Artikel Penelitian
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan dan Berat Badan Tikus
Hendy Kristyanto,* Steffi Sonia,* Pratiwi Rapih Astuti Natsir,* Farah Suraya,* Nurhadi Ibrahim** *Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Abstrak: Musik merupakan modulator emosi yang poten. Tiap jenis musik memiliki efek modulasi yang berbeda. Di lain pihak, emosi memiliki peran penting dalam perilaku makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan musik klasik dan musik rock terhadap nafsu makan dan berat badan pada tikus. Sebanyak 54 ekor tikus galur Wistar jantan dewasa dikelompokkan secara merata menjadi kelompok musik klasik, rock, dan kontrol. Tiap kelompok variabel diberi pajanan musik sesuai kelompoknya selama empat jam sehari dalam waktu 15 hari. Tiap tiga hari sekali berat makanan yang dimakan tikus dan berat badan tikus ditimbang. Data berupa rerata berat makanan yang dikonsumsi tikus per hari dan perubahan berat badan tikus setelah 15 hari masa penelitian dinilai perbedaannya dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dengan membandingkan kelompok variabel dengan kontrol. Didapatkan hasil bahwa musik klasik meningkatkan nafsu makan dan berat badan tikus namun hubungan ini tidak signifikan secara statistik (masing-masing p=0,148 dan p=0,097). Sedangkan musik rock terbukti meningkatkan nafsu makan dan berat badan secara bermakna (p=0,007 dan p=0,028). Bukti bahwa musik rock dapat meningkatkan berat badan tikus dapat dijadikan landasan penelitian pada manusia untuk mengetahui peran musik rock dalam fenomena obesitas global. Kata kunci: musik klasik, musik rock, nafsu makan, berat badan
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
219
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan
The Effect of Classical Music and Rock Music on Rat’s Appetite and Body Weight Hendy Kristyanto,* Steffi Sonia,* Pratiwi Rapih Astuti Natsir,* Farah Suraya,* Nurhadi Ibrahim** *Faculty of Medicine University of Indonesia, **Dept of Physiology, Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta
Abstract: Music is a potent emotion modulator. Each type of music shows different effects on emotion. Emotion has an indispensible role on feeding behavior. This study aimed at investigating the effect of classical and rock music on rat’s appetite and body weight. As many as 54 adult male Wistar rats were divided evenly into classical, rock, and control group. Each variable group was exposed to music type of its group for four hours in 15 consecutive days. Each three days, rat’s total food consumption and body weight were measured. The means of rat’s daily food consumption and body weight change over 15 days of study between variable and control groups were analyzed using unpaired t test. The study showed that classical music exposure increased rat’s appetite and body weight insignificantly (p=0.148 and p=0.097, respectively) while rock music did significantly (p=0.007 and p=0.028, respectively). The evidence that rock music increases rat’s body weight may become a basis for future studies over the role of rock music in the phenomenon of global obesity. Key words: classical music, rock music, appetite, body weight
Pendahuluan Homeostasis energi tubuh diatur oleh sistem hormonal yang sangat kompleks dengan tujuan memenuhi energi yang dibutuhkan untuk aktivitas kehidupan dan tumbuh kembang.1 Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran energi dapat mengakibatkan berbagai kelainan berat badan, di antaranya adalah kekurangan gizi dan obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko berbagai penyakit noninfeksi dengan angka mortalitas tertinggi di seluruh dunia.2 Penelitian yang dilakukan Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) menyimpulkan bahwa satu dari tiga anak di perkotaan cenderung mengalami obesitas.3 Sedangkan di Amerika Serikat, tiap tahun obesitas mengakibatkan setidaknya 300.000 kematian dan biaya pelayanan kesehatan penduduk Amerika usia dewasa dengan obesitas mencapai $70 miliar atau 7% pengeluaran pelayanan kesehatan per tahun.4 Oleh karenanya, pemahaman mengenai keseimbangan energi sangatlah penting. Menurut paradigma psikoneuroendokrinologi, sistem hormonal memiliki kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan sistem saraf dan perilaku.5 Peran sistem hormonal yang kompleks dalam homeostasis energi mendapat pengaruh dari emosi. Figlewicz dan Woods menemukan jalur hedonik perilaku makan yang diperantarai oleh jaras dopaminergik dan serotoninergik.6 Selain itu, berbagai kasus psikologis seperti depresi dan kecemasan bermanifestasi pada 220
perubahan perilaku makan dan metabolisme energi.5 Hal ini menunjukan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan energi, perilaku makan juga memiliki efek psikogenik. Sebaliknya, keadaan emosi tertentu juga memengaruhi perilaku makan dan metabolisme energi. Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi keadaan emosi. Salah satunya adalah musik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa musik mampu memodulasi status emosi dan status hormonal seseorang.7-12 Jenis musik yang berbeda memiliki efek modulasi yang berbeda. Sebagai contoh, pajanan terhadap musik techno meningkatkan sirkulasi hormon berupa α-endorfin (α-EP), adrenokortikotropik hormon (ACTH), norepinefrin (NE), hormon pertumbuhan (GH), dan kortisol (CORT) yang meningkatkan tonus simpatis.10 Sedangkan pajanan terhadap musik klasik Mozart meningkatkan sintesis dopamin serta memperbaiki status emosi.12 Musik terbukti dapat memodulasi status emosi dan sintesis hormon yang berhubungan dengan status emosi tersebut. Sedangkan emosi terbukti memengaruhi nafsu makan dan metabolisme energi, yang keduanya akan berpengaruh pada berat badan. Oleh karena itu, musik diduga dapat memodulasi nafsu makan dan berat badan. Namun, hubungan pengaruh musik terhadap nafsu makan, yang dinilai berdasarkan berat makanan yang dikonsumsi per satuan waktu, dan berat badan belum banyak diteliti. Sehingga
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan penelitian mengenai pengaruh musik terhadap nafsu makan dan berat badan dianggap penting. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan musik klasik dan rock terhadap nafsu makan dan berat badan tikus sebagai model hewan percobaan. Adapun jenis musik yang dpilih dalam penelitian ini adalah musik rock yang merupakan musik yang paling banyak direkam saat ini dan musik klasik yang terbukti melalui berbagai penelitian sebelumnya memiliki a efek positif terhadap berbagai fungsi tubuh.13,14 Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tikus yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan, Jakarta pada bulan Agustus 2008. Sampel yang digunakan adalah tikus galur Wistar yang dibudidayakan b oleh Lembaga Makanan Rakyat. Kriteria inklusi penelitian ini adalah tikus galur Wistar, jantan, berusia 5 bulan, dengan rentang berat badan antara 180-240 gram. Kriteria eksklusi berupa tikus yang tidak aktif atau dalam keadaan sakit. Sedangkan kriteria drop out berupa tikus yang sakit atau mati sebelum pengukuran terakhir. Menurut perhitungan menggunakan rumus Federer diperoleh jumlah sampel 16 ekor tikus dalam satu perlakuan. Dengan perkiraan drop out sebesar 10%, maka tikus yang digunakan dalam satu perlakuan adalah 18. Dengan adanya tiga perlakuan, maka diperlukan 54 ekor tikus. Setelah dilakukan teknik randomisasi sederhana didapatkan sampel tikus pada masing-masing kelompok: kelompok musik klasik, musik rock, dan kontrol. Kemudian dilakukan penimbangan dan pencatatan hasil timbangan pada masing-masing tikus. Tikus-tikus dimasukkan ke kandang masing-masing, satu tikus di dalam satu kandang. Kandang-kandang tikus kelompok kontrol ditempatkan di tempat yang relatif tenang. Sedangkan, kandang-kandang tikus kelompok musik klasik dipajankan dengan musik klasik 2 kali dalam sehari, yaitu pukul 18.00-20.00 dan 24.00-02.00 WIB. Serta kandang-kandang tikus kelompok musik rock dipajankan dengan musik rock 2 kali dalam sehari, yaitu pukul 18.00-20.00 dan 24.00-02.00 WIB. Tempat antara ketiga kelompok relatif berjauhan agar tidak saling memengaruhi. Pemajanan musik dilakukan melalui speaker yang diletakkan satu meter di depan kandang dengan volume suara yang sama. Selain diberikan musik yang berbeda, ketiga kelompok tikus diperlakukan dengan sama.
Tikus kelompok musik klasik diberi pajanan musik klasik Mozart yang berjudul: Champagne Aria, Die Leyerer, La Bataille, Cotillon, Symphony No. 40, Andante, Menuetto Serenade, Rondo A La Turca, Pretissimo, dan German Dance. Sedangkan pada tikus kelompok musik rock diberi pajanan musik rock seperti: Somewhere I Belong (Linkin Park), Breaking The Habit (Linkin Park), Tranquilize (The Killers), Let It Die (Foo Fighters), dan Sign of Fear (Psycho). Setiap hari ke dalam tiap kandang dimasukkan wadah berisi 40 g makanan tikus dengan jenis yang sama. Berat makanan yang tersisa tiap tiga hari dicatat. Makanan yang tersisa terdiri dari makanan yang berada dalam kandang dan makanan yang tumpah bersama kotoran. Makanan yang tumpah bersama dengan kotoran tikus dioven dan dipisahkan dengan tinja kering tikus sehingga yang tersisa hanya makanan sisa. Tiap tikus juga diukur berat badannya selama tiga hari sekali menggunakan timbangan manual dengan keakuratan sampai 0,1 gram. Pengukuran dan pencatatan ini berlangsung selama lima kali sehingga waktu penelitian berkisar 15 hari. Data dianalisis dengan bantuan SPSS 11.5. Uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk menunjukan bahwa data yang diperoleh bersifat normal. Uji analisis yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan untuk menguji apakah terdapat perbedaan bermakna berat makanan yang dikonsumsi per hari antara kelompok kontrol dengan kelompok musik klasik serta perbedaan berat makanan antara kelompok kontrol dengan kelompok musik rock. Selain itu, uji ini diperuntukkan pula untuk menguji apakah terdapat perbedaan bermakna berat badan tikus antara kelompok musik kontrol dengan kelompok musik klasik serta perbedaaan berat badan antara kelompok kontrol dan kelompok musik rock pada awal dan akhir masa penelitian. Hasil Penelitian Tidak ada tikus yang memenuhi kriteria drop out. Seluruh sampel dimasukkan ke dalam perhitungan. Karakteristik berat badan tikus pada awal masa penelitian serta selama lima kali masa pengukuran dapat dilihat pada tabel 1. Jumlah makanan yang dikonsumsi tikus per hari dapat dilihat pada gambar 1. Perubahan berat badan tikus selama masa pengambilan data dapat dilihat pada gambar 2.
Tabel 1. Mean dan Standar Deviasi Berat Badan Tikus (dalam Gram) Perlakuan
Mean dan Standar Deviasi Berat Badan Tikus (dalam Gram) Hari ke0 3 6 9 12 15
Kontrol Musik Rock Musik Klasik Jumlah pajanan (jam)
212 (19) 208 (15) 209 (14) 0
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
216 (20) 213 (16) 212 (13) 12
217 (19) 216 (16) 215 (11) 24
219 (21) 219 (17) 221 (12) 36
224 (20) 223 (18) 222 (12) 48
225 (19) 226 (19) 226 (12) 60
221
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan
Berat makanan yang dikonsumsi tikus klasik
14.00
Berat makanan yang dikonsumsi tikus rock Berat makanan yang dikonsumsi tikus kontrol
Mean
12.00
10.00
8.00
6.00 3 hari
6 hari
9 hari
12 hari
15 hari
waktu Error bars: +/- 1.00 SD
Gambar 1. Kurva Mean dan SD Berat Makanan yang Dikonsumsi Tikus (dalam Gram)
perubahan berat badan tikus klasik
25.00
perubahan berat badan tikus rock perubahan berat badan tikus kontrol
20.00
Mean
15.00
10.00
5.00
0.00
-5.00 awal
3 hari
6 hari
9 hari
12 hari
15 hari
waktu Error bars: 95.00% CI
Gambar 2. Kurva Mean dan 95% CI Perubahan Berat Badan Tikus (dalam Gram)
Berdasarkan hasil dari uji t-tidak berpasangan, nilai kebermaknaan perbedaan jumlah berat makanan yang dikonsumsi per hari pada tikus kelompok musik klasik dengan kontrol adalah 0,148 (p=0,148). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antara jumlah berat makanan yang dikonsumsi per hari pada tikus kelompok musik klasik dengan kontrol tidak bermakna secara statistik. Sedangkan nilai kebermaknaan perbedaan jumlah berat makanan yang dikonsumsi
222
per hari pada tikus kelompok musik rock dengan kontrol adalah 0,007 (p=0,007). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antara jumlah berat makanan yang dikonsumsi per hari pada tikus kelompok musik rock dengan kontrol bermakna secara statistik. Gambar 3 merupakan grafik perbedaan berat makanan yang dikonsumsi per hari pada tikus kelompok musik klasik, rock, dan kontrol.
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
Mean Berat Makanan yang Dikonsumsi per Hari (Gram)
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00 musik klasik
musik rock
kontrol
Tipe Musik yang Dipajankan Error bars: +/- 1.00 SD
Gambar 3. Grafik Mean dan SD Berat Makanan yang Dikonsumsi per Hari (Gram) pada Ketiga Kelompok Penelitian
Berdasarkan hasil dari uji t-tidak berpasangan, nilai kebermaknaan perbedaan perubahan berat badan pada tikus kelompok musik klasik dengan kontrol adalah 0,097 (p=0,097). Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan antara perubahan berat badan tikus kelompok musik klasik dengan kontrol tidak bermakna secara statistik. Sedangkan nilai kebermaknaan perbedaan perubahan berat badan pada tikus kelompok musik rock dengan kontrol adalah 0,028 (p=0,028), atau bermakna secara statistik. Gambar 4 merupakan grafik perbedaan perubahan berat badan pada tikus kelompok musik klasik, rock, dan kontrol.
Mean Perubahan Berat Badan (Gram)
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00 musik klasik
musik rock
kontrol
Tipe Musik yang Dipajankan Error bars: +/- 1.00 SD
Gambar 4. Grafik Mean dan SD Perubahan Berat Badan (Gram) setelah 15 Hari pada Ketiga Kelompok Penelitian
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
Diskusi Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mencoba menghubungkan antara pajanan musik klasik dan rock dengan nafsu makan dan berat badan pada tikus percobaan. Oleh karenanya, tidak ada pembanding langsung mengenai hasil yang dicapai melalui penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Menurut hasil penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara pajanan musik rock dengan nafsu makan dan berat badan tikus. Hal ini berarti bahwa pajanan musik rock meningkatkan nafsu makan dan berat badan pada tikus percobaan. Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa pajanan musik klasik tidak memberikan perubahan yang bermakna terhadap nafsu makan dan berat badan tikus. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan terlebih dahulu menerangkan karakteristik kedua jenis ini musik. Musik rock adalah suatu bentuk musik populer yang biasanya terdapat vokal, gitar listrik, gitar bass, dan memiliki backbeat.15 Menurut The Recording Industry Association of America, jenis musik rock merupakan jenis musik yang paling banyak diproduksi di industri musik Amerika pada tahun 2006 dengan total produksi 34,0% dari seluruh jenis musik yang diproduksi.13 Secara umum, musik rock memiliki fokus pada ritme dangan harmoni yang sederhana, sedikit melodi dan volume keras. Prioritas ini merupakan kebalikan dari musik klasik yang menekankan pada melodi, harmoni seimbang dan ritme yang konstan.15 Perbedaan yang mencolok pada kedua jenis musik ini adalah ritmenya. Musik klasik memiliki ritme yang disebut downbeat yaitu ketukan terkuat berada pada ketukan pertama dan ketukan terkuat selanjutnya berada pada ketukan ketiga yang dapat digambarkan sebagai berikut: / Satu, Dua, Tiga, Empat /. Sedangkan musik rock memiliki ritme yang disebut backbeat atau sinkopasi konstan atau ketukan anapestik yang memiliki ketukan terkuat pada ketukan keempat dan selanjutnya pada ketukan kedua, yang digambarkan sebagai berikut: / Satu, Dua, Tiga, Empat /. Pengaruh ritme musik rock dianggap berlawanan dengan ritme tubuh, khususnya denyut jantung yang digambarkan sebagai berikut: / Lub, Dub, Istirahat /. Hill16 meneliti 60 mahasiswa untuk mengukur keadaan emosional setelah mendengar musik hard rock, soft rock, dan tidak mendengar musik sama sekali menggunakan Skala Penilaian Emosi (EAS). Didapatkan hasil bahwa mendengarkan musik hard rock yang diwakili oleh musik Marilyn Manson mengakibatkan responden lebih merasa stres, marah, jijik, bersalah, takut, sedih, dan kurang bahagia dibanding dengan responden yang tidak mendengar musik apapun. Gerra et al10 meneliti mengenai respons neuroendokrin dan emosi 16 orang dewasa setelah mendengarkan musik techo, musik klasik, dan tidak mendengarkan musik sama 223
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan sekali. Didapatkan hasil bahwa pajanan musik techno meningkatkan laju jantung, tekanan darah sistolik, dan perubahan signifikan status emosi. Selain itu, sirkulasi hormon stress berupa β-EP, ACTH, NE, GH, dan CORT juga meningkat setelah mendengar musik techno. Musik techno memiliki ciri yang mirip dengan musik rock terutama dalam hal ritme. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa musik rock dapat memicu stres dan neurohormon yang berkaitan dengan stres. Sebagai suatu stimulus bunyi, musik rock menggetarkan sel rambut di koklea telinga dan diubah menjadi sinyal listrik untuk dihantar melalui saraf kranial delapan menuju talamus sensoris. Dari talamus sensoris, sinyal dilanjutkan menuju pusat sensori primer lalu ke pusat asosiasi unimodal dan polimodal. Seluruh sinyal yang mencapai talamus sensoris, neokorteks, dan formasi hippokampal dilanjutkan ke nukleus lateralis amigdala (AL) sebagai struktur kunci penerima rangsang sensoris di amigdala yang merupakan pusat emosi.17 Dari AL, sinyal dilanjutkan menuju nukleus sentralis amigdala (ACe) untuk mencapai akses ke berbagai respon emosi. Dari ACe sinyal dilanjutkan ke periaquiductal gray matter(PAG) menuju jaras neural yang berhubungan dengan perilaku emosional, ke nukleus motor dorsalis menuju jaras yang berhubungan dengan sistem saraf parasimpatis, ke nukleus lateralis hipotalamus menuju jaras yang berhubungan dengan sistem saraf simpatis, dan ke bed nucleus stria terminalis menuju jaras yang berhubungan dengan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA).17 Michel et al.18 meneliti pengaruh stres terhadap berat badan pada tikus yang secara genetik rentan terhadap peningkatan berat badan karena makanan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan berat badan pada tikus tersebut setelah pemberian stres selama 20 menit dalam sembilan hari berturut-turut. Peningkatan berat badan yang disebabkan oleh stres mungkin diperantarai oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kekurangan tidur akibat stres, remodelling hippokampus, resistensi leptin, peningkatan reuptake serotonin, dan fungsi hedonik serta anti-stres dari makan.20-28 Otak merupakan target organ utama dalam respons stres. Stres mengakibatkan kekurangan tidur dan mencetus keinginan untuk makan. Kekurangan tidur dapat mengakibatkan peningkatan nafsu makan melalui peningkatan kadar ghrelin dan penurunan kadar leptin dalam tubuh.20 Salah satu bagian otak yang paling sensitif dan mudah dibentuk adalah hippokampus. Hormon stres mengakibatkan remodelling struktural pada hippokampus. 21 Hal ini mengakibatkan gangguan masukan makanan dan regulasi berat badan karena hippokampus memiliki fungsi untuk membatasi masukan makanan yang tidak terbatas. Selain itu, lesi pada hippokampus dapat mengakibatkan peningkatan massa tubuh. Sinyal stres juga mengakibatkan penurunan fungsi retikulum endoplasma yang berdampak pada peningkatan
224
jumlah protein tidak terlipat (unfolded proteins). Hal ini disebut sebagai stres retikulum endoplasma. Stres retikulum endoplasma secara signifikan menghambat fosforilasi STAT3 terinduksi leptin yang merupakan proses penting dalam kaskade sinyal leptin di hipotalamus dan batang otak. Dampak dari penghambatan proses ini adalah resistensi leptin yang sering terjadi pada orang dengan obesitas.22 Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa stres dapat mengakibatkan resistensi leptin. Selain sebagai pemenuhan kebutuhan akan energi, perilaku makan juga memiliki fungsi hedonik. Fungsi hedonik perilaku makan yang berpusat di nukleus accumbens dan ventral pallidum diperantarai oleh sistem dopamin mesokortikolimbik dan serotonin yang jumlahnya meningkat saat makan.23 Stres mengakibatkan peningkatan kadar kortisol yang mampu meningkatkan ekspresi transporter serotonin yang berfungsi dalam reuptake serotonin. 24 Serotonin merupakan agen anoreksigenik yang kuat dan meningkat jumlahnya di otak saat makan.25 Oleh karenanya, penurunan jumlah serotonin di celah sinaps dapat memperlambat rasa puas akibat makan. Telah diketahui pula bahwa makanan memiliki fungsi anti-stres. Makanan meningkatkan kadar opioid endogen yang memodulasi respon tubuh terhadap stres.26 Selain itu, sel lemak yang penuh setelah makan akan mengirimkan sinyal anoreksigenik menuju hipotalamus melalui hormon leptin. Hormon ini ternyata juga berperan dalam modulasi respon stres dengan menekan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA).27 Penekanan aksis ini disebabkan oleh penurunan ekspresi reseptor corticotropine releasing factor (CRF) tipe 1 di nukleus paraventrikular hipotalamus (PVN) oleh leptin.28 Walau pada penelitian ini kami menganggap bahwa pengaruh musik rock terhadap peningkatan berat badan tikus diperantarai oleh respon stres dan kompensasi tubuh terhadap stres itu sendiri, belum ada konsensus yang menyimpulkan bahwa stres memicu peningkatan nafsu makan dan meningkatkan berat badan.26 Bahkan pada beberapa penelitian dengan tikus seringkali didapat bahwa stres mengakibatkan penurunan nafsu makan dan berat badan.29 Hal ini mungkin diperantarai oleh CRF yang merupakan salah satu hormon stres. CRF merupakan agen anoreksigenik yang kuat.25 Walau dikatakan perbedaan antara respon stres dan nafsu makan bersifat individual, seluruh tikus percobaan kami menunjukan peningkatan berat badan setelah diberi musik rock. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya aspek lain dalam musik rock yang meningkatkan berat badan di luar dari mekanisme respon stres. Hasil yang diperoleh mengenai pajanan musik klasik menunjukan hubungan yang tidak bermakna antara pajanan musik klasik dengan nafsu makan dan berat badan. Namun menurut data yang diperoleh, rerata nafsu makan dan berat badan tikus pada kelompok musik klasik lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Sutoo dan Akiyama12 meneliti bahwa musik klasik Mozart dapat meningkatkan
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan neurotransmisi dopaminergik pada tikus percobaan. Dopamin merupakan agen oreksigenik.25 Oleh karenanya, peningkatan neurotransmisi dopamin setelah mendengarkan musik klasik sebagian dapat menjelaskan peningkatan berat badan pada tikus yang diberi pajanan musik klasik. Terdapat beberapa kekurangan dari penelitian ini. Pertama, tikus kontrol yang telah berusia 5 bulan diharapkan tidak akan mengalami perubahan berat badan. Namun pada penelitian kami tikus kontrol tersebut mengalami perubahan berat badan yang cukup berarti. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tidak adanya waktu adaptasi saat tikus itu dimasukkan ke dalam kandang masing-masing dengan waktu dimulainya penelitian. Oleh karenanya kami menyarankan diberikannya masa adaptasi selama minimal 3 hari sebelum memulai penelitian. Kedua, penelitian ini hanya membahas ada atau tidaknya perubahan berat badan pada tikus yang diberi pajanan musik tanpa menghitung besarnya keluaran energi yang penting dalam perhitungan keseimbangan energi. Selain itu, homeostasis berat badan merupakan suatu sistem yang amat kompleks yang melibatkan beberapa hormon kunci seperti leptin, ghrelin, dan neurohormon dalam aksis HPA. Penelitian ini tidak melakukan uji kuantitatif terhadap hormon-hormon tersebut sehingga mekanisme kerja peningkatan berat badan pada penelitian ini amat tidak pasti. Kesimpulan Melalui riset ini kita mengetahui hubungan antara pajanan musik klasik dan musik rock terhadap nafsu makan dan berat badan pada tikus galur Wistar. Mendengarkan musik rock selama empat jam sehari dalam 15 hari berturutturut berhubungan dengan peningkatan nafsu makan dan berat badan tikus secara bermakna. Sedangkan pajanan musik klasik secara statistik tidak berhubungan dengan perubahan nafsu makan dan berat badan tikus. Bukti bahwa pajanan musik rock dapat meningkatkan berat badan dapat dijadikan landasan bagi penelitian-penelitan selanjutnya untuk mengetahui peran musik rock terhadap fenomena obesitas global. Ungkapan Terima Kasih Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada PPKM FKUI yang telah mendanai penelitian ini.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15. 16.
17.
18.
19.
20. 21.
Daftar Pustaka 1.
2.
3.
Sherwood L. Energy balance and temperature regulation. In: Human physiology from cells to systems. 5th ed. Belmont: Brooks/Cole-Thomson Learning; 2004.p.647-63. Flier JS, Maratos-lier E. Obesity. In: Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, editors. Harrison’s principle of internal medicine. New York: McGraw-Hill; 2005.p.422-9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia [homepage on the internet]. Jakarta: Obesitas. [updated 2005 Jan 19-20; cited 2006 Jun 23]. Available from: http://www.depkes.go.id/index.php? option=news&task=viewarticle&sid=750&Itemid=2.
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010
22. 23.
24.
Wisotsky W, Swencionis C. Cognitive behavioral approaches in the management of obesity. Adolescence Medicine. 2003; 14(1):37. Reus VI, Frederick-Osborne S. Psychoneuroendocrinology. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry [CD-ROM]. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins; 2000. Kishi T, Elmquist JK. Body weight is regulated by the brain: a link between feeding and emotion. Molecular Psychiatry. 2005:115. Lewis PA. Musical minds. Trends in Cognitive Sciences. 2002;6(9):364-5. Stefano GB, Zhu W, Cadet P, Salamon E, Mantione KJ. Music alters constitutively expressed opiate and cytokine processes in listeners. Med Sci Monit. 2004;10(6):18-27. Bittman BB, Berk LS, Felten DL, Westengard J, Simonton C, Pappa J, et al. Composite effects of group drumming music therapy on modulation of neuroendocrine-immune parameters in normal subjects. Alternative Therapies. 2001;7(1):38-45. Gerra G, Zaimovic A, Franchini D, Palladino M, Giucastro G, Reali N, et al. Neuroendocrine responses of healthy volunteers to techno-music: relationship with personality traits and emotional state. Int J Psychophysiol. 1998;28(1):99-111. Tornek A, Field T, Hernandez-Reif M, Diego M, Jones N. Music effects on EEG in intrusive and withdrawn mothers with depressive symptoms. Psychiatricy. 2003;66(3):234. Sutoo D, Akiyama K. Music improves dopaminergic neurotransmission: demonstration based on the effect of music on blood pressure regulation. Brain Research. 2004;1016:255-62. Recording Industry Association of America [homepage on the internet]. Washington, DC: 2006 consumer profile. [cited 2007 Jan 18]. Available from: http://www.riaa.com. Campbell D. Efek Mozart: memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreativitas, dan menyehatkan tubuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, PT; 2001. Bacchiocchi S. A closer look at rock music. End Time Issues. 2000;36:6-23. Hill J. Assessing the influence of rock music on emotions. Chrysalis: The Murray State University Journal of Undergraduate Research. 2006. Ledoux JE. In search of an emotional system in the brain: leaping from fear to emotion and conciousness. In: Gazzaniga, editor. The cognitive neurosciences. Boston: The MIT Press; 1995.p. 1051. Michel C, Levin BE, Dunn-Meynell AA. Stress facilitates body weight gain in genetically predisposed rats on medium-fat diet. Am J Physiol Regul Interg Comp Physiol. 2003;285:791-9. Spiegel K, Tasali E, Penev P, van Cauter E. Brief communication: sleep curtailment in healthy young men is associated with decreased leptin levels, elevated ghrelin levels, increased hunger and appetite. Ann Intern Med. 2004;141:846-50. McEwen BS. Physiology and neurobiology of stress and adaptation: central role of the brain. Physiol Rev. 2007;87:873-904. Hosoi T, Sasaki M, Miyahara T, Hashimoto C, Matsuo S, Yoshii M, et al. Endoplasmic reticulum stress induces leptin resistance. American Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics. 2008. Peciña S, Smith KS, Berridge KC. Hedonic hot spots in the brain. The Neuroscientist. 2006;12(6):500-11. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA, editors. The brain and behavior. In: Neuroscience exploring the brain. 2nd ed. Baltimore and Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2001.p. 497-551. Tafet GE, Toister-Achituv M, Shinitzky M. Enhancement of serotonin uptake by cortisol: a possible link between stress and depression. Cognitive, Affective, & Behavioral Neuroscience. 2001;1:96-104.
225
Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan 25. Geary N, Smith GP. Appetite. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry [CDROM]. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins; 2000. 26. Benton D. Carbohydrate ingestion, blood glucose and mood. Neuroscience and Biobehavioral Reviews. 2002;26:293-308. 27. Heiman ML, Ahima RS, Craft LS, Schoner B, Stephens TW, Flier JS. Leptin inhibition of the hypothalamic-pituitary-adrenal axis in response to stress. Endocrinology. 1997;138:3859-63.
28. Huang Q, Timofeeva E, Richard D. Regulation of corticotropinreleasing factor and its tipes 1 and 2 receptors by leptin in rats subjected to treadmill running-induced stress. Journal of Endocrinology. 2006;191:179-88. 29. Harris RBS, Zhou J, Youngblood BD, Rybkin II, Smagin GN, Ryan DH. Effect of repeated stress on body weight and body composition of rats fed low- and high-fat diets. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol. 1998;275:1928-38. MS
226
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010