PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN JENIS USAHA TERHADAP PENDAPATAN NASABAH (Studi Kasus pada BMT Sahara Tulungagung)
SKRIPSI
Disusun oleh : Muhammad Zakaria Diana Putra 115020507111007
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
NAMA Tempat & Tanggal Lahir Agama Jenis Kelamin Nomer Telepon Alamat Email
Muhammad Zakaria Diana Putra Tulungagung, 8 Januari 1993 Islam Laki – Laki 08563333801 dan 081333318807 Jln. Botoran timur no 27 ,tulungagung
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL SEKOLAH
TAHUN
SD KAMPUNG DALEM 1
1999 – 2005
SMP NEGERI 1
2005 – 2008
TULUNGAGUNG 2008 – 2011
SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU
2011 – 2016
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENGALAMAN KERJA Instansi / Perusahaan
POSISI
Tahun
DIANA cell
Marketing
2010
BMT Sahara
Marketing
2014
Marketing & Produksi
2013 - sekarang
Tulungagung UD.Dinda
iv
MOTTO
“make lah insult other people into the spirit to prove who you are “
& ELING MARANG PENGERAN
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Dan Jenis Usaha Terhadap Pendapatan Nasabah ( Studi Kasus Pada BMT Sahara Tulungagung)”. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Segala perjuangan dan kenangan selama perkuliahan serta proses penyusunan skripsi telah memberikan sebuah kesan yang mendalam dan berharga bagi penulis secara pribadi. Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini tidak akan lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 2. Bapak Dwi Budi Santoso, SE., MS., Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 3. Bu Multifiah, SE.,ME. selaku dosen pembimbing skripsi penulis, terima kasih atas pengetahuan, bantuan, support dan arahan selama hampir 6 bulan ini. Jasa ibu tiada terkira besarnya, Allah SWT yang akan membalas. 4. Bapak Prof.Dr. Drs . M. Umar Burhan. SE ,MS. dan ibu Marlina Ekawaty.Ph. D. selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan serta saran demi perbaikan skripsi ini.
vi
5. Seluruh Dosen beserta para Staf Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 6. Seluruh karyawan BMT Sahara Tulungagung, terima kasih telah membantu menyelesaikan penelitian ini. 7. Ayah dan Ibu serta keluarga besar yang tercinta atas doa, kasih sayang, kepercayaan, dan dukungan yang tiada henti. Semoga Allah SWT menyayangi kalian semua sebagaimana kalian selalu mendidik di waktu kecil. 8. Bawelku Fani Diah Ayu terima kasih atas doa, motivasi, kesabaran, pengertian dan kasih sayangnya untuk setiap waktu. 9. Muhammad kaspul anwar , salah satu partner terbaik seperti saudara dari awal pertemuan di sakri sampai saat ini terima kasih untuk lima tahun ini. 10. Sahabat kampus ( Alfie ,aman, rijal, dan Muhammad hanif agus satria). 11. Teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 2011, terima kasih untuk doa, semangat dan bantuan. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu berupa sinyal bagi
pihak-pihak
yang
membutuhkan
informasi
mengenai
pembiayaan
mudharabah , tetapi skripsi ini juga bukan merupakan skripsi yang sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima berbagai kritik dan saran untuk mencapai hasil yang lebih baik. Pada akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pendidikan di Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Malang, Februari 2016 Muhammad Zakaria Diana Putra
vii
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah dan jenis usaha terhadap pendapatan nasabah di BMT Sahara Tulungagung. Pendekatan penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan sumber data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Populasi penelitian yaitu nasabah pembiayaan mudharabah dengan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah penelitian adalah sebanyak 60 nasabah BMT Sahara Tulungagung yang menerima pembiayaan mudharabah dengan jenis usaha sablon dan penjahit. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pembiayaan mudharabah dan jenis usaha terhadap pendapatan nasabah. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah, Y = 668345.156 + 0.472 X1 + 0.041 D + 153271.281 Error. Hasil uji asumsi klasik menunjukan data terdistribusi normal dan tidak terdapat autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas, sehingga uji asumsi klasik terpenuhi. Berdasarkan perhitungan uji t didapatkan t hitung pembiayaan mudharabah sebesar 8.831 lebih besar dari nilai t tabel 1.671 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan nasabah. Dan untuk t hitung jenis usaha sablon dan penajhit sebesar 3.448 lebih besar dari nilai t tabel 1.671 dan nilai signifikansi 0,003 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa jenis usaha meningkatkan pendapatan nasabah. Perhitungan uji F didapatkan nilai F hitung 43.503 lebih besar dari nilai F tabel 3.15 dan angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 5% sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pembiayaan mudharabah dan jenis usaha terhadap pendapatan nasabah. Nilai koefisien determinasi sebesar 79 % artinya perubahan terhadap peningkatan pendapatan disebabkan oleh pembiayaan mudharabah sebesar 79 %, sedangkan perubahan terhadap peningkatan pendapatan disebabkan oleh faktor lain sebesar 21%.
Kata Kunci: Pembiayaan mudharabah, Jenis Usaha, Pendapatan Nasabah
viii
Abstract This study aims to determine the effect of financing and type of business of the customer revenue in BMT Sahara Tulungagung. The research approach was quantitative research with the source data used is primary data. The technique of collecting data using interviews and observation. The study population are customers of financing the study sample using purposive sampling techniques. The amount of research is 60 BMT Sahara Tulungagung customers who receive financing is the kind of printing business and tailors. Data were analyzed using simple linear regression analysis. The results showed that there is significant influence between of financing and types of businesses to income customers. The resulting regression equation is, Y = 668345.156 + 0.472 X1 + 0.041 D + 153271.281 Error. The test results show the classical assumption of normal distributed data and there is no autocorrelation, heteroscedasticity and multicollinearity, so the classic assumption test is met. Based on the calculation t test obtained t of financing for 8831 is greater than t table 1.671 and 0.000 significance value <0.05 indicating that there is significant influence between financing is the income customers. And for t types of printing business and penajhit amounted to 3,448 bigger than t table 1.671 and 0.003 significance value <0.05 indicating that the types of businesses increase customer revenue. F test calculations obtained F count 43 503 is greater than the value of F table 3:15 and significance figure of 0,000 is smaller than 5% alpha so it shows that there is significant influence between of financing and types of businesses to income customers. The coefficient of determination of 79% means that changes to the increase in revenue due to financing is at 79%, while changes to the revenue increase is caused by another factor of 21%. Keyword: Of financing, Business Type, Customer Revenue
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN .....................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
iv
MOTTO .............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .........................................................................
vi
ABSTRAKSI ...................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................
ix
DAFTAR ISI ......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 6 BAB II Landasan Teori 2.1 Lembaga Keuangan Mikro...................................................... 7 2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan Mikro ............................ 7 2.1.2 Fungsi Intermediasi ........................................................ 7 2.2 Baitul Mal wa Tamwil .............................................................. 8 2.2.1 Pengertian Baitul Mal wa Tamwil .................................. 8 2.2.2 Azaz dan Badan Hukum Baitul Mal wa Tamwil ............. 8 2.2.3 Ciri-ciri Baitul Mal wa Tamwil ........................................ 9 2.2.4 Produk Baitul Mal wa Tamwil ........................................ 10 2.2.4.1 Syirkah ............................................................. 10 2.2.4.2 Mudharabah ..................................................... 11
x
2.2.4.3 Ijarah ................................................................ 13 2.3 Teori Pendapatan ................................................................... 13 2.4 Tinjauan Akad Pembiayaan Mudharabah ............................... 15 2.4.1 Pengertian Akad ........................................................... 15 2.4.2 Syarat-syarat Akad ....................................................... 15 2.4.3 Pengertian Pembiayaan................................................ 16 2.4.4 Pengertian Akad Pembiayaan Mudharabah .................. 16 2.4.5 Macam-macam Pembiayaan Mudharabah.................... 17 2.4.6 Rukun-rukun Pembiayaan Mudharabah ........................ 18 2.4.7 Landasan Syariah Pembiayaan Mudharabah ............... 18 2.4.8 Implikasi Pembiayaan Mudharabah .............................. 19 2.5 Penelitian Terdahulu............................................................... 21 2.6 Kerangka Pikir ........................................................................ 22 2.7 Hipotesis ................................................................................ 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................... 25 3.2 Tempat Penelitian ................................................................ 25 3.3 Sumber Data ........................................................................ 26 3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 26 3.5 Populasi dan Penentuan Sampel ......................................... 27 3.6 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ........................ 27 3.7 Metode Analisis Data ........................................................... 28 3.7.1 Regresi Linier Sederhana ........................................... 28 3.7.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................ 29 3.7.2.1 Uji Normalitas ................................................. 29 3.7.2.2 Uji Heteroskedastisitas ................................... 29 3.7.2.3 Uji Autokorelasi .............................................. 30 3.7.2.4 Uji Multikolinearitas ........................................ 30 3.7.3 Uji Hipotesis ............................................................... 31 3.7.3.1 Uji t (Parsial) ................................................... 31 xi
3.7.3.2 Uji F (Simultan)............................................... 31 3.7.3.3 Koefisien Determinasi..................................... 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian .................................................. 33 4.1.1 Profil BMT Sahara Tulungagung ................................... 33 4.1.2 Visi dan Misi BMT Sahara Tulungagung ....................... 35 4.1.3 Tujuan BMT Sahara Tulungagung ............................... 35 4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ............................................... 36 4.2.1 Uji Normalitas ............................................................... 36 4.2.2 Uji Heteroskedastisitas ................................................. 37 4.2.3 Uji Autokorelasi ............................................................. 39 4.2.4 Uji Multikolinearitas ....................................................... 40 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ...................................... 41 4.3.1 Persamaan Regresi ...................................................... 41 4.3.2 Uji t ............................................................................... 43 4.3.3 Uji F .............................................................................. 44 4.3.4 Koefisien Determinasi ................................................... 45 4.4 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah ............................................................ 46 4.5 Strategi BMT Sahara Tulungagung Dalam Meningkatkan Pembiayaan Mudharabah ...................................................... 48 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ......................................................................... 51 5.2 Saran .................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 53 LAMPIRAN.............................................................................................. 55
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alur Akad Musyarakah ......................................................... 11 Gambar 2.2 Alur Akad Mudharabah......................................................... 12 Gambar 2.3 Alur Akad Ijarah.................................................................... 13 Gambar 2.4 Kerangka Pikir ...................................................................... 22 Gambar 4.1 Grafik Histogram .................................................................. 36 Gambar 4.2 Garafik Normal Plot .............................................................. 37 Gambar 4.3 Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas...................................... 38
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 PenelitianTerdahulu ...................................................................... 21 Tabel 4.1 Uji Gletser ..................................................................................... 39 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Autokorelasi ......................................................... 40 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Multikolinearitas ................................................... 41 Tabel 4.4 Regresi Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan ............ 42 Tabel 4.5 Uji T Statistik ................................................................................. 43 Tabel 4.6 Uji T Statistik .................................................................................. 44 Tabel 4.7 Koefisien Determinasi ................................................................... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 55 Lampiran 2. Hasil Wawancara ............................................................... 60 Lampiran 3. Data Nasabah BMT Sahara Tulungagung .......................... 63
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam yang semakin marak di Indonesia merupakan cerminan dan kerinduan umat islam di Indonesia, khususnya bagi kalangan pedagang, investor, bahkan para pebisnis islami. Dukungan serta komitmen dari Bank Indonesia dalam pengembangan ekonomi Islam negeri sekaligus merupakan jawaban atas gairah dan kerinduan juga menjadi awalan bergeraknya pemikiran dan praktek ekonomi Islam di Indonesia. Harus diakui bahwa perkembangan ekonomi Islam merupakan bagian penting dari pembangunan ekonomi bangsa dan juga mayoritas muslim, bukan hanya untuk sebuah gerakan sebagaimana penilaian dan pemikiran oleh sebagian masyarakat tentang ekonomi syari’ah. Hikmah adanya ekonomi Islam pun sangat banyak, salah satunya praktek ekonomi Islam ini mengajarkan untuk menjauhi perbuatan riba itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Selain itu ekonomi Islam juga sebagai wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah SWT. Sampai dengan bulan Oktober 2013 perkembangan kuantitatif perbankan syariah cukup signifikan. Perbankan syariah telah mampu tumbuh sekitar 37% sehingga total asetnya menjadi Rp174,09 triliun. Pembiayaan telah mencapai Rp135,58 triliun (40,06%). Sedangkan penghimpunan dana menjadi Rp134,45 triliun (32,06%). Strategi edukasi dan sosialisasi perbankan syariah yang ditempuh bersama dengan Bank Indonesia, telah mampu memperbesar market share perbankan syariah menjadi sekitar 4,3%. dari total industri perbankan di tanah air saat ini (Bank Indonesia, 2015).
1
2
Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Fungsi intermediasi muncul dari mahalnya biaya monitoring, biaya likuiditas serta risiko harga (price risk) karena adanya asymetric information (informasi tidak sempurna) antara pemilik dana (net savers) dengan pengguna dana (net borrowers) sehingga dibutuhkan pihak perantara (intermediary) sebagai pihak yang mengkoordinir kebutuhan kedua belah pihak. Bank syariah atau bank Islam juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Muhammad,2009). Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga-lembaga keuangan sejenis yang berprinsip syariah. Di antaranya adalah Baitul Maal Wa Tamwil atau yang sering disebut dengan BMT. Keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat Islam yang menginginkan jasa layanan lembaga keuangan syariah dalam mengelola perekonomiannya. Pertumbuhan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di Indonesia terus berkembang, lembaga yang mempunyai padanan kata usaha mandiri terpadu ini secara konseptual mempunyai dua fungsi sekaligus yang pertama yaitu sebagai pengembangan harta (baitul tamwil) dan fungsi yang kedua yaitu menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah (baitul maal) serta mengoptimalkan distribusinya sesuai peraturan dan amanahnya (Yeyen,2010). BMT lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai alternatif solusi pendanaan yang mudah,
3
cepat, dan terhindar dari jerat rentenir, serta mengacu pada prinsip syariah. Salah satu produk BMT untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memperoleh modal usaha adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah yang ditawarkan oleh BMT banyak menjadi pilihan masyarakat untuk menutup kekurangan modal mereka. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT, yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan mengembangkan usahausaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan (Ilmi,2002). Keunggulan BMT terdapat pada produk mudharabah yang dikenal sebagai quasi equity financing yang memberikan dampak pada kestabilan ekonomi. Keunggulan BMT juga terdapat pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang diyakini mampu menjadi ujung tombak dalam pertumbuhan ekonomi. Melalui jiwa-jiwa berani dan kreatif dari para pengusaha atau caloncalon pengusaha, akan tercipta kreativitas dan juga peningkatan nilai tambah dalam perekonomian. Namun demikian upaya meningkatkan kewirausahaan ini jelas merupakan salah suatu upaya yang membutuhkan ketersediaan modal atau dana, membutuhkan sumberdaya manusia yang andal, juga kebersamaan dan saling tanggung jawab dengan sesama. Pembiayaan yang digunakan dalam lembaga keuangan syariah di antaranya
menggunakan
sistem
pembiayaan
mudharabah,
yakni
guna
memperlancar roda perekonomian ummat, sebab dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam
4
(Agustianto,2002). Pembiayaan mudharabah secara tidak langsung adalah sebuah bentuk penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga ditinjau dari ajaran Islam merupakan perbuatan riba yang diharamkan dalam Al-Qur’an (QS Al Baqarah: 275), sebab larangan riba tersebut bukanlah meringankan beban orang yang dibantu yang dalam hal ini adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan yang dapat memperalat dan memakan harta orang lain (Qardawi,1997). Dalam operasionalnya, pembiayaan mudharabah merupakan salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya.Sistem dari pembiayaan mudharabah ini merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua sebagai mudharib (pengelola). Sedangkan keuntungan usaha ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Dasar perjanjian mudharabah adalah kepercayaan murni,sehingga dalam kerangka pengelolaan dana oleh mudharib, shahibul maal (penyedia modal) tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak melakukan pengawasan untuk menghindari pemanfaatan dana di luar rencana yang telah disepakati, serta sebagai antisipasi terjadinya kecerobohan atau kecurangan yang dapat dilakukan oleh mudharib.BMT selaku pemilik modal menanggung seluruh kegiatan pelaksana usaha dan apabila terjadi kerugian usaha maka BMT ikut menanggung kerugian usaha. Akan tetapi, BMT tidak menanggung kerugian usaha yang disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan pelaksana usaha. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dirancang sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada
masyarakat
bawah.
Agenda
kegiatannya
yang
utama
adalah
5
pengembangan usaha-usaha melalui bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan tersebut, maka BMT berupaya menghimpun dana, yang terutama sekali berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Dengan kata lain, BMT pada prinsipnya berupaya mengorganisasi usaha saling tolong menolong antar
warga
masyarakat
suatu
wilayah
dalam
masalah
ekonomi
dan
meningkatkan kesejahteraan anggota dan umatnya. Begitu juga yang dirasakan oleh para pengusaha-pengusaha kecil yang berada di kabupaten Tulungagung merupakan masyarakat ekonomi ke bawah, dengan pembiayaan mudharabah sebesar 35% dari jumlah total pembiayaan dii BMT Sahara
Tulungagung.
Dengan adanya BMT SAHARA Kabupaten Tulungagung sangat diharapkan dapat membantu kebutuhan ekonomi dalam pengembangan usaha usahanya. Adanya pembiayaan mudharabah di BMT SAHARA Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu alternatif bagi para pengusaha kecil di wilayah Tulungagung dan sekitarnya dalam menjalankan usahanya. Karena dengan implikasi penerapan sistem pembiayaan mudharabah dapat meringankan beban bunga yang tinggi antara kedua belah pihak,yang melakukan akad pembiayaan mudharabah. Hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
mengenai
pengaruh
pembiayaan BMT terhadap pendapatan nasabah, adalah Suryati (2012) yang menyatakan
bahwa
pemberian
pembiayaan
mudharabah
terhadap
perkembangan usaha nasabah memiliki pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan
penelitian
Saputri
(2014)
menemukan
pendapatan
terbesar
pembiayaan mudharabah memiliki hubungan antar variable yang tidak signifikan. Dan penelitian Utami (2011) memiliki hasil bahwa pendapatan BMT memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan BMT. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
6
“Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Jenis Usaha Terhadap Pendapatan nasabah (Studi Kasus pada BMT SAHARA Kabupaten Tulungagung)”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah dan jenis usaha terhadap pendapatan nasabah BMT Sahara Tulungagung ? 2. Strategi
apa
yang
dilakukan
BMT
Sahara
Tulungagung
dalam
meningkatkan pembiayaan mudharabah ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah dan jenis usaha dalam meningkatkan pendapatan nasabah BMT sahara Tulungagung 2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan BMT sahara Tulungagung dalam meningkatkan produk pembiayaan mudharabah 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi penulis Memberikan wawasan pengetahuan penulis mengenai pembiayaan mudharabah dan jenis usaha yang meningkatkan pendapatan nasabah. b. Bagi Lembaga (BMT). Memberikan informasi bagi pihak pengelola lembaga keuangan syariah dalam usahanya mensosialisasikan BMT kepada masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jasa keuangan. c. Bagi pihak Lain Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis mikro ekonomi syariah dan masyarakat luas juga dapat mengetahui adanya suatu lembaga keuangan yang bisa melayani masyarakat khususnya para pengusaha yang baru.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Lembaga Keuangan Mikro 2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan
untukmemberikan
jasa
pengembangan
usaha
dan
pemberdayaan masyarkat,baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan (OJK,tanpa tahun). Kegiatan usaha lembaga keuangan mikro (Soemitra,2009) : 1. Kegiatan
usaha
LKM
meliputi
jasa
pengembangan
usaha
dan
pemberdayaan masyarakat,baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,pengelola simpanan ,maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha. 2. Kegiatan usaha di lakukan secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. 2.1.2 Fungsi Intermediasi Fungsi intermediasi adalah lembaga sebagai perantara keuangan yang menghubungkan antar unit surplus(yang mengalami kelebihan likuiditas) dengan unit defisit (yang mengalami kekurangan likuiditas). Hal ini berarti lembaga keuangan memungkinkan adanya aliran dana dari pemberi pinjaman atau deposan atau unit surplus kepada peminjam (Soemitra, 2009).
7
8
2.2 Baitul Mal wa Tamwil 2.2.1 Pengertian Baitul Mal wa Tamwil BMT adalah kependekan kata dari Baitul Mal wa Tamwil atau Balai Usaha Mandiri Terpadu yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah (Muhammad,2000). BMT juga biasa dikenal dengan sebutan Baitul Maal danBaitul Tamwil. Secara harfiah, Baitul Maal berarti Rumah
Dana dan
Baitul Tamwil
adalah
Rumah
Usaha.
Baitul Maal
dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni darii masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Yang dimana, Baitul Maal berfungsi
untuk
mengumpulkan
sekaligus
mentasyarufkan
dana
sosial,
sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba (Ridwan,2004). 2.2.2 Azaz dan Badan Hukum Baitul Mal wa Tamwil BMT berzazkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berlandaskan
syariah
Islam,
keimanan,
keterpaduan
(kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. Secara hukum BMT masih berbadan hukum pada koperasi, hal ini dikarenakan BMT masih belum memiliki status dan perundang-undangan yang jelas walaupun mendapat dukungan dari pemerintah. Solusinya hingga saat ini BMT masih menginduk pada perundang-undangan walaupun secara mekanisme kerja berbeda. Efek dari berbadan hukum koperasi, BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaa usaha simpan pinjam oleh koperasi, juga dipertegas oleh KEP. MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi jasa keuangan syariah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT.
9
Secara prinsip BMT dan bank syariah sama-sama menjunjung asas ekonomi Islam dalam sistem maupun operasionalnya. Namun, BMT memiliki beberapa perbedaan dengan bank syariah. Modal awal BMT tidak sebesar bank syariah, karena salah satu syarat berdirinya bank adalah mencapai modal awal sebesar yang telah ditentukan dalam undang–undang perbankan, demikian juga dengan bank syariah harus memenuhi syarat tersebut. Pangsa pasar BMT lebih kecil dari pada bank syariah yaitu seputar Kabupaten, khususnya bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Pada nisbah bagi hasil produk tabungan Bank Syariah dan BMT cenderung memiliki perbedaan dimana BMT menentukan nisbah yang lebih kecil bagi nasabah. Hal ini disebabkan karena pertimbangan modal BMT yang lebih kecil, system profit dan lost sharing yang berbeda dengan Bank syariah (revenue sharing) dan tidak adanya pembebasan biaya administratif bagi nasabah. Pada produk pembiayaan, BMT tidak menentukan nisbah tertentu. Presentase bagi hasil tersebut ditentukan melalui kesepakatan antara pihak BMT dengan calon peminjam secara personal. Hal ini disebabkan karena BMT tidak tunduk kepada regulasi BI (Bank Indonesia) sehingga lebih leluasa dalam menerapkan konsep bagi hasil yang sesungguhnya. 2.2.3 Ciri-ciri Baitul Mal wa Tamwil A. Ciri-ciri utama BMT 1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat. 2. Bukan
lembaga
social,tetapi
bermanfaat
unuk
mengefektifkan
pengumpulan data dan pentasyarufan dana zakat, infaq dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak. 3. Ditumbuhkan dari bawah berlandasan peran masyarakat sekitar.
10
4. Milik bersama masyarakat bawah,bersama dengan orang kaya disekitar BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. B. Ciri-ciri khusus BMT 1. Staf dan karyawan bertindak aktif-proaktif,tidak menunggu bola tetapi menjemput bola, bahkan merebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk pembiayaan. 2. Kantor di buka dalam waktu tertentu yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasar. 3. BMT mengadakan pendamping usaha anggota. 4. Menejemen BMT berlandasan syariah. 2.2.4 Produk Baitul Mal wa Tamwil Dalam pembiayaan produktif, baik yang diperuntukkan sebagai modal kerja maupun investasi, masyarakat dapat memilih empat model pembiayaan BMT. Pola pembiayaan ini merupakan kontrak yang mendasari berbagai produk layanan masyarakat BMT dalam usahanya. Ascarya (2005) mengklasifikasikan pembiayaan BMT kepada empat kategori umum, yaitu : 2.2.4.1 Syirkah Syirkah dalam bahasa Arab berarti pencampuran atau interaksi atau membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum kebiasaan yang ada. Di dalam terminology Fikih Islam, Syirkah dibagi dalam dua jenis : 1. Syirkah al – milk atau syirkah kepemilikan yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti. 2. Syirkah al-aqd atau syirkah akad yaitu berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama atas usaha komersil bersama.
11
Gambar 2.1 : Alur Akad Musyarakah
Bank Syariah Parsial
Masalah Persial Asset Value
Pembiayaan
Proyek Usaha
Keuntungan Usaha
Bagi Hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi Sumber : Antonio,2011 modal(nisbah)
2.2.4.2 Mudharabah a. Pengertian mudharabah Menurut Ascarya (2005), mudharabah adalah akad bagi hasil ketika pemilik dana, biasanya disebut shahibul mal/ rabbul mal, menyediakan modal kepada pengusaha sebagai pengelola, biasanya disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (yang bsarnya juga dipengaruhi olek kekuatan pasar). b.
Rukun dalam akad mudharabah 1. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksanana usaha)
Dalam akad
mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pelaksana pemilik modal (shahib almal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau ‘amil).Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada. 2. Objek mudaharabah (modal dan kerja) Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang
12
diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad mudharabah pun tidak akan ada. 3. Persetujuan kedua belah pihak (ija-qabul) Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip antaraddin minkum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. 4. Nisbah Keuntungan Pembagian keuntungan yang di lakukan oleh pemilik modal dan penerima pinjaman. Gambar 2.2 : Alur Akad Mudharabah
13
2.2.4.3 Ijarah Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Objek transaksi dalam ijarah adalah jasa. Pada akhir masa sewa, BMT dapat saja menjual barang yang disewakan kepada anggota. Karena dalam kaidah syariah dikenal dengan nama ijarah mutahiyah bit tamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Gambar 2.3 : Alur Akad Ijarah
2.3 Teori Pendapatan Menurut Djojohadikusumo Sumitro (1990) pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pendapatan dalam ilmu ekonomi teoritis adalah hasil yang diterima, baik berupa uang maupun lainnya atas penggunaan kekayaan jasa manusia. Pendapatan juga merupakan hasil dari penjualan faktorfaktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi dan besarnya pendapatan seseorang bergantung pada jenis pekerjaannya (Ridwan,2004).
14
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah (Sukmayanti, 2008): 1. Kesempatan kerja yang tersedia, semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil kerja tersebut. 2. Jenis pekerjaan, terdapat banyak jenis pekerjaan yang dapat dipilih seseorang
dalam
melakukan
pekerjaannya
untuk
mendapatkan
penghasilan. 3. Kecakapan dan keahlian, dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan. 4. Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan, semakin besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan yang diperoleh. Selain itu juga lokasi bekerja yang dekat dengan tempat tinggal dan kota, akan membuat seseorang lebih semangat untuk bekerja. 5. Keuletan kerja, pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat 15 menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal untuk meneliti ke arah kesuksesan dan keberhasilan. 6. Banyak sedikitnya modal yang digunakan, besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh.
15
2.4 Tinjauan Akad Pembiayaan Mudharabah 2.4.1 Pengertian Akad Pengertian Akad dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah janji, perjanjian atau kontrak. Sedangkan akad secara Bahasa adalah ikatan atau mengikat. Dikatakan ikatan maksudnya adalah menghimpun atau mengikatkan dua ujung tali dan kemudian mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya menyambung dan menjadi satu (Anshori,2007). Sedangkan pengertian Akad, menurut Kesepakatan Ahli Hukum Islam (Fuqaha’) mendefinisikan, akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qobul yang sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh akibat-akibat hukum pada obyeknya. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa akad merupakan perjanjian antara kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dijalankan (Hirsanuddin,2008). 2.4.2 Syarat-syarat Akad Definisi syarat adalah ketentuan (peraturan,petunjuk) yang harus dilakukan. Adapun syarat akad ada yang menyangkut rukun akad, ada yang menyangkut obyek akad, dan ada yang menyangkut subyek akad (T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy,1974), suatu akad terbentuk dengan adanya empat komponen yang harus di penuhi (syarat), yaitu : 1. Dua aqid yang di namakan Tharafyil aqdi atau aqidain sebagaii subyek perikatan/para pihak (the contracting parties). . 2. Mahallul aqdi (ma’qud alaih), yaitu sesuatu yang di akadkan sebagai obyek perikatan (the object matter). 3. Maudhu’ al-Aqdi (ghayatul akad) yaitu cara maksud yang dituju sebagai prestasi yang dilakukan (the subject matter). 4. Shighat al-aqd sebagai rukun akad (a formation).
16
2.4.3 Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktivitas utama dari BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) yaitu suatu fasilitas yang diberikan BMT kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari anggotanya (Muhammad,2000). Sehingga dapat dikatakan pembiayaan, karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang membutuhkannya dan layak memperolehnya. 2.4.4 Pengertian Akad Pembiayaan Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb ( ) ضرب, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, akad mudharabah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak, yang mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak yang lain menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian dari pengelola. Akan tetapi, jika kelalaian tersebut diakibatkan oleh kecurangan atau kelalaian pengelola, maka harus bertanggung jawab atas kelalaian tersebut (Antonio,2001). Akad mudharabah adalah salah satu bentuk akad kerjasama kemitraan yang berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dimana salah satu mitra yang disebut dengan shahibul maal atau rabbul maal (penyedia dana) untuk menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif, sedangkan mitra lainnya yang disebut mudharib yang memiliki keahlian untuk menjalankan usahanya baik perdagangan, industri, dan jasa dengan tujuan untuk mendapatkan laba (Ilmi,2002).
17
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan,bahwa akad pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk kontrak dari akad bagi hasil dimana pemilik modal (shahibul maal) yang menyediakan modalnya (100 %) kepada pengusaha atau yang sering disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keutungan yang dihasilkan akan dibagi menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (Ascarya,2005). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pihak lembaga keuangan syariah dalam menilai pengajuan pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu: 1. Character artinya sifat pribadi atau karakter anggota pengambil pinjaman. 2. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil. 3. Capital (modal) artinya penilaian besarnya modal yang diperlukan peminjam atau nasabah. 4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada pihak lembaga keuangan. 5. Condition (kondisi ekonomi) artinya pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah (Zainudin Ali,2008). 2.4.5 Macam-macam Pembiayaan Mudharabah Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah(Hasan,2003). a) Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. b) Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Disini, si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usahanya .
18
2.4.6 Rukun-rukun Pembiayaan Mudharabah Faktor-faktor (rukun) yang harus ada dalam akad mudharabah adalah: a) Adanya pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha). b) Obyek mudharabah (modal dan kerja). c) Persetujuan antara kedua belah pihak (ijab dan qabul). d) Nisbah keuntungan . 2.4.7 Landasan Syariah Pembiayaan Mudharabah Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah adalah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini dijelaskan dalam ayatayat Al-quran dan hadits berikut ini (Ilmi,2002): a) Al-Qur’an Dalam Firman Allah, surat al-Muzammil: 20 ........ ىًًَ هِي فَض ِل هللا ٌ ى فِى االَرض َيثت َغ َ اًَخَر ىًًَ َيض ِرت....... Artinya : “……Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah……..” dan Surat Al-Jumu’ah : 10
b) Al-Hadits Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
Artinya:“Diriwayatkan oleh sholeh bin shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: tiga hal yang di dalamnya ada keberkahan, adalah jual beli secara
19
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah (dimakan), bukan untuk dijual. (HR Ibnu Majah)” 2.4.8 Implikasi Pembiayaan Mudharabah Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada : 1. Tabungan berjangka, tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, deposito biasa. 2. Deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau ijarah saja. Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk : 1. Pembiayaan modal kerja, seperti pembiayaan modal kerja perdagangan dan jasa. 2. Investasi khusus, disebut juga dengan mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh shahib al-mal (BMT). Manfaat dan Resiko Mudharabah Dalam mudharabah di samping terdapat keuntungan dari sistem bagi hasil yang diterapkan, tapi juga terdapat resiko yang harus ditanggung. Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh shahib al-mal (bmt) selama kerugian itu bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak pengelola usaha (nasabah). Namun, jika usaha yang dijalankan tersebut mengalami kerugian disebabkan oleh kelalaian dari pihak pengelola usaha, maka kerugian tersebut harus ditanggung oleh pihak pengelola, bukan pihak pemberi modal (BMT). Adapun manfaat yang diperoleh dari sistem mudharabah ini antara lain :
20
1. BMT akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapat/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. BMT akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Sedangkan resiko dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi, antara lain : 1. Side streaming, nasabah menggunakan dana yang diberikan bank bukan seperti yang disebut dalam kontrak. 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Dengan demikian, esensi dari kontrak mudharabah adalah kerja sama untuk mencapaiprofit (keuntungan) berdasarkan akumulasi dasar dari pekerjaan dan modal, dimana keuntungan ditentukan melalui kedua komponen ini. Resiko juga menentukan profit dalam mudharabah. Pihak investor menanggung resiko kerugian dari modal yang telah diberikan, sedangkan pihak mudharib menanggung resiko tidak mendapatkan keuntungan hasil pekerjaan dan usaha yang telah dijalankannya.
21
2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Suryati
Skripsi Judul Tahun 2012 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Bmt Binamas Terhadap Perkembangan Usaha Dan Pendapatan Nasabah Mudharabah Di Bmt Binamas Purworejo
Novia Endah 2014 Saputri
Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan (suatu kasus BMT’X’)
Hasil
hasil penelitian terlihat bahwa pemberian pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha nasabah memiliki pengaruh positif dan signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,717 (Tabel 29) dan critical ratio (thitung) 7,644; lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,995; dan probabilitas sebesar 0,001 yang berarti bahwa jalur tersebut signifikan karena p<0,05. Interpretasi yang dapat dijabarakan dari koefisien jalur tersebut yaitu perkembangan usaha dapat dipengaruhi oleh pembiayaan mudharabah sebesar 71,7% dan sisanya (28,3%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. hasil koefisien determinasinya atau koefisien penentunya sebesar 57,3% artinya pendapatan BMT (Y) dapat dijelaskan oleh pembiayaan pada mudharabah (X) sebesar 57,3%. Sedangkan sisahnya sebesar 42,7% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Persamaan regresi yang didapat adalah , Y = 2888000 + 0,058X artinya; (a) = konstanta sebesar 2888000 yaitu apabila X = 0 atau tidak ada pembiayaan mudharabah, maka pendapatan BMT (Y) sebesar 2888000. (b) = koefisien regresi sebesar 0,058 menyatakan jika X atau pembiayaan mudharabah naik satu satuan, maka pendapatan BMT atau variabel Y
22
akan naik sebesar 0,058. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan uji t dan uji f statistik, hasil angka kedua uji tersebut lebih kecil dibandingkan nilai signifikan yaitu 0,000 < 0,05,
Anita Mega 2011 Utami
PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PENDAPATAN BMT BINA UMAT SEJAHTERA PONDOK GEDE
hasil koefisien determinasinya (r2/R Square) atau koefisien penentunya sebesar 57,3% artinya pendapatan BMT (Y) dapat dijelaskan oleh pembiayaan mudharabah (X) sebesar 57,3%. Sedangkan sisahnya sebesar 42,7% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Persamaan regresi yang didapat adalah , Y = 2888000 + 0,058X artinya; (a) = konstanta sebesar 2888000 yaitu apabila X = 0 atau tidak ada pembiayaan mudharabah, maka pendapatan BMT (Y) sebesar 2888000. (b) = koefisien regresi sebesar 0,058 menyatakan jika X atau pembiayaan mudharabah naik satu satuan, maka pendapatan BMT atau variabel Y akan naik sebesar 0,058. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan uji t dan uji f statistik, hasil angka kedua uji tersebut lebih kecil dibandingkan nilai signifikan yaitu 0,000 < 0,05,
2.6 Kerangka Pikir Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga keuangan yang dalam melaksanakan pembiayaan dengan mengunakan akad berdasarkan prinsip bagi hasil. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi,mendukung pelaku usaha kecil bawah
23
dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan untuk
menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Dalam kegiatan penyaluran dana lembaga keuangan syariah melakukan investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang dilakukan adalah prinsip penanaman dana, dan keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah di sepakati sebelumnya. Disebut pembiayaan karena lembaga syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya dengan mengunakan prinsip bagi hasil. Berdasarkan adanya kegiatan lembaga keuangan syariah menjadi hal yang menarik untuk diteliti sehingga dasar kerangka pikir pada penelitian ini, adalah : Gambar 2.4 : Kerangka Pikir
Pembiayaan Mudharabah (X1) Pendapatan Nasabah Jenis Usaha (D)
Sumber : Data Diolah,2015
Untuk fokus variable penelitian ini sebagai berikut: X1
= Pembiayaan Mudharabah
D
= Variabel Dummy Jenis Usaha
Y
D
= 1 untuk jenis usaha sablon
D
= 0 untuk jenis usaha penjahit
= Pendapatan Nasabah
(Y)
24
2.7 Hipotesis Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karen itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui suatu pengujian atau test yang disebut tes hipotesis. Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Adapun rumusan hipotesisnya yaitu 1. H0 : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan nasabah BMT Sahara tulungagung.
H1 : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan nasabah BMT Sahara tulungagung. 2. H0 : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis usaha terhadap pendapatan nasabah BMT Sahara tulungagung.
H1 : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis usaha terhadap pendapatan nasabah BMT Sahara tulungagung.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini metode pendekatan penelitian adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitaif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah jenis usaha dalam meningkatkan pendapatan nasabah dengan studi kasus pada BMT Sahara Tulungagung.
3.2 Tempat Penelitian Penelitian di lakukan di BMT Sahara (pusat) Tulungagung di Ruko Kembang Sore No.2 A Bolorejo Kauman. BMT Sahara berdiri pada tanggal 10 Maret 1999 dan beroperasi secara legal dengan sertifikat operasi yang di keluarkan
oleh
pusat
Inbukasi
bisnis
usaha
kecil
(PINBUK)
Nomer:10115/SO/Pinbuk/III/1999 sebagai kelompok swadaya masyarakat (KSM) binaan PINBUK berdasarkan naskah kerja sama antara Bank Indonesia dengan PINBUK Nomer:003/MOU/PH.BK.PINBUK/IX-95 tanggal 27 September1995. BMT Sahara diperkuat badan hokum dari Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menenggah yang di sahkan oleh kantor Koperasi dan UKM melalui SK Nomer:188.2/164/BH/XVI.29/304/XII/2006.
25
26
3.3 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, sebagai berikut Sugiyono (2010) : a. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung kepada manajer BMT Sahara Tulungagung. b. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan berupa data kuantitatif yang dikeluarkan oleh BMT Sahara Tulungagung berupa data-data catatan pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Sahara Tulungagung.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data dari sumber dalam penelitian, yaitu: 1. Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan sebagai penunjang data penelitian yaitu dengan melalui wawancara terstruktur. Wawancara
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari sebagai penunjang penelitian. 2. Pengamatan (observasi) Menurut Nazir (2005), observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Metode observasi yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan
27
pencatatan obervasi, pengambilan gambar, serta aktifitas lainnya yang berkaitan selama proses pengamatan dilakukan.
3.5 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan mudharabah BMT Sahara Tulungagung. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel adalah berdasarkan nasabah yang telah menerima pembiayaan mudharabah pada BMT Sahara dengan jenis usaha sablon dan penjahit. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 60 nasabah yang sudah menerima pembiayaan mudharabah pada BMT Sahara Tulungagung.
3.6 Definisi Operasional Dan Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2010), variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu : a)
Variabel Bebas (Independent) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau
terpengaruhnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembiayaan mudharabah (X1).
28
b)
Variabel Dummy Variabel
dummy
adalah
variabel
yang
digunakan
untuk
mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif. Diantara variabel tersebut adalah dari jenis usaha sablon (D1) dan jenis usaha penjahit (D2). c)
Variabel Terikat (Dependent) Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas. Tujuan dari metode dependent ini adalah untuk menentukan apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara individual dan atau bersamaan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan nasabah (Y). 3.7 Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2010), kegiatan dalam analisis data adalah pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji data yang telah dikumpulkan. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah ; 3.7.1 Regresi Linear Sederhana Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum Regresi Linear Sederhana sebagai berikut :
Y = α + β1X1+ β2D+ ε Keterangan : X1
= pembiayaan mudharabah
29
D
= Variabel Dummy Jenis Usaha D
= 1 untuk jenis usaha sablon
D
= 0 untuk jenis usaha penjahit
Y
= Variabel dependen yaitu pendapatan nasabah
α
= Konstanta
β1, β2
= Koefisien regresi
ε
= eror
3.7.2 Uji Asumsi Klasik 3.7.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali,2006). Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat gambar histogram dan normal plot . Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.7.2.2 Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan heterokedastisitas (Ghozali,2006). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada gambar scatterplot model tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut: a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0
30
b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola. 3.7.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali,2006).. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut: a)
Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi
b)
Jika DW terletak antara dU atau (4-dU) maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak terdapat autokorelasi
c)
Jika DW terletak antara dL dengan dU dan antara (4-dU) dengan (4dL), maka tidak dapat diputuskan apakah terjadi autoorelasi atau tidak tetapi nilai DW lebih dekat pada daerah tidak terjadi autokorelasi.
3.7.2.4 Uji Multikolinearitas Uji
multikolinearitas
bertujuan
untuk
menguji
apakah
model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas
saling
berkorelasi,
maka
variabel-variabel
ini
tidak
ortogonal.
Pendeteksian terhadap multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance – Inflating Factor (VIF) dari hasil analisis regresi, jika nilai VIF > 10 maka terdapat gejala multikolinearitas yang tinggi (Ghozali,2006).
31
3.7.3 Uji Hipotesis 3.7.3.1 Uji t (Parsial) Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing variabel independen (Ghozali,2006).. Uji t (coefficient) akan dapat menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) terhadap variabel dependen. Hipotesisnya yang digunakan : a) Bila Ho : bi = 0
: Variabel Independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. b) Bila Ho : bi ≠ 0
:
Variabel
Independen
berpengaruh
signifikan
terhadap variabel dependen. Jika t hitung > t tabel maka H1 diterima, berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar pengaruh variabel independen (pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan Nasabah BMT) 3.7.3.2 Uji F (Uji Simultan) Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama – bersama variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana Fhitung > Ftabel , maka H1 diterima atau secara bersama – sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima atau secara bersama – bersama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama – bersama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5% (α = 0,05).
32
3.7.3.3 Koefisien Determinasi Dalam uji regresi liniear berganda juga dianalisis besarnya koefisien (R2). R2 pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat (Ghozali, 2006). Nilai R2 adalah antara nol dan satu. R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variabel terikat, sebaliknya jika R2 mendekati nol (0) maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian 4.1.1 Profil BMT Sahara Tulungagung Baitul Maal wat Tamwil yang selanjutnya disingkat BMT adalah sebuah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dioperasikan dengan sistem yang sesuai syariat Islam. BMT merupakan institusi yang menjalankan 2 kegiatan secara terpadu, yaitu Baitul Maal ( melakuakan kegiatan sosial dan dakwah), dan Baitut Tamwil (melakukan kegiatan bisnis). Sehingga kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dengan mendorong kegiatan menabung dan menyalurkan pembiayaan produktif, juga melaksanakan kegiatan sosial, dengan menggalang titipan dana sosial, seperti zakat, infak, dan shodaqoh serta mendistriibuusikannya dengan prinsip pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sebagai dasarnya adalah UU RI no. 38 Tahun 1999, tentang pengelolaan zakat dimana dalam UU terseut BMT dapat berperan secara legal sebagai lembaga amil zakat (LAZ) yang berfungsi sebagai pengumpul, pengelola sekaligus penyalur zakat,infaq, shadaqoh, hibah dan sejenisnya. Kegiatan program ini dilaksanakan dengan tujuan, antara lain: 1.
Meminta hak fakir miskin pada harta orang kaya, sebagaimana firman Allah : “ Dan pada harta mereka (orang kaya) terdapat hak orang miskin yang meminta dan tidak berkecukupan (tetapi tidak meinta).”(QS. AlDzariyat 51:19)
2.
Penyaluran ZIS secara efektif dan tepat guna sesuai sasaran. Oleh karena itu orang yang diberi bantuan, semakin hari harus semakin mandiri
33
34
3.
hingga akhirnya enjadi muzakki-muzakki baru, bukan sebaliknya semakin abadi gelar kemiskinannya.
4.
Untuk mengikis kesenjangan sosial antara si miskin dan sikaya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “bukanlah golonganku, orang (besar) yang tidak belas kasih pada orang kecil, dan orang kecil yang tidak menghargai orang besar.” (HR. Anas) Kopsyah BMT Sahara adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS) yang berperan sebagai motor penggerak dan media penghubung antaa aghnia’ (pihak yang berkelebihan dana) dan dhuafa (pihak yang kekurangan dana) dengan menerapkan prinsip-prinsip muamalah islam. Hal ini bertujuan untuk membantu beban ekonomi masyarakat yang seringkali terperosok oleh tangan-tangan rentenir yang mencekoki bunga yang tinggi dan hanya bertujuan profit oriented. Kopsyah BMT Sahara sebagai lembaga keuangan alternatif yang didirikan oleh, dari dan untuk masyarakat telah memberikan harapan baru bagi pengembangan ekonomi masyarakat bawah. Ini karena perputaran dananya asemaksimal mungkin digunakan untuk masyarakat sendiri sehingga lebih seuai dengan kebutuhan dan tradisi masyarakat. BMT Sahara berdiri tanggal 10 Maret 1999 dan beroperasi secara legal dengan Sertifikat Operasi yang dikeluarkan oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Nomor: 10115/SO/Pinbuk?III/1999 sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) BMT binaan PINBUK berdasar naskah kerjasama antara Bank Indonesia dengan PINBUK Nomor: 003/MOU/PH.Bk.PINBUK/IX-95 tanggal 27 September 1995. Kemudian BMT Sahara diperkuat dengan Badan Hukum dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang disahkan
oleh
Kantor
Koperasi
dan
UKM
melalui
SK
Nomor:
188.2/164/BH/XVI.29?304/XII/2006. BMT Sahara mempunyai kantor pusat yang
35
berlmat di Ruko Kembang Sore No. 2.A Desa Bolorejo Kecamatan Kauman Tulungagung dan membuka kantor cabang di Jl. Raya Bakalan No.7. desa Suruhan Kidul Kecamatan Bandung Tulungagung. 4.1.2 Visi dan Misi BMT Sahara Tulungagung a. Visi Mewujudkan kualitas anggota dan masyarakat disekitar Kopsyah BMT Sahara yang selamat damai dan sejahtera, sehingga mampu beroperasi sebagai wakilpengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat pada umumnya. b. Misi Membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran berlandaskan syariah dan prinsip dasarnya yang maju terpercaya, aman, nyaman, transparan dan kehati-hatian. 4.1.3 Tujuan BMT Sahara Tulungagung 1.
Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota dan masyarakat.
2.
Menyediakan
sumber
pembiayaan
dan
penyediaan
modal
bagi
anggota/calon anggota dengan prinsip syariah. 3.
Mengembangkan sikap hemat dan suka menabung.
4.
Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir dan mengembangkan potensi zakat, infaq, dan shodaqoh para aghnia untuk kesejahteraan sosial kaum dhuafa.
5.
Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota.
6.
Memperkuat posisi tawar sikap dan jaringan komunikasi para anggota
36
4.2
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik digunakan sebagai syarat agar model
regresi linier layak untuk digunakan. Asumsi yang digunakan antara lain normalitas, heterokedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas yang dijelaskan sebagai berikut : 4.2.1
Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model
regresi mengikuti sebaran normal atau tidak (Ghozali, 2006).. Model regresi yang baik adalah model dimana residualnya mengikuti distribusi normal. Metode yang digunakan dalam menguji normalitas adalah dengan melihat
gambar
normal
plot.
Dasar
pengambilan
keputusan
dengan
menggunakan grafik normal plot adalah jika titik sebaran pengamatan berada di sekitar garis diagonal maka dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi. Hasil pengujian disajikan berikut. Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
37
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Berdasarkan gambar 4.1, grafik histogram memberikan pola normal (tidak terjadi kemencengan) serta gambar 4.2 pada grafik normal plot yang memperlihatkan data yang bergerak mengikuti garis linear diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum data yang digunakan berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. 4.2.2
Uji Asumsi Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Untuk
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas di dalam model regresi dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat diketahui dengan dua hal, antara lain : 1. Jika pencaran data yang berupa titik-titik membentuk pola tertentu dan beraturan, maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
38
2. Jika pencaran data yang berupa titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar diatas dan dibawah sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Gambar 4.3 Scatter Plot Uji Heterokedastisitas
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Hasil analisis pada gambar 4.3, menunjukkan bahwa titik-titik tidak menyebar secara acak dan membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat indikasi adanya heterokedastisitas pada model yang diuji. Langkah yang dilakukan agar asumsi heteroskedastisitas terpenuhi adalah dengan cara melakukan Uji Gletser, dengan asumsi bahwa nilai signifikansi lebih besar dari α = 5 % ( 0,05 ). Hasil uji Gletser dapat dilihat, sebagai berikut :
39
Tabel 4.1 Uji Gletser Coefficientsa Standardized
Model 1
Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Beta
(Constant)
Std. Error 230913.656
85580.093
X1
.017
.030
D
-.692
.541
t
Sig. 2.698
.009
.075
.575
.568
-.250
-.918
.060
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Berdasarkan pada uji glejser data diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0,575 dan D sebesar 0,60. Dari ke dua variabel terlihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
α = 5 % ( 0,05 ) sehingga dapat
disimpulkan bahwa heteroskedastisitas terpenuhi atau data tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.2.3
Uji Asumsi Autokorelasi Ghozali (2006) menjelaskan tujuan uji autokorelasi adalah menguji
apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi, dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson, di mana nilai DW berada antara nilai DU dan nilai 4-dU, maka model regresi yang digunakan bebas autokorelasi.
40
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Std. R Mo del 1
R
.877a
Adjusted Error of
R
F
Square
Chan
Squar R
the
e
Estimate Change
Square
.704
.790
297857.
.704
65608
ge
df1
43.50 3
df2
2
57
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.000
1.609
a. Predictors: (Constant), D, X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Hasil pengujian asumsi autokorelasi dengan metode Durbin Watson didapatkan nilai DW sebesar 1.609 yang menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan termasuk dalam daerah tidak terdapat autokorelasi karena dengan α = 5 %, n = 60 dan k = 2 maka didapatkan dl = 1.505, du = 1.647, sedangkan 4 – du = 4 – 1.647 = 1.643. Hal ini berarti dl < dw < 4 – du = 1.505 < 1.609 < 1.644 sehingga asumsi autokorelasi terpenuhi. 4.2.4
Uji Asumsi Multikolinearitas Uji
multikolinearitas
bertujuan
untuk
menguji
apakah
model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas
saling
berkorelasi,
maka
variabel-variabel
ini
tidak
ortogonal.
Pendeteksian terhadap multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance – Inflating Factor (VIF) dari hasil analisis regresi, jika nilai VIF > 10 maka terdapat gejala multikolinearitas, jika nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas (Ghozali, 2006).
41
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinearitas Coefficientsa Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B (Constan
Std. Error
Beta
t
668345.15 153271.28
t)
6
1
X1
.472
.053
D
.041
.165
Sig.
e
VIF
4.361
.000
.747
8.831
.000
.971
1.030
.123
3.448
.003
.971
1.030
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diperoleh nilai VIF untuk X sebesar 1.000, yang berarti tidak terjadi multikolinearitas karena variabel X memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sesuai asumsi bahwa apabila nilai VIP > 10 maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. 4.3
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Dalam bagian ini disajikan hasil persamaan regresi linier berganda,
uji parsial, uji simultan, dan hasil koefisien determinasi. 4.3.1
Persamaan Regresi Hasil perhitungan regresi linier antara pembiayaan mudharabah
terhadap peningkatan pendapatan disajikan sebagai berikut. Persamaan regresi yang
terbentuk
antara
pembiayaan
pendapatan adalah sebagai berikut :
mudharabah
terhadap
peningkatan
42
Tabel 4.4 : Regresi Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan Coefficientsa Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B (Constant
Std. Error
Beta
668345.15
153271.28
6
1
X1
.472
.053
D
.041
.165
)
t
Sig.
e
VIF
4.361
.000
.747
8.831
.000
.971
1.030
.123
3.448
.003
.971
1.030
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Berdasarkan hasil output dari perhitungan SPSS terlihat pada tabel diatas dapat diketahui persamaan regresi adalah :
Y = 668345.156 + 0.472 X1 + 0.041 D + 153271.281 Error
Dari persamaan regresi linier dapat dijelaskan bahwa a. Koefisien regresi pembiayaan mudharabah adalah sebesar 0,472, menunjukan bahwa jika pembiayaan mudharabah meningkat 1000 rupiah sedangkan variabel bebas yang lain tetap, maka pendapatan rata rata akan meningkat sebesar 0,472. b. Koefisien regresi jenis usaha adalah sebesar 0,041, menunjukan bahwa pendapatan
nasabah
untuk
jenis
usaha
sablon
lebih
0,041dibandingkan pendapatan nasabah untuk jenis usaha penjahit.
besar
43
4.3.2 Uji t (Parsial) Uji parsial digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari tiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik t, di mana nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel atau p-value yang lebih kecil dari α 5% menunjukkan adanya pengaruh parsial. Tabel 4.5 : Uji t Statistik Coefficientsa Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B (Constan
Std. Error
Beta
t
668345.15 153271.28
t)
6
1
X1
.472
.053
D
.041
.165
Sig.
e
VIF
4.361
.000
.747
8.831
.000
.971
1.030
.123
3.448
.003
.971
1.030
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Jika t hitung > t tabel maka H1 diterima, berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, begitupun jika sig > α (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < α (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. Dengan menggunakan uji 2 arah dimana α = 0,05 dan df = 60 – (1+1) = 58 maka didapatkan t tabel sebesar 1,671. Berdasarkan hasil regresi maka didapatkan nilai t hitung pembiayaan mudharabah sebesar 8.831 lebih besar dari nilai t tabel 1.671 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
44
signifikan antara pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan nasabah. Dan nilai t hitung jenis usaha sablon dan penjahit sebesar 3.448 lebih besar dari nilai t tabel 1.671 dan nilai signifikansi 0,003 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa jenis usaha sablon dan penjahit meningkatkan pendapatan nasabah. 4.3.3 Uji F (Simultan) Uji simultan digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik F, di mana nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F tabel atau p-value yang lebih kecil dari α 5% menunjukkan adanya pengaruh simultan. Tabel 4.7 : Uji F Statistik ANOVAa Model 1
Sum of Squares df Regression
Mean Square
7719189536096
2
.972 Residual
5056993447236 .364
Total
1277618298333 3.336
57
F
3859594768048 .486
Sig.
43.503
.000b
88719183284.8 49
59
a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), D, X1
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016) Uji simultan antara persepsi, pengetahuan, kesadaran, pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak didapatkan nilai F hitung 43.503 lebih besar dari nilai F tabel 3.15 dan angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 5% sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pembiayaan mudharabah dan jenis usaha terhadap pendapatan nasabah.
45
4.3.4 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Selain itu, koefisien
determinasi
(R2)
dipergunakan
untuk
mengetahui
presentase
perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X). Tabel 4.6 : Koefisien Determinasi Model Summaryb Change Statistics Std. R Mo del 1
R
.857a
Adjusted Error of
R
F
Square
Chan
Squar R
the
e
Estimate Change
Square
.704
.790
297857. 65608
.704
ge
df1
43.50 3
df2
2
57
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.000
1.609
a. Predictors: (Constant), D, X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)
Koefisien
determinasi
pembiayaan
mudharabah
terhadap
peningkatan pendapatan didapatkan nilai 0,790 yang artinya bahwa perubahan terhadap peningkatan pendapatan disebabkan oleh pembiayaan mudharabah sebesar 79 %, sedangkan perubahan terhadap peningkatan pendapatan disebabkan oleh faktor lain sebesar 21%.
46
4.4 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah Pada penelitian yang dilakukan terbukti pembiyaan mudharabah dan jenis usaha yang diberikan BMT Sahara Tulungagung mampu membantu meningkatkan pendapatan nasabah. Hal ini berhubungan dengan tujuan pendirian BMT Sahara yang mampu menjadi penghubung antaa BMT Sahara sebagai pemilik modal usaha dan nasabah sebagai pihak yang membutuhkan modal usaha dengan menjalankan prinsip-prinsip muamalah islam. Selain itu cara mendapatkan pembiayaan mudharabah dari BMT Sahara Tulungagung hanya diberikan kepada nasabah yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang usahanya, seperti yang dikutip dalam wawancara bersama manajer BMT Sahara Tulungagung, sebagai berikut : “pembiayaan mudharabah tidak di informasikan secara terbuka ,karena pembiayaan mudahrabah merupakan pembiayaan yang beresiko tinggi , namun nasabah tertentu yang di berikan pembiayaan mudharabh seperti halnya nasabah yang sudah memiliki pengalaman di dalam bidangnya . Keterangan pertimbangan BMT dalam memberikan pembiayaan terhadap nasabah juga dipaparkan sebagai berikut : “yang menjadi pertimbangan kami dalam memberikan pembiayaan mudharabah ialah pengalaman nasabah dalam bidang usaha itu , kepribadian nasabah tersebut dan prospek usaha kedepanya bagaimana. Selanjutnya, terdapat hal-hal lain yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah yaitu adanya pembiayaan mudharabah yang bermasalah BMT Sahara Tulungagung memiliki cara dalam meminimalisir hal tersebut, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :
47
“BMT SAHARA mengunakan strategi yang pertama, mengunakan Stay Strategy dalam pengertiannya, strategi itu masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang dalam meningkat perekonomian nasabah , yang ke dua mengunakan Phase out Strategy adalah strategi saat BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang karena akan menimbulkan kerugian yang besar dan sangat berpengaruh dalam alokasi dana pembiayaan mudharabah. Keterangan lain bagaimana cara BMT meminimalisir resiko juga dipaparkan sebagai berikut : “pembiayaan mudahrabah itu mempunyai resiko yang sangat besar dari pada produk pembiayaan yang ada di BMT SAHARA , oleh karena itu pembiayaan mudharabah itu akan di berikan kepada nasabah tertentu dan informasi nasabah sangat di perhitungakan , karena resiko pembiayaan mudahharabah sangat lah fatal dalam finansialnya , karena bmt sahara memberikan modal usaha secara 100%. Berdasarkan adanya resiko-resiko yang dapat terjadi, BMT Sahara Tulungagung tentunya ingin menjamin bahwa pembiayaan yang diberikan terhindar dari hal tersebut maka BMT Sahara Tulungagung juga melakukan pengawasan terkait pembiayaan yang diberikan, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut : “ada, untuk nasabah baru dan nasabah yang memperlukan pengawasaannya dalam mengembangkan usahanya, dan memberikan tarikan untuk nasabah memberikan dana usahanya dalam pengembangan BMT di dalam bidang permodalan. Selain dari pada itu BMT Sahara Tulungagung sejak awal berdiri hingga sekarang memiliki kekuatan, kelemahan dan peluang yang dijelaskan langsung oleh manajer BMT, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut : “dari segi kekuatan pembiayaan mudharabah mempunyai presentasi yang sangat besar dalam memperoleh laba bagi bmt ,sedangkan kelemahan dari pembiayaan mudharabah itu sangat fatal ,bila terjadi kredit macet dan mempunya kerugian yang sangat besar bagi financial bmt dan dari segi peluang pembiayaan mudharabah mempunyai peluang yang masih terbuka lebar namun juga sangat berisiko tinggi dalam
48
pelaksanaannya ,oleh karena itu harus sangat berhati- hati dalam pemberian pembiayaan mudharabah kepada nasabah. Berdasarkan kesadaran akan kekuatan, kelemahan serta peluang pada pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT Sahara Tulungagung diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi dan mampu memberikan dampak yang lebih baik untuk perkembangan BMT Sahara Tulungagung. Selain itu dengan adanya bukti bahwa hadirnya BMT Sahara Tulungagung mampu memberikan pembiayaan mudharabah yang mempengaruhi peningkatkan pendapatan nasabah tentunya menjadi pencapaian yang baik dan perlu ditingkatkan untuk masa depan.
4.5Strategi BMT Sahara Tulungagung Dalam Meningkatkan Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan bapak mustofa selaku manager BMT Sahara bahwa dalam mengembangkan pembiayaan mudharabah perlu dilakukan berbagai strategi untuk meningkatkan produk pembiayaan mudharabah di BMT Sahara Tulungagung, maka beberapa strategi tersebut diantaranya adalah: 1. Kuantitas Nilai Pembiayaan Mudharabah “Dari segi kuantitas pembiayaan BMT tidak terlalu besar seperti halnya korporasi. Pembiayaan mikro biasanya memiliki pembiayaan paling besar Rp 2.000.000,-. Saat ini BMT yang beroperasi memang belum berdistribusi terlalu besar. Faktanya dalam pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Sahara Tulungagung mampu memberikan pembiayaan kepada salah satu anggotanya sebesar RP 5.000.000,-. Dengan memberikan nilai pembiayaan yang cukup besar sehingga dapat peningkatkan pedapatan yang diterima oleh nasabah BMT Sahara Tulungagung.” 2. Strategi Fokus Pembiayaan Mudharabah “Secara Khusus, strategi pembiayaan yang tengah dijalankan BMT lebih diarahkan pada sosial dari pada upaya mencari keuntungan. Strategi ini digunakan karena motif utamanya untuk kemaslahatan umat. BMT Sahara Tulungagung ini memberikan pembiayaan mudharabah pada kalangan bawah. Pembiayaan mudharabah yang di berikan oleh BMT Sahara Tulungagung berfokus pada sektor yang tidak berisiko tinggi dan menawarkan bagi hasil yang lancar.”
49
3. Strategi Meminimalisir Non Performent Loan (NPL) “Strategi lain yang dijalankan BMT dalam upaya meningkatan jumlah penyaluran pembiayaan khususnya mudharabah adalah dengan meminimalisir angka pembiayaan bermasalah (NPL). Hal ini dilakukan karena angka pembiayaan yang bermasalah akan berpengaruh pada penyaluran pembiayaan mudharabah di BMT.” Berdasarkan pemaparan dari hasil wawancara maka, secara umum strategi yang dijalankan sebagai upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: a)
Stay Strategy adalah strategi saat BMT masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang.
b)
Phase out Strategy adalah strategi saat pada prinsipnya BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang. Sebagian besar pembiayaan yang macet ini dari sektor perdagangan
dan industri. Sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah adalah: a)
Persaingan
usaha
nasabah
yang
semakin
ketat
sehingga
pendapatan nasabah berkurang. b)
Anggota nasabah sakit sehingga uang yang seharusnya disetor ke BMT digunakan untuk berobat.
c)
Penyembunyian keuntungan yang disengaja oleh nasabah. Oleh karena itu upaya yang dilakukan pihak BMT agar tidak terjadi
pembiayaan bermasalah ini dengan cara: a)
Pihak BMT harus mengetahui gambaran umun usaha yang ingin dilakukan oleh calon anggota atau nasabah.
b)
Memonitoring usaha yang dilakukan oleh nasabah agar usahanya berjalan lancar.
50
c)
Mengontrol usaha dengan cara: 1. Restructuring yaitu strategi yang menyangkut perubahan struktur fasilitas. 2. Reconditioning yaitu strategi yang menyangkut perubahan syarat dan kondisi fasilitas (terms and condition facility). 3. Rescheduling yaitu strategi yang menyangkut perubahan jangka waktu fasilitas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan nasabah (Studi Kasus pada BMT SAHARA Kabupaten Tulungagung) ” maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil pembahasan sebagai berikut: 1.
Pada penelitian ini terbukti pemberian pembiyaan mudharabah dapat meningkatkan pendapatan BMT Sahara Tulungagung. Hal ini berhubungan dengan tujuan pendirian BMT Sahara yang mampu menjadi penghubung antaa BMT Sahara sebagai pemilik modal usaha dan nasabah sebagai pihak yang membutuhkan modal usaha dengan menjalankan prinsipprinsip muamalah islam.
2.
Pendapatan nasabah BMT Sahara Tulungagung dipengaruhi oleh jenis usaha nasabah, Pendapatan nasabah untuk jenis usaha sablon lebih tinggi di bandingkan jenis usaha penjahit.
3.
Strategi dalam meningkatkan jumlah pembiayaan mudharabah BMT Sahara Tulungagung yaitu pada kuantitas nilai pembiayaan, srategi fokus pembiayaan dan strategi selanjutnya yaitu BMT harus berusaha untuk meminimalisir Non Perfoming Loan (NPL) atau pembiayaan bermasalah karena akan berpengaruh pada jumlah pembiayaan mudharabah yang di salurkan .
51
52
5.2 Saran Setelah mempelajari dan melakukan penelitian Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan nasabah (Studi Kasus pada BMT SAHARA Kabupaten Tulungagung) , maka diajukan beberapa saran : 1.
BMT
Sahara
Tulungagung
harus
bisa
mempertahankan
dan
mengembangkan produk pembiayaan mudharabah yang sudah berjalan untuk meningkatkan ekonomi bawah . 2.
Usaha untuk memperluas pasar sasaran sebaiknya BMT Sahara Tulungagung melakukan kegiatan promosi atau sosialisasi kepada masyarakat
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
secara
berkesinambungan baik melalui media massa maupun toko agama lebih meningkat lagi, untuk lebih memperkenalkan produk yang dihasilkan sesuai syariah kepada masyarakat luas, sehingga BMT Sahara Tulungagung dapat menarik calon-calon anggotanya lebih luas. 3.
BMT Sahara Tulungagung seharusnya melakukan seminar- seminar di lembaga pendidikan untuk dapat membantu memunculkan calon – calon pengusaha baru di tulungagung.
DAFTAR PUSTAKA Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Antonio, M. Syafi’i. 2011. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani. Ascarya. 2005. Bank Syariah : Gambaran Umum. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK). Jakarta : Bank Indonesia. Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. Agustianto, 2002. Percikan Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung : Cipta Pustaka Media. Bank Indonesia. 2015. Statistik Perbankan syariah. www.bi.go.id. Diakses 28 Oktober 2015. Hirsanuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Pembiayaan Bisnis Dengan Prinsip Kemitraan). Yogyakarta: Genta Press. Hasan, Muhammad Ali . 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalat). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro. Muhammad. 2000. Lembaga-lembaga Yogyakarta: UII Press.
Keuangan
Umat
Kontemporer.
Muhammad. 2009. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan Akad). Yogyakarta: UII Press. Nazir, Muhammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Qardawi, Yusuf .1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Perss. Ridwan, Muhammad . 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press. Ridwan, Ahmad Hasan . 2004. BMT dan Bank Islam. Bandung : Pustaka Bani Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sumitro, Djojohadikusumo. 1990. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
53
54
Sukmayanti, Ratna. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cetakan Pertama Jakarta : Kencana Prenada Media Group Suryati.2012. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Bmt Binamas Terhadap Perkembangan Usaha Dan Pendapatan Nasabah Mudharabah Di Bmt Binamas Purworejo. Tesis Di Terbitkan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Saputri, Novi Endah. 2014. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan (suatu kasus pada BMT X). Tesis Di Terbitkan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. 1974. Pengantar Fikih Muamalah. Jakarta : Bulan Bintang Utami, Anita Mega. 2011. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede. Skripsi Di Terbitkan. Jakarta : Universitas Syarif Hidayatullah. Yeyen Rostiyani, 2010.BMT Harus Menentukan Jati Dirinya. www.republika.co.id. Diakses 28 Oktober 2015.
Lampiran 1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Variables Entered/Removeda Variables
Variables
Model
Entered
Removed
1
D, X1b
Method . Enter
a. Dependent Variable: Y b. All requested variables entered.
Model Summaryb Change Statistics
Std. R Mo del
R
1
Adjusted Error of
R
F
Square
Chan
Squar R
the
e
Estimate Change
.877a
Square .704
.790
297857. 65608
ge
df1
43.50
.704
3
df2 2
57
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.000
1.609
a. Predictors: (Constant), D, X1 b. Dependent Variable: Y
ANOVAa Model 1
Sum of Squares df Regression
Mean Square
7719189536096
2
.972 Residual
5056993447236
57
.364 Total
1277618298333
59
3.336 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), D, X1
55
F
3859594768048 .486 88719183284.8 49
Sig. 43.503
.000b
Coefficientsa Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model 1
B (Constant
Std. Error
Beta
668345.15
153271.28
6
1
X1
.472
.053
D
.041
.165
)
t
Sig.
e
VIF
4.361
.000
.747
8.831
.000
.971
1.030
.123
3.448
.003
.971
1.030
a. Dependent Variable: Y
Coefficient Correlationsa Model 1
D Correlations
Covariances
X1
D
1.000
-.171
X1
-.171
1.000
D
6092858635.98 3
X1
-712.986
-712.986
.003
a. Dependent Variable: Y
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions Model
Dimension
Eigenvalue
Condition Index
1
1
2.600
1.000
.01
.01
.05
2
.368
2.657
.03
.02
.94
3
.032
8.990
.97
.97
.00
a. Dependent Variable: Y
56
(Constant)
X1
D
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value Std. Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
1375760.8750 3139461.7500 2049316.6667 361709.44272
N 60
-1.862
3.014
.000
1.000
60
54497.535
135142.609
64778.076
15614.857
60
1369875.1250 3168154.0000 2051379.3275 366922.24724
60
Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
497371.40625
816823.31250
.00000 292765.69701
60
Std. Residual
-1.670
2.742
.000
.983
60
Stud. Residual
-1.795
2.794
-.003
1.009
60
-2062.66088 309030.30095
60
Deleted Residual
599889.50000
Stud. Deleted Residual
847816.81250
-1.831
2.981
.000
1.026
60
Mahal. Distance
.992
11.162
1.967
1.796
60
Cook's Distance
.000
.278
.019
.039
60
.017
.189
.033
.030
60
Centered Leverage Value a. Dependent Variable: Y
57
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
60 Mean
.0000000
Std. Deviation
292765.697005 28
Most Extreme Differences
Absolute
.079
Positive
.079
Negative
-.045
Test Statistic
.079 .200c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
58
Perbaikan Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Gletser Coefficientsa Standardized
Model 1
(Constant)
Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Beta
Std. Error 230913.656
85580.093
X1
.017
.030
D
-.692
.541
a. Dependent Variable: ABS
59
T
Sig. 2.698
.009
.075
.575
.568
-.250
-.918
.060
Lampiran 2 Hasil Wawancara NAMA
: Mustofa,SE,MM.
ALAMAT
: Ploso kandang,kedungwatu tulungagung
JABATAN PEKERJAAN
: Manajer BMT SAHARA
1. Menurut bapak, bagai mana gambaran tentang pembiyaan mudharabah ? Jawab: pembiayaan mudharaba adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Dan secara tehnis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak kedua
menjadi
pengelola.
Keuntungan
usaha
dibagi
menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Jika kerugian akibat dari kelalaian pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 2. Bagai mana cara mendapat kan pembiayaan mudahrabah untuk nasabah dalam BMT SAHARA TULUNGAGUNG? Jawab : pembiayaan mudharabah tidak di informasikan secara terbuka ,karena pembiayaan mudahrabah merupakan pembiayaan yang beresiko tinggi , namun nasabah tertentu yang di berikan pembiayaan mudharabh seperti halnya nasabah yang sudah memiliki pengalaman di dalam bidangnya .
3. Menurut bapak , apa yang menjadi pertimbangan BMT dalam memberikan pembiayaan mudharabah terhadap nasabah ? Jawab
: yang menjadi pertimbangan kami dalam memberikan
pembiayaan mudharabah ialah pengalaman nasabah dalam bidang usaha itu , kepribadian nasabah tersebut dan prospek usaha kedepanya bagaimana.
60
4. Bagai mana cara meminimalisir bermasalah / macet ? Jawab
:
BMT SAHARA
pembiayaan
mudahrabah
yang
mengunakan strategi yang pertama,
mengunakan Stay Strategy dalam pengertiannya, strategi itu masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang dalam meningkat perekonomian nasabah , yang ke dua mengunakan Phase out Strategy adalah strategi saat BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang karena akan menimbulkan kerugian yang besar dan sangat berpengaruh dalam alokasi dana pembiayaan mudharabah.
5. Apa yang menjadi resiko BMT sahara bila mengalami pembiayaan mudharabah yang bermasalah ?. Jawab : pembiayaan mudahrabah itu mempunyai resiko yang sangat besar dari pada produk pembiayaan yang ada di BMT SAHARA , oleh karena itu pembiayaan mudharabah itu akan di berikan kepada nasabah tertentu dan informasi nasabah sangat di perhitungakan , karena resiko pembiayaan mudahharabah sangat lah fatal dalam finansialnya , karena bmt sahara memberikan modal usaha secara 100%. 6. Apakah ada pengawasan dari BMT SAHARA setelah memberikan pembiayaan mudharabah ? Jawab : ada , untuk nasabah baru dan nasabah yang memperlukan pengawasaannya dalam mengembangkan usahanya, dan memberikan tarikan untuk nasabah memberikan dana usahanya dalam pengembangan BMT di dalam bidang permodalan. 7. Menurut bapak, bagai mana kekuatan ,kelemahan dan peluang pembiayaan mudharabah di BMT SAHARA? Jawab :
dari segi kekuatan pembiayaan mudharabah mempunyai
presentasi yang sangat besar dalam memperoleh laba bagi bmt , sedangkan kelemahan dari pembiayaan mudharabah itu sangat fatal ,bila terjadi kredit macet dan mempunya kerugian yang sangat besar bagi financial bmt dan dari segi peluang pembiayaan mudharabah mempunyai peluang yang masih terbuka lebar namun juga sangat berisiko tinggi
61
dalam pelaksanaannya , oleh karena itu harus sangat berhati- hati dalam pemberian pembiayaan mudharabah kepada nasabah. 8. Menurut bapak, bagaimana stategi BMT SAHARA dalam meningkatkan jumlah pembiyaan mudharabah dan peningkatan pendapatan nasabah ? Jawab : strategi yang di lakukan bmt 1. Kuantitas Nilai Pembiayaan Mudharabah,,segi kuantitas pembiayaan BMT tidak terlalu besar seperti halnya korporasi. Pembiayaan mikro biasanya memiliki pembiayaan paling besar Rp 2.000.000,-. Saat ini BMT yang beroperasi memang belum berdistribusi terlalu besar. Faktanya dalam pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Sahara Tulungagung mampu memberikan pembiayaan kepada salah satu anggotanya sebesar RP 5.000.000,-. Dengan memberikan nilai pembiayaan yang cukup besar sehingga dapat peningkatkan pedapatan yang diterima oleh nasabah BMT Sahara Tulungagung. 2. Strategi Fokus Pembiayaan Mudharabah ,BMT Sahara Tulungagung ini memberikan pembiayaan mudharabah pada kalangan bawah. Pembiayaan mudharabah yang di berikan oleh BMT Sahara Tulungagung berfokus pada sektor yang tidak berisiko tinggi dan menawarkan bagi hasil yang lancar. 3. Strategi Meminimalisir Non Performent Loan (NPL) Strategi lain yang dijalankan BMT dalam upaya meningkatan jumlah penyaluran pembiayaan khususnya mudharabah adalah dengan meminimalisir
angka pembiayaan
bermasalah
(NPL).
Hal
ini
dilakukan karena angka pembiayaan yang bermasalah akan berpengaruh pada penyaluran pembiayaan mudharabah di BMT.
62
Lampiran 3 DATA NASABAH BMT SAHARA TULUNGAGUNG No
NAMA
JENIS USAHA
JUMLAH PEMBIAYAAN
PENDAPATAN KOTOR
BIAYA PRODUKSI
PENDAPATAN BERSIH
NISBAH BAGI HASIL 10%
PERIODE JADI NASABAH
1
ZULFA
SABLON
3000000
3000000
750000
2250000
225000
2 tahun
2
tumijan
SABLON
2500000
3000000
900000
2100000
210000
2 tahun
3
joni
SABLON
2000000
2000000
600000
1400000
140000
2 tahun
4
taklis
SABLON
2000000
2000000
600000
1400000
140000
1 tahun
5
saiful
SABLON
2000000
2000000
500000
1500000
150000
1 tahun
6
enjang
SABLON
3000000
3000000
800000
2200000
220000
3 tahun
7
munif
SABLON
2500000
3000000
650000
2350000
235000
3 tahun
8
solik
SABLON
3500000
3000000
900000
2100000
210000
3 tahun
9
edi
SABLON
3000000
3000000
750000
2250000
225000
3 tahun
10
wawan
SABLON
2500000
3000000
900000
2100000
210000
2 tahun
11
angga
SABLON
1500000
2000000
700000
1300000
130000
1 tahun
12
sasta
SABLON
3000000
3000000
856000
2144000
214400
2 tahun
63
13
amir
SABLON
3000000
3000000
1200000
1800000
180000
2 tahun
14
ani
SABLON
3000000
3500000
950000
2550000
255000
2 tahun
15
sodik
SABLON
4000000
4000000
1400000
2600000
260000
3 tahun
16
bejo
SABLON
3500000
4000000
1300000
2700000
270000
3 tahun
17
benni
SABLON
2500000
3000000
750000
2250000
225000
2 tahun
18
bento
SABLON
3000000
3500000
1350000
2150000
215000
2 tahun
19
panji
SABLON
3000000
3000000
1200000
1800000
180000
3 tahun
20
rudi
SABLON
5000000
5000000
2000000
3000000
300000
3 tahun
21
indra
SABLON
3000000
3000000
900000
2100000
210000
2 tahun
22
karmi
SABLON
2500000
3000000
850000
2150000
215000
2 tahun
23
bagio
SABLON
3000000
3500000
750000
2750000
275000
3 tahun
24
betet
SABLON
3500000
3000000
600000
2400000
240000
3 tahun
25
arif
SABLON
2500000
2500000
750000
1750000
175000
2 tahun
26
rokim
SABLON
4000000
4500000
1500000
3000000
300000
3 tahun
27
rohman
SABLON
3500000
4000000
1700000
2300000
230000
3 tahun
28
roni
SABLON
2500000
3000000
950000
2050000
205000
2 tahun
29
dodik
SABLON
3000000
3000000
700000
2300000
230000
2 tahun
64
30
dudi
SABLON
3000000
3000000
800000
2200000
220000
3 tahun
31
tuni
penjahit
3000000
3000000
1,000,000
2000000
200,000
3 tahun
32
Siti
penjahit
3000000
3000000
1,250,000
1750000
175,000
2 tahun
33
fitri
penjahit
4000000
4500000
1,500,000
3000000
300,000
3 tahun
34
desi
penajahit
3000000
3500000
1,200,000
2300000
230,000
2 tahun
35
muhsofin
penjahit
2000000
2000000
700,000
1300000
130,000
2 tahun
36
novi
penjahit
1500000
2000000
555,000
1445000
144,500
1 tahun
37
nova
penjahit
2000000
2500000
700,000
1800000
180,000
3 tahun
38
anisa
penjahit
4000000
4000000
1,500,000
2500000
250,000
3 tahun
39
subagio
penjahit
2500000
2000000
650,000
1350000
135,000
1 tahun
40
aranty
penjahit
3000000
3000000
1000000
2000000
200,000
2 tahun
41
sutrisno
penjahit
2500000
3000000
750,000
2250000
225,000
3 tahun
42
susianti
penjahit
5000000
4000000
1450000
2550000
255,000
3 tahun
43
lia
penjahit
3500000
4000000
1,500,000
2500000
250,000
2 tahun
44
sri turti
penjahit
3000000
3000000
1,200,000
1800000
180,000
3 tahun
45
sri
penjahit
2000000
2000000
500,000
1500000
150,000
2 tahun
46
yuni
penjahit
1500000
2000000
560,000
1440000
144,000
1 tahun
65
47
endang
penjahit
2000000
2000000
450,000
1550000
155,000
3 tahun
48
maf yatin
penjahit
2000000
2000000
500,000
1500000
150,000
3 tahun
49
muis
penjahit
3000000
3000000
650,000
2350000
235,000
2 tahun
50
bilqis
penjahit
3000000
2500000
500,000
2000000
200,000
3 tahun
51
danti
penjahit
2500000
3000000
700,000
2300000
230,000
2 tahun
52
dudi
penjahit
3000000
2500000
650,000
1850000
185,000
3 tahun
53
siti .Q
penjahit
2000000
2000000
675,000
1325000
132,500
2 tahun
54
sri rahayu
penjahit
2000000
2500000
750,000
1750000
175,000
3 tahun
55
sri murtin
penjahit
3000000
2500000
650,000
1850000
185,000
3 tahun
56
santo
penjahit
2500000
2000000
565,000
1435000
143,500
2 tahun
57
katemi
penjahit
3000000
3500000
600000
2900000
290,000
3 tahun
58
arif
penjahit
2500000
2000000
650,000
1350000
135,000
2 tahun
59
sinta
penjahit
2000000
3000000
950,000
2050000
205,000
2 tahun
60
sumarni
penjahit
2500000
3000000
680,000
2320000
232,000
2 tahun
66