PENGARUH PEMBERIAN PAKAN LIMBAH RUMAH MAKAN MASAKAN PADANG PADA FORMULASI RANSUM AYAM BROILER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN LEMAK KASAR 1)
Ferdinand Umbu Lapu 1), Achmanu 2), Eka Fitasari 2) Mahasiswa PS Peternakan, Fak.Pertanian, Universitas TribhuwanaTunggadewi Malang 2) Dosen PSPeternakan, Fak.Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
RINGKASAN Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2014 sampai dengan bulan juli 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian limbah rumah makan masakan padang terhadap kecernaan protein kasar lemak kasar broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu broiler sebanyak 20 ekor umur 5 minggu ditempatkan dalam kandang metabolis, bahan pakan yang digunakan terdiri dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, minyak kelapa sawit, konsentrat broiler dan limbah rumah makan masakan padang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Pakan perlakuan yang digunakan terdiri dari : P0 : dengan pakan protein 22% tanpa penambahan limbah masakan padang, P1 : dengan pakan protein 18% dan penambahan limbah masakan padang 5%, P2 : dengan pakan protein 19% dan pemberian limbah masakan padang 10%, P3 : dengan pakan protein 20% dan penambahan limbah masakan padang 15%, P4 : dengan pakan protein 21% dan penambahan limbah masakan padang 20%. Variabel yang diamati dalam penelitian adalah kecernaan protein kasar dan lemak kasar broiler. Hasil uji analisis statistik kecernaan PK pakan menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan PK. Persentase kecernaan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 65.56% dengan pakan protein 19% dan penambahan limbah masakan padang 10% dan terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan pakan protein 22% tanpa penambahan limbah masakan padang. Analisis statistik menunjukkan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan Lemak Kasar. Kecernaan Lemak Kasar tertinggi terletak pada perlakuan P2 yakni sebesar 90,66% dengan pakan protein 19% dan penambahan limbah masakan padang 10%. Sedangkan kecernaan Lemak Kasar terendah terdapat pada perlakuan P0 yakni sebesar 84,38% dengan pakan protein 22% tanpa penambahan limbah makan masakan padang. Berdasarkan hasil penilitian, maka dapat disimpulkan bahwa pakan perlakuan yang digunakan tidak meningkatkan kecernaan protein kasar dan lemak kasar (P>0,05). Kata kunci : kecernaan, ayam broiler, limbah rumah makan masakan padang
THE INFLUENCE OF PADANG RESTAURANT FOOD RUBBISN ON BROILER FEED FORMULATION CONCERNING TO CRUDE PROTEIN AND CRUDE FAT DIGESTIBILITY 3)
Ferdinand Umbu Lapu 1), Achmanu 2), Eka Fitasari 2) Mahasiswa PS Peternakan, Fak.Pertanian, UniversitasTribhuwanaTunggadewiMalang 4) Dosen PSPeternakan, Fak.Pertanian, UniversitasTribhuwanaTunggadewi Malang Email :
[email protected]
ABSTRACT This research is purposed to know about padang restaurant food waste on broiler feed formulation concerning to crude protein and crude fat digestibility. The material which used in this research is 20 Broilers aged 5 weeks. They were in metabolism cage, feed materials were consisted of yellow corn, rice bran, soybean cake, palm oil, broiler concentrate and the padang restaurant food waste. The methodology used was Completely Randomized Sampling (RAL) within 5 treatments and 4 repeatations. The treastments were consisted of P1 (5% padang restaurant food waste in 100% feed formulation 18% protein content), P2 (10% padang restaurant food waste in 100% feed formulation 19% protein content), P3 (15% padang restaurant food waste in 100% feed formulation 20% protein content), and P4 (20% padang restaurant food waste in 100% feed formulation 21% protein content), P0 (As a control using 22% protein feed formulation without padang restaurant food waste. Variables observed were crude protein (CP) and crude fat (CF) digestibility. The result of the statistical examination of CP digestibility show that the treatment giving unsignificant influenced (P>0,05), the hightest percentage crude protein digestibility located at P2 action in amount of 65,56% within 10% padang restaurant food waste. Statistic analytical show unsignificant differences (P>0,05) on crude digestibility whit P2 showe the higest digestibility which is 90,66% because the effect 10% padang restaurant food waste, and the lowest happenes to P0 which is 84,38%. Based on the result of research is concluded all feed treatments doesn’t increase crude protein (CP) and crude fat (CF) digestibility (P>0.05). Key word: digestibility, broiler, padang food waste.
PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia. Adapun faktor yang menentukan tingkat keberhasilan di dalam usaha peternakan ayam broiler adalah pemilihan bibit, pemberian ransum, dan manajemen pemeliharaan. Ransum merupakan faktor yang paling dominan, karena biaya yang dikeluarkan untuk ransum biasa mencapai 70% dari total biaya produksi Kota Malang sebagai kota pariwisata dan pendidikan sangat potensial dalam pengembangan ayam pedaging. Hal ini dilatarbelakangi keanekaragaman menu khas kuliner sebagai salah satu tujuan yang menarik bagi wisatawan domestik maupun manca negara yang datang ke Kota Malang. Kondisi ini memberikan peluang bagi rumah makan untuk menjajalkan menu makanan yang beraneka ragam sehingga banyak limbah yang terbuang dan tidak dimanfaatkan. Limbah rumah makan masakan padang merupakan limbah sisa makan maupun sisa masakan yang kaya akan rempah-rempah. Limbah masakan padang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi untuk dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan dari segikualitas dan kuantitas limbah rumah makan masakan padang mudah didapat dari banyaknya rumah makan padang. Namun, limbah masakan padang tersebut selama ini belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya unggas. Dari kajian diatas maka pemanfaatan limbah rumah
makan masakan padang sebagai pakan ayam pedaging merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pemanfaatan limbah rumah makan sebagai pakan broiler. Pakan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan. Maka para peternak berupaya mengurangi ketergantungan terhadap pakan konflit dengan memanfaatkan bahan pakan sumber protein lain yang harganya lebih murah dan tersedia di sekitar mereka. Salah satu bahan pakan alternative yang dapat dimanfaatkan adalah limbah rumah makan masakan padang (Rasyaf, 2003). Limbah rumah makan masakan padang merupakan limbah padat yang secara teknis terdiri dari bahan-bahan organic mudah busuk (garbage), terdiri dari sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buahbuahan. Penelitian mengenai limbah rumah makan telah dilakukan Yanis et all. (2000) dan dilaporkan bahwa pemberian limbah rumah makan sampai dengan 75% kedalam ransum ayam buras tidak menunjukkan pengaruh yang negatif. Karena limbah rumah makan memiliki kandungan zat makanan yang cukup tinggi dan potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak sebagai pengganti pakan komplit, Penentuan kecernaan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar zatzat yang terkandung dalam pakan ternak yang dapat diserap untuk kebutuhan pokok, pertumbuhan dan produksi. Rasyaf, (2004), kecernaan protein kasar normalnya 19 – 21% dan lemak kasar 5 – 8 % pada ayam broiler
fase finisher, sedangkan dalam limbam rumah makan masakan padang kandungan protein kasarnya mencapai 26,79% dan Lemak Kasarnya 26,75%, kandungan protein kasar dan lemak kasar limbah rumah makan masakan padang sangat tinggi sehingga perlu diketahui jumlah yang ditambahkan dalam ransum. Menurut Tillman et al,. (2005) kecernaan dapat diartikan banyaknya atau jumlah proporsional zat-zat makanan yang ditahan atau diserap oleh tubuh. Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, spesies hewan, suhu, laju perjalanan makanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum, kandungan lignin bahan pakan, efisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan, pengaruh gabungan bahan pakan, dan gangguan saluran pencernaan meskipun tidak konsisten. Berdasarkan hasil analisis di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (2014) Kandungan nutrisi limbah rumah makan tersebut diantaranya adalah: Protein Kasar : 26,79%; Phosfor : 0.142%; Serat Kasar : 4,17%; Bahan Kering 87,38%, Lemak Kasar : 26,75%; dan Energi Metabolis : 4797,7 kkal/kg. Penelitian ini nantinya adalah pada sisi pemanfaatan limbah rumah makan masakan padang sebagai campuran pakan ternak broiler, dalam rangka memanfaatkan bahan pakan lokal dengan level yang bisa meningkatkan kecernaan protein kasar dan lemak kasar dalam menyiasati
peningkatan produksi dengan cara efisiensi biaya pakan. MATERI DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium lapang Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang, analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Materi Penelitian Ternak Penelitian ini menggunakan 20 ekor ayam broiler umur 5 minggu, strain Lohman Platinum, Produksi PT.Multi Breeder Aneka Jaya, Malang dengan bobot badan rata - rata ±1380 – 1400g berat badan. Kandang Kandang yang digunakan dalam penlitian ini adalah kandang metabolis, yang dibuat dari besi dengan ukuran 60 cm, tinggi 40 cm, lebar 18 cm. Pakan Pakan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Limbah Rumah makan Masakan Padang yang diperoleh dari 3 rumah makan padang yaitu: Rumah Makan Padang Landung Sari di daerah Terminal, Rumah Makan Padang Landung Sari di daerah SPBU UNMUH, dan Rumah Makan Padang Tlogomas di daerah SPBU Tlogomas.
Tabel 1. Ransum Perlakuan Yang Digunakan Dalam Penelitian Bahan Pakan Kandungan Bahan Pakan (%) GE PK LK SK Ca P Kkal/kg % % % % % 1 Jagung kuning 3350 9,93 4,58 2,9 0,82 0,17 Dedak halus 1630 8 8 12 0,12 0,21 Bungkil kedelai 2955 55,98 1,22 7,78 0,87 0,5 Limbah rumah makan 4797,7 26,79 26,75 4,17 0 0,142 2 Konsentrat broiler 2800 40 5 6 3 1,7 3 Minyak kelapa 9000 0 99 0 0 0 Keterangan 1. Hasil Analisa Laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Brawijaya Malang (2014). 2. Konsentrat konfeed produksi PT. JAPFA CONFEED Indonesia 3. Minyak Kelapa sawit produksi pt.Smarttbk Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan Dalam Penelitian Bahan Pakan Komposisi bahan pakan(%) P0 (22%) P1 (18%) P2 (19%) P3 (20%) P4 (21%) Jagung kuning 60 59 59,5 50 40 Dedak halus 7 13 9 13 17 Konsentrat broiler 11 13 10 10 9 Minyak kelapa 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Bungkil kedelai 21,5 9,5 11 11,8 13,5 Limbah rumah makan 0 5 10 15 20 Total 100 100 100 100 100 Keterangan: Hasilanalisis Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Universitas Brawijaya Tabel 3. Komposisi Kimia Berdasarkan Perhitungan Kandungan Bahan Pakan P0 P1 P2 P3 GE (Kkal/Kg) 3112,4 3118 3269,8 3271,4 PK (%) 22,954 18,756 19,465 20,461 LK (%) 4,6153 6,3406 7,2493 8,5778 SK (%) 4,9127 4,9986 4,6783 5,2302 Ca (%) 1,0175 0,9721 0,8944 0,8257 P (%) 0,4112 0,4032 0,3593 0,3611 Sumber : Hasil Perhitungan Dari Tabel 4 Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler Nutrisi Fase finisher Protein 19 – 21 % GE (Kkal/kg) 2900 – 3200 Kkal/Kg Lemak 5– 8% Serat Kasar 3– 5% Kadar Abu 4– 7% Sumber : Rasyaf, (2004)
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan tiap perlakuan diulang 4 kali.
P4 3272,6 21,847 9,7417 5,7143 0,7359 0,3256
Deskripsi perlakuan sebagai berikut: P0 : (Pakan formulasi 100% tampa limbah rumah makan) P1 : (Pakan formulasi 95% + 5 % limbah rumah makan) P2 : (Pakan formulasi 90% +10 % limbah rumah makan)
P3 : (Pakan formulasi 85% +15 % limbah rumah makan) P4 : (Pakan formulasi 80% +20 % limbah rumah makan) Setiap unit perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdapat 1 ekor ayam sehingga jumlah ayam yang digunakan sebanyak 20 ekor. Variabel Yang Diamati Kecernaan Protein Kasar Kecernaan protein dihitung dengan rumus Kecernaan Protein (%) =
൫୩୭୬ୱ୳୫ ୱ୧ ()୶ ୮ୟ୩ୟ୬(%)൯ି( ୣୱ୩୰ୣ୲ୟ() ୶ ୣୱ୩୰ୣ୲ୟ(%))
x 100%
୩୭୬ୱ୳୫ ୱ୧ ()୶ ୮ୟ୩ୟ୬(%)
Keterangan :
Konsumsi BK :konsumsi Bahan Kering PK pakan : Protein Kasar Pakan BK eskreta : Bahan Kering Eskreta PK eskreta : Protein Kasar Eskreta
yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Yitnosumarto, 1993). Rumus rancangan acak lengkap yij = μ + τi + єij i = 1,2, … . . , t j = 1,2, … … . . . , t keterangan : yij= nilai pengamatan dari perlakuan ke-I pada ulangan ke-j µ = nilai tenga umum τi= tambahan akibat pengaruh perlakuan ke-i єij= tambahan akibat acak galat percobaan dari perlakuan ke-I padaulangan ke-j HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Limbah Rumah Makan Padang
Limbah rumah masakan padang merupakan limbah sisa masakan padang yang berupa sisa makan maupun sisa makanan yang KecernaanLemakKasar kaya akan rempah-rempah. Limbah Kecernaan lemak kasar (LK) masakan padang memiliki kandungan dihitung dengan rumus Kecernaan lemak kasar (%) = gizi yang cukup tinggi untuk dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. ൫୩୭୬ୱ୳୫ ୱ୧ ()୶ ୮ୟ୩ୟ୬(%)൯ି( ୣୱ୩୰ୣ୲ୟ() ୶ ୣୱ୩୰ୣ୲ୟ(%)) Sedangkan dari kualitas dan kuantitas ୩୭୬ୱ୳୫ ୱ୧ ()୶ ୮ୟ୩ୟ୬(%) x 100% limbah rumah makan masakan padang Keterangan : memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi dan muda didapat. Konsumsi BK :konsumsi Bahan Kering LK pakan : Lemak Kasar Pakan Berdasarkan hasil analisis di BK eskreta : Bahan Kering Eskreta Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Analisa Statistik Universitas Brawijaya (2014) Data yang diperoleh akan diuji Kandungan nutrisi limbah rumah secara statistic dengan menggunakan makan tersebut diantaranya tertera sidik ragam. Apabila ada perbedaan pada tabel 5.
Table 5. kandungan pakan perlakuan limbah rumah makan padang Bahan Pakan Limbah rumah makan
GE Kkal/kg 4797,7
Kandungan Bahan Pakan (%) PK LK % % 26,79
26,75
SK % 4,17
Keterangan : 1. Hasil analisis laboratorium nutrisi dan makanan ternak Fakultas peternakan universitas Brawijaya Malang, 2014. Keteranngan : BK : Bahan Kering PK : Protein Kasar SK : Serat Kasar LK : Lemak Kasar GE : Gross Energi Pemanfaatan limbah rumah makan masakan padang sebagai campuran pakan ternak broiler, dalam rangka untuk mengetahui jumlah penambahan kandungan Lemak Kasar dan protein kasar limbah resto. Rasyaf (2004), kebutuhan protein kasar normalnya 19 – 21% dan lemak kasar 5 – 8 % pada ayam broiler fase finisher, sedangkan dalam limbam resto masakan padang kandungan protein kasarnya mencapai 26,79% dan Lemak Kasarnya 26,75%, kandungan protein kasar dan lemak kasar limbah resto masakan padang sangat tinggi sehingga perlu diketahui jumlah yang ditambahkan dalam ransum. Pengaruh Perlakuan Terhadap Ke Cernaan Protein Kasar Kecernaan protein adalah bagian zat makanan dari pakan yang dicerna tubuh dalam saluran pencernaan atau bagian zat makanan dari pakan yang diserap atau dicerna oleh tubuh ternak. Menurut Wahyu (2004) protein dalam pakan setelah masuk kedalam saluran pencernaan mengalami perombakan yang dilakukan oleh enzim-enzim hidrolitik
yang bekerja dalam rangkaian yang tetap.Setiap enzim yang ada di dalam saluran pencernaan tersebut memegang peranan penting dalam hidrolisis protein. Sebelum pakan masuk kedalam proventriculus, pH dari sekresi-sekresi yang ada dalam organ ini berkisar antara 1,5-2, akan tetapi dibawah pengaruh buffer dari pakan, pHnya naik menjadi 3,5-5. Pakan dengan protein rendah bergerak lebih cepat meninggalkan saluran pencernaan dibandingkan dengan pakan yang kandungan proteinnya tinggi, pergerakannya lebih lambat meninggalkan saluran pencernaan untuk mendapatkan waktu lebih banyak untuk proses denaturasi dan penglarutan protein yang dikonsumsi. Tillman et al., (1991) yang menyatakan bahwa daya cerna protein diantaranya dipengaruhi oleh presentase protein pakan, komposisi pakan, dan bentuk fisik pakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pakan perlakuan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan protein kasar (PK).
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kecernaan protein
kasar, tertera pada Tabel 7.
Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Terhadap Ke cernaan Protein Kasar Perlakuan PK pakan Limbah Resto Total Rataan kecernaan (%) (%) PK (%) P0 22% 0 207.26 51.81 P1 18% 5 232.63 58.16 P2 19% 10 262.26 65.56 P3 20% 15 229.23 57.31 P4 21% 20 242.49 60.62
Pakan perlakuaan memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) Keterangan : P0 P1 P2 P3 P4
: (Pakan formulasi100% tampa limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 95% + 5 % limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 90% +10 % limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 85% +15 % limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 80% +20 % limbah rumah makan)
Tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap kecernaan protein kasar Tertinggi diperoleh pada P2 (65,56%) yang menggunakan pakan perlakuan PK 19% dengan penambahan limbah rumah makan sebanyak 10%. Meskipun dari hasil analisis perlakuan P2 memberikan respon yang cukup baik, namun tidak berpengaruh terhadap perlakuan yang lain (P>0,05). Dikatakan tidak berbeda nyata karena 80 60 40 20 0
51,81
P0
58,16
P1
tingkat kecernaan protein kasar ayam broiler pada setiap perlakuan pada pakan formulasi dengan penambahan limbah rumah makan masakan padang 5%,10%,15%,20% memberikan respon yang sangat baik, meskipun tingkat kecernaannya berbeda. Rataan tingkat kecernaan protein dengan level protein pakan yang berbeda yang ditambah limbah rumah makan masakan padang dapat disajikan pada Gambar 3. 65,56
P2
60,62
57,31
P3
P4
Gambar 3. Grafiktingkat kecernaan proein kasar tiap perlakuan.
Gambar 3 diatas menunjukkan kecenderungan kecernaan protein kasar meningkat pada perlakuan (P2) dengan protein 19% dengan pemberian limbah rumah makan sebanyak 10%.
Hasil uji analisis statistik kecernaan PK pakan menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan PK. Persentase kecernaan
tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 65.56%, pada perlakuan pakan sebesar 19% dengan pemberian limbah rumah makan10%. Sedangkan kecernaan PK terendah terdapat pada perlakuan P3 yakni sebesar 57,31% dengan pakan PK 20% yang diberi limbah rumah makan sebanyak15%. Pengaruh tingginya kecernaan protein kasar pada perlakuan P2 disebabkan karena proses penyerapan protein kasar pada penambahan 10% limbah resto lebih efisien untuk dicerna oleh broiler pada fase finisher. Rasyaf (2004), menyatakan kebutuhan protein kasar pada ayam broiler fase finiher19 – 21% namun kandungan protein kasar yang terdapat pada limbah resto masakan padang mencapai 26,79%, sehingga pada perlakuan P2 dengan penambahan 10% limbah resto masakan padang kedalam ransum 19% lebih memberikan respon kecernaan protein kasar yang efisien pada broiler fase finisher. Kecernaan protein kasar sangat tergantung pada kandungan protein dalam ransum. Tinggi atau rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein limbah rumah makan yang masuk dalam saluran pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al,,(2005) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan. Rendahnya kecernaan pada P3 dan P4 disebabkan karena dengan penambahan 15-20% limbah resto masakan padang dalam kedalam ransum 20% dan 21% tidak dapat
dicerna dengan baik oleh broiler fase finiher sehingga tingkat kecernaannya rendah dari perlakuan P2. Disisi lain kandungan GE limbah resto masakan padang mencapai 4797,7 Kkal/kg sementara menurut Rasyaf (2004), menyatakan kebutuhan GE untuk broiler fase finisher 2900 – 3200 Kkal/Kg sehingga dalam penelitian ini menyimpulkan rendanya kecernaan protein kasar disebabkan karena kandungan protein kasar dan GE limba resto masakan padang tinggi. Hasil penilitian (Depa 2014) menyatakan bahwa kecernaan serat kasar mengalami penurunan pada perlakuan P3 dengan nilai 68,62%. Daya cerna protein diantaranya dipengaruhi oleh presentase protein pakan, komposisi pakan dan bentuk fisik pakan. Kecernaan protein yang sama juga disebabkan kandungan asam - asam amino yang tidak seimbang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al., (1991) yang menyatakan bahwa daya cerna protein diantaranya dipengaruhi oleh presentase protein pakan, komposisi pakan, dan bentuk fisik pakan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Lemak Kasar Widodo (2002), menyatakan bahwa dalam pakan unggas, lemak kasar berfungsi sebagai sumber energi yang efisien. Lemak masuk ke dalam duodenum maka mukosa duodenum akan menghasilkan hormone enterogastrik, atau penghambat peptida pencernaan, yang pada waktu sampai di proventrikulus akan menghambat sekresi getah pencernaan dan memperlambat gerakan pengadukan. Hal ini tidak saja mencega proventrikulus untuk mencerna lapisannya sendiri.tetapi juga
memungkinkan lemak untuk tinggal lebih lama dalam duodenum tempat zat tersebut dipecah oleh garam-garam empedu dan lipase.Lemak yang diemulsikan oleh garam empedu dirombak oleh esterase yang memecah ikatan ester yang menghubungkan asam lemak dengan gliserol. Lipase yang sebagian besar dihasilkan oleh pankreas, meskipun usus halus juga menghasilkan sedikit yang merupakan esterase utama pada unggas. Garam garam empedu mengemulsikan butir butir lemak menjadi butir yang lebih kecil lagi, yang kemudian dipecah lagi oleh enzim lipase pankretik menjadi diglesirida. monogliserida asam - asam lemak bebas (FFA = free fatty acid) dan gliserol. Lemak yang terkandung dalam bahan makanan setelah masuk kedalam sistem pencernaan unggas, akan dicerna dalam usus halus pada bagian doudenum, yang dibantu oleh garam - garam empedu dan enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas, kemudian disalurkan kedalam duodenum (Rizal, 2006). Hasil pencernaan lemak adalah dalam bentuk tiga asam lemak bebas dan gliserol, atau dua asam lemak bebas
dan monoglesida, atau satu asam lemak bebas dan digleserida. Lemak yang dikonsumsi dapat diketahui dari hasil analisis proksimat bahan pakan dan lemak feses (Rifai, 2009). Kebutuahn lemak kasar broiler fase finisher 5 – 8% (Rasyaf, 2004), Penurunan kecernaan lemak kasar dapat disebabkan karena adanya sistem penghambatan absorbsi lemak (Andriyanto et al., 2010). Analisa statistik menunjukkan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan Lemak Kasar. Kecernaan Lemak Kasar tertinggi terletak pada perlakuan P2 yakni sebesar 90,66% dengan kandungan pakan protein 19% dengan pemberian limbah rumah makan 10%. Sedangkan kecernaan Lemak Kasar terendah terdapat pada perlakuan P4 yakni sebesar 87,045% dengan kandungan protein pakan 15% yang diberikan limbah rumah makan sebanyak 25%. Hasil penelitian pengaruh pemberian limbah rumah makan masakan padang pada pakan formulasi yang berbeda terhadap kecernaan lemak kasar pada broiler masing – masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap kecernaan lemak kasar tertera pada tabel berikut. Perlakuan
PK pakan
Limbah Resto %
Total
Rataan
P0 P1 P2 P3 P4
22% 18% 19% 20% 21%
0 5 10 15 20
337.52 359.39 362.65 360.41 348.19
84.38 89.85 90.66 90.10 87.05
Pakan Perlakuaan Memberikan Perbedaan Pengaruh yang Tidak Nyata (P>0,05) Keterangan : P0
: (Pakan formulasi100% tampa limbah rumah makan)
P1 P2 P3 P4
: (Pakan formulasi 95% + 5 % limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 90% +10 % limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 85% +15 % limbah rumah makan) : (Pakan formulasi 80% +20 % limbah rumah makan)
Rataan kecernaan lemak kasar dengan level protein pakan yang berbeda yang ditambah limbah rumah makan masakan padang dapat disajikan pada Gambar 4. 95 90 85 80
89,85
90,66
90,1
84,38
P0
P1
P2
P3
87,05
P4
Gambar 4. Grafik tingkat kecernaan lemak kasar tiap perlakuan.
Grafik 4 diatas menunjukkan kecernaan lemak kasar pada ayam broiler mengalami peningkatan pada perlakuan yang diberikan limbah rumah makan sebesar 10% dengan kandungan pakan protein 19%.Sedangkan penambahan limbah rumah makan sebesar 22% tingkat kecernaan lemak kasar semakin menurun. Pengaruh tingginya kecernaan lemak kasar pada P2 dikarenakan lemak yang diemulsikan menjadi sumber energi lebih efisien pada level 10% penambahan limbah resto masakan padang dari total kandungannya sebesar 26,75% sehingga memberiakan respon kecernaan lemak kasar yang lebih baik pada broiler fase finsher. Rasyaf, (2004), menyatakan Kebutuahn lemak kasar broiler fase finisher5 – 8%. Dan rendahnya perlakuan P3 dan P4 dikarenakan lemak yang diemulsikan tidak efisien pada level 15% dan 20% penambahan limbah resto masakan padang sehingga mengalami penurunan kecernaan. Penurunan kecernaan lemak kasar dapat
disebabkan karena adanya sistem penghambatan absorbsi lemak (Andriyanto et al., 2010). Kecernaan protein kasar dan lemak kasar sama - sama mengalami peningkatan pada perlakuan P2, hal ini disebabkan karena kandungan protein kasar dan lemak kasar pada limbah resto masakan padang sangat tinggi. Rasyaf (2004), mennyatakan kebutuhan protein kasar untuk broiler fase finisher yaitu 19-21% dan lemak kasar sebesar 5-8% sedangkan kandungan protein kasar dalam limbah resto masakan padang mencapai 26,79% dan lemak kasar 26,75%, sehingga dalam penembahan 10% protein kasar dan lemak kasar limbah resto kedalam ransum pakan protein 19%, lebih memberikan respon kecernaan protein kasar dan lemak kasar yang lebi baik pada broiler fase finisher.
Lebdosutjoko. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Andriyanto, A. Suprianto, A.S. Satya ningtijas, W.G. Pilliang, W.R. Nasution. 2010. Pengaruh penambahan tepung daun katuk (sauro pusandro gynus) dalam pakan ayam broiler terhadap kecernaan pakan, bobot badan, dan produksi cairan empedu. Majalah llmu Faal Indonesia. 9 (2): 29-34 Depa, Y, 2014. Pengaruh pemberian pakan limbah resto masakan padang pada formulasi ransum ayam broiler terhadap kecernaan Bahan Kering dan serat kasar. Skripsi. Rasyaf, M. 2003. Makanan Ayam Ayam pedaging. Kanisisus. Yogyakarta Rasyaf, M.2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta. Rifai, Z. 2009. Kecernaan ransum berbasis jerami padi yang diberi tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat pada sapi Peranakan Ongole. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang. Tillman, A.D., H. Reksohadiproji, Prawirokusumo
Hartadi, dan
S. S. S.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadi prodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Keempat. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Konteksual. Universitas Muhammadiyah Malang. Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan (Perancangan , Analisis dan Interpretasinya). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.