PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PETERNAK SAPI POTONG TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS DI DESA BUMIAYU KECAMATAN WONOMULYO KABUPATEN POLMAN
SKRIPSI
OLEH:
ANNISA NUR KARTIWI I111 12 317
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
i
PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PETERNAK SAPI POTONG TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS DI DESA BUMIAYU KECAMATAN WONOMULYO KABUPATEN POLMAN
SKRIPSI
OLEH :
ANNISA NUR KARTIWI I 111 12 317
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 ii
PERNYATAAN KEASLIAN 1.
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Annisa Nur Kartiwi
NIM
: I111 12 317
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2.
Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
Mei 2016
Annisa Nur Kartiwi
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Dan Motivasi Peternak Sapi Potong Terhadap Adopsi Teknologi Biogas Di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya
Ayahanda Karjono dan Ibunda Asti, serta
saudaraku Tino Syahroni Huda, S.Pd, yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Disampaikan dengan hormat kepada Dr. Agustina Abdullah, S.Pt.,M.Si selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Sofyan Nurdin Kasim, MS selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan keikhlasan meluangkan
v
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan, serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih
Kepada
Pembimbing Akademik Dr. Ir. Sofyan Nurdin Kasim, MS yang terus memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini. 3. Kakanda Tino Syahroni Huda, S.Pd yang selama ini tak henti-hentinya memberikan doa, motivasi, semangat dan saran. 4. Buat sahabat tercinta yang selama beberapa tahun ini bersama-sama Ulfa Syatra, Ega Yusraningsih Yunus, Megawati, Rita Massolo, dan Syamsiar Amin. 5. Teman dipondok di Salsalbillah Ayu Astuti Arif, karena telah mendengar keluh kesah selama tinggal bersama dan telah perhatian, merawat saya disaat sakit. 6. Keluarga Besar “FLOCK MENTALITY”, kalian merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam bingkai kampus ini. 7. Teman KKN Gelombang 90 “D’Jajans” dan Teman Posko Kecematan Pinrang Kelurahan Lanrisang, Fetty Naillah, A. Nurul Ilmi, Caesar, Ryan Aditya, Heru Setia, Tenri Patawari, Maya, Jumrawati Hamzah, Hj. Nurul Ilmhy, Andi Fahmi, Arifuddi Budiman, Alfredo D Atihuta, Laurensius N, Hajriana Ridwan, Rinda Limbong, Silvana Arpin dan Shinta Regia.
vi
8. Saya berterima kasih kepada Daryatno Andika P yang selalu memberikan saya dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi dan telah menjadi orang istimewa. 9. Buat senior
kak’Muci dan kak’ Ben telah membantu selama proses
penelitian. Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin. Makassar,
Mei 2016
Annisa Nur Kartiwi
vii
ABSTRAK
Annisa Nur Kartiwi I111 12 317. Pengaruh Pengetahuan Dan Motivasi Peternak Sapi Potong Terhadap Adopsi Teknologi Biogas Di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Dibawah Bimbingan : Dr. Agustina Abdullah, S.Pt.,M.Si sebagai pembimbing Utama dan Dr. Ir. Sofyan Nurdin Kasim, MS sebagai Pembimbing Anggota.
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Dan Motivasi Peternak Sapi Potong Terhadap Adopsi Teknologi Biogas Di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret Tahun 2016. Di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskreptif dan kualitatif inferensial yaitu suatu jenis penelitian yang mendeskrepsikan atau menggambarkan variabel dan mengetahui hubungan kausa. Populasi penelitian adalah semua peternak sapi potong baik yang masih menggunakan teknologi biogas maupun yang sudah berhenti menggunakan teknologi biogas. Analisis data penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif (statistik deskriptif) dan kualitatif (inferensial) yang berfungsi menggambarkan variabel dan menjelaskan hubungan kausa dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, motivasi, dan adopsi teknologi biogas peternak sapi potong di Desa Bumiayu; 2) Untuk mengetahui pengetahuan, motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas peternak sapi potong di Desa Bumiayu. Metode survei dan studi kasus. Pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data kuantitatif deskriptif. Hasi penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengetahuan peternak adalah 72, berada pada kategori sedang (53,4-74,6), dan motivasi kategori sedang yaitu sebesar 68 (53,4-74,6) sedangkan adopsi teknologi biogas total skor sebesar 49, berada pada kategori sedang; 2) Pengetahuan dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas di Desa Bumiayu. Nilai koefisien determinannya (r2) variabel penelitian (x1) sebesar 0,49 yang berarti secara parsial kontribusi sebesar 49,5% dan (x2) 0,343 secara parsial sebesar 34,3%.
viii
ABSTRACT
Annisa Nur Kartiwi I111 12 317. Effect Of Knowledge And Motivation For Cattle Breeder Of The Adoption Of Technology In The Village Brits Biogas Sub District Wonomulyo Polman. Under the guidance of: Dr. Agustina Abdullah, S.Pt, M.,Si as mentors top and Dr. Ir. Sofyan Nurdin Kasim, M.S as a guide member.
Research was conducted to determine Effect Of Knowledge And Motivation For Cattle Breeder Of The Adoption Of Technology In The Village Brits Biogas Sub District Wonomulyo Polman . Conducted in February to March 2016 Brits Village In District District Wonomulyo Polman . The type of research is quantitative and qualitative inferential deskreptif which is a type of research that deskrepsi or describe variables and explain the relationship causes . The study population was all the people who are still using biogas technology and that has been stopped . Research data analysis using a quantitative approach ( descriptive statistics ), which works illustrate the variable adaptation of the smell and noise, using a frequency distribution table. The purpose of this study were: 1). To describe the knowledge, motivation , and the adoption of biogas technology beef cattle farmers in the village of Brits; 2). To determine the knowledge , motivation significant effect on biogas technology adoption beef cattle farmer in the village of Brits. Survey methods and case studies. The collection of data observation, interviews and documentation. Descriptive analysis of quantitative data . Hasi showed that: 1 ) the knowledge of farmers is 72, middle category ( 53.4 to 74.6 ), and the motivation category was at 68 ( 53.4 to 74.6 ), while the adoption of biogas technology total score of 49, in middle category; 2) Knowledge and motivation significantly influence the adoption of biogas technology in the village of Brits. The value of the determinant coefficient ( r2 ) study variables ( x1 ) of 0.49, which means the partial contribution of 49.5 % and ( x2 ) 0.343 partially by 34.3 %.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSRTACT ....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang .....................................................................................
1
Rumusan Masalah ................................................................................
5
Tujuan Penelitian .................................................................................
5
Kegunaan Penelitian.............................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Teknologi Biogas ......................................................
6
Pengolahan Kotoran Ternak Menjadi Biogas ....................................
12
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Biogas ........
14
1. Pengetahuan..................................................................................
16
2. Motivasi .........................................................................................
18
Adopsi Teknologi Biogas ......................................................................
20
x
Kerangk Pikir ........................................................................................
22
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ...............................................................................
23
Jenis Penelitian ......................................................................................
23
Jenis dan Sumber Data .........................................................................
23
Metode Pengumpula Data ....................................................................
24
Populasi dan Sampel .............................................................................
24
Analisis Data ..........................................................................................
25
Konsep Operasional ..............................................................................
28
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Bumiayu ...........................
30
Gambaran Umum Teknologi Biogas yang Digunakan ......................
30
Letak dan Persebaran Teknologi Biogas ............................................
32
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................
32
Jumlah Penduduk .................................................................................
33
Keadaan Peternakan .............................................................................
33
Kondisi Ekonomi ...................................................................................
34
Jumlah Biogas di Desa Patalassang .....................................................
35
KEADAAN UMUM RESPONDEN Umur ......................................................................................................
36
Tingkat Pendidikan ..............................................................................
37
Skala Kepemilikan ................................................................................
38
Jumlah Tanggungan Keluarga ............................................................
39
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tingkat Pengetahuan Peternak pada Teknologi Biogas ...................................................................................
41
Gambaran Umum Motivasi Peternak pada Teknologi Biogas ........
43
Adopsi Teknologi ..................................................................................
45
Uji Normalitas .......................................................................................
48
Uji Multikolinearitas ............................................................................
49
Uji Heteroskedastisitas .........................................................................
50
xi
Uji Autokorelasi ....................................................................................
51
Pengaruh Pegetahuan dan Motivasi terhadap Adopsi Teknologi Biogas Peternak Sapi Potong di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman.....................................
52
Pengaruh Pengetahuan (X1) Terhadap Adopsi Teknologi Biogas (Y) ..............................................................................................
53
Pengaruh Motivasi (X2) Terhadap Adopsi Teknologi Biogas (Y) ..............................................................................................
54
PENUTUP Kesimpulan ............................................................................................
56
Saran ......................................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
57
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Teks
Halaman
Tingkat Pengetahuan Peternak Terhadap Teknologi Inovasi Biogas ..... Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan .................................................. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman ............................................................. Populasi Ternak Dirinci menurut Jenisnya Tahun 2016 di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman .......................... Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman ............................................................. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman ............................................................. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman .......................................... Klasifikasi responden berdasarkan skala kepemilikan ternak sapi potong, di Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman ....... Klasifikasi Responden Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman ............... Tingkat Pengetahuan Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman ................. Motivasi Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman .......................... Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman .................................................................................. Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Uji Multikolinearitas ......................... Uji Autokorelasi ......................................................................................
18 31 32 33 33 36 37 38 39 41 43 45 48 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
Halaman
1. Kerangka Pikir ......................................................................................... 2. Teknologi Biogas yang terdapat di Desa Bumiayu .................................. 3. Tingkat Pengetahuan Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman................... 4. Motivasi Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman................... 5. Lama Peternak Mengadopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman ........................................... 6. Grafik P-Plot ............................................................................................ 7. Grafik Scatterplot .....................................................................................
22 30 42 44 46 48 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Teks
Halaman
Kuisioner Penelitian ................................................................................. Identitas Responden. ................................................................................ Tabulasi Data Pengetahuan ...................................................................... Tabulasi Data Motivasi ............................................................................ Tabulasi Data Lama Adopsi ..................................................................... Output Regresi ......................................................................................... Matriks Penelitian ....................................................................................
61 64 65 66 67 68 71
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah peternakan khususnya ternak sapi potong merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan dan menggangu kesehatan manusia. Pada umumnya limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat (Putra, 2015). Menurut Baba (2008), bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan yang muncul dalam usaha ternak sapi potong, maka pemanfaatan teknologi biogas dapat menjadi alternatif pemecahan masalah. Pemanfaatan feses untuk memproduksi biogas dapat menghindari kerusakan lapisan ozon serta dapat menjadi sumber penerimaan bagi peternak dari penjualan limbah padat biogas sebagai pupuk organik dan limbah cair sebagai pupuk cair. Penanganan dan pemanfaatan limbah ternak merupakan inovasi dalam pengelolaan limbah ternak.
Suatu inovasi tidak akan berguna tanpa adanya
adopsi. Keputusan peternak untuk melakukan atau tidak melakukan pengelolaan
1
limbah ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan (Setiawan, dkk., 2013). Faktor penentu dalam proses adopsi suatu teknologi, diantaranya dapat dipengaruhi oleh karakteristik peternak. Karakteristik peternak ialah bagian dari individu peternak yang mendasari tingkah laku peternak. Karakteristik peternak dapat berupa pengetahuan dan motivasi. Pengetahuan peternak pada teknologi biogas erat kaitannya dengan pengetahuan umum dan pengetahuan teknis peternak terkait teknologi biogas. Pengetahuan peternak perlu ditingkatkan kepada semua peternak, sehingga peternak dapat mengadopsi teknologi biogas. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Soekidjo,2003). Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan (Uno, 2007). Pengetahun dan motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi, semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi. Teknologi biogas merupakan salah satu teknologi pilihan tepat guna untuk menangani limbah feses ternak sapi potong. Teknologi biogas dapat memanfaatkan feses ternak menjadi bahan bakar berupa gas yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerob oleh mikroorganisme dari feses tersebut. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbondioksida (Putra, dkk., 2015). Salah satu wilayah yang menjadi kawasan pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Polman adalah di Desa Bumiayu. Kebijakan pembangunan sektor peternakan Kabupaten Polewali Mandar didasarkan pada rencana
2
pembangunan tahunan daerah dan merujuk kepada program nasional di bidang peternakan. Titik fokus pembangunan peternakan disini dalam arti luas, yaitu peningkatan populasi ternak dari tahun ke tahun. Populasi ternak sapi dari hasil survei lapangan yaitu sebanyak 6.185 ekor. Program biogas telah diperkenalkan di Desa Bumiayu sejak tahun 2005. Masyarakat di Desa Bumiayu awalnya menerapkan biogas karena semakin mahalnya bahan bakar di daerah tersebut. Setelah lama – kelamaan masyarakat telah menyadari manfaat feses sebagai bahan bakar, sehingga masyarakat di Desa Bumiayu mulai sadar akan manfaat dari biogas. Jumlah peternak di Desa Bumiayu sekitar 160, dari jumlah peternak tersebut 48 peternak mulai menggunakan biogas. (Dinas Peternakan Kabupaten Polman, 2015). Teknologi biogas telah diadopsi oleh peternak, namun sampai saat ini masih ditemukan beberapa kendala seperti pengetahuan dan motivasi peternak pada keterampilan dalam memperbaiki kerusakan instalasi biogas sehingga sebagian besar peternak tidak dapat bertahan lama. Dari uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Peternak Sapi Potong Terhadap Adopsi Teknologi Biogas Di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman.
3
Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran pengetahuan, motivasi, dan adopsi teknologi biogas peternak sapi potong di Desa Bumiayu? 2. Apakah pengetahuan dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas peternak sapi potong di Desa Bumiayu? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, motivasi, dan adopsi teknologi biogas peternak sapi potong di Desa Bumiayu. 2. Untuk mengetahui pengetahuan, motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas peternak sapi potong di Desa Bumiayu. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang keilmuan 2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi selanjutnya. 3. Dapat memberikan informasi kepada dinas-dinas atau instansi pemerintah terkait lamanya teknologi biogas khususnya di Kabupaten Polewali Mandar.
4
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Teknologi Biogas Di Indonesia, program pengembangan biogas mulai digalakkan pada awal tahun 1970. Pengembangan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan limbah dan biomassa lainnya dalam rangka mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah (Suriawiria, 2005). Program tersebut tidak berkembang meluas di masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat pada waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas, adanya kebijakan subsidi dari pemerintah, disamping itu sumber energi lain seperti kayu bakar masih banyak tersedia di lapangan. Pengembangan biogas mulai mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM sampai 100%, bahkan untuk minyak tanah sampai 125 % per 1 Oktober 2005. Pada tahun ini pengembangan biogas semakin penting disebabkan karena minyak tanah menjadi langka dan mahal (Rp. 4.000/ltr), BBM dan LPG mahal (Rp. 81.000/12 kg). Salah satu inovasi dari pengembangan energi alternatif adalah biogas. Biogas merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan – bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan – bahan lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen) (Wahyuni, 2013). Biogas atau sering pula disebut gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan seperti kotoran hewan, kotoran manusia, ataupun sampah, direndam
5
di dalam air dan disimpan di tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Proses kimia terbentuknya gas cukup rumit, tetapi cara menghasilkannya tidak sesulit proses pembentukannya. Hanya dengan teknologi sederhana gas ini dapat dihasilkan dengan baik (Qomariyah, 2012). Biogas merupakan inovasi dari segi pertanian dan energi terbarukan. Sebelum diadopsi dan terdifusi, peternak melakukan penilaian tentang sifat inovasi meliputi keuntungan relatif, kompatibilitas, kompatibilitas, triabilitas dan observabilitas (Rogers, 2003). Kegiatan peternakan juga turut memicu terciptanya gas rumah kaca. Berdasarkan laporan FAO pada tahun 2006, salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar berasal dari sektor peternakan, yaitu sebesr 18%. Gas yang dihasilkan terdiri dari karbondioksida (9%), metana (37%), dinitrogen oksida (65%), dan ammonia (64%). Gas – gas tersebut merupakan hasil dari limbah ternak. Di antara gas yang dihasilkan, metana (CH2) memiliki potensi pemanas yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbondioksida. Padahal, di satu sisi energi panas yang dihasilkan dari metana tersebut merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi yang terbarukan (Wahyuni, 2013). Secara umum tekologi biogas dapat mengatasi permasalahan melimpahnya kotoran ternak yang tidak dapat dikelola. Selain dapat mengatasi lingkungan, biogas yang dihasilkan dari pengelola limbah kotoran ternak juga dapat menjadikan peternak mandiri energi, sehingga menghemat biaya pemeliharaan hewan ternak. Jika bahan baku pembuatan biogas sudah tidak dapat menghasilkan gas lagi, sisanya dapat dijadikan produk sampingan, seperti pupuk organik padat
6
dan cair. Oleh petani, pupuk tersebut dapat digunakan sendiri maupun dijual lagi sehingga menambah pendapatan (Wahyuni, 2013) Teknologi biogas merupakan teknologi yang memanfaatkan feses ternak menjadi gas. Gas hasil biogas terbentuk dari proses fermentasi feses ternak yang dicampur dengan air dan disimpan pada kondisi kedap udara. Gas yang dihasilkan dapat terbakar sehingga cocok digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan penerangan (Yusriadi, 2012). Teknologi biogas memanfaatkan proses pencernaa yang dilakukan oleh bekteri pengasil gas metan (CH2) dan bakteri asam. Bakteri metanogen bekerja dalam lingkungan anaerobic (tidak ada udara) dalam limbah organik. Seperti kotoran binatang, manusia dan sampah oraganik rumah tangga. Contoh bakteri metanogen yaitu methanobacteru, methanobacillus, methanosarcino, dan methanococcus (Abdurahman, 2006). Tahap pencemaran material organik oleh bakteri methanogen sebagai berikut (Abdurahman, 2006) : 1. Hidrolisi Pada tahap ini molekul organic kompleks diurai menjadi bentuk sederhana, seperti karbohidrat dan asam amino. 2. Asiologenesis Pada tahapan ini terjadi proses penguraian menghasilkan amonia, karbondioksida dan asetat.
7
3. Asetogenesis Pada tahap ini proses penguraian produk dari tahapan Asiologenesis untuk menghasilkan gas metan (CH2) 4. Metanogenesis Pada tahap ini dihasilkan gas metan. Reaktor biogas sebagai tempat pencernaan maerial organik terjadi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu fixed dame dan floating dame. Pada fixed dame, reaktor bervolume tetap sehingga produksi gen akan meningkatkan tekanan dalam reactor. Adapun floating dame memiliki kontruksi yang menyesuaikan diri dengan tekanan gas. Untuk jangka waktu yang akan datang diharapkan unit instalansi biogas akan lebih banyak diterapkan oleh peternak. Hal ini disebabkan keuntungan ganda yang dapat diperoleh (berupa biogas hasil pengolahan) serta terjaganya kebersihan lingkungan. Dengan demikian, diharapkan peternak Indonesia menjadi lebih maju karena tidak lagi mendapat proses dari masyarakat sekitar yang terganggu oleh pencemaran limbah ternak (Sirajudin, dkk., 1994). Menurut Papeun (2013), mengembangan instalasi biogas ini dalam skala yang lebih besar dapat menjadi sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk memasak, penerangan, bahan bakar disel dan menyediakan pupuk organik padat dan cair yang siap pakai. Aplikasi pengembangan biogas di lapangan dapat mendorong usaha lain seperti usaha pupuk organik baik padat maupun cair dan pada akhirnya dapat berpengaruh positif pada peningkatan pendapatan petani serta peningkatan kesuburan lahan.
8
Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik baik berupa kotoran ternak, limbah tanaman maupun limbah industri pertanian, kemudian memproses limbah tersebut dan mengambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil pemrosesan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik (Papeun, 2013). Instalasi biogas ini mempunyai manfaat ganda, yakni menghasilkan gas untuk bahan bakar memasak dan mengatasi pencemaran lingkungan akibat menumpuknya limbah peternakan yang dapat mengganggu kesehatan. Limbah peternakan yang terdiri dari feses dan sisa pakan dari berbagai usaha ternak, misalnya babi, sapi , kerbau, dan lain – lain. Jika sejak awal penanganannya tidak benar akan berakibat buruk bagi mausia dan lingkungan sekitar. Lingkungan yang kotor akan mempercepat perkembangan penyakit dan parasit yang mengganggu kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, rantai penularan penyakit harus diputus agar kesehatan lingkungan, termasuk manusia dan hewan tetap terjamin. Pembuatan biogas dari kotoran ternak termasuk salah satu cara memutus rantai penularan penyakit. Pembuatan instalasi biogas dengan bahan baku kotoran ternak sangat tepat diterapkan di lingkungan usaha peternakan (Sudarto dan Widarto, 1997). Teknologi pengolahan limbah ternak sapi menjadi biogas adalah salah satu teknologi yang harus dikuasai oleh peternak dalam pengembangkan itegrasi sapi potong. Mengolah limbah ternak menjadi biogas merupakan salah satu solusi yang dapat mengatasi kebutuhan pengguna BBM dalam rumah tangga (Agustina, dkk., 2015).
9
Menurut Wahyuni, (2013), keunggulan dari segi teknik yang dijelaskan sebelumnya, penggunaan biogas juga dapat menyelesaikan beberapa permasalah yang sifatnya sosial, ekonomi, dan ekologi. Berikut beberapa keunggulan biogas: 1. Mendorong pola pemeliharaan ternak yang intensif atau semi intensif sehingga pengelolaan lebih optimal. Hal ini dapat mendorong peningkatan kualitas ternak pada setiap periode pemeliharaan. Dilihat dari aspek ekologi, sosial, maupun budaya Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan biogas terutama untuk pemenuhan kebutuhan energi di kalangan rumah tangga. Hal ini turut didorong oleh bebrapa kondisi seperti dibawah ini (Wahyuni, 2013 ): 1. Ketersediaan bahan baku biogas, terutama yang berasal dari limbah peternakan sangat mendukung produksi biogas dalam skala industri. 2. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki problematika penyediaan energi yang merata disemua wilayah. Hal ini disebabkan oleh sulitnya penyaluran bahan bakar hingga ke daerah – daerah pelosok yang belum memiliki sarana dan prasarana penghubung memadai. Hal ini kemudian berakibat banyak wilayah pedesaan dipelosok negeri yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energinya. 3. Adanya regulasi nasional yang baru dibidang energi seperti kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga gas LPG, minyak tanah, dan harga sumber energi lainnya sehingga hal ini mendorong adanya upaya untuk pengadaan energi alternative. Harapannya, energi alternatif tersebut selain lebih terjangkau biayanya juga berkelanjutan dan ramah lingkungan.
10
4. Pengadaan industri biogas di tingkat petani juga turut menunjang penggunaan pupuk organik ssebagai pengganti pupuk kimia yang harganya semakin mahal dan langka. Selain itu, penggunaan pupuk oragnik juga memberikan keuntungan secara ekologis, yaitu ramah lingkungan dan tidak merusak karakteristik tanah. Pengolahan Kotoran Ternak Menjadi Biogas Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya sihingga siklus ekologi tetap terjaga (Qomariyah, 2012). Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah terbakar, kandungan gas CH4 dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar 30oC (Sasse, L., 1992, dalam Junaedi, 2002). Produksi biogas dari kotoran sapi berkisar 600 liter – 1000 liter biogas per hari, kebutuhan energi untuk memasak satu keluaraga rata-rata 2000 liter per hari. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga dapat dipenuhi dari kotoran 3 ekor sapi. Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya memiliki kadar pencemar BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi
11
ini pupuk dari kotoran sapi sudah tidak berbau. Permasalahan yang dihadapi peternak sapi mengenai tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan bau tidak enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar kandang dapat diatasi. Menurut Qomariyah (2012), secara umum biogas mengandung gas metan (CH4) 65,7%; karbondioksida (CO2) 27%; nitrogen (N2) 2,3%; karbonmonoksida (CO) 0,0%; oksigen (O2) 0,1%; propen (C3H8) 0,7%; hydrogen sulfide (H2S) tidak terukur dan nilai kalor 6513. Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik baik berupa kotoran ternak, limbah tanaman maupun limbah industri pertanian, kemudian memproses limbah tersebut dan mengambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil pemrosesan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Dengan mengembangan biogas, akan diperoleh manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat dirasakan adalah mendapatkan sumber energi alternatif berupa gas bio yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan sebagai bahan bakar mesin disel. Saat ini, biogas memang dikembangkan untuk dijadikan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak di tingkat nasional. Kesadaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan energi yang berbiaya murah dan rmah lingkungan menjadikan biogas sebagai pilihan yang tepat terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan atau pelosok. Pasalnya di daerah pedesaan yang sulit terjangkau, sering kali mengalami kesulitan bahan bakar tidak hal dalam penyediaan, tetapi juga akses untuk mendapatkannya (Wahyuni, 2013).
12
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Lama Penggunaan Biogas Menurut Rogers (2003), tingkat adopsi inovasi teknologi peternak, sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang menyangkut persepsi dan kondisi teknologi yang diadopsi. Diantaranya sebagai berikut : 1. Keuntungan relatif, adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap lebih baik menggantikan dari ide sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif dapat diukur dari segi ekonomi, tetapi faktor prestise sosial, kenyamanan, dan kepuasan juga faktor penting. Tidak peduli begitu banyak apakah inovasi memiliki banyak gread dari "tujuan" keuntungan. 2. Kompatibilitas, konsisten dengan
adalah
sejauh mana
nilai-nilai
suatu inovasi
yang ada,
dianggap sebagai
pengalaman masa lalu,
dan
kebutuhan potensial pengadopsi (adopter). Sebuah ide yang tidak sesuai dengan nilai dan norma-norma sistem sosial tidak akan diadopsi secepat inovasi yang kompatibel. Adopsi inovasi yang tidak kompatibel sering memerlukan adopsi sebelum sistem nilai baru, yang merupakan proses yang relatif lambat. 3.
Kompleksitas, adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap sebagai sulit untuk undertand
dan menggunakan.
Beberapa
inovasi
yang
mudah
dipahami oleh sebagian besar anggota suatu sistem sosial yang lain lebih rumit dan diadopsi lebih lambat. 4. Trialability,
adalah
gambaran
sejauh mana
suatu inovasi
dapat
dieksperimenkan secara terbatas. Ide-ide baru yang dapat dicoba pada
13
rencana angsuran (keberlanjutan) umumnya akan diadopsi lebih cepat dari inovasi yang tidak dapat dibagi. 5. Observability, adalah sejauh mana hasil suatu inovasi di terlihat oleh orang lain. Semakin mudah bagi individu untuk melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengadopsi. Visibilitas seperti merangsang rekan discustionof ide baru, sebagai teman dan tetangga adopter sering meminta inovasi informasi evaluasi tentang hal itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama teknologi biogas peternak bersifat internal maupun eksternal. Persepsi peternak sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan motivasi peternak akan teknologi biogas. Jika penyuluh proaktif, maka secara otomatis pengetahuan peternak akan meningkat. Peran peternak secara sadar akan peningkatan pengetahuan terus dikembangkan secara sadar pula, sehingga tingkat adopsi terhadap suatu teknologi biogas akan berjalan searah di masa yang akan datang. Menurut Mwirigi (2009) menyatakan bahwa proses promosi teknologi biogas melalui kegiatan penyuluhan harus terus ditingkatkan sehingga pandangan dan pengetahuan peternak akan semakin baik di masa yang akan datang. Dilain pihak, menurut Rahayu dkk (2013), peningkatan pengetahuan peternak haruslah berjalan searah dengan pengembangan teknologi biogas di suatu daerah, sehingga dengan
demikian
pengetahuan
merupakan
sebuah
faktor
yang
dapat
mempengaruhi persepsi peternak pada teknologi biogas itu sendiri. Motivasi peternak dalam membangun teknologi biogas adalah terhadap Lembaga Pembangunan Teknologi Pedesaan (LPTP), yaitu lembaga swadaya masyarakat yang memperkenalkan teknologi biogas yang bekerjasama dengan
14
pemerintah/ instansi yang terkait dan serta respon peternak terhadap teknologi biogas. Tujuan peternak dalam membangun teknologi biogas yaitu ingin memanfaatkan feses ternak sapi sebagai energi alternatif biogas, untuk menghemat kayu bakar, minyak tanah dan gas LPG, meminimalkan dampak pencemaran lingkungan, meningkatkan unsur hara tanah di lingkungan sekitar (pekarangan) serta membantu penghematan pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga (Damanik, 2014). Menurut Wei Qu et, al., (2013), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerapan biogas yaitu persepsi tentang inovasi biogas. Secara khusus faktor yang sangat berpengaruh terhadap lama penggunaan teknologi biogas, yaitu antara lain pengetahuan peternak dan motivasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga sebagai organ yang paling berhubungan secara langsung terhadap sebuah informasi tertentu (Soekidjo, 2003).
15
Pengetahuan peternak memiliki peran yang sangat krusial di setiap sektor pengembangan peternakan itu sendiri. Pengetahuan peternak juga menjadi tolak ukur peternak dalam hal peningkatan persepsi seseorang pada bidang yang akan dijalankan, sehingga untuk melihat kondisi peternak secara luas maka perlu ada penilaian tingkat pengetahuan sebelumnya yang dijadikan sebagai acuan kepada peternak mengelola peternakannya. Adaupun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman, minat, dan umur seseorang. Menurut Rahayu dkk (2013), pengetahuan peternak haruslah senantiasa ditingkatkan baik melalui kegiatan penyuluhan tentang pengolahan limbah peternakan menjadi biogas di kalangan peternak itu sendiri. Hal ini nantinya akan berdampak positif pada pengembangan teknologi biogas sebagai bagian dari proses pengolahan limbah peternakan itu sendiri. Menurut Putra, dkk., (2015), tingkat pengetahuan responden terhadap inovasi teknologi biogas sebagian besar pada kategori baik (36,7%). Secara lengkap gambaran penilaian pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Peternak Terhadap Teknologi Inovasi Biogas
Sumber : Hasil Penelitian Putra, dkk., (2015).
16
Pengetahuan responden dalam penelitian ini adalah pengetahuan peternak terhadap pengertian teknologi biogas, manfaat teknologi biogas, informasi tentang teknologi biogas dan ketertarikan terhadap teknologi biogas. sebagian besar responden cukup mengenal dan mengetahui dasar dasar tentang pengertian biogas, manfaat biogas. 2. Motivasi Menurut Robbins dan Coulter (2010), motivasi mengacu pada suatu dorongan, arahan pada seseorang untuk mencapai tujuan. Teori Hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan fisiologis (dapat berupa kebutuhan makan, minum, tempat berteduh dan kebutuhan lainnya), kebutuhan keamanan (kebutuhan keamanan dan perlindungan fisik), kebutuhan sosial (kebutuhan penerimaan dan persahabatan), kebutuhan penghargaan (kebutuhan penghargaan internal seperti harga diri, dan penghargaan eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian), dan kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan pencapaian potensi, dan pemenuhan diri). Penelitian ini membatasi pada motivasi intrinsik untuk kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan penghargaan. Teori Motivasi Dua Faktor dari Herzberg (Robbin dan Coulter, 2010), teori ini menyatakan bahwa pada setiap melakukan sesuatu akan terdapat dua faktor penting yang memengaruhi suatu pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau tidak. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor-faktor motivasi (intrinsik) meliputi motivasi karena kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan penghargaan. Menurut Asngari (2001), peternak yang memiliki motivasi intrinsiknya tinggi akan lebih aktif dibandingkan bagi yang baru tumbuh
17
motivasi ekstrinsiknya, maka perlu dipacu oleh penyuluh agar memiliki motivasi intrinsik yang tinggi, sehingga nantinya dia lebih dinamis membantu diri sendiri. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah bantuan kredit dari KPSBU maupun bantuan dari pemerintah. Sugiyono (2013) menyatakan pemerintah harus memberikan kredit pembutan instalasi biogas bagi masyarakat di desa-desa terpencil untuk memotivasi orang-orang di desa-desa terpencil tersebut. Motivasi memiliki hubungan dengan kecepatan penerapkan biogas, hal ini dikarenakan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik yang berhubungan dengan kecepatan penerapkan inovasi biogas. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Tondok et, al., (2011), yang menemukan bahwa motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi, semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi. Di sisi lain, motivasi tidak tidak berhubungan secara signifikan dengan penyebaran karena peternak hanya termotivasi menerapkan biogas tanpa termotivasi untuk mengajak peternak lain menerapkan biogas. Hubungan nyata dengan tingkat penyebaran, hal ini berarti bahwa individu peternak mengadopsi biogas tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga menyebarkan kepada peternak lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Roswida (2003), bahwa keuntungan relatif berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam memilih inovasi teknologi pertanian. Persepsi peternak yang baik terhadap biogas sebagai energi alternatif sehingga peternak cepat menerapkan dan mampu untuk menyebarluaskan (difusi) kepada peternak lain disekitar tempat tinggalnya masing-masing (Rahayu et, al., 2013). Motivasi petani
18
merupakan gambaran respon maupun sikap dari keuletan, percaya diri, bersaing minat konsentrasi serta keinginan (Sadirman, 2001). Menurut Tjiptropranoto (2000), dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan biaya murah dan mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan penerapan teknologi dan sistem usahatani yang dianjurkan, dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi dimaksud dalam usaha taninya sehingga pendapatan meningkat. Lama Adopsi Teknologi Biogas Rogers dan Shoemaker (1971), mengatakan adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Sedangkan Samsudin (1997), menyatakan bahwa adopsi adalah suatu proses dimulai dan keluarnya ide-ide dari suatu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Kelengkapan tahapan adopsi inovasi dalam penerimaan biogas terbagi dalam beberapa tahap yaitu tahap kesadaran, tahap minat, tahap penilaian, tahap mencoba, dan tahap penerimaan. Tahap kesadaran yaitu seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengenai hal itu, tahap minat atau interest, yaitu seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi itu, tahap penilaian yaitu seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru yang dihubungkan dengan situasi dirinya
19
saat ini dan masa mendatang serta menentukan mencobanya atau tidak, tahap mencoba yaitu seseorang menerapkan ide – ide baru dalam skala kecil untuk merasakan manfaatnya, apakah sesuai dengan situasi dirinya, tahap penerimaan yaitu seseorang menggunakan ide baru itu secara tetap dalam skala yang luas (Putra, dkk., 2015). Tahapan proses adopsi inovasi menurut Rogers (1983), dibagi atas tahapan mengetahui dan menyadari, menaruh minat, menilai, melakukan percobaan dan penerapan atau adopsi teknologi . Tahapan ini lebih dilengkapi oleh ahli pemasaran seperti Engel, dkk., (1994), bahwa setelah mengadopsi teknologi (membeli suatu produk) diperlukan untuk membangun suatu komitmen, loyalitas dan
kepercayaan
terhadap
teknologi
tersebut
sehingga
peternak
dapat
mengadopsinya secara berkelanjutan . Keberlanjutan adopsi pengolahan limbah ternak sapi sebagai biogas dan pupuk dalam integrate farming sistem, khususnya sistem integrasi sapi potong, perlu dianalisis dari berbagai dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Keempat aspek keberlanjutan ini dapat di jadikan salah satu dasar untuk melihat status keberlanjutan teknologi pengolahan limbah ternak sapi potong sebagia biogas dan pupuk. Hasil analisis keberlanjutan dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan kebijakan dalam mewujudkan prinsip zero waste (Agustina, dkk., 2015). Peternak yang pernah menggunakan limbah ternaknya sebagai bahan bakar biogas adalah peternak yang telah mengadopsi teknologi dan menerima bantuan unit biogas dari pemerintah. Hal tersebut juga hanya bertahan sekitar satu
20
tahun sejak diterimanya bantuan dan selanjutnya tidak digunakan lagi (Setiawan, dkk., 2013). Kerangka Pikir Teknologi biogas sangat potensial dalam pengembangan energi terbarukan di Kabupaten Polman. Akan tetapi, Menurut Baba (2009), kendala yang dihadapi petani yang pernah mengadopsi teknologi biogas itu sendiri yaitu menyangkut daya tahan teknologi tersebut dan kompsatabilitas (kecocokan) teknologi tersebut dengan karakteristik petani dan budaya setempat. Oleh karena itu, sikap petani yang pernah mengadopsi teknologi tersebut cenderung ke arah penolakan teknologi biogas tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat mempaengaruhi lamanya teknologi
biogas yaitu pengetahuan dan motivasi peternak itu sendiri. Faktor utama yang dijadikan sebagai tolak ukur akan lamanya teknologi biogas (Y/X1) yaitu pengetahuan (X1) sebagai variabel independen dan motivasi peternak (X.2). Menurut Rahayu dkk (2013), pengetahuan peternak berdampak positif pada pengembangan teknologi biogas sebagai bagian dari proses pengolahan limbah peternakan itu sendiri. Hasil penelitian Tondok et, al., (2011), yang menemukan bahwa motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi, semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 1.
21
(x1) Pengetahuan
(x2) Motivasi
r1
r2
(y) Adopsi Teknologi Biogas
Gambar 1. Kerangka Pikir Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : HO : Pengetahuan dan Motivasi tidak berpengaruh terhadap adopsi peternak dalam menggunaan teknologi biogas. HI : Pengetahuan dan Motivasi berpengaruh terhadap adopsi peternak dalam menggunaan teknologi biogas.
22
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016 – Maret 2016 dengan rincian kegiatan jadwal penelitian (terlampir). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu dikarenakan lokasi penelitian memiliki digester yang diadopsi oleh beberapa peternak yang pada umumnya tersebar di beberapa dusun di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan survei yang sasarannya pada besaran populasi dengan menggunakan sampel yang akan digeneralisasikan, dengan pengujian hipotesis yang menjelaskan tentang hubungan kausa antara pengetahuan dan motivasi terhadap adopsi teknologi biogas. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah : 1. Data Kuantitatif yang meliputi Adopsi Teknologi Biogas 2. Data Kualitatif adalah Pengetahuan dan Motivasi yang akan dikuantitatifkan secara likert dengan membuat kategori–kategori dan membuat nilai untuk skoring. Adapun sumber data yang digunakan, yaitu: 1. Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.
23
2. Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak instansi – instansi yang terkait, seperti dari dinas peternakan, dan badan riset statistik. Metode Pengumpula Data Adapun metode pengumpulan data yang dilaksanakan pada praktek lapang, yaitu : 1. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden yakni peternak yang telah mengadopsi teknologi biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Untuk memudahkan dalam proses wawancara digunakan kuisioner atau daftar pertanyaan. 2. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dan peternak yang telah mengadopsi teknologi biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh peternak sapi potong yang mengadopsi teknologi biogas sebanyak 48 orang yang terdiri dari 2 kelompok yang tersebar di Desa Bumiayu yaitu kelompok satu 25 orang dan kelompok dua 23 orang. Berhubung karena populasi cukup besar dan bersifat homogeny dalam hal penerapan teknologi biogas, maka dilakukan pengambilan sampel. Dimana untuk menentukan besaran sampel digunakan rumus slovin (simpel random sampling) dengan jumlah hasil sampel 32 responden sebagai berikut, (Sevilla (2007) :
24
n=
𝑁 1 + 𝑁𝑒 2
Ket :
n = Sampel N = Poulasi e = Tingkat Kelonggaran
n=
48 1 + 48(0,1)2
n=
48 1 + 48(0,01)
n=
48 1 + 0,48
n=
48 1,48
n = 32 Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yaitu: 1. Rumusan masalah pertama, analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statistik deskreftif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. 2. Rumusan masalah kedua, analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statisti inferensial atau induksi (parametrik) dengan menggunakan regresi linear berganda, (Zuriah, 2009) melalui program SPSS 16. Y= a + b1. X1 + b2.X2 + e Keterangan : Y = Adopsi Teknologi Biogas a = Konstanta
25
b1 – b2 = Koefisien Regresi X1 = Pengetahuan X2 = Motivasi e
= Kesalahan pengganggu Adapun variabel penelitian pengaruh pengetahuan dan motivasi peternak
sapi potong terhadap adopsi teknologi biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman adalah: Tabel 2. Variabel Penelitian Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas. No Variabel Sub-Variabel Indikator 1 Kemampuan Kerja Pengetahuan Pemahaman peternak (Kualitatif) secara umum terhadap tenologi biogas Keterampilan Aspek teknis terhadap tenologi biogas 2 Motivasi Intrinsik Memiliki rasa ingin tahu (Kualitatif) terhadap teknologi biogas Ikut terlibat dalam peyelenggaraan program biogas Mempunyai kesadaran tinggi untuk keberhasilan program teknologi biogas Ekstrinsik Meningkatkan pendapatan peternak Menurunkan pencemaran lingkungan Penggunaan energi Penyuluhan Bantuan yang diberikan pemerintah 3 Adopsi Jumlah waktu Waktu (tahun/bulan/hari)
26
Untuk mengetahui kategori variabel penelitian maka digunakan klasifikasi sebagai berikut : Nilai Tertinggi = Skor Tertinggi x Jumlah Responden =
3
=
96
x
32
Nilai Terendah= Skor Terendah x Jumlah Responden =
1
=
32
x
32
Untuk mengetahui interval kelas, maka digunakan rumus sebagai berikut : Rentang Kelas = Nilai Tertinggi - Nilai Terendah Jumlah Kelas =
96
=
21,3
– 3
32
Keterangan : Tinggi = 75 – 96 (Peternak sapi potong mengetahui manfaat teknologi biogas dan dapat memperbaiki kerusakan pada instalansi biogas) Sedang = 54 – 74,6 (Peternak sapi potong mengetahui manfaat teknologi biogas tetapi tidak dapat memperbaiki kerusakan pada instalansi biogas) Rendah = 32 – 53,3 (Peternak sapi potong mengetahui teknologi biogas tetapi tidak menerapkan)
27
Konsep Operasional 1. Pengetahuan adalah informasi yang diperoleh peternak mengenai teknologi biogas, dengan: Indikator a. Pemahaman peternak secara umum terhadap teknologi biogas b. Aspek teknik terhadap teknologi biogas Kriterianya Pengukuran : a. Tinggi (skor 3) b. Sedang (skor 2) c. Rendah (skor 1) 2. Motivasi adalah suatu keinginan dari peternak untuk mengikuti/ menerima program Biogas dengan: Sub Variabel a. Intrinsik : Indikator Memiliki rasa ingin tahu terhadap program biogas Ikut terlibat dalam penyelenggaraan program biogas Mempunyai kesadaran tinggi untuk keberhasilan program biogas: b. Ekstrinsik : Meningkatkan pendapatan peternak Menurunkan pencemaran lingkungan Penggunaan energi Penyuluhan
28
Bantuan yang diberikan pemerintah 3. Adopsi
adalah adalah lama penggunaan teknologi biogas dimana jumlah
waktu yang dimanfaatkan oleh peternak sapi potong dalam menggunakan teknologi biogas: Sub Variabel a. Lama Penggunaan Indikator Waktu pemanfaatan teknologi biogas (Hari/ Bulan/ Tahun) Kriterianya : d. Tinggi (skor 3) e. Sedang (skor 2) f. Rendah (skor 1)
29
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Bumiayu Desa Bumiayu adalah salah satu desa di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Desa Bumiayu memiliki luas wilayah sekitar 344,5 ha/m2. Wilayah Desa Bumiayu mempunyai suhu rata- rata 230C sehingga sangat berpotensi dalam budidaya beternak sapi potong. Secara Geografis Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman,berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidorejo Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kebunsari Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bumimulyo Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Arjosari Selain itu, Desa Bumiayu terdiri atas 5 dusun antara lain Dusun Tulung Agung, Blitar, Kebun Dalam, Jogja Lama, dan Ponorogo. Gambaran Umum Teknologi Biogas yang Digunakan Teknologi yang digunakan oleh masyarakat Desa Bumiayu berupa biogas yang dimana teknologi ini ramah lingkungan karena bahan utama yang digunakan berasal dari feses ternak sapi. Dimana feses ternak dapat menghasilkan gas dan energi listrik sebagai penghantar listrik, bahan bakar minyak tanah dan gas LPG yang digunakan untuk memasak. Alat teknologi biogas yang digunakan di Desa Bumiayu dari hasil survey lapangan 2016 yaitu berupa fiber dan plastik PE.
30
Gambar 2. Teknologi Biogas yang terdapat di Desa Bumiayu
31
Letak dan Persebaran Teknologi Biogas Perkembangan teknologi biogas sampai saat ini di Desa Bumiayu dapat dikatakan baik. Sejak pertama kali diadopsi pada tahun 2010, teknologi biogas sudah terdapat 3 buah dan tersebar di beberapa Dusun. Terdapat 2 alat teknologi biogas di Dusun Jogja Lama dan 1 alat teknologi biogas di Dusun Tulung Agung. Walaupun alat teknologi biogas ini hanya berasal dari bantuan pemerintah setempat. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Adapun Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada : Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk 1 Pendidikan Tinggi 41 2 Akademik Sederajat 52 3 SMA/ SLTA 427 4 SMP/ SLTP 662 5 Sekolah Dasar 605 6 TK 194 7 Belum Sekolah 482 8 Tidak Sekolah 389 Jumlah 2852 Sumber : Data Sekunder, Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman, 2016. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pendidikan yang tertinggi pada penduduk yang bersekolah SMP/SLTP sebanyak 662. Hal ini dikarenakan bahwa masih rendahnya tingkat pemikiran masyarakat akan pentingnya pendidikan,
sehingga
daya
tangkap
atau
pemahaman
peternak
dapat
mempengaruhi dalam mengadopsi suatu teknologi biogas. Untuk itu perlu adanya
32
intensitas penyuluh dalam memberikan suatu inovasi terhadap peternak, karena peternak hanya mengharapkan informasi dari penyuluh setempat. Jumlah Penduduk Kondisi demografi Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman pada tahun 2016 tercatat memiliki jumlah penduduk 2.852 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.418 orang dan perempuan 1.434 orang. Jumlah penduduk di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. No Jenis Kelamin Total Laki- Laki Perempuan 1 1.418 1.434 2.852 Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman, 2016. Keadaan Peternakan Pembangunan dalam sektor pertanian dan peternakan di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman sebagai salah satu mata pencaharian utama karena dapat meningkatkan produksi, pendapatan dan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk yang mempunyai lokasi cukup luas. Untuk usaha pegembangan peternakan sangat mendukung karena dari hasil pertanian dan peternakan saling menguntungkan flashback. Jenis dan populasi ternak yang terdapat di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman dapat dilihat pada Tabel 4.
33
Tabel 4. Populasi Ternak Dirinci menurut Jenisnya Tahun 2016 di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman No Jenis Ternak Populasi 1 Sapi 332 2 Kambing 269 3 Ayam 6.000 4 Bebek 1.000 5 Kuda 11 Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman, 2016. Tabel 4. Menunjukkan populasi ternak sapi yaitu sebanyak 332 ekor karena fesesnya yang dimanfaatkan sebagai biogas, sedangkan populasi ternak unggas yang terbanyak adalah ayam sekitar 6.000 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ayam sudah mulai banyak diternakkan oleh penduduk sebagai usaha budidaya ayam di Desa Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. Kondisi Ekonomi Penduduk di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dengan produksi utamanya padi. Mata pencaharian masyarakat di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. No Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani 85 2 PNS 5 3 TNI/POLRI 5 4 Pensiun 3 5 Wiraswasta 2 Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman, 2016.
34
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman didominasi oleh Petani sebagai mata pencaharian utama. Hal ini dapat dilihat bahwa potensi masyarakat dalam pengembangan peternakan sangat berpeluang besar karena hasil dari limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternative bagi peternak dan begitu pun sebaliknya hasil dari pengolahan limbah biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dalam pertanian. Jumlah Biogas di Desa Bumiayu Berdasarkan hasil survei lapangan bahwa jumlah teknologi biogas yang terdapat di Desa Bumiayu yaitu berjumlah 3 buah. Hal ini dapat dikatakan kemajuan adopsi teknologi di suatu daerah karena hanya terdapat di Desa Bumiayu saja yang menggunakan teknologi biogas dalam satu Kecamatan Wonomulyo. Faktor penyebab sehingga proses adopsi teknologi biogas tidak berkembang antara lain yaitu secara internal dan eksternal. Dimana internalnya peternak kurang merasa termotivasi dan sifat acuh dalam mengadopsi teknologi itu sendiri dan pengetahuan peternak akan perawatan teknologi tersebut masih kurang. Sedangkan secara ekternal peranan penyuluh dalam memberikan materi 1 atau 2 kali dalam satu bulan. Hal ini belum maksimal karena kurang disiplinnya penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan dan pengontrolan kelompok ternak yang menjadi tanggung jawab penyuluh, sehingga peternak masih mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan infomasi dan mempengaruhi keberlanjutan suatu organisasi kelompok peternak.
35
KEADAAN UMUM RESPONDEN Umur Umur
merupakan
salah
satu
faktor
yang dapat
mempengaruhi
produktivitas kerja seseorang. Tingkat umur seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengerjakan pekerjaannya, karena terjadi peningkatan kemampuan fisik. Seiring dengan meningkatnya umur tentu akan terjadi penurunan produktivitas. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), berdasarkan komposisi penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
Usia 0 – 14 th : dinamakan usia muda / usia belum produktif
Usia 15 – 64 th : dinamakan usia dewasa / usia kerja / usia produktif
Usia + 65 th
: dinamakan usia tua / usia tidak produktif / usia jompo.
Klasifikasi responden berdasarkan umur di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase % 1 35 – 38 4 12,5 2 39 – 41 6 18,75 3 42 – 44 10 31,25 4 45 – 47 7 21,87 5 48 – 50 3 9,37 6 51 – 53 2 6,25 Jumlah 32 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016. Tabel 6, menunjukkan sebagian besar responden di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman, berada pada kelompok usia produktif untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan usahanya. Pada usia produktif
36
masyarakat Desa Bumiayu masih sangat berpotensi dalam mengembangkan usaha peternakan karena di usia produktif peternak mampu melakukan pekerjaan yang digelutinya. Peternak di Desa Bumiayu masih memiliki semangat ingin tahu terhadap suatu teknologi baru. Tetapi kurangnya pengaruh ekternal yang menjadi kendala bagi peternak. Kemampuan bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor umur seseorang itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1995), bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu terhadap sesuatu yang belum mereka ketahui. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang memadai akan berdampak pada kemampuan manajemen usaha peternakan yang digeluti. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka semakin cepat pula tingkat penyesuaian diri dengan perkembangan teknologi dan dapat mempercepat cara berfikir seseorang. Menurut Nurlaelasari (2007), pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam usaha peternakan, hal ini sangat diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi ternak yang dipelihara. Adapun tingkat pendidikan peternak yang ada di
Desa
Bumiayu
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1
SD
5
15,62
2
SMP
10
31,25
3
SMA
17
52,12
32
100
Jumlah
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016. Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan sebagian kecil responden berada pada tingkat pendidikan rendah yaitu pada tingkatan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 5 orang atau 15,62 % dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 10 orang atau 31,25 %. Dengan demikian berdasarkan pengalaman dan melihat usaha peternakan yang sudah ada di sekitar mereka.
Hal ini sesuai dengan survei
lapangan bahwa peternak di Desa Bumiayu memiliki pendidikan yang sangat bervariasi tetapi rata-rata peternak yang mengadopsi teknologi biogas memiliki pendidikan yang tinggi sehingga suatu adopsi dapat cepat diterima oleh para peternak. Menurut pendapat Risqina (2011), bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama dalam hal pengambilan keputusan dan pengatur manajemen dalam mengelola suatu usaha. Skala Kepemilikan Ternak Skala usaha peternakan di Desa Bumiayu umumnya adalah peternakan rakyat karena rata-rata peternak yang memiliki jumlah sapi berkisar antara 1-6. Keadaan ini memperlihatkan bahwa pada kenyataan dilapangan peternak memilih beternak hanya sebagai usaha sampingan atau sebagai tabungan mereka jika suatu waktu ada kesulitan dalam kebutuhan yang mendesak peternak dapat menjual ternak mereka. Menurut Bessant (2005), bahwa skala kepemilikan sapi potong 38
petani-peternak yang berstatus sebagai peternakan rakyat, dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu skala kecil (1 – 5 ekor), skala menengah (6 – 10 ekor) dan skala besar (>10 ekor). Adapun klasifikasi skala usaha ternak sapi potong yang dipelihara oleh responden di Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman pada Tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Skala Kepemilikan di Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman. No Skala Kepemilikan Jumlah (Orang) Persentase 1 1-2 (Ekor) 12 37,5 2 3-4 (Ekor) 19 59,37 3 5-6 (Ekor) 1 3,12 Jumlah 32 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016.
Desa
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kepemilikan ternak yang paling dominan dengan jumlah 3-4 yaitu 59,37% maka dapat dikatakan skala sedang dalam rumah tangga. Hal ini dapat dikatakan bahwa usaha ternak sapi potong bersifat peternakan rakyat, sesuai dengan survei lapangan di Desa Bumiayu bahwa usaha peternak masuk skala sedang karena rata- rata peternak hanya memiliki ternak sapi paling dominan 3 ekor. Sesuai pendapat Rianto dan Purbowati (2009), menyatakan bahwa rendahnya skala usaha disebabkan karena para petani-peternak umumnya masih memelihara sebagai usaha sambilan, dimana tujuan utamanya adalah tabungan, sehingga manejemen pemeliharaannya masih dilakukan secara konvensional. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah keluarga yaitu banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh peternak di
Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman.
39
Anggota keluarga dapat memberikan dampak positif dalam usaha peternakan, karena dapat membantu sebagai tenaga kerja. Adapun klasifikasi jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman. No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Persentase % 1 2-3 (Orang) 18 56,25 2 4-5 (Orang) 9 28,12 3 6-7 (Orang) 5 15,62 Jumlah 32 100 Sumber: Data primer yang telah diolah, 2016. Tabel 9 memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan anggota keluarga paling dominan 2 – 3 yaitu berkisar antara 18 orang dengan persentase 56,25%. Hal ini sesuai dengan kondisi di Desa Bumiayu bahwa kebanyakan peternak menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja. Sehingga menghemat biaya pengeluaran karena dapat membantu dalam proses produksi. Sesuai dengan pendapat Rahardi (2003), tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanian yang dimiliki oleh peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usaha taninya. Tanggungan kelurga juga menjadi beban hidup bagi keluarganya apabila tidak aktif bekerja.
40
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pengetahuan Peternak pada Teknologi Biogas Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa pengetahuan merupakan tingkatan keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki masing-masing individu peternak itu sendiri. Tiap individu memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda tergantung pada pengalaman, tingkat pendidikan dan faktor lainnya. Secara umum, gambaran tingkat pengetahuan peternak pada teknologi biogas pada Tabel 10. Tabel 10. Pengetahuan Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman No Uraian Frekuensi Skor Persentase (%) 1 Tinggi 9 3 28,12 2 Sedang 22 2 68,75 3 Rendah 1 1 3,12 Total 32 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016.
Biogas di Desa Bobot 27 44 1 72
Pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengetahuan peternak terhadap teknologi biogas pada umumnya yang menilai sedang berjumlah frekuensi 22 orang dengan persentase 68,75% yang menjawab setuju dan menilai tinggi pengetahuan teknologi biogas sebanyak 9 orang dengan persentase 28,12% yang menjawab kurang setuju sedangkan yang menilai rendah pada pengetahuan teknologi biogas hanya 1 orang dengan persentase 3,12% yang menjawab tidak setuju. Sehinggga total nilai bobot untuk pengetahuan terhadap peternak sebesar 72 secara kontinu dapat dilihat pada gambar 3.
41
Gambar 3. Pengetahuan Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman 32
53,4
74,6
96
72 Rendah
Sedang
Tinggi
Keterangan : Tinggi = 75-96 Sedang = 53,4-74,6 Rendah = 32-53,3 Pada gambar 3 dilihat bahwa total nilai pada pengetahuan peternak terhadap adopsi teknologi biogas berada pada interval 72, berada pada kategori sedang (53,4-74,6) berarti pengetahuan peternak terhadap teknologi biogas hanya mengetahui manfaat dan penggunaan teknologi biogas, belum mampu merawat dan memperbaik kerusakan yang ada pada instalasi biogas, sehingga pengetahuan peternak dalam tingkatan sedang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor dari intensitas penyuluh. Pengetahuan peternak pada teknologi biogas erat kaitannya dengan pengetahuan umum dan pengetahuan teknis peternak akan teknologi. Oleh karena itu, pengetahuan peternak harus ditingkatkan dan perlu ada pemerataan pengetahuan kepada semua peternak, sehingga adopsi teknologi biogas dapat berjalan secara maksimal di mayarakat terkhusus pada kalangan peternak. Keadaan ini dibuktikan dengan tingkat pengetahuan umum peternak dan pengetahuan yang menyangkut teknis penggunaan teknologi biogas. Hal ini dapat dilihat bahwa peternak memiliki keterampilan, sehingga lebih mampu memahami dalam mengaplikasikan teknologi biogas. Dalam hal ini pengetahuan seseorang
42
telah berkembang dan meningkat dengan baik. Sesuai pendapat Rahayu, dkk (2013), pengetahuan peternak haruslah senantiasa ditingkatkan baik melalui kegiatan penyuluhan tentang pengolahan limbah peternakan menjadi biogas di kalangan peternak itu sendiri. Hal ini nantinya akan berdampak positif pada pengembangan teknologi biogas sebagai bagian dari proses pengolahan limbah peternakan itu sendiri. Gambaran Umum Motivasi Peternak pada Teknologi Biogas Motivasi memiliki hubungan dengan kecepatan menerapkan biogas, hal ini dikarenakan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik yang berhubungan dengan kecepatan menerapkan inovasi biogas. Motivasi petani merupakan gambaran respon maupun sikap dari keuletan, percaya diri, bersaing minat konsentrasi serta keinginan (Sadirman, 2001). Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai sub variabel motivasi terhadap adopsi teknologi biogas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Motivasi Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman No Uraian Frekuensi Skor Persentase (%) 1 Tinggi 6 3 18,75 2 Sedang 24 2 75 3 Rendah 2 1 6,25 Total 32 0 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
Biogas di Desa Bobot 18 48 2 68
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa sebagian besar motivasi peternak terhadap adopsi teknologi biogas pada umumnya yang menilai sedang dengan jumlah frekuensi 24 orang persentase 75% yang menjawab setuju dan menilai tinggi motivasi peternak terhadap adopsi teknologi biogas sebanyak 6 orang dengan persentase 18,75% yang menjawab kurang setuju sedangkan yang
43
menilai rendah pada motivasi teknologi biogas hanya 2 orang dengan persentase 6,25% menjawab tidak setuju. Sehinggga total nilai bobot untuk motivasi terhadap peternak sebesar 68 secara kontinu dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Motivasi Peternak Terhadap Adopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman 32
53,4
74,6
96
68 Rendah
Sedang
Tinggi
Keterangan : Tinggi = 75-96 Sedang = 53,4-74,6 Rendah = 32-53,3 Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa motivasi peternak terhadap teknologi biogas pada kategori sedang yaitu berada interval 68 (53,4-74,6) berarti motivasi peternak hanya pada tingkat minat mengadopsi teknologi biogas, dalam indikator memiliki rasa ingin tahu dan harapannya belum memenuhi keinginan peternak dalam meningkatkan derajat sosial, baik informasi yang diterima dan meningkatkan pendapatan peternak sapi potong. Hal ini dapat diketahui bahwa motivasi sangat berkitan erat dengan peternak dalam mengadopsi teknologi biogas. Motivasi peternak dalam keterlibatan kegiatan biogas di Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman pada teknologi biogas umumnya dominan sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya peternak belum memiliki motivasi yang baik, kinerja penyuluh perlu ditingkatkan dalam memberikan arahan atau dorongan sebagai kewajiban terhadap peternak.
44
Peternak harus mampu mandiri mencari informasi yang sangat dibutuhkan tentang teknologi biogas. Kenyamanan
penggunaan
teknologi
biogas
dapat
meningkatkan
kenyamanan di lingkungan sekitar peternak. Hal ini dapat dilihat kepada peternak yang mengadopsi teknologi biogas akan melakukan pemeliharaan ternak sapi potong secara intensif, sehingga merasakan lingkungan terlihat indah tanpa ada kotoran ternak yang tersebar. Kecocokan teknologi biogas sesuai dengan karakteristik peternak. Meskipun teknologi biogas digunakan di Desa Bumiayu secara kelompok peternak belum sepenuhnya tertarik untuk menggunakan tenologi biogas karena masih merasa jijik.
Hal ini berarti peternak merasa kurang nyaman dalam
penggunaan teknologi biogas dilihat dari motivasi peternak dalam menerima suatu adopsi teknologi biogas. Teknologi biogas belum dapat memenuhi keinginan peternak dalam penggunaan energi biogas untuk mengurangi pemakaian minyak tanah dan kayu. Sesuai pendapat Asngari (2001), bahwa peternak yang memiliki motivasi intrinsiknya tinggi akan lebih aktif dibandingkan bagi yang baru tumbuh motivasi ekstrinsiknya, maka perlu dipacu oleh penyuluh agar memiliki motivasi intrinsik yang tinggi, sehingga nantinya dia lebih dinamis membantu diri sendiri. Adopsi Teknologi Biogas Hasil penelitian yang diperoleh tentang lama waktu mengadopsi teknologi biogas oleh peternak sapi potong di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman dapat dilihat pada tabel 12.
45
Tabel 12. Adopsi Teknologi Biogas di Desa Kabupaten Polman No Uraian Frekuensi Skor 1 Tinggi 6 3 2 Sedang 5 2 3 Rendah 21 1 Total 32 0 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016
Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Persentase (%) 18,75 15,62 65,62 100
Bobot 18 10 21 49
Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa sebagian besar adopsi teknologi biogas peternak sapi potong rendah dengan jumlah frekuensi 21 orang dengan persentase 65,62% orang yang menjawab setuju dan menilai tinggi terhadap adopsi teknologi biogas pada umumnya sebanyak 6 orang dengan persentase 18,75% yang menjawab kurang setuju sedangkan yang menilai sedang pada adopsi teknologi biogas hanya 5 orang dengan persentase 15,62% menjawab tidak setuju. Sehinggga total nilai bobot untuk pengetahuan terhadap peternak sebesar 49 secara kontinu dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Lama Peternak Mengadopsi Teknologi Biogas di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman 6
29
Rendah
50 49 Sedang
72
Tinggi
Keterangan : T = Tinggi (51-72 Bulan) S = Sedang (29-50 Bulan) R = Rendah (6-28 Bulan) Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa total skor adopsi teknologi biogas sebesar 49, berada pada kategori sedang berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan peternak hanya membutuhkan waktu (29-50 Bulan), berarti peternak sapi potong mengetahui manfaat teknologi biogas tetapi tidak
46
dapat memperbaiki kerusakan pada instalansi biogas, sehingga peternak kurang bertahan lama mengadopsi teknologi biogas. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan teknologi biogas di Desa Bumiayu sangat kompleks. Berdasarkan wawancara terhadap responden, yaitu perawatan, inisiatif, biaya, bahan baku, dan pemasaran. Pertama perawatan yaitu pembersihan alat biogas dilakukan setiap hari agar pipa saluran pada tabung tidak tersumbat oleh kotoran. Jika terjadi kerusakan reaktor biogas akibat kebocoran atau kesalahan konstruksi, alat biogas tidak dapat digunakan karena penanganan masih manual, dan biaya konstruksi yang cukup mahal. Perawatan teknologi biogas belum terlalu dimengerti oleh peternak yang pernah mengadopsi. Hal ini disebabkan kurangnya teknik peternak dalam membersihkan reaktor biogas. Kedua inisiatif yaitu rendahnya inisiatif peternak meminta bantuan penyuluh untuk memperbaiki instalasi biogas. Jarak antara penyuluh dengan lokasi teknologi biogas masih terlalu jauh, sehingga membutuhkan waktu untuk sampai kelokasi teknologi biogas. Ketiga biaya yaitu dana yang dibutuhkan dalam pembuatan digester alat biogas. Peternak tidak menggunakan biaya sendiri melainkan bantuan dari pemerintah karena biaya yang digunakan dalam pembuatan alat biogas sangat mahal. Sehingga membutuhkan biaya yang sering memberatkan peternak itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari segi kepemilikian peternak akan teknologi biogas.
47
Keempat bahan baku yaitu berupa kotoran ternak sapi yang digunakan sebagai penghasil gas. Peternak yang pernah mengadopsi sudah menjual atau menyerahkan ternaknya kepada peternak lain untuk dipelihara, sehingga bahan baku untuk teknologi biogas sudah tidak terdapat lagi disekitar teknologi. Kelima pemasaran yaitu hasil limbah dari biogas belum dapat dipasarkan karena belum adanya pengembangan dalam memasarkan hasil limbah dari biogas. Hal ini menyebabkan banyaknya limbah biogas yang terproduksi terbuang percuma dan belum sempat dimanfaatkan. Utamanya produksi pupuk cair dan kompos yang tidak dimanfaatkan karena aktifitas peternak tidak ada. Hal ini sesuai pendapat Mwirigi, (2009), bahwa keberhasilan proses adopsi teknologi biogas sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi peternak. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Kurva yang menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris. Hasil uji normal yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 6.
48
Gambar 6. Grafik P-Plot Gambar grafik diatas menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan normal. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar memiliki distribusi titik data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik data searah dengan garis diagonal. Hal ini sesuai Santoso (2000), bahwa normalitas terpenuhi apabila titiktitik data terkumpul disekitar garis lurus. Uji Multikolinearitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel independen yang digunakan sama sekali tidak berhubungan satu dengan yang lain, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Dalam penelitian ini pengujian multikolinearitas dilakukan dengan metode enter yaitu dengan melihat pada tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai VIF sekitar angka 1 sampai dengan 10 dan mempunyai angka tolerance value mendekati 1 atau diatas 0,1. Hasil uji multikolinearitas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 13. di bawah ini :
49
Tabel 13. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Pengetahuan 1,000 1,000 Motivasi 1,000 1,000 Sumber : Data Primer yang telah Diolah, 2016.
Keterangan Bebas multikolinieritas Bebas multikolinieritas
Tabel 13. menunjukkan bahwa untuk variabel independen, angka VIF ada sekitar 1 sampai 10. Demikian juga hasil tolerance mendekati 1 atau diatas 0,1, maka
dapat
dinyatakan bahwa
model
regresi
tidak terdapat
masalah
multikolinearitas. Hal ini sesuai pendapat Santoso (2000), bahwa model regresi tidak terdapat masalah multikolinieritas jika nilai VIF berada di angka 1-10 dan nilai tolerance mendekati angka 1. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot yaitu:
Gambar 7. Grafik Scatterplot 50
Dari gambar 7, grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik yang dihasilkan menyebar dan tidak menggambarkan pola yang jelas sehingga semua variabel bebas dari pengujian asumsi klasik heteroskedastisitas. Model regresi linear berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan. Hal ini sesuai pendapat Santoso (2000), bahwa model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil uji autokorelasi asumsi klasik, maka dapat dilihat pada Tabel 14: Tabel 14. Uji Autokorelasi Model Summary
b
Change Statistics R Adjusted Std. Error of Square R Square the Estimate
Model
R
1
.778
a
.605
.578
R Square Change
.52132
F Change df1 df2
.605 22.238
2
29
Sig. F Change
DurbinWatson
.000
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Pengetahuan b. Dependent Variable: Adopsi
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016. Output uji autokorelasi dari data penelitian pada Adopsi Teknologi Biogas dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai DW adalah sebesar 1,975 maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak terjadi autokorelasi (normal). Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2000: 53), bahwa di antara –2 hingga +2, maka distribusi data adalah normal.
51
1.975
Pengaruh Pegetahuan dan Motivasi terhadap Adopsi Teknologi Biogas Peternak Sapi Potong di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini terdiri dari variabel independen pengetahuan (X1), dan motivasi (X2). Variabel dependen yaitu adopsi teknologi biogas (Y) dapat dilihat pada Tabel 15. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan motivasi terhadap adopsi teknologi di Desa Bumiayu KecamatanWonomulyo Kabupaten Polman dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Koefisien Variabel Koefisien T Korelasi r2 Sig. Keterangan Hitung Penelitian Regresi (r) Pengetahuan (X1) 0,956 0,704 0,495 5,336 0,000 Signifikan Motivasi (X2) 0,782 0,586 0,343 3,889 0,001 Signifikan F Hitung = 22,238 R = 0,778 R2 = 0,605 F Tabel = 3,330 constanta = -2,288 T Tabel = 2,045 Signifikan pada α = 0,05 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Berdasarkan hasil pada Tabel 15 maka dapat dirumuskan suatu persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = -2,288 + 0,956X1 + 0,782X2 + 0,588 Pada
Tabel
15 menunjukkan bahwa
variabel independen yaitu
pengetahuan (X1), dan motivasi (X2) memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 artinya pengetahuan dan motivasi memiliki pengaruh terhadap adopsi teknologi biogas, berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian hipotesis pengaruh secara parsial dapat dilihat pada hasil uji T yang diperoleh dari variabel pengetahuan dan motivasi memiliki nilai T Tabel
Hitung
>T
menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap
adopsi teknologi biogas artinya H0 ditolak dan Ha diterima.
52
Pengujian hipotesis pengaruh secara simultan dapat dilihat pada nilai signifikansi F
Hitung
pada Tabel 15 dengan nilai lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05 sehingga dapat diartikan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hasil uji F yang diperoleh memiliki nilai F Hitung > F Tabel menunjukkan pengaruh signifikan secara bersama-sama dengan nilai signifikansi 22,238 > 3,330. Variabel pengetahuan dan motivasi memiliki pengaruh terhadap adopsi teknologi biogas, berarti H 0 ditolak dan Ha diterima. Persamaan regresi pada Tabel 15 diperoleh nilai konstanta yaitu -2,288, karena jarak rentang nilai variabel x dengan variabel y tidak ada pengaruhnya jika (-). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan motivasi tidak konstan, maka adopsi teknologi biogas akan turun sebesar 228,8%. Keeratan hubungan antara pengetahuan dan motivasi terhadap adopsi teknologi biogas dapat dilihat pada koefisien korelasi (R) dengan nilai 0,778 artinya keeratan korelasinya sangat kuat. Hal ini sesuai pendapat Sujianto (2009), bahwa sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi, jika nilai korelasi 0,710,90 berarti korelasi keeratannya sangat kuat. Besarnya pengaruh variabel pengetahuan dan motivasi terhadap adopsi teknologi biogas terlihat pada nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,605 atau 60,5% artinya terdapat variabel lain yang mempengaruhi diluar model sebesar 39,5%.
53
Pengujian Secara Parsial Pengaruh Pengetahuan (X1) Terhadap Adopsi Teknologi Biogas (Y) Nilai koefisien korelasi (r) variabel pengetahuan (X 1) sebesar 0,956 menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki keeratan hubungan yang kuat dan positif terhadap variabel adopsi teknologi
biogas (Y). nilai koefisien
determinannya (r2) yaitu sebesar 0,495 yang berarti bahwa secara parsial konstribusi variabel pengetahuan (X1) sebesar 49,5% terhadap adopsi teknologi biogas. Pada Tabel 15, diperoleh bahwa pada hasil penelitian ini pengetahuan (X1) berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas (Y). hal ini dibuktikan dari nilai signifikansi (p<0,05). Jadi dapat dikatakan bahwa pengaruh pengetahuan merupakan faktor penentu adopsi teknologi biogas. Hal ini di sebabkan karena pengetahuan peternak masih kurang akan adopsi teknologi biogas. Dalam hal ini bahwa semakin tinggi pengetahuan peternak maka semakin lama suatu adopsi teknologi biogas. Berdasarkan temuan penelitian diatas maka untuk adopsi teknologi biogas sebaiknya pengetahuan umum peternak dan pengetahuan menyangkut teknis perlu ditingkatkan sehingga pengetahuan peternak merata. Hal ini dapat dilihat bahwa peternak memiliki keterampilan yang baik, sehingga lebih mampu memahami dalam mengaplikasikan teknologi biogas. Hal ini sesuai pendapat Rahayu, dkk (2013) pengetahuan peternak berdampak positif pada pengembangan teknologi biogas sebagai bagian dari proses pengolahan limbah peternakan itu sendiri. Pengaruh Motivasi (X2) Terhadap Adopsi Teknologi Biogas (Y)
54
Nilai koefisien korelasi (r) variabel motivasi (X2) sebesar 0,782 menunjukkan bahwa motivasi memiliki keeratan hubungan yang lemah dan positif terhadap variabel
adopsi
teknologi
biogas
(Y).
Nilai
korelasi
determinannya (r2) yaitu sebesar 0,343 yang berarti bahwa secara parsial konstribusi variabel motivasi (X2) sebesar 34,3% terhadap minat peternak dalam adopsi teknologi biogas. Tabel 15, diperoleh bahwa pada motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas (Y). Hal ini dibuktikan dari nilai signifikansi (p<0,05). Maka dapat diartikan bahwa pengaruh motivasi berpengaruh nyata terhadap keberlanjutan adopsi teknologi biogas. Dalam hal ini bahwa semakin tinggi motivasi peternak maka semakin lama suatu adopsi teknologi biogas. Berdasarkan Tabel 15, maka adopsi teknologi berdsarkan variabel motivasi masuk dalam kategori sedang, sehingga motivasi peternak masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi peternak adalah dengan meningkatkan intenitas penyuluh. Selain itu peran peternak dalam mencari informasi mengnai teknologi biogas juga penting untuk dilakukan. Hal ini sejalan dengan Tondok, et al (2011), yang menemukan bahwa motivasi berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi, semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi.
55
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai adopsi teknologi biogas yang telah diteliti yaitu : 1. Rata – rata peternak sapi potong di Desa Bumiayu Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman sudah memakai teknologi biogas, cara pembuatan dan manfaat dari biogas. Hal ini dapat dilihat dari bobot nilai yang berada pada interval dengan kategori sedang. 2. Pengetahuan dan Motivasi berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi biogas di Desa Bumiayu. Nilai koefisien determinannya (r2) variabel penelitian (x1) sebesar 0,49 yang berarti secara parsial kontribusi sebesar 49,5% dan (x2) 0,343 secara parsial sebesar 34,3%. Saran Peran penyuluh di Desa Bumiayu sebaiknya lebih diperhatikan untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi mengenai teknologi biogas bagi para peternak.
56
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PETERNAK SAPI POTONG DI DESA BUMIAYU KECAMATAN WONOMULYO KABUPATEN POLMAN A. Identitas Responden No responden Tanggal pengambilan data Nama Umur Pekerjaan Jenis kelamin Pengalaman beternak Jumlah anggota keluarga Pendidikan
: : : : : : : : :
Perempuan
Laki
1. Pengisian Variabel Independen (X) No Pertanyaan
S
KS
TS
A. Pengetahuan 1
Teknologi biogas sangat menguntungkan sebagai bahan bakar dan penerangan.
2
Sluge keluaran dari digester biogas dijadikan sebagai pupuk organik baik padat maupun cair
3
Proses fermentasi biogas membutuhkan waktu 1-14 hari tergantung dari kapasitas degester menampung feses
4
Pelatihan yang diberikan penyuluh memudahkan anda dalam mengoperasikan teknologi biogas
5
Pengontrolan dan perawatan dilakukan 1-3 hari dalam sekali
6
Adanya demonstrasi yang diberikan penyuluh membuat anda lebih mudah dalam melakukan pembersihan dan perbaikan instalasi biogas.
teknologi
biogas
B. Motivasi
57
7
Informasi teknologi biogas anda peroleh dari televisi, radio, koran, internet, penyuluh dan tokoh masyarakat atau dari sumber lainnya.
8
Saya mengikuti kegiatan penyuluhan 1-3 kali dalam 1 bulan.
9
Setiap kegiatan penyuluhan teknologi biogas saya ikut serta menghadiri pertemuan.
10
Saya menggunakan kebutuhan energi
11
Dengan menggunakan teknologi biogas, anda dapat meminimalisir jumlah feses yang menumpuk dalam menurunkan emisi rumah kaca
12
Teknologi biogas dapat mengurangi pengeluaran anda sebagai pengganti bahan bakar.
13
Sluge yang dijadikan pupuk kompos dan cair dapat dijual sebagai hasil nilai tambahan peternak
14
Penggunaan teknologi biogas dapat mewujudkan lingkungan yang bersih
15
Teknologi biogas memberikan kenyamanan dan kesehatan
16
Teknologi biogas cocok dan sesuai dengan kebutuhan saya
17
Teknologi biogas sesuai dengan keinginan saya karena mengurangi pemakaian kayu dan minyak tanah
18
Penyuluh telah melakukan sosialisasi teknologi biogas di kawasan anda tinggal
19
Informasi yang diberikan penyuluh tentang teknologi biogas dapat dimengerti/dipahami
20
Bantuan yang diberikan pemerintah berupa instalansi biogas
21
Pemerintah memberikan bantuan kredit pembuatan instalansi biogas
teknologi
biogas
sebagai
tentang
58
2. Pengisian Variabel Dependen (Y) A. Adopsi Teknologi Biogas No Pertanyaan 1 Saya sudah lama menggunakan teknologi biogas 2. Berapa lama Anda menggunakan teknologi biogas?
S
KS
TS
Tahun :………… Bulan :………… Hari :………… S KS TS
= Sangat tahu manfaat teknologi biogas dan dapat memperbaiki kerusakan pada instalansi biogas = Tahu manfaat teknologi biogas tetapi tidak dapat memperbaiki kerusakan pada instalansi biogas = Tahu manfaat tetapi tidak menerapkan teknologi biogas
59
Lampiran 2. Identitas Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Responden Ngatimen Suprapto Pujiono Dugi Aria Pratama Jumadi Sanusi Wahyu Mustakim Tasman Suparji Legio Koeri Trisno Subagio Herman Suparjo Sabarianto Suwardi Muyani Maryono Suyetno Yani Sutarji Samidi Wasio Nanang Efendi Giman Bambang Basri Supri Wakijo
44 39 38
Jenis Kelamin L L L
40 37 38 37 42 37 49 37 37 42 47 37 43 42 47 39 42 40 41 49 49 53 40 38 52 45 42 38 53
Umur
Pekerjaan Pendidikan Petani Petani Petani
STM STM SMA
L
Petani
SMA
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani
SMP SMA SMA SMP SMA SD STM SMA SMP SMP SMP SD SD STM SMA SMP SMP SD SMP SD SD SMA SMA SMP SMP SD SMA SMP
60
Lampiran 3. Pengetahuan Peternak Terhadap Teknologi Biogas No
Nama Responden
Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Ngatimen Suprapto Pujiono Dugi Aria Pratama Jumadi Sanusi Wahyu Mustakim Tasman Suparji Legio Koeri Trisno Subagio Herman Suparjo Sabarianto Suwardi Muyani Maryono Suyetno Yani Sutarji Samidi Wasio Nanang Efendi Giman Bambang Basri Supri Wakijo
3
Sedang Rendah 2 2
3 2 3 3 2 3 3 2 3 1 3 2 2 2 3
3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
61
Lampiran 4. Motivasi Peternak Terhadap Teknologi Biogas
No
Nama Responden
Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Ngatimen Suprapto Pujiono Dugi Aria Pratama Jumadi Sanusi Wahyu Mustakim Tasman Suparji Legio Koeri Trisno Subagio Herman Suparjo Sabarianto Suwardi Muyani Maryono Suyetno Yani Sutarji Samidi Wasio Nanang Efendi Giman Bambang Basri Supri Wakijo
3
Sedang Rendah 2
3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
62
Lampiran 5. Lama Adopsi Teknologi Biogas
No
Nama Responden
Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Ngatimen Suprapto Pujiono Dugi Aria Pratama Jumadi Sanusi Wahyu Mustakim Tasman Suparji Legio Koeri Trisno Subagio Herman Suparjo Sabarianto Suwardi Muyani Maryono Suyetno Yani Sutarji Samidi Wasio Nanang Efendi Giman Bambang Basri Supri Wakijo
3
Sedang Rendah 1
3 2 2 3 2 2 3 3 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
63
Lampiran 6. Output Regresi
64
Descriptive Statistics Mean Adopsi Pengetahuan Motivasi
Std. Deviation
1.5312 2.2812 2.0938
N
.80259 .52267 .46555
32 32 32
Correlations Adopsi Pearson Correlation
Adopsi
Sig. (1-tailed)
1.000
.632
.467
.632
1.000
.021
Motivasi
.467
.021
1.000
.
.000
.004
Pengetahuan
.000
.
.455
Motivasi
.004
.455
.
Adopsi
32
32
32
Pengetahuan
32
32
32
32
32
32
Motivasi Variables Entered/Removed
1
Motivasi
Pengetahuan Adopsi
N
Variables Entered
Model
Pengetahuan
Variables Removed
Motivasi, a Pengetahuan
b
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Adopsi Model Summary
b
Change Statistics Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
.605
.578
a
.778
Std. Error of the Estimate
R Square F Change Change df1 df2
.52132
.605 22.238
2
Sig. F Change
29
DurbinWatson
.000
1.975
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Pengetahuan b. Dependent Variable: Adopsi b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
12.087
2
6.044
7.881
29
.272
19.969
31
F
Sig.
22.238
.000
a
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Pengetahuan b. Dependent Variable: Adopsi Coefficients Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
a
Standardized Coefficients Beta
Correlations t
Sig.
Zeroorder
Partial
Collinearity Statistics Part Tolerance
65
VIF
1
(Constant)
-2.288
.588
Pengetahu an
.956
.179
Motivasi
.782
.201
-3.890
.001
.623
5.336
.000
.632
.704
.622
1.000
1.000
.454
3.889
.001
.467
.586
.454
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Adopsi Collinearity Diagnostics
a
Variance Proportions
Model
Dimensi on
1
1
2.938
1.000
.00
.01
.01
2
.046
7.983
.00
.54
.48
3
.016
13.414
1.00
.45
.51
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
Pengetahuan
Motivasi
a. Dependent Variable: Adopsi Residuals Statistics Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
.2330 -2.079
2.9275 2.236
1.5312 .000
.62443 1.000
32 32
.107
.273
.149
.059
32
.0092 -.92747 -1.779 -2.003 -1.17549 -2.120 .326 .000 .011
3.1755 1.02857 1.973 2.158 1.23077 2.315 7.548 .358 .243
1.5342 .00000 .000 -.002 -.00291 .010 1.937 .061 .063
.66029 .50422 .967 1.044 .58951 1.087 2.398 .108 .077
32 32 32 32 32 32 32 32 32
a. Dependent Variable: Adopsi
66
JADWAL PENELITIAN Bulan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kegiatan
Januari M. 1
M. 2
M. 3
Februari M. 4
M. 1
M. 2
M. 3
Maret
April
Mei
M.4 M.1 M.2 M.3 M.4 M.1 M.2 M.3 M.4 M.1 M.2
Mengumpulkan jurnal referensi Penyusunan proposal Seminar proposal Perbaikan proposal Perizinan Pengumpulan data Analisis data Penyusunan laporan akhir Konsultasi Seminar akhir
67
RIWAYAT HIDUP Annisa Nur Kartiwi, lahir di Madiun pada tanggal 09 Desember 1993, sebagai anak kedua dari pasangan bapak Karjono dan ibu Asti. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 017 Sidorejo, lulus tahun 2006. Kemudian setelah lulus, melanjutkan di SMP Negeri 1 Wonomulyo, lulus tahun 2009 dan SMA Negeri 1 Wonomuly lulus pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan Tingkat SMA, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar.
68