PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT TINGGI PROTEIN BERISI KRIM PROBIOTIK FUNGSIONAL TERHADAP PROFIL MIKROBIOTA FEKAL DAN BERAT BADAN TIKUS
RINI HARIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Pengaruh Pemberian Biskuit Tinggi Protein Berisi Krim Probiotik Fungsional terhadap Profil Mikrobiota Fekal dan Berat Badan Tikus” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Desember 2009
Rini Harianti NRP I151070051
ABSTRACT RINI HARIANTI. The effect of high protein biscuit added with probiotic cream administration on the profile of fecal microbiota and body weight of rats. Supervised by SRI ANNA MARLIYATI, LILIK KUSTIYAH, and INGRID S. SURONO. This study was investigating the effect of probiotic cream and high protein biscuit administration on the profile of fecal microbiota, especially fecal lactic acid bacteria and fecal coliform bacteria, and the body weight of rats. Thirty rats, aged 30 days, were divided into 6 groups, 5 rats each, namely; negative control group/standard diet (A0), positive control group/standard diet + non probiotic cream + non high protein biscuit (A1); standard diet + probiotic cream + high protein biscuit (A2); standard diet + probiotic cream + high protein biscuit (2 day interval) (A3); standard diet + probiotic cream + non high protein biscuit (A4) and standard diet + non probiotic cream + high protein biscuit (A5). The period of intervention was carried out for 21 days. Rat’s body weight was observed in every 2 days. Fecal lactic acid bacteria and fecal coliform bacteria were analysed by plate counting at 0, 7, 14 and 21 days period. The results showed that probiotic cream and high protein biscuit (A2) administration has significantly increased the body weight of rats (p<0,05) after 3, 5, 7, 9, 11 and 15 days intervention. Likewise, administration of probiotic cream and high protein biscuit (A2) showed significantly increased the population of viable fecal lactic acid bacteria (cfu/g) for each treatment periods (7, 14 and 21 days) as compared to the other treatment groups, and on the other hand, viable fecal coliform bacteria (cfu/g) was significantly reduced (p<0,05) after 7, 14 and 21 days administration of probiotic cream and high protein biscuit (A2). Keywords : probiotic E. faecium IS-27526, high protein biscuit, fecal lactic acid bacteria, fecal coliform bacteria, body weight of rat
RINGKASAN RINI HARIANTI. Pengaruh Pemberian Biskuit Tinggi Protein Berisi Krim Probiotik Fungsional terhadap Profil Mikrobiota Fekal dan Berat Badan Tikus. Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI, LILIK KUSTIYAH dan INGRID S. SURONO. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia. Lima puluh persen penduduk Indonesia mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang terutama terjadi pada masa balita. Untuk menanggulangi masalah ini dilakukan beberapa alternatif pemecahan antara lain dengan perbaikan mutu gizi makanan balita melalui modifikasi biskuit tinggi protein berisi krim probiotik fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian biskuit tinggi protein berisi krim probiotik fungsional terhadap profil mikrobiota fekal dan berat badan tikus. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobologi, Institut Teknologi Indonesia (ITI) Serpong; Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor; Laboratorium HewanPusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi, SEAFAST, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksakan dar i bulan Mei – Agustus 2009. Penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu modifikasi produk krim probiotik dengan penambahan probiotik Enterococcus faecium IS-27526 yang telah dimikroenkapsulasi dengan metode Fluidized Bed Drayer (FBD), analisis sifat fisik krim probiotik dan krim non probiotik, analisis sifat kimia krim probiotik dan krim non probiotik, analisis mikrobiologi krim probiotik dan krim non probiotik, serta percobaan hewan untuk menganalisis pengaruh pemberian perlakuan terhadap perubahan berat badan tikus, bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan percobaan hewan di laboratorium. Penelitian menggunakan 30 ekor tikus jantan jenis Sprague Dauley yang dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol negatif / ransum standard (A0); kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa (A1); ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2); ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3); ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa (A4) dan ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5). Pemberian perlakuan dilakukan selama 21 hari pengamatan. Pengamatan terhadap berat badan tikus dilakukan setiap 2 hari sekali, bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus dilakukan dalam 4 periode pengamatan, yaitu sebelum perlakuan (0 hari), 7 hari, 14 hari dan 21 hari intervensi. Berdasarkan sifat fisikokimia, krim probiotik dan krim non probiotik memiliki densitas kamba, kadar air, kadar lemak dan kadar karbohidrat yang tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan untuk pH krim probiotik adalah sangat nyata (p<0,01) lebih rendah daripada krim non probiotik. Kadar protein dan kadar abu krim probiotik adalah nyata lebih tinggi daripada krim non probiotik (p<0,05). Mutu mikrobiologi krim menunjukkan bahwa total bakteri asam laktat untuk krim probiotik adalah 1,42 x 108 cfu/g, total mikroba krim probiotik dan krim non
probiotik masing-masing adalah 3,2 x 104 cfu/g dan 3,4 x 104 cfu/g, serta total kapang dan khamir untuk krim probiotik adalah 3,0 x 101 cfu/g, sedangkan pada krim non probiotik tidak terdapat kapang dan khamir. Pemberian perlakuan berpengaruh terhadap peningkatan berat badan tikus selama 21 hari pengamatan. Pengaruh pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein (A2) menghasilkan peningkatan berat badan tikus secara nyata (p<0,05) pada pengamatan hari ke-3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15, namun tidak nyata (p>0,05) pada pengamatan hari ke-1, 17, 19 dan 21, meskipun cenderung meningkatkan berat badan tikus dengan semakin lamanya pemberian intervensi tetapi peningkatan berat badan tersebut tidak sebesar pada masa pertumbuhan, karena pada hari ke-17 tikus sudah mencapai usia dewasa. Rata-rata jumlah bakteri asam laktat dan peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus mengalami peningkatan hingga pengamatan hari ke-21. Kombinasi krim probiotik dan biskuit tinggi protein (A2) meningkatkan secara nyata populasi bakteri asam laktat fekal tikus pada berbagai periode pengamatan dibandingkan perlakuan lainnya. Begitu juga dengan populasi bakteri koliform fekal tikus dapat ditekan pada perlakuan krim probiotik dan biskuit tinggi protein (A2) dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein (A2) secara nyata meningkatkan berat badan, meningkatkan bakteri asam laktat fekal dan menurunkan bakteri koliform fekal secara in vivo. Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dan penyerapan zat gizi menjadi lebih baik serta memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan apabila diaplikasikan ke balita gizi kurang. Kata kunci : probiotik E. faecium IS-27526, biskuit tinggi protein, bakteri asam laktat fekal tikus, bakteri koliform fekal tikus, berat badan tikus
@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT TINGGI PROTEIN BERISI KRIM PROBIOTIK FUNGSIONAL TERHADAP PROFIL MIKROBIOTA FEKAL DAN BERAT BADAN TIKUS
RINI HARIANTI
Tesis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis
Nama NRP
: Pengaruh Pemberian Biskuit Tinggi Protein Berisi Krim Probiotik Fungsional Terhadap Profil Mikrobiota Fekal dan Berat Badan Tikus : Rini Harianti : I 151070051
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si Ketua
Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si Anggota
Dr. Ir. Ingrid S Surono, M.Sc Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep,Sc
Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 3 Desember 2009
Tanggal Lulus :
PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil’alamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Pemberian Biskuit Tinggi Protein Berisi Krim Probiotik Fungsional terhadap Profil Mikrobiota Fekal dan Berat Badan Tikus” berhasil diselesaikan. Selama perkuliahan hingga selesai tersusunnya tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral maupun material dari berbagai pih ak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih setulus dan seikhlasnya kepada: 1. Keluarga tercinta: Papa, Mama, Kakak dan Adikku, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, perhatian, curahan kasih sayang, dukungan dan semangat yang terus mengalir tak kenal henti. 2.
Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si, Ibu Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si, dan Ibu Dr. Ir. Ingrid S. Surono, M.Sc. Terimakasih atas perhatian, pengertian, dan bimbingannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.Si selaku dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran demi tercapainya kesempurnaan tesis ini. 4. Pemerintahan Provinsi dan Walikota Madya Pekanbaru, Provinsi Riau. Terimakasih telah memberikan bantuan beasiswa dan dana dalam pelaksanaan penelitian. 5. Ibu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc (ketua) dan tim peneliti Hibah Kemitraan yang telah banyak membantu selama proses penelitian dan terimakasih atas dana penelitian yang telah diberikan. 6. Seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat IPB, yang telah membagi ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat. 7. Ibu Ir. Darti Nurani, M.Si staf pengajar Institut Teknologi Indonesia, Serpong, yang telah membagi ilmunya kepada penulis, bantuan, saran dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian. 8. Bapak drh. Endi Ridwan selaku Kepala Laboratorium Hewan-Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan, Bogor atas bantuan, saran dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.
9. Bapak Pandi selaku Laboran Laboratorium Hewan-Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi
dan
Makanan,
Departemen
Kesehatan,
Bogor.
Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 10. Laboran Departemen Gizi Masyarakat (Pak Mashudi dan Bu Nina), Mbak Ari di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, SEAFAST dan Mas Edi di Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu selama penelitian. 11. Teman-teman di Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat: Nita Yulianis, M.Si; Yoyanda Bait, SP; Siti Nuryati, M.Si; Dra. Maya Kandiana, Apt; Harfiati, SP; Any Tri Hendarini, SP; Reisi Nurdiani, SP; dr. Reni Zuraida, M.Si; Nur Afrinis, M.Si; Khairunnisa, SP dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat yang tak berujung. 12. Partnerku di dalam penelitian Mervina, Nin, Fitri, Shela dan Astrisia yang telah banyak membantu dan memberikan semangat. 13. Teman-teman di Asrama Riau Dang Merdu: Eka, Uci, Dewi, Atik, Yana, Wewen, Nina, Sriyanto, Pemi, Deby dan anggota Darmaga Regency: Fifin, Ade, Adam, Isa dan Rusman terima kasih atas dukungan moril dan kepercayaan yang telah diberikan, perhatian, curahan kasih sayang, dukungan dan semangat yang terus mengalir tak kenal henti. Akhirnya hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak yang mungkin terlupa untuk disebutkan. Allah-lah Maha pembalas kebaikan. Amin. Semoga karya ini mendapatkan ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Jazakumullah khairan katsiran.
Bogor, Desember 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru, Riau pada tanggal 10 Mei 1984. Penulis adalah anak kedua dari Bapak Khairil Anwar dan Ibu Hj. Zarnetty dengan kakak (Andriza, S.Pd) dan dua adik (Trisna Rati Putri, S.Si dan Afifah Ramadhianti). Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Negeri Pembina Pekanbaru. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 006. Kemudian melanjutkan sekolah di SLTPN 10 Pekanbaru. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di SMAN 10 Pekanbaru selama tahun ajaran 1999-2002. Melalui jalur Bibit Unggul Daerah (BUD), pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa undangan di Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Riau (UNRI) di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Selama masa perjalanan menjadi mahasiswa di Universitas Riau, penulis pernah berperan aktif di organisasi kemahasiswaan, yaitu HIMABIO (Himpunana Mahasiswa Biologi), ALKAMIL (Aliansi Keluarga Mahasiswa Islam). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum Biokimia, Mikrobiologi, dan Fisiologi Hewan. Pada Tahun 2005, penulis bersama tim berhasil mendapatkan juara I pada Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) di bidang sains dan teknologi tingkat Fakultas dan Universitas dengan judul “Peranan Manggrove dalam Mengatasi Dampak Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam”. Penulis bersama tim diutus menjadi finalis untuk Lomba Karya Tulis di Tingkat Nasional yang dilaksanakan di Universitas Bengkulu. Akhirnya, pada tahun 2006 penulis menamatkan pendidikan di Universitas Riau Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi dengan hasil Pujian. Pada tahun 2007 penulis berkesempatan mengikuti Program Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat. Beasiswa pendidikan Pascasarjana di sponsori oleh Pemerintahan Provinsi Riau.
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ................................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................. xii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv PENDAHULUAN Latar Belakang ...................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................. 4 Hipotesis .............................................................................................. 4 Manfaat ................................................................................................ 5 TINJAUAN PUSTAKA Pangan Fungsional ................................................................................ 6 Probiotik .............................................................................................. 8 Bakteri Asam Laktat .............................................................................. 10 Hewan Percobaan ................................................................................. 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ................................................................................ 14 Bahan dan Alat ..................................................................................... 14 Metode ................................................................................................. 15 Modifikasi Pembuatan Krim Probiotik .................................................... 15 Analisis Sifat Fis ik dan Kimia Krim ........................................................ 16 Analisis Mikrobiologi Krim ................................................................... 16 Percobaan Pada Hewan .......................................................................... 16 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ................................................. 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Krim Probiotik ...................................................................... 21 Sifat Fisik Krim ..................................................................................... 21 Sifat Kimia Krim .................................................................................... 23 Mutu Mikrobiologi Krim ........................................................................ 25 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Berat Badan Tikus ................... 27 Mikrobiota Fekal Tikus ........................................................................... 32 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44 LAMPIRAN .............................................................................................. 48
DAFTAR TABEL Halaman 1. Data biologis tikus ................................................................................. 13 2. Komposisi krim ..................................................................................... 16 3. Pengelompokan tikus berdasarkan jenis perlakuan ..................................... 18 4. Sifat fisik krim probiotik dan krim non probiotik ...................................... 22 5. Sifat kimia krim probiotik dan krim non probiotik (%bk) ............................ 23 6. Total bakteri asam laktat pada krim probiotik dan krim non probiotik .......... 26 7. Total mikroba pada krim probiotik dan krim non probiotik ......................... 26 8. Total kapang dan khamir pada krim probiotik dan krim non probiotik ......... 27 9. Rata-rata berat badan tikus pada awal dan akhir penelitian ......................... 28
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tikus percobaan dan kandang .................................................................. 17 2. Skema alur penelitian ............................................................................. 19 3. Rata-rata berat badan tikus selama 21 hari pengamatan .............................. 29 4. Rata-rata peningkatan berat badan tikus selama 21 hari pengamatan ............ 30 5. Jumlah bakteri asam laktat fekal tikus ...................................................... 33 6. Peningkatan jumlah bakter i asam laktat fekal tikus pada pengamatan hari ke- 7, 14 dan 21 ............................................................................... 36 7. Jumlah bakteri koliform fekal tikus .......................................................... 38 8. Penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus pada pengamatan hari ke- 7, 14 dan 21 ............................................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Metode analisis sifat fisik krim .............................................................. 49
2.
Metode analisis sifat kimia krim ............................................................ 50
3.
Metode analisis mikrobiologi krim ......................................................... 53
4.
Pembuatan ransum standar tikus ............................................................ 55
5.
Metode analisis bakteri asam la ktat fekal dan koliform fekal tikus ............ 56
6.
Hasil uji statistik (t-test) sifat fisik krim probiotik dan non probiotik .......... 58
7.
Hasil uji statistik (t-test) sifat kimia krim probiotik dan non probiotik ....... 59
8.
Berat badan tikus selama 21 hari pengamatan .......................................... 61
9.
Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat badan tikus ............. 62
10. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap berat badan tikus ....... 63 11. Peningkatan berat badan tikus selama 21 hari pengamatan ........................ 67 12. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peningkatan berat badan tikus .......................................................................................... 68 13. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap peningkatan berat badan tikus .................................................................................. 69 14. Pengaruh perlakuan terhadap total bakteri asam laktat fekal tikus .............. 73 15. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap total bakteri asam laktat fekal tikus ................................................................................... 74 16. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap total bakteri asam laktat fekal tikus .......................................................................... 74 17. Pengaruh perlakuan terhadap peningkatan total bakteri asam laktat fekal tikus ............................................................................................ 76 18. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peningkatan total bakteri asam laktat fekal tikus ................................................................ 77 19. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap peningkatan total bakteri asam laktat fekal tikus ........................................................ 77 20. Pengaruh perlakuan terhadap total bakteri koliform fekal tikus ................. 78 21. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap total bakteri koliform fekal tikus ............................................................................. 79 22. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap total bakteri koliform fekal tikus .............................................................................. 79 23. Pengaruh perlakuan terhadap penurunan total koliform fekal tikus ............ 81
24. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap penurunan total bakteri koliform fekal tikus ................................................................... 82 25. Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap penurunan total bakteri koliform fekal tikus ............................................................ 82
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.Si
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Lima puluh persen penduduk Indonesia mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang yang sering terjadi pada masa balita. Masalah gizi kurang dapat memunculkan masalah besar akibat tidak adanya keseimbangan gizi dan secara perlahan akan berdampak pada tingginya angka kematian balita dan rendahnya umur harapan hidup. Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh masalah gizi. Resiko meninggal dari anak yang mengalami masalah gizi 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. Masalah gizi pada anak balita, salah satunya diakibatkan oleh pola makan yang kurang baik (Sulaeman 1993). Menanggulangi masalah ini perlu dilakukan beberapa alternatif pemecahan antara lain perbaikan pola konsumsi pangan melalui pangan fungsional. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan fungsional yang memiliki efek menguntungkan bagi tubuh, maka kualitas dari makanan fungsional harus ditingkatkan. Ada berbagai macam makanan fungsional, salah satunya adalah dengan memanfaatkan hasil laut, sumber protein nabati dan mikroorganisme sebagai bahan tambahan dengan penggunaan probiotik. Munculnya keberadaan probiotik mengakibatkan semakin meningkatnya pemanfaatan bakteri probiotik sebagai komponen utama makanan fungsional, sehingga diperkenalkan istilah baru yaitu makanan probiotik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu gizi makanan balita adalah melalui modifikasi krim probiotik dan biskuit tinggi protein. Modifikasi krim probiotik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menambahkan probiotik strain lokal asal dadih, Enterococcus faecium IS-27526, sedangkan dalam pembuatan biskuit tinggi protein memanfaatkan bahan dasar ikan lele dan kedelai yang dibuat dalam bentuk tepung badan ikan, tepung kepala ikan dan isolat protein kedelai yang digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan biskuit, sehingga dapat memperbaiki kandungan gizi produk makanan yang diproduksi.
2
Pertimbangan memilih penelitian mengenai penggunaan probiotik pada balita adalah merupakan konfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Rieuwpassa (2004) yang telah berhasil melakukan formulasi biskuit konsentrat protein ki an dan probiotik sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan respon imun humoral, khususnya antibodi IgA dan status gizi balita usia 1-5 tahun. Pemilihan penggunaan probiotik pada biskuit tinggi protein didasarkan pada prinsip probiotik dapat bertahan hidup dalam saluran cerna, mampu menempel pada sel epitel usus, kolonisasi mikroba yang menguntungkan yang masuk ke saluran cerna, mencegah perkembangan bakteri patogen, tahan terhadap asam lambung dan garam empedu, aman untuk di konsumsi dan teruji secara klinis yang menguntungkan bagi kesehatan (Salminen et al. 2004). Di Indonesia terdapat produk olahan susu fermentasi tradisional dari susu kerbau yang disebut dengan dadih. Dadih merupakan produk susu fermentasi tradisional seperti yoghurt yang terdapat di daerah Sumatera Barat, yang proses pembuatannya sangat sederhana. Dalam dadih terdapat bakteri asam laktat (salah satu jenis bakteri probiotik) yang berperan dalam pembentukan tekstur dan citarasa. Melihat manfaatnya sebagai susu fermentasi, dadih juga mempunyai potensi yang sama sebagai pangan probiotik (Akuzawa & Surono 2002). Salah satu strain yang berhasil diisolasi dari dadih susu fermentasi tradisional asal Sumatera Barat adalah bakteri E. faecium IS-27526. Studi mengenai bakteri asam laktat menunjukkan bahwa banyak efek menguntungkan yang diberikan dari aktivitas bakteri ini. Probiotik asal dadih E. faecium IS-27526 telah terbukti mampu meningkatkan bakteri asam laktat dan menurunkan jumlah total mikroba aerob serta anaerob feses pada lansia, sedangkan pada anak balita, terbukti secara signifikan meningkatkan total serum IgA serta total sIgA dari saliva (Surono 2004; Rieuwpassa 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Collado et al. (2007) tentang kemampuan menempel bakteri probiotik dalam menghambat bakteri patogen yang disolasi dari dadih asal Indonesia menunjukkan hasil bahwa strain L. plantarum IS-10506 dan E. faecium IS-27526 memiliki kemampuan menempel pada mukosa usus yang lebih baik dibandingkan strain lain, yaitu E. faecium IS-16183, E. faecium IS-23427, L. plantarum IS-20506.
3
Penelitian mengenai penempelan bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih mengindikasikan bahwa setelah perlakuan pemanasan persentase hidrofobik meningkat dari 9,6% menjadi 17,8% untuk semua bakteri asam laktat, yaitu E. faecium IS-16183, E. faecium IS-23427, E. faecium IS-27526, L. plantarum IS-10506, L. plantarum IS-20506 (Collado et al. 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Rieuwpassa (2004) menunjukkan bahwa pemberian biskuit berbasis tepung ikan teri dan krim probiotik E. faecium IS-27526 pada balita dapat meningkatkan pertumbuhan dan respon imun yang baik. Hal serupa juga dilakukan pada sejumlah balita dan dilaporkan bahwa pemberian diet E. faecium IS-27526 dapat meningkatkan sekresi antibodi IgA tanpa menimbulkan keluhan pada saluran pencernaan yang berarti dan secara in vitro terbukti memiliki kemampuan menempel dan membentuk koloni pada epitel saluran pencernaan (Surono 2004). Viabilitas dari bakteri probiotik dalam suatu produk merupakan hal penting yang mempengaruhi efikasi dari probiotik. Bakteri probiotik harus mampu bertahan selama proses asam lambung, enzim dan garam empedu yang terdapat dalam usus halus. Mengingat hal di atas, dibutuhkan suatu teknologi untuk menghasilkan barier fisik pada probiotik untuk menghindari pengaruh kondisi lingkungan yang akan mengganggu keberlangsungan hidup probiotik. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk melindungi probiotik adalah dengan metode mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi adalah teknik menyelubungi probiotik dengan bahan penyalut dalam ukuran mikron untuk melindungi probiotik dari pengaruh faktor lingkungan. Oleh sebab itu, dilakukan perlakuan khusus untuk meningkatkan viabilitas bakteri probiotik, baik disaat penyimpanan maupun saat melalui saluran pencernaan dengan cara mikroenkapsulasi. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi krim probiotik dengan menggunakan strain E. faecium IS-27526 yang telah dimikroenkapsulai dengan metode Fluidized Bed Drayer (FBD) dengan pautan silang alginat dan kalsium klorida sebagai materi penyalut. Krim probiotik biskuit tinggi protein sebelum diberikan pada anak balita perlu diuji terlebih dahulu pada hewan percobaan, sehingga menghasilkan krim probiotik dengan kualitas sifat fisik, sifat kimia dan mikrobiologi yang mampu meningkatkan berat badan dan viabilitas bakteri asam laktat dan bakteri koliform fekal tikus.
4
Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian biskuit tinggi protein berisi krim probiotik fungsional terhadap profil mikrobiota fekal dan berat badan tikus.
Tujuan Khusus 1. Melakukan modifikasi krim probiotik biskuit tinggi protein. 2. Menganalisis mutu krim probiotik hasil modifikasi berupa analisis sifat fisik, analisis sifat kimia dan analisis mikrobiologi. 3. Mempelajari pengaruh pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein, krim probiotik dan biskuit tinggi protein (selang 2 hari), krim probiotik dan biskuit biasa, krim non probiotik dan biskuit tinggi protein terhadap perubahan berat badan tikus. 4. Mempelajari pengaruh pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein, krim probiotik dan biskuit tinggi protein (selang 2 hari), krim probiotik dan biskuit biasa, krim non probiotik dan biskuit tinggi protein terhadap profil bakteri asam laktat dan bakteri koliform fekal tikus.
Hipotesis 1. Pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein, krim probiotik dan biskuit tinggi protein (selang 2 hari), krim probiotik dan biskuit biasa, krim non probiotik dan biskuit tinggi protein berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat badan tikus dibandingkan kontrol. 2. Pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein, krim probiotik dan biskuit tinggi protein (selang 2 hari), krim probiotik dan biskuit biasa, krim non probiotik dan biskuit tinggi protein berpengaruh nyata terhadap profil viabilitas bakteri asam laktat dan bakter i koliform fekal tikus.
5
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah dan informasi tentang biskuit tinggi protein berisi krim probiotik, serta viabilitas bakteri asam laktat fekal dan bakteri koliform fekal yang dapat meningkatkan berat badan tikus secara pre-klinis, sehingga dapat dilanjutkan ke studi intervensi pada balita giz i kurang yang akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan, sehingga penyerapan zat gizi menjadi lebih baik.
6
TINJAUAN PUSTAKA Pangan Fungsional Konsep penilaian makanan tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer, yaitu rasa lapar dan pemenuhan zat-zat gizi bagi tubuh, tetapi juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, yaitu citarasa yang enak, aman untuk dikonsumsi, serta memenuhi kebutuhan tersier, yaitu memberikan manfaat yang positif dalam mencegah atau menanggulangi berbagai penyakit. Pangan fungsional adalah pangan yang telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan (Surono 2004). Ada tiga faktor yang harus dipenuhi agar suatu produk dapat disebut sebagai pangan fungsional, yaitu produk yang dihasilkan merupakan suatu produk pangan yang berasal dari bahan atau ingredient yang terdapat secara alami, produk yang dihasilkan dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu seharihari, produk yang dihasilkan memiliki fungsi tertentu pada waktu dicerna, memberikan peran dalam proses tubuh seperti memperkuat pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah terserang peyakit, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan (Winarno & Felicia 2007). Golongan senyawa yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu di dalam makanan fungsional adalah senyawa-senyawa alami di luar zat gizi dasar yang terkandung dalam makanan, yaitu serat pangan, oligosakarida, gula alkohol (polyol), asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids = PUFA), peptida dan protein tertentu, glikosida dan isoprenoid, polifenol dan isoflavon, kolin dan lesitin, bakteri asam laktat, phytosterol, vitamin dan mineral tertentu. Bakteri asam laktat termasuk salah satu komponen bahan pangan fungsional. Manfaat kesehatan yang berkaitan dengan bakteri asam laktat adalah memperbaiki daya cerna laktosa, mengendalikan bakteri patogen dalam saluran pencernaan, penurunan serum kolesterol, menghambat tumor, antimutagenik dan antikarsinogenik, menstimulir sistem imun, pencegahan sembelit, produksi vitamin B, produksi bakteriosin dan inaktivasi berbagai senyawa beracun.
7
Saat ini, industri pangan lebih mengarahkan produk inovasi baru yang dihasilkan ke arah yang lebih spesifik sebagai makanan fungsional. Munculnya fenomena probiotik mengakibatkan semakin meningkatnya pemanfaatan bakteri probiotik sebagai komponen utama makanan fungsional, sehingga diperkenalkan istilah baru yaitu makanan probiotik. Aplikasi probiotik dalam makanan fungsional tidak terbatas pada produk olahan susu, tetapi berkembang ke produkproduk makanan baru seperti fermentasi sereal, makanan formula bayi, jus buah, fermentasi produk kedelai, dan berbagai makanan yang bersifat menanggulangi penyakit (Lee & Salminen 1995; Surono 2004). Heenan et al. (2002) melakukan studi terhadap makanan probiotik dengan menambahkan bakteri probiotik ke dalam makanan vegetarian dan Shimakawa et al. (2003) menumbuhkan Bifidobacterium breve strain yakult ke dalam susu kedelai sebagai makanan fungsional. Indonesia memiliki berbagai jenis makanan fermentasi tradisional yang berpotensi mengandung probiotik, salah satunya adalah dadih. Dadih adalah makanan tradisional Minangkabau dan daerah sekitarnya di Sumatera Barat. Produk makanan ini diproduksi dengan cara memasukkan susu kerbau segar yang telah disaring ke dalam bambu buluh, ditutup dengan daun pisang dan dibiarkan pada suhu kamar selama kurang lebih 1 – 2 hari sampai terbentuk gumpalan menyerupai pasta (Surono & Hosono 1995). Terbentuknya gumpalan atau pasta sebagai akibat penurunan pH oleh aktivitas proses fermentasi. Penuruan pH menyebabkan rasa dadih agak asam karena terbentuknya asam laktat sebagai produk utama hasil metabolisme bakteri asam laktat. Makanan ini biasanya dikonsumsi mentah (tanpa dimasak atau dipanaskan, sehingga sel tetap hidup) (Hosono et al. 1985; Nakazawa & Hosono 1992). Dilihat dari komposisi kimia dan nilai gizi, dadih merupakan sumber protein yang tinggi, yaitu sekitar 39,8% yang mengandung hampir semua jenis asam amino esensial yang digunakan untuk pertumbuhan. Dadih juga mengandung kalsium dalam jumlah yang relatif tinggi yang sangat berperanan dalam pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, serta mencegah terjadinya pengeroposan tulang (osteoporosis) pada orang dewasa atau usia lanjut. Selain itu, dadih juga menghasilkan beberapa jenis vitamin terutama vitamin B kompleks
8
yang merupakan komponen susu sendiri, vitamin B dan vitamin K (Surono & Hosono 1995). Bakteri asam laktat pada bahan pangan fermentasi tradisional telah memiliki sejarah aman dikonsumsi atau tergolong GRAS. Sepuluh strain bakteri asam laktat dadih telah terbukti secara in vitro memiliki sifat-sifat probiotik yang baik yaitu tahan asam, garam empedu dan lisozim, sehingga mampu bertahan hidup di saluran pencernaan (Surono 2003). Bakteri asam laktat yang terlibat selama proses fermentasi dadih salah satunya adalah E. faecium IS-27526 yang berperan dalam pembentukan tekstur dan citarasa. Melihat manfaatnya sebagai susu fermentasi, dadih juga mempunyai potensi yang sama sebagai pangan probiotik (Akuzawa & Surono 2002). Bakteri probiotik E. faecium IS-27526 salah satu jenis probiotik yang sudah banyak diteliti. Probiotik ini merupakan hasil isolasi dadih, susu fermentasi tradisional asal Sumatera Barat yang telah terbukti berperan sebagai probiotik karena tahan pH rendah, garam empedu, mampu melakukan agregasi, menempel, dan berkolonisasi di usus, bahkan berinteraksi melawan patogen (Colado et al. 2007). Probiotik ini juga telah diidentifikasi secara molekuler dengan teknik Polymerase Chain Reaction.
Probiotik Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang masuk dalam jumlah yang cukup yaitu 106 – 108 cfu/g, sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi inang (FAO 2001). Probiotik termasuk dalam kelompok bakteri baik dan umumnya memenuhi status GRAS (Generally Recognized As Safe), yaitu aman bagi manusia, tidak bersifat patogen dan kemampuannya untuk hidup di saluran pencernaan serta mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen enterik sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan ketahanan tubuh. Kelompok
bakteri
ini
tidak
membusukkan
protein
dan
dapat
memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat sehingga disebut bakteri asam laktat (Surono 2004). Beberapa kriteria dan persyaratan suatu mikroorganisme dikatakan sebagai probiotik yang efektif dan menguntungkan bagi kesehatan adalah berasal dari manusia (human origin), stabil
9
terhadap asam maupun cairan empedu, dapat menempel (adhesi) pada usus manusia, membentuk koloni pada manusia, bersifat antagonis terhadap bakteri patogen, secara klinis terbukti efektif terhadap kesehatan, dan aman untuk dikonsumsi. Jenis bakteri asam laktat yang telah banyak digunakan sebagai kultur probiotik adalah Lactobacillus dan Bifidobacteria. Jenis bakteri ini dikonsumsi dalam produk makanan fermentasi. Bakteri ini adalah jenis flora normal dari usus manusia. Syarat mikroba hidup yang harus terdapat pada produk probiotik adalah sebesar 106-108 cfu/ml (FAO/WHO 2001) atau 108-1010 cfu/g preparat ker ing (Vinderola et al. 2000). International Dairy Federation (IDF) memberikan standar jumlah minimum probiotik hidup yang dikonsumsi sebagai acuan adalah 107-108 koloni per gram pada produk akhir, sedangkan jumlah probiotik dalam bioproduk harus cukup jumlahnya untuk aktivitas fisiologi yang terbukti pada manusia (Charteris et al. 1998). Viabilitas dari bakteri probiotik dalam suatu produk sangat mempengaruhi efikasi dari probiotik. Bakteri probiotik harus bisa bertahan selama proses pembuatan, penyimpanan produk dan bertahan terhadap kondisi asam lambung, enzim dan garam empedu yang terdapat dalam usus halus. Ketahanan terhadap asam lambung merupakan syarat penting suatu isolat menjadi probiotik. Hal ini disebabkan bila isolat tersebut masuk ke dalam saluran pencernaan manusia, maka harus mampu bertahan dari pH asam lambung (Kimoto et al. 1999). Lambung hanya mengandung bakteri yang tahan terhadap asam, dengan pH atau keasaman lambung sangat rendah, yaitu sekitar 1,7 dan bakteri asam laktat bias bertahan dalam bilangan ribuan (103) bakteri. Usus besar (colon) ditempati 400-500 jenis bakteri yang jumlahnya triliunan (1012-14) bakteri, dan bakteri asam laktat jumlahnya berkisar 104 – 109 bakteri (Surono 2004). Waktu yang diperlukan mulai saat bakteri masuk sampai keluar dari lambung adalah sekitar 90 menit. Setelah bakteri berhasil melalui lambung, maka akan memasuki saluran usus atas dimana garam empedu disekresikan.
10
Bakteri Asam Laktat Bakteri asam laktat didefinisikan sebagai kelompok bakteri yang membentuk asam laktat, baik sebagai satu-satunya produk maupun sebagai produk utama pada metabolisme karbohidrat. Beberapa ciri yang dimiliki oleh bakteri asam laktat adalah bakteri Gram positif, tidak membentuk spora, tidak mempunyai sitokrom, berbentuk bulat atau batang, dan katalase negatif (Surono 2004). Bakteri asam laktat banyak ditemukan pada produk makanan olahan, baik produk hewani seperti daging dan ikan yang difermentasi, susu fermentasi, maupun pada produk nabati seperti fermentasi sayuran dan buah-buahan. Selain itu, bakteri asam laktat juga banyak terdapat pada organ dalam makhluk hidup, seperti pada saluran pembuangan, jalur genital, jalur intestin, maupun jalur respiratori pada manusia dan hewan. Berdasarkan klasifikasi bakteri asam laktat terdiri dari 10 genera yaitu Aerococcus,
Carnobacterium,
Enterococcus,
Lactobacillus,
Lactococcus,
Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, dan Vagococcus (Rahayu & Magino; Hikmah 2006). Enterococcus merupakan bakteri asam laktat penghuni usus halus yang dominan disamping Lactobacillus. Jumlahnya mampu mencapai 1010 sel/g dalam usus halus dan berkurang hingga 108 sel/g dalam feses (Mitsuoka 1989; Hikmah 2006). Studi mengenai bakteri asam laktat menunjukkan bahwa banyak efek menguntungkan yang diberikan dari aktivitas bakteri ini. Penggunaannya sebagai probiotik yang ditambahkan pada bahan makanan kini banyak dipelajari. Probiotik asal dadih E. faecium IS-27526 misalnya telah terbukti mampu meningkatkan bakteri asam laktat pada feses, serta menurunkan jumlah total mikroba aerob dan anaerob feses pada lansia, sedangkan pada anak balita, terbukti secara signifikan meningkatkan total serum IgA serta total sIgA dari saliva (Surono 2004; Rieuwpassa 2004). Ada berbagai keuntungan dan manfaat bakteri asam laktat sebagai probiotik secara fisiologis dalam tubuh yaitu memperbaiki daya cerna protein susu dengan
mengendapkannya
sebagai
gumpalan
yang
halus,
memperbaiki
pemanfaatan kalsium, fosfor dan zat besi, menstimulir sekresi asam lambung, meningkatkan pergerakan isi lambung dan sebagai sumber energi dalam proses
11
respirasi (Surono 2004). Beberapa manfaat secara umum dari bakteri probiotik adalah: 1. Efek probiotik terhadap bakteri patogen Pelekatan flora normal yang menguntungkan pada mukosa akan menghambat kolonisasi bakteri patogen pada mukosa. Kolon yang sehat dengan produksi mukus yang cukup dan kolonisasi bakteri yang sesuai akan mencegah melekatnya bakteri patogen, modulasi proses penyakit dan mencegah inflamasi (Drisko et al. 2003). Selain itu, strain probiotik bersifat antibakteri patogen karena senyawa antimikroba yang dihasilkan. Selain metabolit primer seperti asam laktat, asetat dan propionat, kelompok yang paling penting dari senyawa antimikroba bakteri probiotik adalah bakteriosin, suatu metabolit sekunder yang merupakan peptida berberat molekul tinggi, dan senyawa metabolit dengan berat molekul rendah seperti hidrogen peroksida, diasetil, asam organik dan senyawa aroma. 2. Menurunkan morbiditas diare Salah satu manfaat probiotik adalah menurunkan keparahan dan lamanya durasi diare. Banyak para peneliti menyimpulkan bahwa probiotik mampu menurunkan keparahan dan lama terjadinya diare akibat virus (rotavirus). Mekanisme probiotik dalam mengatasi masalah ini adalah dengan kemampuannya dalam meningkatkan sistem pertahanan tubuh melalui peningkatan jumlah sel fagosit, T limfosit, Natural Killer Cell, dan IgA (Schrezenmeir & Vrese 2001). 3. Lactose intolerance Susu fermentasi telah terbukti mampu membantu memecahkan masalah intoleransi laktosa karena melibatkan bakteri asam laktat. Intoleransi laktosa merupakan gangguan kemampuan produksi enzim laktase atau ß-galaktosidase. Laktase penting untuk mengasimilasi disakarida pada susu dan perlu dipecah menjadi glukosa dan galaktosa. Orang yang mengalami masalah intoleransi laktosa akan mengalami gangguan atau ketidaknyamanan pada perut, diare, kram, mual, muntah, dan sebagainya. Bakteri asam laktat menguraikan laktosa susu menjadi monosakarida dalam bentuk glukosa dan galaktosa yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh (Schrezenmeir & Vrese 2001).
12
4. Alergi Mekanisme penggunaan probiotik untuk pencegahan alergi adalah dengan memberikan stimulasi mikrobial pada sistem imun host, melalui kultur mikroorganisme hidup yang bersifat menguntungkan. Sebuah studi di Finlandia menunjukkan adanya penurunan insiden alergi susu pada bayi yang diberi Lactobacillus rhamnosus GG selama masa-masa awal usia bayi. Probiotik dapat memberikan efek positif terhadap reaksi alergi melalui perbaikan fungsi barier mukosa dan sistem imun. Adanya senyawa pertahan tubuh seperti T limfosit akan mencegah terjadinya alergi.
Hewan Percobaan Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorium (Malole et al. 1989). Penggunaan hewan percobaan diantaranya dilakukan untuk uji efikasi ataupun menguji keamanan atau efek samping dari suatu bahan kimia atau alami sebelum diujikan pada manusia. Hewan percobaan harus memiliki kriteria jika dijadikan penelitian, antara lain kemiripan fungsi fisiologis dengan manusia, perkembangbiakan yang cepat, mudah didapat dan dipelihara serta murah secara ekonomi (Subahagio et al. 1997). Pada umumnya fungsi dan bentuk organ, proses biokimia dan biofisik serta fisiologis antara tikus dan manusia memiliki banyak kemiripan. Penggunaan tikus sebagai hewan percobaan dalam salah satu penelitian karena memiliki saluran pencernaannya menyerupai saluran pencernaan manusia, sehingga yang dimakan oleh manusia dapat dimakan dan dic erna oleh tikus. Ada perbedaan antara tikus dan manusia antara lain terdapat pada struktur dan fungsi plasenta tikus, pertumbuhan tikus lebih cepat, tikus tidak mempunyai kandung empedu dan tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung. Terdapat tiga galur tikus putih yang umum dikenal, yaitu galur Sprague Dauley, galur Winstar, dan galur Long-Evans. Galur Sprague Dauley adalah salah satu jenis tikus putih yang sering digunakan dalam penelitian. Sprague Dauley
13
yang umum digunakan dalam penelitian mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepala kecil, leher sedang, dan panjang tubuh bisa sama panjang atau lebih pendek dari pada ekor. Bobot tikus jantan pada umur 12 minggu dapat mecapai berat 300 g, sedangkan tikus betina hanya mencapai 200 g (Tabel 1). Tikus putih dikenal sebagai model hewan percobaan yang baik karena mudah ditangani, dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dan memberi nilai hasil ulangan yang cukup dipercaya (Kardiningsih 2005). Tabel 1 Data biologis tikus Kriteria Berat badan dewasa jantan Berat badan dewasa betina Berat lahir Temperatur tubuh Harapan hidup Konsumsi makanan Konsumsi air minum Jumlah pernapasan Kawin setelah beranak Konsumsi oksigen
Nilai 300 – 400 g 250 – 300 g 5–6g 36 – 39 0C (rata-rata 37,50C) 2 – 3 tahun, dapat sampai 4 tahun 10 g/100 g/hari 10 – 12 ml/100 g/hari 65 – 115/menit 1 – 24 jam 1,29 – 2,68 ml/g/jam
Sumber: Malole et al. 1989
Seekor tikus dewasa makan antara 12 – 20 g/hari/ekor dan 20 – 40 ml/air/hari/ekor setiap hari. Pada suhu 210 C tikus jantan yang berumur 6 bulan akan mengkonsumsi pakan sebanyak 11,8 g/100 g berat badan/hari dan tikus betina berumur 1 tahun mengkonsumsi 5,3 g/100 g berat badan/hari. National Research Council (1978) dan Weihe (1989) menyatakan bahwa rata-rata pemberian pakan harian untuk tikus Sprague Dauley selama periode pertumbuhan dan reproduksi mendekati 15 – 20 g untuk jantan dan 10 – 15 g untuk betina. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin dan suhu lingkungan berpengaruh terhadap konsumsi pakan.
14
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dar i bulan Mei – Agustus 2009 yang merupakan bagian dari penelitian Hibah Kemitraan “Studi Efikasi Makanan Fungsional Berbasis Tepung Ikan dan Probiotik untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak Balita Rawan Gizi”. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobologi, Institut Teknologi Indonesia (ITI) Serpong untuk pembuatan krim. Analisis sifat fisik dan kimia krim dilakukan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan perlakuan pada tikus, serta pengukuran berat badan tikus dilakukan di Laboratorium Hewan-Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan, Bogor. Analisis mikrobiologi krim dan analisis profil mikrobiota fekal tikus dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, SEAFAST, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bahan untuk pembuatan krim (mentega, susu, gula bubuk, margarin), Enterococcus faecium IS-27526 dengan viabilitas probiotik adalah 108 cfu/g krim, tikus jantan jenis Sprague Dauley, ransum, bahan untuk analisis sifat fisik dan kimia (HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, ZnSO4 5%, Ba(OH) 2 0,3 N, kertas saring, K2SO4, H2SO4, H3 BO3, Na2S2O3, metilen biru, alkohol), dan analisis mikrobiologi (MRSA, PCA, PDA, VRBA, dan buffer fosfat). Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat untuk proses pembuatan krim probiotik, alat untuk analisis sifat fisik, kimia dan mikrobiologi, seperti autoklaf, inkubator, oven, neraca analitik, refrigerator, vakum flash, timbangan, desikator, Bunsen, gelas ukur, cawan petri, cawan porselin, tabung silinder kimia, tabung Soxhlet, labu Kjeldahl, labu takar, pipet tetes, Erlenmeyer, hotplate, laminar, vorteks, mikropipet, cryotube, tabung reaksi, rak tabung, serta alat-alat pemeliharaan tikus, yaitu kandang tikus, timbangan, tempat makan, dan tempat minum.
15
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan percobaan hewan di laboratorium. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu modifikasi produk krim probiotik yang telah dimikroenkapsulasi, analisis sifat fisik krim probiotik dan krim non probiotik, analisis sifat kimia krim probiotik dan krim non probiotik, analisis mikrobiologi krim probiotik dan krim non probiotik, serta percobaan hewan untuk menganalisis pengaruh pemberian perlakuan terhadap perubahan berat badan tikus, bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus.
Modifikasi Pembuatan Krim Probiotik Formula dasar yang digunakan dalam pembuatan krim probiotik mengacu pada has il penelitian Rieuwpassa (2004). Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah E. faecium IS-27526 yang telah terbukti, baik secara in vitro maupun in vivo. E. faecium IS-27526 telah memenuhi syarat bakteri dinyatakan sebagai probiotik yaitu aman dikonsumsi atau tergolong GRAS, secara in vitro tahan asam, garam empedu dan lisozim, memiliki kemampuan menempel dan berkolonisasi yang cukup baik dan mampu berkompetisi dengan patogen sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan ketahanan tubuh (Surono 2003). Modifikasi yang dilakukan berupa penambahan probiotik E. faecium IS27526 yang telah dimikroenkapsulasi dengan menggunakan metode FBD yang bertujuan untuk mempertahankan viabilitas probiotik dari lingkungan yang ekstrim saat melewati saluran pencernaan dan disaat penyimpanan. Proses penyalutan dilakukan dengan metode suspensi udara. Pada proses fluidisasi, partikel padat akan mengalir ke atas melalui bagian yang disebut “bed” dan ketika laju aliran gas mencapai titik kritis (laju fluidisasi minimum), maka partikel padat akan tersuspensi secara merata. Modifikasi juga dilakukan karena probiotik dalam bentuk serbuk bila disimpan pada suhu ruang viabilitasnya akan menurun dalam waktu relatif singkat. Pada penelitian ini, dalam satu biskuit berkrim mengandung 108 cfu/g probiotik E. faecium IS-27526 pada formula krim. Komposisi (formula dasar) krim has il penelitian Rieuwpassa (2004) dapat dilihat pada Tabel 2. Persiapan
16
krim probiotik dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Institut Teknologi Indonesia, Serpong. Tabel 2 Komposisi krim Komponen Mentega (unsalted) Margarin Gula halus Susu cair
Jumlah 10 g 10 g 75 g 5 ml
Analisis Sifat Fisik dan Kimia Krim Analisis sifat fisik krim yang dilakukan meliputi pH dan densitas kamba. Metode analisis secara lengkap dapat dilihat pada Lampir an 1. Sifat kimia krim yang dianalisis meliputi kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat. Metode analisis secara lengkap disajikan pada Lampiran 2.
Analisis Mikrobiologi Krim Analisis mikrobiologi yang dilakukan untuk menguji krim probiotik dan krim non probiotik meliputi total bakteri asam laktat (BAL), total mikroba (TPC), serta total kapang dan khamir. Masing-masing analisis menggunakan media kultur deMan Rogosa Sharpe Agar (MRSA), Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrosa Agar (PDA) sebagai medium pertumbuhan dan dilakukan pengenceran sesuai keperluan. Setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan petri dalam jumlah yang dapat dihitung. Perhitungan koloni yang ditumbuhkan dilakukan berdasarkan Standard Plate Count dengan jumlah terbaik. Cara kerja selengkapnya diuraikan pada Lampiran 3.
Percobaan pada Hewan Penelitian selanjutnya adalah pemberian krim dan biskuit kepada tikus melalui beberapa perlakuan. Masing-masing tikus mendapatkan biskuit sebanyak 2,3 g/hari dan krim 0,7 g/hari, lalu ditambahkan ke dalam ransum standar. Dasar pertimbangan pemberian biskuit dan krim pada tikus berdasarkan konsep pemberian makanan tambahan (PMT) yang dianalogkan pada balita, yaitu sekitar 10 – 25% kalori. Hal ini dapat dikaitkan dengan kandungan gizi yang terdapat di
17
dalam biskuit tinggi protein yang memberikan sumbangan 490,03 kkal energi dan 22,60 g protein per 100 g biskuit, sehingga diharapkan dengan mengkonsumsi 50 g biskuit yang terdiri dari 4 keping biskuit, dapat memberikan kontribusi asupan protein lebih dari 20% (analog ke balita). Selain itu, dengan adanya probiotik di dalam krim dapat membantu meningkatkan kesehatan saluran pencernaan sehingga penyerapan zat gizi dapat berlangsung lebih baik. Penelitian ini menggunakan hewan sebanyak 30 ekor tikus jantan jenis Sprague Dauley dengan syarat sehat, lepas sapih (30 hari) dengan rata-rata berat badan berkisar 60 g. Tikus ditempatkan pada kandang per individu dan diadaptasikan selama 5 hari dengan memberikan ransum standar. Pemberian ransum standar dilakukan setiap hari. Komposisi dan cara pembuatan ransum dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah lima hari adaptasi tikus ditimbang dan berat badan diurutkan (rata-rata variasi berat badan antar kelompok kurang lebih 5 g dan variasi berat badan dalam satu kelompok kurang lebih 10 g). Jenis tikus serta kandang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Tikus percobaan dan kandang Kemudian dilakukan pemeriksaan berat badan tikus, analisis bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus guna memperoleh data awal setelah 5 hari masa adaptasi. Tikus dikelompokkan secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif / ransum standar (A0); kontrol pos itif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa (A1); ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2); ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3); ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa (A4) dan ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5).
18
Pemberian krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) dilakukan untuk melihat keberadaan perbedaan antar perlakuan tentang efek yang diberikan terhadap berat badan tikus, bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus. Selain itu, pemberian selang 2 hari dilakukan untuk mengoptimalisasi biaya karena hasil penelitian ini akan menjadi rekomendasi program intervensi pada balita gizi kurang di Sukabumi. Pengelompokan tikus berdasarkan jenis perlakuan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pengelompokan tikus berdasarkan jenis perlakuan Kelompok Perlakuan A0 Kontrol negatif / ransum standar A1 Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik+ biskuit biasa A2 Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein Sebanyak 30 ekor tikus, kemudian memasuki masa perlakuan selama 21 hari. Selama perlakuan berlangsung, berat badan tikus ditimbang setiap 2 hari sekali, analisis bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus dilakukan pada hari ke-0 (data awal), 7 hari, 14 hari, dan 21 hari intervensi. Skema alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
19
30 Ekor tikus jantan Sprague Dauley • Adaptasi 5 hari • Penimbangan berat badan tikus awal (hari ke-0) • Analisis BAL fekal tikus awal (hari ke-0) • Analisis bakteri koliform fekal tikus awal (hari ke-0)
Kontrol negatif (ransum standar) (A0)
Kontrol positif (ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa) (A1)
Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2)
Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3)
Penimbangan berat badan tikus setiap 2 hari sekali Analisis bakteri asam laktat fekal tikus hari ke-7, 14, dan 21 Analisis bakteri koliform fekal tikus hari ke-7, 14, dan 21
Gambar 2 Skema alur penelitian
Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa (A4)
Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5)
20
Analisis ketahanan mikrobiota fekal tikus dilakukan dengan menghitung total bakteri asam laktat fekal tikus dan total bakteri koliform fekal tikus. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan media yang sesuai dengan bakteri yang akan diamati yaitu bakteri asam laktat menggunakan media MRSA yang diberi indikator bromocresol purple, dengan menghitung koloni yang tumbuh berwarna kuning dan tetap kuning setelah lebih dari 48 jam inkubasi, bakteri koliform menggunakan VRBA dengan koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya. Cara kerja selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Model matematika rancangan adalah sebagai berikut: Yij = µ + ai + eij Dimana : Yij = Variabel yang dianalisis µ
= Pengaruh rata-rata yang sebenarnya
ai = Efek perlakuan ke-i eij
= Efek pengacakan unit j dari perlakuan ke-i
Pengamatan dan Analisis Data Data analisis sifat fisik dan sifat kimia krim dianalisis dengan menggunakan t-test untuk mengetahui perbedaan antara krim probiotik dan krim non probiotik, analisis mikrobiologi krim ditabulasi dan disajikan secara deskriptif, pengaruh perlakuan terhadap perubahan berat badan tikus, bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus dianalisis secara statistik dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Analisis statistik dilakukan pada masing-masing parameter pengamatan (berat badan tikus, bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus) sesuai dengan hari pengamatan. Jika terdapat pengaruh yang nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji Tukey.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Krim Probiotik Pada umumnya, krim merupakan campuran gula dan lemak dengan penambahan bahan perasa dan pewarna. Krim dengan rasa manis mengandung lemak dan sukrosa sebagai komponen utama dan dextrose, susu bubuk, coklat bubuk, garam, emulsifier, flavour dan pewarna sebagai komponen tambahan. Pencampuran bahan merupakan hal yang penting dalam pembuatan krim, karena akan menentukan keseragaman atau kehomogen dan tekstur produk akhir. Formula dasar krim diperoleh dari hasil penelitian Rieuwpassa (2004) dengan komposisi krim yaitu 10 g mentega, 10 g margarin, 75 g gula halus dan 5 ml susu cair. Modifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan penambahan 1,4 g pelet/kg krim probiotik Enterococcus faecium IS-27526 yang telah dimikroenkapsulasi dengan viabilitas probiotik adalah 108 cfu/g krim setelah dilakukan pengujian, sehingga konsumsi tikus adalah 108 cfu/hari. Penambahan 1,4 g pelet/kg krim didasarkan dari banyaknya krim yang dibuat (1000 g) dikalikan dengan efek dari probiotik yang memberikan manfaat bagi kesehatan (108 cfu/g) dan dibagi dengan uji viabilitas BAL dari pelet yang telah dimikroenkapsulasi (7,4 x 1010 cfu/g). Proses pembuatan krim diawali dengan mencampurkan mentega dan margarin. Kemudian dilanjutkan dengan penambahan gula dan susu. Lalu adonan diaduk dengan menggunakan mixer sampai tercampur merata. Setelah cukup homogen ditambahkan probiotik ke dalam campuran dan diaduk kembali sampai kalis dan homogen. Kemudian krim dikemas menggunakan aluminium foil.
Sifat Fisik Krim Parameter sifat fisik krim yang diamati meliputi pH dan densitas kamba. Nilai pH merupakan faktor penting yang harus diketahui pada sebagian produk pangan. Nilai pH produk dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan. Besarnya nilai pH dapat digunakan untuk menentukan suatu produk bersifat asam, netral atau basa. Nilai pH krim berpengaruh banyak terhadap sifat-sifat produk yang dihasilkan, yaitu masa simpan, daya mengikat air, tekstur dan warna produk.
22
Hasil analisis sifat fisik menunjukkan bahwa pH krim probiotik (5,94) adalah sangat nyata (p<0,01) lebih rendah dibandingkan dengan krim non probiotik (6,16). Hasil uji statistik pH kedua krim disajikan pada Lampiran 6. Nilai pH tersebut menunjukkan bahwa krim probiotik dan krim non probiotik cenderung asam tetapi mendekati netral. Data hasil pengujian sifat fisik krim disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Sifat fisik krim probiotik dan krim non probiotik Nilai pH Densitas kamba (g/ml)
Krim probiotik 5,94 1,34
Krim non probiotik 6,16 1,34
Nilai p 0,002 1,000
Keterangan : n= 2
Perbedaan pH yang sangat nyata antara kedua krim diduga karena adanya perubahan yang terjadi dengan penambahan bakteri probiotik di dalam krim yang telah dimikroenkapsulas i dengan pautan silang antara natrium alginat dengan kalsium klorida sebagai bahan penyalut, interaksi yang terjadi antara produk serta zat-zat yang merupakan pembentuk krim. Alginat merupakan senyawa polisakarida ß-D-manuronat dan a-1guluronat yang terdiri atas unit monomer berikatan (1,4) yang bersifat asam yang diekstraksi dari ganggang coklat. Reaksi pautan silang pada krim probiotik, yakni antara alginat dengan kalsium klorida yang larut air dan pH rendah dengan kalsium klorida menghasilkan Ca-alginat yang tidak larut air dan tidak larut dalam HCl, sehingga adanya interaksi tersebut mengakibatkan perbedaan yang sangat nyata antara kedua krim. Densitas kamba merupakan salah satu karakteristik fisik terpenting yang diperlukan dalam evaluasi proses pembuatan produk-produk pangan dan dinyatakan dalam satuan g/ml. Densitas kamba merupakan perbandingan antara berat bahan dengan volume bahan. Semakin tinggi densitas kamba menunjukkan produk semakin ringkas atau padat. Nilai densitas juga menunjukkan porositas bahan. Bahan yang lebih ringkas memiliki porositas yang lebih sedikit karena lebih sedikit rongga antar partikel. Banyaknya rongga antar partikel dan besarnya ukuran partikel akan menyebabkan banyak ruang kosong tersisa yang seharusnya terisi oleh partikel tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah partikel yang menempati suatu volume ruang lebih sedikit.
23
Hasil analisis (Tabel 4) menunjukkan bahwa nilai densitas kamba untuk kedua krim adalah tidak berbeda (p>0,05), yaitu 1,34 g/ml. Hasil uji statistik densitas kamba kedua krim disajikan pada Lampiran 6. Nilai densitas kamba dalam penelitian ini termasuk kategori besar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh komposisi bahan baku yang digunakan, yaitu gula, mentega dan margarin. Menurut Winarno (1997) lemak dapat mempengaruhi densitas kamba suatu produk karena lemak dapat mengkompakkan bahan sehingga kadar lemak yang lebih besar cenderung menyebabkan densitas kamba yang semakin besar.
Sifat Kimia Krim Parameter sifat kimia krim yang diamati meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar karbohidrat. Sifat kimia krim probiotik dan non probiotik disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sifat kimia krim probiotik dan krim non probiotik (% bk) Kadar Air* Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Abu Kadar Karbohidrat
Krim probiotik 2,63 0,75 15,74 0,46 83,04
Krim non probiotik 2,69 0,47 16,19 0,36 82,98
Nilai p 0,81 0,03 0,23 0,02 0,82
*) Kadar air dinyatakan berdasarkan berat basah
Kadar Air Kadar air adalah kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah. Kadar air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya dan sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan. Selain itu, kadar air juga merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa bahan pangan (Winarno 1997). Hasil analisis menunjukkan bahwa krim probiotik mempunyai kadar air (2,63% bb) yang tidak berbeda nyata (p>0,05) lebih rendah dibandingkan dengan krim non probiotik (2,69% bb). Hasil uji statistik terhadap kadar air krim probiotik dan krim non probiotik menggunakan t-test disajikan pada Lampiran 7.
24
Kadar Protein Hasil analisis menunjukkan bahwa krim probiotik mempunyai kadar protein (0,75% bk) adalah nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan krim non probiotik (0,47% bk). Hasil uji statistik terhadap kadar protein krim probiotik dan krim non probiotik menggunakan t-test disajikan pada Lampiran 7. Perbedaan kandungan protein antara krim probiotik dan krim non probiotik diduga adanya penambahan E. faecium IS-27526 ke dalam krim probiotik karena 15% dari berat sel bakteri adalah protein dengan jumlah molekul rata-rata per sel adalah 106 (Fardiaz 1989). Winarno (1997) menyatakan, protein merupakan suatu zat gizi yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini selain berfungsi sebagai penghasil energi dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Sifat protein sebagai zat pengatur dimiliki oleh enzim. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru dalam tubuh.
Kadar Lemak Hasil analisis menunjukkan
bahwa
kadar
lemak krim
probiotik
(15,74% bk) yang tidak berbeda nyata (p>0,05) lebih rendah dibandingkan dengan krim non probiotik (16,19% bk). Hasil uji statistik terhadap kadar lemak krim probiotik dan krim non probiotik menggunakan t-test disajikan pada Lampiran 7. Lemak merupakan bahan baku paling penting dalam pembuatan biskuit. Lemak merupakan komponen terbesar selain tepung dan gula. Pada pembuatan krim probiotik maupun krim non probiotik, digunakan dua jenis sumber lemak, yaitu margarin dan mentega. Fungsi utama lemak dalam pembuatan krim adalah sebagai pengemulsi. Selain itu lemak juga berfungsi sebagai pembentuk citarasa dan memberikan tekstur pada krim.
Kadar Abu Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik yang kandungan dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuannya (Sudarmadji et al. 1984). Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar abu krim probiotik (0,46% bk) adalah nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan
25
krim non probiotik (0,36% bk). Hasil uji statistik terhadap kadar abu krim probiotik dan krim non probiotik menggunakan t-test disajikan pada Lampiran 7. Perbedaan kadar abu antara krim probiotik dan krim non probiotik diduga adanya penambahan E. faecium IS-27526 yang ada di dalam krim probiotik karena 1% senyawa-senyawa penyusun sel bakteri adalah ion organik dengan jumlah molekul rata-rata per sel 2,5 x 108 (Fardiaz 1989).
Kadar Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, dan tekstur (Winarno 1997). Hasil analisis menunjukkan bahwa krim probiotik mempunyai kandungan karbohidrat (83,04% bk) yang tidak berbeda nyata (p>0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan krim non probiotik (82,98% bk). Hasil uji statistik terhadap kadar karbohidrat kedua krim menggunakan t-test disajikan pada Lampiran 7.
Mutu Mikrobiologi Krim Salah satu indikator kerusakan makanan dapat dilihat dari mutu mikrobiologi. Bahan pangan atau makanan disebut busuk atau rusak jika sifatsifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima sebagai makanan (Fardiaz 1989). Mutu mikrobiologi dari suatu produk makanan ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme atau mikroba yang terdapat dalam bahan pangan (Buckle et al. 1987). Mutu mikrobiologi ini akan menentukan daya simpan dan keamanan dari suatu produk. Indikator yang dapat mempengaruhi kondisi penyimpanan dan keamanan bahan pangan salah satunya adalah pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan, simbiosis antara kelompok mikroorganisme dan tersedianya zat-zat gizi. Parameter yang diamati untuk menentukan mutu mikrobiologi krim probiotik dan non probiotik adalah total bakteri asam laktat, total mikroba (TPC), serta total kapang dan khamir. Apabila total mikroorganisme di luar batas standar, maka bahan pangan tidak aman untuk dikonsumsi.
26
Total Bakteri Asam Laktat (BAL) Total bakteri asam laktat krim probiotik diperoleh dari perhitungan bakteri yang ditumbuhkan pada media deMan Rogosa Sharp Agar (MRSA). Krim probiotik memiliki total bakteri asam laktat sebesar 1,42 x 108 cfu/g, sedangkan pada krim non probiotik tidak terdapat bakteri asam laktat. Total bakteri asam laktat pada kedua krim disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Total bakteri asam laktat pada krim probiotik dan krim non probiotik Produk Krim Probiotik Krim Non Probiotik
Total bakteri asam laktat (cfu/g) 1,42 x 108 0
Menurut Tannock (1999), salah satu syarat produk probiotik adalah mengandung sel mikroba hidup sebesar 106 – 108 cfu/g. Oleh karena itu, produk krim probiotik yang dihasilkan dapat memenuhi syarat produk probiotik. Adanya sifat antagonis yang dilakukan oleh bakteri probiotik akan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen lainnya dalam suatu produk makanan. Selain itu, perbedaan laju pertumbuhan memungkinkan bakteri probiotik akan menghabiskan zat-zat gizi yang penting dalam substrat dan akan merugikan mikroorganisme lainnya, khususnya yang tidak bermanfaat bagi kesehatan.
Total Plate Count (TPC) Total Plate Count (TPC) dilakukan untuk mengetahui total mikroba pada produk krim yang dihasilkan. Kondisi mikrobiologis pada produk dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti bahan baku dan pengemasan, perlakuan panas, kondisi sanitasi dan kebersihan alat-alat yang digunakan. Hasil uji menunjukkan bahwa produk krim probiotik memiliki total mikroba 3,2 x 104 cfu/g dan krim non probiotik memiliki total mikroba 3,4 x 104 cfu/g. Total mikroba pada kedua krim disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Total mikroba pada krim probiotik dan krim non probiotik Produk Krim probiotik Krim non probiotik
Total mikroba (cfu/g) 3,2 x 104 3,4 x 104
27
Total mikroorganisme pada krim probiotik lebih kecil dibandingkan dengan krim non probiotik. Hal ini diduga karena bakteri asam laktat tidak bisa tumbuh dengan baik pada media plate count agar. Bakteri asam laktat memerlukan media selektif untuk pertumbuhannya yang mengandung zat-zat gizi yang komplek seperti asam amino, vitamin (B1, B6, B12 dan biotin), purin dan pirimidin (Surono 2004).
Total Kapang dan Khamir Kontaminasi kapang dan khamir pada suatu produk dimungkinkan berasal dari perlakuan pada tahap pengolahan, bahan pengemas, sanitasi ruang dan lingkungan yang kurang steril. Nilai pH yang asam pada suatu produk merupakan kondisi lingkungan yang sangat mendukung pertumbuhan kapang dan khamir. Hasil uji menunjukkan bahwa produk krim probiotik memiliki total khamir 3,0 x 101 cfu/g dan tidak terdapat kapang, sedangkan pada krim non probiotik tidak terdapat kapang dan khamir. Total kapang dan khamir kedua krim disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Total kapang dan khamir pada krim probiotik dan krim non probiotik Produk Krim Probiotik Krim Non Probiotik
Total kapang dan khamir (cfu/g) 3,0 x 101 0
Pengaruh Perlakuan terhadap Peningkatan Berat Badan Tikus Pengukuran terhadap berat badan tikus dilakukan setiap dua hari sekali. Rata-rata berat badan tikus pada awal penelitian berkisar antara 60,20 g – 61,90 g dan di akhir penelitian mengalami peningkatan dengan kisaran berat badan antara 123,84 g – 143,98 g (Tabel 9). Peningkatan berat badan tikus di akhir pengamatan antara lain dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan dan lingkungan yang di kontrol. Kontrol terhadap lingkungan sudah berjalan dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan berat badan tikus pada awal penelitian homogen (Lampiran 9). Data berat badan tikus secara keseluruhan selama 21 hari pengamatan disajikan pada Lampiran 8.
28
Tabel 9 Rata-rata berat badan tikus pada awal dan akhir penelitian Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 A5
Rata-rata berat badan tikus (g) Awal Akhir 60,46 123,84 61,90 139,90 61,86 143,98 61,50 136,50 60,20 135,18 61,38 135,87
Keterangan : A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Menurut Muchtadi (1989), peningkatan berat badan bersifat alamiah, tikus merupakan hewan yang tidak pernah berhenti tumbuh, walaupun kecepatan tumbuh akan menurun saat mencapai usia dewasa. Hasil penimbangan terhadap berat badan tikus selama 21 hari pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata berat badan tikus dari enam perlakuan mengalami peningkatan (Gambar 3). Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tikus umur sapih (30 hari) dengan ratarata berat badan yaitu 60 g. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap rata-rata berat badan tikus selama 21 hari pengamatan, kecuali pada pengamatan hari ke-7 (Lampiran 9). Hasil uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pada penimbangan hari ke-7, berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) (96,58 g) berbeda nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (82,92 g), tetapi pada perlakuan lainnya krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (89,74 g); krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (86,88 g); krim probiotik + biskuit biasa (A4) (84,26 g); krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (88,26 g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (Lampiran 10). Perbedaan berat badan tikus hanya terjadi pada hari ke-7 karena jumlah ransum yang dikonsumsi oleh tikus adalah tidak berbeda nyata yaitu berkisar antara 158,26 g – 190,42 g antar perlakuan selama 21 hari pengamatan.
Berat badan tikus (g)
29
180 120 60 0 0
1
3
5
7*
9
11
13
15
17
19
21
A0 60,46 63,76 69,32 76,12 82,92 90,86 97,46 103,68 108,20 114,70 120,26 123,84 A1 61,90 66,22 73,26 81,86 89,74 99,96 105,40 112,70 119,50 125,24 133,62 139,90 A2 61,86 69,46 79,22 87,76 96,58 103,9 111,74 119,28 125,74 131,60 138,28 143,98 A3 61,50 66,38 72,68 80,96 86,88 95,16 102,94 111,16 117,70 125,04 132,90 136,50 A4 60,20 64,76 69,30 75,46 84,26 92,96 98,04 106,36 112,80 121,40 128,14 135,18 A5 61,38 65,94 70,70 78,40 88,26 96,30 104,02 110,96 118,36 125,80 130,22 135,87
Keterangan : *) = Berat badan tikus antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05) A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Gambar 3 Rata-rata berat badan tikus selama 21 hari pengamatan Analisis data terhadap perubahan berat badan tikus didasarkan pada pengurangan berat badan tikus pada pengamatan hari ke-1 hingga pengamatan hari ke-21 (selang penimbangan 2 hari) dengan data pengamatan hari ke-0. Hasil penimbangan berat badan tikus dari keenam perlakuan menunjukkan bahwa tikus mengalami peningkatan berat badan yang selalu meningkat (Gambar 4). Data peningkatan berat badan tikus secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan berat badan tikus antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05) pada pengamatan hari ke-3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15, namun tidak berbeda nyata (p>0,05) pada hari pengamatan ke-1, 17, 19 dan 21. Meskipun berat badan cenderung meningkat dengan semakin lamanya pemberian intervensi, tetapi peningkatan berat badan tersebut tidak begitu cepat di saat melewati masa pertumbuhan karena pada hari ke-17, 18 dan 21 tikus sudah mencapai usia dewasa.
30
Peningkatan berat badan tikus (g)
90 60 30 0 1 A0 3,30
3* 5* 7** 9* 11* 13* 15* 17 19 21 8,86 15,66 22,46 30,40 37,00 43,22 47,74 54,24 59,80 63,38
A1 4,32 11,36 19,96 27,84 38,06 43,50 A2 7,60 17,36 25,90 34,72 42,04 49,88 A3 4,88 11,18 19,46 25,38 33,66 41,44 A4 4,56 9,10 15,26 24,06 32,76 37,84 A5 4,56
50,80 57,60 63,34 71,72 78,00 57,42 63,88 69,74 76,42 82,12 49,66 56,20 63,54 71,40 75,00 46,16 52,60 61,20 67,94 74,98
9,32 17,02 26,88 34,92 42,64 49,58 56,98 64,42 68,84 74,42
Keterangan : *) = Peningkatan berat badan tikus antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05) **) = Peningkatan berat badan tikus antar perlakuan berbeda sangat nyata (p<0,01) A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Gambar 4 Rata-rata peningkatan berat badan tikus selama 21 hari pengamatan Hasil uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pada hari ke-3, peningkatan berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berbeda nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim non probiotik + biskuit biasa (A1), krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5). Pada hari ke-5, peningkatan berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berbeda nyata dengan ransum standar (A0), krim probiotik + biskuit biasa (A4) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim non probiotik + biskuit biasa (A1), krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3). Pada hari ke-7, peningkatan berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0), krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3), krim probiotik + biskuit biasa (A4), tetapi tidak berbeda nyata dengan krim non probiotik + biskuit biasa (A1) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5).
31
Pada hari ke-9, peningkatan berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berbeda nyata dengan ransum standar (A0), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim non probiotik + biskuit biasa (A1), krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3), krim probiotik + biskuit biasa (A4) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5). Pada hari ke-11 peningkatan berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berbeda nyata dengan ransum standar (A0) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim non probiotik + biskuit biasa (A1), krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5). Pada hari ke-13 dan 15, peningkatan berat badan tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berbeda nyata dengan ransum standar (A0), tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan krim non probiotik + biskuit biasa (A1), krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3), krim probiotik + biskuit biasa (A4) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (Lampiran 13). Salah satu faktor yang meningkatkan pertumbuhan adalah asupan makanan yang diberikan dalam jumlah yang cukup dan kandungan gizi yang terdapat pada makanan. Semua tikus mendapatkan jenis ransum yang sama, namun perbedaan terdapat pada perlakuan, jumlah kalori dan protein yang diberikan pada setiap kelompok tikus. Peningkatan berat badan tikus yang mendapatkan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) adalah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, karena selain mendapatkan gizi yang lebih banyak dari ransum dan biskuit, juga mendapatkan probiotik yang dapat meningkatkan penyerapan zat gizi di dalam tubuh. Pada fase pertumbuhan, protein memegang peranan yang sangat penting (dianalogkan pada biskuit yang tinggi protein dan kalori), karena pada fase tersebut proses biosintesis berlangsung dengan cepat terutama pembentukan protein tubuh, sedangkan energi dibutuhkan untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh (National Research Council 1978 ; Sulchan & Nur 2007). Selain itu, adanya penambahan probiotik ke dalam ransum tikus menyebabkan bakteri non patogen di dalam saluran cerna akan lebih banyak
32
daripada bakteri patogen, sehingga akan menekan pertumbuhan bakteri patogen yang akan menciptakan kondisi yang baik pada saluran pencernaan. Kondisi demikian akan meningkatkan penyerapan zat-zat gizi dan akan memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan, yaitu akan menambahkan massa tubuh (Sobariah 2007). Berbagai cara mikrobiota menekan pertumbuhan bakteri patogen diantaranya adalah kompetisi nutrisi. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh mikrobiota usus menghambat proliferasi patogen dengan menurunkan keasaman usus,
dan
beberapa
bakteri
menghasilkan
bakteriosin.
Mikrobiota usus
mempercepat mengeluarkan kotoran dengan menstimulir motilitas usus dan menstimulir sistem imun usus. Kondisi ini akan menciptakan kondisi yang sehat di saluran pencernaan sehingga penyerapan zat gizi akan optimal yang akan memberikan kontribusi pada massa tubuh.
Mikrobiota Fekal Tikus Total Bakteri Asam Laktat Fekal Tikus Bakteri asam laktat memiliki peranan yang penting pada kehidupan manusia, baik dalam fermentasi makanan maupun sebagai bagian dari mikroflora normal pada saluran pencernaan. Bakteri asam laktat yang secara normal tumbuh di saluran pencernaan dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan tubuh melalui kemampuannya menekan pertumbuhan patogen (Purwandhani1998). Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang, katalase negatif, tidak membentuk
sitokrom,
aerotoleran,
anaerobik
hingga
mikroaerofilik,
membutuhkan nutrisi kompleks seperti asam amino dan vitamin serta memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat (Surono 2004). Rata-rata jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada awal penelitian berkisar antara 1,78 x 108 cfu/g (8,25 log cfu/g) – 2,95 x 108 cfu/g (8,47 log cfu/g), sedangkan pada akhir penelitian mengalami peningkatan, yaitu berkisar antara 1,78 x 109 cfu/g (9,25 log cfu/g) – 5,37 x 1010 cfu/g (10,73 log cfu/g) (Gambar 5). Secara keseluruhan rata-rata jumlah bakteri asam laktat fekal tikus
33
dari enam perlakuan yang diberikan mengalami peningkatan hingga pengamatan hari ke-21. Data jumlah bakteri asam laktat fekal tikus secara keseluruhan dapat
(log cfu/g)
dilihat pada Lampiran 14. 11,0 9,0 7,0
0 Hari
7 Hari**
14 Hari**
21 Hari**
A0
8,31
8,43
8,96
9,28
A1
8,34
8,59
8,98
9,25
A2
8,41
9,33
10,37
10,73
A3
8,25
9,17
10,19
10,31
A4
8,38
9,16
10,21
10,27
A5
8,47
8,99
9,64
10,03
Keterangan : **) = Jumlah bakteri asam laktat fekal tikus antar perlakuan berbeda sangat nyata (p<0,01) A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Gambar 5 Jumlah bakteri asam laktat fekal tikus Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah bakteri asam laktat fekal tikus antar perlakuan berbeda sangat nyata pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21 (Lampiran 15). Hasil uji lanjut Tukey pada pengamatan hari ke-7 menunjukkan bahwa jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) adalah 2,14 x 109 cfu/g (9,33 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) 2,69 x 108 cfu/g (8,43 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) 3,89 x 108 cfu/g (8,59 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) 9,77 x 108 cfu/g (8,99 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) 1,48 x 109 cfu/g (9,17 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) 1,45 x 109 cfu/g (9,16 log cfu/g). Rata-rata jumlah bakteri asam laktat fekal tikus paling baik dimiliki oleh perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2), sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan probiotik ke dalam krim dapat meningkatkan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus.
34
Pada hari ke-14 menunjukkan bahwa jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada perlakuan
krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) adalah
10
2,34 x 10 cfu/g (10,37 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) 9,12 x 108 cfu/g (8,96 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) 9,55 x 108 cfu/g (8,98 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) 1,55 x 1010 cfu/g (10,19 log cfu/g), krim probiotik + biskuit biasa (A4) 1,62 x 1010 cfu/g (10,21 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) 4,37 x 109 cfu/g (9,64 log cfu/g). Meningkatnya jumlah bakteri asam laktat pada perlakuan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) diduga karena adanya bahan yang dapat memicu pertumbuhan dari bakteri asam laktat pada komponen biskuit yang mengandung prebiotik, sehingga memberikan manfaat positif dalam menstimulir pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik dalam usus besar. Pada hari ke-21 menunjukkan bahwa jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) 5,37 x 1010 cfu/g (10,73 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) 1,90 x 109 cfu/g (9,28 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) 1,78 x 109 cfu/g (9,25 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) 1,07 x 1010 cfu/g (10,03 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) 2,04 x 1010 cfu/g (10,31 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) 1,86 x 1010 cfu/g (10,27 log cfu/g) (Lampiran 16). Dalam hal ini merujuk pada komponen yang terdapat pada biskuit tinggi protein, yaitu isolat protein kedelai dan tepung ikan lele yang memberikan efek prebiotik. Keuntungan dari kombinasi antara probiotik dan prebiotik dapat meningkatkan viabilitas bakteri probiotik akibat substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi. Perlakuan yang paling baik dalam meningkatkan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus hingga akhir pengamatan adalah perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2). Lu dan Walker (2001) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan populasi bakteri non patogen di dalam saluran pencernaan, antara lain adalah dengan pemberian gizi yang baik dan lingkungan yang stabil. Selain itu, Bourlioux et al. (2003)
35
menyatakan bahwa bakteri dalam saluran pencernaan membutuhkan gizi dan energi untuk tumbuh dan berkembang-biak. Gizi yang digunakan berupa mucin dan sel-sel mati serta metabolit yang dihasilkan oleh bakteri, yaitu hasil pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan produksi vitamin. Berdasarkan asumsi tersebut, maka peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus dapat dikaitkan dengan kesehatan saluran pencernaan tik us. Tikus yang diberi krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) memiliki kesehatan saluran cerna yang lebih baik daripada tikus yang diberikan perlakuan lainnya atau ransum standar. Hasil beberapa penelitian mengenai bakteri asam laktat mengungkapkan bahwa konsumsi susu yang mengandung probiotik berpengaruh terhadap mikrobiota fekal manusia dan hewan percobaan (Alkalin et al. 1997; Gilliland et al. 1988; Hosoda et al. 1996). Penelitian tersebut menggunakan L. acidophilus sebagai kultur probiotik dengan makanan pembawa berupa susu fermentasi dan yoghurt yang menyebabkan peningkatan jumlah bakteri yang menguntungkan seperti laktobasili dan bifido serta menekan jumlah bakteri usus yang berpotensi sebagai patogen seperti bakteri koliform dan enterobacteria. Peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21 disajikan pada Gambar 6. Rata-rata peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus terbesar akibat perlakuan yang diberikan ditemukan pada krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2), yaitu 0,93 log cfu/g yang diamati pada hari ke-7 dan terus meningkat hingga pengamatan hari ke-14 dan 21 masingmasing, yaitu 1,97 log cfu/g dan 2,33 log cfu/g. Peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus terkecil terdapat pada perlakuan ransum standar (A0) yaitu 0,13 log cfu/g dan krim non probiotik + biskuit biasa (A1), yaitu 0,25 log cfu/g, tetapi terus meningkat hingga pengamatan hari ke-14 dan 21. Data pengaruh perlakuan terhadap peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus selengkapnya disajikan pada Lampiran 17. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berbeda sangat nyata terhadap peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21 (Lampiran 18).
(log cfu/g)
36
2 1,5 1 0,5 0
7 Hari**
14 Hari**
21 Hari**
A0
0,13
0,65
0,98
A1
0,25
0,64
0,91
A2
0,93
1,97
2,33
A3
0,92
1,94
2,06
A4
0,78
1,83
1,89
A5
0,52
1,18
1,56
Keterangan : **) = Peningkatan jumlah BAL fekal tikus antar perlakuan berbeda sangat nyata (p<0,01) A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Gambar 6
Peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21
Hasil uji lanjut Tukey (Lampiran 19) pada hari ke-7 menunjukkan bahwa perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) (0,93 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (0,13 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (0,25 log cfu/g), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (0,92 log cfu/g), krim probiotik + biskuit biasa (A4) (0,78 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (0,52 log cfu/g). Pada hari ke-14 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) (1,97 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan ransum standar (A0) (0,65 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (0,64 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (1,94 log cfu/g), krim probiotik + biskuit biasa (A4) (1,83 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (1,18 log cfu/g). Pada hari ke-21 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada per lakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2)
37
(2,33 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (0,98 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (0,91 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (2,06 log cfu/g), krim probiotik + biskuit biasa (A4) (1,89 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (1,56 log cfu/g). Peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus adalah lebih baik pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena bakteri asam laktat memerlukan zat gizi yang sangat kompleks. Kolonisasi oleh probiotik untuk membentuk mikroekosistem yang normal dapat dimanipulasi melalui pengaturan diet yang mengandung prebiotik, probiotik atau kombinasi keduanya. Dalam hal ini merujuk pada komponen yang terdapat pada biskuit tinggi protein, yaitu isolat protein kedelai dan tepung ikan lele yang memberikan efek prebiotik. Keuntungan dari kombinasi antara prebiotik dan probiotik secara sinergis dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik akibat substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) berdampak pada peningkatan yang cukup tinggi terhadap jumlah bakteri asam laktat fekal tikus.
Total Bakteri Koliform Fekal Tikus Salah satu pengaruh positif dari kultur probiotik yang mengandung bakteri asam laktat adalah mampu bertahan dan berkembang-biak di dalam saluran pencernaan untuk berkompetisi dengan bakteri patogen seperti bakteri koliform. Rata-rata jumlah bakteri koliform fekal tikus pada awal penelitian berkisar antara 6,46 x 106 cfu/g (6,81 log cfu/g) – 1,91 x 107 cfu/g (7,28 log cfu/g), sedangkan pada akhir penelitian mengalami penurunan berkisar antara 6,3 x 101 cfu/g (1,80 log cfu/g) – 1,32 x 106 cfu/g (6,12 log cfu/g) (Gambar 7). Secara keseluruhan ratarata jumlah bakteri koliform fekal tikus dari keenam perlakuan yang diberikan mengalami penurunan hingga pengamatan hari ke-21. Data jumlah bakteri koliform fekal tikus secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 20.
Log cfu/g
38
8 6 4 2 0
0 Hari
7 Hari**
14 Hari**
21 Hari**
A0
7,28
6,34
6,14
6,12
A1
7,08
6,33
5,89
5,84
A2
6,81
4,83
3,67
1,80
A3
7,28
5,35
4,54
2,69
A4
7,18
5,21
4,50
2,69
A5
7,17
5,64
5,95
5,90
Keterangan : **) = Jumlah bakteri koliform fekal tikus antar perlakuan berbeda sangat nyata (p<0,01) A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Gambar 7 Jumlah bakteri koliform fekal tikus Hasil sidik ragam (Lampiran 21) menunjukkan bahwa jumlah fekal bakteri koliform tikus berbeda sangat nyata antar perlakuan pada hari ke-7, 14 dan 21. Hasil uji lanjut Tukey (Lampiran 22) pada hari ke-7 menunjukkan bahwa jumlah bakteri koliform fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) 6,76 x 104 cfu/g (4,83 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan ransum standar (A0) 2,19 x 106 cfu/g (6,34 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) 2,14 x 106 cfu/g (6,33 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) 4,37 x 105 cfu/g (5,64 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) 2,24 x 105 cfu/g (5,35 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) 1,62 x 105 cfu/g (5,21 log cfu/g). Pada hari ke-14 menunjukkan bahwa jumlah bakteri koliform fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) 4,68 x 103 cfu/g (3,67 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) 1,38 x 106 cfu/g (6,14 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) 7,76 x 105 cfu/g (5,89 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) 8,91 x 105 cfu/g (5,95 log cfu/g), namun tidak berbeda nyata dengan
39
perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) 3,47 x 104 cfu/g (4,54 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) 3,16 x 104 cfu/g (4,50 log cfu/g). Pada hari ke- 21 jumlah bakteri koliform fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) 6,3 x 101 cfu/g (1,80 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) 1,32 x 106 cfu/g (6,12 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) 6,29 x 105 cfu/g (5,84 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) 7,94 x 105 cfu/g (5,90 log cfu/g), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) 4,89 x 102 cfu/g (2,69 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) 4,89 x 102 cfu/g (2,69 log cfu/g). Aktivitas antagonistik yang mungkin dilakukan oleh bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan adalah dengan memproduksi asam organik. Produksi asam organik akan menurunkan pH saluran pencernaan yang akan menciptakan suasana yang tidak cocok bagi patogen. Aktivitas antagonistik akan menghambat mikroorganisme yang berbahaya jika bakteri asam laktat mampu melewati lambung dengan cepat dan menempel serta berkolonisasi pada usus. Selain itu, kemampuan untuk berkompetisi dalam menempel dan berkolonisasi pada permukaan sel mukosa sangat penting untuk mencegah bakteri pembusuk dan bakteri patogen untuk merusak dan menempel di usus. Hasil penelitian lain yang juga menunjukkan adanya penurunan jumlah bakteri koliform fekal pada manusia dan hewan telah dilakukan oleh Alkalin et al. (1997), dimana pemberian susu yang mengandung probiotik L. acidophilus, L. bulgaricus dan S. thermophilus menyebabkan penurunan jumlah fekal bakteri koliform manusia dan hewan dengan kisaran 0,4 – 1,2 unit log. Penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21 disajikan pada Gambar 8. Rata-rata penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus terbesar akibat perlakuan ditemukan pada krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2), yaitu -1,98 log cfu/g yang diamati pada hari ke-7 dan terus menurun hingga hari ke-14 dan hari ke-21 masing-masing yaitu -3,14 log cfu/g dan -5,01 log cfu/g. Penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus terkecil terdapat pada perlakuan ransum standar (A0) yaitu -0,94 log cfu/g dan perlakuan
40
krim non probiotik + biskuit biasa (A1) -0,74 log cfu/g pada hari ke-7 dan terus
Log cfu/g
menurun hingga hari ke-14 dan 21 (Lampiran 23). 0 -2 -4 -6
7 Hari**
14 Hari**
21 Hari**
A0
-0,94
-1,14
-1,16
A1
-0,74
-1,19
-1,24
A2
-1,98
-3,14
-5,01
A3
-1,92
-2,73
-4,59
A4
-1,97
-2,68
-4,49
A5
-1,54
-1,23
-1,28
Keterangan : **) = Penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus berbeda sangat nyata (p<0,01) A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
Gambar 8
Penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21
Hasil sidik ragam (Lampiran 24) menunjukkan bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus pada hari ke7, 14 dan 21. Hasil uji lanjut Tukey (Lampiran 25) pada hari ke-7 menunjukkan bahwa penurunan bakteri koliform fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) (-1,98 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (-0,94 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (-0,74 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (-1,92 log cfu/g), krim probiotik + biskuit biasa (A4) (-1,97 log cfu/g) dan krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (-1,54 log cfu/g). Pada hari ke-14 penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) (-3,14 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (-1,14 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (-1,19 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit
41
tinggi protein (A5) (-1,23 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (-2,73 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) (-2,68 log cfu/g). Begitu juga pada hari ke-21 penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) (-5,01 log cfu/g) berbeda sangat nyata dengan perlakuan ransum standar (A0) (-1,16 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit biasa (A1) (-1,24 log cfu/g), krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) (-1,28 log cfu/g), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) (-4,59 log cfu/g) dan krim probiotik + biskuit biasa (A4) (-4,49 log cfu/g). Penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus yang mendapatkan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) adalah lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan bakteri probiotik adalah mampu menurunkan jumlah bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Mekanisme penurunan jumlah patogen oleh bakteri probiotik dapat dilakukan dengan cara memproduksi anti bakteri, berkompetisi untuk memperoleh zat gizi dan berkompetisi untuk memperoleh daerah kolonisasi. Selain itu, manajemen mikroflora usus dapat dilakukan dengan meningkatkan proporsi bakteri probiotik dengan mengkonsumsi bakteri probiotik dan menyediakan zat gizi yang cukup untuk bakteri probiotik, agar di dalam usus bakteri tersebut dapat berkembang dengan pesat. Kandungan saluran pencernaan yang kaya akan zat gizi memiliki peranan yang penting bagi bakteri probiotik untuk bersaing dalam mengurangi kemampuan patogen untuk mendominasi saluran pencernaan. Berbagai senyawa hasil metabolit bakteri ”baik”, seperti asam laktat, hidrogen peroksida, bakteriosin, bersifat antimikroba bagi bakteri ”jahat”. Senyawa-senyawa racun yang dihasilkan dari metabolisme protein dan lemak, serta hasil pemecahan enzim tertentu jadi semakin berkurang dan mengurangi beban organ hati. Selanjutnya, bakteri ”baik” mulai menjalankan peranannya dalam meningkatkan kesehatan (Surono 2004).
42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Formula dasar krim probiotik diperoleh dari hasil penelitian Rieuwpassa (2004) dengan modifikasi yang dilakukan berupa penambahan probiotik E. faecium IS-27526 asal dadih yang telah dimikroenkapsulasi, sehingga dalam satu biskuit berkrim mengandung 108 cfu/hari probiotik E. faecium IS-27526 pada formula krim. Hasil analisis sifat fisik menunjukkan bahwa pH krim probiotik (5,94) adalah sangat nyata (p<0,01) lebih rendah dibandingkan dengan krim non probiotik (6,16). Nilai densitas kamba untuk kedua krim adalah tidak berbeda (p>0,05) yaitu 1,34 g/ml. Hasil analisis sifat kimia menunjukkan bahwa kadar air krim probiotik (2,63% bb) tidak berbeda nyata (p>0,05) lebih rendah dibandingkan dengan krim non probiotik (2,69% bb), kadar protein krim probiotik (0,75% bk) adalah nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan krim non probiotik (0,47% bk). Begitu juga untuk kadar abu krim probiotik (0,46% bk) adalah nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan krim non probiotik (0,36% bk), kadar lemak krim probiotik (15,74% bk) tidak berbeda nyata (p>0,05) lebih rendah dibandingkan krim non probiotik (16,19% bk), sedangkan untuk kadar karbohidrat by difference krim probiotik (83,04% bk) tidak berbeda nyata (p>0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan krim non probiotik (82,98% bk). Analisis mikrobiologi menunjukkan bahwa total bakteri asam laktat untuk krim probiotik adalah 1,42 x 108 cfu/g, total mikroba krim probiotik dan krim non probiotik adalah 3,2 x 104 cfu/g dan 3,4 x 104 cfu/g, serta total kapang khamir krim probiotik adalah 3,0 x 101 cfu/g, sedangkan pada krim non probiotik tidak terdapat kapang dan khamir. Pemberian perlakuan menunjukkan bahwa rata-rata berat badan tikus dan mengalami peningkatan selama 21 hari pengamatan. Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap berat badan tikus, kecuali pada pengamatan hari ke-7, sedangkan untuk peningkatan berat badan tikus perlakuan yang diberikan berbeda nyata pada pengamatan hari
43
ke-3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15, namun tidak berbeda nyata pada pengamatan hari ke1, 17, 19 dan 21. Secara keseluruhan rata-rata jumlah bakteri asam laktat fekal tikus dan peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus dari setiap perlakuan mengalami peningkatan hingga pengamatan hari ke-21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21. Rata-rata peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus terbaik ditemukan pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) yang diamati pada hari ke-7 dan terus meningkat hingga pengamatan hari ke-14 dan 21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berbeda sangat nyata terhadap peningkatan jumlah bakteri asam laktat fekal tikus pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21. Rata-rata jumlah bakteri koliform dan penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus antar perlakuan mengalami penurunan hingga pengamatan hari ke-21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah bakteri koliform fekal tikus berbeda sangat nyata pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21. Begitu juga untuk penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus yang berbeda sangat nyata pada pengamatan hari ke-7, 14 dan 21. Rata-rata penurunan jumlah bakteri koliform fekal tikus terbaik ditemukan pada perlakuan krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) yang diamati pada hari ke-7 dan terus menurun hingga pengamatan hari ke-14 dan 21. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian krim probiotik dan biskuit tinggi protein (A2) secara nyata memberikan manfaat dalam meningkatkan jumlah bakteri asam laktat fekal dan menurunkan jumlah bakteri koliform fekal secara in vivo, sehingga memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan berat badan tikus.
Saran Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa pemberian krim probiotik biskuit tinggi protein (A2) secara nyata meningkatkan pertumbuhan total bakteri asam laktat fekal tikus dan penurunan total bakteri koliform fekal tikus, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara klinis terhadap manusia.
44
DAFTAR PUSTAKA Alkalin AS, Gonc S & Duzel S. 1997. Influence of Yogurt and Acidophilus Yogurt on Serum Cholesterol Levels in Mice. J. Dairy Sci. 80:2721-2725. Akuzawa R & Surono IS. 2002. Fermented Milks Asia. In Encyclopaedia of Dairy Sciences, pp 1045 – 1049. Roginski H, Fuquay JW & Fox PF (eds). U,K : Elsevier Science Ltd. Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati & Budianto S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Bourlioux P, Kolletzko B, Guarner F & Braesco V. 2003. The Intestine and Its Microflora are Partners for Protection of The Host: Report on The Danone Symposium “The Inteligent in Intestine”, held in Paris, June 14. 2002. Am. J. Clin. Nutr. 78:675-683. Burcle KA, Edwards RA, Fleet GH & Wootton M. 1987. Ilmu Pangan. penerjemah; Purnomo H & Adiono, editor. Jakarta : UI Press. Charteris WP, Kelly PM, Morewlli I & Collins JK. 1998. Ingredient Selection Criteria for Probiotik Microorganisms in Functional Dairy Foods. International Journal of Dairy Technology, 4:123-125. Collado CM, Surono IS, Mer iluoto J & Salm inen S. 2007. Indigenous Dadih Lactid Acid Bacteria: Cell-Surface Properties and Interaction with Phatogens. Journal of Food Science. Vol 72, 3:89-93. __________. 2007. Potential Probiotic Character istics of Lactobacillus and Enterococcus Strains Isolated From Traditional Dadih Fermented Milk Against Pathogen Intestinal Colonization. Journal of Food Protection. Vol 70, 3:700-705. Drisko JA, Giles CK & Bischoff BJ. 2003. Probiotics in Health Maintenance and Disease Prevention. Alternative Medicine Review. Vol. 8:2. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Health and Nutritional Properties of Probiotic in Food Including Powder Milk with Live Lactic Bacteria. Report of a joint FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and Nutritional Properties of Probiotic in Food Including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria. Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
45
Gilliland SE & Lara RC. 1988. Influence of Storage at Freezing and Subsequent Refrigeration Temperatures on ß-galaktosidase activity of Lactobacillus acidophilus. Appl. and Environ. Mikrobiol. 54, 4, 898-902. Heenan CN, Adams MC, Hoslen RW & Fleet GH 2002. Growth Medium for Culturing Probiotic Bacteria for Application in Vegetarian Food Products. Lebensm Wiss u Technol. 35: 171-176. Hosoda M, Hashimoto H, He F, Morita H & Hosono A. 1996. Effect of Administration of Milk Fermented with Latobacillus acidophilus LA-2 on Fecal Mutagenicity and Mikroflora in the Human Intestine. J. Dairy Sci. 79:745-749. Indratingsih W, Salasia SIO & Wahyuni E. 2004. Produksi Yoghurt Shitake (Yoshitake) Sebagai Pangan Kesehatan Berbasis Susu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XV, 1:54-60. Kardiningsih. 2005. Identifikasi Karakteristik Biologis dari Tikus Penelitian Wistar Derived-Lembaga Makanan Rakyat Strain. http://digilib.litbang.depkes.go.id. [11 Juli 2005]. Kimoto H, Kurisaki J, Tsuji MN, Ohmomo S & Okamoto T. 1999. Lactococci as probiotik strains : adhesion to human enterocyte-like caco-2 cells and tolerans to low pH and bile. Lett in Appl. Microbiol. 29:313-316. Lee YK & Salminen S. 1995. The Coming of Age of Probiotics. Trends Food Sci. Technol. 6:241-245. Lu L & Walker WA. 2001. Phatologic and Phisiologic Interactions of Bacteria with The Gastrointestinal Ephitelium. Am. J. Clin. Nutr. 73 (suppl): 1124S-1130S. Malole MBM & Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Mitsuoka T. 2006. Microbe in The Intestine Our Lifelong Partners. Di Dalam: Hikmah ZH. Isolasi Lactobacillus, Bakteri Asam Laktat dari Feses dan Organ Saluran Pencernaan Ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Kalimantan Selatan : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor : Pusat Antar Un iversitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Nakazawa Y & Hosono A. 1992. Function of fermented milk: Challenges for the health sciencis. Elsevier Applied Science.
46
National Research Council. 1978. Nutrition Requirement of The Laboratory Animal. Washington DC : National Academy of Science. 7-16. Prasanappa GH, Chandra S, Vyask, Srinivasan KS, Gowri V, Marthy AS & Sekhara CMR. 1972. Precooked Bal Anhar and Indian Multi Purpose. J. Food. Sci and Tech, 12:174-179. Purwandhani SN. 1998. Isolasi dan Seleksi Lactobacillus yang Berpotensi Sebagai Agensia Probiotik. [Tesis]. Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Rahayu ES & Margino. Bakteri Asam Laktat: Isolasi dan Identifikasi. Di Dalam: Hikmah ZH. Isolasi Lactobacillus, Bakteri Asam Laktat dari Feses dan Organ Saluran Pencernaan Ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2006. Kalimantan Selatan : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Rieuwpassa F. 2004. Biskuit Konsentrat Ikan dan Probiotik Sebagai Makanan Tambahan untuk Meningkatkan Antibodi IgA dan Status Gizi Anak Balita. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Salminen S, Wright AV & Ouvvehand A. 2004. Lactic Acid Bacteria : Microbiology and Fungtional Aspects. Revised and Expanded 3rd Edition. New York : Marcel Dekker, Inc. Schrezenmeir J & Vrese M. 2001. Probiotic, Prebiotic and Synbiotics Approaching a Definition. Am J of Clin Nutr. http://www.ajcn.org. [09 D esember 2007]. Shimakawa Y, Matsubara S, Yuki N, Ikeda M & Ishikawa F. 2003. Evaluation of Bifido breve strain Yakult-Fermented Soymilk as Probiotic Food. Int J Food Microbiol. 81(2): 131-136. Sobariah E. 2007. Viabilitas Bakteri Probiotik In Vitro dan Pengaruh Pemberin Air Beroksigen terhadap Viabilitas Bakteri Probiotik Secara In Vivo. [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Subahagio, Rahman I, Ibnusahni D, Sutardjo & Sulaksono ME. 1997. Pengaruh Faktor Keturunan dan Lingkungan terhadap Sifat-sifat Biologis yang Terlihat pada Hewan Percobaan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol VII No.1. Sudarmadji S, Haryono B & Suhardi. 1984. Analisis untuk Bahan Makanan. Yogyakarta : Liberty. Sulaeman A. 1993. Makanan untuk Anak Balita dan Prinsip Pengembangannya. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
47
Surono IS & Hosono A. 1995. Indigenous fermented foods in Indonesia. Japanese J. Dairy and Food Sci. 44: A91-A98. ________ & Nurani D. 2001. Exploration of indigenous dadih lactic acid bacteria for probiotic and starter cultures. Domestic Research Collaboration Grant URGE-IBRD World Bank Project 2000-2001. Research Report. January 2001. ________. 2003. In vitro probiotic properties of indigenous dadih lactic acid bacteria. Asian-Aus J. Anim Sci. 16:726-731. ________. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Jakarta : YAPMMI. Tannock GW. 1997. Probiotics a Critical Review. New York : Horizon Scientific Press. Vinderola CG, Bailo N & Reinheimer JA. 2000. Survival of probiotic microflora in Argentinian yoghurt during refrigerated storage. Food Res Int, 33:453-457. Weihe WH. 1989. The Laboratory of Rat. In: The UFAW Handbook On Care and Management of Laboratory Animal. 6th. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Winarno FG & Felicia K. 2007. Bogor : MBRIO Press.
Pangan Fungsional dan Minuman Energi.
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1 Metode analisis sifat fisik krim pH (Apriyantono et al. 1989) pH meter dinyalakan sampai diperoleh keadaan stabil selama 15-30 menit. Sampel sebanyak 10 g ditambah dengan 50 ml akuades dan kemudian diaduk dengan stirer. Elektroda pH meter dibilas dengan akuades dan dikeringkan. Kemudian pH meter dikalibrasi dengan buffer pH 4 dan buffer pH 7, lalu dikeringkan dengan tisu. Elektroda dicelupkan ke dalam larutan sampel dan nilai pH dapat diketahui setelah diperoleh pembacaan yang stabil dari pH meter. Catat pH sampel.
Densitas Kamba (Prasanappa et al. 1972) Densitas kamba dilakukan untuk melihat tingkat kepadatan zat gizi dan energi yang terkandung di dalam formula. Pengukuran densitas kamba dilakukan dengan menggunakan gelas ukur. Sampel yang akan diukur ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan dibaca volume bahan. Densitas kamba dihitung sebagai perbandingan antara berat bahan dengan volume bahan yang dibaca pada gelas ukur dengan satuan gram per ml. Densitas kamba
?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ?
? ? ??? ? ? ? ? ? ? ?? ??
50
Lampiran 2 Metode analisis sifat kimia krim (Apriyantono et al. 1989) Kadar Air (Metode Oven) Cawan aluminium dikeringkan terlebih dahulu selama 1 jam dalam oven pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam eksikator dan kemudian beratnya ditimbang (x). Sampel ditimbang seberat 5 gram (y), dimasukkan ke dalam cawan. Kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 4 – 6 jam pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang kembali. Pekerjaan diulang sampai 3 kali, hingga dicapai berat konstan (z). Adapun rumus penentuan kadar air sebagai berikut: Kadar air (% bb) =
( x + y − z) x 100% y
Kadar bahan kering sampel dapat diketahui dengan rumus : Bahan kering (bk) = (100 – Kadar Air) %
Kadar Abu (Metode Total Abu) Cawan porselin dikeringkan dalam oven 105°C selama beberapa jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan berat awal ditimbang (x). Sampel bahan ditimbang dengan berat kira-kira 5 gram (y) dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Sampel tersebut dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen sampai titik berasap lagi, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 400 - 600°C. Sesudah sampel abu berwarna putih, seluruh sampel diangkat dan didinginkan dalam eksikator. Setelah kira-kira 1 jam sampel ditimbang kembali (z). Adapun rumus penentuan kadar abu menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar abu (% bb) =
( z − x) x 100% y
Kadar bahan organik dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Bahan organik = ( Bahan kering – Abu ) %
51
Kadar Protein (Metode Mikro-Kjeldahl) Kadar protein ditetapkan dengan metode Micro Kjeldhal bahan ditimbang 1 g dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat dan setegah sendok selenium mixture, lalu dipanaskan untuk menghilangkan uap SO2. Pemanasan mula-mula dengan api kecil lalu api hijau hingga terbentuk larutan berwarna jernih kehijauan. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur (100 ml) dan diencerkan sampai tanda tera. Kemudian diambil 10 ml dimasukkan ke dalam labu destilas i dan ditambahkan 10 ml NaOH 30%, lalu disuling. Destilasi dilakukan sampai uap destilasi tidak bereaksi basa (diuji dengan kertas pH). Hasil destilasi ditampung dalam 20 ml larutan asam boraks (H3 BO3 3%), dititrasi dengan HCl standar menggunakan merah metil. Kadar protein dihitung dengan rumus: % Total nitrogen =
(ml HCl− N HCl x Fp x 14,007 ) x 100% mg sampel
Kadar protein = % total nitrogen x Fk Kadar protein (%bk) = kadar protein (%bb)/(100-kadar air %bb) x 100%
Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet) Penentuan kadar lemak sampel menggunakan metode ekstraksi langsung dengan alat Soxhlet. Labu lemak dikeringkan dalam oven (110oC selama 1 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga bobot tetap (A). Sampel sebanyak 5 g (B) dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan dalam labu Soxhlet kemudian dipasang alat kondensor. Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran yang digunakan. Dilakukan refluks minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Kemudian labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105o C, lalu didinginkan didesikator dan dilakukan penimbangan labu beserta lemaknya hingga diperoleh bobot yang tetap (C). Kadar lemak ditentukan dengan rumus: Kadar lemak (% bb) = C − A x100 % B
Kadar lemak (%bk) = kadar lemak (%bb) / (100-kadar air %bb) x 100
52
Kadar Karbohidrat (by difference) Penentuan kadar karbohidrat dilakukan dengan menggunakan perhitungan Carbohydrate by Difference. Perhitungan ini bukan berdasarkan analisis, tetapi berdasarkan perhitungan sebagai berikut: % Karbohidrat = 100 - % (protein + lemak + abu + air)
53
Lampiran 3 Metode analisis mikrobiologi krim Total Bakteri Asam Laktat (Fardiaz 1989) Sampel ditimbang sebanyak 1 g secara aseptis dan dimasukkkan ke dalam 9 ml larutan pengencer steril. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vorteks sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Selanjutnya dibuat pengenceran sampai 10-7 dengan cara yang sama. Cara Pemupukan dilakukan dengan metode tuang (pour plate). Pemupukan dilakukan pada pengenceran 10-6-10-8 dengan menggunakan media MRSA steril yang diberi indikator bromocresol purple ke dalam cawan petri dan digoyang supaya sampel menyebar merata. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC dengan posisi terbalik selama 48 jam. Pemupukan dilakukan duplo pada setiap pengenceran. Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan setelah 48 jam.
N = S c / (n1 + 0,1 n2) x d
Uji Total Plate Count (TPC) (Fardiaz 1989) Sampel ditimbang sebanyak 1 gram secara aseptis dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengenceran steril, kemudian divorteks sampai larutan homogen. Kemudian diambil 1 ml larutan contoh dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml PBS steril sehingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dilakukan hingga 10-7. Dipipet sebanyak 1 ml larutan contoh dari pengenceran 10-6 hingga 10-8 ke dalam cawan petri steril, kemudian ditambahkan medium PCA (Plate Count Agar) steril yang telah didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya sampel menyebar merata. Pemupukan dilakukan duplo pada setiap pengenceran. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC dengan posisi terbalik selama 48 jam. Jumlah koloni bakteri yang dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri 30 – 300 koloni.
54
Total Kapang dan Khamir (Fardiaz 1989) Sampel ditimbang sebanyak 1 gram secara aseptis dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengenceran steril. Pengenceran dilakukan hingga 10-2. Kemudian diambil 1 ml larutan dar i beberapa pengenceran untuk dicawankan pada cawan petri ster il beris i media PDA ster il. Jumlah kontaminan dihitung dengan metode hitungan cawan (total plate count) setelah diinkubas i pada suhu 37oC selama 2-4 hari. Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: cfu/gram = (S N cawan) / [(n1 x 1) + (n2 x 0.1)] x D Dimana: N = jumlah koloni yang berada dikisaran hitung (10-150 koloni) n = jumlah cawan yang koloninya dapat dihitung D = Tingkat pengenceran terendah
55
Lampiran 4 Pembuatan ransum standar tikus (Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan Bogor) Bahan : 1. Tepung beras
2500 g
2. Tepung kedele
1360 g
3. Susu skim bubuk
500 g
4. Minyak kelapa
200 g
5. Vitamin dan mineral mix
60 g
6. Garam
40 g
Pembuatan tepung beras - Beras dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60oC selama 30 menit untuk menghilangkan kelembaban. Setelah kering beras dikeluarkan dari oven. - Kemudian, beras digiling dengan penggilingan di ruang penggilingan. Pembuatan tepung kedele - Kedele dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir. Kemudian direbus dengan air mendidih selama 30 menit. - Kemudian ditiriskan dengan menggunakan saringan terbuat dari bambu. - Kedele rebus ditempatkan merata dalam nampan stainless steel, lalu dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70oC selama 2 hari. - Kedele kering dikeluarkan dari oven, untuk selanjutnya digiling dengan menggunakan penggilingan yang sama untuk beras. - Hasil gilingan ditampung dalam ember plastik. Pembuatan Ransum - Bahan yang diperlukan disiapkan di atas meja pencampuran. - Ditimbang masing-masing bahan sesuai dengan berat yang ditentukan di atas. - Dicampurkan bahan yang telah ditimbang ke dalam wadah plastik yang telah disiapkan, kecuali minyak kelapa. - Kemudian diaduk sampai merata, dan terakhir ditambahkan minyak kelapa, lalu diaduk kembali sampai merata. - Makanan yang telah jadi dipindahkan ke ruangan penyimpanan.
56
Lampiran 5
Metode analisis bakteri asam laktat fekal tikus dan bakteri koliform fekal tikus
Persiapan Sampel Feses Tikus Sebelum dilakukan analisis mikrobiologi sampel berupa feses segar dari tikus dipersiapkan dengan cara mengeluarkan langsung feses dari anus tikus pada pagi hari kemudian masing-masing feses dimasukan ke dalam tabung steril. Persiapan Analisis Mikrobiologi Sampel feses tikus yang akan dianalisis kemudian diencerkan sesuai dengan yang diinginkan, dengan tujuan agar jumlah koloni bakteri tidak menumpuk sehingga jumlah koloni bakteri dapat dihitung dengan jelas. Bakteri dibiakkan dengan melakukan pemupukan menggunakan media yang sesuai untuk pertumbuhannya, yaitu bakteri asam laktat menggunakan media MRSA, koliform menggunakan media VRBA. Pemupukan dilakukan dengan metode tuang (pour plate). Sampel yang sudah diencerkan (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair steril ke dalam cawan petri yang telah didinginkan sebanyak 15-20 ml dan digoyang supaya contoh menyebar rata. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC dengan posisi terbalik selama 48 jam. Analisis Total Bakteri Asam Laktat (BAL) Metode SPC Sampel ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkkan ke dalam larutan buffer (buffer fosfat saline) steril dengan pH 7,2 sebanyak 9 ml. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vorteks sehingga didapatkan pengenceran 10-1. Selanjutnya dibuat pengenceran sampai 10-7 dengan cara yang sama. Pemupukan dilakukan pada pengenceran 10-6-10-8 dengan menggunakan media MRSA steril yang diberi indikator bromocresol purple ke dalam cawan petri dan digoyang supaya sampel menyebar merata. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37o C dengan posisi terbalik selama 48 jam. Pemupukan dilakukan duplo pada setiap pengenceran. Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan setelah 48 jam.
57
Analisis Total Bakteri Koliform Metode SPC Untuk melihat pertumbuhan bakteri koliform prinsipnya sama dengan analisis bakteri asam laktat, namun media pertumbuhan yang digunakan adalah VRBA dan diinkubasi pada suhu 37o C dengan posisi terbalik selama 48 jam. Pemupukan dilakukan duplo pada setiap pengenceran. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.
58
Lampiran 6 Hasil uji statistik (t-test) sifat fisik krim probiotik dan krim non probiotik Statistik
Nilai pH Densitas kamba
Perlakuan
n
Rataan
Krim probiotik Krim non probiotik Krim probiotik Krim non probiotik
4 4 4 4
5,93650 6,15500 1,33550 1,33550
Standar deviasi ,019553 ,055528 ,002380 ,003109
Galat ,009777 ,027764 ,001190 ,001555
Uji variabel bebas Uji Levene's
pH
Densitas kamba
Perbedaan variasi dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama Perbedaan variasi dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama
F
Sig.
40,74 9
,001
,600
,468
Uji t
t
Sig. (2-arah)
db
Beda rataan
Perbedaan galat
Selang kepercayaan 95% Batas Batas bawah atas
-7,423
6
,000
-,218500
,029435
-,290525
-,146475
-7,423
3,733
,002
-,218500
,029435
-,302585
-,134415
,000
6
1,000
,000000
,001958
-,004791
,004791
,000
5,618
1,000
,000000
,001958
-,004871
,004871
59
Lampiran 7 Hasil uji statistik (t-test) sifat kimia krim probiotik dan krim non probiotik Statistik Kadar Air (%bb) Kadar Protein (%bk) Kadar Lemak (%bk) Kadar Abu (%bk) Karbohidrat (%bk)
Perlakuan Krim probiotik Krim non probiotik Krim probiotik Krim non probiotik Krim probiotik Krim non probiotik Krim probiotik Krim non probiotik Krim probiotik Krim non probiotik
N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Rataan 2,63025 2,69350 ,75200 ,46575 15,74108 16,19275 ,43675 ,35575 83,07000 82,98625
Standar deviasi ,360790 ,332552 ,147664 ,140517 ,329930 ,595970 ,030093 ,044207 ,355896 ,595952
Galat ,180395 ,166276 ,073832 ,070258 ,164965 ,297985 ,015046 ,022103 ,177948 ,297976
Uji Variabel bebas Uji Levene's F K. Air (%bb)
K. Protein (%bk)
Perbedaan variasi Dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama Perbedaan variasi dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama
,114
,139
Sig
,747
Uji t T
-,258
Sig. (2-arah)
db
Beda rataan
Perbedaan galat
Selang kepercayaan 95% Batas Batas bawah atas
6
,805
-,063250
,245337
-,663568
,537068
-,258 5,961
,805
-,063250
,245337
-,664531
,538031
6
,031
,286250
,101919
,036864
,535636
2,809 5,985
,031
,286250
,101919
,036716
,535784
,722 2,809
60
Uji Variabel bebas Uji Levene's F K. Lemak (%bk)
K. Abu (%bk)
Karbohidrat (%bk)
Perbedaan variasi dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama Perbedaan variasi dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama Perbedaan variasi dianggap sama Perbedaan variasi tidak dianggap sama
Sig.
Uji t T
Sig. (2-arah)
db
Beda rataan
Perbedaan galat
Selang kepercayaan 95% Batas Batas bawah atas
,577 ,476 -1,326
6
,233 -,451675
,340600
-1,285093 ,381743
-1,326
4,681
,246 -,451675
,340600
-1,345472 ,442122
3,029
6
,023
,081000
,026739
,015573 ,146427
3,029
5,289
,027
,081000
,026739
,013380 ,148620
,241
6
,817
,083750
,347067
-,765491 ,932991
,241
4,898
,819
,083750
,347067
-,814010 ,981510
4,727 ,073
1,275 ,302
61
Lampiran 8 Berat badan tikus selama 21 hari pengamatan Perlakuan A0.1 A0.2 A0.3 A0.4 A0.5 A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 A3.1 A3.2 A3.3 A3.4 A3.5 A4.1 A4.2 A4.3 A4.4 A4.5 A5.1 A5.2 A5.3 A5.4 A5.5
0 Hari 65,00 57,00 63,00 58,50 58,80 63,80 65,10 58,50 60,90 61,20 62,50 62,00 58,00 63,60 63,20 57,20 57,00 66,50 68,50 58,30 58,00 58,50 60,50 58,00 66,00 62,00 60,50 65,00 60,60 58,80
1 Hari 72,00 58,00 65,00 61,80 62,00 67,40 68,90 60,80 68,50 65,50 69,80 67,80 74,00 68,70 67,00 64,60 59,00 73,50 74,20 60,60 63,60 61,00 66,00 63,00 70,20 64,50 67,00 69,00 66,00 63,20
3 Hari 80,00 60,00 71,00 67,60 67,50 76,10 77,60 70,80 70,80 75,50 80,20 81,50 82,30 77,50 74,60 70,80 62,10 80,00 83,10 67,40 69,00 62,80 71,90 71,00 71,80 66,00 75,50 73,90 74,10 64,00
5 Hari 89,2 65,80 77,20 74,70 73,70 83,60 86,20 75,30 80,00 84,20 89,80 89,90 88,40 87,40 83,30 78,30 68,90 89,50 92,10 76,00 76,80 66,60 76,30 78,40 79,20 75,20 84,60 82,50 79,30 70,40
7 Hari 95,40 72,80 82,50 82,40 81,50 91,00 94,00 80,40 90,00 93,30 97,20 97,50 98,90 97,00 92,30 81,20 75,80 95,50 99,40 82,50 84,00 77,50 83,20 88,90 87,70 87,00 92,00 95,00 87,00 80,30
9 Hari 103,30 78,50 92,50 90,20 89,80 99,00 108,70 90,50 95,50 106,10 104,60 104,80 104,60 107,50 98,00 84,40 82,70 103,00 112,50 93,20 92,20 87,20 94,00 95,40 96,00 97,40 100,00 101,20 96,50 86,40
11 Hari 109,20 85,50 98,90 96,50 97,50 102,00 115,00 96,00 102,50 111,50 112,50 116,00 110,50 116,70 103,00 95,50 86,00 116,00 118,50 98,70 95,00 94,50 99,60 99,40 101,70 102,60 108,50 112,50 103,50 93,00
13 Hari 115,50 90,00 107,50 100,20 105,20 108,00 121,30 104,20 111,00 119,00 123,00 124,00 116,50 125,40 107,50 103,00 95,50 125,50 124,80 107,00 102,50 105,60 107,00 106,70 110,00 110,80 114,60 120,80 112,40 96,20
15 Hari 117,50 96,00 114,60 100,70 112,20 116,80 130,00 107,80 115,90 127,00 127,60 132,70 123,90 133,00 111,50 107,20 99,30 135,70 130,90 115,40 107,40 115,30 113,70 110,50 117,10 118,00 123,80 130,00 118,50 101,50
17 Hari 122,00 104,50 124,00 103,50 119,50 120,00 141,10 113,50 120,90 130,70 129,40 142,60 130,10 140,00 115,90 115,40 107,20 147,50 134,30 120,80 114,50 128,00 120,00 117,50 127,00 123,00 131,50 140,40 116,80 117,30
19 Hari 126,30 109,90 128,70 108,30 128,10 128,80 154,50 121,50 124,00 139,30 141,30 146,80 133,70 147,20 122,40 121,00 117,00 156,00 142,70 127,80 122,00 134,70 128,10 121,90 134,00 132,40 140,50 147,80 111,50 119,00
21 Hari 127,60 116,40 132,80 111,40 131,00 135,00 155,70 127,20 138,80 142,80 147,10 153,50 140,00 150,30 129,00 124,00 123,90 158,70 145,40 130,50 128,00 139,50 135,00 127,60 145,80 141,00 145,10 152,80 114,60 125,50
62
Lampiran 9 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat badan tikus
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-3
Hari ke-5
Hari ke-7
Hari ke-9
Hari ke-11
Hari ke- 13
Hari ke- 15
Hari ke-17
Hari ke-19
Hari ke-21
Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total
Jumlah kuadrat 12,970 283,492 296,462 93,391 456,004 549,395 346,579 822,876 1169,455 513,863 997,716 1511,579 588,459 1016,920 1605,379 564,526 1409,728 1974,254 690,291 1678,216 2368,507 730,055 1866,912 2596,967 900,211 2444,784 3344,995 784,306 2868,724 3653,030 932,495 3684,368 4616,863 1138,059 3302,508 4440,567
Keterangan : ns = tidak terdapat perbedaan * = berbeda nyata pada taraf 5%
Kuadrat tengah 5 2,594 24 11,812 29 5 18,678 24 19,000 29 5 69,316 24 34,286 29 5 102,773 24 41,572 29 5 117,692 24 42,372 29 5 112,905 24 58,739 29 5 138,058 24 69,926 29 5 146,011 24 77,788 29 5 180,042 24 101,866 29 5 156,861 24 119,530 29 5 186,499 24 153,515 29 5 227,612 24 137,605 29 db
F
Sig
,220
,951ns
,983
,448ns
2,022
,112ns
2,472
,061ns
2,778
,041*
1,922
,128ns
1,974
,119ns
1,877
,136ns
1,767
,158ns
1,312
,292ns
1,215
,332ns
1,654
,184ns
63
Lampiran 10 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap berat badan tikus Berat badan tikus hari ke-0 Perlakuan
N
Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Kontrol positif (A1) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 60,2000a 60,4600a
5
61,3800a
5
61,5000a
5
61,8600a
5
61,9000a ,968
Berat badan tikus hari ke-1 Perlakuan Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 63,7600a 64,7600a
5
65,9400a
5
66,2200a
5
66,3800a
5
69,4600a
N
,336
Berat badan tikus hari ke-3 Perlakuan
N
Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 69,3000a 69,3200a
5
70,7000a
5
72,6800a
5
73,2600a
5
79,2200a ,117
64
Berat badan tikus hari ke-5 Perlakuan
N
Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 75,4600a 76,1200a
5
78,4000a
5
80,9600a
5
81,8600a
5
87,7600a ,059
Berat badan tikus hari ke-7 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 82,9200a 84,2600 84,2600ab
5
86,8800
86,8800ab
5
88,2600
88,2600ab
5
89,7400
89,7400ab
5
96,5800b ,571
,062
Berat badan tikus hari ke-9 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 90,8600a 92,9600a
5
95,1600a
5
96,3000a
5
99,9600a
5
103,9000a ,114
65
Berat badan tikus hari ke-11 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 97,4600a 98,0400a
5
102,9400a
5
104,0200a
5
105,4000a
5
111,7400a ,112
Berat badan tikus hari ke-13 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 103,6800a 106,3600a
5
110,9600a
5
111,1600a
5
112,7000a
5
119,2800a ,093
Berat badan tikus hari ke-15 Perlakuan Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein(selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 108,2000a 112,8000a
5
117,7000a
5
118,3600a
5
119,5000a
5
125,7400a
N
,102
66
Berat badan tikus hari ke-17 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 114,7000a 121,4000a
5
125,0400a
5
125,2400a
5
125,8000a
5
131,6000a ,181
Berat badan tikus hari ke-19 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 120,2600a 128,1400a
5
130,2200a
5
132,9000a
5
133,6200a
5
138,2800a ,233
Berat badan tikus hari ke-21 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 123,8400a 135,1800a
5
135,8000a
5
136,5000a
5
139,9000a
5
143,9800a ,109
67
Lampiran 11 Peningkatan berat badan tikus selama 21 hari pengamatan Perlakuan A0.1 A0.2 A0.3 A0.4 A0.5 A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 A3.1 A3.2 A3.3 A3.4 A3.5 A4.1 A4.2 A4.3 A4.4 A4.5 A5.1 A5.2 A5.3 A5.4 A5.5
1 hari 7,00 1,00 2,00 3,30 3,20 3,60 3,80 2,30 7,60 4,30 7,30 5,80 16,00 5,10 3,80 7,40 2,00 7,00 5,70 2,30 5,60 2,50 5,50 5,00 4,20 2,50 6,50 4,00 5,40 4,40
3 hari 15,50 3,00 8,00 9,10 8,70 12,30 12,50 7,80 9,90 14,30 17,70 19,50 24,30 13,90 11,40 13,60 5,10 13,50 14,60 9,10 11,00 4,30 11,40 13,00 5,80 4,00 15,00 8,90 13,50 5,20
5 hari 24,20 8,80 14,20 16,20 14,90 19,80 21,10 16,80 19,10 23,00 27,30 27,90 30,40 23,80 20,10 21,10 11,90 23,00 23,60 17,70 18,80 8,10 15,80 20,40 13,20 13,20 24,10 17,50 18,70 11,60
7 hari 30,40 15,80 19,50 23,90 22,70 27,20 28,90 21,90 29,10 32,10 34,70 35,50 40,90 33,40 29,10 24,00 18,80 29,00 30,90 24,20 26,00 19,00 22,70 30,90 21,70 25,00 31,50 30,00 26,40 21,50
9 hari 38,30 21,50 29,50 31,70 31,00 35,20 43,60 32,00 34,60 44,90 42,10 42,80 46,60 43,90 34,80 27,20 25,70 36,50 44,00 34,90 34,20 28,70 33,50 37,40 30,00 35,40 39,50 36,20 35,90 27,60
11 hari 44,20 28,20 35,90 38,00 38,70 38,20 49,90 37,50 41,60 50,30 50,00 54,00 52,50 53,10 39,80 38,30 29,00 49,50 50,00 40,40 37,00 36,00 39,10 41,40 35,70 40,60 48,00 47,50 42,90 34,20
13 hari 50,50 33,00 44,50 41,70 46,40 44,20 56,20 45,70 50,10 57,80 60,50 62,00 58,50 61,80 44,30 45,80 38,50 59,00 56,30 48,70 44,50 47,10 46,50 48,70 44,00 48,80 54,10 55,80 51,80 37,40
15 hari 52,50 39,00 51,60 42,20 53,40 53,00 64,90 49,30 55,00 65,80 65,10 70,70 65,90 69,40 48,30 50,00 42,30 69,20 62,40 57,10 49,40 56,80 53,20 52,50 51,10 56,00 63,30 65,00 57,90 42,70
17 Hari 57,00 47,50 61,00 45,00 60,70 56,20 76,00 55,00 60,00 69,50 66,90 80,60 72,10 76,40 52,70 58,20 50,20 81,00 65,80 62,50 56,50 69,50 59,50 59,50 61,00 61,00 71,00 75,40 56,20 58,50
19 hari 61,30 52,90 65,70 49,80 69,30 65,00 89,40 63,00 63,10 78,10 78,80 84,80 75,70 83,60 59,20 63,80 60,00 89,50 74,20 69,50 64,00 76,20 67,60 63,90 68,00 70,30 80,00 82,80 50,90 60,20
21 hari 62,60 59,40 69,80 52,90 72,20 71,20 90,60 68,70 77,90 81,60 84,60 91,50 82,00 86,70 65,80 66,80 66,90 92,20 76,90 72,20 70,00 81,00 74,50 69,60 79,80 79,00 84,60 87,80 54,00 66,70
68
Lampiran 12 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peningkatan berat badan tikus Jumlah Kuadrat db F Sig kuadrat tengah Hari ke-1 Antar kelompok 52,063 5 10,413 1,445 ,244ns Dalam kelompok 172,940 24 7,206 Total 225,003 29 Hari ke-3 Antar kelompok 256,958 5 51,392 2,918 ,034* Dalam kelompok 422,692 24 17,612 Total 679,650 29 Hari ke-5 Antar kelompok 388,578 5 77,716 3,783 ,011* Dalam kelompok 493,056 24 20,544 Total 881,634 29 Hari ke-7 Antar kelompok 460,627 5 92,125 4,563 ,005** Dalam kelompok 484,500 24 20,187 Total 945,127 29 Hari ke-9 Antar kelompok 431,703 5 86,341 2,946 ,033* Dalam kelompok 703,336 24 29,306 Total 1135,039 29 Hari ke-11 Antar kelompok 536,791 5 107,358 2,929 ,033* Dalam kelompok 879,784 24 36,658 Total 1416,575 29 Hari ke-13 Antar kelompok 575,191 5 115,038 2,649 ,048* Dalam kelompok 1042,248 24 43,427 Total 1617,439 29 Hari ke-15 Antar kelompok 726,379 5 145,276 2,325 ,074* Dalam kelompok 1499,688 24 62,487 Total 2226,067 29 Hari ke-17 Antar kelompok 637,219 5 127,444 1,598 ,199ns Dalam kelompok 1914,536 24 79,772 Total 2551,755 29 Hari ke-19 Antar kelompok 766,275 5 153,255 1,418 ,253ns Dalam kelompok 2593,220 24 108,051 Total 3359,495 29 Hari ke- 21 Antar kelompok 971,603 5 194,321 2,059 ,106ns Dalam kelompok 2265,012 24 94,375 Total 3236,615 29 Keterangan : ns = tidak terdapat perbedaan * = berbeda nyata pada taraf 5% ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%
69
Lampiran 13 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap peningkatan berat badan tikus Peningkatan berat badan tikus hari ke-1 Perlakuan Kontrol negatif (A0) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum+ krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 3,3000a 4,3200a
5
4,5600a
5
4,5600a
5
4,8800a
5
7,6000a
N
,154
Peningkatan berat badan tikus Hari ke-3 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi Protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 8,8600a 9,1000a
5
9,3200
9,3200ab
5
11,1800
11,1800ab
5
11,3600
11,3600ab
5
17,3600b ,931
,057
Peningkatan berat badan tikus Hari ke-5 Perlakuan
N
Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1)
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 15,2600a 15,6600a
5
17,0200a
5
19,4600
19,4600ab
5
19,9600
19,9600ab
Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5
25,9000b ,582
,254
70
Peningkatan berat badan tikus hari ke-7 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 22,4600a 24,0600a
5
25,3800a
5
26,8800
26,8800ab
5
27,8400
27,8400ab
5
34,7200b ,430
,100
Peningkatan berat badan tikus hari ke-9 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 30,4000a 32,7600 32,7600ab
5
33,6600
33,6600ab
5
34,9200
34,9200ab
5
38,0600
38,0600ab
5
42,0400b ,258
,110
Peningkatan berat badan tikus hari ke-11 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 37,0000a 37,8400a
5
41,4400
41,4400ab
5
42,6400
42,6400ab
5
43,5000
43,5000ab
5
49,8800b ,546
,272
71
Peningkatan berat badan tikus hari ke-13 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 43,2200a 46,1600 46,1600ab
5
49,5800
49,5800ab
5
49,6600
49,6600ab
5
50,8000
50,8000ab
5
57,4200b ,473
,112
Peningkatan berat badan tikus hari ke-15 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 47,7400a 52,6000 52,6000ab
5
56,2000
56,2000ab
5
56,9800
56,9800ab
5
57,6000
57,6000ab
5
63,8800b ,386
,250
Peningkatan berat badan tikus hari ke-17 Perlakuan Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
N 5 5 5
Subset untuk a = ,05 1 54,2400a 61,2000a 63,3400a
5
63,5400a
5
64,4200a
5
69,7400a ,103
72
Peningkatan berat badan tikus hari ke-19 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 59,8000a 67,9400a
5
68,8400a
5
71,4000a
5
71,7200a
5
76,4200a ,155
Peningkatan berat badan tikus hari ke-21 Subset untuk a = ,05
Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5
63,3800a
5
74,4200a
5
74,9800a
5
75,0000a
5
78,0000a
5
82,1200a
1
,055
73
Lampiran 14 Pengaruh perlakuan terhadap total bakteri asam laktat fekal tikus
Perlakuan
A0.1 A0.2 A0.3 A0.4 A0.5 Rata-rata A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 Rata-rata A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 Rata-rata A3.1 A3.2 A3.3 A3.4 A3.5 Rata-rata A4.1 A4.2 A4.3 A4.4 A4.5 Rata-rata A5.1 A5.2 A5.3 A5.4 A5.5 Rata-rata
Total bakteri asam laktat fekal tikus (cfu/g atau log cfu/g feses) 0 hari 7 hari 14 hari 21 hari (Sebelum perlakuan) (Setelah perlakuan) (Setelah perlakuan) (Setelah perlakuan) log log log log cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g 1,66 x 10 8 8,22 2,65 x 10 8 8,42 3,00 x 10 8 8,48 1,06 x 10 9 9,03 2,36 x 10 8 8,37 2,49 x 10 8 8,40 1,80 x 10 9 9,26 1,73 x 10 9 9,24 8 8 8 9 2,97 x 10 8,47 2,99 x 10 8,48 2,99 x 10 8,48 2,70 x 10 9,43 1,67 x 10 8 8,22 2,63 x 10 8 8,42 2,72 x 10 9 9,43 2,91 x 10 9 9,46 1,77 x 10 8 8,25 2,78 x 10 8 8,44 1,42 x 10 9 9,15 1,78 x 10 9 9,25 2,04 x 10 8 8,31 2,69 x 10 8 8,43 9,12 x 10 8 8,96 1,90 x 10 9 9,28 2,19 x 10 8 8,34 2,98 x 10 8 8,47 2,60 x 10 8 8,41 3,00 x 10 8 8,48 3,00 x 10 8 8,48 1,35 x 109 9,13 1,53 x 10 9 9,18 3,00 x 10 9 9,48 2,19 x 10 8 8,34 2,85 x 10 8 8,45 2,98 x 10 8 8,47 2,30 x 10 9 9,36 8 8 9 9 1,63 x 10 8,21 2,84 x 10 8,45 2,46 x 10 9,39 3,00 x 10 9,48 2,10 x 10 8 8,32 2,64 x 10 8 8,42 2,78 x 10 9 9,44 2,91 x 10 9 9,46 2,19 x 10 8 8,34 3,89 x 10 8 8,59 9,55 x 10 8 8,98 1,78 x 10 9 9,25 8 9 9 10 2,65 x 10 8,42 2,16 x 10 9,33 8,35 x 10 9,92 2,15 x 10 10,33 3,00 x 10 8 8,48 2,27 x 10 9 9,36 1,88 x 10 11 11,27 1,93 x 10 11 11,29 2,55 x 10 8 8,41 2,65 x 10 9 9,42 1,25 x 10 10 10,10 2,67 x 10 10 10,43 2,63 x 10 8 8,42 1,86 x 10 9 9,27 2,79 x 10 9 9,45 2,87 x 10 10 10,46 8 9 11 2,01 x 10 8,30 1,93 x 10 9,29 1,36 x 10 11,13 1,43 x 10 11 11,16 2,57 x 10 8 8,41 2,14 x 10 9 9,33 2,34 x 10 10 10,37 5,37 x 10 10 10,73 2,29 x 10 8 8,36 1,75 x 10 9 9,24 1,88 x 10 10 10,27 2,01 x 10 10 10,30 2,76 x 10 8 8,44 1,13 x 10 9 9,05 3,00 x 10 9 9,48 1,75 x 10 10 10,24 2,69 x 10 8 8,43 2,2 x 10 9 9,34 2,54 x 10 10 10,40 2,57 x 10 10 10,41 5,6 x 10 7 7,75 1,69 x 10 9 9,23 2,46 x 10 10 10,39 2,32 x 10 10 10,37 1,87 x 10 8 8,27 9,5 x 10 8 8,98 2,49 x 10 10 10,40 1,71 x 10 10 10,23 1,78 x 10 8 8,25 1,48 x 10 9 9,17 1,55 x 10 10 10,19 2,04 x 10 10 10,31 2,25 x 10 8 8,35 1,63 x 10 9 9,21 2,72 x 10 10 10,43 1,16 x 10 10 10,06 2,50 x 10 8 8,40 1,4 x 10 9 9,15 2,68 x 10 10 10,43 2,16 x 10 10 10,33 2,47 x 10 8 8,39 1,35 x 10 9 9,13 2,66 x 10 10 10,42 1,40 x 10 10 10,15 8 9 2,00 x 10 8,30 1,69 x 10 9,23 2,01 x 10 10 10,30 2,84 x 10 10 10,45 2,80 x 10 8 8,45 1,18 x 10 9 9,07 2,80 x 10 9 9,45 2,17 x 10 10 10,34 8 9 10 2,40 x 10 8,38 1,45 x 10 9,16 1,62 x 10 10,21 1,86 x 10 10 10,27 1,99 x 10 8 8,30 9,10 x 10 8 9,26 2,40 x 10 9 9,38 2,28 x 10 10 10,36 8 8 9 10 2,12 x 10 8,33 6,95 x 10 8,84 2,99 x 10 9,48 2,84 x 10 10,45 7,15 x 10 8 8,85 8,35 x 10 8 8,92 2,97 x 10 9 9,47 2,96 x 10 9 9,47 2,60 x 10 8 8,41 7,55 x 10 8 8,88 3,00 x 10 9 9,48 2,81 x 10 9 9,45 2,79 x 10 8 8,45 1,1 x 10 9 9,04 2,61 x 10 10 10,42 2,63 x 10 10 10,42 2,95 x 10 8 8,47 9,77 x 10 8 8,99 4,37 x 10 9 9,64 1,07 x 10 10 10,03
Keterangan : A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
74
Lampiran 15 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap total bakteri asam laktat fekal tikus Hari ke-0
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total
JK ,148 ,643 ,791 3,209 ,611 3,820 10,082 6,443 16,525 8,894 2,908 11,802
db 5 24 29 5 24 29 5 24 29 5 24 29
KT ,030 ,027
F 1,103
Sig ,385ns
,642 ,025
25,210
,000**
2,016 ,268
7,511
,000**
1,779 ,121
14,682
,000**
Keterangan : ns = tidak terdapat perbedaan **= berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 16 Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap total bakteri asam laktat fekal tikus Total bakteri asam laktat hari ke-0 Perlakuan
N
Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol negatif (A0) Kontrol positif (A1) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Sig.
Subset untuk a = ,05 1
5
8,2500a
5 5 5
8,3060a 8,3380a 8,3780a
5
8,4060a
5
8,4680a ,318
Total bakteri asam laktat hari ke-7 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 3 8,4320a 8,5840a
5
8,9880b
5
9,1580
9,1580bc
5
9,1680
9,1680bc
5
9,3340c ,664
,494
,518
75
Total bakteri asam laktat hari ke-14 Perlakuan
N
Kontrol negatif (A0) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 8,9600a 8,9780a 9,6460
9,6460ab
5
10,1880b
5
10,2060b
5
10,3740b ,324
,265
Total bakteri asam laktat hari ke-21 Perlakuan
N
Kontrol positif (A1) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 3 9,2520a 9,2820a
5
10,0300b
5
10,2660
10,266bc
5
10,3100
10,31bc
5
10,734c 1,000
,797
,308
76
Lampiran 17 Pengaruh perlakuan terhadap peningkatan total bakteri asam laktat fekal tikus Perlakuan A0.1 A0.2 A0.3 A0.4 A0.5 Rata-rata A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 Rata-rata A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 Rata-rata A3.1 A3.2 A3.3 A3.4 A3.5 Rata-rata A4.1 A4.2 A4.3 A4.4 A4.5 Rata-rata A5.1 A5.2 A5.3 A5.4 A5.5 Rata-rata
0 hari Log cfu/g 8,22 8,37 8,47 8,22 8,25
Log cfu/g 8,42 8,40 8,48 8,42 8,44
7 hari
8,34 8,48 8,34 8,21 8,32
8,47 9,13 8,45 8,45 8,42
8,42 8,48 8,41 8,42 8,30
9,33 9,35 9,42 9,27 9,29
8,36 8,44 8,43 7,75 8,27
9,24 9,05 9,34 9,23 8,98
8,35 8,40 8,39 8,30 8,45
9,21 9,15 9,13 9,23 9,07
8,30 8,33 8,85 8,41 8,45
9,26 8,84 8,92 8,88 9,04
? (H7-H0) 0,20 0,03 0,01 0,20 0,20 0,13 0,13 0,65 0,11 0,24 0,10 0,25 0,91 0,87 1,01 0,85 0,99 0,93 0,88 0,61 0,91 1,48 0,71 0,92 0,86 0,75 0,74 0,93 0,62 0,78 0,96 0,51 0,07 0,47 0,59 0,52
14 hari ? (H14-H0) 0,26 0,89 0,01 1,21 0,90 0,65 8,41 0,07 9,18 0,70 8,47 0,13 9,39 1,18 9,44 1,12 0,64 9,92 1,50 11,27 2,79 10,10 1,69 9,45 1,03 11,13 2,83 1,97 10,27 1,91 9,48 1,04 10,40 1,97 10,39 2,64 10,40 2,13 1,94 10,43 2,08 10,43 2,03 10,42 2,03 10,30 2,00 9,45 1,00 1,83 9,38 1,08 9,48 1,15 9,47 0,62 9,48 1,07 10,42 1,97 1,18 Log cfu/g 8,48 9,26 8,48 9,43 9,15
21 hari ? (H21-H0) 0,81 0,87 0,96 1,24 1,00 0,98 8,48 0,14 9,48 1,00 9,36 1,02 9,48 1,27 9,46 1,14 0,91 10,33 1,91 11,29 2,81 10,43 2,02 10,46 2,04 11,16 2,86 2,33 10,30 1,94 10,24 1,80 10,41 1,98 10,37 2,62 10,23 1,96 2,06 10,06 1,71 10,33 1,93 10,15 1,76 10,45 2,15 10,34 1,89 1,89 10,36 2,06 10,45 2,12 9,47 0,62 9,45 1,04 10,42 1,97 1,56 Log cfu/g 9,03 9,24 9,43 9,46 9,25
Keterangan : A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
77
Lampiran 18
Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peningkatan total bakteri asam laktat fekal tikus
Hari ke- 7
Antar kelompok Dalam kelompok Total Hari ke-14 Antar kelompok Dalam kelompok Total Hari ke-21 Antar kelompok Dalam kelompok Total
JK 2,966 1,192 4,158 9,862 7,860 17,722 8,416 4,189 12,605
db 5 24 29 5 24 29 5 24 29
KT ,593 ,050
F 11,943
Sig ,000**
1,972 ,327
6,023
,001**
1,683 ,175
9,644
,000**
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 19
Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap peningkatan total bakteri asam laktat fekal tikus
Peningkatan total bakteri asam laktat hari ke-7 Perlakuan Kontrol negatif (A0) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5 5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 ,1280a ,2460a ,5200 ,5200ab ,7800b
5
,9180b
N
5 ,095
,9260b ,078
Peningkatan total bakteri asam laktat hari ke-14 Perlakuan Kontrol positif (A1) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
5 5 5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 ,6400a ,6540a 1,1780 1,178ab 1,828b
5
1,938b
N
5 ,676
1,968b ,282
Peningkatan total bakteri asam laktat hari ke-21 Perlakuan Kontrol positif (A1) Kontrol negatif (A0) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Sig.
N 5 5 5 5
Subset untuk a = ,05 1 2 ,9140a ,9760a 1,5620 1,5620ab 1,8880b
5
2,0600b
5 ,178
2,3280b ,075
78
Lampiran 20 Pengaruh perlakuan terhadap total bakteri koliform fekal tikus
Perlakuan
A0.1 A0.2 A0.3 A0.4 A0.5 Rata-rata A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 Rata-rata A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 Rata-rata A3.1 A3.2 A3.3 A3.4 A3.5 Rata-rata A4.1 A4.2 A4.3 A4.4 A4.5 Rata-rata A5.1 A5.2 A5.3 A5.4 A5.5 Rata-rata
Total bakteri koliform fekal tikus (cfu/g atau log cfu/g feses) 0 hari 7 hari 14 hari 21 hari (Sebelum (Setelah (Setelah (Setelah perlakuan) perlakuan) perlakuan) perlakuan) log log log log cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g cfu/g 3,00 x 107 7,48 1,94 x 106 6,29 1,95 x 106 6,29 1,63 x 106 6,21 7 6 6 2,55 x 10 7,41 1,89 x 10 6,28 1,59 x 10 6,20 1,47 x 106 6,17 7 6 5 2,79 x 10 7,45 2,00 x 10 6,30 7,05 x 10 5,85 6,90 x 105 5,84 1,77 x 107 7,25 2,55 x 106 6,41 2,08 x 106 6,32 1,91 x 106 6,28 6 5 6 6,55 x 10 6,82 2,65 x 10 6,42 1,14 x 10 6,06 1,23 x 106 6,09 7 6 6 1,91 x 10 7,28 2,19 x 10 6,34 1,38 x 10 6,14 1,32 x 106 6,12 7 6 6 2,79 x 10 7,45 1,47 x 10 6,17 2,35 x 10 6,37 2,03 x 106 6,31 7 6 6 2,98 x 10 7,47 2,99 x 10 6,48 2,94 x 10 6,47 2,54 x 106 6,40 6 6 6 8,45 x 10 6,93 2,15 x 10 6,33 1,33 x 10 6,12 1,14 x 106 6,06 2,01 x 107 7,30 2,84 x 106 6,45 3,00 x 105 5,48 2,89 x 105 5,46 1,68 x 106 6,23 1,70 x 105 6,23 9,85 x 104 4,99 9,15 x 104 4,96 7 6 5 1,20 x 10 7,08 2,14 x 10 6,33 7,76 x 10 5,89 6,29 x 105 5,84 6 4 4 2,81 x 10 6,45 8,20 x 10 4,91 3,60 x 10 4,56 0 0 2,56 x 107 7,41 7,55 x 104 4,88 3,70 x 104 4,57 3,50 x 104 4,54 2,95 x 107 7,47 6,40 x 104 4,81 3,00 x 104 4,48 3,00 x 104 4,48 5 4 7,15 x 10 5,85 4,20 x 10 4,62 0 0 0 0 7,45 x 106 6,87 8,50 x 104 4,93 5,90 x 10 4 4,77 0 0 6,46 x 106 6,81 6,76 x 104 4,83 4,68 x 103 3,67 6,30 x 101 1,80 1,40 x 107 7,15 2,17 x 105 5,34 3,25 x 104 4,51 0 0 2,49 x 107 7,40 2,21 x 105 5,34 3,30 x 104 4,52 3,00 x 104 4,48 2,65 x 107 7,42 2,26 x 105 5,35 3,70 x 104 4,57 0 0 1,25 x 107 7,10 2,44 x 105 5,39 3,40 x 104 4,53 3,10 x 104 4,49 2,10 x 107 7,32 2,24 x 105 5,35 3,90 x 104 4,59 3,00 x 104 4,48 1,91 x 107 7,28 2,24 x 105 5,35 3,47 x 104 4,54 4,89 x 102 2,69 6 5 4 1,56 x 10 6,19 1,85 x 10 5,27 3,60x 10 4,48 0 0,00 2,76 x 107 7,44 1,64 x 105 5,21 3,00 x 104 4,48 3,00 x 104 4,48 2,95 x 107 7,47 1,98 x 105 5,30 3,05 x 10 4 4,48 0 0 2,17 x 107 7,34 1,74 x 105 5,24 3,45 x 104 4,54 3,30 x 104 4,52 2,90 x 107 7,46 1,05 x 105 5,02 3,45 x 104 4,54 3,00 x 104 4,48 1,51 x 107 7,18 1,62 x 105 5,21 3,16 x 104 4,50 4,89 x 102 2,69 2,02 x 107 7,31 1,12 x 106 6,05 2,07 x 106 6,32 1,98 x 106 6,30 2,33 x 107 7,37 9,45 x 105 5,98 1,17 x 106 6,07 1,02 x 106 6,01 7 6 6 2,57 x 10 7,41 2,65 x 10 6,42 3,00 x 10 6,48 2,82 x 106 6,45 6 4 5 2,66 x 10 6,42 5,05 x 10 4,70 2,74 x 10 5,44 2,33 x 105 5,37 7 5 5 2,30 x 10 7,36 1,10 x 10 5,04 2,75 x 10 5,44 2,33 x 105 5,37 7 5 5 1,48 x 10 7,17 4,37 x 10 5,64 8,91 x 10 5,95 7,94 x 105 5,90
A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuit tinggi protein
79
Lampiran 21
Hari ke-0
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap total bakteri koliform fekal tikus Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total
JK ,773 5,267 6,041 9,451 2,341 11,792 25,603 19,645 45,248 97,654 75,413 173,067
db KT F Sig 5 ,155 ,705 ,625ns 24 ,219 29 5 1,890 19,379 ,000** 24 ,098 29 5 5,121 6,256 ,001** 24 ,819 29 5 19,531 6,216 ,001** 24 3,142 29
Keterangan : ns = tidak terdapat perbedaan ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 22
Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap total bakteri koliform fekal tikus
Total bakteri koliform hari ke-0 Perlakuan
5 5
Subset untuk a = ,05 1 6,8100a 7,0760a
5
7,1740a
5
7,1800a
5
7,2780a
5
7,2820a ,611
N
Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol negatif (A0) Sig.
Total bakteri koliform hari ke-7 Perlakuan Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum krim probiotik + biskuit tinggi Protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Kontrol negatif (A0) Sig.
N
Subset untuk a = ,05 1 2 3
5
4,8300a
5
5,2080
5,208ab
5
5,3540
5,354ab
5
5,638b
5 5 ,123
,284
6,332c 6,340c 1,000
80
Total bakteri koliform hari ke-14 Perlakuan Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein(A2) Ransum + Krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol negatif (A0) Sig.
N
Subset untuk a = ,05 1 2
5
3,6760a
5
4,5040
4,5040ab
5
4,5440
4,5440ab
5
5,8860b
5
5,9500b
5 ,657
6,1440b ,080
Total bakteri koliform hari ke-21 Perlakuan Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Kontrol positif (A1) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol negatif (A0) Sig.
N
Subset untuk a = ,05 1 2
5
1,8040a
5
2,6900
2,6900ab
5 5
2,6960
2,6960ab 5,8380b
5
5,9000b
5
6,1180b ,054
,966
81
Lampiran 23 Pengaruh perlakuan terhadap penurunan total bakteri koliform fekal tikus Perlakuan A0.1 A0.2 A0.3 A0.4 A0.5 Rata-rata A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 Rata-rata A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 Rata-rata A3.1 A3.2 A3.3 A3.4 A3.5 Rata-rata A4.1 A4.2 A4.3 A4.4 A4.5 Rata-rata A5.1 A5.2 A5.3 A5.4 A5.5 Rata-rata
0 hari Log cfu/g 7,48 7,41 7,45 7,25 6,82
Log cfu/g 6,29 6,28 6,30 6,41 6,42
7 hari
7,45 7,47 6,93 7,30 6,23
6,17 6,48 6,33 6,45 6,23
6,45 7,41 7,47 5,85 6,87
4,91 4,88 4,81 4,62 4,93
7,15 7,40 7,42 7,10 7,32
5,34 5,34 5,35 5,39 5,35
6,19 7,44 7,47 7,34 7,46
5,27 5,21 5,30 5,24 5,02
7,31 7,37 7,41 6,42 7,36
6,05 5,98 6,42 4,70 5,04
? (H7-H0) -1,19 -1,13 -1,14 -0,84 -0,39 -0,94 -1,28 -1,00 -0,59 -0,85 0,01 -0,74 -1,53 -2,53 -2,66 -1,23 -1,94 -1,98 -1,81 -2,05 -2,07 -1,71 -1,97 -1,92 -0,93 -2,23 -2,17 -2,10 -2,44 -1,97 -1,26 -1,39 -0,99 -1,72 -2,32 -1,54
Log cfu/g 6,29 6,20 5,85 6,32 6,06 6,37 6,47 6,12 5,48 4,99 4,56 4,57 4,48 0,00 4,77 4,51 4,52 4,57 4,53 4,59 4,48 4,48 4,48 4,54 4,54 6,32 6,07 6,48 5,44 5,44
14 hari ? (H14-H0) -1,19 -1,21 -1,60 -0,93 -0,76 -1,14 -1,07 -1,01 -0,80 -1,83 -1,23 -1,19 -1,89 -2,84 -2,99 -5,85 -2,10 -3,14 -2,63 -2,88 -2,86 -2,57 -2,73 -2,73 -1,72 -2,96 -2,99 -2,80 -2,92 -2,68 -0,99 -1,30 -0,93 -0,99 -1,92 -1,23
A0 = Kontrol negatif / ransum standar A1 = Kontrol positif / ransum standar + krim non probiotik + biskuit biasa A2 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein A3 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) A4 = Ransum standar + krim probiotik + biskuit biasa A5 = Ransum standar + krim non probiotik + biskuittinggi protein
Log cfu/g 6,21 6,17 5,84 6,28 6,09 6,31 6,40 6,06 5,46 4,96 0,00 4,54 4,48 0,00 0,00 0,00 4,48 0,00 4,49 4,48 0,00 4,48 0,00 4,52 4,48 6,30 6,01 6,45 5,37 5,37
21 hari ? (H21-H0) -1,26 -1,24 -1,61 -0,97 -0,73 -1,16 -1,14 -1,07 -0,87 -1,84 -1,26 -1,24 -6,45 -2,86 -2,99 -5,85 -6,87 -5,01 -7,15 -2,92 -7,42 -2,61 -2,85 -4,59 -6,19 -2,96 -7,47 -2,82 -2,99 -4,49 -1,01 -1,36 -0,96 -1,06 -1,99 -1,28
82
Lampiran 24
Hari ke- 7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap penurunan total bakteri koliform fekal tikus Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total
JK 7,608 5,508 13,116 21,421 13,047 34,468 91,022 60,101 151,123
db 5 24 29 5 24 29 5 24 29
KT 1,522 ,229
F 6,630
Sig ,001**
4,284 ,544
7,881
,000**
18,204 2,504
7,269
,000**
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 25
Hasil uji lanjut Tukey pengaruh perlakuan terhadap penurunan total bakteri koliform fekal tikus
Penurunan total bakteri koliform hari ke-7 Perlakuan
N
Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi Protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol negatif (A0) Kontrol positif (A1) Sig.
5 5
Subset untuk a = 005 1 2 -1,978a -1,974a
5
-1,922a
5 5 5
-1,536
,692
-1,536ab -,938b -,742b ,131
Penurunan total bakteri koliform Hari ke -14 Perlakuan
N
Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Kontrol negatif (A0) Sig.
5
Subset untuk a = ,05 1 2 -3,1340a
5
-2,7340a
5 5 5 5
-2,6780a
,921
-1,2260b -1,1880b -1,1380b 1,000
Penurunan total Bakteri Koliform Hari ke-21 Perlakuan
N
Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (A2) Ransum + krim probiotik + biskuit tinggi protein (selang 2 hari) (A3) Ransum + krim probiotik + biskuit biasa (A4) Ransum + krim non probiotik + biskuit tinggi protein (A5) Kontrol positif (A1) Kontrol negatif (A0) Sig.
5
Subset untuk a = ,05 1 2 -5,0040a
5
-4,5900a
5 5 5 5
-4,4860a
,995
-1,2760b -1,2360b -1,1620b 1,000