
3.877.800,00
32
1000
3.138.000,00
625.600
3.763.600,00
38
1000
3.172.000,00
632.600
3.804.600,00
Investasi
Penyusutan
45
1000
3.217.000,00
641.600
3.858.600,00
8
1500
4.270.000,00
852.000
5.122.000,00
13
1500
4.272.000,00
852.400
5.124.400,00
18
1500
4.213.000,00
840.400
5.053.400,00
26
1500
4.239.500,00
846.000
5.085.500,00
39
1500
4.254.500,00
849.000
5.103.500,00
6
2000
5.214.000,00
1.040.400
6.254.400,00
14
2000
5.109.000,00
1.019.400
6.128.400,00
17
2000
5.039.500,00
1.005.400
6.044.900,00
21
2000
5.251.000,00
1.048.000
6.299.000,00
24
2000
5.296.000,00
1.056.800
6.352.800,00
29
2000
5.271.000,00
1.052.000
6.323.000,00
64
30
2000
5.213.500,00
1.040.400
6.253.900,00
44
2000
5.172.000,00
1.032.000
6.204.000,00
3
2500
6.223.000,00
1.242.200
7.465.200,00
7
2500
6.248.000,00
1.247.200
7.495.200,00
20
2500
6.171.500,00
1.231.800
7.403.300,00
23
2500
6.178.500,00
1.233.200
7.411.700,00
25
2500
6.298.000,00
1.257.200
7.555.200,00
9
3000
6.933.000,00
1.384.000
8.317.000,00
15
3000
7.152.000,00
1.428.000
8.580.000,00
16
3000
7.053.000,00
1.408.000
8.461.000,00
62500
180852000
36092000
216944000
1388,888889
4018933,333
802044,4444
4820977,778
Jumlah Rata-Rata
B. Total Biaya Variabel Responden
Skala Usaha
4
Total Biaya
Total
Biaya Tetap
Biaya Variabel
500
2.675.500
8.419.000
11.094.500
12
500
2.580.100
8.533.000
11.113.100
22
500
2.658.100
8.545.500
11.203.600
31
500
2.804.000
8.508.000
11.312.000
33
500
2.684.000
8.838.500
11.522.500
34 36
500
2.670.800
8.505.500
11.176.300
500
2.666.400
8.548.000
11.214.400
41
500
2.678.500
9.291.000
11.969.500
42
500
2.775.000
8.280.000
11.055.000
43
500
2.685.000
8.627.500
11.312.500
2
700
3.442.400
14.449.500
17.891.900
10
700
3.526.300
11.835.000
15.361.300
35
700
3.482.000
14.411.500
17.893.500
37
700
3.469.600
11.574.000
15.043.600
40
700
3.509.000
11.827.500
15.336.500
1
1000
3.763.000
16.943.500
20.706.500
5
1000
3.874.000
16.840.500
20.714.500
11
1000
3.932.000
17.211.000
21.143.000
19
1000
3.883.600
17.236.500
21.120.100
27
1000
3.842.300
16.972.000
20.814.300
28
1000
3.877.800
16.438.000
20.315.800
32
1000
3.763.600
16.368.500
20.132.100
38
1000
3.804.600
16.974.000
20.778.600
45
1000
3.858.600
16.717.500
20.576.100
65
8
1500
5.122.000
30.723.500
35.845.500
13
1500
5.124.400
25.014.000
30.138.400
18
1500
5.053.400
24.268.500
29.321.900
26
1500
5.085.500
24.851.000
29.936.500
39
1500
5.103.500
30.730.000
35.833.500
6
2000
6.254.400
32.979.000
39.233.400
14
2000
6.128.400
36.260.500
42.388.900
17
2000
6.044.900
32.421.500
38.466.400
21
2000
6.299.000
36.130.500
42.429.500
24
2000
6.352.800
33.437.000
39.789.800
29
2000
6.323.000
33.390.000
39.713.000
30
2000
6.253.900
31.517.500
37.771.400
44
2000
6.204.000
33.201.000
39.405.000
3
2500
7.465.200
41.996.000
49.461.200
7
2500
7.495.200
41.811.000
49.306.200
20
2500
7.403.300
39.943.500
47.346.800
23
2500
7.411.700
41.808.500
49.220.200
25
2500
7.555.200
40.826.000
48.381.200
9
3000
8.317.000
50.392.000
58.709.000
15
3000
8.580.000
48.455.000
57.035.000
16
3000
8.461.000
48.760.000
Jumlah Rata-Rata
57.221.000
62500
216944000
1060811000
1277755000
1388,888889
4820977,778
23573577,78
28394555,56
66
C. Total Penerimaan
Responden
Skala Usaha
Jumlah (ekor)
Harga/ekor
4
500
500
33000
16500000
12
500
500
33000
16500000
22
500
500
33000
16500000
31
500
480
33000
15840000
33
500
500
33000
16500000
34
500
500
33000
16500000
36
500
500
33000
16500000
41
500
488
33000
16104000
42
500
500
33000
16500000
43
500
500
33000
16500000
2
700
700
33000
23100000
10
700
685
33000
22605000
35
700
700
33000
23100000
37
700
700
33000
23100000
40
700
700
33000
23100000
1
1000
982
33000
32406000
5
1000
1000
33000
33000000
11
1000
1000
33000
33000000
19
1000
1000
33000
33000000
27
1000
1000
33000
33000000
28
1000
980
33000
32340000
32
1000
1000
33000
33000000
38
1000
1000
33000
33000000
45
1000
1000
33000
33000000
8
1500
1500
33000
49500000
13
1500
1500
33000
49500000
18
1500
1485
33000
49005000
26
1500
1500
33000
49500000
39
1500
1487
33000
49071000
6
2000
2000
33000
66000000
14
2000
1975
33000
65175000
17
2000
2000
33000
66000000
21
2000
2000
33000
66000000
24
2000
2000
33000
66000000
29
2000
2000
33000
66000000
Total
67
30
2000
2000
33000
66000000
44
2000
2000
33000
66000000
3
2500
2500
33000
82500000
7
2500
1990
33000
65670000
20
2500
2500
33000
82500000
23
2500
2500
33000
82500000
25
2500
1990
33000
65670000
9
3000
3000
33000
99000000
15
3000
2985
33000
98505000
16
3000
3000
33000
99000000
62500
61327
1485000
2023791000
1388,888889
1362,822222
33000
44973133,33
Jumlah Rata-Rata
D. Pendapatan Responden
Skala Usaha
4
300
12
300
22
300
31
500
33
500
34
500
36 41 42 43
500 700 700 700
Total Penerimaan (TR)
Total Biaya (TC)
Pendapatan
16.500.000
11.094.500
5.405.500
16.500.000
11.113.100
5.386.900
16.500.000
11.203.600
5.296.400
15.840.000
11.312.000
4.528.000
16.500.000
11.522.500
4.977.500
16.500.000
11.176.300
5.323.700
16.500.000
11.214.400
5.285.600
16.104.000
11.969.500
7.600.000
16.500.000
11.055.000
6.500.000
16.500.000
11.312.500
6.000.000
2
700
23.100.000
17.891.900
5.800.000
10
900
22.605.000
15.361.300
7.243.700
35
900
23.100.000
17.893.500
5.206.500
37
900
23.100.000
15.043.600
8.056.400
40
900
23.100.000
15.336.500
7.763.500
1
1000
32.406.000
20.706.500
11.699.500
5
1000
33.000.000
20.714.500
12.285.500
11
1000
33.000.000
21.143.000
68
11.857.000 19
1000
33.000.000
21.120.100
11.879.900
27
1300
33.000.000
20.814.300
12.185.700
28
1300
32.340.000
20.315.800
12.024.200
32
1300
33.000.000
20.132.100
12.867.900
38
1300
33.000.000
20.778.600
12.221.400
45
1300
33.000.000
20.576.100
12.423.900
8
1500
49.500.000
35.845.500
18.500.000
13
1500
49.500.000
30.138.400
19.361.600
18
1500
49.005.000
29.321.900
19.683.100
26
1500
49.500.000
29.936.500
19.563.500
39
1500
49.071.000
35.833.500
18.500.000
6
1800
66.000.000
39.233.400
26.766.600
14
1800
65.175.000
42.388.900
24.000.000
17
1800
66.000.000
38.466.400
27.533.600
21
2000
66.000.000
42.429.500
25.500.000
24
2000
66.000.000
39.789.800
26.210.200
29
2000
66.000.000
39.713.000
26.287.000
30
2500
66.000.000
37.771.400
32.800.000
44
2500
66.000.000
39.405.000
35.500.000
3
2500
82.500.000
49.461.200
33.038.800
7
2800
65.670.000
49.306.200
34.000.000
20
2800
82.500.000
47.346.800
35.153.200
23
3000
82.500.000
49.220.200
40.500.000
25
3000
65.670.000
48.381.200
42.000.000
9
3000
99.000.000
58.709.000
40.291.000
15
4000
98.505.000
57.035.000
41.470.000
16
4000
99.000.000
57.221.000
41.779.000
Jumlah Rata-Rata
68800
2023791000
1277755000
828256300
1528,888889
44973133,33
28394555,56
18405695,56
69
[DataSet0] Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
Pendapatan
2.05E7
1.200E7
45
Skala Usaha
1388.89
806.852
45
Correlations
Pendapatan
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Skala Usaha
Pendapatan
1.000
.899
Skala Usaha
.899
1.000
Pendapatan
.
.000
Skala Usaha
.000
.
Pendapatan
45
45
1
Correlations
Pendapatan
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Skala Usaha
Pendapatan
1.000
.899
Skala Usaha
.899
1.000
Pendapatan
.
.000
Skala Usaha
.000
.
Pendapatan
45
45
Skala Usaha
45
45
Variables Entered/Removed
b
Variables Model
Variables Entered
1
Skala Usaha
a
Removed
Method
. Enter
2
Variables Entered/Removed
b
Variables Model
Variables Entered
1
Skala Usaha
Removed
a
Method
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pendapatan
b
Model Summary
3
Change Statistics Std. Error of the Model
R
1
R Square
.899
a
Adjusted R Square
.808
Estimate
.804
R Square Change
5320474.018
F Change
.808
180.946
df1
df2
1
Sig. F Change
43
Durbin-Watson
.000
a. Predictors: (Constant), Skala Usaha b. Dependent Variable: Pendapatan
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
5.122E15
1
5.122E15
Residual
1.217E15
43
2.831E13
Total
6.339E15
44
F
180.946
Sig.
.000
a
4
2.496
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
5.122E15
1
5.122E15
Residual
1.217E15
43
2.831E13
Total
6.339E15
44
Sig.
180.946
.000
a
a. Predictors: (Constant), Skala Usaha b. Dependent Variable: Pendapatan
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
a
95% Confidence Interval t
Sig.
for B
Correlations
Collinearity Sta
5
B
1
(Constant)
Skala Usaha
Std. Error
Beta
Lower Bound Upper Bound Zero-order
1.885E6
1.592E6
1.184
.243
13372.246
994.100
.899 13.452
.000
Partial
Part
Tolerance
-1.326E6 5096244.099
11367.452
15377.040
.899
.899
.899
a. Dependent Variable: Pendapatan
Coefficient Correlations
Model
1
a
Skala Usaha
Correlations
Skala Usaha
1.000
Covariances
Skala Usaha
988235.043
a. Dependent Variable: Pendapatan
6
Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions Dimensi Model
on
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
Skala Usaha
1
1
1.867
1.000
.07
.07
2
.133
3.748
.93
.93
a. Dependent Variable: Pendapatan
Casewise Diagnostics
a
Case Number
38
Std. Residual
-4.732
Pendapatan
10141819
Predicted Value
35315709.95
Residual
-2.517E7
7
Casewise Diagnostics
a
Case Number
Std. Residual
38
Pendapatan
-4.732
10141819
Predicted Value
35315709.95
Residual
-2.517E7
a. Dependent Variable: Pendapatan
a
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
8.57E6
Maximum
4.20E7
Mean
2.05E7
Std. Deviation
1.079E7
N
45
8
Residual
-2.517E7
6.892E6
.000
5259666.604
45
Std. Predicted Value
-1.102
1.997
.000
1.000
45
Std. Residual
-4.732
1.295
.000
.989
45
a. Dependent Variable: Pendapatan
Charts
9
Lampiran. DOKUMENTASI
Wawancara Responden
Objek Peneliti
Peneliti
Kandang Intensif
Pakan Yang digunakan digu Tali Yang digunakan
1
RIWAYAT HIDUP
Dewi Pratiwi (I311 09 274)
lahir di Watampone
pada
tanggal 22 Juni 1991, anak pertama dari 3 bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua Drs. Bachtiar Daud (Ayah) dan Akhirniati Kadir (Ibu).
Jenjang pendidikan yang pernah
ditempuh yaitu tingkat pendidikan di mulai SDN. 10 Watampone dan lulus pada tahun 2003, MTSN 400 Watampone dan lulus pada tahun 2006, SMAN 2 Watampone dan lulus pada tahun 2009. Kemudian lulus
pada Fakultas Peternakan Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan pada tahun 2009. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2013.
2