HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN GUGUS I KECAMATAN LINGSAR TAHUN 2016
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Studi Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh : Ni Luh Putu Gopi Janawati NIM. E1E012057
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN GUGUS I KECAMATAN LINGSAR TAHUN 2016 Oleh: Ni Luh Putu Gopi Janawati, L. M. Tauhid, Lalu Hamdian Affandi Program Studi Pendidikan Guru sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Konsep Diri Siswa, Gambaran Motivasi Belajar Siswa, dan Korelasi antara Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus 1 Kecamatan Lingsar Tahun 2016. Penelitian ini didasari dari permasalahan bahwa diduga konsep diri berkaitan dengan motivasi belajar siswa. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang diambil secara random sampling pada siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata konsep diri siswa adalah 92,94 (sangat tinggi), diantaranya 74,28% memiliki konsep diri positif dan 25,72% memiliki konsep diri negatif. Sedangkan nilai rata-rata motivasi belajar siswa adalah 58,88 (tinggi), diantaranya 85,71 % memiliki motivasi belajar tinggi dan 14,29% memiliki motuvasi belajar rendah. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,493 pada taraf signifikansi 5% dengan nilai rhitung > rtabel (0,493 > 0,235). Jadi konsep diri dan motivasi belajar siswa berkorelasi secara positif dan signifikan. Kata Kunci: Konsep Diri, Motivasi Belajar Siswa.
THE CORRELATION SELF CONCEPT TO LEARNING MOTIVATION OF STUDENTS IN GRADE 5th ELEMENTARY SCHOOL GROUP 1 LINGSAR SUBDISTRICT 2016 By: Ni Luh Putu Gopi Janawati, L. M. Tauhid, Lalu Hamdian Affandi Program Studi Pendidikan Guru sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRACT This research aims to know the description of the Self concept of students, an overview of the learning Motivation of students, and the correlation between self-Concept with motivation Learn Grade 5th Elementary School Group 1 Lingsar Subdistrict 2016. This is based on research from the problems that allegedly relating to self concept of learning motivation of students. The method in this research is descriptive correlative. The sample in this research totalled 70 people taken in random sampling on grade 5th Elementary School Group 1 Lingsar Subdistrict . The results showed that the average value of the self concept of students is 92.94 (very high), of which 74.28% have a positive self concept and self concept 25.72% have a negative. While the average value of the learning motivation of students is 58.88 (high), including 85.71% have a high learning motivation and motivational learning 14.29% had low. There is a positive and significant relationship between self-concept of students' motivation shown by the correlation coefficient (r) of 0.493 at a significance level of 5% to the value of r count> r table (0.493> 0.235). So the concept of self and student motivation correlated positively and significantly.
Keywords: Self-Concept, Student Motivation.
A. PENDAHULUAN Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang penting untuk mendidik anak-anak dalam mendapatkan pengetahuan yang tidak mereka dapatkan dalam keluarga. Di Sekolah, anak-anak diserahkan oleh orang tua kepada guru sebagai pendidik dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap, jiwa beragama, dan sebagainya. Di Sekolah seringkali terdapat anak yang malas, mengantuk di saat jam belajar, dan tidak memiliki semangat dalam belajar. Hal ini menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari dalam diri yaitu masalah motivasi dalam belajar. Di Sekolah seringkali terdapat anak yang malas, mengantuk di saat jam belajar, dan tidak memiliki semangat dalam belajar. Hal ini menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari dalam diri yaitu masalah motivasi dalam belajar. Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk belajar. Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik lebih kuat daripada motivasi ekstrinsik, karena motivasi intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri (Uno;4). Salah satu faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi dalam belajar adalah konsep diri. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain (Djaali;131). William H. Fitts (Agustiani, 2009;138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, faktor kepribadian seperti konsep diri dan motivasi dalam belajar memerlukan harmonisasi dalam proses belajar yang akan mendukung terhadap hasil belajar. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan konsep diri dengan motivasi belajar siswa. Untuk itu peneliti ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul “Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus 1 Kecamatan Lingsar Tahun 2016”. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran Konsep diri dan motivasi belajar siswa, serta hubungan konsep diri dengan motivasi belajar siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar Tahun 2016.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1. Konsep Diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Hardy dan Hayes (Wahyuni, 2012;85) mengatakan bahwa konsep diri tersusun atas dua aspek yaitu citra diri (self image) dan harga diri (self-esteem). 1. Citra Diri adalah gambaran individu terhadap dirinya yang meliputi aspek fisik dan psikologi. Ada tiga komponen dasar dari citra diri, yaitu Fisik, Intelektual dan Sosial. Fisik, yang dimana tubuh dan penampilan menjadi bagian terpenting. Intelektual, dimana kemampuan-kemampuan serta kecakapan-kecakapan berdasarkan ilmu pengetahuan merupakan bagian yang paling menentukan dari diri individu. Sosial, yaitu bagaimana pengenalan atau tanggapan yang didapatkan individu dari teman atau orang lain. 2. Harga Diri menurut James (Arndt, Greenberg, Pyszczynski, Schimel, Solomon, 2004:435) umumnya mengacu pada evaluasi seseorang, atau sikap terhadap dirinya. Harga diri mengacu pada evaluasi seseorang diri dan bahwa orang umumnya termotivasi untuk mempertahankan tingkat harga diri dan membela harga diri mereka ketika merasa terancaman. 2. Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk belajar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering disebut juga motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain. Jadi motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar, seperti ijazah, tingkatan hadiah, hukuman, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. 3. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1) Dalam Jurnal Keperawatan AKPER 17 Karanganyar yang disusun oleh Auliyah Firdaus, Agustinus Heri Nugroho, dan Lenna Maydianasari yang berjudul: Hubungan antara Konsep Diri dengan Motivasi Belajar. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar mahasiswa semester IV Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. Tingkat keeratan hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar termasuk dalam kategori cukup atau sedang yaitu sebesar 0,467 (2013;61). 2) Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Ali Mustofa dalam Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul “Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI MAN I Kota Blitar”. Terdapat hubungan yang signifikan antara Konsep Diri dengan Motivasi Belajar pada siswa kelas XI IPS MAN 1 Kota Blitar. Bahwa motivasi atau dorongan belajar individu dipengaruhi dari dalam diri seseorang tersebut, semakin memiliki konsep diri yang baik dorongan untuk belajar dapat terpenuhi (2012;8).
4. Kerangka Berpikir Harga Diri
Saya cantik/tampan
Fisik
KONSEP DIRI Citra Diri
intelektual
Sosial
Saya pintar
Tampil menarik
Saya populer Semangat Belajar
Juara kelas MOTIVASI BELAJAR
Konsep diri terdiri dari dua aspek, yaitu harga diri dan citra diri. Dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada citra diri. Citra diri merupkan gambaran seorang individu mengenai fisik, intelektual dan sosial. Dalam kerangka diatas, digambarkan bahwa ke tiga aspek dalam citra diri dapat mempengaruhi motivasi belajar. Ketika seorang siswa memandang bahwa dirinya cantik/tampan, maka dia akan selalu berusaha tampil menarik. Ketika seorang siswa merasa dirinya pintar, maka ia akan lebih semangat lagi untuk belajar. Dan ketika siswa merasa populer di antara teman-temannya maka ia akan berusaha menjadi juara kelas agar tetap menjadi populer diantara temantemannya. Ke tiga hal tersebut dapat mempengaruhi dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan dari kajian pustaka diatas maka, hipotesis yang digunakan pada penelitian ini “Ada Hubungan antara Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus 1 Kecamatan Lingsar Tahun 2016.” Hipotesis diatas merupakan hipotesis kerja dan untuk pengujian hipotesis, hipotesis kerja diubah menjadi hipotesis nihil sebagai berikut: “Tidak Ada Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus 1 Kecamatan Lingsar Tahun 2016”. C. METODE PENELITIAN 1) Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Se-Gugus I Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, NTB, yaitu pada SDN 1 Lingsar, SDN 2 Lingsar, SDN 1 Gontoran, SDN 1 Saribaya, SDN 1 Bug-bug, dan SDN 1 Peteluan Indah. Secara geografis lokasi penelitian ini termasuk daerah pedesaan dan masih banyak terdapat persawahan di sekitarnya. Peneliti memilih lokasi ini sebagai pertimbangannya di beberapa SD tersebut peneliti memiliki akses yang dapat mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian. 2) Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu Variabel bebas (Independen) dan Variabel terikat (Dependen). 1. Variabel Independen (X) dalam penelitian ini adalah Konsep Diri yang merupakan gambaran individu tentang dirinya yang berupa aspek fisik, intelektual dan sosial. 2. Variabel Dependen (Y) yaitu Motivasi belajar siswa yang dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa harapan akan cita-cita, hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar. 3) Populasi dan Sampel Penelitian No SD Jumlah Populasi Sampel 1 SDN 1 Lingsar 29 orang 10 orang 2 SDN 2 Lingsar 15 orang 6 orang 3 SDN 1 Gontoran 29 orang 10 orang 4 SDN 1 Saribaya 20 orang 7 orang 5 SDN 1 Bug-bug 26 orang 10 orang 6 SDN 1 Peteluan Indah 79 orang 27 orang Jumlah 198 orang 70 orang Sumber : Data UPT Dikbud Kecamatan Lingsar
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil data konsep diri dari 70 jumlah sampel yang diperoleh peneliti, sebanyak 4 orang siswa (5,72%) memiliki konsep diri yang sangat tinggi, sebanyak 26 orang siswa (37,14% ) memiliki konsep diri yang tinggi, sebanyak 22 orang siswa (31,42%) memiliki konsep diri yang cukup tinggi, sebanyak 14 orang siswa (20%) memiliki konsep diri rendah dan sebanyak 4 orang siswa lainnya (5,72% ) memiliki konsep diri yang sangat rendah. Dari 70 orang siswa tersebut terdapat sebesar 74,28 % atau sebanyak 52 orang siswa memiliki konsep diri positif dan sebesar 25,72% atau sebanyak 18 orang siswa memiliki konsep diri negative. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Penelitian Pederson (1960) dan Zahran (1967) memperlihatkan bahwa guru mempunyai pengaruh yang kuat terhadap konsep diri siswa. Guru harus berhati-hati mengamati keadaan lingkungan sekolah sehingga peristiwa yang dapat merendahkan konsep diri dapat dikurangi. Kehangatan suasana lingkungan sangat membantu siswa dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Studi dari Meichenbaum membuktikan bahwa bila siswa dibantu menyatakan hal-hal positif mengenai dirinya sendiri dan diberikan penguatan, maka hal ini akan menghasilkan suatu konsep diri yang lebih positif. Sedangkan konsep diri yang negative dapat ditimbulkan karena kegagalan yang terus menerus dialaminya. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna. Sehingga tidak jarang orang yang merasa gagal terjebak pada penilaian negative terhadap dirinya sendiri. Hasil penelitian konsep diri siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar tahun 2016 memiliki rata-rata sebesar 92,94 yang dapat dikategorikan dalam kategori sangat tinggi. Konsep diri yang dimiliki siswa tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor kelompok yang secara emosional mengikat, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Dengan melihat kelompok, orang akan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciriciri kelompoknya (Rakhmat, 2011). Diagram rincian hasil angket konsep diri diatas menunjukkan bahwa konsep diri dalam aspek fisik mencapai rata-rata sebesar 85, aspek intelektual mencapai rata-rata 86, dan konsep diri dalam aspek sosial mencapai rata-rata 84. Dari ketiga aspek dalam konsep diri yang telah diteliti, aspek intelektual memiliki rata-rata yang paling tinggi. Hal tersebut berarti bahwa aspek intelektual dalam konsep diri siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar merupakan bagian yang paling menentukan dari diri individu yang dimana aspek intelektual berkaitan dengan kemampuan-kemampuan serta kecakapankecakapan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Sedangkan hasil data yang diperoleh pada angket motivasi belajar dari 70 orang jumlah sampel yaitu sebanyak 19 orang siswa (27,15%) memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi, sebanyak 24 orang siswa (34,28%) memiliki motivasi belajar yang tinggi, sebanyak 17 orang siswa (24,28%) memiliki motivasi belajar cukup tinggi, sebanyak 6 orang siswa (8,57%) memiliki motivasi belajar rendah, dan sebanyak 4 orang siswa (5,72%) memiliki motivasi belajar yang sangat rendah. Dari 70 orang siswa tersebut terdapat 85,71% atau sebanyak 60 orang siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan 14,29 % atau sebanyak 10 orang siswa memiliki motivasi belajar yang rendah. Motivasi belajar yang tinggi timbul karena adanya konsep diri yang positif dalam diri siswa. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memberikan dampak yang positif pula dalam dirinya. Apabila ia memandang dirinya positif tentunya akan berpengaruh kepada kepercayaan dirinya untuk berkembang. Misalnya seorang siswa memiliki minat terhadap suatu pelajaran, dengan adanya penilaian yang positif maka siswa tidak akan ragu untuk mengembangkan minatnya. Dengan kata lain siswa akan terdorong untuk lebih giat mempelajari pelajaran yang diminatinya. Sedangkan konsep diri yang negative erat kaitannya dengan kegagalan siswa dalam belajar. Kegagalan yang terus menerus dialami mengakibatkan siswa memiliki konsep diri yang negative. Konsep diri yang negative pada siswa mengakibatkan siswa memiliki pandangan yang rendah terhadap dirinya, selalu merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Inilah yang menyebabkan siswa memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Hasil penelitian motivasi belajar siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar tahun 2016 memiliki rata-rata sebesar 58,88 dengan kategori tinggi. Pada diagram rincian hasil data angket motivasi belajar terlihat bahwa aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil untuk belajar mencapai rata-rata 77, adanya harapan dan cita-cita masa depan mencapai rata-rata 85, dan adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar mencapai ratarata 77. Dari ketiga aspek tersebut, adanya harapan dan cita-cita masa depan memiliki rata-rata nilai yang paling tinggi. Hal tersebut berarti bahwa adanya harapan dan cita-cita masa depan merupakan hal yang paling memotivasi siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar dalam belajar. Selanjutnya Untuk mengetahui seberapa besar korelasi atau hubungan antara konsep diri dan motivasi belajar, peneliti melakukan perhitungan menggunakan rumus korelasi product moment seperti yang telah dijelaskan pada bab III. Beberapa syarat yang harus terpenuhi untuk menggunakan rumus korelasi product moment yaitu data harus berdistribusi normal dan bersifat homogen. Peneliti sudah melakukan perhitungan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan ketentuan jika Lhitung > 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Hasi uji normalitas konsep diri memiliki signifikansi sebesar 0,190 > 0,05,
artinya data ini terdistribusi normal. Untuk data variabel motivasi belajar, nilai signifikansinya sebesar 0,592 > 0,05, artinya data motivasi belajar juga terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji homogenitas peneliti menggunakan rumus uji f (homogenitas varians) dengan ketentuan Fhitung ˂ Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang adalah jumlah semua variabel - 1 = 1 dan dk penyebut adalah n - dk pembilang = 69. Hasil uji homogenitas yang diperoleh yaitu Fhitung ˂ Ftabel (1,102 ˂ 3,977) ini berarti bahwa data bersifat homogen. Berdasarkan hasil analisis data di atas, untuk melihat seberapa besar hubungan konsep diri dengan motivasi belajar. Maka didapatkan rxy sebesar 4,93 selanjutnya nilai tersebut dibandingkan dengan nilai rtabel product moment pada taraf signifikansi 5% dengan N=70, batas angka penerimaan hipotesis nihil (Ho) pada tabel nilai r product moment adalah 0,235. Kenyataan ini menunjukan bahawa nilai r hasil analisis data berada di atas batas angka penerimaan hipotesis nihil (Ho) yaitu rhitung sebesar 0,493 > rtabel (n=70, ts 5%) berada pada katagori sedang pada tabel interpretasi koefisien korelasi nilai r, sehingga dapat dikatakan hasil penelitian ini adalah signifikan. Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan Koefisien Determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi ( . Koefisian ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Hasil dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r adalah 0,493 yang merupakan koefiien korelasi antara variabel tidak bebas (motivasi) dan variabel bebas (konsep diri). Sementara itu nilai r square merupakan koefisien determinasi sebesar 0,243 hal ini menunjukkan bahwa sekitar 24,3% keragaman variabel motivasi dapat dipengaruhi oleh variabel konsep diri. Sisanya (100% - 24,3% = 75,7%) motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu, (1) Minat, minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu. Menurut Holland (Djaali, 2009:122) minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, kerena jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya jika bahan pelajaran diminati siswa dan menarik bagi siswa, maka siswa akan lebih giat untuk mempelajarinya sehingga minat tersebut dapat mendorong siswa untuk belajar. (2) Bakat, menurut Hilgard (Slameto, 2010:57) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat mempengaruhi belajar siswa. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya. (3) Lingkungan Keluarga, cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo (Slameto, 2010:61)
dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa, “Keluarga adalah lembaga pendidikan yeng pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, dapat menyebabkan anak kurang/tidak berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena kurangnya perhatian orang tua dalam belajarnya menyebabkan anak menjadi malas untuk belajar. (4) Metode guru dalam mengajar, metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru yang hanya mengajar dengan metode ceramah saja mengakibatkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Hal tersebut dapat membuat siswa menjadi malas dan tidak bergairah dalam belajar. Karena hasil analisis data dalam penelitian ini signifikan, maka hipotesis alternative (Ha) yang menyatakan: “Ada Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar Tahun 2016” diterima. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan “Tidak Ada Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar Tahun 2016” ditolak.
E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dibahas sebelumnya, rata-rata nilai konsep diri siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar Tahun 2016 memiliki konsep diri yang sangat tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 92,94. Dengan gambaran sebesar 74,28% memiliki konsep diri yang positif dan sebesar 25,72% memiliki konsep diri yang negative. Sedangkan rata-rata nilai motivasi belajar siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar Tahun 2016 memiliki motivasi belajar yang tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 58,88. Dengan gambaran sebesar 85,71% memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sebesar 14,29% memiliki motivasi belajar yang rendah. Selanjutnya untuk nilai korelasi konsep diri dengan motivasi belajar dapat disimpulkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Lingsar Tahun 2016 sebesar 0,493 (kontribusi sebesar 24,3%) dinyatakan diterima dengan hasil analisis data yakni nilai rhitung yang diperoleh dalam penelitian sebesar 0,493 berada di atas angka dari rtabel sebesr 0,235, atau dengan kata lain bahwa nilai rhitung lebih besar dari rtabel (0,493 > 0,235)
pada taraf signifikansi 5% sehingga korelasi antara konsep diri dengan motivasi belajar dapat dinyatakan signifikan pada intensitas cukup tinggi. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu: 1. Bagi Guru, dapat membantu menumbuhkan konsep diri yang positif pada siswa dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat sehingga dapat membantu siswa untuk bisa menggali segenap kemampuan dan potensi dalam dirinya sehinga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dalam meraih prestasi yang baik. 2. Bagi orang tua karena kepribadian seorang siswa tidak terlepas dari pihak keluarga peneliti berharap keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan suasana lingkungan yang dapat menumbuhkan konsep diri yang positif pada siswa. Keluarga mampu memberikan dorongan dan memberikan citra positif dalam diri seorang siswa sehingga siswa lebih mampu mengembangkan nilai positif dalam dirinya dan mampu untuk berprestasi. Seperti halnya dukungan orang tua berupa apresisasi yang diberikan siswa ketika siswa memperoleh hasil belajar yang baik. 3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan tema yang berkaiatan dengan tema motivasi belajar dapat memperdalam alat ukur dengan melakukan observasi ataupun interview .
Daftar Pustaka
Agustini, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Refika Aditama. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arndt, Jamie. et. all. 2004. Why Do People Need Self-Esteem? A Theoretical and Empirical Review. Psychological Bulletin, Vol. 130 No. 3, 435-468. Dimyati., Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Pineka Cipta. Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Firdaus, Nur Auliya. et.all. 2013. Hubungan Konsep Diri dengan Motivsi Belajar. Jurnal Keperawatan AKPER 17 Karanganyar, Vol. 1 No.1. Hamalik, Oemar. 2008. Proses BelajarMengajar. Jakarta: Sinar Grafika. Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Narbuko, Cholid., Abu Achmadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mustofa, Ali. 2012. Konsep Diri dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS MAN I Kota Blitar. Skripsi Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang. Nawawi. 1984. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik Kesehatan. Yogjakarta: Nuha Medika. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tauhid, LM (2015) Catatan Hasil Kuliah Statistik, Tanggal 18/03/2015, Pukul 07.3009.10, Ruang F2, PGSD FKIP Unram, dikutip tanpa izin.
Tauhid, LM (2015) Catatan Hasil Kuliah Statistik, Tanggal 13/05/2015, Pukul 07.3009.10, Ruang F2, PGSD FKIP Unram, dikutip tanpa izin. Uno, B. Hamzah. 2014. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wahyuni, Sri. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.