e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN PKn TERHADAP SIKAP SPIRITUAL DENGAN KOVARIABEL INTENSITAS POLA ASUH B. Lanang Darma Wigunanta1, Nyoman Dantes2, I Made Tegeh3 1
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. (2) mengetahui perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabelintensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan. (3) mengetahui kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah kelas V di SD Gugus III Kecamatan Jembrana tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 128 orang. Sampel penelitian ini yaitu kelas V SDN 1 Dauhwaru yang berjumlah 13 orang dan kelas V SDN 5 Dauhwaru yang berjumlah 10 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri dari dua jenis meliputi data sikap spiritual siswa dan pola asuh dalam keluarga. Data sikap spiritual siswa dan pola asuh dalam keluarga dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis kovarians. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. (2) terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan. (3) terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual sebesar 43,37%. Kata-kata kunci: pendekatan saintifik, pola asuh, sikap spiritual. Abstract This study aimed to (1) find out the difference of spiritual attitude between student who had learnt using the scientific approach and the student who had learnt using the conventional approach (2) find out the difference of spiritual attitude between student who had learnt using the scientific approach and the student who had learnt using the conventional approach. after the intensity of the relationship in family upbringing covariates was controlled. (3) find out a significant contribution the intensity of the relationship in family upbringing for the spiritual attitude. This research is a quasi experimental research. The study population was 174 students of fourth grade students of Gugus III Kecamatan Jembrana. the sample of this research was 13 students of the fourth grade students in SDN 1 Dauhwaru and 10 students of the fourth grade students in SDN 5 Dauhwaru. The data were analyzed using Anacova. The result showed that: (1) there are differences in spiritual attitude between students who took lessons with a scientific approach and student who take conventional approach. (2) there are differences in spiritual attitude between students who took lessons with a scientific
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 approach and student who take conventional approach, after the intensity of the relationship in family upbringing covariates was controlled. (3) the is a significant contribution of the intensity of the relationship in family upbringing for the spiritual attitude by 43,37%. Keywords: scientific approach, spiritual attitude, parenting
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan sering kali menjadi tolak ukur kualitas dari masyarakat. Semakin tinggi pendidikan maka kualitas dari masyarakat akan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya jika kualitas pendidikan dari masyarakat rendah maka cenderung berpengaruh pada rendahnya kualitas dari masyarakat itu sendiri. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Oleh karena itu maka setiap proses pendidikan perlu direncanakan guna membentuk hasil yang diinginkan, dalam perencanaan proses pendidikan ada beberapa yang perlu diperhatikan yakni peserta didik sebelum memdapatkan pendidikan serta peserta didik yang diharapkan setelah mendapatkan pendidikan. Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b) berbudi pekerti luhur, c) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, d) sehat jasmani dan rohani, e) kepribadian yang mantap dan mandiri, f) Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa (Hasbullah, 2006: 11). Berkaitan dengan hal tersebut maka semua ciri-ciri dari tujuan pendidikan nasional perlu diwujudkan mulai dari tingkat pendidikan yang paling dasar hingga pendidikan tinggi, khususnya pada
pendidikan dasar. Hal ini dikarenakan pendidikan dasar merupakan pendidikan yang memiliki pengaruh besar terhadap kelanjutan pendidikan selanjutnya yakni pendidikan menengah dan tinggi. Jika kualitas pendidikan dasar baik maka kualitas pendidikan dari peserta didik pada jenjang selanjutnya cenderung baik juga, begitu juga sebaliknya jika kualitas dari pendidikan dasar peserta didik kurang baik maka kualitas pendidikan pada jenjang berikutnya juga akan cenderung kurang baik. Ciri utama dari pendidikan nasional yang perlu diwujudkan adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud dari sikap spiritual, namun pada kenyataannya hal ini sulit diwujudkan karena sikap spiritual ini cenderung terabaikan oleh hal-hal lain yang lebih menjadi perhatian seperti hasil belajar dan prestasi belajar. Jika sikap spiritual dari siswa tidak mendapat perhatian yang mengkhusus, maka moral dan spiritual dari siswa akan menjadi buruk. Hal ini terlihat pada kegiatan observasi yang dilakukan di SD Gugus III Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana. Pada saat kegiatan persembahyangan terlihat siswa yang kurang serius dalam mengikuti persembahyangan baik sebelum maupun setelah melakukan kegiatan. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa sikap spiritual pada siswa masih rendah dan perlu mendapatkan perhatian yang mengkhusus. Bertolak dari hal tersebut maka diperlukan suatu pembelajaran yang tidak hanya memperhatikan hasil belajar saja, tetapi juga memperhatikan hal-hal lainnya. Berdasarkan permasalahn tersebut, penting kiranya melakukan suatu upaya untuk meningkatkan sikap spiritual siswa. Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sejalan dengan pernyataan yang terdapat
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1) yang menyatakan: Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. pendidikan agama;b. pendidikan kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam; f. ilmu pengetahuan sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani dan olahraga; i. keterampilan/kejuruan; dan j. muatan lokal. “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia” (Susanto, 2012:225). PKn pada hakikatnya merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk kepribadian siswa karena pendidikan kewarganegaraan mempelajari tentang bagaimana sesorang menjadi warga negara yang baik. PKn juga mengajarkan mengenai toleransi serta bagaimana cara memelihara hubungan yang baik dengan sesama umat beragama yang merupakan indicator dari sikap spiritual. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas yakni dengan menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pada pendekatan saintifik, fokus pembelajaran tidak hanya pada ketuntasan belajar saja, namun juga memperhatikan hal lain yakni keterampilan dan sikap. Pendekatan saintifik bertujuan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dan memahami bahwa materi atau informasi tidak hanya datang dari guru saja namun materi atau informasi tersebut bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba atau mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi atau menganalisis atau mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Penggunaan penekatan saintifik ini dilatarbelakangi oleh Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidahkaidah ilmiah. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi meggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru. Siswa diarahkan agar aktif mencari informasi dari berbagai sumber. Guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator siswa dalam belajar. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif menemukan sendiri informasi-informasi dari berbagai sumber. Informasi-informasi tersebut dapat berasal dari membaca, melakukan percobaan, menanya, dan mendengarkan. Selain faktor pembelajaran di sekolah, terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan sikap spiritual siswa. Faktor tersebut yakni pola asuh yang diterapkan dalam keluarga siswa itu sendiri. Keluarga merupakan tempat petama seorang anak mendapatkan pendidikan. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan sikap yang dimiliki seorang anak. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti Agung Ari Suwan Dewi dengan judul “Determinasi Kecerdasan Spiritual Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa Kelas X Sma Bhaktiyasa Singaraja” yang mengungkapkan bahwa orang tua sebagai pendidik di dalam keluarga memegang peranan yang sangat esensial dan strategis karena semua perilaku orang tua dalam pola asuhannya akan dijadikan model anakanaknya dan pada gilirannya anak dalam mengindentifikasi segala sesuatunya. Kepemimpinan orang tua yang diterima oleh anak akan berdampak secara berarti bagi
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 perkembangan psikologis anak. Pada hakekatnya orang tualah yang memegang peranan di dalam menciptakan kondisi bagi pembentukan perilaku anak. Pola asuh orang tua berkaitan dengan penanaman nilai-nilai dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat kepada anak-anaknya. Lewat peran orang tua sebagai media sosialisasi diharapkan anak-anak mereka tumbuh dan memiliki sikap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Pola asuh setiap orang tua tentunya tidak sama dan memiliki karakter tersendiri tergantung dari sikap yang dimiliki oleh orang tua. Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan sikap spiritual siswa secara optimal melaui penerapan pendekatan dalam pembelajaran, maka pola asuh dalam keluarga dalam penelitian ini perlu dikendalikan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian “Pengaruh Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pkn Terhadap Sikap Spiritual Dengan Kovariabel Intensitas Hubungan Dalam Pola Asuh Keluarga Siswa Kelas IV SD di Pedesaan”. METODE Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini tergolong quasi experiment atau penelitian semu. Disebut quasi atau penelitian semu karena dalam eksperimen ini tidak semua variabel (gejala) yang muncul dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Dalam penelitian ini akan diteliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu variabel dalam kelompok yang diberikan perlakuan (kelompok eksperimen) dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Penelitian ini menggunakan desain eksperimen faktorial yakni single factor independent group design with use of covariat (anacova 1 jalur). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat kontribusi variabel bebas yakni pendekatan saintifik terhadap variabel terikat yakni sikap spiritual dengan mengendalikan kovariabel pola asuh dalam keluarga. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus III Kecamatan
Jembrana, Kabupaten Jembrana pada rentang waktu semester II (Genap) tahun pelajaran 2014/2015. Menurut Margono (2005) populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana yang berjumlah 174 siswa. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling atau teknik acak. Pada teknik ini, semua anggota dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik undian. Sampel penelitian ini diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan kesetaraan populasi. Dari lima sekolah dasar yang terdapat di Gugus III, hanya diambil dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel. Kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah kelas yang memiliki kemampuan akademik relatif sama. Kemudian setelah terpilih dua kelas maka dilakukan pengundian untuk menentukan kelas yang bertindak sebagai eksperimen dan kelas yang bertindak sebagai kontrol. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh sampel yakni SDN 1 Dauhwaru sebagai kelas eksperimen dan SDN 5 Dauhwaru sebagai kelas kontrol. Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas, satu variabel terikat dan satu variabel kovariat. Variabel bebas yaitu Pendekatan Saintifik, variabel terikat yaitu sikap spiritual siswa, sedangkan yang digunakan sebagai variabel kovariat adalah pola asuh dalam keluarga. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri dari dua jenis meliputi data sikap spiritual siswa dan pola asuh dalam keluarga. Data sikap spiritual siswa dan pola asuh dalam keluarga dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data pola asuh dalam keluarga masing-masing siswa dikumpulkan pada saat awal sebelum
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 perlakuan diberikan pada subyek penelitian yaitu melalui kuesioner pola asuh dalam keluarga. Selanjutnya data hasil sikap spiritual dikumpulkan dengan kuesioner setelah perlakuan diberikan pada subyek penelitian. Keseluruhan data siswa diambil dari seluruh sampel penelitian, baik untuk kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan saintifik maupun kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Untuk menguji hipotesis, maka terdapat bberapa prasyarat yang harus dipenuhi sebelumnya. Uji prasyarat yang harus terpenuhi yaitu uji normalitas, uji homogenitas, serta uji linearitas dan keberartian arah regresi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat. Berdasarkan hasil analisis data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat, diperoleh 2 hitung adalah 2,333 dan 2 tabel dengan taraf signifikansi dan db = 4 adalah 9,488. Dengan demikian, 2 hitung = 2,333 < 2 tabel = 9,488 maka data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Adapun hasil analisis data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada kelompok kontrol dengan menggunakan rumus Chikuadrat, diperoleh 2 hitung adalah 0,943 dan 2 tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db =3 adalah 7,815. Dengan demikian, 2hitung = 0,943< 2 tabel = 7,815 maka data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil analisis data sikap spiritual pada kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat, diperoleh 2 hitung adalah 6,724 dan 2 tabel dengan taraf signifikansi dan db = 4 adalah 9,488. Dengan demikian, 2 hitung = 6,724 < Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Anava Satu Jalur
2
tabel = 9,488 maka data sikap spiritual pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Adapun hasil analisis data sikap spiritual pada kelompok kontrol dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat, diperoleh 2 hitung adalah 1,125 dan 2 tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db =3 adalah 7,815. Dengan demikian, 2hitung = 1,125< 2 tabel = 7,815 maka data sikap spiritual pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil analisis homogenitas pada data pola asuh dalam keluarga, diperoleh Fhitung = 1,84 dan Ftabel dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan db pembilang 13-1=12 dan db penyebut 10-1=9 adalah 3,07. Dengan demikian, Fhitung = 1,84 < Ftabel =3,07 maka varians homogen. Sedangkan untuk analisis homogenitas pada data sikap spiritual diperoleh Fhitung = 1,36 dan Ftabel dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan db pembilang 13-1=12 dan db penyebut 101=9 adalah 3,07. Dengan demikian, Fhitung = 1,36 < Ftabel =3,07 maka varians homogen. Dalam pengujian keberartian arah regresi diperoleh Fhitung sebesar 43,67. Sedangkan Ftabel untuk dk pembilang 1 dan dk penyebut 7 yakini 4,2. Sehingga Fhitung > Ftabel yang berarti koefisien arah regresi bersifat nyata (signifikan) sehingga regresi yang diperoleh berarti. Hasil pengujian linieritas regresi, Fhitung yang diperoleh yakni sebesar 1,04. Sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 14 dan dk penyebut 7 diperoleh Ftabel 3,53. Dengan demikian, Fhitung = 1,04 < Ftabel =3,53 sehingga bentuk regresi linier Karena ketiga uji prasyarat telah terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan uji terhadap ketiga hipotesis yang diajukan. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian pertama yakni dengan anava satu jalur. Adapun ringkasan hasil analisis yang telah dilakukan disajikan pada tabel 2 berikut.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Sumber Variasi
JK
Dk
RJK
Fh
Ftab
Keterangan
JKantar
635,07
1
635,07
12,99
4,32
Signifikan
JKdal
1026,4
21
--
--
Total
1661,47
22
--
--
48,87 --
Berdasarkan tabel 2 dipeoleh Fhitung sebesar 12,99 dan Ftabel adalah 4,32. Fhitung>Ftabel sehingga Ho ditolak yang berarti H1 diterima. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di Pedesaan Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis kedua adalah menggunakan teknik analisa kovarian (ANAKOVA). Adapun ringkasan hasil analisis data disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tabel Rangkuman ANAKOVA Satu Jalur Sumber variasi Antar Dalam (error)
561580,6 1084571
1 20
Total (residu)
1646152
21
JK
db
FA
561580,6 54228,57
10,36
Berdasarkan tabel diaatas dipeoleh Fhitung sebesar 10,36 dan Ftabel(1:20) adalah 4,35. Sehingga Fhitung > Ftabel yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah Tabel 4. Analisis Rxy Kontribusi
*
RJK
5%
Keterangan
4,35
Signifikan
kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan.. Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual siswa dilakukan dengan menggunakan persamaan Product Momet. Adapun tabel ringkasan hasil analisis data yakni sebagai berikut.
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Regresi
rhitung, 0,65 43,37%
Berdasarkan rangkuman hasil analisis dengan menggunakan Product Moment, diperoleh rhitung sebesar = 0,65 dan rtabel= 0,413. Hal ini berarti rhitung > rtabel. Berdasarkan kriteria pengujian maka H0 ditolak H1 diterima artinya terdapat kontribusi positif antara intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dan sikap
r tabel 0,413
Keterangan Signifikan
spiritual siswa. Selanjutnya untuk mengatahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual siswa, ditentukan dengan koefisien korelasi yakni rxy2. Jadi besarnya kontribusi variabel intensitas hubungan dalam pola
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 asuh keluarga terhadap sikap spiritual siswa sebesar 43,37%. PEMBAHASAN Pengujian ketiga hipotesis yang diajukan pada penelitian ini telah menghasilkan rangkuman hasil uji hipotesis sebagai berikut. Pertama, penelitian telah berhasil menolak Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Kedua, penelitian ini telah berhasil menolak Ho yang menyatakan bahwa setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Ini berarti bahwa setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Ketiga, penelitian ini telah berhasil menolak Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap
spiritual pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap spiritual pada siswa kelas IV SD di Pedesaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa rata-rata nilai sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik lebih besar dibandingkan rata-rata sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional, yang mana rata-rata nilai sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik yakni 82,00 dan rata-rata nilai sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional adalah 71,4. Perlu diberikan penjelasan mengapa sikap spiritual dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan dengan pembelajran konvensional. Dalam Pembelajaran saintifik, fokus pembelajaran tidak hanya pada ketuntasan belajar saja, namun juga memperhatikan hal lain yakni keterampilan dan sikap. Pendekatan saintifik bertujuan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dan memahami bahwa materi atau informasi tidak hanya datang dari guru saja namun materi atau informasi tersebut bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba atau mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi atau menganalisis atau mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan penerapan pendekatan konvensional dalam pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Pada pendekatan konvensional guru bertugas mentransfer ilmu dan peserta didik sebagai penerima dan proses yang dilakukan oleh siswa tidak terlalu banyak diperhatikan.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Guru juga menganggap keberhasilan pembelajran berdasarkan tuntasnya materi yang disampaikan. Pada pembelajaran konvensional terlihat bahwa pembelajaran merupakan proses memindahkan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ke orang lainnya dalam hal ini dari guru ke siswa tanpa adanya kesempatan siswa untuk membentuk pengetahuan baru dan sikap-sikap yang dapat terbentuk dan dapat ia temukan sendiri melalui proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang terbentuk pada diri siswa cenderung sama dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga merupakan kecendrungan dalam melakukan interaksi antara orang tua dan anak dengan penerapan pola asuh tertentu. Anak sejak dari lahir telah meakukan interaksi dengan orang tuanya, dan sejak dari lahir pula orang tua telah menerapkan pola asuh terhadap anaknya. Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga ini nantinya dapat berpengaruh terhadap permbentukan dan perkembangan sikap siswa. Salah satu sikap yang berkembang adalah sikap spiritual. Sikap spiritual yang terbentuk dari intensitas hubungan pola asuh tidaklah sama satu sama lainnya, hal ini disebabkan intensitas hubungan dalam pola asuh yang diberikan setiap keuarga berbeda antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Sikap spiritual yang dimiliki oleh anak dapat berkembang kearah positif maupun negative. Hasil penelitian yang dilakukan relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Johan Marjan (2014) dengan judul penelitian ”Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Pada Pelajaran Biologi Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat”. Penelitian ini dilakukan pada siswa 154 siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong sebagai sampel. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains siswa. Adapun data yang
diperoleh berupa data hasil belajar dengan menggunakan tes pilihan ganda dan data keterampilan proses didpat dengan menggunakan tes keterampilan proses sains. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih baik daripada menggunakan pendekatan konvensional dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses siswa Adapun penelitian yang dialakukan oleh Gede Agus Widiantara (2013) dengan judul “Determinasi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Terhadap Sikap Spiritual dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja Pada Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design. Sebanyak 65 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 singaraja dipilih menjadi sampel dengan teknik random sampling. Data sikap spiritual dikumpulkan dengan metode kuesioner model skala Linkert dan data hasil belajar IPS dengan menggunakan tes objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap spiritual dan hasil belajar siswa yang diterapkan model inkuiri sosial dibandingkan dengan sikap spiritual dan hasil belajar siswa yang diterapkan dengan menggunakan model konvensional. .Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dilakukan serta hasil penelitian yang relevan dari peniliti, mengindikasikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik sangat efektif diterapkan di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diperlukan dalam memperbaiki pembelajaran dan untuk membentuk sikap spiritual siswa. Dengan terbentuknya sikap spiritual yang baik diharapkan dapat juga meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan guru yang mampu menerapkan pembelajaran saintifik dengan baik agar dapat menjalankan pembelajran sesuai tujuan. Tercapainya tujuan dalam pembelajran tersebut akan menghasilkan kualitas proses dan produk siswaa yang baik.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Implikasi yang ditimbulkan pada pembelajaran dikelas akibat penerapan pendekatan saintifik adalah pertama, temuan dalam penelitian ini membuktikan bahwa secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada pembelajaran dengan pendekatan konvensional dalam meningkatkan sikap spiritual siswa. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih banyak menekankan keterlibatan siswa dalam menemukan sendiri konsepkonsep dan siswa aktif berkomunikasi. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Kedua, intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga ternyata berkontribusi terhadap sikap spiritual siswa sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mengakomodinir intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dari setiap siswa. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Rata-rata sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik (75,92), lebih besar dari rata-rata sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional (72,40). (2) Terdapat perbedaan yang signifikan sikap spiritual antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan pada siswa kelas IV SD di pedesaan. Rata-rata sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik (82,00), lebih besar dari rata-rata sikap spiritual siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional (71,40). (3) Terdapat kontribusi intensitas hubungan dalam pola asuh dalam keluarga terhadap sikap spiritual sebesar 43,37%. Sedangkan
sisanya 56,53% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, Secara umum, guru PKn di SD Gugus III Kecamatan Jembrana hendaknya dapat menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajatan agar dapat meningkatkan mengembangkan sikap spiritual siswa serta nantinya dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran PKn. Kedua, dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik, disarankan agar siswa secara sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran sehingga dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ketiga, pendekatan saintifik diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam memperbaiki kualitas pembelajaran PKn di SD serta dapat memberikan pengaruh positif terhadap sikap spiritual siswa. Keempat, diharapkan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian yang terkait dengan pendekatan saintifik dapat melanjutkan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama Agung,
A. A. Gede. 2011. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ari Suwan Dewi, Gusti Agung. 2013. Determinasi Kecerdasan Spiritual Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa Kelas X Sma Bhaktiyasa Singaraja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). UNDIKSHA
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Undiksha. Koyan,
Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Statistik Aplikasi SPSS. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Dantes, Prof. Dr. Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C. V. Andi OFFSET Dyah
Aryadewi, Ayu Putu. 2012. Determinan Motivasi Kerja, Status Sosial Ekonomi, Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Niat Berwiraswasta Siswa Smk Pariwisata Triatma Jaya Dalung Kabupaten Badung Propinsi Bali. Tesis (Tidak Diterbitkan). Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Undiksha.
Gunarsa, S. D. 2004. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Anak Dari Lahir Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PBK Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta. rajaGrafindo Persada. Jakarta: Sinar Grafika.
Ilmu PT
Hurlock, Elizabeth. 2006. Developmenral Psychology. Jakarta: Erlangga. Jiwa, I Wayan. 2014. Kontribusi Motivasi Belajar, Sikap, dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Disiplin Siswa Dalam Belajar Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bangli. Tesis (Tidak Diterbitkan). Program Studi
W. 2011. Pendidikan. UNDIKSHA.
Asesmen Dalam Singaraja:
Kurniasih, Imas dan Berlin Sari. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Marjan,
Johan. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Pada Pelajaran Biologi Siswa MA. Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Tesis (Tidak Diterbitkan). Program Studi Pendidikan IPA Pascasarjana UNDIKSHA.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Susanto, A. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional