PENGARUH PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ATAS SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Nurul Dwi Ayuni NIM : 104082002661
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
i
PENGARUH PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ATAS SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Nurul Dwi Ayuni NIM : 104082002661
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.Wiwik Utami, SE., M.Si., Ak
Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
ii
Hari ini Kamis, Tanggal 29 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nurul Dwi Ayuni, NIM: 104082002661 dengan judul
skripsi:
“PENGARUH
PENDIDIKAN,
PELATIHAN,
DAN
PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ATAS SISTEM
INFORMASI
BERBASIS
KOMPUTER”.
Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Mei 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE., MM Sekretaris
Rini, SE., M.Si., Ak Ketua
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iii
Hari ini Kamis, Tanggal 13 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi atas nama Nurul Dwi Ayuni, NIM: 104082002661 dengan judul
skripsi:
“PENGARUH
PENDIDIKAN,
PELATIHAN,
DAN
PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ATAS SISTEM
INFORMASI
BERBASIS
KOMPUTER”.
Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi
Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak Sekretaris
Dr.Wiwik Utami, SE., M.Si., Ak Ketua
Amilin, SE., M.Si., Ak Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi Nama
: Nurul Dwi Ayuni
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 15 Juni 1986
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl. Brigjen Saptadji, Gg. Nasedin RT/RW 03/02 no.22 Cilendek Barat, Bogor Barat
Telepon / HP
: 0251 – 8330366 / 081318107049
II. Pendidikan 1. 1990 – 1992
: TK Tunas Muda IV Bogor
2. 1992 - 1998
: SDN Semplak 2 Bogor
3. 1998 - 2001
: SMPN 6 Bogor
4. 2001 - 2004
: SMUN 5 Bogor
5. 2004 - 2008
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v
THE INFLUENCE OF EDUCATION, TRAINING, AND EXPERIENCE OF THE AUDITOR TO THE AUDIT QUALITY OF THE INFORMATION SYSTEM OF COMPUTER BASE By: Nurul Dwi Ayuni ABSTRACT
The objectives of this research was to examine the influence of education, training, and auditors experience to the audit quality of the information system of computer base. Data used in this research was questionnaires from independent auditors at audit firms in South Jakarta. Sampling method was using purposive sampling. 120 questionnaires were distributed. Total returned questionnaires was 75 (62,5%) questionnaires. The method of data analyzing used in this research was multiple regression method. This research showed that education and training has influence positive and didn’t significant to the audit quality of the information system of computer base . Experience- total of duties and experience-job period has negative influence and didn’t significant influence to the audit quality of the information system of computer base. Keywords: Education, Training, Experience, the audit quality of the information system of computer base
vi
PENGARUH PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ATAS SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER Oleh: Nurul Dwi Ayuni ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari auditor independen dari kantor akuntan publik di Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Metode penentuan data yang digunakan adalah purposive sampling. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 120 kuesioner, jumlah kuesioner yang kembali adalah 75 kuesioner (62,5%). Metode analisis data yang digunakan adalah uji regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer namun tidak berpengaruh secara signifikan. Sedangkan pengalaman berdasarkan jumlah penugasan dan pengalaman berdasarkan lama bekerja berpengaruh negatif atau berlawanan arah dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kata kunci: Pendidikan, Pelatihan, Pengalaman, Kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Auditor terhadap kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer”. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, ucapan terima kasih dan doa penulis berikan kepada: 1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, bantuan, dan dukungan terbesar dalam diri penulis, baik berupa moril maupun materi. Sehingga penulis menjadi lebih kuat dan selalu semangat serta tidak putus asa dalam menjalani hidup. 2. Ibu Dr.Wiwik Utami, SE.,Ak, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya, membimbing penulis dengan sabar, serta telah mengarahkan dan memberikan solusi di setiap permasalahan yang ada dalam proses penyusunan skripsi. 3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak, MM selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan solusi, motivasi, arahan, dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan-keluhan dari penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi serta Bapak Amilin, SE.,Ak., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
viii
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan. 7. Seluruh Staf dan karyawan FEIS, khususnya bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis. 8. Kakak dan Adik yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis. 9. Auditor-auditor independen yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian. 10. Sahabat-sahabat Akuntansi B angkatan 2004, terimakasih atas dukungan dan doa yang tidak henti-hentinya kalian berikan kepada penulis. 11. Teman-teman seperjuangan skripsi di saat susah dan senang dalam mengerjakan skripsi sampai terselesaikannnya skripsi. 12. Teman-teman Akuntansi angkatan 2004, tetap jaga relasi jangan sampai terputus ketika semuanya telah lulus. 13. Adik-adik kelasku di BEMJ Akuntansi 2008, semoga tali silaturahmi kita akan tetap terjaga dan jangan menyia-menyiakan waktu yang ada, semoga kalian sukses. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis selalu terbuka untuk menerima saran dan krtik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Bogor, Juni 2008 1429 H/2008 M
Nurul Dwi Ayuni
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………......
i
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF …………………………........
ii
LEMBAR UJIAN SKRIPSI ……………………………………….....
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………….....
iv
ABSTRACT ……………………………………………………….......
v
ABSTRAK …………………………………………………………. ....
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………….......
vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….....
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………....
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….....
xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….....
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar belakang Penelitian ………………………......
1
B.
Rumusan masalah ……………………………….....
5
C.
Tujuan dan Manfaat Peneliti …………………….....
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA A.
Konsep Auditing dan Sistem Informasi …………. 1.
..
8 Pengertian
Auditing …………………………...
x
8
2.
Jenis Audit …………………………………….
8
3.
Sistem Informasi ……………………………....
B.
11 Sistem
Pengolahan Data Elektronik ……………..... 1.
13 Pengolahan
Data Eloektronik ………………..... 2.
13 Komponen
Sistem PDE ……………………... 3.
..
14
Pengendalia n Intern Pada Sistem PDE ………...
4.
16 Menentukan
Risiko Pengendalian PDE ……….
18
C.
Audit Sistem Informasi …………………………....
20
1.
Pengertian Audit Sistem Informasi …………....
2.
20 Tujuan
Audit Sistem Informasi …………….... 3.
..
21 Proses
Audit Sistem Informasi ………………... 4.
23 Langkah
Dalam Audit Informasi …………........ 5.
25 Standar
Audit Sistem Informasi ……………......
xi
25
D.
Kualitas Audit ……………………………………...
26
E.
Pendidikan ........................................………………..
30
F.
Pelatihan …………………………………………....
31
G.
Pengalama n ………………………………………...
32
H.
Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................
I.
34 Kerangka
Pemikiran ……………………………...
...
J.
Perumusan 36
Hipotesis …………………………….... BAB III
35
METODOLOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian ……………………….....
B.
38 Metode
Penentuan Sampel ……………………….
...
C.
39 Metode
Pengumpulan Data ………………………...
39
D.
Metode Analisis Data dan Pengujian Statistik …...... 1.
41 Uji
Instrumen Penelitian …………………….. a.
...
41 Uji
Reabilitas ................................................
xii
.
41
b.
Uji Validitas ……………………………......
.
2.
Tahap Persiapan Data ……………………….....
3.
.
42
Uji Hipotesis ....................................................
....
a.
44
Uji Asumsi Klasik .........................................
.
b.
43
Analisis Regresi Berganda .............................
44
c.
Uji Koefisien Determinasi ............................
d.
.
45
Uji Statistik t ..............................................
....
e.
46
Uji Statistik Fisher (F) ..................................
.
E. Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya BAB IV
41
47 47
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..............
51
1.
Tempa t dan Waktu Penelitian .............................
51
2.
Karakt eristik Responden .....................................
B.
53 Uji
Instrumen Penelitian ...........................................
59
1.
Uji Validitas ........................................................
xiii
59
2.
Uji Reabilitas .......................................................
C.
Penguj ian Hipotesis ...................................................
62
1.
Uji Asumsi Klasik ...............................................
2.
62 Analisi
s Regresi Linear Berganda ....................... 3.
65 Uji
Koefisien Determinasi ................................... 4.
69 Uji
Statistik t ........................................................ 5.
70 Uji
Statistik F ....................................................... BAB V
61
78
PENUTUP A.
Kesim pulan ................................................................
B.
81 Implik
asi .................................................................... C.
82 Saran
.......................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
83
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang pesat dalam beberapa tahun belakangan. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan yang telah mengubah sistem akuntansi manual menjadi sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE). Anies S. M. Basalamah (1995) dalam Sjafardamsah (2002), mengemukakan bahwa Pengolahan Data Elektronik (PDE) dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan yang menggunakan komputer untuk mengubah informasi yang masih mentah (data) menjadi informasi yang berguna. Rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari pemasukan data hingga menghasilkan keluaran dan diakhiri dengan pengendalian. Kondisi perusahaan yang telah beralih dari sistem akuntansi manual menjadi sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE), menuntut auditor untuk melakukan perubahan pada prosedur dan tehnik yang digunakan dalam melakukan tugas auditnya. Dampak perubahan teknologi informasi bagi seorang auditor yang dikemukakan oleh Murphy dan Parker (1989) dalam Wibowo dan Hardiningsih (2003), menyatakan bahwa terdapat perubahan tradisi berupa berkurangnya bukti tertulis dimana auditor harus memahami akses rutin ke dalam sistem, sistem otorisasi dan organisasi serta memahami bagaimana sistem bekerja melakukan perhitungan. Namun perubahan-
xviii
perubahan yang mendasar
akibat kemajuan teknologi juga dapat
menyebabkan kesalahan-kesalahan, baik tindak kecurangan maupun kelalaian dalam bentuk yang baru. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan terhadap segala bentuk kesalahan dan pengamanan terhadap sistem informasi berbasis komputer tersebut. Dalam hal ini, auditor harus memahami dan dapat menilai serta menguji rancangan pengendalian intern ketika melaksanakan audit sistem informasi berbasis komputer. Namun, untuk melaksanakan audit sistem informasi berbasis komputer tentunya seorang auditor sistem informasi harus memenuhi standar kualitas audit sistem informasi. Karena bagaimanapun juga, peran auditor independen sangat dibutuhkan sebagai pemberi opini atas kewajaran dan kelayakan kegiatan operasional suatu perusahaan dan lembaga ekonomi lainnya yang menggunakan sistem akuntansi berbasis komputer. Dengan demikian, peran auditor menjadi suatu hal yang penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kualitas jasa audit yang diberikannya. Kualitas pelaksanaan audit itu sendiri mengacu pada standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (SPAP, 2001:150.1). Sutton (1993) dalam Nurchasanah dan Rahmanti (2004), mengatakan bahwa kualitas audit selalu ditinjau dari pihak auditor dan pengguna jasa akuntan publik. Pada penelitian kali ini, peneliti belum menemukan penelitian sebelumnya mengenai kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Oleh karena itu, peneliti mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kualitas audit secara umum.
xix
Pada penelitian Nurchasanah dan Rahmanti (2004) menganalisis faktor-faktor penentu kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Christiawan (2002), menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Pada penelitian ini, Christiawan merefleksikan penelitian dari Putri Noviyani (2002), bahwa pendidikan formal, pelatihan, dan pengalaman memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik. Selain itu peneliti juga menggunakan penelitian Widyanto dan Yuhertian (2005), mereka meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman ,dan pelatihan terhadap profesionalisme auditor pemerintah yang bekerja pada badan pengawas kota Surabaya. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor Bawasko dan variabel pendidikan merupakan variabel yang berpengaruh dominan. Sedangkan variabel pengalaman berpengaruh negatif terhadap profesionalisme auditor Bawasko. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2001), audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar
pengauditan.
Standar
pengauditan
tersebut
mencakup
mutu
professional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam
xx
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi seorang auditor dapat menghasilkan
laporan
audit
yang
berkualitas
jika
auditor
tersebut
melaksanakan pekerjaannya secara professional. Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti, sehingga hasil penelitiannya pun berbeda-beda. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti kualitas audit dari segi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer dengan menggunakan variabel pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor sebagai variabel bebasnya. Pendidikan pada penelitian ini merupakan pendidikan formal yang telah diikuti oleh auditor sistem informasi, misalnya pendidikan sarjana akuntansi (S1 akuntansi). Sedangkan pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang berkaitan dengan audit sistem informasi berbasis komputer. Sementara itu, pengalaman dalam hal ini dilihat dari pengalaman lama bekerja menjadi auditor dan pengalaman dari jumlah penugasan (banyaknya klien yang telah diaudit sistem informasi berbasis komputer). Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya. Karena pada penelitian sebelumnya, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit secara umum. Selain itu terdapat hasil penelitian Widyanto dan Yuhertian (2005), yang menyatakan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor Bawasko,
xxi
sedangkan variabel pengalaman berpengaruh negatif terhadap profesionalisme auditor Bawasko. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pengaruh kemampuan, pengetahuan dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Oleh karena itu, peneliti tetapkan bahwa judul dari penelitian skripsi ini adalah: “Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah ini adalah: 1. Apakah faktor pendidikan dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer? 2. Apakah faktor pelatihan dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer? 3. Apakah faktor pengalaman berdasarkan jumlah penugasan dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer? 4. Apakah faktor pengalaman berdasarkan lama bekerja dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer? 5. Apakah
secara
bersama-sama
faktor
pendidikan,
pelatihan,
dan
pengalaman auditor dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer?
xxii
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pelatihan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengalaman berdasarkan jumlah penugasan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengalaman berdasarkan lama bekerja auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor secara bersama-sama dalam mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi auditor Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi auditor untuk lebih meningkatkan keahliannya serta meningkatkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 2. Bagi peneliti
xxiii
a. Memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Mendapatkan gambaran tentang pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor
terhadap kualitas audit atas sistem informasi
berbasis komputer di Kantor-kantor Akuntan Publik. 3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Memberikan informasi dan gambaran mengenai kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer serta sebagai salah satu sarana bahan bacaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
xxiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Auditing dan Sistem Informasi 1. Pengertian Auditing Definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concept) dalam Halim (2003), mendefinisikan audit sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.” Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang peristiwa ekonomi dengan menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya tersebut dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Jenis Audit Pada umumnya jenis-jenis audit yang telah ada menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit yang telah disampaikan di atas. Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2007), membagi jenis audit berdasarkan bidang yang diaudit dan berdasarkan auditornya, penjelasannya yaitu sebagai berikut:
xxv
a. Jenis audit berdasarkan bidang yang diaudit: 1) Audit Laporan Keuangan (Financial Audit). Audit laporan keuangan adalah suatu proses pemeriksaan oleh orang-orang yang mampu (kompeten) atau independen, dengan menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dan keterangan yang terukur suatu kesatuan ekonomi, dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dan keterangan terukur yang diperoleh dari pemeriksannya tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. 2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor maupun lembaga pemerintah. 3) Audit Operasional Audit Operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektifitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. 4) Audit Sistem Informasi
xxvi
Kebutuhan akan audit sistem informasi mencakup dua hal, yaitu: a. Audit sistem informasi yang dilaksanakan dalam rangka audit laporan keuangan (general financial audit). b. Audit sistem informasi yang dilakukan dalam kaitannya dengan Information Technology (IT) Governance. Pada penelitian kali ini, peneliti akan lebih memperdalam pembahasan mengenai audit sistem informasi yang akan dibahas pada sub bab berikutnya. 5) Audit e-commerce Audit terhadap e-commerce merupakan bidang yang spesifik, karena berbeda dengan audit teknologi informasi lain yang bersifat back-office system, sedangkan e-commerce bersifat front-office system. Front-office system adalah sistem berbasis teknologi informasi yang langsung berkaitan dengan transaction processing, atau layanan ke pihak lain atau pelanggan/masyarakat. 6) Audit Investigatif dan Forensic Audit Audit investigatif merupakan suatu penyidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan, untuk mencari kebenaran dengan tingkat keyakinan tinggi (high level assurance). b. Jenis Audit Berdasarkan auditornya: 1) Auditor eksternal independen (akuntan publik) 2) Auditor internal (perusahaan)
xxvii
3) Auditor Pemerintah 3. Sistem Informasi Mempelajari suatu sistem informasi dan akan lebih mengena jika kita memahami terlebih dahulu apakah sistem itu serta karakteristikkarakteristik dari sistem tersebut. Berikut kutipan mengenai pengertian sistem menurut beberapa ahli. Sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan dan sasaran (Komalasari, 1999). Sedangkan menurut Purwono (2004:95), sistem adalah sebuah rangkaian kegiatan (sub-sistem), yang dibangun dan saling tali temali, terkait antara satu sub-sistem dengan subsistem yang lain dan saling mempengaruhi dengan suatu tujuan tertentu. Sementara itu Menurut Jusuf (2001) dalam Gondodiyoto (2003), sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (inter-related) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Berdasarkan dari pengertian sistem yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setelah membahas pengertian dari sistem tersebut, maka akan dilanjutkan dengan pengertian dari sistem informasi itu sendiri. Menurut John F. Nash dan Martin B. (1984) dalam Fazli (1999), menyatakan bahwa
xxviii
sistem informasi merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, mesin, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdik. Sedangkan menurut Gondodiyoto (2003:8), sistem informasi ialah interaksi antar sumber daya (komponen-komponen) di dalam suatu kesatuan terpadu untuk mengolah data menjadi informasi sesuai kebutuhan penggunannya. Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling berkaitan satu sama lain guna mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi serta dijadikan dasar sebagai pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi. Sistem informasi sebenarnya dapat dibuat dengan pengolahan data secara manual maupun pengolahan data secara komputerisasi. Namun pada penelitian kali ini, penulis akan lebih condong ke pengolahan data secara komputerisasi.
B. Sistem Pengolahan Data Elektronik 1. Pengolahan Data Elektronik Pada saat ini perkembangan teknologi telah berkembang dengan pesat, sehingga menyebabkan dunia usaha beralih dari penggunaan
xxix
pengolahan data manual ke sistem baru yang semakin meninggalkan ketergantungannya terhadap penggunaan tenaga kerja manusia, yaitu dengan menggunakan pengolahan data terkomputerisasi. Menurut Halim (2003), sistem Pengolahan Data Elektronis (PDE) merupakan sistem pemrosesan data yang menggunakan teknologi telekomunikasi dan komputer. Sedangkan menurut Anies S.M Basalamah (1995) dalam Sjafardamsah (2002), mengemukakan bahwa sistem Pengolahan
Data
Elektronik
(PDE),
dapat
digambarkan
sebagai
serangkaian kegiatan yang menggunakan komputer untuk mengubah informasi yang masih mentah (data) menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan dari kedua pendapat tersebut mengenai pengertian sistem pengendalian data elektronik, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sistem pengolahan data elektronik merupakan sistem pemrosesan data melalui penggunaan komputer yaitu diawali dengan mengolah data mentah dan diakhiri dengan menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna informasi tersebut. 2. Komponen sistem PDE Sistem Pengolahan Data Elektronik (PDE) merupakan salah satu hasil pengembangan teknologi yang penting. Terdapat empat komponen sistem PDE (Halim, 2003:288), yaitu: a. Perangkat keras (hardware) komputer b. Perangkat lunak (software) computer c. Metode pengorganisasian data
xxx
d. Metode pemprosesan data Berikut ini akan dijelaskan mengenai ke empat komponen sistem PDE, yaitu sebagai berikut: a. Perangkat keras (Hardware) Perangkat keras (hardware) merupakan pealatan fisik yang digunakan dalam sistem PDE, yang meliputi lima komponen, yaitu: Central processing unit (CPU), peralatan input (input device), peralatan output, pealatan komunikasi komputer, dan secondary storage. Berdasarkan pengertian tersebut mengenai perangkat keras (hardware), dapat disimpulkan peneliti merupakan
semua
perlengkapan
fisik
bahwa perangkat keras yang
digunakan
untuk
melaksanakan bermacam-macam fungsi dan tujuan yang berbeda pada seluruh kegiatan pengolahan data. b. Perangkat Lunak (software) Perangkat lunak komputer yang terkait dengan sistem PDE, adalah sistem software, dan application software. Perangkat lunak sistem melaksanakan fungsi umum yang harus ada agar komputer dapat beroperasi dan mengolah data sebagaimana mestinya. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perangkat lunak merupakan suatu program yang dibentuk untuk dipergunakan sesuai dengan tujuan prosesnya, sehingga program tersebut harus sudah sesuai sebelum dipergunakan.
xxxi
c. Metode Pengorganisasian Data Metode pengorganisasian data merupakan bagaimana data diorganisasi dalam file komputer. Terdapat dua jenis metode pengorganisasian data, yaitu: 1) Traditional File Method Pada metode ini, master file dan file transaksi dipisahkan untuk setiap aplikasi akuntansi atas siklus transaksi yang berbeda. 2) Database Method Merupakan metode organisasi data yang didasarkan pada kemampuan data dalam file untuk diakses langsung oleh berbagai program aplikasi. d. Metode Pemrosesan Data Berikut ini terdapat tiga metode pemprosesan dasar yang saat ini umum digunakan, yaitu: Batch Processing, On-line Entry/Batch Processing, On-line Entry/on-Line Processing. 1) Batch Processing Pada metode ini, data transaksi yang ada dikumpulkan dalam suatu batch atau kelompok. Setelah itu, data yang ada dalam kelompok tersebut, dimasukkan sekaligus ke dalam komputer untuk diproses bersama-sama. 2) On-line Entry/Batch Processing Pada metode ini, data transaksi yang terjadi langsung dimasukkan melalui terminal, tetapi tidak langsung diproses. Jadi, data yang
xxxii
dimasukkan melalui terminal, disimpan terlebih dahulu sebelum dicatat dalam file transaksi. 3) On-line Entry/on-Line Processing Pada metode ini, data transaksi yang terjadi langsung dimasukkan melalui terminal untuk langsung diproses. Terminal merupakan alat output data karena hasil pengolahan data transaksi yang dimasukkan, dapat segera tampak pada layar komputer. 3. Pengendalian Intern pada sistem PDE Pengendalian intern pada sistem PDE mencakup prosedur manual dan prosedur yang dirancang dalam program komputer. Prosedur pengendalian manual dan program komputer terdiri atas: pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum merupakan pengendalian menyeluruh yang berdampak terhadap lingkungan PDE. Pengendalian umum berhubungan dengan keseluruhan bagian sistem PDE. Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian khusus atas aplikasi akuntansi, seperti pemrosesan penjualan atau penerimaan kas, pemrosesan gaji dan upah karyawan, dan sebagainya (Halim, 2003:296). Berikut penjelasan dari kedua jenis pengendalian tersebut: a. Pengendalian Umum Tujuan dari pengendalian umum PDE adalah untuk membuat rerangka pengendalian menyeluruh atas aktivitas PDE dan untuk memberikan tingkat keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian
xxxiii
intern secara keseluruhan dapat tercapai (Amran, 2001). Pengendalian umum tersebut meliputi: 1)
Pengendalian Organisasi dan Manajemen
2)
Pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi
3)
Pengendalian terhadap operasi sistem
4)
Pengendalian terhadap perangkat lunak sistem
5)
Pengendalian terhadap entry data dan program
b. Pengendalian Aplikasi Pengendalian aplikasi adalah pengendalian yang memberikan jaminan bahwa aplikasi tertentu akan diproses sesuai dengan spesifikasi pihak manajemen dan bahwa pemprosesan tersebut akurat, tepat waktu, diotorisasi, dan lengkap (Sawyer, 2006). Terdapat tiga jenis pengendalian aplikasi dalam system PDE, yaitu: 1)
Pengendalian input
2)
Pengendalian pemrosesan
3)
Pengendalian output
4. Menentukan Risiko Pengendalian PDE Terdapat tiga cara pengujian pengendalian intern dalam sistem PDE (Halim, 2003:306), yaitu: Auditing around the computer, Auditing trough the computer, Auditing With The Computer. a. Auditing around the computer
xxxiv
Secara garis besar pengujian pada metode ini adalah sama dengan sistem pengujian pada sistem manual. Pada cara ini, pemeriksa hanya memeriksa masukan dan keluaran saja, tanpa memeriksa lebih dalam terhadap penggunaan program, pelaksanaan operasional pengolahan data, penanganan data masukan, keluaran dan arsip, yang menjadi inti utama di dalam pengolahan data dengan komputer.
b. Auditing trough the computer Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan auditor untuk melaksanakan prosedur audit dengan komputer, yaitu: Test Data Approach, Integrated Test Facility Approach, Integrated Test Facility Approach. 1) Test Data Approach Tujuan pendekatan pengujian data adalah untuk menentukan apakah program komputer klien dapat menangani transaksi secara tepat. Pengujian ini meliputi juga pengujian kemampuan program komputer untuk menolak penerimaan dan pengolahan transaksi yang tidak valid. 2) Integrated Test Facility Approach Pada metode ini, auditor perlu membuat suatu model perusahaan. Model merupakan abstraksi dari dunia nyata. Jadi auditor menciptakan suatu sub sistem kecil, seperti tiruan perusahaan yang
xxxv
mini atau divisi, dalam sistem PDE klien. Auditor kemudian memasukkan data transaksi penguji pada sistem bersama-sama dengan data aktual. Data penguji dan data aktual klien diproses bersama-sama oleh sistem klien. 3) Paralel Simulation Approach Tujuan pendekatan pengujian data adalah untuk menguji akurasi atau ketepatan output yang dihasilkan sistem klien. Pada pendekatan ini, pertama kali auditor meminta data aktual klien pada klien, kemudian memasukkan data aktual klien sebagai input pada software program milik auditor. Selanjutnya auditor menggunakan komputer miliknya untuk mengolah data aktual klien dengan program milik auditor. Setelah itu, auditor akan memperoleh hasil output komputer. Hasil output komputer ini kemudian dibandingkan dengan output aktual klien. c. Auditing With The Computer Masalah utama yang dihadapi dalam metode ini adalah auditor yang berpraktik dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang luas dan up to date mengenai sistem komputer.
C. Audit Sistem Informasi 1. Pengertian Audit Sistem Informasi Pengertian Audit Sistem Informasi, menurut Budi (2007), merupakan sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan
xxxvi
mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem informasi berbasis komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya, yaitu: pengamanan atas aktiva, pemeliharaan atas integritas data, peningkatan efektifitas dan efisiensi. Sedangkan menurut Ron Weber (1999, p.10) dalam Gandodiyoto (2003:150): “ EDP auditing is the process of collecting and evaluation evidence to determine whether a computer system safeguards assets, maintains data integrity, achieves organizational goals effectively, and consumes resources efficiently ”. Berdasarkan dari kedua pengertian Audit Sistem Informasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Audit Sistem Informasi merupakan bagian dari suatu kegiatan audit laporan keuangan yang sistem akuntansinya berbasis komputer, khususnya dalam pengujian pengendalian apakah sistem dan program-programnya sudah benar, atau dalam audit substantif apakah data/file yang ada pada sistem komputerisasi juga sudah benar. 2. Tujuan Audit Sistem Informasi Tujuan Audit sistem informasi menurut Gondodiyoto (2003: 152), terbagi menjadi lima tahap, yaitu: Pengamanan asset, Menjaga integritas data, Efektifitas sistem, Efisiensi sistem, Ekonomis. a. Pengamanan aset Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), sumber daya manusia, file data harus dijaga oleh suatu sistem pengendalian intern yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan asset perusahaan. Dengan demikian
xxxvii
sistem pengamanan asset merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan. b. Menjaga integritas data Integritas data adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data memiliki atribut-atribut tertentu seperti: kelengkapan, kebenaran, dan keakuratan. Jika integritas data tidak terpelihara, maka suatu perusahaan tidak akan lagi memiliki hasil atau laporan yang benar bahkan perusahaan dapat menderita kerugian. c. Efektifitas sistem Efektifitas sistem informasi perusahaan memiliki peranan penting dalam proses pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila sistem informasi tersebut telah sesuai dengan kebutuhan user. d. Efisiensi sistem Efisiensi menjadi hal yang sangat penting ketika suatu komputer tidak lagi memiliki kapasitas yang memadai. Jika cara kerja dari sistem aplikasi komputer menurun maka pihak manajemen harus mengevaluasi apakah efisiensi masih memadai atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan efisien jika sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan user dengan sumber daya informasi yang minimal. e. Ekonomis
xxxviii
Ekonomis mencerminkan kalkulasi untuk rugi ekonomi yang lebih bersifat kuantifikasi nilai moneter (uang). Efisien berarti sumber daya minimum untuk mencapai hasil maksimal. Sedangkan ekonomis lebih bersifat pertimbangan ekonomi.
3. Proses Audit Sistem Informasi Auditing merupakan sebuah proses penilaian dan pengujian yang dilaksanakan secara sistematis oleh mereka yang memiliki keahlian dan independen terhadap bukti-bukti mengenai kegiatan ekonomi suatu badan usaha, yang tujuannya adalah untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian kegiatan ekonomi tersebut dengan berbagai ketentuan yang telah ditetapkan sebagai dasar penyelenggraaan kegiatan ekonomi itu (Purwono, 2004:95). Berdasarkan dari definisi tersebut, maka proses dari audit sistem informasi dapat digambarkan sebagai berikut: a. Perencanaan Proses Pelaksanaan Audit Dalam hal ini sistematika pelaksanaan audit menjadi lebih rumit untuk auditing sistem informasi, karena sebagian besar pengolahan data menggunakan sistem terkomputerisasi, yang secara fisik tidak dapat dilihat pelaksanaannya. Rencana pemeriksaan dalam pelaksanaan audit terkait erat dengan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan pemeriksaan tersebut. b. Mengumpulkan, Mengklasifikasikan, dan Memeriksa Bukti
xxxix
Tujuan auditing adalah untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara aktivitas ekonomi sebuah badan usaha terhadap ketentuan yang sudah ditetapkan. Guna menilai tingkat kesesuaian tersebut, seorang auditor harus memperoleh bukti-bukti, yaitu segenap informasi yang bisa diperoleh dari bermacam cara, seperti kesaksian lisan, pernyataan tertulis dari pihak ketiga, hasil pengamatan auditor itu sendiri, serta sumber-sumber lain yang dimungkinkan dan dibenarkan. c. Penilaian Kesesuaian dengan Ketentuan yang Berlaku Dalam audit sistem informasi, seorang auditor tidak dapat melihat secara fisik tahap demi tahap kegiatan pengolahan data, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena semua tahap tersebut terselenggara melalui program computer serta menggunakan file-file data yang tidak bisa dibaca secara fisik. Selain itu, ada kemungkinan program yang dipakai tidak sesuai dengan catatan
dokumentasinya,sehingga
agak
sulit
menemukan
ketidaksesuaian antara program yang dipakai dengan progam yang dibuat berdasarkan ketentuan. d. Membuat Laporan Hasil Audit Membuat laporan hasil audit merupakan tahap terakhir dalam proses auditing. Kemudian laporan hasil audit yang telah dibuat tersebut diserahkan kepada pihak-pihak yang terkait. Namun dalam audit sistem informasi, pembuatan laporan hasil audit menjadi sangat
xl
rumit, karena istilah-istilah tersebut tidak dijumpai dalam audit konvensional.
4. Langkah dalam Audit Sistem Informasi Menurut (Purwono, 2004:98), Langkah-langkah dalam audit sistem informasi, terdiri dari: a. Perencanaan pemeriksaan b. Pemahaman terhadap lingkungan komputer yang dipakai c. Evaluasi terhadap pengendalian intern komputerisasi d. Uji ketaatan terhadap ketentuan dan uji substantif e. Mengakhiri pemerikasaan 5. Standar Audit Sistem Informasi Standar audit SI disusun oleh Information Systems Audit and Control Association (ISACA). Alasan perlunya standar audit SI menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2007:203), yaitu: a. Audit SI memerlukan standar karena audit SI memiliki ciri-ciri khas dan untuk dapat melaksanakan tugas itu dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam audit. b. Salah satu tujuan ISACA ialah melakukan globalisasi (menduniakan) standar audit SI, oleh karena itu pengembangan dan distribusi standar audit SI adalah merupakan salah satu kontribusi penting ISACA kepada komunitas/profesi audit SI.
xli
D. Kualitas Audit Saat ini pertumbuhan ekonomi suatu perusahaan dipengaruhi oleh kualitas produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahan tersebut. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsh dan Davis, 1994 dalam Arief, 2007:117). Kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat kualitasnya (Parasuraman, 1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004). Berdasarkan pengertian tersebut terlihat dengan jelas bahwa kualitas jasa sulit untuk diukur. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas jasa dengan cara yang berbeda-beda. Kualitas jasa audit termasuk salah satu jasa yang sukar untuk diukur secara obyektif dan sukar ditentukan dimensinya atau faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas audit. Tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit, hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas audit (Sutton, 1993 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004). Pada penelitian Nurchasanah dan Rahmanti (2004), terdapat delapan faktor penentu kualitas audit, yaitu: 1. Pengalaman melakukan audit
xlii
Pengalaman melakukan audit menjadi pertimbangan bahwa auditor tersebut berkualitas. Karena pengalaman auditor dapat menentukan kualitas audit melalui pengetahuan dan keunggulan-keunggulan yang diperolehnya dari pengalamannya melakukan audit. 2. Memahami industri klien SPAP (2001:318.1), menyatakan bahwa dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup (terutama bisnis klien) untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi dan praktik , yang menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit. Pernyataan SPAP tersebut menyiratkan bahwa auditor yang memahami industri klien dapat menjadi sumber kualitas audit. 3. Responsif atas kebutuhan klien Dalam penelitiannya, penilaian kualitas jasa dapat dilakukan dengan memahami kebutuhan pengguna jasa (Glynn dan Barnes, 1996). Dalam hal ini seorang auditor harus memperhatikan kebutuhan kliennya, seperti kebutuhan waktu dan dana. 4. Taat pada standar umum Auditor harus mempunyai keahlian dan kecermatan agar dapat mendeteksi kesalahan yang material serta melaporkan apa yang ditemukannya. Seperti yang dinyatakan dalam SPAP (2001:150.1), seorang auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup, independensi dalam
xliii
sikap mental, dan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama sebagai syarat dari mutu pelaksanaan audit. 5. Keterlibatan pimpinan KAP Dalam hal ini keterlibatan pimpinan KAP dapat menaikkan kinerja dan komitmen organisasi, sehingga kualitas jasa yang dihasilkan juga meningkat. 6. Keterlibatan komite audit Dalam penelitiannya terdapat Menon dan Williams (1994), yang menyatakan bahwa komite audit diperlukan dalam suatu organisasi bisnis antara lain dikarenakan dapat mengawasi proses audit dan memungkinkan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan. Agar fungsi tersebut terlaksana dengan baik maka komite audit harus bekerja secara efektif sehingga dapat menambah kualitas audit. 7. Independensi anggota tim audit Seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika auditor
tersebut
melaksanakan
pekerjaannya
secara
professional.
Berdasrkan SPAP, audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. Standar pengauditan
mencakup
mutu
profesional
auditor,
independensi,
pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit, dan penyusunan laporan audit. Jadi, independensi salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan auditor berkualitas. 8. Komunikasi tim audit dan manajemen klien
xliv
SPAP (2001:360.1), menyatakan bahwa selama melakukan audit atas laporan keuangan, auditor perlu membangun hubungan kerja yang bersifat konstruktif dengan manajemen untuk mewujudkan audit yang efektif dan efisien. Oleh karena itu hubungan kerja yang baik dengan manajemen harus dibangun sehingga audit yang efektif dan efisien dapat terwujud dan dengan begitu kualitas audit pun dapat meningkat. Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengukur kualitas audit sistem informasi dari segi independensi, kemampuan dan pengetahuan auditor mengenai audit sistem informasi. Dalam segi independensi, auditor sistem informasi dituntut untuk bersikap independen dalam tingkah laku dan tindakannya. Independen di sini berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan pekerjaannya. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Khomsiah dan Indriantoro (1998), setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya, dengan bertindak jujur , tegas, tanpa pritensi dan harus independen, sehingga dia dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Dalam SPAP, independensi merupakan salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan auditor berkualitas. Dalam hal ini, seorang auditor yang independen harus memiliki keahlian dalam mengaudit sistem informasi. Seperti yang dijelaskan dalam SPAP (2001:210.1) , “Pelatihan dan Keahlian Auditor independen”:
xlv
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Jadi betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan, pelatihan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
E. Pendidikan Menurut Notoatmodjo (1998), pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan di sini adalah pendidikan jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh seorang auditor. Sedangkan pendidikan jangka pendek, biasanya disebut dengan pelatihan. Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi, secara teori dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan No
Uraian
Pendidikan
a.
Pengembangan kemampuan
Menyeluruh
Spesifik
b.
Area kemampuan
Kognitif, afektif,
Psikomotor
xlvi
dan
Pelatihan
psikomotor c.
Jangka waktu pelaksanaan
Panjang
Pendek
d.
Materi yang diberikan
Lebih umum
Lebih khusus
e.
Penekanan penggunaan Konvensional metode belajar mengajar
Inkonvensional
f.
Penghargaan akhir proses
Sertifikat
Gelar
Sumber Data: Notoatmodjo, 1998
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa, pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yang berbeda. Pendidikan pada penelitian kali ini merupakan pendidikan formal dalam memenuhi kebutuhan profesi akuntan publik, seperti pendidikan sarjana akuntansi (S1 akuntansi).
F. Pelatihan Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang (Notoatmodjo, 1998). Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana staf mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas (Mangkunegara, 2000). Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek guna memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang khusus agar mampu untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan yang harus dimiliki dan didapat oleh auditor sistem informasi tersebut yaitu pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tatakelola teknologi informasi pada suatu
xlvii
organisasi/perusahaan, sehingga teknologi informasi dapat dikelola secara efektif, efisien, dan ekonomis. Pelatihan di bidang audit sistem informasi merupakan salah satu kegiatan pengembangan auditor untuk meningkatkan kualitas auditnya. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas auditor , yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas kantor akuntan publik secara keseluruhan. Sebaiknya pelatihan dan pengembangan auditor dilakukan secara kontinu dan dinamis.
G. Pengalaman Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya (Anoraga, 1995:47 dalam Widiyanto dan Yuhertian, 2005). Auditor selalu melakukan pertimbangan dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit dapat menjadikan pertimbangan auditor berkualitas (Libby dan Trotman, 1993 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004). Berdasarkan pengertian dari pengalaman di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa pengalaman merupakan kejadian-kejadian yang telah dialami oleh seseorang dalam menjalankan hidupnya. Pada penelitian kali ini, peneliti membagi pengalaman menjadi dua bagian, yaitu pengalaman berdasarkan lama bekerja dan pengalaman dari jumlah penugasan. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah
xlviii
lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor yang berpengalaman. Karena semakin lamanya bekerja menjadi auditor, maka akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor di bidang akuntansi dan auditing. Begitu pula dengan banyaknya jumlah penugasan yang telah dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan pengetahuan karena adanya kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit. Pengalaman berdasarkan lama bekerja dan banyaknya jumlah penugasan saling berkaitan erat, karena semakin lamanya seseorang menjadi auditor, tentunya jumlah penugasan yang pernah dilakukan pun akan semakin banyak. Ludigo dan Carnell (1985) dalam Mayangsari berpendapat bahwa berbagai macam pengalaman individu akan mempengaruhi pelaksanaan suatu tugas. Mereka berpendapat bahwa seseorang yang berpengalaman akan memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sohhisticated dibandingkan orang yang belum berpengalaman. Auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan di antaranya dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab kesalahan (Tubbs, 1992 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004). Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka dapat terlihat bahwa pengalaman auditor dapat meningkatkan kualitas audit melalui pengalamanpengalamannya selama melakukan audit.
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu
xlix
Penelitian ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto dan Yuhertian (2005) dengan judul “Pengaruh Pendidikan, Pengalaman dan Pelatihan Terhadap Profesionalisme Auditor Pemerintah yang Bekerja Pada Badan Pengawas Kota Surabaya”. Hasil penelitiannya pada 25 auditor yang bekerja pada Bawasko Surabaya menunjukkan bahwa variabel pendidikan berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor Bawasko dan variabel pendidikan
merupakan
variabel
yang
paling
dominan
pengaruhnya.
Sedangkan variabel pengalaman berpengaruh negatif atau berlawanan arah terhadap profesionalisme auditor Bawasko, dan untuk variabel pelatihan berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor bawasko. Penelitian lainnya dilakukan oleh Nurchasanah dan Rahmanti (2003) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit”
pada 45
auditor yang bekerja di KAP di Yogyakarta serta 50 perusahaan di Yogyakarta yang telah menggunakan jasa akuntan publik. Hasil penelitian ini menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinana KAP dengan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) merefleksikan penelitian yang dilakukan oleh Noviyani (2002), mengenai pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struuktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan pada 39 auditor di KAP di Jawa yang memiliki posisi partner, supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan. Selain itu penelitian ini juga menyimpulkan bahwa program
l
pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian auditor. Berdasarkaan hasil penelitian tersebut, Christiawan merefleksikan bahwa pendidikan formal, pelatihan, dan pengalaman memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik.
I. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji pengaruh kemampuan (X1), pengetahuan (X2), pengalaman
berdasarkan
jumlah
penugasan
(X3),
dan
pengalaman
berdasarkan lama bekerja (X4) auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis koputer (Y). Maka kerangka pemikiran atas variabelvariabel tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Pendidikan Auditor Kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer
Pelatihan Auditor Pengalaman-JP Auditor
Pengalaman-LB Auditor
(Variabel Independen)
(Variabel Dependen)
li
J. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Karena jawaban yang diberikan masih didasarkan pada teori yang relevan, tidak berdasar pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005). Dengan kata lain rumusan hipotesis merupakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, karena masih perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian, maka penulis akan merumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1:
Faktor pendidikan auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
Ha2:
Faktor pelatihan auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
Ha3:
Faktor pengalaman-jumlah penugasan auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
Ha4:
Faktor pengalaman-lama bekerja auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
Ha5:
Secara bersama-sama faktor pendidikan, pelatihan, pengalamanjumlah penugasan, serta pengalaman-lama bekerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
lii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Dalam penelitian ini, data diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi. Objek dalam penelitian ini adalah kantorkantor akuntan publik yang berada di Jakarta Selatan. Peneliti hanya memilih kantor-kantor akuntan publik di sekitar Jakarta Selatan karena peneliti ingin meneliti dari ruang lingkup yang kecil sehingga diharapkan dapat lebih efektif dan efisien dalam pengumpulan datanya. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat individual dengan sampel penelitian seluruh auditor independen yang menjabat di kantor akuntan publik, yaitu partner, manajer, supervisor, auditor senior, dan auditor junior.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja di kantor akuntan publik.
liii
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 1999:73). Sedangkan
menurut Sekaran
(2006:121) sampel merupakan bagian dari populasi yang diamati. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah kantor-kantor akuntan publik yang berada di Jakarta Selatan. 2. Teknik Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002: 131).
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder, berikut ini penjelaskan mengenai penggunaan kedua metode tersebut, yaitu: 1. Data Primer Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2004: 129). Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui daftar pertanyaan kepada pihak yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian, untuk memperoleh data yang sebenarnya kuesioner dibagikan secara langsung kepada responden, yaitu dengan mendatangi tempat responden dan menitip kepada teman yang bekerja di kantor akuntan publik. Sebelum penyebaran kuesioner
liv
dilakukan, terlebih dahulu peneliti melekukan tryout kuesioner. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut dapat dipahami oleh responden dan dapat menangkap maksud dari pernyataan yang diberikan. Kuesioner ini terdiri dari data umum seperti (nama, usia, jabatan, pendidikan, jumlah pelatihan, lama bekerja, jumlah penugasan) serta data khusus dalam bentuk soal-soal pernyataan tentang kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya tidak ada kuesioner mengenai kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer, maka peneliti meramu sendiri pernyataanpernyataan mengenai kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer tersebut dengan mengacu kepada buku sumber Audit Sistem Informasi Pendekatan Konsep (Gondodiyoto, 2003). 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002: 147). Data sekunder penelitian ini mengambil dari buku dan literatur lainnya yang terdiri dari: a. Buku-buku teks yang berkaitan dengan kualitas audit sistem informasi, seperti SPAP, EDP Audit, Audit Sistem Informasi Pendekatan Konsep, Auditing, dan lain sebagainya, yang tentunya data tersebut masih relevan untuk digunakan.
lv
b. Jurnal-jurnal, tesis, skripsi, serta dari internet yang ada kaitannya dengan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
D. Metode Analisis Data dan Pengujian Statistik Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13.0. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel pendidikan auditor (X1), pelatihan auditor (X2), pengalaman-jumlah penugasan (X3), dan pengalaman-lama bekerja auditor (X4) dengan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer (Y). 1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Reliabilitas Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau biasa disebut dengan konsisten. Artinya, bila suatu pengamatan dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil pengamatan itu sama (Prasetyo dan Jannah, 2005:104). Jadi, jika hasil tersebut tidak sama, maka perangkat ukur tersebut tidak reliabel. Dalam mengukur reabilitas ini, peneliti menggunakan SPSS versi 13.0.
b. Uji Validitas Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, instrumen
lvi
tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 1999: 181). Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid 2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid Dalam mengukur validitas ini, peneliti akan menggunakan SPSS versi 13.0. 2. Tahap Persiapan Data a. Pengeditan (Editing) Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data penelitian untuk memudahkan proses pemberian kode dan pemrosesan data dengan teknik statistik (Indriantoro dan Supomo, 2002: 167). Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan data yang diperoleh adalah bersih dan lengkap, yaitu data tersebut terisi semua secara konsisten. b. Pemberian Kode (Coding) Data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengoah data seperti komputer (Prasetyo dan Jannah, 2005:170).
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
memudahkan
pengolahan data khususnya pada saat memasukkan data. c. Pemrosesan data (Data Processing)
lvii
dalam
Memproses datanya dengan melakukan entry data dari lembaran kuesioner isian ke dalam komputer. Biasanya yang sering digunakan dalam pemrosesan data yaitu menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). d. Pembersihan Data (Data Cleaning) Data cleaning yaitu memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya (Prasetyo dan Jannah, 2005:173). 3. Uji Hipotesis a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
bebas
(independen) (Imam Ghozali, 2002:57). Jika terjadi kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Menurut Nugroho (2005:58), jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari
0,1,
maka
model
dapat
dikatakan
terbebas
dari
multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10. 2) Uji Heteroskesdastisitas
lviii
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2002:69). Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadinya
heteroskesdastisitas. Pada gambar Scatterplot, jika titik-titik menyebar merata di atas dan di bawah atau sekitar angka 0, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Sedangkan jika titik-titik data membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit atau mengumpul di satu titik, maka telah terjadi heteroskesdastisitas. 3) Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Analisis grafik adalah salah satu cara termudah
untuk
melihat
normalitas
data
dengan
cara
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi
normal
probability
plot.
Peneliti
menggunakan SPSS versi 13.0 untuk mengukur normalitas. b. Analisis Regresi Berganda Peneliti menggunakan analisis regresi berganda karena ingin mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui empat variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara empat variabel bebas (X1, X2, X3, X4) dengan
lix
variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier dengan persaman matematik sebagai berikut: Y
=
α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4
Dimana: Y = Kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer (variabel terikat) α = Konstanta, harga Y bila X = 0 β = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X). Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan X1 = Pendidikan auditor X2 = Pelatihan auditor X3 = Pengalaman-jumlah penugasan auditor X4 = Pengalaman-lama bekerja auditor Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. c. Uji Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besar atau kecilnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dipergunakan koefisien determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100% Dimana:
lx
KD = Koefisien Determinasi r
= Koefisien Korelasi
d. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Ho: bi = 0 Artinya, apakah suatu variabel bebas bukan merupakan penjelas
yang
signifikan
terhadap
variabel
terikat.
Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: Ha: bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk menguji hipotesis ini, peneliti akan menggunakan
taraf
nyata
(α) 5%. Kemudian peneliti akan
menggunakan SPSS 13.0 untuk menguji hipotesis tersebut. e. Uji Statistik Fisher (F) Uji statistik F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen (pendidikan, pelatihan, dan pengalaman) terhadap variabel dependen (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) (Nugroho, 2005:53). Dengan syarat jika probabilitas memenuhi taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau
lxi
dapat dilihat dari nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel pada tingkat signifikansi 5% (Ghozali, 2005:84).
E. Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini merupakan variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut dioperasionalkan sebagai berikut: 1. Variabel Independen a. Pendidikan Pendidikan pada penelitian ini merupakan pendidikan formal yang telah diikuti oleh auditor eksternal. Menurut Notoatmodjo (1998), pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan. Variabel ini diukur melalui pendidikan formal terakhir auditor. b. Pelatihan Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang (Notoatmodjo, 1998). Variabel ini diukur melalui jumlah pelatihan yang telah diikuti oleh auditor eksternal selama tiga tahun terakhir. c. Pengalaman Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan
lxii
hidupnya (Anoraga, 1995:47 dalam Widiyanto dan Yuhertian, 2005). Variabel ini diukur melalui jumlah penugasan auditor dan lama bekerja sebagai auditor. 3. Variabel Dependen: kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer Kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat kualitasnya (Parasuraman, 1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti, 2004). Kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sulit untuk diukur, namun peneliti mengukur kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer ini melalui kemampuan dan keahlian auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan audit atas sistem informasi berbasis komputer.
Tabel 3 Operasional Variabel Jenis
Skala
Variabel
Indikator Variabel
Pendidikan (X1) Pelatihan (X2)
Independen Independen
PengalamanJumlah Penugasan (X3)
Independen
PengalamanLama
Independen
Pendidikan formal terakhir
Pengukuran
nominal
Jumlah pelatihan yang telah diikuti
Rasio
Jumlah Klien yang telah di audit
Rasio
Lamanya bekerja menjadi auditor
Rasio
lxiii
Bekerja (X4) Kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer (Y)
Dependen
- Diterapkannya Standar auditing profesional - Sikap independensi auditor - Dimilikinya pengetahuan yang memadai - Penugasan yang sesuai dengan keahlian teknis dan pengalaman audit - Diperlukannya pelatihan teknis berkala - Dukungan tenaga ahli - Efektifitas dan efisiensi prosedur audit - Dokumentasi jejak audit - Kepala unit computer atau chief of information officer (CIO) - Penempatan yang sesuai dengan unit fungsional - Sistem analis dan programmer - Pengendalian dokumentasi aplikasi - Kepedulian dan komitmen pimpinan terhadap aspek mutu jasa informasi - Monitoring dan pemeliharaan jaringan - Peninjauan dan penilaian terhadap fungsi sistem informasi - Adanya mekanisme untuk mendeteksi kesalahan media input - Diperlukannya program validasi input yang memadai - Kejelasan tentang
lxiv
Interval
pemisahan tugas - Diperlukannya pengendalian keluaran (output)
lxv
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor-kantor akuntan publik yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Kantor akuntan publik yang telah diberi kuesioner sebanyak 34 KAP. Berikut data dari kantor-kantor akuntan publik tersebut: Tabel 4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik No
Kantor Akuntan Publik
2.
Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto Usman dan Rekan
3. 4.
Syarief Basir dan Rekan Nugroho dan Rekan
1.
Alamat Kebayoran Lama
Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan 6. Kanto, Tony, Frans dan Darmawan 7. Basyiruddin dan Wildan 8. Kosasih dan Nurdiyaman 9. Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, dan Rekan 10. Dedy Zeinarwan Santosa 5.
11. Eddy Prakasa Permana 12. Hertanto Sidik Hadisoeryo dan Rekan 13. Dra.E.M.Widianingsih
lxvi
Jl.Cipulir V No.5, Kebayoran Lama PP Plaza, Jl.TB.Simatupang 57 Jl.Fatmawati Raya No.43B Cilandak Menara Kadin Indonesia, Lt.9 Menara Kadin Indonesia, Lt.27 Menara Kadin Indonesia, Lt.30 Menara Kadin Indonesia, Lt.17 Jl.Barito 2 No.31, Kebayoran Baru Gedung Lina Lt.5, Jl.Rasuna Said Kav.B-7 Ario Bima Sentral Building 3rd floor, Jl.Rasuna Said Blok X-2, No.5 Pasar Blok A Jl.Tulodong Bawah X/A,
14
Kebayoran Baru Jl.Tulodong Atas No.14, Kebayoran Baru Jl.Grinting III No.29, Kebayoran Baru
Daniel Hassa dan Rekan
15. Dwi S.C. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Thomas Lesmana Henky Hasnil, M. Yasin & Rekan A.Salam Rauf dan Rekan S.Manan Yansen Pasaribu Sulaimin dan Rekan Doli Bambang Ishak Saleh Soewanto dan Rekan
Arifin Faqih Wisnu B.Soewito dan Rekan Tia Adityasih dan Rekan Drs.Viktor TH, Pandjaitan dan Rekan 28. Sofyan Syafri dan Rekan 29. Mochamad Abadan 30. Hadoni dan Rekan 24. 25. 26. 27.
31. Noor Salim, Nur Sehan, dan Sirahardja 32. Drs.Amir Hadyi 33. Chaeruni dan Rekan 34. Anwar dan Rekan
Wijaya Grand Center Sentosa Mampang Building Kartika Candra Komp. Taman Rasuna Said Graha Mik Gedung Perkantoran Royal Palace, Tebet Rawa Bambu Raya Gd.Gajah Jl.Pd.Panjang no.1 Manggarai TIS Square Jl.Tebet Timur dalam I A, No.4 Jl.Melati Wisma Stara Lt.III suite 3rd Casablanca Pd.Pinang Jl.H.Saleh No.44B Anggrek Nelimuni Ruko Roxy Mas
Sumber : Data Primer Diolah
Sebelumnya telah dikemukakan dalam metodologi penelitian bahwa pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada para responden. Penyebaran kuesioner berlangsung selama dua bulan, yaitu dimulai pada tanggal 12 Februari 2008 sampai tanggal 11 April 2008. Dalam penyebaran kuesioner ini tidak dilakukan secara rutin/setiap hari, akan tetapi dilakukan dalam waktuwaktu tertentu disesuaikan dengan kesiapan dari peneliti. 2. Karakteristik Responden
lxvii
Kuesioner yang dibagikan berjumlah 120 buah dengan tingkat proporsi pembagian sebagai berikut: Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner No
Kantor Akuntan Publik
Kuesioner yang Telah Disebar
Kuesioner yang telah kembali
1.
Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto Usman dan Rekan Syarief Basir dan Rekan Nugroho dan Rekan Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Kanto, Tony, Frans dan Darmawan Basyiruddin dan Wildan Kosasih dan Nurdiyaman Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, dan Rekan Dedy Zeinirwan Santosa Eddy Prakasa Permana Hertanto Sidik Hadisoeryo dan Rekan Dra.E.M.Widianingsih Daniel Hassa dan Rekan Dwi S.C. Thomas Lesmana Henky Hasnil, M. Yasin & Rekan A.Salam Rauf dan Rekan S.Manan Yansen Pasaribu Sulaimin dan Rekan Doli Bambang Ishak Saleh Soewanto dan Rekan Arifin Faqih Wisnu B.Soewito dan Rekan Tia Adityasih dan Rekan Drs.Viktor TH, Pandjaitan dan Rekan Sofyan Syafri dan Rekan
6 buah
6 buah
5 buah 6 buah 5 buah 3 buah
5 buah 6 buah 5 buah -
3 buah
-
5 buah 4 buah 3 buah
-
4 buah 4 buah 4 buah
4 buah 4 buah 4 buah
3 buah 4 buah 3 buah 3 buah 4 buah 3 buah 4 buah 2 buah 2 buah 3 buah 4 buah
3 buah 4 buah 3 buah 3 buah 4 buah 3 buah 4 buah 4 buah
3 buah 3 buah 3 buah 3 buah
3 buah 3 buah
3 buah
-
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
lxviii
29. Mochamad Abadan 30. Hadoni dan Rekan 31. Noor Salim, Nur Sehan, dan Sirahardja 32. Drs.Amir Hadyi 33. Chaeroni dan Rekan 34. Anwar dan Rekan Jumlah
4 buah 3 buah 3 buah
4 buah -
2 buah 3 buah 2 buah 120 buah
3 buah 75 buah
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 4.3 Data Sampel Penelitian Responden (Auditor Eksternal)
Keterangan Kuesioner yang diterima Kuesioner yang salah/tidak dikembalikan Jumlah kuesioner yang disebar
∑
%
75
62,5
45
37,5
120
100
Sumber : Data Primer Diolah
Jumlah kuesioner yang kembali dari total kuesioner yang telah disebar adalah sebanyak 75 kuesioner atau 62,5%. Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan/salah adalah 45 buah atau 37,5% (lihat table 4.3). Kuesioner sebanyak 45 buah yang tidak kembali disebabkan karena waktu penelitian yang diambil oleh peneliti bertepatan dengan waktu penugasan auditor, sehingga ketika menyebarkan kuesioner para auditor sedang tidak berada di kantor akuntan publik melainkan di luar kota berdasarkan tempat klien yang mereka audit. Oleh karena itu, para auditor eksternal tidak sempat untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
lxix
Tabel 4.4-1 Karakteristik Responden Auditor Eksternal Jabatan Keterangan
Auditor Junior
Auditor Senior
Super -visor
Manajer
Partner
Jumlah
Jenis Kelamin: a. Pria b. Wanita
22 24
6 4
8 4
5
2
43 32
Jumlah
75
Sumber : Data Primer Diolah
Karakteristik responden auditor eksternal berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4-1. Pada tabel tersebut, terlihat bahwa auditor yang berjenis kelamin pria berjumlah 44 orang, dimana 22 orang menjabat sebagai auditor junior, 6 orang menjabat sebagai auditor senior, 8 orang sebagai supervisor, 5 orang sebagai manager, dan 2 orang sebagai partner. Sedangkan auditor yang berjenis kelamin wanita sebanyak 31 orang, yang terdiri atas 24 auditor junior, 4 auditor senior, dan 4 supervisor. Berdasarkan data yang telah diperoleh tersebut, dapat terlihat dengan jelas bahwa mayoritas responden auditor eksternal adalah berjenis kelamin pria, yaitu sebanyak 44 orang yang rata-rata mendomonasi seluruh jabatan di kantor akuntan publik. Sedangkan 31 orang berjenis kelamin wanita, yang hanya menjabat sebagai auditor junior, auditor senior, dan supervisor. Tabel 4.4-2 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pendidikan)
lxx
Keterangan
Pendidikan S1 S2 S3
D3 Jabatan : a. Auditor Junior b. Auditor Senior c.Supervisor d.Manajer e.Partner Jumlah
8 2
10
Jumlah
37 8 9 5 1
1
1
46 10 12 5 2
60
5
75
3
Sumber : Data Primer Diolah
Pada tabel 4.4-2 terlihat bahwa auditor eksternal mayoritas memiliki latar belakang pendidikan S1, yaitu sebanyak 60 orang, yang terdiri atas 37 orang auditor junior, 8 orang auditor senior, 9 orang supervisor, 5 orang manajer, dan 1 orang partner. Sedangkan yang berlatar belakang pendidikan D3 sebanyak 10 orang yang terdiri atas 8 auditor junior dan 2 auditor senior. Sisanya adalah auditor yang berlatar belakang pendidikan S2 sebanyak 5 orang yang terdiri atas 1 auditor junior, 3 auditor senior, dan 1 orang partner. Pada tabel tersebut telihat dengan jelas bahwa tidak terdapat responden auditor eksternal yang berlatar belakang pendidikan S3. Tabel 4.4-3 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pengalaman Kerja)
Keterangan Jabatan : a. Auditor Junior b. Auditor Senior c.Supervisor d.Manajer e.Partner
Pengalaman Kerja < 3 thn ≥ 3 thn 46 1
Jumlah
47 lxxi
Jumlah
10 11 5 2
46 10 12 5 2
28
75
Sumber : Data Primer Diolah
Auditor eksternal yang telah memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun sebanyak 47 orang, yang terdiri atas 46 orang auditor junior dan 1 orang supervisor. Sedangkan yang telah memiliki pengalaman lebih dari atau sama dengan 3 tahun sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 10 auditor senior, 11 orang supervisor, 5 orang manajer, dan 2 orang partner. Sehingga pengalaman kerja auditor didominasi oleh auditor yang telah memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun, yaitu sebesar 62,7% atausebanyak 47 orang. Hal ini disebabkan mayoritas responden adalah auditor junior.
Tabel 4.4-4 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pelatihan) Keterangan Jabatan : a. Auditor Junior b. Auditor Senior c.Supervisor d.Manager e.Partner Jumlah
Pelatihan ≤ 2 kali > 2 kali
Jumlah
34 3 1
12 7 11 5 2
46 10 12 5 2
38
37
75
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel di atas, dari 75 orang auditor eksternal terdapat 37 orang yang telah mengikuti pelatihan lebih dari 2 kali, atau 49,3%. Sedangkan mayoritas responden auditor eksternal baru mengikuti lxxii
pelatihan ≤ 2 kali sebanyak 38 orang atau sebesar 50,7%. Hal tersebut disebabkan masih kurang diterapkannya pelatihan audit atas system informasi berbasis computer secara berkala di kantor-kantor akuntan publik. Tabel 4.4-5 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Penugasan) Keterangan Jabatan : a. Auditor Junior b. Auditor Senior c.Supervisor d.Manager e.Partner Jumlah
Penugasan ≤ 4 klien > 4 klien
Jumlah
23 6 1
23 4 11 5 2
46 10 12 5 2
30
45
75
Sumber : Data Primer Diolah
Auditor eksternal yang telah melakukan penugasan mayoritas telah melakukan penugasan lebih dari 4 klien dalam satu tahun terakhir, yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 60%. Sedangkan yang telah melakukan penugasan ≤ 4 klien dalam satu tahun terakhir sebanyak 30 orang atau sebesar 40%.
B. Penemuan dan Pembahasan 1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas Validitas ditentukan dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari pada r tabel (r hitung > r
lxxiii
tabel), maka instrumen dinyatakan valid dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka instrument dinyatakan tidak valid. Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba (try out) kuesioner ke 10 responden. Uji coba kuesioner tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut dapat dipahami oleh responden dan apakah responden tersebut dapat menangkap maksud dari pernyataan yang diberikan. Hasil uji validitas dari try out kuesioner didapatkan bahwa hampir semua pertanyaan dikatakan tidak valid, yaitu sebanyak 12 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid tersebut memiliki nilai koefisien korelasi (r hitung) < r tabel (0,632) (lihat lampiran 3). Setelah melakukan try out, peneliti langsung menyebarkan kuesioner dengan melakukan perbaikan-perbaikan terlebih dulu pada kuesioner yang tidak valid. Pada penelitian kali ini, jumlah sampel (n) yang akan diuji adalah75 responden dengan taraf signifikan (α) 5%, dengan ketentuan df = 75 – 2 = 72, maka didapat r tabel sebesar 0,227. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung) > r tabel. Tabel 4.5 Uji Validitas Kualitas Audit Sistem Informasi Pernyataan K.Audit SI1 K.Audit SI2 K.Audit SI3 K.Audit SI4
Corrected Item-Total Correlation 0,508 0,474 0,634 0,655 lxxiv
r tabel
Keterangan
0,227 0,227 0,277 0,227
Valid Valid Valid Valid
K.Audit SI5 K.Audit SI6 K.Audit SI7 K.Audit SI8 K.Audit SI9 K.Audit SI10 K.Audit SI11 K.Audit SI12 K.Audit SI13 K.Audit SI14 K.Audit SI15 K.Audit SI16 K.Audit SI17 K.Audit SI18 K.Audit SI19 K.Audit SI20
0.588 0,475 0,244 0,576 0,232 0,504 0,678 0,612 0,695 0,637 0,740 0,690 0,703 0,666 0,639 0,690
0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227 0,227
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data primer diolah
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Nugroho, 2005:72). Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien di atas 0,6 (Yarnest, 2004:68). Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha .905
N of Items 20
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil Alpha untuk seluruh butir instrument pada indeks adalah tinggi. Hal ini berarti bahwa item lxxv
pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten dan jika pertanyaan tersebut diajukan lagi akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban yang pertama. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua variabel adalah reliabel, karena nilai Cronbrach Alpha lebih besar dari 0,6, yaitu Cronbrach Alpha 0,905 > 0,6.
2. Pengujian Hipotesis a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan
adanya
korelasi
antar
variabel
bebas
(independen) (Ghozali, 2002:57). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas (Nugroho, 2005:58). Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas
lxxvi
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
Standardized Coefficients
B Std. Error 79.461 3.918
pendidikan
Beta
Collinearity Statistics t 20.281
Sig. .000
Tolerance
VIF
1.040
2.059
.065
.505
.615
.840
1.190
.209
.324
.090
.645
.521
.729
1.371
Pengalaman-Tgs -.001 Pengalaman-LB -.006
.200
-.001
-.005
.996
.967
1.035
.015
-.053
-.381
.704
.726
1.378
Jml.Pelatihan
a. Dependent Variable: Kualitas Audit SI
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.8, masing-masing variabel memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian. 2) Uji Heteroskesdastisitas Uji Heteroskesdisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2002:69).
Gambar 4.1 Scatterplot
lxxvii
Scatterplot
Dependent Variable: Kualts.ASI
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
2
3
4
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan gambar Scatterplot pada gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak namun tidak tersebar secara baik, karena titik-titik tersebut lebih banyak mengumpul di bawah titik nol pada sumbu Y. Tetapi titik-titik tersebut juga ada yang menyebar di atas angka nol. Dengan demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
heteroskesdastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk memprediksi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer berdasarkan masukan variabel independen Pendidikan, Pengalaman, dan Pendidikan Auditor. 3) Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat atau variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.
lxxviii
Gambar 4.2 Normal P-P Plot
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kualts.ASI 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tampilan grafik normal plot (gambar 4.6) dapat disimpulkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan pada grafik histrogram terlihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan grafik normal plot dan grafik histogram menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas. Gambar 4.3 Grafik Histogram
lxxix
Histogram
Dependent Variable: Kualts.ASI
20
Frequency
15
10
5
Mean = -1.57E-15 Std. Dev. = 0.973 N = 75
0 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
Sumber: Data Primer Diolah
b. Analisis Regresi Linear Berganda Tabel dibawah ini merupakan hasil analisis mengenai koefisien model regresi:
Tabel 4.7 Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B 79.461
Std. Error 3.918
pendidikan
Standardized Coefficients Beta
t 20.281
Sig. .000
1.040
2.059
.065
.505
.615
Pelatihan
.209
.324
.090
.645
.521
Pengalaman-Tgs
-.001
.200
-.001
-.005
.996
Pengalaman-LB
-.006
.015
-.053
-.381
.704
a. Dependent Variable: Kualitas Audit SI Berbasis komputer
lxxx
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 Y = 79,461+ 1,040 X1+ 0,209 X2 - 0,001 X3 - 0,006 X4 Hasil
koefisien
regresi
memperlihatkan
nilai
koefisien
konstanta adalah sebesar 79,461 mempunyai arti bahwa jika variabel dianggap konstan, maka nilai variabel kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer akan konstan sebesar 79,461. Nilai β1 yang merupakan koefesien regresi dari variabel X1 (pendidikan) sebesar 1,040 mempunyai arti bahwa semakin tinggi pendidikan atau bila terjadi perbaikan tingkat pendidikan auditor eksternal sebesar 1 tingkatan, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sebesar 1,040 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan. Kemudian nilai β2 yang merupakan koefisien regresi dari variabel X2 (pelatihan) sebesar 0,209 , mempunyai arti bahwa jika terjadi peningkatan pelatihan auditor eksternal atau terjadinya pelatihan yang secara berkala sebesar 1 kali, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sebesar 0,388 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan. Sedangkan nilai β3 yang merupakan koefisien regresi dari variabel X3 yaitu pengalaman berdasarkan jumlah penugasan auditor lxxxi
sebesar -0,001 yang mempunyai arti bahwa jika terjadi peningkatan penugasan sebesar 1 satuan(1 klien), maka akan cenderung terjadi penurunan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sebesar 0,001 dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan. Pengalaman berdasarkan lama bekerja sebagai auditor (X4) menunjukkan koefisien regresi sebesar -0,006 bernilai negatif yang mempunyai arti bahwa jika terjadi peningkatan lama bekerja auditor eksternal sebesar 1 satuan, maka akan cenderung terjadi penurunan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sebesar 0,006 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman auditor yang mencakup jumlah penugasan dan lama bekerja sebagai auditor memiliki hubungan yang tidak searah (negatif) dengan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer, yaitu jika pendidikan dan pelatihan mengalami peningkatan maka kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer juga akan mengalami peningkatan, sebaliknya jika pendidikan dan pelatihan mengalami suatu penurunan, maka kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer juga akan mengalami penurunan. Hasil ini sama dengan penelitian Widyanto dan Yuhertian (2005), yang menyatakan pendidikan dan pelatihan
lxxxii
berpengaruh positif terhadap profesionalisme auditor Bawasko. Oleh karena itu tingkat pendidikan auditor perlu ditingkatkan sesuai dengan jabatan guna mendukung tercapainya peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Sedangkan pelatihan auditor mengenai pengolahan data sistem akuntansi perlu ditingkatkan secara berkala sehingga auditor pun dapat mengaplikasikan pelatihan yang telah diterimanya tersebut ketika melaksanakan audit sistem informasi berbasis
komputer.
Oleh
karena
itu,
dengan
bertambahnya
pengetahuan melalui pelatihan yang dilakukan secara berkala tersebut diharapkan dapat ikut meningkatkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa, jika para auditor eksternal semakin berpengalaman dalam banyaknya jumlah penugasan dan semakin lamanya bekerja sebagai auditor, ternyata tingkat kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputernya malah mengalami penurunan. Hasil ini sama dengan penelitian Widyanto dan Yuhertian (2005), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh negatif terhadap profesionalisme auditor Bawasko. Hasil ini dikatakan sama karena profesionalisme auditor merupakan salah satu ketentuan auditor untuk dapat dikatakan berkualitas. Seharusnya semakin banyak jumlah penugasan dan semakin
lama
bekerja
sebagai
auditor,
tentunya
dapat
ikut
meningkatkan kualitas audit sistem informasi. Karena auditor yang
lxxxiii
berpengalaman cenderung lebih kecil melakukan kesalahan dalam pelaksanaan audit sistem informasi berbasis komputer dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman. c. Uji Koefisien Determinasi Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
variabel
independen
(pendidikan,
pelatihan,
dan
pengalaman) menjelaskan variabel dependen (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer). Peneliti menggunakan nilai adjusted R2 dalam uji koefisien determinasi karena penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel bebas (pendidikan, pelatihan, dan pengalaman). Tabel 4.9 Uji koefisien Determinasi Model Summary b
Model 1
R .109 a
R Square .012
Adjusted R Square -.045
Std. Error of the Estimate 7.227
a. Predictors: (Constant), pengalaman-Tgs, pengalaman-LB, pendidikan, Jml.Pelatihan b. Dependent Variable: Kualitas Audit atas SI Berbasis Komptr
Sumber : Data Primer Diolah
Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R Square), Koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square), dan Standar Error (SE) (table 4.9). Pada table di atas terlihat bahwa koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,045 memberi pengertian bahwa variasi yang terjadi pada variabel Y (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) adalah sebesar 4,5% ditentukan oleh
lxxxiv
variabel pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor dan selebihnya sebesar 95,5% (100% - 4,5%) ditentukan oleh faktor lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisa regresi ini. d. Uji Statistik t T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (Nugroho, 2005: 54).
Tabel 4.11 Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B 79.461
Std. Error 3.918
pendidikan
Standardized Coefficients Beta
t 20.281
Sig. .000
1.040
2.059
.065
.505
.615
Jml.Pelatihan
.209
.324
.090
.645
.521
Pengalaman-Tgs
-.001
.200
-.001
-.005
.996
Pengalaman-LB
-.006
.015
-.053
-.381
.704
a. Dependent Variable: Kualts.Audit SI Berbasis Komputer Sumber : Data Primer Diolah
Hasil pengujian antara variabel independen (pendidikan, pelatihan, pengalaman-jumlah penugasan, dan pengalaman-lama bekerja) terhadap variabel dependen (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) secara individu yang dilakukan dengan uji t (tabel 4.8) adalah sebagai berikut: 1) Menguji hipotesis yang pertama, yaitu: lxxxv
Ho1: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kriteria pengujian: α = 0,05 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Hasil
pengujian
untuk
variabel
pendidikan
auditor
mempunyai angka signifikansi 0,615 sehingga nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian menerima Ho1 dan menolak Ha1. Hal ini berarti bahwa pendidikan auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel auditor eksternal yang berada pada kantor akuntan publik. Responden auditor eksternal mempunyai latar belakang pendidikan DIII, S1, S2, dan S3. Berdasarkan data responden terlihat bahwa, mayoritas pendidikan terakhir auditor eksternal adalah Strata 1 (S1). Hasil ini juga berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh auditor eksternal, maka tidak
lxxxvi
dapat berpengaruh nyata dalam peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal ini disebabkan tingginya pendidikan yang didapat oleh auditor tidak menjamin auditor tersebut memiliki kemampuan dan tingkat pemahaman yang memadai dalam pelaksanaan audit sistem informasi berbasis komputer. Karena setiap auditor memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda walaupun tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh auditor adalah sama. Selain itu untuk melaksanakan audit sistem informasi berbasis komputer, seorang auditor harus memiliki pemahaman memadai mengenai TI (teknologi Informasi). Sedangkan keadaan auditor sistem informasi saat ini, belum seluruhnya berlatar belakang pendidikan IT. Sehingga dalam penentuan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer, variabel pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan. 2)
Menguji hipotesis kedua: Ho2: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kriteria pengujian:
lxxxvii
α = 0,05 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho2 ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho2 diterima Hasil
pengujian
untuk
variable
pelatihan
auditor
mempunyai angka signifikansi 0,521 sehingga lebih besar dari 0,05. Dengan demikian menerima Ho2 dan menolak Ha2. Hal ini berarti bahwa pelatihan auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kelemahan penelitian ini yaitu, pengisian kuesioner penelitian ini mayoritas diisi oleh responden yang mengikuti pelatihan kurang dari 3 kali atau belum pernah mengikuti pelatihan auditor sama sekali. Selain itu, pelatihan auditor ini masih bersifat umum, peneliti tidak secara spesifik menyebutkan pelatihan yang berkaitan dengan sistem komputerisasi audit. Sehingga auditor cenderung telah mengikuti pelatihan auditor secara umum. Berdasarkan penjelasan dari deskripsi responden, pelatihan auditor khususnya pelatihan audit sistem informasi belum diterapkan secara berkala oleh kantor-kantor akuntan publik. Hal tersebut terlihat dari jawaban responden yang rata-rata telah mengikuti pelatihan kurang dari 3 kali dalam tiga tahun terakhir. Pada penelitian Christiawan, seharusnya pelatihan dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada di kantor
lxxxviii
akuntan publik. Sehingga pelatihan terhadap auditor junior akan berbeda dengan pelatihan bagi manajer auditor. Oleh karena itu, sebaiknya pelatihan auditor perlu dilakukan
secara
berkala
untuk
mengisi
kekurangan
dan
memberikan penekanan pada praktik auditing khususnya audit sistem informasi berbasis komputer dan standar akuntansi bagi staf auditor yang berada di kantor akuntan publik. Sehingga dapat memungkinkan variabel pelatihan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 3)
Menguji hipotesis ketiga: Ho3: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalamanjumlah penugasan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalamanjumlah penugasan auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kriteria pengujian: α = 0,05 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Hasil pengujian untuk variabel pengalaman auditor berdasarkan
jumlah
penugasan
lxxxix
auditor
mempunyai
angka
signifikansi 0,996 sehingga lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengalaman auditor berdasarkan jumlah penugasan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Libby dan Trotman dalam penelitian Nurchasanah dan Rahmanti (2004), yang menyatakan bahwa pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan
audit
dapat
menjadikan
pertimbangan
auditor
berkualitas. Karena auditor yang berpengalaman itu memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab kesalahan. Berdasarkan pemahamannya
tersebut
maka
diharapkan
auditor
dapat
memainkan peran penting pada kualitas pertimbangannya. Sehingga, jika semakin banyak jumlah klien yang telah diaudit sistem informasi
seharusnya dapat mempengaruhi secara
signifikan terhadap peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 4)
Menguji hipotesis ke empat: Ho4: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalamanlama bekerja auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
xc
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman-lama bekerja auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kriteria pengujian: α = 0,05 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Hasil pengujian untuk variabel pengalaman auditor berdasarkan lama bekerja sebagai auditor mempunyai angka signifikansi 0,704 sehingga lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pengalaman berdasarkan lama bekerja sebagai auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman-lama bekerja auditor menerima Ho4 dan menolak Ha4. Hal ini berarti pengalaman berdasarkan lama bekerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Namun hasil penelitian ini masih memiliki kelemahan, yaitu kurang menyebarnya kuesioner yang sampai ke tangan responden yang menjabat sebagai manajer, supervisor, dan partner. Berdasarkan
karakteristik
responden
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya terlihat sangat jelas bahwa responden yang mengisi
xci
kuesioner penelitian ini mayoritas adalah auditor junior sebanyak 46 orang atau sebesar 61,3%, sehingga responden tersebut juga mayoritas memiliki pengalaman kerja kurang dari tiga tahun. Pengalaman-lama
bekerja
berkaitan
erat
dengan
pengalaman-jumlah penugasan. Karena semakin lama bekerja menjadi auditor tentunya jumlah penugasan pun akan semakin meningkat pula. Sehingga hasil pengalaman-lama bekerja sebagai auditor pun tidak sesuai dengan pernyataan Libby dan Trotman dalam penelitian Nurchasanah dan Rahmanti, yang telah dijelaskan sebelumnya. Seharusnya lama audit yang pernah dilakukan oleh auditor serta kompleksitas transaksi keuangan yang telah menggunakan sistem terkomputerisasi dapat menambah dan memperluas pengetahuannya dan pengetahuan tersebut tersimpan di memori auditor. Sehingga memori auditor tersebut dapat mempengaruhi
kualitas
pertimbangannya.
Berdasarkan
hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa seharusnya pengalaman auditor dapat mempengaruhi kualitas audit secara signifikan dari pengalamannya melakukan audit. e. Uji Statistik F Uji statistik F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen (pendidikan, pelatihan, dan pengalaman) terhadap variabel dependen (kualitas audit atas sistem
xcii
informasi berbasis komputer) (Nugroho, 2005:53). Hipotesisnya sebagai berikut: Ho5: Tidak secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Ha5: Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Kriteria pengujian: α = 0,05 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho5 ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ho5 diterima Tabel 4.10 Uji Statistik F ANOVA b Model 1
Regression
Sum of Squares 43.963
Residual Total
df 4
Mean Square 10.991
3656.384
70
52.234
3700.347
74
F .210
Sig. .932a
a. Predictors: (Constant), pengalaman-LB, pengalaman-Tgs, pendidikan, Pelatihan b. Dependent Variable: Kualitas Audit SI berbasis komputer
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.10, F hitung menunjukkan nilai sebesar 0, 210 dengan tingkat signifikansi 0,932 dan lebih besar dari α (0,932 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas jauh lebih besar dari 0,05, maka menolak Ha5 dan menerima Ho5, artinya pendidikan, pelatihan , pengalaman auditor-jumlah penugasan, dan pengalamanxciii
lama bekerja secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal tersebut disebabkan karena ada faktor lain (variabel bebas lain) di luar variabel yang digunakan yang dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Selain itu, kualitas audit memang sulit untuk diukur, sehingga faktor penentu kualitas audit pun sulit ditentukan. Pada penelitian Nurchasanah dan Rahmanti (2004), terdapat delapan faktor penentu kualitas audit, yaitu: pengalaman audit, pemahaman terhadap industri klien, responsif terhadap kebutuhan klien, ketaatan pada standar umum audit, keterlibatan pimpinan KAS, keterlibatan komite audit, dan komunikasi tim audit dan manajemen klien. Hasil penelitian tersebut, menyatakan bahwa ke delapan faktor penentu kualitas audit secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu hasil penelitian ini akan berbeda jika faktorfaktor lain selain pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor ikut dimasukkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer.
BAB V
xciv
PENUTUP
A. Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman auditor terhadap peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hasil pengujian terhadap 75 responden auditor eksternal adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen X1 (pendidikan) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel dependen Y (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) dengan nilai koefisien sebesar 0,209. 2. Variabel independen X2 (pelatihan) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel dependen Y (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) dengan nilai koefisien sebesar 1,041. 3. Variabel independen X3 (pengalaman-penugasan audit) berpengaruh negatif (berlawanan arah) dan tidak signifikan terhadap variabel dependen Y (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) dengan nilai koefisien sebesar -0,001. 4. Variabel independen X4 (pengalaman-lama bekerja) berpengaruh negatif (berlawanan arah) dan tidak signifikan terhadap variabel dependen Y (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer) dengan nilai koefisien sebesar -0,006. 5. Hasil uji F menunjukkan F hitung sebesar 0,210 dengan tingkat signifikan pada alpha 0,932. Hal ini berarti variabel independen (pelatihan,
xcv
pendidikan, dan pengalaman auditor) secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer).
B. Implikasi Berdasarkan penjelasan kesimpulan di atas maka implikasi dari ke empat variabel ini adalah: 1. Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan, artinya semakin tinggi pendidikan maka akan dapat meningkatkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Namun pendidikan formal auditor ini tidak berpengaruh secara signifikan, karena walaupun menempuh pendidikan formal yang sama, auditor tersebut memiliki kemampuan dan tingkat pemahaman yang berbeda-beda dalam melaksanakan audit sistem informasi, sehingga tidak menutup kemungkinan tingkat pendidikan dapat menurunkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 2. Variabel pelatihan mempunyai pengaruh yang positif namun tidak signifikan, artinya semakin sering mengikuti pelatihan maka kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputernya akan meningkat pula.Variabel pelatihan tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer karena pelatihan tersebut tidak disesuaikan dengan tingkatan auditor yang berada di kantor akuntan publik. Sehingga tidak menutup kemungkinan pelatihan secara berkala
xcvi
yang tidak sesuai dengan tingkatan auditor sistem informasi dapat menurunkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 3. Variabel pengalaman yang berdasarkan jumlah penugasan auditor memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, artinya semakin banyaknya jumlah penugasan, maka akan menurunkan kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. 4. Variabel pengalaman yang berdasarkan lama bekerja sebagai auditor memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, artinya seberapa lama pun bekerja sebagai auditor, maka kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputernya akan rendah.
f. Saran Atas dasar keterbatasan tersebut diatas, maka dapat diajukan saransaran sebagai berikut: 1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menambahan variabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit atas sistem
informasi berbasis
komputer, seperti independensi, keterlibatan pimpinan KAP, komite audit dan faktor-faktor lainnya. 2. Jika ingin melakukan penelitian ke kantor akuntan publik sebaiknya memilih waktu yang tepat dalam penyebaran kuesioner, sehingga ketika melakukan penelitian tidak akan bentrok dengan kesibukan auditor.
xcvii
3. Pelatihan auditor mengenai sistem terkomputerisasi perlu ditingkatkan dan dilakukan secara berkala khususnya pelatihan untuk auditor junior karena auditor junior merupakan pelaksana langsung dalam pekerjaan lapangan. 4. Pernyataan-pernyataan
dalam
kuesioner
mempertimbangkan tingkat kesulitan yang ada.
xcviii
harus
dibuat
dengan
DAFTAR PUSTAKA Amran. “Pentingnya Pemahaman Atas Struktur Pengendalian Intern Dalam Melaksanakan Audit Sistem Informasi dan Teknologi”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Jakarta, 2001. Christiawan, Yulius Jogi. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 2, November 2002, FE Universitas Kristen Petra, diakses tanggal 10 Januari 2008, dari http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/ Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002. Gondodiyoto, Sanyoto. “Audit Sistem Informasi : pendekatan Konsep”. PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2003. Gondodiyoto, Sanyoto dan Henny Hendarti. “Audit Sistem Informasi Lanjutan” Mitra Wacana Media, Jakarta, 2007. Halim, Abdul. “ Auditing : Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”. Edisi ketiga, Cetakan pertama, Unit Penerbit, Yogyakarta, 2003. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Indriantoro dan Nur Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen.” Edisi pertama, BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta, 1999. Komalasari.”Model Perencanaan Sistem Informasi dengan Teori Agensi”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Jakarta, 1999. Mayangsari, Sekar. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”. Tesis Program Pasca sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2003. Mangkunegara A.P. “Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan”. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Notoatmodjo. “Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku”. Andi Offset, Yogyakarta, 2002. Notoatmodjo. “Pengembangan Sumber Daya Manusia”. PT. Bineka Cipta, Jakarta, 1998.
xcix
Nugroho, Bhuono Agung. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Penelitian dengan SPSS”. Andi Offset, Yogyakarta, 2005. Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti. “Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Jakarta, 2004. Prasetyo dan Jannah. “Metode Penelitian Kuantitatif”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Purwono, Edi. “Aspek-Aspek EDP Audit Pengendalian Internal Pada Komputerisasi”. Andi Offset, Yogyakarta, 2004. Sawyer. Mortimer dan James. “ Sawyer’s Internal Auditing”. Salemba Empat, Jakarta, 2006. Sjafardamsah. “ Evaluasi Atas Pengaruh TI Terhadap Pertimbangan Auditor Dalam Perencanaan Audit Laporan Keuangan”. Skripsi Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta, 2002. Ikatan Akuntan Publik Indonesia.“Standar Profesi Akuntan Publik”, Jakarta, 2001. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2005. Umar, Sekaran. “ Research Methods For Business : Metodologi Penelitian untuk Bisnis.” Edisi ke empat, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Wibowo dan Hardiningsih. “Pengaruh Faktor Personality dan Professional Commitment Terhadap Keahlian Computer Audit, Jurnal”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Jakarta, 2003. Widyanto, Adi K.D dan Indrawati Yuhertian. “Pengaruh Pendidikan, Pengalaman dan Pelatihan Terhadap Profesionalisme Auditor Pemerintah yang Bekerja Pada Badan Pengawas Kota Surabaya”. Konferensi Nasional Akuntansi, Jakarta, 2005.
c