e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR IPA KELAS V DESA PENGERAGOAN I Wayan Budiarta1, Ni Ketut Suarni2, I Nyoman Arcana3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Jenis penelitian ini adalah Exspost-facto, yang bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar IPA (2) hubungan antara kecerdasan intelektual dan prestasi belajar IPA(3) hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual Dengan Prestasi Belajar IPASiswa Kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2012/2013 jumlah sampelnya 52. Teknik pengambilan sampel adalah proposional rondom sampling. Data di ambil dengan menggunakan koesioner. Data penelitian selanjutnya dianalisis dengan teknik setatistik yaitu regresi sederhana, product moment, dan regresi ganda. Hasil menelitian menunjukan hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar IPA Fhitung= 985,58> Ftabel = 4,03. Hubungan antara kecerdasan intelektual dan prestasi belajar IPA Fhitung = 6537,38> Ftabel = 4,03. Hubungan secara bersama-sama antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar IPA Fhitung= 3,95 > Ftabel= 3,18,yang berarti memiliki hubungan yang signifikan.
Kata kunci: kecerdasan emosional, intelektual, prestasi belajar Abstract This research is Exspost-facto, which aims to determine (1) the relationship between emotional intelligence and academic achievement IPA (2) the relationship between intellectual intelligence and achievement IPA (3) the relationship between emotional intelligence and intellectual intelligence With Learning Achievement IPASiswa Class V In the first group the Village District Pengeragoan Pekutatan academic year 2012/2013 the number of samples 52. Sampling technique is proportional sampling rondom. Data taken using koesioner. The research data were then analyzed with simple regression techniques setatistik ie, product moment, and multiple regression. Menelitian results show the relationship between emotional intelligence and academic achievement IPA Fvalue = 985.58> Ftable = 4.03. The relationship between intellectual intelligence and science achievement FValue= 6537.38> Ftable = 4.03. Relations jointly between emotional intelligence and intellectual achievement IPA with Fvalue = 3.95> Ftable = 3.18, which means that having a significant relationship. Keywords: emotional intelligence, intellect, achievement
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalani dengan sengaja, teratur dan berencana dengan magsud mengubah atau mengembangkan prilaku yang di inginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa mampu belajar berbagai macam hal. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki intelligence Quontient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bakal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada giliranya akan mengasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut binet (dalam Winkel, 1997:529) “hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, mengadakan penyesuain dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan secara kritis dan objektif”. Kenyataanya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tetapi memperoleh perestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor menetukan keberhasilan seseorang, karena faktor lain yang mempengaruhi. Goleman (2000:44) menyatakan bahwa:kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesusksesan, sedangkan yang lainya adalah sumbangan faktor kekuatan- kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan mengembangkan diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan
dalam membina hubungan dengan orang lain. Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan dari emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan retional intelligince yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intilligence siswa. Goleman (2002:170) menyebutkan :hasil beberapa penelitian di University of Vermon mengenai analisis struktur neuologis otak manusia dan penelitian prilaku oleh LeDoux pada tahun 1970 menunjukkan bahwa dalam pristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. “EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesusksesan karir, mengembangkan hubungan suami- istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja. Kemunculan kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Golemen, sesuai dengan judul bukunya memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. “Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan dengan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ”.(Goleman, 2002:14). Goleman (2002:58) menyatakan bahwa:emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan mengembangkan motivasi diri sendiri, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dalam membina hubungan dengan orang lain. Khusus pada orang-orang murni hanya memiliki kecerdasan tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung mengekspresikan kesalahan dan kemarahnya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti itu sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat diatas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai seseorang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi (dalam Goleman, 2002:62). Kecerdasan intelektual atau sering disebut intelegensi berasal dari bahasa ingris “intelligence”. Intelligence sendiri adalah terjemahan dari bahasa latin “intellectus dan intelligencia” Depdikbud (dalam Ferdi ,2011). Definisi tentang inteligensi pertama kali dikemukakan oleh Sperarman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1927, Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lain mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia (dalam Azwar, 1996:1). George D. Stonddar 1941 (dalam Azwar, 1996:6), menyebutkan “intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah bercirikan: mengandung kesukaran, kompleks, abstrak, diarahkan pada suatu tujuan, ekonomis, dan mempunyai nilai sosial”. Walters dan Gardber pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Menurut definisi dari pendapat para ahli diatas yang dimaksud dengan
inteligensi pada hakekatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum. Karena inteligensi merupkan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional, oleh karena itu inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan berdasarkan tes intelegensi. Dalam menggambarkan inteligensi sebagai kemampuan dasar, secara umum telah berkembang berbagai teori tentang intelegensi. Prawira (2012:177) mengemukakan teori-teori inteligensi sebagai berikut yaitu : Teori Daya Teori daya diagap sebagai tiori yang tertua karena sudah ada pada zaman kuno di zaman Plato dan Aristoteles. Teori ini megungkapkan manusia mempunyai berbagai kemampuan atau daya misalnya, daya ingat, daya mengenal satu sama lainya, daya berpikir,dan lain sebagainya. Teori daya jiwa manusia terdiri atas dayadaya yang terpisah antara satu dengan yang lain.Teori Dwi Faktor Teori dwi faktor pertama dicetuskan oleh Charles Spearman. Menurut Spearman mengusulkan bahwa kemampuan intelektual memmpunyai dua faktor yaitu kemampuan- kemapuan umum (general abilities) yang disebut dengan faktor G dan kemampuan-kemampuan khusus (specific abilities) yang disebut dengan faktor S. Jadi antara faktor G dan faktor S mempunyai hubungan yang sangat erat. Teori Multifaktor Teori multifaktor dikemukakan oleh E.L.Thondike. Menurut Thondike membentuk hubungan Stimulus (S) dan Respons (R). Hubungan-hubungan khusus yang dibentuk oleh S dan R tersebut selanjutnya membentuk sistem hubungan yang disebut neurologis. Semakin banyak banyak kemampuan manusia membentuk hubungan S dan R akan membentuk orang semakain cerdas. Dengan begitu, seseorang dengan hubungan S dan R kecil ia akan memiliki kecerdasan yang kurang. Sifat dari teori multifaktor adalah otomatis. Teori Kelompok Faktor Teori ini merupakan gabungan antara teori yang dikemukakan oleh Sperarman dan Thorndike. Menurut teori kelompok faktor, kecerdasan seseorang tidak hanya ditentukan oleh satu faktor G, tetapi juga oleh beberapa faktor G.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Setiap faktor G mendasari beberapa faktor S sehingga terdapat kelompok-kelompok faktor yaitu, satu faktor G dengan sejumlah faktor S. Suryabrata( 2000:158) mengemukakan bahwa: teori daya mengungkapkan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya misalnya seperti ingatan, fantasi, penalaran, diskriminasi dan sebagainya. Masing-masing daya pada jiwa manusia terpisah antara satu dengan yang lainya. Menurut definisi dari para ahli diatas maka yang dimaksud dengan teori daya adalah suatu teiri yang megungkapkan kemampuan atau daya yang ada dalam diri manusia misalnya daya ingat, daya berpikir, daya penalaran dan sebagainya. Edward Lee Thorndike (1874-1949), dalam Prawira (2012:149) mengklasifikasikan kecerdasan intelektual menjadi 3 tipe, yaitu kecerdasan riil (concrete intelligence), kecerdasan abstrak (abstract intelligence),dan kecerdasan sosial (social intelligence). Kecerdasan riil (concrete intelligence) adalah kemampuann individu untuk menghadapi situasisituasidan benda-benda riil. Misalnya batu, pasir, jagung, gabah,singkong,dan lain-lain. Dengan kecerdasan riil ini, manusia dapat menghadapi dan mereaksi situasi-situasi aktual secra sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan abstrak (abstract intelligence) adalah kemampuan manusia untuk mengerti kata-kata, bilanganbilangan, huruf-huruf, simbol-simbol, rumus-rumus, dan lain-lain. Seorang yang dipandang memiliki kecerdasan abstrak yang tinggi adalah seorang filsuf. Mereka banyak mempersoalkan hal-hal yang bersifat abstrak seperti metafisika, konsepkonsep dasar filsafat, misalnya tentang keadilan, kebaikan, kecurangan, ketuhanan dan lain-lain. Kecerdasan abstrak sangat penting dalam kegitan – kegiatan dalam kehidupan masyarakat umumnya. Contoh praktis penerafan kecerdasan abstrak misalnya membaca, menulis, hukum , sastra. Kecerdasan sosial (social intelligence) adalah kemampuan untuk menghadapi dan mereaksi situasi-situasi sosial atau hidup di dalam masyarakat. Kecerdasan sosial bukan emosi seseorang kepada orang laia, melainkan kemampuna
seseorang untuk mengerti kepada orang lain, dapat berbuat sesuatu dengan tututan masyarakat. Individu dengan kecerdasan sosial yang tinggi akan mamapu berinteraksi, bergaul, atau berkomunikasi dengan orang lain secara mudah, mampu menyesuikan diri dalam berbaga lingkungan sosial budaya. Jika ketiga tipe kecerdasan tersebut dimiliki oleh individu secara seimbang, selaras, dan harmonis, individu tesebut ideal sebagai orang cerdas. Athur J. Gates (dalam Prawira, 2012:225) “belajar adalah perubahan tingkah laku melaui pengalaman dan latihan”. Senanda dengan hal tersebut Malvin H. Marx belajar adalah perubahan yang dialami secra relatif abadi dalam tingkah laku yang pada dasarnya merupakan fungsi dari suatu tingkah lakunya sebelumnya. Dalam hal ini, sering atau biasa disebut praktek atau latihan. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakuakan dimana- mana seperti dirumah ataupun di lingkungan masyarakat . L.C.Crow dan A.Crow belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang di inginkan. Sedangkan Gregory A.Kimble adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam pontensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan atau praktek.(dalam Prawira, 2012:227) Syah (2000: 116 ) mengemukakan babwa: “Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dari siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas” antara lain: Perubahan Intersional Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari , atau dengan kata lain bukan kebetulan. Siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan. Perubahan Positif dan Aktif Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dengan harapan. Merupakan penambahan yang baru diproleh yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Sedangkan Aktif artinya tidak tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kemtangan, tetapi usaha siswa itu sendiri. Perubahan Efektif dan Fungsional Perubahan yang timbul karena proses berifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. Dari pendapat para ahli, maka yang dimaksud dengan belajar adalah suatu perubahan tingkahlaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Marsun dan Martaniah (dalam Tjundjing, 2001:71) berpendapat bahwa “prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh perasaan puas bahwa ia mamapu melakukan sesuatu dengan baik”. Hal ini berarti prestsi belajar hanaya bisa diketahui jika telah dilakukan penelian terhadap hasil belajar. Menurut Poewodarminto (Ratna, 1996:206) yang dimaksud dengan “prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapot sekolah”. Merujuk kebeberapa definisi para ahli prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seseorang siswa berupa suatu kecakapan dri kegiatan belajar bidang akademik pada jangka waktu tertentu. Untuk meraih prestasi yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tetapi dalam kenyataanya yang diasilkan di bawah kemampuannya.
Menurut Sumadi Suryabrata (1998:233) dan Shertzer dan Stone (dalam Winkle, 1997:591) “secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal.” Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu fisiologos dan fiskologis. faktor fisikologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindra sedangkan faktor fisikologis Inteligensi, Sikap ,Motivasi. Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah : Faktor lingkungan keluarga Sosial ekonomi keluarga Dengan sosial ekonomi yang memadai seseorang lebih berkesempatan mendafatkan pasilitas belajar yang lebih baik , mulai dari buku pelajaran , alat-alat tulis hingga sekolah yang bagus. Pendidikan orang tua Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan orang tua yang jejang pendidikanya lebih rendah . Perhatian orang tua dan hubungan antar anggota keluarga Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semanagt berprestasi bagi seseorang. Dukunhan dalam hal ini bisa berupa secara langsung , berupa pujian atau nasehat, maupun secara tidak langsung , seperti hubungan keluarga yang harmonis. Faktor lingkungan sekolah Saran dan prasarana Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis ,OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, selain bentuk ruangan, sirkulasi udara, dan lingkungn sekitar sekolah juga sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Kompetensi guru dan siswa Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan saran dan perasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia. Bila seorang merasa kebutuhanya untuk berprestasi
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dengan baik di sekolah terpenuhi, yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya, hubungan dengan guru dan temantemannya berlangsung harmonis, maka sisiwa akan memproleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, siswa akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestas belajarnya. Kurikulum dan metode mengajar Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan menumbuhakan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirwan(1994:22) mengatakan” bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi akan senang terhadap pelajaran, maka prestasi belajar siwa akan
cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran”. Faktor lingkungan masyrakat Sosial budaya Pandangan masyarakat tentang pentingya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidikan dan peserta didik. Masyarakat yang masih memendang rendah pendidikan akan enggan mengirim anknya ke sekolah dan cenderung mandang rendah pekerjaan guru/ pengajar. Partisifasi dalam pendidikan. Bila semua pihak telah berpartisifasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan menghargai dan memajukan pendidikan. Analisis Ulangan 1 Semester Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Gugus I Desa Pengeragoan Tahun Pelajaran 2012/2013 di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Analisis Ulangan 1 Semester Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Gugus I Desa Pengeragoan Tahun Pelajaran 2012/2013 Aspek
Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Daya Serap Ketentuan Kelasikal
Sekolah dan Nilai SD N 1 SD N 2 SD N 3 Pengeragoan Pengeragoan Pengeragoan 90 94 88 50 50 50 66,0 68,0 62,5 68,5% 72,0% 66,5% 85,0% 85,0% 85,0%
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa prestasi belajar IPA kelas V masih belum mencapai tuntutan standar yang ditetapkan oleh SD Gugus I desa Pengeragoan. Rendahnya prestasi belajar siswa bisa di sebabkan karena siswa kurang mengembangkan kecerdasan emosional dengan baik. Dengan kecerdasan emosional yang kurang baik maka akan mempengarui tingkat kecerdasan intelektual anak itu sendiri. Dengan pengembangan tingkat emosional dan intelektual yang baik dalam diri siswa akan mengasilkan prestasi bagi siswa itu sendiri. Namun terdapat penomena yang menujukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ yang tinggi memiliki prestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang dapat menggungguli prestasi
belajar orang dengan IQ tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan banyak siswa yang mengalami hal demikian. Sehingga ingin mengetahui lebih rinci antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar siswa. Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual pada diri sendiri salah satu faktor penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan skripsi ini diteliti untuk mengetahui : “ Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V Gugus I di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan”. Adapun tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut ; Untuk
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi Belajar IPA siswa kelas V Gugus I SD Negeri di Desa Pengeragoan Untuk mengetahui hubungan kecerdasan intelektual dengan Prestasi Belajar IPA siswa kelas V Gugus I SD Negeri di Desa Pengeragoan Untuk mengetahui Secara bersam-sama, apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan Prestasi Belajar IPA siswa kelas V Gugus I SD Negeri di Desa Pengeragoan. METODE Berdasarkan karakteristik Masalah yang di teliti, penelitian ini ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif karena secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemungkinan adanya hubungan sebab dan akibat antar variabel tanpa manipulasi suatu variabel. Penelitian kuasal komparatif merupakan penelitian expost facto yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa. Dalam penelitian ini tidak mengendalikan variabel bebas melalui manipulasi data. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SD Gugus I di Desa Pengeragoan. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Pengeragoan, SD Negeri 2 Pengeragoan, SD Negeri 3 Pengeragoan,. Populasi keseluruhan berjumlah 59 orang. populasi yang jumlah 70 orang siswa, maka jumlah sempelnya adalah 59 orang siswa yang diperoleh berdasarkan tabel, Jadi anggota sampel penelitian ini adalah berjumlah 59 siswa. Siswa yang menjadi sampel ini diambil dari masing-masing kelas dengan teknik proposional random sampling. Dari jumlah tersebut diasumsikan 95% dari sampel tersebut dapat diobservasi, dan dari 95% ini diperkirakan hanya 90% datanya yang dapat diperoleh yaitu 52 orang. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode skala. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala kecerdasan emosional, skala
kecerdasan intelektual , dan metode dokumentasi. Skala kecerdasan emosional terdiri dari aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), bekerjasama dengan orang lain Salovey dan Mayer (dalam Prawira, 2012:160) yang berguna untuk mengukur sejauh mana Kecerdasan Emosional dipahami Siswa Kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan. Skala kecerdasan intelektual terdiri dari kecerdasan rill, kecerdasan abstrak, kecerdasan sosial. Teknik pemeriksaan dokumen ini khusus digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap prstasi Belajar. Untuk memperoleh skor atau nilai dari variabel “Tingkat prestasi belajar rata-rata siswa” sebagai variabel terikat (Y) dilakukan perhitungan nilai rata-rata nilai ulangan satu semester yaitu : mata pelajaran pokok IPA yang tercantum dalam buku laporan pendidikan sekolah. Analisis dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu: analisis data untuk prasyarat analisis dilakukan uji normalitas dan uji linieritas hubungan. Uji normalitas dilakukan dengan cara membandingakan nilai KolmogorovSmirnov (K-S) dengan signifikansi, yaitu 0,05. Dasar pengambilan keputusan (Singgih, 2000:212). Skor signifikan K-S > 0,05, maka data berdistribusi normal, Skor signifikan K-S < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup tinggi atau tidak diantara variabel-variabel bebas. Teknik yang digunakan untuk mencari nilai korelasi X1 terhadap Y, korelasi X2 terhadap Y dan korelasi X1 terhadap X2. adalah dengan menggunakan rumus. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi umum hasil penelitian memaparkan rata-rata, median modus, standar deviasi, varian, skor minimum, skor maksimum, dan range dari data kecerdasan emosional dan kecerdasan. Hasilnya disajikan pada Tabel 2.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Tabel 2. deskripsi data kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan prestasi belajar IPA Variabel Kecerdasan Emosional Kecerdasan Intelektual Pestasi Belajar
Mean
Median
Modus
Setandar devisiensi
Varian
80,42
73,5
82 dan 84
580,21
329861,44
83,09
85
82 dan87
604,89
691,44
71,40
79
70 dan 71
514,90
21562,433
Uji normalitas yang digunakan adalah teknik Kolmogrov-Smirnov. Hasil Uji Normalitas Kecerdasan Emosional berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan didapatkan pada tabel kerja diperoleh Dhitung = 0,8665, kemudian hasil yang didapatkan dari perhitungan tersebut di bandingkan dengan Dtabel, dengan N = 52 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,040. Ternyata Dhitung lebih kecil dari Dtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang berasal dari populasi untuk data kecerdasan emosional berdistribusi secara normal. Hasil Uji Normalitas kecerdasan intelektual berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan teknik Kolmogrov-Smirnov . Di dapatkan hasil pada tabel kerja, diperoleh Dhitung = 0,9905, yang kemudian hasilnya di bandingkan dengan Dtabel, dengan N = 52 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,040. Ternyata Dhitung lebih kecil dari Dtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang berasal dari populasi untuk data motivasi belajar berdistribusi secara normal. Hasil Uji Normaliats Prestasi Belajar berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada tabel kerja diperoleh Dhitung = 0,7454, kemudian hasilnya dibandingkan dengan Dtabel, dengan N = 52 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,040. Ternyata Dhitung lebih kecil dari Dtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang berasal dari populasi untuk data hasil belajar berdistribusi secara normal. Untuk menguji linieritas menggunakan regresi sederhana yang dilanjutkan dengan uji F. Dengan kaidah keputusan sebagai beikut: jika F hitung < F tabel (0.05), maka H o : diterima dan jika F hitung > F tabel (0.05), maka H o : ditolak.
Berdasarkan tabel diatas, ternyata Fhitung lebih kecil besar dari Ftabel atau 4,817> 4,03, maka data untuk kecerdasan emosional berpola linier, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis uji regresi dapat dilanjutkan. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup tinggi atau tidak diantara variabel-variabel bebas. Apabila terdapat hubungan yang cukup tinggi (Signifikan) diantara variabel bebas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan aspek yang diukur diantara varibel bebas tersebut. Hal ini berarti tidak layak digunakan untuk menentukan konstribusi secara bersamasama variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika koefisien ganda antar variabel bebas mendekati koefisien korelasi ganda, maka terjadi multikolinearitas. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi ganda Rx1.x2.Y = 1,149, sedangkan koefisien ganda antar variabel bebas adalah 0,269. Dari hasil tersebut, maka diperoleh bahwa koefisien korelasi ganda antar variabel bebas tidak mendekati koefisien korelasi ganda sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Hal ini berarti layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar. Hipotesis I berbunyi : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional siswa dengan prestasi belajar IPA siswa kelas V Gugus I di desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2012/2013. Uji hipotesis pertama dilakukan dengan teknik regresi sederhana, yang kemudian
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dilanjutkan dengan perhitungan product moment. Hasil analisis hubungan antara variabel kecerdasan emosional (X1) terhadap prestasi belajar IPA yang di dapatkan adalah 0,902. Jadi nilai korelasi tersebut dikategorikan memiliki hubungan yang sangat kuat, antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Hipotesis II berbunyi : Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual siswa terhadap prestasil belajar IPA siswa kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Uji hipotesis 2 dilakukan dengan teknik regresi sederhana, yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan product moment . Hasil analisis korelasi kecerdasan intelektual (X2) dengan prestasil belajar (Y) perhitungan yang di dapatkan adalah 0,930, nilai korelasi tersebut dikategorikan memiliki hubungan yang sangat kuat, antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar. Mendapatkan kontribusi sebesar 86,47% Hipotesis III yaitu: Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan presatsi belajar IPA pada siswa kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2012/2013. Uji hipotesis 3 dilakukan dengan teknik regresi ganda. Hasil perhitungan yang di dapatkan adalah 0,374, yang kemudian dilanjutkan menguji signifkansi dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Kaidah pengujian signifikansi: Jika F hitung ≥ F tabel (0,05), maka H0 ditolak, yang artinya signifikan Jika F hitung ≤ F tabel (0,05), maka H0 diterima, yang artinya tidak signifikanDengan taraf signifikansi 5%, dk pembilang = 2, dan dk penyebut (n-m-1= 52– 2 – 1=49) adalah 49, maka diperoleh nilai F tabel adalah 3,18. Ternyata Fhitung > Ftabel atau 3,95 lebih besar daripada 3,18, sehingga nilai Fhitung signifikan. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar IPA pada siswa
kelas V gugus I di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2012/2013 Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar besar sumbangan variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar adalah 13,98. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Dalam hasil penelitian ini diperoleh bahwa kecerdasan emosional berkontribusi sebesar 84,64% terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V Semester I SD N Gugus I di desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kecerdasan intelektual siswa. Berdasarkan hasil analisis di atas juga diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi signifikan terhadap prestasi belajar IPA. Dari hasil analisis tersebut diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi sebesar 86,49% terhadap prestasi belajar IPA siswa. Berdasarkan paparan tentang hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar IPA maka dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap prestasi belajar IPA. Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya kontribusi kedua faktor terseebut secara bersama-sama adalah 13,98 Dengan demikian maka perlu diketahui tingkat kecerdasan emosional dan tingkat kecerdasan intelektual siwa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan paparan tersebut, maka kita dapat memikirkan bagaimana cara mengetahui tingkat kecerdasan emosional dan tingkat kecerdasan intelektual siswa. Cara untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dan tingkat kecerdasan intelektual siswa bisa dimulai dari cara mengajar guru dengan memperhatikan masing-masing karakter siswa sehingga dapat mengetahui tingkat
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kecerdasan emosional siswa secara keseluruhan dan seberapa besar tingkat kecerdasan intelektual siswa dalam proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Guru juga harus bisa menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa untuk belajar sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. Penilaian yang tidak terlalu terpaku pada nilai ulangan saja juga akan mengurangi kecemasan terutama pada siswa yang kurang pintar. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2012/2013. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2012/2013. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual prestasi belajar IPA pada siswa kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2012/2013 Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi siswa disarankan agar selalu melatih kemampuan IQ untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dan tingkat kecerdasan intelektual agar dapat meningkatkan prestasi belajar khususnya prestasi belajar IPA. Guru hendaknya berusaha untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar IPA. Bagi lembaga sekolah disarankan agar lebih memperhatikan kecerdasan emosional siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa secara keseluruhan. Sehingga siswa akan mendapat perlakuan yang lebih dalam proses pembelajaran. Bagi peneliti lain yang berminat terhadap temuan penelitian ini dapat melakukan pembuktianpembuktian lebih mendalam dengan
mengambil populasi dan sampel yang lebih besar. DAFTAR RUJUKAN Azwar, Saifuddin. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Balajar Offset. -------.(1996).Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ferdi,
Heru.2011. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP 1 Busungbiu. Skripsi ( tidak diterbitkan ) Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
Goleman,
Daniel. (2000) . Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustakawan Utama.
-------.(2002). Kecerdasan Jakarta: PT Pustakawan Utama. Gottman,
Hadi,
Emosional. Gramedia
John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakiarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sutrisno. (2000). Statistik Yogyakarta: Andi Offset.
2.
Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Undikshsa. Muhibbidin,
Prawira,
Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwa. (2012). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jakarta: AR-Ruzz Media.
Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Saifudin, Azwar, (1996). Psikologi Inteligensi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ,EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Animal Vol.17 no 1 Sugiyono, (2007) Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA. -------.
(2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sumadi,
Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
-------.
(1998). Metodologi Penelitian . Cetakan sebelas. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Surlito, Wirawan.(1997). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryabrata. 2000. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Winkel, SW (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.