1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY BERBASIS RESITASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG Bely Putri Kutasari1, Sumarjono, Purbo Suwasono Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang 1 e-mail:
[email protected] ABSTRAK: Agar siswa dapat belajar dengan baik guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung sehingga dapat berdampak positif terhadap prestasi belajar. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan guru dapat mengupayakan berbagai cara. Model pembelajaran guided inquiry yang dipadu dengan metode resitasi memungkinkan siswa untuk menemukan, memahami, dan memperdalam materi yang sedang dipelajari secara lebih mandiri. Namun guru juga berperan untuk membimbing dan mengarahkan kegiatan siswa sehingga pembelajaran siswa lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi terhadap prestasi belajar fisika siswa. Penelitian ini merupakan eksperimen semu yang dilakukan di SMA Negeri 7 Malang pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian ini adalah kelas X-7 (kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi) dan X-5 (kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction). Data prestasi belajar fisika siswa diperoleh dari posttest yang dianalisis menggunakan analisis variansi satu jalur dilanjutkan uji Tukey HSD. Soal pretest dan posttest merupakan soal dengan jenis dan jumlah yang sama. Berdasarkan uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis analisis variansi satu jalur Fh = 10,785 > 6,960 (Ftabel) dengan taraf signifikansi 0,01. Prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi lebih tinggi dari prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction.
Kata kunci: guided inquiry berbasis resitasi, prestasi belajar.
Berbagai upaya tengah dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu upaya yang nyata yakni perubahan kurikulum yang terjadi beberapa kali. Sejak tahun 2006 lalu, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum resmi yang harus diimplementasikan para pendidik di sekolah dan satuan pendidikan. KTSP memiliki kelonggaran untuk dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah masing-masing dimana situasi dan kondisinya berbeda di tiap-tiap wila-
2 yah. Tujuan KTSP yakni memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian otonomi kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Berkiblat dari uraian di atas, maka sekolah, guru dan siswa memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi antara dua unsur manusia yakni siswa sebagai pebelajar dan guru sebagai pengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Peran kolaboratif antara siswa dan guru ini sangat dibutuhkan guna menunjang terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Guru dituntut untuk mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar yang sehat selama pembelajaran agar berdampak positif pada pencapaian prestasi belajar siswa. Guru sebaiknya tidak mendominasi kegiatan pembelajaran tetapi menuntun siswa untuk aktif berpikir dan membantu mengembangkan potensi serta kreatifitas yang dimilikinya melalui kegiatan pembelajaran. Guru harus merancang pembelajaran secara tepat dan menyiapkan sarana yang nantinya dapat menunjang pembelajaran siswa. Dengan kata lain guru dan siswa sama-sama aktif dalam konteks yang berbeda. Pada faktanya, pembelajaran fisika yang berlangsung di kelas X SMA Negeri 7 Malang masih menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru mengenai materi terkait. Sehingga siswa kurang berperan dalam proses pembelajaran. Siswa pun tidak memiliki keleluasaan untuk menanyakan hal yang belum dipahami. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi membosankan dan tidak menarik bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang mengalihkan perhatiannya pada hal-hal lain di luar pembelajaran, misalnya mengobrol dengan temannya atau bermain handphone. Situasi seperti ini tentunya bukanlah situasi yang kondusif dalam pembelajaran. Prestasi belajar yang ditunjukkan setelah diadakan ulangan harian pokok bahasan alat optik pun cukup mengecewakan. Dari 150 siswa hanya 11 orang yang berhasil mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah. KKM untuk mata pelajaran fisika kelas X yang ditetapkan SMA Negeri 7 Malang adalah 75. Hal ini berarti hanya 7,3% siswa yang berhasil tuntas dan sisanya yakni 92,7% siswa dinyatakan belum tuntas KKM. Dalam pelaksanaannya, guru fisika di SMA Negeri 7 Malang menggunakan model pembelajaran direct instruction. Ciri khas model tersebut adalah pem-
3 belajaran berpusat pada guru karena model pembelajaran tersebut berkiblat pada teori belajar behavioristik. Teori belajar ini menekankan pada peniruan siswa terhadap perilaku guru, sehingga pemikiran siswa tidak akan berkembang secara optimal dan kreatifitas siswa cenderung terhambat. Teori belajar yang lebih ideal sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan nasional dewasa ini adalah teori belajar konstruktivistik, yakni pembelajaran terpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Teori ini menggabungkan teori belajar behavioristik dan kognitivistik, jadi siswa dapat belajar secara hands on dan minds on. Artinya, selain siswa berpikir, siswa juga melakukan tindakan agar pembelajaran yang ia alami lebih bermakna. Banyak cara untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang memberi kesempatan kepada siswa agar dapat mengembangkan kreatifitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Upaya peningkatan kreatifitas dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran disamping dengan penyediaan lingkungan belajar yang kondusif, guru juga dapat menerapkan model pembelajaran. Beberapa alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya adalah model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi. Model pembelajaran inquiry menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses penelitian. Penyelidikan ini dikawal oleh pertanyaan demi pertanyaan dan membuat penemuan dalam usaha mencari pemahaman atau jawaban yang baru. Model pembelajaran inquiry memiliki banyak modifikasi dewasa ini, salah satunya adalah guided inquiry atau inkuiri terbimbing yakni bentuk modifikasi dari model pembelajaran inquiry yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk kepada siswa (Kurnia, 2012). Dalam pembelajaran guided inquiry guru tidak melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai tingkat intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan dan siswa yang berpikir cepat atau tingkat intelejensinya lebih tinggi tidak memonopoli kegiatan. Pada tahap awal pengajaran guru memberikan bimbingan lebih banyak berupa pertanyaan-pertanyaan yang mampu mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan
4 yang disodorkan guru. Dari sinilah kemampuan berpikir kritis siswa mulai dituntut sehingga untuk tahap-tahap selanjutnya siswa akan berpikir kritis secara kontinu seiring dengan berlangsungnya proses pembelajaran. Hal tersebut juga dapat berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Metode resitasi sendiri merupakan cara penyajian bahan pelajaran yang menugaskan siswa mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggungjawabkan. Karena tugas yang diberikan oleh guru pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan, maka siswa akan terdorong untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah dipelajari. Secara rinci, siswa diminta menuliskan hal-hal yang ia dapat selama pembelajaran, tugas-tugas dan penyelesaiannya yang harus ia kerjakan di rumah, dan kesan terhadap pembelajaran yang ia alami setiap tatap muka. Metode resitasi digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki prestasi belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda ketika menghadapi masalah baru. Selain itu, metode ini dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri dan mengerjakan soal sendiri agar siswa lebih rajin belajar. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kristianingsih (2010) di SMPN 1 Jambu Kabupaten Semarang menghasilkan kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2011) di SMP 2 Kaliwungu Kudus dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode resitasi. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Malang. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X-7 dengan jumlah 40 siswa dan X-5 dengan jumlah 40 siswa. Kelas X-7 bertindak sebagai kelas yang dibelajarkan dengan model pembe-
5 lajaran guided inquiry berbasis resitasi, sedangkan kelas X-5 bertindak sebagai kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran direct instruction. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi, sedangkan variabel terikat berupa prestasi belajar fisika siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Desain Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 (Gall, dkk (2003:385). Tabel 1. Desain Eksperimen
Group K1 K2
Pretest O1 O2
Treatment X
Posttest O3 O4
Keterangan: K1 : kelompok kelas guided inquiry berbasis resitasi K2 : kelompok kelas direct instruction O1 : pretes kelas guided inquiry berbasis resitasi O3 : postes kelas guided inquiry berbasis resitasi X : perlakuan pada kelas guided inquiry berbasis resitasi O2 : pretes kelas direct instruction O4 : postes kelas direct instruction
Instrumen perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RPP dan LKS, sedangkan instrumen pengukuran berupa soal pilihan ganda 5 opsi yang digunakan sebagai pretest dan posttest. Hasil pengamatan dianalisis dengan bantuan Microsoft Excel 2007. Hipotesis dianalisis dengan analisis variansi satu jalur. HASIL Data penelitian yang diperoleh dari data pretest dan posttest prestasi belajar dideskripsikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Data Pretes dan Posttes Kesadaran Metakognitif Data Pretest Posttest
Kelas Guided Inquiry Berbasis Resitasi Direct Instruction Guided Inquiry Berbasis Resitasi Direct Instruction
Mean 41,184 39,342 77,105 64,836
Berdasarkan data pretest dicari perbedaan kemampuan awal yang dicapai siswa menggunakan uji-t dua ekor, sedangkan dari data posttest dicari perbedaan prestasi belajar fisika siswa menggunakan analisis variansi satu jalur dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi terhadap prestasi belajar fisika siswa. Sebelum dilakukan
6 uji-t dan analisis variansi satu jalur, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas data disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Variabel
Data
Kelas
Prestasi Belajar Fisika Siswa
Pretest
Guided Inquiry Berbasis Resitasi Direct Instruction Guided Inquiry Berbasis Resitasi Direct Instruction
Posttest Α
Liliefors Hitung 0,1601
Liliefors Tabel 0,1630
0,0888 0,1562
0,1630 0,1630
Normal Normal
0,1550
0,1630
Normal
Kesimpulan Normal
0,01
Selain syarat normal, data yang akan dianalisis juga harus homogen. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Variabel Prestasi Belajar Fisika Siswa Α
Data Pretest Posttest
Fhitung 1,2093 1,2049
Ftabel 1,4450 1,4450
Kesimpulan Homogen Homogen
0,01
Data terdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji-t terhadap data pretest untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal siswa. Berikut disajikan hasil uji-t terhadap data pretest.
Tabel 5. Hasil Uji-t Data Kemampuan Awal Siswa (Pretest)
JK Kelas Guided Inquiry Berbasis Resitasi : Mean Kelas Guided Inquiry Berbasis Resitasi: t-hitung :
11406,51
41,18
JK Kelas Direct Instruction Mean Kelas Direct Instruction:
13794,32
39,34
1,425
t-tabel :
1,99406
Hasil :
tidak ada beda
Diketahui bahwa kemampuan awal siswa kedua kelas tidak berbeda, sehingga dapat dilanjutkan uji hipotesis menggunakan analisis variansi satu jalur untuk data posttest. Berikut disajikan hasil analisis variansi satu jalur terhadap data posttest.
7 Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Anova Satu Jalur Variabel
Sumber Variansi
Db
JK
RJK
Fh
Ft
Prestasi
Rerata
1
14553,012
–
–
–
Belajar
Antar
1
108,112
108,112
10,785
6,960
Dalam
78
781,875
10,0240
–
Fisika Siswa
–
Dari Tabel 6 didapatkan nilai Fh sebesar 10,785 dan nilai Ft dengan α = 0,01 dan db 1/78 sebesar 6,960. Berdasarkan kriteria penentuan kesimpulan harga Fhitung, maka dikatakan bahwa prestasi belajar antara siswa kelas guided inquiry berbasis resitasi dan siswa kelas direct instruction memiliki perbedaan rata-rata yang sangat signifikan. Kemudian analisis dilanjutkan menggunakan uji Tukey HSD. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Qhitung adalah sebesar 4,65, sedangkan nilai Qtabel sebesar 2,86 dengan α = 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar fisika siswa kelas guided inquiry berbasis resitasi lebih tinggi dari prestasi belajar fisika siswa kelas direct instruction. PEMBAHASAN Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar fisika antara kelas guided inquiry berbasis resitasi dengan kelas direct instruction, dan prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi lebih tinggi dari prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran direct instruction. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi dan model pembelajaran direct instruction samasama dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Model pembelajaran direct instruction juga memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum walaupun tidak pada setiap pertemuan. Namun kegiatan praktikum yang dilakukan siswa harus mencontoh guru karena model pembelajaran ini pada dasarnya adalah pemodelan, yakni siswa belajar dengan meniru apa yang dilakukan guru. Sehingga kreatifitas siswa kurang berkembang dan cenderung menghafal apa yang telah diberikan guru. Model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi dapat lebih mengajak siswa untuk menggali lebih dalam pengetahuan mereka dan mampu mengembangkan kreatifitas dan daya analisis siswa terhadap masalah yang diberikan guru. Da-
8 lam sintaks model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi, siswa diajak untuk menemukan jawaban masalah melalui eksperimen dan diakhir pembelajaran siswa harus menuliskan lagi hal-hal yang ia dapat selama pembelajaran. Selain menambah daya ingatan mereka, dengan pemberian tugas secara intensif dapat meningkatan pemahaman mereka mengenai aplikasi soal dari materi yang sedang dipelajari. Ini membuat pembelajaran yang mereka alami lebih bermakna. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan prestasi belajar yang dialami kelas direct instruction lebih rendah daripada peningkatan yang dialami oleh kelas guided inquiry berbasis resitasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat beberapa ahli, salah satunya ialah Suchman, seorang penggagas pembelajaran inkuiri di Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa inkuiri merupakan cara orang-orang belajar ketika mereka ditinggalkan sendiri (Sofiani:2011). Saat siswa hanya diberikan bimbingan-bimbingan yang mengarahkannya pada proses penemuan konsep, siswa akan lebih tertarik dan rasa ingin tahunya akan bertambah. Untuk menjawab rasa ingin tahu dan penasarannya siswa akan mulai belajar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang serupa. Penelitian yang dilakukan oleh Sofiani (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianingsih (2010) di SMPN 1 Jambu Kabupaten Semarang menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bukan berarti bahwa model pembelajaran direct instruction tidak baik digunakan. Pada dasarnya, semua model pembelajaran adalah baik. Terlihat pada data pretest dan posttest kedua model mampu meningkatkan rata-rata nilai, namun rata-rata kelas guided inquiry berbasis resitasi mengalami peningkatan yang lebih besar disbanding rata-rata kelas direct instruction. Pada materi suhu dan kalor, model pembelajaran direct instruction kurang sesuai. Begitu pula dengan materi lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan suhu dan kalor lebih efektif jika menggunakan model pembelajaran yang berkiblat pada teori belajar konstruktivstik. Untuk materi-materi fisika yang bersifat lebih abstrak maka model pembelajaran direct instruction dapat digunakan.
9 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi dan prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran direct instruction pada kelas X di SMA Negeri 7 Malang. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi lebih tinggi dari prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran direct instruction pada kelas X di SMA Negeri 7 Malang. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran guided inquiry berbasis resitasi dapat diterapkan oleh guru pada materi yang memiliki karakteristik yang serupa dengan karakteristik materi suhu dan kalor. Oleh karena itu, perlu dilakukan pula penelitian yang serupa dengan menggunakan model pembelajaran dan jenjang pendidikan yang berbeda untuk menciptakan inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia agar menjadi lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Amelia, Dewi. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Resitasi terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Andriani, Nely. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Artikel disajikan pada Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011), Bandung, Indonesia, 22-23 Juni 2011. Dalam SNIPS, (Online), (http://portal.fi.itb.ac.id/cps/index.php), diakses 3 September 2012. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Budiada, I Wayan. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Asesmen Portofolio terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X Ditinjau dari Adversity Quotient. Tesis tidak diterbitkan. Singaraja: Program Pasca Sarjana Undiksha. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
10 Gall, dkk. 2003. Educational Research:An Introduction Seventh Edition. USA: Pearson Education, Inc. Handayanto, S. K. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang. Harfiah. 2009. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri, (Online), (http://id.shvoong.com), diakses 1 September 2012. Kristianingsih, Desiagi Dwi. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Resitasi Pada Pokok Bahasan Alat Optik di SMPN 1 Jambu. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Kurnia, Ahmad. 2012. Manajemen Pendidikan: Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, (Online), (http://guruidaman.blogspot.com), diakses 1 September 2012. Murwani, R. Santoso. 2001. Statistika Penerapan (Teknik Analisis, Data). Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. Nasution, S. 2008. Asas – Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto, Edy. 2010. Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran. Malang: UM Press. Rachmat. 2009. Tujuan Mata Pelajaran Fisika SMA, (Online), (http://sasterpadu.tripod.com), diakses 1 September 2012. Salim, P. dan Salim Y. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Setyaningsih, Nina. 2009. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Salemba Infotek. Sofiani, Erlina. 2011. Pengaruh Model inquiry Terbimbing (Guided-inquiry) Terhadap Hasil belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian (Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sungkowo, Bambang Tahan. 2010. Statistika Sebagai Alat Analisis data Penelitian. Malang: UM Press. Surapranata, Sumarna. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
11 Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Team Media. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Surabaya: Media Centre. Wulan, Ana Ratna. 2011. Taksonomi Bloom-Revisi, (Online), (http://file.upi.edu), diakses 29 April 2011. Yuliati, Lia. 2008. Model – Model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktek”. Malang: LP3 Universitas Negeri Malang.