Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V GUGUS KOMPYANG SUJANA Ni Pt. Deshi Umareani1, I Kt. Adnyana Putra2, I G.A. Agung Sri Asri3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara kecerdasan linguistik dengan prestasi belajar bahasa Indonesia (2) hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia (3) hubungan antara kecerdasan linguistik dan konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 berjumlah 380 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 182 siswa dari 380 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah proporsional random sampling. Pengumpulan data kecerdasan linguistik dan konsep diri dikumpulkan dengan metode kuesioner dan metode pencatatan dokumen untuk mencatat prestasi belajar bahasa Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi sederhana, product moment, dan analisis regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia sebesar 33,52%. (2) terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia sebesar 23,61% (3) terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecerdasan linguistik dan konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia sebesar 37,21%. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik dan konsep diri sangat mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Kata kunci :kecerdasan linguistik, konsep diri, prestasi belajar. Abstract This study aimed to determine the corelation between (1) linguistic intelligence and academic achievement Indonesia language (2) self concept and academic achievement Indonesia language (3) linguistic intelligence and self-concept with learning achievement Indonesia language of fifth grade students in cluster Kompyang Sujana, sub district of North Denpasar, academic year 2013/2014. Type of this research is ex post facto. The study population totaled 380 students and samples used in this study was 182 students. The sampling technique is proportional random sampling. Used data collecting method of linguistic intelligence and selfconcept that is method of questionnaire, and method record-keeping of document for learning achievement Indonesia language. Technique analysis data the used is simple regression, product moment, and multiple regression. The result indicate that (1) there is a significant relationship between linguistic on students achievement by 33,52% (2) there is a significant relationship between self concept on students achievement by 23,61% (3) there is a significant relationship between linguistic intelligences and self concept on students achievement 37,21%. Based on the result of research concluded that linguistic intelligence and self concept is very influencing of result learn Indonesia language. Keywords : linguistic intelligence, self concept, learning achievement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Sekolah dasar merupakan momentum awal bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Melalui pendidikan, pemerintah telah merancang berbagai program yang bersifat mendidik guna meningkatkan kualitas generasi muda. Karena, majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan diyakini mampu menanamkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan sehingga diperoleh individu-individu yang produktif. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa depan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, dan memecahkan problema kehidupan. Tilaar (dalam Susilo 2008:7), menyatakan bahwa salah satu masalah dalam pendidikan adalah sumber daya yang belum profesional. Oleh karenanya, guru berperan penting dimulai dari menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik bagi siswanya.Kebiasaan-kebiasaan ini dapat dimulai dari keterampilan berbahasa yang baik. Karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Selain itu, dalam proses pembelajaran di sekolah, guru sering menyamaratakan kecerdasan siswa. Padahal sesungguhnya, kecerdasan siswa beranekaragam atau berbeda satu sama lainnya. Hal ini sejalan menurut Uno (2009:38) ada 8 jenis kecerdasan, salah satunya kecerdasan linguistik. Armstrong (2013:6) mengatakan kecerdasan linguistik itu adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya pendongeng, narrator, atau politisi) maupun secara tertulis (misalnya sastrawan, penulis drama, dan penyair). Pada jenjang sekolah dasar inilah pembedaharaan linguistik mengalami perkembangan, yaitu adanya penambahan kosakata dan kemampuan untuk melakukan kegiatan verbal (berdiskusi, menulis) lebih banyak. Kecerdasan linguistik mempengaruhi keterampilan berbahasa. Di sekolah siswa hanya dituntut untuk menyelesaikan pendidikan sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditentukan. Sehingga kemampuan siswa
cenderung sebatas kemampuan kognitif. Padahal kecerdasan linguistik menekankan pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Hoetomo (2005:75), bahasa dijabarkan ke dalam tiga batasan, yaitu 1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri, 2) percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, dan tingkah laku yang baik, 3) perkataan-perkataan yang dipakai oleh suku bangsa (suku bangsa, daerah, negara dan sebagainya). Tujuan pelajaran bahasa Indonesia di SD ialah agar siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-masing erat hubunganya. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Dalam berbahasa sangat dipengaruhi oleh kecerdasan linguistik seseorang. Tetapi apabila tidak diimbangi dengan konsep diri, siswa cenderung tidak menonjolkan kecerdasan yang dimilikinya. Karena “konsep diri merupakan pandangan yang dimiliki setiap orang mengenai dirinya sendiri yang terbentuk,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) baik melalui pengalaman maupun pengamatan terhadap diri sendiri” Bachri, (2010:122). Proses pembentukan konsep diri memerlukan waktu yang tidak singkat karena konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Lingkungan, pola asuh orang tua, dan pengalaman memberikan pengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak usia dini hingga dewasa. Menurut Anwar (2012:38) konsep diri dibedakan menjadi konsep diri positif dan negatif. Konsep diri yang positif adalah penilaian atau pandangan yang dimiliki seseorang tentang dirinya dan berpengaruh tehadap tingkah laku serta keberhasilan belajarnya. Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri yang positif adalah dapat menerima dirinya apa adanya dengan segala kekuatan dan kelemahannya, ia yakin betul dengan nilai dan prinsip yang ada pada dirinya, dan ia tidak senang hidup di atas penderitaan orang lain. Sedangkan konsep diri yang negatif adalah penilaian atau pandangan yang dimiliki tentang dirinya sendiri tidak teratur, tak merasa sebagai pribadi yang stabil dan utuh, tidak mengetahui hakikat dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya, atau di sisi lain justru terlalu stabil dan terlalu kaku. Ciri-ciri atau karakteristik orang yang memiliki konsep diri yang negatif ialah tidak tahan pada kritik yang diterima dan mudah marah, mengeluh, enggan bersaing dengan orang lain. Secara umum, konsep diri sebagai gambaran tentang diri sendiri dipengaruhi oleh hubungan atau interaksi individu dengan lingkungan sekitar, pengamatan terhadap diri sendiri, dan pengalaman dalam kehidupan keseharian. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri yaitu : pola asuh orang tua (pengasuhan orang tua berdampak pada konstruk psikologis anak), perilaku kekerasan, dan kegagalan. Apabila siswa cenderung tidak menonjolkan kecerdasannya dan memiliki konsep diri yang negatif maka berdampak pada siswa cepat marah, tidak dapat mengendalikan emosi. Sehingga dalam pembelajaran terutama pembelajaran bahasa Indonesia yang memiliki hubungan dengan
kecerdasan linguistik sulit diterima. Sebaliknya siswa yang memiliki konsep diri positif memandang dirinya secara positif, penuh percaya diri, dapat menerima segala kekuatan dan kelemahannnya yang ada dalam dirinya. Siswa dengan konsep diri yang positif mudah mempelajari pembelajaran bahasa Indonesia karena siswa merasa mampu menyelesaikan persoalan dengan kecerdasan linguistik yang dimilikinya. Perkembangan bahasa juga seiring dengan perkembangan kognitif, semakin tinggi kemampuan kognitifnya maka semakin bertambah pula kemampuan bahasanya. Sefrina (2013:20) menyatakan ada beberapa tahapan pada perkembangan bahasa anak mulai dari bayi hingga sekitar usia sekolah yaitu : tahap prelinguistic (prabahasa), tahap ini terjadi pada usia bayi ia menggunakan kemampuan menangis dan mengoceh sebagai bahasa abstrak atau bahasa isyarat untuk menunjukkan maksudnya. Tahap holophrastic (holofrasa), tahap ini terjadi saat anak hanya menggunakan satu kata yang memilii arti untuk mewakili seluruh kalimat atau maksud dari anak. Tahap Telegraphic (telegrafik) dimulai dari tahap 18-24 bulan. Tahapan ini ketika anak banyak mengatakan kata-kata yang mengandung arti dan cenderung menghilangkan kata-kata yang tidak begitu mengandung arti seperti kata sambung dan kata depan. Tahap prasekolah, pada tahap ini anak akan mulai memproduksi kalimat-kalimat yang panjang dan kompleks, seiring dengan bertambahnya kosakata yang dimiliki oleh anak. Tahap usia sekolah, tahap ini terjadi saat anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang lebih baik dan meningkatkan kompetensi bahasa mereka. Menurut Armstrong (2013: 80), pengembangan kecerdasan linguistik dapat di lakukan dengan strategi yaitu : (1) Bercerita/ mendongeng, (ketika anak diminta untuk bercerita, anak juga akan mengembangkan konsep-konsep, ide-ide yang ada dalam benaknya. Anak juga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui kegiatan bercerita). (2) Bertukar Pikiran/ Brainstorming (anak
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dapat mencurahkan pikiran verbal yang dapat dikumpulkan dan ditulis di kertas, papan tulis, atau media yang lainnya. Strategi ini membuat semua anak yang mengemukakan gagasannya). (3) Rekaman (merekam dengan menggunakan tape recorder dapat menjadi media anak untuk belajar menggunakan kecerdasan linguisik dan kemampuan verbal anak dalam berkomunikasi, memecahkan masalah, dan mengemukakan pendapat pribadi anak) (4) Jurnal Penulisan (menulis jurnal pribadi mendorong anak untuk membuat catatan tentang suatu bidang tertentu. Jurnal ini dapat dibuat sepenuhnya pribadi, hanya diceritakan kepada pendidik atau juga dapat dibacakan secara teratur di depan kelas. (5) Penerbitan (penerbitan dapat dilakukan dengan mengirim karya siswa pada majalah anak-anak/ koran. Atau dapat tampilkan hasil-hasil karya yang dibuat siswa di sekolah. Contohnya puisi, cerita dongeng, cerpen, dan pidato. Hasil- hasil karya dipajang dan diganti bergiliran secara teratur, sehingga semua siswa memiliki kesempatan menampilkan karyanya masing-masing. Kecerdasan linguistik berkembang pada usia sekolah yaitu 6 – 14 tahun. Pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan berbahasa dan meningkatkan kompetensi bahasa mereka (Sefrina, 2013:20). Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru sebaiknya mengembangkan empat keterampilan berbahasa melalui diskusi kelompok, proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, metode bermain berperan, dan pembelajaran yang interaktif. Sehingga kecerdasan linguistik siswa dapat terlatih sejak dini dan prestasi belajarnya baik. Karena dalam proses pembelajaran, pasti menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar dan membangun konsep diri yang positif. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Hoetomo (2005:390)
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar menurut Slameto (2010:54) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor jasmaniah, (faktor kesehatan, cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat dan kesiapan). Faktor ekstern terdiri atas faktor keluarga (cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga), Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi gurusiswa, dan disiplin sekolah), Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul). Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik dengan hasil belajar bahasa Indonesia, untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan hasil belajar bahasa Indonesia, untuk mengetahui hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecerdasan linguistik dan konsep diri dengan hasil belajar bahasa Indonesia. METODE PENELITIAN Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasi tergolong penelitian Ex post facto yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa. Penelitian korelasi, seperti yang dikatakan Gay (dalam Hamid Darmadi, 2011:224) merupakan salah satu bagian penelitian Ex post facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Sugiyono (2012:117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus Kompyang Sujana, Kecamatan Denpasar Utara. Populasi keseluruhan berjumlah 380 orang, dengan jumlah sampel berjumlah 182 orang siswa yang diperoleh berdasarkan tabel Issac and Michael. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara - cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Siswa yang menjadi sampel ini diambil dari masingmasing kelas dengan teknik proporsional random sampling. Menurut Siregar (2013:31) proposional sampel merupakan jumlah sampel yang diambil dari strata yang sebanding, sesuai dengan proposional ukurannya. Desain Penelitian ini menggunakan desain rancangan penelitian ex post facto korelasional yang digambarkan sebagai berikut. X1 Y X2 r3
Gambar 1. Bagan desain penelitian ex post facto korelasional (Koyan, 2007:57). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh dua variabel bebas (independent) yaitu kecerdasan linguistik dan konsep diri terhadap satu variabel terikat (dependent) yaitu prestasi belajar bahasa Indonesia. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan angket/kuesioner kecerdasan linguistik dan konsep diri. Sedangkan teknik pemeriksaan dokumen digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap prestasi belajar. Prestasi
belajar yang digunakan diambil dari nilai ulangan mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada penelitian ini, angket disusun menggunakan skala Likert yang berjenjang dari nol (0) sampai empat (4). Sugiyono, (2012:134) menyatakan skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau fenomena sosial. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dan langsung, artinya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam menjawab tinggal memilih pada alternatif jawaban yang tersedia. Tabel 1. Skor Item Angket Kecerdasan Linguistik dan Konsep Diri Skor Jawaban
Item Item Positif Negatif Tidak Menjawab 0 0 Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Masing-masing angket terdapat 30 butir pernyataan yang disusun sesuai dengan teori yang ada. Kemudian setelah disusun, angket diuji validitasnya. Dalam penentuan tingkat validitas butir item digunakan korelasi product moment, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir item dengan skor total. Dari perhitungan diperoleh uji validitas untuk kuesioner kecerdasan linguistik terdapat 24 butir pernyataan yang valid, sedangkan untuk kuesioner konsep diri terdapat 26 butir pernyataan yang valid. Kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas soal yang merupakan ukuran dalam menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Crombach merupakan ukuran kosistensi interval item pengukuran konsep yang diteliti. Untuk hasil analisis uji instrumen mengenai reliabilitas didapatkan 0,83 untuk kuesioner kecerdasan linguistik, sedangkan 0,79 untuk kuesioner konsep diri yang tergolong memiliki reliabilitas tinggi. Analisis dalam penelitian ini terdiri
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Untuk uji prasyarat dilakukan analisis uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi umum hasil penelitian memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, varians dari data kecerdasan linguistik, konsep diri dan prestasi belajar. Hasilnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi Data Kecerdasan Linguistik, Konsep Diri, dan Prestasi Belajar Statistik Mean Standar Deviasi Varians Modus Median
Kecerdasan Linguistik 77,31 6,22 38,49 80,1 77,46
Data yang diperoleh perlu diuji normalitasnya untuk mengetahui apakah ada kesalahan instrumen maupun pengumpulan data yang menyebabkan data menjadi tidak normal. Untuk menguji normalitas data dilakukan dengan teknik
Konsep Diri 86,32 7,20 51,89 87,14 86,41
Prestasi Belajar 75,10 8,09 65,45 73,28 75,1
Chi-Square. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat disajikan hasil uji normalitas sebaran data kuesioner kecerdasan linguistik, konsep diri dan prestasi belajar. Hasilnya disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas X2hitung X2tabel Keterangan 5,76 11,07 Normal 3,80 11,07 Normal 7,26 11,07 Normal bahwa analisis uji regresi dapat Dari hasil perhitungan diperoleh dilanjutkan. Hasil perhitungan konsep diri X2hitung ≤ X2tabel dengan taraf signifikansi dan prestasi belajar diperoleh Fhit ≤ Ftabel, 0,05 adalah 11,07. Jadi dapat maka Ho berarti diterima, Karena Fhit lebih disimpulkan bahwa sampel yang didapat kecil dari Ftabel atau 0,66≤1,54 maka data berdistribusi normal. Karena sebaran antara konsep diri (X2) atas prestasi data berdistribusi normal maka belajar bahasa Indonesia (Y) berpolah dilanjutkan dengan uji linearitas. linier, sehingga dapat disimpulkan bahwa Untuk menguji linieritas analisis uji regresi dapat dilanjutkan. menggunakan regresi sederhana yang Selanjutnya dilakukan analisis dilanjutkan dengan uji F. Dengan kaidah multikolinearitas digunakan untuk keputusan sebagai berikut : jika Fhit ≤ mengetahui apakah terdapat hubungan Ftabel(0,05), maka Ho di terima berarti yang cukup tinggi atau tidak diantara bentuk regresinya linier tetapi sebaliknya variabel-variabel bebas. Apabila terdapat sebaliknya jika Fhitung ≥ F tabel, maka hubungan yang cukup tinggi (signifikan) dinyatakan Ho ditolak berarti bentuk diantara variabel bebas, dapat regresinya tidak linier. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa terdapat kesamaan perhitungan data kecerdasan linguistik aspek yang diukur diantara variabel bebas dan prestasi belajar diperoleh Fhit ≤ Ftabel, tersebut. Hal ini berarti tidak layak maka Ho berarti diterima, Karena Fhit lebih digunakan untuk menentukan konstribusi kecil dari Ftabel atau 1,11≤1,52 maka data secara bersama-sama variabel bebas antara kecerdasan linguistik (X1) atas terhadap variabel terikat. Dari hasil prestasi belajar bahasa Indonesia (Y) perhitungan diperoleh bahwa nilai korelasi berpolah linier, sehingga dapatdisimpulkan antar variabel bebas ( yaitu 0,568 Variabel Kecerdasan Linguistik Konsep Diri Prestasi Belajar
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) tidak lebih dari 0,80 atau 0,568 < 0,80 sehingga tidak terdapat hubungan yang cukup tinggi. Jadi tidak terdapat kesamaan aspek yang diukur pada variabel bebas sehingga layak untuk menentukan konstribusi secara bersama-sama variabel bebas yaitu kecerdasan linguistik dan konsep diri terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar. Kemudian dilanjutkan dengan uji autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah antara masingmasing variabel bebas dan terikat terdapat masalah autokorelasi atau tidak. Masalah autokorelasi adalah jika data diurutkan berdasarkan waktu maka data pengamatan dari penelitian yang dilakukan akan dipengaruhi oleh data pengamatan yang dari penelitian sebelumnya. Jika tidak terdapat masalah autokorelasi maka analisis regresi dapat dilakukan. Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Waston, yaitu apabila nilai statistik Durbin-Waston mendekati 2, maka dapat dinyatakan tidak terjadi autokorelasi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai DW antara X1 dengan Y adalah 1,71. Sesuai dengan ketentuan Durbin-Watson yaitu 1,65> DW< 2,35 ini berarti tidak ada masalah autokorelasi antara kecerdasan linguistik dengan prestasi belajar bahasa Indonesia. Ini berarti jika data kecerdasan linguistik dan prestasi belajar bahasa Indonesia diurutkan berdasarkan waktu maka data tersebut tidak dipengaruhi oleh data pengamatan dari penelitian sebelumnya sehingga analisis regresi dapat dilakukan. Setelah uji prasyarat dilakukan, selanjutnya dilanjutkan dengan uji hipotesis. Hipotesis I berbunyi : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Uji Hipotesis pertama dilakukan dengan teknik regresi
sederhana, yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan product moment. Hasil analisis antara variabel kecerdasan linguistik (X1) dengan prestasi belajar bahasa Indonesia (Y) diperoleh nilai r sebesar 0,579. Jadi nilai korelasi tersebut dikategorikan memiliki hubungan yang cukup kuat antara kecerdasan linguistik dengan prestasi belajar dan koefisien determinasi sebesar 33,52%. Adapun gambar persamaan garis regresi dari uji hipotesis pertama adalah sebagai berikut.
Gambar 2. Persamaan garis regresi kecerdasan linguistik dan prestasi belajar bahasa Indonesia. Hipotesis II berbunyi : Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Uji Hipotesis kedua dilakukan dengan teknik regresi sederhana, yang kemudian Dilanjutkan dengan perhitungan product moment. Hasil analisis antara variabel konsep diri (X2) dengan prestasi belajar bahasa Indonesia (Y) diperoleh nilai r sebesar 0,486. Jadi nilai korelasi tersebut dikategorikan memiliki hubungan yang cukup kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar dan koefisien determinasi sebesar 23,61%.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Gambar
3.
Persamaan
garis
regresi konsep diri dan prestasi belajar bahasa Indonesia Hipotesis III yaitu : Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kecerdasan linguistik dan konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia Siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Uji hipotesis III dilakukan dengan teknik regresi ganda. Hasil perhitungan yang didapat adalah 0,61 dan sumbangan koefisien determinan sebesar 37,21%. Kemudian dilanjutkan menguji signifikansi yaitu membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Kaidah pengujian signifikansi : jika F hitung ≥ F tabel (0,05) , maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Dengan db =2 sebagai pembilang dan db penyebut (n-m-1=182-2-1=179) adalah 179 maka diperoleh F tabel=3,04. Ternyata F hitung > F tabel, yaitu 53,04 > 3,04. Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik (X1) dan konsep diri (X2) dengan prestasi belajar bahasa Indonesia (Y) siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.
Gambar 4. Persamaan garis regresi kecerdasan linguistik, konsep diri dan prestasi belajar bahasa Indonesia. Pembahasan pada penelitian ini memaparkan hubungan kecerdasan linguistik dan konsep diri terdapat prestasi belajar siswa kelas V. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara kecerdaan linguistik dengan prestasi belajar artinya terdapat hubungan yang signifikan dan positif kecerdasan linguistik dan prestasi belajar, semakin baik kecerdasan linguistik maka prestasi siswa semakin baik pula. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, hubungan antara kecerdasan dengan prestasi belajar siswa sebesar 0,579. Hal tersebut didukung oleh Jasmine (2007:17), kecerdasan linguistik adalah mewujudkan dirinya dalam kata-kata, baik dalam tulisan maupun lisan. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori (berkaitan dengan pendengaran) yang sangat tinggi dan mereka belajar melalui mendengar. Menurut Amstrong (2013:36) anak senang membaca buku, suka permainan kata, memiliki ingatan yang baik, pandai menulis lebih baik dari rata-rata usianya, berkomunikasi dengan orang lain dengan cara lisan yang sangat baik, mengeja kata-kata sevcara akurat, tidak mudah salah tulis dan memiliki kosakata yang baik untuk usianya. Pada dasarnya kecerdasan linguistik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) berhubungan dengan 4 keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajaran, siswa akan mudah belajar karena kecerdasan linguistik yang dimilikinya sehingga prestasi belajarnya akan optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2012) yang menyatakan bahwa metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V Panggang Kecamatan Jepara semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Selanjutnya terdapat hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar artinya terdapat hubungan yang signifikan dan positif konsep diri dengan prestasi belajar. Semakin tinggi konsep diri siswa, maka prestasi siswa semakin tinggi pula. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar sebesar 0,468. Hal tersebut sejalan dengan Djaali, (2011:130) mengatakan konsep diri seseorang terbentuk dari perasaan apakah ia diterima dan diinginkan kehadirannya oleh keluarganya. Melalui perlakuan yang berulang-ulang dan setelah menghadapi sikap-sikap tertentu dari ayah, ibu, kakak dan adik ataupun orang lain dilingkup kehidupannya, maka berkembanglah konsep diri seseorang. Menurut (Sutoyo, 2012:308) ciri-ciri atau karakteristik orang yang memiliki konsep diri yang positif sebagai berikut. dapat menerima dirinya apa adanya dengan segala kekuatan dan kelemahannya, ia tidak merasa terancam atau cemas menerima informasi baru tentang dirinya, ia yakin betul dengan nilai dan prinsip yang ada pada dirinya, dan ia mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan. Dengan demikian diperlukan konsep diri yang ditanam melalui perlakuan positif yang berulang-ulang sehingga siswa terbentuk konsep diri positif untuk mencapai prestasi yang optimal. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Indrayani (2013) yang menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar dan konsep diri terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD Inti Kecamatan Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, besarnya korelasi ganda antara
kecerdasan linguistik dan konsep diri terhadap prestasi belajar siswa kelas V adalah 0,61. Jadi dapat disimpulkan kecerdasan linguistik dan konsep diri memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap prestasi belajar siswa. Jika kecerdasan linguistik dan konsep diri dapat ditanamkan dengan baik di rumah atau sekolah, maka prestasi belajar yang dicapai juga maksimal. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukan simpulan sebagai berikut. terdapat hubungan antara kecerdasan linguistikdan konsep diri siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan nilai r sebesar 0,579 dan koefisien determinasi sebesar 33,52%. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan linguistik, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Terdapat hubungan yang cukup dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan nilai r sebesar 0,486 dan koefisien determinasi sebesar 23,61%. Terdapat hubungan kuat dan signifikan diri secara bersama-sama antara kecerdasan linguistik dan konsep diri dengan prestasi belajar bahasa Indonesia Siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan nilai r hitung sebesar 0,61 dan sumbangan sebesar 37,21%. Dengan sumbangan koefisien determinan sebesar 37,21% hal ini berarti masih ada sekitar 62,79 % faktor lain yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh prestasi bahasa Indonesia di kelas V Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diajukan saran : Kecerdasan linguistik merupakan satu dari beberapa kecerdasan lain yang ada. Hubungan kecerdasan linguistik dan konsep diri merupakan salah satu cara untuk mengetahui besar hubungan kecerdasan linguistik dan konsep diri
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) guna mencapai prestasi belajar yang optimal. Berdasarkan uraian dan simpulan, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Bagi siswa disarankan untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan linguistik yang dapat dilakukan dengan mengasah 4 keterampilan berbahasa. Selain itu siswa diharapkan untuk dapat meningkatkan konsep diri yang dimiliki agar tidak mudah terjerumus hal negatif sehingga prestasi dan hubungan dengan lingkungan sekitar tetap dapat berjalan dengan baik. Bagi guru hendaknya dalam proses pembelajaran guru diharapkan tidak menyamaratakan siswa, karena setiap siswa memiliki karakter yang unik dan berbeda. Sehingga diharapkan guru mampu memotivasi siswa dalam belajar dan menanamkan hal-hal yang positif demi meraih prestasi belajar yang optimal. Bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana untuk menunjang pembelajaran dan mengasah kecerdasan siswa salah satunya kecerdasan linguistik agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan mengoptimalkan hasil belajar. Bagi peneliti lain yang berminat terhadap temuan penelitian ini dapat melakukan pembuktian-pembuktian yang lebih mendalam dengan latar wilayah serta sasaran yang sama atau berbeda, dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas.2013. Kecerdasan Multipel di dalam Kelas. Terjemahan Dyah Widya Prabaningrum. Multiple Inteligences In The Classroom Third Edition 2009. Jakarta : Indeks. Bachri,
Syamsul. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Candiasa. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS.Singaraja : Unit Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Mitra Pelajar. Jasmine, Julia. 2007. Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung : Nuansa. Koyan, Wayan.2007. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja : Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Sefrina, Andin. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Yogyakarta: Media Pressindo. Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Susilo, Mohammad Joko. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Uno, Hamzah B dan Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Winarsunu, Tulus. 2009. Statistik Dalam peneltian Psikologi & Pendidikan. Malang:UMM Press.