PENGARUH PENGAWASAN CAMAT TERHADAP EFEKTIVITAS PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN BANJAR KOTA BANJAR ARTIKEL JURNAL
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana
oleh : ADE SUSAN
NPM.3506120145
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BINA PUTERA BANJAR BANJAR 2016
1
ABSTRACT
The Influence “camat” control to the Effectivies of raskin distribution. (beras untuk rumah tangga miskin)” at banjar district Banjar City. Arrange by Susan Ade NPM: 3506120145. First advisior :errie Hendriety, .S.Sos., M.Si and second Rohani, S.IP., M.AP. The pupose of the research is to know the influence of camat control to the efectivities of raskin distribution “(beras untuk rumah tangga miskin)”, at Banjar district Banjar City. The method that used is explanation research. Description of variablex is variable camat control in rice distribution of variable yefectivities raskin distribution “(beras untuk rumah tangga miskin)” at Banjar district Banjar City. Technique of collecting data that are used is which is used observation and quisioner. Based on the research result : The influence of camat to the efectivities of raskin distribution at Banjar district, Banjar City is 36.99% and 63.01% is other influence that not researched. The result of statistic analysis wich used is correlation coefficient product moment (r). the score of (r) is 0.608 , in the strong level indicator influence of “camat” control to the efectivitiesraskin distribution of Banjar district, Banjar city is on strong/be accepted level.
Keywords: Supervision, Effectivities, Service.
2
ABSTRAK
Pengaruh Pengawasan Camat Terhadap Efektivitas Penyaluran Beras Untuk Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar. Disusun oleh Ade Susan NPM :3506120145. Dibimbing oleh pembimbing utamaya itu Ibu Errie Hendriety,.S.Sos.,M.Si dan pembimbing pendamping atau pembimbing dua oleh Ibu Rohani,S.IP.,M.AP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pengawasan Camat Terhadap penyaluran beras untuk rumah tanga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif yaitu merupakan metode survey untuk mengukur, keobyektifan, Kerasionalan, dan Sistematis melalui penggunaan statistic dan skala pengukuran. Jenis penelitian ini adalah penelitian tingkat eksplanasi yang bermaksud untuk menjelaskan kedudukan variable-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variable dengan variabel yang lain. Dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi lapangan dengan cara Observasi dan penyebaran angket (Kuesioner). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa : Pengaruh Pengawasan Camat Terhadap Efektivitas Penyaluran Beras Untuk Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar adalah sebesar 36,99%, sedangkan sebanyak 63,01% adalah pengaruh lain yang tidak diteliti seperti kedisiplinan, Kemampuan dan Sikap Kerja. Hasil analisis statistik yang menggunakan koefisien korelasi “product moment”(r) dapat diketahui bahwa besarnya nilai r adalah 0,608 pada kategori kuat yang menunjukan Pengaruh Pengawasan Camat Terhadap Efektivitas Penyaluran Beras Untuk Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar termasuk kategori kuat/di terima.
Kata Kunci : Pengawasan, Camat, Efektivitas, Pelayanan.
3
I.
PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif yang menyebabkan seseorang atau
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural atau alami, kultural atau struktural. Kemiskinan alami adalah kemiskinan yang disebabkan keterbatasan kualitas sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang lebih banyak disebabkan sikap individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, perilaku atau budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan. Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan ini diantaranya melalui program beras untuk rumah tangga miskin (Raskin). Program beras untuk rumah tangga miskin telah dilakukan di seluruh Indonesia. Tujuan program beras untuk rumah tangga miskin adalah mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Sebagai program yang dilaksanakan secara nasional, penyalurann beras untuk rumah tangga miskin kepada masyarakat miskin juga dilaksanakan di Kota Banjar. Sasaran penerima beras untuk rumah tangga miskin di Kota Banjar berdasarkan data yang dirilis BPS bulan Desember 2014, sebanyak 26.184 orang (8.606 rumah tangga miskin) yaitu Kecamatan Banjar 2.916 orang (33,88%), Kecamatan Purwaharja 974 orang (11,32%), Kecamatan Pataruman 2.862 orang (33,26%) dan Kecamatan Langensari 1.854 orang (21,54%). Pelaksanaan penyaluran beras untuk rumah tangga miskin di Kota Banjar mengalami masalah-masalah umum dalam pelaksanaannya. Secara khusus pada Kecamatan Banjar sebagai kecamatan yang paling banyak penduduk miskinnya, salah satu masalah yang ditemui adalah ditemukannya beras miskin (raskin) berkutu (Harian Rakyat, 5 Agustus 2015). Selain itu penyaluran beras untuk rumah tangga miskin yang sering tersendat-sendat dan tidak semua keluarga miskin mendapatkan beras untuk rumah tangga miskin sebagaimana data yang diperoleh dari Kecamatan Banjar sebagai berikut: TABEL 1 JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN KECAMATAN BANJAR TAHUN 2015 No.
Desa / Kelurahan
Rumah Tangga Miskin Jumlah %
Yang Menerima Raskin Jumlah %
1.
Desa Balokang
517
17,73
378
73,11
2.
Kelurahan Banjar
365
12,52
278
76,16
4
3.
Desa Cibeureum
598
20,51
370
61,87
4.
Kelurahan Mekarsari
408
13,99
340
83,33
5.
Desa Neglasari
541
18,55
412
76,16
6.
Kelurahan Situbatu
487
16,70
360
73,92
Jumlah
2.916
100
2138
73.32
Sumber: Kecamatan Banjar, 2015
Berdasarkan data tersebut, persentase jumlah keluarga miskin yang mendapat bantuan beras untuk rumah tangga miskin baru mencapai 73,32%. Untuk keefektifan Program Raskin Tahun 2015, dibentuk Tim Koordinasi bantuan beras untuk rumah tangga miskin Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan sebagai pelaksana Program bantuan beras untuk rumah tangga miskin. Penanggungjawab pelaksanaan Program bantuan beras untuk rumah tangga miskin di Pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; di Provinsi adalah Gubernur, di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan di Kecamatan adalah Camat. Berdasarkan hasil pengamatan, kebijakan beras untuk rumah tangga miskin belum berjalan sesuai dengan sasaran program. Pada kenyataannya implementasi kebijakan beras untuk rumah tangga miskin tidak selalu berpedoman penuh pada prosedur kebijakan karena tergantung pada kondisi dan situasi masyarakat setempat. Banyak pelaksanaan yang tidak sama dengan tujuan yang ada pada pedoman umum beras untuk rumah tangga miskin. Penyimpangan yang kerap terjadi yaitu penyaluran bantuan beras miskin tidak tepat sasaran dimana banyak keluarga miskin yang tidak mendapat bagian. Penyimpangan yang kerap terjadi di Kecamatan Banjar Kota Banjar dalam pelaksanaan program beras untuk rumah tangga miskin ini adalah: 1. Jumlah penduduk yang mendapat bantuan beras untuk rumah tangga miskin baru 2.138 rumah tangga miskin (73,32%) seharusnya 2.916 rumah tangga miskin. Artinya masih ada 768 rumah tangga miskin (26,68%) yang tidak mendapat beras untuk rumah tangga miskin. 2. Permasalahan lainnya ialah pendistribusian beras miskin kepada masyarakat yang kadang terlambat. Pendistribusian ini dilakukan dengan cara menelpon kepada penerima beras miskin satu persatu, dikarenakan tidak adanya jadwal yang pasti mengenai datangnya beras miskin ini dari BULOG. 3. Ditemukannya beras miskin (raskin) berkutu (Harian Rakyat, 5 Agustus 2015). Untuk membantu pemecahan masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan Camat Terhadap Efektivitas Penyaluran Beras Untuk Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar”.
5
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengawasan camat dalam penyaluran beras untuk rumah tangga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar? 2. Bagaimana efektivitas penyaluran beras untuk rumah tangga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar? 3. Bagaimana pengaruh pengawasan camat terhadap efektivitas penyaluran beras untuk rumah tangga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar?
II.
TINJAUAN TEORITIS
1.
Pengertian Pengawasan Silalahi (2002: 175) mengutip pendapat Koonzt dan O’Donnel dalam bukunya
“Manajemen” mengatakan bahwa:“Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan kegiatankegiatan bawahan untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan”. Sementara itu Handayadiningrat (1996: 143) dalam bukunya “Pengantar Manajemen” “Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut secara konseptual dan filosofis, pentingnya pengawasan berangkat dari kenyataan bahwa manusia penyelenggara kegiatan operasional merupakan makhluk yang tidak sempurna dan secara inheren memiliki keterbatasan, baik dalam interpretasi makna suatu rencana, kemampuan, pengetahuan maupun keterampilan.Artinya, dengan itikad yang paling baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi dan pengarahan kemampuan mental dan fisik sekalipun, para penyelenggara kegiatan operasional mungkin saja berbuat khilaf dan bahkan mungkin kesalahan.Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua anggota organisasi yang selalu menampilkan perilaku demikian.Sengaja atau tidak, perilaku negatif ada kalanya muncul dan berpengaruh pada kinerja seseorang yang faktor-faktor penyebabnya pun beraneka ragam.Menghadapi kemungkinan demikianlah pengawasan mutlak perlu dilakukan.Jadi pengawasan penting untuk dilaksanakan, mengingat pengawasan tersebutdapat mempengaruhi hidup/matinya suatu organisasi atau birokrasi dan untukmelihat apakah pelaksanaan pekerjaan telah sesuai dengan rencana, perintah,tujuan, dan kebijaksanaan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat yang dikatakan oleh Situmorang, et all (2005: 21) bahwa:“Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka mengetahui sejauhmana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai”. 6
Menurut Handayaningrat (1996: 144) dikemukakan bahwa ada beberapa macam pengawasan yang dapat dilakukan oleh organisasi, yakni: 1. Pengawasan dari dalam 2. Pengawasan dari luar 3. Pengawasan Preventif 4. Pengawasan Represif Dilihat dari teorinya pengawasan menurut Terry & Leslie terjemahanTicoalu, (2003: 232) adalah “mengevaluasikan pelaksanaan kerja dan, jika perlu, memperbaiki apa yang sedang dikerjakan untuk menjamin tercapainya hasil-hasil menurut rencana”. “Pengawasan ini juga berupa pengawasan yang dilakukan dalam bentuk pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa yang sudah dikerjakan adalah sesuai dengan teraturan juga dimaksudkan untuk membuat seorang manajer waspada terhadap suatu persoalan potensial sebelum persoalan itu menjadi serius”. Handoko (2005:359) mengemukakan bahwa “pengawasan (supervisor) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Mockler terjemahan (Hari 2005:359) definisi pengawasan adalah: Suatu usaha sistematik untuk menerapakan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Ukas (2003:33), mengemukakan yaitu: “Suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memacu, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan kinerja sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi”. Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan pekerja merupakan suatu proses pemantauan dari apa yang hendak dicapai dari pekerjaan yang sedang dilakukan atau sudah berjalan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang sudah atau sedang dilakukan tersebut telah sesuai dengan standar, dalam arti sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 2.
Syarat-Syarat Pengawasan Yang Efektif Di dalam menciptakan kondisi pengawasan pekerja yang betul-betul efektif berjalan
sesuai dengan fungsinya, maka diperlukan syarat-syaat pengawasan itu merupakan sesuatu hal bagi seorang pimpinan organisasi untuk mendapatkan sistem pengawasan yang memadai dan efektif dalam membantu kelancaran perencanaan pekerja, agar sesuai dengan tujuan yang telah 7
diterapkan sebelumnya. Menurut Handayaningrat (1996: 151) mengemukakan syarat-syarat pengawasan yang efektif, yang mana: 1. Pengawasan harus dihubungkan dengan rencana dan kedudukan seseorang. Semua sistem dan teknik pengawasan pekerja harus menggambarkan atau menyesuaikan rencana sebagai pedoman. Maksud dari pada pengawasan ini adalah untuk meyakinkan bahwa apa yang diselesaikan itu sesuai dengan rencana. Di samping itu pengawasan harus dikaitkan dengan kedudukan atau jabatan seseorang yang menjadi tanggung jawabnya.Pengawasan ini harus dibedakan sesuai dengan kedudukan orangnya, pengawasan harus sesuai dengan pola organisasi, susunan orang, yang merupakan asas untuk menjelaskan peranan seseorang di dalam oganisasi, dimana mereka bertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana dan mungkin adanya penyimpangan-penyimpangan yang terdapat padanya. 2. Pengawasan harus dikaitkan dengan individu pimpinan dan pribadi Sistem pengawasan dan informasi dimaksudkan untuk membantu individu manajer dalam melaksanakan fungsi pengawasannya.Disamping itu sangat penting ialah pengawasan harus dikaitkan dengan individu untuk memperoleh informasinya. Informasi ini diperoleh dengan cara yang macam-macam, sesuai dengan pribadi orangnya, apakah sebagai bendahara, sebagai kepala gudang, kepala proyek dan sebagainya. 3. Pengawasan harus dapat menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada hal-hal yang penting Salah satu usaha yang sangat penting untuk mengkaitkan pengawasan bagi keperluan efisiensi dan efektivitas adalah untuk meyakinkan bahwa mereka bermaksud untuk menunjukkan penyimpangan dari pada pelaksanaan rencana, yang berdasarkan atas prinsip-prinsip pengawasan. Tapi hal ini tidak cukup hanya menunjukkan pada penyimpangan saja sebab kadang-kadang perbedaan antara hasil pelaksanaan dengan standar agak kurang berarti, dibadingkan dengan faktor-faktor lain yang mempunyai arti yang besar oleh karena itu penyimpangan tersebut harus diteliti di dalam praktek, berdasarkan atas prinsip-prinsip pengawasan terhadap hal-hal yang penting atau kritis 4. Pengawasan harus objektif Manajemen sebenarnya terdiri dari unsur-unsur subjektif.Akan tetapi seorang pegawai yang melakukan pekerjaan dengan baik, tidak berarti ditentukan oleh hal-hal yang bersifat subjektif, tetapi bersifat objektif adalah pengawasan yang berdasarkan atas ukuran-ukuran atau standar yang objektif yang telah ditentukan sebelumnya. Standar objektif dapat bersifat kuantitatif (dapat dihitung) dan dapat bersifat kualitatif (sukar dihitung), yang bersifat kuantitatif misalnya: biaya satuan, ukuran dan volume pekerjaan, lamanya penyelesaian kerja dan sebagainya. Adapun yang bersifat kuantitatif misalnya: progam pendidikan, dan latihan, program penelitian dan pengembangan administrasi Negara, progam peningkatan mutu pengawasan dan sebagainya. 5. Pengawasan harus luwes Apabila pengawasan selalu ingin dapat efektif, disamping menghindarkan kegagalankegagalan dalam melaksanakan rencana, maka rencana itu sendiri perlu fleksibel, agar dimungkinkan adanya perubahan rencana terhadap hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.Fleksibelitas dalam pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai kemungkinan situasi.Di dalam praktek pengawasan yang fleksibel hanya dapat diterapkan pada pelaksanaan rencana yang besifat fleksibel pula. 6. Pengawasan harus hemat Pengawasan harus dinilai dengan biaya pengawasan relatif hemat.Bila manfaatnya sesuai dengan kepentingan kegiatan, besarnya kegiatan dan pengeluaran biaya pengawasan dibandingkan dengan besarnya resiko bila dikaitkan dengan besarnya hasil 8
pekerjaan, besarnya usaha organisasi dibandingkan dengan biaya pengawasan yang relatif kecil. Hal itu apat disimpulkan bahwa teknik pengawasan dan pendekatan akan dapat efisien dan hal yang dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diduga sebelumnya. 7. Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan Sistem pengawasan tidak mempunyai arti apabila tidak akan membawa tindakan perbaikan sistem pengawasan yang relatif adalah apabila ditemukan terjadinya kegagalan-kegagalan. Maka kepada siapa Ia harus bertanggung jawab dan siapa yang dapat menjamin tindakkan perbaikan Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pengawasan ditujukan kepada seluruh kegiatan yang sedang berlangsung, sering tidak mudah melakukan pengukuran hasil kerja para anggota organisasi secara tuntas dan final.Pengawasan sebagai tindakan korektif terhadap gejala penyimpangan, penyelewengan dan pemborosan harus bisa diambil. Agar pengawasan yang dilakukan efektif harus memenuhi syarat sebagai berikut: pengawasan yang efektif, harus dihubungkan dengan rencana dan kedudukan seseorang, harus dikaitkan dengan individu pimpinan dan pribadi, harus dapat menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada hal-hal yang penting, harus objektif, harus luwes, harus hemat dan harus membawa tindakan perbaikan 3.
Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu
yang dilakukan berhasil dengan baik.Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat (1996:16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (2005:50), mengemukakan: Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan. Mengenai istilah Efektivitas, berasal dari bahasa Inggris yaitu darikata “efektifity” yang berarti tingkat kejadian, tingkat pengadaan atau tingkatkeberhasilan.Dalam Ensiklopedia Administrasi bahwa :” efektivitas adalah suatu efekatau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan”. Anoraga (2000:178) menyatakanbahwa: “Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebihdikaitkan dengan hasil kerja”. Kata kunci efektivitas adalah efektif, karenapada akhirnya keberhasilan perusahaan diukur dengan konsep efektivitas.Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang,tergantung kepada kerangka acuan 9
yang dipakainya. Seorang ahli ekonomimempunyai persepsi bahwa efektivitas organisasi akan semakna dengankeuntungan atau laba. Selanjutnya Steers (2006:87) mengemukakan bahwa: Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya Lebih lanjut menurut Kurniawan (2005:109) mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”. Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas.Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output).Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan.Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. 4.
Ukuran Efektifitas Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas
dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Unsur-unsur efektivitas Steers (2006:53) yang terdapat baik didalam organisasi maupun suatu lembaga meliputi: a. Input, yaitu unsur-unsur yang dimasukkan atau diolah misalnya uang, energi, orang dan benda 10
b. Throughput, yaitu kegiatan mengubah input (orang, uang, benda) menjadi output c. Ouput, yaitu hail yang diperoleh dari proses pengolahan baik berupa barang (fisik), maupun jasa (pelayanan) Menurut Moenir,dkk (2004: 34), unsur-unsur efektivitas meliputi: 1. Input (masukan), yang meliputi semua sumber daya yang dimiliki, informasi, pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. 2. Conversion (perubahan), yaitu tahap yang ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai. 3. Output (keluaran) yaitu : pelayanan yang diberikan yang merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian sumber daya manusia. Berdasarkan pendapat tersebut, maka konteks penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas penyaluran raskinyang menggunakan perspektif sistem yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : ad 1.
ad 2.
ad 3.
Input (masukan) Input yang akan digunakan sebagai indikator pada penelitian ini adalah sumber daya, dana dan petugas penyalur raskin. Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia dan sarana dan prasarana yang digunakan. Dalam hal inipetugas penyalur raskin yang merupakan modal dalam bentuk sumber daya manusia yang paling penting karena merupakan ujung tombak,begitu juga dengan sarana dan prasaranadan danayang digunakan dalam penyaluran raskin. Jika sarana dan prasarana memadai maka akan mempermudah petugas melakukan pemungutan. Sedangkan dana, merupakan salah satu motivasi yang berupa intensif untuk petugas dalam penyaluran raskin. Warga miskin menjadi salah satu indikator dalam input karena warga miskin merupakan salah satu faktor terjadinya proses penyaluran raskin. Keempat faktor ini sangat berpengaruh dalam Throughput (proses) dan output (keluaran) dari proses penyaluran raskin tersebut. Sub indikator sumber daya yang akan diteliti antara lain SDM hanya pada kualitas dan kuantitas petugas penyaluran raskin, kelengkapan sarana dan prasarana penyaluran raskin. Sub indikator dana adalah upah penyaluran raskin. Throughput (proses) Yakni merupakan proses pengolahan Input menjadi output. Proses penelitian yang akan berlangsung adalah penyaluran raskin yang dalam hal ini dilakukan oleh pemerintah desa. Adapun untuk mengetahui indikator efektivitas komponen atau aspek Throughput ini meliputi indikator, yaitu :Kepatuhan pada mekanisme penyaluran raskin Output (keluaran) Merupakan hasil dari pekerjaan atau dari proses pemungutan. Pada penelitian ini maka output atau keluaran yang dihasilkan proses ini adalah pencapaian realisasi dari target pajak yang ditetapkan Efektivitas output ini dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi mencapai tujuan.
11
III. 1.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Sugiyono (2009 : 15) menyatakan bahwa: “Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan”.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanasi. Menurut Sugiyono (2009: 11) jenis penelitian eksplanasi yaitu: Penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dengan metode yang digunakan adalah metode asosiatif (hubungan) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Berdasarkandefinisi di atas maka penelitian ini menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variable pengawasan dan variabel fektivitas. 2.
Operasionalisasi Variabel Definisi variabel yang dikemukakan oleh Hatch dan Farhady yang dikutip Sugiyono
(2009: 20) adalah: Atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Tinggi dan berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, bentuk, ukuran, dan warna merupakan atribut-atribut dari objek. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu variabel motivasi dan variabel terikat yaitu variabel efektivitas, dimana variabel-variabel tersebut masih dalam tataran konsep teoritis, sehingga diperlukan perumusan operasional variabel tersebut. Adapun operasional variabel dimaksud digambarkan pada tabel pada halaman berikut : TABEL 2 OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Variabel (Variabel x) Pengawasan Handayadiningrat (1996:151)
Dimensi
Indikator
Pengawasan harus 1. Semua sistem pengawasan dihubungkan pekerja menggambarkan atau dengan rencana menyesuaikan rencana sebagai dan kedudukan pedoman. seseorang. 2. Semua teknik pengawasan pekerja menggambarkan atau menyesuaikan rencana sebagai pedoman 3. Meyakinkan bahwa apa yang diselesaikan itu sesuai dengan rencana. 4. Pengawasan dikaitkan dengan kedudukan atau jabatan 12
Item 1
2
3
4
Pengawasan harus dikaitkan dengan individu pimpinan dan pribadi
Pengawasan harus dapat menunjukkan penyimpanganpenyimpangan pada hal-hal yang penting Pengawasan harus objektif Pengawasan harus luwes Pengawasan harus hemat
Variabel (Y) Efektivitas (Moenir, 2004:34)
seseorang yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Pengawasan dibedakan sesuai dengan kedudukan orangnya 6. Pengawasansesuai dengan pola organisasi 7. Pengawasansesuai dengan, susunan orang 1. Sistem pengawasan membantu camat dalam melaksanakan fungsi pengawasannya. 2. Pengawasan dikaitkan dengan individu untuk memperoleh informasinya. 1. Pengawasan dikaitkandengan efisiensi 2. Pengawasan dikaitkandengan efektivitas 3. Prinsip-prinsip pengawasan terhadap hal-hal yang penting atau kritis Pengawasanberdasarkan atas ukuranukuran atau standar yang objektif yang telah ditentukan sebelumnya. 1. Pengawasan selalu efektif 2. Pengawasanselalu Fleksibel 1. Pengawasan dinilai dengan biaya pengawasan relatif hemat. 2. Besarnyapengeluaran biaya pengawasan dibandingkan dengan besarnya resiko 3. Besarnyakegiatan pengawasan dibandingkan dengan besarnya resiko 1. Sistem pengawasan membawa tindakan perbaikan 2. Sistempengawasan relatif
Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan Input 1. Semua sumber daya yang (masukan) dimiliki 2. Informasi 3. Pengetahuan 4. Bahan-bahan mentah 5. Modal Conversion 1. Tahap yang ditentukan oleh (perubahan) kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki 2. Manajemen 3. Penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai 13
5 6 7 8
9
10 11 12
13
14 15 16
17
18 19 20 21 22 23 24 35 26
27 28
Output (keluaran)
3.
1. Pelayanan yang diberikan yang merupakan hasil dari penggunaan teknologi 2. Keahlian sumber daya manusia
29
30
Teknik Penentuan Sampel Adapun menurut Arikunto (2009: 108) mendefinisikan populasi sebagai berikut :Populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Sedangkan Sugiyono (2009: 90) mendefinisikan: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian di atas, populasi pada penelitian ini adalah seluruhmasyarakat penerima raskin di KecamatanBanjar yang berdasarkan data sebanyak2.916 kepala keluarga. Menurut Sugiyono (2009: 115 ) sampel adalah:” bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.Sugiyono (2009:81) menyatakan bahwa:”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jadi kesimpulannya sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Arikunto (2009: 109) mendefinisikan: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diwakilkan sebagai objek penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi”. Apabila populasi melebihi 100 orang, maka pengambilan sampelnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: N n = 1 + N (d2) Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan. Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diketahui bahwa sampel untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : N N .d 2 1 2916 n 2916.(0.1) 2 1 n
14
2916 29.16 1 2916 n 30.16 n
n = 96,7 (dibulatkan 97) Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara acak sederhana. Arikunto (2009: 85) mendefinisikan bahwa "Teknik acak sederhana (simple random sampling) artinya setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel"
4.
Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2009: 137) proses pengumpulan data yang diperoleh adalah sebagai
berikut: 1. Library atau studi pustaka, dalam penelitian ini dilakukan data yang diperoleh diperoleh dari sumber pustaka yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas, baik beberapa buku – buku maupun literatur yang membahas materi materi yang berkaitan. 2. Quisioner atau Angket, teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab pada masyarakat penerima raskindi Kecamatan BanjarKota Banjar. 3. Observasi yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan peneliti dengan melakukan pengamatan, baik secara berhadapan langsung maupun secara tidak langung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab. 5.
Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan dasar pijakanuntukanalisis data padapenelitian. Moleong
(2005:49) mendeskripsikan definisi paradigma dengan mengutip pendapat para pakaryaitu:” paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai, dan melakukan yang terkait dengan sesuatu secara khusus tentang penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut:
15
Variabel X Pengawasan (Handayaningrat 1996:151)
Variabel Y Efektivitas (Moenir, 2004 :34)
1. Pengawasan harus dihubungkan dengan rencana dan kedudukan seseorang. 2. Pengawasan harus dikaitkan dengan individu pimpinan dan pribadi 3. Pengawasan harus dapat menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada hal-hal yang penting 4. Pengawasan harus objektif 5. Pengawasan harus luwes 6. Pengawasan harus hemat 7. Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan
1. Input 2. Conversion 3. Ouput
BAGAN 3.1 PARADIGMA PENELITIAN 6. a.
Teknik Analisa Data Uji Validitas Sugiyono (2009:106) mengemukakam bahwa uji validitas digunakan untuk menguji
ketetapan setiap item dalam mengukur instrumennya, teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi item total melalui Koefisien Korelasi Pearson. Skor setiap item pertanyaan yang diuji kevalidannya dikorelasikan dengan skor total seluruh item. Jika koefisien korelasi Pearson positif dan signifikan maka item valid, jika nonsignifikan, nol, atau negatif maka item tidak valid. Item yang tidak valid disisihkan dari kuesioner dan digantikan dengan item perbaikan. a. Menentukan skor butir dan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. b. Menentukan indeks validitas setiap butir dengan mengkorelasikan skor setiap butir (X) dengan skor total (Y). Rumus korelasi yang digunakan adalah rumus koefisien korelasi Pearson. Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrumen valid adalah nilai indeks validitasnya 0,3. Adapun rumus yang digunakan untuk uji validitas ini adalah: 𝑛
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛
𝑋𝑖 𝑌𝑖 −
𝑋𝑖2 −
𝑋𝑖
𝑋𝑖 2
𝑛
n
=
Jumlah sampel
X
=
skor item
Y
=
total skor untuk tiap responden 16
𝑌𝑖 𝑌𝑖2 −
𝑌
2
b.
Uji Reliabilitas Nazir (1999:161) mengatakan reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat
ukur dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa. Suatu pertanyaan atau ukuran yang akurat adalah yang cocok dengan yang ingin diukur. Suatu alat ukur juga harus dapat mengantisipasi/mentolerir terjadinya error pengukuran yang random sifatnya. Hasan (2002:78) mengemukakan metode pengukuran reliabilitas yang digunakan peneliti adalah metode belah dua (split half method atau single test single trial), yaitu teknik pengukuran reliabilitas instrumen dengan cara membelah seluruh instrumen menjadi dua sama besar. Pembelahan dilakukan atas dasar nomor ganjil-genap. Untuk memutuskan apakah instrumen yang diteliti reliabel atau tidak, besarnya korelasi (r hitung) yang dihasilkan dibandingkan dengan r tabel. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : 𝑘 2 𝑘 𝑖=1 𝑆𝑖 ∝= 1− 2 𝑘−1 𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
dimana : k
adalah banyaknya belahan item
𝑆𝑖2
adalah varians dari item ke-i S2total adalah varians total dari keseluruhan item
c.
Uji Statistik Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Pendekatan dalam metode analsisis ini adalah dengan menggunakan analisis interaktif (interaktif model of analyze) yang menurut Sugiyono (2009: 171) adalah:” selama proses pengumpulan data penelitian harus siap bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan verifikasi”. Berikutin adalah teknik statistik yang akan dilakukan peneliti sebagai langkah untuk penarikan kesimpulan yaitu: 1.
Menentukan Nilai Jenjang Interval 2. Untuk menganalisis setiap pernyataan atau indikator, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban) dan dijumlahkan. Setelah setiap indikator mempunyai jumlah, selanjutnya membuat garis kontinum. Sebelumnya tentukan dulu jenjang interval yaitu 17
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005: 79) sebagai berikut : NJI =
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Jumlah Kriteria Pernyataan
Skor tertinggi : 5 x 97 responden = 485 Skor terendah : 1 x 97 responden = 97 485– 97 NJI = 5 NJI = 77,6
Jika digambarkan dalam bentuk interval kelas akan tampak seperti gambar berikut ini :
Sangat Tidak Setuju
97
Tidak Setuju
174,6
252,2
RaguRagu
Sangat Setuju
Setuju
329,8
407,4
485
2. Persentase Dalam distribusi frekuensi, total skor kenyataan dari masing-masing item pertanyaan dapat dipersentasekan (Arikunto, 2009: 245)dengan perhitungan sebagai berikut : Total Skor x 100% Skor Ideal Keterangan : Total Skor = Jumlah skor kenyataan untuk masing-masing. Skor Ideal = Skor tertinggi x jumlah responden x jumlah item pertanyaan Arikunto (2009: 246) menjelaskan bahwa:besar kecilnya total skor dari masing-masing item dapat dipersentasekan dengan penilaian sebagai berikut: TABEL 3.4 KATEGORI PERSENTASE PENILAIAN SETIAP VARIABEL Kategori Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik
Persentase 76% - 100% 56%-75% 40%-55% Kurang dari 40%
Sumber : Arikunto (2009 : 246)
18
3. Koefisien Korelasi Untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, maka digunakan uji statistik parametrik dengan mempergunakan rumus koofisien korelasi productmoment (r) menurut pendapat Sugiyono (2009: 148) sebagai berikut :
rxy
xy x . y 2
2
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi product moment
x y xy 2
= (xi – x)2
2
= (yi – y)2 = jumlah hasil kali dari x dan y TABEL 3.5 PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI Interval Kelas 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2009: 16)
4.
Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengawasan camat terhadap efektivitas
penyaluran beras untuk rumah tangga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar dapat dicari dengan menggunakan perhitungan koefisien determinasi dengan rumus menurut pendapat Sugiyono (2009: 244) sebagai berikut:
Kd (r 2 ) x100% Keterangan : d = Koefisien determinan r = Nilai Product Moment 5.
Uji Hipotesis Uji hipotesis dapat dilakukan dengan rumus uji t sebagai berikut :
t
r n2 1 r 19
Sumber: Sugiyono (2009: 148)
Keterangan : r = koefisien product moment n = sampel Jika th < ttabel : Ho diterima dan Hi ditolak, hal tersebut berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika th < ttabel : Ho ditolak dan Hi diterima, hal tersebut berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat IV. 1.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Pengawasan Camat Berdasarkan
pertanyaan yang peneliti ajukan kepada responden melalui penyebaran
angket dan hasil analisis dari perolehan jawaban angket pengawasan camat dapat dijelaskan melalui hasil rekapitulasi. Adapun Rekapitulasi hasil angket tentang pengawasan camat dapat diambil hasil evaluasi tanggapan responden dapat pada tabel rekapituasi berikut: TABEL 4.21 REKAPITULASI HASIL PENYEBARAN ANGKET VARIABEL PENGAWASAN CAMAT (VAIRIABEL X) N O
Urian Pertanyaan
Skor
1.
Pengawasan oleh camatsudah sesuai dengan rencana
297
2.
Camat dalam pedoman
266
3.
Camat dapat meyakinkan bahwa apa yang diselesaikan itu sesuai dengan rencana.
265
4.
Pengawasan yang dilakukan camat dikaitkan dengan tanggung jawabnya
186
5.
Pengawasan yang dilakukan camat dibedakan sesuai dengan kedudukan orangnya
279
6.
Pengawasan yang dilakukan camat sesuai dengan ketentuan organisasi
278
7.
Pengawasanyang dilakukan camat sesuai dengan, susunan kepegawaian di kecamatan
266
8.
Sistempengawasan membantu camat dalam melaksanakan tugasnya
265
9.
Pengawasan
297
melakukan
yang
dilakukan
pengawasannyamenggunakan
camat 20
bertujuan
untuk
memperoleh informasi 10.
Pengawasan yang dilakukan camat sudah efisien
266
11.
Pengawasan yang dilakukan camat sudah efektif
297
12.
Pengawasan yang dilakukan camat sesuai dengan prinsip organisasi
266
13.
Pengawasan yang dilakukan camat sesuai standar yang ditetapkan
265
14.
Pengawasan yang dilakukan camat selalu efektif
283
15.
Pengawasan yang dilakukan camat selalu Fleksibel
265
16.
Biaya pengawasan yang dilakukan camat relatif hemat.
283
17.
Besarnyabiaya pengawasan camatlebih kecil dari hasil yang diperolehnya
279
18.
Pengawasan oleh camatdapat mencegah kesalahan
278
19.
Pengawasan oleh camat berguna untuk perbaikan
266
20.
Pengawasan oleh camat tergantung kebutuhan
265
Jumlah
5412
Rata-rata
271
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.21 di atas maka pengawasan kepala desa berada pada kategori ragu-ragu dengan skor 271 dan termasuk dalam kategori ragu-ragu. 2.
Deskripsi Data Efektivitas Pelayanan Berdasarkan pertanyaan yang peneliti ajukan kepada responden melalui penyebaran
angket dan hasil analisis dari perolehan jawaban angket efektivitas pelayanan dapat dijelaskan melalui hasil rekapitulasi. Berdasarkan hasil angket yang peneliti lakukan mengenai efektifitas penyaluran beras untuk keluarga miskin dapat diambil hasil evaluasi tanggapan responden dapat pada tabel rekapituasi berikut: TABEL 4.32 REKAPITULASI VARIABEL EFEKTIVITAS PELAYANAN (Y) NO
Uraian Pertanyaan
Skor
1.
Semua sumber daya yang dimiliki kecamatan memadai
264
2.
Informasi tentang penerima raskin akurat
251
21
3.
Petugas memiliki Pengetahuan yang baik tentang teknik penyaluran raskin
290
4.
Stok raskin mencukupi rumah tangga miskin yang berhak mendapat bantuan
284
5.
Stok raskin masih terjaga dengan baik
260
6.
Kecamatan mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
245
7.
Sistem penyaluran raskin di kecamatan sudah baik
252
8.
Kecamatan sudah menggunakan komputer dalam pelaporan raskin
253
9.
Pelayanan raskin hasil dari penggunaan teknologi informasi
271
10.
Kecamatan mempunyai tenaga ahli dalam penyaluran raskin
274
Jumlah
2664
Rata-rata
266
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.32 di atas efektifitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar termasuk kategori ragu-ragu. 3.
Pengaruh Pengawasan Kepala Desa TerhadapEfektifitas Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala dinas sosial dan tenaga kerja terhadap Efektivitas pelayanan peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di dengan hasil sebagai berikut: TABEL 4.33
PENGARUH PENGAWASAN CAMAT TERHADAP EFEKTIVITAS PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN BANJAR KOTA BANJAR x
y
Y
( xi-x )
( yi-y )
x²
y²
xy
35
18
-8.88
-6.67
78.85
44.49
59.23
2
42
19
-1.88
-5.67
3.53
32.15
10.66
3
32
13
-11.88
-11.67
141.13
136.19
138.64
4
44
25
0.12
0.33
0.01
0.11
0.04
5
48
26
4.12
1.33
16.97
1.77
5.48
No Responden
X
1
22
6
43
23
-0.88
-1.67
0.77
2.79
1.47
7
47
25
3.12
0.33
9.73
0.11
1.03
8
42
22
-1.88
-2.67
3.53
7.13
5.02
9
45
24
1.12
-0.67
1.25
0.45
-0.75
10
45
25
1.12
0.33
1.25
0.11
0.37
11
44
22
0.12
-2.67
0.01
7.13
-0.32
12
47
24
3.12
-0.67
9.73
0.45
-2.09
13
47
26
3.12
1.33
9.73
1.77
4.15
14
48
27
4.12
2.33
16.97
5.43
9.60
15
48
27
4.12
2.33
16.97
5.43
9.60
16
45
26
1.12
1.33
1.25
1.77
1.49
17
47
28
3.12
3.33
9.73
11.09
10.39
18
48
28
4.12
3.33
16.97
11.09
13.72
19
36
26
-7.88
1.33
62.09
1.77
-10.48
20
48
28
4.12
3.33
16.97
11.09
13.72
21
45
28
1.12
3.33
1.25
11.09
3.73
22
44
23
0.12
-1.67
0.01
2.79
-0.20
23
42
26
-1.88
1.33
3.53
1.77
-2.50
24
36
24
-7.88
-0.67
62.09
0.45
5.28
25
44
20
0.12
-4.67
0.01
21.81
-0.56
26
43
23
-0.88
-1.67
0.77
2.79
1.47
27
41
20
-2.88
-4.67
8.29
21.81
13.45
28
42
24
-1.88
-0.67
3.53
0.45
1.26
29
45
23
1.12
-1.67
1.25
2.79
-1.87
30
47
27
3.12
2.33
9.73
5.43
7.27
31
47
27
3.12
2.33
9.73
5.43
7.27
32
44
25
0.12
0.33
0.01
0.11
0.04
23
33
49
28
5.12
3.33
26.21
11.09
17.05
34
53
28
9.12
3.33
83.17
11.09
30.37
35
40
22
-3.88
-2.67
15.05
7.13
10.36
36
44
25
0.12
0.33
0.01
0.11
0.04
37
47
28
3.12
3.33
9.73
11.09
10.39
38
45
22
1.12
-2.67
1.25
7.13
-2.99
39
47
26
3.12
1.33
9.73
1.77
4.15
40
44
27
0.12
2.33
0.01
5.43
0.28
41
47
25
3.12
0.33
9.73
0.11
1.03
42
46
26
2.12
1.33
4.49
1.77
2.82
43
44
24
0.12
-0.67
0.01
0.45
-0.08
44
47
27
3.12
2.33
9.73
5.43
7.27
45
43
25
-0.88
0.33
0.77
0.11
-0.29
46
45
25
1.12
0.33
1.25
0.11
0.37
47
47
28
3.12
3.33
9.73
11.09
10.39
48
45
25
1.12
0.33
1.25
0.11
0.37
49
47
27
3.12
2.33
9.73
5.43
7.27
50
46
24
2.12
-0.67
4.49
0.45
-1.42
51
44
26
0.12
1.33
0.01
1.77
0.16
52
46
26
2.12
1.33
4.49
1.77
2.82
53
47
25
3.12
0.33
9.73
0.11
1.03
54
43
24
-0.88
-0.67
0.77
0.45
0.59
55
45
26
1.12
1.33
1.25
1.77
1.49
56
41
27
-2.88
2.33
8.29
5.43
-6.71
57
41
25
-2.88
0.33
8.29
0.11
-0.95
58
47
24
3.12
-0.67
9.73
0.45
-2.09
59
36
25
-7.88
0.33
62.09
0.11
-2.60
24
60
41
24
-2.88
-0.67
8.29
0.45
1.93
61
28
26
-15.88
1.33
252.17
1.77
-21.12
62
43
25
-0.88
0.33
0.77
0.11
-0.29
63
39
25
-4.88
0.33
23.81
0.11
-1.61
64
31
15
-12.88
-9.67
165.89
93.51
124.55
65
47
25
3.12
0.33
9.73
0.11
1.03
66
42
23
-1.88
-1.67
3.53
2.79
3.14
67
44
22
0.12
-2.67
0.01
7.13
-0.32
68
47
26
3.12
1.33
9.73
1.77
4.15
69
46
24
2.12
-0.67
4.49
0.45
-1.42
70
41
28
-2.88
3.33
8.29
11.09
-9.59
71
47
26
3.12
1.33
9.73
1.77
4.15
72
46
25
2.12
0.33
4.49
0.11
0.70
73
46
23
2.12
-1.67
4.49
2.79
-3.54
74
46
26
2.12
1.33
4.49
1.77
2.82
75
39
22
-4.88
-2.67
23.81
7.13
13.03
76
48
27
4.12
2.33
16.97
5.43
9.60
77
46
24
2.12
-0.67
4.49
0.45
-1.42
78
42
25
-1.88
0.33
3.53
0.11
-0.62
79
44
27
0.12
2.33
0.01
5.43
0.28
80
46
27
2.12
2.33
4.49
5.43
4.94
81
44
26
0.12
1.33
0.01
1.77
0.16
82
46
24
2.12
-0.67
4.49
0.45
-1.42
83
46
27
2.12
2.33
4.49
5.43
4.94
84
47
26
3.12
1.33
9.73
1.77
4.15
85
46
27
2.12
2.33
4.49
5.43
4.94
86
46
26
2.12
1.33
4.49
1.77
2.82
25
87
46
27
2.12
2.33
4.49
5.43
4.94
88
42
25
-1.88
0.33
3.53
0.11
-0.62
89
46
27
2.12
2.33
4.49
5.43
4.94
90
40
22
-3.88
-2.67
15.05
7.13
10.36
91
43
27
-0.88
2.33
0.77
5.43
-2.05
92
43
25
-0.88
0.33
0.77
0.11
-0.29
93
44
23
0.12
-1.67
0.01
2.79
-0.20
94
42
24
-1.88
-0.67
3.53
0.45
1.26
95
43
25
-0.88
0.33
0.77
0.11
-0.29
96
43
24
-0.88
-0.67
0.77
0.45
0.59
97
35
16
-8.88
-8.67
78.85
75.17
76.99
Ʃ
4300
2418
1526.5312
741.5522
647.0808
Rata-rata
43.88
24.67
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 4.33 diketahui bahwa:
Σxy
x y rxy
xy x y
rxy
2
2
= 647,0808 2
= 1526.5312
2
= 741.5522 =
647.0808 1526.5312741.5522
647.0808 1132002.57
rxy
=
rxy
=
rxy
= 0,608
647.0808 1063.95
26
Berdasarkan hasil pengujian korelasi yang digunakan sebagai alat analisis untuk menunjukkan besarnya kontribusi dari variabel independen (X) dapat menjelaskan variabel dependen (Y) diperoleh nilai R sebesar 0,608. Angka tersebut dikonsultasikan pada tabel 4.44 mempunyai arti kuat.
Tabel 4.44 PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI Interval Kelas
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2009: 16)
Sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh kuat pengawasan camat terhadap efektivitas penyaluran beras untuk rumah tangga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar. Selanjutnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar: Kd = (r2) x 100% Kd = (0,6082) x 100% = 36,99% Hal ini berarti 36,99 % variabel efektifitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan BanjarKota Banjar dipengaruhi oleh pengawasan camat. Sedangkan sisanya 63,01% dipengaruhi oleh variabel lain yang dalam penelitian ini tidak dibahas seperti disiplin, kemampuan, dan sikap kerja. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang kuat pengawasan kepala desa terhadapefektifitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan BanjarKota Banjarpeneliti menggunakan Uji t dengan hasil sebagai berikut:
r n 1
t
=
t
=
t
=
t
=
t
= 7,703
1 r2 0,608 97 1 1 0,6301 0,608 96 0,3699 0,745 x9,38 0,66
27
Hasil yang diperoleh dari analisis data diatas nilai t hitung sebesar sebesar 7,703. Sedangkan t tabel sebesar 1,67 sehingga t hitung 7,703> t tabel 1,67. Melihat hasil tersebut diatas dapat dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh pengawasan camat terhadap efektifitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar diterima.
V. 1.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian tentang pengaruh pengawasan camat terhadap
efektifitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengawasan kepala desa dalam penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar berada pada kategori cukup. 2. Efektivitas
penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar
termasuk kategori cukup. 3. Terdapat pengaruh pengawasan Kepala Desa terhadap efektivitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar dengan R sebesar 0,608 dan KD sebesar 36,99 % yang berarti variabel pengawasan camat memberikan pengaruh sebesar 36.99% terhadap efektivitas penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar. Sedangkan sisanya 63,01% dan t hitung 7,703 > t tabel 1,67 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakam serta permasalahan-permasalahan yang ditemukan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, diantaranya: 1. Camat dapat meningkatkan pengawasan dalam penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar terutama dalam pengawasan yang dilakukan camat dikaitkan dengan tanggung jawab, Camat harus menentukan prosedur hubungan dan tata kerja serta senantiasa melaksanakan pemeriksaan pegawainya, pengawasan camat tehadap penyaluran raskin harus sesuai standar. 2. Pelayanan penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjar Kota Banjar kecamatan harus meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki,tingkatkan system penyaluran raskin agar tepat sasaran, manfaatkan IT dengan menggunakan komputer dalam pelaporan raskin. 3. Untuk meningkatkan efektivitas pelayanan penyaluran beras untuk keluarga
miskin di
Kecamatan Banjar Kota Banjar, Kepala Desa hendaknya meningkatkan pengawasan baik 28
secara langsung maupun tidak langsung terutama dalam pemberian informasi pada masyarakat dan memperbaiki teknik pengambilan keputusan,karena informasi tentang penyaluran raskin.
DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman. 1979. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha Ilmu Anoraga Panji. 2000 . Psikologi Kerja . Jakarta : PT . Rineka Cipta Arikunto Suharsimi, 2009, Prosedur Penelitian. Jakarta Rineka Cipta Handayaningrat, Soewarno. 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta; CV. Gunung Agung. Handoko, Hani, T, 2005. Manajemen Personalia dari Sumber Daya Manusia. Yogyakarta ; PPE. Yogyakarta (Anggota IKAPI) Hasan Ikbal, 2002. Statistik, Rineka Cipta. Jakarta Huseini, Martani dan Hari Lubis. 2005 Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro). PAU IlmuIlmu Sosial-UI. Moenir. H. A. S. 2004. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi aksara. Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia. Riduwan, Engkos Achmad Kuncoro. 2011 Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Jakarta: Alphabeta, Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta:Kencana. Silalahi. 2002. Manajamen Keselamatan Kerja. Rosdakarya Bandung Situmorang, Victor, M., dan Jusuf Juhir, 2005, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Rineka Cipta, Yogyakarta Sondang Siagian, P . 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung Steers, Richard M. 2006, Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga. Sudjana, Nana. 2005. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung:Sinar Baru Algensindo. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Tangkilisan P. 2005. Analisa Suatu Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi. Jakarta : Gunung Agung Tannembaum 2005. Manajemen perilaku Organisasi Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Erlangga. Ticioalu, 2003. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Haji Masagung 29
Ukas, Maman. 2003. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi . Bandung : Penerbit Agnini. UNDANG-UNDANG: Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, tentang Pangan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2005, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan JURNAL: Aswardi 2001. Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) Di Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone Skripsi FISIP UNDIP Maulina 2014. Korelasi Pengawasan Dengan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda. Skripsi FISIP USU Medan Zulipli Matonda 2013. Hubungan Efektifitas Pengawasan Dan Sikap Inovasi Dengan Kinerja Guru SMP Sub Rayon 2 Kota Medan Unimed
30