e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP SIKAP SPIRITUAL SISWA DENGAN KOVARIABEL INTENSITAS HUBUNGAN DALAM POLA ASUH KELUARGA Ida I Dewa Ayu Ratih Widnyani1, Nyoman Dantes2, I Made Tegeh3 1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2Jurusan Bimbingan Konseling, 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap sikap spiritual siswa setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa IV SD di perkotaan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian menggunakan desain single factor independent group design with use of covariat. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD perkotaan di Gugus II Kecamatan Bangli tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 187 orang. Sampel penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas IV SD N 2 Kawan yang berjumlah 37 orang dan siswa kelas IV SD N 5 Kawan yang berjumlah 32 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan instrumen lembar kuesioner. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis kovarians satu jalur (Anakova).Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan sikap spiritual antara kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang belajar dengan mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD diperkotaan. (2) Terdapat perbedaan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di perkotaan. (3) Terdapat kontribusi signifikan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual siswa sebesar 32,5%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berpengaruh terhadap sikap spiritual siswa setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga siswa kelas IV SD di perkotaan dikendalikan. Kata-kata kunci: saintifik, sikap spiritual, pola asuh keluarga Abstract The aims of this research were to know the influence of scientific approach towards students’ spiritual attitude after intensity covariable relations in parenting controlled on the year IV primary students in the cities. The types of this research were experiment quasi with draft research used single factor independent group design with the use of covariates. The population of this research was all of the year IV primary students in the cities in Gugus II Bangli Regency of the year 2014/2015 which has 187 students. Samples used in this research are students of fourth grade N 2 Kawan which amounted to 37 people and students fourth grade N 5 Kawan which amounts to 32 people. The research samples were collected with questionnaire instrument. The data was analysed by one-way covariance (Anakova). Based on the results of the data analysis, it can be concluded (1) There are differences in spiritual attitude between the group of students that learn using scientific approach and group of students that
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 learn using conventional approach of the year IV primary students in the cities. (2) There are spiritual attitude differences between the group of students that follows learning with scientific approach and group of students that using conventional approach after intensity covariable relations in parenting controls on the year IV primary students in the cities. (3) There is 32,5% significant contribution of the parenting intensity towards students’ spiritual attitude. From the results of this study concluded that the scientific approach affects the spiritual attitude of the students after after intensity covariable relations in parenting controls on the year IV primary students in the cities Keywords: scientific, spiritual attitude, parenting
PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Susanto (2013) proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disekolah dasar dimaksudkan sebagai proses pembelajaran yang memembantu siswa belajar dengan baik dalam membentuk karakter berlandaskan Pancasila. Namun sangat disayangkan dalam aplikasinya diproses pembelajaran PKn hanya didominasi dengan penyajian materi yang bersifat kognititif dan psikomotor saja, kurang menyentuh pada aspek afektif. Aspek afektif yang dimaksud disini ialah sikap spiritual siswa. Sikap spiritual merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Sikap ini akan dijadikan landasan bagi siswa didalam menjalani kehidupan bersama masyarakat banyak. Sikap spiritual yang tertatanam pada diri siswa akan mengarahkan siswa untuk menghormati dan menghargai aajaran agama yang dianut, sikap ini juga akan membantu siswa untuk menghargai sesama ciptaan Tuhan, menghormati orang lain tatkala melaksanakan ibadah, serta menjadi tameng yang kuat bagi diri siswa untuk mengahadapi perkembangan zaman. Untuk itu hendaknya para pendidik dalam proses pembelajaran hendaknya tidak hanya memberikan informasi berupa pengetahuan namun harus diiringi dengan penanaman sikap spiritual siswa. Namun, pada kenyataannya para pendidik belum membantu mengembangkan sikap spiritual siswa. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil kuesioner
yang telah diisi oleh siswa kelas IV SD Gugus II Kecamatan Bangli yang letaknya di perkotaan ditemukan permasalahan pada sikap spiritual siswa pada dimensi menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Hanya 52% siswa kelas IV yang menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut dari 187 siswa. Rendahnya sikap spiritual siswa disebabkan oleh guru yang terlalu mementingkan aspek kognitif siswa dibandingkan dengan aspek afektif. Hal ini dibuktikan dengan guru kurang memperhatikan siswa saat proses sembahyang sehingga terdapat beberapa siswa yang bercanda dengan teman mereka saat persembahyangan. Selain itu, dari wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV, diperoleh hasil bahwa dalam pembelajaran guru hanya bertujuan untuk menyelesaikan materi pembelajaran sehingga kurang dapat memperhatikan sikap spiritual siswa. Hal ini berakibat pada rendahnya sikap spiritual siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap spiritual siswa kelas IV di Perkotaan yaitu dengan melaksanakan pembelajaran dengan pendektan saintifik. Pendekatan saintifik menurut Nurul (dalam Marjan, 2014) merupakan salah satu pendekatan yang dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri. Kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengolah informasi/eksperimen, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kegiatan yang menggunakan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 panca indra didalam memperoleh informasi mengenai karakteristik dari objek yang tengah diamati. Pada saat kegiatan mengamati ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan melalui menyimak, mendengar, dan membaca. Guru dalam hal ini memfasilitasi segala keperluan siswa untuk melakukan pengamatan, melatih siswa untuk memperhatikan suatu objek. Guru dalam hal ini juga sembari menanamkan sikap untuk berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu. Ini bertujuan untuk menanamkan sikap spiritual siswa melalui kegiatan mengamati. Menanya dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kegiatan melatih siswa untuk berani mengungkapakna sesuatu yang telah diamati sebelumnya. Menurut Sani (2014) salah satu cara untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah dengan metode inkuri Suchman. Metode ini dapat dilakukan dengan guru menampilkan sebuah fenomena dan meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan, sedangkan guru hanya menjawab ya atau tidak. Dengan adanya fenomena yang diamati oleh siswa, mereka akan dirangsang untuk mengajukan pertanyaan dan terbiasa melakukan itu disetiap pembelajaran. Kegiatan mengumpulkan informasi dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kegiatan menggali dan mengolah informasi dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Pada kegiatan ini peserta didik dapat melakukan kegiatan eksperimen untuk mengumpulkan informasi dari benda-benda yang tengah diamati.Guru selain sebagai fasilatator dalam kegiatan ini juga menanamkan bagaimana menjaga lingkungan disekitar tempat tinggal, sekolah, dan masyarakat untuk tetap hidup sebagai cerminan menghargai cipataan Tuhan. Guru mengingatkan dan mengajak siswa melakukan pembersihan sesudah eksperimen yang dilakukan baik didalam maupun diluar kelas. Kegiatan lain dalam pendekatan saintifik ialah mengasosiasi/menalar, kegiatan ini merupakan kegiatan memproses informasi yang diperoleh
untuk menemukan hubungan antara satu informasi dengan informasi lainnya. Pada kegiatan ini juga dilakukan kegiatan penyimpulan atas apa yang telah ditemukan dari serangkain kegiatan yang telah dilakukan. Setelah menyimpulkan apa yang telah ditemukan siswa, mereka diajak untuk mengkomunikasikan informasi apa yang telah mereka temukan. Hasil tersebut disampaikan didepan dikelas dan nilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa. Selain memberikan penilaian atas apa yang telah disajikan oleh siswa disini guru juga membiasakan siswa untuk memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai dengan agama yang dianut. Serangkain kegiatan pembelajaran dengan pendekatan sesuai dengan paparan diatas sudah pasti akan menanamkan dan meningkatan sikap spiritual yang ada pada diri masingmasing siswa. Pengembangan sikap spiritual siswa sejalan dengan pendapat Kurinasih (2014) yang menyatakan bahwa jika sikap spiritual siswa telah terbentuk maka akan menghasilkan siswa yang beriman dan bertakwa. Maka berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran dengan pendekatan saintifik akan dapat meningkatkan sikap spiritual siswa. Mengingat sikap tidak hanya dibentuk melalui pembelajara yang berlangsung dikelas terdapat pula faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang. Faktor lain yang dimaksud disini ialah intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Keluarga menurut Sukmadinata (2009) adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama dan masing-masing anggota keluarga merasakan adanya ikatan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Berdasarkan hal tersebut keluarga siswa sebagai tempat siswa lebih banyak berinteraksi bertanggung jawab dalam perkembangan pengetahuan dan akhlak siswa. Keluarga senantiasa memfasilitasi keperluaan belajar siswa, memberi motivasi dalam belajar siswa, membimbing dan menanamkan sikapsikap yang mencerminkan siswa yang berakhlak mulia. Sejak dini didalam
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 keluarga sudah seharusnya membentuk siswa menjdai insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Paparan diatas sesuai dengan fungsi keluarga menurut Scohib (2010) yakni fungsi edukasi yakni fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, pengayangaan wawasan dan hal-hal lainnya yang ada kaitannya dengan pendidikan. Kemudian fungsi religius, pada intinya keluarga bukan sekedar untuk mengenalkan kaidahkaidah agama pada anaknya. Melainkan untuk membentuk anak menjadi insane beragama. Djaali (2008) menyatakan sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh, atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya. Cara mengasuh keluarga khususnya orang tua, pengalaman masa kanak-kanak merupakan kecendrungan hal yang nantinya akan membentuk pribadi dan karakter anak, termasuk didalamnya membentuk sikap anak. Untuk itu intensitas hubungan pola asuh dalam keluarga sangatlah berpengaruh terhadap sikap yang terbentuk pada anak. Interaksi keluarga yang teralalu otoriter akan membentuk sanak menjadi penakut, pendiam, tertutup, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Interaksi keluarga dengan anak dengan pola demokratis akan membentuk anak menajdi mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, dan kooperatif terhadap orang lain. Interaksi keluarga dengan anak yang serba boleh akan membentuk anak menjadi manaj, agresif, tidak patuh, kurang mandiri dan mau menang sendiri. Pola asuh yang digunakan orang tua akan membentuk suatu interaksi antara anak dan orang tua. Dalam interaksi akan mengandung kedekatan atau hubungan anatara anak dan orang tua. Tingkatan atau kualitas atau yang biasa disebut dengan intensitas hubungan tersebut dapat dilihat melalui adanya kebersamaan dirumah, menjalin komunikasi yang baik, memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada anak,
serta empati (Mahadewi, 2014). Hal tersebut yang nantinya juga akan berpengaruh pada tertanamnya sikap spiritual pada siswa. Terkait dengan rendahnya sikap spiritual siswa dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PKn Terhadap Sikap Spiritual Siswa dengan Kovariabel Intensitas Hubungan dalam Pola Asuh Keluarga Pada Siswa Kelas IV SD di Perkotaan Tahun Pelajaran 2014/2015”. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian semu (penelitian quasi eksperimen). Rancangan penelitian menggunakan desain eksperimen factorial yaitu single factor independent group design with use of covariat. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli yang berjumlah 187 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah SD N 5 Kawan yang berjumlah 32 orang sebagai kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional dan SD N 2 Kawan yang berjumlah 37 orang sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan saintifik. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara undi dengan teknik random sampling setelah populasi dinyatakan setara. Data sikap spiritual dan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikumpulkan dengan instrumen kuesioner. Untuk instrumen intesitas hubungan dalam pola asuh keluarga berjumlah 30 butir sedangkan instrumen sikap spiritual berjumlah 20 butir. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dulu perlu dilakukan uji coba. Uji coba instrumen dilakukan untuk memperoleh gambaran kelayakan dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Terdapat beberapa langkah uji coba terhadap instrumen meliputi validitas
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 isi oleh pakar judges, analisis validitas butir tes, dan analisis reliabilitas. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi mengitung mean, median, modus, standar deviasi, varians, maksimum,minimum dan range. Data yang telah dikumpulkan sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji linieritas dan keberartian arah regresi. Kemudian data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varians satu jalur, anakova satu jalur, dan Korelasi Product Moment untuk menguji hipotesis penelitian.
Deskripsi data yang akan disajikan pada bagian ini terdiri atas empat kelompok, meliputi (1) sikap spiritual kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik, (2) sikap spiritual kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional, (3) intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelompok siswa dibelajarkan dengan pendekatan saintifik, (4) intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelompok siswa dibelajarkan dengan pendekatan konvensional. Berikut ini pada tabel 1 akan dipaparkan mengenai hasil perhitungan skor sikap spiritual dan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelompok eksperimen dan kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1.
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Sikap Spiritual dan Intensitas Hubungan dalam Pola Asuh Keluarga Variabel A1 A2 X Statistik Mean Median Modus Standar Deviasi Varians Range Maksimum Minimum
127,9 128 128 7,6 57,8 33 144 111
Y 88,2 88 86 3,9 15,4 14 95 81
X
Y
119,2 122,5 122 11,1 123,9 41 134 93
82,8 82,5 78 4 16,3 13 91 78
Keterangan : A1 = Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik, A2 = Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, X = Skor intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, Y = Skor sikap spiritual Setelah data terkumpul terlebih dahulu dilakukan Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, serta uji linieritas dan keberatian arah regresi. Hasil analisis data sikap spiritual dan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelompok eksperimen dan kelompok control 2 2 hitung tabel , artinya H0 diterima atau H1 ditolak. Jadi semua kelompok, sebaran data berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan Leavene Statistic dimana seluruh
analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 sebagai alat bantu perhitungan. Adapun hasil yang didapat adalah interpretasi dilakukan didasarkan pada rata-rata (Based on Mean) dengan sig. Sebesar 0,986, jika dibandingkan dengan probabilitas 0,05 maka nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05 sehingga dapat dikatakan secara statistik distribusi data sikap spiritual siswa memiliki varians yang homogen.Untuk interpretasi data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dilakukan didasarkan pada rata-rata (Based on
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Mean) dengan sig. Sebesar 0,070, jika dibandingkan dengan probabilitas 0,05 maka nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05 sehingga dapat dikatakan secara statistik distribusi data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil analisis uji linearitas dan keberatian arah regersi diperoleh nilai signifikan(sig.) dari linerity adalah 0,034 dan nilai signifikan (sig.) dari Deviation from Linearity adalah 0,513 untuk itu berarti nilai signifikan dari linearty Tabel 2.
0,034 < 0,05 yang bearti arah koefisien regresi adalah signifikan. Kemudian nilai dari Deviation from Linearity 0,513 > 0,05 yang bearti model regresi dari data ini adalah linear. Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan analisis varians satu jalaur. Setelah dilakukan analisis diperoleh hasil seperti tampak pada rangkuman hasil analisis data dengan analisis varians satu jalur seperti pada tabel 2
Ringkasan Analisis Varians Satu Jalur Sikap Spiritual Siswa
Sumber Variasi
JK
Db
RJK
Antar Dalam
501,1 1063,1
1 67
501,1 15,9
Total
1564,2
68
--
Fh
Ftab (5%)
Rata-rata skor sikap spiritual siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah 88,22 dan rata-rata skor sikap spiritual siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional adalah 82,8125. Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui nilai Fhitung = 31,57 dan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 5%= 3,98. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (Fhitung > Ftabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat sikap spiritual yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di perkotaan. Perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Pembelajaran dengan
31,6 --
3,9 --
--
--
pendekatan saintifik menekankan aktivitas siswayang dapat membentuk dan mengembangkan sikap siswa melalui langkah-langkah, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Kurniasih, 2014). Pada proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik di tahap mepeserta didik akan merasa sangat tertantang akan objek nyata yang dilihat sekaligus memenuhi rasa ingin tahu peserta didik terhadap sesuatu. Guru dalam hal ini pula Pada proses selalu menuntun pembentukan sikap spiritual siswa, sikap spiritual yang dimaksudkan adalah guru membiasakan mengajak siswa berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan pengamatan. Ini merupakan salah satu bentuk syukur siswa atas kelancaran yang diperoleh saat melaksanakan pengamatan. Siswa yang terbiasa melakukan ini dalam pembelajaran akan terbawa pada kehidupannya diluar kelas . Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 (2007:13) yang menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek, informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Pada saat kegiatan menanya berlangsung dalam proses pembelajaran siswa senantiasa diarahkan agar tidak menimbulkan perselisihan paham dengan orang lain, ketersinggungan, dan hal-hal lain yang menyebabkan hubungan antar sesama ciptaan Tuhan menjadi tidak baik. Melalui proses bertanya dalam pembelajaran senantiasa akan meningkatkan dan menanamkan sikap spiritual siswa yakni memelihara hubungan yang baik antar sesama ciptaan Tuhan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Kurniasih dan berlin (2014) yang menyatakan guru yang efektif adalah seorang guru yang mampu meningkatakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Pada saat guru bertanya disitu guru membimbing dan memandu peserta didik untuk belajar. Ketika guru menjawab pertanyaan dari peserta didik pada saat itu pula guru mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak yang baik dan mengikuti pembelajaran dengan baik pula Pada tahap mengumpulkan informasi dapat dilakukan melalui berbagi cara. Adapun langkah yang dapat diambil seperti eksperimen, membaca sumber lain selain buku pelajaran, mengamati objek atau kejadian, serta aktivitas wawancara dengan berbagai nara sumber. Ketika melaksanakan kegiatan mengumpulkan informasi berupa ekperimen atau pengamatan yang berlangsung didalam ataupun diluar kelas guru diharapkan mengarahkan dan membimbing siswa untuk tidak membuang samaph sembarangan, merusak lingkungan, dan senatiasa menjaga lingkungan sekitar tetap asri. Terbiasanya siswa untuk menjaga lingkungan sekitar merupakan tertanamnya sikap spiritual siswa yang mencerminkan siswa menghormati dan menghargai lingkungan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian informasi yang telah diperoleh dikumpulkan dan dibuatkan kesimpulan. Kegiatan mengolah
informasi ini akan mengasah daya nalar siswa terhadap suatu hal yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Ini disebutkan pula oleh Sani (2014) kemampuan mengolah informasi melalui penalaran adalah salah satu kompetensi yang harus dimliki oleh peserta didik. Kemampuan ini digunakan untuk mengkaitan satu informasi dengan informasi laninnya yang selanjutnya dapat ditarik menjadi satu kesimpulan. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan setelah mengolah informasi dilanjtkan dengan kegiatan mengkomunikasikan. Kegiatan ini dapat berlangsung dengan cara menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan yang kemudian disajikan didepan kelas yang kemudian dijadikan hasil belajar oleh guru. Guru dalam hal ini tidak hanya melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa namun membimbing siswa untuk terbiasa mengucapkan salam sesuai dengan agama yang dianut ketika mengawali dan menutup penyajian didepan kelas. Sesuatu yang sering dilaksanakan oleh siswa akan menjadi kebiasaan yang tidak boleh terlupakan bagi siswa. Jika siswa telah terbiasa didalam mengucapakan salam maka didalam diri siswa telah terdapat sikap spiritual yang tinggi. Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan pendekatan yang bercirikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Oleh sebab itu, dalam implementasi model pembelajaran konvensional, peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting. Di dalam pembelajaran konvensional siswa cenderung lebih pasif karena hanya mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa menunggu sampai guru selesai menjelaskan kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru tanpa memaknai konsep-konsep yang diberikan. Dimana siswa dalam belajar terpisah dengan dunia nyata (tidak kontekstual) sehingga proses belajar menjadi kurang bermakna. Melalui model pembelajaran konvensional siswa cenderung menjadi objek belajar, sedangkan yang menjadi subjek belajar adalah guru. Kemudian guru berusaha memindahkan pengetahuan yang guru
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 miliki kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima peajaran dari guru. Selain itu, pada pembelajaran konvensional masih menggunakan penilaian yang bersifat konvensional juga. Penilaian ini hanya menilai hasil akhir dari tes atau ulangan saja tanpa memperhatikan proses belajarnya dan pembentukan sikap siswa, sehingga siswa menjadi tidak memiliki kesempatan untuk berbuat yang terbaik, karena siswa tidak memiliki kesempatan
untuk melakukan refleksi terhadap pekerjaannya. Hal ini tentunya tidak mampu membangkitkan semua potensi yang dimilikinya secara optimal dan mengembangkan ataupun menanamkan sikap pada diri siswa. Berikut ini ringkasan hasil analisis Analisis Kovarians Satu Jalur Sikap Spiritual Siswa Setalah Kovariabel Intensitas Hubungan dalam Pola Asuh Keluarga dikendalikan.
Tabel 3. Ringkasan Analisis Kovarians Satu Jalur Sikap Spiritual Siswa Setalah Kovariabell Intensitas Hubungan dalam Pola Asuh Keluarga dikendalikan
Sumber variasi
JK
Db
RJK
FA*
F tabel 5%
Keterangan
Antar Dalam (error) Total (residu)
396,6 1062,4 1459,1
1 66 67
396,7 16,1
24,6
3,98
Signifikan
Hasil uji hipotesis kedua menolak hipotesis nol yang menyatakan tidak ada perbedaan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD diperkotaan. Dengan nilai Fhitung = 24,595 dan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 5%= 3,98. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (Fhitung > Ftabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Penurunan nilai Fhitung sebelum diadakan pengendalian intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga sebesar 6,975 yakni dari 31,57 menjadi 24,595 ini menunjukkan bahwa kuatnya treatment (pembelajaran pendekatan saintifik) terhadap sikap spiritual siswa. tidak terjadinya kenaikan nilai Fhitung sebelum diadakan pengendalian intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga , berarti yang lebih dominan mempengaruhi
sikap spiritual siswa dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan Djaali (2008) yang menyebutkan bahwa sikap merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh, atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya. Cara mengasuh keluarga khususnya orang tua, pengalaman masa kanak-kanak merupakan kecendrungan hal yang nantinya akan membentuk pribadi dan karakter anak, termasuk didalamnya membentuk sikap anak. Penggunaan pendekatan dapat berpengaruh terhadap sikap spiritual siswa, namun intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan sikap spiritual siswa. Gerungan (2004) menyatakan salah satu ciri-ciri dari sikap adalah sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Berdasarkan ciri tersebut sikap spiritual siswa akan terbentuk dan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 tertanam dengan baik apabila pola asuh dalam keluarga mengarahkan anak untuk menghargai dan mengahayati ajaran agama yang dianutnya. Pendekatan saintifik dengan tujuan pembelajaran nya untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik dan mengembangkan karakter siswa ( Kurniasih,2014). Pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional proses belajar mengajar umumnya diarahkan pada transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa tidak akan terbiasa untuk menanamkan sikap spiritual jika hanya terjadi transfer ilmu tanpa penanaman sikap-sikap positif. Hasil Uji hipotesis ketiga telah menolak hipotesis nol yang menyatakan tidak ada kontribusi antara intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dengan sikap spiritual siswa. Adupun koefisien determinasi ( R2) = (0,57)2= 0,325 atau 32,5 % . Hal ini berarti kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual siswa adalah sebesar 32,5%, sedangkan residunya sebesar 67,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga berpengaruh terhadap sikap spiritual siswa. Pola asuh yang digunakan orang tua akan membentuk suatu interaksi antara anak dan orang tua. Dalam interaksi akan mengandung kedekatan atau hubungan anatara anak dan orang tua. Tingkatan atau kualitas atau yang biasa disebut dengan intensitas hubungan tersebut dapat dilihat melalui adanya kebersamaan dirumah, menjalin komunikasi yang baik, memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada anak, serta empati (Mahadewi, 2014). Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga ini merupakan faktor pendorong terbentuknya sikap spiritual yang ada pada diri siswa. Pada ranah penilaian sikap spiritual merupakan salah satu hasil belajar diranah afektif. Dengan demikian dugaan yang menyatakan bahwa intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga berkaitan dengan sikap spiritual siswa telah terbukti dalam penelitian ini. makin
tinggi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, makin baik sikap spiritual siswa, makin rendah intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga makin rendah pula sikap spiritual siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa (1) sikap spiritual kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional lebih baik dari pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV di SD perkotaan. Perbandingan hasil perhitungan rata-rata sikap spiritual kelompok siswa dengan pendekatan saintifik adalah 88,22 lebih besar dari rata-rata sikap spiritual kelompok siswa dengan pendekatan konvensional sebesar 82,81. (2) Terdapat perbedaaan sikap spiritual kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan. (3) Terdapat kontribusi yang positif antara intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dengan sikap spirituak siswa kels IV SD di SD perkotaan. Adapun kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga sebesar 32,5%. Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berpengaruh yang signifikan terhadap sikap spiritual siswa setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga siswa kelas IV SD di perkotaan dikendalikan. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah (1) siswa disarankan untuk mempertahankan dan meningkatkan sikap spiritual yang telah dimiliki dan memperhatikan segala hal yang diarahkan oleh guru, (2) guru disarankan agar mengggunakan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran karena pendekatan saintifik membantu mengembangakan sikap spiritual siswa dan guru disarankan tidak hanya mementingkan aspek kognitif pada diri siswa namun diimbangi dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 pembentukan aspek afektif yang ada pada diri siswa. (3) Kepala sekolah disarankan untuk mengadakan evaluasi secara bertahap kepada staf guru didalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan sikap spiritual siswa, (4) peneliti yang berminat agar mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan saintifik maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Mahadewi, Ni Luh. 2014. “Kontribusi Intensitas Pola Asuh, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajran Agama Hindu di SDN 1 Tamblang Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014”. Tesis ( tidak diterbitkan. Pasca Sarjana Undiksha). Marjan, Johari. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. e-Journal Program Pascasarjana UNDIKSHA. Program Studi IPA, Volume 4 Tahun 2014. Sani,
Ridwan Abdulah. Saintifik Untuk
Pembelajaran Implementasi
Kurikulum 2014. Yogyakarta: Gava Media Scohib, M. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Sukmadinata, N.S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.