PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP
LABA USAHA PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk
Oleh: Ocke Saputro Listyadi 106046101680
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 November 2010
Penulis
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah Terhadap Laba Usaha PT Adhi Karya, (PERSERO) Tbk. telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 25 November 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 19550505 198203 1 012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
:
Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 19710701 199803 2 002
(…………………...)
Sekretaris
:
H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. NIP. 19740725 200112 1 001
(…………………...)
Pembimbing
:
Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A NIP. 19560906 198203 1 004
(…………………...)
Penguji I
:
Dr. Hassanudin, M. Ag NIP. 19610304 195503 1 001
(…………………...)
Penguji II
:
Yuke Rahmawati, M.A NIP. 19750903 200701 1 016
(…………………...)
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Puji serta syukur selayaknya hanya kita panjatkan kehadirat Rabb Semesta Alam, sumber segala ilmu pengetahuan, Allah SWT, atas segala limpahan karunia dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah Terhadap Laba Usaha PT Adhi Karya Tbk” Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan seluruh umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya. Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini, yaitu: 1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Muamalat Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Afifi Fauzi Abbas, M.A, selaku dosen pembimbing atas segenap waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini
i
4. Bapak Dr. Hasanudin M.ag, dan Ibu Yuke Rahmawati M.A, selaku dosen penguji atas masukan dan arahannya terhadap penulisan skripsi ini. 5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. 6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama, juga Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, terutama ibunda lilis suryani paling berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam proses kehidupan penulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui doa, daya dan upaya selalu dicurahkan untuk penulis 8. Buat adik saya tercinta, Semoga menjadi anak yang solehah serta menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, agama dan negara. 9. Kepada pihak PT. Adhi Karya, khususnya kepada Bpk Kurnadi Gularso dan Bpk. Kiki Syahgolang selaku pendamping lapangan yang dengan sangat ramah dan sabar telah membantu penulis dalam pengumpulan data 10. Kepada Sudirman Tongkel yang telah membantu penulis dalam mencarikan objek penelitian 11. Buat Ali Syahbana, Taufik Sholeh, Wawan Irwanudin, Rahmat Pamungkas, Tb Mustafa serta rekan-rekan seperjuangan lainnya dijurusan muamalah khususnya kelas PS D angkatan 2006 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita terus terjalin sampai akhir nanti.
ii
Akhir kata, penulis sadar tentu banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan pada skripsi ini. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritiknya dari semua pihak yang membaca skripsi ini karena hanya Tuhanlah yang Maha Benar dan Maha Sempurna. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.
Jakarta, Juli 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................iv DAFTAR TABEL DAN GAMBAR.....................................................................vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah………………………………………...…...1 B. Pembatasan dan Perumusan masalah…………………………...…..5 C. Tujuan dan Manfaat penelitian……………………………………...6 D. Review Kajian Terdahulu…………………………………………...7 E. Hipotesis………………………………………………………….....14 F. Metode penelitian…………………………………………………...14 G. Pedoman Penulisan Skripsi……………………………………….....24 H. Sistematika penulisan ……………………………………………….24
BAB II
SEKILAS TENTANG SUKUK DAN BAGI HASIL (PROFIT SHARING) A. Sukuk...................................................................................................27 1. Pengertian......................................................................................27 2. Perbandingan Sukuk dengan Obligasi...........................................29 3. Jenis Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Sukuk............................................................................................31
iv
4. Struktur Penerbitan Sukuk.............................................................32 B. Bagi Hasil (Profit Sharing)..................................................................47 1. Musyarakah....................................................................................47 2. Mudharabah...................................................................................54 3. Muzara’ah......................................................................................56 4. Musaqah........................................................................................58 C. Laba (Keuntungan).............................................................................59 1. Pengertian.....................................................................................59 2. Batas Maksimal Keuntungan........................................................60 3. Ketetapan Majelis Ulama Fiqih Mengenai Standarisasi Harga....62 4. Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan...................................................................................63 BAB III
GAMBARAN UMUM SUKUK MUDHARABAH PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk. A. Profil, Visi Misi, Prinsip-prinsp Perusahaan.......................................66 B. Sekilas Mengenai Obligasi dan Sukuk PT ADHI KARYA (Persero) .............................................................73 C. Analisis Sukuk Mudharabah I Tahun 2007 PT ADHI KARYA …....75
BAB IV
PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT. ADHI KARYA Tbk. A. Alasan dan Manfaat Penerbitan Sukuk Mudharabah
v
PT Adhi Karya....................................................................................98 B. Sistem Penentuan Imbalan Sukuk Mudharabah PT Adhi karya........99 C. Analisa laporan Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009...........................105 D.
Perhitungan Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah I Terhadap Laba Usaha PT Adhi Karya……………………………...121
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………132 B. Saran-saran……………………………………………………........135
vi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR halaman 01. Tabel 2.1 Perbandingan Sukuk dan Obligasi.........................................................29 02. Tabel 2.2 Variasi Pola Bagi Hasil Sukuk………………………………………..43 03. Tabel 4.3 Tanggal Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil......................................101 04. Tabel 4.4 Pendapatan Sukuk Mudharabah Untuk Pemegang Sukuk………..…103 05. Tabel 4.5 Pendapatan Sukuk Mudharabah untuk Emiten………………….......104 06. Tabel 4.6 Laporan Laba Rugi…………………………………………………..105 07. Tabel 4.7 Pendapatan Usaha Adhi Periode Tahun 2008 dan 2009………….....107 08. Tabel 4.8 Proyek-proyek Kerjasama Terbesar…………………………………109 09. Tabel 4.9 Laporan Total Aset………………………………………………….110 10. Tabel 4.10 Laporan Total Kewajiban dan Ekuitas…………………..…………119 11. Tabel 4.11 Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha………………………………..122 12. Tabel 4.12 Nilai Kolmogorof Smirnov………………………………………...127 13. Tabel 4.13 Keputusan Uji Normalitas………………………………………….128 14. Tabel 4.14 Hasil Korelasi Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha………………...129 15. Tabel 4.15 Uji T Hitung………………………………………………………..130 16. Tabel 4.16 Koefisien Determinasi..…………………………………………….131 17. Gambar 1.1 Antar Variabel...................................................................................17 18. Gambar 1.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho.............................................23 19. Gambar 2.3 Sukuk Ijarah Transfer Kepemilikan Aset..........................................37 20. Gambar 2.4 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset.................................................39 vii
21. Gambar 2.5 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset dengan Sublease.....................41 22. Gambar 2.6. Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat..........................45 23. Gambar 3.7 Struktur Organisasi............................................................................72 24. Gambar 3.8 Gambar Skema Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya........................82 25. Gambar 4.9 Perkembangan Pendapatan Sukuk...................................................123 26. Gambar 4.10 Perkembangan Nilai Laba Usaha...................................................124 27. Gambar 4.11 Kurva P-Plot Pendapatan Sukuk....................................................126 28. Gambar 4.12 Kurva P-Plot Laba Usaha..............................................................127
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ekonomi islam mengajarkan di dalam melakukan kegiatan jualbeli harus dilandaskan dengan prinsip syariah yaitu dengan memegang teguh kejujuran dan keadilan, tidak diperbolehkannya adanya takaran yang kurang ataupun berlebihan, adanya anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing serta adanya larangan terhadap hal-hal didalam kegiatan transaksi yang mengandung unsur riba, maysir, dan gharar. Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin diakuinya konsep keunagan berbasis syariah islam di dunia internasional seperti salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen pembiayaan anggaran negara yang penting. Penerbitan pertama sukuk dengan mata uang dollar senilai $600 juta telah ditawarkan oleh Malaysia pada tahun 2002. Diikuti dengan peluncuran $400 juta
‘Trust Sukuk’ dari Islamic
Development Bank pada bulan September 2003. 1
1 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-2, h. 136
1
2
Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony Anhalt - Jerman. Penerbitan sovereign sukuk biasanya ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan cash-mismatch, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Treasury Bills) yang juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang. 2 Di dalam negeri sendiri, pasar keuangan syariah, termasuk pasar sukuk juga
tumbuh
secara
cepat,
meskipun
proporsinya
dibandingkan
pasar
konvensional masih relatif sangat kecil. Untuk keperluan pengembangan basis sumber pembiayaan anggaran negara dan dalam rangka pengembangan pasar keuangan syariah dalam negeri. 3 Sukuk telah diterima sebagai instrumen investasi syariah yang mampu mengembangkan pasar modal syariah dan memberikan kontribusi positif bagi Negara yang menerbitkan. 4 Penerbit pertama obligasi syariah di Indonesia adalah 2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia 2008), Cet. Ke-1, h. 305 3 Direktorak Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jendral pengelolaan utang departemen keuangan, Mengenal Sukuk Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, artikel diakses pada 13 mei 2010 dari www.dmo.or.id/dmodata/Sukuk 4 Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h. 313
3
PT Indosat pada tahun 2002, kemudian disusul beberapa emiten lain yang menerbitkan obligasi syariah1. Salah satunya PT Adhi Karya pada tanggal 12 juni 2007 yang resmi menerbitkan obligasi syariah atau sukuk pertama dengan skim Mudarabah (bagi hasil) senilai Rp 125 Miliar. Sukuk tersebut berjangka waktu lima tahun dengan nisbah bagi hasil 76,39 persen. Jatuh tempo pada tanggal 6 juli 2012 dan Dana yang berhasil diperoleh akan digunakan sebagai modal kerja bagi perusahaan jasa konstruksi pelat merah tersebut. Dalam penerbitan sukuk tersebut, Mandiri Sekuritas menjadi penjamin emisi. 5 Menurut Direktur Utama Adhi Karya, Muhammad Saiful Umam, sukuk memiliki potensi penjaringan dana investasi cukup besar. Sukuk tersebut menargetkan investor syariah yang telah ada. Rencananya, dana investasi yang dijaring akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan. ''Jadi, ini untuk kebutuhan modal kerja perusahaan,'' katanya usai konferensi pers penerbitan Sukuk Mudarabah I Adhi Karya, Saiful menyebutkan, penerbitan sukuk mendapat jaminan 100 persen dari Adhi Karya. Sebabnya, yang menjadi underlying asset atau jaminan bagi penerbitan sukuk tersebut adalah piutang Adhi Karya saat ini dan mendatang atas sejumlah proyek jasa konstruksi. 6 Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 2008 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap PT Adhi Karya Tbk. Pada tahun 2009 Adhi h.43
5
6
Badan Pengawas Pasar Modal, Annual Report PT Adhi Karya, (Jakarta: Bapepam 2009),
Siwi Tri Puji, Potensi Sukuk Mudharabah Adhi, artikel diakses pada 13 mei 2010 dari www.sebi.ac.id
4
membukukan kinerja kokoh dengan mencetak laba bersih sebesar Rp. 165,5 miliar, naik 103,15 persen dari tahun 2008, dan pendapatan usaha sebesar Rp 7,715 triliun naik sebesar 16,19 persen dari tahun 2008. 7 Managing Director (MD) Mandiri Sekuritas, I Wayan Gemuh K menyebutkan, Sukuk Mudarabah I Adhi Karya berjangka waktu lima tahun dengan nisbah bagi hasil 76,39 persen. Nisbah tersebut akan dibagikan tiap tiga bulan. Selain itu PT Adhi Karya Tbk, memperoleh peringkat idA- dan idA-(sy) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas obligasi IV/2007 senilai Rp 375 miliar dan Sukuk Mudhababah I tahun 2007 senilai Rp 125 miliar rupiah yang jatuh tempo Juli 2012. 8 Perkembangan Sukuk Mudharabah di Indonesia masih terhambat dalam masalah teknis dan pemahaman masyarakat tentang Sukuk Mudharabah. Selama masyarakat masih berpandangan bahwa obligasi syariah dan konvensional adalah sama, pola pikir seperti itulah yang menghambat perkembangan obligasi syariah. Maka, diperlukan pemahaman yang benar tentang obligasi syariah. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana Sukuk Mudharabah PT. ADHI KARYA I, yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT. ADHI KARYA Tbk.”
7 Ibid.Bapepam, Annual Report PT adhi Karya Tbk, h. 5 8 Budi Raharjo, Sukuk Adhi Karya Raih Peringkat idA-, artikel diakses pada 02 September 2010 dari www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Masalah yang dapat diidentifikasi sehubungan dengan uraian di atas adalah sebagai berikut: a. Dari mana saja sumber-sumber pembiayaan proyek jasa konstruksi PT. ADHI KARYA baik dari faktor intern maupun ekstern perusahaan? b. Kenapa PT Adhi Karya memilih Sukuk Mudharabah untuk menambah modal kerjanya? c. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah ? d. Sampai sejauh mana Sukuk Mudharabah I tahun 2007 ini mampu membiayai proyek jasa konstruksi? Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah I terhadap laba usaha PT Adhi Karya. dan pada penelitian ini penulis hanya membatasinya pada priode september 2007 sampai dengan juni tahun 2010. 2. Rumusan Masalah Dari latar belang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
6
a. Apa yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah I pada PT ADHI KARYA? b. Apa alasan dan manfaat dari penerbitan Sukuk Mudharabah I bagi PT. ADHI KARYA? c. Bagaimana
sistem
penentuan
imbalan
pada
Sukuk
Mudharabah
perusahaan ADHI KARYA antara emiten dengan pemegang Sukuk Mudharabah? d. Seberapa besar pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah I terhadap laba usaha PT. ADHI KARYA?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah I pada PT Adhi Karya. b. Untuk mengetahui alasan dan manfaat dari penerbitan Sukuk Mudharabah I bagi PT. Adhi Karya c. Untuk mengetahui sistem penentuan imbalan pada Sukuk Mudharaba PT. Adhi Karya. d. Untuk
mengetahui
Seberapa
besar
pengaruh
Mudharabah I terhadap laba usaha PT. Adhi Karya. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Bagi Peneliti
pendapatan
Sukuk
7
Bertambahnya wawasan dan pengetahuan dalam khazanah ekonomi islam khususnya teori dan aplikasi akad Mudharabah dan sistem penentuan imbalan pada Sukuk Mudharabah PT. Adhi Karya. b. Manfaat Bagi Fakultas Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah literatur perpustakaan mengenai teori dan aplikasi akad Mudharabah dan sistem penentuan imbalan pada Sukuk Mudharabah. c. Manfaat bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai teori dan aplikasi akad Mudharabah dan sistem penentuan imbalan pada Sukuk Mudharabah perusahaan PT. Adhi Karya.
D. Review Kajian Terdahulu 1. Hesti Indah Permana Sari, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2009. Skripsi: “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 1998-2008” jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain:
8
a. Bagaimana pengaruh DPK, FDR dan NPF secara simultan terhadap EPS pada saham bank muamalat periode 1998-2008? b. Dari variable-variabel tersebut, manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan dan signifikan terhadap EPS pada saham bank muamalat Indonesia periode 1998-2008? c. Seberapa besar kontribusi variable-variabel tersebut dapat menjelaskan variasi tingkat EPS pada saham bank muamalat Indonesia periode 19982008? Sumber data menggunakan Laporan keuangan dalam Annual Report tahunan Bank Muamalat periode 1998-2008. Dokumentasi, arsip atau data Bank Muamalat yang berhubungan dengan penelitian.Buku, artikel, dan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. Penilitian
ini
menggunakan
pendekatan
statistic
inferensia
parametric yaitu statistic yang digunakan untuk menganalisa data yang mempunyai skala pengukuran paling sedikit interval. Penelitian ini memberikan kesimpulan Hasil dari regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel independent (DPK, FDR, dan NPF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (EPS) sebesar 80,5% dan selebihnya 19,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah penelitian mengenai pengaruh pendapatan sukuk mudharabah terhadap laba usaha PT Adhi Karya, dengan menggunakan variable yaitu pendapatan sukuk
9
mudharabah sebagai variable independent (bebas), sedangkan laba usaha sebagai variable dependen (terikat). 2. Ani Khoironi, Perbankan Syari’ah, Fakultas Syariah dan
inan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008. Skripsi: “Potensi Sukuk bagi Pertumbuhan Investasi di Pasar Modal Indonesia” Jenis penelitian
ini
adalah
penelitian
deskripstif,
yaitu
menggambarkan
permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan dan penelitian ini menggunakan field research dan library research. Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain: a. Bagaimana kebijakan pengembangan sukuk di Indonesia dan di berbagai Negara? b.
Bagaimana analisis SWOT sukuk?
c.
Bagaimana strategi pengembangan sukuk ke depan di Indonesia? Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada 2 (dua) yang
pertama data primer yaitu dengan wawancara langsung kepada pegawai atau pejabat bank, yang kedua data sekunder yaitu data yang telah diperoleh atau dipublikasikan oleh pihak lain berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Data tersebut mencakup neraca dan laporan laba rugi dalam laporan keuangan Bank Tabungan Negara unit usaha syariah.
10
Pendekatan penelitian dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data hasil pengamatan
lapangan atau informasi dari
responden mengenai pasar modal Indonesia. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah mengenai sukuk semakin baik, ini terbukti dengan disahkan UU SBSN pada mei 2008. Dengan adanya undang-undang tentang sukuk tersebut membuka peluang yang baik untuk pertumbuhan investasi Indonesia. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu ada dua jenis yaitu kulititatif merujuk pada data deskriptif dan kuantitaif data yang dinyatakan dalam bentuk angka dan analisis menggunakan statistik, mengkaitkan hubungan antara variabel bebas (pendapatan Sukuk Mudharabah) dengan variabel terikat (laba proyek yang dibagihasilkan). 3. Syaputri Febrina Sari, Perbankan Syari’ah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2009. Skripsi: “Sukuk Ijarah Sebagai Alternatif Pembiayaan Modal Kerja (Studi pada Sukuk Ijarah II Tahun 2007 PT. PLN)” Metode penelitian dalam skripsi ini dengan menggunakan cara paduan dari penelitian kepustakaan yakni dengan penelusuran
kepustakaan
dimana
penulis
memperoleh
data
dengan
mengumpulkan dan mempelajari sumber-sumber data yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain
11
a. Apakah yang dimaksud dengan sukuk ijarah? b. Apa alas an dan manfaat dari penerbitan sukuk ijarah ini sehingga menjadi inancial e pembiayaan modal kerja bagi PT PLN tahun 2007? c. Bagaimana mekanisme penggunaan dana sukuk ijarah untuk pembiayaan modal kerja pada PT. PLN tahun 2007? d. Sampai sejauh mana Sukuk Ijarah mampu menjadi alternatif pembiayaan modal kerja bagi PT. PLN tahun 2007? Sumber data yang digunakan ada 2 (dua) sumber data yang pertama data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak PT PLN yang berkompeten mengenai Sukuk Ijarah, dan yang kedua data sekunder merupakan data yang tidak langsung yang berfungsi sebagai data pendukung data sekunder merupakan data yang telah dipublikasikan berupa
inan, diagram, dan laporan keuangan PT PLN. Pendekatan penelitian ini dengan cara survey langsung pada PT PLN
dan pendekatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan arsip, dokumen serta laporan keuangan PT PLN (PERSERO). Kesimpulann dari penelitian ini yaitu bahwa sukuk ijarah tersebut belum menjadi hal utama dalam peningkatan pendapatan usaha, hal ini dikarenakan perseroan memang bergerak dalam produksi dan penjualan tenaga listrik yang mengandalkan harga jual dari tenaga listrik tersebut sehingga penerbitan sukuk ini hanya sebagi usaha kecil dalam pemenuhan
12
modal kerja perseroan yang berupaya untuk mengurangi beban financial perseroan dan membuat orientasi perseroan menjadi lebih komersial. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu ada dua jenis yaitu kulititatif merujuk pada data deskriptif dan kuantitaif data yang dinyatakan dalam bentuk angka dan analisis menggunakan statistik, saling mengkaitkan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. 4. Nur Ali Syahbana, Perbankan Syari’ah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010. Skripsi: “Pengaruh Rasio Earning Per Share Terhadap Resiko Finansial Bank Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)” Penelitian ini bersifat kuantitatif, didalamnya dijelaskan secara sistematik, aktual dan akurat mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bank Muamalat, khususnya mengenai pengaruh nilai rasio earning per share terhadap risiko finansial bank syariah. Dalam penelitian ini pembahasan yang dilakukan antara lain: a. Bagaimana risiko finansial bank yang dihadapi oleh Bank Muamalat? b. Bagaimana tingkat rasio earning per share Bank Muamalat? c. Bagaimana pengaruh rasio earning per share terhadap risiko bank pada Bank Muamalat?
inancial
13
d. Berapa besar pengaruh rasio earning per share terhadap risiko
inancial
bank pada Bank Muamalat? Sumber data menggunakan Laporan keuangan dalam Annual Report tahunan Bank Muamalat periode 1998-2008. Dokumentasi, arsip atau data Bank Muamalat yang berhubungan dengan penelitian.Buku, artikel, dan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.Media komunikasi: Internet, baik berupa blog, website, dan sebagainya, seperti website Bank Indonesia, website Bank Muamalat, dan website terkait lainnya. Pendekatan Penelitian pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah lebih kepada pendekatan empiris. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Bahwa dari hasil uji korelasi sederhana (r) diperoleh hasil korelasi antara rasio EPS dan Risiko finansial bank sebesar 57.7% dan menunjukkan hubungan yang kuat, Koefisien bernilai negatif yang artinya terjadi hubungan yang negatif antara rasio EPS dengan risiko finansial Bank Muamalat, semakin tinggi nilai rasio EPS, maka akan semakin menurunkan risiko finansial Bank Muamalat. Berdasarkan hasil uji hipotesis, karena t hitung < -t tabel, -2.120 < -2.262, maka Ho ditolak, artinya rasio EPS berpengaruh secara signifikan terhadap risiko finansial bank syariah. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis ini adalah penelitian mengenai pengaruh pendapatan sukuk mudharabah terhadap laba usaha PT Adhi Karya, dengan menggunakan variable yaitu pendapatan sukuk
14
mudharabah sebagai variable independent (bebas), sedangkan laba usaha sebagai variable dependen (terikat).
E. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan dalam sebuah penelitian, sampai terbukti melalui uji hipotesis atas data-data yang terkumpul. 9 Berdasarkan kerangka diatas, maka penulis menggunakan suatu hipotesis untuk identifikasi masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh antara pendapatan Sukuk Mudhrabah(y) Terhadap laba usaha (y) yang dibagihasilkan PT Adhi Karya Tbk. H1 : Terdapat pengaruh antara pendapatan Sukuk Mudhrabah(x) Terhadap laba usaha (y) yang dibagihasilkan PT Adhi Karya Tbk.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan dua macam jenis penelitian (1) jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, menyusun dan mendeskripsikan, data dan informasi yang aktual. (2) kuantitatif yaitu data dinyatakan dalam bentuk angka dan analisis 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI., cet.XIII, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006), h.71.
15
menggunakan statistik. 10 Karena dalam penelitian ini akan menganalisis laporan pendapatan bagi hasil Sukuk Mudharabah dan laporan keuangan periode september 2007 – juni 2010 yang menjadi sampel penelitian ini dan peneliti menggunkan data kuantitatif yang bersifat diskrit yakni data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil menghitung. Data yang telah diperoleh akan diinterpretasikan dalam bentuk pemaparan dan analisis sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini. 2. Jenis Data a. Data Primer Merupakan sumber data yang diambil langsung dari perusahaan yang menjadi objek penelitian yaitu laporan pendapatan bagi hasil Sukuk Mudhrabah Pertriwulan dari periode 2007-2010 yang diterbitkan oleh PT Adhi Karya Tbk. b. Data Sekunder Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data yang berfungsi sebagai data pendukung. Data sekunder merupakan data yang telah di publikasikan baik berupa tabel, diagram dan laporan-laporan lainnya yang wujudnya berupa laporan pendapatan bagi hasil dan laporan keuangan PT Adhi Karya periode September 2007 s/d Juni 2010. Dan data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya, yang masih berkaitan
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, cet.IV, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.7
16
dengan masalah penelitian yang diteliti, terdiri dari buku-buku tekstual yang terkait dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini, hasil riset penelitian terdahulu atau karya ilmiah lainnya, dan media komunikasi, seperti internet, majalah, jurnal, koran, dan sebagainya. 3. Sumber Data Dalam penelitian ini, data-data yang digunakan bersumber dari: a. Laporan keuangan PT. Adhi Karya Tbk. Pertriwulan periode September 2007 s/d Juni 2010 b. Laporan Tahunan PT Adhi Karya Tahun 2006-2009. c. Laporan Pendapatan bagi hasil PT Adhi Karya Pertriwulan periode September 2007 s/d Juni 2010. d. Prospektus sukuk mudharabah I PT Adhi Karya tahun 2007, buku, artikel, dan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. e. Media komunikasi: Internet, baik berupa blog, website, dan sebagainya, seperti website BEI, website ADHI, dan website terkait lainnya. 4. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan secara garis besar terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: a.
Variabel Bebas (Independent Variable)
17
Variabel
bebas
(Independent
Variable)
adalah
variabel
yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat (Dependent Variable) atau variabel yang dipengaruhi. 11 b. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel
terikat
(Dependent
Variable)
adalah
variabel
yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Independent Variable) atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. 12 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendapatan sukuk mudhaarabah. Sedangkan laba usaha dijadikan sebagai variabel terikat. Gambar 1.1 Hubungan Antara Variabel X Mudharabah Pendapatan Sukuk
Y Laba Usaha
(Variabel Independent)
(Variabel dependent)
5. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantor pusat PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk. yang berkedudukan di Jalan Raya Pasar Minggu km 18 jakarta 12510, Indonesia Telp. +62 21 797 5312 Fax. +62 797 5311. 6. Teknik Pengumpulan Data 11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, cet.IV, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.39. 12 Ibid., h.39.
18
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan dikumpulkan dengan cara dokumentasi, studi pustaka, wawancara dan observasi. a. Studi Pustaka Dalam riset kepustakaan ini penulis mencoba meneliti, mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah-malajah, buku-buku, jurnal dan informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui bukubuku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini. b. Observasi dan Wawancara Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi dalam hal ini PT ADHI KARYA Tbk lamanya waktu kurang lebih 3 minggu untuk mendapatkan dan mengumpulkan data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun wawancara digunakan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan profil PT ADHI KARYA Tbk digunakan dalam penelitian ini dengan narasumber yakni bapak Kurnadi Gularso selaku corporate secretary dan bapak Kiki Syahgolang untuk memberikan keterangan dari
19
masalah yang sedang dibahas dengan cara melakukan wawancara terstruktur dengan memberikan daftar pertanyaan melalui pedoman wawancara.. 7. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan yaitu dengan pengolahan data secara manual melalui metode statistik yang menggunakan alat ukur korelasi. Data kuantitatif ditampilkan dalam bentuk table dan grafik. Sementara data kualitatif berupa hasil wawancara, analisis dokumen yang dikembangkan untuk menganalisis lebih dalam terhadap fakta yang muncul pada data kuantitatif. Alat analisis dalam penelitian ini adalah program Statistical Product and Service Solutions versi 16.0 (SPSS 16.0) a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. 13 Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan menggunakan beberapa metode, yaitu 1) Kurva Normal P-Plot (normality probability plot)
13
Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), h.18.
20
Melalui kurva P-Plot, distribusi variabel dikatakan normal apabila data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, 14 jika itu terpenuhi maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Kolmogorov-Smirnov (K-S) Untuk mengetahui distribusi data normal, maka dapat dilihat melalui nilai probabilitas atau Asym. Sig. (2-Tailed). Nilai ini dibandingkan
dengan
0,05.
Untuk
pengambilan
keputusan
menggunakan pedoman: 15 ¾ Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05, distribusi data dikatakan tidak normal. ¾ Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0.05, distribusi data dikatakan normal. b. Uji Korelasi Analisis signifikansi hubungan (uji korelasi) ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). 14
Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), h.24. 15 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0., cet.I (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2009), h.80.
21
Sedangkan sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Nilai korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 16 ¾ 0,00 – 0,20
= korelasi keeratan sangat lemah
¾ 0,21 – 0,40
= korelasi keeratan lemah
¾ 0,41 – 0,70
= korelasi keeratan kuat
¾ 0,71 – 0,90
= korelasi keeratan sangat kuat
¾ 0,91 – 0,99
= korelasi keeratan sangat kuat sekali
¾ 1
= korelasi keeratan sempurna
c. Regresi Linier Sederhana Regresi linear sederhana adalah metode statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (bebas) terhadap variabel dependent (terikat). Rumus regresi linear sederhana: 17 Y= a + bX Dimana: Y = laba Usaha. a
= konstanta
b
= angka koefisien dari laba usaha
16 17
Ibid., h.40.
Josep Supranto, Statistik, Teori dan Aplikasi, edisi keenam, jilid 2. cet.I. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001), h.178.
22
X = nilai Pendapatan Sukuk Mudharabah d. Uji Hipotesis (t-statistik) Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independent terhadap variabel dependent. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent dengan
N
= Jumlah Populasi
= 12
dk
= derajat kebebasan (degree of freedom)
= 10
α (alpha) = Tingkat kesalahan (margin of error)
= 0.05
Ketentuan yang digunakan adalah: Ho : β = 0 =
Tidak ditolak jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, artinya tidak terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan terhadap laba proyek yang dibagihasilkan.
Ha : β ≠ 0 =
Ditolak jika –t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel, artinya terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan terhadap laba proyek yang dibagihasilkan.
Daerah penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.2
23
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
(daerah penerimaan Ha)
(daerah penerimaan Ha)
Daerah penerimaan Ho
‐t tabel
t tabel
e. Uji R-Square (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi (R-Square) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai R-Square dikatakan baik apabila berada di atas 0.05 karena nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. 18 Nilai R-Square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi dependent sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependent.
18
Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), h.51.
24
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi. Uji koefisien determinasi (R-Square) digunakan untuk mengetahui besarnya konstribusi atau pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent yaitu dengan mengkuadratkan koefisien korelasi. 19
G. Pedoman Penulisan Laporan Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat
19
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0., cet.I (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2009), h.64.
25
Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Hipotesis, Metode Penelitian, pedoman penulisan skripsi dan Sistematika Penulisan. BAB II
LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas tentang sukuk yang terdiri dari pengertian, perbedaan sukuk dan obligasi, pihak-pihak yang terlibat dalam sukuk, jenis sukuk. Bagi hasil yang terdiri dari musyarakah, mudharabah, muzara’ah, musaqah, dan laba.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Gambaran umum PT Adhi Karya Tbk yang terdiri dari profil singkat, sejarah sukuk dan obligasi, struktur organisasi, serta analisa sukuk mudharabah I Tahun 2007 PT. Adhi Karya
BAB IV
PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT. ADHI KARYA Tbk. Pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah I terhadap laba usaha PT. ADHI KARYA, merupakan bagian pembahasan mengenai penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA
mulai dari
penerbitan Sukuk Mudharabah PT ADHI KARYA, sistem penentuan imbalan pada sukuk mudharabah PT ADHI KARYA antara emiten dengan pemegang sukuk mudharabah, analisa laporan tahunan PT Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009, serta besarnya pengaruh pendapatan sukuk
26
mudharabah terhadap laba usaha dari Priode September tahun 2007 s/d Juni 2010 BAB V
PENUTUP Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan para pihak.
BAB II SEKILAS TENTANG SUKUK DAN BAGI HASIL (PROFIT SHARING)
A. Sukuk 1. Pengertian sukuk
ku
Sukuk berasal dari kata
sakk yang berarti dokumen atau
lembaran. Sukuk digunakan secara luas oleh muslim di abad pertengahan sebagai surat yang menunjukan kewajiban pembiayaan berasal dari perdagangan atau aktivitas komersial. Kata sakk dalam transaksi perdagangan berubah nama menjadi kata lain, cheque. Namun demikian sukuk saat ini berbeda dengan penggunaan sukuk pada awal mulanya. 1 Sukuk dikenal sebagai obligasi syari’ah. Sukuk menunjukan pemilikan atas asset, dimana klaim di dalam sukuk tidak sebuah klaim terhadap cash tetapi merupakan klaim pemilikan atas sekumpulan asset (a pool of assets). 2 Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 32/DN-MUI/IX/2002, DSN masih menggunakan istilah obligasi syariah, belum menggunakan istilah sukuk. Menurut fatwa tersebut, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada 1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Iliustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2008), Cet. Ke-1, h. 298. 2 Nathif J. Adam and Abdulkader Thomas, Islamic Bonds, Your Guide to Issuing, Structuring and Investing in Sukuk, (London: Euromoney Books, 2008), h. 47-48
27
28
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. 3 Bapepam dan LK dalam peraturan nomor IX.A.13 tentang penerbitan efek Syariah, Sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas: 1) kepemilikan aset berwujud tertentu; 2) nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau 3) kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu. 4 Sukuk menurut Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutin (AAOIFI, 2002) 5 , Sesuai dengan Sharia Standard No.17 tentang Investment menyatakan definisi sukuk adalah: “Investment Sukuk are certificates of equal value representing undivided shares in ownership of tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of) the assets or particular projects or special investment activity, however, this is true after
3 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 4 4 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, diakses pada 27 November 2010 dari www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi-2007/laporan Studi akuntansi Syariah.pdf, h. 11 5 AAOIFI adalah suatu lembaga akuntasi dan auditing keuangan Islam Dunia yang tugasnya memfokuskan pada upaya modifikasi dan pengkajian standar-standar keuangan dan perbankan syariah
29
receipt of the value of the sukuk, the closing of subcription and the employment of funds received for the purpose for which the sukuk were issued.” 6 (Investasi Sukuk adalah sertifikat pada nilai yang sama merupakan saham yang tak terbagi dalam kepemilikan aset berwujud, hak pakai hasil dan jasa atau dalam kepemilikan aset atau proyek-proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, bagaimanapun, ini benar setelah menerima nilai sukuk, penutupan subcription dan kerja dengan dana yang diterima untuk tujuan yang sukuk diterbitkan). 2. Perbandingan sukuk dengan obligasi Tabel 2.1 Perbandingan sukuk dan obligasi 7 Deskripsi
Sukuk
Obligasi
Prinsip
Bukan merupakan surat
Surat
Dasar
hutang
Emiten
melainkan
hutang
dari
kepemilikan bersama atas suatu asset/proyek/layanan
6
Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 11 7 Dahlan Siamat, Pengembangan Pasar Sukuk di Indonesia : Peluang dan Tantangan. Pada International Training: Sukuk and Their Application in Islamic Banking & Finance, Jakarta 21 Januari 2008, h.12
30
Akad
Mudharabah, murabahah,
(Transaksi)
salam,
Tidak Ada
istisna,
musyarakah dan ijarah Sifat
Investasi
Klaim
Klaim
Surat hutang kepemilikan
Emiten
menyatakan
pada
sebagai
pihak
didasarkan
asset/proyek/layanan yang
peminjam
spesifik Pokok
dan
Tidak dijamin oleh emiten
Dijamin oleh emiten
Penggunaan
Harus digunakan untuk
Dapat digunakan untuk
dana
kegiatan usaha yang halal
apa saja
Jenis
Imbalan,
Bunga/kupon, capital
Penghasilan
margin
gain
Underlying
Perlu
Tidak perlu
Dijamin oleh kepemilikan
Dijamin
hak
(optional)
Hasil Imbal
bagi
hasil,
Asset Jaminan
atas
asset/proyek
sebagai jaminan obligasi
tambahan atas
struktur
oleh
asset
31
Fatwa Dewan
No. 32/DSN-MUI/IX/2000
Syariah
No. 33/DSN-MUI/IX/2002
Nasional
No. 33/DSN-MUI/III/2004
Syariah
Perlu
Tidak Perlu
Syariah/Konvensional
Konvensional
Tidak Ada
Endorsement Investor
3. Jenis Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Sukuk Di Indonesia terdapat 2 (dua) jenis akad yang lazim digunakan untuk penerbitan sukuk, yaitu akad ijarah dan mudharabah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.14 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal (selanjutnya disebut Peraturan No. IX.A.14) a. Ijarah adalah perjanjian (akad) dimana Pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau
32
upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek Ijarah. 8 b. Mudharabah adalah perjanjian (akad) dimana Pihak yang menyediakan dana (Shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut. 9 4. Struktur Penerbitan Sukuk Pada bagian ini membahas mengenai struktur dan skema penerbitan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah. a. Ijarah Regulasi yang mengatur tentang sukuk dan ijarah adalah peraturan no. IX.A.13 dan IX.A.14 dikeluarkan Bapepam dan LK pada bulan Nopember 2006. Walaupun demikian, tercatat beberapa emiten telah melaksanakan penerbitan sukuk ijarah sebelum diterbitkannya peraturan-peraturan tersebut. Di Indonesia dasar yang digunakan dalam menerapkan sukuk (sebelumnya dikenal dengan obligasi syariah) adalah Manafi wa Hiya Anwa’ sedangkan yang umum di negara-negara lain adalah Ijarah Mumtahiya Bit Tamlik. Terkait dengan dasar yang digunakan tersebut,
8 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 12-13 9 Ibid,. h. 13
33
tujuan dari transaksi ijarah di Indonesia adalah melakukan transaksi lease atau lease kemudian sublease. Sedangkan dasar yang digunakan dinegaranegara lain bertujuan untuk menjual aset (kepada SPV) kemudian melakukan lease atas aset tersebut dengan memberikan opsi apakah pada akhir masa sukuk aset underlying ijarah beralih kepemilikannya. 10 Dalam AAOIFI terdapat tiga jenis skema transaksi sukuk ijarah. Pembagian
kategori
tersebut
dapat
didasarkan
pada
obyek
yang
ditransaksikan, yaitu: 1) Transfer kepemilikan atas aset yang telah tersedia; 2) Transfer manfaat (usfruct) atas aset yang telah tersedia; dan 3) Transfer kepemilikan atas aset tertentu yang akan dimiliki. Dalam praktik, yang lazim digunakan adalah sukuk ijarah no. 1 dan 2. Alasan utama yang mendasarinya adalah, transaksi jenis 1 dan 2 lebih diminati oleh investor mengingat underlying asetnya telah tersedia. Hal ini akan lebih memberikan kepastian hukum dibandingkan dengan sukuk ijarah no.3. Dengan mempertimbangkan kelaziman dalam praktik, maka kajian ini memfokuskan kepada skema sukuk no 1 dan 2. 11
10 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 54 11 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 55
34
Berikut ini disajikan mengenai skema transfer kepemilikan atas asset yang telah tersedia. Pada saat perusahaan merencanakan untuk menerbitkan sukuk ijarah, perusahaan terlebih dahulu menetapkan asset yang akan di-ijarah-kan. Kemudian, perusahaan mendirikan suatu Special Purpose Vehicle/Company (SPV/C selanjutnya disebut dengan SPV). SPV merupakan paper company yang didirikan semata-mata untuk kepentingan perusahaan khususnya dalam penerbitan sukuk ijarah. Setelah sukuk ijarah jatuh tempo, maka SPV ini akan dibubarkan. SPV bukan merupakan badan hukum seperti halnya perusahaan, oleh karena itu SPV bukan merupakan subyek pajak. 12 Setelah SPV terbentuk, perusahaan menjual aset yang menjadi underlying ijarah kepada SPV, hal ini ditandai dengan akad Al-bay’, yaitu jual-beli antara perusahaan selaku penerbit sukuk ijarah dan SPV selaku wakil dari para investor pemegang sertifikat sukuk ijarah. Pada saat yang sama SPV menjual sertifikat sukuk kepada investor sebagai bukti bahwa investor merupakan pemilik dari underlying aset ijarah, hal ini ditandai dengan akad Wakalah, yaitu perwalian SPV atas investor pemegang sertifikat sukuk ijarah. Dana yang diperoleh dari investor secara langsung diteruskan oleh SPV kepada perusahaan. Dengan demikian, maka telah terjadi perpindahan kepemilikan underlying aset ijarah dari perusahaan kepada investor melalui SPV. Dilain pihak, perusahaan telah menerima 12
Ibid,. h. 55
35
secara lumpsum pembayaran dari investor atas penerbitan sertifikat sukuk ijarah. 13 Selanjutnya, SPV selaku wakil dari investor, menandatangani akad Ijarah dengan perusahaan. Dalam akad itu disepakati bahwa SPV selaku wakil dari pemilik aset menyewakan aset kepada perusahaan. Dengan kata lain, SPV berperan sebagai lessor sedangkan perusahaan berperan sebagai lessee. Sebagai lessee, perusahaan berhak untuk menggunakan aset yang diijarah-kan tersebut dan berkewajiban untuk membayar ijarah atas penggunaan aset kepada lessor. Pembayaran oleh perusahaan dilakukan kepada SPV dan langsung diteruskan (passthrough) kepada investor. Pembayaran tersebut merupakan kupon ijarah yang besarnya ditentukan secara tetap Pembayaran ini didasarkan atas benchmark tertentu sebagai contoh 2% + LIBOR. Penggunaan benchmark ini barang kali menimbulkan pertanyaan
mengapa
syariah menggunakan tingkat bunga sebagai
benchmark, padahal bunga dilarang dalam prinsip syariah. Untuk menjawab hal ini, maka harus dibedakan antara fungsi bunga sebagai benchmark dan riba. Fungsi sebagai benchmark, tingkat bunga dimaksudkan untuk memberikan pedoman yang populer mengenai suatu tingkat bagi hasil. Dengan demikian maka, kesalahapahaman (gharar) antara lessor dan lessee akibat penggunaan benchmark yang tidak populer dapat dihindari. Dilain
13 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 56
36
pihak, penggunaan tingkat bunga sebagai riba, merupakan mekanisme yang dilarang dalam syariah. Riba merupakan praktik bunga majemuk, yaitu pembebanan bunga tetap akan berjalan sekalipun debitur sudah tidak mampu melunasi pinjamanannya. Hal tersebut tidak sejalan dengan prinsip syariah yang menjungjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. 14 Penghasilan yang diperoleh SPV tidak dikenakan pajak penghasilan karena SPV bukan merupakan subyek pajak. Pajak tersebut dikenakan final kepada investor yang memperoleh pendapatan ijarah. Skema sukuk ijarah semacam ini dijumpai diberbagai negara seperti: Bahrain, Malaysia, Qatar & Pakistan.
14
Ibid,. h. 57
37
Gambar 2.3 Sukuk Ijarah Transfer Kepemilikan Aset 15
Corporate Pembelian Hagar
Corporate (as Lessee) 3
1
SPV Sewa untuk Harga Perusahaan
Perusahaan menjual kpd SPV
SPV Pembelian Hagar
Perusahaan membayar sewa rental
2
SPV isu sukuk (Sertifikat sewa untuk investor)
Investors
Berikut ini disajikan mengenai skema transfer manfaat atas aset yang telah tersedia. Pada saat perusahaan merencanakan untuk menerbitkan sukuk ijarah, perusahaan terlebih dahulu menetapkan aset yang akan diijarah-kan. Kemudian, perusahaan menjual manfaat aset kepada investor. Atas transfer ini, perusahaan memperoleh pembayaran lumpsum dari investor dan sebaliknya investor memperoleh sertifikat sukuk ijarah. Pada tahap ini, perusahaan dan investor menandatangani akad Ijarah, yang memposisikan perusahaan menjadi lessee dan investor menjadi lessor. 16
15 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 58 16 Ibid,. h. 58
38
Selanjutnya, investor dan perusahaan menandatangani akad Wakalah, yang berisi bahwa investor memberikan kuasa kepada perusahaan atas manfaat aset underlying ijarah. Kuasa tersebut, digunakan oleh perusahaan untuk mencari end customer yang bermaksud untuk menyewa aset underlying ijarah. Hal ini dilakukan karena perusahaan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan investor terhadap industrinya. 17 Setelah menemukan end customer, perusahaan mentransfer manfaat asset underlying ijarah. Dalam tahap ini seakan-akan peranan perusahaan adalah sebagai lessor mewakili investor dan end customer adalah sebagai lessee. End customer berkewajiban membayar penggunaan asset underlying ijarah. Pembayaran ini merupakan sumber kupon ijarah yang akan dibayarkan perusahaan selaku lessee kepada investor selaku lessor. Skema ini berbeda dengan skema pertama baik dalam hal obyek yang ditransfer maupun keberadaan SPV. Pada skema ini tidak digunakan SPV karena konsep SPV tidak dikenal dalam rezim hukum di Indonesia. 18
17 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 59 18 Ibid,. 59
39
Gambar 2.4 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset 19 Pengalihan hak sewa
kas 3
1 Investor
Issuer
Issuer
2
6
Sukuk Ijarah
Pengalihan hak sewa
Akad Wakalah
Untuk sewa asset berwujud 4
Akad Ijarah
End Costumer Kas/sewa (pembayaran sewa)
Berikut ini disajikan mengenai variasi dari skema transfer manfaat atas aset yang telah tersedia, yaitu dengan sublease. Skema ini diawali dengan penerbitan sertifikat sukuk ijarah oleh issue (selanjutnya disebut perusahaan). Atas penerbitan sertifikat tersebut perusahaan menerima kas yang dibayarkan oleh investor. Pada tahap ini, perusahaan dan investor menandatangani akad Wakalah. Akad ini memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mewakili investor sebagai lessee atas transaksi ijarah yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Selanjutnya, dana hasil penerbitan
19 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 60
5
40
sukuk ijarah digunakan perusahaan untuk memperoleh manfaat atas suatu aset underlying ijarah yang dimiliki oleh owner. Pada tahap ini perusahaan dan owner menandatangani akad ijarah dimana perusahaan berperan sebagai lessee mewakili investor dan owner sebagai lessor. 20 Kemudian, investor selaku lessee dalam transaksi dengan owner menyewakan manfaat atas aset underlying ijarah kepada perusahaan. Dengan kata lain, peranan investor berubah dari lessee menjadi lessor. Pada tahap ini perusahaan dan investor menandatangani akad ijarah atas transaksi sublease. Pada tahap selanjutnya, perusahaan akan mencari end customer untuk menyewakan aset underlying ijarah. Dalam transaksi ini end customer membayar sewa. Pembayaran ini merupakan sumber dari kupon ijarah dan akan diteruskan oleh perusahaan kepada investor selaku lessor. 21
20
Ibid,. 60 21 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 61
41
Gambar 2.5 Sukuk Ijarah Transfer Manfaat Aset dengan Sublease 22 Owner 3 A c q u i r e
4
Hak Pakai hasil kas
Sewa kepada penerbit 5
1 Issuer
Investor 2
8
Sertifikat U s u f r u
Issuer
Akad Ijarah
Fee ijarah/kupon
Akad Wakalah
Akad Ijarah
Untuk sewa asset berwujud
6 End Costumer Kas/sewa (pembayaran sewa)
Dari ketiga skema sukuk ijarah di atas, pembayaran ijarah yang diterima dari investor merupakan jumlah lumpsum. Dalam transaksi konvensional jumlah ini dapat dipersamakan dengan pokok obligasi. Sedangkan pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee kepada lessor pada saat jangka waktu sukuk ijarah dapat diidentikkan dengan bunga obligasi. Jumlah lumpsum yang diterima oleh perusahaan pada awal periode sukuk, akan dilunasi oleh perusahaan kepada investor pada saat sukuk ijarah jatuh tempo. Hal ini disertai dengan adanya pengembalian kepemilikan atau
22 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 62
7
42
manfaat aset underlying ijarah kepada perusahaan selaku penerbit sertifikat sukuk ijarah. 23 b. Mudharabah Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105 tentang Akuntansi Mudharabah, terdapat 2 metode bagi hasil akad mudharabah, yaitu dengan metode bagi pendapatan (revenue sharing) dan metode bagi laba (profit sharing). Bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah sedangkan bagi laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. 24 Pada dasarnya dua metode bagi hasil tersebut juga digunakan dalam pola bagi hasil penerbitan obligasi syariah atau sukuk di pasar modal Indonesia. Namun demikian ada beberapa variasi dalam pola bagi hasil pendapatan atau bagi hasil laba pada penerbitan obligasi syariah atau sukuk yang telah ada. Sampai dengan saat ini, telah diterbitkan 8 obligasi syariah atau sukuk dengan akad mudharabah sebagai berikut: 1) Obligasi Syariah Mudharabah Indosat tahun 2002 2) Obligasi Syariah Mudharabah Berlian Laju Tangker tahun 2003 3) Obligasi Syariah Mudharabah Bank Bukopin tahun 2003 23
Ibid,. 62 24 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 63
43
4) Obligasi Syariah Subordinasi Bank Muamalat tahun 2003 5) Obligasi Syariah Mudharabah Ciliandra Perkasa tahun 2003 6) Obligasi syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2003 7) Obligasi Syariah Mudharabah PTPN VII tahun 2004 8) Sukuk Mudharabah Adhi Karya tahun 2007 25 Variasi dari pola bagi hasil dari obligasi syariah atau sukuk yang telah diterbitkan tersebut sebagai berikut: Tabel 2.2 Variasi Pola Bagi Hasil Sukuk 26 No
1.
Sumber Pendapatan Beberapa Kegiatan / Usaha Entitas
Nama Efek
Obligasi Syariah Mudharabah Indosat 2002 Obligasi Syariah Mudharabah Ciliandra Perkasa 2003
Obligasi Syariah Mudharabah PTPN VII 2004
Remark
1. Pendapatan Usaha Satelit 2. Pendapatan Usaha Internet 1. Pendapatan penjualan komoditas Tandan Buah Segar 2. Pendapatan penjualan Crude Palm Oil 1. Pendapatan penjualan kelapa sawit dikurangi biaya tanaman
25 Ibid,. h. 63 26 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 64
44
dan biaya pembelian bahan baku komoditas tsb 2. Pendapatan penjualan karet dikurangi biaya tanaman dan biaya pembelian bahan baku komoditas tsb 2.
Kegiatan / Usaha Tertentu Entitas
Obligasi Syariah Mudharabah BLTA 2003 Obligasi Syariah Mudharabah Bank Bukopin 2003 Obligasi Syariah Bank Syariah Mandiri 2003
Sukuk Mudharabah I Adhi 2007
3.
Keseluruhan Usaha Entitas
Obligasi Syariah I Subordinasi Bank Muamalat tahun 2003
Pendapatan Usaha Kapal Tanker MT Gandini Pendapatan Usaha Unit Usaha Syariah Bank Bukopin Pendapatan Operasi Utama (Pendapatan Bank dari Penyaluran Dana khusus pembiayaan Murabahah/ Marjin Pembiayaan Murabahah Laba kotor setelah proyek kerjasama atas penjualan usaha jasa konstruksi satu atau lebih proyek Pendapatan Operasi Utama (Pendapatan Bank dari Penyaluran Dana/ Marjin Pembiayaan)
45
Berikut contoh dari skema penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat 2002. Gambar 2.6 Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Indosat 2002 27 1.
Obligasi syariah mudharabah Wali amanat
Perjanjian bagi hasil Investor
2. Kas (modal mudharabah)
Indosat Satelindo
5. Pengembalian (modal mudharabah) \ 4. Pendapatan bagi hasil investor = Nisbah investor X Pendapatang yang dibagihasilkan
Pendapatan satelit Dasar perhitungan Pendapatan Yang Dibagihasilkan Pendapatan
Satelit Palapa Ind
Indosat Megamedia
Keterangan Skema 1) PT Indosat Tbk menerbitkan obligasi syariah pada tanggal 6 November 2002 sebesar Rp 175 miliar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk mengganti sebagian dana internal yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha seluler Indosat melalui akuisisi anak perusahaan (Satelindo). Obligasi syariah yang diterbitkan menggunakan prinsip mudharabah dimana pada prospectus sudah
27 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 65
46
dicantumkan besarnya nisbah antara investor (shahib almaal) dengan Indosat (mudharib) serta ketentuan lainnya seperti maturity (5 tahun), jadwal dan tata cara pembayaran bagi hasil, dan sebagainya. 2) Investor membeli obligasi syariah yang diterbitkan PT Indosat Tbk. Pembayaran atas pembelian obligasi syariah oleh investor adalah merupakan modal investor (shahib al-maal) dalam akad mudharabah untuk pengembangan kegiatan usaha Emiten. 3) PT Indosat Tbk. dalam akad mudharabah ini berperan sebagai pengelola usaha (mudharib) menggunakan modal investor yang terkumpul untuk membiayai usahanya, yaitu mengganti sebagian dana internal PT Indosat Tbk. yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha seluler melalui akuisisi anak perusahaan (Satelindo) yang sudah dilakukan. 28 4) Pola bagi hasil yang disepakati adalah perkalian nisbah pemegang obligasi syariah dengan pendapatan yang dibagihasilkan. Dasar perhitungan pendapatan yang dibagihasilkan dibuat dengan merujuk kepada pendapatan PT Satelit Palapa Indonesia dari pengoperasian satelit dan pendapatan PT Indosat Mega Media dari internet, sebagai anak-anak perusahaan PT Indosat Tbk. Pendapatan yang dibagihasilkan tersebut berasal dari pendapatan PT Indosat Tbk., bukan pendapatan langsung PT
28 Standar Akuntansi Syariah Pasar Modal, Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia 2007, h. 65-66
47
Satelit Palapa Indonesia dan PT Indosat Mega Media. Sesuai dengan pola bagi hasil yang disepakati, dilakukan distribusi bagi hasil antara investor (shahib al-maal) dan PT Indosat Tbk. (mudharib) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal. Distribusi bagi hasil ini dapat dilakukan secara periodik, yaitu 3 (tiga) bulan. 5) Pada saat jatuh tempo (maturity), yaitu pada tanggal 6 November 2007, Indosat mengembalikan modal kepada investor sebesar Rp 175 miliar. 29
B. Bagi Hasil (Profit Sharing) 1. Musyarakah a. Pengertian Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. 30 Secara terminologi, ada beberapa definisi Syirkah yang dikemukakan oleh para fiqh. Pertama, menurut ulama Malikiyah, Syirkah adalah: Ssuatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka. Kedua, definisi yang 29 Ibid,. h. 66-67 30 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.90
48
dikemukakan oleh ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, menurut mereka syirkah adalah: Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati. Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah. Menurut mereka, asy-syirkah adalah: Akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan. 31 Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ulama diatas mengandung esensi yang sama didalamnya yaitu ikatan kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Semua pihak berhak atas harta yang diserikatkan itu, dan berhak mendapat keuntungan sesuai dengan persetujuan yang disepakati. b. Landasan Syariah 1) Al-Qur’an
ﻦ َ ن َآﺜِﻴﺮًا ِﻣ ﺟ ِﻪ َوِإ ﱠ ِ ﻚ إِﻟَﻰ ِﻧﻌَﺎ َ ﺠ ِﺘ َ ْﺴﺆَا ِل َﻧﻌ ُ ﻚ ِﺑ َ ﻇ َﻠ َﻤ َ ْﻗَﺎ َل َﻟ َﻘﺪ ﻋ ِﻤﻠُﻮا َ ﻦ َﺁ َﻣﻨُﻮا َو َ ﺾ إِﻟﱠﺎ اﱠﻟﺬِﻳ ٍ ْﻀ ُﻬﻢْ ﻋَﻠَﻰ َﺑﻌ ُ ْﺨ َﻠﻄَﺎ ِء َﻟ َﻴﺒْﻐِﻲ َﺑﻌ ُ ْاﻟ ﻦ دَاوُو ُد َأ ﱠﻧﻤَﺎ َﻓ َﺘﻨﱠﺎ ُﻩ ﻓَﺎﺳْ َﺘﻐْ َﻔ َﺮ َرﺑﱠ ُﻪ ﻇﱠ َ ت وَﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻣَﺎ ُهﻢْ َو ِ اﻟﺼﱠﺎ ِﻟﺤَﺎ (
)ب َ ﺧ ﱠﺮ رَا ِآﻌًﺎ َوَأﻧَﺎ َ َو
31
Azharudin Latief, Fiqh Muamalat, Cet.1, (UIN Jakarta Press, 2005), h. 129
49
“Dia (Dawud) berkata, “sungguh dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan dawud menduga bahwa kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.(Q.S. Shad: 24) Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dibenarkan membuat syarikat bersama, atau melakukan suatu bentuk kerja sama dengan ketentuan-ketentuan yang mereka buat bersama, selama tidak bertentangan dengan maqasid asy-syar’i. 32 2) Al Hadits
' : [ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ] ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻳﻘﻮل اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ أﻧﺎ ﺛﺎﻟﺚ اﻟﺸﺮﻳﻜﻴﻦ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺨﻦ أﺣﺪهﻤﺎ ﺻﺎﺣﺒﻪ (
) ' ﻓﺈذا ﺧﺎن ﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ،
“Allah swt berfirman: aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.” (H.R. Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-buyu, dan Hakim )
32
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Cet Ke-1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 35
50
Berdasarkan dasar hukum yang diungkapkan di atas, dapat disebutkan filisofi musyarakah adalah manusia diciptakan oleh allah dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Ada yang mempunyai harta, tetapi kurang mampu untuk menjalankan usaha, ada orang yang ahli dalam mengurus sesuatu usaha, tetapi kurang modal, atau ada orang yang menginginkan sesuatu usaha menjadi besar, maka mereka perlu bantuan modal dari orang lain. Untuk mengatasi ini allah dan rasulnya menetapkan ketentuan dan aturan yang adil, agar manusia ini bisa hidup saling topang-menopang, sehingga tercipta kemakmuran untuk semua orang. 33 c. Jenis-jenis Syrikah Musyarakah ada 2 jenis: 1) Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagai dalam sebuah asset nyata, dan berbagai pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut 34 2) Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana diamana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
33 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Cet Ke-1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 35 34 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999) Cet ke-1. h. 188
51
modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian Musyarakah akad terbagi menjadi: al inan, mufawadha, a’maal, dan wujuh. Para ulama berbeda pendapat tentang mudharabah, apakah ia termasuk musyarakah dalam hal ini. Beberapa ulama menganggap mudharabah termasuk kategori musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak) musyarakah. Dan adapun jenisjenisnya sebagai berikut: 35 a) Syirkah Al inan Syirkah al-inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati diantara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. b) Syirkah Mufawadha Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat 35
Ibid., h. 188
52
utama dari jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. c) Syirkah A’maal Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Almusyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah abdan atau sanaa’i. d) Syirkah Wujuh Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis musyarakah ini
tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah piutang. e) Syirkah Al mudharabah
53
Bisa dilihat di bagian berikutnya. 36 d. Rukun dan Syarat Musyarakah 1) Rukun Musyarakah a) Sighat (ucapan): ijab dan qabul (penawaran dan penerimaan). b) Pihak yang berkontrak c) Objek kesepakatan: modal dan kerja 2) Syarat musyarakah a) Ucapan tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukan tujuan. Berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah dicatat dan disaksikan. b) Pihak yang berkontrak disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dqalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. c) Objek kontrak d) Dana, modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang bernilai sama. e) Kerja partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah adalah ketentuan dasar. Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara
36 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 92-93
54
mereka menyatakan tak akan ikut serta menangani pekerjaan dalam kerja sama itu. 37 e. Hukum Musyarakah 1) Hukum tentang modal a) Kekuasaan perwakilan dan pengaturan. b) Modal yang tidak dijamin 2) Hukum mengenai pekerjaan a) Perwakilan dalamkerja b) Wilayah kerja c) Penunjukan kerja d) Pinjaman, memnjamkan, hadiah, dan sumbangnan social 3) Hukum menganai keuntungan 4) Hukum tentang alokasi keuntungan bagi mitra a) Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal b) Pembagian keuntungan secara tidak proporsional 5) Hukum tentang kerugian 6) Hukum tentang berhentinya musyarakah 38 2. Mudharabah a. Pengertian
37 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999) Cet ke-1. h. 190-191 38 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999) Cet ke-1. h. 192-196
55
Mudharabah berasal dari kata dharb artinya memukul atau lebih tepatnya proses seseorang memukulkan kakinya dalam perjalanan usaha. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. 39 b. Landasan Syariah 1) Al-qur’an ⌧ ☺ ☺⌧ ☺
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari arafah, berzikirlah kepada allah di masy’arilharam. Dan berzikirlah kepadanya sebagaimana dia telah memberikan petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar orang yang tidak tahu ” (Q.S. Al Baqarah: 198) 2) Hadits Dari Shahih r.a bahwa rasulullah bersabda: “ tiga hal yang didalamnya
terdapat
keberkatan:
jual
beli
secara
tangguh,
39 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.95
56
mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (H.R Ibnu Majah, Kitab At Tijrat) c. Jenis-jenis Mudharabah 1) Mudharabah Muthlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul mal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2) Mudharabah Muqayadah. Mudharabah muqayadah adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. 40 3. Al-Muzara’ah a. Pengertian Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan
40 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 97
57
pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan bagian imbalan tertentu (persentase) dari hasil panen. 41 Al-muzara’ah seringkali diidentikan dengan mukhabarah. Diantara keduanya terdapat perbedaan sebagai berikut: Muzara’ah: Benih dari pemilik lahan. Mukhabarah: Benih dari penggarap. b. Landasan Syari’ah 1) Al Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Majar bahwa Rasulullah saw. Pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya (waktu itu mereka masih yahudi) untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil buahbuahan dan tanaman. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang mengatakan bahwa bangsa arab senantiasa mengolah tanahnya secara muzara’ah dengan rasio bagi hasil 1/3:2/3, 1/4:3/4, 1/2:1/2, maka Rasulullah saw pun bersabda, “ Hendaklah menanami atau menyerahkannya untuk digarap. Barang siapa tidak melakukan salah satu dari keduanya, tahanlah tanahnya.” 42 2) Ijma
41 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.99 42 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.99
58
Bukhari mengatakan bahwa telah berkata abu jafar, “ Tidak ada satu rumah pun di madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzara’ah dengan pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah dilakukan Sayyidina Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar, dan keluarga Ali.” 43 3) Penjelasan Dalam
konteks
ini.
Lembaga
keuangan
islam
dapat
memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang plantation atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen. 4. Al- Musaqah a. Pengertian Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 44 b. Landasan Syariah 1) Al-Hadits
43 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.99 44 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.100
59
Ibnu umar berkata bahwa Rasulullah saw, pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di khaibar kepada yahudi khaibar untuk dipelihara dengan menggunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai imbalan, mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen. 45 2) Ijma Telah berkata Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib r.a. bahwa Rasulullah saw. Telah menjadikan penduduk khaibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluargakeluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3 dan 1/4. Semua telah dilakukan oleh Khulafa ar-Rasyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah mengetahuinya, tetapi tak ada seorang pun yang menyangganhnya. Berarti, ini adalah suatu ijma sukuti (konsensus) dari umat. 46 C. LABA (Keuntungan) 1. Pengertian Laba ialah selisih lebih hasil penjualan dari harga pokok dan biaya operasi. Kalangan ekonomi mendefinisikannya sebagai selisih antara total penjualan dengan total biaya. Total penjualan yakni harga barang yang dijual,
45 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.100 46 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Cet ke-1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.100
60
dan total biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam penjualan, yang terlihat dan tersembunyi. Karena perniagaan berarti jual beli dengan tujuan mencari keuntungan, maka keuntungannya merupakan tujuan yang mendasar, bahkan merupakan tujuan asli dari perniagaan. 47 2. Batas Maksimal Keuntungan Tidak ada dalil dalam syariat sehubungan dengan jumlah tertentu dari keuntungan sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram, sehingga menjadi kaidah umum untuk seluruh jenis barang dagangan di setiap zaman dan tempat. Hal itu karena beberapa hikmah diantaranya: a. Perbedaan harga, terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Kalau perputarannya cepat, maka keuntungannya lebih sedikit, menurut kebiasaan. Sementara bila perputarannya lambat maka keuntungannya banyak. b. Perbedaan penjualan kontan dengan penjualan pembayaran tertunda. Pada asalnya, keuntungan pada penjualan kontan lebih sedikit dari pada penjualan bentuk kedua. c. Perbedaan komoditi yang dijual, antara komoditi primer dan skunder, keuntungan lebih sedikit, karena memperhatikan orang-orang yang
47
Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.78
61
membutuhkan, dengan komoditi lux, yang keuntungannya dilebihkan menurut kebiasaan, karena kurang dibutuhkan. 48 Oleh sebab itu, sebagaimana telah dijelaskan, tidak pernah diriwayatkan dalam sunnah nabi pembatasan keuntungan sehingga tidak boleh mengambil keuntungan lebih dari itu. Bahkan sebaliknya diriwayatkan hadis yang menetapkan bolehnya keuntungan dagang itu mencapai dua kali lipat pada kondisi-kondisi tertentu, atau bahkan lebih dari itu. Diriwayatkan oleh al bukhari dalam shahihnya, dari urwah diriwayatkan, “ bahwa nabi pernah memberikan satu dinar untuk dibelikan seekor kambing buat beliau. Lalu urwah menggunakan uang tersebut untuk membeli dua ekor kambing. Salah satu kambing itu di jual dengan harga satu dinar, lalu ia dating menemui nabi dengan membawa kambing tersebut dengan satu dinar yang masih utuh. Ia menceritakan apa yang dia kerjakan. Maka nabi mendoakan agar jual belinya diberkati oleh allah. Setelah itu, (karena berkah nabi) andaikan ia mau membeli tanah, ia bisa menjualnya dengan mendapatkan keuntungan.” 49 Di sisi lain, kejadian ini tidaklah menggambarkan kaidah umum dalam mengukur keuntungan. Justru sikap member kemudahan, sikap santun dan puas dengan keuntungan yang sedikit itu lebioh sesuai dengan petunjuk para ulama salaf dan ruh syariat islam. Orang yang puas dengan keuntungan sedikit
48 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.80 49 Ibid,. h. 80-81
62
pasti usahanya akan penuh dengan berkah. Ali biasa keliling pasar kufah dengan membawa tongkat dan sambil berkata, “ Hai para pedagang, ambilah hak kalian, kalian akan selamat. Jangan kalian tolak keuntungan yang sedikit, karena kalian bisa terhalangi mendapatkan keuntungan besar” 50 3. Ketetapan Majelis Ulama Fikih Mengenai Standarisasi Harga Majelis ulama fiqih yang terkait dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang diadakan dalam pertemuan kelima di Kuwait pertanggal 1-6 Jumadil Ula 1409 H. bertepatang dengan 10-15 Desember 1988 M. telah melakukan diskusi tentang pembatasan keuntungan para pedagang. mereka membuat ketetapan berikut: a. Hukuk asal yang diakui oleh nash dan kaidah-kaidah syariat adalah membiarkan umat bebas dalam jual beli mereka, dan mengoperasikan harta benda mereka dalam bingkai syariat islam yang penuh perhatian dengan segala kaidah didalamnya. Hal itu sesuai dengan firman allah “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya allah adalah maha penyayang kepadamu.” ( An-Nisa : 29)
50 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.82
63
b. Tidak ada standarisasi dalam mengambil keuntungan yang mengikat para pedagang dalam melakukan berbagai transaksi jual beli mereka hal itu dibiarkan sesuai kondisi dunia usaha secara umum, namun dengan tetap memperhatikan kode etik yang disyariatkan dalam islam, seperti sikap santun, qana’ah, toleransi dan memudahkan. c. Terdapat banyak dalil-dalil dalam ajaran syariat yang mewajibkan segala bentuk mu’amalah bebas dari hal-hal yang diharamkan atau bersentuhan dengan hal-hal yang haram, seperti penipuan, kecurangan, manipulasi, memanfaatkan ketidaktahuan orang lain, memanipulasi keuntungan, yang kesemuanya mudarat bagi masyarakat umum maupun kalangan khusus. d. Pemerintah tidak boleh ikut campur menentukan staandar harga kecuali kalau melihat adanya ketidak beresan di pasar dan ketidakberesan harga karena berbagai faktor yang dibuat-buat. Dalam kondisi demikian, pemerintah
boleh
turut
campur
dengan
berbagai
sarana
yang
memungkinkan untuk mengatasi berbagai faktor dan sebab ketidahberesan, kenaikan harga dan kamuflase berat tersebut. 51 4. Syarat Keuntungan dan Kode Etik Pembagian Hasil Keuntungan Keuntungan
dalam
sistem
penanaman
modal
(bagi
hasil)
dipersyaratkan harus diketahui secara jelas, harus berupa prosentase yang
51 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.82-83
64
umum. Kalau salah seorang ditentukan mendapatkan bagian tetap (yang tidak diputar), maka perjanjian itu batal. 52 Sehubungan dengan keuntungan dalam usaha investasi (bagi hasil) ini, pembagiannya harus memenuhi beberapa kode etik berikut: a.
Keuntungan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, sementara kerugian hanya ditanggung oleh investor saja kecuali adanya kelalaian dari pihak investor maka pihak investor tersebut harus ikut menanggung kerugian tersebut.
b. Keuntungan dalam usaha investasi juga sebagai cadangan modal. Pengelola tidak mendapatkan keuntungan seebelum ia menerima kembali modal secara utuh. c. Pengelola hanya bisa mengambil keuntungan melalui pembagian. d. Hak kepemilikan keuntungan hanya menjadi permanen bagi masingmasing pihak setelah dilakukan perhitungan akhir. e. Boleh dilakukan pembagian keuntungan awal, namun nantinya dihitung pada perhitungan akhir. f. Pengelola boleh mengambil bagian dari uang modal sebagai biaya perjalanannya melakukan bisnis, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dikalangan pedagang.
52
Ibid., h 193
65
g. Tidak ada pertanggung jawaban bagi pengelola dalam perjanjian ini selain karena keteledoran atau pelanggaran. Tidak perlu diperhatikan adanya berbagai trik kamuflase untuk membatalkan dasar hukum ini. h. Perjanjian usaha investasi ini berakhir dengan meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad atau karena dia gila, atau tercekal karena bangkrut terlilit hutang. Bisa juga karena pembatalan salah satu pihak, hanya saja usaha itu tetap berlangsung hingga modalnya habis diputar bila telah dimulai menurut pendapat yang benar dari para ulama, demi menghindari bahaya akibat pemutusan usaha yang tiba-tiba. 53
53 Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darrul Haq, 2004), Cet. Ke-1, h.193-194
BAB III GAMBARAN UMUM SUKUK MUDHARABAH PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk.
A. Profil, Visi Misi Usaha, Prinsip-prinsip PT. ADHI KARYA Tbk 1. Profil PT Adhi Karya Tbk Kiprah ADHI dimulai pada tanggal 11 Maret 1960 ketika Menteri Pekerjaan Umum menetapkan Architecten-Ingenicure-id Annnemersbedrijf "Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries NV" (Associatie NV), salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi menjadi PN Adhi Karya. Nasionalisasi dimaksudkan untuk memacu pembangunan infrastruktur di Indonesia. 1 Status ADHI berubah menjadi Perseroan Terbatas pada tanggal 1 Juni 1974 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman. ADHI adalah 100% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sampai akhir tahun 2003 ketika Republik Indonesia melalui Menteri BUMN, selaku Kuasa Pemegang Saham, melepas 49% saham akan ditawarkan kepada publik melalui Penawaran Umum Perdana (IPO). Keputusan ini diikuti dengan pencatatan saham ADHI di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang juga dibuat ADHI
1 Riwayat Singkat Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 31
66
67
sebagai perusahaan konstruksi pertama Milik Negara yang terdaftar di bursa saham. 2 Melihat kondisi eksternal termasuk kebutuhan dan keinginan konsumen dan perkembangan kemampuan Perseroan dari waktu ke waktu, kemudian setelah review panjang, Perusahaan menetapkan visi dan misi baru. Selain itu ADHI mengintensifkan untuk bisnis EPC 3 sebagai bisnis diperpanjang dan sektor investasi sebagai bisnis.Namun, jasa konstruksi tetap menjadi bisnis inti dari ADHI. Dalam mengembangkan bisnisnya, ADHI selalu membatasi pembangunan daerah sesuai dengan kemampuan sumber dayanya. Ini dilakukan untuk menjaga komitmen untuk memberikan kualitas layanan terbaik. Dalam kegiatan operasional, ADHI didukung oleh sembilan divisi yang tersebar di seluruh Indonesia dan Luar Negeri, sedangkan di antara mereka akan diarahkan sebagai divisi spesialis, yaitu spesialis bangunan, spesialis infrastruktur teknologi tinggi, dan spesialis EPC. 4 Adhi membagi kagiatan usahanya menjadi tiga bagian yaitu: Pertama
Jasa
Kosntruksi,
ADHI
mengklasifikasikan Jasa
Konstruksi proyek menjadi dua kelompok, yaitu:
2
Ibid,. EPC ialah singkatan dari Engineering, Procurement, Construction. tugas dari EPC adalah untuk melakukan rekayasa (engineering) dari suatu bangunan/pabrik (plant), melakukan pembelian (procurement) barang-barang dan equipment yang terkait dan kemudian mendirikan/membangun (construction) plant tersebut. 4 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 3
68
a. Proyek Infrastruktur Terdiri dari proyek-proyek infrastruktur seperti jalan dan jembatan, irigasi, pembangkit listrik, pelabuhan, dan lain-lain. b. Proyek Bangunan Terdiri dari proyek lain yang berhubungan dengan bangunan seperti hotel dan gedung perkantoran, pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah; bangunan komersial, perumahan, industri dan manufaktur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada bangunan dan industri, transmisi listrik dan gardu, otomatisasi bangunan, kekuasaan tanaman, AC dan sistem suara, radio, telekomunikasi, dan instrumentasi dan perpipaan. 5 Kedua EPC, yang merupakan extended busines ADHI, adalah perluasan layanan bisnis konstruksi yang dipilih karena bisnis ini masih sangat terkait dengan bisnis inti Perseroan EPC yang telah dimulai sejak tahun 2002
awalnya
merupakan
bagian
dari
konstruksi,
sejalan
dengan
perkembangan usaha ADHI menjadikan EPC bidang usaha tersendiri. EPC merupakan pengembangan dari bisnis kontraktor ADHI. Bila sebelumnya ADHI hanya bertindak sebagai penyedia jasa kontraktor, maka melalui EPC, ADHI
juga
melakukan
perancangan,
perencanaan,
dan
pengadaan
(procurement) sebelum sebuah proyek dimulai pekerjaan konstruksinya. 6
5 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 6 Ibid,.
69
Kompetensi ADHI di bidang konstruksi adalah suatu aspek positif untuk memenangkan proyek EPC. Mengingat kompetensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Perusahaan, ADHI membatasi pekerjaan EPC yang diambil hanya pada pembangunan pembangkit listrik dan oil & gas. Begitu juga dengan wilayah operasinya, Divisi EPC dibatasi hanya beroperasi di wilayah Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan mengingat bisnis merupakan bisnis baru bagi ADHI, walaupun sebenarnya proyek EPC menawarkan margin keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan jasa konstruksi. 7 Ketiga Investasi, merupakan expanded business yang dipilih oleh ADHI. Bisnis ini mempunyai value creation yang tinggi, walaupun untuk masuk dalam bisnis ini mempunyai tantangan yang cukup berat karena dibutuhkan pola pikir yang lebih jangka panjang, dan syarat kompetensi yang berbeda dengan yang telah dimiliki Perseroan. Dengan memasuki bidang investasi, diharapkan ADHI dapat menciptakan bisnis EPC dan konstruksi sendiri. Tentunya selain mendapatkan keuntungan dari bisnis investasinya. Dalam bisnis ini, ADHI membatasi hanya terjun ke bidang investasi yang dekat dengan bidang konstruksi saja, misalnya jalan tol, properti. 8 2. Visi dan Misi perusahaan
7 Profil Perusahaan, Langkah Besar Menuju Tahun Emas. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 8 Ibid.,
70
Seiring dengan tantangan yang harus dihadapi khususnya pada bidang jasa konstruksi dan adanya tuntutan bahwa perusahaan harus selalu melakukan value creation demi meningkatkan firm value maka adhi mengubah visi misinya sebagai berikut: Visi 2011 “menjadi juara sejati di bisnis jasa konstruksi dan mitra pilihan dalam bisnis jasa perekayasaan dan investasi infrastruktur di Indonesia dan beberapa Negara terpilih” 9 Misi 2007-2011 membangun sebuah great infrastructure enterprise dengan: a. Menciptakan nilai yang berkesinambungan kepada pelanggan, karyawan, pemegang saham, dan berbagai pihak lain yang berkepentingan. b. Memperkokoh kompetensi inti dalam jasa konstruksi, memperluas kapabilitas dalam jasa perekayasaan, serta mengembangkan kapabilitas dalam jasa investasi secara selektif. c. Berkecimpung aktif dalam program-program Public-Private-Partnership (PPP) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, menjalankan inisiatifinisiatif
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
dalam
rangka
pengembangan kemanusiaan. 10 Visi dan misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan bahwa pasar jasa konstruksi masih mempunyai prospek yang bagus sehingga
9 Visi Misi Perusahaan dalam Manajemen Perusahaan. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id 10 Ibid,.
71
ADHI bertekad untuk menjadi juara sejati dibisnis jasa konstruksi. Bidang EPC ke depan akan semakin berkembang demikian pula dengan bidang investasi. 3. Prinsip-prinsip ADHI 11 Dalam rangka menciptakan nilai (value creation), ADHI mengandalkan keunggulan yang berasal dari budaya yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu, dilakukan perumusan kembali budaya perusahaan yang menggunakan kekuatan nama ADHI dan sebagai hasilnya dirumuskan ADHI principle yang memiliki nilai: a. Advanced, berarti menjadi maju dan terdepan dalam pikiran (mind), perasaan (heart) dan jiwa/spiritual (spirit). b. Determined, berarti tegas, berkemauan keras, teguh, fokus dan konsisten dalam menghasilkan Quality, Cost, Delivery (QCD) di bidang konstruksi, menjunjung tinggi nilai-nilai Health, Safety and Environment (HSE) di jasa perekayasaan, dan memegang prinsip nilai-nilai tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) di investasi. c. Humane, berarti memiliki kepedulian dan empati dalam menjalankan operasi perusahaan dengan menjaga lingkungan hidup sekitar (preserving environment), berkomitmen mendukung upaya pengembangan komunitas
11 Filosofi kami dalam Manajemen Perusahaan. Artikel diakses pada tanggal 13 mei 2010 dari www.adhi.co.id
72
(supporting community development) dan memelihara kelangsungan hidup dunia (promoting sustainable world). d. Inspiring, maksudnya memberikan inspirasi kepada rekan sejawat, pelanggan, dan pemegang saham 12 Gambar 3.7 Struktur organisasi 13
12
13
Profil Perusahaan dalam Annual Report PT Adhi Karya Tbk, Tahun 2009, h. 21-23 Struktur Organisasi dalam Annual Report PT Adhi Karya Tbk Tahun 2009. h. 28
73
B. Sekilas Mengenai Obligasi dan Sukuk PT ADHI KARYA (Persero) Sebelum penawaran umum sukuk ini perseroan telah beberapa kali menerbitkan obligasi, yaitu sebagai berikut: 1. Obligasi I Adhi Karya Tahun 1993 dengan tingkat bunga tetap dan mengambang. Obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp. 75.000.000.000,- (tujuh puluh lima miliar rupiah) dengan jangka waktu 5 tahun. Seluruh obligasi ini telah jatuh tempo dan dibayar penuh oleh perseroan. 14 2. Obligasi II Adhi Karya Tahun 2003 Dengan Tingkat Bunga Tetap. Obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp. 200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah), dengan jangka waktu lima tahun dan tingkat bunga tetap sebesar 14,50% per tahun, dan jatuh tempo pada tanggal 10 juni 2008. Pemeringkatan atas obligasi ini diperoleh dari PEFINDO 15 yaitu idBBB
(triple B, Stable Outlook). Jaminan yang diberikan untuk obligasi ini
adalah piutang/tagihan perseroan dari proyek-proyek dengan nilai nominal 125% dari pokok obligasi. Dana yang diperoleh dari penawaran obligasi ini digunakan 40% untuk modal kerja proyek jasa konstruksi dan 60% digunakan untuk pelunasan hutang jasa konstruksi dan promissory notes. Pada saat
14 Obligasi Yang Telah Diterbitkan Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 18 15 PEFINDO berarti PT. Pemeringkat Efek Indonesia, lembaga yang melakukan pemeringkatan efek atas Sukuk Mudharabah yang diterbitkan perseroan
74
prospektus ini diterbitkan pemeringkatan atas obligasi ini yang diperoleh dari Pefindo yaitu idA- (Single A minus, Stable Outlook). 16 3. Obligasi III Adhi Karya Tahun 2004 Dengan Tingkat Bunga Tetap dan Mengambang. Obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp 200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah), dengan jangka waktu 3 tahun dan tingkat bunga tetap sebesar 13,25% per tahun, dan akan jatuh tempo pada tanggal 13 juli 2007. Pemeringkatan atas obligasi ini diperoleh dari Pefindo yaitu idBBB (triple B, Stable Outlook), jaminan yang diberikan untuk obligasi ini adalah piutang/tagihan perseroan dari proyek-proyek dengan nilai nominal 125% dari pokok obligasi. Dana yang diperoleh dari penawaran obligasi ini digunakan 100% untuk modal kerja proyek jasa konstruksi. Pada saat prospektus ini diterbitkan pemeringkatan atas obligasi ini yang diperoleh dari Pefindo yaitu idA-
(Single A minus, Stable Outlook). 17
4. Obligasi IV ADHI dan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 Perseroan telah menerbitkan obligasi IV ADHI tahun 2007 sebesar 375 miliar dengan bunga tetap sebesar 11% per tahun. Jangka waktu obligasi IV ADHI ini adalah lima tahun terhitung sejak 6 juli 2007 sampai dengan 6 juli 2012, bersamaan dengan penerbitan obligassi IV ADHI, pada tanggal 12
16 Ibid,. 17 Obligasi Yang Telah Diterbitkan Perseroan dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 18
75
juni 2007 perseroan juga menerbitkan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 senilai Rp. 125 miliar dengan nisbah pemegang sukuk sebesar 76,39%, jangka waktu sukuk ini adalah 5 tahun terhitung sejak 6 juli 2007 sampai 6 juli 2012 rencana penggunaan dana sukuk ini seutuhnya untuk modal kerja. Obligasi IV ADHI tahun 2007 dan Sukuk Mudharabah I ADHI tahun 2007 telah dicatat dan diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia. 18 PT Pefindo telah melakukan pemeringkatan atas obligasi IV ADHI dan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 dengan hasil: idA- (Single A Minus; Stable Outlook) dan idA-(Sy) (Single A Minus Syariah; Stable outlook). Hasil pemantauan pemeringkatan untuk periode 19 September 20091 Juni 2010 yang dilakukan oleh PT Pefindo, atas Obligasi IV ADHI Tahun 2007 mendapat peringkat idA- (single A Minus; Negaive Outlook) dan Sukuk Mudharabah I ADHI tahun 2007 mendapat peringkat idA-(Sy) (Single A Syariah Minus; Negative Outlook). 19
C. Analisis Sukuk Mudharabah I Tahun 2007 PT ADHI KARYA 1. Landasan Syariah Penerbitan Sukuk Mudharabah I ADHI KARYA tahun 2007
18 Kronologis Penerbitan dan Pencatatan Obligasi dalam Annual Report PT Adhi Karya Tbk Tahun 2009, h. 31 19 Ibid,. h. 31
76
Dewan Syari’ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk instrumen investasi pada pasar modal (konvensional) adalah obligasi yang selama ini didefinisikan sebagai suatu surat berharga jangka panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi dengan kewajiban membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo kepada pemegang obligasi; b. bahwa obligasi sebagaimana pengertian butir a. tersebut di atas yang telah diterbitkan selama ini, masih belum sesuai dengan ketentuan syariah sehingga belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat akan obligasi yang sesuai dengan syariah; c. bahwa agar obligasi dapat diterbitkan sesuai dengan prinsip syariah, Dewan Syari’ah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa mengenai hal tersebut untuk dijadikan pedoman. 20 Fatwa Tentang Obligasi Syari’ah Mudharabah Pertama : Ketentuan Umum a. Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
20
Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 1
77
obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. b. Obligasi Syariah Mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad Mudharabah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah. c. Emiten dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah Mudharib sedangkan pemegang Obligasi Syariah Mudharabah adalah Shahibul Mal 21 Kedua : Ketentuan Khusus 22 a. Akad yang digunakan dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah akad Mudharabah; b. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah; c. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non halal; d. Nisbah keuntungan dalam Obligasi Syariah Mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan, sebelum emisi (penerbitan) Obligasi Syariah Mudharabah;
21 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 4 22 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 4-5
78
e. Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan, dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan; 23 f. Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh dewan pengawas syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh dewan syariah nasional MUI, sejak proses emisi Obligasi Syariah Mudharabah dimulai; g. Apabila Emiten (Mudharib) lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas, Mudharib Obligasi Syariah Mudharabah dewan syariah nasional MUI berkewajiban menjamin pengembalian dana Mudharabah, dan Shahibul Mal dapat meminta Mudharib untuk membuat surat pengakuan hutang; h. Apabila Emiten (Mudharib) diketahui lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) dapat menarik dana Obligasi Syariah Mudharabah; i. Kepemilikan Obligasi Syariah Mudharabah dapat dialihkan kepada pihak lain, selama disepakati dalam akad. Ketiga Penyelesaian Perselisihan Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan
23 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 3
79
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Keempat Ketentuan Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 24 Landasan Syari’ah: a. Firman Allah, QS. Al-Maidah [5]: 1
[àÕµ ÎßÝ
`Nwe ¡e ;É@%Ê ... µlÆ ÉÎÞ´
“Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…” b. Hadis Nabi SAW riwayat Al-Thabrani dari Ibn Abbas ra. Abbas bin Abdul Mutthalib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah ia mensyaratkan kepada mudharib Obligasi Syariah Mudharabah Dewan Syariah Nasional MUInya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membolehkannya.
24 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002, h. 5
80
c. Hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib Nabi bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum halus dengan gandum kasar (jewawut) untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. d. Hadis Nabi SAW riwayat al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf Perjanjian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau yang menghalalkan yang haram. e. Hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Majah, al-Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id Al-Khudri: Seseorang tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain f. Hadis Nabi riwayat Abu Dawud dan Al-Tirmidzi: Nabi SAW menyerahkan satu dinar kepada Hakim bin Hizam untuk membeli hewan qurban (HR. Abu Dawud dan Al-Tirmidzi) g. Ijma’ para ulama tentang kebolehan menggunakan Obligasi Syariah Mudharabah dewan syariah nasional MUI prinsip Mudharabah dalam investasi sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni (V/135) dengan mengutip keterangan Ibnul Mundzir dalam Al- Ijma’, AlKasani dalam Bada-i’ Al-Shanai’, Al-Shan’ani dalam Subulus Salam
81
(III/103), Al-Zarqani dalam Syarhu Al-Muwattha’ (IV/319) dan Wahbah Al-Zuhaily dalam Al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuhu (IV/838). h. Kaidah Fiqih “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. “Keperluan dapat menduduki posisi darurat.” “Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara” 2. Keterangan Umum Sukuk dengan jumlah dana sebesar Rp. 125.000.000.000,- (seratus dua puluh lima miliar Rupiah), diterbitkan dengan nama “Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007”, yang ditawarkan pada tanggal 29 juni 2007 sampai dengan 3 juli 2007. Sukuk ini berjangka waktu 5 tahun. Sukuk ini diterbitkan tanpa warkat, kecuali sertifikat jumbo 25 sukuk yang diterbitkan atas nama KSEI 26 sebagai bukti hutang untuk kepentingan pemegang sukuk pada tanggal diserahkannya sertifikat jumbo sukuk oleh perseroan kepada KSEI.
25 Sertifikat jumbo sukuk adalah bukti penerbitan sukuk yang disimpan dalam penitipan kolektif KSEI yang diterbitkan atas nama KSEI untuk kepentingan pemegang sukuk 26 PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan LK untuk menjalankan kegiatan sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian sentral bagi pemegang rekening yang dalam emisi sukuk ini bertugas untuk menyimpan dan mengadministrasikan penyimpanan sukuk berdasarkan perjanjian pendaftaran Sukuk di KSEI dan bertugas sebagai agen pembayaran berdasakan perjanjian agen pembayaran.
82
Bukti bukti kepemilikan sukuk bagi pemegang sukuk adalah konfirmasi tertulis yang diterbitkan oleh KSEI atau pemegang rekening. 27 Sukuk ini ditawarkna dengan nilai 100% dari jumlah dana sukuk. Sukuk ini berjangka waktu 5 tahun. Sukuk akan jatuh tempo dan akan dilunasi pada tanggal 6 juli 2012. Gambar 3.8 Skema Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya 28
Pemegang Sukuk
a
Perseroan
b
Proyek-proyek
Keterangan: a. Berdasarkan
akad
mudharabah
yang
ada
di
dalam
perjanjian
perwaliamanatan sukuk, perseroan menerima dana sukuk dari pemegang sukuk b. Perseroan akan mempergunakan dana sukuk tersebut untuk modal kerja termasuk untuk penyelesaian proyek-proyek yang sedang dan akan dikerjakan oleh perseroan 29 Keterangan:
27 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 215 28 Ibid,. h. 215 29 Ibid,. h. 215
83
1) Perseroan wajib menyampaikan kepada wali amanat sukuk dan bursa efek, informasi uraian dari perhitungan pendapatan bagi hasil berdasarkan laporan keuangan triwulan (unaudited), selambatlambatnya (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil, yang mencakup antara lain informasi tentang satu atau lebih proyek yang menjadi dasar perhitungan pendapatan usaha, laba kotor setelah proyek kerjasama/ pendapatan yang dibagihasilkan, dan pendapatan bagi hasil, disertai dengan penyertaan tertulis perseroan kepada wali amanat sukuk yang menyatakan bahwa informasi yang disajikan adalah tepat, benar dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 30 2) Pada setiap tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil, perseroan akan membayarkan pendapatan bagi hasil kepada pemegang sukuk sesuai hasil perhitungan. 31 Sukuk ini dijamin dengan piutang/tagihan perseroan baik yang sudah ada maupun yang akan timbul dikemudian hari yang berasal dari proyekproyek yang dilaksanakan perseroan dengan nilai proyek minimal 125% dari dana sukuk. 32
30 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 216 31 Ibid,. h. 216 32 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 5
84
3. Pembelian Kembali Sukuk (Buy Back) 33 a. Setelah ulang tahun I (pertama) Sukuk sejak tanggal emisi, perseroan dapat melakukan pembelian kembali (buy back) atas sukuk yang belum jatuh tempo, baik seluruhnya atau sebagian, selanjutnya disebut juga “ pembelian kembali (buy back)”. Pemebelian kembali dapat dilakukan apabila perseroan tidak dalam keadaan lalai atas pembayaran jumlah kewajiban. Namun perseroan dilarang melakukan pembelian kembali jika pelaksanaan tersebut mengakibatkan perseroan tidak dapat memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanian perwaliamanantan sukuk. b.
Keseluruhan sukuk yang dimiliki perseroan berdasarkan pembelian kembali (buy back) dan sukuk milik Afiliasi 34 (kecuali perusahaan afiliasi milik Negara Republik Indonesia), tidak dapat di perhitungkan dalam perhitungan forum kehadiran dalam RUPSu 35 dan tidak memiliki hak suara dalam RUPSu
c. Dalam hal perseroan melakukan pembelian kembali untuk sebagian atau seluruh sukuk, maka perseroan mempunyai hak untuk melakukan pembelian kembali tersebut sebagai pembayaran kembali atau sebagai sukuk yang dibeli kembali untuk disimpan dan dikemudian hari dapat
33 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 5 34 Afiliasi merupakan adanya hubungan keluarga sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Angka 1 UUPM “hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertical”. 35 RUPSu adalah Rapat Umum Pemegang Sukuk sebagaimana diatur daalam perjanjian perwaliamanatan Sukuk
85
dijual kembali atau diberlakukan sebagai pembayaran kembali. Dan perseroan tidak berhak menerima pembayaran atas pendapatan bagi hasil 36 . 4. Hak-hak Pemegang Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA 37 a. Menerima pembayaran kembali dana sukuk dan pembayaran bagi hasil dari perseroan yang dibayarkan melalui KSEI sebagai agen pembayaran pada tanggal pembayaran kembali dana sukuk dan/ atau tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil yang bersangkutan. Dana sukuk harus dilunasi dengan nilai yang sama dengan jumlah pokok sukuk yang tertulis pada konfirmasi tertulis yang dimiliki oleh pemegang sukuk. b. Yang berhak atas pendapatan bagi hasil adalah pemegang sukuk yang pada 4 (empat) hari bursa sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil yang namanya tercatat dalam daftar pemegang rekening kecuali ditentukan lain oleh KSEI atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian jika terjadi transaksi sukuk setelah tanggal penentuan pihak yang berhak memperoleh pendapatan bagi hasil tersebut, maka pihak yang menerima pengalihan sukuk tidak berthak atas
36 Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 5 37 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 230
86
pendapatan bagi hasil pada periode pendapatan bagi hasil yang bersangkutan. c. Apabila perseroan ternyata tidak menyediakan dana secukupnya untuk pembayaran pendapatan bagi hasil dan pembayaran kembali dana sukuk setelah lewat tanggal jatuh tempo pembayaran pendapatan bagi hasil atau pelunasan jumlah dana sukuk, maka perseroan harus membayar kompensasi kerugian akibat keterlambatan yang dihitung harian (berdasarkan jumlah hari yang telah lewat), sampai dengan pelunasan atau pembayaran jumlah yang wajib dibayar perseroan dilaksanakan, dengan perhitungan satu bulan adalah tiga puluh hari kalender dan satu tahun adalah tiga ratus enam puluh hari kalender. Denda yang dibayar oleh pemegang perseroan yang merupakan hak pemegang sukuk, oleh agen pembayaran akan diberikan kepada pemegang sukuk secara proporsional berdasarkan sukuk yang dimilikinya. 38 d. Seorang atau lebih pemegang sukuk yang mewakili sekurang-kurangnya 20% dari jumlah dana sukuk yang masih terhutang (diluar dari jumlah sukuk yang dimiliki oleh perseroan dan afiliasinya) dapat mengajukan permintaan tertulis kepada wali amanat sukuk agar diselenggarakan RUPSu dengan memuat acara yang diminta dengan melampirkan fotokopi
38 Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 230
87
konfirmasi tertulis untuk RUPSu (KTUR) 39 yang diperoleh melalui pemegang rekening dan memperlihatkan asli KTUR kepada wali amanat sukuk. e. Melalui RUPSu, pemegang sukuk berhak melakukan sebagai berikut: 1) memberikan pengarahan kepada wali amanat sukuk untuk menyetujui suatu kelonggaran waktu atas suatu kelalaian menurut perjanjian perwaliamanatan sukuk serta akibat-akibatnya untuk mengambil tindakan lain. 2) Memberhentikan Wali Amanat Sukuk dan menunjuk pengganti wali amanat
sukuk
menurut
ketentuan
perjanjian-perjanjian
perwaliamanatan sukuk. 3) Mengambil tindakan lain yang termasuk tapi tidak terbatas pada mengubah perjanjian perwaliamanatan sukuk dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dari perjanjian perwaliamanantan sukuk serta perundang-undangan yang berlaku. 40 5. Wali Amanat Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA a. Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk Sehubungan dengan emisi Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 telah ditandatangani akta perjanjian perwaliamanatan Sukuk Mudharabah 39
KTUR adalah Konfirmasi Tertulis untuk RUPSu Keterangan Tentang Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 230 40
88
I ADHI Tahun 2007 No. 22 tanggal 3 mei 2007 juncto Addendum No. 31 tanggal 12 juni 2007, yang keduanya dibuat di hadapan Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, antara PT Adhi Karya (persero) Tbk dengan PT Bank Mega Tbk selaku Wali Amanat Sukuk. 41 Dengan demikian yang berhak sebagai wali amanat sukuk atau badan yang diberikan kepercayaan untuk mewakili kepentingan dan bertindak untuk dan atas nama pemegang sukuk dalam rangka penawaran umum “Sukuk mudharabah I ADHI Tahun 2007’’ adalah PT Bank Mega Tbk yang telah terdaftar di BAPEPAM dengan No. 20/STTDWA/PM/2000 tanggal 2 agustus 2000 sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 serta Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun 1995 tentang penyelengaraan kegiatan di bidang pasar modal. 42 b. Tugas pokok Wali Amanat Sukuk Sesuai dengan ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tanggal 10 November 1995 tentang pasar modal dan kemudian ditegaskan kembali dalam akta perjanjian perwaliamanatan Sukuk Mudharabah I ADHI Tahun 2007 No. 22 tanggal 3 mei 2007 juncto addendum No. 31 tanggal 12 juni 2007, yang keduanya dibuat di hadapan Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, tugas pokok wali amanat sukuk adalah mewakili kepentingan pemegang sukuk baik di
41 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 262 42 Ibid,. h. 262
89
dalam maupun di luar pengadilan dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang sukuk mengenai pelaksanaan hak-hak pemegang sukuk sesuai dengan syarat-syarat Emisi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian perwaliamanatan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia khususnya peraturan di bidang pasar modal dan peraturan KSEI mengenai sukuk. Tugas Wali Amanat Sukuk mewakili Pemegang Sukuk berlaku Efektif sejak Tanggal Emisi Sukuk. c. Penggantian wali amanat sukuk Berdasarkan akta perjanjian perwaliamanatan sukuk mudharabah I ADHI Tahun 2007 No.22 tanggal 3 mei 2007 juncto addendum No.31 tanggal 12 juni 2007, yang keduanya dibuat di hadapan Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, wali amanat sukuk dengan sendirinya berhenti menjadi wali amanat sukuk bilamana terjadi salah satu dari halhal di bawah ini: 43 1) Wali amanat sukuk dibubarkan oleh suatu badan peradilan atau oleh suatu badan resmi lainnya atau wali amanat sukuk membubarkan diri secara sukarela atau bubar menurut atau berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan.
43 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263
90
2) Dalam hal adanya suatu keputusan pailit atau likuiditas atas wali amanat sukuk, atau suatu permohonan kepailitan diajukan oleh wali amanat sukuk sendiri, atau wali amanat sukuk mengajukan permohonan penundaan kewajiban membayar hutang; 3) Wali
amanat
sukuk
mengajukan
permohonan
berhenti
dari
kedudukannya selaku wali amanat sukuk secara tertulis kepada perseroan dan memenggil RUPSu untuk mengajukan permohonan berhenti, dengan menyebutkan alasan-alasannya, dan permohonan berhenti itu harus diajukan sedikitnya 60 hari kalender sebelumnya, akan tetapi wali amanat sukuk baru berhenti bertugas selaku wali amanat sukuk berdasarkan perjanjian perwaliamanatan setelah permohonan berhenti ini diterima baik oleh RUPSu dan pada saat wali amanat sukuk yang menggantikannya telah ditunjuk oleh perseroan dengan persetujuan RUPSu dan telah secara tertulis menyatakan setuju untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat perjanjian perwaliamanatan, serta mulai efektif melaksanakan tugas-tugasnya. 44 4) Wali amanat sukuk diberhentikan oleh RUPSu sebagaimana diatur dalam ayat 11.1 huruf b perjanjian perwaliamanatan.
44 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007, h. 263
91
5) Semua jumlah terhutang telah dibayarkan oleh perseroan sesuai dengan perjanian perwaliamanatan kepada pemegang sukuk. 45 6) Atas permintaan Bapepam-LK 46 dengan dilaksanakan hak BapepamLK sebagaimana dimuat dalam ketentuan pasal 102 ayat 1 juncto pasal 102 ayat 2 huruf d, e, f dan g Undang-Undang Pasar Modal terhadap Wali Amanat Sukuk. 7) Dalam hal perseroan tidak membayar imbalan jasa wali amanat sukuk dan setelah wali amanat sukuk mengajukan permintaan pembayaran secara tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut kepada perseroan dalam jangka waktu 90 hari kalender, maka wali amanat dapat mengajukan permohonan pengunduran diri kepada perseroan. 47 6. Hasil Pemeringkatan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA a. Hasil pemeringkatan Untuk memenuhi keputusan ketua Bapepam No. Kep/PM/ 1996 tanggal 17 januari 1996, perseroan telah melakukan pemeringkatan yang dilaksanakan oleh pefindo. Berdasarkan hasil pemeringkatan atas Sukuk
45 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263-264 46 Bapepam-LK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggal 30-12-2005 nomor: 606/KMK.01/2005 tentang organisasi dan tata kerja badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan badan pemerintah dibawah naungan departemen keuangan tugasnya melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal 47 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263-264
92
sesuai dengan surat No.318/PEF-Dir/VI/2007, Sukuk yang diterbitkan oleh perseroan mendapatkan peringkat: 48 idA-(sy)
(Single A Minus Syariah; Stable outlook) Skala pemeringkatan di bawah ini menunujukan urutan peringkat yang berlaku untuk memberikan gambaran tentang posisi peringkat “Sukuk mudharabah I ADHI Tahun 2007”. b. Skala pemeringkatan efek hutang jangka panjang 1) AAA: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas paling tinggi, yaitu mempunyai kemampuan paling baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. 2) AA: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas sangat tinggi, yaitu mempunyai kemampuan sangat baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sangat rendah, karena tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 49 3) A: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas tinggi, yaitu mempunyai kemampuan baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sangat rendah, karena
48 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231 49 Ibid., h. 231
93
hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 4) BBB: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas cukup, yaitu mempunyai kemampuan cukup baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sedang, karena cukup peka terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 5) BB: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas rendah, karna meskipun mempunyai kemampuan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo, Namun memiliki resiko cukup tinggi, karena sangat peka terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 6) B: Efek hutang jangka panjang yang memiliki kemampuan terbatas dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Faktor resiko tinggi, karena kemungkinan tidak membayar tepat pada waktunya, jika terjadi perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 50 7) CCC: Efek hutang jangka panjang yang memiliki kualitas jauh di bawah investment grade (peringkat tidak layak investasi), karena mengandung ketidakpastian dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Faktor resiko sangat tinggi, karena tidak mampu membayar jika terjadi perubahan kondisi yang tidak menguntungkan.
50 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231
94
8) D: Efek hutang jangka panjang yang macet c. Keterangan mengenai hasil pemeringkatan Rasionali Pefindo menaikkan peringkat untuk perseroan dan obligasi perseroan II Tahun 2003 sebesar Rp 200 miliar yang jatuh tempo pada bulan juli 2008 dan obligasi III Tahun 2004 sebesar Rp 173 miliar yang jatuh tempo pada bulan juli 2007 menjadi “idA-“ dari “idBBB+”. Peringkat yang sama juga ditetapkan untuk Obligasi IV ADHI Tahun 2007 Sebesar Rp 375 miliar, sedangkan peringkat “idA-(sy)” ditetapkan untuk sukuk mudharabah senilai Rp 125 miliar. Outlook dari peringkatperingkat
tersebut
adalah
stabil.
Peringkat-peringkat
tersebut
mencerminkan perbaikan yang signifikan pada industry konstruksi, posisi pasar perseroan yang semakin kuat, serta tingkat keuntungan yang relative stabil. Namun, peringkat tersebut masih dibatasio oleh leverage keuangan perseroan yang agresif dan proteksi arus kas yang dibawah rata-rata. 51 d. Faktor-faktor pendukung atas kenaikan peringkat adalah sebagai berikut: 1) Perbaikan signifikan pada bisnis konstruksi Bisnis perseroan di bidang jasa konstruksi akan secara positif terpengaruh oleh perbaikan signifikan dari industri ini di masa mendatang. Permintaan akan jasa konstruksi telah menguat dalam dua tahun terakhir, dimana indicator-indikator makro ekonomi seperti suku
51 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231
95
bunga, nilai tukar rupiah dan inflasi berada dalam tingkat yang lebih baik. 2) Posisi pasar menguat dalam bisnis konstruksi Perseroan
telah
secara
konsisten
mempertahankan
keberadaannya yang kuat dalam bisnis konstruksi di Indonesia. Perseroan telah membukukan total penjualan sebesar Rp4,36 trillun pada tahun 2006, meningkat 42% dari Rp3,07 triliun pada tahun 2005, di tengah persaingan yang ketat. Kenaikan tajam penjualan tersebut semakin menguatkan posisi pasar perseroan dengan perkiraan 25% pangsa
pasar dari sisi penjualan di antara perusahaan konstruksi
BUMN (dibandingkan 20% tahun sebelumnya). 52 3) Tingkat keuntungan yang relatif stabil Perseroan mampu mempertahankan tingkat keuntungan yang stabil meskipun terjadi kenaikan biaya produksi akibat naiknya harga minyak di akhir tahun 2005. EBIT 53 perseroan tetap relative stabil pada 5,77% di tahun 2006 dibandingkan 5,67% pada tahun 2005, marjin laba kotor juga stabil, berada 10,22% pada tahun 2006 dan 11,42% pada tahun 2005, dikarenakan manajemen proyek yang
52 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 232 53 EBIT singkatan dari “Earnings Before Interest and Taxes” digunakan sebagai alat pengukur nilai sebuah bisnis dan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga dan beban lainnya)
96
optimal termasuk kemampuan melakukan kompensasi eskalasi kepada pemilik proyek (yang sebagian besar dari proyek pemerintah) pada saat harga-harga material naik karena kenaikan harga minyak selama priode tersebut. Kenaikan peringkat dibatasi oleh: 1) Tingkat leverage keuangan yang agresif Sejalan dengan ekspansi bisnis yang dibiayai oleh pinjaman eksternal, tingkat leverage keuangan perseroan yang agresif terus berlanjut. Pada akhir 2006, hutang perseroan naik secara signifikan menjadi 931,35 miliar dari Rp758,49 pada tahun sebelumnya. Sebagai akibatnya, rasio hutang atas modal (DER) perseroan relative tinggi yaitu 2,14x pada tahun 2006 dibanding 2,09x pada tahun 2005. 2) Proteksi arus kas yang dibawah rata-rata Sejalan dengan tingkat leverage yang relaif tinggi, arus kas perseroan dibawah rata-rata, yang tercermin dari EBITDA 54 yang relative rendah pada 0,29x dan 1,82x pada tahun 2006 dibanding 0,25x dan 1,97x pada tahun 2005. Proteksi arus kas perseroan diprediksikan akan melemah dalam jangka pendek, sejalan dengan rencana
54 EBITDA adalah singkatan dari "Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization" EBITDA digunakan sebagai alat pengukur nilai sebuah bisnis dan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga dan beban lainnya) dan depresiasi serta amortisasi.
97
menerbitkan obligasi baru untuk membiayai kembali hutanghutangnya yang jatuh tempo serta untuk membiayai ekspansi bisnis. 55
55
Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 232
BAB IV PENGARUH PENDAPATAN SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk.
A. Alasan dan Manfaat Penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk 1. Alasan Penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA Tbk Pada prinsipnya saat itu pada tahun 2007 ada jatuh tempo obligasi (PT Adhi Karya Tbk) sebelumnya yaitu obligasi III sejumlah kurang lebih Rp 200 miliar itulah sebagai refinancing artinya begitu jatuh tempo PT Adhi Karya harus membayar kepada pemilik obligasi, dan dikembalikan uang tersebut sebesar Rp 200 miliar. karena kami perlu untuk modal kerja dan supaya modal kerjanya tidak terganggu tentunya kita menerbitkan obligasi baru seri ke 4 atau Sukuk Mudharabah yang pertama, karena ini baru yang pertama dengan menggunakan sistem syariah dan sebelumnya obligasi I,II dan III yaitu dengan sistem konvensional. dan pada intinya alasan utamanya yaitu refinancing dan tentunnya alasan berikutnya untuk tambahan modal kerja dalam rangka pertumbuhan perusahaan karena kalau omset naik maka modal kerja yang dibutuhkan juga naik sehingga perlu pendanaan lebih. 1 Adapun kenapa PT Adhi Karya lebih memilih menerbitkan sukuk karena 1
Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 juni 2010
98
99
adanya peluang untuk menjaring dana-dana yang masuk di pasar syari’ah dan untuk lebih dikenal oleh para investor syari’ah agar pada saat menerbitkan sukuk yang berikutnya menjadi lebih mudah. Dan akad yang digunakan yaitu mudharabah karena pada saat itu yang paling cocok dengan jasa konstruksi adalah mudharabah atas saran dari Dewan Syari’ah Nasional. 2 2. Manfaat penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA Manfaat
dengan
diterbitkannya
Sukuk
Mudharabah
yaitu
bertambahnya modal kerja sehingga proyek dan penjualanpun ikut bertambah serta meningkatkan laba PT Adhi karya dan manfaat lainnya dapat dikenal oleh masyarakat dan para investor syari’ah. 3
B. Sistem Penentuan Imbalan Pada Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA Antara Emiten Dengan Pemegang Sukuk 1. Ketentuan Pendapatana Bagi Hasil Sukuk ini memberikan pendapatan bagi hasil dengan ketentuan sebagai berikut: a. Perseroan diwajibkan untuk membayar kepada pemegang sukuk sejumlah pendapatan bagi hasil setiap 3(tiga) bulan sejak Emisi yaitu pada setiap tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil.
2 Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 2 desember 2010 3 Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 2 desember 2010
100
b. Pendapatan bagi hasil yang harus dibayar oleh perseroan kepada pemegang sukuk pada tanggal pendapatan bagi hasil dihitung berdasarkan perkalian antara pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang sukuk. c. Pendapatan yang dibagi hasilkan diambil dari laba kotor setelah proyek kerjasama atas penjualan usaha jasa konstruksi sehubungan dengan salah satu atau lebih proyek yang dijadikan dasar untuk perhitungan sesuai dengan perjanjian perwaliamanatan sukuk d. Besarnya nisbah pemegang sukuk adalah 76,39% e. Pemegang sukuk berhak mendapatkan pembayaran pendapatan bagi hasil adalah pemegang sukuk yang namanya tercatat dalam daftar pemegang rekening, pada 4 (empat) hari bursa sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil, kecuali ditentukan lain oleh KSEI atau peraturan perundang-undangna yang berlaku. f. Dengan demikian jika terjadi transaksi sukuk setelah tanggal penentuan pihak yang berhak memperoleh pendapatan bagi hasil tersebut, maka pihak yang menerima pengalihan sukuk tersebut tidak berhak atas pendapatan bagi hasil pada periode pendapatan bagi hasil yang bersangkutan.
101
g. Tanggal-tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil adalah sebagai berikut: 4 Tabel 4.3 Tanggal Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil 5 Pendapatan Tanggal Pembayaran Pendapatan Tanggal Bagi Hasil Pendapatan Bagi Hasil Bagi Hasil Pembayaran kekePendapatan Bagi Hasil 1
6 oktober 2007
11
6 April 2010
2
6 januari 2008
12
6 Juli 2010
3
6 april 2008
13
6 Oktober 2010
4
6 juli 2008
14
6 Januari 2011
5
6 Oktober 2008
15
6 April 2011
6
6 Januari 2009
16
6 juli 2011
7
6 April 2009
16
6 Oktober 2011
8
6 Juli 2009
18
6 Januari 2011
19
6 April 2012
20
6 Juli 2012
S u 6 Oktober 2009 m9 b e 10 6 Januari 2010 r Data : Prospektus Sukuk Mudharabah Adhi
2. Ketentuan lainnya a. Perseroan wajib menggunakan dana sukuk untuk membiayai proyekproyek pembangunan gedung dan infrastruktur dengan laba kotor setelah 4
Keterangan Tentang Sukuk dalam prospektus Sukuk Mudharabah I Adhi, Jakarta: Juni 2007, h. 217 5 Ibid,. h.217
102
proyek kerjasama setiap triwulan tidak kurang dari Rp. 4,5 miliar dalam dana sukuk membiayai sebagian proyek proyek yang nilainya lebih besar dari dana sukuk, maka perhitungan pendapatan bagi hasil ditetapkan secara proporsional. Apabila proyek-proyek tersebut memberikan laba kotor setelah proyek kerjasama lebih dari 4,5 miliar maka pemegang sukuk memberikan kelebihannya kepada perseroan. b. Perseroan wajib menyampaikan kepada wali amanat sukuk dan bursa efek, informasi uraian dari perhitungan pendapatan bagi hasil berdasarkan laporan keuangan triwulan selambat-lambatnya sepuluh hari kerja sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil, yang mencakup antara lain informasi tentang satu atau lebih proyek yang menjadi dasar perhitungan pendapatan usaha, laba kotor setelah proyek kerjasama/pendapatan yang dibagihasilkan, dan pendapatan bagi hasil, disertai dengan pernyataan tertulis perseroan kepada wali amanat sukuk yang menyatakan bahwa informasi yang disajikan adalah tepat, benar dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 6 3. Penentuan Imbalan Pendapatan Sukuk Mudharabah Untuk Pemegang Sukuk
6
Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I Adhi, Jakarta: Juni 2007, h. 4
103
Berikut ini adalah data-data pendapatan bagi hasil yang diperoleh oleh Pemegang Sukuk (investor) sejak per September 2007 sampai dengan Juni 2010: Tabel 4.4 Pendapatan Sukuk Mudharabah untuk Pemegang Sukuk (dalam rupiah penuh)
Jumlah yang Dibagihasilkan
Pendapatan Bagi Hasil=Nisbah (76,39%) x Pendapatan Yang Dibagihasilkan(untuk Investor)
10.606.702.931
4.500.000.000
3.437.500.000
Des 07
15.608.102.698
4.500.000.000
3.437.500.000
Mar 08
18.845.908.950
4.500.000.000
3.437.500.000
Jun 08
19.329.676.680
4.500.000.000
3.437.500.000
Sep 08
19.898.225.447
4.500.000.000
3.437.500.000
Des 08
20.037.049.482
4.500.000.000
3.437.500.000
Mar 09
20.571.702.403
4.500.000.000
3.437.500.000
Jun 09
24.752.604.854
4.500.000.000
3.437.500.000
Sep 09
24.301.212.594
4.500.000.000
3.437.500.000
Des 09
23.759.466.576
4.500.000.000
3.437.500.000
Mar 10
11.588.298.246
4.500.000.000
3.437.500.000
Waktu
Laba Yang Dibagihasilkan
Sep 07
Jun 10 10.214.536.466 4.500.000.000 Sumber Data: Laporan Pendapatan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya
3.437.500.000
Berdasarkan data di atas untuk pendapatan bagi hasil per tiga bulan sekali yang diperoleh oleh pemegang sukuk yaitu sebesar Rp. 3.437.500.000 dari nisbah untuk pemegang sukuk sebesar 76,39%, dari jumlah pendapatan yang di bagi hasilkan yaitu sebesar Rp 4.500.000.000 dari total laba kotor yang dihasilkan pada setiap masing-masing periode.
104
4. Penentuan Imbalan Pendapatan Sukuk Mudharabh Untuk Emiten (PT ADHI KARYATbk) Berikut ini adalah data-data pendapatan bagi hasil yang di peroleh oleh PT ADHI KARYA (PERSERO) Tbk atau Emiten sejak per September 2007 sampai dengan Juni 2010: Tabel 4.5 Pendapatan Sukuk Mudharabah untuk Emiten (dalam rupiah penuh)
Waktu
Laba Yang Dibagihasilkan
Jumlah yang Dibagihasilkan
Pendapatan Bagi Hasil=Nisbah(23,61%) x Pendapatan Yang Dibagihasilkan(untuk ADHI)
Sep 07
10.606.702.931
4.500.000.000
1.062.500.000
6.106.702.931
7.169.202.931
Des 07
15.608.102.698
4.500.000.000
1.062.500.000
11.108.102.698
12.170.602.698
Mar 08
18.845.908.950
4.500.000.000
1.062.500.000
14.345.908.950
15.408.408.950
Jun 08
19.329.676.680
4.500.000.000
1.062.500.000
14.829.676.680
15.892.176.680
Sep 08
19.898.225.447
4.500.000.000
1.062.500.000
15.398.225.447
16.460.725.447
Des 08
20.037.049.482
4.500.000.000
1.062.500.000
15.537.049.482
16.599.549.482
Mar 08
20.571.702.403
4.500.000.000
1.062.500.000
16.071.702.403
17.134.202.403
Jun 09
24.752.604.854
4.500.000.000
1.062.500.000
20.252.604.854
21.315.104.854
Sep 09
24.301.212.594
4.500.000.000
1.062.500.000
19.801.212.594
20.863.712.594
Des 09
23.759.466.576
4.500.000.000
1.062.500.000
19.259.466.576
20.321.966.576
Mar 10
11.588.298.246
4.500.000.000
1.062.500.000
7.088.298.246
8.150.798.246
Jun 10 10.214.536.466 4.500.000.000 1.062.500.000 5.714.536.466 Sumber Data: Laporan Pendapatan Sukuk Mudharbah PT Adhi Karya Tbk
6.777.036.466
Sisa Pendapatan
Jumlah Pendapatan Untuk Adhi
Berdasarkan data di atas untuk pendapatan bagi hasil per tiga bulan sekali yang diperoleh oleh PT ADHI KARYA yaitu sebesar Rp. 1.062.500.000 dari nisbah untuk pemegang sukuk sebesar 23,61%, dari jumlah pendapatan yang di bagi hasilkan yaitu sebesar Rp 4.500.000.000 dari
105
total laba kotor yang dihasilkan pada setiap masing-masing periode. Jika proyek-proyek tersebut memberikan laba kotor setelah proyek kerjasama lebih dari 4,5 miliar maka kelebihannya tersebut diberikan kepada perseroan. 7 Dan nilai kontrak dari proyek kerjasama tidak seluruhnya menggunakan dana Sukuk Mudharabah ada juga yang menggunakan dana pihak lainnya seperti perbankan, institusi keuangan lainnya dan juga dari dana atau modal PT Adhi Karya. 8 Jadi penentuan pendapatan yang dibagi hasilkan 4,5 miliar dan pendapatan yang diterima oleh pemegang sukuk sebesar 3,437 miliar ditentukan berdasarkan imbalan hasil atau ekivalen sebesar 11% pertahun.
C. Analisa laporan Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 1. Laporan Laba Rugi PT Adhi Karya Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 Tabel 4.6 berikut ini memperhatikan Komposisi Pendapatan dan Beban Perseroan untuk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 (dalam ribuan rupiah) Laporan Laba Rugi
31 Desember 2006
2007
2008
2009
h. 4
7
Penawaran Umum dalam Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tbk Tahun 2007,
8
Kiki Syahgolang, PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Oktober 2010
106
Pendapatan Usaha Jasa Konstruksi Pendapatan Usaha EPC
4.217.464.922
4.561.518.428
5.996.273.062
6 .800.696.884
67.797.536
244.778.772
300.097.593
2 15.347.787
43.597.192
167.569.613 90.274.158
139.833.683
398.939
227.803
222.569.846
283.899.881
- ADHICON Persada
30.328.008
1 31.178.373
- ADHI Multi Power
-
1 43.429.166
Pendapatan Usaha Investasi: - PT Adhi Realty
76.895.244
- PT Duri Indah Raya - ADHI Oman
Jumlah Pendapatan Usaha Beban Pokok Pendapatan
90.674.367
4.328.859.650
4.973.866.813
6.639,941.610
7 .714,613.580
(3.926.032.515)
(4.516.923.770)
(6.095.668.546)
(7.059.134.834)
402.827.135
456.943.043
544.273.064
655.478.745
34.159.526
38.513.100
28.247.588
96.401.449
436.986.661
495.456.143
572.520.652
751.880.195
Beban Pegawai
99.613.466
113.007.664
116 .994.137
119 .091 .515
Beban Umum
60.731.909
58.447.851
58.558.242
68.342.156
Beban Pemasaran
16.851.792
22.115.788
18.344.183.582
16.688.716
Beban Penyusutan
8.089.568
10.790.426
1 0.716.334
10.938.456
(185.286.735)
(204.361.729)
(204.612.898)
(215.060.844)
251.699.926
291.094.414
367.907.754
536.819.350
(122.793.486)
(137.256.599)
(245.368.615)
(205.046.001)
128.906.440
153.837.815
122.539.138
331.773.348
Beban Pajak Penghasilan
(37.820.621)
(47.066.918)
(69.464.993)
(156.787.818)
Penghasilan (beban) pajak tangguhan Laba sebelum hak minoritas Hak minoritas atas laba anak perusahaan Laba bersih
4.784.237
6.140.121
29.920.215
(12.061.771)
95.870.056
112.911.018
82.994.360
162.923.758
(289.151)
(1.309.615)
(1.511.865)
2.605.974
95.580.905
111.601.403
81.482.495
165.529.733
Laba kotor Laba - Proyek Kerjasama Laba kotor setelah proyek kerjasama
Jumlah Beban Usaha Laba usaha Jumlah pendapatan (beban) lain-lain bersih Laba sebelum pajak penghasilan
Sumber: Laporan Analisis Keuangan Tahunan PT Adhi Karya
107
Pendapatan Usaha Di tahun 2007 ADHI membukukan pendapatan usaha sebesar Rp4.973.867 juta. hasil ini meningkat 14,9% dari tahun 2006 Rp4.328.860 juta. Komposisi Pendapatan usaha ADHI 2007 berdasarkan segmennya adalah Gedung 54%, Infrastruktur 45%, dan di tahun 2009 ADHI membukukan pendapatan usaha sebesar Rp7.714.614 juta, hasil ini meningkat 16,18% dari tahun 2008 Rp6.639.942 juta. kontribusi masing-masing segmen ditahun 2009 yaitu: 88,15% jasa konstruksi atau mengalami kenaikan 13,42% dari tahun 2008 sebesar 91,31%; segmen EPC yang mengalami penurunan sebesar 28,24% dari tahun 2008 dari 4,52% menjadi 2,79% ditahun 2009. Pendapatan investasi merupakan pendapatan milik anak perusahaan, yaitu pendapatan Adhi Oman. Yang bergerak di bidang konstruksi sebesar Rp 283,899,881, dan pendapatan PT Adhi Realty yang bergerak di bidang properti sebesar Rp 139,833,683
dan segmen investasi mengalami
peningkatan sebesar 103,33% pada tahun 2009 yaitu dari 5,17% ditahun 2008 menjadi 9,06% ditahun 2009. 9 Tabel 4.7 Pendapatan Usaha Adhi Periode Tahun 2008 dan 2009 (dalam juta rupiah) Segmen Usaha
Pendapatan Usaha 2009
Jasa Konstruksi
6.800.697
88,15
5.996.273
90,31
215.348
2,79
300.098
4,52
EPC
Persentase
Pendapatan Usaha 2008
Persentase
9
39
Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h.
108
Investasi TOTAL
698.569
9,06
7.714.614 100,00 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PT Adhi Karya Tbk
343.571
5,17
6.639.942
100,00
Selama tahun 2009, ADHI berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 7.714.614 juta, meningkat dari tahun 2008 yang membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 6.639.942 juta. pendapatan usaha ini berasal dari tiga segmen usaha, yakni jasa konstruksi, EPC, dan investasi, dengan tipe proyek gedung, EPC, dan Infrastruktur. Kontribusi masing-masing segmen di tahun 2009 yaitu: jasa konstruksi 88,15%, EPC 2,79%, dan investasi 9,06%. Sedangkan kontribusi di tahun 2008 adalah jasa konstruksi 90,31%, EPC 4,52% dan investasi 5,17%. Beban Usaha Terjadi peningkatan beban usaha di 2007 sebesar 10,29%, terutama disebabkan oleh naiknya beban penjualan 31,24% dari tahun 2006, seiring dengan peningkatan pendapatan usaha dan usaha untuk meningkatkan perolehan kontrak baru dan investasi. Dan juga terjadi kenaikan beban usaha di tahun 2009 menjadi Rp 215.061 juta dari Rp 204.613 juta di tahun 2008 atau naik sebesar 5,11%. Tetapi secara persentase terhadap Pendapatan Usaha terjadi penurunan dari 3,08% ditahun 2008 menjadi 2,79% ditahun 2009, sehingga terdapat efisiensi sebesar 0,30%. 10 Laba (Rugi) Proyek Kerja Sama 10
Ibid., h. 39
109
ADHI juga melakukan kerja sama dalam pihak lain dalam mengerjakan proyek. Di 2007 laba dari proyek-proyek kerja sama mencapai Rp38.513 juta, diantaranya adalah lima proyek dengan kontribusi laba terbesar. Di 2008 laba dari proyek-proyek kerja sama mencapai Rp28.247 juta atau mengalami penurunan sebesar 26,65% dari tahun 2007 sebesar Rp38.513 juta. Perseroan juga melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam mengerjakan proyek. Di tahun 2009 laba dari proyek-proyek kerja sama mencapai Rp96.401 juta atau mengalami kenaikan sebesar 241,27% dari tahun 2008 sebesar Rp28.246 juta. 11 Tabel 4.8 Proyek-proyek Kerjasama Terbesar PT Adhi Karya dari tahun 2006 s/d 2009 (dalam jutaan rupiah) Nama Proyek Jembatan Suramadu
Nama Proyek
2006
2007
Suramadu Bridge
3.222
26.902
India Railway
-
5.377
Jemb. Ngrame CS Ponre-ponre Irigasi System Work
-
2.721
Bawakaraeng Dermaga Pantoloan
-
1.168
Kelok
Jl. Sukamaju
Nama Proyek
2009
11.958
Pengadaan Tabung LPG 3 kg
26.73
4.783
Jembatan Suramadu
11.67
4.149
Rigid Taxiway Bandara Kualanamu
8.022
Dermaga Pantoloan
6.462
93.846
542 1.131 Sei Ular 2.347 Bojonegoro Barrage LRSIP II Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PT Adhi Karya Tbk
Laba Bersih
2008
11
Ibid., h. 39
6.067
110
Laba bersih konsolidasi (setelah Pajak Penghasilan) ADHI meningkat 16,76% dari tahun 2006 Rp. 95.581 juta menjadi Rp111.601 juta di 2007. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan usaha sebesar Rp 4.973.867 juta, meningkat 14,9% dari tahun 2006 Rp 4.328.860 juta, dan efisiensi pada beban bunga yang turun 1,49% dari 2006 Rp 146.494 juta menjadi Rp144.311 juta di 2007. Margin Laba Bersih di 2007 adalah 2,24%, sedangkan di 2006 sebesar 2,21%. Di
tahun
berikutnya
laba
bersih
konsolidasi
(setelah
pajak
penghasilan) perseroan meningkat cukup besar 103,15% dari tahun 2008 Rp 81.482 juta menjadi Rp 165.530 juta di 2009, hal ini disebabkan selain karena peningkatan pendapatan usaha juga karena adanya efisiensi (efisiensi beban kontrak, beban usaha, penurunan biaya bunga) dan peningkatan laba proyek kerjasama. 12
2. Laporan Total Aset PT Adhi Karya Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 Tabel 4.9 berikut ini memperhatikan Komposisi Asset Perseroan untuk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 (dalam ribuan rupiah) Neraca
31 Desember 2006
2007
2008
2009
39
12
Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h.
111
Aset lancer Kas dan setara kas
174.004.576
784.297.752
364.904.002
306.902.360
212.063
2.290.171
858.577
280.551
Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
141.399.332
184.867.177
374.740.551
352.427.308
Pihak ketiga
482.828.186
592.040.995
741.518.078
980.653.403
65.905.269
92.390.618
120.390.158
147.031.440
Pihak ketiga Tagihan bruto pemberi kerja Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
109.948.276
177.458.085
186.350.059
226.911.011
469.234.200
570.620.889
707.217.056
964.937.443
Pihak ketiga
577.817.753
847.379.807
889.026.499
941.895.285
13.182.465
44.290.264
53.695.604
82.255.357
Persediaan
179.041.121
264.230.912
606.987.785
510.173.578
Uang muka
112.307.728
155.514.017
315.173.029
262.274.229
Pajak dibayar dimuka
134.123.646
168.917.930
197.925.564
344.309.437
Biaya dibayar dimuka
111.432.387
68.358.310
94.189.444
84.314.953
2.571.437.002
3.952.656.927
4.652.976.411
5.204.366.361
Aset pajak tangguhan
12.635.706
18.775.827
50.047.081
2.745.561
Beban ditangguhkan
6.173.768
2.318.280
3.306.440
17.796.498
Investasi Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa
51.260.000
73.460.010
61.947.516
61.545.255
2.390.458
2.119.043
16.320.737
9.811.941
Aset tetap Setoran dana kerjasama operasi Investasi dalam pelaksanaan
126.436.662
147.232.942
166.809.583
128.128.294
29.482.520
50.120.498
87.129.744
80.870.374
2.195.100
73.835.237
80.901.895
118.306.055
817.394
6.181.057
3.941.680
3.933.327
38.839.325
6.467.528
1.987.451
1.950.664
283.850.933
380.510.422
472.392.130
425.087.973
Investasi sementara
Piutang retensi Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Piutang lain-lain
Jumlah Aset lancar Aset tidak lancar
Jaminan Aset lain-lain Jumlah Aset tidak lancar
112
Jumlah Aset
2.869.948.047 4.333.167.349 5.125.368.541 Sumber: Laporan Analisis Keuangan Tahunan PT Adhi Karya
5.629.454.335
Aset Lancar Aset lancar perseroan meningkat 11,85% menjadi Rp5.204.366 juta di tahun 2009 hal ini disebabkan karena kenaikan piutang usaha 19,42% dan piutang prestasi 19,46%. a. Kas dan Setara Kas Pos ini terdiri dari kas sebesar Rp50.398 juta, dan Rp733.899 juta setara kas dalam simpanan giro dan berjangka. Komposisi simpanan giro dan berjangka ini adalah 76,43% Rupiah, 12,71% USD, 10,34% Riyal Oman, dan sisanya 0,5% dalam mata uang Riyal Qatar, Yen, dan Rupee India. Pos Setara Kas ini tersebar di 27 bank yang berbeda dengan suku bunga rata-rata 7,25% - 8,25%. kas dan setara kas mengalami peningkatan 350% dari Rp174,005 juta pada tahun lalu, hal ini terjadi karena terdapat peningkatan yang besar dalam arus kas dari aktivitas operasi, yakni Rp605.832 juta pada tahun ini dari tahun lalu yang minus Rp155.990 juta. Pos ini terdiri dari kas sebesar Rp26.117 juta dan Rp280.785 juta Setara kas dalam simpanan giro dan berjangka. komposisi simpanan giro dan berjangka ini adalah 87,45% Rupiah; 8,84% USD; 3,70% Real Oman; dan sisanya 0,0043% dalam mata uang Riyal Qatar dan Yen. Pos setara kas ini tersebar di 27 bank yang berbeda dengan suku bunga rata-rata 5%10%. kas dan setara kas mengalami penurunan 15,90% dari Rp364.904
113
juta pada tahun lalu, hal ini terjadi karena digunakan untuk pembayaran operasional proyek. 13 b. Piutang Usaha Kenaikan piutang usaha 24,46% dari tahun lalu Rp624.228 juta menjadi Rp776.908 juta (net) di tahun 2007 tentunya berkaitan dengan peningkatan pendapatan usaha perseroan. komposisi piutang usaha di tahun ini terdiri dari 23,80% pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan 76,20% pihak ketiga. Di tahun 2007 ini ADHI mencadangkan Rp27.737 juta sebagai penyisihan piutang ragu-ragu yang diestimasi berdasarkan umur piutang yang terbagi dalam rentang waktu dari 6 bulan hingga lebih dari 24 bulan. Dari Rp27.737 juta ini, 90% -nya berasal dari piutang usaha pihak ketiga. Selanjutnya, untuk penghapusan piutang tak tertagih hanya bisa dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dewan komisaris. Pada tahun berikutnya piutang usaha 19,42% dari tahun lalu Rp1.116.259 juta menjadi Rp1.333.081 juta (net) di tahun ini tentunya berkaitandengan peningkatan pendapatan usaha perseroan. komposisi piutang usaha di tahun ini terdiri dari 26,44% pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan 73,56% pihak ketiga. Di tahun 2009 ini perseroan mencadangkan Rp72.883 juta sebagai penyisihan piutang ragu-ragu. Dari 36
13
Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h.
114
Rp72.883 juta ini, 91,77% -nya berasal dari piutang usaha pihak ketiga. Selanjutnya, untuk penghapusan piutang tak tertagih hanya bisa dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dewan komisaris. 14 c. Piutang Retensi Dibandingkan dengan tahun 2006, piutang retensi perseroan mengalami kenaikan 53,45% menjadi Rp269.849 juta di tahun 2007. Sebesar Rp92.391 juta (34,24%) adalah piutang retensi kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan Rp177.458 juta (65,76%) kepada pihak ketiga. Rincian piutang retensi kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diantaranya adalah Rp38.629 juta (41,81%) departemen pekerjaan umum, Rp13.797 juta (14,93%) badan rehabilitasi dan rekonstruksi, dan Rp7.262 juta (7,86%) universitas islam negeri malang. sedangkan porsi pihak ketiga diantaranya adalah Rp18.694 juta (10,53%) UPI – Bandung, Rp17.141 juta (9,66%) yayasan taruma negara, dan Rp14.185 juta (7,99%) PT Surya Gading Mas. Pada tahun berikutnya piutang retensi perseroan mengalami kenaikan 21,91% menjadi Rp373.942 juta di tahun 2009 dibandingkan pada tahun 2008. sebesar Rp147.031 juta (39,32%) adalah piutang retensi kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan Rp226.911 juta (60,68%) kepada pihak ketiga. rincian piutang retensi kepada pihak yang
14
Ibid., h. 37
115
mempunyai hubungan istimewa diantaranya adalah Rp33.065 juta (8,84%) PT pln (persero), Rp28.935 juta (7.74%) departemen pekerjaan umum, dan Rp21.007 juta (5.62%) pemerintah daerah provinsi. sedangkan porsi pihak ketiga diantaranya adalah Rp48.996 juta (13,10%) tilal development company llc, Rp32.972 juta (8,82%) PT cakrawala bumimandala, dan Rp15.583 juta (4,17%) PT zelan priamanaya. 15 d. Tagihan Bruto Pada Pemberi Kerja Tagihan bruto pada pemberi kerja meningkat sebesar Rp370.949 juta (35,43%) dari tahun 2006 Rp1.047.052 juta menjadi Rp1.418.000 juta di 2007. komposisi di tahun 2007, sebesar Rp570.621 juta (40,24%) merupakan tagihan bruto pada pemberi kerja pihak yang mempunyai hubungan istimewa, diantaranya kepada departemen pekerjaan umum Rp134.540 juta (23,58%), pemerintah daerah provinsi Rp86.345 juta (15,13%), dan universitas islam negeri malang Rp41.373 juta (7,25%), sedangkan sebesar Rp847.380 juta (59,76%) merupakan tagihan bruto pada pemberi kerja pihak ketiga yang diantaranya adalah kepada al habtoor engineering enterprises llc Rp180.865 juta (21,34%),sebesar Rp104.428 juta (12,32%) jgc corp – PT kbr indonesia jo, dan Rp105.362 juta (12,43%) kepada PT jakarta monorail.
37
15
Analisa dan Pembahasan Manajemen dalam Annual Report PT Adhi Karya Tahun 2009, h.
116
Tagihan bruto pada pemberi kerja meningkat sebesar Rp310.589juta (19,46%) dari tahun 2008 Rp1.596.244 juta menjadi Rp1.906.832 juta di 2009. komposisi di tahun 2009, sebesar Rp964.937 juta (50,60%) merupakan tagihan bruto pada pemberi kerja pihak yang mempunyai hubungan istimewa, diantaranya kepada departemen pekerjaan umum Rp328.640 juta (17,23%), PT angkasa pura (persero) Rp164.725 (8,64%), pemerintah daerah provinsi Rp90.075 (4.72%), Rp64.717 juta (3,39%) PT pln (persero) dan Rp59.548 juta (3,12%) PT jasa marga (persero) tbk, sedangkan sebesar Rp941.895 juta (49,40%) merupakan tagihan bruto pada pemberi kerja pihak ketiga yang diantaranya adalah kepada al habtoor engineering enterprises llc rp221.846 juta (11,63%), tilal development company llc Rp147.373 (7,73%), sebesar Rp105.362 juta (5,53%) PT jakarta monorail, sebesar Rp96.571 juta (5,06%) PT chevron pacific indonesia dan sebesar Rp 87.876 juta (4,61%) kepada PT putra pratama sukses. 16 e. Persediaan Peningkatan persediaan dari tahun lalu sebesar 47,58% atau Rp85.190 juta menjadi Rp264.231 juta di 2007. komponen terbesar dalam peningkatan ini adalah persediaan pada anak perusahaan pt adhi realty, diantaranya adalah persediaan bangunan yang meningkat 266,73% 16
Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
117
menjadi Rp43.558 juta di 2007 dari tahun 2006 Rp11.878 juta. peningkatan persediaan bangunan ini disebabkan karena terdapat reklasifikasi akun pada persediaan bangunan berupa ruangan-ruangan pada gedung adhi graha, ruko-ruko di kalimas dan niaga kalimas bekasi timur dengan nilai Rp38.839 juta yang sebelumnya per 31 desember 2006 disajikan sebagai aktiva lain-lain. Komponen peningkatan yang lain adalah persediaan bangunan dalam proses yang meningkat 319,59% salah satunya mth 01 seluas 15.031 m2 senilai Rp8.452 juta, dan persediaan tanah dalam proses Rp19.398 juta, meningkat 69,67% adalah tanah dalam proses di bekasi timur. Penurunan persediaan dari tahun lalu sebesar 15,95% dari Rp606.988 juta menjadi Rp510.174 juta di 2009. Komponen terbesar dalam penurunan ini adalah pemakaian bahan baku proyek konstruksi sebesar Rp125.830 juta dan penurunan persediaan gedung menara mth di jalan mt haryono sebesar Rp34.665 juta, meskipun ada juga kenaikan persediaan atas gedung mandau town square sebesar Rp51.806 juta dan kenaikan persediaan apartemen salemba sebesar Rp26.754 juta yang merupakan reklasifikasi dari biaya dibayar dimuka. 17 Aset Tidak Lancar
17
Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
118
Di tahun 2007, aset tidak lancar adhi meningkat sebesar 27,47%, menjadi Rp380.510 juta. hal ini dikarenakan terdapat peningkatan 43,31% pada pos investasi pada perusahaan asosiasi dari 2006 Rp51.260 juta menjadi Rp73.460 juta di 2007. pada pos ini terdapat penambahan penyertaan pada kso adhi realty – eden capital sebesar Rp9.510 juta sehingga nilai penyertaan dalam kso ini menjadi Rp57.030 juta, dan investasi dalam bentuk konversi dari convertible bond terhadap PT jakarta monorail senilai Rp13.878 juta. Peningkatan yang cukup besar pada aktiva tidak lancar juga dikarenakan adanya peningkatan pada pos investasi dalam pelaksanaan yakni sebesar Rp73.835 juta dari tahun 2006 Rp2.195 juta, yang dalam pos ini terdapat gedung dalam pelaksanaan mall trade center di duri, riau yang dibangun oleh anak perusahaan pt duri indah raya dengan persentase penyelesaian 52,58%. Di tahun 2009, aset tidak lancar perseroan turun sebesar 10,01%, menjadi Rp425.088 juta. hal ini dikarenakan adanya koreksi aset pajak tangguhan sebesar Rp47.773 juta akibat penerapan pph final jasa konstruksi dan adanya penjualan aset tanah, bangunan beserta peralatan pabrik yang ada di cibitung yang masih mempunyai nilai buku Rp15.602 juta dengan harga jual sebesar Rp60.000 juta. 18
18
Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
119
3. Laporan Total Kewajiban dan Ekuitas PT Adhi Karya (Persero) Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 Tabel 4.10 berikut ini memperhatikan Passiva Perseroan untuk Periode 31 Desember 2006 s/d 31 Desember 2009 (dalam ribuan rupiah) Neraca
31 Desember 2006
Kewajiban lancar
2007
2008
2009
2.152.017.382
3.268.543.873
3.963.050.896
4.352.268.432
268.131.390
519.267.945
562.418.088
536.312.892
Ekuitas 440.661.059 531.234.662 584.279.189 Jumlah kewajiban dan ekuitas 2.869.948.047 4.333.167.349 5.125.368.541 Sumber: Laporan Analisis Keuangan Tahunan PT Adhi Karya
731.199.659
Kewajiban tidak lancar
5.629.454.335
Kewajiban Lancar Di tahun 2007, kewajiban lancar adhi meningkat 51,88% menjadi Rp3.268.544 juta. komposisi dari kewajiban lancar adhi ini adalah hutang usaha 49,80%, hutang bank 9,52%, hutang pajak 0,92%, pendapatan diterima dimuka 1,16%, uang muka kontrak 23,92%, biaya masih harus dibayar 5,10%, bagian lancar kewajiban jangka panjang 8,36% (dalam pos ini terdapat hutang obligasi ii yang jatuh tempo di 2008 Rp199.537 juta), dan hutang lainnya 1,22%. pos-pos yang mengalami peningkatan/penurunan lebih dari 20% adalah hutang usaha 67,27%, hutang bank -42,02%, hutang pajak 69,50%,
120
uang muka kontrak 191,45%, biaya yang masih harus dibayar 148,20%, dan hutang lain 45,91%. Di tahun 2009, kewajiban lancar perseroan meningkat 9,82% menjadi Rp4.352.268 juta. komposisi dari kewajiban lancar perseroan ini adalah hutang usaha 65,48%; hutang bank dan non bank 8,13%; hutang pajak 1,10%; pendapatan diterima dimuka 2,15%; uang muka kontrak 12,60%; biaya masih harus dibayar 5,73%; bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun 3,21%; dan kewajiban lancar lain-lain 1,60%. pos-pos yang mengalami peningkatan/penurunan lebih dari 20% adalah hutang usaha naik 20,98%; hutang bank dan non bank naik 62,83%; pendapatan diterima di muka naik 70,87%; uang muka kontrak turun 40,77%; biaya masih harus dibayar naik 38,69%; dan bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun naik 33,05%. 19 Kewajiban Tidak Lancar Komposisi kewajiban tidak lancar Adhi sebesar Rp519.268 juta adalah hutang obligasi 95,87%, uang muka kontrak jangka panjang 1,71%, dan kewajiban imbalan kerja 2,41%. kewajiban tidak lancar Adhi meningkat 89,84% dari tahun 2006 Rp273.532 juta. Peningkatan ini disebabkan karena penerbitan Obligasi IV ADHI dengan nilai nominal Rp375.000 juta dan
19
Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 37
121
penerbitan Sukuk Mudharabah I ADHI tahun 2007 dengan nilai nominal Rp125.000 juta, yang keduanya akan jatuh tempo 6 Juli 2012. `Komposisi kewajiban tidak lancar perseroan sebesar Rp536.313 juta adalah hutang obligasi 93,00%, kewajiban imbalan kerja 4,25%, dan hutang jangka panjang lainnya 2,75%. kewajiban tidak lancar perseroan turun 4,64% dari tahun 2008 Rp562.418 juta menjadi Rp536.313 juta di tahun 2009. 20 Ekuitas Ekuitas Adhi meningkat 20,55% menjadi Rp531.235 juta dari tahun2006 Rp440.661 juta, yang disebabkan ole meningkatnya saldo laba ditahan di 2007 Rp331.055 juta dari Rp240.481 juta di 2006. Ditahun berikutnya ekuitas perseroan juga meningkat 25,15% menjadi Rp731.200 juta dari tahun 2008 Rp584.279 juta, yang disebabkan oleh meningkatnya saldo laba tidak dicadangkan di tahun 2009 Rp162.178 juta dari Rp78.131 juta di tahun 2008 dan peningkatan di Saldo Laba dicadangkan di tahun 2009 Rp366.690 juta dari Rp306.189 juta di tahun 2008.
21
D. Perhitungan Pengaruh Pendapatan Sukuk Mudharabah I Terhadap Laba Usaha PT Adhi Karya 1. Deskriptif Variabel Tabel 4.11 Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha 20 21
Analisa dan Pembahasan Manajemen, h. 38 Ibid., h. 38
122
Periode September 2007 s/d Juli 2010
Laba Usaha
Pendapatan Sukuk
213.003
7.169
291.094
12.171
70.797
15.408
Juni 2008
153.591
15.892
Sep 2008 Desember 2008
52.161
16.461
367.908
16.599
Maret 2009
16.791
17.134
Juni 2009
59.614
21.315
Sep 2009 Desember 2009
129.454
20.864
536.819
20.322
Maret 2010
31.635
8.150
Juni 2010
75.163
6.777
Sep 2007 Desember 2007 Maret 2008
Sumber Data: Laporan Pendapatan Sukuk dan Laporan Keuangan PT Adhi Karya (dalam jutaan rupiah)
a. Pendapatan Sukuk Mudharabah Perkembangan pendapatan sukuk mudharabah PT ADHI KARYA Tbk per triwulan dari September 2007 sampai dengan Juni 2010 dapat dilihat pada diagram berikut: Gambar 4.9 Perkembangan Pendapatan Sukuk
123
Sumber data: Laporan Pendapatan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai pendapatan sukuk mudharabah PT ADHI KARYA untuk periode 2007 sampai dengan 2010 mengalami penurunan pada triwulan ke-2 di tahun 2010 yaitu dengan hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp 6.777 (miliar). Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis global pada tahun sebelumnya, sehingga dampaknya baru dirasakan di tahun berikutnya dan dengan adanya kepanikan dari investor. Selain itu juga dikarenakan belum selesainya kontrak kerjasama pembangunan proyek-proyek sehingga pendapatan sukuk adhi belum dapat dibagikan. Akan tetapi dampak dari krisis global tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dan performa dari PT ADHI KARYA seiring dengan laba tertinggi yang berhasil dicetak oleh perusahaan pada triwulan ke-2 di tahun 2009 sebesar 23.315. b. Laba Usaha
124
Perkembangan nilai kemampuan perusahaan mencetak laba usaha PT ADHI KARYA Tbk per triwulan dari September 2007 sampai dengan Juni 2010 dapat dilihat pada diagram berikut: Gambar 4.10 Perkembangan Nilai Laba Usaha
Sumber Data: Laporan Keuangan PT Adhi Karya Per-Triwulan.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan nilai laba usaha PT ADHI KARYA mengalami fluktuasi dan laba usaha terendah yang diperoleh yaitu pada kuartal pertama ditahun 2009 yang hanya memperoleh laba sebesar Rp 16.791 Miliar sedangkan laba tertinggi diperoleh pada kuartal ke-empat ditahun yang sama yaitu sebesar Rp 536.819 Miliar seiring dengan banyaknya proyek kerjasama di bidang konstruksi yang di terima oleh PT Adhi Karya dan meningkatnya laba kotor setelah proyek kerjasama sehingga meningkatkan laba usaha perusahaan.
125
2. Uji Normalitas Data diolah untuk mengetahui apakah variable-variabel yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal, atau mendekati normal, atau bahkan tidak normal. Jenis pengujian data menggunakan kurva P- Plot, dimana data dikatakan normal atau mendekati normal apabila berada di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. 22 a. Kurva P- Plot 1) Pendapatan Sukuk Mudharabah ADHI Hasil dari kurva P-Plot untuk pendapatan Sukuk Mudharabah ADHI dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 4.11 Kurva P-Plot Pendapatan Sukuk
22
Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan SPSS, (Yogyakarya: Penerbit Andi, 2008), h.24.
126
Normal P-P Plot of Pendapatan Sukuk 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Hasil dari kurva p-plot untuk pendapatan sukuk mudharabah dapat dikatakan normal karena berada di sekitar garis diagonal dan penyebarannya searah dengan garis diagonal tetapi pada tahun yang dapat dilihat pada gambar diatas. 2) Laba PT Adhi Karya Gambar 4.12 Kurva P-Plot Laba Usaha PT Adhi Karya
127
Normal P-P Plot of Laba Usaha 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sama seperti hasil dari kurva p-plot untuk pendapatan Sukuk Mudharabah kurva p-plot untuk laba Usaha PT Adhi Karya dapat dikatakan normal karena berada di sekitar garis diagonal dan penyebarannya searah dengan garis diagonal yang dapat dilihat pada gambar di atas. b. Nilai Kolmogorof-Smirnov Test Tabel 4.12
128
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Pendapatan Sukuk 12 14.85517 5.191016 .209 .152 -.209 .724 .671
Laba Usaha 12 166.50250 159.410127 .217 .217 -.174 .751 .626
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari gambar di atas mengenai distribusi data pendapatan sukuk mudharabah dan Laba Proyek Usaha PT ADHI KARYA
perioode
september 2007 sampai dengan Juni 2010 dan diperoleh angka probabilitas atau Asyamp Sig (2-Tailed). Nilai tersebut dibandingkan dengan 0,05 (menggunakan taraf signifikansi 5%) maka hasilnya yaitu: Tabel 4.13 Keputusan Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov Test Nama Variabel No
Nilai Asymp Sig (2- Tailed)
Taraf Signifikansi
Keputusan
1)
Pendapatan Sukuk ADHI
0,671
0,05
Normal
2)
Laba
0,626
0,05
Normal
Sumber data Tabel 4.10
Untuk pengambilan keputusan dengan pedoman:
129
9 Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi data adalah tidak normal. 9 Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi data adalah normal.
3. Uji Korelasi Tabel 4.14 Hasil Korelasi Pendapatan Sukuk dan Laba Usaha Correlations
Pendapatan Sukuk
Laba Usaha
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pendapatan Sukuk 1 12 .200 .533 12
Laba Usaha .200 .533 12 1 12
Dari hasil uji korelasi sederhanan (r) pada tabel 4.13 di atas, diperoleh angka 0.200 yang berarti korelasi antara pendapatan sukuk dan laba usaha sebesar 20%, sedangkan arah hubungan kedua variabel ini adalah positif (searah), berarti semakin tinngi pendapatan sukuk maka semakin tinggi pula laba usaha PT Adhi Karya.
4. Uji Analisis Regresi Linier
130
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk menentukan persamaan regresi linier sederhana dari Laba perusahaan yang dipengaruhi oleh pendapatan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tabel 4.15 Hasil Uji t Hitung Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 75.199 149.040 6.146 9.514
(Constant) Pendapatan Sukuk
Standardized Coefficients Beta .200
t .505 .646
Sig. .625 .533
a. Dependent Variable: Laba Usaha
Dari hasil perhitungan pada table 4.14 di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 75.199 + 6.146 X
Konstanta
sebesar
75.199
berarti
apabila
pendapatan
Sukuk
Mudharabah PT Adhi Karya nilainya 0 (nol) maka laba usaha (Y) nilainya adalah 75.199 koefisien regresi variable pendapatan sukuk sebesar 6.146 artinya apabila pendapatan sukuk mengalami kenaikan 1% maka laba usaha PT Adhi Karya akan naik sebesar 6.146 koefisien bernilai positif yang artinya terjadi hubungan yang positif antara pendapatan sukuk dengan laba usaha PT Adhi Karya, semakin tinggi pendapatan sukuk, maka akan semakin tinggi pula laba yang diperoleh.
131
5. Uji Hipotesis Uji t hasil perhitungan pada tabel 4.14 diatas adalah t-hitung dibandingkan dengan t-tabel dengan kriteria: Ho : β = 0 = Tidak ditolak jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, artinya tidak terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan terhadap laba proyek yang dibagihasilkan Ha : β ≠ 0 = Ditolak jika –t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel, artinya terdapat pengaruh pendapatan sukuk secara signifikan terhadap laba proyek yang dibagihasilkan. n = 12, df = 10, alpha = 0.05. t tabel = 1,812, t hitung = 0,646 Karena t hitung < t tabel, 0,646 < 1,812, maka Ho tidak tolak, artinya pendapatan Sukuk Mudharabah berpengaruh terhadap laba usaha PT Adhi Karya.
6. Koefisien Determinasi (R Square) Tabel 4.16 Hasil Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R R Square .200a .040
Adjusted R Square -.056
Std. Error of the Estimate 163.807834
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Sukuk
Dari hasil perhitungan koefisien determinasi (R Square) pada tabel 4.15 di atas menunjukan bahwa pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah terhadap laba usaha PT Adhi Karya Tbk adalah sebesar 0,040
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah meneliti dan membahas dan menguraikan tentang masalah bagaimana Pengarug Pendapatan Sukuk Mudharabah Terhadap Laba Usaha PT Adhi karya (Persero) pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya Tahun 2007 ini adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh perseroan kepada pemegang sukuk yang mewajibkan kepada perseroan untuk membayar pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana sukuk yang dibuktikan dengan sertifikat jumbo sukuk untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal 6 juli 2007 sampai dengan 6 juli 2012, dengan sukuk sebesar Rp125.000.000.000 (seratus dua puluh lima miliar rupiah). 2. Alasan dan manfaat PT Adhi Karya menerbitkan Sukuk yaitu untuk refinancing dan sebagai tambahan modal kerja perusahaan, Adapun kenapa PT Adhi Karya lebih memilih menerbitkan sukuk karena adanya peluang untuk menjaring dana-dana yang masuk di pasar syari’ah dan untuk lebih dikenal oleh para investor syari’ah agar pada saat menerbitkan sukuk yang berikutnya menjadi lebih mudah. Dan akad yang digunakan yaitu mudharabah karena pada saat itu yang paling cocok dengan jasa konstruksi adalah 132
133
mudharabah atas saran dari Dewan Syari’ah Nasional. dengan menggunakan akad Mudharabah yaitu antara Pemegang Sukuk Mudharabah bertindak sebagai (Shahibul Mal) memberikan dana sukuk kepada perseroan dan pihak perseroan sebagai (Mudharib) menggunakan dana tersebut untuk tambahan modal kerja dan penyelesaian proyek-proyek yang sedang dan akan dikerjakan. Dan perseroan juga menambahkan dana dari modal kerjanya untuk membiayai proyek-proyek yang sedang dijalankan maka ini dapat disebut juga akad Syirkah Mudharabah. 3. Dari hasil penelitian ini penentuan bagi hasil yang diterima oleh pemegang sukuk Adhi yaitu sebesar Rp3.437.500.000. dari jumlah yang dibagihasilkan sebesar Rp4.500.000.000 dengan nisbah 76,39% untuk pemegang sukuk. adapun sisa laba kotor setelah proyek kerjasama lebih dari 4,5 miliar maka pemegang sukuk memberikan kelebihannya kepada perseroan. Sedangkan bagi hasil yang diterima oleh emiten yaitu sebesar Rp1.062.500.000 dari nisabah 23,61% untuk emiten/perseroan. Dari pendapatan bagi hasil tersebut penulis memberikan kesimpulan bahwa dengan sudah ditetapkan di awal pendapatan yang dibagi hasilkan sukuk sebesar 4,5 miliar, ini menunjukan bahwa adanya kesamaan cara penentuan imbalan dengan obligasi seri ke 4 adhi dengan tingkat bunga tetap sebesar 11% per tahun. 4. dan yang terakhir pengaruh pendapatan sukuk terhadap laba usaha penulis mengambil kesimpulan atas penelitian ini bahwa uji korelasi sederhana (r)
134
diperoleh hasil korelasi antara pendapatan sukuk Adhi dan laba proyek yang dibagihasilkan sebesar 20%, sedangkan arah hubungan kedua variabel ini adalah positif (searah), berarti semakin tinnggi pendapatan sukuk maka semakin tinggi pula laba usaha Adhi Karya. Berdasarkan hasil uji hipotesis, karena t hitung < t tabel, 0,646 <1,812, maka Ho tidak ditolak, artinya pendapatan sukuk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha. Dan berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi (R Square), terlihat bahwa pengaruh pendapatan Sukuk Mudharabah terhadap laba usaha PT Adhi Karya adalah sebesar 0,040 atau 4% dan pengaruh lain diluar model pendapatan sukuk adalah sebesar 96% Dan dengan melihat analisa laporan keuangan sebelum dan sesudah tahun penerbitan Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya, maka dapat dikatakan bahwa Sukuk Mudharabah tersebut belum menjadi hal utama dalam peningkatan pendapatan usaha, hal ini dikarenakan perseroan memang bergerak dibidang jasa konstruksi dan EPC yang mengandalkan pendapatan dari jasa konstruksi sehingga penerbitan Sukuk Mudharabah ini hanya sebagai usaha kecil untuk refinancing dan pemenuhan modal kerja perseroan yang berupaya untuk mengurangi beban financial perseroan. Dengan kata lain dana yang dihasilkan dari Sukuk Mudharabah Adhi Tahun 2007 ini tidak berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan permodalan bagi perseroan.
135
B. Saran Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan saran-saran dalam kapasitasnya sebagai akademisi yang semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui atau meneliti lebih lanjut mengenai pendapatan sukuk mudharabah PT Adhi Karya dan laba proyek yang dibagihasilkan. 1. Diharapkan ada penelitian lanjutan baik oleh mahasiswa maupun peneliti lainnya terhadap laba proyek yang dibagihasilkan PT Adhi Karya karena penelitian ini hanya terbatas sampai pada periode juni 2010 dan belum sampai terjadinya jatuh tempo pada sukuk mudhrabah ini yang baru akan jatuh tempo pada 6 juli 2012. 2. Terdapat kemungkinan untuk melakukan penelitian dengan menggnakan analisis perbandingan antara sebelum dan sesudah sukuk mudharabah I itu diterbitkan dan adakah pengaruhnya terhadap pendapatan usaha PT Adhi Karya Tbk 3. Dalam penelitian selanjutnya ada baiknya dilakukan di perusahaanperusahaan lainnya yang menerbitkan instrumen investasi yang berbasis syariah. Sehingga semakin banyaknya penelitian yang dapat kita kaji atau diperbandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang yang sama-sama menerbitkan instrumen investasi yang berlandaskan dengan prinspi syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, edisi.I. Cet.I. Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2008. AlMuslih, Abdulah dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, Cet. Ke-1 Jakarta: Darrul Haq, 2004. Antonio, Muhammad Syafi`i. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik, Cet.I. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta: Tazkia Institute, 1999 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI., cet.XIII. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, edisi.I. Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007. Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Jakarta, BI. Badan Pengawas Pasar Modal, Annual Report PT Adhi Karya, Jakarta: Bapepam 2009 Badan Pengawas Pasar Modal, Prospektus Sukuk Mudharabah I PT Adhi Karya, Jakarta: Bapepam 2007 Dewan Syariah Nasional MUI, Obligasi syari’ah Mudharabah, Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 33/DSN-MUI/IX/2002
Harahap, Sofyan Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah, Cet. Ke-2 Jakarta: Kencana, 2008. Haroen, Nasrun. Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Cet.I. Jakarta: Yayasan Kalimah, 2000. Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah, Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. Hosen, M. Nadratuzzaman, dan A.M. Hasan Ali, Kamus: Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah, cet.I. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), 2007. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikr, tt. Jusuf, Jopie, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995. Latief, Azharudin, Fiqh Muamalat, Cet.1, UIN Jakarta Press, 2005. Nathif J, Adam and Abdulkader Thomas, Islamic Bonds, Your Guide to Issuing, Structuring and Investing in Sukuk, London: Euromoney Books, 2008 Nazir, Habib dan Muhammad Hasanuddin, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah, Cet.I. Bandung: Kaki Langit, 2004. Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Cet. Ke-1 Yogyakarta: Ekonisia 2008. Cet. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, Cet.IV, Bandung: Alfabeta, 2008 Sujianto, Agus Eko, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, Cet.I, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2009 Supranto, Josep, Statistik, Teori dan Aplikasi, edisi keenam, jilid 2. Cet.I, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 http://www.adhi.co.id/ diakses pada tanggal 13 mei 2010 http://www.idx.co.id/ diakses pada tanggal 12 Januari 2010. http://www.dmo.or.id/dmodata/Sukuk diakses pada 13 mei 2010 http://www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/ diakses pada 02 September 2010 www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi-2007/laporan Studi akuntansi Syariah.pdf diakses pada 27 November 2010