PERAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN PEMBELAJARAN ORGANISASI TERHADAP INOVASI PRODUK PADA USAHA KECIL MENENGAH OLAHAN PANGAN DI BOGOR
IRWAN SISWANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peran Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk pada Usaha Kecil Menengah Olahan Pangan di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014
Irwan Siswanto NRP H251120161
RINGKASAN IRWAN SISWANTO. Peran Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran organisasi terhadap Inovasi Produk pada Usaha Kecil Menengah Olahan Pangan di Bogor. Dibimbing oleh M. SYAMSUL MAARIF dan MUKHAMAD NAJIB. Manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi merupakan konsep yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dalam penciptaan inovasi. pengetahuan dan pembelajaran merupakan pendekatan yang lebih sesuai ditinjau dari keterbatasan sumber daya dan keterbatasan yang ada pada usaha kecil menengah (UKM). Dalam penerapan manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi, pelaku usaha kecil menengah (UKM) berorientasi pada produk yang ditawarkan kepada konsumen. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik industri olahan pangan yang peka terhadap perubahan varian produk yang begitu cepat sehingga membutuhkan strategi inovasi yang tepat bagi para pelaku usaha. Industri olahan pangan di Bogor merupakan industri potensial yang didukung pemerintah, namun dalam perkembangannya masih banyak masalahmasalah yang dihadapi oleh para pelaku usahanya. Beberapa masalah yang dihadapi diantaranya adalah kualitas produk yang masih rendah, kemampuan manajemen yang terbatas dan kemampuan pemasaran yang masih sederhana. Jika dilihat dari masalahnya, kompetensi sumber daya manusia merupakan hal yang harus dibenahi dilihat dari kemampuan teknis, pengalaman industri serta keinginan untuk mencari pengetahuan-pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti bertujuan untuk menganalisis hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi, menganalisis pengaruh manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk, menganalisis pengaruh pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014 berlokasi di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Data yang digunakan menggunakan data primer dan data sekunder. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 60 usaha kecil menengah olahan pangan yang sudah memiliki izin dari dinas kesehatan Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis struqtural equation modelling dengan pendekatan partial least square (PLS). Berdasarkan analisis SEM dengan PLS, diketahui bahwa variabel laten manajemen pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan pembelajaran organisasi. Variabel laten pembelajaran organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inovasi produk pada usaha kecil menengah olahan pangan di Bogor. Variabel manajemen pengetahuan berpengaruh tidak langsung terhadap inovasi produk melalui variabel pembelajaran organisasi pada usaha kecil menengah olahan pangan di Bogor. Kata kunci: inovasi produk, manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi, usaha kecil menengah olahan pangan
SUMMARY IRWAN SISWANTO. Role of Knowledge Management and Organizational Learning to Product Innovation of Food Processed Small and Medium Enterprise (SME) in Bogor. Supervised by M. SYAMSUL MAARIF and MUKHAMAD NAJIB. Knowledge management and organizational learning are largely used concepts by multinational companies for crating innovation nowadays. Knowledge and learning pose as more suitable approach because of resource and other limitations in Small and Medium Enterprise (SME). In implementation of knowledge management and organizational learning, SME actors’ orientation lies on product offered to their consumers. This is highly relevant with the characteristic of food processed industry which is sensitive to rapid changing of product variants, so that appropriate innovation strategy for the actors is needed. Food processed indutries in Bogor are highly potential and supported well by the government, yet during their development a lot of problems are still challenging the bussiness actors. They are low quality product, limited management ability, and still modest marketing capabilities. Human resource competence should be improved while industry experiences and will to seek new knowledges can be used as learning process. Given the problems above, this research aimed to analyze the relation between knowledge management and organizational learning, influence of knowledge management on product innovation, as well as influence of organizational learning on product innovation. This research was conducted in Bogor Regency and Bogor City starting on February until May 2014. Data used were both primer and secondary data. Sample selection was performed using purposive sampling method. Samples used were 60 food processed SME that already have lisence from Health Department of Bogor Regency and Bogor City. Data analysis conssits of descriptive and structural equation modelling (SEM) analysis with partial least square (PLS) approach. SEM and PLS analysis showed that latent variable of knowledge management has a significant relation with organizational learning. Latent variable of organizational learning has significant influence to product innovation of food processed SME in Bogor. Variable of knowledge management has indirect influence to product innovation, but rather through variable of organizational learning of food processed SME in Bogor. Keywords: food processed small and medium enterprise, knowledge management, organizational learning, product innovation
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN PEMBELAJARAN ORGANISASI TERHADAP INOVASI PRODUK PADA USAHA KECIL MENENGAH OLAHAN PANGAN DI BOGOR
IRWAN SISWANTO
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains Pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
:
Nama NRP
: :
Peran Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk pada Usaha Kecil Menengah Olahan Pangan di Bogor Irwan Siswanto H251120161
Disetujui Komisi Pembimbing:
Prof Dr M Syamsul Maarif, MEng, Dipl. Ing., DEA Ketua
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Dr Ir Nahrowi, MScAgr
Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014
Tanggal Lulus: 15 oktober 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah knowledge dan learning, dengan judul Peran Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk pada Usaha Kecil Menengah Olahan Pangan di Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. M. Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl. Ing.,DEA dan Bapak Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rosyadi dari Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor, Ibu Erna Dinas Perindustrian Kota Bogor, Bapak Maman Surahman Ketua Forum Komunikasi Industri Kecil Menengah Kota Bogor, serta seluruh pelaku usaha kecil menengah olahan pangan yang telah bersedia membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2014
Irwan Siswanto
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil Menengah Manajemen Pengetahuan Pembelajaran Organisasi Inovasi Produk Manajemen Pengetahuan, Pembelajaran Organisasi dan Inovasi Produk Tinjauan Penelitian Terdahulu 3 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Hipotesis Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan data dan Sumber Data Jumlah Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel Skala Likert Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis SEM Analisis SEM menggunakan Software PLS (Partial Least Square) Operasionalisasi Variabel 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Pelaku Usaha Karakteristik Responden Karakteristik Usaha Analisis SEM smart PLS Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk Model Pengaruh Langsung Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk Model Pengaruh Tidak Langsung Manajemen Pengetahuan terhadap Inovasi Produk Melalui Pembelajaran Organisasi Implikasi Manajerial 5 SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 1 2 2 3 3 3 3 4 5 6 6 7 9 9 10 10 10 11 11 12 12 12 13 15 16 16 17 18 19 20 26 29 30 31 33 39
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kriteria UKM menurut UU nomor 20 tahun 2008 tentang UKM 4 Tinjauan penelitian terdahulu 8 Kriteria jawaban dan skoring penilaian responden 11 Perbedaan antara VBSEM dan CBSEM 13 Operasionalisasi variable 15 Identitas pelaku usaha olahan pangan di Bogor 17 Karakteristik responden olahan pangan di Bogor 18 Karakteristik usaha kecil menengah olahan pangan di Bogor 18 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai reflektif (direct effect manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk) 21 Nilai analisis model inner vs model standar (direct effect manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk) 24 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif (indirect effect manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi) 27 Nilai analisis model inner vs model standar (indirect effect manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi) 28 DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6
Kerangka pemikiran penelitian Model awal penelitian Path PLS Model akhir (direct effect) Model uji hipotesis (bootstrapping direct effect) Model akhir (indirect effect) Model uji hipotesis (bootstrapping direct effect)
9 16 22 24 27 29
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Biaya Penelitian Kuesioner Report SEM SmartPLS
33 33 36
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha kecil dan menengah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu negara, di Indonesia data BPS menunjukan bahwa pada tahun 2013 rata-rata laju pertumbuhan usaha kecil dan menengah dalam 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang terus meningkat sebesar 2,68%. Dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean yang akan dimulai pada tahun 2015, tidak hanya arus barang yang bebas di Asean, tetapi juga investasi serta pembukaan usaha. Para pelaku usaha yang ada di Indonesia terutama para pelaku usaha kecil dan menengah harus dapat melalui tantangan tersebut dengan segala persiapan yang harus dilakukan agar para pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia mempunyai daya saing untuk bisnis yang terus berkelanjutan. Pada saat ini, para pelaku usaha di Indonesia tidak terlepas dari berbagai hambatan yang dihadapi dalam proses bisnisnya baik yang bersifat eksternal maupun internal. Seperti halnya pada UKM olahan pangan di daerah Bogor, hasil dari sejumlah wawancara dengan pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di daerah Bogor menyimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi oleh para pelaku usaha kecil dan menengah terkait dengan sumber daya keuangan yang terbatas, akses pasar yang terbatas, harga dan ketersediaan bahan baku yang fluktuatif, kualitas produk yang masih rendah, kemampuan manajemen yang terbatas. Dari beberapa permasalahan diatas salah satunya adalah kualitas produk yang masih rendah, ini terkait dengan kompetensi pemilik usaha dalam membina faktor fasilitator internal yaitu sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi atau perusahaan untuk membuat dan melakukan inovasi produk agar produk tersebut mempunyai kualitas yang memenuhi standar kebutuhan dan keinginan konsumen. Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Straten et al (2014) menyatakan bahwa 80% pelaku usaha kecil menengah olahan pangan menganggap pentingnya inovasi produk untuk mempertahankan eksistensi bisnisnya. Dalam hal ini usaha kecil menengah tidak seperti perusahaan besar, usaha kecil dan menengah, dengan sumber daya keuangan yang terbatas cenderung kurang mengandalkan penelitian dan pengembangan yang mahal (R&D) untuk investasi kegiatan inovasi (Yu et al 2010). Di dalam mempertahankan eksistensi bisnis yang terus berkelanjutan, Usaha kecil menengah dituntut untuk dapat mencari, mengelola dan mendistribusikan pengetahuan kepada para anggota di dalam organisasi/perusahaan untuk dijadikan sebuah proses pembelajaran bagi organisasi/perusahaan karena kegiatan mengelola pengetahuan secara efektif menjadi sangat penting sehingga akhirnya bisa menjadi kompetensi inti (core competency) untuk melakukan kegiatan inovasi, salah satunya adalah inovasi produk yang merupakan hal penting bagi usaha kecil menengah yang sering sekali menghadapi persoalan kejenuhan pasar karena tidak adanya inovasi pada produknya, sehingga pada akhirnya konsumen merasa jenuh terhadap produk yang ditawarkan dan akan berdampak pada pertumbuhan penjualan yang terus mengalami penurunan dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif.
William (2009) menjelaskan bahwa manajemen Pengetahuan adalah perencanaan, pengorganisasian, memotivasi, dan mengendalikan orang-orang, dalam proses dan sistem organisasi agar aset pengetahuan yang terkait ditingkatkan dan digunakan secara efektif. Aset pengetahuan yang terkait termasuk pengetahuan dalam bentuk dokumen tercetak seperti hak paten, pengetahuan yang disimpan dalam repositori elektronik seperti Database, pengetahuan karyawan tentang cara terbaik untuk melakukan pekerjaan mereka, pengetahuan yang dimiliki oleh tim yang telah bekerja pada fokus masalah dan pengetahuan yang tertanam dalam organisasi seperti produk, proses dan hubungan. Untuk mencapai tujuan organisasi, Human capital atau sumber daya manusia adalah sarana utama untuk pembelajaran organisasi yang telah diakui sebagai sumber utama dan infrastruktur kritis dalam penciptaan nilai dan inovasi (Yu et al 2010). Pembelajaran organisasi adalah proses memperoleh, menafsirkan, dan menciptakan pengetahuan di antara anggota organisasi (Yu et al 2010). Menurut Huang et al (2013), Pembelajaran organisasi adalah aplikasi pengembangan organisasi, oleh karena itu dalam rangka untuk mencapai kepuasan konsumen dan bisnis yang terus berkelanjutan, perlu bagi usaha kecil menengah untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan kelompok belajar. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk pada usaha kecil dan menengah olahan pangan di Bogor”. Rumusan Masalah Usaha kecil menengah di daerah Bogor tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usahanya baik internal maupun eksternal, diantaranya dengan, kemampuan manajemen yang terbatas, kualitas produk yang masih rendah serta terbatasnya sumber daya keuangan di dalam menjalankan usahanya sehingga pelaku usaha kecil dan menengah mengandalkan informasi pengetahuan yang di dapatkan dari luar ataupun dari pengalaman para anggota organisasi yang kemudian dikelola menjadi sebuah pengetahuan yang terkodifikasi (eksplisit) sebagai pembelajaran bagi organisasi untuk melakukan inovasi, salah satunya adalah inovasi produk. Melihat dari permasalahan tersebut, peneliti kemudian merinci beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi? 2. Apakah manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap inovasi produk? 3. Apakah pembelajaran organisasi berpengaruh terhadap inovasi produk? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi.
2. Menganalisis pengaruh manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk. 3. Menganalisis pengaruh pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu: 1. Bagi usaha kecil menengah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan yang saat ini dihadapi dalam kaitannya dengan manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi agar mampu meningkatkan inovasi produk dan manajemen secara keseluruhan. 2. Bagi masyarakat ilmiah, dapat digunakan sebagai informasi baik sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, serta bahan bacaan oleh peneliti lain yang ingin mengkaji pengaruh manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk. Ruang Lingkup Penelitian Terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi inovasi produk dalam kaitannya dengan inovasi produk didalam usaha kecil dan menengah. Namun, penelitian ini hanya memfokuskan pada variabel manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi. Mengingat kendala waktu dan luasnya cakupan masalah mengenai manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk, maka untuk menyederhanakan pembahasan, penelitian ini hanya dibatasi pada usaha kecil dan menengah olahan pangan yang berada di Bogor. 2 TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil Menengah Definisi usaha kecil menengah menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yaitu: 1. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. 2. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang.
Tabel 1 Kriteria UKM menurut UU Nomor 20 tahun 2008 tentang UKM Kriteria Nomor Uraian Asset Omzet 1 Usaha Kecil >50 juta – 500 juta >300 juta – 2,5 M 2 Usaha Menengah > 500 juta – 10 M >2,5 M – 50 M Manajemen Pengetahuan Saat ini setiap manajer menganggap pengetahuan sebagai hal yang penting yang dijadikan sebagai modal dasar penggerak organisasi, yang akan menjadikan organisasi kompetitif dan berdaya saing. Pengetahuan juga dianggap sebagai sebuah aset bagi organisasi sehingga setiap anggota organisasi dapat memiliki intellectual capital yang akan menjadikan organisasi tersebut memiliki keunggulan yang kompetitif. Menurut Ismail (2012) manajemen pengetahuan merupakan suatu cakupan untuk mengumpulkan, menyusun, menyimpan, dan mengakses informasi untuk dapat membangun pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi informasi selain itu juga menurut Huang et al (2013) mengatakan bahwa manajemen pengetahuan adalah proses mencari, mengelola dan mendistribusikan pengetahuan untuk setiap anggota organisasi. Manajemen pengetahuan dibagi menjadi dua bagian yaitu, pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang terbatinkan atau pengetahuan yang berada dibenak setiap individu yang didapatkan berdasarkan dari pengalaman-pengalaman individu dan setiap individu dengan individu lainnya memiliki pengalaman yang berbeda. Sedangkan pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang sudah terkodifikasi atau pengetahuan yang sudah di dokumentasikan dalam bentuk catatan-catatan yang tersimpan didalam database organisasi baik dalam bentuk soft file ataupun arsip-arsip dalam bentuk catatan tertulis. Kedua pengetahuan tersebut menurut Nonaka dan Takeuchi (2004) dapat diubah menjadi empat jenis, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. 1. Sosialisasi, merupakan proses interaksi antara sumber daya manusia atau modal insani didalam organisasi yang dilakukan dengan pertemuan langsung seperti misalnya rapat dan diskusi. Melalui hal tersebut setiap anggota organisasi dapat berbagi pengetahuan dan pengalamanpengalaman industri yang dimilikinya sehingga adanya pertukaran pengetahuan dan menciptakan pengetahuan yang baru bagi mereka. 2. Eksternalisasi, hal ini merupakan proses untuk mengartikulasi tacit pengetahuan menjadi suatu konsep yang jelas sehingga pengetahuan tacit tersebut dapat menjadi pengetahuan eksplisit yang dapat diakses atau dipelajari oleh semua anggota organisasi. Proses ini biasanya dilakukan ketika adanya sosialisasi. 3. Kombinasi, proses ini merupakan proses untuk menyusun semua pengetahuan yang sudah terdokumentasikan kedalam sistem manajemen pengetahuan. Media dalam proses ini dapat melalui forum diskusi (intranet), dan database organisasi.
4. Internalisasi, proses ini adalah proses dimana semua data, informasi, yang sudah menjadi pengetahuan didokumentasikan dan disajikan kepada setiap anggota organisasi agar semua anggota organisasi dapat mempelajari semua pengetahuan yang ada. Dalam proses inilah terjadi peningkatan pengetahuan pada sumber daya manusia. Manajemen pengetahuan menurut Nonaka dan Takeuchi (2004) dicerminkan oleh empat indikator diantaranya yaitu: 1. Capture, indikator ini merupakan proses dimana anggota organisasi mendapatkan pengetahuan dari dalam ataupun dari luar organisasi seperti misalnya pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh organisasi ataupun pengalaman-pengalaman yang didapatkan dari proses kerja sebelum bergabung dengan organisasi saat ini. 2. Development, indikator ini merupakan proses dalam memilih pengetahuan yang sudah didapatkan yang kemudian didokumentasikan dalam bentuk database ataupun catatan-catatan yang dijadikan arsip dalam bentuk hard file. 3. Sharing, indikator ini merupakan proses berbagi informasi dari setiap anggota organisasi untuk perbaikan proses kerja agar terjadinya efektivitas dan efesiensi sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. 4. Implementation, proses ini merupakan proses penerapan informasi/pengetahuan yang telah didapatkan dari proses sebelumnya untuk perbaikan dalam proses kerja yang belum maksimal. Pembelajaran Organisasi Menurut Ismail (2012) mengemukakan pembelajaran organisasi sebagai sebuah organisasi yang terus menerus membangun kapasitasnya dan peka terhadap perubahan yang terjadi. Menurut wibowo (2006) mengatakan bahwa pembelajaran organisasi memiliki tiga macam karakteristik diantaranya yaitu: 1. Gagasan baru merupakan syarat untuk pembelajaran organisasi. Dalam proses pembelajaran, gagasan atau ide baru harus secara aktif dimasukan kedalam organisasi. Dengan hal tersebut maka perkembangan organisasi sesuai dengan perkembangan lingkungan internal dan eksternal. 2. Pengetahuan baru harus dibagikan dan diintegrasikan pada setiap anggota organisasi. Dalam hal ini, organisasi harus berusaha untuk mengurangi struktur, proses dan hambatan dalam membagikan dan mengintegrasikan pengetahuan diantara anggota organisasi. 3. Perilaku organisasi harus berubah, sebagai hasil dari pengetahuan yang baru. Hal ini menuntut setiap anggota organisasi untuk menerapkan caracara baru dalam proses operasional untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Huang et al (2013) dalam proses pembelajaran organisasi, indikator yang mencerminkan hal tersebut dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Commitment to learn, yaitu bagaimana komitmen dari setiap anggota organisasi untuk terus menerus belajar dan memperbaiki proses kerja dengan melihat tren pasar serta kemajuan teknologi agar organisasi terus beradaptasi dengan kondisi tren saat ini.
2. Shared vision, kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dalam berbagi pengalaman-pengalaman baru yang didapatkan oleh setiap anggota organisasi dalam hubungannya dengan kepentingan organisasi dengan membuat jadwal pertemuan secara rutin. 3. Openness and experimentation, dalam hal ini organisasi selalu menerima segala bentuk informasi dan ide-ide baru dari setiap anggota organisasi untuk perbaikan organisasi dalam mencapai tujuannya. 4. Transfer and Integration, kegiatan dalam mengelola, membagikan dan mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan untuk dijadikan sebuah pembelajaran bagi seluruh anggota organisasi. Inovasi Produk Konsep awal dari sebuah inovasi dalam pengembangan ekonomi dan kewirausahaan dipopulerkan oleh seorang ekonom Jerman yang bernama Joseph Schumpeter. Inovasi dalam pandangannya terdiri dari unsur-unsur kreativitas, penelitian dan pengembangan, proses baru, produk dan layanan baru dengan mengikut sertakan kemajuan teknologi didalamnya. Inovasi produk diklasifikasikan dalam dua dimensi yaitu produk baru bagi perusahaan dan produk baru bagi pasar/konsumen. Inovasi produk mampu memberikan nilai tambah jika dibandingkan dengan produk sejenis (keunggulan produk) sehingga dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan yang kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya. Kotler (2009) menjelaskan beberapa indikator yang mencerminkan inovasi produk diantaranya yaitu: 1. Perluasan lini produk, yaitu berkreasi pada atribut produk yang selama ini ditawarkan oleh perusahaan dengan tujuan agar konsumen tidak merasa jenuh dengan produk yang selama ini ditawarkan oleh perusahaan. 2. Produk baru, konsep ini merupakan konsep “imitation for innovation” yaitu mengadopsi produk yang sedang tren dipasar dengan menambahkan kreasi pada atribut produk dengan tujuan penawaran produk tersebut memiliki keunggulan dengan produk pesaing. 3. Produk benar-benar baru, yaitu penciptaan produk yang belum ada dipasar, dan merupakan produk yang pertama kali diciptakan oleh perusahaan. Manajemen Pengetahuan, Pembelajaran Organisasi dan Inovasi Produk Di dalam konsep manajemen perubahan dan inovasi, pengetahuan dan pembelajaran merupakan konsep generasi keenam yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional sebagai konsep dalam penciptaan inovasi. jika sebelumnya perusahaan hanya bertumpu pada bagian penelitian dan pengembangan dalam proses menciptakan inovasi, pada saat ini hal tersebut dikatakan kurang efektif dan efisien karena keterbatasan bagian penelitian dan pengembangan. Didalam konsep pengetahuan dan pembelajaran tidak hanya bagian penelitian dan pengembangan yang melakukan penciptaan inovasi tetapi seluruh anggota organisasi berperan dalam penciptaan tersebut, karena organisasi yang inovatif adalah organisasi yang dapat menyerap pengetahuan-pengetahuan yang ada didalam dan diluar organisasi untuk kemudian dijadikan sebagai proses
pembelajaran organisasi. Pengetahuan yang ada didalam organisasi misalnya adalah pengalaman setiap anggota organisasi yang sudah di dokumentasikan melalui database dan arsip dalam bentuk catatan yang sudah diintegrasikan kepada setiap anggota organisasi untuk dapat diakses setiap saat, sedangkan pengetahuan di luar organisasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman industri yaitu dengan melihat tren pasar yang sedang berkembang saat ini sehingga dalam proses tersebut organisasi akan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menciptakan keuntungan. Menurut Salim et al (2011) dimensi inovasi di dalam konsep manajemen perubahan dan inovasi dibagi menjadi empat inovasi (4Ps Innovation) yaitu: 1. Inovasi produk, merupakan perubahan dalam hal produk atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. 2. Inovasi proses, merupakan perubahan dalam cara bekerja/membuat produk dan cara melakukan distribusinya. 3. Inovasi positioning, merupakan perubahan dalam konteks memperkenalkan produk atau jasa perusahaan. 4. Inovasi paradigma, merupakan perubahan dalam pola atau metode yang ada didalam kerangka organisasi. Salah satu dari dimensi inovasi tersebut adalah inovasi produk yang merupakan hal penting bagi perusahaan yang bergerak dibidang penjualan produk seperti makanan dan minuman. Pada jurnal penelitian Strateen et al (2014) yang menganalisis peluang dan tantangan usaha kecil menengah olahan pangan di Negara Belanda mengatakan bahwa sebesar 80% pelaku usaha olahan pangan yang ada di Belanda menganggap pentingnya inovasi produk. Dalam penelitian yu et al (2010) juga mengatakan bahwa pengalaman-pengalaman industri, kemampuan teknis serta keinginan untuk terus mencari pengetahuan-pengetahuan baru dari pelaku usaha mempengaruhi kinerja inovasi di dalam perusahaan. Selain itu dalam jurnal penelitian dari salim et al (2011) mengatakan bahwa dengan adanya inovasi di dalam usaha kecil menengah, hal tersebut akan berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan sehingga hal tersebut akan dapat mempertahankan eksistensi bisnis yang terus berkelanjutan. Berdasarkan uraian tersebut, tujuan dari konsep pengetahuan dan pembelajaran dalam penciptaan inovasi adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan untuk bisnis yang terus berkelanjutan. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu dari beberapa penelitian terdahulu, yang membahas terkait dengan salah satu variabel yang diteliti yaitu manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi, inovasi produk serta karakteristik yang ada pada usaha kecil menengah. Di bawah ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis.
Tabel 2 Tinjauan penelitian terdahulu Nama peneliti Judul penelitian dan tahun Yu et al Learning and Innovation in (2010) Small Medium Enterprise: A study of Taiwan bycycle Industry
Salim et (2011)
al Organizational Learning, Innovation and Performance: A Study of Malaysian Small and Medium Sized Enterprises
Huang et al Impact of Knowledge (2013) Management and Organizational Learning on Different Dimensions of Organizational Performance: A Case Study of Asian Food Industry
Temuan penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa kedalaman dan luasnya pengalaman pemilik dalam hal teknis dan industry mempengaruhi daya serap pengetahuan pada UKM. Yang pada akhirnya, kegiatan daya serap dan akuisisi pengetahuan dari UKM mempengaruhi kinerja inovasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran organisasi memberikan kontribusi dalam kemampuan inovasi dan bahwa inovasi berhubungan positif dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa KM dan OL memiliki pengaruh postif terhadap tiga dimensi kinerja perusahaan. Dan juga menyatakan bahwa KM dan OL mempunyai hubungan yang positif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain adalah objek penelitian yang diteliti dan variabel yang diteliti. Jika pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah usaha kecil dan menengah pada industri makanan dan industri lainnya di beberapa negara, penelitian ini lebih mengkaji usaha kecil dan menengah olahan pangan yang meliputi makanan dan minuman yang ada di wilayah Bogor baik kota maupun kabupaten. Berikutnya, variabel yang diteliti pada penelitian terdahulu yang merujuk pada penelitian Huang et al (2013) yang mengkaji peran Manajemen Pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap tiga dimensi kinerja perusahaan dan pada penelitian Yu et al (2010) yang mengkaji pembelajaran didalam usaha kecil menengah dan dampaknya terhadap kinerja inovasi pada penelitian ini lebih mengkaji peran manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk dengan analisis deskriptif dan analisis structural equation modeling menggunakan pendekatan Partial Least Square.
3 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran diungkapkan kerangka pemikiran yang berfungsi sebagai alur pikir dan sekaligus sebagai dasar dalam penelitian ini. Secara diagram kerangka pemikiran penelitian dan diagram alir penelitian tersaji pada gambar 3.1 dan gambar 3.2 berikut ini. UKM olahan pangan daerah Bogor Masalah yang dihadapi: • • • •
Kualitas Produk rendah Informasi pasar terbatas Kemampuan Pemasaran yang sederhana Kemampuan teknis yang sederhana
Sumber daya manusia
Manajemen Pengetahuan
Pembelajaran organisasi
Inovasi produk
Implikasi Manajerial
Keterangan: -------- Ruang lingkup penelitian
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Dari gambar kerangka pemikiran diatas terlihat bahwa UKM olahan pangan di Bogor memiliki beberapa masalah yang semuanya terkait dengan faktor kompetensi sumber daya manusia, untuk meningkatkan kompetensi tersebut para pelaku UKM dituntut untuk dapat meningkatkan kompetensi faktor fasilitator internal yaitu sumber daya manusia dengan cara mencari, mengelola dan menerapkan pengetahuan serta menciptakan budaya belajar di dalam organisasi dengan tujuan agar dapat menciptakan inovasi, salah satunya adalah inovasi
produk agar dapat memiliki keunggulan kompetitif dalam mempertahankan eksistensi bisnisnya yang akan berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan yaitu kinerja penjualan, kinerja keuangan dan kinerja partnership. Hipotesis Dalam penelitian ini, hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama (H1) H01: Tidak adanya hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi. H11: Adanya hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi. 2. Hipotesis kedua (H2) H02: Manajemen pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap inovasi produk. H12: Manajemen pengetahuan memiliki pengaruh terhadap inovasi produk. 3. Hipotesis ketiga (H3) H03: Pembelajaran organisasi tidak memiliki pengaruh terhadap inovasi produk. H13: Pembelajaran organisasi memiliki pengaruh terhadap inovasi produk. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang olahan pangan yang berada di daerah Bogor. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Pemilihan lokasi penelitian di dasarkan pada asumsi bahwa usaha kecil dan menengah di daerah bogor mewakili kompleksitas organisasi yang melibatkan sumber daya manusia dalam proses bisnisnya yang memugkinkan timbul permasalahan di bidang praktek manajemen sumber daya manusia dan manajemen perubahan dan inovasi yang terkait dengan manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi dalam upaya menciptakan inovasi produk. Selain hal tersebut, yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah wilayah Bogor yang merupakan salah satu daerah sub urban ibukota Jakarta yang terus berkembang. Penentuan data dan Sumber Data Penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti, data tersebut dikelompokkan kedalam 2 jenis, yaitu: 1. Data Primer Data yang diambil secara langsung oleh penulis melalui: a. Interview (wawancara) Yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan dan mempunyai wewenang untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dan mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang tengah diteliti oleh penulis.
b. Kuesioner Yaitu proses memperoleh data dengan cara mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan atau penyebaran angket kepada para responden dan dibuat dalam bentuk pernyataan yang bersifat tertutup dan setiap objek diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah ditentukan. c. Observasi Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan meninjau langsung kepada objek yang diteliti. Observasi yang dilakukan terkait dengan hal manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi dan inovasi produk. 2. Data Sekunder Data yang diambil secara tidak langsung, seperti data yang telah diolah perusahaan, data mengenai jumlah karyawan, struktur organisasi, dan lainlain serta dari berbagai referensi buku, makalah, materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Jumlah Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel Sampel penelitian ini adalah pelaku usaha kecil menengah olahan pangan daerah Bogor, Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan prosedur non probabilitas dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria usaha kecil menengah yang sudah mendapatkan sertifikat PIRT dari dinas kesehatan daerah bogor sebanyak 60 sampel, hal ini sesuai dengan pernyataan James A Black dan Dean J. Champion (2009) bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, ujiuji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250. sampel penelitian ini berdasarkan database usaha kecil menengah olahan pangan diskoperindag kabupaten dan kota Bogor tahun 2013. Skala Likert Menurut Sugiyono (2009) Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat ditahun 1932 yang sekarang terkenal dengan nama skala likert. Skala likert merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Tabel dibawah menjelaskan kriteria jawaban dan skoring penilaian responden mengunakan skala likert. Tabel 3 Kriteria jawaban dan skoring penilaian responden NO Kriteria Jawaban Skoring 1 Sangat Setuju 4 2 Setuju 3 3 Tidak Setuju 2 4 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sugiyono (2009)
Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah agar memiliki makna yang berguna untuk memecahkan masalah yang diteliti. Untuk data-data kualitatif dilakukan analisis deskriptif, sedangkan pengolahan data kuantitatif, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tehnik SEM dengan bantuan software smart PLS versi 2.0. Adapun untuk keperluan penolakan atau penerimaan hipotesis, penulis menggunakan taraf signifikan 5 persen. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menabulasi hasil kuesioner secara manual yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir dan lama waktu bekerja. Analisis SEM Menurut Ghozali (2008) menjelaskan model persamaan struktural (structural equation modeling) adalah generasi kedua teknik analisis multivariat yang memungkinkan peneliti menguji hubungan antar variabel yang komplek baik recursive maupun non recursive untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai keseluruhan model. SEM dapat menguji secara bersama-sama: 1. Model struktural, yaitu hubungan antara konstruk independen dengan dependen. 2. Model measurement, yaitu hubungan nilai loading antara indikator dengan konstruk (laten) Digabungkannya pengujian model struktural dengan pengukuran tersebut memungkinkan peneliti untuk menguji pengukuruan (measurement error) sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari SEM dan melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis Secara teknis SEM dibagi menjadi 2 kelompok yaitu SEM berbasis covariance (CBSEM) yang diwakili dengan software LISREL dan SEM berbasis variance (VBSEM) yang dapat menggunakan software smartPLS. Covariance based SEM (CBSEM) lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan sebab akibat. Sedangkan variance based SEM dengan pendekatan partial least squares (PLS) lebih bertujuan untuk mencari hubungan linear prediktif antar variabel.
Tabel 4 Perbedaan antara VBSEM dan CBSEM No 1 2 3 4 5
6
Kriteria Tujuan Pendekatan Estimasi parameter Skor variabel laten Hubungan epistemic antara variabel laten dan indikatornya Implikasi
VBSEM Berorientasi prediksi Berdasarkan variance Konsisten sebagai indikator dan sample size meningkat Secara eksplisit diestimasi
CBSEM Berorientasi parameter Berdasarkan covariance Konsisten
Dapat dalam bentuk formatif maupun reflektif indikator
Hanya dengan reflektif Indikator
Optimal untuk ketepatan Prediksi
Optimal untuk ketepatan Parameter Kompleksitas kecil sampai menengah (kurang dari 100 indikator) Kekuatan analisis didasarkan pada model spesifik minimal direkomendasikan berkisar dari 200 sampai 800
7
Kompleksitas model
Kompleksitas besar (100 konstruk dan 1000 indikator)
8
Besar sampel
Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang memiliki jumlah prediktor terbesar. Minimal direkomendasikan dari 30 sampai 100 kasus
Inderteminate
Sumber:Ghozali (2008) Analisis SEM menggunakan software PLS (Partial Least Square) Dalam menganalisis peran manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk usaha kecil menengah olahan pangan di kota Bogor, digunakan teknik SEM dengan Partial least square (PLS). Model persamaan struktural adalah suatu teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan linear secara simultan peubahpeubah pengamatan, yang sekaligus melibatkan peubah laten yang tidak dapat diukur langsung. Komponen-komponen yang digunakan dalam model penelitian terdiri dari variabel-variabel antara lain: A. Variabel laten yang merupakan variabel kunci dan menjadi perhatian karena konsepnya yang abstrak. Variabel ini hanya bisa diamati secara tidak langsung. Variabel laten terdiri dari dua jenis, yaitu 1) laten eksogen atau biasa disebut variabel bebas, 2) laten endogen atau biasa disebut variabel terikat. B. Variabel teramati atau indikator merupakan variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris. Notasi matematik untuk variabel teramati yang merupakan ukuran dari variabel eksogen adalah x sedangkan yang merupakan efek dari variabel laten endogen adalah y.
Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set variabel, yaitu: 1. Inner model (structural model) Inner model yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural model dan subtantive theory) menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini. η = β0 + βη + Γξ + ζ
………………………………….(1)
Dimana η menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ζ adalah vektor variabel laten exogen, dan δ adalah vektor variabel residual (unexpalined variance). Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten, setiap variabel laten dependen η. atau sering disebut causal chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
ηj = Σi βji ηi + Σi γjbζb + ζ…………………………………(2) j Dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan variabel laten exogen ξ dan ε sepanjang range indeks i dan b, dan δj adalah inner residual variable. 2. Outer Model (measurement model) Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model) mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut: x = λx ξ + δ y = λy η + ε …………………………………………(3) Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel laten exogen dan endogen ξ dan ε, Sedangkan λx dan λy merupakan matrik loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise. Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut: ξ = λx X + δξ η = λy Y + δη …………………………….…………….(4)
Dimana ξ , ε, x dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan 3. Пx dan Пy adalah koefisien regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator dan δx dan δy adalah residual dari regresi. 3. Weight Relation Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS memerlukan definisi weight relation. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut: ξb = ΣkbWkbXkb ………………………………………………(5) ηi= ΣkiWkiXki
Dimana, Wkb dan Wki = k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasikan oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel laten eksogen (independen). Operasionalisasi variabel Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti di operasionalisasikan pada dua variabel utama yaitu yaitu variabel eksogen atau variabel independen dan variabel endogen atau variabel dependen. Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menguraikan variabel menjadi sejumlah variabel operasional (indikator) yang menunjuk langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau diukur. Secara lebih rinci operasionalisasi masing-masing variabel dalam penelitian ini ditunjukkan pada beberapa tabel berikut. Tabel 5 Operasionalisasi variabel Variabel Manajemen pengetahuan (X1)
Pembelajaran (X2)
organisasi
Inovasi produk (Y1)
• • • • • • • • • • •
Indikator Pencarian Pengetahuan Pengembangan Pengetahuan Pembagian Pengetahuan Implementasi Pengetahuan (Nonaka dan takeuchi 2004) Komitmen Belajar Berbagi Visi Keterbukaan dan Eksperimentasi Transfer dan Integrasi Pengetahuan (huang et al. 2013) perluasan lini produk produk baru produk benar-benar baru (Kotler. 2009)
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
X1
X2
X3
X4
Pengetahuan Management Y3 Inovasi Produk
Y2 Y1
Pembelajaran organisasi
X5
X6
X7
X8
Gambar 2 Model awal penelitian path PLS Keterangan: X1 = Pencarian Pengetahuan X2 = Pengembangan Pengetahuan X3 = Pembagian pengetahuan X4 = Implementasi X5 = Komitmen Belajar X6 = Berbagi Visi X7 = Keterbukaan dan Eksperimentasi X8 = Transfer dan Integrasi Pengetahuan Y1 = Perluasan lini produk Y2 = Produk baru Y3 = Produk benar-benar baru 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Pelaku Usaha Sebagian besar pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di daerah Bogor berjenis kelamin perempuan yaitu dengan persentase sebesar 66,6 %. Berdasarkan observasi yang dilakukan, terlihat bahwa usaha olahan pangan umumnya diminati oleh perempuan hal ini dibuktikan dengan banyaknya para perempuan yang melaksanakan secara langsung proses bisnisnya. Selain itu juga,
beberapa usaha olahan pangan lebih banyak di inisiasikan oleh para kelompok wanita tani. Tabel 6 Identitas pelaku usaha olahan pangan di Bogor Identitas Pelaku Usaha Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan Umur: <30 tahun 30-40 tahun 40-50 tahun 50-60 tahun Kabupaten/kota: Kota Kabupaten
Persentase (%) 33,3 66,7 6,7 21,7 53,3 18,3 31,7 68,3
Secara umum, usaha olahan pangan di daerah Bogor dilakukan oleh berbagai kalangan umur dengan persentase terbesar di range umur 40-50 tahun dan persentase terbesar kedua adalah di range umur 30-40 tahun yang merupakan usia produktif yang bisa merupakan anak dari pelaku usaha yang sekarang berusia lanjut. Jumlah pelaku usaha olahan pangan wilayah kabupaten Bogor lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah kota Bogor, seperti yang terlihat pada penelitian ini bahwa mayoritas jumlah pelaku usaha berasal dari kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan oleh karakteristik wilayah masing-masing daerah dimana kota Bogor lebih dijadikan sebagai pasar oleh para pelaku usaha olahan pangan dan sebagian besar produksi dilakukan di wilayah kabupaten Bogor. Karakteristik Responden Dari data yang diperoleh, sebagian besar pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di daerah bogor merupakan lulusan SMA, dengan persentase sebesar 56,7 persen sedangkan lulusan dari perguruan tinggi berada di tingkat kedua dengan persentase sebesar 28,3 persen. Hal ini membuktikan bahwa para pelaku usaha kecil menengah olahan pangan sudah mulai merubah mindset bahwa pendidikan formal merupakan hal yang penting sebagai penunjang proses usaha mereka. Para pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di daerah Bogor sekitar 47 persen merupakan mantan karyawan swasta dan 40 persen pelaku usaha menjadikan usaha tersebut sebagai pekerjaan utama, sebagian dari pelaku usaha juga menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan tambahan dari pekerjaan utama sebagai petani dan pekerjaan utama setelah pensiun dari pegawai negeri sipil. Alasan yang melatar belakangi pelaku usaha memilih untuk berusaha di bidang olahan pangan sebagian besar (75%) karena melihat peluang menguntungkan dari usaha ini, mengikuti jejak orang tua dan tidak punya pilihan lain (11,7%) dan diajak teman atau tetangga (1,7%). Dari hal tersebut, bisa dikatakan bahwa usaha
di bidang olahan pangan merupakan usaha yang mempunyai pangsa pasar yang sangat besar sehingga banyak sekali pelaku usaha yang memilih untuk membuka usaha olahan pangan dengan alasan peluang yang sangat menguntungkan. Tabel 7 Karakteristik responden/pelaku usaha olahan pangan daerah Bogor Karakteristik Responden/Pelaku Pendidikan formal: Perguruan tinggi SMA/SMK/MA SMP/MTs SD/MI Pekerjaan sebelumnya: Karyawan Swasta PNS/TNI/POLRI Petani Lainnya Pekerjaan masih berlangsung: Ya Tidak Alasan berusaha di bidang ini: Peluang menguntungkan dari usaha ini Mengikuti jejak orang tua Diajak teman/tetangga Tidak punya pilihan lain
Persentase (%) 28,3 56,7 5 10 47 5 8,3 40 18,3 81,7 75 11,7 1,7 11,7
Karakteristik Usaha Dari hasil pengumpulan data yang ada di lapangan, diketahui bahwa banyak pelaku usaha yang menjalankan usahanya lebih dari 5 tahun dengan persentase sebesar 43,3 persen dan jika dilihat secara detail beberapa pelaku usaha olahan pangan di daerah Bogor telah menjalankan usahanya selama 20 tahun bahkan ada yang sudah lebih dari 30 tahun. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa banyak pelaku usaha yang menjadikan usaha olahan pangan sebagai usaha utama karena terlihat dari jangka waktu yang lama dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar eksistensi bisnis usaha olahan pangan terus berkelanjutan. Dalam menjalankan proses bisnisnya para pelaku usaha kecil menengah olahan pangan sebagian besar memiliki omset rata-rata 5 sampai 10 juta rupiah per bulan atau sekitar 70 persen sedangkan yang memiliki omset 10 sampai 40 juta rupiah perbulan dengan persentase sebesar 15 persen. Usaha olahan pangan di daerah Bogor memiliki peluang prospektif untuk tumbuh menjadi besar. Hal ini sesuai dengan data dilapangan karena beberapa pelaku usaha olahan pangan mampu memiliki omset rata-rata 40 sampai 70 juta perbulan dengan persentase sebesar 5 persen sedangkan pelaku usaha yang memiliki omset 70 sampai 100 juta sebesar 6,7 persen dan yang lebih dari 100 juta perbulan sebesar 3,3 persen. Merupakan alasan yang tepat jika dalam membuka usaha olahan pangan ini diawali karena melihat peluang menguntungkan yang sangat besar dari usaha ini.
Tabel 8 Karakteristik usaha kecil menengah olahan pangan di Daerah Bogor Karakteristik Usaha Lama Usaha: <1 tahun 1-3 tahun 3-5 tahun >5 tahun Omset/bulan: <10 juta 10-40 juta 40-70 juta 70-100 juta >100 juta Kepemilikan Usaha Lain: Tidak punya Punya (1) Punya (2)
Persentase % 13,3 30 13,3 43,3 70 15 5 6,7 3,3 65 28,3 6,7
Usaha olahan pangan di daerah Bogor memiliki posisi yang berbeda bagi para pelaku usahanya. Dari data yang diperoleh di lapangan, ada yang menjadikan usaha olahan pangan sebagai sumber pendapatan keluarga dan ada juga yang menjadikan usaha olahan pangan sebagai tambahan pendapatan keluarga karena masih memiliki usaha di bidang lain. Sebanyak 39 pelaku usaha atau 65 persen pelaku usaha menjadikan usaha olahan pangan sebagai sumber pendapatan utama keluarga sedangkan yang mempunyai satu kepemilikan usaha lain sebesar 28,3 persen dan yang memiliki dua usaha di bidang lain sebesar 6,7 persen. Analisis SEM Smart PLS Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel laten diantaranya yaitu, manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi dan inovasi produk. Di dalam setiap variabel laten memiliki variabel manifest (indikator). Kode angka pada indikator menunjukan nomor pertanyaan kuesioner. Selanjutnya, pada analisis SEM PLS dilakukan dua analisis model yaitu analisis outer model dan analisis inner model. Model pengukuran (outer model) adalah model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok model indikator berhubungan dengan variabel latennya. Analisis data menggunakan Smart PLS semula dilakukan dengan model awal. Evaluasi outer model dilakukan terhadap konstruk yang direfleksikan oleh indikator-indikatornya. Ukuran refleksif indikator dengan konstruknya dikatakan tinggi jika memiliki nilai loading factor lebih dari 0,7. Akan tetapi, untuk penelitian tahap awal dari pengembangan nilai loading factor 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup (Ghozali, 2008). Karena model ini termasuk dalam tahap pengembangan, maka indikator yang memiliki nilai kurang dari 0,6 akan dihapus. Aktivitas penghapusan akan dilakukan secara berurutan, dimulai dari indikator-
indikator variabel pada variabel eksogen (manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi), kemudian dilanjutkan pada variabel endogen (inovasi produk). Tahapan penghapusan akan dilakukan satu per satu, pada nilai loading factor yang paling kecil. Untuk mendapatkan model terbaik, proses pendropan atau penghapusan dilakukan berulang hingga semua indikator pada variabel laten memiliki nilai loading factor minimal 0,6. Model struktural atau iner model adalah model yang menggambarkan signifikansi hubungan dan pengaruh antar variabel laten yaitu, peubah MP dan PO terhadap IP. Analisis model iner akan menjawab hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Proses untuk mendapatkan iner model dilakukan melalui teknik bootstrapping melalui smart LPS. Teknik bootstrapping adalah teknik rekalkulasi data sampel secara random untuk memperoleh nilai T-statistika. Berdasarkan nilai T-statistika yang diperoleh maka dapat diketahui hubungan antar variabel yang diukur. Selanjutnya besar pengaruh antar variabel dapat dilihat dari criteria estimasi koefisien jalur untuk masing-masing path yang ada. Model Pengaruh Langsung Manajemen Pengetahuan dan Pembelajaran Organisasi terhadap Inovasi Produk Pada model ini di identifikasi pengaruh langsung antar variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan jumlah sampel yang lengkap yaitu 60 sampel. Metode analisis yang digunakan bertujuan untuk mengetahui bentuk dan besarnya pengaruh manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi secara langsung terhadap inovasi produk. Analisis Model Outer Outer model sering juga disebut (outer relation atau measurement model) mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya.
indikator manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi yang tidak mendukung inovasi produk dihilangkan. Indikatornya ditandai dengan koefisien yang bernilai negatif. Karena semua indikator bersifat reflektif, maka analisis indikator termasuk pada mode reflektif. Pengujian mode reflektif terlebih dahulu dilakukan menggunakan 5 kriteria yaitu, loading factor, composite reliability, Average Variant Extractive (AVE), dan cross loading (Ghozali 2008). Berdasarkan tabel diketahui bahwa outer model reflektif telah memenuhi nilai standar yang ada baik dalam kriteria validitas dan reliabilitas.
Tabel 9 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai reflektif (Direct effect manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk) No Kriteria 1 Loading factor
Penjelasan Kekuatan indikator dalam merefleksikan laten
Standar ≥ 0,6
Hasil Penilaian Semua indikator memiliki loading factor ≥ 0,6
2
Composite Reliability
Konsistensi Internal
>0,6
MP = 0,911 PO = 0,915 IP = 0,866
3
Average Varians Extractive
Validitas konstruk
>0,5
MP = 0,722 PO = 0,730 IP = 0,688
4
Cross Loading
Validitas Diskriminan
Setiap indikator memliki loading lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur, dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya
Semua indikator MP, PO dan IP memiliki korelasi lebih besar pada laten sendiri dari pada korelasi pada laten lainnya
Model pada gambar dibawah ini, menunjukkan bahwa variabel laten manajemen pengetahuan dicerminkan oleh empat indikator yang selanjutnya setiap indikator akan disebut KM atau knowledge management sesuai pada gambar pengolahan data menggunakan software smart PLS, yaitu capture (KM1), development (KM2), sharing (KM3), implementation (KM4). Hal ini bahwa berdasarkan persepsi pelaku usaha kecil menengah olahan pangan daerah bogor memiliki kemampuan manajemen pengetahuan yang baik adalah ketika empat indikator reflektif tersebut dapat terlaksana dengan optimal. Indikator sharing (KM3) merefleksikan interelasi terbesar dalam menggambarkan manajemen pengetahuan dengan nilai loading factor 0,898. Hasil tersebut menggambarkan bahwa, keberadaan sharing merupakan hal paling dominan dalam mencerminkan kemampuan manajemen pengetahuan yang akan berpengaruh pada pencapaian inovasi produk para pelaku usaha kecil menengah olahan pangan daerah Bogor. Berdasarkan dari hasil interview, diketahui bahwa berbagi (sharing) informasi/pengetahuan pada karyawan tentang hal-hal baru terkait proses usaha selalu diberikan oleh setiap pemilik usaha kepada karyawan agar dalam proses usaha tidak terjadi kendala yang akan mengganggu berjalannya usaha. Tetapi tidak semua pelaku usaha membagikan pengetahuannya kepada karyawan, seperti resep pembuatan produk dan hal-hal yang bersifat rahasia lainnya, yang selalu dibagikan oleh semua pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di daerah
bogor kepada karyawan adalah hal-hal teknis dalam proses produksi dan proses pemasaran.
kemam Gambar 3 Model akhir (direct effect) Dari persepsi para pelaku usaha, kemampuan dalam mendapatkan dan mengelola pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang berkaitan dengan inovasi produk dicerminkan oleh semua indikator. Dalam indikator capture para pelaku usaha sudah mempunyai pengetahuan-pengetahuan dalam proses usaha yang didapatkan dari pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah (dinas koperasi dan UMKM, dinas perindustrian dan perdagangan, kamar dagang dan industri serta dinas kesehatan) dan pihak swasta (bank dan perusahaan bahan-bahan makanan) serta buku dan internet. Beberapa kegiatan pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah dan pihak swasta adalah pelatihan kewirausahaan, proses produksi olahan pangan, pengenalan pasar, manajemen keuangan, pelatihan label halal, gugus kendali mutu dan pelatihan motivasi dari motivator. Di dalam indikator development para pelaku usaha melakukan penyimpanan/dokumentasi pengetahuan dengan cara ditulis di dalam buku dan komputer untuk dikembangkan dalam upaya mempertahankan usahanya saat ini. Sedangkan indikator sharing dan indikator implementation selalu diterapkan dalam proses usaha yang sedang ditekuni karena pengetahuan yang didapatkan dari berbagai sumber sangat bermanfaat untuk mengembangkan usahanya saat ini karena dengan melakukan hal tersebut dapat mengetahui cara kerja yang lebih efektif dan efisien dalam proses produksi serta pengetahuan tren pasar yang sedang digemari oleh konsumen saat ini. Berikutnya variabel laten pembelajaran organisasi dicerminkan oleh indikator yang selanjutnya setiap indikator akan disebut OL atau organizational learning sesuai pada gambar pengolahan data menggunakan software smart PLS, yaitu commitment to learn (OL1), vision sharing (OL2), openness and experimentation (OL3) dan pengetahuan transfer and integration (OL4). Masing-
masing indikator pembelajaran organisasi memiliki interelasi yang tinggi dalam menggambarkan variabel latennya, dimana semua indikator memiliki nilai loading factor lebih dari 0,7. Jika dilihat dari pendugaan model keterkaitan pembelajaran organisasi dengan inovasi produk, berdasarkan dari persepsi pelaku usaha diketahui bahwa untuk menerapkan pembelajaran organisasi yang baik dalam proses usaha, di dalam organisasi harus terlaksananya empat indikator reflektif pembelajaran organisasi secara optimal. Dimana semua indikator tersebut termasuk untuk melibatkan karyawan mengikuti pelatihan yang di delegasikan oleh pemilik usaha yang diadakan oleh instansi pemerintah dan pihak swasta, namun hal tersebut kurang di apresiasi oleh karyawan usaha olahan pangan karena banyak diantara mereka yang belum mengerti dan masih menganggap bahwa dengan mengikuti pelatihan hanya akan membuang waktu mereka tanpa ada manfaat yang diperoleh untuk mereka. Variabel laten inovasi produk, dicerminkan oleh indikator perluasan lini produk (Y1), produk baru (Y2), produk benar-benar baru (Y3). Hal tersebut dapat diartikan bahwa berdasarkan persepsi pelaku usaha, ketika ketiga indikator inovasi produk tersebut berjalan dengan optimal, hal tersebut merupakan cerminan kemampuan inovasi produk yang baik. Masing-masing indikator inovasi produk memiliki interelasi yang cukup tinggi menggambarkan variabel latennya, dengan interelasi yang tinggi dimiliki oleh variabel produk baru (Y2) sebesar 0,925. Keberhasilan berkreasi pada produk yang sudah ada dipasar dengan memberikan penawaran/modifikasi baru pada produk merupakan cerminan utama didalam kemampuan melakukan inovasi produk. Analisis Model Inner Inner model yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural model dan subtantive theory) menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Pada analisis model inner di dalam penelitian ini, pengujian dilakukan 2 kriteria yaitu dari peubah laten endogen dan estimasi koefisien jalur (Ghozali 2008). Berdasarkan Tabel dibawah ini diketahui bahwa model pengaruh langsung dari variabel manajemen pengetahuan dan variabel pembelajaran organisasi terhadap variabel inovasi produk memberikan nilai R² sebesar 0,464. Nilai R² dapat di interpretasikan atau diartikan bahwa variabilitas laten inovasi produk dapat dijelaskan oleh variabel laten manajemen pengetahuan dan variabel pembelajaran organisasi sebesar 46,4 persen, sedangkan 53,6 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti dalam penelitian ini.Selain itu, antara variabel manajemen pengetahuan dengan variabel pembelajaran organisasi memiliki hubungan yang kuat diantara keduanya.
Tabel 10 Nilai analisis model inner vs model standar (direct effect manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk) N o. 1
Kriteria
Penjelasan
Korelasi Variabilitas dari dua antar laten laten eksogen eksogen
Standar 0,00–0,199 = sangat rendah 0,20–0,399 = rendah 0,40–0,599 = sedang 0,60–0,799 = kuat 0,80 –1,000 = sangat kuat (Sugiyono, 2007)
Hasil penilaian R MP dan PO = 0,869
2
R² dari peubah laten endogen
Variabilitas dari konstruk endogen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen
Chin (1998) mengelompokan nilai R² sebesar 0,67; 0, 33 dan 0,19. Sebagai “substansial” “moderat” dan “lemah”
R² untuk IP = 0,464
3
Estimasi koefisien jalur
Evaluasi terhadap nilai koefisien, mengikuti pengaruh nyata melalui bootstrap dan besarnya nilai koefisien
Pengaruh nyata jika Tstatistika > T-tabel. Pada alpha 5 persen nilai T-tabel adalah 1,96.
Nilai Tstatistika: MP -> IP = 1,096 PO -> IP = 4,318 Nilai koefisien: MP -> IP = 0,162 PO -> IP = 0,535
Gambar 4 Model uji hipotesis (Bootstrapping direct effect)
Melalui bootstrapping pada smart PLS, diperoleh nilai T-statistik sebagai acuan menilai signifikansi statistika model penelitian dengan menguji hipotesis untuk tiap jalur hubungan. Hasilnya menunjukan, bahwa variabel MP tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel IP dengan nilai T-statistik sebesar 1,096 ( T-statistik lebih kecil dari T tabel). Sedangkan variabel PO memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel IP dengan nilai T-statistik sebesar 4,318 (T-statistik lebih besar dari T tabel). besarnya hubungan antara dua variabel laten eksogen yaitu antara MP dan PO dapat dilihat dari besarnya nilai korelasi. Diketahui bahwa hubungan MP dan PO memiliki hubungan signifikan dengan nilai korelasi sebesar 0,869 atau 86,9 persen. Dengan demikian hipotesis satu (H1) dapat diterima karena adanya hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi. Besarnya pengaruh laten eksogen terhadap laten endogen dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien jalur. Diketahui bahwa variabel laten manajemen pengetahuan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap inovasi produk, sehingga hipotesis 2 (H2) ditolak. Hal berbeda terjadi dengan variabel pembelajaran organisasi yang berpengaruh secara langsung terhadap variabel inovasi produk dengan nilai koefisien sebesar 0,535 sehingga hipotesis 3 (H3) dapat diterima. Besarnya hubungan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi dapat di interpretasikan bahwa terjadinya hubungan yang sangat kuat antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi yaitu dengan manajemen pengetahuan yang baik maka pembelajaran organisasi di dalam organisasi profit dalam hal ini usaha kecil menengah akan berjalan semakin baik juga, sehingga penciptaan suasana belajar didalam anggota organisasi akan lebih baik dan akan menciptakan ide-ide baru untuk menciptakan daya saing yang kuat dalam proses bisnis yang terus berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitan dari Huang et al. (2013) yang menemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi. Selain itu dalam penelitian Jimenez et al. (2010) juga mengatakan bahwa antara manajemen pengetahuan dengan pembelajaran organisasi memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan Pengaruh yang tidak signifikan dari pengetahuan management terhadap inovasi produk dapat disebabkan karena sebagian besar pelaku usaha olahan pangan masih belum secara optimal mencari pengetahuan-pengetahuan secara aktif melainkan hanya menunggu untuk mendapatkan pengetahuan yang datang hanya dari hasil berbagi informasi sesama anggota organisasi. Mencari, mengelola dan menerapkan pengetahuan sebaiknya lebih diprioritaskan untuk pembenahan kompetensi pelaku usaha, sehingga ketika kompetensi pelaku usaha semakin baik maka akan muncul ide-ide baru untuk berkreasi dalam pembuatan produk dan berkreasi dalam konsep pemasaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara komunikasi yang lebih aktif dengan sesama pelaku usaha olahan pangan serta instansi pemerintah yang terkait. Hal ini juga dinyatakan dalam penelitian Yu lin wang et al (2010), yang mengatakan bahwa kemampuan teknis, pengalaman industri, serta keinginan untuk terus mencari pengetahuanpengetahuan baru bagi pelaku usaha kecil menengah merupakan hal yang sangat penting. Semakin aktif dalam mengakuisisi pengetahuan maka dampak terhadap inovasi produk akan semakin terlihat.
Di sisi lain, besarnya koefisien pengaruh pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk dapat di interpretasikan bahwa semakin baiknya penerapan konsep pembelajaran didalam organisasi pelaku usaha kecil menengah olahan pangan maka akan semakin baik pula kemampuan berkreasi dalam pembuatan produk. Karena pada usaha kecil menengah olahan pangan inovasi produk merupakan hal yang sangat dibutuhkan agar konsumen tidak merasa bosan dengan atribut produk yang monoton sehingga akan menciptakan daya saing yang kuat dalam proses bisnis yang terus berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Islam Mohammed Salim et al (2011) dengan judul penelitian pembelajaran organisasi, innovation and performance: a study of Malaysian small and medium size enterprises yang menyatakan bahwa pembelajaran organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap inovasi produk. Model Pengaruh Tidak Langsung Manajemen Pengetahuan terhadap Inovasi Produk melalui Pembelajaran Organisasi Pada model sebelumnya manajemen pengetahuan tidak berpengaruh langsung terhadap inovasi produk maka pada model ini dilakukan pengujian pengaruh tidak langsung manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi. Analisis pada model ini menggunakan sampel lengkap sebanyak 60 responden. Variabel pembelajaran organisasi digunakan sebagai variavariablervening yang memediasi pengaruh tidak langsung manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk. Analisis Model Outer Indikator manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi yang tidak mendukung inovasi produk dihilangkan. Indikatornya ditandai dengan koefisien yang bernilai negatif. Karena semua indikator bersifat reflektif, maka analisis indikator termasuk pada mode reflektif. Pengujian mode reflektif terlebih dahulu dilakukan menggunakan 5 kriteria yaitu, loading factor yang menjelaskan kekuatan indikator dalam merefleksikan laten, composite reliability yang menjelaskan konsistensi internal, Average Variant Extractive (AVE) yang menjelaskan validitas konstruk, dan cross loading yang menjelaskan validitas diskriminan (Ghozali 2008). Berdasarkan Tabel dibawah ini diketahui bahwa outer model reflektif telah memenuhi nilai standar yang ada baik dalam kriteria validitas (validity) dan reliabilitas (reliability).
Tabel 11 Hasil penilaian kriteria dan standar nilai mode reflektif (indirect effect manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi) No Kriteria 1 Loading factor
Penjelasan Kekuatan indikator dalam merefleksikan laten
Standar ≥ 0,6
Hasil Penilaian Semua indikator memiliki loading factor ≥ 0,6
2
Composite Reliability
Konsistensi Internal
>0,6
MP = 0,912 PO = 0,916 IP = 0,867
3
Average Varians Extractive
Validitas konstruk
>0,5
MP = 0,723 PO = 0,731 IP = 0,688
4
Cross Loading
Validitas Diskriminan
Setiap indikator memliki loading lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur, dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya
Semua indikator MP, PO dan IP memiliki korelasi lebih besar pada laten sendiri dari pada korelasi pada laten lainnya
Model akhir pada gambar 6 dibawah ini menunjukan bahwa secara umum, indikator-indikator yang menggambarkan laten manajemen pengetahuan, pembelajaran organisasi dan inovasi produk masih sama dengan model sebelumnya karena tidak ada indikator yang dihilangkan, semua nilai indikator diatas standar yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 0,6.
Gambar 6 Model Akhir (indirect effect and full sample) Kemampuan manajemen pengetahuan dicerminkan oleh empat indikator yaitu capture (x1), development (x2), sharing (x3), implementation (x4). Sedangkan variabel pembelajaran organisasi dicerminkan oleh empat indikator utama yaitu, commitment to learn (x5), vision sharing (x6), openness and experimentation (x7), knowledge transfer and integration (x8) dan variabel inovasi produk dicerminkan oleh tiga indikator
utamanya yaitu, perluasan lini produk (y1), produk baru (y2), produk benar-benar baru (y3). Analisis Model Inner Dalam analisis model inner ini, diduga bahwa inovasi produk dipengaruhi secara langsung oleh laten manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi. Selain itu, laten inovasi produk juga diduga dipengaruhi secara tidak langsung oleh laten manajemen pengetahuan melalui laten pembelajaran organisasi, artinya terdapat dua peubah endogenous yaitu pembelajaran organisasi dan inovasi produk. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa model pengaruh manajemen pengetahuan terhadap pembelajaran organisasi atau didalam tabel disebut juga OL menghasilkan R² sebesar 0,757 atau bisa dikatakan bahwa variabilitas laten pembelajaran organisasi dapat dijelaskan oleh variabilitas manajemen pengetahuan sebesar 75,7 persen. Sedangkan model pengaruh manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk atau didalam tabel disebut juga IP memiliki nilai R² sebesar 0,458 atau variabilitas laten
inovasi produk dapat dijelaskan oleh variabilitas laten manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi 45,8 persen. Tabel 11 Nilai analisis model inner vs model standar (indirect effect manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi) No Kriteria Penjelasan Standar Hasil Penilaian 1 R² dari peubah Variabilitas dari Chin (1998) R² untuk OL = 0,757 laten endogen konstruk endogen mengelompoka R² untuk IP = 0,458 yang dapt n nilai R² dijelaskan oleh sebesar variabilitas 0,67;0,33 dan konstruk eksogen 0,19. Sebagai “substansial” “moderat” dan “lemah” Estimasi Evaluasi terhadap Pengaruhnya Nila T-statistika: koefisien jalur nilai koefisien, nyata jika TKM -> IP =0,928 mengikuti tabel. Pada KM -> OL = 25,096 pengaruh nyata alpha 5 persen OL -> IP = 3,170 melalui bootstrap nilai T-tabel dan besarnya nilai adalah 1,96 Nilai Koefisien: koefisien KM -> IP = 0,173 KM -> OL = 0,870 OL -> IP = 0,521
Gambar 7 Model uji hipotesis (bootstrapping indirect effect) Seperti pada model pengaruh langsung sebelumnya, pada model ini juga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk dengan nilai T statistika yang diberikan hanya sebesar 0,928 (lebih kecil dari T tabel) sehingga pada hipotesis 2 pada penelitian ini ditolak. Di sisi lain, pengaruh yang signifikan terdapat pada 2 path lainnya, yaitu pengaruh manajemen pengetahuan terhadap pembelajaran organisasi dengan nilai T statistika sebesar 25,096 dan pengaruh pembelajaran organisasi terhadap inovasi produk dengan nilai T statistika sebesar 3,170. Karena manajemen pengetahuan berpengaruh secara tidak langsung terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi sebagai variabel intervening maka sebaiknya manajemen pengetahuan lebih ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam menjalankan pembelajaran organisasi daripada dikaitkan langsung dengan kemampuan usaha kecil menengah dalam inovasi produk. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian, manajemen pengetahuan memiliki hubungan yang kuat dengan pembelajaran organisasi dan pembelajaran organisasi memiliki pengaruh langsung terhadap inovasi produk. Sedangkan manajemen pengetahuan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi. Dari analisis tersebut dapat dibuat implikasi manajerial untuk para pelaku usaha kecil menengah olahan pangan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di Bogor. Secara umum, para pelaku usaha dapat secara aktif mencari sumbersumber pengetahuan dengan menggunakan pendekatan fungsi manajemen yaitu POAC (planning, organizing, actuating, controlling) dalam mencari mengelola dan mendistribusikan pengetahuan dan melaksanakan pembelajaran organisasi agar tidak ada lagi opportunity cost yang harus ditanggung ketika para pelaku usaha kecil menengah harus mengikuti berbagai pelatihan yang merupakan sumber pengetahuan dari luar dan diberikan oleh pihak pemerintah maupun
swasta. Pada fungsi perencanaan (planning), pelaku usaha harus jelas dan terfokus pada beberapa penerapan indikator dominan yang mencirikan kemampuan manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi yang baik. Kemampuan manajemen pengetahuan dikatakan baik jika setidaknya telah tercapai optimalisasi pada empat indikator utama yaitu, capture, development, sharing, implementation dan pembelajaran organisasi yang baik dapat tercapai dengan optimalisasi pada empat indikator utama yaitu commitment to learn, vision sharing, openness and experimentation, knowledge transfer and integration. Pada fungsi pengorganisasian (organizing), pelaku usaha mendesain perencanaan dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh serta dapat memastikan semua pihak dalam organisasi dapat bekerja dengan efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi. Kegiatan dalam pengorganisasian antara lain, mengalokasikan sumber daya atau sarana untuk implementasi manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi dalam mengembangkan kemampuan teknis dan kemampuan industri yang bertujuan untuk melakukan inovasi produk. Pada fungsi implementasi (actuating), pelaku usaha dapat mengimplementasikan program manajemen pengetahuan dan pembelajaran organisasi yang dilakukan oleh semua pihak yang ada di dalam usaha kecil menengah dengan membimbing dan memotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran. Sedangkan pada fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling), pelaku usaha harus memastikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam dunia bisnis yang dihadapi. 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil analisis SEM dengan pendekatan PLS, diketahui bahwa variabel laten manajemen pengetahuan mempunyai hubungan yang kuat dengan pembelajaran organisasi. Variabel pembelajaran organisasi berpengaruh langsung secara nyata terhadap inovasi produk, Variabel laten manajemen pengetahuan secara langsung mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pembelajaran organisasi. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang tidak langsung antara manajemen pengetahuan terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi sebagai variabel intervening. b. Indikator yang dominan mencerminkan kemampuan manajemen pengetahuan adalah captive yaitu mempertahankan dan menambah pengetahuan yang sudah ada, indikator yang dominan mencerminkan pembelajaran organisasi adalah openness and experimentation yaitu perusahaan selalu terbuka menerima ide-ide baru dalam segala bentuk informasi dari setiap karyawan, dan indikator yang dominan
mencerminkan inovasi produk adalah produk baru yaitu kemampuan perusahaan dalam berkreasi pada produk yang sudah ada dipasar dengan memberikan penawaran baru atau modifikasi baru pada produk tersebut. Saran a. Karena manajemen pengetahuan pengaruhnya tidak langsung terhadap inovasi produk melalui pembelajaran organisasi, maka dalam mencari, mengelola dan mendistribusikan pengetahuan sebaiknya lebih difokuskan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran organisasi di dalam usaha kecil menengah dengan pembenahan indikator-indikator utama di dalam manajemen pengetahuan. b. Bagi pelaku usaha kecil menengah olahan pangan di daerah Bogor, kemampuan berkreasi dalam inovasi produk dapat ditempuh dengan cara peningkatan di dalam pembelajaran organisasi. Untuk mencerminkan pembelajaran organisasi yang baik, maka setidaknya perlu mengoptimalkan empat indikator utama, diantaranya yaitu commitment to learn, vision sharing, openness and experimentation, pengetahuan transfer and integration. c. Penelitian ini memiliki berbagai ruang lingkup yang membatasi berbagai hal yang dikaji. Ruang lingkup penelitian yang lebih luas dapat dijadikan sebagai sebuah sudut pandang untuk dilakukannya future research. Misalnya di dalam penelitian berikutnya menggunakan sampel yang lebih beragam, sehingga didapatkan model akhir yang sesuai dengan persepsi para stakeholder yang ada selain pelaku usahanya sendiri. DAFTAR PUSTAKA Abu KF. Marah, Ibrahim AR 2006. Assessment of development of the learning organization concept in Jordanian industrial companies, The Learning Organization Vol. 13 No. 5. Black JA, Dean JC. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung (ID): Refika Aditama. Fatimah AQSM, ElAziz GSEDA 2013. Organizational learning: As an approach for transforming to the learning organization concept in Saudi Universities Mediterranean. Journal of Social Sciences Vol. 4 No. 2. Fariza H. Rusly, James LC, Peter S, 2012. Positioning change readiness in knowledge management research, journal of Knowledge Management Vol. 16 No. 2. Gao F, Li M, Clarke S, 2008. Knowledge, management, and knowledge management in business operations, Journal of Knowledge Management Vol. 12 No. 2. Ghozali I. 2008. Structural equation modeling metode alternatif dengan partial least square. Edisi 2. Semarang (ID): badan penerbit diponegoro. Hui H, Radzi, Che WWM, Jenatabadi, Hashem S, Kheirollahpour, Maryam RS, 2013. Impact of knowledge management and organizational learning on different dimension of organizational performance: case study of Asian
food industry. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol. 5 No. 3. Huang CY, Shih, HuiChuan, 2011. A new mode of learning organization. International Journal of Manpower Vol. 32 No. 5/6. Hoonsopon D, Ruenrom G, 2009. The empirical study of the impact of product innovation factors on the performance of new products: radical and incremental product innovation. The Business Review, Cambridge Vol. 12 No. 2. Ho L, 2011. Meditation, learning, organizational innovation and performance. Industrial Management & Data Systems Vol. 111 No. 1. Inauen M, Wicki SA, 2011. The impact of outside in open innovation on innovation performance. European Journal of Innovation Management Vol. 14 No. 4. Khin S, Ahmad HN, Ramayah T, 2010. Product innovation among ICT technopreneurs in Malaysia. Business Strategy Series Vol. 11 No. 6. Kotler P, Keller KL, 2008. Manajemen pemasaran. Jakarta (ID): penerbit Erlangga. Nawawi I, 2012. Manajemen pengetahuan (knowledge management). Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Nafukho. Fredrick M, Graham, Carroll M, Muyia, Machuma H, 2009. Determining the relationship among organizational learning dimensions of a small-size business enterprise. Journal of European Industrial Training Vol. 33 No. 1. Nonaka, Takeuchi, 1995. The knowledge creating company, how Japanes companies create the dinamyc of innovation, Oxford: Oxford University Press. Prugsamatz, Raphaella, 2010. Factors that influence organization learning sustainability in non-profit organizations. The Learning Organization Vol. 17 No. 3. Rodrigues SH, Lousinha L, Cranfield D, 2013. Product innovation building, the relevance of human capital. European Conference on Intellectual Capital Vol. 371 No. 14. Rosli M. Mohd, Sidek Syamsuriana, 2013. The impact of innovation on the performance of small and medium manufacturing enterprises: evidence from Malaysia. Journal of Innovation Management in Small & Medium Enterprise Vol 2 No. 3. Rowley Jennifer, Paul Gibbs, 2008. From learning organization to practically wise organization. The Learning Organization Vol. 15 No. 5. Salim MI, Sulaeman M, 2011. Organizational learning, innovation and performance: a study of Malaysian small and medium sized enterprises. International Journal of Business and Management Vol. 6, No. 12. Sugiyono, 2009.Metode penelitian administrasi. Bandung (ID): penerbit Alfabet Sahaya N, 2012. A learning organization as a mediator of leadership style and firms financial performance. International Journal of Business and Management Vol. 7 No. 14. Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Van Straten JV, Roodenburg AJC 2014. Innovation in food and health: study into challenges and opportunities for Dutch small and medium sized enterprises. Journal of Food Research; Vol. 3 No. 1. William RK, 2009. Knowledge management and organizational learning. Annals of Information Systems vol 4. Weldy GT, 2009. Learning organization and transfer: strategies for improving performance. The Learning Organization Vol. 16 No. 1. Yu LW, Yau DW, Ruey YH, 2010. Learning and innovation in small and medium enterprises. Industrial Management & Data Systems Vol. 110 No.2.
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No: Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Saya adalah mahasiswa Program Pascasarjana Magister Sains Ilmu Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB), yang sedang mengadakan penelitian tentang Peran Pengetahuan Management dan Pembelajaran organisasi terhadap Inovasi Produk. Penelitian ini dilakukan dalam rangka pembuatan tesis yang merupakan persyaratan akhir dari masa studi. Saya sangat berterima kasih jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia membantu saya dengan meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya ini, yaitu dengan mengisi kuesioner yang Bapak/Ibu/Saudara/i terima saat ini. Semua informasi yang diterima sebagai hasil wawancara dengan instrumen kuesioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk kepentingan akademis. Tidak ada jawaban yang dinilai salah, untuk itu mohon di isi sesuai dengan kenyataan yang Bapak/Ibu/Saudara/i alami selama ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan Terima Kasih. Hormat Saya Irwan Siswanto Petunjuk Pengisian: • Pada pertanyaan pilihan, berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai. • Pada kolom kosong, isilah dengan jawaban yang paling sesuai. • Mohon setiap pertanyaan di isi dengan lengkap. Identitas Responden 1. Nama responden/pemilik usaha 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Desa/Kelurahan 5. Kecamatan 6. Kota/Kabupten Bogor
: …………..………………… : L/P : …..………………………… : …………………..………… : ………………………..…… : ………………..……………
Lampiran Karakteristik Responden/Pelaku Usaha 7. Pendidikan terakhir a. Tidak tamat sekolah d. SMA/SMK/MA b. SD/MI e. Perguruan tinggi c. SMP/MTs 8. Pekerjaan terakhir sebelum berusaha di bidang ini a. Petani d. PNS/TNI/Polri
b. Peternak e. tidak ada/lainnya c. Karyawan swasta 9. Apakah pekerjaan tersebut masih berlangsung sampai sekarang a. Ya b. Tidak 10. Alasan berusaha di bidang ini (jawaban bisa lebih dari satu) a. Mengikuti jejak orang tua d. Peluang menguntungkan dari usaha ini b. Di ajak teman/tetangga e. lainnya (sebutkan):…………… c. Tidak punya pilihan lain 11. Apakah sering berkeinginan untuk pindah usaha bila menghadapi kesulitan dalam bidang ini. a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah Karakteristik Usaha 12. Lama usaha a. < 1 tahun b. 1-3 tahun c. 4-5 tahun d. > 5 tahun 13. Jumlah pekerja: …………………………………………………… 14. Omzet rata-rata perbulan (Rp):……………………………………. 15. Berapa jam kerja dalam sehari a. Paling sedikit………………jam/hari b. Paling banyak………jam/hari 16. Kepemilikan usaha lain, selain usaha ini a. tidak punya b. punya (1) c. Punya (2) d. Punya (3) Petunjuk Pengisian: Berikan penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut, dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang sesuai. Keterangan jawaban sebagai berikut: Selalu = rutinitas berdasarkan jadwal Sering = rutinitas tanpa jadwal yang pasti Jarang = kegiatan yang kadang dilakukan Tidak pernah = kegiatan yang tidak pernah dilakukan Lampiran Manajemen Pengetahuan Selalu Sering Jarang Tidak pernah mengikuti pelatihan untuk pengembangan usaha anda saat ini. melakukan penyimpanan/dokumentasi informasi untuk dikembangkan dalam upaya mempertahankan usaha anda saat ini Berbagi informasi pada karyawan tentang hal-hal
baru yang dapat memberikan ketepatan dalam proses kerja untuk meningkatkan produktivitas. Melakukan penerapan informasi yang didapatkan untuk perubahan yang lebih baik dalam menjalankan usaha yang sedang ditekuni.
Pembelajaran Organisasi Selalu
Sering Jarang Tidak pernah
Karyawan wajib mengikuti pelatihan untuk perkembangan usaha agar lebih baik. Mengadakan pertemuan karyawan untuk bertukar pengalaman baru mengenai pekerjaan. Perusahaan selalu terbuka untuk menerima ide-ide baru dalam segala bentuk informasi dari setiap karyawan. Berbagi informasi/pengetahuan/pengalaman sesama karyawan pada setiap rutinitas kerja.
Inovasi Produk Selalu
Sering
Jarang
Perusahaan memodifikasi produknya sendiri dengan memberikan kemasan, bentuk, rasa yang baru bagi pasar Perusahaan berkreasi pada produk yang sudah ada dipasar dengan memberikan penawaran baru/modifikasi baru pada produk Perusahaan menciptakan/membuat produk baru yang belum ada di pasar
Lampiran 4 Report SEM SmartPLS Overview AVE IP
Composite Reliability R Square Cronbachs Alpha
0,688140 0,866533
0,464505 0,764977
KM 0,722333 0,911924
0,871565
OL 0,730025 0,915248
0,876917
Latent Variable Correlations IP IP
KM
OL
1,000000
KM 0,627932 1,000000 OL 0,676793 0,869078 1,000000
Tidak pernah
R Square R Square IP
0,464505
KM OL Cross Loadings IP
KM
OL
IP1
0,878477 0,535955 0,532800
IP2
0,924992 0,605063 0,682110
IP3
0,661126 0,397075 0,437390
KM1 0,381081 0,748049 0,605761 KM2 0,564542 0,853831 0,774670 KM3 0,600788 0,898186 0,818654 KM4 0,551637 0,891059 0,730199 OL1 0,448925 0,734195 0,814385 OL2 0,610104 0,684036 0,829541 OL3 0,621439 0,776764 0,900554 OL4 0,603677 0,780216 0,870484 AVE AVE IP
0,688140
KM 0,722333 OL 0,730025 Communality communality IP
0,688140
KM 0,722333 OL 0,730025
Total Effects IP KM OL IP KM 0,162426 OL 0,535632 Composite Reliability Composite Reliability IP
0,866533
KM 0,911924 OL 0,915248
Bootstrapping Inner Model T-Statistic IP
KM OL
IP KM 1,096714 OL 4,318865 Total Effects (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample Standard Deviation Standard Error Sample (O) Mean (M) (STDEV) (STERR) KM -> IP 0,162426
0,145978
0,148103
0,148103
OL -> IP
0,555817
0,124021
0,124021
0,535632
T Statistics (|O/STERR|) KM -> IP 1,096714 OL -> IP
4,318865
RIWAYAT HIDUP
Irwan siswanto lahir di Subang tanggal 27 Maret 1989, putra pertama dari tiga bersaudara dari yahanda Samad Abdullah dan ibunda Aminah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Tanjungmulya pada tahun 2000, setelah itu memasuki SMP Negeri 1 Pusakanagara Subang dan lulus pada tahun 2003, lalu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 8 Kota Cirebon dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2007, penulis kuliah di STIE Ekuitas Bandung, dengan memilih Jurusan S1 Ekonomi Manajemen, dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2012. Selain kuliah penulis juga memulai pengalaman bekerja pada tahun 20102011 di perusahaan konsultan dan manufaktur PT. Ridget Corp. Bersamaan dengan pengalaman bekerja tersebut, pada September 2012, penulis mendalami bidang ilmu manajemen dengan melanjutkan kuliah S2 pada Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana IPB.