PENGARUH PENCIPTAAN PENGETAHUAN TERHADAP INOVASI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) CLUSTER KULINER KOTA BOGOR
RESA DWI LARASATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015
Resa Dwi Larasati NIM H24110113
2 ABSTRAK RESA DWI LARASATI. Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kuliner merupakan salah satu usaha yang kegiatan produksinya menghasilkan produk yang inovatif. Penciptaan pengetahuan dan inovasi mempunyai peranan penting terhadap peningkatan produktivitas UKM cluster kuliner. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi sumber-sumber inovasi yang diperoleh UKM Cluster Kuliner di Bogor 2) Mengidentifikasi permasalahan dalam UKM cluster kuliner di Bogor 3) Menganalisis pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM cluster kuliner di Bogor. Pada penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sampel convenience sampling dengan responden dari 18 UKM. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan diagram ishikawa untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh UKM, dan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis pengaruh proses penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM. Hasil analisis menunjukkan masih terdapat karyawan yang kurang berpengalaman sehingga kurangnya keterampilan dan kesigapan, serta tingkat turn over yang tinggi. Pengaruh proses penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM menunjukkan bahwa penciptaan pengetahuan yang didapatkan oleh UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari sumber eksternalisasi, sumber inovasi dari internal, pemecahan masalah yang dilakukan secara konsensus, dan bentuk inovasi yang dilakukan oleh UKM Kuliner Kota Bogor adalah inovasi pada proses. Sementara itu hasil analisis menunjukkan proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap bentuk inovasi pada UKM kuliner Kota Bogor. Kata kunci: inovasi, penciptaan pengetahuan, UKM ABSTRACT RESA DWI LARASATI. The Influence of Innovation in Knowledge Creation of Culinary SMEs in Bogor. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI. Culinary SMEs is a cluster enterprise that produced innovation product. Knowledge creation and innovation have important role to increase the productivity of culinary SMEs. The purpose of this study were to (1) Analyze the sources of innovation obtained culinary SMEs in Bogor, (2) Identify the problems occured in culinary SMEs in Bogor, and (3) analyze the effect of knowledge creation on innovation SMEs culinary in Bogor. In this study, the sampling technique used is convenience sampling with 18 SEMs respondents. Methods of data analysis used are Ishikawa Diagram to identify the problems faced by SMEs, and Structural Equation Modeling (SEM) to analyze the influence of the knowledge creation process innovation of SMEs. The analysis result using Ishikawa Diagram indicates that there are still less experienced employees that lack of skills and alertness, and turnover rate is high. The effect of the knowledge creation gained by SMEs culinary Bogor come from externalization sources, innovation of internal sources, problem solving done by consensus, and innovation forms done by SMEs culinary in Bogor are innovation process. Meanwhile, the analysis result indicates knowledge creation has no effect on innovation forms of culinary SMEs in Bogor. Keyword : Innovation, knowledge creation, SMEs
3
PENGARUH PENCIPTAAN PENGETAHUAN TERHADAP INOVASI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) CLUSTER KULINER KOTA BOGOR
RESA DWI LARASATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
4
5 Judul Skripsi : Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor. Nama : Resa Dwi Larasati NIM : H24110113
Disetujui oleh
Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhammad Najib, STP MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu pemilik dan karyawan UKM cluster kuliner Kota Bogor, Dinas Koperasi dan UKM Kota Bogor, dan Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Bogor yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta seluruh teman-teman, sahabat-sahabat manajemen 48 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015 Resa Dwi Larasati
7
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Penciptaan Pengetahuan Inovasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Penelitian Terdahulu METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Pengolahan dan Analisis PEMBAHASAN Permasalahan pada UKM Cluster Kuliner Kota Bogor Karakteristik Responden Karakteristik UKM Cluster Kuliner Kota Bogor Persepsi Karyawan Cluster Kuliner Kota Bogor Analisis Penciptaan Pengetahuan Terhadap Inovasi UKM dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS) Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 2 2 3 3 3 3 3 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 10 10 12 12 13 14 18 19 19 19 20 22 25
8
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Pertumbuhan UKM Kota Bogor tahun 2011-2014 Penelitian terdahulu Karakteristik UKM Cluster kuliner Kota Bogor Persepsi karyawan UKM cluster Kuliner Kota Bogor Hasil evaluasi outer dan inner model 1 dan 2 Hasil inner model pada analisis SmartPLS
2 5 13 14 15 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Model SECI Kerangka Pemikiran Tahapan penelitian Diagram Ishikawa Model 1 Pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi Model 1I Pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi Diagram Ishikawa UKM cluster kuliner Kota Bogor Karakteristik responden Model Awal Outer Model II Hasil OuterModel II Hasil Boostrapping Analisis Inner Model II
4 6 7 9 10 10 11 12 15 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Model Awal Outer Model I Hasil Outer Model I Hasil Boostrapping Analisis Inner Model I
21 21 22
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan usaha yang didirikan oleh masyarakat berdasarkan pengembangan kreativitas yang dimiliki maupun inisiatif untuk membuka lapangan pekerjaan. Pada dasarnya UKM menggunakan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dimana UKM itu berdiri. Bagi Indonesia, UKM memiliki peran dan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional, tidak saja bagi negara sedang berkembang tetapi juga oleh negara maju. Keunggulan UKM bisa dalam berbagai aspek, seperti dapat unggul di pasar dalam negeri, yakni mampu mengalahkan pesaing dari luar negeri atau impor, dapat berkembang pesat seperti meningkatkan skala usaha, membuka cabangcabang perusahaan, penjualan atau output dapat tumbuh semakin pesat dan lainlain. Jika tantangan-tantangan tersebut tidak dapat dimanfaatkan atau dihadapi sebaik-baiknya karena perusahaan menghadapi banyak kendala seperti keterbatasan modal, teknologi dan SDM berkualitas tinggi, maka tantangantantangan tersebut yang ada menjadi ancaman (Tambunan, 2014). Kota Bogor merupakan salah satu kota wisata yang banyak dikunjungi oleh wisataan pada saat akhir pekan. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 10,5 persen dari tahun 2013 dikarenakan banyak wisatawan dari luar kota yang berkunjung ke Kota Bogor untuk menikmati wisata alamn maupun kulinernya yang terkenal dengan beragam keunikan dan inovasinya. Kota Bogor memiliki beberapa keunggulan dengan fungsi unggulan seperti pengembangan jasa, pariwisata, dan perdagangan. Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja dengan memanfaatkan potensi wisata yang ada serta pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang berbasis iptek dan berdaya saing khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dan memperkual perekonomian lokal. Untuk itu pengembangan UKM dilakukan melalui peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil, inovasi dan penerapan teknologi dalam iklim usaha yang sehat hal ini dinyatakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bogor 2005-2025. Berdasarkan data Dinas Koperasi UMKM kota bogor jumlah pertumbuhan UKM Kota Bogor pada tahun 2011-2014 cenderung menunjukan peningkatan baik pada usaha kecil maupun usaha menengah. Berikut data pertumbuhan UKM Kota Bogor.
2 Tabel 1 Pertumbuhan UKM Kota Bogor tahun 2011-2014 Kategori Usaha Usaha kecil (unit) Usaha menengah (unit) Jumlah UKM (unit) Pertumbuhan UKM(%)
2011 4 936 1 646 6 582 -
2012 5 139 1 710 6 849 4,06
Tahun 2013 5 155 1 485 6 640 -3,05
2014 5 176 1 501 6 677 0,56
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor (2015)
Perkembangan kuliner di Kota Bogor cukup pesat, dilihat dari banyaknya kuliner-kuliner yang inovatif bermunculan baik bagi usaha yang baru berdiri maupun usaha yang sudah lama berdiri. UKM yang ingin usahanya semakin berkembang harus beradaptasi dengan lingkungan, baik dari pesaing usaha sejenis maupun usaha berbeda, maka dibutuhkanlah inovasi yang dapat mendukung perkembangan bagi UKM itu sendiri. Salah satu penunjangnya adalah adanya peranan manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan erat kaitannya dengan penggunaan pengetahuan sebagai basis untuk melahirkan inovasi dan meningkatkan produktifitas dan kompetensi karyawan. Tujuan dari manajemen pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan dinamika dan daya saing perusahaan yang bertumpu kepada sumber daya, khususnya proses penciptaan pengetahuan. Penciptaan pengetahuan organisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses dimana organisasi memperluas atau memperbesar penciptaan pengetahuan yang diciptakan oleh anggota organisasi. Pengetahuan yang telah tercipta tersebut selanjutnya dikristalisasi sebagai bagian dari jaringan pengetahuan organisasi. Penjustifikasian terhadap pengetahuan yang telah terbentuk tersebut diperlukan untuk menentukan apakah pengetahuan tersebut layak dan dapat diakui sebagai pengetahuan organisasi sehingga dapat digunakan untuk mengkreasikan inovasiinovasi baru dalam organisasi (Sangkala 2007). Berdasarkan uraian di atas, penciptaan pengetahuan dan inovasi mempunyai peranan penting terhadap peningkatan produktivitas UKM, maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penciptaan Pengetahuan Terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Cluster Kuliner Kota Bogor.
Perumusan Masalah UKM cluster kuliner memiliki beberapa masalah, antara lain belum baiknya pelayanan oleh UKM cluster kuliner kepada pelanggannya. UKM hanya fokus pada produksi dan menciptakan berbagai inovasi pada produknya, akan tetapi belum memperhatikan kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen, kualitas layanan tersebut tergantung pada keterampilan dan perilaku pada sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Oleh karena itu muncul permasalahan yang dikaji sebagai berikut: 1. Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh UKM Cluster Kuliner di Bogor? 2. Apakah penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh terhadap inovasi UKM Cluster Kuliner di Bogor?
3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi permasalahan dalam UKM di Bogor. 2. Menganalisis pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM Cluster Kuliner Kota Bogor. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pengusaha UKM Bahan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam pengembangan UKM Cluster Kuliner di Bogor 2. Bagi Akademisi Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh langsung yang diberikan dari penciptaan pengetahuan, sumber inovasi, pemecahan masalah dan bentuk inovasi, dan pengaruh penciptaan pengetahuan sebagai penunjang dalam peningkatan produktivitas dan inovasi karyawan UKM Kluster Kuliner di Bogor. Objek penelitian ini adalah sumber daya manusia (SDM) dari UKM Cluster Kuliner di Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA Penciptaan Pengetahuan Penciptaan pengetahuan organisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses di mana organisasi memperluas atau memperbesar penciptaan pengetahuan yang diciptakan oleh anggota organisasi. Pengetahuan yang telah tercipta tersebut selanjutnya dikristalisasi sebagai bagian dari jaringan pengetahuan organisasi. Proses perluasan pengetahuan yang sudah terkristalisasi tersebut selanjutnya diperluas untuk mendapatkan justifikasi, baik pada tingkat internal organisasi maupun ke tingkat antar organisasi. Penjustifikasian terhadap pengetahuan yang telah terbentuk tersebut, diperlukan untuk menentukan apakah pengetahuan benarbenar layak dan diakui sebagai pengetahuan organisasi sehingga dapat digunakan untuk mengkreasikan inovasi-inovasi baru dalam organisasi (Nawawi 2012). Terdapat dua jenis pengetahuan, yaitu explicit knowledge dan tacit knowledge atau pengetahuan terbatinkan (Nonaka dan Takeuchi 1995) disitasi oleh Nawawi (2012). Pengetahuan eksplisit, ditunjukkan dalam kata-kata, angka, formula ilmiah, spesifikasi, prosedur operasi standar, bagan, serta manual- manual. Pengetahuan jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lain
4 secara formal dan sistematis. Sementara, pengetahuan tacit, ada dalam benak manusia, sangat personal dan sulit dirumuskan, sehingga membuatnya sulit untuk dikomunikasi kan atau disampaikan pada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam jenis pengetahuan terbatinkan. Pengetahuan terbatinkan adalah pengetahuan paling strategis karena belum atau sulit dieksplisitkan, sehingga sulit pula untuk ditiru. Pengetahuan diciptakan melalui konversi antara tacit knowledge dan explicit knowledge memungkinkan melahirkan empat postulat model konversi pengetahuan.
Gambar 1 Model SECI penciptaan dan pemanfaatan pengetahuan Model pertama, yaitu tacit untuk tacit (Sosialisasi). Pengubahan pengetahuan dari tacit knowledge ke tacit knowledge memungkinkan pengetahuan dari tacit diubah melalui interaksi antar individu. Seseorang dapat memperoleh tacit knowledge tanpa harus dengan bahasa. Kunci untuk mendapatkan tacit knowledge yaitu dengan pengalaman. Tanpa cara berbagi pengalaman akan sulit bagi orang yang memiliki tacit knowledge tersebut mentransfer ke orang lain. Hal ini sangat terkait dengan unsur-unsur emosional dan konteks maupun nuansa. Model kedua, yaitu eksplisit untuk eksplisit (Kombinasi). Pengubahan pengetahuan explicit knowledge ke explicit knowledge terjadi melalui proses pengombinasian beragam explicit knowledge yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang mempertukarkan dan mengombinasikan pengetahuan melalui semacam satu mekanisme pertukaran seperti pertemuan dan percakapan melalui telepon. Rekonfigurasi informasi yang ada tersebut selanjutnya disortir, ditambahkan, dikategorikan dan dikontekstualisasikan kembali menjadi pengetahuan baru. Model ketiga, yaitu proses pengubahan tacit knowledge ke explicit knowledge dan model keempat melalui aktivitas perubahan explicit knowledge ke tacit knowledge. Proses ini berlangsung melalui aktivitas menangkap ide-ide dari tacit knowledge dan explicit knowledge. Keduanya saling melengkapi dan diperluas melalui suatu proses saling berinteraksi. eksternalisasi adalah proses mengartikulasikan diam-diam pengetahuan menjadi explisit knowledge, pengetahuan menjadi mengkristal dengan demikian dapat dibagi oleh orang lain menjadi dasar dari pengetahuan baru dan Internalisasi merupakan proses mewujudkan explisit knowledge menjadi pengetahuan kuat, memiliki kaitan erat dengan belajar dengan mengerjakan. Internalization melalui sebagian ilmu pengetahuan yang telah diciptakan dibagi di seluruh organisasi (Nonaka dan Nishiguchi 2001).
5 Inovasi Inovasi memiliki dua tipologi yaitu inovasi yang bersumber dari internal (internal-sourced) dan inovasi yang berasal dari eksternal (external-sourced). Semakin explicit, autonomous, dan sederhana suatu pengetahuan, pengetahuan tersebut terkait dengan inovasi external-sourced. Sebaliknya, semakin tacit, sistematis, dan kompleks suatu pengetahuan, pengetahuan tersebut terkait dengan inovasi internal-sourced (Gopalakrishnan dan Bierly 2001).
Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) Badan Pusat Statistik (BPS) dan memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 99 orang.
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dengan menggunakan variabel penciptaan pengetahuan dan inovasi dengan tipologi inovasi dan pemecahan masalah sebagai variabel perantara. Hasil pada penelitian tersebut adalah bahwa sumber inovasi yang didapat berasal dari sumber internal dan hasil analisis dengan SEM adalah terdapat pengaruh antara pemecahan masalah dengan bentuk inovasi yang dihasilkan. Proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap inovasi dan harus ada variabel perantara yaitu tipologi inovasi dan pemecahan masalah. Sedangkan pada penelitian pada cluster kuliner di Kota Bogor, menyatakan bahwa dengan menggunakan variabel yang sama yaitu variabel penciptaan pengetahuan dan inovasi dengan sumber inovasi dan pemecahan masalah sebagi variabel perantara, hasilnya menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh langsung antara penciptaan pengetahuan dengan inovasi dan variabel pemecahan masalah tidak berpengaruh langsung terhadap inovasi dan harus ada variabel perantara yaitu sumber inovasi. Tabel 2 Penelitian terdahulu Peneliti Meilina, 2012 (Skripsi)
Variabel Aset pengetahuan, proses penciptaan pengetahuan
Alat Analisis korelasi Rank Spearman
Hasil penelitian Aset pengetahuan eksperiensial memiliki korelasi yang lebih besar terhadap proses eksternalisasi dan kombinasi. Aset pengetahuan konseptual memiliki korelasi lebih besar terhadap proses sosialisasi dan internalisasi. aset pengetahuan sistemik dan aset pengetahuan rutin memiliki korelasi lemah terhadap proses penciptaan pengetahuan.
6 Lanjutan Tabel 2 Peneliti
Variabel
Alat Analisis SEM Lisrel
Sukmawati et al, 2008 (Jurnal)
Penciptaan pengetahuan, inovasi
Dewi, 2014 (Skripsi)
Penciptaan pengetahuan, Tipologi inovasi
SEM PLS
Hasil penelitian Inovasi yang terjadi berhubungan erat dengan kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, sedangkan konversi pengetahuan tidak terbukti berpengaruh terhadap inovasi. Inovasi berasal dari sumber internal atau sumberdaya manusia itu sendiri
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Upaya efektivitas inovasi UKM cluster kuliner di Bogor
Identifikasi permasalahan yang dihadapi UKM cluster kuliner di Bogor dengan diagram ishikawa Proses Penciptaan Pengetahuan (Nonaka dan Taekuchi 1995) : Penciptaan Pengetahuan (Sosialisasi dan Eksternalisasi), Pemanfaatan Pengetahuan (Kombinasi dan Internalisasi)
Sumber Inovasi (Gopalakrishnan dan Bierly, 2001) 1. Internal-sourced 2. External-sourced
Pemecahan Masalah (Soo et al.2005) 1. Konsensus 2. Kreativitas 3. Comprehensiveness
1. 2. 3.
Inovasi (Nasution, 2005) Manajemen Produk Proses
Permodelan SEM dengan PLS
Implikasi Manajerial
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
7 Gambar 2 menjelaskan kerangka pemikiran dari penelitian ini. UKM cluster kuliner di Bogor merupakan UKM yang paling pesat perkembangannya dengan wisata kulinernya baik tradisional maupun modern. Penelitian mengenai penciptaan pengetahuan terhadap inovasi di UKM Kuliner diharapkan mempunyai manfaat sebagai bahan pertimbangan dan juga masukan dalam upaya peningkatan kinerja organisasi terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan rujukan dan pertimbangan kepada UKM untuk meningkatkan inovasi dan kinerja UKM. Tahap pertama penelitian ini yaitu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi UKM cluster kuliner Kota Bogor dengan menggunakan diagram tulang ikan atau fishbone chart. Selanjutnya mengkaji persepsi karyawan di UKM kuliner di Bogor terhadap penciptaan pengetahuan dan inovasi. Kemudian mengkaji dan menganalisis pengaruh penciptaan pengetahuan, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi (Nonaka dan Takeuchi, 1995), serta indikator dalam sumber inovasi yaitu internal dan eksternal (Gopalakrishnan dan Bierly, 2001). Tahap terakhir yaitu menganalisis dampak penciptaan pengetahuan terhadap efektivitas inovasi UKM.
Tahapan Penelitian Identifikasi minat penelitiandan pemilihan topik penelitian
Penentuan topik penelitain
Studi pustaka dan diskusi
Analisis data
Rancangan kebutuhan data Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data
Identifikasi masalah UKM dengan metode fish bone (diagram ikan)
Penyusunan model SEM dengan SmartPLS Implikasi Manajerial
Gambar 3 Tahapan Penelitian
Pengumpulan dan Analisis Data
Data sekunder 1. Studi literatur 2. Internet 3. Data dari instansi terkait
Data Primer 1. Kuesioner 2. Wawancara
Pra Penelitian
Penentuan Rumusan Masalah 1. Berasal dari mana sumber-sumber inovasi pada UKM Cluster Kuliner di Bogor? 2. Permasalahan apakah yang dihadapi oleh UKM Cluster Kuliner di Bogor? 3. Apakah penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh terhadap inovasi UKM Cluster Kuliner di Bogor?
8 Tahap penelitian dimulai dari identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh UKM cluster kuliner lalu mencari studi pustaka dan literatur, barulah penentuan topik penelitian dan didapatkan tiga perumusan masalah, agar mendapatkan jawaban dari masalah yang diteliti, dibutuhkan identifikasi data dan metode pengumpulan data baik secara primer maupun sekunder. Pada tahap analisis data, untuk menjawab permasalahan pada UKM kuliner Kota Bogor, menggunakan diagram fishbone lalu untuk mengetahui persepsi dari responden atau karyawan menggunakan alat analisis SmartPLS, dan hasil dari pembahasan tersebut dibuatlah implikasi manajerial agar kedepannya dapat terjadi peningkatan pada UKM cluster kuliner di Kota Bogor.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UKM Cluster Kuliner yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2015 sampai April 2015. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang diisi oleh karyawan dan pemilik UKM di Bogor. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel, skripsi yang relevan dengan penelitian ini dan internet. Metode Pengambilan Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Pada penelitian ini digunakan metode convenience sampling dalam memilih UKM yang akan dijadikan sampel. UKM yang akan dijadikan sampel adalah UKM Cluster Kuliner. Populasi pada cluster kuliner di kota bogor adalah sebanyak 65 UKM dengan menggunakan teori Gay dan Diehl (1992), dibutuhkan sampel sebanyak 20% dari jumlah populasi, sehingga dalam penelitian ini terdapat 18 UKM yang dijadikan sampel dan 61 orang yang dijadikan responden. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, diagram Ishikawa (fishbone) untuk menentukan akar penyebab dari suatu permasalahan serta menemukan akar penyebab terjadinya masalah dan analisis structural equation modelling (SEM). Analisis data menjelaskan cara menganalisis atau teknik mengolah data yang digunakan untuk menarik simpulan dari hasil kajian dari topik yang diteliti. Untuk disertasi dengan pola rangkaian penelitian, Metode diuraikan secara terpisah-pisah sesuai dengan subjudul penelitian.
9
Analisi Deskriptif Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang diberikan responden pada kuisioner. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menyusun dan menyajikan data dari data yang telah dikumpulkan dalam penelitian serta mempelajari cara melakukan pengukuran nilai-nilai statistik, seperti mean, median, modus, standar deviasi, dan lain-lain. Data yang telah dikumpulkan dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Sesuai dengan ruang lingkupnya, analisis deksriptif meliputi penyajian data, baik dalam bentuk tabel maupun grafik, serta pengukuran nilai-nilai statistik (Suliyanto 2005). Diagram Ishikawa Diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan (fishbone) merupakan sebuah diagram yang diciptakan oleh Dr Kaoru Ishikawa. Menurut Gasperz dan Fontana (2011) konsep dasar dari diagram tulang ikan adalah permasalahan mendasar diletakan di bagian kanan dan penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan adalah bahan baku (materials), mesin (machines and equipment), lingkungan (mother nature), metode (methods), pengukuran (measurement), dan manusia (manpower).
Gambar 4 Diagram Ishikawa Structural Equation Modelling (SEM) Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode analisis struktural equation modelling (SEM). SEM merupakan teknik analisis gabungan dari dua metodologi disiplin ilmu yaitu perspektif ekonometrika yang memfokuskan pada prediksi dan psychometrika yang mampu untuk menggambarkan konsep model dengan variabel laten atau variabel yang tidak dapat diukur secara langsung akan tetapi diukur melalui indikator-indikatornya (Ghazali dan latan 2014). Model yang diuji pada penelitian ini terdiri dari dua model yang menganalisis pengaruh dari penciptaan pengetahuan terhadap inovasi UKM kuliner Kota Bogor. Model yang dijelaskan pada Gambar 5 dan 6 membangun hipotesis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: H1: Sumber inovasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Proses penciptaan pengetahuan. H2: Penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pemecahan masalah. H3: Sumber inovasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pemecahan masalah.
10 H4: Pemecahan masalah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap bentuk inovasi. H5: Proses penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap bentuk inovasi.
Gambar 5 Model I Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi
Gambar 6 Model II Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan pada UKM Cluster Kuliner di Kota Bogor Permasalahan yang terdapat pada UKM kuliner Kota Bogor dijelaskan pada diagram Ishikawa (Fishbone Chart) dimana penyebab utama digambarkan pada ekor ikan, penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan duri, bagiaan kepala dari kerangka tulang ikan menggambarkan penyebab dari permasalan yang ada.
11
Gambar 7 Diagram Ishikawa UKM Kuliner Kota Bogor Inovasi tidak efektif pada UKM Kuliner disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor SDM, lingkungan, mesin, pengukuran, dan material. Pada faktor SDM masih terdapat karyawan yang kurang berpengalaman sehingga kurangnya keterampilan dan kesigapan pun masih banyak terdapat di UKM kuliner, selain itu tingkat turnover yang tinggi pun masih dialami oleh UKM kuliner. Pemilik UKM pun kurang memberikan pelatihan diluar kepada karyawannya sehingga mereka tidak dapat menggembangkan kemampuannya secara optimal bagi produk yang diproduksi oleh tempat mereka bekerja, perkembangan yang terjadi kepada karyawan hanyalah yang sebelumnya tidak mengerti cara bekerja menjadi mengetahui apa yang harus dilakukan. Faktor lingkungan, Kota Bogor memang dikenal sebagai kota hujan dikarenakan curah hujan yang terjadi ini cukup sering sehingga banyak pemilik UKM yang menggeluhkan cuaca ini sebagai salah satu penyebab turunnya jumlah pembelian produk disaat hujan. Selain itu, tempat UKM untuk memasarkan produknya masih kurang strategis, sehingga UKM perlu program pemasaran yang lebih baik agar konsumen dapat mengetahui dimana saja dapat membeli produk UKM tersebut. Faktor mesin, masih banyak UKM menggunakan tenaga manual sehingga untuk menaikan jumlah produksi UKM perlu menambah tenaga kerjanya atau tidak menambah jumlah produksi sama sekali. Mesin yang digunakan pun hanya mesin standar sehingga UKM perlu mesin yang dapat meningkatkan jumlah produksi. Faktor pengukuran, UKM tidak menetapkan minimal tingkat pendidikan bagi karyawannya, syaratnya hanya dengan mau bekerja maka sudah dapat menjadi karyawan didalam UKM. Terkadang UKM merasakan sedikit hambatan saat akan menerapkan SOP atau menaikan standar. Faktor material, banyak UKM yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal atau pinjaman modal. Pemerintah biasanya memberikan hibah berupa alat atau mesin kepada UKM, sedangkan yang dibutuhkan UKM adalah modal untuk lebih mengembangkan lagi usahanya dan produksinya.
12 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah karyawan dari 18 UKM cluster kuliner di Kota Bogor yang berjumlah 61 orang responden. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karyawan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, penghasilan perbulan, jumlah tanggungan, dan lama bekerja. Karakteristik karyawan pada UKM kuliner dapat dilihat pada Gambar 9 dengan pie chart.
Gambar 8 Karakteristik Responden Karakteristik karyawan pada UKM cluster kuliner Kota Bogor yaitu pada tingkat pendidikan didominasi pendidikan terakhir SMA/sederajat yaitu 35 responden dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 42 responden dari 61 responden. Sedangkan dari usia, banyak karyawan yang rentang usianya 16-25 tahun sehingga sebagian karyawan telah berada pada usia produktif untuk bekerja dan pendidikan yang layak. Status pernikahan, sebanyak 43 responden belum menikah dan 25 responden memiliki 1-2 orang sebagai tanggungan. Berdasarkan penghasilan, rentang Rp 760.000 – Rp 1.000.000 yang paling banyak diterima oleh 20 karyawan UKM kuliner Kota Bogor, sebanyak 25 responden mempunyai 1-3 tahun lamanya mereka bekerja tetapi sebanyak 21 responden pun mempunyai lama bekerja yang kurang dari satu tahun.
Karakteristik UKM Usaha kecil adalah perusahaan atau industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 - 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan perusahaan atau industri yang memiliki tenaga kerja 20 - 99 orang (Tambunan 2009). UKM kuliner Kota Bogor yang menjadi sampel penelitian berjumlah 18 UKM.
13 Karakteristik UKM dilihat dari 2 sisi yaitu jumlah karyawan dan skala UKM. Dapat di lihat pada tabel 3 karakteristik UKM yang menjadi responden penelitian. Tabel 3 Karakteristik UKM Cluster Kuliner Kota Bogor Produk Makanan Skala Usaha Aneka kue kering Kecil Roti manis Kecil Aneka Zuppa Kecil Roti gambang Kecil Roti bakar Menengah Brownis Kecil Aneka Mochi Menengah Brownis talas Menengah Aneka pia Kecil Aneka Sop Ayam Menengah Aneka Brownis Kecil Aneka Martabak Menengah Aneka pasta Kecil makanan dan minuman Kecil Aneka susu Menengah Surabi Kecil Aneka duren Menengah Aneka roti manis Menengah Total
Responden 4 3 3 2 3 6 9 5 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 61 responden
Sumber : Data diolah (2015)
Dari 18 UKM yang menjadi sampel penelitian, 10 diantaranya berskala kecil dan 8 UKM berskala menengah dan karyawan yang dijadikan responden berjumlah 61 orang. UKM yang dijadikan sampel adalah ukm kuliner dengan berbagai macam jajanan ringan serta makanan dan minuman. Persepsi Karyawan UKM Karyawan pada UKM kuliner Kota Bogor memiliki nilai terkait variabel sumber inovasi, penciptaan pengetahuan, pemanfaatan pengetahuan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, serta bentuk inovasi. Pada sumber inovasi, variabel eksternal memperoleh nilai terbesar yaitu 52,89 persen. Hal ini menunjukan bahwa sumber inovasi penting bagi karyawan. Pada variabel penciptaan pengetahuan, persentasi tertinggi adalah variabel eksternalisasi yang mempunyai nilai sebesar 53,28 persen. Hal ini beranggapan bahwa pada penciptaan pengetahuan, variabel yang sangat mempengaruhi adalah variabel eksternalisasi. Pada pemecahan masalah dan pengambil keputusan memperoleh nilai 53,83 persen oleh variabel konsensus. Hal ini menunjukan bahwa variabel konsensus mempunyai pengaruh pada pemecahan masalah. Pada variabel bentuk inovasi, variabel produk memperoleh persentasi nilai yang paling tinggi yaitu 62,30 persen sehingga menunjukan adanya inovasi terhadap produk mempengaruhi kemajuan
14 UKM cluster kuliner di Kota Bogor. Persentase persepsi karyawan UKM kuliner Kota Bogor pada variabel sumber inovasi dijelaskan Tabel 4. Tabel 4 Persepsi karyawan UKM kuliner Kota Bogor. Variabel Persentase (%) Sumber Inovasi Penciptaan Pengetahuan
Pemecahan masalah dan pengambil keputusan Bentuk inovasi
1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Internal Eksternal Sosialisasi Eksternalisasi Kombinasi Internalisasi Konsensus Kreativitas Comprehensiveness
1. Manajemen 2. Produk 3. Proses Sumber: Data diolah (2015)
Keterangan
52,89 54,10 50,82 53,28 49,18 50,27 53,83 52,79 50,82
Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
54,55 62,30 54,64
Setuju Setuju Setuju
Analisis Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi UKM dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS) Menurut Chin disitasi Ghozali (2008) suatu indikator dianggap valid jika memiliki nilai korelasi di atas 0.70. Namun untuk loading factor 0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima dengan melihat output korelasi antara indikator dengan konstruknya daan composite reliability akan menunjukkan nilai yang memuaskan jika di atas 0.7. Terdapat dua model pada penelitian ini, maka model yang mempunyai nilai T-hitung paling besar lah yang akan digunakan. Tabel 5 Hasil evaluasi outer dan inner model 1 dan 2 Kriteria
Standar MODEL I penilaian 1. Loading Factor Nilai Loading Seluruh variabel telah Factor > 0.50 memiliki loading factor > 0.5 maka seluruh variabel valid. 2.Average Nilai AVE > Bentuk inovasi (0.728), Variance 0.50 Pemecahan Masalah Extracted (0.780), Penciptaan Pengetahuan (0.651), Sumber Inovasi (0.647), seluruh variabel valid
MODEL II Seluruh variabel telah memiliki loading factor > 0.5 maka seluruh variabel valid. Inovasi (0.727), Pemecahan Masalah (0.779), Penciptaan Pengetahuan (0.650), Sumber inovasi (0.695), seluruh variabel valid
15 Lanjutan Tabel 5 Kriteria 3.Composite Reability
4. Signifikansi
5. R-Square
Standar penilaian Nilai > 0.7
MODEL I
Bentuk inovasi (0.889), Pemecahan Masalah (0.914), Penciptaan Pengetahuan (0.848), Sumber inovasi (0.801), maka seluruh variabel realibel Nilai t-statistik Pemecahan Masalah > 1.96 (5%) terhadap Bentuk Inovasi (5.759), Penciptaan Pengetahuan terhadap Pemecahan Masalah (0.968), Sumber Inovasi terhadap Pemecahan Masalah (1.749), Sumber inovasi terhadap Penciptaan Pengetahuan (2.871) Nilai square R Square Bentuk terletak pada inovasi (0.332), rentang 0-1 Pemecahan Masalah (0.106), Penciptaan Pengetahuan (0.101)
MODEL II Inovasi (0.889), Pemecahan Masalah (0.914), Penciptaan Pengetahuan (0.847), Sumber inovasi (0.820), seluruh variable realibel Pemecahan Masalah terhadap Bentuk Inovasi (4.521), Penciptaan Pengetahuan terhadap Bentuk Inovasi (1.262), Penciptaan Pengetahuan terhadap Pemecahan Masalah (1.077), Sumber inovasi terhadap Penciptaan Pengetahuan (3.263) R Square Bentuk Inovasi (0.378), Pemecahan masalah (0.045), Penciptaan Pengetahuan (0.104)
Sumber: Data diolah (2015)
Tabel 5 menyatakan hasil analisis yang menunjukan evaluasi model I dan model II. Pada penelitian ini model yang dipilih adalah model kedua. Untuk menguji valid dan reliabel menggunakan nilai AVE 0.50 dan Composite reability 0.70 dikarenakan kedua model telah memenuhi nilai tersebut. Model kedua melihat pengaruh tidak langsung penciptaan pengetahuan terhadap inovasi dengan tipologi inovasi dan pemecahan masalah sebagi variabel perantara dan penciptaan pengetahuan tidak berpengaruh langsung dengan pemecahan masalah.
16 Gambar 9 Model Awal Outer Model II Gambar 9 menunjukan model awal outer model 2, pada model ini masih terdapat nilai loading factor yang masih kurang dari 0.5 maka loading factor tersebut harus di reduksi untuk mendapatkan nilai lebih dari 0.7.
Gambar 10 Hasil Outer Model II Gambar 10 indikator yang direduksi adalah indikator kombinasi, sehingga tidak ada lagi loading factor yang kurang dari 0.5 maka evaluasi outer model dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
Gambar 11 Hasil Boostrapping Analisis Inner Model II Gambar 11 menerangkan bahwa konversi pada proses penciptaan pengetahuan di UKM terjadi secara eksternalisasi, proses eksternalisasi adalah proses yang mengartikulasikan suatu tacit knowledge menjadi suatu konsep yang jelas (Nawawi 2012). Hal ini menyatakan bahwa karyawan sudah dapat mentransfer pengetahuan yang mereka miliki kepada karyawan lainnya dan mendorong karyawan untuk belajar dari satu sama lain. Sumber inovasi yang terjadi pada UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari internal, sistem yang ada pada UKM dapat menghasilkan sumber inovasi bagi UKM itu sendiri karena pemilik
17 UKM selalu memberikan bimbingan terhadap karyawannya sehingga karyawan menjadi lebih inovatif. Pemecahan masalah yang dilakukan secara konsensus, faktor konsensus merupakan faktor yang merujuk pada kemampuan mengatasi hambatan sosial, karena merupakan refleksi keharmonisan dan komitmen bersama untuk mencapai sasaran (Sukmawati et al 2008). Karyawan mengetahui adanya kesepakatan yang kuat antara para pengambil keputusan. Bentuk inovasi yang dilakukan oleh UKM Kuliner Kota Bogor yaitu inovasi pada proses, sehingga adanya proses penciptaan atau modifikasi barang atau jasa untuk meningkatkan kualitas, citra, fungsi, dan sebagainya dari barang atau jasa. Gambar 12 juga memberikan penjelasan bahwa Pemecahan Masalah berpengaruh signifikan terhadap Bentuk Inovasi sebesar 4.521 dan Sumber Inovasi berpengaruh signifikan terhadap Penciptaan Pengetahuan sebesar 3.263 (T statistik > 1.96). Tabel 6 menunjukan hasil analisis inner model dari smartPLS. Nilai original sample (O) untuk melihat hubungan positif atau negatif antar variabel sedangkan T-statistik untuk melihat adanya pengaruh yang signifikan atau tidak. Hasil analisis menunjukan nilai T-statistik pada model kedua dan menjawab hipotesis yang diajukan pada penelitian ini. Jika T hitung > dari T tabel yaitu 1.96 untuk tingkat error 5%. Tabel 6 Hasil inner model pada analisis smartPLS
Sumber Inovasi terhadap Penciptaan Pengetahuan Penciptaan Pengetahuan terhadap Bentuk Inovasi Penciptaan Pengetahuan terhadap Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah terhadap Bentuk Inovasi
Original Sampel Sample Mean (O) (M) 0.532 0.536
Standard Error (STERR) 0.118
T Statistics (|O/STER R|) 3.263
P Value
Kesimpulan
0.000
Terima H1
0.216
0.245
0.171
1.262
0.208
Tolak H2
0.212
0.223
0.197
1.077
0.282
Tolak H4
0.323
0.367
0.099
4.521
0.001
Terima H5
Sumber : Data diolah (2015)
H1 : Sumber inovasi terhadap penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dimana t-statistik sebesar 3.263. Nilai T hitung > dari T tabel, maka terima H1. H2 : Penciptaan pengetahuan terhadap pemecahan masalah memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan dimana t-statistik sebesar 1.077. Nilai T hitung < dari T tabel, maka tolak H2.
18 H4 : Pemecahan masalah terhadap inovasi masalah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dimana t-statistik sebesar 3.263. Nilai T hitung > dari T tabel, maka terima H4. H5 : Penciptaan pengetahuan terhadap inovasi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan dimana t-statistik sebesar 1.262. Nilai T hitung < dari T tabel, maka tolak H5. Pada UKM kuliner, proses penciptaan pengetahuan tidak berpengaruh pada pemecahan masalah dikarenakan proses ini belum terjadi atau belum dilakukan, dimana pengelola UKM tidak melibatkan karyawan untuk bersama-sama berfikir bagaimana mengatasi masalah yang terjadi pada UKM kuliner di Kota Bogor. Proses penciptaan pengetahuan terhadap inovasi pun tidak berpengaruh pada UKM kuliner, peran karyawan dalam menciptakan atau mendapatkan inovasi pun belum terjadi, banyak karyawan yang mempunyai banyak ide akan tetapi tidak dipraktekan, hal ini menyebabkan belum adanya keterlibatan karyawan pada penciptaan inovasi UKM kuliner. Penciptaan pengetahuan terhadap inovasi dapat terjadi pada UKM apabila UKM dapat beradaptasi dengan lingkungan dan suatu organisasi mampu memperdayakan sumber daya manusianya. Pengetahuan merupakan aset yang paling penting dalam suatu organisai, maka UKM perlu belajar lebih banyak bagaimana cara merubah pengetahuan yang dimiliki menjadi inovasi dan dapat menguntungkan. Berdasarkan penelitian, proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap inovasi UKM cluster kuliner Kota Bogor, maka diperlukan variabel perantara yaitu sumber inovasi dan pemecahan masalah. Hasil ini telah sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Dewi (2014) bahwa penciptaan pengetahuan tidak berpengaruh terhadap bentuk inovasi dan diperlukan dua variabel perantara. Akan tetapi pada penelitian ini penciptaan pengetahuan tidak berpengaruh terhadap pemecahan masalah dan inovasi, maka tidak perlu adanya proses pemecahan masalah agar UKM dapat membuat inovasi.
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, meningkatnya efektivitas inovasi tentu menjadi tujuan utama bagi UKM kuliner Kota Bogor, akan tetapi pada saat ini UKM memiliki beberapa faktor yang menyebabkan inovasi tidak efektif. Bagi UKM, penciptaan pengetahuan merupakan subsitusi pendidikan, dimana dengan bertukar informasi atau pengetahuan dengan karyawan lainnya, sudah dapat dikatakan bahwa proses penciptaan pengetahuan sudah terjadi di dalam UKM tersebut, hal ini perlu diperhatikan oleh pengelola UKM yaitu dengan menyediakan sarana informasi agar karyawan dapat mengembangkan pengetahuannya tidak hanya pengetahuan didalam UKM saja tetapi juga pengetahuan di luar UKM, sehingga karyawan dapat saling bertukar informasi untuk pengembangan UKM. Karyawan dapat lebih kreatif dan terampil apabila adanya pelatihan yang mendukung, seperti mentoring dengan yang memberikan pelatihan secara rutin baik dari luar atau dari dalam UKM. Pengelola UKM sebaiknya sering memberikan motivasi bagi karyawannya, hal ini dapat membuat karyawan tidak hanya merasa sebagai pekerja akan tetapi merasa memiliki UKM itu sendiri.
19 Pada UKM kuliner, sebaiknya lebih fokus menghasilkan inovasi pada bagian proses berupa pelayanan yang lebih cepat dengan mempertimbangkan ketepatan waktu, maka untuk meningkatkan kualitas pelayanan dibutuhkan penyusunan SOP yang baik dan sesuai dengan kondisi UKM itu sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Permasalahan yang dimiliki oleh UKM kuliner Kota Bogor adalah dilihat dari faktor SDM, kurangnya karyawan yang berpengalaman dan terampil. Faktor material, sulitnya mendapatkan pinjaman modal. Faktor pengukuran, masih rendahnya standar untuk penerimaan karyawan. Faktor mesin, belum ada mesin yang dapat menaikkan jumlah produksi. Faktor lingkungan, kondisi cuaca Kota Bogor yang tidak menentu sepeti turunnya hujan yang tidak dapat diprediksi. Berdasarkan hasil pada analisis Structural Equation Modelling (SEM), Proses penciptaan pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap bentuk inovasi dan pemecahan masalah pada UKM kuliner Kota Bogor. Proses penciptaan pengetahuan yang didapatkan oleh UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari eksternalisasi, artinya karyawan UKM sudah dapat mentrasfer pengetahuannya kepada karyawan lainnya. Sumber inovasi yang terjadi pada UKM Kuliner Kota Bogor berasal dari internal, sistem yang ada pada UKM dapat menghasilkan sumber inovasi bagi UKM itu sendiri karena pemilik UKM selalu memberikan bimbingan terhadap karyawannya sehingga karyawan menjadi lebih inovatif. Pemecahan masalah yang dilakukan secara konsensus, karyawan mengetahui adanya kesepakatan yang kuat antara para pengambil keputusan. Bentuk inovasi yang dilakukan oleh UKM Kuliner Kota Bogor yaitu inovasi proses, sehingga adanya perbaikan proses penciptaan atau modifikasi produk atau jasa untuk meningkatkan kualitas, citra, fungsi, dan sebagainya dari produk atau jasa. Saran 1.
Sumber daya manusia pada UKM cluster kuliner Kota Bogor dapat dijadikan peranan yang penting agar efektivitas pada inovasi menjadi maksimal, untuk itu SDM sebaiknya memiliki keterampilan dan pengalaman yang baik dan komitmen kuat untuk bekerja agar tidak terjadinya turn over karyawan yang tinggi. 2. Para pelaku usaha, sebaiknya lebih mempertimbangkan pendidikan minimal untuk karyawan yang akan bekerja, selain itu karyawan lebih sering diberikan pelatihan, baik kepemimpinan maupun yang lainnya agar lebih berkembang lagi dan mengikut sertakan karyawannya untuk mendapatkan pelatihan diluar agar karyawan dapat lebih mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. 3. Pelaku usaha sebaiknya melibatkan karyawan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada UKM dengan mendengarkan masukan dari karyawan.
20 4.
Adanya dukungan yang kuat dari pemerintah terhadap perkembangan UKM, pelatihan tidak hanya kepada pemilik UKM tetapi juga kepada karyawan UKM agar lebih terampil dan dapat mengasah kemampuan dan pemikiriannya untuk meningkatkan efektivitas inovasi di UKM kuliner. 5. Dukungan pemerintah untuk pengembangan UKM cluster kuliner yaitu dengan memberikan modal yang sesuai dengan kebutuhkan UKM.
DAFTAR PUSTAKA Dewi AH. 2014. Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Inovasi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Klaster Kerajinan Tanggan Kota Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [DINKOP UMKM] Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor. 2015. Pertumbuhan UKM Kota Bogor tahun 2011-2014. Bogor (ID): Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor. Ferdinand A. 2003. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. Universitas Diponegoro.Semarang. Gaspersz, V, Fontana A. 2011. Integrated Management Problem Solving Panduan bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Jakarta:Penerbit Vinchristo Publication. Gopalakrishnan S, Bierly P. 2001. Analyzing Innovation Adopting Using a Knowledge-based Apporoach. Elsevier Science B.V. 107-130 Ghozali I. 2008. Structural Equation modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang [ID] : Universitas Diponegoro. Ghozali I, Latan H. 2015. Partial Least Squre Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang [ID] : Universitas Diponegoro. Ginting E, Aji P. 2013. Economic trends developing Asia: Southest Asia. Asian Develop Outlook. 222-226. Gunawan T, Dewi K I, Mulyawati S L. 2014. Identifikasi Wisata Kuliner Kota Bogor. Universitas Pakuan. Hasmita H. 2014. Pengaruh Penciptaan dan Proses Pemanfaatan Pengetahuan terhadap Inovasi di UKM Rizky Food Kabupaten Sukabumi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Meilina M. 2012. Analisis Aset Pengetahuan Dalam Memfasilitasi Proses Penciptaan Pengetahuan Organisasi (Studi Kasus Pusat Penelitian Ekonomu Lembaga Pengetahuan Indonesia). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Michalko M. 2001. Cracking Creativity The Secret of Creative Genius. diterjemahkan Dwi Prabantini. 2010. Yogyakarta (ID): PT ANDI. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Nawawi I. 2012. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management). Bogor: Ghalia Indonesia. Nonaka I, Nishiguchi T. Knowledge Emergence: Sosial, Techical, and Evolutionary Dimensions of Knowledge Creation. Oxford University Press Pfeffer M. 1996. The Art to Maintance Human Resources. New York: Mc.GrawHill Company.
21 Sangkala. 2007. Knowledge Management. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sedarmayanti. 2001. SDM dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju Soo CW, Devinney T M, Midgley D F. 2002. Knowledge Creation in Organizations: Exploring Firm and Context Specific Effects. Fontainebleau (FR): Insead Suharsaputra U. 2012. Metode penelitian Kuantitafif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis. Jakarta: PT Indeks Sukmawati A, Ma’arif MS, Marimin, Mudikdjo K, Hardjomidjojo H, Indrasti NS. 2008. Pembentukan Model Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation) dalam Mendorong Inovasi pada Koperasi Susu di Indonesia: Suatu Studi Konfirmatori. Journal of Animal Science and Technology. 31(3): 212-224. Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. ED ke-1. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Tambunan T. 2009. UMKM di Indonesia. Cetakan Pertama. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Tambunan T. 2014. UMKM Indonesia Rangkuman Hasil Sejumlah Penelitian. Jakarta (ID): Universitas Trisakti Umar H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.
22
LAMPIRAN
23
Model Awal Outer Model I menunjukan hasil perhitungan pada model 1. Pada gambar tersebut menunjukan model perhitungan awal. Dimana masih terdapat nilai loading factor yang kurang dari 0,5.
Gambar 12 Model Awal Outer Model 1
Hasil Outer Model 1 Semua loading factor mudah memiliki nilai lebih dari 0,5 maka perhitungan ini dapat dilakukan ke tahap selanjutnya.
Gambar 13Hasil Outer Model 1
24 Hasil Boostrapping Analisis Inner Model I Pada gambar 14 menujukan hasil boostrapping dari model 1. Hasil ini menunjukan bahwa pada proses penciptaan pengetahuan indikator eksternalisasi yang memiliki pengaruh yang kuat. Pada variabel sumber inovasi, indikator internal yang mempunyai pengarug paling kuat. Pada variabel pemecahan masalah, indikator konsensus yang memiliki pengaruh yang paling kuat. Pada bentuk inovasi, indikator proses memiliki pengaruh yang paling kuat.
Gambar 14 Hasil Boostrapping Model 1 Hasil analisis model 1 adalah bahwa pemecahan masalah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap bentuk inovasi. Penciptaan pengetahuan memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Pemecahan masalah. Sumber inovasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penciptaan pengetahuan.
Pemecahan Masalah terhadap Bentuk Inovasi Penciptaan Pengetahuan terhadap Pemecahan Masalah Sumber Inovasi terhadap Penciptaan Pengetahuan
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
T Statistics (|O/STE RR|)
P Values
0.597
Standa rd Error (STER R) 0.099
0.579
5.838
0.000
0.207
0.206
0.208
0.994
0.321
0.329
0.381
0.111
2.968
0.003
25
RIWAYAT HIDUP Resa Dwi Larasati lahir di Bogor pada tanggal 24 April 1993 dari ayah H. Syamsul Bahri dan ibu Hj. Rani Susila. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Sejahtera Bogor pada tahun 1998 hingga tahun 1999. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Panaragan 2 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bogor pada tahun 2005 hingga 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bogor dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam organisasi himpunan profesi Centre of M@nagement (COM@) pada 2 periode. Pada tahun 2013 penulis menjadi anggota divisi finance, kemudian pada tahun 2014 penulis diamanahkan sebagai bendahara umum Centre of M@nagement.