perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Gizi Minat Utama Human Nutrition
Oleh Sri Wahyuningsih S531108011
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Oleh Sri Wahyuningsih S531108011 Komisi Pembimbing
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr., Sp.PK(K) NIP. 194303221976091001
…………..
…. Agustus 2014
Pembimbing II
Ir. Ruben Dharmawan, dr. Ph.D.Sp.ParK NIP. 195111201986011001
……………
.… Agustus 2014
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal …. Agustus 2014
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program Pascasarjana UNS
Dr. Diffah Hanim. Dra, M.Si NIP. 196402201990032001
commit ii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
TESIS
Oleh Sri Wahyuningsih S531108011 Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal …. Agustus 2014 Tim Penguji :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa : 1. Tesis yang berjudul “PENGARUH MODEL PENDIDIKAN PEMBUATAN MP-ASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN” ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelas magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.
Surakarta, …………………. 2014
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Perjuangan yang berat dan melelahkan akan berakhir dengan kebahagiaan (Penulis)
Cinta adalah kehidupan, dengan cinta kita bisa membuat orang senang dan dengan cinta kita bisa membuat orang lain bahagia dan tentu saja dengan cinta hidup kita akan lebih bermakna (Penulis)
PERSEMBAHAN Tesis ini kupersembahkan kepada : 1. Suamiku tercinta 2. Anak-anakku 3. Saudara-saudaraku 4. Teman-teman kuliah 5. Almamater
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan Mp-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan strata dua (S2) Magister Ilmu Gizi pada program studi gizi Universitas Sebelsa Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik selama proses pendidikan maupun dalam menyelesaikan usulan penelitian tesis ini. 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister Kesehatan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini. 3. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. SpPK(K), selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan perhatian, semangat, bimbingan, arahan, dan nasihat kepada peneliti.
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
5. Ir. Ruben Dharmawan, dr., Ph.D., Sp.ParK, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, perhatian, bimbingan, dorongan serta saran-saran yang sangat berguna selama penyusunan tesis ini. 6. Rekan-rekan yang telah berkenan membantu dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Peneliti
commit vii to user
Agustus 2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ............................................................................
i
HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS .................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................
v
KATA PENGANTAR .............................................................................
vi
DAFTAR ISI ...........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xii
ABSTRAK ............................................................................................
xiii
ABSTRACT ............................................................................................
xiv
BAB
PENDAHULUAN ...............................................................
1
A. Latar Belakang ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah...........................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................
6
A. Tinjauan Teori ...............................................................
6
B. Penelitian yang Relevan ................................................
48
BAB
I
II
commitviii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
BAB III
BAB IV
BAB V
C. Kerangka Berpikir ........................................................
52
D. Kerangka Konsep ..........................................................
53
E. Hipotesis ........................................................................
53
METODE PENELITIAN ....................................................
54
A. Tempat dan Waktu ........................................................
54
B. Jenis Penelitian ..............................................................
54
C. Populasi dan Sampel .....................................................
56
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oeprasional .................
58
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .....................
60
F. Uji Validitas dan Reliabilitas .........................................
61
G. Teknik Analisis Data ....................................................
63
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...........................................................
64
B. Pembahasan .................................................................
73
C. Keterbatasan Penelitian ...............................................
77
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................
78
B. Saran ............................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur ..............................
64
Tabel 4.2. Karakteritik responden berdasarkan pendidikan.......................
64
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .......................
65
Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak ...................
65
Tabel 4.5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah keluarga .............
66
Tabel 4.6. Karakteristik responden berdasarkan status ekonomi ...............
67
Tabel 4.7. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin..................
67
Tabel 4.8. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (pretest).........................
68
Tabel 4.9. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (postest) ........................
68
Tabel 4.10. Status gizi balita pertemuan ke V...........................................
69
Tabel 4.11. Pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan sesudah pendidikan gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ..........
70
Tabel 4.12. Status gizi balita sebelum dan sesudah pendidikan gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ...........................
71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Teori ......................................................................
52
Gambar 2. Kerangka Konsep ...................................................................
53
Gambar 3. Status gizi balita .....................................................................
69
commit xi to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 2. Hasil Uji Realibilitas dan Validitas Lampiran 3. Informed Concent Lampiran 4. Hasil Penelitian Lampiran 5. Ethical Clearance Lampiran 6. Kartu Konsultasi Penyusunan Tesis Lampiran 7. Hasil Analisis Data Lampiran 8. Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentng Gizi
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
ABSTRAK
Sri Wahyuningsih. S531108011. 2014. Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MPASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK.(K) II : Ir. Ruben Dharmawan, dr., Ph.D., Sp.ParK. Program Studi Ilmu Gizi, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang : Anak balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi., yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi. Secara Nasional prevalensi anak balita gizi kurang di Indonesia masih tinggi. Data Riskesdas 2007 menunjukkan anak balita dengan status gizi kurang sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,4%. Kurang gizi pada anak balita mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan dan hambatan mental serta meningkatkan anemia dan kematian anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun. Metode : Desain penelitian ini quasi eksperimental dengan rancangan pretest and posttest with control design. Populasi penelitian ibu yang mempunyai balita status gizi kurang sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dengan sampel 15 orang kelompok perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, antropometri, demonstrasi dan wawancara. Analisis data menggunakan paired sample t-test dan independent sample t-test. Hasil : Pengetahuan ibu tentang gizi sebelum perlakuan dengan model pendidikan pembuatan MP-ASI terbukti dari kelompok perlakuan terdapat rata-rata pretest 13,00 dan setelah pendidikan meningkat menjadi 21,27. Secara statistik peningkatan ini bermakna (p = 0,000). Status gizi anak balita sebelum pendidikan semua status gizi kurang dan setelah pendidikan pada kelompok perlakuan 12 anak menjadi status gizi baik. Penurunan kasus anak balita gizi kurang sebesar 80,00%. Hasil analisis ada pengaruh pendidikan gizi terhadap status gizi anak balita ( p = 0,030). Kesimpulan : Ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak bawah lima tahun dengan status gizi kurang Kata Kunci : model pendidikan pembuatan MP-ASI, pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun
xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
ABSTRACT Sri Wahyuningsih. S531108011. The Effect of Education Model of Breast Milk Complementary Feeding Manufacture on the Nutrition Knowledge of Mothers and the Nutrition Status of Toddlers. Thesis: Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK (K), co-advisor: Ir. Ruben Dharmawan dr. Ph.D. Sp.Park. The Graduate Programin Nutrition Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2014. Background: Toddlers are nutrition-vulnerable community group, namely: a community group which most easily suffer from nutrition disorder. Nationally, the prevalence of toddlers with less good nutrition is still high. The data released by Riskesdas in 2007 show that the toddlers with less good nutrition status and poor nutrition status were 13.0% and 5.4% respectively. The lack of nutrition experienced by the toddlers will inhibit the growth in their body length and mental development and increase anemia and child mortality. Objective: The objective of this research is to investigate the effect of education model of breast milk complementary feeding manufacture on the nutrition knowledge of mothers and the nutrition status of toddlers. Method: This research used the quasi experimental method with the pretest and posttest with control design. Its population was mothers as many as 30 persons with toddlers with less good nutrition status. The samples of research were taken by using the random sampling technique and consisted of 30. They were divided into two groups, namely: 15 persons in control group and 15 persons in experimental group. The data of research were gathered through questionnaire, anthropometry, and indepth interview. They were analyzed by using the paired sample t-test. Result: The results of research show that prior to the treatment with education model of breast milk complementary feeding manufacture, the mothers’ average score on nutrition knowledge is 13.00, and following the treatment it becomes 21.27. Statistically this increase is significant as indicated by the value of p = 0.000. In addition, prior to the treatment with education model of breast milk complementary feeding manufacture the nutrition status of all the toddlers is in the poor category, and following the treatment, the nutrition status of 12 toddlers is in good category. The number of toddlers with poor nutrition status decreases up to 80%. Thus, there is an effect of nutrition education on the nutrition status of toddlers as signified by the value of p = 0.030. Conclusion: Based on the results of the research, a conclusion is drawn that there is an effect of education model of breast milk complementary feeding manufacture on the nutrition knowledge of mothers and the nutrition status of toddlers with poor nutrition. Keywords: Model of breast milk complementary feeding manufacture nutrition education, nutrition knowledge of mothers, and nutrition status of toddlers.
commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014, upaya pembinaan gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga yang mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi pembinaan gizi masyarakat 2010 – 2014 adalah mengurangi gizi kurang pada balita. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah menurunnya tingkat kecerdasan IQ (Kemenkes RI, 2011). Di Indonesia masih terdapat empat masalah gizi utama yang harus diselesaikan dengan program perbaikan gizi, yaitu: 1) masalah kurang energi protein (KEP), 2) masalah kurang vitamin A, 3) masalah anemia zat gizi, dan 4) masalah gangguan akibat kekurangan yodium. Dilihat dari etiologinya, status gizi penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, seperti: sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, lingkungan alam, maupun penduduk yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Terjadinya krisis ekonomi telah menyebabkan terjadinya peningkatan kasus gizi kurang, dan bahkan kasus gizi
commit 1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
buruk di Indonesia yang sebenarnya dapat ditanggulangi sejak dini dengan pemantauan secara rutin setiap bulannya (Istiono, et al, 2009). Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat. Akibat dari kurang gizi
ini
kerentanan
terhadap
penyakit
infeksi
dapat
menyebabkan
meningkatnya angka kematian balita (Ihsan, et al, 2013). Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih) (Irianto, 2009). Status gizi pada balita dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung berupa asupan makanan itu sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang dan status gizi bahkan mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku seseorang terhadap makanan tersebut (Notoadmojo, 2007). Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak memegang peranan penting dalam menciptakan status gizi anak yang baik kerena anak belum bisa mengurus dirinya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Perilaku ibu dalam hal gizi menentukan status gizi anaknya tersebut apakah baik atau jelek. Perilaku ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu terhadap gizi (Fisher, et al, 2012). Pendidikan gizi merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang baik. Melalui pendidikan gizi diharapkan ibu yang mempunyai balita mengerti dan memahami serta mau dan mampu melaksanakan apa yang dinasehatkan sehingga dapat mengasuh dan merawat gizi kurang menjadi gizi yang lebih baik (Salimar, 2009). Secara nasional prevalensi balita gizi kurang di Indonesia masih tinggi. Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa balita dengan status gizi kurang sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,4% (Salimar, 2009). Oleh karena itu kurang gizi termasuk salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kurang gizi pada balita akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan panjang badan sekitar 10 cm, berat badan 2 kg pada usia sekolah dan hambatan mental berpotensi turun sampai 10 poin serta meningkatkan anemia dan kematian anak (Muljati, et al, 2006). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2011, dari 373.120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50,861 (13,63%) (Din Kes Prop. Jateng tahun 2011). Berdasarkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2011 Kabupaten Karanganyar dari 3.630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), hasil PSG tahun 2011 Kecamatan Karangpandan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk anak Desa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Bangsri dari 30 balita yang diukur terdapat 8 KEP (26,67%) (Laporan Hasil PSG Puskesmas Karangpandan tahun 2012). Kasus KEP yang terjadi di Kecamatan Karangpandan berada jauh di atas target yang diharapkan karena target total KEP Nasional tahun 2009 adalah 9,44%. Berdasarkan hasil tersebut target KEP Propinsi Jawa Tengah belum terealisasi, hal ini disebabkan kebanyakan balita memiliki orang tua yang bekerja (74,5%) dan berdasarkan hasil observasi pendahuluan kepada 5 ibu dengan memberikan kuesioner sebanyak 5 item soal diketahui bahwa keseluruhan ibu (100,0%) memiliki pengetahuan gizi yang kurang, dan dari dari hasil wawancara diketahui bahwa ibu belum pernah memperoleh pendidikan kesehatan tentang gizi (hasil wawancara pendahuluan, 2014). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI Terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun”
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun ?”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteritik keluarga balita gizi kurang b. Menganalisis pengetahuan gizi ibu sebelum dan sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI. c. Menganalisis berat badan dan status gizi anak balita sebelum dan sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI. d. Menganalisis pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI dengan pengetahuan gizi ibu dan status gizi pada balita dengan gizi kurang.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bukti empirik bahwa pemberian pendidikan gizi kepada ibu dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak balita yang menderita kurang gizi. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi model intervensi program perbaikan gizi di Puskesmas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pendidikan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009). b. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu: 1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri. 2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. 3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009). Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan
commit6to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya. c. Misi Pendidikan Kesehatan Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi: 1) Advokat (Advocate) Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik. 2) Menjembatani (Mediate) Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan. 3) Memampukan (Enable) Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar
mereka
dapat
mandiri
untuk
memelihara
meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2007). d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan antara lain: 1) Dimensi Sasaran a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. 2) Dimensi Tempat Pelaksanaan a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid. b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien. c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. 3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) yaitu sebagai berikut : a) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion) Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi
perkawinan,
pendidikan
seks,
pengendalian
lingkungan dan lain-lain. b) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection) Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
tersebut
seperti
perlindungan
imunisasi
diri
dari
dan
higiene
kecelakaan,
perseorangan,
kesehatan
kerja,
pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain. c) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early diagnosis and Prompt Treatment) Pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
yang
rendah
terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya. d) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. e) Rahabilitasi (Rehabilitation) Rehabilitasi diperlukan untuk telah sembuh
dari
suatu
pemulihan
penyakit
seseorang yang
atau
menjadi
cacat.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi
akan
mempengaruhi
tingkat
perkembangan
kesehatan seseorang (Mubarak dan Chayatin, 2009). e. Metode Pendidikan Kesehatan Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa m
etode pendidikan
kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Beberapa metode dalam pendidikan kesehatan antara lain : 1) Metode pendidikan individual, digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan antara lain : a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dibhas, dan dibantu penyelesaiannya. b) Interview (wawancara), Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. 2) Metode pendidikan kelompok a) Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. b) Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game) 3) Metode pendidikan massa (public) Metode ini untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public, antara lain : ceramah umum, pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan di majalah atau koran dan billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007) 2. Konsep Perilaku Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku dalam 3 (tiga) domain yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psycomotor). Dalam perkembangan teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. a. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan
domain
yang
sangat
terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour).
commit to user
penting
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Beberapa tingkatan dalam pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) antara lain : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (comprehention) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya.
Analisis
merupakan
kemampuan
untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5) Sintesa (syntesis) Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain yaitu : 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2) Pekerjaan Lingkungan
pekerjaan
dapat
menjadikan
seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3) Umur Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
4) Minat Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Ada
kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. 6) Kebudayaan lingkungan sekitar Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. 7) Informasi Kemudahan
memperoleh
informasi
dapat
membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
b. Sikap (attitude) 1) Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu obyek atau situasi secara konsisten, untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi (Notomatmodjo, 2007; Azwar, 2010). 2) Komponen sikap Menurut Azwar (2010) struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang : a) Komponen kognitif Kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. b) Komponen afektif Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. c) Komponen konatif Kecenderungan berperilaku pada yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. 3) Cara pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioenr (Notoatmodjo, 2007). 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain : pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media massa. a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. b) Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional. c) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. d) Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh terhadap
sikap
seseorang
terhadap
berbagai
masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. e) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar, televisi, radio maupun internet atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
sehingga
akan
berakibat
terhadap
sikap
kemanusiaan. Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. f) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga agam sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut mempengaruhi sikap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
g) Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlaku begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2010). 5) Ciri-ciri sikap menurut Azwar (2010) a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan hidup b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu dapat dipelajari sepanjang perkembangan hidup. c) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. d) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan suatu hal. e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. c. Psikomotor (tindakan) Tindakan adalah proses melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya. Tindakan atau praktek memiliki beberapa tingkatan yaitu : (Notoatmodjo, 2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
1) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2) Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3) Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 3. Gizi a. Pengertian Gizi Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya (Almatsier, 2005). Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa, kurang gizi pada balita akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati dan Siti, 2009). Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan status gizi anggota keluarga. Gangguan gizi sering terjadi karena kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahanbahan lokal yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, 2012). Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting, mengingat peran ibu dalam keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak tahu gizi makanan, akan menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya. b. Macam-macam Gizi Bagi Balita Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Widodo, 2009). Menurut Widodo (2009), zat gizi terdiri atas: 1) Karbohidrat Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida. Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani. Fungsi utama karbohirat yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
a) Sumber utama energi yang murah. b) Memberikan rangsangan mekanik. c) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja. 2) Protein Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan. Protein berfungsi: a) Membangun sel-sel yang rusak. b) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon. c) Membentuk zat energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori. 3) Lemak Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain : a) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu dari tubuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
b) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut. c) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam lemak. 4) Vitamin Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu ikatan organik amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk kehidupan, ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut: a) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan reproduksi. b) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport kalsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu. c) Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacang-kacangan atau biji-bijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik. d) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam ginjal. Paru-paru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak (Sediaoetama, 2010). 5) Mineral Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit.Mineral mempunyai fungsi : a) Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim. b) Sebagai
zat
pengatur
berbagai
proses
metabolisme,
keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah dan kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot. c. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang 1) Makanlah aneka ragam makanan Makanan makanan yang beranek ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, meliputi sumber zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein) dan pengatur (sayursayuran, buah-buahan). a) Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energy utama bagi manusia. Bahan makanan pokok merupakan sumber utama karbohidrat, karena selain tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan jumlah besar tanpa menimbulkan rasa nek dan mual. Sumber karbohidrat padi-padian atau serelia, umbi-umbian, kacang-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
kacang kering dan gula. Hasil olahannya antara lain : bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya (Almatsier, 2005). b) Protein Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi 2 yaitu protein hewani yang terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari binatang (seperti : daging, ikan, telur, susu dan sebagainya) dan protein nabati yang terdapat pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan (seperti dari jagung, kedelai, kacang, olahannya dapat berupa : tempe, tahu, susu, kedelai, oncom dan lain-lain). Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan kwashiorkor pada anak balita. Kekurangan protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan suatu kondisi yang disebut marasmus. Sindroma gabungan antara 2 jenis dinamakan Kurang Energi Protein (KEP) atau Kurang Kalori Protein (KKP) (Almatsier, 2005). c) Lemak Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energy dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu. Menurut sumbernya lemak dibedakan menjadi lemak nabati dan hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
tumbuhan. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti : alpukat, kacang-kacangan, dan lain-lain. Lemak hewani berasal dari binatang, yaitu : iklan, telur, daging, susu dan lainlain (Sediaoetama, 2010). d) Vitamin Vitamin merupakan salah satu zat gizi yang diperkukan tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar tubuh karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. Fungsi vitamin secara umum sebagai zat pengatur, yaitu mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan misalnya keseimbangan air, asam-basa dan mineral di dalam cairan tubuh. Vitamin dapat diperoleh dari sayur, buah dan biji-bijian (Soediaoetama, 2005). e) Mineral Mineral berfungsi sebagai bagian dari zat aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dalam struktur sel dan jaringan. Adapula yang memegang fungsinya dalam cairan tubuh, baik intraseluler maupun ekstrseluler. Mineral-mineral ini bisa didapatkan dari air, susu, daging, telur, sayur dan mineral sintesis (Almatsier, 2005). 2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi Karbohidrat merupakan zat yang paling cepat diubah menjadi energi oleh tubuh. Misalnya dengan mengkonsumsi nasi, roti atau mie. Akan tetapi konsumsi yang berlebihan dapat membuat kita menjadi obesitas. Takarannya 3-5 piring nasi atau 300-500 gram beras, dalam 1 hari yang terbagi dalam 3 kali makan. 100 gr beras = 200 gr nasi (1 piring) selain berfungsi sebagai energi, karbohidrat juga diuraikan oleh tubuh menjadi glukosa yang dapat menjadi makanan otak. 4) Pilihlah kadar makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak jenuh Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan meliputi: asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa.makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani. Potensi lemak dan minyak sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
sumber energi lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedang karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori. Selain tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistem pencernaan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Almatsier, 2005). 5) Gunakan garam beryodium Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kebutuhan yodium dalam sehari sekitar1-2 u g per kg berat badan. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok atau pembesaran kelenjar tiroid di leher dan kretinisme (cebol). Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang (Almatsier, 2005). 6) Makanlah makanan sumber zat besi Zat besi merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Sel darah merah berfungsi sebagai alat angkut oksigendari paru-paru ke jaringan tubuh. Sumber zat besi alami dapat diperoleh dari makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, dan telur, serta dari sumber lain seperti serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah, kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
berkelanjutan dapat menimbulkan anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Kelompok yang rawan Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja yang berpenghasilan rendah (Almatsier, 2005). 7) Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan makanan pengganti sesudahnya a) Air Susu Ibu Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garamgaram organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2010). (Roesli, 2010) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu faktor kejiwaan ibu, faktor dari bayi sendiri, faktor lingkungan dan faktor kelainan payudara. Prasetyo (2009) menyatakan bahwa zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah : (1) Karbohidrat Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil. (2) Protein Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sostem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang diberi PASI susah buang air besar (sembelit), bahkan diare dan bahkan defekasi dengan fases berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diber PASI. (3) Lemak Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega 3,
omega
6
dan
DHA
yang
dibutuhkan
dalam
pembentukkan sel-sel jaringan otak. Meskpun prosduk PASI sudah dilengkapi ketiga unsur tersebut, susu formula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
tetap
tidak
mengandung
enzim
mudah
rusak
bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak PASI, sehingga bayi mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingan dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel syaraf. (4) Mineral ASI mengandung mineral yang relatif lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zt besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya zat besi yang terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%. Vitmamin Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya
dapat
diperoleh
dalam ASI.
Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit polio (rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
b) MP ASI (Makanan Pengganti ASI) MP
asi
adalah
makanan
atau
minuman
yang
mengandung gizi dan harus diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pengenalan dan pemberian MP ASI harus diberikan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya harus sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya
penting
untuk
pertumbuhan
fisik
dan
perkembangan kecerdasan anak (Depkes, 2000). Tahapan pemberian makanan bayi, sebagai berikut : (1) Umur 0-6 bulan : bayi hanya diberi ASI (2) Umur 6-9 bulan : bayi diberi ASI, buah-buahan masak tertentu, tepung-tepungan yang dibuat bubur, sayuran, daging, telur dan kacang-kacangan (Depkes RI, 2000). (3) Umur 9-12 bulan : anak masih diberi ASI jika masih mencukupi ditambah buah yang masak, penyajian olahan tepung-tepungan sudah makin beragam, sayuran, daging, telur, kacang-kacangan dimasak lunak (Depkes RI, 2000). (4) Umur 12-24 bulan : anak masih diberi ASI jika masih mencukupi ditambah buah yang masak, beras, sayuran, daging, telur, kacang-kacangan dimasak lunak (Depkes RI, 2000).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
8) Biasakan makan pagi Makan pagi atau sarapan pagi bagi anak sekolah dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. 9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Fungsi air dalam tubuh diantaranya a) Melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh b) Mengtur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh c) Mengatur suhu tubuh d) Melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil. Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. 10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur Aktifitas fisik bermanfaat bagi kesehatan. Karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. 11) Hindari minum minuman beralkohol Alkohol
hanya
mengandung
mengandung zat gizi lain.
commit to user
energi,
tetapi
tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman bagi kesehatan adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya. Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kembung/kerusakan pada kemasan. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman adalah bila dalam pengolahannya ditambahkan bahan makanan yang berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanol yellow, seperti banyak yang dijumpai pada makanan jajanan pasar. 13) Bacalah label pada makanan yang dikemas Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain.
4. Status Gizi a. Pengertian Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2005). Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia (Soekirman, 2006). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2006). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2007). Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010). b. Penilaian status gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan : 1) Antropometri Pengukuran antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis, karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak bawah kulit (Supariasa, dkk, 2007). Di masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, pada masa bayi – balita berat badan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizinya (Supariasa, dkk, 2007). No 1.
Indeks BB/U
Nilai Z-score >+2 SD -2 SD s/d +2 SD -3 SD s/d <-2 SD <-3 SD 2. TB/U ≥-2 SD <-2 SD 3. BB/TB >+2 SD -2 SD s/d +2 SD -3 SD s/d <-2 SD <-3 SD Sumber : WHO dalam Kepmenkes RI (2011)
Status Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Normal Pendek (Stunting) Gemuk Normal Kurua (Wasting) Sangat kurus
2) Klinis dan Biokimia Pemeriksaan klinis didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories dilakukan pada jaringan tubuh (Supariasa, dkk, 2007). 3) Biofisik Penilaian status gizi dengan cara biofisik dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan tersebut (Supariasa, dkk,2007). c. Faktor yang mempengaruhi status gizi balita Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita antara lain adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
1) Pendapatan Keluarga Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Ada beberapa definisi pengertian pendapatan, menurut Badan Pusat Statistik sesuai dengan konsep dan definisi. Pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota RumahTangga Ekonomi (ARTE), pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga (Suhardjo, 2006) Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Menyebutkan pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan
sub
sistem.
Pendapatan
formal,
informal,
dan
pendapatan sub sistem yang dimaksud dalam konsep di atas dijelaskan sebagai berikut : a) Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok. b) Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di luar pekerjaan pokok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
c) Pendapatan sub sistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang di nilai dengan uang. Jadi yang dimaksud dengan pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan yang diperoleh dari semua anggota keluargayang bekerja. 2) Pengetahuan ibu Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010). Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada kenyataan yaitu bahwa status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2006). Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2010) sedangkan kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang dan mengetahui kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2006). 3) Pendidikan Ibu Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Suhardjo, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
4) Pekerjaan Ibu Wanita sebagai pekerja mempunyai potensi dan hal ini sudah dibuktikan dalam dunia kerja yang tidak kalah dengan pria. Sebagai pekerja, masalah yang dihadapi wanita lebih berat dibandingkan pria, karena dalam diri wanita lebih dahulu harus mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal lain yang menyangkut tetek bengek rumah tangganya. Pada kenyataannya cukup banyak wanita yang tidak cukup mengatasi masalah itu, sekalipun mempunyai kemampuan teknis cukup tinggi. Kalau wanita tidak pandai menyeimbangkan peran ganda tersebut akhirnya balita akan terlantar (Anoraga, 2005). Ibu yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya, apalagi untuk mengurusnya. Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus anaknya,
akan
tetapi
kesibukan
dan
beban
kerja
yang
ditanggungnya dapat menyebabkan kurangnya perhatian ibu dalam menyiapkan hidangan yang sesuai untuk balitanya. Karena itu didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa seringkali terjadi ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama Energi dan Protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak yang berusia diatas 1 tahun (Moehji, 2005). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya KEP adalah para ibu yang menerima pekerjaan tetap sehingga harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
meninggalkan balitanya dari pagi sampai sore, anak-anak terpaksa ditinggalkan dirumah sehingga jatuh sakit dan tidak mendapatkan perhatian, dan pemberian makanan tidak dilakukan dengan semestinya. Alangkah baiknya bila badan yang bergerak dibidang sosial menampung bayi dan anak-anak kecil yang ditinggal bekerja seharian penuh di balai desa, masjid, gereja, atau tempat lain untuk dirawat dan diberi makanan yang cukup baik (Pudjiadi, 2007). 5) Konsumsi Makanan Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam suatu susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi adekuat. Kalau konsumsi baik dari kuantitas dan kualitasnya melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya
konsumsi
yang
kurang
baik
kualitas
dan
kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisit. Tingkat kesehatan gizi sesuai dengan konsumsi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum. Dalam kondisi ini jaringan jenuh oleh zat gizi tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya, serta mempunyai daya tahan setinggi-tingginya (Sediaoetama, 2006). Status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2006) 6) Penyakit Infeksi Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
mengurangi konsumsi makanannya, sehingga
berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Kadang-kadang orang tua juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita dan menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Moehji, 2005). Penyakit infeksi dapat menyebabkan keadaan gizi kurang baik, karena taraf gizi yang buruk tersebut anak akan semakin lemah dalam melawan infeksi tersebut akibat dari reaksi kekebalan tubuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
yang menurun. Sebaliknya jika keadaan gizi anak baik, tubuh akan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari penyakit infeksi (Moehji, 2005). 7) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Angka kejadian BBLR di Indonesia sekitar 12%-22%. BBLR merupakan berat badan lahir rendah yakni berat badan bayi yang dilahirkan kurang dari 2,5 kilogram. Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai daya tahan tubuh yang rendah karena semasa dalam kandungan immunologinya belum sempurna. Bayi BBLR mempunyai kecenderungan rawan gizi karena melihat kemampuan yang dimiliki dan kebutuhan akan zat-zat gizi bayi BBLR relatif lebih tinggi dibandingkan bayi normal (Tara, 2004). 8) Pemberian Makanan Terlalu Dini Dilihat dari sudut pandang kematangan fisiologis dan kebutuhan gizi, pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum usia 4 bulan biasanya sering dilakukan sehingga mengandung resiko seperti bayi akan mudah terkena diare atau penyakit lain. Sebelum bayi berusia 4 bulan, bayi belum siap untuk menerima makanan semi padat juga makanan yang belum dirasa perlu, sepanjang bayi tersebut masih tetap memperoleh ASI, kecuali pada keadaan tertentu. Di usia ini produksi dari enzim-enzim pencernaan terutama amilase masih rendah. Biasanya makanan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
diberikan di usia tersebut mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dari ASI sehingga dapat merugikan bayi (Moehji, 2005). 9) Besar Keluarga Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Soehardjo, 2006). Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan tersebut adalah besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaan makanan yang sama. 10) Pola Asuh Anak Pola asuh dapat berupa sikap dan perilaku ibu maupun pengasuh lain dalam kedekatannya dengan anak. Pola pengasuhan balita berhubungan erat dengan pemberian konsumsi, karena balita mempunyai hubungan kelekatan yang kuat terutama ibu atau pengasuh lain, sehingga pola asuh mempunyai peran yang cukup besar terhadap peningkatan status gizi balita (Kosala, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
11) Kesehatan Lingkungan Kurang energi protein merupakan permasalahan ekologis dimana tidak saja disebabkan oleh ketidakcukupan ketersediaan pangan atau zat-zat gizi tertentu tetapi juga dipengaruhi kemiskinan, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan ketidaktahuan ibu terhadap gizi (Suhardjo, 2006). 12) Pelayanan Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan penting dalam menyokong status kesehatan dan gizi anak, bukan hanya segi kuratif, tetapi juga preventif,
promotif
dan
rehabilitatif.
Ketidak
terjangkauan
pelayanan kesehatan disebabkan oleh jarak yang jauh atau ketidakmampuan
membayar,
kurangnya
pendidikan
dan
pengetahuan merupakan kendala dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2000). 5. Balita a. Pengertian Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun (Soetjiningsih, 2012). Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas (Sutomo dan Anggraeni, 2010). Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. b. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang Balita Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi (asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini (asah) (Evelin dan Djamaludin, 2010). 1) Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh) Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zatzat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit. 2) Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih). Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
3) Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah). Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan
logis-matematis,
kinestetik,
kecerdasan
kecerdasan
musical,
spasial,
kecerdasan
kecerdasan intrapribadi
(intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan tentang pendidikan gizi, pengetahuan serta status gizi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan No.
Nama (Tahun) Nikmawati, et al (2009)
Judul
Desain
Hasil Penelitian
Intervensi Pendidikan Gizi Bagi Ibu Balita Dan Kader Posyandu Untuk Meningkatkan PSK (Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan) Serta Status Gizi Balita
Desain : Pretest-postest with control group design Analisis Paired sample t-test
Amir (2008)
Pengaruh Penyuluhan Model Pendampingan Terhadap Perubahan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan.
Desain : non randomized pre post test control group Analisis Regresi Dummy
3
Rahmawati, et al (2007)
Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah
Desain : pretest-postest dengan control group design Analisis paired sample t-test
4
Saidah (2010)
Pengaruh Penyuluhan Desain : gizi Terhadap Status one group pre Gizi, Perkembangan test dan postest
Intervensi mempengaruhi pengetahuan gizi ibu. Intervensi mempengaruhi praktek gizi ibu dan intervensi mempengaruhi status gizi balita Hasil penelitian diketahui setelah 3 bulan intervensi, peningkatan rerata skor pengetahuan ibu dan TKE, serta penurunan jumlah hari sakit diare lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kontrol. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita yang mengikuti penyuluhan dengan media audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan yang mengikuti penyuluhan dengan modul dan kontrol. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita berbeda antara sebelum dan sesudah intervensi. ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
1
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Fisik dan Psikososial Balita (Usia 2 – 5 Tahun) (Di Desa Penatarsewu Tanggulangin Sidoarjo Jawa Timur 5
Yusuf, et al Pengaruh Konseling (2012) Gizi Pada Ibu Batita Gizi Kurang Terhadap Perubahan Status Gizi Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Kecamatan Ilir Timur I Kota Palembang Tahun 2012
design perlakuan antara penyuluhan gizi Analisis uji beda Mc dengan status gizi, Nemar perkembangan fisik dan perkembangan psikososial. Desain : Pretest dan posttest dengan kelompok kontrol Analisis Paired sample t-test
ada pengaruh yang bermakna konseling gizi pada ibu batita terhadap perubahan status gizi batita
Metode penelitian kuantitatif analitik dengan desain quasi eksperimental. Jumlah sampel ditentukan dengan minimalis variable independen ( bebas) yaitu 15-30 ibu yang memiliki anak balita gizi kurang. Analisis peneliti diambil dengan menggunakan paired sample t-test untuk status gizi anak balita dan independent sample t-test untuk pengetahuan ibu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
C. Kerangka Berpikir Anak Balita Kurang Gizi
Makanan Tidak Seimbang
Tidak cukup pangan
Penyakit Infeksi
Pola asuh tidak memadai
Sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai
Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarkat
Model Pendidikan Gizi dengan Demonstrasi, Wawancara, Pembuatan MP-ASI
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak Balita
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pendidikan Pekerjaan Umur Minat Pengalaman Kebudayaan/ lingkungan sekitar Informasi
Status Gizi Anak Balita
Faktor yang mempengaruhi status gizi Pendapatan keluarga Pengetahuan ibu Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Konsumsi makanan Penyakit infeksi BBLR Pemberian makanan tambahan dini
Keterangan Diteliti Tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pikir (Modifikasi menurut UNICEF (1998), Notoatmodjo (2010) dan Suhardjo (2006)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
D. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Model Pendidikan Gizi dengan demonstrasi menu, wawancara ibu dan pembuatan MP-ASI
Pengetahuan Gizi Ibu
Status Gizi Balita
Gambar 2. Kerangka Konsep Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
E. Hipotesis Ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu dan status gizi anak bawah lima tahun dengan gizi kurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu mulai 11 Pebruari 2014 sampai dengan 11 Juni 2014.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah studi quasi eksperimental dengan pretest and posttest with control group. Sebelum perlakuan sampel diberikan terlebih dahulu pretest (test awal) dan diakhir perlakuan sampel diberi posttest (tes akhir). Berikut gambar desain penelitian yang digunakan.
Populasi N=3630
Sasaran N=134
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Pretest
Pretest
Status Gizi Balita awal Status Gizi Balita awal
Perlakuan ( II,III,IV)
Posttest
Posttest
Pengukuran Status Gizi Balita
Gambar 3. Desain Penelitian Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi a. Populasi sasaran penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita dengan status gizi kurang di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar b. Populasi sumber penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita dengan status gizi kurang di Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar dan bersedia menjadi responden. 2. Sampel Sampel penelitian diambil dengan : a. Kriteria inklusi 1) Ibu yang berusia 20-45 tahun dan mempunyai balita dengan status gizi kurang berusia 6-59 bulan, dengan perhitungan bulan penuh. 2) Ibu berpendidikan formal sampai dengan SMA sederajat. 3) Balita yang tidak mengalami permasalahan : BBLR, penyakit infeksi. b. Kriteria eksklusi : 1) Ibu yang buta huruf 2) Balita sedang mendapatkan perawatan khusus karena sakit. 3. Perhitungan sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel ditentukan dengan cara random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara random dari sampel yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel dalam penelitian ini minimal sebesar 30 orang dengan alasan bahwa setiap variabel independen memerlukan 15-30 sampel (Murti, 2010). Populasi sasaran Ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kabupaten Karanganyar (N = 3630) Populasi sumber Ibu dengan balita gizi kurang di Kecamatan Karangpandan (N =134)
Kriteria Inklusi dan Eksklusi 30 sampel Ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kecamatan Karangpandan 15 kontrol
15 perlakuan
Ibu tidak diberi model pendidikan gizi pembuatan MP-ASI
Ibu diberi model pendidikan gizi demonstrasi, wawancara/konseling wawancaraDiberi Perlakuan
Analisis Pengaruh Model Pendidikan Gizi Gambar. 4. Alur Penelitian Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI terhadap Pengetahuan Ibu dan Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
a) Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel atau faktor yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010). Variabel bebas dalam penelititan ini adalah model pendidikan pembuatan MPASI. b) Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyon, 2005). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah pengetahuan ibu dan status gizi anak
balita. 2. Definisi Operasional a) Pendidikan gizi Penyampaian informasi gizi oleh Ahli Gizi dengan metode ceramah, demontrasi dan Tanya jawab tentang pemberian dan pembuatan MPASI (Depkes, 2006) kepada ibu. Cara ukur : keikutsertaan ibu dalam pendidikan pembuatan MP-ASI Skala ukur : nominal b) Pengetahuan gizi ibu Pengetahuan gizi ibu adalah kemampuan ibu dalam memahami segala informasi
yang
berhubungan
dengan
bahan
makanan
yang
mengandung zat gizi bagi anak balita, sesuai dengan MP-ASI. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner, jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Dalam penelitian ini cara pengukuran pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu kurang, cukup dan baik. Cara pengukuran menurut Arikunto (2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
dengan menggunakan nilai tertinggi – nilai terendah dibagi batas kelas yang ditetapkan yaitu sebanyak 3 kelas (kurang, cukup dan baik). Pengukuran dengan skala : interval. c) Balita gizi kurang Balita
gizi
penelitian
kurang
berumur
adalah 6-59
balita
bulan
yang
yang
berada
dinyatakan
di
daerah
status
gizi
kurang dengan berdasar BB/U dengan acuan WHO-2005. Skala kategorikal. d) Status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh balita yang berhubungan dengan kecukupan akan zat gizi balita. Status gizi balita didapatkan dengan cara mengukur berat badan balita dengan timbangan dacin, kemudian hasilnya dihitung dengan indeks berat badan menurut umur sesuai Z score klasifikasi status gizi dengan perhitungan standar baku WHO2005. kemudian hasil dari perhitungan ini akan dikategorikan menurut skala ordinal menjadi empat kategori, yaitu : 1) Gizi buruk
>+2 SD
2) Gizi kurang
-2 SD s/d +2 SD
3) Gizi baik
-3 SD s/d <-2 SD
4) Gizi lebih
<-3 SD
Pengukuran dengan skala : ordinal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik mengumpulkan data Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dibantu bidan desa dan 2 enumerator. Dalam penelitian ini jenis dan cara pengumpulan datanya adalah sebagai berikut : a. Data Primer 1) Data identitas responden dan sampel diperoleh dari wawancara langsung dengan responden berdasarkan kuesioner. 2) Data antropometri sampel berupa berat badan diperoleh dengan melakukan penimbangan langsung pada balita sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan pembuatan MP-ASI. 3) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh dengan cara merekap dari jawaban kuesioner yang dikerjakan oleh responden sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan pembuatan MP-ASI. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dari hasil pengumpulan pihak lain atau mengutip laporan yang sudah ada, data sekunder dalam penelitian ini meliputi data: 1) Data prevalensi gizi kurang subjek penelitian diperoleh dari laporan pemantauan status gizi Puskesmas Karangpandan 2) Data jumlah balita gizi kurang dan alamat balita diperoleh dari laporan gizi puskesmas dan buku register posyandu 2. Instrumen untuk mengumpulkan data Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
a. Timbangan dacin dengan kapasitas 25 kg, tingkat ketelitian 0,1. Standar baku WHO-2005 b. Alat tulis c. Kuesioner d. Materi pendidikan gizi e. Alat dan bahan untuk demontrasi
F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas Product moment (analisa butir) dimana skorskor yang dimaksud dikolerasikan dengan skor total. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung > dari nilai r tabel atau dapat juga melalui p value < 0,05 (Ghozali, 2009). Uji validitas dilakukan pada ibu yang mempunyai anak balita dengan status gizi kurang di Kecamatan Matesih sebanyak 20 orang responden dengan karakteristik yang sama. Hasil uji validitas sebanyak 25 item kuesioner pengetahuan ibu tentang gizi dinyatakan keseluruhan item kuesioner valid karena nilai r hitung > 0,444 ataupun p value < 0,05 sehingga bisa digunakan dalam analisis data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,70). (Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh untuk variabel pengetahuan ibu tentang gizi diperoleh nilai Alpha (0,928) > 0,70 sehingga dinyatakan reliabel.
G. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Mengurus surat ijin sekaligus melaporkan kegiatan penelitian kepada instansi yang berwenang. b. Meninjau lokasi penelitian dan melakukan pendekatan pada Kepala Desa Bangsri Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. c. Menghubungi petugas pengumpul data yaitu bidan desa. d. Menyusun jadwal skrinning. e. Melaksanakan randomisasi dan menentukan kelompok perlakuan dan kelompok control. f. Mempersiapkan materi untuk penyuluhan. 2. Tahap Pelaksanaan a. Responden mengerjakan pretest dan penimbangan anak balita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
b. Penyampaian materi teori di pertemuan pertama . c. Penyampaian
materi
demontrasi,
wawancara/konseling
tentang
makanan pendamping ASI di pertemuan ke II,III dan IV. d. Penyampaian materi dan pelaksanaan posttest dan pengukuran status gizi anak balita. 3. Tahap Akhir a. Melakukan pengecekan kembali dan pembersihan data yang masih kurang. b. Melakukan proses mengolah data mulai dari entri data ke program SPSS, menguji secara statistik dan menginterpretasikan hasil pengolahan data hingga mendapat kesimpulan. c. Membuat laporan hasil penelitian.
H. Teknik Analisa Data Data yang telah terkumpul diteliti kelengkapannya, jika ada data yang kurang lengkap dapat segera dilengkapi, kemudian mengklasifikasikan jawaban yang dengan cara memberikan simbol-simbol atau kode angka. pengolahan data menggunakan program SPSS. Analisis univariat digunakan untuk menganalisis nilai rerata, standar deviasi, minimum, maximum dan distribusi frekuensi. Proporsi (%) digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal. Mean (nilai rerata) digunakan untuk menganalisis data yang berskala rasio dan interval seperti data asupan zat gizi anak balita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Sebelum dianalisis bivariat, data dengan skala rasio diuji kenormalan distribusinya dengan menggunakan uji Komolgorov Smirnov. Hasil uji normalitas diketahui bahwa data terdistribusi normal sehingga digunakan uji paired simple t-test dan independent sample t-test.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Umur Ibu Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur 18-26 tahun 27-35 tahun 36-43 tahun Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan n % 1 6,7 9 60,0 5 33,3 15 100
Kontrol n 7 4 4 15
% 46,6 26,7 26,7 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur ibu pada kelompok perlakuan adalah usia 27 – 35 tahun yaitu sebanyak 9 orang (60,0%) sedangkan mayoritas umur ibu pada kelompok kontrol adalah pada umur 18 – 26 tahun yaitu sebanyak 7 orang (46,6%). 2. Pendidikan Ibu Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan n % 1 6,7 2 13,3 5 33,3 7 46,7 0 0,0 15 100
commit 63 to user
Kontrol n 0 1 3 7 4 15
% 0,0 6,7 20,0 46,7 26,6 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah sama, yaitu SMP sebanyak 7 orang (46,7%). 3.
Pekerjaan Ibu Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Petani Swasta Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan N % 8 53,3 2 13,4 5 33,3 15 100
Kontrol n 8 0 7 15
% 53,3 0,0 56,7 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan ibu pada kelompok perlakuan adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) sedangkan mayoritas pekerjaan ibu pada kelompok kontrol juga ibu rumah tangga yaitu sebanyak 8 orang (53,3%). 4. Jumlah Anak Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah anak 1 2 3 4 5 Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan N % 4 26,7 6 40,0 4 26,6 0 0,0 1 6,7 15 100
commit to user
Kontrol N 7 6 1 1 0 15
% 46,6 40,0 6,7 6,7 0,0 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mayoritas ibu mempunyai 2 orang anak yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas ibu mempunyai 1 orang anak yaitu sebanyak 7 orang (46,6%). 5. Jumlah Keluarga Karakteristik responden berdasarkan jumlah keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah keluarga 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan n % 4 26,7 2 13,3 7 46,6 0 0,0 1 6,7 0 0,0 1 6,7 15 100
Kontrol N 3 5 3 2 2 0 0 15
% 20,0 33,4 20,0 13,3 13,3 0,0 0,0 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mayoritas responden mempunyai jumlah keluarga 5 yaitu sebanyak 7 orang (46,6%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas juga mempunyai jumlah keluarga 5 orang yaitu sebanyak 5 orang (33,4%). 6. Status ekonomi Karakteristik responden berdasarkan status ekonomi dapat dilihat pada Tabel 4.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Ekonomi Status Ekonomi Keluarga miskin (Gakin) Bukan Gakin Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan n % 13 86,7 2 13,3 15 100
Kontrol n 12 3 15
% 80,0 20,0 100
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mayoritas responden adalah keluarga miskin (Gakin)
yaitu sebanyak 13 orang
(86,7%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas juga adalah keluarga miskin (Gakin) yaitu sebanyak 12 orang (80,0%). 7. Jenis kelamin anak Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak dapat dilihat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan n % 7 46,7 8 53,3 15 100
Kontrol n 7 8 15
% 46,7 53,3 100
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mayoritas jenis kelamin anak adalah laki-laki yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas jenis kelamin anak juga lakilaki yaitu sebanyak 8 orang (53,3%). 8. Pengetahuan ibu tentang gizi (pretest) Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi pretest dapat dilihat pada Tabel 4.8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Tabel 4.8 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi (pretest) Pengetahuan Baik (76-100%) Cukup (56-75%) Kurang (< 55 %) Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan N % 1 6,7 8 53,3 6 40,0 15 100
Kontrol n 1 8 6 15
% 6,7 53,3 40,0 100
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan tingkat pengetahuan ibu pretest mayoritas adalah cukup yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas tingkat pengetahuan ibu pretest juga sebanyak 8 orang (53,3%). 9. Pengetahuan ibu tentang gizi (posttest) Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi posttest dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi (Posttest) Pengetahuan Baik (76-100%) Cukup (56-75%) Kurang (< 55 %) Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan N % 8 53,3 6 40,0 1 6,7 15 100
Kontrol n 4 3 8 15
% 26,7 20,0 53,3 100
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan tingkat pengetahuan ibu posttest mayoritas adalah baik yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas tingkat pengetahuan ibu postest dalam kategori kurang yaitu sebanyak 8 orang (53,3%). 10. Status gizi anak balita Sebelum perlakuan status gizi anak balita pada kedua kelompok termasuk status gizi kurang, hal tersebut menunjukkan bahwa sampel homogen,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
sedangkan setelah diberi perlakuan (posttest), maka status gizi anak balita dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Status Gizi Anak Balita Pertemuan ke V Status Gizi Baik Cukup Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
Perlakuan n % 12 53,3 31 46,7 15 100
Kontrol N 6 9 15
% 40,0 60,0 100
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan status gizi setelah perlakuan adalah baik yaitu sebanyak 12 orang (53,3%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas status gizi anak balita masih dalam kategori kurang yaitu sebanyak 9 orang (40,0%). Untuk lebih jelasnya perubahan status gizi pada pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 5 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 3. Perubahan Nilai Z-Score (BB/U) Pada Status Gizi Anak Balita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Dari gambar tersebut baik pada kelompok perlakuan dan kontrol sama-sama mengalami peningkatan status gizi, hanya saja peningkatan status pada gizi pada kelompok perlakuan lebih baik karena memiliki nilai mean atau rata-rata yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol setelah pemberian perlakuan model pendidikan pembuatan MP-ASI. 11. Hasil t-test pengetahuan ibu sebelum dan sesudah pemberian model pendidikan pembuatan MP-ASI pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 4.11. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Sebelum dan Sesudah Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Keterangan
Kelompok Perlakuan X + SD
Kelompok Kontrol X + SD
p*
12,20 + 1,97 13,07 + 1,49 0,060
0,279 0,000
Pretest 13,00 + 2,00 Postest 21,27 + 2,02 p** 0,000 Sumber : Data Primer, 2014 Keterangan : p** = paired sample t-test p* = independent sample t-test
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pretest pengetahuan ibu tentang gizi sebelum pendidikan gizi adalah 13,00 sedangkan rata-rata posttest 21,27. Hasil uji statistik dengan analisis paired sample t-test diperoleh (p = 0,000) sehingga terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan sesudah model pendidikan pembuatan MP-ASI atau dalam hal ini pendidikan pembuatan MP-ASI berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang gizi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pretest pengetahuan ibu tentang gizi sebelum pendidikan pembuatan MP-ASI adalah 12,20 sedangkan rata-rata posttest 13,07. Hasil uji statistik dengan analisis paired sample t-test menunjukkan (p = 0,060) sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI, hal ini disebabkan di dalam kelompok kontrol memang tidak diberikan perlakuan pendidikan pembuatan MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan ibu tentang gizi pretest pada kelompok kontrol sebesar 12,20 sedangkan rata-rata pengetahuan ibu tentang gizi pretest pada kelompok perlakuan sebesar 13,00. Hasil uji statistik dengan independent sample t-test menunjukkan diperoleh (p = 0,279) sehingga tidak ada perbedaan pengetahuan ibu tentang gizi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan pembuatan MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu tentang gizi posttest pada kelompok kontrol sebesar 13,07 sedangkan ratarata pengetahuan ibu tentang gizi posttest pada kelompok perlakuan sebesar 21,27. Hasil uji statistik dengan independent sample t-test menunjukkan diperoleh (p = 0,000) sehingga ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan pembuatan MP-ASI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
12. Hasil t-test status gizi anak balita sebelum dan sesudah pemberian model pendidikan pembuatan MP-ASI pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Hasil t-test tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Z Score Status Gizi Anak Balita Sebelum dan Sesudah Model Pendidikan Pembuatan MPASI Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Status Gizi
Kelompok Perlakuan X + SD Pretest -2.18 + 0,14 Postest -1,85 + 0,25 p** 0,011 Sumber : Data Primer, 2014
Kelompok Kontrol X + SD -2,25 + 0,18 -2,17 + 0,47 0,650
p* 0,231 0,027
Keterangan : p** = paired sample t-test p* = independent sample t-test Hasil uji statistik dengan analisis paired sample t-test menunjukkan (p = 0,650) sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna status gizi anak balita sebelum dan sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI, hal ini disebabkan di dalam kelompok kontrol memang tidak diberikan perlakuan pendidikan pembuatan MP-ASI. Hasil uji statistik dengan analisis paired sample t-test menunjukkan (p = 0,011) sehingga terdapat perbedaan yang bermakna status gizi anak balita sebelum dan sesudah pendidikan pembuatan MP-ASI pada kelompok perlakuan, hal ini terbukti bahwa pendidikan pembuatan MPASI berpengaruh terhadap status gizi anak balita. Hasil uji statistik dengan independent sample t-test menunjukkan diperoleh (p = 0,231) sehingga tidak ada perbedaan status gizi anak balita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
sebelum pendidikan pembuatan MP-ASI pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik dengan independent sample t-test menunjukkan diperoleh (p = 0,027) sehingga ada perbedaan yang bermakna status gizi anak balita setelah pendidikan pembuatan MP-ASI pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
B. Pembahasan 1. Pengaruh Model Pendidikan Pembuatan MP-ASI terhadap Pengetahuan Ibu tentang Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu tentang gizi. Hal ini terbukti dari kelompok perlakuan terdapat peningkatan rata-rata pretest sebesar 13,00 dan setelah diberikan model pendidikan pembuatan MP-ASI meningkat menjadi 21,27. Secara statistik peningkatan ini bermakna (p = 0,000). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nikmawati, et al (2009) bahwa intervensi dapat meningkatkan pengetahuan gizi ibu. Rahmawati, et al (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa terdapat pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
dan telinga terhadap objek tertentu. Dalam penelitian ini peningkatan pengetahuan ibu adalah dengan pemberian pendidikan gizi melalui metode demonstrasi dan secara berkala dilakukan wawancara serta pemantauan yang dilakukan oleh kader posyandu. Adanya pendidikan gizi tersebut membuat peningkatan ibu yang memiliki gizi kurang menjadi lebih meningkat sehingga ibu dapat mengetahui jenis makanan dan asupan gizi yang diperlukan oleh balitanya dan akhirnya ibu dapat berperilaku untuk memberikan gizi yang seimbang bagi anak balita. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah informasi dan pengalaman, di mana ibu memperoleh informasi dari pendidikan pembuatan MP-ASI yang diberikan melalui metode demonstrasi sehingga dengan hal tersebut ibu memperoleh pengetahuan yang baru tentang gizi sedangkan dari sisi pengalaman maka setelah mengikuti pendidikan pembuatan MP-ASI, ibu dapat memperoleh pengalaman baru sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pemberian MP-ASI pada anak balita. Mubarak dan Chayatin (2009) menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan pembuatan MP-ASI adalah agar orang mampu menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar dan memutuskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan gizi keluarga adalah pintu gerbang perbaikan gizi masyarakat, dan pendidikan pembuatan MP-ASI merupakan kunci pembuka
pintu
gerbang, dalam keluarga ibu-ibu berperan mengatur
makanan, oleh karena itu ibu-ibu adalah sasaran utama pendidikan pembuatan MP-ASI. Pendidikan gizi khususnya untuk meningkatkan pengetahuan para ibu bertujuan mengubah perbuatan keliru yang mengakibatkan bahaya gizi kurang (Siregar, 2004). Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan tentang MP-ASI menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial. Pendidikan kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya. Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya (Almatsier, 2005). Anak balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa, kurang gizi pada anak balita akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati dan Siti, 2009). Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan status gizi anggota keluarga. Gangguan gizi sering terjadi karena kurang pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokal yang bergizi. Dan kemiskinan penyebab kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, 2012). Pengetahuan ibu tentang MPASI sangatlah penting, mengingat peran ibu dalam keluarga sebagai pengelola
makanan.
Ibu
yang
tidak
tahu
gizi
makanan,
akan
menghidangkan makanan yang tidak seimbang gizinya. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang akan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balitanya dan akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk anak dan keluarganya. Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi kurang pada anak balita membawa dampak pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan terganggu, hal ini disebabkan karena kurangnya produksi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan dan pengetahuan juga sikap ibu sangat penting untuk mencegah terjadinya angka gizi kurang pada anak balita (Nikmawati, et al, 2009) Peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi juga didukung oleh bahwa mayoritas merupakan ibu rumah tangga (53,3%) yang memiliki waktu luang untuk mengikuti pendidikan pembuatan MP-ASI. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil posttest pada kelompok perlakuan pada ibu yang tidak bekerja dengan ibu yang bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu rumah tangga pretest sebesar 8,75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
sedangkan setelah pemberian perlakuan maka rata-rata pengetahuan ibu meningkat menjadi sebesar 18,25 sehingga rata-rata peningkatan ibu adalah 67,6% hal ini lebih besar dibandingkan rata-rata peningkatan ibu yang bekerja pada kelompok perlakuan di mana saat pretest sebesar 12,00 dan
setelah
diberi
perlakuan
meningkat
menjadi
13,86,
berarti
peningkatannya hanya sebesar 7,2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan model pendidikan pembuatan MP-ASI maka pengetahuan ibu yang tidak bekerja rata-rata sebesar 18,25 sedangkan ibu yang bekerja sebesar 13,86. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang bekerja, hal ini karena ibu rumah tangga mempunyai waktu yang lebih luang sehingga dapat mengikuti pendidikan pembuatan MP-ASI secara kontinyu. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa misi pendidikan kesehatan antara lain adalah untuk memampuan (enable), memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka, sehingga dalam hal ini dengan adanya peningkatan pengetahuan dari pendidikan pembuatan MP-ASI yang diberikan maka dapat meningkatkan kemampuan ibu untuk memberikan konsumsi gizi yang tepat bagi anak balitanya agar status gizi anak balita mengalami peningkatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
2. Pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap status gizi anak balita dengan status gizi kurang Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Menurut UNICEF (1998) bahwa penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola pemberian makan pada anak balita, kurang memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan
serta kurangnya pelayanan kesehatan. Semua keadaan ini
berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI terhadap status gizi anak balita. Hal ini terbukti dari kelompok perlakuan yang diberikan model pendidikan pembuatan MP-ASI menunjukkan bahwa dari 15 orang kelompok perlakuan yang pada awalnya mempunyai gizi kurang setelah diberikan pendidikan pembuatan MP-ASI maka pada akhir pertemuan ke lima status gizi balita meningkat sebanyak 12 orang (80,0% ) mempunyai status gizi yang baik. Hasil ini menunjukkan bahwa status gizi anak balita pada kelompok kontrol peningkatannya lebih sedikit dibandingkan peningkatan status gizi anak balita pada kelompok yang diberikan perlakuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Amir (2008) dengan hasil bahwa terjadi peningkatan status gizi pada kelompok intervensi. Yusuf, et al (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh konseling gizi pada ibu yang mempunyai anak balita terhadap perubahan status gizi anak balita. Saidah (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita. Menurut suhardjo (2006) status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia (Soekirman, 2006). Status tubuh adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Status gizi merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih) (Irianto, 2009). Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak memegang peranan penting dalam menciptakan status gizi anak yang baik karena anak belum bisa mengurus dirinya sendiri. Perilaku ibu dalam hal gizi menentukan status gizi anaknya tersebut apakah baik atau jelek. Perilaku ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu terhadap gizi (Fisher, et al, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Peningkatan status gizi pada kelompok perlakuan ini dipengaruhi oleh adanya pendidikan pembuatan MP-ASI.
Pendidikan
tentang
pembuatan MP-ASI pada ibu dengan status gizi anak balita merupakan upaya yang diberikan untuk meningkatkan status gizi anak balita melalui peningkatan pengetahuan dari ibu. Pengetahuan akan kandungan dan manfaat zat gizi bagi kesehatan tubuh merupakan pertimbangan untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Hal ini sesuai dengan pertanyaan Bloom dalam Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku dibagi dalam 3 (tiga) domain yaitu : kognitif
(cognitive), afektif (affective),
psikomotor (psychomotor). Pengetahuan merupakan tindakan penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Suhardjo (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pengetahuan. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2010) sedangkan kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persedian pangan yang bergizi merupakan factor penting dari gangguan gizi dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang dan mengetahui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2006).
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu : 1. Pengambilan jumlah sampel tidak berdasarkan rumus perhitungan sampel, tetapi menggunakan ketentuan jumlah sampel (n) dalam variable bebas (15-30). Sehingga jumlah sampel sangat kecil dibandingkan dengan populasi yang ada (N=134). Akibatnya tidak dapat digeneralisasi. 2. Pendidikan gizi untuk ibu sebenarnya merupakan model pembuatan MPASI yeng perlu diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui daya terima MP-ASI pada anak balita. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji coba. Akibatnya status gizi anak balita tetap ada yang berstatus gizi kurang. 3. Faktor sosial ekonomi sangat subyektif sehingga mempengaruhi proses pendidikan gizi yang berupa demonstrasi pembuatan MP-ASI. Akibatnya ada beberapa ibu kurang perhatian dalam menerima yang diberikan pada saat demonstrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Ada
pengaruh
model
pendidikan
pengetahuan ibu tentang gizi 2. Ada
pengaruh
model
pembuatan
MP-ASI
terhadap
MP-ASI
terhadap
(p = 0,000).
pendidikan
pembuatan
peningkatan status gizi anak balita dengan status gizi kurang (p = 0,030).
B. Implikasi Penelitian Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh model pendidikan pembuatan MP-ASI melalui metode demonstrasi terhadap pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi anak balita, berdasarkan hal tersebut maka ibu-ibu yang telah mendapatkan pendidikan pembuatan MPASI dan anak balitanya menjadi berstatus gizi baik, dapat mengembangkan pengetahuannya ke ibu-ibu yang mempunyai anak balita dengan status gizi kurang. Sehingga ibu-ibu yang tidak mengikuti pendidikan pembuatan MPASI ini juga memperoleh pengetahuan tentang gizi untuk mengatasi anak balitanya yang berstatus gizi kurang akan menjadi berstatus gizi baik.
commit 81 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
C. Saran Saran yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Bagi Petugas Kesehatan Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan pembuatan MP-ASI kepada ibu yang mempunyai anak balita untuk menekan terjadinya gizi kurang pada anak balita. 1. Bagi Ibu Balita Ibu hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang status gizi anak balita dengan mengikuti kegiatan pendidikan pembuatan MP-ASI atau memperoleh informasi dari media cetak maupun elektronik sehingga dapat memberikan asupan gizi yang tepat bagi anak balitanya. 2. Bagi Peneliti Lain Perlunya penelitian lebih lanjut terkait tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak balita, misalnya adalah konsumsi makanan dan pekerjaan ibu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta : Jakarta Ashar, A. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Azwar S, 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depkes RI. 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Balita. Depkes RI. Jakarta. ............ 2006. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk jilid II. Jakarta : Depkes RI, Ditjenbinkesmas, Dit Bina Gizi Masyarakat. DKK. 2011. Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di Karanganyar. DKK. Karanganyar Evelin, PN dan Djamaludin. N 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi & Balita. Jakarta : PT Wahyu Media. Fisher, E, Helendra dan Amri, E. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Desa Sioban Kabupaten Kpulauan Mentawai. Padang : Program Studi pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Hendra. 2010. Konsep Penyuluhan Kesehatan. http://kesehatan.myhendra.web.id. Di akses 28 Desember 2010 Ihsan, M, Hiswani, Jemadi, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Di Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2012. Jurnal.usu.ac.id. Vol 2 No. 1 Irianto, K. 2009. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya. Istiono, W, dkk. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 25, No. 3, September 2009 hal 150 – 155
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, buku I. II.Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat Bina Gizi. Jakarta. Moehji, S. 2005. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakara: Bhratara. Murti B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Ed 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Proverawati, A., & Siti, A. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogjakarta: Muha Medika. Pudjiadi. S. 2007. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : FKUI. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif: Pengenalan, Praktik dan Kemanfaatan-Kemanfaatanya, Jogjakarta : DIVA Press. Roesli, U. 2010. Bayi Sehat Berkat ASI Eklusif, Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap. Jakarta : PT Elexmedia Komputindo Salimar, 2009. Role of Guidance in Using the tool change leaflet knowledge and attitudes about nutrition toddler mom. The Journal of food and nutrition research, 32 (2): 122-130. Bogor: Center for research and development in food and nutrition. Sediaoetama, AD. 2009. Ilmu Gizi I. Jakarta: Dian Rakyat. Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta : Primamedia Pustaka Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Suhardjo. 2006. Berbagi Cara Pendidikan Gizi. Edisi 4. Jakarta: PT Bumi Aksara. Supariasa. I., Dkk, 2010. Penelitian Status Gizi. Jakarta : EGC.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Sutomo & Anggraini. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI, Jakarta : Demedia. Tara, El. 2004. Pemberian Makanan Bayi untuk BBLR, Ladang Pustaka dan Inti Media. Jakarta. UNICEF. 1996. Pengembangan Hak Anak: Pedoman Pelatihan Tentang Konvensi Hak Anak. Jakarta: UNICEF
Pengembangan
Widodo, R. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat Pada Anak. Jakarta: EGC World Health Organization. 2005. Guilding Principles for Feeding non Breastfeed Children 6-24 Mounths of Age. Genava : 10-23
commit to user