Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE GI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD GUGUS LETKOL I GUSTI NGURAH RAI, DENPASAR UTARA Cok. Ist. Krisna Adhi Udani1,I Gst. Agung Oka Negara2, I Nengah Suadnyana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent control group design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 420 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Adapun nilai rata-rata post-test pada kelompok eksperimen sebesar 80,87, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 78,41. Berdasarkan hasil pengujian data post-test siswa diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka data dianalisis dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujian jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 dan = 5% = 0,05. Hasil analisis menunjukkan thitung = 0,22 dan ttabel = 2,00 untuk dk = 76 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung < ttabel (0,22 < 2,00) maka Ha ditolak dan Ho diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Kata kunci: Model Group Investigation, lingkungan, hasil belajar IPA. Abstract The purpose of this research is to know about significant differences about the outcomes of sains between students who taught by group investigation cooperative model based of surroundings with the students who taught by conventional learning in grade five at primary school of Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara 2013/2014 academic year. This research was a quasi-experimental study (quasi experiment) with the design of the study was Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all students in grade five at primary school of Gugus Lekol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara which consist of 420 students. The sample used a random sampling technique. Data collection method used is the method of testing. The value of the average post-test in the experimental group was 80,87, while the control group was 78,41. Based on the results of the test data obtained students' post-test data from the experimental group and the control group had a normal distribution and homogeneous variance. Based on this, the data were analyzed using t-test. Criteria
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) testing if tcount > ttable then Ho is rejected and Ha accepted with degrees of freedom df = n1 + n2 - 2 and = 5% = 0.05. The analysis showed tcount = 0,22 and ttable = 2.00 for df = 76 with a significance level of 5%. Based on testing criteria, tcount > ttable (0,22 > 2.00) then Ha is rejected and Ho accepted. Based on these results it can be concluded that there are not effect of group investigation cooperative model based of surroundings towards sains learning outcomes of V grade at Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara 2013/2014 academic year. Keywords : group investigation cooperative model, surroundings, sains outcomes
PENDAHULUAN Belajar bukanlah sesuatu yang baru bagi manusia. Menurut R. Gagne (dalam Susanto: 2013) “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motavasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan juga tingkah laku. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu. Perubahan tingkah laku ini bisa didapatkan melalui interaksi yang dilakukan individu dengan individu lainnya. Belajar juga sangat erat dengan dunia pendidikan, baik itu pendidikan yang bersifat formal maupun bersifat non formal. Dengan belajar siswa dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan seperti ilmu alam, sosial, bahasa maupun ilmu agama. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah sangat erat hubungannya dengan seorang guru. Guru sebagai seorang pendidik memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Guru selalu dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru bagi dunia pendidikan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam PPL Real yang dilaksanakan sekitar bulan Agustus sampai bulan November, meskipun dengan zaman yang telah maju, proses pembelajaran yang ada di sekolahsekolah masih banyak menggunakan metode-metode lama. Hal ini mengakibatkan siswa jenuh dalam belajar. Kejenuhan ini disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang membosankan. Kegiatan siswa lebih banyak berupa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Hanya dua kegiatan inilah yang
sering dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Selain mengakibatkan siswa jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa pun akan menjadi menurun. Di sinilah seorang guru dituntut selalu memberikan inovasi dalam pembelajaran agar proses pembelajaran akan berjalan lebih menyenangkan dan bermakna. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang bervariasi pada setiap pembelajaran. Melihat perkembangan jaman yang semakin pesat, tentu saja para peneliti banyak menemukan model-model pembelajaran yang inovatif bagi siswa. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sedang berkembang adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Menurut Sharan & Sharan (dalam Slavin: 2005) “Group Investigation merupakan perencanaan pengaturankelas yang umum di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif”. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation memberikan ruang gerak yang luas bagi siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan yang mereka inginkan. Dalam Group Investigation, siswa diberi kebebasan untuk memilih materi yang akan mereka selidiki atau investigasi. “Karena Group Investigation adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, maka penerapannya dalam proses pembelajaran adalah dengan cara membentuk siswa menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini terdiri dari dua sampai enam orang anggota
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelompok yang bersifat Heterogen” (Slavin: 2005). Pembentukan kelompok ini harus bersifat heterogen agar tidak ada tumpang tindih antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Meskipun belajar dalam satu kelompok, para siswa ini mempunyai tugas individu yang harus mereka pertanggung jawabkan pada saat tahap evaluasi. Dengan melakukan invetigasi kelompok, siswa lebih bebas memilih sumber belajar yang akan mereka gunakan untuk mengumpulkan data-data yang mereka perlukan. Sumber-sumber pembelajaran itu dapat berupa perpustakaan, para ahli, bahkan lingkungan sekitar mereka juga dapat dijadikan salah satu sumber belajar yang paling efektif, efisien dan juga murah. Menurut Suleman, dkk (dalam Uno, dkk: 2011) mendefinisikan “lingkungan merupakan suatu keadaan yang ada di sekitar manusia”. Lingkungan secara alami terbagi menjadi dua jenis yaitu lingkungan alam dan juga lingkungan buatan. Menurut Winaputra (dalam Uno, dkk: 2011) “pemanfaatan lingkungan didasari oleh pendapat pembelajaran yang bernilai, sebab para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang seharusnya”. Melalui pendapat ini tentu saja lingkungan sangat bermanfaat bagi sumber belajar siswa. Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation diawali dengan mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, dilanjutkan dengan merencanakan tugas yang akan dipelajari, lalu melaksakan investigasi, menyiapkan lapran akhir, mempresentasikan laporan akhir dan tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi. Tahap-tahap yang telah dipaparkan diatas tentu saja tidak terdapat dalam tahap pembelajaran model lama atau yang sering disebut dengan model pembelajaran konvensional. Ilmu Pengetahuan Alam yang disingkat dengan IPA merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Dan pada perguruan tinggi pun mahasiswa masih mendapatkan mata kuliah IPA. IPA juga
salah satu bidang studi yang menduduki peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat alokasi waktu jam pelajaran IPA yang cukup panjang bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Namun, pada kenyataannya cukup banyak siswa yang tidak begitu menyukai pelajaran IPA. Para siswa ini memandang IPA sebagai bidang studi yang cukup sulit dan merepotkan. Siswa juga mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan atau menerapkan IPA kedalam situasi nyata pada kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini bukanlah semata-mata terjadi karena kesalahan ataupun ketidak pedulian siswa. Hal ini dapat terjadi karena guru jarang mengkaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa melalui aktivitas sehari-hari. Siswa juga kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide dan pengetahuan yang mereka miliki tentang materi yang dipelajari dalam IPA. Mengkaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Oleh karena itu, guru perlu memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengkontruksi pengetahuan yang diperolehnya tahap demi tahap di dalam pikirannya sehingga dapat menimbulkan kebermaknaan dalam pembelajaran IPA, yang pada akhirnya siswa mampu menguasai konsep dan menerapkan IPA dalama kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Group Investigation adalah model yang menuntut siswa untuk melakukan investigasi kelompok. Dengan menerapkan model ini pada pembelajaran IPA, pembelajaran IPA akan lebih bermakna. Apalagi jika dilandasi dengan lingkungan yang sangat dekat dengan siswa. Dengan proses pembelajaran yang menyenangkan, tentu saja siswa tidak akan jenuh dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa akan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran dan tentu saja hal ini akan menjadikan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Berdasarkan pandangan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul: ” Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014”. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Penilitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan terhadap hasil belajar IPA, dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA kelas V SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penilitian eksperimen yang bersifat kuntitatif. Penelitian ini dilakukan pada kelas dengan siswa yang ada atau sebagaimana adanya adalah setara. Penelitian ini dilakukan karena terbatasnya kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku siswa sebagai objek penelitian. Namun, peneliti tidak bermaksud untuk mengubah kelas dan kondisi yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental yaitu quasi eksperimen atau eksperimen semu. Hal ini dikarenakan kemampuan penelitian sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi objek penelitian terhadap perlakuan secara pasti. Eksperimen semu yang dipergunakan dalam penilitian ini adalah
Nonequivalent Control Group Desain. Desain pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas yang sudah ada dan kedua kelompok samasama dimanipulasi dengan cara yang berbeda. Pada penelitian eksperimen ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan desain karena peniliti hanya ingin mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, bukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penetapan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak (random sampling) terhadap kelas-kelas yang ada. Pembelajaran yang digunakan sebagai treatment pada penelitian ini yaitu pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan untuk kelas eksperimen. Sedangkan, untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai. Pada gugus ini terdapat enam SD, yakni: SD Negeri 1 Ubung, SD Negeri 2 Ubung, SD Negeri 3 Ubung, SD Negeri 4 Ubung, SD Negeri 5 Ubung, dan SD Negeri 6 Ubung. Dari keenam SD tersebut, SD Negeri 1 Ubung merupakan sekolah inti dari gugus tersebut. Jumlah dari kesulurahan populasi yang ada adalah 420 orang yang pendistribusian siswanya dilakukan dengan setara. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara undian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas pada masing-masing SD populasi pada kertas, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama kelas di masing-masing SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Secara empirik, kesetaraan dapat diketahui dengan cara
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dilakukan teknik maching. Pada penelitian ini, variabel yang dilibatkan ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau yang sering disebut dengan Variabel Independen adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiono, 2008: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan. Variabel terikat atau Variabel Depenen merupakan “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiono, 2008: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V. Bentuk tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes obyektif, yaitu tes pilihan ganda biasa (Multiple Choise Item Test). “Tes pilihan ganda biasa adalah tes yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap butir-butir soal yang bersangkutan” (Sudijono, 2007: 118). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen dan instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA siswa. Tes hasil belajar IPA siswa disusun sendiri oleh peneliti. “Tes hasil belajar yang baik harus setidaknya harus memiliki empat ciri atau karakteristik yaitu valid, reliable, obyektif dan praktis” (Sudijono, 2007: 93). Sebelum tes hasil belajar dipergunakan, maka tes hasil belajar akan diuji cobakan untuk menentukan validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukaran tes. Menurut Gronlund (dalam Sukardi, 2008) “valid dapat diartikan sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrument evaluasi”. “Ada dua unsur penting dalam validitas, yaitu 1) validitas menunjukkan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan ada juga yang rendah, 2) validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik” (Arifin, 2010).
Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur tes hasil belajar IPA adalah tes obyektif yang penskorannya bersifat dikotomi. Oleh karena itu validitas butir di uji dengan Point Biseral. Dalam penelitian ini instrumen pree-test dan post-test yang diuji cobakan terdiri dari 60 butir soal. Instrumen yang sudah diujicobakan kepada 100 testee kemudian dianalisis dengan menggunakan Microsoft office excel 2010 untuk mengetahui validitas setiap butir soal. Butir soal dikatakan valid apabila rhitung> rtabel. Harga rtabeldiperoleh dari tabel nilai-nilai r product moment. Berdasarkan hasil analisis di peroleh sebanyak 46 butir soal yang memiliki rhitung> rtabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 46 butir soal yang valid. Berdasarkan hasil analisis validasi instrumen pree-test dan post-test diperoleh sebanyak 46 butir soal yang memenuhi syarat validasi. Karena terdapat soal yang memiliki uji daya beda jelek, maka soal yang akan dipergunakan hanya berjumlah 43 soal. Soal ini dipergunakan dalam uji pree-test dan juga post-test. Soal yang dipergunakan terdiri dari 25% butir soal sulit, 50% butir soal sedang, dan 25% butir soal mudah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa indeks kesukaran perangkat tes sebesar 0,51. Ini berarti indeks kesukaran perangkat tes termasuk ke dalam kategori sedang. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji normalitas dilakukan untuk mengatahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah sebaran data sudah bisa didistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik bisa dilanjutkan. Dan sebaliknya, jika data tidak berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik non parametrik. Untuk mengetahui apabila sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisi Chi-Square. Kriteria pengujian normalitas adalah jika X 2 hit < X 2 (1-α) (k-3), maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) signifikansinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k - 1). Uji homogenitas bertujuan untuk menunjukkan bahwa perbedan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat dari perbedaan dalam kelompok. Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan Anava Havley. Kriteria pengujian homogenitas varian adalah data mempunyai varian yang homogen jika Fhit < Ftabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t) kelompok tidak berkorelasi. Dengan persyaratan hasil uji normalitas dan homogenitas varians diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen. Uji signifikasinya adalah jika < ttabel , maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = n1 + n2 – 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design. Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu: data hasil belajar IPA siswa di kelompok eksperimen dan data hasil belajar IPA siswa di kelompok kontrol. Setelah penelitian, siswa diberikan post-test untuk memperoleh data hasil belajar IPA siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui ukuran tendensi sentral (rata-rata), ukuran penyebaran data (standar deviasi dan
varians), median, modus, skor maksimum, dan skor minimum. Dari perhitungan data Post-test kelompok eksperimen didapatkan Mean sebesar 80,87, Standar Deviasi sebesar 11,04, Varians sebesar 121,95, Median sebesar 82, Modus sebesar 86, Skor Maksimum sebesar 96 dan Skor Minimum sebesar 48. Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen kemudian dikategorikan sesuai dengan norma kerangka teoritik kurva normal ideal. Dari perolehan perhitungan tersebut diperoleh 25 anak dengan kategori hasil belajar sangat baik, 13 anak dengan kategori baik dan 1 orang anak dengan kategori cukup. Setelah penelitian siswa diberikan post-test untuk memperoleh data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui ukuran tendensi sentral (ratarata), ukuran penyebaran data (standar deviasi dan varians), median, modus, skor maksimum dan skor minimum. Perhitungan tersebut memperoleh hasil yaitu mean sebesar 78,41, Standar Deviasi sebesar 10,33, Varians sebesar 106,87, Median sebesar 82, Modus sebesar 78, Skor Maksimum sebesar 91 dan Skor minimum sebesar 47. Hasil belajar siswa pada kelompok kontrol kemudian dikategorikan sesuai dengan norma kerangka teoritik kurva normal ideal. Dari perolehan perhitungan diperoleh 29 anak dalam kategori sangat baik, 8 anak dalam kategori baik dan 2 orang dikategorikan dalam kategori cukup. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus memenuhi uji prasyarat. Uji prasyarat tersebut berupa uji normalitas dan uji homogenitas varians. Dari perhitungan uji homogenitas dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh X2 hitung pada kelompok ekperimen sebesar 8,26 dan X2 hitung pada kelompok kontrol sebesar 6,01. Sedangkan untuk X2 tabel dengan derajat kebebasan (dk) = (k – 1) = (6 – 1)=5 adalah sebesar 11,07. Karena kedua X2hitung kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lebih kecil dari X2 tabel maka dapat disimpulkan sebaran data
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan individu dalam kelompok. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F. Berdasarkan hasil pengujian homogenitas varians data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh hasil yaitu kelompok eksperimen memiliki Standar Deviasi (SD) sebesar 11,04 dan Varians sebesar 121,95. Sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki Standar Deviasi (SD) sebesar 10,33 dan Varians sebesar 106,87. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung= 1,14, Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel yang diperoleh dari tabel nilai-nilai distribusi F dengan derajat kebebasan pembilang = 39 – 1 = 38 dan derajat kebebasan penyebut = 39 – 1 = 38 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel nilainilai distribusi F diperoleh Ftabel sebesar 1,76. Adapun ketentuan yang berlaku adalah apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan sebaliknya apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasakan hasil perhitungan diperoleh harga Fhitung < Ftabel (1,14 < 1,76) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti varians data hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen. Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Adapun hipotesis penelitian yang diuji adalah: Ha : terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gusus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gusus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi semua prasyarat, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t. Adapun kriteria pengujiannya adalah jika < ttabel , maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 0,22. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel . Harga ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi t dengan dk = 39 + 39 – 2 = 76 dan taraf signifikansi 5% . Bersadarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi t diperoleh harga ttabel sebesar 2,00, karena thitung < ttabel (0,22 < 2,00) maka Ha ditolak atau Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gusus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Perhitungan hasil uji-t akan dijabarkan secara lebih rinci pada tabel 1 dibawah ini.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Hasil Uji-t No 1
Sampel Kelompok eksperimen
N 39
2
Kelompok kontrol
39
Dk 76
Berdasarkan uji-t diperoleh thitung sebesar 0,22, karena thitung < ttabel (0,22< 2,00) maka hipotesis yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gusus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 pada taraf signifikansi 0,05 diterima. Rata-rata nilai akhir hasil belajar dalam pembelajaran IPA, untuk kelompok eksperimen melalui model pembeljaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan adalah 80,87. Sedangkan rata-rata nilai akhir hasil belajar dalam pembelajaran IPA untuk kelompok kontrol melalui pembelajaran konvensional adalah 78,41. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan memiliki rata-rata akhir hasil belajar dalam pembelajaran IPA yang lebih dari kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah dijabarkan diatas, terlihat kelompok eksperimen memiliki rata-rata yang lebih dibandingkan rata-rata kelompok kontrol. Namun, perbedaan rata-rata yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terlalu jauh yaitu hanya 2,46 saja. Hal inilah yang menyebabkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
thitung
ttabel
0,22
2,00
80,87 121,95 78,41 106,87 Banyak faktor yang menyebabkan rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terlampau jauh. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah langkah-langkah pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelompok kontrol hampir sama dengan langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan yang diterapkan pada kelompok eksperimen. Dalam kedua kelompok ini, siswa diajak untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Mereka diajak berdiskusi mengenai materi yang dibelajarkan pada saat itu. Namun, terdapat pula perbedaan langkah-langkah pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, salah satu perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan, pada kelompok kontrol, siswa hanya diminta mengumpulkan hasil kerja kelompoknya tanpa ada presentasi setiap kelompok. Pada kelompok kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menerapkan EEK (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) pada setiap proses pembelajaran. EEK diterapakan pada saat kegiatan inti pembelajaran. Setiap kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok kontrol, hampir sama dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen. Hal inilah yang menyebabkan nilai post-test pada kedua kelompok tidak terlampau jauh, meskipun hasil post-test kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, faktor yang menyebabkan rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terlampau jauh adalah model
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang tidak terlalu cocok diterapkan pada siswa gugus tersebut. “Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran spesialisasi tugas yang menekankan pada investigasi yang dilakukan setiap kelompok” (Slavin, 2005). Setiap kelompok diberikan kebebasan untuk mencari informasi tentang topik yang dibahas oleh siswa. Faktor inilah yang menjadi salah satu penyebab perbedaan nilai post-test siswa pada kedua kelompok tidak terlalu jauh. Pada kelas eksperimen, siswa bebas mencari informasi dari berbagai sumber dan peran guru membantu dalam setiap masalah yang dihadapi kelompok. Sedangkan, pada kelas kontrol pencarian informasi dibimbing oleh guru dan guru juga membantu dalam setiap masalah yang dihadapi kelompok. Anak pada masa sekolah dasar masih menjalani tahap berfikir operasional konkret. Menurut Djaali (2008: 71) “tahap operasional konkret ini merupakan tahap transisi antara tahap praoperasional dengan tahap berfkir formal (logika)”. Pada tahap ini, siswa masih memerlukan bimbingan yang intens dari guru. Faktor inilah juga yang menjadi salah satu penyebab perbedaan hasil post-test siswa kedua kelompok tidak terlalu jauh. Selain dua faktor yang telah disebutkan di atas, faktor lain yang menyebabkan perbedaan hasil post-test kedua kelompok tidak terlalu jauh adalah karena faktor kondisi kelas. Pada kelompok eksperimen, letak kelas bedekatan dengan kantin, WC dan juga ruang guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak fokus dengan pembelajaran terutama pada saat menjelang istirahat. Hal inilah yang menyebabkan konsentrasi siswa terhadap pembelajaran berkurang. Menurut Saradayria (2004)“ Konsentrasi adalah atensi atau perhatian, konsentrasi adalah suatu proses keterjagaan mental dan proses pengendalian substansi mind (alam pikiran).” Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, “konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal”. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah
pemusatan pikiran pada suatu hal dan proses keterjagaan mental. Karena kondisi yang kurang kondusif pada saat jam-jam menjelang istirahat berlangsung, konsentrasi siswa terpecah antara proses pembelajaran dan suasana yang ada di luar kelas. Sedangkan, pada kelompok kontrol ruang kelas berada pada kondisi yang cukup kondusif. Tidak dekat dengan ruang guru, kantin, ataupun WC. Selain itu, faktor lainnya adalah pada saat penelitian, para siswa sedang mengikuti kegiatan PORSENIJAR yang diadakan oleh pemerintah. Banyak siswa, terutama pada kelas eksperimen yang mengikuti baik itu pelatihan maupun perlobaan yang diadakan pada saat PORSENIJAR tersebut. Selain faktor yang telah disebutkan di atas, faktor lain yang menyebabkan perbedaan rata-rata pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terlampau jauh adalah faktor guru. Pada kelompok kontrol, guru memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada guru yang ada pada kelompok eksperimen. Hal ini, dapat dilihat dari masa kerja guru pada kelompok kontrol yang lebih lama dibandingkan masa kerja guru pada kelompok eksperimen. Guru pada kelompok kontrol lebih memimiliki pengalaman untuk menghadapi siswanya dibandingkan guru pada kelompok ekperimen. Hal inilah juga yang menjadi salah satu faktor penyebab rata-rata nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terlampau jauh, meskipun kelompok ekperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis lingkungan yaitu 80,87 dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional yaitu 78,41. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih kecil dari pada ttabel (0,22 < 2,00), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis lingkungan terhadap hasil Belajar IPA siswa Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: Bagi siswa: Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan ini siswa mengetahui salah satu proses pembelajaran yang lebih menyenangkan terutama untuk proses pembelajaran IPA. Bagi guru: Dengan diadakan penelitian ini, guru diharapkan untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis Lingkungan dan model-model lainnya untuk mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa. Bagi Sekolah: Diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan strategi, metode dan media pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah, Bagi Peneliti: Penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam pada pelajaran IPA. Model pembelajaran yang diterapakan hanya terbatas pada Group Investigation. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan mata pelajaran, pokok bahasan dan model pembelajaran yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
BSNP. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik dan Prosedur. Bandung: Rosda.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Saradayrian, T. 2004. The Power Of Mind Menguak Rahasia Kekuatan Pikiran Anda. Jakarta: Delphi Publiser. Tersedia pada: http://www.referensimakalah.com/20 13/06/pengertian-jenis-dan-tahapankonsentrasi.html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014. Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. --------, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. -------, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukardi, 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.