PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT DAN BOLU TEPUNG TEMPE TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN PADA BALITA GIZI KURANG TAHUN 2015 Oktovina Rizky I1, Bambang Wirjatmadi 1, Merryana Adriani 2 Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya 1 Email:
[email protected]
Abstrak Latar Belakang : Masalah gizi pada balita adalah masalah yang cukup besar dan yang harus mendapatkan prioritas penanganan adalah masalah gizi kurang. Gizi kurang pada anak terjadi karena kurang zat sumber tenaga dan kurang protein (zat pembangun). Tenaga dan zat pembangun diperlukan anak dalam membangun badannya yang tumbuh pesat. Tujuan : Menganalisis pengaruh pemberian makanan tambahan (PMT) biskuit dan bolu tepung tempe terhadap peningkatan berat badan dan tinggi badan pada balita gizi kurang di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Randomized Control Trial Design, pada kelompok balita dengan pemberian PMT Bolu Tepung Tempe sebagai kelompok perlakuan dan pemberian PMT biskuit sebagai kelompok kontrol. Sampel sebesar 30 balita dan dianalisis dengan Peason dan analisis beda pre-post dengan uji paired T test samples. Hasil : Terdapat perbedaan yang bermakna antara berat badan dan tinggi setelah pemberian PMT Bolu Tepung Tempe dan PMT biskuit p=0,003 (p<α) untuk kelompok perlakuan dan p=0,009 (p<α) untuk kelompok kontrol. Kesimpulan : Pemberian PMT Bolu Tepung Tempe pada kelompok perlakuan selama 30 hari berpengaruh pada peningkatan berat badan dan tinggi badan. Kata Kunci : PMT bolu tepung tempe, BB, gizi Kurang
THE GIVING EFFECTS OF BISCUITS AND TEMPEH-BASED FLOUR CAKES AS SUPPLEMETARY FEEDING TOWARDS IMPROVEMENTS IN BODY WEIGHT AND HEIGHT IN CHILDREN SUFFERING MALNUTRITION 2015 Background: Nutritional problem in children is considered as a major issue and one that should receive priority in treatment is concerning to malnutrition. Malnutrition in children occurs due to insufficiency in energy and protein. Energy and protein are required in supporting rapid growth in children. Objective: to learn the giving effects of biscuits and tempeh-based flour cakes as supplementary feeding towards improvements in body weight and height of children under five suffering malnutrition in one of Public Health Center working area, northern region of Kediri Municipality. Methods: This study used a Randomized Control Triall Design, towards groups of children under five by providing tempeh-based flour cakes for supplementary feeding in the treatment Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 16
group and by providing biscuits for supplementary feeding in control group. Samples were as many as 30 children under five and the data were being analyzed using peason and pre-post differences analysis was done using paired samples T-test Result: There was significant difference between body weight and body height after provision of providing biscuits and tempeh-based flour cakes for supplementary feeding with p = 0.001 (p <α) for the treatment group and p = 0.001 (p <α) for the control group. Conclution: Providing and tempeh-based flour cakes in the treatment group for 30-days gave influence on increasing body weight and height. Keywords : Cakes as supplementary feeding, Tempeh-based flour, Body weight, Malnutrition,. PENDAHULUAN Masalah gizi pada balita yang
kurang pada anak terjadi karena kurang zat
cukup besar dan harus mendapatkan
sumber tenaga dan kurang protein (zat
prioritas penanganan adalah masalah gizi
pembangun). Tenaga dan zat pembangun
kurang dan gizi buruk. Keadaan gizi
diperlukan
kurang dan gizi buruk pada balita akan
badannya yang tumbuh pesat.2
anak
dalam
membangun
menghambat peningkatan sumber daya
Secara Nasional, prevalensi berat-
manusia karena keadaan tersebut dapat
kurang pada tahun 2013 sebesar 19,6%
mengakibatkan kegagalan pertumbuhan
balita kekurangan gizi yang terdiri dari
fisik dan perkembangan kecerdasan serta
5,7% balita gizi buruk dan 13,9% balita
meningkatkan
gizi kurang. Jika dibandingkan dengan
angka
kesakitan
dan
kematian.1 Gizi
angka prevalensi nasional tahun 2007 kurang
adalah
gangguan
(18,4%)
dan
tahun
2010
(17,9%)
kesehatan akibat kekurangan atau tidak
prevalensi gizi kurang tahun 2013 terlihat
seimbang zat gizi yang diperlukan untuk
meningkat.
pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
hal yang berhubungan dengan kehidupan.
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7%
Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia
tahun 2013. Bila dibandingkan dengan
kurang dari 5 tahun, terutama di negara-
pencapaian
negara berkembang. Sehingga golongan
Development Goals (MDGs) tahun 2015
ini disebut golongan rawan, karena masa
yaitu 15,5% maka prevalensi gizi kurang
peralihan mulai mengikuti pola makan
secara nasional harus diturunkan minimal
orang dewasa atau pengasuhan anak
sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai
mengikuti kebiasaan yang keliru. Gizi
2015.3
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Perubahan
sasaran
terutama
pada
Millennium
Page 17
Penilaian
indikator
bahan untuk kekebalan tubuh. Zat gizi
BB/TB prevalensi sangat kurus secara
tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan
nasional 2013 masih cukup tinggi yaitu
dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan
5,3%, terdapat penurunan dibandingkan
yang
tahun 2010 (6,0%) dan tahun 2007 (6,2%).
dibuktikan pada bayi dan anak balita
Demikian pula halnya dengan prevalensi
penderita gizi buruk dan diare kronis.
kurus sebesar 6,8% juga menunjukkan
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan
adanya penurunan dari 7,3% (tahun 2010)
berat badan balita
dan
Secara
meningkat, diare menjadi sembuh dalam
keseluruhan prevalensi kurus pada balita
waktu singkat. Tepung tempe merupakan
menurun dari 13,6% pada tahun 2007
makanan terolah dengan bahan utama
7,4%
berdasarkan
(tahun
2007).
menjadi 12,1% pada tahun 2013 Menurut
UNHCR
masalah
3
.
kesehatan
tempe
ada
dalam
kedelai.
Ini
telah
gizi buruk akan
yang kemudian diformulasikan
dengan bahan pendukung lain, dirancang
masyarakat sudah dianggap serius bila
sebagai
prevalensi BB/TB kurus antara 10,1% -
mengatasi gangguan pencernaan (diare)
15,0%, dan dianggap kritis bila di atas
dan efektif untuk memperbaiki status
15,0% .4
penderita gizi buruk dan gizi kurang 6.
Berdasarkan data laporan bulanan gizi
Dinas
Pada
tambahan
penelitian
untuk
ini
akan
Kota
Kediri,
memberikan PMT pada balita dengan
Wilayah
Utara
status gizi kurus, pada kelompok perlakuan
gizi kurang
akan diberikan PMT Bolu tepung tempe
tertinggi. Data balita status gizi kurang
dan pada kelompok kontrol akan diberikan
usia 0-59 bulan di puskesmas Kota
PMT
Wilayah
indikator
Tambahan ini akan diberikan setiap hari
BB/U pada tahun 2013 sebesar 71 (4,6%)
selama 60 hari sebagai makanan selingan.
balita dengan status gizi kurang dan pada
Hasil evaluasi dari PMT ini akan dipantau
tahun 2014 sebesar 225 (11,8%) balita
melalui penimbangan berat badan dan
dengan status gizi kurang .5
tinggi badan pada awal intervensi dan
puskesmas
Kesehatan
makanan
Kota
mempunyai kasus balita
Utara
berdasarkan
biskuit.
Pemberian
Makanan
Tempe menjadi salah satu pilihan
akhir setelah intervensi. Sasaran pada
makanan tambahan yang kaya akan zat
penelitian ini adalah balita usia 12-59
gizi. Tempe kaya akan protein sebagai
bulan.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 18
225 balita yang diambil dari laporan
BAHAN DAN METODA Penelitian ini menggunakan desain
bulanan Puskesmas Kota Wilayah Utara
Quasi Experimental dengan rancangan
Kota Kediri. Sampel penelitian ini adalah
Randomized Control Triall Desain, pada
sejumlah balita diambil dari subpopulasi
kelompok balita dengan pemberian PMT
yang dilakukan screening dengan kriteria
biskuit sebagai kelompok kontrol dan
inklusi meliputi balita usia 12-59 bulan,
pemberian PMT Bolu Tepung Tempe
status gizi kurus berdasarkan indeks
sebagai kelompok perlakuan. Penelitian ini
BB/TB
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
menderita cacat bawaan/kelainan sejak
Kota Wilayah Utara Kota Kediri pada
lahir maupun penyakit berat, mendapat
bulan Mei sampai bulan Juni 2015.
persetujuan orang tua. Kriteria eksklusi
-3SD
sampai
<-2SD,
tidak
Populasi penelitian adalah semua
selama penelitian berlangsung yang tidak
anak balita dengan status gizi kurang usia
analisis adalah pindah tempat tinggal di
0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
luar kota, menderita penyakit kronis dan
Kota Wilayah Utara Kota Kediri sebanyak
diperoleh subpopulasi sebanyak 30 balita.
Variabel bebas pada penelitian ini
metode recall 1x24 jam. Data primer
adalah pemberian PMT biskuit da bolu
dikumpulkan dengan cara kunjungan ke
tepung tempe, variabel tergantung adalah
rumah responden. PMT diberikan setiap
BB dan TB, variabel kendali adalah umur
hari pada
dan untuk variabel pengganggu meliputi
diantarkan ke rumah responden. PMT
pendidikan, pekerjaan, tingkat konsumsi,
Bolu Tepung Tempe di buat oleh peneliti
penghasilan keluarga, pengeluaran untuk
dan
makan.
Kesehatan Kota Kediri.
PMT biskuit diberikan pada
kelompok kontrol sebanyak 40 gram dan
biskuit
jam 08.30.00
disediakan
Pengolahan
dan
WIB
yang
oleh
Dinas
analisis
data
PMT Bolu Tepung Tempe diberikan pada
menggunakan program Statistik. Data
kelompok kontrol sebanyak 50 gram.
asupan konsumsi PMT dan asupan makan
Data
sekunder
puskesmas,
sedangkan
dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner,
didapat data
dari primer
dianalisis menggunakan Daftar Komposisi Bahan
penimbangan
terhadap BB dan TB balita, digunakan
juga pengambilan data asupan selama 24
α=0,05.
asupan
mengetahui
pengaruh asupan energi dan asupan protein
analisis
Penilaian
untuk
wawancara
berat badan dan tinggi badan. Dilakukan
jam.
Makanan,
pearson
correlation
dengan
menggunakan
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 19
HASIL Karakteristik Balita Karakteristik menurut umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Balita Karakteristik Balita
Perlakuan
Umur 12-24 bulan 25-36 bulan 37-48 bulan 49-60 bulan TOTAL Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL
Kontrol
n
%
n
%
5 7 2 1 15
33,3 46,7 13,3 6,7 100,00
6 6 3 0 15
40 40 20 0 100,00
11 4 15
73,3 26,7 100,00
8 7 15
53,3 46,7 100,00
Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
pengetahuan ibu pada kategori cukup,
bahwa sebagian besar usia pada responden
untuk kelompok perlakuan sebesar 66,7%
penelitian ini pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol sebesar 40%,
dan kelompok kontrol yaitu pada usia 24-
pendidikan ibu sebagian besar tamat
36 bulan, untuk kelompok perlakuan
SLTA, untuk kelompok perlakuan sebesar
sebesar 46,7%, sedangkan untuk kelompok
73,3%
kontrol sebesar 40%. Berdasarkan jenis
Pekerjaan Ayah sebagian besar swasta,
kelamin pada kelompok perlakuan sebesar
untuk kelompok perlakuan sebesar 73,3%
73,3% berjenis kelamin laki-laki dan pada
dan kelompok kontrol sebesar 80%,
kelompok kontrol sebesar 46,7% berjenis
sedangkan pekerjaan ibu sebagian besar
kelamin perempuan.
tidak bekerja, untuk kelompok perlakuan
dan
kelompok
sebesar 53,3%
60%.
dan untuk kelompok
Karakteristik Keluarga Balita
kontrol
Karakteristik
pengetahuan,
perbulan sebagian besar kurang untuk
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
kelompok perlakuan sebasar 53,3% dan
dan pengeluaran untuk makan disajikan
untuk kelmpok kontrol sebagian besar
pada Tabel 2.
cukup sebesar 66,7%.
menunjukkan
meliputi
Bedasarkan Tabel 2
bahwa
sebagian
66,6%
kontrol
dengan
pendapatan
besar
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 20
Tabel 2. Karakteristik Keluarga Balita Karakteristik Keluarga Balita
Perlakuan N
Pengetahuan Gizi Ibu Kurang < 56% Cukup 56% - 75% Tinggi 76% - 100% TOTAL Pendidikan Ibu Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademik/Perguruan tinggi TOTAL Pekerjaan Ayah Tidak Bekerja Buruh Pedagang Swasta Wiraswasta PNS, TNI, POLRI TOTAL Pekerjaan ibu Tidak Bekerja Buruh Pedagang Swasta Wiraswasta PNS, TNI, POLRI TOTAL Pendapatan Rendah < Rp. 1.136.000,00 Cukup > Rp. 1.136.000,00 TOTAL Pengeluaran Untuk Makan < Rp. 300.000 Rp. 300.000 – Rp. 500.000 >Rp. 500.000 TOTAL
Kontrol %
n
%
0 10 5 15
0 66,7 33,3 100,00
4 6 5 15
26,7 40 33,3 100,00
0 1 3 11 0 15
0 6,7 20 73,3 0 100,00
0 0 2 9 4 15
0 0 13,3 60 26,7 100,00
0 1 0 11 3 0 15
0 6,7 0 73,3 20 0 100,00
0 0 0 12 2 1 15
0 0 0 80 13,3 6,7 100,00
8 0 0 5 2 0 15
53,3 0 0 33,4 13,3 0 100,00
10 0 0 4 0 1 15
66,6 0 0 26,7 0 6,7 100,00
8 7 15
53,3 46,7 100,00
5 10 15
33,3 66,7 100,00
7 6 2 15
46,7 40 13,3 100
6 7 2 15
40 46,7 13,3 100,00
Sumber: Data Primer, 2015
Deskripsi Berat Badan Deskripsi berat badan dapat dilihat
kelompok perlakuan sebelum pemberian
pada Tabel 3 dibawah. Berdasarkan Tabel
biskuit rata-ratanya adalah 9,7 dan setelah
3 menunjukkan bahwa pada berat badan
pemberian biskuit rata-rata berat badannya
pada
sebelum
adalah 10,0. Hasil uji beda antara berat
pemberian bolu tepung tempe rata-ratanya
badan sebelum dan sesudah pemberian
adalah 10,0 dan setelah pemberian bolu
PMT
tepung tempe rata-rata berat badannya
bermakna p=0,003 (p<0,05).
kelompok
perlakuan
menunjukkan
perbedaan
yang
adalah 11,2, sedangkan berat badan pada Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 21
Tabel 3. Deskripsi Berat Badan Berat Badan
Perlakuan Sebelum Rata-rata 10,0 Standart Deviasi 1,5 Minimum 7,0 Maksimum 13,0 Sumber : Data Primer, 2015
Kontrol Sebelum 9,7 1,3 7,5 12,0
Sesudah 11,2 2,6 7,0 17,0
Sesudah 10,0 1,3 8,0 12,0
Deskripsi Tinggi Badan Deskripsi tinggi badan dapat ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Deskripsi Tinggi Badan Tinggi Badan
Perlakuan Sebelum Rata-rata 85,9 Standart Deviasi 8,0 Minimum 76,6 Maksimum 104.8 Sumber : Data Primer, 2015
Kontrol Sebelum 82,4 13,4 52,0 95,0
Sesudah 86,9 8,2 77,0 106,5
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tinggi badan pada kelompok
Sesudah 82,8 13,4 52,0 96,0
PEMBAHASAN 1.
perlakuan sebelum pemberian bolu tepung
Pengaruh Pemberian Bolu Tepung Tempe Terhadap Berat Badan
tempe rata-ratanya adalah 85,9 dan setelah
PMT
Bolu
Tepung
Tempe
pemberian bolu tepung tempe rata-rata
merupakan makanan selingan yang terbuat
tinggi badannya adalah 86,9 , sedangkan
dari beberapa bahan tertentu, sebagai
tinggi badan pada kelompok perlakuan
bahan
sebelum pemberian biskuit rata-ratanya
perbandingan kadar zat gizi tertentu
adalah 82,4 dan setelah pemberian biskuit
sehingga diperoleh nilai gizi yang tinggi.
rata-rata tinggi badannya adalah 82,8.
utama
tepung
Konsumsi
tempe
tepung
dengan
tempe
Hasil uji beda menunjukkan bahwa
merupakan salah satu alternatif untuk
antara tinggi badan sebelum dan sesudah
meningkatkan berat badan pada balita gizi
pemberian PMT menunjukkan perbedaan
kurang, selain itu tempe memiliki beberapa
yang bermakna p=0,009 (p<0,05).
keunggulan dibanding kacang kedelai, keunggulan tempe diantaranya komplemen proteinnya tinggi, mengandung 8 asam
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 22
amino essensial, kadar lemak jenuh dan
memiliki beberapa keunggulan dibanding
kolesterol rendah, vitamin B12 tinggi,
kacang
mudah dicerna karena tekstur sel yang
diantaranya komplemen proteinnya tinggi,
unik dan mengandung antibiotik dan
mengandung 8 asam amino essensial,
berefek
pertumbuhan.
kadar lemak jenuh dan kolesterol rendah,
Kuantitas dan kualitas zat gizi dapat
vitamin B12 tinggi, mudah dicerna karena
dimanfaatkan
tekstur sel yang unik dan mengandung
merangsang
bagi
individu
untuk
peningkatan status gizi.
kedelai,
antibiotik
Hasil penelitian tentang produk
dan
keunggulan
berefek
tempe
merangsang
pertumbuhan. Keunggulan tempe terjadi
bahan makanan campuran tempe untuk
sebagai
hasil dari proses
perbaikan gizi balita menunjukkan bahwa
kapang seperti Rhizopus oryzae, Rhizopus
terjadi peningkatan berat badan rata-rata
stoloniferus, dan Rhizopus oligosporus.
berturut-turut sebesar 1,28 (pada kelompok
Kuantitas dan kualitas zat gizi dapat
BMC tempe), 0,92 (Pada kelompok BMC
dimanfaatkan
tempe-telur) dan 0,86 (pada kelompok
peningkatan status gizi.
bagi
fermentasi
individu
untuk
BMC lele). Juga terjadi perbaikan status
Hasil uji beda menunjukkan bahwa
gizi (z-score BB/U) dengan rata-rata
antara tinggi badan sebelum dansesudah
peningkatan berturut-turut sebesar 0,24
pemberian PMT menunjukkan perbedaan
(pada kelompok BMC tempe), 0,17 (pada
yang bermakna p=0,009 (p<0,05).
kelompok BMC tempe-telur), 0,05 (pada kelompok BMC lele). Produk BMC yang diberikan mengandung 300 kalori dan 10
KESIMPULAN 1.
gram protein 7. Hasil uji beda antara berat badan sebelum
dansesudah
pemberian
PMT
menunjukkan perbedaan yang bermakna p=0,003 (p<0,05).
2.
Pengaruh
Pemberian
Pemberian PMT biskuit dan PMT bolu
tepung tempe sama-sama
dapat meningkatkan berat badan dan panjang badan pada semua sampel balita, karena berdasarkan hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan
PMT
Bolu
tepung Tempe Terhadap Peningkatan Tinggi Badan
perbedaan
yang
bermakna berat badan dan panjang badan
sebelum
dan
sesudah
penelitian (p<0,05).
Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Tempe Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 23
2.
Pemberian Bolu tepung tempe
4. Kementrian Kesehatan RI.. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang. 2011. Kemenkes RI.
dapat memberikan efek yang lebih baik, karena proses membuatnya mudah dan sangat terjangkau.
5. Dinkes. Data Laporan Bulanan Gizi. 2014. Kediri: Dinkes Kota Kediri.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
Departemen Kesehatan RI. Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK. 2012. Jakarta: Dep. Kes RI 2012.
6. Astawan. Sehat Dengan Hidangan Kacang Dan Biji-bijian. 2009. Depok: Penebar Swadaya.
Hasdianah, dkk. Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet, Dan Obesitas. 2014. Yogyakarta: Nuha Medika
7. Ratnayani, dkk. Produk Bahan Makanan Campuran (BMC) Untuk Perbaikan Gizi Balita. 2009. Yogyakarta: Jurnal PGM volume XIX No.1 Tahun 2010. Hal.21.
3. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Reviewer Dr. Merryana Adriani, S.KM., M.Kes.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 4 Nomer 1 Edisi September 2015, hal. 16 - 24
Page 24