20
KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan.
Kebutuhan
zat
gizi
(nutrient
requirement)
menggambarkan
banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal, pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak, dan remaja, atau untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah et al 2002). Aktivitas fisik dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Adanya konsumsi pangan berlebih yang tidak diiringi aktivitas fisik yang memadai merupakan faktor risiko penyebab obesitas (Crawford& Ball 2002). Aktivitas fisik yang kurang juga akan menyebabkan pengeluaran energi yang sedikit. Adanya pengeluaran energi yang sedikit juga berdampak pada status gizi lebih (overweight/obesitas). Menurut Esperanza et al (2000) obesitas merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara intake energi dan pengeluaran energi. Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan angka kebutuhan gizi yang dianjurkan untuk setiap individu akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Kekurangan atau kelebihan konsumsi gizi dari kebutuhan normal jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992).
21
Aktivitas Fisik
Pengeluaran Energi
Status Kesehatan
Karakteristik Sampel: • Usia • Jenis Kelamin • Berat Badan • Tinggi Badan
Jumlah dan Jenis Pangan
Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Tingkat Kecukupan
Status Gizi
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran keragaan status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di kota Bogor
Keterangan: = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
22
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
desain
cross
sectional
study
yaitu
pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara acak atau simple random sampling dengan pertimbangan sekolah dasar (SD) swasta yang terdapat penyelenggaraan makanan dan SD negeri yang tidak terdapat penyelenggaraan makanannya. Kriteria yang digunakan untuk SD swasta yang terdapat penyelenggaraan makanan, yaitu: 1) tersebar di 6 kecamatan kota Bogor; 2) mengadakan penyelenggaraan makan di sekolah; 3) sekolah bersedia menjadi tempat penelitian; 4) kemudahan akses. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan SD negeri yang tidak terdapat penyelenggaraan makanan: 1) tersebar di 6 kecamatan kota Bogor; 2) sekolah bersedia menjadi tempat peneltian; 3) kemudahan akses. Dari 289 Sekolah Dasar di Bogor (Diknas kota Bogor 2008), dipilih dua SD swasta yang terdapat penyelenggaraan makan dan dua SD negeri yang tidak terdapat penyelenggaraaan makan. SD swasta yang terdapat penyelenggaraan makanannya yaitu SDIT Aliya dan SD Pertiwi, sedangkan SD negeri yang tidak ada penyelenggaraan makanannya yaitu SDN Kedung Badak 1 dan SDN Baranang Siang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April – juli 2009. Jumlah dan Cara Pemilihan Sampel Subyek dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 5 SDIT Aliya, SD Pertiwi, SDN Baranang Siang, dan SDN Kedung Badak 1 di kota Bogor yang berusia 10-12 tahun. Pemilihan usia anak dilakukan secara purposive dengan pertimbangan tingkat perkembangan kognitif anak pada usia itu berada pada akhir masa konkrit operasional, sehingga kemampuan anak untuk berfikir secara logis terhadap hal konkrit sudah baik (Hurlock 1999). Jumlah contoh diambil dari 4 sekolah dasar, yaitu 2 sekolah dasar swasta yang terdapat penyelenggaraan makan dan 2 sekolah dasar negeri yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Seluruh siswa tersebut dijadikan sebagai contoh setelah dikurangi siswa yang drop out karena tidak masuk saat penelitian berlangsung.
23
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik, dan konsumsi makan. Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah tempat penelitian
berlangsung.
Pengumpulan
data
primer
dilaksanakan
melalui
wawancara secara langsung menggunakan kuesioner. Data konsumsi pangan contoh diperoleh melalui metode food recall dan food record 2 x 24 jam, sedangkan data aktivitas fisik contoh diperoleh melalui metode pencatatan dan wawancara 2 x 24 jam. Data aktivitas fisik yang dikumpulkan adalah data pada hari yang sama pada saat diadakan food recall konsumsi pangan. Data usia dan jenis kelamin diperoleh melalui wawancara langsung dengan cara mengisi kuesioner, sedangkan data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan timbangan injak digital (bathscale) dan mikrotoise. Semua alat yang digunakan telah dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Data
sekunder
sebagai
data
pendukung
yang
diambil
meliputi
karakteristik sekolah tempat penelitian berlangsung. Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Variabel, jenis data, cara pengumpulan data, dan alat pengumpul data No 1.
2.
Variabel dan data Karakteristik contoh Nama Alamat Usia Jenis kelamin Berat badan Tinggi badan Aktivitas fisik contoh
Jenis data
Cara pengumpulan data
Alat bantu
Primer
Pengisian kuesioner (nama, alamat, umur, jenis kelamin), pengukuran langsung (BB, TB)
Kuesioner, timbangan injak digital (bathscale), microtoise
Primer 3.
Konsumsi contoh Primer
4.
Karakteristik sekolah lokasi jumlah siswa dan guru lama belajar sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler
Sekunder
Pengisian kuesioner dengan metode pencatatan dan wawancara 2 x 24 jam Metode food recall dan food record 2x24 jam, penimbangan (food weighing)
Kuesioner dan timbangan makanan
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
24
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh diperiksa terlebih dahulu agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entri, cleaning, dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data menggunakan program komputer Microsoft excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) version 13 for windows. Data konsumsi pangan diperoleh dari food recall dan food record 2 x 24 jam kemudian dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Konversi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah&Briawan 1994):
Kej =
Bj 100
x
BDDj 100
x Gj
Keterangan : Kej
= Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj
= Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD)
Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan zat gizi makanan jajanan adalah sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):
KGj =
Bj Bjd
x
Gj
Keterangan : KGj
= Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat B (g)
Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bjd
= Berat makanan j yang tercantum daam tabel DKGJ
Gj
= Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat Bjd (Tabel DKGJ)
Data aktivitas fisik yang diperoleh adalah jenis kegiatan dan alokasi waktu setiap kegiatan. Jenis kegiatan contoh dikelompokkan menjadi beberapa
25
kegiatan yaitu tidur, sekolah (termasuk mengerjakan PR, les, dan mengaji), kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat (Hardinsyah & Martianto 1992). Kegiatan yang termasuk dalam kategori kegiatan ringan adalah duduk diam, berdiri diam, makan, mengobrol, dan bermain yang dilakukan sambil duduk (misalnya main kartu, boneka, dan congklak). Kegiatan yang dikategorikan sebagai
kegiatan
sedang
adalah
pekerjaan
rumah
tangga
(menyapu,
membersihkan perabotan), jalan-jalan santai, dan bermain (main petak umpet, main kelereng, dll). Kegiatan olahraga (lari-lari, bersepeda, main bola, dll) dalam penelitian ini dikategorikan sebagai kegiatan berat. Masing-masing kelompok kegiatan akan dikalikan dengan faktor koreksi (FK) yang merupakan kelipatan bagi basal metabolisme rate (BMR) atau angka metabolisme basal (AMB). Faktor koreksi tiap jenis kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Faktor koreksi menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin Jenis Kegiatan
Laki-Laki
Perempuan
Tidur
1.0 BMR
1.0 BMR
Sekolah
1.6 BMR
1.5 BMR
Kegiatan ringan
1.6 BMR
1.5 BMR
Kegiatan sedang
2.5 BMR
2.2 BMR
Kegiatan Berat
6.0 BMR
6.0 BMR
Sumber : FAO/WHO/UNU (1985)
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari. Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan energi di hitung dengan membandingkan jumlah energi yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi contoh. Perhitungan tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada rumus berikut :
Tingkat kecukupan E =
Konsumsi E Angka kebutuhan E
x
100%
26
Sementara tingkat kecukupan protein, vitamin dan mineral dibandingkan terhadap kecukupan protein, vitamin dan mineral (AKG). Perhitungan tingkat kecukupan protein, vitamin dan mineral dapat dilihat pada rumus berikut: Konsumsi zat gizi
Tingkat kecukupan zat gizi =
Angka kecukupan
x 100%
Penentuan status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) (Riyadi 2003). Penentuan status gizi ini menggunakan software WHO Anthroplus. Software ini mengacu pada referensi WHO 2007 menurut IMT/U. Tabel 4 Cara pengkategorian variabel penelitian No
1
Variabel
Kategori Pengukuran
Status Gizi
1. Severe obese ( +3 SD)
IMT/U (WHO 2007)
2. Obese (+2 SD
z-score < +3 SD)
3. Overweight (+1 SD
z-score <+2 SD)
4. Normal (-2 SD < z-score < +1 SD) 5. Thinness (-2 SD
z-score < -3 SD)
6. Severe thinness ( -3 SD) 2
Aktivitas Fisik
1. Tidur
Jenis kegiatan (Hardinsyah
2. Sekolah
& Martianto 1992)
3. Kegiatan Ringan 4. Kegiatan Sedang 5. Kegiatan Berat
3
Tingkat aktivitas fisik
1. Ringan (1,40 PAL 1,69)
(FAO/WHO/UNU 2001)
2. Sedang (1,70 PAL 1,99) 3. Berat (2,00 PAL 2,40)
4
Tingkat Kecukupan Energi
1. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
dan Protein (Depkes 1996
2. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan)
diacu dalam Sukandar
3. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan)
2007)
4. Normal (90-119% angka kebutuhan) 5. Kelebihan ( 120% angka kebutuhan)
5
Tingkat kecukupan vitamin
1. Kurang (<77% angka kecukupan)
dan mineral (Gibson 2005)
2. Cukup ( 77% angka kecukupan)
27
Definisi Operasional Usia adalah lamanya waktu hidup sejak lahir yang di hitung berdasarkan selisih tanggal, bulan dan tahun dengan tanggal, bulan dan tahun saat penelitian. Berat badan adalah masa tubuh dalam satuan kilogram yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh dan lain-lain. Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan anak dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan indeks berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan. Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang diluangkan contoh untuk melakukan suatu jenis kegiatan tertentu dinyatakan dalam jam. Aktivitas fisik adalah kegiatan contoh selama sehari yang meliputi tidur, sekolah, nonton, main game/computer, kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat. Pengeluaran energi adalah jumlah energi yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan angka metabolisme basal dan aktivitas fisik selama 2x24 jam. Tingkat aktivitas fisik adalah aktivitas fisik contoh yang dinyatakan dengan nilai PAL (physical activity level) dan dikategorikan menjadi tidur, sekolah, kegiatan ringan, sedang, dan berat. Konsumsi makanan adalah jumlah dan jenis zat gizi energi dan protein yang dikonsumsi contoh. Tingkat kecukupan adalah rasio antara jumlah zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan kebutuhan gizi dikali dengan 100%.