PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SD DI WILAYAH KECAMATAN MOLAWE KABUPATEN KONAWE UTARA
JURNAL
Oleh:
HARTAWAN NIM. G2G1 14 005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SD DI WILAYAH KECAMATAN MOLAWE KABUPATEN KONAWE UTARA Oleh: Hartawan
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru, (2) pengaruh profesionalisme guru terhadap kinerja guru, dan (3) pengaruh motivasi kerja dan profesionalisme guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini berlokasi pada SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey eksplanatif dan menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan sampel total yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 72 orang. Variabel yang diteliti adalah motivasi kerja dan profesionalisme guru sebagai variabel bebas dan kinerja guru sebagai variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial, yaitu analisis regresi ganda menggunakan program SPSS versi 21.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara, dengan kontribusi sebesar 25,2% nilai t hitung sebesar 4,859 dan nilai probabilitas sebesar 0,000; (2) profesionalisme guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara, dengan kontribusi sebesar 29,4% nilai t hitung sebesar 5,395 dan nilai probabilitas sebesar 0,000; (3) motivasi kerja dan profesionalisme guru secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara, dengan kontribusi sebesar 41,9% nilai F hitung sebesar 24,881 dan nilai probabilitas sebesar 0,000. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa motivasi kerja dan profesionalisme guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini dapat dimaknai bahwa guru yang memiliki motivasi kerja dan sikap profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugas dapat meningkatkan kinerja guru. Kata kunci: motivasi kerja, profesionalisme guru, kinerja guru
1
THE EFFECT OF WORK MOTIVATION AND TEACHER’S PROFESSIONALISM ON THE PERFORMANCE OF ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS WITHIN THE SUB-DISTRICT OF MOLAWE IN NORTH KONAWE By : Hartawan
Abstract This study aimed to analyze: (1) the effect of work motivation on teacher’s performance; (2) the effect of teacher’s professionalism on teacher’s performance; and (3) the effect of work motivation combined with teacher’s professionalism on teacher’s performance in elementary schools within the area of Molawe subdistrict in North Konawe municipality. The study was conducted in in elementary schools within the area of Molawe sub-district in North Konawe municipality. Type of the study was a quantitative research with survey explanatory method and used questionnaire as an instrument of data collection. The study used a total sampling method, in which all population was involved as samples of the study, amounting to 72 teachers. Variables under investigation were work motivation and teacher’s professionalism, as independent variables, and teachers’ performance, as a dependent variable. Data were analyzed using descriptive and inferential techniques of analysis, i.e. the multiple regression analysis, by using the SPSS version 21.0 for Windows program. Results of the study showed that: (1) work motivation had a significantly positive effect on the teacher’s performance in elementary schools within the area of Molawe sub-district in North Konawe municipality, contributing 25.2% of tcount 4.859 and a probability value of 0.000; (2) teacher’s professionalism a significantly positive effect on teacher’s performance in elementary schools within the area of Molawe sub-district in North Konawe municipality, contributing 29.4% of t-count 5.395 and a probability value of 0.000; (3) work motivation combined with teacher’s professionalism had a significantly positive effect on the teacher’s performance in elementary schools within the area of Molawe sub-district in North Konawe municipality, contributing 41.9% of Fcount 24.881 and a probability value of 0.000. Given the results of the study, it could be concluded that work motivation and teacher’s professionalism had positive effects on teacher’s performance. This meant that teachers with high motivation to work and professionalism in executing their tasks could improve their performance. Keywords: work motivation, teacher’s professionalism, teacher’s performance
2
A. Pendahuluan Salah satu komponen pendidikan yang berperan dan bertanggungjawab dalam mewujudkan tujuan pendidikan adalah guru. Berkaitan dengan tugas profesi, guru dituntut untuk melaksanakan tugas secara profesional, yaitu melaksanakan proses pembelajaran secara berkualitas yang meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk kepentingan perbaikan pembelajaran. Keterlaksanaan tugas pokok guru tersebut dengan hasil yang baik merupakan indikator penentu keberhasilan kinerja guru. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atas tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Bertolak dari pengertian tersebut, maka kinerja guru dapat diartikan sebagai kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaanya. Kinerja guru dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar kinerja guru yang telah ditetapkan (Sutrisno, 2014: 151). Faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru adalah motivasi kerja guru. Motivasi adalah kondisi (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai tujuan. Individu yang mempunyai motivasi tinggi cenderung memiliki prestasi tinggi dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerja rendah (Mangkunegara, 2011: 165). Aspek lain yang diduga kuat memengaruhi kinerja guru dalam pelaksanaan tugasnya adalah profesionalisme guru. Guru profesional adalah guru yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak didik dengan kemampuan khusus yang dimilikinya, sehingga anak didik dapat menerima dan memahami penyampaian materi yang diberikan. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan teknis edukatif dalam melaksanakan tugasnya, tetapi juga harus memiliki karakter yang dapat diandalkan sehingga dapat menjadi panutan bagi siswa, keluarga, dan masyarakat. Namun demikian, realitas menunjukkan bahwa profesionalisme guru di Indonesia masih rendah. Kondisi ini dapat dilihat dari hasil uji kompetensi guru
3
(UKG) tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rata-rata nasional hasil UKG tahun 2015 adalah 53,05, dan masih berada dibawah target pemerintah yaitu 55,0. Hal ini membuktikan bahwa secara akademik kemampuan guru di Indonesia, baik dilihat dari kompetensi pedagogik maupun profesional masih tergolong rendah, dan patut diduga bahwa kondisi ini dapat memengaruhi kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas. Fenomena di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi guru yang ada di Kabupaten Konawe Utara. Berdasarkan hasil penilaian kinerja guru yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Konawe Utara tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa nilai kinerja guru SD di wilayah Kecamatan Molawe belum maksimal. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa motivasi kerja dan profesionalisme guru merupakan faktor penentu kinerja guru. Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Motivasi Kerja dan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar di Wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara”. B. Kajian Pustaka 1. Motivasi Kerja Usman (2006:223) menyatakan bahwa motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Hal ini dapat diartikan bahwa individu yang mempunyai keinginan akan berusaha mengerjakan segala sesuatu untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut. Flippo (dalam Hartatik, 2014: 160) menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.
Pentingnya motivasi diakui bahwa motivasi berhubungan
dengan kinerja dan terkait dengan kepuasan para pekerja. Sebuah upaya yang dikerjakan oleh para pimpinan adalah memberi motivasi kepada para pekerjanya agar dapat kepuasan kerja atau meningkatkan kinerjanya.
4
Mangkunegara (2011:165) menjelaskan bahwa motivasi kerja terbentuk dari sikap individu dalam menghadapi situasi kerja dalam organisasi. Motivasi kerja merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri individu yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental individu yang positif terhadap situasi kerja dapat memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang maksimal. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka motivasi kerja merupakan kekuatan atau dorongan semangat kerja seseorang yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) maupun dari luar diri (ekstrinsik) untuk mengarahkan atau menggerakkan segala daya dan upaya dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik atau meraih prestasi atau kinerja yang diharapkan. Sutrisno (2014:116) mengemukakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dapat memengaruhi pemberian motivasi pada seseorang adalah: (1) keinginan untuk dapat hidup, (2) keinginan untuk dapat memiliki, (3) keinginan untuk memperoleh penghargaan, (4) keinginan untuk memperoleh pengakuan, dan (5) keinginan untuk berkuasa. Faktor ekstern yang memengaruhi motivasi kerja seseorang adalah: (1) kondisi lingkungan kerja, (2) kompensasi yang memadai, (3) supervisi yang baik, (4) adanya jaminan pekerjaan, (5) status dan tanggung jawab, dan (7) peraturan yang fleksibel. Teori motivasi ERG Alderfer (dalam Ruswanti dkk, 2013:166) menjelaskan
bahwa
manusia
bekerja
memenuhi
kebutuhan
keberadaan
(eksistensi), hubungan relasi (relatedness) dan pertumbuhan (growth) berdasarkan urutan kekonkritannya. Semakin konkrit kebutuhan yang hendak dicapai, maka semakin mudah seorang untuk mencapainya, kebutuhan yang konkrit menurut Alderfer adalah kebutuhan keberadaan yang paling mudah, kemudian kebutuhan hubungan relasi dengan orang lain untuk dipenuhi dalam mencapai prestasi kerja sebelum seseorang mencapai kebutuhan yang lebih kompleks dan yang paling kurang konkrit (abstrak), yaitu kebutuhan pertumbuhan.
5
Berdasarkan teori ERG di atas, maka dimensi motivasi kerja guru dalam penelitian ini terdiri atas kebutuhan keberadaan (existence needs), kebutuhan keterkaitan/hubungan (relatedness needs), dan kebutuhan pertumbuhan (growth needs). Motivasi bagi guru sangat penting, karena dapat mempengaruhi tugastugas yang dilakukan, karena dengan motivasi cerminan interaksi atara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang dilakukan dalam melaksanakan tugastugasnya. 2. Profesionalisme Guru Suyanto dan Jihad (2013:25) menjelaskan bahwa makna “profesional” mengacu pada orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai profesinya. Penyandangan dan penampilan “profesional” ini telah mendapat pengakuan, baik secara formal maupun informal. Pengakuan formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan/atau organisasi profesi. Sedangkan pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut disinyalir berkaitan erat dengan maju mundurnya kualitas pendidikan. Guru yang profesional dibuktikan oleh kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan (Priansa, 2014:108). Berdasarkan
pandangan
di
atas,
penulis
berkesimpulan
bahwa
profesionalisme guru dapat dimaknai sebagai komitmen guru untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya
dan
mengembangkan
strategi-strategi
yang
digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya serta sikap dan komitmen guru untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Rasto (2004: 9) mengemukakan bahwa indikator profesionalisme guru meliputi penguasaan bahan kajian akademik, melakukan penelitian dan
6
menyusun karya ilmiah, pengembangan profesi, dan pemahaman wawasan pendidikan. Penguasaan bahan kajian akademik meliputi: (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa. Penelitian dan menyusun karya ilmiah meliputi: (1) melakukan penelitian ilmian (action research), (2) menulis makalah, (3) menulis atau menyusun diktat pelajaran. 3. Kinerja Guru Bernardin dan Rusel (dalam Wukir, 2013: 97) menyatakan “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specific time period”. Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi pekerjaan atatu kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Suntoro
(dalam
Nawawi,
2013:213)
menyatakan
bahwa
kinerja
(performance) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Suharsaputra (2013:166) menyebutkan bahwa kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Whitmore (dalam Uno, 2007:86) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah adalah kinerja guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesional guru dalam proses pembelajaran.
7
C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri di Wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Waktu penelitian berlangsung selama empat bulan, yaitu mulai bulan Mei sampai dengan bulan September 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey eksplanatif . Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SD yang berada di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara, baik PNS maupun Non PNS pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah 72 orang. Penelitian ini menggunakan sampel total yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga penelitian ini disebut juga sebagai penelitian populasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) cara atau teknik, yaitu angket dan dokumentasi. Data penelitian dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan inferensial. Seluruh pengolahan atau analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistik (Program SPSS versi 21.0). D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Hasil analisis regresi motivasi kerja (X1) terhadap kinerja guru (Y) disajikan pada tabel berikut: Tabel 4 Hasil Analisis Regresi X1 Terhadap Y Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error (Constant) 7,479 58,259 1 Motivasi Kerja ,101 ,493 a. Dependent Variable: Kinerja Guru
Standardized Coefficients Beta ,502
t 7,789 4,856
Sig. ,000 ,000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4 diperoleh persamaan regresi antara variabel motivasi kerja guru terhadap variabel kinerja guru yaitu: Ŷ = 58,259 + 0,493X1. Persamaan garis regresi tersebut berarti bahwa setiap peningkatan satu skor motivasi kerja guru, diikuti oleh peningkatan kinerja guru sebesar 0,493 skor pada konstanta 58,259. Hasil pengujian korelasi antara X1 dengan Y disajikan pada tabel berikut:
8
Tabel 5 Hasil Analisis Korelasi X1 Terhadap Y Correlation Motivasi Kerja Pearson Correlation 1 Motivasi Kerja Sig. (2-tailed) N 72 Pearson Correlation ,502** Kinerja Guru Sig. (2-tailed) ,000 N 72 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kinerja Guru ,502** ,000 72 1 72
Sumber: Data diolah
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai r = 0,502 (p = 0,000 < 0,05) yang berarti koefisien korelasi antara X1 dan Y adalah signifikan. Koefisien determinasi (r2) = (0,502)2 = 0,252. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja (X1) termasuk salah satu variabel prediktor kinerja guru (Y) dengan kontribusi sebesar 25,2%. Selanjutnya, hasil analisis regresi profesionalisme guru (X2) terhadap kinerja guru (Y) disajikan pada tabel berikut: Tabel 6 Hasil Analisis Regresi X2 Terhadap Y Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta (Constant) 8,678 47,750 1 Profesionalisme Guru ,111 ,542 ,597 a. Dependent Variable: Kinerja Guru
t 5,502 5,395
Sig. ,000 ,000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 6 diperoleh persamaan regresi variabel profesionalisme guru terhadap variabel kinerja guru yaitu: Ŷ = 47,750 + 0,597X2. Persamaan garis regresi
tersebut
dapat
dimaknai
bahwa
setiap
peningkatan
satu
skor
profesionalisme guru akan diikuti oleh peningkatan kinerja guru sebesar 0,597 skor pada konstanta 47,750. Hasil pengujian korelasi antara profesionalisme guru (X2) dengan kinerja guru (Y) disajikan pada tabel berikut:
9
Tabel 7 Hasil Analisis Korelasi X2 Terhadap Y Correlation Profesionalisme Guru
Kinerja Guru ,542** ,000 72 1
Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 72 Pearson Correlation ,542** Kinerja Guru Sig. (2-tailed) ,000 N 72 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Profesionalisme Guru
72
Sumber: Data diolah
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai r = 0,542 (p = 0,000 < 0,05) yang berarti koefisien korelasi antara X2 dan Y adalah signifikan. Koefisien determinasi (r2) = (0,542)2 = 0,294. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru (X2) adalah salah satu variabel prediktor kinerja guru (Y) dengan kontribusi sebesar 29,4%. Hasil uji simultan pengaruh motivasi kerja (X1) dan profesionalisme guru (X2) terhadap kinerja guru (Y) menunjukkan pengaruh yang positif. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Hasil Analisis Regresi X1 dan X2 Terhadap Y Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 ,402 5,35020 ,647a ,419 a. Predictors: (Constant), Profesionalisme Guru, Motivasi Kerja b. Dependent Variable: Kinerja Guru Model
R
R Square
Coefficients Model
1
(Constant) Motivasi Kerja Profesionalisme Guru
Unstandardized Coefficients B Std. Error 9,075 30,711 ,095 ,365 ,106 ,473
Standardized Coefficients Beta
t
3,384 ,372 3,858 ,429 4,453
Sig. ,001 ,000 ,000
a. Dependent Variable: Kinerja Guru
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 8 pada output Coefficients diperoleh persamaan garis regresi ganda: Ŷ = 30,711 + 0,365X1 + 0,473X2. Persamaan garis regresi ganda tersebut berarti bahwa setiap peningkatan satu skor motivasi kerja, akan
10
meningkatkan kinerja guru sebesar 0,365 skor dan setiap peningkatan satu skor profesionalisme guru, akan meningkatkan kinerja guru sebesar 0,473 skor serta setiap peningkatan satu skor pada konstanta 30,711. Hasil pengujian korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y dapat dilihat pada Model Summary output analisis regresi ganda. Hasil pengujian korelasi ganda menunjukkan bahwa nilai R = 0,647 (p = 0,000 < 0,05) yang berarti koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y adalah signifikan. Koefisien determinasi (R2) = (0,647)2 = 0,419. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja (X1) dan profesionalisme guru (X2) adalah variabel prediktor kinerja guru (Y) dengan kontribusi sebesar 41,9%. 2. Pembahasan Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi X1 terhadap Y sebesar 0,493. Berdasarkan uji signifikasi (uji t) menggunakan program SPSS versi 21.0 diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Angka ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari nilai alpha (α) = 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut, disimpulkan bahwa pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah signifikan. Secara teoritis, hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan Alderfer (dalam Luthans, 2006: 285) bahwa manusia bekerja dimotivasi oleh faktor kebutuhan yaitu untuk memenuhi kebutuhan keberadaan (eksistensi), hubungan relasi (relatedness) dan pertumbuhan (growth) berdasarkan urutan kekonkritannya. Menurut Mangkunegara (2011: 165) bahwa individu yang mempunyai motivasi kerja tinggi cenderung memiliki prestasi tinggi dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerja rendah. Yulk (dalam Riduwan, 2014: 360) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan, dimana kuat lemahnya motivasi tersebut ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi kinerjannya.
11
Secara empirik, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Halim (2013), yang menyimpulkan bahwa motivasi kerja berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe. Marni (2013) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Profesionalisme guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi X2 terhadap Y sebesar 0,597. Hasil uji signifikasi (uji t) menggunakan program SPSS versi 21.0 diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Angka ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari nilai alpha (α) = 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil analisis inferensial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh profesionalisme guru terhadap kinerja guru adalah positif dan signifikan. Secara teoritis, hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rasto (2004: 9) bahwa kemampuan profesionalisme guru meliputi penguasaan bahan kajian akademik, melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah,
pengembangan
Penguasaan
bahan
profesi,
kajian
dan
akademik
pemahaman meliputi:
(1)
wawasan
pendidikan.
memahami
struktur
pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa. Penelitian dan menyusun karya ilmiah meliputi: (1) melakukan penelitian ilmiah (action research), (2) menulis makalah, (3) menulis atau menyusun diktat pelajaran. Djojonegoro (dalam Sagala, 2009:41) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor penting yaitu: (1) memiliki keahlian khusus, (2) memiliki keterampilan, dan (3) memperoleh penghasilan yang memadai. Guru yang profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, selain itu juga harus rajin membaca literatur-literatur. Sebagai guru profesional harus memiliki syarat, pengalaman, dan pengetahuan yang luas. Tugas seorang guru dalam dunia pendidikan tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi dituntut untuk lebih profesional dan berpengalaman dalam mengajar sehingga kinerjanya akan tinggi.
12
Secara empiris, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Tiara Anggia Dewi (2015) yang menyimpulkan bahwa profesionalisme guru memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA se-Kota Malang. Padmono (2007) dalam studinya menyimpulkan bahwa sikap profesionalisme guru berpengaruh langsung dan positif terhadap kinerja. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa motivasi kerja dan profesionalisme guru secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja guru SD di wilayah Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi X1 dan X2 terhadap Y masing-masing sebesar 0,365 dan 0,473. Berdasarkan uji signifikasi (uji F) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh motivasi kerja dan profesionalisme guru terhadap kinerja guru adalah positif dan signifikan. Secara teoritis, hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cornner (dalam Hasibuan 2005: 53) mengidentifikasi kinerja guru dilihat dari tugas mengajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap sebelum mengajar (preactive), tahap pengajaran (interactive), dan tahap setelah pengajaran (pastactive). Fakta empiris membuktikan bahwa motivasi kerja dan profesionalisme guru dapat mempengaruhi kinerja guru. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tiara Anggia Dewi (2015) yang menemukan bahwa profesionalisme guru dan motivasi kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru ekonomi. E. Penutup 1. Kesimpulan a. Motivasi kerja (X1) berpengaruh positif terhadap kinerja guru (Y), dengan kontribusi sebesar 25,2%. b. Profesionalisme guru (X2) berpengaruh positif terhadap kinerja guru (Y), dengan kontribusi sebesar 29,4%.
13
c. Motivasi kerja (X1) dan profesionalisme guru (X2) secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja guru (Y), dengan kontribusi sebesar 41,9%. 2. Saran a. Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru, diharapkan kepada kepala sekolah untuk memenuhi fasilitas penunjang tugas pokok guru di sekolah. Selain itu, guru perlu dukungan maksimal dari organisasi profesi dalam pelaksanaan tugasnya. b. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme, guru perlu difasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. c. Dalam rangka meningkatkan kinerja guru di masa mendatang, diharapkan kepada guru agar memanfaatkan informasi hasil penilaian untuk merancang program remedial dan pengayaan. d. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis variabel lain yang mempengaruhi kinerja guru, seperti kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, budaya sekolah, kompetensi guru, kepuasan kerja, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Dewi, T. Anggia. 2015. Pengaruh Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA se-Kota Malang. Jurnal Pendidikan. Vol.3, No.1, Hal 12-23. Halim, Abdul. 2012. Hubungan Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Guru SMP di Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Hartatik, Indah Laksana.
P. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Yogyakarta:
Kemdikbud. 2015. 7 Provinsi Raih Nilai Terbaik Uji Kompetensi Guru 2015. www.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal 6 Mei 2016. 14
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi (Edisi 10). Yogyakarta: Andi. Mangkunegara. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT Refika Aditama. Nawawi, Hadari. 2013. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: UGM Press. Priansa, D. Juni. 2014. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: CV Alfabeta. Rasto.
2004. Kompetensi Profesional Guru. http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru/. Diakses pada tanggal 09 Mei 2016.
Riduwan. 2014. Metode dan teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Ruswanti E., Rosita A.R., & Januarko U. 2013. Aplikasi Teori Kebutuhan ERG Alderfer Terhadap Motivasi Karyawan Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Jurnal Ilmiah. Volume 10 Nomor 2, Mei 2013. Suharsaputra, Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan, Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama. Sutrisno, Edy. 2014. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suyanto & Jihad. 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo. Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikannya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Usman, Nasir. 2012. Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru (Konsep, Teori, dan Model). Bandung: Citapustaka Media Perintis. Wukir. 2013. Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Organisasi Sekolah. Yogyakarta: Multi Presindo.
15