Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HUBUNGAN ANTARA INTERPERSONAL INTELLIGENCE DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN GUGUS LETKOL I GUSTI NGURAH RAI DENPASAR I Dw. Ag. Gde Suardana P.1, I Wyn. Wiarta2, I Wyn. Sujana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interpersonal intelligence dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V pada SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara yang berjumlah 401 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara yang didapatkan dengan tabel Isaac dan Michael yang kemudian dilanjutkan dengan metode proporsional random sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner dan pencatatan dokumen. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan metode analisis statistik korelasi product moment dan korelasi ganda yang kemudian dilakukan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai R = 0,946, dan Fhit = 786,73 lebih dari Ftab = 3,05 ini berarti terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara interpersonal intelligence dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci : Hubungan, interpersonal intelligence, motivasi belajar, dan hasil belajar IPS. Abstract This study is aimed to determined the correlation between interpersonal intelligence and student’s motivation with the student’s learning of social science outcomes in the fifth grade students of SDN Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai North Denpasar in 2013/2014. This study was designed by using corrrelational research method. The population of this research were all the students of fifth grade at SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai North Denpasar that amounted to 401 persons. The sampel of this study was the fifth grade students of SDN Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai North Denpasar which was obtained by Isaac and Michael tabel and then continued by proportional random sampling. The data acquired for this study were in the form of questionnaire and inspection of documents. After the data have been collected then analyze with the correlation statistic analysis method of product moment and multiple correlation and it were conducted with t-test. From the result of data obtained R was 0,946, Fhit = 786,73 more than Ftab = 3,05 that mean there were a significant correlation between interpersonal intelligence an student’s motivation with the learning of social science outcomesin the fifth grade grade students of SDN Gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai North Denpasar in 2013/2014.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Keywords : Corellations, Interpersonal Intelligence, Stuent’s Motivation, and Learning Of Social Science Outcomes.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia, terlebih dengan kaitannya terhadap pembelajaran IPS di SD. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) disaat sekarang ini telah sedemikian pesat sehingga membuat perubahan yang begitu besar pada kehidupan manusia saat ini. Pada masa ini pendidikan menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan oleh manusia, karena tanpa pendidikan manusia tidak akan mampu bersaing pada era kompetisi sekarang ini. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting serta dapat mempengaruhi perkembangan di segala bidang, dan bahkan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengembangkan sumber daya manusia yang lebih baik. Cara yang dapat ditempuh untuk pengembangan sumber daya manusia adalah dengan pendidikan. Pendidikan menurut Poerwadarminta (2003) merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2007) berpendapat bahwa “pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa dan disengaja serta bertanggung jawab untuk mendewasakan anak yang belum dewasa dan berlangsung terus menerus”. Pendidikan menjadi sangat penting karena sejak lahir manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia perlu dibimbing oleh orang lain. Saat kecil manusia sangat bergantung pada orang di sekitarnya, dalam hal ini yaitu orang tua. Selain itu orang tua sendiri memang memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat anak mereka. Dalam suatu proses pendidikan akan terjadi suatu proses belajar dari seorang manusia. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental atau mendasar dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Jihad dan Abdulah Haris, 2012). Dalam belajar diharapkan dapat menghasilkan suatu pengetahuan baru, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada secara positif pada individu yang belajar. Segala perubahan yang terjadi pada seorang manusia atau individu yang belajar bisa disebut dengan hasil belajar. Abdurahman (1999) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku secara nyata setelah dilakukan proses belajar yang sesuai dengan suatu tujuan pembelajaran. Dalam suatu pendidikan formal hasil belajar digunakan sebagai suatu parameter atau suatu acuan untuk menilai keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui sejauh mana tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dalam usahanya pada suatu proses pembelajaran dapat dilihat dalam bukti fisik yang berbentuk raport atau laporan hasil belajar siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi suatu hasil belajar dari seseorang, Sugihartono, dkk. (2007). Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri dan faktor eksternal, faktor eksternal ini merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor- faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu jasmani siswa dan faktor psikologis, yaitu kecerdasan atau intelegensi siswa, motivasi, minat, sikap, bakat. Faktor- faktor eksternal meliputi lingkungan alamiah dan lingkungan sosial budaya, sedangkan lingkungan nonsosial atau instrumental, yaitu kurikulum, program, fasilitas belajar, guru. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: pertama mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, kedua memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, ketiga memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan, keempat memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan tujuan-tujuan yang diharapkan dari mata pelajaran IPS tersebut, maka mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang seharusnya disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (BNSP, 2006). Gardner (2013) mengungkapkan ada tujuh kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematika logis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Selama ini pembelajaran IPS pada umumnya hanya berbasis pada kecerdasan matematika logis dan kecerdasan linguistik, dan mengesampingkan bakat dan kemampuan lain yang dimiliki oleh siswa. Kecerdasan linguistik atau kecerdasan verbal merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Sedangkan kecerdasan matematika logis merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir logis, serta menganalisi pola-pola angka. Gardner (2013) menegaskan bahwa kecerdasan yang selama ini dipakai ternyata memiliki keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja sukses untuk masa depan seseorang. Dari uraian di atas, selain kecerdasan matematika logis dan kecerdasan linguistik ada faktor kecerdasan lain yang menunjang hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS. Salah satu dari kecerdasan
tersebut adalah kecerdasan interpersonal atau interpersonal intelligence yang merupakan suatu kecerdasan sosial. Melalui kecerdasan interpersonal ini memungkinkan siswa untuk bersosialisasi dan berkomunikasi secara baik dan efektif dengan teman-teman mereka sehingga akan memudahkan mereka dalam belajar dan berdiskusi. Terlebih lagi pada masa perkembangan dunia pendidikan masa sekarang ini siswa diminta untuk mampu mengkonstruk ilmu mereka melalu berbagai kegiatan-kegiatan pembelajaran yang bersifak kolompok atau koperatif untuk mengoptimalkan hasil belajarnya. Kecerdasan interpersonal mencakup beberapa dimensi yang saling berkaitan. Menurut Safari kecerdasan interpersonal ini mempunyai tiga dimensi utama, yaitu social sensitivity, social insight, dan social communication. Ketiga dimensi dari kecerdasan interpersonal tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh serta saling mengisi satu dan lainnya. Dari beberapa faktor yang telah disampaikan sebelumnya, motivasi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat diartikan sebagai suatu daya penggerak yang telah menjadi aktif, terutama aktif pada saatsaat tertentu ketika kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan dirasakan sangat mendesak. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam belajar motivasi juga sangat diperlukan seseorang. Sardiman (2012) mengatakan motivation is an essential condition of learning. Lebih lanjut Sardiman mengungkapkan bahwa hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan maka makin berhasil pula suatu pembelajaran itu. Motivasi biasanya bersumber dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri manusia (motivasi ekstrinsik).
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik. Karena motivasi itu timbul karena adanya kebutuhan yang dimiliki seseorang akan sesuatu. Sejalan dengan hal tersebut Hamzah (2011) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Pada masa sekarang ini pendidikan menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting dan belajar merupakan salah satu bagian dalam pendidikan tersebut, dengan adanya kebutuhan belajar ini maka timbulah motivasi baik motivasi itu timbul dari dalam diri sendiri atau karena adanya rangsangan dari luar diri itu sendiri sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan akan pendidikan. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat kekurangan dalam pembelajaran IPS di SD, karena yang diperhatikan hanya sebatas pada aspek kecerdasan matematika logis dan linguistik siswa, tanpa memperhatikan aspek-aspek perkembangan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu interpersonal intelligence dan motivasi belajar. METODE
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami untuk mengidendifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih (Emzir, 2012). Pada dasarnya tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antar variabel, dan menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor seperti hasil belajar. Darmadi (2011) juga mengungkapkan
penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya. Peneliti hanya mencari data berdasarkann hasil pengukuran yang telah ada pada para koresponden. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 401 orang yang tersebar di 6 Sekolah Dasar Negeri yaitu SDN 1 Ubung, SDN2 Ubung, SDN 3 Ubung, SDN 4 Ubung, SDN 5 Ubung dan SDN 6 Ubung. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael dan berdasarkan tabel tersebut didapatkan jumlah sampel = 186 orang yang kemudian untuk menentukan sebaran jumlah sampel di masing-masing sekolah dengan menggunakan metode proporsional random sampling. Menurut Siregar (2013) proposional sampel merupakan jumlah sampel yang diambil dari tingkat yang sebanding, sesuai dengan proposional ukurannya. Sedangkan menurut Winarsunu (2009) teknik sampling proposional digunakan apabila karakteristik populasi terdiri dari kategori, kelompok, atau golongan yang setara atau sejajar yang diduga kuat memiliki pengaruh pada hasil penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap proporsi sampel di tiap sekolah didapatkan hasil sebagai berikut : SDN 1 Ubung 35 orang, SDN 2 Ubung 41 orang, SDN 3 Ubung 18 orang, SDN 4 Ubung 40 orang, SDN 5 Ubung 32 orang, dan SDN 6 Ubung 20 orang. Kemudia setelah didapatkan proporsi sebaran sampel tiap sekolah dilakukan random terhadap anggota populasi yang akan menjad sampel penelitian pada tiap-tiap sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent). Sebagai variable bebasnya adalah Interpersonal Intelligence (X1) dan motivasi belajar (X2), sedangkan variable terikatnya adalah hasil belajar IPS (Y). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang tingkat Interpersonal Intelligence, motivasi belajar, dan hasil belajar IPS siswa. Untuk
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data dengan teknik non-tes. Menurut Sudijono (2011) teknik nontes ini dapat berupa observasi, wawancara, angket, dan meneliti dokumen-dokumen. Dalam penelitian digunakan teknik angket/kuisioner dan memeriksa dokumen untuk mengumpulkan data. Untuk mengetahui tentang tingkat Interpersonal Intelligence dan motivasi belajar, maka dalam penelitian ini digunakan teknik angket atau kuisioner. Cara pemberian skor dalam skala Linkert adalah untuk statemen yang positif pilihan sangat setuju skornya 5, setuju skornya 4, ragu-ragu skornya 3, tidak setuju skornya 2, dan sangat tidak setuju skornya 1. Sedangkan, untuk statemen yang negatif pilihan sangat setuju skornya 1, setuju skornya 2, raguragu skornya 3, tidak setuju skornya 4, dan sangat tidak setuju skornya 5. Teknik pemeriksaan dokumen digunakan untuk mencari hasil belajar IPS siswa melalui permriksaan terhadap daftar nilai siswa. Data yang terkumpul selanjutnya dideskripsikan yang berguna untuk memberikan gambaran mengenai sebaran data menurut frekuensinya, menjelaskan kecenderungan tertinggi, menengah dan rendah, serta untuk menjelaskan pola sebaran data penelitian. Adapun langkahlangkah yang ditempuh untuk mendeskripsikan data adalah (1) menghitung rata-rata (mean), (2) menghitung standar deviasi, (3) menghitung modus, (4) menghitung median. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis korelasi berganda yang sebelumnya telah di uji dengan uji normalitas data chi-square, uji linearitas, uji multikorelasi dan uji autokorelasi durbin-watson (Koyan, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari analisis yang didapatkan hasilnya menunjukkan bahwa 15.59% siswa mendapatkan skor kurang baik, 66.13% siswa mendapatkan skor baik dan 18.28% mendapatkan skor sangat baik dalam interpersonal intelligence. Sedangkan dari hasil analisis yang dilakukan pada motivasi belajar menunjukkan bahwa 19,35% siswa
mendapatkan skor kurang baik, 68,82% siswa mendapatkan skor baik dan 11,83% mendapatkan skor sangat baik dalam motivasi belajar. Sedangkan dari analisis hasil belajar hasil yang didapat menunjukkan bahwa 1,61% siswa mendapatkan skor kurang baik, 74,18% siswa mendapatkan skor baik dan 24.2% mendapatkan skor sangat baik dalam hasil belajar IPS. Setelah analisis deskripsi data dilakukan, selanjutnya dilakukan pengujian prasyarat penelitian sebagai syarat uji hipotesis dapat dilanjutkan. Uji prasayarat yang pertama adalah uji normalitas data, Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah penyimpangan yang terjadi di dalam pengukuran terhadap sampel masih dalam batas-batas kewajaran. Teknik yang digunakan dalam analisis statistik parametrik adalah formula Chi-Kuadrat dengan bantuan komputer melalui program Microsoft excel 2007, dengan ketentuan jika X2hit< X2tabel (0,05), maka data berdistribusi normal dan jika X2hit> X2tabel (0,05) maka data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan didapatkan hasil yaitu : untuk variabel interpersonal intelligence X2hit = 2,87, dan untuk variabel motivasi belajar X2hit = 4,56 sedangkan pada variabel hasil belajar IPS X2hit = 1,91. Untuk X2tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk 5 didapatkan X2tabel = 11,07, maka dengan demikian variabel interpersonal intelligence, motivasi belajar, dan hasil belajar IPS dapat dikatakan berdistribusi normal, karena X2hit < X2tabel. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengujian terhadap linearitas antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linearitas regresi ini digunakan untuk model regresi linear sehingga linearitas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan regresi linear dengan regresi kuadratik. Perbedaan antara regresi linear dengan regresi kuadratik akan ditunjukan dengan Fhitung yang diperoleh dari hasil pengujian. Dalam hal ini jika Fhit (regresi) lebih dari harga Ftabel pada taraf signifikansi 5%
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) (α 0,05), maka harga Fhitung (regresi) signifikan, yang berarti bahwa koefisien regresi adalah berarti (bermakna). Sedangkan jika harga Fhit (regresi) kurang dari Ftabel pada tarat signifikansi 5% (α 0,05), maka harga Fhitung tidak signifikan, yang berarti bahwa koefisien regresi tidak berarti (tidak bermakna). Jika harga Fhitung (tuna cocok) kurang dari harga Ftabel, maka Fhitung (tuna cocok) non signifikan, yang berarti bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis alternative ditolak, sehingga regresi variabel bebas dan variabel terikat adalah linear. Dan bila harga Fhitung (tuna cocok) lebih dari harga Ftabel maka Fhitung (tuna cocok) signifikan, berarti hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative diterima, sehingga regresi variabel bebas dan terikat adalah tidak linear. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi garis regresi antara variabel bebas (interpersonal intelligence) dengan variabel terikat hasil belajar IPS siswa menunjukan Freg = 872,49, sedangkan Ftabel untuk dk 1,184 (pembilang = 1; dan penyebut = 184) untuk taraf signifikansi 5% = 3,89. Ini berarti, harga Freg > Ftabel, sehingga hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan anatara variabel interpersonal intelligence dengan hasi belajar IPS siswa ditolak, sehingga harga Freg adalah signifikan. Ini berarti terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel interpersonal intelligence dan hasil belajar IPS. Dari pengujian yang dilakukan antara interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS didapatkan Fhit = 1,46, sedangkan harga Ftabel untuk taraf signifikansi 5% (1-α, dbTC, dbE = 0.05,36,148) = 1.50, dengan demikian harga Fhit < Ftabel. Ini berarti, Ho yang menyatakan arah regresi adalah linear diterima sehingga harga Fhit adalah non signifikan. Dengan demikian, hubungan antara variabel interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS adalah linear. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi garis regresi antara variabel bebas motivasi belajar dengan variabel terikat hasil belajar IPS siswa menunjukan Freg = 520,9, sedangkan Ftabel untuk dk 1,184 (pembilang = 1; dan penyebut =
184) untuk taraf signifikansi 5% = 3,89. Ini berarti, harga Freg > Ftabel, sehingga hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi belajar dan hasil belajar IPS ditolak, sehingga harga Freg adalah signifikan. Ini berarti, terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel motivasi belajar dan hasil belajar IPS. Dari pengujian yang dilakukan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS didapatkan Fhit = 1.25, sedangkan harga Ftabel untuk taraf signifikansi 5% (1- α, dbTC, dbE = 0.05,30,154) = 1.53, dengan demikian harga Fhit < Ftabel. Ini berarti, Ho yang menyatakan arah regresi adalah linear diterima sehingga harga Fhit adalah non signifikan. Dengan demikian, hubungan antara variabel motivasi belajar dengan hasil belajar IPS adalah linear. Setelah kedua variabel bebas dan terikat dinyatakan linear maka pengujian dilanjutkan dengan uji multikorelasi, Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah hubungan yang cukup tinggi atau tidak di antara variabel bebas (independent) dan variabel bebas yang lainnya. Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi, berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk mengukur atau menentukan kontribusi secara bersamasama variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk melakukan uji multikolinearitas digunakan teknik analisis korelasi product moment Karl Pearson. Berdasarkan pengujian multikolinearitas yang dilakukan didapatkan hasil RX1X2 = 0,78; ini berarti koefisien korelasi lebih kecil dari 0,800 dengan demikian dinyatakan bahwa tidak terjadi korelasi antara sesama variabel bebas, yaitu antara interpersonal intelligence dengan motivasi belajar siswa. Uji prasayarat yang terakhir adalah uji autokorelasi, Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penafsiran mempunyai variasi tidak minimum dan uji t tidak dapat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson, yaitu apabila nilai statistik Durbin-Watson mendekati 2 (1,65 < DW < 2,35), maka dapat dinyatakan tidak terjadi autokorelasi. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai statistic Durbin-Watson = 1,96, yaitu berada di sekitar 2. Berarti tidak terjadi autokorelasi antara data pengamatan yaitu interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS. Kemudian dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai statistic DurbinWatson = 1,85, yaitu berada di sekitar 2. Berarti tidak terjadi autokorelasi antara data pengamatan yaitu motivasi belajar dengan hasil belajar IPS. Setelah dilakukan uji prasyarat ternyata semua syarat untuk melakukan uji hipotesis menggunakan analisis regresi terpenuhi, sehingga analisis bisa dilakukan. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dibuat hipotesis statistik dan hipotesis penelitiannya. Adapun hipotesis statistiknya adalah: Ho : ρ = 0, (hipotesis nol menunjukan tidak adanya hubungan), Oleh karena hipotesis yang diajukan di atas adalah hipotesis alternatif, maka dalam hal ini akan dirumuskan Hipotesis nol penelitian untuk menyangkal hipotesis alternatif (Ha) yaitu: (1) Tidak ada hubungan yang signifikan antara interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. (2) Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. (3) Tidak ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara interpersonal intelligence dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Pengujian hipotesis pertama dan kedua, yaitu hubungan antara variabel X1, X2 dengan variabel Y dilakukan analisis sederhana, yaitu korelasi product moment Karl Pearson kemudian dianalisis dengan
bantuan Microsoft excel 2007. Sementara itu untuk menguji hipotesis ketiga digunakan regresi dan korelasi ganda. 1. Hipotesis Pertama Analisis data statistik di atas diketahui koefisien korelasi (rx1y), antara interpersonal intelligence dan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,916, dan Thit = 31,036 sedangkan T tabel = 1,973 (n=186) pada taraf signifikansi 5% ( 0,05) . Dengan demikian, Ho yang berbunyi bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara, ditolak. Ini berarti, terdapat hubungan yang signifikan antara interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai. Sementara itu koefisien determinasi dapat diperoleh dari Adjusted R Square dengan mengalikan 100%. Dengan demikian koefisien determinasi antara interpersonal intelligence terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara, = 0,839 x 100% = 83,9%. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interpersonal intelligence (X1) dengan hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Sementara itu, persamaan garis regresinya adalah Y = 7,10 + 0,89X1, yang berarti konstanta = 7,10 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel interpersonal intelligence, maka hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 7,10. Koefisien regresi X1 = 0,89 menyatakan bahwa bila terjadi penambahan satu satuan skor variabel interpersonal intelligence dari sebelumnya, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,89. Dengan kata lain, nilai interpersonal intelligence siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara akan berubah = 0,89
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) untuk setiap unit perubahan yang terjadi pada hasil belajar IPS siswa. 2. Hipotesis Kedua Analisis data statistik di atas diketahui koefisien korelasi (rx2y), antara motivasi belajar dan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,860, dan Thit = 22,868 sedangkan T tabel = 1,973 (n = 186) pada taraf signifikansi 5% ( 0,05) . Dengan demikian, Ho yang berbunyi bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara, ditolak. Ini berarti, terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Sementara itu koefisien determinasi dapat diperoleh dari Adjusted R Square dengan mengalikan 100%. Dengan demikian koefisien determinasi antara motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara, = 0,8602 x 100% = 74%. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar (X2) dengan hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Sementara itu, persamaan garis regresinya adalah Y = 9,73 + 0,87X2, yang berarti konstanta = 9,73 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel motivasi, maka hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 9,73. Koefisien regresi X1 = 0,87 menyatakan bahwa bila terjadi penambahan satu satuan skor variabel motivasi belajar dari sebelumnya, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,87. Dengan kata lain, nilai motivasi belajar siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara akan berubah = 0,87 untuk setiap unit perubahan yang terjadi pada hasil belajar IPS siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Pada analsis regresi ganda diperoleh Fhitung = 786,73 yang lebih besar dari Ftabel (2,183) yaitu = 3,05 pada taraf signifikansi 5% ( 0,05) . Ini berarti Fhitung > Ftabel, maka Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama ditolak, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara interpersonal intelligence (X1) dan motivasi belajar siswa (X2) dengan hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Sementara itu koefisien determinasi secara bersamasama variabel interpersonal intelligence (X1) dan motivasi belajar siswa (X2) dapat diperoleh dari Adjusted R Square dengan mengalikan 100%. Dengan demikian koefisien determinasi secara bersamasama antara interpersonal intelligence (X1) dan motivasi belajar siswa (X2) dengan hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,8958 x 100% = 89,58%. Persamaan garis regresi Y = 0,24 + 0,61X1 + 0,39X2 pada korelasi ganda dapat dijelaskan sebagai berikut. Konstanta = 0,24 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel interpersonal intelligence (X1) dan motvasi belajar (X2), maka hasil belajar IPS (Y) pada siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,24. Koefisien regresi X1 = 0,61 menyatakan bahwa bila terjadi penambahan satu satuan skor variabel interpersonal intelligence dari sebelumnya, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,61. Koefisien regresi X2 = 0,39 menyatakan bahwa jika terjadi penambahan satu satuan skor variabel motivasi belajar siswa dari sebelumnya, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara = 0,39.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Tabel 1. Tabel rekapitulasi analisis regresi ganda Sumber Variasi Regresi (reg)
Dk 2
JK 9248,59
RJK 4624,29
Residual (res) Total
183 186
1075,65 10324,237
5,88
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan, maka dapat disimpulkan bahwa; (1) Ada hubungan dan signifikan antara interpersonal intelligence dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian dengan thit > ttabel = 31,036 > 1,973. (2) Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian dengan thit > ttabel = 22,868 > 1,973. (3) Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara interpersonal intelligence dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN gugus Letkol I Gusti Ngurah Rai Denpasar Utara. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian dengan Fhit > Ftabel = 786,73 > 3,05. Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi guru IPS, terkait dengan pengembangan karakteristik siswa maka dapat disarankan agar guru memperhatikan karakteristik masingmasing siswa seperti interpersonal intelligence dan motivasi belajar, serta sebaiknya sesering mungkin diberi latihanlatihan serta pembelajaran yang inovatif yang meningkatkan dan membangkitkan kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar mereka. (2) Bagi siswa agar lebih memotivasi dirinya sendiri untuk belajar dan berinteraksi dengan lebih baik lagi dengan lingkungannya karena akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.(3) Kepada rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca yang tertarik pada permasalahan ini, agar melakukan penelitian dengan sampel sekolah-sekolah yang lebih luas. Semoga hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam
Fhitung
Ftabel
786,73
3,05
penyempurnaan hasil yang dalam penelitian selanjutnya.
diperoleh
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. BNSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta: BNSP B. Uno, Hamzah dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajara. Jakarta: PT Bumi Aksara. B. Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. 2011. Jakarta: PT Bumi Aksara. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Emzir.
2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Gardner, Howard. 2013. Multiple Intelligence. Jakarta: Daras Books Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jasmine, Julia. 2012. Metode Mengajar Multiple Intelligence. Bandung: Nuansa Cendikia. Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Koyan, I Wayan. 2007. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Nu'man, Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurwati. 2009. Hubungan Anatara Interaksi Sosial Siswa dengan Prestasi Belajar bahas Indonesia Siswa Madrasah Ibtidaiyah SeKabupaten Gorontalo. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No 2. Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Safari,
Triantoro. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books
Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Depok: Rajagrafindo Persada. Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kantitatif. Jakarta: Kencana. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Afabeta.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). 2005. Surabaya: Media Center.