BAB II DESKRIPSI PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk.
2.1. Gambaran Umum Perusahaan 2.1.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. 5 Tahun 1960, tanggal 11 Maret 1960 dngan nama Perusahaan Bangunan Negara Adhi Karya. Kemudian, berdasarkan PP No. 65 Tahun 1961, bekas perusahaan bangunan milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associatie N.V. dilebur ke dalam Perusahaan. Lebih lanjut, berdasarkan PP No. 41 Tahun 1971, Perusahaan Bangunan Negara Adhi Karya dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan berubah menjadi suatu Perseroan Terbatas berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No.1 tanggal 1 Juni 1974. PT. Adhi Karya (Persero) listing di Bursa Efek Indonesia tanggal 18 Maret 2004 kemudian sahamnya diperdagangkan pada sektor Property, Real Estate And Building Construction. Melalui daya saing dan pengalaman dalam kesuksesan menjalankan proyek-proyek konstruksi, Adhi Karya telah berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara. Dalam rangka meningkatkan corporate value dan sesuai dengan Rencana Bisnis Jangka Panjang tahun 2012 - 2016, Perseroan mengembangkan kegiatan perusahaan dalam lima lini bisnis, yaitu Konstruksi, EPC, Properti, Realty dan Investasi dibidang Infrastruktur. Pada lini bisnis inti yaitu jasa konstruksi dan EPC (Engineering Procurement and Construction), strategi pengembangan bisnis Perseroan berfokus pada peningkatkan profesionalisme melalui produk dan jasa
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
berkualitas dan ketepatan waktu, di mana peran dan manfat ALC (Adhi Learning Center) sangat menentukan. Melalui ALC, personel Perseroan meningkat semangat dan prestasinya, dan selalu berusaha untuk mengedepankan kualitas dan efisiensi. Diantara hasilnya adalah dilahirkannya anak perusahaan dibidang konstruksi bangunan gedung yaitu Adhi Persada Gedung (APG). Selain operasionalisasi bisnis dibidang Konstruksi dan EPC, Perseroan juga sukses di bidang Properti dan Realty melalui dua entitas anak perusahaannya, yaitu Adhi Persada Properti (APP) dan Adhi Persada Realti (APR), di mana pada pengembangan bisnis properti telah dibuat rencana pembangunan hotel bintang empat di kawasan Blok-M Jakarta, dan Surabaya; dan hotel bintang tiga di Bekasi dan Medan. Selain menuai manfaat dari recurring income, program ini dirancang untuk memperkuat struktur bisnis properti Adhi Karya di masa depan. Sedangkan dalam
bisnis
Realty,
Adhi
Karya
menggunakan
strategi
tidak
hanya
mengembangkan landed houses, tetapi juga mengelola kawasan komersial (mal, lifestyle centers dan pusat perbelanjaan) untuk memperkuat recurring income. Dalam rangka mengelola bisnis secara profesional dan mempercepat pertumbuhan perusahaan, didirikan anak perusahaan baru yaitu Adhi Persada Beton (APB). Karena dari sudut pandang permintaan pasar, kebutuhan beton pracetak telah tumbuh secara signifikan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur besar. Manajemen proyek modern juga membutuhkan aplikasi teknologi beton pracetak yang dapat meningkatkan percepatan pelaksanaan proyek, baik dalam bentuk tiang pancang beton atau produk lainnya. Jejak langkah (milestones) sejarah PT. Adhi Karya (Persero) sejak berdiri hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
1960
1974
• PN Adhi Karya menasionalisasikan dari Dutch Company Associate N.V
•PN Adhi Karya berubah menjadi PT. Adhi Karya (Persero)
2004
• PT. Adhi Karya (Persero) menjadi BUMN Konstruksi pertama yang terdaftar di BursaEfek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Maret 2004
2011
•Perubahan Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan •Restrukturisasi Organisasi •Pendirian ADHI Learning Center
2012
2014
2015
•Pendirian Anak Perusahaan: Adhi Persada Properti (APP) dan Adhi Persada Realti (APR)
•Pendirian Anak Perusahaan: Adhi Persada Gedung (APG) dan Adhi Persada Beton (APB)
•Memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk Pembangunan Light Rail Transit (LRT) beserta Stasiun dan Properti Pendukung melalui aksi right issue
Gambar 2.1. Milestones Sejarah Perusahaan Sumber: PT. Adhi Karya (2015) 2.1.2. Visi dan Misi Perusahaan Visi Perseroan adalah menjadi perusahaan konstruksi terkemuka di asia tenggara, sedangkan misi PT. Adhi Karya (Persero) adalah: 1) Berkinerja berdasarkan atas peningkatan corporate value secara incorporated. 2) Melakukan proses pembelajaran dalam mencapai peningkatan corporate value.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3) Menerapkan corporate culture yang simple tapi membumi (down to earth). 4) Proaktif melaksanakan lima lini bisnis secara profesional, dalam rangka mendukung pertumbuhan perusahaan. 5) Partisipasi aktif dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social Responsibility (CSR) seiring pertumbuhan perusahaan. 2.1.3. Logo Perusahaan Logo perusahaan merupakan sebuah simbol yang digunakan sebagai media untuk memperkenalkan diri. Logo yang baik akan mereflesikan nilai-nilai tertentu dari perusahaan bersangkutan. Untuk perusahaan kontraktor seperti PT. Adhi Karya (Persero) akan membuat logo yang mampu memberikan kesan profesional, pelayanan yang baik serta menggambarkan bagaimana perusahaan tersebut terus tumbuh secara berkelanjutan.
Gambar 2.2. Logo Perusahaan Sumber: PT. Adhi Karya (2015) Pada gambar 2.2. dapat dilihat logo PT. Adhi Karya (Persero) berupa sebuah bola berwarna merah dengan pantulan cahaya mengkilap pada sudut kanan atas, di permukaan bola tersebut terdapat tulisan besar “adhi” dengan kata mutiara yang sekaligus menjadi motto perusahaan yang berbunyi: “beyond construction”. 2.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Struktur organisasi PT. Adhi Karya (Persero) tahun 2015 adalah sebagai berikut: Direktur Utama
Satuan Pengawas Intern
Direktur I
Direktur II
Direktur III
Direktur IV
Divisi Hotel
Direktur V
Divisi Keuangan
Divisi Konstruksi
Divisi Konstruksi
PMU EPC
Divisi Akuntansi
Divisi Joint Operation
Divisi Joint Operation
PMU Power
Divisi Legal
Divisi Strategi, Pengendalian dan Manajemen Risiko
Divisi Strategi, Pengendalian dan Manajemen Risiko
PMU Oli and Gas
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Sumber: PT. Adhi Karya (2015) 2.1.5. Komposisi Sumber Daya Manusia Komposisi karyawan PT. Adhi Karya (Persero) dan anak perusahaan berdasarkan jenjang jabatan dan jenjang pendidikan pada 30 Juni 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Komposisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ADHI APP APR APG APB Jumlah
Jenjang Pendidikan S2 - S3 S1 D3 SMA 36 933 185 323 4 102 11 15 2 37 7 6 11 132 38 24 3 22 9 3 56 1226 250 371
Sumber: PT. Adhi Karya (2015) 2.1.6. Struktur Kepemilikan Perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jenjang Jabatan GM MGR Staff 27 166 1284 4 15 117 3 11 37 4 23 178 3 6 25 41 221 1641
17
Pada tanggal 31 Desember 2014 listed shares adalah 1.801.320.000 lembar dengan komposisi shares holder: Negara Republik Indonesia sebanyak 918.680.000 lembar (51%) dan Public Shares sebanyak 882.640.000 lembar (49%) dengan perincian seperti tertera pada tabel berikut ini: (t
Tabel 2.2. Struktur Kepemilikan Perusahaan (dalam ribuan Rupiah) Pemegang Saham Jumlah Saham % Pemilikan Negara Republik Indonesia 918.680 51 Institusi Domestik 438.253 24,3 Individual Domestik 286.527 15,9 Institusi Asing 155.918 8,7 Individual Asing 1.940 0,1 Total 1.801.320 100 Sumber: PT. Adhi Karya (2014)
2.1.7. Anak Perusahaan 1) Adhi Persada Properti (APP). Persentase kepemilikan Perseroan adalah 99% bergerak dibidang developer/pengembang properti untuk bangunan-bangunan tingkat tinggi seperti apartemen, hotel, condotel dan office tower termasuk pengelolaan properti. 2) Adhi Persada Realti (APR). Persentase kepemilikan Perseroan adalah 99,97% bergerak di bidang pengembang khusus kawasan real estate dan mal. 3) Adhi Persada Gedung (APG). Persentase kepemilikan Perseroan adalah 99% bergerak di bidang jasa konstruksi bangunan high-rise building.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
4) Adhi Persada Beton (APB). Persentase kepemilikan Perseroan adalah 99% bergerak di bidang industri, ekspor impor dan perdagangan beton pracetak serta kegiatan usaha terkait.
2.2. Lingkup dan Bidang Usaha Saat ini, ADHI memiliki ruang lingkup bidang usaha yang mencakup lima lini bisnis, yaitu: 1) Kontraktor sipil dan gedung. Kontraktor sipil mengerjakan infrastruktur sipil milik Pemerintah maupun swasta. Sedangkan kontraktor gedung mengerjakan bangunan gedung yang dimiliki Pemerintah maupun swasta. 2) EPC (Engineering Procurement Construction). Adalah kegiatan usaha yang meliputi perencanaan, pengadaan, dan sekaligus mengerjakan konstruksinya. Dalam hal ini lebih menekankan pada jenis pekerjaan oil & gas dan power plant. 3) Bisnis Properti. Kegiatan usaha dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan dan pembangunan fasilitas gedung berupa perkantoran, apartemen, dan hotel. 4) Bisnis Real Estate. Kegiatan pengembangan kawasan dan pembangunan fasilitas perumahan (landed house) dengan pola cluster di berbagai wilayah. 5) Investasi Infrastruktur. Adalah kegiatan investasi dibeberapa portofolio. Pertama adalah infrastruktur, antara lain pembangunan jalan tol dan monorel. Kedua adalah perhotelan yakni memanfaatkan aset Perseroan untuk dikembangkan dan dioperasikan. Ketiga adalah Power Producer (Independent Power Producer/IPP) dalam bentuk public private partnership maupun skema investasi lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.3. Kinerja Keuangan Perusahaan (dilihat dari ar adhi 2014 hal 74 sd 88) Uraian kinerja keuangan sebagaimana tertulis dibawah ini disusun berdasarkan laporan keuangan konsolidasian Perseroan (Entitas Induk/Pengendali) dan Entitas Anak untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. 2.3.1. Total Aset Total Aset Perseroan mencapai Rp10,5 triliun pada akhir tahun 2014, meningkat sebesar Rp737,9 miliar atau 7,6%, dari Rp9,7 triliun pada tahun 2013. Komposisi aset pada akhir tahun 2014 terdiri dari 90,7% aset lancar dan 9,3% aset tidak lancar. Pada aset lancar, peningkatan signifikan terlihat pada biaya dibayar dimuka, piutang usaha, pajak dibayar di muka, dan aset real estate masing-masing sebesar 27,01% ; 30,0% ; 25,1% ; dan 21,5% dengan perincian sebagai berikut: 1) Aset lancar Perseroan meningkat sebesar 4,2% dari Rp9,1 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp9,5 triliun pada tahun 2014. 2) Aset tidak lancar Perseroan pada tahun 2014 meningkat sebesar Rp353,1 miliar atau 56,8% dari Rp621,5 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp974,6 miliar pada tahun 2014. hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada properti, investasi mall dan hotel serta aset tetap. Selama tahun 2014, Perseroan telah melakukan investasi properti & aset tetap (capex) tercapai sebesar Rp566,7 miliar yang antara lain terdiri dari bangunan sebesar Rp31,0 miliar, peralatan proyek/pabrik sebesar Rp44,5 miliar, tanah sebesar Rp10,0 miliar, kendaraan sebesar Rp7,6 miliar, peralatan kantor sebesar Rp1,3 miliar serta pengadaan lahan untuk properti investasi dan pembangunan hotel sebesar Rp321,8 miliar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.3.2. Total Liabilitas Secara keseluruhan, liabilitas perseroan di tahun 2014 meningkat sebesar Rp534,8 miliar atau 6,5% dari Rp8,2 trilun pada tahun 2013 menjadi Rp8,7 triliun pada tahun 2014. Peningkatan ini terutama dipicu oleh kenaikan utang bank, beban akrual, utang retensi, utang pajak, dan utang usaha masing-masing sebesar 264,3%; 34,4% ; 27,3% ; 7,8% ; dan 3,3%. Pada akhir tahun 2014, liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp7,1 triliun (81,2%) dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp1,6 triliun (18,8%) dengan perincian sebagai berikut: 1) Liabilitas Jangka Pendek Perseroan meningkat sebesar Rp528 miliar atau 8,1% dari Rp6,5 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp7,1 triliun pada tahun 2014, terdiri dari utang usaha (69,4%), utang bank (10,5%), uang muka diterima (7,0%), beban akrual (4,9%), utang pajak (3,9%), utang retensi (3,1%) dan liabilitas jangka pendek lainnya (1,2%). 2) Liabilitas Jangka Panjang Perseroan mengalami peningkatan sebesar Rp6,8 miliar atau sebesar 0,4% dari Rp1,63 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp1,64 triliun pada tahun 2014. Peningkatan tersebut disebabkan adanya pinjaman bank jangka panjang. 2.3.3. Ekuitas Jumlah Ekuitas Perseroan meningkat sebesar Rp203,1 miliar atau 13,1% dari Rp1,5 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp1,8 triliun pada tahun 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh tambahan cadangan dari laba tahun sebelumnya yang tidak dibagikan sebagai dividen dan laba bersih tahun berjalan. Dari laba bersih tahun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2013 sebesar Rp405,98 miliar yang dibagikan sebagai dividen tunai pada tahun 2014 adalah sebesar Rp121,79 miliar. 2.3.4. Pendapatan Usaha Pada tahun 2014, Perseroan membukukan Pendapatan Usaha sebesar Rp8,7 triliun, turun sebesar Rp1,1 triliun atau 11,7% dari Rp9,8 triliun pada tahun 2013. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya perolehan kontrak baru sehingga pendapatan usahanya juga mengalami penurunan karena berkurang kontrak yang bisa dikerjakan. Pendapatan Usaha tahun 2014 berasal dari jasa konstruksi sebesar Rp6,77 triliun (atau 78,2% dari total pendapatan usaha); EPC sebesar Rp863,1 miliar (10,0%); Properti sebesar Rp663,6 miliar (7,7%); Real Estate sebesar Rp195,2 miliar (2,3%) dan Investasi infrastruktur sebesar Rp164,9 miliar (1,9%). Tabel 2.3. Pendapatan Usaha Pendapatan Usaha Konstruksi EPC Property Real Estat Infrastruktur Total
2014
2013
6.766 8.631 663,6 195,2 164,9 8.654
7.203 1.891,1 507,8 197,7 9.800
(dalam jutaan Rupiah) Naik (Turun) % - 436,3 -1.028,0 155,8 -2,5 164,9 -1.146
-6,1 -54,4 30,7 -1,2 -11,7
Sumber: PT. Adhi Karya (2014)
2.3.5. Beban Pokok Pendapatan Beban Pokok Pendapatan Perseroan selama tahun 2014 mencapai Rp7,7 triliun, turun sebesar Rp951,1 miliar atau 11,1% dari Rp8,6 triliun pada tahun 2013.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Persentase terhadap Pendapatan mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2013, dari 87,8% pada tahun 2013 menjadi 88,5% pada tahun 2014. 2.3.6. Pendapatan Bersih Ventura Bersama Konstruksi Pada tahun 2014, pendapatan bersih dari ventura bersama sebesar Rp18,4 miliar mengalami penurunan sebesar Rp36,2 dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp54,6 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh banyaknya proyek-proyek KSO (Ventura Bersama) khususnya bidang konstruksi yang telah selesai ditahun 2013, sementara tahun 2014 tidak banyak proyek-proyek KSO yang baru. 2.3.7. Beban Usaha Pada tahun 2014, terjadi kenaikan Beban Usaha sebesar Rp32,2 miliar atau 12,7% dari Rp329 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp361,2 miliar pada tahun 2014. Kenaikan ini terutama karena kenaikan beban pegawai, beban umum dan penyusutan aset tetap. 2.3.8. Laba Bersih Pada tahun 2014, Perseroan membukukan Laba Bersih sebesar Rp324,1 miliar, turun sebesar Rp81,9 miliar atau 20,2% dari Rp406,0 miliar pada tahun 2013. Realisasi margin laba bersih terhadap pendapatan usaha tahun 2014 adalah sebesar 3,7%, turun sebesar 0,4% dari tahun 2013 sebesar 4,1%. 2
2.3.9. Arus Kas 1) Arus kas dari aktivitas operasi: ADHI mencatat arus kas bersih dari aktivitas operasi selama tahun 2014 turun sebesar Rp1.549,1 miliar atau 271,4% dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
positif Rp570,8 miliar pada tahun 2013 menjadi negatif Rp978,2 miliar pada tahun 2014. 2) Arus kas untuk aktivitas investasi: Selama tahun 2014 pengeluaran kas bersih untuk aktivitas investasi naik sebesar Rp289,1 miliar atau 96,7% dari Rp298,9 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp587,9 miliar pada tahun 2014. 3) Arus kas dari aktivitas pendanaan: Penerimaan kas bersih dari aktivitas pendanaan tercatat sebesar positif Rp437,6 miliar pada tahun 2014 dan Rp715,3 miliar pada tahun 2013 atau turun Sebesar Rp277,7 miliar atau 38,8%. 2.4. Tantangan dan Risiko Bisnis (merujuk dari prospektus 2015 Adhi: p.44-45) Seperti halnya bidang usaha lainnya, bidang usaha Perseroan dan Entitas Anak juga tidak lepas dari tantangan dan risiko secara makro maupun mikro. Perseroan telah mendefinisikan tantangan dan risiko usaha yang diperkirakan dapat mempengaruhi bisnis sebagai berikut: 1) Tantangan Persaingan Usaha. Persaingan pada bidang usaha jasa konstruksi, Properti, Realti, EPC dan investasi infrastruktur akan semakin meningkat, tidak saja dengan perusahaan nasional dan perusahaan swasta nasional tetapi persaingan juga terjadi dengan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Tingginya tingkat persaingan dapat menyebabkan menurunnya pendapatan Perseroan dan berdampak negatif pada kinerja keuangan Perseroan. 2) Tantangan dalam Bisnis EPC. Tantangan ini muncul pada saat terdapat penawaran yang lebih baik dari pesaing ke calon pemberi kerja dan atau ketidakmampuan Perseroan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
memenuhi persyaratan tender. Hal ini terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk persiapan tender dan pengerjaan proyek EPC, yang relatif lebih besar dibandingkan dengan persiapan dalam pengerjaan proyek konvensional lainnya. Kegagalan dalam memenangkan tender proyek, khususnya proyek EPC akan berdampak pada timbulnya biaya yang tinggi, sehingga dapat berdampak negatif terhadap laba Perseroan. Dalam hal bisnis EPC terdapat pula risiko atas kegagalan disain. Disain/rancangan merupakan kegiatan awal dari keseluruhan rangkaian pekerjaan proyek EPC yang mempunyai dampak besar pada hasil yang diharapkan, sekaligus kinerja Perseroan. Apabila Perseroan mengalami kegagalan disain/rancangan sehingga tujuan yang dipersyaratkan dalam kontrak proyek tidak tercapai, Perseroan akan dikenakan sanksi yang telah diatur dalam kontrak proyek. Selain itu, Perseroan perlu memperbaiki peralatan/sistem sampai tercapai hasil yang diperjanjikan dalam kontrak. Hal ini dapat meningkatkan biaya proyek sehingga mempengaruhi laba Perseroan. 3) Tantangan Perubahan Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik. Tantangan ini berkaitan dengan dampak negatif dari perubahan kondisi ekonomi, sosial, dan politik terhadap operasional Perseroan. Kebijakan ekonomi dan moneter yang selalu dievaluasi oleh Pemerintah serta menurunnya kondisi sosial politik memberikan dampak negatif pada investasi dan pembangunan. Akibatnya, beberapa proyek yang telah maupun akan diterima Perseroan dapat mengalami penundaan. Sehingga berdampak secara negatif pada seluruh variabel yang terlibat, khususnya pada kinerja Perseroan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
4) Tantangan Menurunnya Tingkat Keamanan. Risiko menurunnya tingkat keamanan suatu wilayah atau negara tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya dapat berakibat rusaknya aset yang digunakan/dibangun Perseroan. Risiko ini tidak hanya mencakup keamanan secara fisik, namun juga dapat mencakup keamanan dan atau kerahasiaan data Perseroan. Menurunnya tingkat keamanan tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap pendapatan dan laba Perseroan. 5) Risiko Pelaksanaan Kontrak. Risiko pelaksanaan kontrak yang dibuat antara pemberi kerja dengan Perseroan meliputi: terlambatnya penyelesaian pekerjaan yang umumnya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang terjadi di luar kendali Perseroan seperti keterlambatan penyerahan lahan, keterlambatan penyediaan bahan oleh pemberi kerja, atau keterlambatan penetapan sub kontraktor oleh pemberi kerja, terjadinya perubahan syarat dan ketentuan dalam kontrak yang dikarenakan perubahan estimasi nilai pekerjaan sehubungan dengan kenaikan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Perseroan, terjadinya pemutusan atau pembatalan secara sepihak akibat ketidakmampuan salah satu pihak dalam kontrak dalam memenuhi dan atau melaksanakan perjanjian. Risiko sebagaimana disebutkan di atas dapat mempengaruhi kecukupan arus kas Perseroan. 6) Risiko Pembayaran. Penundaan pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh pemberi kerja atas pelaksanaan kerja yang telah selesai dilakukan merupakan risiko pembayaran bagi Perseroan. Keterlambatan ini dapat diakibatkan karena pemberi kerja mengalami kesulitan secara ekonomis untuk melakukan pembayaran secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
tepat waktu. Penundaan pembayaran atau tidak dilakukannya pembayaran oleh pemberi kerja dapat mengakibatkan meningkatnya cost of fund yang dapat mempengaruhi arus kas Perseroan. 7) Risiko Kenaikan Harga Bahan Baku/Material. Kenaikan harga bahan baku yang tidak tercantum dalam perjanjian dengan pemberi kerja dapat menimbulkan perubahan estimasi di dalam penetapan biaya atas pekerjaan konstruksi dan apabila kenaikan harga bahan baku tersebut lebih tinggi dari estimasi pendapatan yang diperoleh maka dapat menimbulkan kenaikan biaya produksi yang harus ditanggung oleh Perseroan. Selain itu, apabila klaim penyesuaian harga tidak disetujui oleh pemberi kerja, maka hal ini dapat berdampak negatif terhadap laba Perseroan. 8) Risiko Perubahan Kurs. Perubahan kurs Rupiah terhadap mata uang asing dapat menimbulkan risiko terhadap kinerja Perseroan dalam hal Perseroan memiliki utang dalam mata uang asing dan kontrak proyek yang dikerjakan Perseroan dalam mata uang asing. Perubahan kurs Rupiah terhadap mata uang asing tersebut dapat meningkatkan rugi selisih kurs yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan laba atau bahkan kerugian terhadap Perseroan. 9) Risiko dalam Bisnis Investasi. Investasi atas proyek-proyek infrastruktur khususnya untuk pembangkit tenaga listrik, pembangunan jalan tol, dan pelabuhan, memerlukan pendanaan yang cukup besar dengan masa konstruksi yang sangat panjang. Konsekuensinya, biaya investasi dapat meningkat melebihi anggaran yang direncanakan. Regulasi terkait penentuan dan penyesuaian tarif oleh Pemerintah sangat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
mempengaruhi pelaksanaan proyek-proyek investasi di bidang infrastruktur. Dalam hal Pemerintah mengalami kendala dalam melakukan penyesuaian tarif maka hal ini akan berakibat pada tidak tercapainya target pendapatan Perseroan dari investasi di bidang infrastruktur tersebut, sehingga menurunkan pendapatan dan laba Perseroan. 2.5. Proses Bisnis (dari
prospektus 2015 p.137 )
2.5.1. Proses Bisnis Bidang Pemasaran Diagram alir proses bisnis bidang pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Mencari dan Menghimpun Info Pasar
Menerima Undangan Prakualifikasi untuk Proses Tender
Pendaftaran PQ dan Penyampaian Dokumen Tender
Kualifikasi dan Negosiasi Oleh Panitia Tender
Evaluasi Oleh Panitia Tender
Penyampaian Revisi Dokumen Penawaran
Mundur dari Proses Tender
Pengumuman Pemenang Tender
Pembuatan dan Kesepakatan Kontrak
Tanda Tangan Kontrak
Gambar 2.4. Proses Bisnis Bidang Pemasaran Sumber: PT. Adhi Karya (2015) Tahapan proses bisnis bidang pemasaran adalah sebagai berikut: 1) Mencari dan menghimpun informasi yang berasal dari sumber eksternal dan internal, termasuk dari masing-masing divisi mengenai pekerjaan-pekerjaan yang kemungkinan ditawarkan di pasar. Kepala divisi dapat memutuskan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
mengikuti tender pekerjaan jasa konstruksi, kecuali pekerjaan EPC dan KSO (yang harus diputuskan salah seorang direktur operasi). 2) Dalam upaya mendapatkan pekerjaan jasa konstruksi dan EPC, Perseroan akan diundang dalam proses prakualifikasi (proses seleksi tahap awal yang dilakukan oleh pemberi kerja atau pemilik proyek). Perseroan melakukan pendaftaran dan menyampaikan sejumlah dokumen antara lain: kelengkapan administrasi, kemampuan finansial, keahlian teknis, penawaran biaya pelaksanaan pekerjaan serta jaminan tender (bid bond). 3) Panitia tender akan melakukan evaluasi terhadap dokumen-dokumen prakualifikasi terutama berdasarkan kriteria kemampuan finansial, keahlian teknis dan penawaran biaya. Hasil evaluasi ini menetapkan beberapa peserta tender sebagai rekanan terseleksi (short listed). Perseroan pada tahap ini dapat memutuskan untuk mengundurkan diri dari proses tender. 4) Peserta tender selajutnya akan melakukan klarifikasi dan negosiasi terhadap penawaran biaya yang disampaikan oleh rekanan-rekanan terseleksi, terutama untuk mendapatkan nilai yang kompetitif serta syarat dan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik proyek. 5) Berdasarkan klarifikasi dan negosiasi dengan pemilik proyek, Perseroan dalam tahap ini dapat memutuskan untuk (a) mundur dari proses tender, atau (b) menyampaikan revisi dokumen penawaran. 6) Selanjutnya, panitia tender akan mengumumkan pemenang tender berdasarkan revisi dokumen penawaran yang diajukan oleh rekanan-rekanan terseleksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
7) Panitia tender bersama-sama dengan pemenang tender akan melakukan penyesuaian draft kontrak berdasarkan keputusan akhir dari panitia tender mengenai nilai serta syarat dan ketentuan pelaksanaan pekerjaan. 8) Perseroan akan menandatangani kontrak pekerjaan dan pada saat bersamaan akan menyerahkan jaminan pelaksanaan pekerjaan (performance bond). 2.5.2. Proses Bisnis Bidang Produksi Diagram alir proses bisnis bidang produksi dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Pembentukan Organisasi Proyek dan Rencana Pelaksanaan Proyek
Serah Terima Lahan Oleh Pemilik Proyek
Negosiasi Harga dan Seleksi Rekanan
Pelaksanaan Pekerjaan Proyek
Inspeksi Oleh Quantity Surveyor
Inspeksi Oleh Quantity Surveyor
Tahap Pemeliharaan
Serah Terima Pekerjaan Akhir
Gambar 2.5. Proses Bisnis Bidang Produksi Sumber: PT. Adhi Karya (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Serah Terima Pekerjaan Pertama
30
Tahapan proses bisnis bidang produksi adalah sebagai berikut: 1) Kepala divisi terkait akan menetapkan organisasi pelaksanaan proyek dan kepala proyek beserta rencana pelaksanaan proyek termasuk rencana anggaran pelaksanaan proyek. 2) Pemilik proyek akan menyerahkan lahan beserta salinan ijin-ijin terkait yang dibutuhkan untuk memulai pekerjaan. 3) Perseroan memulai proses seleksi dan penetapan rekanan, baik sebagai pemasok material maupun subkontraktor pelaksanaan pekerjaan (apabila dibutuhkan). 4) Pelaksanaan pekerjaan oleh Perseroan diawali dengan penyiapan fasilitas lapangan sementara yang antara lain terdiri dari kantor lapangan, gudang, kantor pemberi kerja, pagar proyek, pos jaga, jalan kerja, tempat pembuangan sementara. Secara berkala, Kapro menyusun laporan kemajuan pelaksanaan untuk evaluasi, monitoring/pengendalian jadwal, metode pekerjaan dan biaya. 5) Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, maka pemilik proyek (diwakili oleh quantity surveyor yang ditunjuk) akan melakukan inspeksi dan uji coba awal pekerjaan proyek secara menyeluruh. Apabila ada bagian-bagian yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan kontrak yang diperjanjikan, maka bagian-bagian yang tidak sesuai tersebut akan disampaikan dan dimintakan penyesuaiannya kepada Perseroan. 6) Serah terima awal (professional hand over) antara Perseroan dan pemilik proyek dilakukan setelah pelaksanaan pekerjaan telah seluruhnya sesuai dengan sertifikasi dari quantity surveyor dan kontrak yang telah diperjanjikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
7) Dalam masa pemeliharaan yang jangka waktunya telah disepakati dalam kontrak pekerjaan, Perseroan akan menyediakan layanan purna jual atas proyek yang telah diserahterimakan tersebut. 8) Setelah masa pemeliharaan berakhir, maka akan dilaksanakan inspeksi dan uji coba final oleh pemilik proyek (diwakili oleh quantity surveyor yang ditunjuk) untuk diperiksa kembali secara menyeluruh. 9) Apabila pelaksanaan proyek telah lulus dari inspeksi dan uji coba final, maka akan dilaksanakan serah terima pekerjaan akhir (final hand over) antara pemilik proyek dan Perseroan. 2.6. Kegiatan Usaha (diringkas dari prospektus 2015 p.134 - 17) Perseroan menjalankan kegiatan usahanya melalui 5 (lima) lini bisnis utama, dengan rincian kegiatan usaha sebagai berikut: 1) Lini Bisnis Jasa Konstruksi. Dalam lini bisnis Jasa Konstruksi, kegiatan Perseroan dimulai dari membuat metode kerja, membuat gambar pelaksanaan (shop drawing) dan melaksanakan konstruksi bangunan gedung, infrastruktur seperti jalan, jembatan, pengairan, pembangkit listrik, pelabuhan dan lain-lain. Selain itu juga menangani pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan gedung bertingkat seperti hotel dan perkantoran; pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah; bangunan komersial; perumahan; kawasan industri dan manufaktur; pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada gedung dan industri, transmisi kelistrikan dan gardu induk, otomatisasi bangunan, pembangkit listrik, tata udara dan tata suara, radio, telekomunikasi, dan instrumentasi, serta pemipaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2) Lini Bisnis EPC. Dalam lini bisnis EPC, kegiatan Perseroan dimulai dari proses engineering (desain, penentuan spesifikasi), proses pengadaaan dan konstruksi, khususnya di proyek-proyek minyak dan gas. 3) Lini Bisnis Properti dan Lini Bisnis Realty. Saat ini, kegiatan Real Estate yang terdiri dari Lini Bisnis Properti dan Lini Bisnis Realti dilakukan melalui APP, berupa pengembangan properti dan realti. Pengembangan properti merupakan pembangunan, penjualan dan pengelolaan hunian vertikal, gedung perkantoran, sedangkan pengembangan realti meliputi pembangunan dan penjualan perumahan (landed residential) dan mall. 4) Lini Bisnis Investasi Infrastruktur Sebagai strategi pengembangan usaha, lini bisnis investasi infrastruktur Perseroan masih berada pada tahap awal, Perseroan pada masa mendatang akan terus mengembangkan dan melakukan investasi di bidang infrastruktur, antara lain pembangunan jalan tol dan proyek transportasi massal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/