Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Demonstrasi Terhadap Sikap Orang Tua dalam Penanganan Kejang Demam Di Wilayah Karangpandan Karanganyar Rahmad1, Wahyuningsih Safitri2, Erlina Windyastuti3 1)
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2). 3)
ABSTRAK Kejang pada anak merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi orang tua. Demam sering kali memicu terjadinya kejang. Penanganan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua khususnya ibu. Orang tua di Desa Gerdu dan Karang panik, cemas dan tidak tau cara penanganan kejang demam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap sikap orang tua tentang penanganan kejang demam di Desa Gerdu dan Karang Karangpandan Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment non randomized pretest-posttest with control group design dengan 30 responden orang tua dengan anak riwayat kejang demam. Analisis data menggunakan uji paired-samples t test dan uji independent-samples t test dengan alat instrumen berupa kuesioner sikap dan boneka anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap sikap orang tua dalam penanganan kejang demam dengan p Value 0,000. Pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam tentang penanganan kejang demam karena menampilkan peragaan gerak tubuh sehingga lebih menarik dan tidak monoton. Kata Kunci: pendidikan kesehatan, demonstrasi, sikap, kejang demam Daftar Pustaka : 46 (2005-2014)
ABSTRACT Spasm or convulsion in children is worrying for parents. Fever often leads to convulsion. Treatments for fabrile convulsion in children highly depend on the roles of parents, particularly mother. Parents in Gerdu and Karang villages are panic and worried, and they do not understand how to treat fabrile convulsion. This study aims at investigating the influence of healthcare education using demonstration method towards parents’ attitude on treatments for fabrile convulsion in Gerdu village and Karang village in Karangpandan, Karanganyar. This study employed quasi-experimental method with non-randomized pretest-posttest with control group design. A total of 30 parents having children with fabrile convulsion history were taken as respondents. Data were analyzed using paired-sample t-test and independent-sample t-test. The research instruments were questionnaires and dolls. The research results indicate an influence of healthcare education using demonstration method on parents’ attitude towards treatments for fabrile convulsion with p value of 0.000. Healthcare education using demonstration method is able to improve the attitude of parents having children with fabrile convulsion history on treatments for fabrile convulsion since this method provides body motion that is more attractive and not monotonous. Keywords: healthcare education, demonstration, attitude, fabrile convulsion. Bibliography: 46 (2005-2014) 1
2 A. PENDAHULUAN Demam adalah peningkatan suhu
berusia ± 2 tahun (17-23 bulan). Angka
tubuh diatas rentang normal yang tidak
kejadian kejang demam lebih sering
teratur
disebabkan
terjadi pada anak laki-laki (Kadafi, 2013).
ketidakseimbangan antara produksi dan
Di Asia angka kejadian kejang demam
pembatasan
dilaporkan lebih tinggi, sekitar 80% -
dan
panas
(Sodikin,
2012).
Kejang demam merupakan gangguan
90%
transien pada anak-anak yang terjadi
sederhana. Dan berdasarkan prasurvey di
bersamaan dengan demam. Keadaan ini
Indonesia pada bulan april 2009 terdapat
merupakan
15 kasus kejang demam, 80% (11 kasus)
salah
satu
gangguan
dari
seluruh
kejang
demam
neurologik yang paling sering dijumpai
disebabkan
pada anak-anak dan menyerang sekitar
pernafasan, 2 pasien meninggal dengan
4% anak. Anak laki-laki lebih sering
observasi meningitis dan encheapalitis
menderita kejang demam dengan insiden
(Teguh Subianto, 2009). Dan angka
sekitar dua kali lipat dibandingkan anak
kejadian di Jawa Tengah 2% - 3% dari
perempuan. Sekitar 30% sampai 40%
tahun 2009 (Nurwahyuni, 2009) dan hasil
anak-anak
dari angka kejadian kejang demam di
mengalami
satu
kali
kekambuhan (Wong, 2009).
oleh
infeksi
saluran
RSUD Karanganyar pada tahun 2013
Kejang pada anak merupakan
adalah sejumlah 61 anak dan pada bulan
sesuatu yang sangat menakutkan bagi
juli – September 2014 sebanyak 20 anak
orang tua. Demam sering kali memacu
penderita kejang demam.
terjadinya kejang. Kejang yang terjadi
Kejang
demam
sangat
pada saat demam disebut kejang demam.
berhubungan dengan usia, hampir tidak
Secara definisi, kejang demam adalah
pernah ditemukan sebelum usia 6 bulan
kejang yang terjadi pada saat kenaikan
dan setelah 6 tahun (Hull, 2008). Faktor
suhu tubuh lebih dari 38°C (suhu rektal
keturunan
atau dubur) yang disebabkan proses di
terbesar terjadinya kejang demam pada
luar otak, tanpa ada bukti infeksi otak
anak (Wardani, 2012). Kejang demam
(Kadafi, 2013).
berulang terjadi pada 50% anak yang
Kejang demam terjadi pada 2-4
adalah salah satu faktor
menderita kejang demam pada usia
% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
kurang
Angka
di
berkembang menjadi epilepsi (Behrman,
Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan
2010). Risiko epilepsi sebanyak 2% dapat
Eropa Barat diperkirakan 2-4%. Dalam
terjadi setelah satu atau lebih kejang jenis
25 tahun terakhir, terjadinya kejang
apapun dan menjadi 4% bila kejang
demam lebih sering terjadi pada saat anak
berkepanjangan (Hull, 2008).
Kejadian
kejang
demam
dari
1
tahun
dan
dapat
Kejang
3 demam dapat berdampak serius seperti
demam yang tidak memadai (Tarigan,
defisit
Chairul, & Syamsidah, 2007).
neurologik,
epilepsi,
retardasi
mental, atau perubahan perilaku (Wong,
Dari hasil penelitian Wibawa
2009). Pencegahan kejang demam pada
tahun
anak sangat tergantung pada peran orang
menggunakan metode demonstrasi lebih
tua khususnya ibu. Penatalaksanaan pada
efektif meningkatkan pengetahuan dan
anak
perbaikan
saat
satunya
mengalami
memposisikan
kejang
salah
miring
2007
pendidikan
sikap
anak
kesehatan
SD
terhadap
dan
pemberantasan DBD, dibuktikan dimana
menengadahkan kepala agar jalan nafas
pengetahuan dan sikap sebagai kesan
tetap terjaga (Meadow, 2005).
pertama yang diserap atau diterima atas
Hasil penelitian Yusuf tahun
apa yang dipelajari atau didapat, maka
2014 menunjukkan bahwa 7% orang tua
pendidikan
mempunyai
kecemasan atau ketakutan
metode demonstrasi lebih efektif dari
terhadap kondisi anak dengan kejang
pada metode pemutaran video. Penelitian
demam.
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Hasil
penelitian
lain
kesehatan
menunjukkan 57% orang tua takut saat
pendidikan
kesehatan
anaknya mengalami
menggunakan
metode
beranggapan
demam
dan
anak akan mengalami
kejang demam (Tarigan,
sikap
orang
dengan demonstrasi tua
dalam
&
penanganan kejang demam di Desa Gerdu
tua
dan Karang kecamatan Karangpandan
yang
kabupaten Karanganyar. Penelitian ini
kejang
dapat diaplikasikan oleh perawat dalam
demam bukan merupakan keadaan yang
memberikan pendidikan kesehatan dalam
sifatnya berbahaya dan anak tidak akan
memberikan discharge planning kepada
meninggal dunia pada saat mengalami
orang tua dengan anak riwayat kejang
kejang demam. Pendidikan kesehatan
demam.
Syamsidah,
2007).
memerlukan menenangkan
Chairul,
terhadap
menggunakan
Orang
informasi mereka
bahwa
mengenai cara melindungi anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi pada anak selama kejang demam
perlu dilakukan agar
B. METODE penelitian rancangan
quasy
ini
menggunakan
experiment
non
orang tua tidak panik dan kebingungan
randomized pretest-posttest with control
(Wong, 2009).
yang
group design Teknik Pengambilan sampel
dari orang tua disebabkan
dalam penelitian ini adalah probality
karena edukasi mereka tentang kejang
sampling dengan jenis total sampling
berlebih
Kecemasan
4 dengan
mengambil
populasi
sebagai
semua
anggota
responden
dengan
jumlah 30 responden, 15 sampel untuk kelompok intervensi dan 15 sampel untuk
Va ria bel
Interven si (n=15) F
%
F
% F
%
5
3 3, 3
5
3 3 10 , 3
3 3, 3
9
6 0
6
4 15 0
5 0
1
6. 7
2
0
0
2
15
1 0 0
15
Usia
kelompok kontrol, pengambilan sampel dengan cara undian. Pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat. Penelitian ini dilakukan di Desa Gerdu dan Karang Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten
Karanganyar. Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu, pengambilan dilakukan
data
pada tanggal 17 Juli - 6
Agustus 2016. Analisa data menggunakan uji
paired-samples
t
test
Untuk
menganalisis perbedaan sikap sebelum
17 25 26 35 36 45 46 55 To tal
Berdasarkan
dengan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai signifikasi p<0,05 dan uji independent sampel t test untuk mengetahui sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan antara
kelompok
intervensi
dengan
kelompok kontrol dengan nilai signifikasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan p>0,05 sedangkang sesudah dilakukan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi
dengan
kelompok
control
dengan nilai signifikasi p<0,05.
Total (n=30 )
Kontrol (n=15)
hasil
1 3 3 . 3 1 3 2 . 3 1 0 30 0
dari
tabel
karakteristik responden menurut usia sebagian besar rata-rata umur responden adalah 26-35 tahun yaitu sebanyak 15 orang
(50%).
usia
responden
pada
kategori dewasa awal karena pada masa tersebut
merupakan
masa
produktif,
penelitian ini sejalan dengan penelitian dari dari Yusuf tahun 2014 dengan jumlah
responden
sebanyak
53,3%.
Kategori usia sebagian besar responden yaitu berada pada kategori masa dewasa awal, yang artinya cukup matang dalam berfikir (Depkes, 2009). Usia seseorang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Table 1. karakteristik umur responden
memengaruhi
kemampuan
seseorang
untuk menerima informasi dan pola pikir seseorang
terhadap
informasi
yang
diberikan. Semakin bertambahnya usia
1 0
6, 7 1 0 0
5 maka kemampuan menerima informasi
cukup
dan
peningkatan skor pada kuesioner sesudah
pola
pikir
berkembang.
seseorang
Kemampuan
semakin seseorang
tinggi
responden
itu
terbukti
dilakukan
dengan
pendidikan
untuk menerima informasi yang diberikan
kesehatan, penelitian ini sejalan dengan
kepadanya berhubungan dengan maturitas
penelitian dari Yusuf tahun 2014 dengan
dari fungsi tubuh baik indera maupun
jumlah
otak
Pendidikan memiliki peranan yang sangat
dan
kesehatan
seseorang
penting
(Notoatmodjo, 2007).
responden
dalam
sebanyak
menentukan
50%.
kualitas
Table 2. karakteristik pendidikan
manusia, dengan pendidikan manusia
responden
memperoleh pengetahuan dan informasi.
Variab el
Inte rve nsi (n= 15)
F Pendidikan SD 0
2 SMP
Ko ntr ol (n =1 5) %
F
%
0
1
6. 7
1
13. 3
1
6. 7
3
12
80
13
8 6. 7
2 5
1
6.7
0
0
1
15
100
15
1 0 0
3 0
SMA
Pergur uan tinggi Total
Berdasarkan karakteristik pendidikan
T ot al (n = 3 0) F
hasil
dari
responden sebagian
besar
Semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
seseorang maka akan semakin berkualitas hidupnya (Hurlock, 2007). Table 3. karakteristik pekerjaan responden % 3 , 3 1 0 . 0 8 3 , 3 3 , 3 1 0 0
tabel
menurut rata-rata
responden berpendidikan SMA sebanyak 25 orang (83,3)%. pendidikan responden
Variabel
Pekerjaan Swasta
F
% F
T ot al (n = 3 0) % F
6
4 0
6 0
1 5
0
1
4 0
1 4
Kon trol (n= 15)
Inte rven si (n= 15)
9
1
6 0 . 7 Ibu 8 5 6 rumah 3 tangga . 4 Total 15 1 15 0 0 Berdasarkan hasil
Pegawai
karakteristik
% 5 0, 0 3, 3 4 6, 7
1 3 1 0 0 0 0 0 dari tabel
responden
pekerjaan
sebagian
besar
responden
bekerja
sebagai
menurut rata-rata swasta
6 sebanyak 15 orang (50%). itu terbukti
kesehatan sebelum dan sesudah dilakukan
dengan banyak adanya industri pabrik di
pendidikan kesehatan pada kelompok
sekitar karanganyar, dan penelitian ini
intervensi dan kelompok kontrol, Ini
sejalan dengan penelitian dari Yusuf
sesuai dengan penelitian dari Mega tahun
tahun 2014 dengan responden sebanyak
2014
50%.
kesehatan tentang hipertensi terhadap
Lingkungan
menjadikan
pekerjaan
seseorang
dapat
memperoleh
tentang
pengetahuan
pengaruh
dan
pendidikan
sikap
mengelola
pengalaman baik secara individu maupun
hipertensi di Puskesmas Pandanaran,
sosial (Mubarak, 2007). Selain itu adanya
Semarang, bahwa ada pengaruh yang
pengalaman, interaksi dengan lingkungan
signifikan dalam pemberian pendidikan
serta informasi dari media massa dan
kesehatan terhadap sikap sebelum dan
elektronik akan membantu seseorang
sesudah di berikan pendidikan kesehatan
mendapatkan
dengan p Value <0,05.
informasi
yang
akan
Hal
mempengaruhi sikap agar menjadi lebih
ini
dikerenakan
beberapa faktor
baik (Sulisdiana, 2011). Table 4. Sikap orang tua dalam
terdapat
yang mempengaruhi
persamaan sikap orang tua antara kedua
penanganan kejang demam sebelum
kelompok
yaitu
rata-rata
pendidikan
dengan sesudah dilakukan Pendidikan
kelompok intervensi dengan rata-rata
Kesehatan pada kelompok intervensi
tingkat pendidikan kelompok kontrol.
dan kelompok control
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap informasi
Kelompok intervensi (n=15) Pre-test Post-test Kelompok kontrol (n=15) Pre-test Post-test
Std. p Deviation Value
semakin tinggi, sehingga akan semakin
39.13 1.685 0.000 51.93 1.907 p mean Std. Deviation Value
(Notoatmodjo 2012). Faktor-faktor yang
mean
dengan
untuk
menerima
informasi
dapat mempengaruhi sikap orang tua pada kedua kelompok adalah pengalaman, pendidikan, pekerjaan, usia dan informasi
39.33 1.552 39.87 1.356
0.001
Berdasarkan hasil analisa sikap sebelum
mudah
sesudah
dilakukan
pendidikan kesehatan pada kelompok
yang didapatkan orang tua sehingga berpengaruh
pada
sikap
orang
tua
(Wawan & Dewi, 2011). Berdasarkan dari penelitian yang
kontrol
dilakukan oleh peneliti menunjukkan
diketahui bahwa nilai p Value <0,05 ini
bahwa pendidikan kesehatan dan sikap
berarti
yang dimiliki oleh orang tua di Desa
intervensi
dan
ada
kelompok
pengaruh
pendidikan
7 Gerdu
dan
Karang,
Karngpandan,
p Value 0,740 (p>0,05) maka H0
Karanganyar, memiliki kategori yang
diterima yang berarti tidak terdapat
positif
kejang
perbedaan sikap sebelum dilakukan
demam. ini Sejalan dengan penelitian dari
pendidikan kesehatan pada kelompok
tentang
penanganan
Yusuf tahun 2014 tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam menggunakan audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan anak riwayat kejang demam
intervensi
dan kelompok kontrol.
sedangkan
analisa
sikap
sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok
yang memiliki nilai kualifikasi cukup
kontrol didapatkan nilai p Value 0,000
sebanyak 7%.
(p<0,05) maka H0 ditolak yang berarti
Tabel 5. Sikap orang tua dalam
terdapat perbedaan sikap sesudah
penanganan kejang demam sebelum dan
dilakukan pendidikan kesehatan antara
sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan
kelompok intervensi dan kelompok
antara kelompok intervensi dengan
kontrol. Ini sejalan dengan penelitian
kelompok kontrol
Faisal Tahun 2014 tentang pengaruh
Pre-test
mean
Std. P Deviation Value 39.13 1.685
Kelompok intervensi (n=15)
pendidikan
kesehatan
pengatahuan,
dan
terhadap
sikap
tidakan
merokok pada remaja di Desa Jati 39,33 1.589
0.740
Kelompok kontrol (n=15) Post-test mean
menunjukan yang
Std. P Deviation Value 51.93 1.907
Kelompok intervensi (n=15)
Kabupaten Garut, hasil penelitian kelompok
mendapatkan
intervensi pendidikan
kesehatan melalui precede proceed model
mengalami
peningkatan
pengtahuan, sikap dan tindakan yang 39.87 1.356
0.000
Kelompok kontrol (n=15)
Berdasarkan hasil dari analisa sikap sebelum di lakukan pendidikan
bermakna sebelum dan sesudah di lakukan pendidikan kesehatan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p Value <0.05. Perubahan
sikap
dapat
kesehatan antara kelompok intervensi
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
dan kelompok kontrol didapatkan nilai
sumber pesan, isi pesan dan penerima
8
pesan. Sumber pesan dapat berasal
agar dapat mencapai tujuan harus
dari seseorang, kelompok, institusi
memperhatikan
yang dapat dipercaya oleh penerima
diantaranya yaitu materi atau pesan
pesan, semakin percaya dengan orang
dan
yang mengirim pesan maka semakin
menggunakan bahasa yang mudah
mudah untuk dipengaruhi pemberi
dimengerti oleh masyarakat dalam
pesan. Isi pesan biasanya berupa
bahasa kesehariannya, materi tidak
tulisan, kata-kata, simbol dan gambar.
terlalu sulit dan dimengerti oleh
metode
beberapa
yang
hal
disampaikan
penelitian
sasaran. Hasil penelitian ini sesuai
yang di lakukan oleh peneliti sebelum
dengan pendapat Notoadmodjo tahun
dan sesudah dilakukan pendidikan
2007
kesehatan tentang penanganan kejang
penyampaian informasi dipengaruhi
demam perubahan sikap responden di
oleh
pengaruhi dari institusi yang dapat
digunakan yang mana metode dan
dipercaya responden, faktor emosional
media penyampaian informasi dapat
responden yang baik dan pengaruh
memberikan efek yang signifikan
kebudayaan responden yang dapat
terhadap
menerima
yang
terhadap sikap orang tua. hal ini dapat
peneliti sampaikan. Setelah penelitian
dilihat dari hasil analisis penelitian di
selesai responden diharapkan dapat
atas
melakukan penanganan anak dengan
peningkatan sebelum dan sesudah
kejang demam secara mandiri saat
diberikan
anak
dan
tentang penanganan kejang demam
responden tau tentang pengertian,
terhadap sikap orang tua, hal ini
tanda gejala dan penyebab kejang
membuktikan
demam, sehingga responden tidak
pendidikan
perlu takut atau cemas saat anak
berpengaruh
mengalami kejang demam.
sikap
Berdasarkan
setiap
terjadi
dari
isi
kejang
Mubarak
pesan
demam
tahun
2006
mengatakan
bahwa
dalam
memberikan
pendidikan
kesehatan
yang
menyatakan
metode
dan
media
Pendidikan
yang
menunjukkan
orang
metode
kesehatan
tua.
terjadi
kesehatan
bahwa
dalam
yang
kesehatan
pendidikan
digunakan
bahwa
efektif
meningkatkan Media
penelitian
yang dalam
penyuluhan kesehatan menggunakan metode
demonstrasi.
Ini
sejalan
9
dengan penelitian dari Wibawa tahun
orang tua serta meningkatkan derajat
2007 tentang perbedaan efektifitas
kesehatan orang tua dan anak baik di
metode
dengan
tingkat puskesmas maupun Rumah
tentang
Sakit. Hasil penelitian ini dapat
terhadap
dimasukkan dalam materi tentang
demonstrasi
pemutaran
video
pemberantasan
DBD
peningkatan pengetahuan dan dikap
metode
pendidikan
anak SD di Kecamatan Wedarijaksa
sehingga
meningkatkan
Kabupaten
keperawatan
Pati” bahwa Metode
kesehatan praktik
tentang
metode
demonstrasi lebih efektif dari pada
pendidikan kesehatan dengan metode
metode
demonstrasi.
pemutaran
meningkatkan perbaikan
video
dalam
pengetahuan
sikap
anak
dan
SD
di
Penelitian
dikembangkan
oleh
ini
dapat
peneliti
lain,
misalnya mengkombinasi pendidikan
Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten
kesehatan
menggunakan
Pati tentang pemberantasan DBD,
demonstrasi
dibuktikan dimana pengetahuan dan
kesehatan
sikap sebagai kesan pertama yang
audiovisual.
dengan dengan
metode pendidikan
menggunakan
diserap atau diterima atas apa yang dipelajari atau didapatkan.
E. DAFTAR PUSTAKA Wong, DL dkk
D. SIMPULAN DAN SARAN Ada
pengaruh
pendidikan
kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap
sikap
orang
tua
dalam
(2009), Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Wong Ed.6,Vol.2, EGC, Jakarta. Susilo,
R.
(2011).
Pendidikan
penanganan kejang demam di Desa
Kesehatan dalam Keperawatan.
Gerdu dan Karang, Karangpandan,
Yogyakarta : Nuha Medika
Karanganyar. Perawat, tim medis dan tenaga
kesehatan
menggunakan
media
lain
dapat
penyuluhan
Ainsworth M, Smith, S. dan A. Millership.
2006.
Managing
kesehatan berupa demonstrasi dalam
Performance
kegiatan pendidikan kesehatan dalam
People.Terjemahan. Jakarta: PT.
upaya
Bhuana Ilmu Populer.
untuk
meningkatkan
sikap
10
Arikunto,
S.
Prosedur
wibawa. (2007). Perbedaan Efektifitas
pendekatan
Metode Demonstrasi Dengan
(2010).
penelitian
suatu
prakik. Jakarta: Rineka Cipta.
Pemutaran
Video
Tentang
Pemberantasan DBD Terhadap Yusuf. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Ibu
Dengan Anak Riwayat Kejang
Peningkatan Pengetahuan Dan Dikap Anak SD Di Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati: Jurnal
Promosi
Kesehatan
Indonesia Vol. 2 / No. 2 / Agustus 2007.
Demam. Surakarta: Skripsi. Poerwadarminta. (2005) kamus Umum Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Teknis
Keperawatan
AnalisaData.
dan
Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas.
Jakarta: Sudjana, N. (2010). Dasar-Dasar
Salemba Medik
Proses Mega. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap
Pengetahuan
Bandung:
Sinar
Pandanaran,
Semarang. Semarang: Skripsi. Hull, D & Joohnston DI.( 2008).
Slameto. (2010). Belajar dan FaktofFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sodikin, (2012), Prinsip Perawatan Demam
EGC. Jakrta.
Pelajar , Yogyakarta.
A.
kesehatan
(2007). bayi
Promosi
dan
Baru
Algensindo
Dasar dasar pediatrik. Edisi 3 ,
Hurlock,
Mengajar.
Dan
Sikap Mengelola Hipertensi Di Puskesmas
Belajar
balita.
Pada Anak, Pustaka
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Jakarta: Salemba Medika. Depkes.(2006), 16 persen balita di indonesia
alami
gangguan
11
perkembangan
saraf
.
Junaidi.
(2014).
Gambaran
http://www.depkes.go.id/index
Pengetahuan Dan Pelaksanaan
.php: diakses 11 Novenber
Bantuan Hidup Dasar Perawat
2013
Gawat
Darurat
Di
Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Depkes
RI.
(2009).Jumlah
pneumonia
pada
menurut
kasus balita
Provimsi
dan
kelompok
Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan
Diagnosis
Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014. ISSN : 2302-1721.
umur(http://www.depkes.go.id diakses tanggal 25 Maret 2013
Muzaki. (2012) Hubungan Pelatihan Basic
)
Life
Pelaksanaan Cristian, dkk. (2013).
Keperawatan
Kegawatdaruratan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Jakarta : Rineka Cipta
Keperawatan
dan
Data.
Teknik Surabaya:
Salemba Medika. S.
Ilmu
Komunitas
.
Jakarta: Salemba Medika. Maulana. H. D. J. & yudha. K. E. (Eds).
Survey
Moewardi Di Surakarta. S1
(2009).
Universitas
Sahid. Surakarta. (2005).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Promosi Kesehatan : Teori dan
(2006).
Keperawatan
Primary
Pada Perawat di GD RSUD dr.
Notoadmodjo.
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian
Mubarak,
Dengan
Keperawatan.
Syaiful. 2011. Guru dan Anak Didik.
Analisis
Support
Promosi
Kesehatan . Jakarta: EGC
Aplikasi
(EdisiRevisi
2010).
Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2011).
Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni (EdisiRevisi 2011). Jakarta: Rineka Cipta.
12
Notoatmodjo.
(2010)
Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: PT
Reproduction Immunology. Vol 1914: 1-5.
Rineka Cipta Sudiharto, Sartono. (2011). Basic Nursalam.
(2008).
Konsep
Dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmukeperawatan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba
Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: CV.Sagung Seto. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
Medika
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Nursalam.
(2009).
Konsep
dan
Bandung: Alfabeta.
penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan.
Jakarta:
Saubers, N 2011, Semua yang harus anda
Salemba Medika.
ketahui
p3k,
palmall,
Yogyakarta. Nursalam.
(2013).
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3.
Taufik, M. (2007). Prinsip-Prinsip Promosi
Kesehatan
Dalam
Bidang Keperawatan. Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika.
Infomedika. Sudjana. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Wawan, A & Dewi M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan,
Sinar Baru algesindo
Perilaku, dan Perilaku Manusia. Rusmiati, Pinem. (2008). Waspadai
Yogyakarta: Nuha Medika.
ARDS di Masyarakat. Jakarta: Karnia,
Trans Info Media.
N (2007),’Penatalaksanaan
demam Sharma, S. Norris, W. Kalkunte, S.
pada
diseminarkan
pada
anak’, klinik
(2010). Beyond the threshold:
penanganan kejang pada anak,
an etiological bridge between
Bandung, 12 Februari 2007,
hupoxia
diakses
and
preeclampsia.
immunity
in
Journal
20 November
2013
13
Riwidikdo,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
Dalam Tarigan, T, Chairul A.H, Syamsidah L (2007), ‘Pengetahuan, sikap dan orang
tua
tentang
demam dan pentingnya edukasi oleh dokter’, Sari Pediatri, Vol. 8, No.3, Hal. 27-31. Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Keperawatan
Penelitian :
Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans Info Media Wardani, AK, (2013). Kejang demam sederhana pada anak usia satu tahun. Medula, Vol. 1, No. 1, Hal
57-64:
http://portalgaruda.org/downloa d_article.php?article=122474. diakses 23 November 2013 Ngastiyah (2005) Perwatan Anak Sakit edisi 2 Jakarta: EGC Potter.
(2005).
Fundamental
Keperawatan
(Konsep,Proses
dan
Edisi
Praktik).
Jakarta: EGC.
(2013).
Statistik
Kesehatan dan Aplikasi SPPS
content/uploads/2010/02
perilaku
H.
ke-
4.
ProsedurPenelitian.
Yogyakarta: Roh