PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN DI KELAS IV SDN KELURAHAN BAHAGIA BEKASI UTARA Budiman Rajagukguk Siska Nurita
Absttract : This researh analyze the influence of Contextual Approach to Science Learning Outcomes about Plant Structure and Function Section Students in klas IV SDN Kelurahan Bahagia Bekasi Utara. This study was to analyze the influence of Science Learning outcomes of the Structure and Function of Plant parts between students have learning by using contextual approach and students who have learning by using the conventional approach. The research method is a quantitative method with number of samples were 70 (two classes). Samples were taken by two stage random sampling technique receipts. The data was collected using the test results to learn IPA instruments. Homogenity test results show that the price of 1,05 while the price Fhitung. Ftabel the extent sigifikansi α = 0.05 with dk 34 is 1.84. Therefore Fcount less than Ftable, because Fcount
2,000), then H0 refused and H1 accepted. Thus there is a significant difference in science learning outcomes of the structure and function of plant parts between students who have learning by using a contextual approach with students who have learning by using the conventional approach. Key words : Science learning outcomes, contextual approach Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pengetahuan tentang alam dan kejadian yang ada di dalamnya mempengaruhi kehidupan manusia. IPA sebagai dasar untuk mengembangkan teknologi sangat diperlukan dalam kehidupan. Sejak dini pemahaman konsep IPA dengan baik harus dimulai, sehingga para siswa pada pendidikan selanjutnya dapat menguasai dan senang dengan konsep-konsep IPA yang lebih kompleks. Sudah selayaknya IPA dikuasai siswa sejak usia sekolah dasar. Tetapi kenyataan di sekolah nilai IPA termasuk rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oemar Hamalik, 2006). Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2009). Ranah kognitif yang dikembangkan oleh Bloom dan
dimodifikasi oleh Anderson dan direvisi oleh krathwoll tingkatannya, yaitu remembering (C1), yaitu mengingat atau mengetahui. Understanding (C2), yaitu memahami. Applying (C3), yaitu menerapkan. Analysing (C4), yaitu menganalisis. Evaluating (C5), yaitu menilai, dan creating (C6), menciptakan (Adi Suryanto, 2009). Guru sebagai komponen sistem pembelajaran memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki hasil belajar IPA. Perlu alternatif-alternatif pembelajaran IPA dikembangkan dan dilakukan oleh guru. IPA tidak cukup dibelajarkan hanya dengan memberikan pengetahuan yang bersifat fakta-fakta dan informasi. Guru sebaiknya tidak menyajikan pengetahuan siap yang tinggal diterima oleh peserta didik yang pasif dan menggunakan ingatan otak belaka. Membelajarkan IPA perlu melibatkan anak secara aktif, belajar bersama sebaya, dan menemukan sendiri. Dengan belajar secara aktif dan belajar bersama dan bekerja sama pembelajaran IPA akan lebih menyenangkan, meningkatkan kreativitas siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka. Pembelajaran dengan menemukan sendiri akan membuat pemahaman konsep akan bertahan lama dan di tingkat pendidikan lanjut akan memungkinkan siswa menemukan sesuatu yang baru untuk disumbangkan untuk kesejahteraan bangsanya. Pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berwawasan luas memerlukan perangkat sistem pendidikan yang sesuai dan berdaya guna agar mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dan diharapkan mampu merealisasikan tujuan pendidikan nasional yaitu menghasilkan generasi-generasi yang cerdas dan berwawasan luas serta membentuk manusia seutuhnya. Untuk menjadi manusia seutuhnya, guru harus meningkatkan kompetensi siswa dalam belajar, dengan proses pembelajaran yang baik sesuai kurikulum yang ada. Ada banyak pendekatan atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para ahli dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran, misalnya pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya (E.Johnson,2008). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengembangkan level kognitif tingkat tinggi, pembelajaran ini melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, dan memecahkan masalah (Suprijono, 2009).
Adapun asas-asas sering juga disebut komponen-komponen pembelajaran kontekstual melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuh asas meliputi: (1) Kontruktivisme, (2) Inkuiri, (3) Bertanya, (4) Masyarakat Belajar, (5) Pemodelan, (6) Refleksi, (7) Penilaian nyata (Udin Syaifudin, 2010). Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dsari proses menemukan sendiri. Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak banyak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing agar siswa menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (team work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar yang dibentuk secara formal maupun dalam lingkungan secara alamiah. Yang dimaksud asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Guru biologi memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan thermometer, begitupun guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara bermain sepak bola, bagaimana guru kesenian memainkan alat music. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek domain penilaian. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. Pembelajaran dengan konstruktivisme memungkinkan siswa membentuk pengetahuan sendiri dari apa yang sudah dimiliki, apa yang dilihat dan apa yang dialami. Juga, siswa diharapkan menemukan sendiri konsep-konsep dalam inkuari, bekerja sama dengan teman sebaya, menjawab pertanyaan dan belajar melalui model. Hal ini akan menimbulkan kegairahan dalam belajar, menyenangkan dan menimbulkankreativitas siswa. Dan akhirnya akan meningkatkan hasil belajar IPA. Berdasarkan latar belakang diatas dan keunggulan-keunggulan pembelajaran dengan Pendekatan kontekstual, masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah; apakah terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA siswa di kelas IV SDN Kelurahan Bahagia Bekasi Utara?
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada subyek selidik untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat (Arikunto, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu: kelompok pertama merupakan kelas eksperimen dan satu kelompok lagi menjadi kelas kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberi perlakuan berupa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang diberi perlakuan yang berupa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan konvensional. Desain dari penelitian ini adalah tipe desain randomisasi subyek dengan hanya tes akhir (Post test) atau biasa disebut dengan two group only post-test design. Pada kedua kelas hanya diberikan post-test hasil belajar untuk mengukur perbedaan hasil belajar. Namun sebelum diperlakukan, pada kedua kelas juga diberikan tes awal untuk mengukur kemampuan dan kesiapan siswa dalam menerima materi yang akan diberikan.
Tabel Desain Penelitian Kelompok (R) (R)
E
Treatmen T
C
-
Post Test Y1 Y2
Keterangan: R
: Random
E
: Kelompok Eksperimen dengan pendekatan kontekstual
C
: Kelompok Kontrol dengan pendekatan konvensional
T
: Perlakuan pada kelas eksperimen
Y
: Hasil belajar IPA Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik Two Stage Random Sampling. Teknik ini merupakan sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga unit penelitian atau satuan untuk terpilih sebagai sampel. Metode pengambilan sampel dengan cluster sederhana, dengan cara undian atau kocokan.
Dari 5 Sekolah Dasar yang ada di wilayah Kelurahan Bahagia dilakukan pengundian atau pengocokan, maka terpilih satu SD yang terdapat kelas paralel yaitu SDN Bahagia 02. Dari SD tersebut diambil kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada prosesnya di kelas eksperimen pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual sedangkan di kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Langkah berikutnya adalah menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pengocokan diperoleh kelas IV A sebagai kelompok kelas eksperimen sebanyak 35 siswa dan kelas IV B sebagai kelas kontrol sebanyak 35 siswa. Kelompok eksperimen yaitu kelas IV A diberi perlakuan pendekatan kontekstual, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas IV B tidak diberi perlakuan atau dibelajarkan dengan cara konvensional. Data yang didapat dianalisis dengan cara deskriptif kuantitatif, kemudian hasil analisis diuraikan dan dibandingkan antara hasil belajar IPA kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Persyaratan analisis, yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors, uji homogenitas menggunakan uji F. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA siswa di kelas IV SDN Kelurahan Bahagia Bekasi Utara. Hipotesis diuji dengan uji t pada taraf signifikansi α = 0,05. Hipotesis statistik yang akan diuji : Ho :
µ1
≤
µ2
H1 :
µ1
>
µ1
Keterangan : Ho = hipotesis nol H1 = hipotesis alternatif µ1 = rata-rata hasil belajar IPA kelas eksperimen µ2 = rata-rata hasil belajar IPA kelas kontrol
HASIL PENELITIAN 1. Hasil Belajar IPA Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Skor hasil belajar IPA, diperoleh dengan menghitung skor yang diperoleh setelah menghitung nilai siswa dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Skor hasil belajar IPA, diperoleh dengan menghitung skor yang dilakukan setelah siswa menyelesaikan tes yang diberikan guru. Dari hasil skoring dapat diperoleh rentang data secara teoritis 0-25 sehingga nilai tengah
adalah 12,5. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh rentang skor empiris yaitu 10-24 yang berarti skor terendah responden adalah 10 dan skor tertinggi 24. Rata-rata (X) skor adalah 18,42, modus 23, median 19, varians (S2) sebesar 15,66 dan standar deviasi (S) sebesar 3,96.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen No
Kelas
Frek
Frek
Titik
Batas
Batas
Interval
Absolut
Relatif
Tengah
Bawah
Atas
(x)
(f)
(%)
(xt)
(Bb)
(Ba)
1
10-13
5
14,28%
10,5
9,5
13,5
2
14-17
6
17,14%
14,5
13,5
17,5
3
18-21
16
45,72%
18,5
17,5
21,5
4
22-25
8
22,86%
22,5
21,5
25,5
35
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi skor hasil belajar IPA kelas eksperimen paling banyak berada pada kelas interval keempat (18 - 21) yaitu sebanyak 16 orang. Frekuensi tersebut berada pada titik tengah 18,5 dengan batas bawah 27,5 dan batas atas 21,5.
2. Hasil Belajar IPA Siswa yang Mendapatkan Pembelajaran dengan Pembelajaran Konvensional Skor hasil belajar IPA siswa yang mendapatkan pembelajaran IPA dengan pendekatan konvensional diperoleh dari hasil perhitungan jawaban 35 siswa terhadap instrumen hasil belajar IPA yang berjumlah 25 butir soal pilihan ganda (multiple choice). Berdasarkan hasil skoring diperoleh rentang data secara teoritis 0 – 25 dengan nilai tengah 12,5. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh rentang skor empiris yaitu 11 – 24 yang berarti skor terendah responden adalah 9 dan skor tertinggi 24. Rata-rata (X) skor adalah 15,94, modus 17, median 17, varians (S2) sebesar 14,93 dan standar deviasi (S) sebesar 3,86.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol No
Kelas
Frek
Frek
Titik
Batas
Batas
Interval
Absolut
Relatif
Tengah
Bawah
Atas
(x)
(f)
(%)
(xt)
(Bb)
(Ba)
1
9-12
7
20%
9,5
8,5
12,5
2
13-16
14
40%
13,5
12,5
16,5
3
17-20
10
28,57%
17,5
16,5
20,5
4
21-24
4
11,43%
21,5
20,5
24,5
35
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi skor hasil belajar IPA kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional paling banyak berada pada kelas interval kedua (13 – 16) yaitu sebanyak 14 orang. Frekuensi tersebut berada pada titik tengah 13,5 dengan batas bawah 12,5 dan batas atas 16,5. 3. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas liliefors dengan cara membandingkan harga Lo hasil perhitungan dengan nilai kritik Liliefors (Lt) dari tabel. Jika Lo < Lt maka hipotesis yang menyatakan bahwa data berdistribusi normal diterima, tetapi jika Lo > Lt maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada berdistribusi normal ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan jumlah sampel 35 diperoleh Lo atau Lhitung sebesar 0,029. Kemudian Lo dibandingkan dengan nilai Ltabel pada taraf signifikasi α = 0,05 dan n = 35 yaitu 0,149. Di dapat Lo kurang dari Lt yaitu 0,029 < 0,149. Kesimpulannya adalah data hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil uji linieritas kelas eksperimen dapat dinyatakan pada tabel berikut :
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Liliefors Kelas Eksperimen N
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
35
0,029
0,149
Ho diterima
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil belajar siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional dengan jumlah sampel 35 diperoleh Lo atau Lhitung sebesar 0,011. Kemudian Lo dibandingkan dengan nilai Ltabel pada taraf signifikasi α = 0,05 dan n = 35 yaitu 0,149. Didapat Lo kurang dari Lt yaitu 0,011 < 0,149. Kesimpulannya adalah data hasil belajar IPA siswa kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil uji linieritas kelas kontrol dicantumkan dalam tabel berikut :
Tabel 4 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Liliefors Kelas Kontrol N
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
35
0,011
0,149
Ho diterima
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji F. Hasil perhitungan uji homogenitas dengan Uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 6 Uji Homogenitas dengan Menggunakan Uji F Sumber Varian
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Kelas eksperimen
1,05
1,84
Homogen
dan kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh harga Fhitung sebesar 1,05 , sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikasi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang dan dk penyebut
-1 = 34
-1 = 34 sebesar 1,84. Oleh karena Fhitung kurang dari Ftabel (1,05 <
1,84), maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data tersebut homogen.
4. Uji hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t, diperoleh harga thitung sebesar 5,38. Adapun harga ttabel pada taraf signifikasi α = 0,05 dan dk = 68 adalah sebesar 2,00. Oleh karena itu harga thitung lebih dari harga ttabel (5,38 > 2,00), artinya H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang signifikan antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis dicantumkan dalam tabel berikut :
Tabel 5 Uji Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t Dk
thitung
ttabel
Keputusan
65
5,38
2,000
H1 diterima
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t di atas, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA. Siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
BAHASAN Pembelajaran IPA dengan Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang cocok untuk karakteristik IPA. IPA bukan hanya informasi tentang fakta-fakta saja, lebih dari itu IPA mencakup caa-cara mendapatkan pengetahuan tentang alam kebendaan. Pendekatan kontekstual yang memiliki komponen-komponen antara lain, kontruktivistik, inkuari, masyarakat belajar, bertanya,pemodelan, penilaian otentik sangat membantu siswa dalam pembelajaran. Menggali informasi yang dimiliki siswa untuk diintegrasikan dengan informasi baru dan pengalaman nyata membuat pembelajaran siswa lebih bermakna. Pembelajaran dengan menemukan membuat siswa lebih kreatrif dalam belajar. Menjawab pertanyaan dan bertanya membuat pemahamn siswa lebih mendalam tentang apa yang dipelajari. Bekerja sama untuk melakukan kegiatan dan urun pendapat dalam kerja kelompok membuat siswa terampil dalam kehidupan sosial dan melakukan tutor sebaya. Penilaian otentik dapat meningkatkan motivasi karena bila terdapat kepuasan dalam belajar akan mendorong siswa
belajar lebih giat untuk waktu selanjutnya. Apabila pembelajaran kontekstual dengan komponen-komponennya dilakukan guru dengan baik, niscaya terdapat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar IPA akan optimal. Demikian juga dalam penelitian ini, setelah dilakukan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan pada siswa kelas IV SD ditolak. Oleh karena H0 ditolak, maka H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan pada kelas IV SD. Hal ini didapat karena thitung = 5,38 lebih besar dari ttabel = 2,00 , pada taraf signifikansi α = 0,05. Kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD berbeda hasil belajarnya. Hasil belajar IPA kelas yang diajar dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi daripada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar IPA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut diperkuat dengan temuan bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 18,42 > 15,89. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran IPA melalui pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan melalui pembelajaran konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dengan uji t, didapat thitung = 5,38, sedangkan ttabel = 2,00. Jadi thitung > ttabel , artinya H0 ditolak dan H1 diterima . Berdasarkan hasil uji ini dapat diambil kesimpulan, terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan pendekatan konvensional terhadap hasil belajar IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas IV SDN Kelurahan Bahagia Bekasi Utara.. Pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan pada siswa SD kelas IV melalui pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan melalui pendekatan konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan temuan bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor rata-rata kelas kontrol yaitu 18,42 > 15,89.
Saran Saran-saran yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Hendaknya guru memberikan pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara aktif menyenangkan, bekerja bersma, tutor sebaya, menemukan sendiri yang sesuai dengan kegiatan siswa dengan pendekatan kontekstual. 2. Hendaknya sekolah menyiapkan fasilitas yang memadai berupa alat-alat percobaan maupun alat peraga. Demikian juga buku-buku pelajaran, lingkungan sekolah yang kondusif untuk mendukung pembelajaran yang inovatif, misalnya pendekatan kontekstual.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi . Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. 2006 Johnson, Elaine B.,Contextual Teaching and Learning. Bandung : Media Utama. 2008 Sa’ud, Udin Syaefudin. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. 2010. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. 2009. Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2009. Suprijono, Agus. Cooperative Learning,Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009. Suryanto, Adi, Evaluasi Pembelajaran di SD Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.